arsitektur venakuler. joglo

43
ARSITEKTUR VENAKULER RUMAH TRADISIONAL “ JOGLO “ Oleh : Nicho Agus Setio Purnomo 440901612 Fakultas Teknik Arsitektur Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Upload: kecing-juragan-kambing

Post on 27-Jun-2015

827 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

ARSITEKTUR VENAKULER

RUMAH TRADISIONAL “ JOGLO “

Oleh :

Nicho Agus Setio Purnomo440901612

Fakultas TeknikArsitektur

Universitas 17 Agustus 1945Surabaya

Page 2: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

Rumah tradisional jawa tengah“ joglo “

Page 3: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

Arsitektur

Bentuk bangunan Jawa Timur bagian barat (seperti di Ngawi, Madiun, Magetan, dan Ponorogo) umumnya mirip dengan bentuk bangunan Jawa Tengahan (Surakarta). Bangunan khas Jawa Timur umumnya memiliki bentuk joglo, bentuk limasan (dara gepak), bentuk srontongan (empyak setangkep).

Masa kolonialisme Hindia-Belanda juga meninggalkan sejumlah bangunan kuno. Kota-kota di Jawa Timur banyak terdapat bangunan yang didirikan pada era kolonial, terutama di Surabaya dan Malang.

Kepercayaan

Orang Jawa sebagian besar secara nominal menganut agama Islam. Tetapi yang menganut agama Protestan dan Katolik juga banyak. Mereka juga terdapat di daerah pedesaan. Penganut agama Buddha dan Hindu juga ditemukan pula di antara masyarakat Jawa. Ada pula agama kepercayaan suku Jawa yang disebut sebagai agama Kejawen. Kepercayaan ini terutama berdasarkan kepercayaan animisme dengan pengaruh Hindu-Buddha yang kuat. Masyarakat Jawa terkenal akan sifat sinkretisme kepercayaannya. Semua budaya luar diserap dan ditafsirkan menurut nilai-nilai Jawa sehingga kepercayaan seseorang kadangkala menjadi kabur.

Tradisi-Tradisi Acara Sekaten

Di Mataraman ada sebuah budaya yang hingga saat ini masih terus dilestarikan yaitu Sekaten yang diselenggarakan untuk memperingati lahirnya Nabi Muhammad SAW yang lahir pada tanggal 12 bulan Maulud, bulan ketiga dari tahun jawa. Sekaten merupakan upacara pendahuluan dari peringatan hari kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW. Diselenggarakan pada tanggal 5 hingga tanggal 12 dari bulan yang sama. Selain di Keraton Jogjakarta juga diselenggarakan di Keraton Surakarta.

Perayaan sekaten diantaranya meliputi “Sekaten Sepisan” yakni dibunyikannya dua perangkat gamelan Kyai Nogowilogo dan Kyai Guntur Madu, kemudian pemberian sedekah `Ngarso Dalem` Sri Sultan HB X berupa `udhik-udhik` (menyebar uang) dan kemudian diangkatnya kedua gamelan menuju Masjid Agung Jogjakarta dan ditutup dengan Grebeg.

Page 4: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

ASAL USUL SEKATEN

Kata Sekaten diambil dari pengucapan kalimat “Syahadat”. Istilah Syahadat, yang diucapkan sebagai Syahadatain ini kemudian berangsur- angsur berubah dalam pengucapannya, sehingga menjadi Syakatain dan pada akhirnya menjadi istilah “Sekaten” hingga sekarang.

Pada masa-masa permulaan perkembangan agama Islam di Jawa, salah seorang dari Wali Songo, yaitu Sunan Kalijogo, mempergunakan instrumen musik Jawa Gamelan, sebagai sarana untuk memikat masyarakat luas agar datang untuk menikmati pergelaran karawitannya. Untuk tujuan itu dipergunakan 2 perangkat gamelan, yang memiliki laras swara yang merdu yaitu Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu.

Pada tanggal 5 bulan Maulud, kedua perangkat gamelan, Kyai Nogowilogo dan Kyai Guntur madu, dikeluarkan dari tempat penyimpanannya dibangsal Sri Manganti, ke Bangsal Ponconiti yang terletak di Kemandungan Utara (Keben) dan pada sore harinya mulai dibunyikan di tempat ini. Antara pukul 23.00 hingga pukul 24.00 ke dua perangkat gamelan tersebut dipindahkan kehalaman Masjid Agung Jogjakarta, dalam suatu iring-iringan abdi dalem jajar, disertai pengawal prajurit Keraton berseragam lengkap.

ACARA PUNCAK

Puncak acara dari perayaan Sekaten adalah “grebeg maulid”, yaitu keluarnya sepasang gunungan dari Mesjid Agung seusai didoakan oleh ulama Kraton. Masyarakat percaya bahwa siapapun yang mendapatkan gunungan tersebut, biarpun sedikit akan dikaruniai kebahagiaan dan kemakmuran. Kemudian tumpeng tersebut diperebutkan oleh ribuan warga masyarakat. Mereka meyakini bahwa dengan mendapat bagian dari tumpeng akan mendatangkan berkah bagi mereka.

Pada umumnya , masyarakat Jogjakarta dan sekitarnya berkeyakinan bahwa dengan turut berpartisipasi merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW ini yang bersangkutan akan mendapat imbalan pahala dari Yang Maha Kuasa, dan dianugerahi awet muda. Sebagai ” Srono ” (syarat) nya, mereka harus mengunyah sirih di halaman Masjid Agung, terutama pada hari pertama dimulainya perayaan sekaten.

Oleh karenanya, selama diselenggarakan perayaan sekaten itu, banyak orang berjualan sirih dengan ramuannya, nasi gurih bersama lauk-pauknya di halaman Kemandungan,di Alun-alun Utara maupun di depan Masjid Agung Jogjakarta. Bagi para petani, dalam kesempatan ini memohon pula agar panenannya yang akan datang berhasil. Untuk memperkuat tekadnya ini, mereka memberi cambuk (pecut) yang dibawanya pulang.

TRADISIONAL

Sedangkan keramaian penunjang berisi kesenian rakyat tradisional yang menyertai upacara tradisional seperti penjaja makanan tradisional, mainan tradisional serta kesenian rakyat tradisional. Kemudian untuk keramaian pendukung berupa pameran pembangunan yang dilakukan pemerintah daerah maupun instansi sektoral dan vertikal, promosi pemasaran barang produksi dalam negeri dan meningkatkan barang

Page 5: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

ekspor nonmigas serta keramaian lainnya seperti permainan anak-anak, rumah makan dan cinderamata.

Selama lebih kurang satu bulan sebelum upacara Sekaten dimulai, Pemerintah Daerah Kotamadya, memeriahkan perayaan ini dengan pasar malam, yang diselenggarakan di Alun-alun Utara Jogjakarta. Melalui Sekaten sebagai peristiwa budaya yang juga sebagai peristiwa religius dan merupakan ikon sekaligus identitas Jogjakarta. Dan hal itu sudah sepantasnya kita pertahankan dan kita kembangkan nilai-nilai hakikinya sebagai warisan keaneka ragaman budaya bangsa.

Prosesi Kondur Gangsa

malam terakhir perayaan Sekaten tahun ini, setelah selama sebulan acara Sekaten digelar di Alun-Alun Yogyakarta.

Puncak acara Sekaten sendiri ditandai dengan dikeluarkannya 2 perangkat gamelan kraton yang diletakkan dan dimainkan di halaman Masjid Agung Yogyakarta selama seminggu sebelum puncak acara Grebeg Sekaten.

Awal dari acara puncak Sekaten adalah dengan dikeluarkannya gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Naga Wilaga (kalo di Solo adalah Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari) pada tanggal 5 bulan Mulud, seminggu sebelum Maulid Nabi yang jatuh pada tanggal 12 Mulud Tahun Jawa.

Sekitar pukul 23.00, gamelan kraton dikeluarkan dari tempat penyimpanannya, di Bangsal Sri Manganti lalu disinggahkan di Bangsal Ponconiti yang kemudian dengan pengawalan para prajurit kraton, dibawa ke halaman Masjid Agung.

Gamelan Kyai Guntur Madu diletakkan di Pagongan Lor (utara) sedangkan Kyai Naga Wilaga diletakkan di Pagongan Kidul (selatan) halaman Masjid Agung. Prosesi ini disebut dengan upacara Mios Gangsa.

Selama sepekan, gamelan ini dibunyikan setiap hari, kecuali pada hari Kamis malam dan hari Jumat. Karena prosesi Mios Gangsa pada Sekaten tahun ini jatuh pada hari Kamis, maka gamelan ini ndak dibunyikan hari itu.

Gending-gending yang dimainkan memiliki nuansa magis yang kental. Menggunakan laras pelog namun berbeda dengan pelog biasa, gamelan ini dibunyikan dengan cara yang berbeda.

Page 6: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

Seperangkat gamelan ini hanya terdiri atas bonang, saron, dan gong. Ndak seperti seperangkat gamelan lengkap lainnya.

Kalo menilik sejarah, tradisi ini diawali oleh Sunan Kalijaga yang menggunakan gamelan ini sebagai media dakwah. Untuk menarik perhatian masyarakat, Sunan Kalijaga memainkan gamelan ini dan ketika warga sudah berkumpul, Sunan Kalijaga memberikan pengajian.

Selama Sekaten berlangsung, memang di Masjid Gede setiap hari diadakan pengajian di sela-sela tabuhan gamelan.

Di sekitar halaman masjid banyak dijumpai para penjual kinang, telor merah, pecut, dan nasi gurih. Ada tradisi unik yang mendasari kenapa banyaknya penjual benda-benda ini.

Masyarakat percaya jika kita mendengar gamelan ini ditabuh, kemudian kita nginang (mengunyah daun sirih, gambir, tembakau, dan kapur) maka dipercaya kita akan awet muda dan mendapat berkah.

Ada kepercayaan kalo setelah nginang bibir dan gigi kita tidak berwarna merah, berarti kita sering bohong.

Selain tradisi nginang, ada tradisi membeli dan makan sega gurih (nasi gurih alias nasi uduk).

Tradisi ini adalah simbol bahwa kita mensyukuri apa-apa yang sudah kita dapatkan. Dengan makan nasi yang sudah diberi bumbu, diharapkan kehidupan kita akan semakin nikmat, seperti rasa nasi yang kita makan.

Ada pula tradisi membeli endog abang alias telur merah. Telur ini adalah telur rebus biasa yang kulitnya diberi warna merah. Telur ini kemudian ditusuk dengan menggunakan tusuk sate yang kemudian dihias.

Kalo di Solo, namanya endog amal, yaitu telor asin. Endog amal maksudnya agar kita menjadi orang yang suka beramal.

Page 7: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

Telur adalah cikal bakal kehidupan. Sedangkan warna merah artinya keberuntungan, rejeki, berkah, dan keberanian.

Jadi diharapkan dengan memakan telur ini, kita bisa kembali lahir menjadi seseorang yang berjiwa bersih, pemberani, dan penuh keberkahan.

Sedangkan tusuk sate melambangkan bahwa kita semua memiliki poros kehidupan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Pecut juga banyak dijual di tempat ini. Pecut adalah alat yang digunakan untuk menggiring ternak agar berjalan pada jalan yang benar. Nah, makna membeli pecut di tempat ini adalah diharapkan kita bisa menggiring nafsu kita supaya berjalan ke jalan yang benar.

Sebelum upacara pengembalian gamelan ini ke Bangsal Sri Manganti dilaksanakan, di dalam serambi Masjid Agung diadakan acara pembacaan riwayat kehidupan Nabi Muhammad SAW dalam bahasa Jawa.

Pembacaan riwayat ini dihadiri oleh Ngarso Dalem Sri Sultan Hamengkubuwana X beserta keluarga dan abdi dalem.

Sekitar pukul 22.30, pembacaan riwayat Nabi selesai. Para pasukan bersiap, dan Ngarso Dalem pun berjalan keluar masjid untuk kembali ke kraton dengan diiringi para prajurit Wirabraja, yang sering disebut dengan pasukan lombok abang karena seragamnya mirip lombok ini, sebagai cucuk lampah.

Setelah Ngarsa Dalem kembali, gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Naga Wilaga pun kemudian diangkat dan kemudian dikembalikan. Prosesi pengembalian ini disebut dengan Kondur Gangsa.

Besok pagi, puncak perayaan Maulid Nabi akan berlangsung, yaitu Grebeg Sekaten, yang dilakukan di halaman Masjid Agung juga.

Page 8: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

Kejawen

“Jawa” adalah istilah yang sering didengar dalam pergaulan sehari-hari. Jawa adalah nama sebuah pulau di Indonesia. Pulau ini merupakan bagian dari gugusan kepulauan sunda besar dan paparan sunda, yang pada masa sebelum es mencair merupakan ujung tenggara benua. Luas pulau ini 138.793,6 km2, merupakan pulau ketigabelas terbesar di dunia

Populasi penduduk di pulau ini merupakan populasi terbanyak dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia dan merupakan pulau terpadat di Indonesia. Mayoritas penduduk di pulau jawa adalah suku jawa. Suku bangsa Jawa, adalah suku bangsa terbesar di Indonesia. Mereka terutama bermukim di propinsi jawa tengah dan jawa timur.

Walaupun begitu, di propinsi jawa barat banyak juga ditemukan Suku Jawa, terutama di Kabupaten Indramayu dan Cirebon yang mayoritas masyarakatnya merupakan orang-orang Jawa yang berbahasa dan berbudaya Jawa. Demikian juga di tengah pulau Jawa, ditemukan pula kantong-kantong komunitas suku Sunda atau suku bangsa yang berbahasa Sunda, terutama di Kabupaten Brebes dan Kabupaten Cilacap. Selain itu ada pula suku Madura dan suku Bali di Jawa Timur dan Suku Betawi di sebelah barat Jawa, di kota Jakarta dan sekitarnya.

Suku jawa juga menyebar di banyak daerah di Indonesia seperti di Lampung, Banten, Jakarta dan Sumatera Utara. Suku Jawa juga memiliki sub-suku, seperti Osing dan Tengger

Dalam pergaulan sehari-hari, suku bangsa Jawa sebagian besar menggunakan bahasa jawa. Dalam sebuah survei yang diadakan majalah Tempo pada awal 1990-

Page 9: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

an, diperoleh data bahwa jumlah yang menggunakan bahasa jawa sebagai bahasa

sehari-hari mencapai 70%. Sedangkan yang memakai bahasa Indonesia kurang lebih hanya 12%, sisanya sekitar 18% menggunakan bahasa secara campur antara bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.

Bahasa Jawa memiliki satu aturan perbedaan kosa kata dan intonasi berdasarkan hubungan antara pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh. Aspek kebahasaan ini memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa, dan membuat orang Jawa biasanya sangat sadar akan status sosialnya di masyarakat

Menurut penelitian Pakar antropologi Amerika , Clifford Geertz, yang dilakukan pada tahun 1960-an, masyarakat Jawa dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :

Kaum santri, adalah penganut agama Islam yang taat.

Kaum abangan, adalah penganut Islam secara nominal atau penganut Kejawen.

Kaum priyayi, adalah kaum bangsawan.

Dewasa ini pendapat Geertz banyak ditentang karena ia mencampur adukkan antara golongan sosial dengan golongan kepercayaan. Kategorisasi sosial ini juga sulit diterapkan dalam menggolongkan orang-orang luar, misalkan orang Indonesia lainnya dan suku bangsa non-pribumi seperti orang keturunan Arab Tionghoa dan India.

Sebagian besar orang Jawa secara nominal menganut agama Islam, kemudian disusul dengan penganut Protestan dan Katholik serta agama Buddha dan Hindu. Selain di perkotaan, penganut agama selain Islam ini juga dapat juga ditemukan di wilayah pedesaan,

Page 10: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

Ada pula agama kepercayaan sebagian suku Jawa yang disebut sebagai agama Kejawen. Kepercayaan ini terutama berdasarkan kepercayaan animisme dengan pengaruh Hindu-Buddha yang kuat. Masyarakat Jawa terkenal akan sifat sinkretisme kepercayaannya. Semua budaya luar diserap dan ditafsirkan menurut nilai-nilai Jawa sehingga kepercayaan seseorang kadangkala menjadi kabur.

Suku jawa terkenal sebagai tipe “pekerja”yang baik,tidak banyak menuntut dan tangguh, oleh sebab itu orang Jawa banyak yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil dan Militer, sebagian lagi bekerja sebagai buruh kasar, pembantu rumah tangga dan buruh di hutan-hutan di luar negeri . Dalam bidang bisnis dan industri, selain sebagai pekerja, kiprah orang jawa tidak terlalu menonjol.

Seni, dalam kehidupan orang jawa mendapat tempat yang khusus. Oleh sebab itu Orang Jawa terkenal dengan budaya

seninya. Salah satu yang terkenal adalah pementasan wayang. Ini adalah seni budaya yang terpengaruh agama Hindu-Buddha. Repertoar cerita wayang atau Lakon sebagian besar berdasarkan wiracarita Ramayana dan Mahabharata. Selain pengaruh agama Hindu dan Buddha, beberapa jenis seni budaya yang lain terpengaruh juga oleh agama Islam dan kebudayaan dunia Barat.

Page 11: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

Secara etika, Orang Jawa terkenal sebagai sukubangsa yang sopan dan halus bertutur kata. Tetapi mereka juga terkenal sebagai suku bangsa yang tertutup dan tidak mau berterus terang. Sifat ini konon berdasarkan watak orang Jawa yang ingin menjaga harmoni atau keserasian dan menghindari konflik, karena itulah mereka cenderung untuk diam dan tidak membantah apabila terjadi perbedaan pendapat.

Rumah

Masyarakat Jawa dengan faham jawanya (“kejawen”) sering dianggap sebagai masyarakat yang hidup dalam suasana kepercayaan primitif, yang memilki sifat-sifat khusus, seperti: mempertahankan suasana hidup selaras (harmonis) dengan lingkungan kehidupan disekitarnya, yang meliputi: keselarasan hubungan antara manusia dan sesamanya (hubungan antara “kawulo” dan “gusti”), serta hubungan antara manusia dengan lingkungan alam disekitarnya (hubungan antara “microcosmos” dan “macrocosmos”). Kebutuhan hidup manusia Jawa, dapat disederhanakan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu: “pangan”, “sandang” dan “papan”.Adapun makna kebutuhan pangan bagi masyarakat Jawa disatu sisi adalah tuntutan akan fisik, sedangkan disisi lain, adalah tuntutan metafisik, seperti: spiritual, rohaniah dan simbolik. Selanjutnya orang Jawa membutuhkan sandang untuk memberikan pengamanan kejiwaan (rasa) dan melindungi diri dari pengaruh lingkungan, baik lingkungan alamiah maupun sosial. Sedangkan kebutuhan akan “papan”, bagi orang Jawa diartikan sebagai kebutuhan akan: “longkangan” (ruang), “panggonan” (tempat untuk menjalani kehidupan), “panepen” (tempat kediaman) dan “palungguhan” (tempat duduk/berinteraksi). Selain itu rumah juga mempunyai arti sebagai perlambang bahwa dirinya telah berhasil dalam kehidupan di dunia atau telah mantap kedudukan sosial ekonominya.

Bentuk dari rumah Jawa dipengaruhi oleh 2 pendekatan yaitu :

1. Pendekatan Geometrik yang dikuasai oleh kekuatan sendiri 2. Pendekatan Geofisik yang tergantung pada kekuatan alam lingkungan.

Page 12: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

Jenis rumah joglo

1. Rumah Bentuk Joglo 2. Rumah Bentuk Limasan 3. Rumah bentuk Kampung 4. Rumah Bentuk Masjid dan Tajug atau Tarub 5. Rumah bentuk panggang Pe

Page 13: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

Atap “ Wuwungan “

Atap berbentuk joglo banyak menggunakan material kayu, mulai dari kayu polos sampai kayu yang penuh ornamen. Hal ini mengakibatkan beban yang harus disalurkan untuk sampai ke tanah oleh masing-masing soko cukup berat. Sebenarnya beban yang dipikul oleh soko dapat dihitung, yaitu dengan cara mengetahui luas area penutup atap yang disokong oleh masing-masing soko. Luas area tersebut kemudian dikalikan dengan beban atap per meter persegi, sehingga didapat beban atap yang harus dipikul oleh masing-masing soko atau tiang. Akibatnya, jumlah beban yang disalurkan oleh soko tersebut harus lebih kecil dibandingkan dengan tegangan tanah per sentimeter persegi. Bila beban yang disalurkan oleh soko lebih besar dari tegangan tanah, maka pondasi akan melesak. Rangka Atap Joglo dibentuk oleh beberapa elemen bangunan, yaitu: (1). Reng, (2). Usuk, (3). “Molo”, (4). “Ander”, (5). “Dudur” dan (6). “Blandar”. Sedangkan Tumpang Sari adalah balok-balok yang disusun dengan teknik tumpang, dan berfungsi untuk mendukung berat atap. Tumpang Sari dapat dibagi atas dua bagian, yaitu: Bagian sayap (“elar”) dan Bagian dalam (“ulen”).

Page 14: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo
Page 16: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo
Page 17: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo
Page 18: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

Simbol ornamen dalam bangunan tradisional Jawa

Gunungan (Kayon / kekayon)Gunungan adalah simbol dari jagad raya. Puncaknya adalah lambang keagungan dan keesaan. Bentuk simbol ini memang menyerupai gunung (seperti yang sering dipakai dalam wayang kulit). Dalam prakteknya, orang-orang Jawa memasang motif gunungan di rumah mereka sebagi pengharapan akan adanya ketenteraman dan lindungan Tuhan dalam rumah tersebut.

Lung-lunganSesuai dengan arti harafiah kata “lung” sendiri yang berarti batang tumbuhan yang masih muda, simbol ini berupa tangkai, buah, bunga dan daun yang distilir. Jenis tumbuhan yang sering digunakan adalah tumbuhan teratai, kluwih, melati, beringin, buah keben dsb. Simbol ini melambangkan kesuburan sebagai sumber penghidupan di muka bumi.

Page 19: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

WajikanBerasal dari kata ”wajik”, yaitu sejenis makanan dari beras ketan yang dicampur gula kelapa. Sesuai dengan namanya, wajikan berupa bentukan belah ketupat yang di tengahnya terdapat stilasi bunga.

PatranPatran berbentuk seperti daun yang disusun berderet-deret. Biasanya patran ditempatkan di bagian bangunan yang sempit dan panjang.

Banyu-tetesOrnamen ini biasa diletakkan bersamaan dengan patran. Sesuai dengan namanya, oranamen ini menggambarkan tetesan air hujan dari pinggiran atap (tritisan) yang berkilau-kilau memantulkan sinar matahari.

Banaspati / Kala / KemamangRagam hias berbentuk wajah hantu / raksasa. Banaspati ini melambangkan raksasa yang akan menelan / memakan segala sesuatu yang jahat yang hendak masuk ke dalam rumah. Karenanya ragam hias ini biasa ditempatkan di bagian depan bangunan, seperti pagar, gerbang, atau pintu masuk.

Tiang “ Saka Guru “

Rumah Joglo mempunyai 16 buah tiang atau kolom sebagai penopang konstruksi atap yang terdiri dari 4 buah “saka guru” dengan masing masing tiang berukuran (15cm x 15cm) dan 12 buah tiang emper masing-masing berukuran (11cm x 11cm), serta mempunyai 5 buah “Blandar Tumpang Sari” lengkap dengan “kendhit”atau “koloran” yang berfungsi sebagai balok penyiku konstruksi utama bangunan tersebut. Keseluruhan bangunan asli menggunakan material struktur kayu jati dan mempunyai ukuran 8,4 m x 7,6 m.

Masing-masing tiang memiliki nama sesuai dengan letaknya pada bangunan tersebut. Satu atau beberapa tiang yang menyokong atap yang paling tinggi disebut soko guru, tiang yang letaknya lebih luar dari soko guru adalah soko rowo, sedangkan tiang yang menyokong atap bagian paling luar disebut soko emper.

Selain itu, ada beberapa tiang yang digunakan untuk jenis bangunan beratap joglo yang lainnya, yaitu soko bentung, yang letaknya menggantung di antara bagian atap paling atas dengan atap di bawahnya. Sementara itu, soko santen adalah tiang yang tidak langsung menyokong atap, tapi menyokong gelagar panjang pada bangunan besar beratap joglo.

Page 21: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo
Page 22: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

Sistim Struktur

Sistim struktur bangunan Joglo dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu: (1). Sistim Struktur Rangka Utama dan (2). Sistim Struktur Rangka “Pengarak” (Pengikut). Sistim Rangka Utama Bangunan Joglo terdiri atas tiga bagian, yaitu: “Brunjung”, “Soko Guru” dan “Umpak”.

Pondasi

Page 23: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

Banyak Jenis pondasi yang dibuat oleh para perancang bangunan sejak jaman dahulu. Pada dasarnya mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk menahan atau menopang beban berat diatasnya. Pada masyarakat jawa, nenek moyangnya meninggalkan sistim pondasi yang sangat sederhana. Kita mengenalnya dengan nama “Umpak”. Ciri khas dari pondasi ini adalah tampilan dan posisi pondasi yang berada diatas tanah bukan berada di dalam tanah. Pondasi ini dapat terlihat dengan mata telanjang. Pondasi Umpak sering digunakan pada Bangunan Tradisional jawa, yaitu Rumah Joglo dan Rumah Limasan. Pondasi ini diletakan diatas tanah yang telah padat atau keras. Sistim dan jenis pondasi ini samapi sekarang terkadang masih digunakan, tetapi ditopang oleh pondasi batu kali yang berada di dalam tanah dan sloof sebagai pengikat struktur, serta angkur yang masuk kedalam as umpak kayu atau umpak batu dari bagian bawah umpaknya atau tiangnya.

Kesederhanaan sistim konstruksi rumah adat jawa ini ternyata juga terdapat di daerah-daerah lainnya di Indonesia. Kesederhanaan ini ternyata mempunyai fungsi yang sangat hebat, bahwa pondasi ini membentuk rigitifitas struktur yang dilunakkan, sehingga sistim membuat bangunan dapat menyelaraskan goyangan-goyangan yang terjadi pada permukaan tanah, sehingga bangunan tidak akan patah pada tiang-tiangnya jika terjadi gempa besar. Hal ini dapat terjadi jika kayu-kayu yang digunakan mempunyai kualitas yang baik.

Page 25: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

Gebyog

Gebyog merupakan dinding rumah yg terbuat dari kayu. Gebyog memberikan rasa sejuk disiang hari , dan hangat di malam hari. Gebyog yang di gunakan untuk Omah Limasan ( dalem) dibuat dengan motif ukiran Kudus, buatan baru dari kayu tua/lama. Kerangka Gebyog menyatu dengan konstruksi bangunan.

Page 26: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

MAKNA FILOSOFIS JOGLO

Berdasarkan pada pandangan hidup orang Jawa bahwa kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh alam semesta, atau dalam lingkup yang lebih terbatas adalah dari pengaruh lingkungan sekitarnya, maka keberadaan rumah bagi orang Jawa harus mempertimbangkan hubungan tersebut. Joglo sebagai salah satu simbol kebudayaan masyarakat Jawa, merupakan media perantara untuk menyatu dengan Tuhan (kekuatan Ilahi) sebagai tujuan akhir kehidupan (sangkan paraning dumadi), berdasar pada kedudukan manusia sebagai seorang individu, anggota keluarga dan anggota masyarakat. Nilai filosofis Joglo merepresentasikan etika Jawa yang menuntut setiap orang Jawa untuk memiliki sikap batin yang tepat, melakukan tindakan yang tepat, mengetahui tempat yang tepat (dapat menempatkan diri) dan memiliki pengertian yang tepat dalam kehidupan.

Page 27: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

a. Rumah bagi individu Jawa

Sebagai personifikasi penghuninya, rumah harus dapat menggambarkan kondisi atau tujuan hidup yang ingin dicapai oleh penghuninya. Rumah Jawa dihadapkan pada pilihan empat arah mata angin, yang biasanya hanya menghadap ke arah utara atau selatan. Tiap arah mata angin menurut kepercayaan juga dijaga oleh dewa, yaitu:- arah timur oleh Sang Hyang Maha Dewa, dengan sinar putih berarti sumber kehidupan atau pelindung umat manusia, merupakan lambang kewibawaan yang dibutuhkan oleh para raja.- Arah barat oleh Sang Hyang Yamadipati, dengan sinar kuning berarti kematian, merupakan lambang kebinasaan atau malapetaka.- Arah utara oleh Sang Hyang Wisnu, dengan sinar hitam berarti penolong segala kesulitan hidup baik lahir maupun batin, merupakan lambang yang cerah, ceria dan penuh harapan.- Arah selatan oleh Sang Hyang Brahma, dengan sinar merah berarti kekuatan, merupakan lambang keperkasaan, ketangguhan terhadap bencana yang akan menimpanya.Rumah bagi individu Jawa sangat penting untuk menunjukkan bahwa seseorang memiliki kontrol teritorial, yang selanjutnya akan mendefinisikan keberadaan dan statusnya. Sebuah rumah merupakan bentuk eksistensi bagi pemiliknya. Sehingga rumah Jawa sebagai personifikasi penghuninya juga ditunjukkan melalui dimensi antropometrik yang mengacu pada dimensi tubuh penghuni, yaitu kepala rumah tangga.Rumah merupakan pelindung dari kekacauan dan kesialan yang berada di luar rumah. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan sumur yang letaknya berdekatan dengan regol. Seseorang akan membasuh kakinya ketika masuk rumah untuk melepaskan emosi dan kesialan yang mungkin menempel pada tubuhnya di jalanan. Di rumahlah orang menemukan ketenteraman terlindung dari dunia luar yang merupakan sumber kekacauan.

b. Rumah bagi keluarga Jawa

Rumah bagi keluarga Jawa mempunyai nilai tersendiri, yaitu sebagai suatu bentuk pengakuan umum bahwa keluarga tersebut telah memiliki kehidupan yang mapan. Ini menegaskan kondisi ideal bagi orang Jawa yaitu memiliki rumah tangga sendiri.Kepemilikan terhadap rumah dan tanah merupakan hal yang selalu lebih utama dari pada kepemilikan terhadap benda-benda lainnya.Meskipun konstruksi rumah Jawa memungkinkan untuk dibongkar-pasang, namun kecenderungan dalam praktik sehari-hari adalah membiarkan sebagian besar pintu dan jendelanya dalam keadaan tertutup sehingga menjadi gelap. Kondisi ini menghindari kekurangan-kekurangan dalam rumah terlihat dari luar oleh orang lain. Selain itu juga untuk memberikan privasi dan kebebasan bagi keluarga yang menghuni.Peran utama rumah adalah sebagai tempat menetap, melanjutkan keturunan serta menopang kehidupan sebuah keluarga. Seringkali di depan senthong (kamar) dapat dipasang foto-foto leluhur sebagai simbol kesinambungan keturunan.

Page 28: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

Secara khusus, senthong tengah berfungsi sebagai kuil kemakmuran keluarga dalam kaitannya dengan kedudukannya sebagai titik penghubung antara rumah, sawah dan dunia nenek moyang melindungi keduanya.

c. Joglo dalam kehidupan masyarakat Jawa

Ukuran dan bentuk rumah merupakan lambang kedudukan sosial keluarga yang menempatinya dalam suatu masyarakat. Hanya kaum bangsawan saja yang awalnya diperbolehkan memiliki Joglo. Untuk orang desa pada umumnya menggunakan bentuk Srotongan atau Trojongan. Yang membedakan Joglo dengan tipologi rumah Jawa lainnya adalah konstruksi atapnya yang memiliki brunjung lebih menjulang tinggi sekaligus lebih pendek dengan susunan tumpang sari, yaitu yang ditopang oleh empat tiang utama yang disebut saka guru. Bagian saka guru dan tumpang sari biasanya sarat dengan ukiran, baik yang rumit maupun yang sederhana. Material yang digunakan oleh Joglo juga lebih banyak dan biasanya menggunakan kayu jati, akibatnya harga Joglo lebih mahal dari tipologi rumah Jawa lainnya. Jadi Joglo menjadi simbol bahwa pemiliknya termasuk dalam strata sosial atas.

Pertunjukan-pertunjukan seni yang diadakan oleh tuan rumah di pendhapa untuk khalayak umum, mempertegas stratifikasi sosial yang berlaku juga menjadi bentuk ekspansi kewenangan tuan rumah terhadap lingkungan sekitarnya. Pendhapa juga digunakan bagi kaum lelaki untuk bersosialisasi sehingga kemudian mempertegas bahkan membentuk nilai-nilai kemasyarakatan.Sebagai personifikasi dari penghuninya, bagian-bagian Joglo (peninggian lantai-dinding-atap) dapat dianalogikan secara fisik menurut bagian-bagian tubuh manusia (kaki-badan-kepala) dan secara non-fisik menurut perjalanan hidupnya (lahir-hidup-mati).Sehingga kemudian nilai-nilai filosofis yang dimiliki oleh orang Jawa juga dapat diterapkan sebagai nilai-nilai filosofis Joglo sebagai rumah Jawa. Nilai-nilai kosmologi yang dipercaya dan diwariskan oleh orang Jawa melalui mitos, terepresentasikan pada rumah Jawa. Dimensi atap yang dominan menunjukkan bahwa orang Jawa mengutamakan bagian kepala dan isinya (pikiran dan ide) karena dengan kemampuan akal pikirnya akan dapat membawa manusia untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum mati untuk menemui Tuhan.

Page 29: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

Yang dimaksud dengan interior Joglo adalah tatanan secara keseluruhan segala sesuatu yang berada di bawah lingkup struktur Joglo. Pada gambar di atas ditandai oleh daerah yang berwarna hijau.Karena secara non-fisik area tersebut dapat dianalogikan sebagai ‘hidup’, maka nilai filosofis interior Joglo dapat dianalogikan pula sebagai nilai filosofis kehidupan bagi orang Jawa. Sehingga nilai filosofis interior Joglo merepresentasikan suatu usaha dalam mencapai kesempurnaan hidup untuk mempersiapkan diri menuju kepada Tuhan. Usaha mencapai kesempurnaan hidup tersebut adalah melalui etika Jawa.

Tata ruang rumah tradisional adat jawa

Page 30: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

Susunan ruang dalam bangunan tradisional Jawa pada prinsipnya terdiri dari beberapa bagian ruang yaitu :

1. Pendapa, difungsikan sebagai tempat melakukan aktivitas yang sifatnya formal  (pertemuan, upacara, pagelaran seni dan sebagainya). Meskipun terletak di bagian depan, pendapa bukan merupakan ruang penerima yang mengantar orang sebelum memasuki rumah. Jalur akses masuk ke rumah yang sering terjadi adalah tidak dari depan melalui pendapa, melainkan justru memutar melalui bagian samping rumah

2. Pringgitan, lorong penghubung (connection hall) antara pendapa dengan omah njero. Bagian pringgitan ini sering difungsikan sebagai tempat pertunjukan wayang kulit / kesenian / kegiatan publik. Emperan adalah teras depan dari bagian omah-njero. Teras depan yang biasanya lebarnya sekitar 2 meter ini merupakan tempat melakukan kegiatan umum yang sifatnya nonformal

3. Omah njero, kadang disebut juga sebagai omah-mburi, dalem ageng atau omah. Kata omah dalam masyarakat Jawa juga digunakan sebagai istilah yang mencakup arti kedomestikan, yaitu sebagai sebuah unit tempat tinggal.

4. Senthong-kiwa, dapat digunakan sebagai kamar tidur keluarga atau sebagai tempat penyimpanan beras dan alat bertani.

5.  Senthong tengah (krobongan),  sering juga disebut sebagai boma, pedaringan, atau krobongan. Dalam gugus bangunan rumah tradisional Jawa, letak senthong-tengah ini paling dalam, paling jauh dari bagian luar. Senthong-tengah ini merupakan ruang yang menjadi pusat dari seluruh bagian rumah. ruang ini seringkali menjadi “ruang pamer” bagi keluarga penghuni rumah tersebut.Sebenarnya senthong-tengah merupakan ruang yang sakral yang sering menjadi tempat pelaksanaan upacara / ritual keluarga. Tempat ini juga menjadi ruang penyimpanan benda-benda pusaka keluarga penghuni rumah.

6. Senthong-tengen, fungsinya sama dengan sentong kiwa7. Gandhok, bangunan tambahan yang mengitari sisi samping dan

belakang bangunan inti.

  

Page 31: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

Struktur ruang pada rumah tradisional Jawa ( telah diolah kembali ),Dakung, Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa Jogjakarta

(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, 1982)

Page 32: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo
Page 33: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

Tropical Architecture

Rumah Joglo

Bangunan pada gambar tersebut dari hasil pengamatan kelompok kami biasanya Rumah Joglo sering dijumpai di daerah Jawa Tengah. Bahwasanya daerah Jawa memiliki iklim tropis, Mempunyai dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Dimana saat hujan, curah hujan sangat tinggi dan panas radiasi matahari yang radiasinya cukup tinggi. Oleh karena itu, mempengaruhi elemen-elemen bangunan seperti, bentuk atap, dinding dan bukaan, ketinggian bangunan dan lainnya untuk bisa menyesuaikan kondisi iklim sehingga bisa membuat nyaman/comfort

Identifikasi elemen-elemen:

~    Bentuk Atap

Pada bangunan ini bentuk atap didesain miring dan tengah dibuat lebih miring dan tinggi. Ini berfungsi untuk beberapa hal:

~    Kemiringan Atap

Dibuat seperti itu untuk mengalirkan air dengan cepat agar tidak terampung karena curah hujan yang sangat tinggi. Sebab jika dibuat datar air akan mengapung dan atap berjamur, lama-kelamaan akan lapuk busuk dan ambruk. Bagian tengah dibuat tinggi agar udara didalam tidak sedikit dan panas lebih diminimalisir

~     Tritisan

Tritisan adalah bagian ujung atap yang menunjukkan keluar memiliki dinding. Difungsikan agar air hujan diluar dinding dan menghambat radiasi matahari masuk ruangan.

~     Bahan Dinding dan Bukaan

Pada dasarnya bentuk dinding hanya sederhana berbentuk persegi. Tetapi biasanya dinding tidak mati bisa di buku dan tidak terlalu tinggi ( ± 2,5m – 3m). Sedangkan

Page 34: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

bukaannya hanya berbentuk jendela dan pintu sedang. Tetapi cukup banyak tiap sisi memiliki jendela agar terjadi pertukaran sirkulasi udara.

~     Ketinggian Bangunan

Sepengetahuan kami kira-kira tinggi keseluruhan bangunan ± 7m. 2,5m – 3m untuk dinding dan 3 meter untuk atap. Lantai ditinggikan dari tanah ± 0,5m di fungsikan untuk menghambat air masuk saat hujan atau melindungi dari gangguan binatang seperti kalajengking, ular dan lain-lain.

~     Tangga

Karena bangunan di buat lebih tinggi 0,5m dari tanah sehingga membutuhkan tangga untuk penghuni/orang naik sampai rumah kira-kira 1m, tinggi 20 cm dan lebar 30cm.

Resume

Bangunan Joglo adalah salah satu bangunan tradisional. Bangunan rumah Joglo ini mampu mengatasi dan beradaptasi dengan iklim tropis dengan cara yang sederhana. Biasanya iklim tropis memiliki curah hujan yang tinggi. Rumah Joglo menyingkapi dengan cara bentuk atap miring dan memiliki gundukkan di atap tirisannya, dinding dan bukaan yang cukup banyak, tinggi bangunan lebih dari tanah sehingga dengan elemen-elemen itu mampu mengatasi masalah pada iklim tropis.

Page 35: ARSITEKTUR VENAKULER. joglo

Sumber

www.jawatengah.go.id

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, 1982

KOMPAS.com

http://www.okezone.com

Rumah Gadang : sumbarprov.go.id Kayu VS beton : http://coretankelambu.wordpress.com/2009/09/  Rumah Joglo Jawa Tengah :

http://jepretanku.wordpress.com/2008/03/page/2/ http://web.civileng-

Wikipedia bahasa Indonesia

“Keris”, Ki Hudoyo Doyodipuro, Occ, Penerbit buku :Dahara Prize, tahun 2000

id.wikipedia.org hamemayu.files.wordpress.com pasarkreasi.com christusrex.org rnw.nl gimonca.com masivstar.blogspot.com pondokhati.wordpress.com

Written by Probo Hindarto© Copyright 2008 astudio Indonesia. All rights reserved

Baca lebih lengkap: astudioarchitect.com: Arsitektur vernakular sebagai bahasa arsitektur yang tidak terbatas pada sistem konstruksi (esai) http://astudioarchitect.com/2008/11/arsitektur-vernakular-sebagai-bahasa.html#ixzz13BuxK4Qs