efata - buletin gmki kom. itb, agustus 2013

8
Efata GMKI Cabang Bandung Buletin Komisariat Agustus 2013 http://gmkibandung.info @gmki_bandung Merdeka! logo oleh: kdri.web.id

Upload: okihita-sihaloho

Post on 09-Mar-2016

232 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Buletin Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Komisariat ITB, Agustus 2013.

TRANSCRIPT

Page 1: Efata - Buletin GMKI Kom. ITB, Agustus 2013

Efata

GMKI Cabang Bandung

Buletin Komisariat

Agustus 2013 http://gmkibandung.info@gmki_bandung

Merdeka!

log

o o

leh

: kdri.w

eb

.id

Page 2: Efata - Buletin GMKI Kom. ITB, Agustus 2013

Kata Sambutan

Shalom teman-teman PMK ITB! Shalom adik-adikku terkasih PMK ITB 2013! Puji syukur sebab betapa besar kasih karunia Tuhan Yesus dalam kehidupan kita sehari-hari.

Beberapa waktu yang lalu pada tanggal 17 Agustus kita bersama-sama merayakan hari kemerdekaan negara kita Indonesia. Saya yakin kita semua pengikut Kristus benar-benar meresapi makna kemerdekaan. Salah satu yang saya maknai dalam kemerdekaan adalah suatu semangat yang berapi-api.

Nah, maka dari itu saya pribadi sungguh bersukacita ketika Tuhan boleh mendatangkan adik-adikku PMK ITB 2013 ke kampus terbaik ini. Mengapa saya bersukacita? Ya, tepat sekali, karena saya merasa PMK kedatangan adik-adik PMK ITB 2013 yang memiliki semangat berapi-api seperti para revolusioner bangsa ini. Semangat yang dimiliki adik-adik PMK ITB 2013 dapat digunakan untuk bertumbuh dan berkembang. Semangat untuk bertumbuh di dalam Tuhan (2 Pet 3:18). Semangat untuk menerima didikan di kampus sesuai yang tertulis di dalam kitab Amsal agar kita menerima didikan untuk menjadikan segala kebaikan di dalam diri kita. Semangat untuk

mengabdikan diri kepada negara Indonesia sebagai wujud kasih yang kita miliki (1 Yoh 4:21) dan ucapan syukur atas semua yang Tuhan beri.

Yakin dan percayalah di dalam diri kita masing-masing bahwa kita adalah orang-orang yang sudah ditebus oleh Yesus di kayu salib untuk mentransformasikan Indonesia dan dunia agar menjadi lebih baik.

Dua kata penutup dari saya, ”Aku mengasihi kalian.” Hah? Dua kata? Itu ‘kan tiga kata?! Tidak, itu dua kata, karena aku dan kalian adalah satu di dalam Yesus. Hehehe… Mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan dan kegaringan saya. (Saya juga ikut minta maaf untuk teman saya ini, red)

Tinggi Iman, Tinggi Ilmu, Tinggi PengabdianUt Omnes Unum SintShalom!

Lucky Caesar SaragihKetua GMKI Komisariat ITB

Efata | Buletin GMKI Komisariat ITB2

Page 3: Efata - Buletin GMKI Kom. ITB, Agustus 2013

Penginjilan holistik atau sering disebut sebagai misi holistik merupakan tema penting dalam misiologi. Mengapa? Karena sebenarnya praktik misi pemberitaan Injil jemaat Kristen seharusnya bersifat holistik. Misi yang dilakukan gereja selama ini dianggap sudah bersifat fragmentaris, bukan suatu keutuhan lagi. Banyak yang memisahkan dengan tajam antara pemberitaan Injil dengan perbuatan sosial. Misi seharusnya dipandang sebagai suatu tindakan ”utuh” yang meliputi baik pemberitaan Injil maupun perbuatan sosial. Kedua hal tersebut sangatlah penting dan bisa dikatakan saling berkaitan.

Kata “misi” berasal dari bahasa Latin mitto yang merupakan terjemahan dari kata Yunani apostello, yang artinya “mengutus”, dan secara umum dapat merujuk kepada pengutusan seseorang untuk tujuan khusus. Dalam konteks kekristenan, misi dipahami sebagai pengutusan gereja yang am ke dalam dunia untuk menjangkau orang-orang kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat (pemberitaan Injil), khususnya melalui sekelompok pekerja yang kita kenal sebagai misionaris. Sedangkan kata “holistik” berasal dari kata Yunani holos yang artinya seluruhnya atau sepenuhnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “holistik” mempunyai pengertian “ciri pandangan yang menyatakan bahwa

keseluruhan sebagai suatu kesatuan lebih penting daripada satu-satu bagian dari suatu organisme”. Istilah ini memang banyak digunakan oleh beberapa kalangan saat ini untuk menunjukkan bentuk pelayanan, akan tetapi sering kali juga disalahartikan bahwa penginjilan holistik merupakan pelayanan yang berbentuk pelayanan sosial.

Penginjilan holistik dapat dilakukan oleh siapapun dan bukan hanya kaum misionaris saja. Manusia diciptakan Tuhan yang terdiri tubuh, jiwa, dan roh memiliki interaksi dengan lingkungan berupa aktivitas sosial, politik, dan budaya. Keseluruhan aspek inilah yang harus diperhatikan jika kita sebagai anak-anak Kristus ingin memenangkan mereka kepada Sang Juruselamat.

Kreativitas sangatlah dituntut dalam penginjilan holistik ini dan kita sebagai mahasiwa Kristus adalah sosok yang sudah tepat untuk pekerjaan mulia ini. Namun tidaklah harus dalam bentuk kegiatan sosial sebab yang ditunjukkan oleh Yesus dan Paulus adalah bukti bahwa penginjilan dilakukan seutuhnya (Matius 9:11; Yohanes 4:1–42; 1 Korintus 9:20–22).

Kevin LumbantobingGMKI ‘12

Penginjilan Holistik

Agustus 2013 3

Memperkenalkan Kristus melalui seluruh aspek kehidupan.

Page 4: Efata - Buletin GMKI Kom. ITB, Agustus 2013

Efata | Buletin GMKI Komisariat ITB4

dan

Page 5: Efata - Buletin GMKI Kom. ITB, Agustus 2013

Agustus 2013 5

Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu

mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan

layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.Galatia 5: 13

Page 6: Efata - Buletin GMKI Kom. ITB, Agustus 2013

Mengasihi Tuhan dan sesama manusia adalah rangkuman dari ajaran Yesus. Kasih mendreskripsikan Tuhan, dan perintah untuk mengasihi adalah perintah untuk menjadi seperti Tuhan.

Dalam ajaran Yesus, hubungan kita dengan sesama kita tidak terpisah dari hubungan kita dengan Tuhan. Kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama adalah dua sisi yang berbeda dari panggilan yang sama.

"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." Yoh 13:34-35

Kita biasanya berpikir bahwa sesama kita adalah orang-orang yang dekat dengan kita secara jarak, budaya, organisasi, dan hobi. Namun, yang Yesus maksud dengan sesama adalah seluruh manusia — bahkan para musuh kita! Di Lukas 10, Yesus memberikan perumpamaan tentang orang Samaria untuk menekankan bahwa "kasihilah sesamamu" berarti kita harus mengasihi semua manusia, di mana pun — bukan hanya teman dekat dan orang-orang sebangsa.

Orang Yahudi dan orang Samaria telah menjadi musuh selama ratusan tahun.

Masyarakat Yahudi di zaman Yesus melihat orang Samaria sebagai orang-orang yang kotor, terkucil, dan sesat. Namun, orang Samaria dalam cerita Yesus itu tidak peduli tentang pandangan ini. Dia memberi waktu dan uangnya secara cuma-cuma untuk membantu orang Yahudi ini yang merupakan orang asing baginya dan bahkan dianggap "musuh bebuyutan". Dalam perumpamaan Orang Samaria ini, Yesus menantang kita untuk "pergi dan berbuat demikian".

Untuk menegaskan bahwa "kasihilah sesamamu" berlaku kepada semua orang, Yesus memperluas hukum itu untuk bahkan mengasihi musuh-musuh kita! (Mat 5:43-48)

Seperti halnya Orang Samaria dalam perumpamaan Yesus, kita dipanggil untuk memperluas jangkauan kasih kita untuk siapa pun, di mana pun, sebagai sesama kita. Kita tidak boleh mengecualikan siapapun, baik perseorangan maupun kelompok, hanya karena status sosial, sikap yang kurang baik, agama maupun aliran, ras, maupun perbedaan lainnya.

Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"

KasihilahSesamamu!

Efata | Buletin GMKI Komisariat ITB6

Namun sebelumnya, milikilahpengertian mendalam tentangsiapa yang Yesus maksud dengan“sesamamu manusia”.

Page 7: Efata - Buletin GMKI Kom. ITB, Agustus 2013

Yesus juga sekali lagi merangkum Taurat para nabi tentang hubungan antarmanusia ke dalam satu kalimat singkat.

"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." Mat 7:12

Hukum Kasih, yang diajarkan oleh Yesus, sepertinya adalah kutipan paling terkenal dari Alkitab, dan merangkum seluruh pengajaran Yesus dengan singkat. Jika kita ingin dikasihi, kita harus mengasihi. Jika kita ingin dihormati, kita harus menghormati semua orang — bahkan orang yang tidak kita suka. Jika kita ingin dimaafkan, kita harus memaafkan. Jika kita ingin orang lain berbicara hal baik tentang kita, kita harus bicara hal baik tentang orang lain dan menghindari gosip. Jika kita ingin hidup kita berkelimpahan, kita harus berbagi dengan orang lain.

Jika kita tidak ingin dihakimi secara keras, kita juga tidak boleh menghakimi orang lain secara keras. Sering kali kita tergoda untuk menyebut orang lain sebagai "orang berdosa" atau merasa kita lebih suci. Namun, sebaliknya, kita dipanggil untuk memperbaiki kesalahan dalam diri kita sendiri, bukan untuk mengkritik atau menyalahkan orang lain.

"Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman

yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?" Mat 7:1-3

Kisah jenaka dari Yesus ini menceritakan tentang seorang yang ingin mengeluarkan debu kayu (kesalahan kecil) dari mata temannya, sementara dirinya sendiri dibutakan oleh balok (kesalahan besar) di matanya. Yesus mengatakan bahwa selama kita punya kesalahan dan dosa pribadi (yang pastinya akan selalu ada), kita tidak punya hak untuk menghakimi orang lain.

Dalam khotbah dan perumpaman-Nya, Yesus ingin menyadarkan kita dari egoisme dan keduniawian kita, serta membuat kita benar-benar tergerak untuk kesejahteraan sesama kita. Kasih yang am (universal) adalah dasar dari ajaran Yesus, dan merupakan pekerjaan Tuhan bagi kita.

Yang penting bagi Tuhan adalah kasih kita kepada-Nya dan kasih kita kepada sesama. Kekayaan, kekuasaan, dan kemahsyuran tidak berarti apa-apa di dalam kerajaan Allah. Saat kita benar-benar mengasihi sesama kita, kita melakukan bagian kita untuk membuat dunia ini lebih baik, dan kita dapat memenuhi panggilan hidup kita. Ut omnes unum sint.

Okihita H. Sihaloho, GMKI ‘12

Agustus 2013 7

Page 8: Efata - Buletin GMKI Kom. ITB, Agustus 2013

ORAet

LABORA

Ora et labora merupakan ungkapan Latin yang berarti berdoa dan bekerja, sepasang tindakan yang tidak cukup hanya berdoa dan tidak cukup hanya bekerja saja. Terkadang orang-orang Kristen tidak melakukan salah satu hal tersebut. “Untuk apa berdoa? Tanpa doa aku bisa kok beraktivitas,” ataupun, “Aku percaya doa mengubahkan segala sesuatu, hanya dengan iman pasti akan terjadi!”

Sebagai mahasiswa Kristen, pengikut Kristus, sudah sewajarnya kita berdoa kepada Tuhan untuk berkomunikasi kepada-Nya oleh karena hanya Dia yang berkuasa atas hidup kita, yang mempunyai kita, dan yang mempunyai rancangan atas hidup kita. Sehingga, jika kita hanya bekerja saja tanpa berdoa, kita telah mendahului kekuasaan Allah, mencuri kemuliaan-Nya dengan menganggap bahwa pekerjaan yang kita lakukan ialah dengan gagah kuat kita dan terjadi sesuai keinginan sendiri. Untuk itu, bisa kita renungkan kembali mengenai doa sebagai nafas hidup orang percaya, bahwa kita sebagai orang-orang yang berdaulat penuh kepada Allah, berkomunikasi kepada-Nya melalui doa-doa kita.

Begitu juga dengan sebaliknya, bahwa hanya dengan berdoa tanpa berbuat kita belum melakukan hal yang sempurna. Memang benar bahwa doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan dan sangat besar kuasanya (bnd. Yak 5:15–16) namun jika dari kita saja, orang yang berdoa itu tidak melakukan apa-apa, sama saja dengan iman yang kosong. Karena iman kita juga berkata bahwa Allah menyertai apa yang kita lakukan, berarti Allah menginginkan kita untuk bertindak dan percaya bahwa Allah menyertai setiap pekerjaan kita. Saya mau mengajak untuk merenungkan kembali Yakobus 2:14–26 mengenai iman tanpa perbuatan, dengan penekanan “...Jika iman tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya adalah mati” (Yak 2:17).

Dengan demikian, saya ingin mengingatkan kita kembali sebagai mahasiswa Kristen untuk senantiasa berdoa dan bekerja. Berdoa melalui iman terhadap pekerjaan-pekerjaan kita dan bekerja terhadap doa-doa kita. Tuhan memberkati. UOUS.

Mikhael Oktavianus SimbolonTeknik Sipil 2011