gmki cabang padang

46
1 BUKU MATERI MASA PERKENALAN GERAKAN MAHASISWA KRISTEN INDONESIA – PADANG TAHUN 2012 Dulu kita hanya anak-anak dengan kemauan belajar yang keras. Namun kini kita adalah kumpulan orang dewasa (mahasiswa/intelektual muda) yang bukan sekedar mau belajar keras, tetapi sekaligus dengan senang hati memikul tanggungjawab pengabdian untuk kemajuan bangsa. Gambar : Anak-anak tempo dulu (kiri) dan aksi tanggap darurat GMKI pada bencana gempa bumi September 2009.

Upload: roy-lampos

Post on 09-Aug-2015

317 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Ini sejarah GMKI cabag Padang

TRANSCRIPT

Page 1: GMKI Cabang Padang

1

BUKU MATERI MASA PERKENALAN

GERAKAN MAHASISWA KRISTEN INDONESIA – PADANG TAHUN 2012

Dulu kita hanya anak-anak dengan kemauan belajar yang keras. Namun kini kita adalah kumpulan orang dewasa (mahasiswa/intelektual muda) yang bukan sekedar mau belajar keras, tetapi sekaligus dengan senang hati memikul tanggungjawab pengabdian untuk kemajuan bangsa.

Gambar : Anak-anak tempo dulu (kiri) dan aksi tanggap darurat GMKI pada bencana gempa bumi September 2009.

Page 2: GMKI Cabang Padang

2

SEJARAH GMKI

SEJARAH DAN PERJALANAN GMKI PADANG

KONSTITUSI GMKI

VISI DAN MISI GMKI

FONDASI FILOSOFIS GMKI (Motto, Tripanji, Panca Kegiatan dan Kearifan GMKI)

LAMPIRAN (AD, ART, PO)

Page 3: GMKI Cabang Padang

3

SEJARAH GMKI

I. PENDAHULUAN Sejarah Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) adalah rentetan

peristiwa yang dialami oleh GMKI. Sejarah ini menggambarkan “suka-duka” perjalanan GMKI dalam mewujudkan tugas dan panggilannya. Sejarah perlu dipelajari karena 3 (tiga) alasan: pertama, melalui sejarah kita menemukan motivasi dasar dan cita-cita yang mengilhami para pendahulu untuk membentuk GMKI; kedua, melalui sejarah juga kita memperoleh nilai-nilai kejuangan para pendahulu; dan ketiga, dengan mempelajari sejarah, akan terpola pemahaman yang benar tentang GMKI dan perjuangannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan bergereja.

Salah satu nilai penting lain yang dapat kita petik dari sejarah GMKI adalah karakter dwi-watak GMKI yang sangat khas karena berupaya untuk memilin secara kreatif dan dinamis antara oikumenisme dan nasionalisme. Kedua aspek ini tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan ber-GMKI, dari waktu ke waktu. Keduanya, seolah dihubungkan oleh “seutas benang biru” yang walaupun sangat halus (kadang-kadang tidak kelihatan), namun amat kokoh. Hal tersebut sangat jelas pada sejarah GMKI, di mana selain berdoa dan berdiskusi tentang Firman Tuhan (PA), juga tidak lupa para mahasiswa secara bahu membahu membantu perjuangan fisik bangsa. Sebagai contoh, sebagaimana hasil dialog antara Alex F. Litaay dengan Nn. Tine A. L. Franz, seorang ibu yang banyak memberi andil dalam sejarah CSV op Java, PMKI, dan GMKI. Beliau menggambarkan bahwa setiap minggu ketifa Peruari, satu per satu anggota PMKI menuju ke Jln. Pegangsaan Timur No. 27 (sekarang STT Jakarta) untuk bersekutu dan berdoa secara bersama-sama dalam acara Hari Doa Mahasiswa Se-Dunia atau HDMS (The Universal Day of Prayer for Students). Walau demikian, mereka tetap menggunakan lencana merah putih di dada, sebagai simbol kebanggaan dan wujud komitmen terhadap perjuangan bangsa, agar tetap berjuang di fron-fron pertempuran ketika berlangsung revolusi fisik.

Mempelajari sejarah bukan sekedar bernostalgia terhadap peristiwa masa lalu, tetapi dalam rangka menangkap visi dan misinya. Dengan belajar dari sejarah, kita diharapkan dapat melanjutkan perjuangan para pendahulu (founding fathers) secara optimal dan mengetahui kearah mana seharusnya “biduk” GMKI diarahkan dan/atau digerakkan.

II. PERIODESASI HISTORIS

Periodesasi dalam kehadiran (presensia) GMKI dapat dibagi dalam 3 (tiga) kurun waktu, yakni: 1) Christelijke Vereeniging op Java/CSV op Java (1932-1942); 2) Perhimpunan Mahasiswa Kristen Indonesia/PMKI (1945-1950) dan CSV yang “baru” (1946-1950); dan 3) GMKI (1950 sampai sekarang) A. CSV op Java (1932 – 1942)

GMKI berdiri pada tanggal 9 Pebruari 1950, namun ikal bakal GMKI, yaitu Christelijke Studenten Vereeniging op Java (CSV op Java), telah ada jauh sebelumnya, yaitu sejak 28 Desember 1932 di Kaliurang, Yogyakarta. Berdirinya CSV op Java ini tidak dapat dipisahkan peranan dari Ir. C.L. Van Doorn, seorang ahli kehutanan tetapi yang juga mempelajari aspek social ekonomi (khususnya

Page 4: GMKI Cabang Padang

4 pertanian) dan memperoleh gelar doctor di bidang ekonomi dan domineer di bidang teologia.

Aktivis CSV Nederland tersebut tiba di Batavia (Jakarta) pada tahun 1921. Akan tetapi, mengingat informasi dan kondisi mengenai Jawa belum dipahami secara baik, maka belia dianjurkan untuk mempelajarinya, , sebelum bertindak. Untuk maksud tersebut, beliau bekerja selama 3 (tiga) tahun di Kantor Volksrediet Purworejo sehingga pengetahuannya mengenai aspek social, ekonomi, dan budaya semakin berkembang. Bahkan, beliau pernah melakukan sebuah riset/penelitian dengan topik “Sketsa tentang Perkembangan Ekonomi di Afdeling Purworejo.” Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sejak semula, para pendiri CSV op Java cukup memahami situasi sebenarnya dari masyarakat Indonesia, khususnya di pulau Jawa sebagai embrio bagi perkembangan GMKI hingga saat ini.

Tahun 1910 – 1924, berdirilah Sekolah dokter (STOVIA) di Batavia. Perguruan tinggi lainnya berdiri di Bandung, Bogor, dan Surabaya. Tahun 1924, terbentuklah Batavia CSV sebagai abang pertama CSV. Kurun waktu 1925 – 1927, mahasiswa di Surabaya yang berkumpul dalam Jong Indie dan mulai aktif melakukan PA. Kelompok ini, bersama-sama dengan Batavia CSV, mengadakan Konperensi di Kaliurang pada Desember 1932, yang mengeluarkan Pernyataan Pembentukan CSV op Java sebagai berikut :

“Kami wakil-wakil dari Batavia CSV, Surabaya CSV, dan sekelompok mahasiswa Meefdacte Batavia, yang berkumpul pada Konperensi Pemuda ke-7 di Kaliurang (Yogyakarta), bersama-sama dengan beberapa mahasiswa Kristen Bandung, telah sepakat untuk membentuk CSV gabungan, yaitu Christelijke Studenten Vereeniging op Java. Dengan mendirikan CSV ini, kami bermaksud menyatakan diri dengan CSV-CSV lainnya di seluruh dunia yang tergabung dalam World Student Christian Federation (WSCF), untuk bersama-sama bersaksi tentang Yesus Kristus di kalangan dunia kemahasiswaan. Adalah tujuan jujur kami untuk menjunjung motto WSCF, “Ut Omnes Unum Sint,” di kalangan organisasi kami demi menyatukan para mahasiswa dari pelbagai suku bangsa di sini. Kami yakin bahwa awal kami ini kecil dan lemah, namun kami bertekad melaksanakan pekerjaan ini dengan keyakinan yang sama teguhnya bahwa Tuhan akan menguatkan kami.”

Peristiwa penting lainnya yang berkaitan dengan lahirnya CSV op Java adalah dengan kehadiran Dr. John R. Mott (alm) pada tahun 1926 di Jakarta. Beliau merupakan tokoh pendiri WSCF (federasi mahasiswa Kristen se-dunia), yang didirikan pada Agustus 1885, melalui satu pertemuan antara mahasiswa Kristen Eropa dan Amerika di istana kuno Vedstena, di tepi danau Wettern, Swedia. WSCF merupakan embrio bagi gerakan oikumene ke seluruh dunia. Kedatangan belia di Indonesia juga merupakan tonggak sejarah amat penting bagi GMKI di Indonesia. Walau masih dalam usia muda, CSV op Java menjadi tuan rumah pelaksanaan Konperensi GMK-GMK se-Asia pada tahun 1933 di Citeureup. Konperensi ini sendiri dinamakan Konperensi Citeureup dan pada Konperensi inilah CSV op Java diterima sebagai Corresponding Member oleh WSCF. Keanggotaan WSCF sendiri terdiri dari : 1) Pioneering Movement (gerakan-gerakan yang baru dimulai); 2) Corresponding Movement (gerakan-gerakan yang sudah stabil dan organisasinya rapi terstruktur tetapi belum memenuhi syarat untuk menjadi anggota resmi Federasi; dan 3) Affiliated Movement/full Member (gerakan-gerakan yang sudah memenuhi segala persyaratan yang ditetapkan Federasi)

Jumlah anggota CSV op Java dalam kurun waktu 1930-an sekitar 90-an orang dan cabang-cabangnyapun baru hanya ada di kota-kota perguruan tinggi di Jawa (Jakarta, Bogor, Bandung dan Surabaya). Sekalipun “kecil” dan “lemah”,

Page 5: GMKI Cabang Padang

5 CSV op Java berhasil meletakkan dasar bagi pembinaan mahasiswa Kristen yang kemudian dilanjutkan oleh GMKI (PMKI dan CSV yang “baru”).

Masuknya Jepang ke Indonesia (1942), mengakhiri eksistensi CSV op Java secara structural dan organisastoris karena Pemerintah Pendudukan Jepang melarang sama sekali kegiatan-kegiatan organisasi yang dibentuk pada zaman Hindia Belanda. Secara praktis, CSV op Java tidak adalagi sejak tahun1942. Akan tetapi, dua aspek penting yang menjadi dasar bagi perkembangan kehidupan organisasi mahasiswa Kristen selanjutnya, yang biasa disebut “benang biru” sejarah adalah : 1) mulai ada kerjasama dengan GMK-GMK se-Asia; dan 2) makin meningkatnya semangat persatuan nasional.

Sepanjang sejarahnya, CSV op Java dipimpin oleh Ketua Umum Dr. J. Leimena (1932 – 1936) dan (1939 – 1942) dan Mr. Khow (1936 – 1939) dengan sekretaris (full time) dijalankan oleh Ir. C. L. Van Doorn (1932 – 1936) dan Sutjipto (1936 – 1942).

B. PMKI dan CSV yang baru (Masa Revolusi Kemerdekaan RI/1945)

Sejumlah mahasiswa kedokteran dan hukum di Jakarta memutuskan untuk membentuk suatu organisasi mahasiswa Kristen untuk menggantikan CSV op Java yang sudah tidak ada lagi/dibubarkan. Dalam pertemuan di STT Jakarta pada tahun 1945, dibentuklah PMKI sebagai Pengurus pusat sehingga Dr. J. Leimena tetap dipilih sebagai Ketua Umum dan dr. O. E. engelen sebagai Sekretaris Jenderal. Akan tetapi, karena Leimena sibuk dengan tugas sebagai Menteri Muda Kesehatan, maka tugasnya diserahkan kepada dr. Engelen. Setelah itu, PMKI abang Bandung,, Bogor, Surabaya dan Yogyakarta (ketika UGM berdiri) segera menyusul.

Kegiatan-kegiatan PMKI sebenarnya tidak terlalu berbeda dengan CSV op Java di mana penelaahan Alkitab merupakan salah satu intinya. Keanggotaan PMKI sebagian besar adalah mahasiswa yang memihak kepada perjuangan kemerdekaan. Hal ini merupakan warisan dari CSV op Java. Tidak lama setelah PMKI lahir, maka di awal tahun 1946, munul suatu organisasi baru yang menggunakan nama CSV dengan abang-cabang di Bogor, Bandung, dan Surabaya. CSV yang “baru” ini sebenarnya bukan merupakan tandingan PMKI, hanya saja, CSV ini lebih berorientasi kepada “Pemerintah Pendudukan Belanda.”

C. GMKI Melanjutkan Misi dan Eksistensi 1. Masa Perkembangan (1950 – 1960)

Dengan berakhirnya pertikaian bersenjata antara Indonesia dan Belanda di akhir tahun 1949, maka berakhir pula “pertentangan” antara PMKI dan CSV yang “baru.” Pada tanggal 9 Pebruari 1950, dalam sebuah pertemuan di rumah Dr. J. Leimena (Jl. Teuju Umar 36, Jakarta), lahir kesepakatan untuk meleburkan PMKI dan CSV yang “baru” dalam suatu organisasi yang dinamakan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia, yang disingkat GMKI. Disepakati pula bahwa untuk sementara waktu, Dr. J.Leimena diangkat sebagai Ketua Umum sampai diadakannya suatu kongres. Lalu, diselenggarakanlah Kongres I di Sukabumi pada Desember 1950, yang berhasil memilih : 1) Ketua Umum: dr. J. E. siregar; 2) Penulis Umum: Nn.Mr. Tine A.L. Frans; dan 3) Bendahara: W. Makaliwy.

Pada Masa Perkembangan (beberapa dokumen menyebutkan “Masa Pertumbuhan”) ini telah berlangsung beberapa kongres. Kongres I ini dibahas tentang program umum GMKI, yakni bagaimana pelayanan yang efektif terhadap

Page 6: GMKI Cabang Padang

6 anggota sebagai unit terkecil dari organisasi, terutama dengan menyelenggarakan kegiatan-kegatan PA agar mereka dimampukan untuk menjadi Saksi Kristus dalam dunia mahasiswa Indonesia. Sejarah juga mencatat bahwa pada tahun ini, tepatnya tanggal 22 Mei 1950, terbentuklah dewan gereja-gereja di Indonesia (DGI) yang dipelopori oleh tokoh-tokoh yang sebelumnya dibina oleh GMKI, ketika masih bernama CSV atau PMKI, seperti dr. J. leimena, E. tunggul Sihombing, Dr. Abineno, dr. Marantika, dan lain-lain. Penyatuan gereja-gereja memang merupakan suatu cita-cita konstan GMKI.

Pada Periode Awal ini, GMKI baru memiliki 5 (lima) cabang dengan anggota berjumlah 481 orang, dengan rincian masing-masing sebagai berikut : Jakarta (181 orang),Bandung (187 orang), Yogyakarta (40 orang), Surabaya (64 orang), dan Makassar (9 orang). Kelima cabang ini kemudian melaksanakan Kongres II pada Oktober 1952 juga di Sukabumi. Kongres ini sangat bermakna penting dan strategis karena : 1) berhasil disusun Anggaran Dasar dan Anggaran rumah Tangga (AD/ART); dan 2) mulai ditetapkan tema-tema untuk setiap kongres.

Pada tahun 1951, diadakan Kursus Kader Internasional yang pertama kali di Jogjakarta, dengan negara peserta : Birma, Muangthai, Philipina, India, Srilangka, Jepang, Amerika, Australia, Indonesia dan WSCF sendiri. Wakil Indonesia antara lain : dr. J.E. Siregar,Nn. Tine A.L. frans, Chr.A. Kitting, L. Radja Haba, dan Nn. D.A. Tamaela. Hasil konkrit dari kursus ini adalah dengan bekerjanya C.I. Itty, MA sebagai sekretaris keliling, yang mengunjungi cabang-cabang GMKI di tanah air.

Masalah yang digumuli pada kongers II adalah program pelayanan anggota, juga merupakan “lampu kuning” bagi setiap anggota GMKI agar tidak tenggelam dalam multiaktivitas tanpa dibarengi kehidupan rohani yang matang. Iman tanpa ilmu pengetahuan adalah buta dan ilmu pengetahuan tanpa iman adalah lumpuh, demikian antara lain yang disampaikan oleh J. Leimena, bahkan berulang-ulang kali diucapkan sebagai sebagai “warning.” Dalam kongres ini juga ditetapkan antara lain: GMKI berdasarkan Kitab Kudus yang menyaksikan Yesus Kristus adalah Allah dan Juruselamat, dan ditetapkan bahwa tanggal 9 Pebruari 1950 sebagai hari berdirinya GMKI.

Kongres III berlangsung di Yogyakarta pada tahun 1953. Pada tahun yang sama,, berdirilah GMKI Bogor dan Medan sehingga jumlah seluruh anggota menjadi 1099 orang (untuk tujuh cabang). Pada tahun yang sama, GMKI melalui General Assembly WSCF di Nasrapur, India, resmi menjadi Affiliated Movement/full Member WSCF.

Selanjutnya, Kongres IV berlangsung di Surabaya pada tahun 1954, Kongres V di Bandung tahun 1955, dan Kongres VII di Kalimantan tahun 1959, diman akeputusan yang diambil masih bersifat umum, yakni menyangkut perhumulan GMKI di medan layannya.

Kongres VI berlangsung di Sukabumi pada tahun 1956, yang menggumuli tentang:

a. Eksistensi GMKI dan identitasnya agar tetap independent dan tidak tergoda bernaung di bawah salah satu kekuatan partai politik. Maslah ini juga berkembang sampai tahun 1960-an, dimana banyak orang “memvonis” bahwa GMKI merupakan “underbouw” Parkindo (Partai Kristen Indonesia). Hal ini jelas keliru ! Memang keduanya mempunyai dasar yang sama, yaitu Alkitab, tetapi GMKI bukanlah organisasi politik! Kehadiran anggota-anggota atau “bekas” anggota GMKI dalam Parkindo, bukanlah kebijaksanaan resmi atau restu ataupun rekomendasi GMKI. Hal ini juga berlaku sampai sekarang.

Page 7: GMKI Cabang Padang

7

b. Kongres VI ini jugs melakukan perubahan AD/ART GMKI, dimana Pengurus Umum dipilih untuk masa bakti 2 (dua) tahun.

Hingga tahun 1960, boleh dibilang bahwa GMKI memang mengalami masa perkembangan, baik dalam hal penataan organisasi maupun dalam siklus dan kalender konstitusi organisasi. Sebagai contoh, pada Kongres IV di Prigen, Surabaya, telah dilaksanakan Konperensi Studi mengawali Kongres. 2. Masa Konsolidasi (1960 – 1970)

Konperensi Studi dan Kongres Nasional (KSKN) VIII pada Juli 1961 berlangsung di Surabaya, yang merupakan Kongres pertama pada decade 1960-an, yang dikenal dengan Masa Konsolidasi (cf: decade 1950-an disebut Masa Pertumbuhan). Di sekitar periode ini dapat dicatat bahwa atas inisiatif GMKI, telah disepakati agar dua organisasi pemuda Kristen yang selalu berseteru, yakni PPKI (Persatuan pemuda Kristen Indonesia) dan MPKO (Majelis Pemuda Kristen Oikumene) untuk meleburkan diri menjadi satu organisasi. Cita-cita ini akhirnya tercapai pada tanggal 23 April 1962, dimana GAMKI (Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia) berdiri, sebagai fusi dari kedua organisasi di atas.

Kongres VIII telah membawa GMKI memasuki kehudupan baru dimana aspek konsolidasi organisasi mulai hangat didiskusikan. Kongres ini juga berhasil mengubah struktur secara besar-besaran dan mulailah berlaku AD/ART yang baru. GMKI yang sebelumnya dipimpin secara desentralisasi oleh Pengurus Umum (PU), selanjutnya diatur secara sentralisasi oleh Pengurus Pusat (PP). Sebelumnya, PU lebih banyak merupakan federasi dari organisasi di kota-kota Perguruan tinggi. Selain itu, mulailah dilakukan pembagian Daerah Regional Cabang, Perumusan Pola Pelayanan, Garis Panggilan Umum, dan pembentukan cabang-cabang yang baru (tendensi organisasi semakin berkembang).

Kongres IX berlangsung di Pematang Siantar tahun 1963. Kongres X berlangsung di Manado tahun 1965. pada Kongres ini, GMKI menyatakan dirinya sebagai “anak kandung Gereja dalam Revolusi Indonesia” dan sebagai organisasi kader dan bukan ormas (organisasi massa). Hali ini berarti bahwa sikap dan tindakan GMKI diidentikkan dengan Gereja. Sebagai implikasi logisnya, pembinaan anggota diarahkan untuk menjadi kader yang mampu dan berkualitas sehingga dapat menjawa tantangan di atas. Pemahaman visi dan misi Gerakan oleh para kader, mutlak diperlukan.

Kongres XI di Makale, Tana Toraja pada tahun 1967, mencatat hal-hal yang menggembirakan dari aspek perkembangan organisasi, dimana sudah terdapat 72 cabang GMKI diseluruh tanah air, yang dibagi kedalam 12 daerah pelayanan yang dikoordinir oleh Koordinator Daerah (korda). Pada Kongres ini, GMKI merasa terpanggil untuk meningkatkan peran serta bagi pelayanan dan kesaksian dalam usaha membina kader baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kongres ini bermakna penting sebab merupakan kongres pertama sejak bangsa dan negara bersama rakyat berhasil menumpas pemberontakan G-30-S/PKI.

Secara intern organisasi, diakui bahwa terjadi polarisasi dalam tubuh GMKI akibat peristiwa ini. Sebagai contoh, penyusutan jumlah cabang di tahun 1960-an sebanyak +/- 90cabang, yang hadirdi Kongres XII di Kupang-Timor 1970, hanya 32 cabang. Banyak cabang yang nonaktif sejak tahun 1966, terutama karena dilakukannya pembenahan sistem pendidikan tinggi oleh pemerintah sehingga PT yang “belum mapan dan statusnya kurang jelas,” ditutup. Selain itu

Page 8: GMKI Cabang Padang

8 timulnya apatisme di kalangan mahasiswa sehingga banyak yang enggan masuk ke dalam organisasi-organisasi ekstrauniversiter.

Selama Masa Konsolidasi, GMKI mengalami perubahan yang sangat pesat, yang dipengaruhi oleh perkembangan situasi politik, social, dan ekonomi di Indonesia. Pengalaman dari Kongres ke Kongres telah membawa GMKI kepada suatu pernyataan yang dicetuskan pada Kongres XII di Kupang pada tahun 1970, yakni: “Here Am I, Send Me.” Keputusan Kongres XII menuntut GMKI harus menegaskan posisi teologis sebagai “gereja yang fungsional di PT.”

3. Masa Pengutusan (1970 – sekarang)

Masa Pengutusan ini dapat ditelaah dari 2 (dua) aspek penting, yaitu intern organisasi dan ekstern organisasi. Aspek interen organisasi yang perlu dicermati dan disimak, antara lain : Bidang Organisasi; dilakukan pembenahan cabang-cabang termasuk

evaluasi terhadap yang tidak lagi berfungsi bahkan ada beberapa cabang yang dibubarkan. Di lain pihak, terbentu cabang-cabang baru di kota-kota perguruan tinggi yang dianggap strategis. Hingga memasuki Kongres XXX yang diselenggarakan di Kupang, 5 – 12 Nopember 2006, tercatat sekitar 71 cabang GMKI (jumlah yang hampir sama tatkala memasuku Kongres XII di Kupang tahun 1970 atau 36 tahun yang lalu), selain beberapa calon dan bakal calon cabang yang sedang diproses oleh PP GMKI.

Bidang Kaderisasi : Kongres XV di Palembang pada tahun 1976, telah memutuskan sesuatu yang sangat berharga dan sangat penting bagi eksistensi GMKI ke depan, yaitu dipandang perlu untuk membentuk suatu lembaga yang menjenjang pengkaderan GMKI. Lembaga tersebut direkomendasikan kepada Pengurus Pusat dengan nama Lembaga penelitian dan Pengembangan Kader (LPPK) GMKI. Lima tahun kemudian (1981), melalui seminar pendidikan kader di Salatiga, dirumuskan Pola dasar Sistem Pendidikan Kader (PDSPK) GMKI. PDSPK ini berlaku untuk 10 tahun ke depan barulah dievaluasi. Sebab itu dalam KSKN GMKI di Jogjakarta tahun 1974, GMKI mulai memikirkan cara-cara baru dalam rangka pendidikan kader. Pada tahun 1975, diadakan Seminar Pendidikan Kader GMKI di Salatiga, kemudian hasilnya dilaporkan dalam KSKN 1976, yang selanjutnya menganjurkan agar dibentuk badan yang permanenuntuk menangani kaderisasi. Hasilnya antara lain : 1. Terbentuknya YBD (Yayasan Bina Darma) yang merupakan wujud

kerjasama antara GMKI dan UKSW (univ. Kristen Saya Wacana) Salatiga, setelah melalui rembukan dan konsultasi yang intens, untuk mewujudkan keputusan KSKN 1976.

2. Selanjutnya, dengan dimotori oleh YBD, dilakukanlah lokakarya untuk mecari bentuk-bentuk yang cocok untuk GMKI. Pada Lokakarya Nasional GMKI tahun 1981, berhasil dirumuskan Pola Dasar Pendidikan Kader GMKI, yang popular dengan nama “Pola Dasar ’81 sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.” Sesudah 10 tahun (1981-1991), oleh Pengurus Pusat GMKI Masa Bakti 1990-1992 dilaksanakan Lokakarya Sistem Pendidikan Kader GMKI di Salatiga, 17 – 22 Maret 1992. produk ini, kemudian oleh Pengurus Pusat GMKI masa bakti 1992 -1994 bersama YBD kembali melaksanakan Konsultasi Nasional dan Lokakarya PDSPK pada 14 – 17 Maret 1994 di kampus “Bina Darma” Salatiga, dimana produk lokakarya tersebut dijadiken sebagai

Page 9: GMKI Cabang Padang

9

materi dasar Pendidikan Kader GMKI yang selanjutnya dilaporkan pada Kongres XXIV di Pekanbaru. Akhirnya

III. WAKTU, TEMPAT, DAN TEMA DAN SUB TEMA KONGRES GMKI

KONGRES

KE TEMPAT &

WAKTU TEMA SUB TEMA

I Sukabumi, Desember 1950 - -

II Sukabumi, Oktober 1952

Jesus Kristus adalah Jawaban -

III Yogyakarta, Desember 1953

Jesus Kristus adalah Harapan -

IV Prigen-Surabaya, 31 Oktober – 07 Nopember 1954

Jesus Kristus adalah Tuhan Jawaban dan Harapan Mahasiswa

-

V Bandung, 16-23 Oktober 1955

Jesus Kristus Juru Damai -

VI Sukabumi, Desember 1956

Manusia dan Pekerjaannya -

VII Yogyakarta, 5-9 April 1959 - -

VIII Surabaya, 18-28 Juli 1961 Panggilan Kita -

IX Pematang Siantar, 18-29 Juli 1963

Dengan Iman Teguh Kita Bina Sosialis Indonesia

-

X Manado, 12-28 Desember 1965

Jesus Kristus Gembala ke Dunia Baru

Dengan Berdikari Kita Sosialisme Indonesia dan Dunia Baru

XI Makale-Tana Toraja, 17-30 September 1967

Jesus Kristus Menjadikannya Semua Baru

Dengan Studi dan Kerja yang Lebih Baik, Kita Bina Pembangunan Masyarakat dan Modernisasi

XII Kupang, 29 Januari – 9 Pebruari 1970

Utuslah Aku Studi, Mengabdikan Ilmu dalam Pembangunan Manusia

XIII Malang, 9-23 Pebruari 1972

Kamu Adalah Sahabatku

Bina Ilmu bagi Keadilan dan Kemakmuran

XIV Yogyakarta, Mei 1974

Jesus Kristus Penegak Perdamaian, Keadilan dan Kebenaran

Dengan Iman dan Keberanian, Kita Tingkatkan Persekutuan dan Pelayanan bagi Masyarakat Sejahtera

XV Palembang, Mei 1976

Pembaharuan Pemikiran Manuju Solidaritas Kemanusiaan demi Penghargaan Manusia Baru

Mengabdikan Ilmu dan Teknologi serta Meningkatkan Kebersamaanuntuk Membebaskan Rakyat dari Belenggu Kemiskinan dan Penderitaan

XVI Ujung Pandang, Juli 1978

Jesus Kristus Pembawa Masa Depan yang Benar, Adil dan Sejahtera

Berlandaskan Iman, Idealisme, dan Kejujuran, Kita Berjuang Bersama Mengakkan Harkat Kemanusiaan Dalam Menyongsong Masa Depan yang Lebih Baik

XVII Jakarta, 4-12 September 1980

Jadilah Garam dan Terang Dunia

Bersama Rakyat Kita Bangun Masyarakat Adil, Sejahtera, Tangguh dan Lestari

Page 10: GMKI Cabang Padang

10

XVIII Kabanjahe, September 1982

Membangun dan Tumbuh Bersama dalam Kasih

Dengan Persatuan dan Kebersamaan yang Utuh, Kita Berpartisipasi Mewujudkan Pemerataan Pembangunan dalam Negara Pancasila

XIX Salatiga, 26 September – 4 Oktober 1984

Jesus Kristus Raja Damai Yang Adil dan Benar

Dengan Iman, Pengharapan, dan Ilmu Pengetahuan, Kita Berjuang Bersama Melalui Pembangunan Nasional sebagai Pengamalan Pancasila, Bagi Tegaknya Demokrasi, Keadilan, Kebenaran, Persatuan dan Perdamaian

XX Palangkaraya, Oktober 1986

Kamu Adalah Saksi Ku

Dengan Iman, Kasih, dan Profesionalisme, Kita Berjuang Bersama Mengisi Pembangunan Nasional sebagai Pengamalan Pancasila

XXI Bandung, Oktober 1988

Supaya Semua Memperoleh Hidup Yang Adil, Damai, dan Sejahtera

Meningkatkan Kualitas Manusia dan Partisipasi Bagi Terwujudnya Keadilan Sosial, Demokrasi, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan dalam Pembangunan Nasional sebagai Pengamalan Pancasila

XXII Jayapura, 21-31 Oktober 1990

Tuhanlah Yang Empunya Kerajaan, Kuasa dan Kemuliaan

Dengan Kebersamaan dan Perdamaian, Kita Tingkatkan Perwujudan Demokrasi Keadilan, dan Keutuhan Ciptaan Memasuki Pembangunan Jangka Panjang Tahap II dalam Masyarakat Pancasila

XXIII To mohon, 21-31 Oktober 1992

Carilah Tuhan Maka Kamu Akan Hidup

Bersama-sama Meningkatkan Kualitas Manusia untuk Menegakkan Keadilan dalam Pembangunan Nasional sebagai Pengamalan Pancasila

XXIV Pekanbaru, 14-24 September 1994

Diutus Untuk Berbuah

Mengembangkan Pembaharuan Menuju Keindonesiaan yang Utuh, Adil dan Demokratis

XXV Ambon, 21 September-1 Oktober 1996

Kekuasaan yang Menghidupkan

Memantapkan Kerangka Dasar Pembangunan Nasional melalui Peningkatan Kedaulatan Rakyat, Penegakan Wibawa Hukum, dan Pemerataan Hasil Pembangunan dalamMewujudkan Cita-cita Bangsa yang Bersatu

XXVI Palu, 19-22 Oktober 1998

Taatilah Hukum dan Tegakkanlah Keadilan

Membangun Era Reformasi yang Berkedaulatan dan Menjunjung Tinggi HAM Menuju Masyarakat Pancasila Abad XXI

XXVII Denpasar, 1-7 Nopember 2000

Hiduplah dalam Perdamaian dengan Semua Orang

Memaknai Keindonesiaan dengan Semangat Perdamaian Berdasarkan Keadilan dan Kemanusiaan Menuju Persatuan dan Keutuhan Bangsa

XXVIII Tondano, 8-15 Nopember 2002

Lakukanlah yang Baik dan Tetaplah Setia

Memperjuangkan Keadilan, Kesetaraan, dan Kesejahteraan dalam Kehidupan Berbangsa ynag Plural dengan Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Demokrasi di Indonesia

XXIX Pematang Siantar, Desember 2004

Bertolong-tolonganlah Menanggung Bebanmu

Menumbuhkan Spiritualitas Kemanusiaan dalam Perjuangan Mewujudkan Keadilan, Persatuan, dan demokrasi di Indonesia

XXX Kupang, 5-12 Nopember 2006

Bangkitlah Menjadi Taruk Bagi Bangsa

Menguatkan Solidaritas Kemanusiaan dan Memperjuangkan Demokrasi Substansial menuju Persatuan Indonesia yang Berkeadilan dan

Page 11: GMKI Cabang Padang

11

Bermartabat

XXXI Surabaya, 5-11 Nopember 2008

Berdirilah Teguh Jangan Goyah!

Memperkokoh Komitmen Pelayanan dengan Penguatan Spiritualitas Kemanusiaan dalam Keberagaman di Indonesia.

XXXII Makassar, Nopember 2010

Jadilah Berhikmat! Berjalanlah pada Jalan Kebenaran Di Tengah-tengah Jalan Keadilan

Mendorong Solidaritas Bangsa Untuk Memperjuangkan Kebenaran, Keadilan dan Kesejahteraan Dalam Mewujudkan Kemerdekaan Indonesia Secara Bermartabat.

IV. PENANGGUNGJAWAB PENGURUS PUSAT GMKI PER PERIODE

A. Antara pembentukan sampai kongres I (1950) Ketua Umum : Dr. J. Leimena Pelaksana : dr. O. E. Angelen

B. Periode 1951 Ketua Umum : dr. J. E. Siregar Penulis Umum : Nn. Tine Frans, SH

C. Periode 1951 Ketua Umum : dr. J. E. Siregar Penulis Umum : Nn. Tine Frans, SH

D. Periode 1953 – 1954 Ketua Umum : Nn. A. L. Tamaela Wakil Ketua Umum : dr. J. E. Siregar Panitra Umum I : Ds. Ihromi Panitra Umum II : A. D. Patianom

E. Periode 1954 – 1955 Ketua Umum : dr. J. E. Siregar Wakil Ketua I : Ir. Liem Swat Nie Wakil Ketua II : W. B. Sijabat Penulis Umum I : Ds. Ihromi Penulis Umum II : Sabam Siagian

F. Periode 1955 – 1956 Ketua Umum : Sabam Siagian Wakil Ketua I : Ds. Ihromi Wakil Ketua II : Herdin Panggabean Penulis Umum I : Ffridolin Ukur Penulis Umum II : Liem Kiem Yang

G. Periode 1956 – 1958 Ketua Umum : Winanto Wakil Ketua Umum I : Ie Nyoek San Wakil Ketua Umum II : Tapi Omas Simatupang Penulis Umum I : Sabam Siagian Penulis Umum II : Liem King Yang/Sutarno

H. Periode 1959 – 1961 Ketua Umum : Binsar H. Siburian Sekjen : Sutarno

I. Periode 1961 – 1963 Ketua Umum : Wim Montolalu Wakil Ketua I : dr. Peter Sumbung

Page 12: GMKI Cabang Padang

12

Wakil Ketua II : Pek Hiem Liang Penulis Umum I : Kilian Sihotang Penulis Umum II : Pontas Nasution/H. Hutabarat

J. Periode 1963 – 1965 Ketua Umum : dr. Peter Sumbung Ketua : Pontas Nasution Ketua : Willy Toisuta Sekjen : Kilian Sihotang Wak.Sek.Jen : Drs. H. Hutabarat (1964 berhenti) Wak.Sek.Jen : Jootje Woworuntu

K. Periode 1965 – 1967 Ketua Umum : Drs. Kilian Sihotang Ketua : Drs. Supardan Ketua : Drs. Binsar Sianipar Ketua : Drs. Willy Toisuta Ketua : Vera Tung Sek.Jen : Manase Malo, S.Th Wak.Sek.Jen : Jhonny Simanjuntak

L. Periode 1967 – 1969 Ketua Umum : Drs. Binsar Sianipar Ketua : Drs. Willy Toisuta (1968 diganti Ir. Asi. H. Napitupulu) Ketua : Drs. Jhony Simanjuntak Ketua : Sulianti, SH Sek. Jen. : Drs. Supardan Wak. Sek.Jen : Amir Sirait

M. Periode 1970 – 1972 Ketua Umum : Drs. Binsar Sianipar Ketua : Lucas Luntungan Ketua : Hans Nainggolan Ketua : Natigor Siagian Sek.Jen : Tjok Giok Tjoen, S.Th Wak.Sek.Jen : Jannes Hutagalung

N. Periode 1972 – 1974 Ketua Umum : Ir. Natigor Siagian Ketua : Arlina Gunarya Ketua : Ir. Bungaran Saragih Ketua : Drs. Jannes Hutagalung Sek.Jen : Drs. Lucas luntungan Wak.Sek.Jen : Tarianto

O. Periode 1974 – 1976 Ketua Umum : Ir. Natigor Siagian Ketua : Dra. Arlina Gunarya Ketua : Ir. Ngentem Sinulingga Sek.Jen : Shirato Syafei, S.Th Wak.Sek.Jen : Tarianto, BA

P. Periode 1976 – 1978 Ketua Umum : Shirato Syafei, S.Th Ketua : Hanriette M. Katopo Ketua : Rusman Lumbantoruan Ketua : Ingun Hutagalung

Page 13: GMKI Cabang Padang

13

Sek.Jen : Ir. Tony Woworuntu Wak.Sek.Jen : Hetty Siagian

Q. Periode 1978 – 1980 Ketua Umum : Ir. Tony Woworuntu Ketua : John Pieris, SH Ketua : dr. Sukowaluyo Montohardjo

Ketua : Drs. Ignatius Onduko Sek.Jen : Ir. Frans Allolerung Wak.Sek.Jen : Maxis Boboy, SH

R. Periode 1980 – 1982 Ketua Umum : Ir. Frans Allolerung Ketua : Drs. Ignatius Onduko Ketua : Alex F. Litaay Ketua : Drs. Yohan Sanggelorang Sek.Jen : Drs. Togi Simatupang Wak.Sek.Jen : Polly Wowor

S. Periode 1982 – 1984 Ketua Umum : Drs. Yohan Sanggelorang Ketua : Alex F. Litaay Ketua : Drs. Parluhutan Hutahean Ketua : Nn. Liesje A. Sumampouw, S.Th Sekretaris Umum : Drs. Sunggul Siahaan Wakil Sekum : Ir. Bosmen H. Silalahi

T. Periode 1984 – 1986 Ketua Umum : Drs. Sunggul Siahaan Sekretaris umum : Pdt. Dicky M. Mailoa, S.Th

U. Periode 1986 – 1988 Ketua Umum : Ir. F. Robertr O. Sitorus Sekretaris umum : Drs. Nikolas Hasibuan

V. Periode 1988 – 1990 Ketua Umum : Drs. Nikolas Hasibuan Sekretaris umum : Baltazar Tarigan, B.Sc

W. Periode 1990 – 1992 Ketua Umum : Drs. Marim Purba Sekretaris umum : Nus M. Liur, S.PAK

X. Periode 1992 – 1994 Ketua Umum : Drs. Imanuel Blegur, M.Si Sekretaris umum : Drs. Hamonangan Aritonang

Y. Periode 1994 – 1996 Ketua Umum : Drs. Imanuel Blegur, M.Si Sekretaris umum : Audy W.M.R. Wuisang, S.Th, M.Th

Z. Periode 1996 – 1998 Ketua Umum : Ir. Edward W. Tanari, M.Si Sekretaris umum : Barita L.H. Simanjuntak, SH, M.Hum

AA. Periode 1998 – 2000 Ketua Umum : Barita L.H. Simanjuntak, SH, M.Hum Sekretaris umum : Raenal Rante Parapak, SH

BB. Periode 2000 – 2002 Ketua Umum : Ir. David Payung Sekretaris umum : Dominggus Noya, SE (berhenti tahun 2001)

CC. Periode 2002 – 2004

Page 14: GMKI Cabang Padang

14

Ketua Umum : Andre Manusiwa, SE Sekretaris umum : Nina Nayoan, S.Th

DD. Periode 2004 – 2006 Ketua Umum : Kenly M. Poluan Sekretaris umum : Ganda Situmorang, S.Pd

EE. Periode 2006 - 2008 Ketua Umum : Nn. Goklas Nababan Sekretaris umum : Naftali Hariando Jarin

FF. Periode 2008 - 2010 Ketua Umum : Mamberob Y. Rumakiek, S.Th Sekretaris Umum : Rizal Marcos Lumombo, S.Th, M.Th (Atos)

GG. Periode Sekarang Ketua Umum : Jhoni Rahmat Sekretaris Umum : Jozthin M.E. Thelik

V. CATATAN PENUTUP

Sebagai Gerakan Pemikir yang termasuk golongan “creative minority” (minoritas yang kreatif), GMKI akan tetap berakar, baik di gereja maupun di dalam nusa dan bangsa. Hal ini terlihat pada salah satu iri GMKI, yaitu keindonesiaan (selain ciri kemahasiswaan dan kekristenan). Hal itu berarti bahwa GMKI tidak akan terlepas dari pergumulan bangsa dan negaranya. Malahan sikap ini harus mewarnai, inherent, dan mewataki setiap langkah dan geraknya, tindak tanduknya, jerih dan juangnya sepanjang sejarah perjalanannya, sampai kapanpun. Pendalaman, pemahaman, penghayatan, dan refleksi iman secara terus menerus pada akhirnya akan menghantarkan dan mensenyawakannya dengan segala pergumulan dunia di sekitarnya. Untuk itu harus terlibat ala praxis (hadir di dalam) di tengah pergumulan yang menyangkut seluruh aspek kehidupan, sebagai bagian yang tak terpisahkan (integral) dari bangsa dan negaranya. Upaya ini tergambar pula pada Tema dan Subtema GMKI yang selalu factual dan actual untuk menjawab tantangan yang berbeda karena dideterminasi oleh dimensi ruang dan waktu. Dengan demikian GMKI selalu “concern” (peduli) jika dalam pembangunan yang melaju laksana “peswat supersonic”, masih ada yang tercecer, tertindas, tersisih, dan tertinggal; apalagi dalam era globalisasi dan revolusi informasi ala Alvin Tofler.

GMKI juga harus menyadari bahwa sebagai organisasi yang memiliki aspek keindonesiaan, maka dibutuhkan kedewasaan dan cakrawala berpikir yang luas dan konkrit dengan mau membuka diri dalam kebersamaan perjuangan generasi muda dalam melihat masa depan bersama sebagai bangsa yang pluralis, melalui komunikasi dan dialog eksistensial, saling menghargai, dan saling menghormati. Keanekaragaman dan kepelbagaian latar belakang, dan sebagainya, janganlah menjadi penghalang atau “batu sandungan” bagi kebersamaan ke depan. Sikap ini harus disertai rasa tanggung jawab demi keadilan, kebenaran, kemakmuran, dan perdamaian bagi rakyat dan umat. Di sini diperlukan fungsi “Nabiah”. Sikap di atas juga harus analog terhadap kehidupan Perguruan Tinggi dan gereja.

Dalam merealisasikan fungsi-fungsinya, GMKI tidak jarang menemui “kerikil-kerikil tajam” yang dapat menghempasnya. Kadang eksistensinya “terancam” karena identitas dan misinya. Kadang pula ia “menyeleweng” dari identitas dan misinya karena eksistensinya. Akan tetapi, pengalaman sejarah membuktikan

Page 15: GMKI Cabang Padang

15 bahwa dengan dwiwataknya, GMKI mampu menebus waktu dan membuat serta membentuk sejarah, baik sejarah parsial GMKI maupun sejarah bangsanya.

Ada sebuah ungkapan pada sebuah kapal yang sedang berlayar di tengah samudera dan dilanda badai yang dahsyat, yang tertulis sebagai berikut: “A ship is a safety in the harbour, but that is not what the ship is build for…” (sebuah kapal lebih aman di pelabuhan, tetapi bukan untuk maksud tersebut orang membuatnya). Membuat lebih “aman” buat GMKI jika tidak memiliki watak nasionalisme (ciri keindonesiaan) sehingga eksistensinya tidak terusik, tetapi bukan untuk maksud tersebut TUHAN menempatkan GMKI di tanah air Indonesia.

Angkatan demi angkatan datang dan pergi laksana “pergantian jaga,” dimana setiap mereka mempunyai “salibnya sendiri-sendiri” yang harus dipikulnya, dihadapi dan dijawab sesuai zamannya, sebagai suatu pertanggungjawaban historis, baik bagi bangsa dan negaranya, gereja, terutama bagi Tuhannya. Sejarah GMKI masa depan masih merupakan misteri, namun satu hal yang pasti bahwa Tuhan Yesus, Sang Kepala Gerakan, akan senantiasa mendampingi kita sampai kesudahan alam. Amin!

ooooo00000ooooo

Page 16: GMKI Cabang Padang

16

SEJARAH GMKI PADANG

NAMA-NAMA SENIOR MEMBERS PENDIRI G.M.K.I/TIM PEMBENTUKAN G.M.K.I

CABANG PADANG

No. Nama Anggota G.M.K.I

Tahun Di 1. Pdt. Junus Beeh, S.Th 1974 Jakarta 2. Drs. S.M. Sinambela 1965 Jakarta 3. Drs. Albert T. Panggeso 1979 Ujung Pandang 4. Paulus Sarungu, BA 1979 Jakarta 5. Drs. S.K. Sinulingga 1962 Medan 6. Sere D. Silitonga 1965 Medan

7. Boby R. Manusama P. 1968 Ambon

Ketujuh orang ini menulis surat Permohonan Pembentukan Cabang G.M.K.I kepada Ketua Umum PP GMKI pada tanggal 11 Januari 1984.

Kemudian PP GMKI menanggapi hal ini dengan mengangkat ketujuh orang ini sebagai Tim Pembentukan Calon Cabang G.M.K.I Padang melalui surat keputusan nomor : 180348/SU/Int/IV/1984 tertanggal 16 April 1984 yang ditandatangani oleh Alex Litaay sebagai Ketua Bidang Aksi dan Pelayanan dan Sunggul Siahaan sebagai Sekretaris Umum PP G.M.K.I pada masa itu.

Sejak itu, dilakukan terus proses-proses komunikasi dan konsolidasi pembentukan cabang kepada seluruh pihak terkait. Pada bulan Oktober – Nopember 1984 dilaksanakan pengkaderan calon pengurus G.M.K.I di Padang.

SUSUNAN KEPANITIAAN PENGKADERAN CALON PENGURUS GMKI CABANG PADANG

TAHUN 1984 I. Ketua I : Drs. Albert T. Panggeso

Ketua II : Yos Mandala II. Sekretaris I : Tadius

Sekretaris II : E t t y III. Bendahara : Robinhot Sinaga IV. Seksi-seksi

1. Dana Koordinator : - Yunizman Zebua

: - Alfred Sitorus

Page 17: GMKI Cabang Padang

17

2. Acara Koordinator : - Ganefo Ginting : - Kusmidawaty Marbun

3. Humas Koordinator : - Bonar Sihombing : - Charles Aritonang : - Tumpak Debataraja

4. Perlengkapan Koordinator : - Edward Sijabat : - Mei Hasanul

5. Konsumsi Koordinator : - Kristian Manurung : - Rut Najo : - Rosmauli Girsang : - Ritawaty Butarbutar

Akhirnya, melalui pergumulan yang panjang (lebih dari setahun setelah

pengkaderan) GMKI cabang Padang terbentuk secara resmi melalui surat keputusan PP GMKI nomor :190244/SU/Int/III/1986 yang ditandatangani oleh Ir. F. Robert O. Sitorus sebagai Ketua dan Pdt Dicky M. Mailoa sebagai Sekretaris Umum. Pengesahan cabang Padang dan Badan Pengurus Cabang dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 1986 di Gedung Sasana Karya (Jl. Sudirman – Padang).

Drs. Med. Saut Pakpahan dilantik menjadi ketua cabang I GMKI Padang dan Ganefo Ginting sebagai sekretaris Cabang I GMKI Padang serta Faosiaro Bawamenewi sebagai Bendahara Cabang I GMKI Padang.

Pada saat peremian GMKI cabang Padang anggota GMKI Padang terdaftar sebanyak 106 orang. 48 orang diantaranya adalah kelompok pelaksana tugas BPC GMKI Padang dengan tugas-tugas :

1. Melaksanakan tugas-tugas organisasi sesuai fungsinya (AD/ART GMKI). 2. Tetap menguatkan konsolidasi baik terhadap sesame pelaksana tugas

maupun terhadap anggota. 3. Mempersiapkan dan menyelenggarakan Konperensi Cabang I GMKI Padang

selambat-lambatnya selama setahun. Kemudian pada tanggal 15 – 18 September 1988 barulah dapat

diselenggarakan Konperensi Cabang I GMKI Padang dan terpilihlah Poltak Simanjuntak dan Perry Barus selaku Ketua Cabang dan Sekretaris Cabang.

Selanjutnya berikut adalah urutan penanggungjawab GMKI Cabang Padang dari waktu ke waktu :

1. Periode 1986 – 1988

Ketua Cabang : dr. Saut Pakpahan Sekretaris Cabang : Drs. Ganefo Ginting Ir. Onnessimus Sipahutar (Resuffle)

2. Periode 1988 – 1990 Ketua Cabang : Ir. Poltak Simanjuntak Sekretaris Cabang : Perry Barus, SE. Akt

3. Periode 1990 – 1992 Ketua Cabang : Yan Winnen Sipayung, SP Sekretaris Cabang : Nesar Situmeang, SE

Page 18: GMKI Cabang Padang

18 4. Periode 1992 – 1994

Ketua Cabang : Rita Artanti, SP Sekretaris Cabang : Lasmaria Simanjuntak, A.Md

5. Periode 1994 – 1996 Ketua Cabang : Gongo Rikafor Marpaung, SP Sekretaris Cabang : Firdaus H.L. Girsang, S.Pt

6. Periode 1996 – 1998 Ketua Cabang : Mangara Tua Tampubolon, SH Sekretaris Cabang : Tiurma Ida Siahaan, SE

7. Periode 1998 – 2000 Ketua Cabang : Devi Fatriana Situmorang, SH Sekretaris Cabang : Adriani E.J. Simatupang, A.Md

8. Periode 2000 – 2002 Ketua Cabang : Tigor Dolly Simarmata Sekretaris Cabang : Hotmaria Manurung

9. Periode 2002 – 2004 Ketua Cabang : Tomson Purba Rudy Hendra Pakpahan (Pj. Ketua) Sekretaris Cabang : Hefwi Haomoan Sinaga

10. Periode 2004 – 2006 (PAW menjadi 2005 – 2007) Ketua Cabang : Agam Junaidi Sinaga Bernando Sinaga (Pj. Ketua) Sekretaris Cabang : Berman Tua Sibuea

11. Periode 2007 – 2009 Ketua Cabang : Berman Tua Sibuea Marlina Novita Hutauruk (Pjs) Sekretaris Cabang : Bernando Sinaga

12. Periode 2010 – 2012 Ketua Cabang : Glocesdo Togar H. Tamba Michael Jeffri Sinabutar (Pj. Ketua) Sekretaris Cabang : Lenny Hot Rometa Aritonang Pada masa bakti 2010 – 2012, BPC GMKI Padang diambilalih oleh Pengurus

Pusat GMKI dengan alasan lambannya aktivitas organisasi. Kemudian PP GMKI memberi mandat kepada Caretaker BPC GMKI Padang Masa Bakti 2010 – 2012 dengan rentang waktu kerja Juli – September 2012. Yang dipmpin oleh :

13. Caretaker BPC GMKI Padang Masa Bakti 2010 – 2012

Ketua : Aristanto Tumanggor Sekretaris : Vernando Nainggolan Dinamika organisasi GMKI Padang memperlihatkan fluktuasi yang naik dan

turun. Namun dalam kemungkinan kondisi apapun, GMKI Padang selalu

Page 19: GMKI Cabang Padang

19 berupaya untuk mengaktualisasi organisasinya baik ke dalam maupun keluar. Sejak berdirinya selama 26 tahun GMKI selalu berupaya untuk membangun kegiatan penguatan spiritualitas kader (misalnya melalui PA dan Kebaktian Bulanan), penguatan integritas dan profesionalitas kader melalui Pendidikan Kader Formal, diskusi-diskusi umum dan khusus, dan pelatihan-pelatihan lainnya. Selain itu GMKI Padang juga berupaya untuk mengaktualisasikan dirinya keluar organisasi misalnya melalui penguatan hubungan dan kerjasama dengan gereja, aksi partisipasi pada dunia sosial, ekonomi, budaya dan politik kemasyarakatan melalui aksi-aksi curah pendapat, pembangunan jejaring dengan Kelompok Cipayung, KNPI, dan konsorsium-konsorsium lainnya.

Page 20: GMKI Cabang Padang

20

PENGENALAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA GERAKAN MAHASISWA KRISTEN INDONESIA

I. Pendahuluan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) merupakan hukum

tertulis yang berlaku di GMKI sebagai sebuah organisasi. Di dalam AD/ART tercakup semua peraturan yang bersifat mengatur dan mengikat yang merupakan hukum yang tertinggi di tubuh GMKI. Oleh karena itu, AD/ART lahir dari tuntutan organisasi itu sendiri maka ia juga merupakan hal yang fundamental karena ia menyangkut motivasi keikutsertaan kita memasuki sebuah organisasi. Pengenalan, pemahaman, dan penghayatan AD/ART saat diperlukan karena setiap derap langkah kehidupan organisasi dalam emnghadapi setiap tantangan dan aktivitas yang akan dijalaninya di dalam AD/ART.

Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) sebagai salah satu wadah persekutuan umat Kristen khususnya mahasiswa yang bermedan pelayanan di Gereja, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat. Untuk itu keberadaannya perlu diatur dalam Mekanisme Keorganisasian sebagai pedoman menjalankan tujuan dan usahanya.

II. Pembukaan AD/ART GMKI

AD/ART GMKI merupakan landasan kepercayaan GMKI di ketiga aspek Idealisme/Filosofis Gerakan serta merupakan aspek yang menunjukkan kesadaran kepada apa yang dipercaya sekaligus melihat arti panggilanNya dan aspek kesejahteraan dari kehidupan GMKI.

Makna Pembukaan AD/ART GMKI merupakan pernyataan pengakuan Iman tentang apa yang diyakini sebagai sumber Filosofis pembentuk Gerakan. Alinea I berbunyi : “Sesungguhnya Yesus Kristus……dst” menunjukkan

aspek Kesaksian yang disebut Marturia Alinea II berbunyi : “AnugrahNya yang dinyatakan……dst” menunjukkan

aspek Pelayanan yang disebut dengan Diakonia Alinea III berbunyi : “Roh Kudus menghidupkan……dst” menunjukkan aspek

Persekutuan yang disebut dengan Koinonia Alinea IV berbunyi: “Maka menjadi panggilan……dst” menunjukkan aspek

Kesadaran GMKI terhadap kepercayaanNya dan panggilanNya

Alinea V berbunyi : “Untuk mewujudkan panggilan……dst” menunjukkan aspek Kesejahteraan dari kehidupan GMKI

Tiga cerminan dari pada pembukaan pada hidup gerak GMKI merupakan ciri khas GMKI sebagai organisasi, yakni : 1. Sifat ke-Mahasiswaan, yang diwujudkan dalam Tinggi Ilmu 2. Sifat ke-Kristenan, yang diwujudkan dalam Tinggi Iman 3. Sifat ke-Indonesiaan, yang diwujudkan dalam Tinggi Pengabdian

III. Sistem Organisasi

Merupakan penguraian fungsi-fungsi perlengkapan organisasi (AD Pasal 7) yang terdiri dari : 1. Kongres GMKI (merupakan Lembaga tertinggi di tingkat Pusat) 2. Pengurus Pusat GMKI (merupakan Pimpinan tertinggi di tingkat Nasional) 3. Konperensi Cabang GMKI (merupakan Lembaga tertinggi di tingkat Cabang) 4. Badan Pengurus Cabang (merupakan Pimpinan tertinggi di tingkat Cabang)

Page 21: GMKI Cabang Padang

21 IV. Azas, Kedudukan, Tujuan GMKI

Azas GMKI adalah Pancasila sebagai pencerminan kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. GMKI berkedudukan di tempat Pengurus Pusat dan berdiri untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.tujuan GMKI dicapai melalui Usaha-Usaha Organisasi. Rumusan Tujuan tersebut mengandung tiga hal pokok, yaitu : 1. Tujuan Aspek Marturia yaitu : Kesaksian/Mission GMKI, dimana

memperlihatkan masalah Spritualitas dalam pelayanannya 2. Tujuan Aspek Koinonia yaitu : Persekutuan dimana GMKI akan

melaksanakan kegiatannya yang mempersatukan dan membaharui kehidupan Gereja, Masyarakat, dan Manusia

3. Tujuan Aspek Diakonia yaitu : Pelayanan dimana GMKI menempatkan dirinya selaku Organisasi Kader yang mempersiapkan Pemimpin Masa Depan, menempatkan diri sebagai sarana perjuangan untuk mencapai kesejahtraan, perdamaian,keadilan, kebenaran, dan cinta kasih di tengah-tengah kehidupan manusia dan alam semesta

V. Keanggotaan GMKI

Yang diterima menjadi Anggota GMKI adalah mahasiswa yang menerima tujuan dan bersedia menjalankan Usaha-Usaha Organisasi. Selanjutnya AD mengatur tentang : 1. Jenis Keanggotaan 2. Hak dan Kewajiban Anggota VI. Hirarki Yuridis GMKI

GMKI mempunyai hirarki tingkat keputusan dari yang tertinggi sampai ke tingkat yang terendah yaitu : 1. Anggaran Dasar (AD) 2. Anggaran Rumah Tangga (ART) 3. Keputusan Kongres 4. Keputusan Pengurus Pusat 5. Keputusan Konperensi Cabang 6. Keputusan Badan Pengurus Cabang

Selanjutnya diatur bahwa keputusan yang terndah harus tunduk kepada keputusan yang lebih tinggi sesuai dengan hirarki tingkat keputusan Organisasi.

VII. Harapan dan Realitas Manfaat ber-Organisasi di GMKI a. GMKI menjadi suatu komunitas yang tidak melihat latar belakang

kesukuan,denominasi disiplin ilmu, dan pengalaman dari anggotanya. Secara sosiologis sangat membantu dan saling memperkaya pergaulan, persahabatan, proses saling belajar, rasa kebersamaan dan kekeluragaan, dan lain-lain.

b. GMKI sebagai wadah pengkaderan dimana terdapat proses pengkaderan dan proses belajar sesama anggota dalam mengembangkan/meperlengkapi diri sehingga akan lebih efisien dan efektif serta mampu dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya di tengah-tengah Masyarakat, Gereja, dan Bangsa

c. GMKI sebagai komunitas majemuk, merupakan potensi dan kesempatan untuk : 1. Membina dan mengembangkan semangat Oikumenisme untuk

meperkokoh persatuan

Page 22: GMKI Cabang Padang

22

2. Membina persatuan dan kesatuan bangsa serta berpatisipasi dalam pembangunan bangsa dan negara

3. Memperluas kebersamaan dengan semua pihak tanpa membedakan suku, agama, ras, dan latar belakang lainnya yang diorientasikan untuk turut membangun masyarakat dan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila

AD/ART GMKI bersifat mengikat anggota maupun lembaga Intern Organisasi di segala tingkatan adalah bersifat mutlak dan umum. ART Pasal 12 memberikan kemungkinan bagi tingkat keputusan yang lebih rendah untuk mengatur hal-hal yang belum tercantum didalamnya dengan ketentuan tidak bertentangan/tumpang tindih dengan hirarki yang berada diatasnya.

Pengenalan, pemahaman, dan penghayatan AD/ART GMKI ini bukan hanya membutuhkan keterampilan Intelektual saja, tetapi terkandung suatu tindakan sebagai perwujudan dan sebab akibat dari pemahaman itu sendiri yang merupakan proses terminologi kesetiaan terhadap tujuan gerakan.

VIII. Penutup Demikianlah pengantar seputar pengenalan AD/ART GMKI diperbuat, semoga Saudara-Saudara calon Anggota Gerakan dapat memahami makna yang terkandung didalamnya. (Konstitusi GMKI Terlampir).

Page 23: GMKI Cabang Padang

23

VISI DAN MISI GMKI

Pendahuluan Berbicara mengenai visi selalu berkaitan dengan misi. Visi memerlukan misi untuk mewujudkannya, misi memerlukan visi sebagai arah dan tujuan dari kinerja. Visi merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang maupun organisasi. Charles Swindol mengatakan, visi adalah segala sesuatu yang sangat penting untuk kelangsungan hidup. Visi lahir dari adanya iman, ditopang “oleh pengharapan, dipercerah oleh imajinasi dan diperkuat oleh semangat. Visi lebih besar daripada penglihatan mata jasmani, lebih dalam daripada impian, lebih lebar daripada gagasan. Visi mencakup pemandangan luas yang berada di lar batas-batas perkiraan, kepastian dan sangkaan”. Tidak ada kehidupan yang dijalani penuh arti bagi Tuhan dan tidak ada pekerjaan penuh arti yang dapat dilakukan bagi Tuhan kalau tidak dilandasi kuat oleh visi. Arti Visi dan Misi Visi adalah suatu gambaran yang jelas pada seseorang atau pemimpin tentang apa yang akan dicapainya bersama kelompoknya sehingga memberikan arah dan tujuan. Kalau yidak ada visi akibatnya kekacauan, keadaan tak terkendali, anarkisme dan ketidakteraturan (Amsal 29 : 18) Visi dating dari Tuhan, bukan angan-angan atau khayalan seseorang, tapi perlu seorang pemimpin ‘berduaan’ dengan Tuhan, sehingga suara Tuhan akan jelas. (Contoh : Musa naik ke Gunung Sinai untuk menerima mandate dari Tuhan-bdk Keluaran 24 : 12 – 18). Misi adalah suatu cara atau tindakan realita yang disertai oleh iman kepada Tuhan untuk mewujudkan visi. Misi merupakan kerangka operasional yang diatur (rencanakan) sedemikian rupa untuk mencapai visi. Empat Efek Visi dari Tuhan. a. Menghidupkan (Saya dipanggil)

Memberi dorongan yang mengubah kehidupan serta menunjukkan arah dan tujuan baru bagi hidup kita. Contoh : Paulus (KPR 9 : 1 – 31); Abraham (Kej 17 : 1 – 27)

b. Memberi dorongan (Saya akan/saya dapat) Mendorong kita melangkah maju menuju sasaran yang termuat di dalamnya dan kita mampu melakukan bagian kita karena Tuhan akan memenuhi segala keperluan kita (Filipi 4 : 13,19; II Petrus 1 : 3).

c. Memberi desakan (Saya harus) Meninggalkan kehidupan yang lama, dan ingin melakukan hal-hal yang menyenangkan hati Tuhan, yang mendukung terwujudnya visi dari Tuhan itu. Contoh : visi dari Tuhan kepada Musa bersifat khusus, mempunyai garis besar dan isi. Musa tidak dapat bergerak bebas, melampaui garis besar itu ataupun isinya(Kel 25 : 40).

d. Menguduskan (Saya tidak akan)

Page 24: GMKI Cabang Padang

24

Orang yang mendapat visi dari Tuhan membenahi dirinya, mulai mendisiplin hidupnya supaya dapat melayani Tuhan dan tidak ingin lagi menyenangkan diri sendiri, tetapi mengkhususkan kehidupannya bagi TUhan dan pelayanannya (Kel 3 : 5).

Ciri-ciri Seorang Visioner 1. Mempunyai inspirasi 2. Mempunyai kejelasan 3. Mempunyai pengertian 4. Mempunyai otoritas 5. Mempunyai tanggungjawab Teladan dari Alkitab tentang Visi dan Misi (Nehemia)

1. Pasal 1 : 1 – 11 adalah Doa Nehemia sebelum melangkah 2. Pasal 2 : 1 – 10 Nehemia diutus ke Yerusalem setelah permohonannya

dikabulkan. 3. Pasal 2 : 11 – 20 Visi Nehemia dijelaskan. 4. Pasal 3 : 1 – 32 Mewujudkan visi dengan misi. 5. Pasal 4 : 1 – 23 Tantangan visi Nehemia dari luar. 6. Pasal 5 : 1 – 13 Tantangan visi Nehemia dari dalam. 7. Pasal 6 : 1 – 9 Visi terwujud/tercapai yaitu membangun tembok

Yerusalem. 8. Pasal 7 : 1 – 3 Pemeliharaan hasil visi.

Visi dan Misi GMKI Menurut pasal 3 Anggaran Dasar GMKI : 1. Visi organisasi ini adalah terwujudnya kedamaian, kesejahteraan, keadilan,

kebenaran, keutuhan ciptaan dan demokrasi di Indonesia berdasarkan kasih. Terwujudnya

Kata ini menunjukkan hasil/buah dari usaha untuk memunculkan, mengadakan, menghadirkan sesuatu menjadi eksis dan real (ada). Sesuatu yang dimaksud sebagai Syalom Allah yang menurut pasal 3 ayat 1 tersebut adalah : Kedamaian, Kesejahteraan, Keutuhan Cipataan dan Demokrasi.

Wujud Kedamaian Suasana kehidupan bermasyarakat berbangsa yang aman, tentram. Kehidupan yang jauh dari konflik. Penuh Toleransi dan Tenggang Rasa. Berjiwa pluralisme : semangat hidup bersama dalam keberagaman (unity in diversity).

Wujud Kesejahteraan Tiada kemiskinan. Penguasaan rakyat akan segala potensi alam. Pendidikan dan kesehatan yang baik.

Wujud Keadilan Supremasi hukum.

Page 25: GMKI Cabang Padang

25

Kedudukan yang sama di depan hukum. Wujud Keutuhan Ciptaan

Kelestarian keseimbangan lingkungan. Pemanfaatan sumberdaya alam se-optimal mungkin dan sebesar-besarnya untuk kemakmuran bersama. Budaya pemanfaatan renewable energy.

Wujud Demokrasi Terkonsolidasinya jiwa dan keinginan/kebutuhan rakyat bersama. Terpenuhinya keinginan/kebutuhan bersama. Kebijakan-kebijakan publik yang mengakomodir semua kekuatan civil society. Pemimpin yang dicintai rakyatnya. Nasionalisme yang kuat.

Berdasar kasih Karakter pribadi dan bangsa yang kuat. Cinta tanah air dan penuh dedikasi. Berkehidupan spiritualis, kemasyarakatan dan berkebangsaan yang bersih, suci dan tulus.

2. Misi organisasi ini adalah : a. Mengajak mahasiswa dan warga perguruan tinggi lainnya kepada

pengenalan akan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Penebus dan memperdalam iman dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari

b. Membina kesadaran selaku warga gereja yang esa di tengah-tengah mahasiswa dan perguruan tinggi dalam kesaksian memperbaharui masyarakat, manusia dan gereja.

c. Mempersiapkan pemimpin dan penggerak yang ahli dan bertanggungjawab dengan menjalankan panggilan di tengah-tengah masyarakat, negara, gereja, perguruan tinggi dan mahasiswa, dan menjadi sarana bagi terwujudnya kesejahteraan, perdamaian, keadilan, kebenaran dan cinta kasih di tengah-tengah manusia dan alam semesta

Page 26: GMKI Cabang Padang

26

FONDASI FILOSOFIS GMKI (Motto, Tripanji, Panca Kegiatan dan Kearifan Nilai Kader GMKI)

Salah satu momentum historis yang harus selalu diingat oleh setiap kader GMKI adalah saat ketika terjadi peleburan PMKI dan CSV menjadi GMKI pada tanggal 9 Februari 1950 di Jalan Teuku Umar 36 Jakarta (rumah Oom Yo). Saat itu Oom Yo, panggilan akrab Dr. Johanes Leimena, Ketua Umum PP-GMKI yang pertama, mengucapkan pernyataannya yang sangat monumental, sebagaimana dikutip di atas. Dalam kalimat singkat tersebut setidaknya tergambarkan posisi dan hakekat filosofis38 kehadiran GMKI. Pernyataan Oom Yo tidak bisa dilepaskan dari konteks Indonesia 1950 yang berada pada tahap awal menjadi satu negara baru. Sebagai negara baru berbagai perubahan untuk kemajuan harus dilakukan terhadap tatanan yang dibentuk oleh penjajahan Belanda – yang oleh Soekarno perubahan-perubahan tersebut dikatakan sebagai revolusi Indonesia. Realitas Nederlandsch Oost-Indische saat itu adalah penindasan, pemiskinan, pembodohan, diskriminasi, marjinalisasi dan eksploitasi. Konsekwensi logis dari realitas yang demikian adalah timbulnya gerakan kemerdekaan sebagai perlawanan rakyat terhadap penjajahan, yang dipacu oleh kaum terdidik. Tidak heran semangat yang mendasari kemerdekaan singkatnya adalah semangat emansipasi/pembebasan (untuk lepas dari praktek penjajahan) dan semangat demokrasi (untuk mengatur diri/bangsa sendiri). Untuk terjadinya perubahan-perubahan ke arah kehidupan yang adil, damai, maju, sejahtera dan demokratis – sebagaimana dimaksud oleh kemerdekaan Indonesia di atas – dibutuhkan pelopor dan pemimpin.

Tindakan ini adalah suatu tindakan historis bagi dunia mahasiswa umumnya dan masyarakat kristen khususnya. GMKI menjadilah pelopor dari semua kebaktian yang akan dan mungkin harus dilakukan di Indonesia. GMKI menjadilah suatu pusat, sekolah latihan (leerschool) daripada orang-orang yang mau bertanggungjawab atas segala sesuatu yang mengenai kepentingan dan kebaikan daripada negara dan bangsa Indonesia. GMKI bukanlah merupakan gesselschaft, melainkan ia adalah suatu gemeinschaft, persekutuan dalam Kristus Tuhannya, dengan demikian ia berakar baik dalam gereja, maupun dalam nusa dan bangsa Indonesia. Sebagai suatu bagian daripada iman dan roh, ia berdiri di tengah-tengah dua proklamasi: proklamasi kemerdekaan nasional dan proklamasi Tuhan Yesus Kristus dengan Injil kehidupan, kematian dan kebangkitanNya.”

(Dr. Johanes Leimena, 9 Februari 1950, saat pembentukan GMKI)

Page 27: GMKI Cabang Padang

27 Dalam hal pentingnya fungsi kepemimpinan perlu dicatat kesimpulan Arnold Toynbee, sejarahwan Inggris yang meneliti maju-mundur dan jatuh-bangunnya 26 peradaban besar dunia, bahwa kemampuan suatu peradaban menjawab tantangan dan melakukan perubahan sehingga tetap eksist ditentukan oleh sejumlah orang yang “biasanya” dari segi jumlah tidak banyak, namun karena superioritas roh dan jiwanya maka mereka ini mampu mempengaruhi massa yang pasif menjadi penganut yang aktif. Sekelompok kecil orang ini disebutnya kaum creative minority. Hancur dan tenggelamnya suatu peradaban disebabkan oleh menjadi lumpuh dan terpecah-belahnya kaum creative minority ini. Pembangunan (atau revolusi/perubahan) membutuhkan kaum creative minority. Dunia perguruan tinggi, telah terbukti merupakan laboratorium dan pusat pengembangan ilmu-pengetahuan, sumber pemimpin serta benteng kebebasan dan demokrasi yang berperan sebagai pendorong perubahan. Pergerakan nasional menuju kemerdekaan terbukti telah mendapatkan inspirasi, energi dan dimotori justru oleh para mahasiswa dan lulusan/alumni perguruan tinggi kala itu. Mahasiswa kristen di perguruan tinggi masa itu juga ditantang untuk berbuat lebih baik, terutama sebagai wujud kesaksian dan pelayanannya. Mungkin dari pergumulan dan kesadaran konteks seperti inilah maka para mahasiswa kristen yang saat itu tergabung dalam CSV op Java dan kemudian PMKI turut bergabung dalam arak-arakan pergerakan nasional, bahkan beberapa diantaranya menjadi tokoh-tokoh pergerakan nasional yang paling berpengaruh. Sedikit banyak perguruan tinggi memproduksi kaum creative minority ini. Dengan kemerdekaan RI, orang kristen dan kekristenan di Indonesia memasuki suatu fase baru, dimana gereja tidak lagi berada dalam posisi yang “dekat” (sebenarnya kadang menjadi subordinasi) dengan negara, sebagaimana hubungan gereja dan negara dalam negara Nederlandsch Oost-Indische. Kekristenan di Indonesia pasca kemerdekaan “berhadapan” dengan fakta “pluralitas ganda”, yaitu:

a) Dalam hidup bergereja warga gereja berhadapan dengan fakta pluralitas denominasi gereja;

b) Sedangkan dalam hidup bernegara berhadapan dengan fakta pluralitas suku, agama, bahasa, budaya, ras, ideologi, kepentingan serta perbedaan capaian dalam bidang pendidikan dan ekonomi.

Pada satu sisi realitas plural Indonesia membawa dampak positif sebagai “proyek dunia tentang perdamaian dan keutuhan dalam keragaman dan kepelbedaan”, namun pada sisi lain pluralitas juga membawa serta sejumlah potensi konflik. Fakta ketegangan dan konflik dari masa ke masa selalu muncul ketika fakta pluralitas dengan perbedaan orientasi dari masing-masing unsurnya tidak mampu dikelola dengan tepat dan bijak. Berangkat dari kesadaran konteks demikian maka untuk menjawab persoalan-persoalan akibat pluralitas ganda telah dikembangkan setidaknya dua konsepsi sebagai berikut:

a) Dalam rangka positioning dan aktualisasi peran guna menjawab berbagai problematika yang berkaitan dengan keragaman/pluralitas (denominasi) gereja – yang merupakan latar belakang warga gerakan yang juga warga

Page 28: GMKI Cabang Padang

28

gereja – serta persoalan-persoalan turunannya, secara arif dijawab dengan konsep "oikumene", suatu panggilan untuk hidup dalam keutuhan, keesaan gereja. Konsep ini menjadi filosofi organisasi GMKI, bahkan saking pentingnya maka ditempatkan sebagai amsal/motto dan kredo organisasi yang dirumuskan dengan dalam bahasa Latin “ut omnes unum sint” (agar semua menjadi satu, sebagaimana doa Tuhan Yesus dalam Yohanes 17:21).

b) Dalam rangka positioning orang Kristen (dan GMKI sebagai gereja incognito) dalam hidup bermasyarakat dan bernegara, dijawab dengan konsepsi "berdiri diantara dua proklamasi, proklamasi Injil Kristus dan proklamasi kemerdekaan Indonesia". Aktualisasi konsep ini terlihat sejak masa pergerakan nasional/kemerdekaan dimana tercatat nama dan peran sejumlah tokoh pergerakan nasional yang pernah terlibat aktif dalam aktivitas CSV op Java; bahkan hadirnya PMKI pada masa pendudukan Jepang sampai 1950 merupakan bukti bahwa sejak cikal-bakalnya GMKI memilih berada dalam arak-arakan kebangsaan. Partisipasi politik Kristen dari masa ke masa selalu diletakkan dalam perspektif karya penyelamatan Allah.

Kedua konsepsi tersebut di atas telah membentuk paradigm organisasi GMKI, yaitu: oikumenisme dan nasionalisme. Paradigma ini dapat dicari akarnya pada sejarah CSV op Java. Posisi GMKI sejak awal memang diinspirasi oleh sejumlah prinsip dan pendirian yang dibuat oleh CSV op Java dan PMKI. Sejak awal mulanya prinsip dan pendirian itu secara gamblang terlihat dari pilihan-pilihan sebagaimana yang dipaparkan oleh Johanes Leimena sebagai Ketua Umum CSV op Java, di dalam Konperensi Mahasiswa Kristen se-Asia pada Bulan september 1933 di Citeureup Bandung, dimana CSV op Java menjadi tuan rumahnya. Panggilan CSV op Java untuk turut dalam semangat oikumene yang sedang bergelora pada saat itu justru membawa CSV op Java untuk secara logis dan konsekwen mendukung dan memimpin gerakan-gerakan kemerdekaan Indonesia yang didorong oleh semangat nasionalisme. Pendirian dan prinsip CSV op Java dan kemudian juga GMKI itu misalnya ditunjukkan oleh pikiran-pikiran Oom Yo. Pikiran- pikirannya itu telah disampaikannya pada berbagai kesempatan, baik pada momentum-momentum CSV op Java dan GMKI maupun pada pertemuan-pertemuan DGI (sekarang PGI) dan Dewan Gereja Dunia, sebagaimana dicatat oleh H. Bootsma. Pada buku kenangan Dr. J. Leimena, H. Bootsma menguraikan bahwa setidaknya terdapat empat (4) pokok thema yang sama dan tidak berubah dalam pemikiran dan pendirian Oom Yo, sejak pertengahan tahun 1920an sampai akhir hayatnya di bulan Maret 1977, sebagaimana dikutip berikut ini:

a) Keadilan sosial di Indonesia perlu ditingkatkan. Adalah tugas dari gereja dan orang-orang Kristen untuk mengusahakannya. Bila tidak, maka bangsa dan Negara akan berada dalam keadaan bahaya. Dengan demikian kita akan mengalami kesulitan-kesulitan yang parah. “Perbedaan antara kaya dan miskin harus lenyap. Perbedaan itu tidak boleh ada. Dan sebagai orang Kristen kita harus berkata: keadaan itu tidak boleh ada”.

Page 29: GMKI Cabang Padang

29

b) Penghargaan terhadap manusia harus ditingkatkan. Negara hukum harus dipulihkan kembali. Harus ada keadilan. Bila tidak, akan timbul kesewang-wenangan dan kemanusiaan akan diinjak-injak.

c) Gereja dan orang-orang Kristen di Indonesia harus lebih bersatu. Bukan untuk berkuasa. Tetapi harus ada kesempatan-kesempatan orang-orang Kristen dapat turut membangun suatu masyarakat Indonesia yang berperikemanusiaan.

d) Harus ada keseimbangan antara pembangunan politik pada satu pihak dan pembangunan sosial dan ekonomi pada pihak lain.

Dicatat oleh H. Bootsma bahwa nilai-nilai utama dari pikiran-pikiran Leimena tersebut merupakan nilai-nilai utama yang diperjuangkan oleh WSCF dan Dewan Gereja Dunia. Jadi jelaslah bagi kita, bahwa panggilan kekristen adalah juga panggilan untuk bertanggungjawab terhadap maju-mundurnya keadaan masyarakat sekitarnya serta eksistensi dan hakekat kemanusiaan. Muatan lain dari pernyataan Oom Yo adalah yang berkaitan dengan peran mahasiswa kristen dan GMKI, juga terkait dengan diperhadapkannya mahasiswa (kristen) pada dua problem yaitu:

a) Pada satu sisi mahasiswa kristen harus menjadi pemimpin pelopor perubahan,

b) Pada sisi lain kekristenan berhadapan dengan pluralitas ganda dan stigma “barat-sentris” (yang terus direproduksi secara politis sampai saat ini).

Terhadap dua problem tersebut, pernyataan Oom Yo mengimplikasikan bahwa GMKI setidaknya memiliki dua peran dan tanggungjawab utama yaitu:

a) Sebagai mahasiswa dan persekutuan mahasiswa, (anggota) GMKI diharapkan mampu melakukan kesaksian dan pelayanan serta mempersekutukan mahasiswa di dunia perguruan tinggi. Panggilan ini berimplikasi pada dirumuskannya fungsi melaksanakan tri-panggilan gereja di dunia perguruan tinggi. Dalam konteks fungsi ini GMKI berhubungan erat dengan gereja, bahkan GMKI disebut gereja incognito (gereja yang tersamar/tidak kelihatan). Perlu dicatat bahwa dasar-dasar fungsi ini telah diletakkan sejak kedatangan Ir. C.L. van Doorn sebagai utusan Nederlandsch Cristelijke Studenten Vereeniging (NCSV) untuk mempersekutukan mahasiswa di Hindia Belanda dalam arakarakan gerakan oikumene, dan selanjutnya pekerjaan ini diemban oleh CSV op Java, CSV dan PMKI.

b) Sedangkan dalam kerangka turut-serta menciptakan perubahan menuju kehidupan masyarakat yang adil, damai, maju, sejahtera dan demokratis, GMKI diharapkan mampu menciptakan pemimpin-pelopor, yakni mereka yang menjadi pelaku dan penentu perubahan, yang memberikan dirinya tanpa pamrih untuk “melayani dengan memimpin dan memimpin dengan melayani” (dienen leiden en leiden dienen), yaitu suatu kepemimpinan creative minority. Konsep ini berimplikasi pada dirumuskannya fungsi kaderisasi kepemimpinan.

Kedua hakekat di atas dalam perkembangannya telah membentuk peran dan fungsi yang dimainkan oleh GMKI dari masa ke masa yaitu: fungsi kaderisasi dan fungsi penataan organisasi GMKI dalam rangka pelaksanaan fungsi

Page 30: GMKI Cabang Padang

30 partisipasi (juga dirumuskan sebagai aksi dan pelayanan) untuk terus membaharui kehidupan gereja, perguruan tinggi dan masyarakat. Seiring dengan fungsi-fungsi tersebut organisasi mengembangkan semacam “kredo” yang mendukung action organisasi dan menjadi karakteristik kader GMKI yaitu tinggi iman, tinggi ilmu dan tinggi pengabdian (dikenal di GMKI sebagai tripanji). Pokok lain yang perlu dicatat dari pernyataan Oom Yo adalah catatannya tentang model interaksi, pengelolaan dan perilaku/kultur organisasi. Oom Yo secara tegas mengarahkan pengelolaan GMKI sebagai suatu gemeinschaft, yang berarti kohesivitas, gerak dan action organisasi bertumpu pada ikatan emosional (dalam arti positif) dan solidaritas, bukan pada hukum/aturan dan kekuasaan semata dalam organisasi sebagaimana suatu gesselschaft. Sebagai gemeinschaft GMKI harus beroperasi sebagai suatu persekutuan, bukan sebagai organisasi birokrasi-politis. Ikatan dan solidaritasnya adalah solidaritas organik dan bukan solidaritas mekanik. Kekuatan pokok organisasi GMKI terletak pada signifikansi dan kekenyalan dari fondasi filosofis ini. Oleh karena itu, fondasi filosofis ini perlu dijadikan acuan utama yang terusmenerus diterjemahkan implementasinya dari masa ke masa, sesuai dengan kebutuhan dan tantangan konteks yang dihadapi pada masa itu. Fondasi filosofis ini seharusnya diposisikan sebagai sumber inspirasi dalam merumuskan visi empiris GMKI.

Page 31: GMKI Cabang Padang

31 LAMPIRAN :

ANGGARAN DASAR

Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia

PEMBUKAAN

Sesungguhnya Yesus Kritus, Anak Allah dan Juruselamat, ialah Tuhan manusia dan alam semesta. KehadirianNya dalam sejarah ialah perbuatan Allah untuk menebus dan menyelamatkan manusia melalui kematian dan kebangkitanNya yang menjadikan semuanya baru dan sempurna.

AnugerahNya yang dinyatakan dalam karyaNya memanggila manusia untuk percaya dan mengucap syukur dalam penatalayanan alam semesta, mewujudkan iman, pengharapan, dan cinta kasih dalam kehidupan sehari-hari. Roh Kudus menghidupkan persekutuan orang beriman selaku Gereja yang esa, am dan rasuli, yang diutus untuk menyampaikan kabar keselamatan dan pembebasan bagi pembaharuan manusia dan alam semesta.

Maka menjadi panggilan dan pengutusan setiap warga gereja yang ditempatkan Tuhan di dalam perjalanan sejarah bangsa dan negara Indonesia, untuk menyatakan kehadiranNya dalam pemberitaanNya dan kehidupan yang bertanggungjawab bersumber pada Alkitab yang menyaksikan Yesus Kristus ialah Tuhan dan Juruselamat di dalam keesaan Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus yang mengerjakan keselamatan manusia untuk mewujudkan kesejahteraan, perdamaian, keadilan dan kebenaran di tengah-tengah masyarakat, bangsa dan negara.

Untuk mewujudkan panggilan dan pengutusan dalam kehidupan dan perkembangan perguruan tinggi dan mahsiswa, maka pada tanggal 9 Februari 1950 Mahasiswa Kristen Indonesia yang melanjutkan usaha Christelijke Studenteen Vereeniging op Java, yang berdiri pada tanggal 28 Desember 1932 di Kaliurang untuk mengikutsertakan Gereja dalam pergerakan Oikumene dan perjuangan bangsa yang dalam revolusi kemerdekaan Indonesia menjelma menjadi Perhimpunan Mahasiswa Kristen Indonesia bersama-sama dengan Christelijke Studenteen Vereeniging pada waktu itu timbul sebagai persekutuan yang baru bersama-sama berjuang menegakkan dan mempertahankan Republik Indonesia, negara Proklamasi 17 Agyustus 1945, kemudian meleburkan diri dan berhimpun dalam satu bentuk persekutuan dengan nama Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia yang bergabung dalam World Student Christian Federation.

Page 32: GMKI Cabang Padang

32

Pasal 1 NAMA, TEMPAT, DAN WAKTU

1. Organisasi ini bernama Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia, disingkat GMKI

2. Organisasi ini berkedudukan di tempat Pengurus Pusat 3. Organisasi ini berdiri untuk waktu yang tidak ditentukan

Pasal 3

VISI DAN MISI

“Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara organisasi ini berasaskan Pancasila sebagai satu-satunya ASAS”

Pasal 3

VISI DAN MISI 1. Visi organisasi ini adalah terwujudnya kedamaian, kesejahteraan, keadilan,

kebenaran, keutuhan ciptaan dan demokrasi di Indonesia berdasarkan kasih 2. Misi organisasi ini adalah :

a. Mengajak mahasiswa dan warga perguruan tinggi lainnya kepada pengenalan akan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Penebus dan memperdalam iman dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari

b. Membina kesadaran selaku warga gereja yang esa di tengah-tengah mahasiswa dan perguruan tinggi dalam kesaksian memperbaharui masyarakat, manusia dan gereja

c. Mempersiapkan pemimpin dan penggerak yang ahli dan bertanggungjawab dengan menjalankan panggilan di tengah-tengah masyarakat, negara, gereja, perguruan tinggi dan mahasiswa, dan menjadi sarana bagi terwujudnya kesejahteraan, perdamaian, keadilan, kebenaran dan cinta kasih di tengah-tengah manusia dan alam semesta

Pasal 4 USAHA

Organisasi ini berusaha mencapai visi dan misinya sejalan dengan asas organisasi

Pasal 5 STATUS DAN BENTUK ORGANISASI

1. Status : Organisasi ini adalah organisasi yang bersifat gerejawi dan tidak merupakan bagian dari organisasi politik

2. Bentuk : Organisasi ini berbentuk kesatuan yang mempunyai cabang-cabang di kota-kota perguruan tinggi di Indonesia

Pasal 6

KEANGGOTAAN 1. Yang diterima menjadi anggota ialah mereka yang menerima visi dan misi

serta bersedia menjalankan usaha organisasi 2. Anggota terdiri dari :

a. Anggota biasa b. Anggota luar biasa

Page 33: GMKI Cabang Padang

33

c. Anggota kehormatan d. Anggota penyokong

3. Hak anggota : a. Anggota biasa mempunyai hak suara, hak memilih dan hak dipilh b. Anggota luar biasa mempunyai hak dipilih dan hak usul c. Anggota kehormatan dan penyokong mempunyai hak usul

4. Kewajiban anggota : a. Bertanggung jawab mewujudkan visi, misi dan usaha berdasarkan

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga b. Bertanggung jawab mewujudkan dan membina persekutuan dalam

kehidupan organisasi

Pasal 7 ALAT PERLENGKAPAN ORGANISASI

1. Organisasi ini mempunyai alat perlengkapan yang terdiri dari : a. Kongres b. Pengurus Pusat c. Konperensi Cabang d. Badan Pengurus Cabang

2. Kongres : a. Kongres adalah badan tertinggi dalam organisasi b. Kongres sekurang-kurangnya berlangsung satu kali dalam dua tahun

3. Pengurus Pusat (PP) : a. Organisasi ini dipimpin oleh Pengurus Pusat b. Pengurus Pusat dipilih oleh Kongres untuk masa kerja dua tahun

4. Konperensi Cabang (Konpercab) : a. Konperensi Cabang adalah badan tertinggi di tingkat cabang b. Konperensi Cabang berlangsung sekurang-kurangnya satu kali dalam dua

tahun c. Konperensi Cabang berlangsung atas panggilan Badan Pengurus Cabang

atau atas permintaan sekurang-kurangnya dua per tiga jumlah anggota biasa

5. Badan Pengurus Cabang (BPC) : a. Cabang dipimpin oleh Badan Pengurus Cabang b. Badan Pengurus Cabang dipilih oleh Konperensi Cabang untuk masa kerja

satu atau dua tahun

Pasal 8 KEPUTUSAN PERSIDANGAN

1. Keputusan persidangan organisasi ini diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat dengan himah kebijaksanaan, dan jika diperlukan diambil berdasarkan pemungutan suara terbanyak

2. Pemungutan suara terbanyak dalam Kongres dilakukan dengan satu cabang satu suara

Page 34: GMKI Cabang Padang

34

Pasal 9 PERBENDAHARAAN

Perbendaharaan organisasi ini diperoleh dari iuran anggota, sumbangan dan pendapatan yang sesuai dengan asas, visi dan misi organisasi

Pasal 10

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR 1. Perubahan Anggaran Dasar organisasi ini berdasarkan keputusan Kongres

dengan persetujuan tiga per empat suara utusan yang hadir 2. a. Usul perubahan Anggaran Dasar dari cabang sudah disampaikan ke

Pengurus Pusat selambat-lambatnya empat bulan sebelum Kongres b.Selanjutnya Pengurus Pusat sudah menyampaikan kepada cabang-cabang selambat-lambatnya dua bulan sebelum Kongres

Pasal 11

PEMBUBARAN 1. Organisasi ini dibubarkan berdasarkan keputusan Kongres yang khusus

berlangsung untuk maksud tersebut yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya tiga per empat jumlah cabang, serta memperoleh persetujuan sekurang-kurangnya tiga per empat dari jumlah utusan yang hadir

2. a. Pengurus Pusat memberitahukan kepada cabang-cabang selambat-lambatnya dua bulan sebelum Kongres Khusus tersebut b.Kongres Khusus memutuskan mengenai hak milik organisasi

Pasal 12 ATURAN TAMBAHAN

Hal-hal yang belum tercakup dalam Anggaran Dasar ini diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar

Page 35: GMKI Cabang Padang

35

ANGGARAN RUMAH TANGGA

Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia

Pasal 1 USAHA

1. Mepertumbuhkan dan memperdalam kehidupan iman dengan doa, penelaahan Alkitab, ibadah, pembinaan persekutuan dan tanggung jawab bagi perkebangan, pembaharuan bagi keesaan gereja yang am

2. Mebina kemajuan studi dan riset untuk mengikuti dan menguasai ilmu pengetahuan, mewujudkan panggilan perguruan tinggi mahasiswa dalam mempersiapkan sarjana dan pemimpin yang ahli dan bertanggung jawab bagi pembangunan dan pembaharuan untuk mencapai kesejahteraan spritual dan material

3. Membina pemimpin dan penggerak yang bekerja secara bertanggung jawab terhadap Allah dan manusia di dalam masyarakat, negara, gereja, perguruan tinggi dan mahsiswa bagi terwujudnya perdamaian, keadilan, kesejahteraan, kebenaran dan cinta kasaih di tengah-tengah manusia dan alam semesta

Pasal 2

KEANGGOTAAN 1. Anggota terdiri dari :

a. Anggota biasa, yaitu mahasiswa, warga negara Indonesia, yang sedang mengikuti kuliah pada perguruan tinggi di Indonesia sampai dua tahun sesudah tidak menjadi mahasiswa lagi

b. Anggota luar biasa, yaitu : (1) Bekas anggota biasa (2) Bekas mahasiswa dan mahasiswa yang tidak termasuk dalam titik a

c. Anggota kehormatan, yaitu mereka yang berjasa kepada organisasi d. Anggota penyokong, yaitu mereka yang bersedia membantu organisasi

secara berkala dengan jumlah yang ditentukan oleh Badan Pengurus Cabang

2. Penerimaan anggota : a. Anggota biasa diterima oleh Badan Pengurus Cabang setelah memenuhi

syarat penerimaan anggota b. Anggota luar biasa diterima oleh Badan Pengurus Cabang setelah

memnuhi syarat penerimaan anggota c. Anggota kehormatan diangkat oleh Pengurus Pusat atas usul Badan

Pengurus Cabang d. Anggota penyokong diangkat oleh Badan Pengurus Cabang

3. Pembebasan keanggotaan berlaku karena : a. Meninggal dunia b. Atas permintaan sendiri secara tertulis kepada Badan Pengurus Cabang c. Dibebaskan sementara oleh Badan Pengurus Cabang, dan bersangkutan

berhak membela diri di dalam Konperensi Cabang d. Dipecat dengan Keputusan Konperensi Cabang, dan bersangkutan berhak

membela diri dalam Kongres 4. Daftar anggota :

Page 36: GMKI Cabang Padang

36

Badan Pengurus Cabang sudah menyerahkan daftar anggota kepada Pengurus Pusat sekurang-kurangnya satu kali dalam dua tahun, yang diserahkan selambat-lambatnya tiga bulan sebelum Kongres

Pasal 3

KONGRES 1. Kongers berlangsung dengan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya

setengah ditambah satu dari jumalh seluruh utusan yang ditentukan 2. Utusan-utusan yang menghadiri Kongres mewakili cabang yang badan

pengurus cabangnya sudah dilantik dan disahkan oleh Pengurus Pusat 3. Jumlah utusan cabang yang menghadiri Kongres diutus sebagai berikut :

25-100 orang anggota diwakili oleh 2 orang utusan 101-200 orang anggota diwakili oleh 3 orang utusan 201-300 orang anggota diwakili oleh 4 orang utusan 301-500 orang anggota diwakili oleh 5 orang utusan 501-700 orang anggota diwakili oleh 6 orang utusan 701-950 orang anggota diwakili oleh 7 orang utusan 951-1.250 orang anggota diwakili oleh 8 orang utusan 1.251-1.750 orang anggota diwakili oleh 9 orang utusan 1.751 dst orang anggota diwakili oleh 10 orang utusan

4. Kongres dipimpin oleh Majelis Ketua yang terdiri dari utusan-utusan dan unsur Pengurus Pusat yang dipilih oleh Kongres

5. Kongres bertugas : a. Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga organisasi b. Menilai laporan umum Pengurus Pusat c. Menetapkan garis besar program dan garis besar orgasnisasi,

kebijaksanaan umum dan anggaran pendapatan dan belanja organisasi d. Memilih Pengurus Pusat

Pasal 4 PENGURUS PUSAT

1. Pemgurus Pusat sekurang-kurangnya terdiri dari lima orang, yaitu Ketua Umum, Sekretaris Umum, Bendahara Umum, dan dua orang anggota

2. Anggota Pengurus Pusat adalah warga negara Indonesia dan beragama Kristen

3. a. Pengurus Pusat dipilih oleh Kongres dengan sistem pemilihan langsung dan/atau pemilihan formatur c. Susunan Pengurus Pusat yang dibentuk oleh formatur harus sudah

dikirimkan kepada cabang-cabang selambat-lambatnya dua bulan setelah Kongres

d. Selama Pengurus Pusat yang baru belum terbentuk, maka Pengurus Pusat yang lama tetap bertanggung jawab

4. a. Pengurus Pusat bertanggung jawab kepada Kongres c. Pengurus Pusat mempersiapkan Kongres

5. Ketua Umum dan Sekretaris Umum Pengurus Pusat mewakili organisasi ke dalam dan ke luar

6. Pengurus Pusat dapat membentuk dan membubarkan badan pembantu yang berupa komisi, panitia khusus bagi kelancaran pekerjaannya

Page 37: GMKI Cabang Padang

37

c. pengurus Pusat dapat mengangkat dan membebaskan anggota dan staf yang ditempatkan dalam badan pembantu tersebut

7. Pengurus Pusat bersidang sekurang-kurangnya dua kali dalam setahun 8. Pergantian Pengurus Pusat harus disertai dengan serah terima yang

selengkap-lengkapnya

Pasal 5 KONPERENSI CABANG

1. Konperensi Cabang dipimpin oleh Majelis Ketua yang terdiri dari anggota-anggota yang dipilih oleh Konperensi Cabang

2. Konperensi Cabang bertugas : a. Menilai laporan Badan Pengurus Cabang dalam melaksanakan keputusan

Kongres, Keputusan Pengurus Pusat, dan Keputusan Konperensi Cabang b. Menyusun Program Kerja, menetapkan struktur, kebijaksanaan dan

anggaran pendapatan dan belanja cabang c. Menetapkan masa kerja kepengurusan dan memilih Badan Pengurus

Cabang 3. Konperensi Cabang bertanggung jawab kepada Pengurus Pusat melalui Badan

Pengurus Cabang

Pasal 6 BADAN PENGURUS CABANG

1. Badan Pengurus Cabang sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang yaitu Ketua, Sekretaris, dan Bendahara

2. Anggota Badan Pengurus Cabang adalah warga negara Indonesia dan beragama Kristen

3. Badan Pengurus Cabang dipilih oleh Konperensi Cabang dengan sistem pemilihan langsung dan/atau formatur. Susunan Badan Pengurus Cabang yang telah terbentuk dilantik dan disahkan oelh Pengurus Pusat dan harus dikirimkan kepada anggota selambat-lambatnya dua bulan setelah pemilihan berlangsung

4. Badan Pengurus Cabang bertanggung jawab kepada Konperensi Cabang dan Pengurus Pusat Badan Pengurus Cabang mempersiapkan Konperensi Cabang

5. Badan Pengurus Cabang bersidang sekurang-kurangnya satu kali dalam dua bulan

6. Pergantian Badan Pengurus Cabang harus disertai dengan serah terima yang selengkap-lengkapnya

Pasal 7

SAHNYA PERSIDANGAN Persidangan sah untuk mengambil keputusan apabila jumlah yang hadir sekurang-kurangnya setengah ditambah satu orang dari seluruh anggota persidangan

Page 38: GMKI Cabang Padang

38

Pasal 8 PEMBENTUKAN DAN PEMBUBARAN CABANG

1. Pembentukan dan pembubaran cabang dilakukan oleh Pengurus Pusat, diberitahukan kepada cabang-cabang dan dilaporkan kepada Kongres

2. Pembentukan cabang dilakukan melalui persyaratan : a. Di kota yang terdapat perguruan tinggi b. Sekurang-kurangnya terdapat kesediaan dua puluh lima orang mahasiswa

untuk menjadi anggota dan masing-masing mengajukan permohonan kepada Pengurus Pusat

c. Sudah mendapat bimbingan sekurang-kurangnya enam bulan dari cabang yang berdekatan

3. Pembubaran cabang dilakukan melalui persyaratan : a. Apabila di kota tersebut tidak terdapat lagi perguruan tinggi b. Apabila jumlah anggota kurang dari 25 orang c. Titik a dan b yang termaktub diatas adalah atas sepengetahuan dua

cabang berdekatan 4. Semua akibat pembubaran cabang menjadi tanggung jawab Pengurus Pusat

bersama-sama dengan dua cabang yang berdekatan

Pasal 9 PERBENDAHARAAN

1. Anggota diwajibkan membayar iuran atau donasi menurut jumlah yang ditetapkan oleh Kongres

2. Cabang diwajibkan sekurang-kurangnya satu kali dalam emapat bulan menyerahkan sebagian dari iuran atau donasi dan pendapatan lainnya kepada Pengurus Pusat menurut jumlah yang ditetapkan oleh Kongres

3. Kongres membentuk Badan Pemeriksa Keuangan yang anggotanya terdiri dari wakil cabang-cabang untuk memeriksa keuangan Pengurus Pusat dan hasil pemeriksaan tersebut dilaporkan kepada Kongres Badan Pemeriksa Keuangan berkerja secara berkala selama masa kerja Pengurus Pusat di antar dua Kongres Kongres menetapkan pedoman kerja Badan Pemeriksa Keuangan

Pasal 10

LAMBANG DAN MARS 1. Organisasi ini mempunyai lambang dan mars 2. Lambang organisasi terdiri dari :

a. Bendera b. Panji c. Topi d. Lencana e. Pita kepengurusan

3. Bendera organisasi : a. Dibuat dari kain berwarna biru laut b. Berbentuk empat segi panjang dengan perbandingan tiga berbanding dua

Di tengah-tengah terdapat gambar GMKI berwarna putih yang terlihat jelas pada kedua sisinya (dengan tulisan terbalik pada salah satu sisinya) Perbandingan tinggi lambang dan lebar bendera adalah satu banding dua

c. Dipergunakan dalam upacara resmi baik bersifat umum, maupun bersifat khusus organisasi bersama-sama dengan bendera Merah Putih

Page 39: GMKI Cabang Padang

39

(1) Dalam upacara tingkat nasional atau daerah (regional) digunakan bendera umum organisasi (bendera GMKI) yang berukuran 270 x 180 cm

(2) Dalam upacara tingkat lokal (cabang) dipergunakan bendera cabang yang berukuran 135 x 90 cm

(3) Bendera Merah Putih yang dipergunakan bersama-sama bendera organisasi harus mempunyai ukuran yang sama

4. Panji organisasi : a. Dibuat dari kain dengan warna dasar abu-abu dan biru tua kehitam-

hitaman b. Tali pinggir (tepi) panji dibuat dari kain berwarna putih c. Rumbai-rumbai bawah berwarna putih d. Lebar panji 50 cm dengan perincian 15 cm abu-abu, 20 cm biru tua dan

15 cm abu-abu e. Tinggi panji dari puncak sampai ke ujung sudut di tengah 80 cm, tinggi

kedua sisi (tepi) 60 cm f. Tanda salib dan tulisan dibuat dengan warna putih

(1) Panji umum bertuliskan huruf GMKI berwarna putih di bawah tanda salib

(2) Panji cabang bertuliskan huruf GMKI di atas salib dan nama cabang di bawah tanda salib

5. Topi organisasi : a. Bentuk bundar (baret) dengan warna dasar biru tua kehitam-hitaman b. Memanjang dari muka ke belakang, di tengah-tengah topi diletakkan kain

berwarna abu-abu dengan lebar bagian muka 8 cm dan lebar bagian belakang 6 cm

c. Pada topi organisasi hanya dapat dikenakan lencana organisasi yang berbentuk lambang GMKI yang berwarna putih olgam, biru tua dan abu-abu, berukuran (tinggi) 4 cm pada bagian muka yang berwarna abu-abu

d. Dipergunakan dalam setiap kegiatan organisasi baik bersifat umum maupun yang bersifat khusus organisasi

6. Lencana Organisasi : a. Berbentuk perisai (segi lima) dan dibuat dari logam b. Di tengah-tengah terletak tanda salib berwarna putih logam diatas dasar

cat biru tua c. Tepinya berwarna abu-abu dengan :

(1) Tulisan GMKI pada bagian atasnya (2) Tiga buah garis vertikal pada setiap sayap, di kanan dan di kiri, dan

garis yang terletak di tengah adalah yang terpanjang (3) Tulisan “Ut Omnes Unum Sint” melingkar dari kiri ke kanan, yang

masing-masing berwarna putih logam d. Terdiri dari tiga jenis, yaitu :

(1) Lencana dada, dengan tinggi 2,5 cm (2) Lencana topi, dengan tinggi 4 cm (3) Lencana pita kepengurusan (kordon), dengan tinggi 8 cm

e. Dipergunakan dengan ketentuan sebagai berikut : (1) Lencana dada dikenakan pada dada sebelah kiri (2) Lencana topi dikenakan pada baret (3) Lencana pita kepengurusan (kordon) di kenakan pada pita

kepengurusan (4) Penggunaan di luar ketentuan ini tidak diperkenankan

Page 40: GMKI Cabang Padang

40 7. Pita kepengurusan :

a. Dibuat dari kain berwarna biru tua dan abu-abu b. Lebar pita (kordon) untuk Pengurus Pusat 7 cm, dengan perincian : 3,5 cm

biru tua dan 3,5 cm abu-abu c. Lebar pita kepengurusan (kordon) untuk Badan Pengurus Cabang 4,5 cm

dengan perincian : 1,5 cm abu-abu, 1,5 cm biru tua dan 1,5 cm abu-abu d. Dipergunakan melingkari leher dan pada kedua ujungnya diletakkan

lencana pita kepengurusan (kordon) berukuran 8 cm pada bagian muka Bagi Pengurus Pusat warna biru tua terletak di sebelah dalam

e. Panjang pita (kordon) 120 cm f. Dipergunakan Pengurus Pusat dan Badan Pengurus Cabang dalam :

(1) Upacara resmi organisasi atau lembaga lain selaku wakil organisasi (2) Upacara resmi organisasi tingkat lokal (cabang), daerah (regional)

maupun nasional 8. Mars GMKI adalah lagu “MARS GMKI” yang disahkan dalam Kongres X pada

tahun 1965 di Manado

Pasal 11 TINGKAT KEPUTUSAN ORGANISASI

1. Organisasi ini mempunyai tingkat keputusan dengan urutan dari yang tertinggi sampai terendah sebagai berikut : a. Anggaran Dasar b. Anggaran Rumah Tangga c. Keputusan Kongres d. Keputusan Pengurus Pusat e. Keputusan Konperensi Cabang f. Keputusan Badan Pengurus Cabang

2. Keputusn yang lebih rendah tunduk kepada keputusan yang lebih tinggi sesuai dengan tingkat keputusan organisasi

Pasal 12 PENUTUP

Hal-hal yang belum tercantum dalam Anggaran Runah Tangga ini diatur oleh Keputusan Kongres, Keputusan Pengurus Pusat, Keputusan Konperensi Cabang, Keputusan Badan Pengurus Cabang. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga GMKI ini di tetapkan oleh Kongres Nasional XXIX GMKI pada tanggal 14 Desember 2004 di Pematang Sinatar, Sumatera Utara.

Page 41: GMKI Cabang Padang

41

PERATURAN ORGANISASI Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia

Pasal 1 KETENTUAN UMUM

1. Pengertian tentang Peraturan Organisasi GMKI adalah suatu peraturan yang mengatur serta mengikat semua anggota dan alat perlengkapan organisasi termasuk mekanisme kerjanya yang belum diatur dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga GMKI dan Keputusan Kongres

2. Fungsi Peraturan Organisasi GMKI adalah untuk memberikan keseragaman interpretasi terhadap konstitusi organisasi sehingga terwujud pemerataan tindak kerja sluruh aparat organisasi sesuai aturan-aturan dalam konstitusi organisasi

Pasal 2

KEANGGOTAAN 1. Anggota biasa :

a. Anggota biasa diterima oleh Badan Pengurus Cabang melalui Masa Perkenalan

b. Anggota biasa yang diterima ialah mereka yang mengikuti acara Masa Perkenalan yang kriterianya diatur oleh Badan Pengurus Cabang

c. Anggota biasa yang diterima diwajibkan untuk menandatangani formulir kesediaan menjadi anggota GMKI dengan menerima Visi dan Misi serta bersedia menjalankan Usaha Organisasi

d. Pada kondisi cabang yang tidak memungkinkan melaksanakan Masa Perkenalan, Pengurus Pusat dapat mengambil peran dalam proses penerimaan anggota biasa

e. Anggota biasa dapat pindah dan diterima di cabang GMKI lain dengan menunjukkan surat keterangan pindah dari cabang asal

2. Anggota luar biasa : a. Bekas anggota biasa otomatis menjadi anggota luar biasa b. Bekas mahasiswa dan mahasiswa yang tidak memenuhi syarat anggota

biasa dapat mengajukan permohonan tertulis untuk menjadi anggota luar biasa GMKI kepada Badan Pengurus Cabang dan penerimaannya diputuskan oleh Badan Pengurus Cabang

c. Anggota luar biasa yang pindah dapat dihubungi atau memberitahukan kepada Badan Pengurus Cabang terdekat

3. Anggota kehormatan : a. Ketentuan untuk menjadi anggota kehormatan GMKI adalah warga negara

Indonesia b. Tokoh Nasional dan/atau tokoh Gerejawi serta mempunyai andil yang

besar dalam perjuangan untuk menegakkan Visi, Misi dan Eksistensi GMKI

c. Pengusulan anggota kehormatan diusulkan oleh Badan Pengurus Cabang secara tertulis kepada Pengurus Pusat untuk dipelajari dan dibahas dalam persidangan Pengurus Pusat dan kemudian dilaporkan kepada Kongres

4. Anggota penyokong : a. Anggota penyokong GMKI tidak pernah menjadi anggota biasa GMKI

Page 42: GMKI Cabang Padang

42

b. Anggota penyokong dalam memberitahukan bantuan sifatnya tidak mengikat organisasi

c. Apabila dalam tiga kali jadwal yang sudah ditentukan, anggota penyokong tidak memberikan bantuannya kepada organisasi tanpa alasan yang jelas maka Badan Pengurus Cabang dapat membebaskan status keanggotaannya

5. Daftar anggota : a. Daftar anggota yang wajib diserahkan Badan Pengurus Cabang kepada

Pengurus Pusat adalah daftar anggota yang sekurang-kurangnya menjelaskan tentang nama anggota, status kemahasiswaan (asal perguruan tinggi, jurusan/departemen dan fakultas) dan tahun penerimaannya sebagai anggota GMKI

b. Apabila dalam waktu tiga bulan sebelum Kongres, Badan Pengurus Cabang tidak menyerahkan daftar anggotanya, maka Pengurus Pusat dapat memutuskan jumlah utusan cabang untuk menghadiri Kongres

Pasal 3

PENGURUS PUSAT 1. Pengurus Pusat mempersiapkan Kongres dengan tahapan sebagai berikut :

a. Membentuk dan melantik Panitia Nasional Kongres GMKI b. Menyampaikan waktu pelaksanaan Kongres dan batas waktu penyampaian

daftar anggota ke cabang-cabang selambat-lambatnya empat bulan sebelum Kongres

c. Menetapkan jumlah utusan cabang yang menghadiri Kongres d. Memanggil cabang untuk menghadiri Kongres selambat-lambatnya dua

bulan sebelum Kongres e. Mempersiapkan rancangan-rancangan yang diperluakan dalam

pelaksanaan Kongres f. Mempersiapkan Laporan Umum Pengurus Pusat g. Membuka persidangan Kongres h. Mempimpin pemilihan Majelis Ketua berdasarkan tata cara pemilihan

Majelis Ketua yang ditetapkan Kongres sebelumnya 2. Anggota GMKI yang menghadiri Kongres tapi bukan utusan cabang dapat

ditetapkan oleh Pengurus Pusat sebagai undangan dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat

3. Serah terima Pengurus Pusat dilaksanakan selengkap-lengkapnya termasuk inventarisasi kekayaan organisasi

Pasal 4 KONPERENSI CABANG

1. Konperensi Cabang berlangsung sekurang-kurangnya satu kali dalam dua tahun

2. Pelaksanaan Konperensi Cabang : a. Badan Pengurus Cabang mengundang anggota untuk mendaftarkan diri

sebagai peserta Konperensi Cabang selambat-lambatnya satu bulan sebelum Konpernsi Cabang

b. Jumlah peserta sekurang-kurangnya dua per tiga dari jumlah peserta yang mendaftarkan diri. Dan jumlah peserta yang hadir sekurang-kurangnya dua puluh lima orang

c. Pendaftaran ditutup selambat-lambatnya sebelum pengesahan Konperensi Cabang

Page 43: GMKI Cabang Padang

43 3. Pelaksanaan Konperensi Cabang yang memiliki Komisariat adalah sebagai

berikut : a. Konperensi Cabang berlangsung atas panggilan Badan Pengurus Cabang

atau atas permintaan sekurang-kurangnya dua per tiga dari jumlah anggota biasa yang disalurkan dan disetujui Pengurus Komisariat

b. Badan Pengurus Cabang mengundang Komisariat untuk mendaftarkan diri sebagai peserta Konperensi Cabang

c. Konperensi Cabang berlangsung SAH apabila dihadiri sekurang-kurangnya setenagh ditambah satu jumalh Komisatiat. Dan sekurang-kurangnya setengah ditambah satu jumalh utusan Komisariat

d. Ketentuan tentang kehadiran anggota sebagai perwakilan tiap komisariat atau utusan komisariat dalam Konperensi Cabang diatur oleh cabang yang bersangkutan

e. Pendaftaran bagi komisariat ditutup selambat-lambatnya sebelum pengesahan Konperensi Cabang

4. Perubahan masa kerja kepengurusan : a. Perubahan masa kerja kepengurusan harus melalui proses pengkajian

yang mendalam terhadap kondisi objektif cabang oleh Badan Pengurus Cabang dan disampaikan kepada anggota atau komisariat selambat-lambatnya satu bulan sebelum Konperensi Cabang

b. Keputusan pengesahan perubahan masa kerja kepengurusan harus disepakati 2/3 jumlah peserta Konperensi Cabang

5. Persidangan Konperensi Cabang : a. Badan Pengurus Cabang membuka persidangan Konperensi Cabang dan

mempimpin pemilihan Majelis Ketua b. Konperensi Cabang dipimpin oleh Majelis Ketua yang terdiri dari unsur

Badan Pengurus Cabang dan peserta yang dipilih oleh Konperensi Cabang c. Unsur Badan Pengurus Cabang ditunjuk oleh Badan Pengurus Cabang

dan ditetapkan oleh Konperensi Cabang 6. Konperensi Cabang berlangsung atas permintaan anggota/komisariat apabila

: a. Badan Pengurus Cabang dalam menjalankan usaha-usaha organisasi

telah menyimpang dari asas, visi dan misi organisasi b. Badan Pengurus Cabang telah menyimpang dari Keputusan Kongres,

Keputusan Pengurus Pusat dan Keputusan Konperensi Cabang 7. Konperensi Cabang atas permintaan anggota/komisariat ditentukan oleh

Pengurus Pusat

Pasal 5 BADAN PENGURUS CABANG

1. Badan Pengurus Cabang mempersiapkan tugas-tugas Konperensi Cabang dan menetapkan waktu pelaksanaan Konperensi Cabang

2. Pelantikan dan serah terima Badan Pengurus Cabang : a. Badan Pengurus Cabang dilantik oleh Pengurus Pusat atau mandataris

yang ditunjuk oleh Pengurus Pusat b. Naskah serah terima ditulis diatas kertas bermaterai dan ditandatangani

oleh Badan Pengurus Cabang Demisioner, Badan Pengurus Cabang terpilih, dan Pengurus Pusat sebagai saksi

c. Badan Pengurus Cabang Demisioner tetap bertanggung jawab sampai dilakukannya serah terima

3. Pergantian Antar Waktu Fungsionaris Badan Pengurus Cabang :

Page 44: GMKI Cabang Padang

44

a. Pergantian antar waktu fungsionaris Badan Pengurus Cabang termasuk penanggung jawab Pengurus Cabang dapat dilakukan apabila yang bersangkutan meninggal dunia atau berhalangan tetap, mengundurkan diri, kurang aktif atau melanggar aturan organisasi dan disampaikan kepada Pengurus Pusat

b. Pergantian antar waktu fungsionaris Badan Pengurus Cabang harus atas persetujuan Pengurus pusat

c. Calon pengganti fungsionaris Badan Pengurus Cabang diusulkan oleh Badan Pengurus Cabang kepada Pengurus Pusat untuk dipelajari, dipertimbangkan dan diputuskan

d. Usulan pergantian antar waktu harus disertai dengan data-dat/kronologis yang terjadi sehingga Badan Pengurus Cabang perlu untuk mengusulkan pergantian antar waktu

e. Apabila Pengurus Pusat memutuskan untuk tidak menerima pergantian fungsionaris Badan Pengurus Cabang tersebut, maka fungsionaris tersebut masih sah sebagai Badan Pengurus Cabang

4. Rangkap jabatan : a. Seluruh fungsionaris Badan Pengurus Cabang tidak diperkenankan

rangkap jabatan di dalam organisasi b. Penanggung jawab cabang tidak diperkenankan rangkap jabatan di luar

organisasi 5. Masa kerja Badan Pengurus Cabang terhitung mulai tanggal berakhirnya

pelaksanaan Konperensi Cabang 6. Pengurus Pusat dapat menunjuk “Care Taker” Badan Pengurus Cabang

apabila : a. Kelender konstitusi telah berakhir sedangkan Konperensi Cabang belum

dilaksanakan b. Badan Pengurus Cabang menyimpang dari asas, visi dan misi organisasi,

dari Keputusan Kongres, Keputusan Pengurus Pusat, dan Keputusan Konperensi Cabang

7. Badan Pengurus Cabang hanya diperkenankan mengeluarkan sikap dan pernyataan keluar meliputi ruang lingkup lokal medan pelayanannya yang tidak bertentangan dengan kebijakan organisasi dan harus dilaporkan kepada Pengurus Pusat

Pasal 6 PEMBENTUKAN DAN PEMBUBARAN CABANG

1. Pembentukan cabang harus mempertimbangkan keberadaan perguruan tinggi dan kondisi masyarakat disekitarnya yang mendukung eksistensi cabang

2. Apabila ada kesediaan mahsiswa di suatu kota untuk menjadi anggota GMKI tetapi sulit didirikan cabang GMKI, maka mahasiswa tersebut dapat diterima menjadi anggota GMKI dari cabang terdekat dan menjadi bagian dari cabang yang menerimanya

Pasal 7

KOMISARIAT 1. Dalam rangka memudahkan koordinasi terhadap anggota Badan Pengurus

Cabang dapat membentuk komisariat sebagai alat pembinaan dan pelayanan yang membantu Badan Pengurus Cabang

Page 45: GMKI Cabang Padang

45 2. Pembentukan komisariat dapat berdasarkan pengelompokan tempat kuliah

dan/atau berdasarkan pengelompokan wilayah serta tempat tinggal 3. Pemberian nama komisariat ditentukan sendiri oleh komisariat yang

bersangkutan atau bersama-sama dengan Badan Pengurus Cabang 4. Pengurus Komisariat dilantik dan disahkan oleh Badan Pengurus Cabang 5. Pengurus Komisariat tidak dapat mewakili organisasi keluar 6. Pengurus Komisariat tidak diperkenankan menerima anggota 7. Persyaratan lain tentang pembentukan, pembubaran dan mekanisme kerja

pengurus komisariat diatur oleh cabang yang bersangkutan

Pasal 8 LAMBANG DAN MARS

1. Lambang yang dapat digunakan sesuai dengan Anggaran Rumah Tangga GMKI Pasal 10 baik dalam jenis, bentuk, ukuran, gambar, bahan, dan warna

2. Lambang organisasi digunakan dalam upacara resmi yang bersifat umum, terdiri dari : a. Upacara rsemi bersifat umum intern organisasi, yaitu upacara peringatan

hari Proklamasi dan hari-hari nasional lainnya b. Upacara resmi bersifat umum ekstern organisasi, yaitu upacara di luar

orgasnisasi yang dihadiri oleh GMKI 3. Lambang organisasi digunakan dalam upacara resmi yang bersifat khusus

organisasi yaitu : a. Upacara Dies Natalis b. Upacara Pembukaan dan/atau Penutupan Program GMKI c. Upcara Pelantikan atau Serah Terima

4. Kedudukan lambang organisasi GMKI dalam upacara resmi bersifat umum ekstern organisasi harus setara dengan kedudukan lambang orgasnisasi lain yang sederajat

5. Bendera orgasnisasi ditempatkan di sebelah kiri bendera nasional] 6. Panji organisasi ditempatkan di depan mimbar diantara bendera GMKI dan

bendera nasional 7. Pada waktu menyanyikan Mars GMKI semua hadirin diwajibkan untuk berdiri

dalam sikap sempurna

Pasal 9 MEKANISME PROTOKOLER

1. Mekanisme protokoler digunakan dalam upacara-upacar resmi 2. Tata urutan upacara resmi yang bersifat umum intern organisasi adalah

sebagai berikut : a. Kebaktian b. Upacara Nasioanal yang terdiri dari menyanyikan lagu kebangsaan

Indonesia Raya dan Mengheningkan Cipta (berdiri) c. Upacara Organisasi yang terdiri dari :

- Menyanyikan lagu Mars GMKI (berdiri) - Pembacaan Pembukaan Anggaran Dasar GMKI (duduk)

d. Sambutan-sambutan e. Penutup

3. Tata urutan upacara resmi yang bersifat khusus orgasnisasi adalah sebagai berikut : a. Kebaktian

Page 46: GMKI Cabang Padang

46

b. Upacara Nasional yang terdiri dari menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mengheningkan Cipta (berdiri)

c. Upacara Organisasi yang terdiri dari : - Menyanyikan lagu Mars GMKI (berdiri) - Pembacaan Pembukaan Anggaran Dasar GMKI (duduk)

d. Acara khusus organisasi e. Pidato f. Sambutan-sambutan g. Penutup

4. Upacara resmi orgasnisasi diawali dengan prosesi

Pasal 10 HAL MEWAKILI ORGANISASI

1. Pengurus Pusat mewakili organisasi dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh orgasnisasi/lembaga/instansi lain di tingkat nasional dan internasional yang mengundang GMKI

2. Mewakili organisasi dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi/lembaga/instansi lain setinggi-tingginya setaraf daerah provinsi yang mengundang GMKI, adalah Koordinator Wilayah dan/atau Badan Pengurus Cabang dibawah koordinasi unsur Pengurus Pusat di wilayah

3. Bila dalam suatu daerah provinsi atau daerah kabupaten/kotamadya terdapat lebih dari satu cabang GMKI maka semua cabang di daerah tersebut mempunyai status dan hak yang sama untuk mewakili organisasi di bawah koordinasi unsur Pengurus Pusat di wilayah

Pasal 11 PENUTUP

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Organisasi ini, akan diatur dalam keputusan-keputusan Pengurus Pusat yang lain, Keputusan Konperensi Cabang dan Keputusan Badan Pengurus