bahasa inggris bu rini

Upload: lutfi-creativesys

Post on 13-Jan-2016

54 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Materi Pelajaran Inggris

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pada tahun 2015 ini bangsa Indonesia akan memasuki era tenaga kerja bebas karena akan diberlakukannya Asia Pasific Labour [APLA]. Tenaga kerja Indonesia dapat bekerja di dalam maupun di luar negeri.Sebaliknya tenaga kerja luar negeri dapat bekerja di negerinya sendiri maupun di Indonesia.Situasi ini akan membuat lapangan kerja akan semakin luas.Peluang untuk mendapatkan pekerjaan semakin besar apabila memiliki persyaratanyang dibutuhkan.Persyaratan utama yang harus dimiliki oleh setiap tenaga kerja adalah memiliki pengetahuan dan keterampilan serta dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris baik lisan maupun tulisan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan bahasa Inggris sangat diperlukan untuk dapat berkomunikasi secara langsung [face to face]maupun lewat media tulis atau cetak dan media elektronik. Di Indonesia pengajaran bahasa Inggris diwajibkan mulai dari tingkat Sekolah Menengah Pertama [SMP] sampai Perguruan Tinggi [PT]. Usaha usaha peningkatan mutu pengajaran bahasa Inggris perlu mendapat perhatian serius agar hasil yang diinginkan lebih baik.Bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional mempunyai peranan yang sangat penting , dalam perkembangan teknologi di masa depan.Pelajaran bahasa Inggris selalu dianggap pelajaran yang sulit oleh siswa, sehingga prestasi siswa pada mata pelajaran bahasa Inggris banyak yang rendah.Berdasarkan studi awal sebelum guru melakukan tindakan hasil belajar siswa rendah. Terbukti dari hasil tes formatif dari 32 orang siswa hanya 2 siswa atau 6,25% yang tuntas sedangkan sisanya 30 siswa atau 93,75% belum tuntas. Ketika guru mengajarkan sebuah teks berbentuk descriptive dengan aspek menulis di kelas VII E SMP Negeri 1 Buayan, banyak siswa yang tidak bisa berkonsentrasi , dan karena terbatasnya kosa kata yang mereka miliki, sehingga mereka menjadi tidak tertarik pada pelajaran bahasa Inggris terutama pada pembelajaran menulis. Dalam masalah ini peranan guru harus lebih ditingkatkan lagi agar pelajaran bahasa Inggris menjadi mata pelajaran yang disenangi oleh siswa. Seorang guru harus dapat memberikan dorongan atau motivasi kepada siswa agar siswa lebih tertarik untuk belajar bahasa Inggris. Guru harus dapat menanamkan rasa percaya diri kepada siswa bahwa bahasa Inggris sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari hari terutama pada saat mereka mencari pekerjaan. Disamping itu guru hendaknya membelajarkan siswa dengan menggunakancara atau teknik yang bervariasi dan menarik agar kegiatan pembelajaran bahasa Inggris tidak membosankan.Berdasarkan permasalahan diatas, maka perlu mencari solusi supaya pembelajaran lebih menarik, sehingga interaksi dapat terjadi, baik antara siswa dengan siswa ,maupun antara siswa dengan guru, dan hasilnya dapat meningkat.Salah satu cara yang bias dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning dan media pembelajaran yang bisa membantu untuk menanamkan atau memotivasi siswa supaya biasa dan tertarik pada pelajaran bahasa Inggris terutama pada pembelajaran menulis.Pada penelitian tindakan kelas ini penulis memfokuskan pada teknik pembelajaran menulis teks deskriptif sederhana. Dengan demikian guru melakukan tindakan nyata untuk meningkatkan hasil belajar bahasa inggris tentang menulis teks deskriptif melalui example non example. Pembelajaran example non example adalah salah satu contoh model pembelajaran yang menggunakan media. Media dalam pembelajaran ini adalah sumber yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini teknik example non example diterapkan dengan cara memberikan contoh gambar contoh dan bukan contoh pokok bahasan serta memberikan uraian kepada siswa. Meminta siswa untuk bekerja berpasangan untuk mengeneralisasikan konsep example dan non example mereka. Meminta siswa untuk mendeskripsikan konsep yang telah diperoleh dengan menggunakan karakter yang telah di dapat dari example dan non-example. Adapun kelebihan model Example Non Example anatara lain siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih kompleks. Selain itu, siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan) yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari example dan non example dan siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example. Harapan penulis dalam menerapkan teknik example non example agar siswa lebih tertaik dengan pelajaran bahasa inggris terutama menulis deskriptif. B. Identifikasi Masalah Bertitik tolak pada latar belakang masalah penelitian yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut;1. Siswa kurang tertarik pada pembelajaran bahasa inggris terutama aspek menulis.2. Media yang digunakan kurang variatif.

C. Batasan MasalahBerdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada:1. Peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Inggris materi menulis teks deskriptif.2. Penggunaan model example non example.

D. Rumusan MasalahBerdasarkan analisis penyebab masalah tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah dengan melalui model pembelajaran Example Non Example dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang menulis teks deskriptif pada siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Buayan kabupaten Kebumen ?

E. Tujuan PenelitianMengacu pada rumusan masalah diatas , maka tujuan penelitian ini adalah;1. Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan memperbaiki proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris tentang menulis teks deskriptif di kelas VII E SMP N 1 Buayan kabupaten Kebumen.

2. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar Bahasa Inggris tentang menulis teks deskriptif melalui penggunaan model Example Non Example pada siswa kelas VII E SMP N 1 Buayan kabupaten Kebumen.

F. Manfaat PenelitianManfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini ada dua macam, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis ;1. Manfaat secara teoritisHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran maupun sebagai masukan bagi peneliti berikutnya serta pada lembaga lembaga pendidikan, dalam meningkatkan efektifitas system belajar mengajar di sekolah.2. Manfaat secara praktis a. Manfaat bagi siswa1. Siswa termotivasi dalam meningkatkaan kemampuan memahami konsep pembelajaran Bahasa Inggris tentang menulis teks deskriptif.2. Siswa dapat belajar lebih bermakna dan lebih terarah sehingga pengetahuan pemahaman konsep tentang menulis deskriptif siswa meningkat.3. Siswa akan lebih percaya diri dalam memahami konsep tentang menulis teks deskriptif sehingga kompetensi Bahasa Inggris dalam hal pengetahuan, keterampilan dan perilaku siswa meningkat.

b. Manfaat Bagi Guru1. Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran sehingga mampu meningkatkan kinerjanya.2. Guru mampu mengembangkan dirinya sehingga dapat meningkatkan prosesinya dalam pembelajaran.3. Guru termotivasi untuk lebih berkarya yang lebih mantap dalam meningkatkan kualitas pendidikan siswa.

c. Manfaat Bagi Sekolah 1. Memotivasi terwujudnya sekolah unggulan yang berdampak terciptanya kualitas pendidikan.2. Terciptanya sekolah yang sehat, berdaya saing serta tumbuh dan berkembang sebagai sekolah percontohan.3. Memberikan sumbangan positif terhadap terwujudnya sekolah model yang inovatif.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka1. Hakikat Belajar1) Pengertian BelajarMenurut kamus bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Thursan Hakim menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan kemampuan. Adapun menurut Purwanto (1992: 84) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Surya, 1997). Menurut Djamarah (2010:13) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Adapun Belajar menurut Uno (2011: 23) adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun dilingkungan masyarakat.Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu situasi (Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning). Gagne dalam bukunya The Conditioning of Learning mengemukakan bahwa Learning is a change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and wich is not simply ascribable to process of growth; belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dari dalam diri dan keduanya saling berinteraksi.Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang di berbagai bidang, yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya.

2) Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar Perubahan yang terjadi pada seseorang banyak jenisnya. Tidak semua perubahan yang terjadi pada seseorang dapat dikatakan sebagai perubahan dalam arti belajar. Menurut Djamarah (2010:15) ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar :1) Perubahan terjadi secara sadarIni berarti bahwa individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi perubahan tingkah laku yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar, karena individu yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu. 2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsionalSebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya jika seseorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis. Perubahan tersebut berlangsung terus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. Ia dapat menulis indah, dapat menulis dengan pulpen, dapat menulis dengan kapur, dan sebagainya. Disamping itu dengan kecakapan menulis yang telah dimilikinya ia dapat memperoleh kecakapan-kecakapan lain misalnya, dapat menulis surat, menyalin catatan-catatan, mengerjakan soal-soal dan sebagainya. 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktifDalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri, misalnya perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar. 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementaraPerubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis, dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya, kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang kalau terus dipergunakan atau dilatih. 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarahIni berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang akan dicapainya. Dengan demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang telah ditetapkannya.6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, ketrampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Sebagai contoh jika seorang anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak ialah dalam ketrampilan naik sepeda itu. Akan tetapi ia telah mengalami perubahan-perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, cita-cita untuk memiliki sepeda yang lebih bagus, kebiasaan membersihkan sepeda, dan sebagainya. Jadi aspek perubahan yang satu berhubungan erat dengan aspek lainnya.

3) Ciri-ciri BelajarSetiap pperilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik. Karakteristik perilaku belajar ini dalam beberapa pustaka rujukan, antara lain Psikologi Pendidikan oleh Surya (1982) disebut juga sebagai prinsip-prinsip belajar. Di antara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah seperti yang dipaparkan berikut ini.a. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional)Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau ketrampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar.b. Perubahan yang berkesinambungan (continue)Bertambahnya pengetahuan atau ketrampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjytan dari pengetahuan dan ketrampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan berikutnya.c. Perubahan yang fungsionalSetiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa yang akan datang.d. Perubahan yang bersifat positif dan aktifPerubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menunjukan ke arah kemajuan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan dan individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan, yakni diperolehnya sesuatu yang baru (seperti penambahan dan ketrampilan baru) yang lebih baik daripada apa yang telah ada sebelumnya. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti proses kematangan (misalnya, bayi yang bisa merangkak setelah bisa duduk), tetapi karena usaha siswa itu sendiri.e. Perubahan yang bersifat permanenPerubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat pada dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan ketrampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa tersebut.f. Perubahan yang bertujuan dan terarahIndividu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang.

4) Jenis-jenis Belajar a. Menurut robert M. GagneManusia memiliki beragam potensi, karakter, dan kebutuhan dalam belajar. Karena itu, banyak tiper-tipe belajar yang dilakukan manusia. Gagne mencatat ada delapan tipe belajar seperti yang dipaparkan di bawah ini.a) Belajar isyarat (signal learning): bahwa ternyata tidak semua reaksi spontan manusia terhadap stimulus sebenarnya tidak menimbulkan respon. Dalam konteks inilah signal learning terjadi. Contohnya, seorang guru yang memberikan isyarat kepada muridnya yang gaduh dengan bahasa tubuh tangan diangkat kemudian diturunkan.b) Belajar stimulus respon: belajar tipe ini memberikan respon yang tepat terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan sehingga terbentuk perilaku tertentu. Contohnya, seorang guru memberikan suatu bentuk pertanyaan atau gambaran tentang sesuatu kemudian ditanggapi oleh muridnya.c) Belajar merantaikan (chaining): belajar dengan membuat gerakan-gerakan motorik sehingga akhirnya membentuk rangkaian gerak dalam urutan tertentu. Contohnya pada pengajaran tari atau senam yang dari awal membutuhkan proses-proses dan tahapan untuk mencapai tujuannya.d) Belajar asosiasi verbal (verbal assosiaciton): belajar menhubungkan suatu kata dengan suatu objek yang berupa benda, orang, atau kejadian dan merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang tepat.e) Belajar membedakan (discrimination): tipe belajar ini memberikan reaksi yang berbeda-beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan. Contohnya, guru memberikan sebuah pertanyaan yang jawabannya memiliki banyak versi.f) Belajar konsep (concept learning): tipe belajar yang mengklasifikasikan stimulus, atau menempatkan objek-objek tertentu yang membentuk suatu konsep. Contohnya dalam memahami sebuah prosedur dalam suatu praktek atau juga teori.g) Belajar dalil (rule learning): belajar tipe ini merupakan tipe belajar untuk menghasilkan aturan atau kaidah yang terdiri dari penggabungan konsep. Contohnya seorang guru memberikan hukuman kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas.h) Belajar memecahkan masalah (problem solving): tipe ini menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah, sehingga terbentuk kaidah yang lebih tinggi (higher order rule). Contohnya seorang guru memberikan kasus atau permasalahan kepada siswa-siswanya untuk memancing mereka mencari jawaban atau penyelesaian dari masalah tersebut.

b. Penggabungan dari tiga ahli (De Block, Gagne, dan Van Parreren)a) Belajar arti kata-kata, artinya orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan.b) Belajar kognitif, belajar ini bersentuhan dengan masalah mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu yang bersifat mental.c) Belajar menghafal, yakni suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam ingatan sehingga nantinya dapat diingat kembali secara harfiah, sesuai dengan materi asli.d) Belajar teoritis, yakni belajar dengan tujuan menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan masalah.e) Belajar konsep, adalah sutuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama, orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapinya, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu.f) Belajar kaidah, termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual, yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang mereprensikan suatu keteraturan.g) Belajar berpikir, dalam belajar ini orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan tetapi tanpa melalui pengamatan.

c. Menurut UNESCOUNESCO telah mengeluarkan kategori belajar yang dikenal sebagai empat pilar dalam kegiatan belajar, yakni:a) Learning to know, kategori ini mengandung makna bagaimana belajar yang mencakup tiga aspek yakni apa yang dipelajari, bagaimana caranya, dan siapa yang belajar.b) Learning to do, kategori ini dikaitkan dengan dunia kerja yang membantu seseorang mampu mempersiapkan diri untuk bekerja atau mencari nafkah. Jadi dalam hal ini menekankan perkembangan ketrampilan untuk bekerja.c) Learning to live together, kategori ini menekankan seseorang atau pihak yang belajar mampu hidup bersama dengan memahami orang lain, sejarahnya, budayanya, dan mampu berinteraksi dengan orang lain secara harmonis.d) Learning to be, belajar ini ditekankan pada pengembangan potensi insani secara maksimal. Setiap individu didorong untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri. Dengan learning to be seseorang akan mengenal jati diri, memahami kemampuan dan kelemahannya dengan kompetensi-kompetensinya akan membangun pribadi secara utuh.

2. Pengertian PembelajaranIstilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar, dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang gru lakukan di dalam kelas. Menurut KBBI, pembelajaran diartikan sebagai proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Duffy dan Roehler (1989), pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencari tujuan kurikulum. Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadina proses belajar siswa yang bersifat internal (Gagne dan Briggs (1979: 3). Adapun menurut UU No.23 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

3. Ciri-ciri PembelajaranCiri-ciri proses pembelajaran adalah seperti berikut: (1) merupakan upaya sadar ddan disengaja, (2) pembelajaran harus membuat siswa belajar, (3) tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, (4) pelaksanaannya terkendali, baik isi, waktu, proses, maupun hasilnya.

4. Tujuan Pembelajaran1) Tujuan BelajarTujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukan bahwa siswa telah melakukan tugas baru, yang umumnya meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap-sikap yang baru yang diharapkan tercapai oleh siswa. Tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar. Benyamin S. Bloom menggolongkan bentuk tingkah laku sebagai tujuan belajar atas tiga ranah, yakni: (1) ranah kognitif, berkaitan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Ranah ini mencakup aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi, dan sintesis. (2) ranah afektif, berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat, aspirasi, dan penyesuaian perasaan sosial. (3) ranah psikomotorik, mencakup tujuan yang berkaitan dengan ketrampilan yang bersifat manual dan motorik.

2) Tujuan PembelajaranTujuan pembelajaran pada hakekatnya mempunyai kedudukan yang sangat penting. Tujuan pembelajaran ini merupakan landasan bagi: (1) penentuan isi materi atau bahan ajar, (2) penentuan dan pengembangan strategi pembelajaran, (3) penentuan dan pengembangan alat evaluasi. Tujuan pembelajaran dapat diklasifikasikan atas tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah pernyataan umum tentang hasil pembelajaran yang diinginkan yang mengacu pada struktur orientasi, sedangkan tujuan khusus adalah pernyataan husus tentang hasil pembelajaran yang diinginkan yang mengacu pada konstruk tertentu.Tujuan umum pembelajaran dapat dibedakan atas:(1) Tujuan yang bersifat orientatif, dapat diklasifikasikan pula menjadi 3 tujuan, yakni(a) Tujuan orientatif konseptual, pada tujuan ini tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa memahami konsep-konsep penting yang tercakup dalam suatu bidang studi.(b) Tujuan orientatif prosedural, tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa belajar menampilkan prosedur.(c) Tujuan orientatif teoritik, tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa memahami hubungan kausal penting yang tercakup dalam suatu bidang studi.(2) Tujuan pendukung, dapat diklasifikasikan menjadi 2 tujuan, yakni(a) Tujuan pendukung prasyarat, yaitu tujuan pendukung yang menunjukan apa yang harus diketahui oleh siswa agar dapat mempelajari tugas yang didukungnya.(b) Tujuan pendukung konteks, tujuan pendukung yang membantu menunjukan konteks dari suatu tujuan tertentu dengan tujuan yang didukungnya.Selain tujuan umum dan khusus di atas, terdapat pula tujuan pembelajaran yang lain yaitu untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka memcerdaskan kehidupan bangsa.

5. Hakikat Hasil Belajar Bahasa InggrisHasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajaran setelah mengalami aktivitas belajar. Secara sederhana, hasil belajar merupakan segala sesuatu yang diperoleh, dikuasi, atau merupakan hasil proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.Hasil belajar yang dicapai siswa sekolah yang ditunjukan dengan terjadinya perubahan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap sebagai hasil suatu individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Biasanya, hasil belajar dinyatakan dengan angka, huruf, atau kalimat dan dicapai pada periode-periode tertentu.

6. Prestasi BelajarPrestasi Belajar berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang sangat potensial dalam sejarah kehidupan manusi karena sepanjang tentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing (Arifin, 2009:12). Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana ia telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Winkel (1997:226) dalam Hamdani (2011:138) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Dengan demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.Prestasi belajar menurut Hamdani (2011:137) dibidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotorik, setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrument tes atau instrument yang relevan jadi, prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.

7. Pengertian MenulisMenulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampaian (Tarigan, 1986: 15). Menulis berarti mengekspresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat atau pikiran dan perasaan (Tarigan dalam Sumarno, 2009: 5). Menulis dapat dianggap sebagai suatu proses maupun suatu hasil, menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Menurut Heato dalam Slamet (2008: 14) menulis merupakan ketrampilan yang sukar dan kompleks. Pengertian lain dikemukakan oleh Semi (2007: 14), menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Nugiantoro (1988: 273) menyatakan bahwa menulis adalah aktivitas aktif produktif, yaitu aktivitas menghasilkan bahasa. Menulis dapat didefinisikan sebagai satuan kegiatan penyampaian pesan atau komunikasi dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya (Suparno dan M.Yusuf dalam Slamet, 2007: 96). Sementara itu Puji Santoso, dkk. (2008: 614) mengemukakan bahwa menulis dapat dianggap sebagai proses atau suatu hasil. Menulis adalah menemukan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan dalam Muchlisoh, 1993: 233). Menurut Byne dalam Slamet (2008: 141) mengungkapkan bahwa ketrampilan menulis pada hakikatnya bukan sekadar kemampuan menulis simbol-simbol grafis sehingga terbentuk kata dan kata-kata dapat disusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan ketrampilan menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kapada pembaca dengan berhasil. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan berupa penuangan ide atau gagasan dengan kemampuan yang kompleks melalui aktivitas yang aktif produktif dalam bentuk simbol, huruf, dan angka secara sistematis sehingga dapat dipahami oleh orang lain.1) Tujuan MenulisMenurut Semi (2007: 14), tujuan menulis antara lain: a) untuk menceritakan sesuatu, b) untuk memberi petunjuk atau pengarahan, c) untuk menjelaskan sesuatu, d) untuk meyakinkan, dan e) untuk merangkum. Adapu menurut Elina dan Sumarno (2009: 6) tujuan menulis adalah untuk: a) menginformasikan, b) membujuk, c) mendidik, dan d) menghibur.Dari pendapat tersebut dapat diuraikan tujuan menulis yaitu : a) memberikan informasi, seorang penulis dapat menyebarkan informasi melalui tulisannya seperti wartawan di koran, tabloid, majalah atau media cetak yang lain; b) memberikan keyakinan kepada pembaca melalui tulisan, seorang penulis dapat mempengaruhi keyakinan pembacanya; c) sarana pendidikan, menulis dapat bertujuan sebagai sarana pendidikan karena seorang guru dan siswa tidak pernah jauh dari kegiatan menulis seperti mencatat, merangkum, menulis soal, atau mengerjakan soal; 4) memberikan keterangan, menulis dapat memberikan keterangan terhadap sesuatu baik benda, barang, atau seseorang.2) Tahap-tahap MenulisMenulis adalah suatu proses kreatif yang dilakuakn melalui tahapan yang harus dikerjakan dengan mengerahkan ketrampilan, seni dan kiat sehingga semuanya berjalan dengan efektif. Sebuah sistem kerja yang kreatif memerlukan langkah-langkah tersusun secara sistematis. Kegiatan menulis juga memerlukan tahapan-tahapan tertentu di ddalam prosesnya. Tahapan-tahapan menulis menurut Semi (2007: 46) terbagi menjadi 3, yaitu: a) tahap pra tulis, b) tahap penulisan, c) tahap penyuntingan.

8. Pengertian Teks Deskriptif dalam Pembelajaran Bahasa InggrisDescriptive text is a text which says what a person or a thing is like. Its purpose is to describe and reveal a particular person, place, or thing. Teks deskriptif yaitu teks yang menjelaskan gambaran seseorang atau benda. Tujuannya adalah untuk menggambarkan atau mengungkapkan orang, tempat, atau benda tertentu. Teks deskriptif juga sering disebut paparan tentang sesuatu sebagaimana adanya. Yang dipaparkan adalah bentuknya, ukurannya, unsurnya, atau sifat-sifatnya. Teks deskriptif dapat berupa paparan sebuah proses. Teks deskriptif bertujuan untuk memaparkan what things are as they are atau what things do as they as.1) Ciri-ciri teks deskriptif Teks deskriptif didominasi penggunaan simple present tense. Teks deskriptif lebih banyak memanfaatkan partisipan manusia, sehingga yang lebih penting adalah pokok yang dipaparkan. Pada teks deskriptif, kata sifat merupakan alat yang bagus untuk melukiskan bentuk, ciri-ciri, dan keadaan pokok yang dipaparkan. Teks deskriptif biasanya mencerminkan hubungan bagian dan keseluruhan.

2) The generic structure of descriptive textSetiap mempelajari genre atau jenis teks, pasti tidak boleh melewatkan istilah generic structure. Istilah ini dipakai untuk menunjukan bagaimana penulis teks itu menyusun tulisannya sehingga pesan dan maksudnya lebih mudah tersampaikan kepada pembacanya. Berikut adalah generic structure teks deskriptif bahasa Inggris.a. Identification: mengidentifikasi fenomena atau benda atau objek tertentu yang mendeskriptifkan.b. Description: menjelaskan bagaimana rupa dan ciri-ciri hal yang sedang dideskripsikan tersebut. Secara umum, apa yang menjadi patokan penggambaran teks jenis ini adalah bagian-bagian objek (part), kualitas objek (qualities) atau ciri-ciri dan kebiasaannya (characteristic).3) The language feature of descriptive textsSementara pembahasan language feature setiap jenis teks lebih mengacu pada kebiasaan umum, yaitu: 1) using attribute and identifiying process, 2) using adjective and classifiers in nominal group, 3) using simple pesent tense.

9. Model Example Non Example1) Hakikat Model Example Non ExampleModel example non example merupakan suatu pendekatan group investigation dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil akademik. Tipe pembelajaran ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap terhadap model pembelajaran kelas tradisional dan menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada individu (Ibrahin, 2000: 3).Pembelajaran example non example adalah salah satu contoh model pembelajaran yang menggunakan media. Media dalam pembelajaran ini adalah sumber yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Manfaat media ini adalah untuk membantu guru dalam proses mengajar, mendekati situasi dengan keadaan yang sesungguhnya. Dengan media diharapkan proses belajar dan mengajar lebih komuniikatif dan menarik. Model pembelajaran example non example atau biasa juga disebut example and non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk deskripsi singkat mengenai apa yang ada di dalam gambar. Media gambar merupakan salah satu alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang dapat membantu mendorog siswa lebih melatih diri dalam mengembangkan pola pikirnya. Dengan menerapkan media gambar diharapkan dalam pembelajaran dapat bermanfaat secara fungsional bagi semua siswa, sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa diharapkan akan aktif termotivasi untuk belajar.Menurut Rochyandi (2004: 11) model pembelajaran kooperatif tipe example non example adalah tipe pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan cara guru menempelkan contoh gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan gambar lain yang relevan dengan tujuan pembelajaran, kemudian siswa disuruh untuk menganalisisnya dan mendiskusikan hasil analisisnya sehingga dapat membuat konsep yang esensial. Gambar juga mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar, yakni untuk mempermudah dan membantu siswa dalam membangkitkan imajinasinya dalam belajar. Selain itu dengan menggunakan gambat siswa dapat melatih mencari dan memilih urutan yang logis sesuai materi yang diajarkan. Dengan demikian, model pembelajaran example non example tercakup teori belajar konstruktivisme.Teori konstruksivisme menyatakan siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide (Salvin dalam Wikandari, 2002: 8). Menurut teori ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri. Dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur dan Wikandari, 2002: 8).Example non example merupakan model pembelajaran dengan mempersiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi. Sajian gambar ditempel memakai LCD. Dengan petunjuk guru, siswa mencermati gambar lalu diskusi kelompok tentang sajian gambar yang telah ditayangkan, presentasi kelompok, bimbingan penyimpulan, evaluasi, dan refleksi (Suyatno, 2009: 73). Model pembelajaran example non example menggunakan gambar melalui LCD, ataupun yang paling sederhana menggunakan poster. Gambar yang digunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang duduk di belakang dapat melihat gambar tersebut dengan jelas pula. Penggunaan model pembelajaran example non example ini lebih menekankan pada komteks analisis siswa. Biasanya lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga di gunakan di kelas rendah dengan menekankan aspek psikologis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti: kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan analisis ringan, dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya.Selanjutnya Slavin dan Chotimah (2007: 1) dijelaskan bahwa example non example adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan kompetensi dasar. Konsep pemelajaran ini pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example non example adalah teknik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Teknik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan dua hal yang terdiri dari example dan non example dari suatu definisi konsep yang ada. Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang akan dibahas, sedangkan non example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang akan dibahas. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example non example diharapkan akan mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada (Hamzah, 2005: 113).Example non example dianggap perlu dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example non example diharapkan akan mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada. Berdasarkan uraian di atas, maka menyiapkan pengalaman dengan contoh dan non-contoh akan membantu siswa untuk membangun makna yang kaya dan lebih mendalam dari sebuah konsep penting. Joyce dan Weil (Suratno, 2009: 1) telah memberikan kerangka konsep terkait strategi tindakan, yang menggunakan metode example non example, sebagai berikut:a. Mengeneralisasikan pasangan antara contoh dan non contoh yang menjelaskan beberapa dari sebagian besar karekter atau atribut dari konsep baru. Menyajikan itu dalam satu waktu dan meminta siswa memikirkan tentang tiap example non example tersebut, tanyakanlah pada mereka apa yang membuat kedua daftar tersebut berbeda.b. Menyiapkan example dan non example tambahan, mengenai konsep yang lebih spesifik untuk emndorong siswa mengecek hipotesis yang telah dibuatnya sehingga mampu memahami suatu konsep yang baru.c. Meminta siswa untuk bekerja berpasangan untuk mengeneralisasikan konsep example dan non example mereka. Setelah itu meminta tiap pasangan untuk menginformasikan di kelas untuk mendiskusikannya secara klasikal sehingga tiap siswa dapat memberikan umpan balik.d. Sebagai bagian penutup, adalah meminta siswa untuk mendeskripsikan konsep yang telah diperoleh dengan menggunakan karakter yang telah di dapat dari example dan non-example.Berdasarkan uraian di atas, maka penggunaan metode example dan non example pada prinsipnya adalah untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menemukan konsep pelajarannya sendiri melalui kegiatan mendeskripsikan pemberian contoh dan bukan contoh terhadap materi yang sedang dipelajari. Pembelajaran ini memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota dan mengisi kekurangan masing-masing. Pembelajaran model example non example melatih siswa untuk mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan pembelajaran, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara, padahal keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya.

2) Kelebihan Model Example Non ExampleMenurut Buehl (Depdiknas, 2007: 219) mengemukakan keuntungan metode example non example, antara lain:a. siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih kompleks,b. siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan) yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari example dan non example,c. siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.Keunggulan lainnya dalam model pembelajaran example non example diantaranya:a. siswa lebih berpikir kritis dalam menganalisis gambar yang relevan dengan kompetensi dasar (KD),b. siswa mengetahui aplikasi materi berupa contoh gambar yang relevan dengan kompetensi dasar (KD),c. siswa diberi kesempatan mengemukakan pendapatnya mengenai analisis gambar yang relevan dengan kompetensi dasar (KD).Tennyson dan Pork (Slavin, 2002) menyarankan bahwa jika guru akan menyajikan contoh dari suatu konsep maka ada tiga hal yang seharusnya diperhatikan, yaitu: 1) urutkan contoh dari yang gampang ke yang sulit, 2) pilih contoh-contoh yang berbeda satu sama lain, 3) bandingkan dan bedakan contoh-contoh dan bukan contoh.Terdapat dua dampak yang terjadi jika menggunakan model pembelajaran example non example, yaitu dampak instruksional dan dampak pengiring. Dampak intruksional adalah dampak yang terlihat setelah kegiatan pembelajaran, sedangkan dampak pengiring adalah dampak yang tidak langsung terlihat, akan tetapi mengiringi dampak intruksional. Dampak instruksional dalam pembelajaran ini adalah siswa menjadi lebih aktif, berani mengemukakan pendapat atau gagasannya sendiri, aktif berdiskusi, dan dapat belajar dari pengalamannya sendiri. Adapun dampak pengiringnya adalah siswa mampu meningkatkan kerjasama secara kooperatif untuk materi yang ditugaskan, bertanggung jawab, berusaha memahami materi dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

3) Kelemahan Model Example Non ExampleAda dua kelemahan yang muncul dalam pembelajaran model example non example, diantaranya: 1) tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar, 2) memakan banyak waktu. 4) Langkah-Langkah Pembelajaran Example Non ExampleMenurut Suprijono (2009: 125), langkah-langkah model pembelajaran example non example diantaranya:a. guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Gambar yang digunakan tentunya merupakan gambar yang relevan dengan materi yang dibahas dan sesuai dengan kompetensi dasar (KD),b. guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui LCD atau OHP, dapat pula menggunakan proyektor. Pada tahap ini guru juga dapat meminta bantuan siswa untuk mempersiapkan gambar yang telah dibuat dan sekaligus pembentukan kelompok siswa,c. guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan siswa untuk memperhatikan atau menganalisis gambar. Biarkan siswa melihat dan menelaah gambar yang disajikan secara seksama, agar detil gambar dapat dipahami oleh siswa. Selain itu guru juga memberikan deskripsi jelas tentang gambar yang sedang diamati siswa,d. melalui diskusi kelompok 2-3 orang, hasil diskusi dan analisis gambar tersebut dicatat pada kertas. Kertas yang digunakan lebih baik jika disediakan guru,e. mulai dari komentar hasil diskusi siswa, guru mmenjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. Setelah memahami hasil dari analisis yang dilakukan siswa, maka guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,f. guru dan siswa menyimpulkan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Modifikasi model pembelajaran example non example: (1) guru menulis topik pembelajaran, (2) guru menulis tujuan pembelajaran, (3) guru membagi peserta didik dalam kelompok (masing-masing 6-7 orang), (4) guru menempelkan gambar di papan tulis atau menayangkannya melalui LCD atau OHP, (5) guru meminta masing-masing kelompok untuk membuat rangkuman tentang macam-macam gambar yang ditunjukan oleh guru melalui LCD, (6) guru meminta salah satu kelompok mempresentasikan hasil rangkumannya, sementara kelompok lain sebagai penyangga atau penanya, (7) peserta didik melakukan diskusi, (8) guru memberikan penguatan pada hasil diskusi.

B. Kerangka BerfikirSiswa perlu memiliki aktifitas dalam belajar. Dengan aktifitas yang tinggi maka hasil belajar siswa meningkat. Rendahnya aktifitas belajar siswa merupakan salah satu permasalahan umum yang terjadi dalam dunia pendidikan. Kaitannya dengan mata pelajaran Bahasa Inggris dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit. Sehingga hasil belajar Bahasa Inggris cenderung rendah, pada kelas VII E SMP N 1 Buayan kabupaten Kebumen, ketuntasan belajar masih rendah. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran Example Non Example dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

Masalah Tindakan Hasil

Pembelajaran menggunakan model Example Non ExamplePrestasi belajar siswa meningkatRendahnya aktifitas belajar siswaPrestasi di bawah KKM yang telah ditentukan

Guru melakukan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran bahasa inggris dengan menggunakan model pembelajaran Example Non Example. Penerapan model pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif dan dapat membangun konsep melalui pengalaman dari example dan non example. Dari hasil tersebut akan terlihat peningkatan prestasi belajar sisiwa.

C. Hipotesis TindakanBerdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas, dapat dinyatakan hipotesis penelitian ini yakni Jika diterapkan Model Example Non Example dalam proses pembelajaran di kelas, akan meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris tentang menulis teks deskriptif pada siswa kelas VII E SMP N 1 Buayan kabupaten Kebumen.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian1. Setting TempatPenelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Buayan,kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen. SMP Negeri 1 Buayan terletak di Jalan Karangbolong, KM 7 Buayan yang mayoritas penduduknya petani. Peneliti melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Buayan karena peneliti adalah guru di SMP Negeri 1 Buayan.2. Setting WaktuPenelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret s.d Mei tahun 2015 dan pada kalender pendidikan adalah semester 2 tahun pelajaran 2014 2015. Pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :a. Persiapan, penyususnan proposal dan penyusunan alat instrument diakukan pada bulan Maret 2015b. Pelaksanaan pengajaran diakukan pada bulan April 2015c. Penyusunan laporan dilakukan pada bulan Mei 2015

Tabel 3.1. Alokasi Waktu PenelitianNo.Uraian KegiatanMaretAprilMei

1234512341234

1.PersiapanX

2.Penyusunan proposalXX

3.Penyusunan alat instrumentX

4.Kegiatan siklus IXX

5.Kegiatan siklus IIXX

6.Penyusunan laporanXXXX

Melihat tabel di atas maka rincian persiklusnya adalah sebagai berikut;a. Siklus pertama : tanggal 7 dan 10 April 2015 b. Siklus kedua : tanggal 17 dan 21 April 2015 satu siklus 2 x pertemuan (2 x 40 menit) analisis data termasuk dalam siklus.

3. Mata PelajaranMata Pelajaran yang menjadi bahan kajian penelitian yaitu Mata Pelajaran Bahasa Inggris dengan materi pokok Menulis Teks Deskriptif yang merupakan materi pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 dengan spesifikasi sebagai berikut ;3.1. Kompetensi Inti: 3.1.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.3.1.2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.3.1.3 Memahami pengetahuan (factual, konseptual, dan procedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.3.1.4 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.3.2. Kompetensi Dasar: 3.2.1 Mensyukuri kesempatan dapat mempelajari bahasa inggris sebagai bahasa pengantar komunikasi Internasional yang diwujudkan dalam semangat belajar.3.2.2 Menunjukkan perilaku tanggungjawab, peduli, jujur, disiplin, percaya diri, dan tanggungjawab dalam melaksanakan komunikasi fungsional.3.2.3 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, percaya diri, dan tnggungjawab dalam melaksanakan komunikasi transaksional dengan guru dan teman.3.2.4 Menunjukkan perilaku tnggungjawab, peduli, kerjasama dan cinta damai, dalam melaksanakan komunikasi fungsional.3.2.5 Memahami fungsi social , setruktur teks, dan unsure kebahasaan dari teks deskriptif dengan menyatakan dan menanyakan tentang deskriptif orang, sangat pendek dan sederhana sesuai dengan konstek penggunaannya.3.2.6 Menangkap makna dalam teks deskriptif lisan dan tulisan, sangat pendek dan sederhana.3.2.7 Menyusun teks deskriptif lisan dan tulisan sangat pendek dan sederhana , tentang orang dengan memperhatikan fungsi social , setruktur teks, dan unsure kebahasaan, secara benar dan sesuai konstek.3.3. Indikator:3.3.1 Menunjukkan sikap sungguh sungguh dalam belajar.3.3.2 Berperilaku sopan, jujur, disiplin, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam melaksanakan komunikasi transaksional dengan guru dan teman.3.3.3 Menjelaskan fungsi sosial, setruktur teks, dan unsur kebahasaan dari teks deskriptif tentang orang.3.3.4 Menyusun teks lisan dan tulis untuk mendeskriptifkan orang dengan sangat pendek dan sederhana. B. Subyek PenelitianSubyek penelitian ini adalah siswa kelas VII E semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 SMP Negeri 1 Buayan. Jumlah siswa yang menjadi subyek penelitian adalah 32 siswa, terdiri dari 14 siswa laki laki, dan 18 siswa perempuan. Alasan penulis melakukan penelitian di kelas VII E karena pada kelas ini termasuk kelas yang rendah di banding dengan kelas yang lainnya pada mata pelajaran Bahasa Inggris.C. Sumber DataDalam Penelitian Tindakan Kelas peneliti menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif. Adapun yang menjadi sumber data adalah siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Data kuantitatif berupa data hasil pembelajaran yang diperoleh melalui ulangan ulangan atau test formatif. Sedangkan data kualitatif berupa proses pembelajaran yang diperoleh melalui test dalam proses pembelajaran. Lebih jelasnya dapat dilihat rincian uraian sebagai berikut:a. Data kuantitatifCara pengumpulan data kuantitatif adalah melalui proses penilaian pada setiap siklus yang merekam daya serap siswa terhadap pembelajaran. Bentuk penilaiannya adalah test tertulis.b. Data KualitatifCara pengumpulan data kualitatif yaitu melalui pelaksanaan observasi atas keaktifan siswa, keaktifan guru, suasana pembelajaran dan respon atau tanggapan siswa tentang pembelajaran yang dilakukan dengan memakai alat bantu lembar observasi sistematik.Data yang dibutuhkan diambil dari hasil evaluasi dan hasil observasi siswa kelas VII E semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 32 anak terdiri dari 14 anak laki-laki dan 18 anak perempuan. Data diperoleh dengan cara menjawab pertanyaan yang berupa soal-soal yang berhubungan dengan materi pembelajaran.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data1. Teknik pengumpulan dataPengumpulan data yang dimaksudkan untuk memperoleh keterangan yang benar dan dapat dipercaya dalam penelitian. Untuk mengumpulkan data ini perlu digunakan teknik yang tepat. Teknik pengumpulan data banyak ragamnya dan masing-masing teknik mempunyai karakteristik sendiri serta kelemahan dan kelebihan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Data Kuantitatif a. Data tentang hasil belajar siswa.b. Data tentang penilaian kegiatan siswa. 2. Data Kualitatifa. Data tentang kemudahan siswa dalam memahami materi setelah intervensib. Data tentang kesungguhan belajar siswa.

2. Alat pengumpulan dataa. Data tentang hasil belajar siswa dengan memberikan test formatif kepada siswa.b. Data tentang penilaian kegiatan siswa dengan menggunakan lembar penilaian Kegiatan siswa setiap kelompok. c. Data tentang kemudahan siswa dalam memahami materi setelah intervensi, dilakukan melalui wawancara dengan siswad. Data tentang kesungguhan belajar siswa, dilakukan dengan menggunakan lembar Observasi.

E. Validasi DataData kualitatif dalam penelitian ini diuji hasil pengecekan data atau kesahihan data yang di lakukan dengan triangulasi sumber data dan triangulasi waktu. Triangulasi data antara peneliti, praktisi, yaitu guru-guru yang mengajar di kelas VII SMP Negeri 1 Buayan khususnya guru yang mengajar di kelas VII C. Untuk menarik kesimpulan tentang hasil tindakan penelitian melalui pengecekan kembali data yang sudah diperoleh tiga sumber. Triangulasi waktu meliputi sebelum, saat, dan setelah dilaksanakan tindakan penelitian. Sedangkan data kuantitatif dilakukan dengan cara pengecekan kembali data yang diperoleh melalui analisis teknik pengumpulan data yaitu test, observasi, wawancara, dan komunikasi.Selain itu dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sudah berdasarkan Kurikulum 2013.

F. Analisis DataData yang diperoleh dalam penelitian ini berupa lembar observasi dalam proses pembelajaran, angket siswa pada akhir tiap siklus, catatan lapangan, dan hasil belajar siswa. Dalam penelitian tindakan kelas ini, analisis data yang digunakan yaitu analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Secara rinci dapat digolongkan sebagai berikut :Untuk menganalisis nilai hasil belajar siswa, maka dilakukan dengan cara membandingkan nilai yang diperoleh pada siklus I dan siklus II dengan menghitung nilai rata-rata setiap siswa pada setiap akhir siklus dan menghitung hasil tes dengan rumus : 1) Menghitung hasil tesa) Menghitung nilai tiap siswaNilai = x 100 (Sumber: Arikunto, 2010)b) Menghitung nilai rata-rata kelas dengan rumus = Keterangan : = Niai total yang diperoleh siswa N= Banyak siswa= Rata- rata kelas(Sumber: Arikunto 2010)c) Menghitung ketuntasan belajar siswa dengan rumus d) Ketuntasan Belajar Siswa KB =

Keterangan : KB = Persentase Ketuntasan Belajar N = Jumlah siswa yang tuntas belajar = Jumlah seluruh siswa

2) Menghitung Observasi Aktivitas GuruSkor1= Guru dalam proses pembelajaran kurang2= Guru dalam proses pembelajaran cukup3= Guru dalam proses pembelajaran baik4= Guru dalam proses pembelajaran sangat baikUntuk menganalisis lembar observasi aktivitas guru digunakan rumus sebagai berikut: NP = x100keterangan : NP= nilai persen yang dicari R= skor yang diperoleh siswa SM= skor maksimum 100= bilangan tetapKriteria :86 100% : sangat baik 76 85%: baik60 75%: cukup55 59%: kurang 54 %: kurang sekali(Purwanto, 2010:103)

Untuk menganalisis nilai hasil wawancara, dalam analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu Sugiyono (2010). Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2010), mengemukakan analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif terdiri dari tiga komponen yaitu data reduction, data display, dan data conclision drawing/verification.

Data colectionData reduction Data display Conclusions drawing/verifying

Gambar 3.1 Komponen dalam analisis data ( interactive model )a. Data Reduction (Data Reduksi)Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.b. Data Display (Penyajian data) Setelah data reduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. c. Conclusion Drawing / verivication Langkah ketiga menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak karena yang seperti dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.

G. Indikator KeberhasilanPenelitian ini dinyatakan berhasil apabila dari tiap siklus yaitu siklus I ke siklus II mengalami peningkatan prestasi belajar siswa pada proses pembelajaran Bahasa Inggris tentang menulis teks deskriptif pada siswa kelas VII E SMP N 1 Buayan kabupaten Kebumen. Adapun rincian indikator keberhasilan sebagai berikut adanya peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris tentang menulis teks deskriptif pada siswa kelas VII E SMP N 1 Buayan kabupaten Kebumen setiap siklus yang ditandai dengan peningkatan skor prestasi belajar siswa sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa telah menunjukkan prestasi belajar lebih dari sama dengan 75.

H. Prosedur PenelitianPenelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi dan refleksi. Setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan, dimana setiap pertemuannya 2 x 40 menitAdapun desain penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan MC Taggart dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1 PTK Model Kemmis dan MC TaggartJika dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart pada hakikatnya berupa perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari 4 komponen yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu pengertian siklus ini adalah perputaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi dan refleksi. Setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan, setiap pertemuannya 2 x 40 menit.Secara rinci prosedur penelitian sebagai berikut:1. Rencana Tindakan Siklus 1a. Tahap PerencanaanBagian awal dari penelitian berupa tahap persiapan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah yang telah ditetapkan. Pada tahap persiapan ini rencana tindakan yang telah disusun oleh peneliti berupa rencana pelaksanaan pembelajaran dengan rincian sebagai berikut:Waktu Pelaksanaan: Selasa, 7 April dan Jumat, 10 April 2015Pelaksana : PenelitiObserver : Teman sejawatSubyek Penelitian : Siswa kelas VII E SMP Negeri 1 BuayanMateri Pembelajaran: Menulis Teks Deskriptifb. Tahap PelaksanaSetelah perencanaan telah matang maka tindakan siap dijalankan. Langkah kongkret mengenai pembelajaran akan dituangkan dalam RPP. Secara garis besar tahapan pembelajaran dengan menggunakan Model Example Non Example adalah sebagai berikut :1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran Example Non Example.a. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok.b. Tiap kelompok ditugaskan untuk menganalisa gambar yang ditempelkan di papan tulis atau ditayangkan melalui LCD.c. Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya.3) Guru meminta masing-masing kelompok untuk membuat rangkuman tentang macam-macam gambar .4) Guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil rangkumannya.5) Guru melakukan Tanya jawab tentang tugas yang dikerjakan.6) Dipimpin oleh guru, siswa menyimpulkan hasil diskusi .7) Guru melakukan penilaian yang sebenarnya dari berbagai sumber informasi dan dengan berbagai cara.c. Tahap Observasi Tahap observasi atau pemantauan dilaksanakan seiring pelaksanaan tindakan, dalam tahap ini akan dikumpulkan data-data yang diperlukan sebagai bukti pelaksanaan yang nantinya akan dianalisis. Observasi siklus pertama akan dilakukan oleh Peneliti kepada siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Buayan. Selama kegiatan pelaksanaan siklus 1 ini peneliti di observasi oleh teman sejawat. Pelaksanaan observasi dengan menggunakan lembar observasi tentang pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung berupa proses pembelajaran dan lembar penilaian berupa hasil belajar.d. Tahap Refleksi Untuk mengetahui keberhasilan siklus I perlu diadakan analisis data.Kemudian data yang telah dianalisis akan dijadikan dasar dalam tahap refleksi. Tahap ini juga akan menentukan langkah-langkah di siklus selanjutnya.Melalui triangulasi data pada tahap refleksi akan dicari kelemahan-kelemahan dan kekurangan yang ada pada siklus I menunjukkan adanya hasil yang belum maksimal , untuk selanjtnya diperbaiki di siklus selanjutnya. Sedangkan bagi perencanaan yang telah berhasil agar terus ditingkatkan di siklus kedua.2. Rencana Tindakan Siklus 2Pada siklus ini diharapkan sudah terjadi perubahan mendasar. Perubahan dan perbaikan didasarkan atas refleksi pada siklus I.a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dengan memperdalam penggunaan Model Example Non Example dan melanjutkan materi yang ada. Pembelajaran ini diterapkan pada siswa yang heterogen yang meliputi kinerja, prestasi dan jenis kelamin dengan rincian sebagai berikut:Waktu Pelaksanaan: Jumat, 17 April dan selasa, 21 April 2015Pelaksana : PenelitiObserver : Teman sejawatSubyek Penelitian : Siswa kelas VII E SMP Negeri 1 BuayanMateri Pembelajaran: Menulis Teks Deskriptif

b. Tahap PelaksanaanTahap pelaksanaan tindakan merupakan kegiatan dimana segala sesuatu yang telah direncanakan pada siklus II dilaksanakan sesuai waktu yang telah direncanakan sebelumnya. Secara garis besar tahapan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Model Example Non Example adalah sebagai berikut :1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran Model Example Non Example.a) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok .b) Tiap kelompok ditugaskan untuk menganalisa gambar yang ditempelkan di papan tulis atau ditayangkan di LCD.3) Siswa menuliskan hasil temuan mereka yang sesuai dengan kelompoknya.1. Guru meminta masing-masing kelompok untuk membuat rangkuman.2. Guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil rangkumannya.3. Guru melakukan Tanya jawab tentang tugas yang dikerjakan4) Dipimpin oleh guru, siswa menyimpulkan hasil diskusi.5) Guru melakukan penilaian yang sebenarnya dari berbagai sumber dengan informasi dan dengan berbagai cara gambar.c. Tahap ObservasiTahap observasi atau pemantauan dilaksanakan seiring pelaksanaan tindakan, dilam tahap ini akan dikumpulkan data-data yang diperlukan sebagai bukti pelaksanaan yang nantinya akan dianalisis. Observasi siklus kedua akan dilakukan oleh Peneliti kepada siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Buayan. Selama kegiatan pelaksanaan siklus II ini peneliti diobservasi oleh teman sejawat. Pelaksanaan observasi dengan menggunakan lembar observasi tentang pembelajaran yangberlangsung untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran dan lembar evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa dalampembelajaran.d. Tahap RefleksiRefleksi merupakan langkah dari suatu tindakan untuk menemukan kekurangan selama proses pembelajaran. Data dari hasil evaluasi siswa dan lembar observasi dianalisis dan direfleksi untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran bahasa inggris. Dari hasil refleksi proses pembelajaran telah berlangsung secara optimal. Dengan demikian tindakan siklus kedua dihentikan karena hasil belajar telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian1. Deskripsi Kondisi Awala. Gambaran Sekilas Tentang SettingPenelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Buayan, Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen. SMP Negeri 1 Buayan terletak di RT 02, RW 03 Dukuh Sikayu, Desa Sikayu. Di sekitar sekolah terdapat lingkungan rumah penduduk SMP Negeri 1 Buayan terletak 9 km sebelah selatan kota Gombong.Di bawah ini merupakan gambar tampak depan lokasi SMP Negeri 1 Buayan Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen sebagai berikut :Gambar 4.1 Tampak depan SMP Negeri 1 Buayan

b. Pengamatan Kondisi Awal SiswaBerdasarkan studi awal mata pelajaran Bahasa Inggris, ketika guru belum menggunakan media pembelajaran Example Non Example dalam pembelajaran pada materi menulis teks deskriptif di sekolah hasil test formatif rendah. Berikut ini adalah subyek yang dijadikan penelitian sebanyak 32 anak siswa kelas VII E semester 2 Tahun pelajaran 2014 / 2015 SMP Negeri 1 Buayan sebagai berikut:

Gambar 4.2 Siswa kelas VII E tahun pelajaran 2014 / 2015

Berdasarkan hasil nilai formatif studi awal hasil belajar yang diperoleh siswa tidak memuaskan. Siswa yang tuntas atau memperoleh nilai sama atau diatas 75 hanya 4 anak atau 12,5% sedangkan siswa yang belum tuntas 28 anak atau 87,5%. Hal tersebut menunjukkan perlu dilakukan proses belajar ulang dengan melakukan perubahan cara mengajar yaitu dengan memilih media pembelajaran yang tepat dan penggunaan metode yang relevan. Secara rinci nilai hasil dari studi awal dapat dilihat pada table sebagai berikut :

Tabel 4.1 Nilai Hasil Belajar Siswa Studi AwalNo.Nama SiswaKKMHasil TesStudi AwalKeterangan:Tuntas/Tidak Tuntas

1Adi Saputra 75 50TT

2Agnes Fernanda 75 34TT

3Amellia Putri 75 56TT

4Angga Prasetyo 75 88T

5Aries Solehudin 75 44TT

6Arlina Rahayu 75 44TT

7Avisha Hapsari 75 70TT

8Bayu Pratomo 75 60TT

9Dai Fitri Wahyuni 75 60TT

10Dewi Andrea Maria U. 75 34TT

11Dwi Darwati 75 46TT

12 Eka Yulianti 75 58TT

13Feri Hendrik Fernandar 75 40TT

14Fiko Lian Cahyana 75 30TT

15Ida Purwasih 75 64TT

16Indah Nur Hasanah 75 70TT

17Indah Riska Nur Afni 75 40TT

18Jamas Nuralif 75 56TT

19Kurnia Cahyadi 75 50TT

20Maesta Chintia Nilam C 75 92T

21Muhyidin 75 30TT

22Rahman Gunawan 75 46TT

23Ryadie Raka Widodo 75 56TT

24Satria Yunadimin Iman 75 58TT

25Septy Liana Sari 75 60TT

26Sirly Amalia Nugroho 75 68TT

27Siti Mukholifah 75 70TT

28Tifa Asifa Khoeriyah 75 70TT

29Tofik Rivaldi 75 68TT

30Trio Wahyu Saputro 75 100T

31Vira Fitriani Yuniar 75 70TT

32Wiji Tri Wahyuni 75 80T

Jumlah1.862

Rata-rata58,19

Ketuntasan 12,50%

2. Deskripsi Per Siklus 1a. Deskripsi Siklus 11) Tahap PerencanaanKegiatan ini dilaksanakan dengan langkah-langkah meliputi:a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan materi Orang.b) Menyusun dan membuat lembar kerja siswa (LKS), kisi-kisi soal evaluasi, lembar soal evaluasi.c) Membuat lembar observasi siswa dan pedoman wawancara.2) Tahap TindakanPelaksanaan tindakan dengan Model Example Non Example pada siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan I dilaksanakan pada hari Selasa, 7 April 2015 pukul 09.55-11.15 WIB dan pertemuan II dilaksanakan pada hari Jumat, 10 April 2015 pukul 07.0008.20 WIB dengan alokasi waktu pada pertemuan I dan pertemuan II adalah 2 x 40 menit.a) Pertemuan I (Selasa, 7 April 2015)Pelaksanaan siklus I pertemuan I pada hari Selasa, 7 April 2015 dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran mulai pukul 09.55 sampai pukul 11.15 di kelas VII E semester 2 Tahun pelajaran 2014 / 2015 SMP Negeri 1 Buayan. Sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang sudah disusun, guru mengajarkan materi menulis teks deskriptif. Rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan dijadikan pedoman selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatannya adalah sebagai berikut :(1) Kegiatan AwalGuru memberi motivasi kepada siswa. Guru menyampaikan apersepsi. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan ruang lingkup cakupan pembelajaran.

(2) Kegiatan IntiPada kegiatan inti guru meminta siswa untuk mengamati gambar. Guru meminta siswa menyebutkan nama orang yang ada di gambar tersebut. Membimbing siswa untuk bertanya. Adapun gambar guru dalam membimbing siswa untuk bertanya dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 4.1Proses pembelajaran siklus I pertemuan I guru sedang membimbing siswa untuk bertanya.

Gambar 4.2Proses pembelajaran siklus I pertemuan I guru sedang menerangkan pelajaran.

Gambar 4.3Proses pembelajaran siklus I pertemuan I siswa mengerjakan soal.

(3) Kegiatan PenutupPada kegiatan penutup Guru memberikan tugas untuk mengumpulkan/ menyiapkan gambar-gambar keluarga dari rumah.b) Pertemuan II (Jumat, 10 April 2015)Pelaksanaan siklus I pertemuan II pada hari Jumat, 10 April 2015 dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran mulai pukul 07.00-08.20 di kelas VII E semester 2 Tahun pelajaran 2014 / 2015 SMP Negeri 1 Buayan materi menulis teks deskriptif. Rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan dijadikan pedoman selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatannya adalah sebagai berikut :(1) Kegiatan AwalGuru memberi motivasi kepada siswa. Guru menyampaikan apersepsi. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan ruang lingkup cakupan pembelajaran.(2) Kegiatan IntiPada kegiatan inti guru menyediakan gambar. Guru meminta siswa untuk memperlihatkan gambar orang yang telah disiapkan siswa. Guru meminta siswa menanyakan gambar yang disampaikan kemarin. Adapun gambar siswa mengerjakan tugas dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 4.4Proses pembelajaran siklus I pertemuan II siswa mengerjakan tugas.

Gambar 4.5Proses pembelajaran siklus I pertemuan II guru sedang menerangkan.

Gambar 4.6Proses pembelajaran siklus I pertemuan II guru sedang membimbing siswa.

(3) Kegiatan PenutupKegiatan akhir dari pertemuan 2 siklus I adalah bersama peserta didik guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari tentang bagaimana mendiskripsikan orang. 3) Tahap Observasi/PengamatanPada observasi guru siklus I dilakukan oleh teman sejawat. Hasil observasi terhadap aktivitas guru, dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran Bahasa Inggris materi menulis teks deskriptif pada siswa kelas VII E SMP N 1 Buayan kabupaten Kebumen. Dari hasil observasi aktifitas guru dapat dikatakan bahwa guru dalam pengelolaan pembelajaran di kelas cukup baik hal ini ditunjukan dalam hasil observasi siklus I mencapai 70,83%, hasil observasi aktivitas guru. Observasi Aktivitas siswa dilakukan oleh peneliti. Hasil observasi terhadap aktivitas pelaksanaan tindakan siswa, dalam pelaksanan pembelajaran dengan metode power point kreatif pada siswa kelas VII E SMP N 1 Buayan kabupaten Kebumen pada mata pelajaran Bahasa Inggris materi menulis teks deskriptif model example non example dengan menggunakan media power point menggunakan lembar soal evaluasi untuk mengetahui prestasi belajar siswa dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran Bahasa Inggris dengan alat bantu yang telah dipersiapkan sebelumnya, hasil nilai jawaban siswa dapat dilihat pada tabel dibawah. Tabel 4. 2. Hasil Evaluasi Siklus INo.NamaP1P2siklus 1Keterangan

1Adi saputra405045Tidak tuntas

2Agnes fernanda304035Tidak tuntas

3Amelia putrid807577.5Tuntas

4Angga prasetyo758077.5Tuntas

5Aries solehudin758077.5Tuntas

6Arina rahayu606562.5Tidak tuntas

7Avisha hapsari758077.5Tuntas

8Bayu pratomo606562.5Tidak tuntas

9Dai fitri wahyuni607065Tidak tuntas

10Dewi andre maria ulfa757575Tuntas

11Dwi darwati758077.5Tuntas

12Eka yulianti758077.5Tuntas

13Feri hendrik fernandan605055Tidak tuntas

14Fika lian cahyana304035Tidak tuntas

15Ida purwasih807577.5Tuntas

16Indah nur khasanah807577.5Tuntas

17Indah riska nur afni606562.5Tidak tuntas

18Jamas nuralif506055Tidak tuntas

19Kurnia cahyadi506055Tidak tuntas

20Maesta chinta nilam c.908085Tuntas

21Muhyidin606562.5Tidak tuntas

22Rahman gunawan757575Tuntas

23Ryadie raka widodo506055Tidak tuntas

24Satria yunadimin imam758077.5Tuntas

25Septy liana sary606562.5Tidak tuntas

26Sirly amalia nugroho808080Tuntas

27Siti mukholifah908085Tuntas

28Tifa asifa khoeriyah606562.5Tidak tuntas

29Tofik rivaldi758077.5Tuntas

30Trio wahyusaputro758077.5Tuntas

31Vira vitriani yuniar807577.5Tuntas

32Wiji tri wahyuni607567.5Tidak tuntas

Jumlah212022252172.5

Rata-rata66.2569.5367.89

Dari tabel 4.2 diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor evaluasi siswa siklus 1 sebesar 67,89% belum memenuhi KKM sebesar 75. Berdasarkan tabel tersebut juga diketahui bahwa nilai rata-rata pertemuan pertama sebesar 66,25% dan pertemuan kedua sebesar 69,53% menunjukkan adanya peningkatan.

1) Aktivitas guru Untuk hasil pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas guru dapat ditunjukkan dalam tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus INo.Aspek yang DiamatiNilai 1Nilai 2Rata-rata

1Memberikana presiasi kepada siswa757575

2Penjelasan757575

3Setting757575

4Mengawasi dan membimbing diskusi kelompok dalam proses pencarian pasangan kelompok apabila mengalami kesulitan. 505050

5Interaksi757575

6Menyimpulkan hasil diskusi kelompok bersama-sama dengan siswa507562.5

7Menjelaskancara menggunakan media, alat peraga dan membimbing siswa menggunakan media tersebut757575

8Motivator757575

9Penutup757575

Jumlah625650637.5

Rata-rata69.4472.2270.83

KriteriaCukupCukupCukup

Dari tabel 4.3 diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor observasi guru sebesar 70,83% dan termasuk dalam kriteria cukup. Dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai observasi guru pada pertemuan pertama sebesar 69,44 dan pertemuan kedua sebesar 72,22%, hal ini menunjukkan ada peningkatan aktivitas guru.3)Prestasi belajar siswa Hasil tindakan siklus I berupa prestasi belajar Bahasa Inggris disajikan pada tabel 4.4 sebagai berikut:Tabel 4. 4 Prestasi Belajar Bahasa Inggris Siklus 1P 1P 2Siklus 1

Rata-rata skor prestasi66,2569,2267,73

Presentase ketuntasan klasikal (%)53,13%56,25%53,13%

Tuntas 171817

Belum tuntas151415

Dari tabel 4. 3 diperoleh hasil evaluasi siklus I pertemuan 1 nilai rata-rata sebesar 66,25 dengan ketuntasan klasikal 53,13% dan nilai rata-rata pertemuan 2 sebesar 69,22 dengan ketuntasan klasikal 56,25%. Nilai rata-rata kelas Bahasa Inggris dari nilai siklus 1 yaitu dari 67,73. Persentase ketuntasan klasikal sebesar 53,13% yaitu siswa tuntas mencapai 17 siswa dan tidak tuntas mencapai 15. Dengan adanya ketuntasan klasikal mencapai 53,13% maka pembelajaran dikatakan belumberhasil karena belum mencapai ketuntasan minimal yang diharapkan yaitu 85%.

5) Hasil RefleksiKegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah dilaksanakan pada siklus I yang dilakukan pada pertemuan I dan II sudah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat waktu perencanaan. Pada siklus I pembelajaran Bahasa Inggris tentang menulis teks deskriptif dikatakan belum berhasil, hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata evaluasi diperoleh nilai rata-rata kelas 67,89 dengan ketuntasan klasikal sebesar 53,13%. Skor rata-rata keseluruhan observasi aktivitas guru pada siklus I adalah 70,83% yang masuk dalam kategori aktivitas guru cukup dalam pembelajaran. Pembelajaran pada siklus I belum mencapai indikator kinerja yang ditargetkan. Ada beberapa hal yang perlu untuk diperbaiki pada siklus selanjutnya, yaitu:1) Dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru kurang lengkap. Siswa juga kurang kreatif, dan belum mencatat semua materi pelajaran yang telah dipelajari. 2) Nilai ketuntasan secara klasikal perlu untuk ditingkatkan. Hal ini karena ketuntasan secara klasikal prestasi belajar yang diperoleh baru 53,13% sedangkan yang ditargetkan adalah 85%. Upaya yang perlu dilakukan untuk siklus selanjutnya agar terjadi peningkatan hasil belajar antara lain:1) Guru memberikan dorongan kepada siswa agar dapat meningkatkan kreatifitas sehingga siswa lebih kreatif dalam mengikuti pembelajaran.2) Guru memberikan bimbingan yang lebih intensif terhadap siswa agar dapat lebih mudah dalam memahami materi dan menulis deskriptif.

b. Deskripsi Siklus 21. Tahap PerencanaanKegiatan ini dilaksanakan dengan menentukan langkah-langkah penelitian hasilnya adalah:a) Menghasilkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus 2 dengan pokok bahasan Benda untuk pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2. b) Menggunakan dan melengkapi alat/media pembelajaran yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran. c) Menggunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi aktifitas guru. d) Menggunakan soal evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa. 2. Tahap TindakanDalam pelaksanaan Siklus II dibagi menjadi 2 pertemuan, yaitu :1). Pertemuan I (Jumat, 17 April 2015)Pelaksanaan siklus II pertemuan 1 pada hari Jumat, 17 April 2015 dengan alokasi waktu 2 jam palajaran mulai pukul 07.00 sampai pukul 08.20 di kelas VII E semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 SMP Negeri 1 Buayan pada pembelajaran Bahasa Ingris dengan materi menulis teks deskriptif, sebagai pelaksana tindakan adalah peneliti, dan sebagai observer adalah teman sejawat. Rencana pembelajaran siklus II yang telah dipersiapkan dijadikan pedoman selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatannya adalah sebagai berikut :a) Kegiatan AwalGuru mengucapkan salam dan berdoa. Guru memberikan motivasi dan apersepsi. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.b) Kegiatan IntiMemasuki kegiatan inti guru mengamati dengan cara : mendengarkan deskripsi tentang benda dengan sangat pendek dan sederhana, dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks dan menyalinnya. Mengikuti interaksi deskripsi tentang benda. Menirukan model deskripsi tentang benda. Dengan bimbingan dan arahan guru, siswa mendeskripsikan Benda (fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan).Guru mempertanyakan dengan bimbingan dan arahan guru, siswa mempertanyakan antara lain bagian bagian dari benda yang akan dideskripsikan. Guru mengeksplorasi / mencoba dengan cara siswa mendeskripsikan benda tertentu dalam bentuk kegiatan terstruktur. Guru mengasosiasikan / menalar dengan cara membandingkan cara mendeskripsikan yang mereka ketahui dengan deskripsi dalam bahasa inggris. Guru mengkomunikasikan dengan cara siswa menyampaikan hasil deskripsi tentang benda. Adapun gambar siswa ketika mengikuti pembelajaran dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 4.7Proses Pembelajaran Siklus II Pertemuan I siswa sedang berdiskusi.

Gambar 4.8Proses Pembelajaran Siklus II Pertemuan I Guru sedang membimbing siswa.

Gambar 4.9Proses Pembelajaran Siklus II Pertemuan I siswa aktif dalam kelas.

c) Kegiatan PenutupPada kegiatan penutup guru dan siswa membuat rangkuman/simpulan pelajaran. Guru melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram. Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. Memberikan tugas, baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

2). Pertemuan II (Selasa, 21 April 2015)Pelaksanaan siklus II pertemuan II pada hari Selasa, 21 April 2015 dengan alokasi waktu 2 jam palajaran mulai pukul 09.55 sampai pukul 11.15 di kelas VII E semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 SMP Negeri 1 Buayan pada pembelajaran Bahasa Ingris dengan materi menulis teks deskriptif, sebagai pelaksana tindakan adalah peneliti, dan sebagai observer adalah teman sejawat.Rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan dijadikan pedoman selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatannya adalah sebagai berikut :a) Kegiatan AwalPada awal pembelajaran guru mengucapkan salam dan berdoa. Guru memberikan motivasi dan apersepsi. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.

b) Kegiatan IntiMemasuki kegiatan inti guru mengamati dengan cara mendengarkan deskripsi tentang benda dengan sangat pendek dan sederhana, dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks dan menyalinnya. Mengikuti interaksi deskripsi tentang benda. Menirukan model deskripsi tentang benda. Dengan bimbingan dan arahan guru, siswa mendeskripsikan Benda (fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan). Guru mempertanyakan dengan cara memberikan bimbingan dan arahan, mempertanyakan antara lain bagian bagian dari benda yang akan dideskripsikan. Mengeksplorasi / Mencoba dengan cara siswa mendeskripsikan benda tertentu dalam bentuk kegiatan terstruktur. Mengasosiasikan / Menalar dengan cara siswa membandingkan cara mendeskripsikan yang mereka ketahui dengan deskripsi dalam bahasa inggris. Mengkomunikasikan dengan cara siswa menyampaikan hasil deskripsi tentang benda. Adapun gambar keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 4.10Proses Pembelajaran Siklus II Pertemuan II siswa sedang mengerjakan tugas

Gambar 4.11Proses Pembelajaran Siklus II Pertemuan II Guru sedang mengamati siswa mengerkana soal.

Gambar 4.12Proses Pembelajaran Siklus II Pertemuan II Guru sedang menerangkan.

c) Kegiatan PenutupKegiatan akhir dari pertemuan 2 siklus 2 adalah Guru dan siswa membuat rangkuman/simpulan pelajaran. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. Memberikan tugas, baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

3. Tahap Observasi / Pengamatan1). Hasil Observasi Siklus II Pada observasi guru siklus 2 pertemuan I dan 2 dilakukan oleh rekan sejawat. Hasil observasi terhadap aktivitas guru, dalam pelaksanan pembelajaran Bahasa Ingris materi menulis teks deskriptif di kelas VII E semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 SMP Negeri 1 Buayan, menggunakan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Example Non Example dengan menggunakan media power point yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dari hasil observasi aktifitas guru dapat dikatakan bahwa guru dalam pengelolaan pembelajaran di kelas baik, hal ini ditunjukan dalam hasil observasi siklus 2 pertemuan I mencapai 77,78, dan pada pertemuan 2 adalah 88,89 hasil observasi aktivitas guru menunjukkan adanya peningkatan.Observasi Aktivitas siswa dilakukan oleh peneliti. Hasil observasi terhadap aktivitas pelaksanaan tindakan siswa, dalam pelaksanan pembelajaran Bahasa Ingris materi menulis teks deskriptif di kelas VII E semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 SMP Negeri 1 Buayan dengan model pembelajaran Example Non Example dengan menggunakan media power point yang telah dipersiapkan sebelumnya, hasil observasi aktifitas siswa dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 4.5. Hasil Analisis Evaluasi Siklus 2No.NamaP1P2Siklus 2Keterangan

1Adi saputra506055Tidak tuntas

2Agnes fernanda758077.5Tuntas

3Amelia putrid757575Tuntas

4Angga prasetyo768078Tuntas

5Aries solehudin758077.5Tuntas

6Arina rahayu757575Tuntas

7Avisha hapsari758077.5Tuntas

8Bayu pratomo506055Tidak tuntas

9Dai fitri wahyuni758077.5Tuntas

10Dewi andre maria ulfa768078Tuntas

11Dwi darwati807577.5Tuntas

12Eka yulianti808080Tuntas

13Feri hendrik fernandan407055Tidak tuntas

14Fika lian cahyana507060Tidak tuntas

15Ida purwasih9010095Tuntas

16Indah nur khasanah807577.5Tuntas

17Indah riska nur afni758077.5Tuntas

18Jamas nuralif768078Tuntas

19Kurnia cahyadi768078Tuntas

20Maesta chinta nilam c.908587.5Tuntas

21Muhyidin757575Tuntas

22Rahman gunawan808080Tuntas

23Ryadie raka widodo758077.5Tuntas

24Satria yunadimin imam758077.5Tuntas

25Septy liana sary909090Tuntas

26Sirly amalia nugroho908587.5Tuntas

27Siti mukholifah9010095Tuntas

28Tifa asifa khoeriyah758077.5Tuntas

29Tofik rivaldi808080Tuntas

30Trio wahyusaputro908085Tuntas

31Vira vitriani yuniar757575Tuntas

32Wiji tri wahyuni908085Tuntas

Jumlah242425302477

Rata-rata75.7579.0677.41

Dari tabel 4.5 di atas menunjukan bahwa aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung dari pertemuan 1 dan pertemuan 2 mengalami peningkatan pada pertemuan 1 yaitu dengan rata-rata nilai 75,75, sedangkan pada pertemuan 2 mengalami peningkatan menjadi 79,06. Serta diperoleh jumlah nilai rata-rata dari pertemuan 1 dan pertemuan 2 yaitu 77,41. 2). Aktivitas guru Untuk hasil pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas guru dapat ditunjukkan dalam tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus 2NOAspek yang DiamatiNilai 1Nilai 2Rata-rata

1Memberikana presiasi kepada siswa7510087.5

2Penjelasan7510087.5

3Setting757575

4Mengawasi dan membimbing diskusi kelompok dalam proses pencarian pasangan kelompok apabila mengalami kesulitan. 757575

5Interaksi100100100

6Menyimpulkan hasil diskusi kelompok bersama-sama dengan siswa757575

7Menjelaskancara menggunakan media, alat peraga dan membimbing siswa menggunakan media tersebut757575

8Motivator7510087.5

9Penutup7510087.5

Jumlah700800750

Rata-rata77.7888.8983.33

KriteriaBaikBaikBaik

Dari tabel 4.5 di atas menunjukan bahwa aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung dari pertemuan 1 dan pertemuan 2 mengalami peningkatan pada pertemuan 1 yaitu dengan rata-rata nilai 77,78 dengan kriteria baik, sedangkan pada pertemuan 2 mengalami peningkatan menjadi 88,89 dengan kriteria baik. Serta diperoleh nilai rata-rata dari pertemuan 1 dan pertemuan 2 yaitu 83,33 dengan kriteria kemampuan guru baik.3)Prestasi belajar siswa Hasil tindakan siklus II berupa prestasi belajar Bahasa Inggris disajikan pada tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.7 Prestasi Belajar Bahasa Inggris Siklus IIP 1P 2Siklus II

Rata-rata skor prestasi75,7579,0677,41

Presentase ketuntasan klasikal (%)87,5087,5087,50

Tuntas 282828

Belum tuntas444

Dari tabel 4.7 diperoleh hasil evaluasi siklu