edema

24
0 ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN CONGENITAL HEART DISEASES (CHD) Oleh: Tim Keperawatan Anak Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Daftar isi Definisi .................................................................................................... 1 Etiologi ................................................................................................... 1 Tanda Dan Gejala ................................................................................. 3 Klasifikasi............................................................................................... 4 Komplikasi ............................................................................................. 14 Patofisiologi ............................................................................................ 15 Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 15 Proses Keperawatan.............................................................................. 16 Daftar Pustaka....................................................................................... 22

Upload: ayud

Post on 07-Jun-2015

5.237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: edema

0

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

CONGENITAL HEART DISEASES (CHD)

Oleh: Tim Keperawatan Anak

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Daftar isi

Definisi.................................................................................................... 1

Etiologi ................................................................................................... 1

Tanda Dan Gejala ................................................................................. 3

Klasifikasi............................................................................................... 4

Komplikasi ............................................................................................. 14

Patofisiologi............................................................................................ 15

Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 15

Proses Keperawatan.............................................................................. 16

Daftar Pustaka....................................................................................... 22

Page 2: edema

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

CONGENITAL HEART DISEASES

(CHD)

A. Definisi

Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung

congenital adalah kelainan jantung yang sudah ada sejak bayi lahir,

jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir. Tetapi kelaianan

jantung bawaan ini tidak selalu member! gejala segera setelah bayi

lahir; tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien

berumur beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun (Ngastiah)

B. Etiologi

Penyebab penyakit jantung congenital berkaitan dengan

kelainan perkembangan embrionik, pada usia lima sampai delapan

minggu, jantung dan pembuluh darah besar dibentuk. Gangguan

perkembangan mungkin disebabkan oleh factor-faktor prenatal seperti

infeksi ibu selama trimester pertama. Agen penyebab lain adalah

rubella, influenza atau chicken fox. Factor-faktor prenatal seperti ibu

yang menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan pada insulin

serta factor-faktor genetic juga berpengaruh untuk terjadinya penyakit

jantung congenital. Selain factor orang tua, insiden kelainan jantung

juga meningkat pada individu. Fackor-faktor lingkungan seperti

radiasi, gizi ibu yang jelek, kecanduan obat-obatan dan alcohol juga

mempengaruhi perkembangan embrio.

Page 3: edema

2

Cardiac Development

Multiple genes

Environmental factors

Hemodynamic factors

Possibility of deformation, disruption,and dysplasia

Cardiac Developmental Mechanism

Normal Developmental Genes

Page 4: edema

3

C. Tanda dan Gejala

1. INFANTS:

1 Dyspnea

2 Difficulty breathing

3 Pulse rate over 200 beats/mnt

4 Recurrent respiratory infections

5 Failure to gain weight

6 Heart murmur

7 Cyanosis

8 Cerebrovasculer accident

9 Stridor and choking spells

2. Children

1 Dyspnea

2 Poor physical development

3 Decrease exercise tolerance

4 Recurrent respiratory infections

5 Heart murmur and thrill

6 Cyanosis

7 Squatting

8 Clubbing of fingers and toes

9 Elevated blood pressure

Gambar Clubbing Fingers

Page 5: edema

4

D. Klasifikasi

Terdapat berbagai cara penggolongan penyakit jantung

congenital. Penggolongan yang sangat sederhana adalah

penggolongan yang didasarkan pada adanya sianosis serta

vaskuiarisasi paru.

1. Penyakit Jantung bawaan (PJB) non sianotik dengan vaskularisasi

paru bertambah, misalnya defek septum (DSV), defek septum

atrium (DSA), dan duktus arteriousus persisten (DAP)

2. PJB non sianotik dengan vaskularisasi paru normal. Pada penggolongan ini

termasuk stenosis aorta(SA),stenosis pulmonal (SP) dan koarktasio aorta

3. Pjb sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada penggolongan ini yang

paling banyak adalah tetralogi fallot (TF)

4. Pjb sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya transposisi arteri

besar (TAB)

PJB Non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah

Terdapak detek pada septum ventrikel, atrium atau duktus yang tetap terbuka

menyebabkan adanya pirau (kebocoran) darah dari kiri ke kanan karena tekanan

jantung dibagian kiri lebih tinggi daripada dibagian kanan.

1. Defek septum ventrikel (DSV)

DSV terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya

darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada saat systole.

Page 6: edema

5

Manifestasi klinik

Pada pemeriksaan selain didapat pertumbuhan terhambat, anak terlihat pucat,

banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik. Diameter dada

bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. Tanda yang menojol adalah

nafas pendek dan retraksi pada jugulum, seia intrakostal dan region epigastrium.

Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinamik.

Penatalaksanaan

Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk mengatasi

gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretic, misalnya lasix. Bila obat

dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernafasan dan

bertambahnya berat badan, rnaka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun.

Tindakan bedah sangat menolong karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup

berkurang.

Page 7: edema

6

2. Defek septum atrium

Kelainan septum atrium disebabkan dari suatu lubang pada foramen ovale atau

pada septum atrium. Tekanan pada foramen ovale atau septum atrium,tekanan

pada sisi kanan jantung meningkat.

Manifesfasi klinik

Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran

pernafasan atas. Mungkin ditemukan adanya murmur jantung. Pada foto rongent

ditemukan adanya pembesaran jantung dan diagnosa dipastikan dengan

kateterisasi jantung.

Type ASD

(a) (b)

Gambar: (a) ASD sekundum, (b) ASD primum, (c) ASD tipe sinus venosus (Dimodifikasi dari: www.meridianhealth.com/healthcontent/images)

Penatalaksanaan

Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau dipasang suatu

graft pembedahan jantung terbuka, dengan prognosis baik.

Page 8: edema

7

3. Duktus Arteriosus Persisten

DAP adalah terdapatnya pembuluh darah fetal yang menghubungkan

percabangan arteri pulmonalis sebelah kiri (left pulmonary artery) ke aorta

desendens tepat di sebelah distal arteri subklavikula kiri. DAP terjadi bila duktus

tidak menutup bila bayi lahir. Penyebab DAP bermacam-macam, bisa karena

infeksi rubella pada ibu dan prematuritas.

Manifestosi klinik

Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti

mendengkur, tacipnea dan retraksi. Sejalan dengan pertumbuhan

anak, maka anak akan mengalami dispnea, jantung membesar,

hipertropi ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung terhadap

penigkatan volume darah, adanya tanda machinery type .murmur

jantung akibat aliran darah turbulen dari aorta melewati duktus

menetap. Tekanan darah sistolik mungkin tinggi karena pembesaran

ventrikel kiri.

Penatalaksanaan

Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan

biasanya diobati dengan aspirin atau idomethacin yang menyebabkan

kontraksi otot lunak pada duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-5

tahun, cukup kuat untuk dilakukan operasi.

Page 9: edema

8

Penyakit jantung bawaan non sianotik dengan vaskularisasi paru normal

1. Stenosis aorta

Pada kelainan ini striktura terjadi diatas atau dibawah katup aorta. Katupnya sendiri

mungkin terkena atau retriksi atau tersumbat secara total aliran darah.

Manifestosi klinik

Anak menjadi kelelahan dan pusing sewaktu cardiac output menurun, tanda-tanda

ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak

terp[enuhi, hal ini menjadi serius dapat rnenyebabkan kematian, ini juga

ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum,

diagnosa ditegakan berdasarkan gambaran ECG yang menunjukan adanya

hipertropi ventrikel kiri, dan dari kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.

Penatalaksanaan

Stenosis dihilangkan dengan insisi pada katup yang dilakukan pada saat anak mampu

dilakukan pembedahan tx

Page 10: edema

9

2. Stenosis pulmonal

Kelainan pada stenosis pulmonik, dijumpai adanya striktura pada

katup, normal tetapi puncaknya menyatu.

Manifestasi klinik

Tergantung pada kondisis stenosis. Anak dapat mengalami dyspne dan

kelelahan, karena aliran darah ke paru-paru tidak adekuat untuk

mencukupi kebutuhan O2 dari cardiac output yang meingkat. Dalam

keadaan stenosis yang berat, darah kembali ke atrium kanan yang

dapat rnenyebabkan kegagalan jantung kongesti. Stenosis ini

didiagnosis berdasarkan murmur jantung sistolik, ECG dan kateterisai

jantung.

Penatalaksanaan

Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukan

pada saat anak berusia 2-3 tahun.

Page 11: edema

10

3. Koarktasio Aorta

Kelaianan pada koartasi aorta, aorta berkontriksi dengan beberapa cara. Kontriksi

mungkin proksimal atau distal terhadap duktus arteiosus. Kelaianan ini biasanya

tidak segera diketahui, kecuali pada kontriksi berat. Untuk itu penting meiakukan

skrening anak saat memeriksa kesehatannya, khususnya bila anak mengikuti

kegiatan-kegiatan olah raga.

Manifestasi klinik

Ditandai dengan adanya kenaikan tekanan darah, searah proksimal pada kelainan

dan penurunan secara distal. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada

kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan

femoral. Kadang-kadang dijumpai adanya murmur jantung lemah dengan

frekuensi tinggi. Diagnosa ditegakkan dengan cartography.

Penatalaksanaan

Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty, pengangkatan bagian

aorta yang berkontriksi atau anastomi bagian akhir, atau dengan cara

memasukkan suatu graf.

Page 12: edema

11

Penyakit jantung bawaan sianotik dengan vaskularisai paru berkurang

Tetralogi fallot

Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri dari 4

kelainan yaitu: 1) stenosis pulmonal, 2) hipertropi ventrikel kanan, 3) kelainan

septum ventrikuler, 4) kelainan aorta yang menerima darajh dari ventrikel dan

aliran darah kanan ke kiri melalui kelainan septum ventrikel.

Gambar Tetralogy Of Fallot (Dimodifikasi dari: www.bristol-inquiry.org.uk)

Manifestasi klinik

Bayi baru lahir dengan TF menampakan gejala yang nayata yaitu adanya

cianosis, letargi dan lemah. Setain itu juga tampak tanda-tanda dyspne yang

kemudian disertai jari-jari clubbing, bayi berukuran kecil dan berat badan kurang.

Bersamaan dengan pertambahan usia, bayi diobservasi secara teratur, serta

diusahakan untuk mencegah terjadinya dyspne. Bayi mudah mengalami infeksi

saluran pernafasan atas. Diagnosa berdasarkan pada gejala-gejala klinis, mur-

murjaniung, ecg foto rongent dan kateterisai jantung.

Page 13: edema

12

Penatalaksanaan

Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk mernenuhi

peningkatan kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan. Pembedahan

berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk koreksi secara

permanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara Blalock-Tausing,

dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi sub ciavikula kanan atau arteri

karotis menuju arteri pulmonalis kanan. Secara Waterson dikerjakan pada

sisi ke sisi anastonosis dari aorta assenden, menuju arteri pulmonalis kanan,

tindakan ini meningkatakan darah yang teroksigenasi dan membebaskan

gejala-gejala penyakit jantung sianosis.

Page 14: edema

13

Penyakit jantung bawaan sianotik dengan vaskularisasi paru

bertambah

1. Transposisi arteri besar/ Transpotition Great artery (TGA)

Apabila pembuluh pembuluh darah besar mengalami transposisi

aorta, arteri aorta dan pulmonal secara anatomis akan terpengaruh. Anak

tidak akan hidup kecuali ada suatu duktus ariosus menetap atau kelainan

septum ventrikuler atau atrium, yang menyebabkan bercampurnya darah

arteri-vena.

Pada TGA terjadi perubahan tempat kelurnya posisi aorta dan

a.pulmonalis yakni aorta keluar dari ventrikel kanan dan terletak di sebelah

anterior a.pulmonalis, sedangkan a.pulmonalis keluar dari ventrikel kiri ,

terletak posterior terhadap aorta. Akibatnya aorta menerima darah v.

Sistemik dari vena kava, atriumkanan, ventrikel kanan dan darah diteruskan

ke sirkulasi sistemik. Sedang darah dari vena pulmonalis dialirkan ke

atrium kiri, ventrikel kiri dan diteruskan ke a. Pulmonalis dan seterusnya ke

paru.

Dengan demikian maka kedua sirkulasi sistemik dan paru tersebut

terpisah dan kehidupan hanya dapat berlangsung apabila ada komunikasi

antara 2 sirkulasi ini. Pada neonatus percampuran darah terjadi melalui

duktus arteriosus dan foramen ovale keatrium kanan. Pada umumnya

percampuran melalui duktus dan foramen ovale ini tidak adekuat, dan bila

duktus arteriosus menutup maka tidak terdapat percampuran lagi di tempat

tersebut, keadaan ini sangat mengancam jiwa penderita.

Page 15: edema

14

Manifesfasi klinik

Transposisi pembuluh-pembuluh darah ini tergantung pada adanya

kelainan atau stenosis. Stenosis kurang tampak apabila kelainan

merupakan PDA atau ASD atau VSD, tetapi kegagalan jantung akan

terjadi.

. ,

Penatalaksanaan

Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah. Pada saat

prosedur, suatu kateter balon dimasukan ketika kateterisasi jantung, untuk

memperbesar kelainanseptum intra arterial. Pada cara Blalock Halen dibuat

suatu kelainan septum atrium. Pada Edward vena pulmonale kanan. Cara

Mustard digunakan untuk koreksi yang permanent. Septum dihilangkan

dibuatkan sambungan sehingga darah yang teroksigenisasi dari vena

pulmonale kembali ke ventrikel kanan untuk sirkulasi tubuh dan darah tidak

teroksigenisasi kembali dari vena cava ke arteri pulmonale untuk keperluan

sirkulasi paru-paru. Kemudian akibat kelaianan ini telah berkurang secara

nyata dengan adanya koreksi dan paliatif.

E. Komplikasi

Pasien dengan penyakit jantung congenital teramcam mengalami

berbagai komplikasi antara lain:

1. Gagal jantung kongestif

2. Renjatan kardiogenik, Henti Jantung

3. Aritmia

4. Endokarditis bakterialistis

5. Hipertensi

6. Hipertensi pulmonal

7. Tromboemboli dan abses otak

Page 16: edema

15

F. Pafofisiologi

Kelainan jantung congenital menyebabkan dua perubahan hemodinamik

utama. Shunting atau percampuran darah arteri dari vena serta perubahan aliran

darah pulmonal dan tekanan darah. Nornalnya, tekanan pada jantung kanan lebih

besar daripada sirkulasi pulmonal. Shunting terjadi apabila darah mengalir melalui

lubang abnormal pada jantung sehat dari daerah yang bertekanan lebih tinggi ke

daerah yang bertekanan rendah, menyebabkan darah yang teroksigenisasi mengalir

ke dalam sirkulasi sistemik.

Aliran darah pulmonal dan tekanan darah meningkat bila ada keterlambatan

penipisan normal serabut otot lunak pada arteriola pulmonal sewaktu lahir.

Penebalan vascular meningkatkan resistensi sirkulasi pulmonal, aliran darah

pulmonal dapat melampaui sirkulasi sis dan aliran darah bergerakdari kanan

ke kiri.

Perubahan pada aliran darah, percampuran darah vena dan arteri, serta

kenaikan tekanan pulmonal akan meningkatkan kerja jantung.

Menifestasi dari penyakit jantug congenital yaitu adanya gagal jantung,

perfusi tidak adekuat dan kongesti pulmonal.

G. Pemeriksaan Penunjang

1 Gambaran ECG yang menunjukan adanya hipertropi ventrikel

kiri,kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.

2 Diagnosa ditegakkan dengan cartography,

3 Cardiac iso enzim (CPK & CKMB) meningkat

4 Roentgen thorax untuk melihat atau evaluasi adanya cardiomegali dan

infiltrate paru

Page 17: edema

16

PROSES KEPERAWATAN

Pengkajian

Riwayat keperawatan:

1 Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen

penyebab lain adalah rubella, influenza atau chicken pox.

2 Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan

ketergantungan pada insulin.

3 Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi

ibu, dan tidak kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.

4 Proses kelahiran atau secara alami ataua adanya factor-faktor

memperlama proses persalinan, penggunaan alat seperti vakum untuk

membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC.

5 Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga

lain yang juga mengalami kelainan jantung, untuk mengkaji adanya

factor genetic yang menunjang.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang

dilakukan terhadap pasien yang menderita penyakit jantung pada

umumnya. Secara spesifik data yang dapat ditemukan dari hasil pengkajian fisik

pada penyakit jantung congenital ini adalah:

Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang.

Anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.

Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. .

Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela

intrakostal dan region epigastrium.

Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.

Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan

atas

Page 18: edema

17

Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti

mendengkur, tacipnea dan retraksi.

Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan

kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya

murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum,

Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan

daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada

popliteal dan temoral.

Diagnosa keperawatan dan intervensi

1. Penurunan Cardiac Output b.d (berhubungan dengan) penurunan

kontraktilftas jantung, perubahan tekanan jantung.

Tujuan : pasien dapat mentoleransi gejala-gej'ala yang ditimbulkan akibat

penurunan curah jantung, dan setelah dilakukan tindakan keperawatan terjadi

peningkatan curah jantung sehingga kekeadaan normal.

Intervensi:

1 Monitor tanda-tanda vital

Rasional: permulaan terjadinya gangguan pada jantung akan ada perubahan

pada tanda-tanda vital seperti pernafasan menjadi cepat, peningkatan suhu, nadi

meningkat, peningkatan tekanan darah, semuanya cepat dideteksi untuk

penangan lebijh lanjut.

2 Informasikan dan anjurkan tentang pentingnya istirahat yang adekuat

Rasional: istirahat yang adekuat dapat meminimalkan kerja dari jantung dan

dapat mempertahankan energi yang ada.

3 Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi.

Rasional:meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokord untuk

melawan efek hipoksia/iskemia

Page 19: edema

18

4 Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis

Rasional: pucat menunjukan adanya penurunan perfusi sekunder

terhadap ketidakadekuatan curah jantung, vasokonstriksi dan anemi.

5 Kaji perubahan pada sensori, contoh letargi, bingung disorientasi cemas

Rasional: dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap

penurunan curah jantung.

6 Secara kolaborasi berikan tindakan farmakologis berupa digitalis; digoxin

Rasional: mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air, dan digoksin

meningkatkan kekuatan kontraksi miokard dan memperlambat frekuensi jantung

dengan menurunkan konduksi dan memperlama periode refraktori pada

hubungan AV untuk meningkatkan efisiensi curah jantung.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan

menyusu dan makan

Tujuan: anak dapat makan dan menyusu dan tidak terjadi penurunan berat

badan selama terjadi perubahan status nutrisi tersebut

Intervensi:

1 Anjurkan ibu untuk terus memberikan anak susu, walaupun sedikit tetapi sering

Rasional: air susu akan mempertahankan kebutuhan nutrisi anak

2 Jika anak menunjukan kelemahan akibat ketidak adekuatannya nutrisi yang

masuk maka pasang iv infuse

Rasional: infuse akan menambah kebutuhan nutria yang tidak dapat dipenuhi

melalui oral

3 Pada anak yang sudah tidak menyusui lagi maka berikan makanan dengan porsi

sedikit tapi sering dengan diet sesuai instruksi

Rasional: meningkatan intake, dan mencegah kelemahan.

4 Observasi selama pemberian makan atau menyusui

Rasional: selama makan atau menyusui mungkin dapat terjadi anak sesak crtau

tevsedak.

Page 20: edema

19

3. Nyeri; dada b.d Iskemia miokard

Tujuan : Menyatakan nyeri hilang

Intervensi:

1 Selidiki adanya keluhan nyeri, yang pada anak bisa ditunjukan dengan rewel

atau sering menangis

Rasional: perbedaan gej'ala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri.

Periiaku dan tanda vital membantu menentukan derajat atau adanya

ketidaknyamanan pasien.

2 Evaluasi respon terhadap obat/terapi yang diberikan

Rasional: penggunaan terapi obat dan dosis, catat nyeri yang tidak hilang atau

menurun dengan penggunaan nitrat.

3 Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktivitas anak sesuai kebutuhan

Rasional: aktivitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. contoh

kerja tiba-tiba, stress, makan banyak, terpaj'an dingin) dapat mencetuskan nyeri

dada.

4 Anjurkan ibu untuk setalu memberikan ketenangan pada anak

Rasional: ketenangan anak akan mengurangi stress yang dapat memperberat

nyeri yang dirasakan.

4. Penigkatan volume cairan tubuh b.d kongestif vena, penurunan fungsf ginja!

Tujuan : menunjukan keseimbangan masukan dan keluaran, berat badan stabil,

tanda-tanda vital dalam rentang normal, tidak terjadinya edema.

Intervensi:

1 Pantau pemasukan dan pengeluaran, catat keseimbangan cairan, timbang

berat badan anak setiap hari

Rasiona!: penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dan

keefektifan terapi diuretic. Keseimbangan cairan berlanjut dan berat badan

meningkat menujukan makin buruknya gagal jantung.

Page 21: edema

20

2 Kaji adanya edema periorbital, edema tangan dan kaki, hepatomegali, rales,

ronchi, penambahan berat badan

Rasional: menunjukan kelebihan cairan tubuh.

3 Secara kolaborasi berikan diuretic contoh furosemid sesuai indikasi

Rasional: menghambat reabsorsi natrium, yang menigkatkan eksresi cairan dan

menurukan kelebihan cairan total tubuh. Berikan batasan diet natrium sesuai

indikasi

Rasional: menurunkan retensi natrium.

5. Tidak efektif pola nafas b.d peningkatan resistensi vaskuler paru

Tujuan ; tidak terjadi ketidakefektitan pola nafas.

Intervensi:

1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman. Catat upaya pernafasan

Rasional: pengenalan dini dan pengobatan venilasi abnormal dapat mencegah

komplikasi.

2. Observasi penyimpangan dada, selidiki penurunan ekspansi paru atau

ketidaksimetrisan gerakan dada

Rasional: udara atau cairan pada area pleural mencegah akspansi lengkap

(biasanya satu sisi) dan memerlukan pengkajian lanjut status ventilasi

3. Kaji ulang laporan foto dada dan pemeriksaan laboratorium GDA, hb sesuai

indikasi

Rasional: pantau keefektifan terapi pernafasan dan atau catat terjadinya

komplikasi.

4. Minimalkan menangis atau aktifitas pada anak

Rasional: menangis akan menyebabkan pernafasan anak akan

meningkatkan.

Page 22: edema

21

6. Intoleran aktivitas b.d kelelahan

Tujuan anak dapat melakukan aktivitas yang sesuai tanpa adanya

kelemahan.

Intervensi:

1 Kaji perkembangan tanda-tanda penigkatan tanda-tanda vital, seperti adanya

sesak

Rasional: menunjukan gangguan pada jantung yang kemudian akan

menggunakan energi lebih sebagai kompensasi sehingga akhirnya anak menjadi

kelelahan.

2 Bantu pasien dalam aktivitas yang tidak dapat dilakukannya

Rasional: teknik penghematan energi

3 Support dalam nutrisi

Rasiona!: nutrisi dapat membantu menigkatan metabolisme juga akan

meningkatan produksi energi

7. Kurang pengetahuan ibu tentang keadaan anaknya b.d kurangnya

inforrnasi

Tujuan : ibu tidak mengalami kecemasan dan megetahui proses penyakit dan

penatalaksanaan keperwatan yang dilakukan

Intervensi:

Berikan pendidikan kesehatan kepada ibu dan keluarga mengenai

penyakit serta gejala dan penataksanaan yang akan dilakukan

Rational: informasi akan meningkatan pengetahuan ibu sehingga cemas yang

dialami ibu melihat kondisi anaknya akan berkurang bahkan hilang.

Page 23: edema

22

DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marilyn E, Jane R Kenty:1998 Maternal/Newborn Care Plan: Guidelines for client care E.a Davis Company: Philadelphia

Mansjoer Arif:1999: Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta

Madiyono, Bambang, dkk.2005. Penanganan Penyakit Jantung Pada Bayi Dan Anak. Balai Penerbit FKUI: Jakarta

Mattson Susan:2000 Core Curriculum for Maternal-Newborn second edition: advision of Harcourt brace & company: Philadelphia

Ngastiyah:1997 Perawatan Anak Sakit:penerbit buku kedokteran: Jakarta

Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan :1993 Proses Keperawatan Pada Pas/en Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta

www.bristol-inquiry.org.uk

www.Heartcenteronline.com

www.medicastore.com.balita/jantung

www.meridianhealth.com/healthcontent/images

www.southeastmissourihospital.com/health/peds/cardiac

Page 24: edema

This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.