analisis pengaruh atmosfer waroeng joglo “bu rini ......bau (aroma) dapat menimbulkan perasaan...
TRANSCRIPT
1
ANALISIS PENGARUH ATMOSFER WAROENG JOGLO “BU RINI” TERHADAP
KEPUASAN KONSUMEN
oleh
Niken Yunie Paramita
PENDAHULUAN
Persaingan di dunia bisnis saat ini sangatlah ketat, terutama bisnis rumah makan.
Banyaknya pesaing menimbulkan daya kreatif pada pihak pengusaha rumah makan agar menarik
konsumen datang dan menikmati apa saja yang dapat disajikan. Para konsumen pun sekarang ini
sudah pandai mengevaluasi apa saja yang ditawarkan kepada mereka. Hal tersebut mendorong
pengusaha untuk menciptakan diferensiasi tindakan untuk menetapkan sekumpulan perbedaan
yang berarti untuk membedakan penawaran perusahaan dari pesaingan (Kotler 1999:20).
Hal-hal yang dapat membuat konsumen mengambil keputusan pembelian dan
membuat pelangga puas pada sebuah rumah makan tentunya makanan atau minuman yang
disajikan. Makanan yang disajikan kepada tamu dalam keadaan fresh dan sistem pengelolaan
yang baik, penyimpanan bahan baik, peralatan dan pelengkapan berkualitas tinggi dan higienis,
cita rasa makanan baik dan sesuai dengan lidah pemesannya (Mukhtar, 2004). Makanan dan
minuman enak merupakan salah satu faktor yang biasanya membuat konsumen itu puas
terhadap rumah makan tersebut. Tetapi, juga tanpa disadari atmosfer dari rumah makan juga
dapat menarik konsumen melakukan pembelian, sehingga atmosfer yang diciptakan rumah
makan meyakinkan pelanggan untuk datang dan membuat mereka betah (Lesonsky, 2011).
Keseluruhan atmosfer yang diciptakan dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen,
rumah makan didesign sedemikian rupa untuk menarik perhatian konsumen sehingga mereka
nyaman dan meninggalkan kesan kepada para konsumen sehingga menimbulkan kepuasan.
Kepuasan merupakan kepuasan pelanggan sebagai evaluasi secara sadar atau penilaian kognitif
menyangkut apakah kinerja produk relatif bagus atau jelek atau apakah produk bersangkutan
cocok atau tidak cocok dengan tujuan pemakainya (Tjiptono, 2004). Pelanggan merasa puas
kalau harapan mereka terpenuhi, dan merasa amat gembira kalau harapan mereka terlampaui.
Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku
selanjutnya (Kotler,2000:209).
Saat ini atmosphere (suasana) menjadi faktor penting bagi seorang konsumen dalam
memilih tempat untuk bersantap. Suasana yang nyaman dan homey menjadi bahan pertimbangan
tersediri bagi konsumen sebelum memutuskan untuk datang atau mengunjungi rumah makan
tertentu. Bahkan tidak sedikit konsumen yang lebih memilih makan di sebuah rumah makan dari
pada makan di rumah dengan alasan menyukai atmosfer pada rumah makan yang bersangkutan
Menciptakan atmosfer rumah makan dapat dimulai dari tema apa yang diusung untuk
membuat rumah makan itu berbeda dengan rumah makan yang lain. Misalkan, menciptakan
rumah makan bertemakan romantis, rumah makan untuk tempat hangout, atau rumah makan
untuk tempat berkumpul keluarga dan lainnya. Menciptakan suasana yang nyaman dan
menyenangkan melalui penampilan interior dan eksterior yang seimbang serta dekorasi yang
digunakan, pemelihan warna dan fasilitas yang lengkap, seperti toilet, kursi dan meja yang
berkualitas baik, table set-up yang lengkap dan sebagainya ( Mukhtar,2004)
Atmosfer merupakan keseluruhan hal fisik dan rincian dekoratif yang digabung untuk
menciptakan suasana ambience (kesan yang ditimbulkan oleh kondisi sebuah ruangan dan
2
energi) (Quinn,1981). Atmosfer yang diciptakan pada rumah makan harus mendukung tema
yang diusung khususnya dalam hal pemilihan warna, tata cara pencahayaan, dan lainnya. Banyak
hal yang perlu diperhatikan dalam penciptaan atmosfer rumah makan. Atmosfer yang diciptakan
haruslah memperkuat produk yang ditawarkan, jika rumah makan salah dalam penciptaan
atmosfer, bisa saja para pelanggan tidak betah atau bisa saja mereka melakukan pembatalan
pembelian.
Salah satu rumah makan di Salatiga yang mengusung tema pemandangan salah satunya
adalah Waroeng joglo “Bu Rini” Salatiga. Waroeng joglo “Bu Rini” berada di jalan mawar no 5
Salatiga. Waroeng joglo “Bu Rini” Salatiga memiliki konsep yang berbeda dari pada kebanyakan
rumah makan atau restoran di kota Salatiga. Waroeng joglo “Bu Rini” Salatiga didesign
sedemikian rupa agar menimbulkan atmosfer yang dapat membuat pelanggan betah, puas dan
sampai melakukan pembelian ulang. Rumah makan tersebut memiliki nuansa Jawa, walaupun
tema yang diusung dari rumah makan tersebut bernuansa jawa tetapi makanan yang disajikan
bukan hanya makanan dari Jawa. Segmen pasar yang dilirik memang tidak dibatasi, itu terlihat
dari harga yang ditetapkan. Menu utama dari rumah makan tersebut adalah iga bakar dan gurami
bakar.
Pada Waroeng Joglo “Bu Rini” tempat makan utama didesign seperti joglo, dengan
beberapa gazebo yang seperti pondok jaga petani yang terletak tengah sawah. Di rumah makan
tersebut selain konsumen dapat menikmati makanan dan minuman dapat juga menikmati
indahnya pemandangan sawah yang cukup luas, dilatarbelakangi pemandangan pegunungan
yang luas dan indah. Pada saat malam hari pun pemandangan juga tidak kalah menariknya. Pada
malam hari rumah makan dihiasi dengan lampu-lampu kecil, dengan sawah dengan kunang-
kunang yang berterbangan kesana kemari.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka persoalan penelitian di dalam penelitian ini yaitu :
- Apakah ada pengaruh atmosfer yang diciptakan Waroeng joglo “Bu Rini” Salatiga
terhadap kepuasan konsumen ?
KERANGKA TEORITIS
Definisi Atmosfer
Atmosfer (suasana rumah makan) adalah suasan terencana yang sesuai dengan pasar
sasarannya dan yang dapat menarik konsumen untuk membeli (Kotler 2005). Atmosfer
mempengaruhi keadaan emosi pembeli yang menyebabkan atau mempengaruhi pembelian.
Keadaan emosional akan membuat dua perasaan yang dominan yaitu perasaan senang dan
membangkitkan keinginan. Definisi yang lebih luas dijelaskan oleh Peter dan Olson (1999) yang
menjelaskan bahwa atmosfer meliputi hal-hal yang bersifat luas seperti halnya tersedianya
pengaturan udara (AC), tata ruang toko, penggunaan warna cat, penggunaan jenis karpet, warna
karpet, bahan-bahan rak penyimpan barang, bentuk rak dan lain-lain.
Menurut Levy dan Weitz dalam bukunya ”Retailling Management” atmosfer mengacu
pada desain lingkungam melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik dan aroma yang
dapat menciptakan lingkungan pembelian yang nyaman sehingga dapat mempengaruhi persepsi
dan emosi konsumen.
3
Atmosfer menurut Quinn (1981) yang juga melakukan penelitian terhadap rumah makan,
merupakan keseluruhan hal fisik dan rincian dekoratif bergabung untuk menciptakan suasana
ambience (kesan yang ditimbulkan oleh kondisi sebuah ruangan) dan energi. Rumah makan
mulai dengan konsep yang berbeda atau unik dan lebih atraktif untuk menarik konsumen.
Elemen Atmosfer
Atmosfer terdiri dari segala sesuatu yang membuat kesan pada orang-orang. Faktor-
faktor utama yang dapat membangun atmosfer menurut Lamb, dkk (2001) didukung Quinn
(1981) dan oleh teori dari beberapa ahli lain adalah :
1. Penglihatan / sight
Warna dapat menciptakan suasana hati atau memfokuskan perhatian. pencahayaam
juga mempunyai pengaruh dalam suasana rumah makan (Lamb, Hair, Mc-Daniel, 2001).
Warna yang berbeda telah terbukti mempengaruhi nafsu makan. Warna hangat umumnya
meningkatkan nafsu makan (yang mengapa banyak perusahaan makanan cepat saji
menggunakan warna merah atau jingga), sementara warna-warna sejuk menekannya. Skema
warna harus mengikat (melambangkan) ke merek dan materi pemasaran (Quinn, 1981).
Setiap restoran harus mempunyai pencahayaan yang cukup untuk mengarahkan atau
menarik perhatian konsumen ke daerah tertentu dari restoran. Tata cahaya yang baik
mempunyai kualitas dan warna yang dapat membuat atmosfer yang ditawarkan terlihat lebih
menarik (Barry dan Evans, 2004).
2. Sentuhan / touch
Tampilan fisik dari bahan-bahan yang digunakan untuk meja kursi dalam ruangan dan
dinding ruangan (Levy dan Weitz,2001). Tekstur dinding, tirai, meja, dan lantai yang dapat
membuat “perasaan” untuk berimajinasi. Misalkan dinding yang halus dan keras dapat
mencerminkan perasaan yang keras (Quinn,1981). Persepsi dari kontak tubuh,
kenyamanan kursi, lantai, dll , hal-hal tersebut berkontribusi ke dalam penciptaan atmosfer.
Perlengkapan yang elegan, misalnya terbuat dari kayu jati, trendi (Lamb, Hair, Mc-Daniel,
2001). Flooring (Lantai), penentuan jenis lantai, ukuran, desain dan warna lantai sangat
penting, karena konsumen dapat mengembangkan persepsi mereka berdasarkan apa yang
mereka lihat. Wall Texture (Tekstur Tembok), tekstur dinding dapat menimbulkan kesan
tertentu pada konsumen dan dapat membuat dinding terlihat lebih menarik (Barry dan Evans,
2004).
3. Bau (aroma) /Smell
Aroma adalah reaksi dari makanan yang akan mempengaruhi konsumen, dimana
sebelum konsumen menikmati makanan, konsumen dapat mencium makanan tersebut
(Gaman dan Sherrington, 1996). Bau (aroma) dapat menimbulkan perasaan yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan, menilai barang dagangan secara lebih positif,
menghabiskan waktu yang lebih untuk menikmati suasana pada umumnya suasana hati
menjadi lebih baik bila ada aroma yang disetujui (Lamb, Hair, Mc-Daniel, 2001). Bau
(aroma) yang positif dapat berkontribusi ke atmosfer misalkan aroma kopi, roti panggang,
bunga dan pinus yang segar yang dapat menimbulkan nafsu makan (Quinn 1981). Bau dapat
merangsang maupun mengganggu konsumen dalam menyantap makanan. kebanyakan orang
menilai secara lebih positif, menghabiskan waktu pada umumnya bersuasana hati lebih baik
bila ada aroma yang sesuai (Karmela dan Junaedi, 2009).
4
Menurut Levi dan Weitz (2001) bau merupakan aroma-aroma yang dihadirkan dalam
ruangan untuk menciptakan selera makan yang timbul dari aroma makanan, minuman dan
aroma ruangan (pewangi, aroma terapi, dll).
4. Pendengaran /Hearing
Tingkat suara misalkan dalam percakapan, melayani staf, suara dapur, dan musik
sangat mempengaruhi atmosfer. Tingkat suara yang dapat diterima oleh telinga dapat
mencerminkan usia atau umur pendengar Secara umum, semakin tua kelompok usia, semakin
sedikit intensitas suara yang dapat diterima (Quinn 1981). Sedangkan menurut Levy dan
Weitz (2001) suara merupakan keseluruhan alunan suara yang dihadirkan dalam ruangan
untuk menciptakan kesan rileks yang terdiri dari live musik yang disajikan restoran dan
alunan music dari sound system. Suara yang didengarkan dapat menyenangkan atapun
menjengkelkan bagi seorang konsumen. Musik yang disajikan juga dapat membuat
konsumen tinggal lebih lama, dan membeli banyak makanan dan jika musik yang disajikan
tersebut tidak sesuai dengan konsumen maka para konsumen dapat lebih cepat meninggalkan
restoran dengan musik yang di sajikan dapat menciptakan suatu citra dan menarik atau
mengarahkan perhatian konsumen (Lamb, Hair, Mc-Daniel, 2001).
Musik yang di mainkan dengan cepat akan mempengaruhi konsumen, konsumen akan
menghabiskan lebih cepat makanan yang disajikan ketika musik di mainkan dengan cepat.
Sementara musik yang dimainkan dengan lambat para konsumen akan menghabiskan waktu
makan lebih lama dalam restoran (Wilson, 2003).
5. Suhu / Temperature
Suhu ruang makan, makanan, dan minuman mempengaruhi persepsi atmosfer tiap
individu. Sebuah ruang nyaman dengan suhu yang hangat dan makanan yang disajikan
tersebut panas menggambarkan perasaan yang berkualitas. Variasi dari suhu normal dapat
dilihat dengan cepat karena kebanyakan orang sangat sensitif terhadap suhu (Quinn, 1981).
Pelayanan yang cepat mendukung itu semua. Dalam proses pemasakan yang
disesuaikan dengan makanan yang disesuaikan oleh permintaan oleh pelanggan maka para
koki tersebut membuat makanan dengan suhu yang tepat, misalkan pelanggan memesan sup,
maka koki akan membuat sup dengan suhu yang panas dan karyawan yang lain
mengantarkan sup tersebut ke pelanggan masih dalam keadaan yang hangat. Pengelola rumah
makan pun juga harus mengatur suhu udara, agar udara dalam ruangan jangan terlalu panas atau
dingin (Barry dan Evans, 2004).
6. Tempo
Atmosfer yang diciptakan dipengaruhi tempo pelayanan, lamanya waktu
menghidangkan makanan, dan waktu menyantap makanan tersebut. Tempo dalam penyajian
makanan harus sesuai dengan citra restoran, biasanya pada restouran mewah mempunyai
tempo yang lebih santai dari pada tempo di rumah makan cepat saji (Quinn, 1981). Pramusaji yang cepat, dan tanggap akan menciptakan citra perusahaan dan mempengaruhu
konsumen untuk melakukan pembelian di masa depan (Barry dan Evans, 2004). Jangan membuat pelanggan menunggu makanan yang mereka pesan terlalu lama, ini
akan membuat mood mereka berubah yang tadinya merasa senang makan direstoran tersebut,
tetapi karena waktu penyajian yang lama akan membuat suasana hati pelangganpun berubah
menjadi buruk.
5
Kepuasan Konsumen
Proses pembelian dimulai ketika konsumen mengenali kebutuhan yang belum terpenuhi.
Konsumen mulai mencari informasi tentang cara memenuhi kebutuhan tersebut meliputi produk
apa yang akan memberi konsumen manfaat dan bagaimana cara memperolehnya. Kepuasan
konsumen sebagai evaluasi secara sadar atau penilaian kognitif menyangkut apakah kinerja
produk relatif bagus atau jelek atau apakah produk bersangkutan cocok atau tidak cocok dengan
tujuan pemakaiannya (Tjiptono, 2004)
Menurut Philip Kotler (2000) kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa
dari seseorang terhadap suatu produk tergantung dari penampilan produk yang diterima. Jika
penampilan produk tesebut sesuai dengan yang diinginkan oleh pelanggan, maka pelanggan akan
senang dan bila tidak pelanggan akan kecewa. Pelanggan yang puas cenderung tetap loyal lebih
lama, membeli lebih banyak, kurang peka terhadap perubahan harga dan pembicaraannya
menguntungkan perusahaan. Dalam rangka menciptakan kepuasan pelanggan, produk yang
ditawarkan organisasi/perusahaan harus berkualitas. Kualitas mencerminkan semua dimensi
penawaran produk yang menghasilkan manfaat (benefits) bagi pelanggan.
Seorang konsumen yang puas adalah konsumen yang merasa mendapat value dari
pemasuk atau produsen. Value ini bisa berasal dari produk, pelayanan, sistem, atau sesuatu yang
bersifat emosi. Kalau konsumen mengatakan bahwa value adalah produk yang berkualitas, maka
kepuasan terjadi kalau konsumen mendapatkan produk yang berkualitas. Kalau value bagi
konsumen adalah kenyamanan, maka kepuasan akan datang apabila pelayanan ynag diperoleh
benar-benar nyaman. Kalau value dari konsumen adalah harga yang murah, maka konsumen
akan puas kepada produsen yang memberikan harga yang paling kompetitif. Kepuasan
konsumen terbagi menjadi dua yaitu: 1) Kepuasan fungsional, merupakan kepuasan yang
diperoleh dari fungsi atau pemakaian suatu produk. Misalnya karena makan membuat perut kita
menjadi kenyang. 2) Kepuasan psikologikal, merupakan kepuasan yang diperoleh dari atribut
yang bersifat tidak berwujud. Misalnya perasaan bangga karena mendapat pelayanan yang sangat
istimewa dari sebuah rumah makan yang mewah (Irawan, 2007 )..
Pengaruh Atmosfer Restoran Terhadap Kepuasan Konsumen
Atmosfer restoran keseluruhan efek estetika dan emosional yang diciptakan melalui ciri-
ciri fisik restoran dimana semua berhubungan dengan panca indera dari konsumen seperti tata
ruang yang didesain untuk kenyamanan pelanggan, penggunaan warna/cat, pencahayaan, dan
lain-lain (Karmela dan Junaedi, 2009).
Mendirikan restoran tidak terlepas dari persiapan awal yaitu tata ruang dan rancangan
bangunan yang sesuai dengan kebutuhan operasional restoran secara keseluruhan. Bangunan
restoran menjadi tempat beraktifitas seperti mampersiapkan makanan dan minuman, memproses
bahan mentah menjadi hidangan yang siap disantap. Selain dari pada itu restoran memerlukan
tempat untuk penyajian dan tempat pelanggan untuk menikmati hidangan ( Soekresno 2000: 30).
Ruang restoran yang diatur sedemikian rupa sesuai dengan konsep yang diusung
memberikan nilai tersendiri di mata pelanggan. Tema- tema yang diusung tersebut akan
menciptakan atmosfer positif yang mempengaruhi kepuasan pada pelanggan (Miranda, 2005).
Sebaliknya, jika restoran memberikan atmosfer yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan
oleh para pelanggan, makan para pelangganpun merasa tidak puas untuk berlama-lama dalam
restoran.
Kreatifitas penataan atau mendisain ruang dalam restoran, penaataan pencahayaan yang
tidak terlalu berlebihan, menyuguhkan view atau pemandangan yang menarik bagi konsumen,.
6
Pramusaji yang cepat tanggap dalam melayani pelanggan, menyajikan makanan dan minuman
sesuai dengan pesanan pelanggan dan tidak membuat pelanggan tersebut menunggu terlalu lama,
Rumah makan yang juga mempunyai fasilitas seperti kursi atau tempat duduk, suhu ruangan dan
tambahan musik yang membuat pelanggan nyaman dan hal lain yang unik dan yang dapat
menciptakan atmosfer yang hangat sehingga mempunyai nilai tambah bagi para konsumen dan
yang sesuai dengan harapan pelanggan dan dapat membuat pelanggan puas (Kotler, 2000).
Melakukan pengamatan bagaimana konsumen memang merasa menyukai atmosfer restoran yang
diciptakan karena hal tersebut bersifat emosional (Karmela dan Junaedi, 2009).
Hipotesis
1. Penglihatan / sight
Pencahayaan – lampu meja, lilin dan lampu-lampu dapat mengatur suasana hati yang
romantis, lokasi santai. Misalkan mempertimbangkan pemilihan letak saklar yang
memungkinkan menyesuaikan pencahayaan. Juga mempertimbangkan bagaimana peletakan
jendela agar tidak dapat menghalangi cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan
(Lesonsky,2011).
Warna yang berbeda juga telah terbukti mempengaruhi nafsu makan. Warna hangat
umumnya meningkatkan nafsu makan (yang mengapa banyak perusahaan makanan cepat saji
menggunakan warna merah atau jingga), sementara warna-warna sejuk menekannya. Restoran
didesain dengan konsep yang berbeda dengan yang lainnya agar membuat konsumen merasakan
sebuah pengalaman yang berbeda dan tidak didapat dari restoran lain sehingga memberikan
kepuasan kepada konsumen. Berdasarkan uraian tersebut dapat disusun hipotesis sebagai berikut
:
Hipotesis 1 : Faktor penglihatan (sight) berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen.
2. Sentuhan/ touch
Flooring (Lantai), penentuan jenis lantai, ukuran, desain dan warna lantai sangat penting,
karena konsumen dapat mengembangkan persepsi mereka berdasarkan apa yang mereka lihat.
Wall Texture (Tekstur Tembok), tekstur dinding dapat menimbulkan kesan tertentu pada
konsumen dan dapat membuat dinding terlihat lebih menarik membuat pelanggan puas akan
kenyamanan yang diberikan rumah makan tersebut atas perabotan yang digunakan (Barry dan
Evans, 2004). Suasana yang nyaman dan menyenangkan perlu diciptakan melalui penampilan dekorasi
yang digunakan, seperti, kursi dan meja yang berkualitas baik, table set-up yang lengkap dan
sebagainya (Mukhtar,2004). Tempat duduk yang nyaman, perabotan yang memiliki kualitas baik
akan mempengaruhi penilaian pelanggan. Seseorang akan memberikan toleransi yang lebih besar
jika menunggu makanan yang dipesan. Kenyamanan tersebutlah yang akan membuat pelanggan
menjadi puas pada saat di rumah makan.
Hipotesis 2 : Faktor sentuhan (touch) berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen.
3. Bau (aroma) /Smell
Bau (aroma) yang positif dapat berkontribusi ke atmosfer misalkan aroma kopi, roti
panggang, bunga dan pinus yang segar yang dapat menimbulkan nafsu makan (Quinn 1981).
Bau dapat merangsang maupun mengganggu konsumen dalam menyantap makanan. kebanyakan
orang menilai secara lebih positif, menghabiskan waktu pada umumnya bersuasana hati lebih
baik bila ada aroma yang sesuai (Karmela dan Junaedi, 2009).
7
Pelanggan lebih suka datang ke restoran yang aroma ruangannya terjaga. Hal tersebut
membuat konsumen merasa nyaman dalam menyantap makanan. Beberapa tempat usaha penjual
makanan yang mengerti hal ini, berusaha mengatur sirkulasi udaranya sehingga memberikan
kenyaman dan pelanggan menjadi puas. Aroma segar pada restoran diharapkan memberikan
kenyamanan kepada pelanggan dan memberikan penilaian yang baik dan kepuasan kepada
pelanggan.
Hipotesis 3 : Faktor bau/aroma (smell) berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen.
4. Pendengaran /Hearing
Suara yang didengarkan dapat menyenangkan atapun menjengkelkan bagi seorang
konsumen. Musik yang disajikan juga dapat membuat konsumen tinggal lebih lama, dan
membeli banyak makanan dan jika musik yang disajikan tersebut tidak sesuai dengan konsumen
maka para konsumen dapat lebih cepat meninggalkan restoran dengan musik yang di sajikan
dapat menciptakan suatu citra dan menarik atau mengarahkan perhatian konsumen. Konsumen
akan merasakan kepuasan jika musik yang dimainkan akan memberikan suasana yang lebih
santai dengan menghilangkan kejenuhan sambil menikmati makanan yang disajikan.
Suara atau musik mempengaruhi konsumen yang meupakan kontribusi untuk atmosfer
lebih menarik. Alunan musik dapat dinikmati oleh kosumen pada saat berada di rumah makan
tersebut. Tanpa musik dalam sebuah rumah makan akan menyebabkan restoran tersebut terkesan
sepi dan mati (Ayuningtyas, 2007). Suara atau musik di dalam restoran lebih cenderung dengan
ritme pelan sehingga konsumen pun lebih merasa nyaman. Pihak rumah makan tidak hanya
perlu memperhatikan jenis musik, tetapi juga volume yang tepat, sehingga musik dapat terdengar
tanpa mengganggu kenyamanan konsumen.
Musik dalam restoran cukup penting agar memberikan kepuasan kepada konsumen,
konsumen merasa tenang dan rileks dan tidak jenuh dalam menunggu pesanan dan dalam
menikmati suasana restoran. Berdasarkan uraian tersebut dapat disusun hipotesis sebagai berikut
:
Hipotesis 4 : Faktor pendengaran (hearing) berpengaruh positif terhadap kepuasan
konsumen.
5. Suhu / Temperature
Makanan yang di sajikan dalam keadaan hangat atau panas yang sering disebut fress
from the oven menambah nilai yang ada di makanan tersebut. Jika suhu makanan yang disajikan
sudah menurun, dapat mengurangi keinginan pelanggan untuk menyantap makanan tersebut,
demikian pula dengan minuman. Makanan yang di sajikan dalam keadaan hangat atau panas
yang sering disebut fress from the oven menambah nilai yang ada di makanan tersebut. Jika suhu
makanan yang disajikan sudah menurun, dapat mengurangi keinginan pelanggan untuk
menyantap makanan tersebut, demikian pula dengan minuman. Jika, suhu minuman yang
diinginkan pelanggan tidak sesuai dengan yang disajikan maka pelanggan pun sudah merasa
malas untuk merasakan minuman tersebut.
Pengelola rumah makan pun juga harus mengatur suhu udara, agar udara dalam ruangan
jangan terlalu panas atau dingin. Kesejukan ruangan yakni suhu atau temperature yang sejuk,
sehingga menimbulkan kesan santai dan menyenangkan. Jika ruangan tersebut terlalu panas atau
terlalu dingin maka pelanggan pun tidak nyaman dalam menyantap makanan, suhu makanan pun
akan mudah berubah, misalkan : makanan yang disajikan hangat, tetapi karena suhu ruangan
8
terlalu dingin maka makanan tersebut akan menjadi dingin dan tidak enak untuk disantap (Barry
dan Evans, 2004). Hal – hal tersebutlah yang dapat memberikan sesuatu yang positif dan
memberikan kepuasan kepada konsumen pada saat di rumah makan tersebut yakni kesejukan
udara, suhu yang tidak terlalu dingin atau panas, ketepatan suhu makanan yang disajikan kepada
konsumen.
Hipotesis 5 : Faktor suhu (temperature) berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen.
6. Tempo
Pramusaji yang cepat, dan tanggap akan menciptakan citra perusahaan dan
mempengaruhu konsumen untuk melakukan pembelian di masa depan (Barry dan Evans, 2004).
Jangan membuat pelanggan menunggu makanan yang mereka pesan terlalu lama, ini akan
membuat mood mereka berubah yang tadinya merasa senang makan direstoran tersebut, tetapi
karena waktu penyajian yang lama akan membuat suasana hati konsumenpun berubah menjadi
buruk.
Kecepatan pelayanan menjadi atribut yang sangat penting bagi suatu rumah makan.
Pramusaji harus mampu bergerak den bertindak dengan gesit dan cepat, jika pelayanan di
restoran tersebut lama dan membuat konsumen menunggu terlalu lama, bahkan sampai ada
pelanggan yang tidak jadi memesan maka konsumen tersebut merasa tidak puas dan dapat
beralih ke restouran lain. Oleh karena itu rumah makan harus melakukan upaya-upaya untuk
meningkatkan kecepatan pelayanan sehingga pelanggan menjadi senang dan puas. Berdasarkan
uraian tersebut dapat disusun hipotesis sebagai berikut :
Hipotesis 6 : Faktor tempo berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen.
Gambar 1. Model Penelitian
Gambaran hipotesis dapat dirangkum dalam model penelitian berikut :
Elemen atmosfer
Penglihatan/ Sight
Sentuhan/ Touch
Bau (aroma)/ Smell
Pendengaran/ hearing
Suhu / Temperature
Tempo
Kepuasan Konsumen
Konsumen
9
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian Metode sampling yang digunakan dalam penulisan ini adalah non-probabilty sampling
dengan menggunakan purposive sampling, yaitu pemilihan elemen untuk menjadi sampel
berdasarkan pertimbangan yang tidak acak atau subjektif ( Gayatri, 2008). Pertimbangan yang
diambil sebagai responden yang layak menjadi sampel yakni pembeli atau customers Waroeng
Joglo “Bu Rini” yang telah melakukan pembelian minimal lima kali dan umur responden
minimal 17 tahun, karena sudah dianggap dewasa dan mengerti yang menjadi pilihannya. Jumlah
sampel yang ditentukan adalah 200 orang responden (maholtra 2007:331).
Metode Deskriptif Kuantitatif
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif karena masalah
ini membuktikan suatu hipotesa. Analisis yang digunakan untuk mengolah data yang diperoleh
dari daftar pertanyaan (kuesioner) yang sudah diolah dalam bentuk angka dan dianalisis melalui
perhitungan statistik dibantu dengan menggunakan program SPSS. Untuk mengetahui pengaruh
variabel yang sedang diteliti yang meliputi variabel elemen atmosfer yang diciptakan oleh
waroeng Joglo Rini dengan kepuasan konsumen.
Pengukuran Variabel
Untuk setiap jawaban responden diberi skor dengan menggunakan skala Likert (Likert
Scale). Skala likert adalah teknik pengukuran sikap yang paling luas digunakan dalam riset
pemasaran (Simamora, 2008). Skala ini memungkinkan responden untuk mengekspresikan
persetujuan maupun ketidaksetujuan responden terhadap masing-masing pernyataan yang ada
dalam serangkaian pernyataan mengenai objek stimulasi.
Table 1. Skala Pengukuran Variabel
No Jawaban Skala
1 Sangat Setuju (SS) 5
2 Setuju (S) 4
3 Ragu- Ragu (RR) 3
4 Tidak Setuju (TS) 2
5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Definisi operasional dan pengukuran variabel akan dijelaskan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Operasional Variabel
Variabel Definisi Indikator Empirik
Penglihatan/ sight
(X1)
(Quinn, 1981)
(Karmela dan
Junaedi, 2009)
Melibatkan warna, pencahayaan/
lighting, harmoni, kontras,
pemandangan yang merupakan unsur
yang sangat penting dari keseluruhan
suasana
- Pemandangan persawahan yang
alami
- Pencahayaan cukup sehingga
dapat melihat sekeliling dengan
baik
- Dekorasi Ruangan yang menarik
- Kebersihan rumah makan
10
Lanjutan tabel 2
Variabel Definisi Indikator Empirik
Sentuhan/Touch
(X2)
(Quinn, 1981)
(Meldarianda dan
Lisan 2010
Tekstur dinding, tirai, meja, dan lantai
yang dapat membuat “perasaan” untuk
berimajinasi
- Kenyamanan meja dan kursi
- Kenyamanan gasebo
/lesehan
Bau (aroma)/ Smell
(X3)
(Quinn, 1981)
(Karmela dan
Junaedi, 2009)
Bau (aroma) dapat menimbulkan
perasaan yang menyenangkan dan
tidak menyenangkan. Bau (aroma) yang
positif dapat berkontribusi ke atmosfer
- Mencium aroma masakan yang
sedap sehingga menggugah
selera
- Mencium aroma lingkungan
yang outdoor sehingga
merasakan kesegaran udara
Pendengaran/
Hearing (X4)
(Quinn, 1981)
(Karmela dan
Junaedi, 2009)
Tingkat suara misalkan dalam
percakapan, melayani staf, suara dapur,
dan musik sangat mempengaruhi
atmosfer
- Musik yang cukup tenang
- Suara lingkungan sekitar tenang
- Kejelasan suara pramuniaga
saat melayani
- Keramahan pramusaji pada saat
melayani
Suhu/ Temperature
(X5)
(Quinn, 1981)
(Karmela dan
Junaedi, 2009)
Suhu ruang makan dan makanan
mempengaruhi persepsi atmosfer tiap
individu. Sebuah ruang nyaman dengan
suhu yang hangat dan makanan yang
disajikan tersebut panas
menggambarkan perasaan yang
berkualitas.
- Makanan disajikan hangat
- Minuman disajikan sesuai
dengan pesanan dingin/panas
- Suhu ruangan sejuk karena
outdoor
Tempo (X6)
(Quinn, 1981)
(Karmela dan
Junaedi, 2009)
Atmosfer yang diciptakan dipengaruhi
tempo pelayanan, lamanya waktu
menghidangkan makanan, dan waktu
menyantap makanan tersebut
- Pramusaji cepat dalam
menjelaskan menu
- Pramusaji cepat menyajikan
makanan/minuman
Kepuasan
Konsumen
kepuasan konsumen adalah perasaan
senang atau kecewa dari seseorang
terhadap suatu produk tergantung dari
penampilan produk yang diterima. Jika
penampilan produk tesebut sesuai
dengan yang diinginkan oleh
pelanggan, maka pelanggan akan
senang dan bila tidak pelanggan akan
kecewa
- Makanan dan minuman yang
disajikan enak dan sesuai selera
- Pelayanan yang cepat dan
memuaskan
- kenyamanan fasilitas yang
ditimbulkan rumah makan
tersebut.
- Pramuniaga menyajikan
makanan sesuai dengan
permintaan pelanggan
11
Metode Pengumpulan Data
Kuesioner
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membagikan daftar
pertanyaan (kuesioner) dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sifatnya tertutup kepada
responden dan responden diberikan alternatif jawaban yang sudah tersedia.
ANALISIS DATA
Gambaran umum objek penelitian
Objek yang diteliti adalah Waroeng Joglo “Bu Rini” merupakan salah satu rumah makan
yang mengusung tema alami karena rumah makan tersebut didirikan di daerah persawahan dan
jauh dari kota. Waroeng Joglo “Bu Rini” terletak pada JL Mawar no 5 Salatiga, Jawa Tengah.
Dari hasil penyebaran kuesioner yang telah diberikan oleh 200 responden, yaitu
pelanggan dari Waroeng Joglo “Bu Rini” diperoleh gambaran umum karakteristik responden
sebagai berikut :
Table 3. Karakteristik Responden
Jenis kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 111 55.5
Perempuan 89 44.5
Total 200 100
Sumber: Data Primer 2012
Responden terbanyak adalah laki-laki dengan 111 responden atau sebesar 55,5% dan
sisanya merupakan responden wanita dengan jumlah 89 responden atau sebesar 44,5%. Rata-rata
responden didominasi usia 20-25 tahun sebesar 83,5 % yang rata-rata adalah mahasiswa dan
bekerja sebagai karyawan.
Data Deskriptif Pervariabel
1,00 – 1,79 = Sangat Tidak Setuju
1,80 – 2,59 = Tidak Setuju
2,60 – 3,39 = Cukup
3,40 – 4,19 = Setuju
4,20 – 5,00 = Sangat Setuju
Tabel 4. Data Deskriptif Pervariabel
no Variabel Rata-rata
1 Penglihatan / Sight 4.35125
2 Sentuhan / Touch 4.01
3 Bau (aroma)/ Smell 4.0925
4 Pendengaran /Hearing 4.0375
5 Suhu/ Temperature 4.146667
6 Tempo 3.885
7 Kepuasan 4,2175
Sumber: Data Primer 2012
12
Berdasarkan tabel di atas dari rata – rata dari indikator empirik pervariabel, dapat
memberikan penilaian hal-hal apa saja yang mempengaruhi kepuasan konsumen yang
dipengaruhi oleh atmosfer yang diciptakan oleh Waroeng Joglo “Bu Rini”.
Variabel pengelihatan/sight memperoleh nilai sangat setuju dari responden dilihat dari
rata-rata 4,35. Hal ini berarti bahwa dengan desain outdoor dengan arsitektur jawa, sebagai
bangunan utama yang berbentuk joglo, di tambah beberapa gazebo-gazebo yang berada di area
persawahan. Di rumah makan ini dapat menikmati makanan dengan menikmati pemandangan
pemandangan yang indah. Waroeng Joglo “Bu Rini” yang didesain outdoor dengan pencahayaan
yang cukup sehingga pelanggan dapat melihat dengan jelas walaupun pada malam hari.
kebersihan rumah makan ini juga tidak luput untuk diberi penilaian dan rumah makan ini
kebersihannya terjaga dengan baik.
Variabel sentuhan/touch memperoleh nilai setuju dari responden dilihat dari rata-rata
4, 01. Dengan desain jawa, Waroeng Joglo “Bu Rini” melengkapi perabotannya dengan meja
kursi yang terbuat dari kayu. Walaupun dari kayu, pelanggan merasa nyaman dengan meja dan
kursi tersebut. Selain adanya meja dan kursi, Waroeng Joglo “Bu Rini” dilangkapi dengan
gazebo-gazebo di pinggir – pinggir sawah untuk lesehan. Dengan adanya gazebo untuk lesehan,
pelanggan lebih leluasa untuk duduk, menyantap makanannya dan melihat pemandangan
persawahan yang disajikan.
Variabel Bau (aroma)/ Smell memperoleh nilai setuju dari responden dilihat dari rata-rata
4,09. Waroeng Joglo “Bu Rini” yang didesain outdoor yang berada di daerah persawahan yang
mana dengan menghirup kesegaran lingkungan membuat pelanggan nyaman. Aroma masakan
yang lezat yang ditimbulkan dari masakan – masakan yang dibuat dapat menambah selera untuk
menyantap habis makanan – makanan tersebut.
Variabel Pendengaran /Hearing memperoleh nilai setuju dari responden dilihat dari
rata-rata 4, 037. Musik yang diputar dalam Waroeng Joglo “Bu Rini” membuat pelanggan
santai dan nyaman. Dengan alunan musik pelanggan Waroeng Joglo “Bu Rini” dapat menyantap
makanan dengan nyaman tidak terkesan terburu-buru. Walaupun bernuansa jawa, musik yang
diputar di Waroeng Joglo “Bu Rini” adalah musik yang sekarang ini sedang menjadi trand.
Lingkungan yang jauh dari perkotaan membuat lungkungan juga tenang tidak terganggu dari
suara bising kendaraan bermotor. Pelayan juga dapat menjelaskan menu dengan jelas dan ramah
kepada pelanggan.
Variabel Suhu/ Temperature memperoleh nilai sangat setuju dari responden dilihat dari
rata-rata 4, 16. Waroeng Joglo “Bu Rini” didesain secara outdoor dengan lokasi persawahan
yang jauh dari asap kendaraan bermotor sehingga pelanggan dapat merasakan kesejukan udara
yang akan menimbulkan kenyamanan untuk menunggu makanan dan minuman yang dipesan,
menyantap makanan dan minuman, serta bersantai setelah menyantap makanan dan minuman
tersebut. Suhu makanan dan minuman sesuai dengan keinginan pelanggan, yang mana biasanya
makanan disajikan dengan hangat dan minuman sesuai dengan pesanan dingin atau panas.
Variabel tempo memperoleh nilai setuju dari responden dilihat dari rata-rata 3,885.
Penyajian makanan dan minuman di Waroeng Joglo “Bu Rini” memang bukan seperti di rumah
makan cepat saji, tetapi walaupun bukan rumah makan cepat saji Waroeng Joglo “Bu Rini”
memberikan penyajian makanan dan minuman yang tidak terlalu lama. Pelayanpun juga siap
siaga jika ada pelanggan yang memasuki area tempat makan, maka pelayanpun akan segera
menawarkan menu.
Variabel kepuasan konsuman memperoleh nilai sangat setuju dari responden dilihat dari
rata-rata 4, 21. Keseluruhan elemen – elemen atmosfer mempengaruhi pelanggan secara positif.
13
Para pelanggan merasa puas makanan dan minuman yang dihidangkan, pelayanan yang cepat
dan ramah, desain yang berbeda dari yang lain, kesegaran udara, musik yang diputar membuat
pelanggan nyaman dan santai dalam menunggu makanan dan minuman sampai bersantai saat
setelah menyelesaikan menyantap makanan dan minuman yang dipesan.
ANALISIS STATISTIK
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Uji validitas merupakan uji yang digunakan sah atau valid setidaknya suatu kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid ketika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Gozhali, 2005). Pengujian
validitas menggunakan teknik corrected item/ total correlation dikatakan valid apabila indikator
empirik memiliki nilai corrected item/ total correlationnya >0,361.
Reliabilitas adalah alat ukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau
konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reabilitas digunakan teknik
cronbach’s alfa dimana variable dikatakan reliable ketika cronbach’s alfa bernilai > 0,60
(Gozhali, 2005).
Tabel 5. Uji Validitas
Variabel Indikator
empirik
Corrected item-total
correlation
Valid/tidak valid
Penglihatan/sight Sight 1
Sight 2
Sight 3
Sight 4
0,719
0,749
0,501
0,686
Valid
Valid
Valid
Valid
Sentuhan/touch Touch 1
Touch 2
0,477
0,477
Valid
Valid
Bau/smell Smell 1
Smell 2
0,460
0,460
Valid
Valid
Pendengaran/hearing Hearing1
Hearing2
Hearing3
Hearing4
0,496
0,803
0,885
0,686
Valid
Valid
Valid
Valid
Suhu /temperature Suhu1
Suhu2
Suhu3
0,559
0,707
0,580
Valid
Valid
Valid
Tempo Tempo1
Tempo2
0,438
0,438
Valid
Valid
Kepuasan Puas1
Puas2
Puas3
Puas4
0,515
0,563
0,422
0,427
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber: Data Primer 2012
14
Tabel 6. Uji Reliabilitas
Variable cronbach’s alfa Reliabel/tidak
reliabel
Penglihatan/sight 0,837 Reliabel
Sentuhan/touch 0,646 Reliabel
Bau/smell 0,630 Reliabel
Pendengaran/hearing 0,850 Reliabel
Suhu temperature-i 0,777 Reliabel
Tempo 0,609 Reliabel
Kepuasan 0,696 Reliabel
Sumber: Data Primer 2012
Uji Asumsi klasik
Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2005).
Tabel 7. Multikolonieritas I
Sumber: Data Primer 2012
Coefficient Correlationsa
1.000 .031 -.041 -.171 -.062 -.363
.031 1.000 -.084 -.316 -.272 -.012
-.041 -.084 1.000 -.106 -.285 -.330
-.171 -.316 -.106 1.000 .042 .005
-.062 -.272 -.285 .042 1.000 -.078
-.363 -.012 -.330 .005 -.078 1.000
.007 .000 .000 -.001 -.001 -.002
.000 .010 -.001 -.002 -.003 -8.0E-005
.000 -.001 .006 -.001 -.003 -.002
-.001 -.002 -.001 .005 .000 2.18E-005
-.001 -.003 -.003 .000 .013 -.001
-.002 -8.04E-005 -.002 2.18E-005 -.001 .004
TTEMPO
TSENTUHAN
TTEMPERATUR
TPENGELIHATAN1
TAROMA
TPENDENGARAN
TTEMPO
TSENTUHAN
TTEMPERATUR
TPENGELIHATAN1
TAROMA
TPENDENGARAN
Correlations
Covariances
Model
1
TTEMPO TSENTUHAN
TTEMPE
RATUR
TPENGELI
HATAN1 TAROMA
TPENDE
NGARAN
Dependent Variable: TPUASa.
15
Coefficientsa
-.200 1.849 -.108 .914
.160 .093 .133 1.722 .087
-.187 .131 -.114 -1.431 .154
.268 .150 .144 1.782 .076
-.016 .086 -.016 -.188 .851
-.196 .101 -.165 -1.943 .053
-.134 .110 -.097 -1.219 .225
(Constant)
TPENGELIHATAN1
TSENTUHAN
TAROMA
TPENDENGARAN
TTEMPERATUR
TTEMPO
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff icients
Beta
Standardized
Coeff icients
t Sig.
Dependent Variable: LnUi2a.
Tabel 8. Multikolonieritas II
Sumber: Data Primer 2012
Melihat hasil korelasi antar variabel independen pada table coefficient correlation
tampak bahwa semua angka yang ditunjukan oleh semua variabel masih d bawah 0,95 atau
95%, maka dapat dikatakan tidak tejadi multikorelasi. Hasil perhitungan nilai toleransi juga
menunjukan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai toleransi 0.10 yang berarti tidak
ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil perhitungan nilai
Variance Infaltion Faktor (VIF) juga menunjukan hal yang sama tidak ada satu variabel
independen yang memiliki VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. jika variance
dari residual satu pegamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas.
Tabel 9. Uji Park
Sumber: Data Primer 2012
Coefficientsa
3.712 1.428 2.600 .010
.091 .072 .079 1.267 .207 .819 1.221
.039 .101 .025 .390 .697 .768 1.303
.533 .116 .300 4.589 .000 .749 1.335
.245 .066 .254 3.687 .000 .676 1.480
.219 .078 .193 2.810 .005 .681 1.469
.028 .085 .021 .332 .740 .767 1.305
(Constant)
TPENGELIHATAN1
TSENTUHAN
TAROMA
TPENDENGARAN
TTEMPERATUR
TTEMPO
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff icients
Beta
Standardized
Coeff icients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: TPUASa.
16
Dari tabel di atas terlihat nilai signifikansi lebih dari 0.05 atau 5% . hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi sehingga model
regresi layak dipakai untuk memprediksi kepuasan yang dipengaruhi oleh elemen-elemen
atmosfer.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu
atau residual memiliki distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistika menjadi
tidak valid untuk jumlah ukuran kecil. Salah satu cara untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik
Sumber: Data Primer 2012
Dengan melihat tampilan grafik histogram maupun grafik normal plot tersebut dapat
dimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola tidak terjadi kemencengan ke kiri maupun
ke kanan. Sedangkan pada grafik normal plot terlihat titik-titik tidak menyebar menjauhi dari
garis diagonal. Kedua grafik ini menunjukan bahwa model regresi tersebut berdistribusi normal.
Uji Hipotesis
Digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variable independent terhadap variable
dependen. Persamaan regresi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6
Keterangan :
Y = kepuasan konsumen
X1 = penglihatan/ sight
X2 = Sentuhan / touch
X3 = Bau (aroma) /Smell
X4 = Pendengaran /Hearing
X5 = Suhu / temperature
X6 = Tempo
b = Koefisien regresi
17
Uji hipotesis menggunakan uji hipotesis dua sisi karena ke lima hipotesis alternatifnya
menyatakan ada perbedaan tanpa melihat apakah yang satu lebih tinggi atau lebih rendah
dibanding yang lain (Ghozhali, 2001)
Pengaruh Elemen Atmosfer Terhadap Kepuasan Pelanggan
Tabel 10. Model Summary
Dari tampilan SPSS model summary besarnya R2
(R square) adalah 0,380 hal ini berarti
38% variasi kepuasan konsumen dapat dijelaskan oleh variabel elemen-elemen atmosfer yaitu
penglihatan/sight, sentuhan/touch, aroma/smell,pendengaran/hearing, suhu/temperature, tempo.
Ada beberapa hal lain yang mungkin juga dapat mempengaruhi kepuasan konsumen pada
Waroeng Joglo “Bu Rini” misalkan rasa masakan atau makanan dan minuman yang dihidangkan,
dan variabel lainnya.
Tabel 11. Tabel Anova
Uji Anova atau F test menghasilkan nilai F hitung sebesar 19,724 dengan tingkat
signifikan 0,00. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi kepuasan konsumen
Model Summary
.617a .380 .361 1.64512
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), TTEMPO, TSENTUHAN,
TTEMPERATUR, TPENGELIHATAN1, TAROMA,
TPENDENGARAN
a.
ANOVAb
320.283 6 53.380 19.724 .000a
522.337 193 2.706
842.620 199
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), TTEMPO, TSENTUHAN, TTEMPERATUR,
TPENGELIHATAN1, TAROMA, TPENDENGARAN
a.
Dependent Variable: TPUASb.
18
Tabel 12. Tabel Coefficient
Dari keenam variabel independen tersebut ada beberapa variabel yang tidak berpengaruh
signifikan dapat dilihat dari probabilitas signifikannya yaitu variabel sentuhan/touch dan tempo
yang jauh di atas 0,05.
Dari regresi dapat ditarik persamaan regresi sebagai berikut :
Kepuasan konsumen = 3,712+0,019penglihatan + 0,39sentuhan + 0,533aroma +
0,245pendengaran + 0,219 temperatur + 0,028 tempo
Tabel 13. Tabel Hipotesis
Hipotesis Pernyataan hipotesis Beta Sig. Signifikan/tidak
signifikan
H1 Faktor penglihatan (sight)
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kepuasan konsumen
0,079 0,207 Tidak
Signifikan
H2
Faktor bau/aroma (smell)
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kepuasan konsumen
0,025 0.000 Signifikan
H3
Faktor sentuhan (touch)
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kepuasan konsumen
0,300 0,697 Tidak signifikan
H4
Faktor pendengaran
(hearing) berpengaruh
positif signifikan terhadap
kepuasan konsumen
0,245 0.000 Signifikan
H5
Faktor suhu (temperature)
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kepuasan konsumen
0,193 0,000 Signifikan
Coefficientsa
3.712 1.428 2.600 .010
.091 .072 .079 1.267 .207
.039 .101 .025 .390 .697
.533 .116 .300 4.589 .000
.245 .066 .254 3.687 .000
.219 .078 .193 2.810 .005
.028 .085 .021 .332 .740
(Constant)
TPENGELIHATAN1
TSENTUHAN
TAROMA
TPENDENGARAN
TTEMPERATUR
TTEMPO
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff icients
Beta
Standardized
Coeff icients
t Sig.
Dependent Variable: TPUASa.
19
Lanjutan Tabel 12
Hipotesis Pernyataan hipotesis Beta Sig. Signifikan/tidak
signifikan
H6
Faktor tempo berpengaruh
positif signifikan terhadap
kepuasan konsumen
0.021 0,740 Tidak signifikan
Pembahasan
Hipotesis 1. Faktor penglihatan (sight) berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen
Dari hasil pengolahan data ditunjukkan bahwa dengan signifikansi 0.207 > 0.05. Ini
berarti bahwa variabel penglihatan/sight tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan
konsumen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelanggan Waroeng Joglo “Bu Rini”
belum puas dengan aspek-aspek pada faktor pengelihatan yang disuguhkan oleh eumah
makan tersebut.
Hipotesis 2. Faktor bau/aroma (smell) berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen
Variabel bau/aroma (smell) berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan
konsumen hal tersebut ditunjukkan dari nilai signifikansi 0.000 < 0.05. Ini berarti bahwa
keinginan yang besar dari pelanggan Waroeng Joglo “Bu Rini” untuk berkunjung karena para
pelanggan dapat merasakan udara yang segar karena rumah makan tersebut didesign outdoor
dengan lokasi yang jauh dari kota dan di area persawahan sehingga merasakan kesejukan
udara terutama pada malam hari. Aroma makanan yang menggunggah selera dari masakan
yang di hidangkan sehingga menggugah selera makan karena hal tersebutlah pengunjung
akan merasa puas.
Hipotesis 3 : Faktor sentuhan (touch) berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan
konsumen
Dari hasil pengolahan data ditunjukkan bahwa dengan signifikansi 0.812> 0.05. Ini
berarti bahwa variabel sentuhan (touch) tidak berpengaruh positif signifikan terhadap
kepuasan konsumen. Ini berarti bahwa keinginan dari pelanggan Waroeng Joglo “Bu Rini”
untuk berkunjung bukan karena faktor sentuhan/touch. Kenyamanan yang perabotan yang
disiapkan tidak terlalu diperhitungkan oleh para pelanggan.
Hipotesis 4: Faktor pendengaran (hearing) berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan
konsumen
Variabel pendengaran (hearing) berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan
konsumen ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0.00< 0.05. Pelanggan akan kembali ke
Waroeng Joglo “Bu Rini” karena merasakan lingkungan yang tidak ramai atau tenang. Lokasi
Waroeng Joglo “Bu Rini” jauh dari kota sehingga tidak merasakan kebisingan kendaraan.
Pelayan juga jelas dalam menjelaskan menu, musik yang dimainkan tidak terlalu keras
sehingga pelanggan merasakan kenyamanan.
20
Hipotesis 5 : Faktor suhu (temperature) berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan
konsumen
Dari hasil pengolahan data ditunjukkan bahwa dengan signifikansi 0.00< 0.05. Ini berarti
bahwa variabel suhu (temperature) berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan
konsumen. Waroeng Joglo “Bu Rini” didesign dengan tata riang outdoor sehingga pelanggan
merasakan suhu udara yang sejuk sehingga menimbulkan perasaan nyaman dan
menyenangkan. Selain itu suhu makanan dan minuman sesuai apa yang di pesan dan para
pelanggan akan merasakan kepuasan.
Hipotesis 6 : Faktor tempo berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan konsumen
Dari hasil pengolahan data ditunjukkan bahwa dengan signifikansi 0.881> 0.05. Ini
berarti bahwa variabel tempo tidak berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan
konsumen. Pelayanan yang lama dalam menyajikan menu yang dipesan di Waroeng Joglo
“Bu Rini” dapat menyebabkan pengalaman yang buruk bagi pelanggan sehingga dapat
menimbulkan rasa yang tidak nyaman dan dapat mengakibatkan pelanggan tidak puas
terhadap rumah makan tersebut.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil analisa yang telah dibahas sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
Faktor penglihatan (sight) berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan konsumen.
Faktor bau/aroma (smell) berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan konsumen.
Faktor sentuhan (touch) tidak berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan
konsumen
Faktor pendengaran (hearing) berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan
konsumen
Faktor suhu (temperature) berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan konsumen.
Faktor tempo tidak berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan konsumen.
Implikasi Teoritis
Berdasarkan hasil analisis terhadap jawaban dari responden sebagaimana yang telah
diuraikan ini maka implikasi teoritis yang muncul. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara elemen – elemen atmosfer dengan kepuasan konsumen. Dengan
demikian hasil ini teoi Kotler (2005) berpendapat ada hubungan antara elemen – elemen
atmosfer dengan kepuasan konsumen.
Implikasi Manajerial
1. Menambah referensi dan pengetahuan di bidang usaha rumah makan
2. Membuat sesuatu yang unik dan membuat atmosfer rumah makan yang membuat
pelanggan betah dan mau kembali lagi untuk datang ke rumah makan tersebut ditengah
persaingan antar rumah makan
21
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperkaya referensi dan
khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pengaruh atmosfer rumah makan
terhadap kepuasan.
4. Dapat dijadikan masukan bagi Waroeng Joglo “Bu Rini” bahwa memang secara
keseluruhan atmosfer yang diciptakan sudah cukup baik, tetapi ada beberapa vaiabel
atmosfer yang tidak terlalu diperhitungkan oleh pelanggan misalkan sentuhan/touch
sehingga pihak Waroeng Joglo “Bu Rini” dapat menambah sesuatu yang baru sehingga
pelanggan pun mulai memperhitungkan variabel tersebut.
5. Variabel lain yang tidak berpengaruh positif yaitu tempo. Waroeng Joglo “Bu Rini” harus
sangat memperhatikan variabel ini karena jika waktu makanan datang dalam waktu yang
terlalu lama maka akan menimbulkan perasaan kesal pada konsumen walaupun memang
Waroeng Joglo “Bu Rini” tidak rumah makan cepat saji tetapi ini sangat diperhatikan
oleh para pelanggan.
6. Dapat dijadikan masukan bagi Waroeng Joglo “Bu Rini” bahwa memang secara
keseluruhan atmosfer yang diciptakan sudah cukup baik tetapi sebaiknya Waroeng Joglo
“Bu Rini” memberikan sesuatu lebih menarik lagi sehingga pelanggan tidak merasa
bosan.
Keterbatas Penelitian dan Agenda Penelitian Mendatang
Peneliti menyadari berbagai keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan. Untuk itu
diajukan beberapa beberapa saran perbaikan dan juga saran bagi penelitian mendatang.
Pertama, karena terlalu berbelit-belitnya proses perijinan sehingga penyebaran angket
berada di luar wilayah Waroeng Joglo “Bu Rini” sehingga penulis mendapatkan keterbatasan
variasi responden sehingga kebanyakan responden merupakan mahasiswa.
Kedua, variabel yang mempengaruhi kepuasan konsumen di Waroeng Joglo “Bu Rini”
bukan hanya atmosfer rumah makan sehingga penelitian mendatang dapat menambahkan
variabel yang lain yang juga dapat mempengaruhi kepuasan konsumen.
22
Daftar Pustaka
Barry, Berman dan Evans, Joel, 1997, Marketing, Seventh edition, NewJersey:Prentice Hall. Inc.
Irawan, hadi, 2007. 10 prisip kepuasan Konsumen, Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Karmela, L. dan Junaedi, J. (2009), jurnal penelitian, Pengaruh Store Atmosphere Terhadap
Minat Beli Konsumen Pada Toserba Griya Kuningan, Equilibrium, vol5, no9, Januari-
Juni 94-106
Kotler, Philip. (1999), Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan dan Pengendalian,
Jakarta: Salemba Empat.
Kotler, P. Bowen, J. and Makens, J. (1999), Marketing for hospitality and tourism, New
Jersey: Prentice Hall.
Lesonsky, Rieva. (2011), Article; Creating an Atmosphere for Your Bar or Restaurant.
(http://www.score.org/system/files/u209922)
Lamb, Hair, McDaniel. (2001). Pemasaran. Jakarta: PT. Salemba Emban Raya.
Levy, Michael, & Weitz, bortom A, 2001, Retailing Management, Fourt edition, Richard D.
Irwin Inc.
Marpaung, K, Fenny. (2011), Pengaruh Store Environment Terhadap Minat Pembelian Ulang
Pada Konsumen Metro Supermarket Medan Plaza
Meldarianda, R. dan Lisan, Hengki. (2010), Jurnal bisnis dan ekonomi, Pengaruh Store
Atmosphere Terhadap minat Beli Konsumen Pada Resort Café Atmophere Bandung,
Universitas Kristen Maranatha Bandung.
Mukhtar. (2004), Perlunya Strandar Ruang Lingkup Dan Permasalahan Pelayanan Sebuah
Restouran Hotel, Universitas Sumatera Utara.
Nasution, R. (2003), Teknik Sampling, Universitas Sumatera Utara.
Peter, J. Paul & Jerry C. Olson, 1999, Consumer Behavior Prilaku Konsumen dan Stretegi
Pemasaran, Edisi 4, Jilid 1, Jakarta : Penerbit Erlangga.
Quinn, T. (1981), Atmosphere in the Restaurant, Michigan State University.
Simamora, Bilson. (2008), Panduan Riset Perilaku Konsumen, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama
Soekresno. (2000), Manajemen food & beverage service hotel : buku panduan Sekolah Tinggi
Pariwisata Restaurant Supervisor & Manager, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Tandannu, Mansur, (2009), jurnal penelitian, Pengaruh Lokasi dan Kualitas Pelayanan
Terhadap Minat Pembelian Ulang Pada C. Brastagi Supermarket JL. Gatot subroto
Medan. Universitas Sumatera Utara.
Tjiptono, Fandy, (2004). Pemasaran Jasa, Malang: Bayu Media.
Wilson, Stephanie. (2003), The Effect of Music on Perceived Atmosphere and Purchase
Intentions in a Restaurant, Uversity of New South Wales.