angio edema
TRANSCRIPT
ANGIOEDEMA
Angioedema adalah pembengkakan jaringan lunak yang biasanya melibatkan jaringan ikat
subkutan dan submukosal tetapi mungkin berefek pada gastrointestinal atau sistem
pernapasan. Kelainan ini disebut sebagai Quincke’s disease, terkait dalam perubahan
permeabilitas pembuluh darah.
Keadaan ini paling banyak disebabkan karena degranulasi sel mast, yang berperan dalam
melepaskan histamin dan perubahan klinis yang khas. Reaksi hipersensitivitas yang dimediasi
IgE disebabkan oleh obat-obatan, makanan, dan debu. Kontak reaksi alergi dengan makanan,
kosmetik, pengobatan topikal, dan rubber dam dental juga berperan. Degranulasi sel mast
dapat disebabkan juga dari stimulus secara fisik, seperti panas, dingin, latihan, stress, terpapar
matahari, dan getaran yang signifikan.
Sebuah pola yang tidak biasa dari reaksi obat yang dapat menghasilkan bentuk parah dari
angioedema yang tidak dimediasi oleh TGE isthetype terkait dengan penggunaan obat yang
disebut angioten sinconverting enzyme (ACE) inhibitor. Obat-obatan ini adalah obat untuk
perawatan hipertensi esensial dan gagal jantung kronis, umumnya ACE inhibitor termasuk
captoprtl, enalaprll. dan lisinopri.
Obat-obatan menyebabkan angioedema karena peningkatan bradikinin, dan pembengkakan
tidak merespon dengan baik antihistamin. Prevalensi pola angioedema diperkirakan 0 1%
sampai 0,2% dari mereka yang menggunakan ACE inhibitor. Pada sebagian besar pasien
yang terkena, angioedema muncul beberapa jam setelah penggunaan awal obat. Pada 30%
kasus, angioedema tertunda dengan interval terpanjang antara penggunaan awal obat dan
serangan awal selama 7 tahun. Serangan dipicu oleh prosedur dental yang dilaporkan pada
pengguna jangka panjang ACE inhibitor.
Gambar 1. Angioedema, penyebaran swelling pada bibir atas yang timbul berulang
Angioedema ditandai dengan timbulnya yang relatif cepat dan lembut, pembengkakan yang
terjadi pada jaringan lunak, dapat timbul satu atau beberapa dan paling sering melibatkan
wajah, bibir, lidah, faring, dan laring. Keterlibatan kulit dan selaput lendir dapat
menyebabkan pembesaran
sampai beberapa sentimeter. Selain wajah, dapat juga terjadi pada tangan, lengan, kaki, alat
kelamin, dan bokong. Meskipun tidak terasa nyeri, tetapi akan terasa gatal dan mungkin
menimbulkan eritema. Pembesaran dapat terjadi dalam 24 sampai 72 jam.
Keterlibatan perioral dan periorbital adalah ciri alergi angioedema. Sebagai tambahan, alergi
angioedema dan tipe yang berkaitan dengan inhibitor ACE seringkali muncul pada
keterlibatan intraoral, yang berefek pada bibir, lidah, uvula, dasar mulut, atau area pipi wajah.
Pemphigus vulgaris
Pemphigus vulgaris merupakan penyakit autoimun yang sangat jarang terjadi namun
memberikan dampak yang sangat buruk kepada penderita sehingga dapat menyebabkan
kematian akibat infeksi yang menyeluruh atau sepsis pada pasien. Mekanisme terjadinya lesi
pada pemphigus vulgaris yang dikenali sebagai akantolisis dikaitkan dengan penumpukan
antibodi klas IgG dan juga kerusakan desmosom akibat antibodi tubuh bertindak melawan
desmoglein 3 yaitu sel yang berfungsi untuk melekatkan antara satu sel dengan sel lain.
Epitel oral mengandung jumlah Dsg 3 yang banyak sehingga gambaran klinis dari pemphigus
vulgaris sering dimulai dengan lesi di rongga mulut sehingga dokter gigi mungkin merupakan
penemu pertama. Perawatan bertujuan untuk mengontrol penyakit dan mencegah infeksi dari
lesi yang melepuh. Jika dibiarkan tanpa diobati, pemphigus vulgaris dapat menyebabkan
kematian. Perawatan yang paling populer dan sering diberikan kepada pasien pemphigus
vulgaris adalah kortikosteroid.
Pemphigus Vulgaris adalah penyakit berlepuh yang dapat mengenai kulit dan membran
mukosa, ditandai dengan bula intraepidermal yang terjadi akibat proses akantolisis, dan
disertai adanya sirkulasi antibodi IgG terhadap permukaan sel keratosit. Perjalanan
Pemphigus Vulgaris bersifat kronik, sering diikuti kekambuhan akut, dan kadang dapat
berakibat fatal.
Pemphigus vulgaris merupakan suatu gangguan autoimun yang melibatkan lepuh kulit dan
selaput lendir. Sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi terhadap protein spesifik pada
kulit dan selaput lendir. Antibodi ini menciptakan reaksi yang menyebabkan sel-sel kulit
untuk memisahkan.
Pemphigus vulgaris tersebar di seluruh dunia, dapat mengenai semua ras, frekuensi hampir
sama pada laki-laki dan perempuan. Pemphigus vulgaris merupakan bentuk yang sering
dijumpai kira-kira 70 % dari semua kasus pemphigus, biasanya pada usia 50 – 60 tahun dan
jarang pada anak-anak. Insiden pemphigus vulgaris bervariasi antara 0,5 – 3,2 kasus per
100.000 dan pada keturunan yahudi khususnya Ashkenazi jewish insidennya meningkat.
Pemphigus vulgaris biasanya terjadi pada usia lanjut dan disertai keadaan umum yang lemah.
Lesi Pemphigus vulgaris biasanya sangat jelas ditemukan pada rongga mulut. Kadangkala
gejala ditandai dengan limpadenopati, tidak mau makan, kelemahan, demam dan sepsis.
Pemphigus foliaceus biasanya menyerang telinga dan wajah. Gejala awal ditandai dengan
depigmentasi pada palatum nasale, celah pada dorsal mulut, periokular dan telinga, gatal, rasa
sakit dan kelemahan tubuh dapat ditemukan pada kasus-kasus tertentu.
Penyebab
Penyebab pasti pemphigus vulgaris belum diketahui. Pemphigus Vulgaris adalah gangguan
autoimun. Sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi terhadap protein tertentu di kulit
dan selaput lendir. Antibodi ini melepaskan ikatan antara sel-sel kulit. Hal ini mengarah pada
pembentukan lepuhan pada kulit. Pada penyakit autoimun, autoantibodi, yang seharusnya
menyerang penyakit dari luar, menyerang desmoglein atau pertemuan antara sel kulit
epidermis. Hal ini menyebabkan sel kulit menjadi ‘terpisah’ dan menyebabkan proses
pelepuhan.
Kadang-kadang Pemphigus Vulgaris disebabkan oleh obat-obatan tertentu, meskipun hal ini
jarang terjadi. Obat-obatan yang dapat menyebabkan kondisi ini meliputi:
• Penicillamine, yang menghilangkan bahan-bahan tertentu dari darah (chelating agent)
• Obat tekanan darah yang disebut ACE inhibitor
Gejala
Sekitar 50% dari orang-orang dengan kondisi ini pertama kali dimulai dengan lepuh
menyakitkan dan luka di mulut, diikuti oleh kulit lecet. Luka kulit dapat datang dan pergi.
Penyakit dapat mulai sebagai lesi di kulit kapala yang berambut atau di rongga mulut kira-
kira pada 60% kasus, sehingga sering salah didiagnosis sebagai pioderma pada kulit kepala
yang berambut atau dermatitis dengan infeksi sekunder. Lesi di tempat tersebut dapat
berlangsung berbulan-bulan sebelum timbul bula generalisata.
Gejala klinis pemphigus vulgaris biasanya didahului dengan keluhan subjektif berupa
malaise, anoreksia, subfebris, kulit terasa panas dan sakit serta sulit menelan. Rasa gatal
(pruritus) jarang didapat. Kelainan kulit ditandai dengan bula berdinding kendur yang timbul
di atas kulit normal atau pada selaput lendir. Bila lesi mengenai paru akan timbul kesukaran
menelan karena sakitnya. Selaput lendir lain juga dapat terkena, seperti konjungtiva, hidung,
vulva, penis, dan mukosa hidung-anus.
Daerah predileksi biasanya mengenai muka, badan, daerah yang terkena tekanan, lipat paha,
dan aksila. Bula berdinding kendur mula-mula berisi cairan jernih kemudian menjadi keruh
(seropurulen) atau hemoragik. Dinding bula mudah pecah dan menimbulkan daerah-daerah
erosi yang meluas (denuded area), basah, mudah berdarah, dan tertutup krusta. Bila terjadi
penyembuhan, lesi meninggalkan bercak-bercak hiperpirmentasi tanpa jaringan parut.
Daerah-daerah erosi pada tubuh dan mulut menimbulkan bau yang merangsang dan tidak
sedap. Tanda nikolsky dapat ditemukan dengan cara: kulit yang terlihat normal akan
terkelupas apabila ditekan dengan ujung jari secara hati-hati atau isi bula yang masih utuh
melebar bila kita lakukan hal yang sama (bulla spread phenomenon). Hal ini menunjukkan
bahwa kohesi antar sel-sel epidermis telah hilang.
Faktor Resiko
Terdapat beberapa faktor risiko yang telah teridentifikasi dapat mencetuskan pemphigus,
diantaranya adalah :
• Faktor genetik (keturunan) dimana molekul MHC kelas II yang beralel dengan antigen
leukosit manusia DR4 dan DRw6 umum ditemukan pada mereka yang memiliki pemphigus
• Usia. Puncak kejadian pemphigus umumnya terjadi antara usia 50-60 tahun. Dapat terjadi
pada anak-anak dan manula namun insiden kejadian lebih jarang
• Berkaitan dengan penyakit autoimun yang lain, seperti miasthenia gravis dan timoma
Gambar 2. Pemphigus vulgaris pada Buccal mukosa
Gambar 3. Pemphigus vulgaris pada Palatal
Gambar 4. Pemphigus vulgaris pada Lidah