e.1. bab 4 rencana pengendalian proyek 2

Upload: banar-parevins-ps

Post on 03-Mar-2016

216 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pengendalian proyek

TRANSCRIPT

BAB 5 RENCANA PENGENDALIAN PROYEK

Pembangunan Gedung Pengembangan Bisnis 3 Lantai seluas 3.000 m2 Universitas Sebelas Maret SurakartaTahun Anggaran 2012

RENCANA SISTEM MUTU PROYEKBab ini akan menguraikan mengenai Sistem Mutu Proyek. Pembahasannya akan meliputi proses pengendalian, parameter dan prosedur pengendaliannya. Sistem ini yang nantinya akan mengendalikan pelaksanaan kontruksi untuk memperoleh mutu proyek yang berkualitas sesuai ketentuan dan syarat yang berlaku.5.1 Sistem Manajemen MutuMemenuhi persyaratan mutu merupakan sasaran pengelolaan proyek, dalam hubungan ini suatu peralatan, material cara kerja dianggap memenuhi syarat apabila dipenuhi semua persyaratan yang ditentukan dalam kriteria dan spesifikasi yang dicantumkan dalam Rencana Kerja dan Syarat serta gambar-gambar kerja yang telah diberikan. Dengan demikian produk yang dihasilkan diharapkan dapat berfungsi sesuai yang diharapkan dalam kurun waktu yang telah ditentukan oleh perencana bangunan.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas secara efektif dan ekonomis tidak hanya diperlukan pemeriksaan ditahap akhir sebelum diserahterimakan kepada pemilik proyek, namun diperlukan serangkaian tindakan sepanjang siklus proyek mulai dari penyusunan program perencanaan pengawasan, pemeriksaan dan pengendalian mutu atau yang lebih dikenal dengan QA (Quality Assurance). Perusahaan kami menggunakan standar yang digunakan dalam penjaminan mutu ISO 9001-2008.Sasaran pengendalian mutu ini meliputi beberapa hal beriikut di bawah ini :

1.Pemilihan Kualitas Bahan yang sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat, Gambar Kerja dan Metodologi Pelaksanaan yang kami susun. Rincian kebutuhan bahan/material yang digunakan dalam proyek ini seperti yang tersaji dalam Tabel Daftar Rekapitulasi Spesifikasi Bahan Pekerjaan (terlampir). Standar tindakan pengendalian mutu yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a.Persetujuan pengawas mengenai material yang akan digunakan dengan memberikan sampel material atau pengujian laboratorium.

b.Pengececkan setiap material yang datang sesuai spesfikasi yang telah ditentukan meliputi keutuhan material dari fungsi, volume dan kualitasnya.

c.Tindakan tegas terhadap material yang dikirim tidak sesuai sepesifikasi yang telah ditentukan dengan menolak. Seandainya material tidak layak tanpa sengaja diterima, harus dipisahkan dari material yang bagus lainnya.

d.Penyimpanan material yang baik agar masih tetap bagus saat digunakan atau dipasang.

2.Teknis Pelaksanaan Pekerjaan

Pemilihan bahan yang berkualitas harus didukung teknis pelaksanaan pekerjaan yang benar dan baik untuk mendapatkan hasil yang baik. Adapaun tahapan teknis pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

a.Pemahaman terhadap Gambar kerja dan RKS serta perubahannya

Pelaksana harus paham betul gambar dan RKS yang dibuat oleh perencana hingga pada tahapan kerja yang harus dilakukan. Apabila terjadi ketidakjelasan gambar, RKS dan dokumen pendukung lainnya harus segera dikomunikasi lebih awal dengan konsultas pengawas maupun perencana.

b.Pemahaman Kondisi Lingkungan Proyek

Kondisi lingkungan kerja harus benar-benar dipahami oleh Site manager beserta seluruh tim pelaksana di bawahnya. Lingkungan kerja yang dimaksud meliputi kondisi lapangan eksisting, peta situasi lokasi, kondisi sumberdaya manusia dan tenaga kerjanya. Hal ini sangat mendukung manajemen pengendalian mutu bangunan.c.Pengaturan Tenaga Kerja

Site manager harus mampu memahami kebutuhan tenaga kerja setiap tahap proses pembangunan. Kebutuhan tenaga kerja meliputi jumlah dan kemampuan tenaga kerja. Pengaturan dan penggunaan tenaga kerja sesuai keahlian akan sangat berpengaruh pada keberhasilan mutu bangunan dan kecepatan kerja.

d.Koordinasi antar pihak terkait

Site manager juga dituntut untuk melakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait seperti konsultan pengawas, konsultan perencana dan pemilik proyek untuk menjaga keutuhan desain dan mutu bangunan. Hal ini untuk mencegah terjadi kesalahan desain dan spesifikasi teknis yang akan memperlambat proses pembangunan dan menurunkan mutu bangunan.

e.Penerapan Rencana K3

Seluruh pihak yang terkait dalam pekerjaan harus turut mematuhi dokumen acuan K3 yang telah ditetapkan. Hal ini sangat berpengaruhi terhadap kecepatan, keutuhan dan ketepatan pekerjaan. Tujuan yang diperoleh dalam penerapan K3 disini adalah

-Kesesuaian prosedur keselamatan kerja sehingga kemudahan bekerja terpenuhi,

-Menjaga kondisi lingkungan kerja yang sehat sehingga para tenaga kerja dapat bekerja secara optimal

-Menerapakan prosedur keamanan lingkungan kerja sehingga meminimalkan kondisi lingkungan kerja yang tidak kondusif.

3.Tindakan pasca pelaksanaan pekerjaan

Pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan harus terus dilakukan perawatan agar hingga akhir pekerjaan selesai mutu bangunan masih tetap bagus. Perawatan ini meliputi menjaga optimalitas kekuatan struktur bangunan, menjaga kebersihan pekerjaan dan menjaga hasil pekerjaan dari kerusakan. Dalam hal ini pekerjaan-pekerjaan yang harus diperhatikan untuk dilakukan tindakan perawatan adalah sebagai berikut :

a.Perawatan beton hingga mencapai umur 100% kekuatan struktur beton

b.Melindungi hasil pekerjaan pengecatan

c.Melindungi hasil pekerjaan keramik

d.Melindungi hasil pekerjaan pintu dan jendela (khususnya terhadap kaca yang sudah dipasang).5.2 Prosedur Pengendalian Proyek

Proses pengendalian berjalan sepanjang daur proyek guna mewujudkan performa baik didalam setiap tahap. Perencanaan dibuat sebagai acuan bagi pelaksanaan pekerjaan. Bahan acuan tersebut selanjutnya akan menjadi standar pelaksanaan pada proyek yang bersangkutan, meliputi spesifikasi teknik, jadual dan anggaran

Pemantauan harus terus dilakukan sepanjang pelaksanaan pekerjaan untuk mengetahui prestasi dan kemajuan yang telah dicapai. Informasi ini akan digunakan sebagai bahan evaluasi yaitu dengan cara membandingkan kemajuan yang dicapai berdasarkan hasil pemantauan dengan standar yang telah dibuat dalam perencanaan.

Hasil Evaluasi berguna untuk pengambilan tindakan yang akurat terhadap permasalahan yang timbul selama masa pelaksanaan. Berdasarkan hasil evaluasi ini pula tindak lanjut pekerjaan dapat diputuskan dengan tepat dengan melakukan koreksi terhadap performa yang telah dicapai. Proses diatas diperlihatkan dalam skema berikut ini :

Seperti halnya yang ditunjukkan dalam bagan alur di atas, proses pengendalian ini tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses dari awal hingga akhir . Diawali dari tahap persiapan , penyusunan rencana kerja , proses pengendalian dan tahap akhir selalu ada keterkaitan dan hubungan sinergi tahap satu dan lainnya. Berikut penjelasan lebih detail mengenai prosedur pengendalian proyek yang kami usulkan :1.Pre- Contruction Meeting (PCM)Tahap ini adalah tahap awal dari pengendalian sebuah proyek, dimana pada tahap ini menentukan titik bangunan yang akan dibangun, menyeseuaikan kesepahaman antara berbagai pihak yang terkait baik berupa teknis maupun administratif. Pada tahapan ini merupakan titik awal konsensus sistem proyek dilaksanakan dan dikendalikan secara komprehensif. Perubahan-perubahan desain perencanaan yang mendasar harus dapat diselesaikan pada tahap ini, sebelum semua pihak melaksanakan tugas pada tahap berikutnya.

2.Pembuatan Rencana Kerja dan Gambar Kerja

Kontraktor harus segera menyusun Rencana Kerja dan Gambar Kerja pada setiap tahap pelaksanaan kontruksinya. Hasil dari pelaksanaan PCM tersebut di atas yang digunakan untuk menjadi dasar penyesuaian Rencana Kerja dan gambar kerja lebih lanjut. Rencana Kerja diwujudkan dengan pembuatan time schedule (Kurva S) yang sudah disesuaikan dengan tanggal pelaksanaan dalam kurun waktu kontrak kerjanya.

Kontraktor harus lebih cermat dalam menyusun Rencana kerja disesuaikan secara rinci antara lain dengan kondisi lahan, kondisi akses proyek, kondisi lingkungan proyek dan hasil penyesuaian dalam PCM.

Pada tahap ini, yang berperan untuk melaksanakan adalah Pelaksana Civil Mechanical Elektrikal (CME) dibawah kendali langsung Site Manager. Dalam menyusun Rencana Kerja dan Gambar Kerja, para pelaksana harus bisa melihat dan menyusun secara detil berkaitan dengan

a.Kesesuaian dengan konsep desain perencanaan,

Hal ini merupakan hal mendasar acuan pelaksanaan pekerjaan kontruksi, pelaksana harus mampu memahami dan menelaah lebih teliti konsep desain dari perencana. Setial detail bentuk dan pemasangannya harus bener sudah sepaham dengan corak atau karya perencana. Apabila terdapat konsep desain yang membingungkan maka harus bisa disampaikan dan dipecahkan bersama-sama dengan perencana.

b.Kemudahan bekerja,

Guna memenuhi waktu pelaksanaan yang sudah dibatasi sesuai kontrak, maka identifikasi pekerjaan yang lebih mudah dikerjakan tentunya berdasarkan skala prioritasnya.c.Kesesuaian tahapan pelaksanaan pekerjaanPelaksana harus lebih jeli menentukan pekerjaan mana yang bisa dan harus dikerjakan lebih awal dan pekerjaan yang akan mengalami kendala pelaksanaan.

d.Kebutuhan Material dan Alat

Material yang akan digunakan harus lebih spesifik sesuai dengan RKS dan Dokumen Anvooling mencakup data quantity dan qualitas serta penentuan query pengadaannya. Berikut halnya dengan Alat-alat kerja yang harus digunakan harus lebih spesifik mencakup jenis, kapasitas dan Calibration Control-nya.

e.Kebutuhan Tenaga Kerja

Rencana kerja yang disusun oleh pelaksana juga harus menentukan rencana mobilisasi tenaga kerja yang akan dilibatkan.

3.Konsultasi Rencana Kerja dan Gambar Kerja

Tahap ini terdiri dari 2 proses yaitu konsultasi internal dan konsultasi eksternal. Konsultasi internal menjadi tugas dari team Quality Control CME dimana sebelum diteruskan untuk dikonsultasi kepada konsultas perencana/pengawas dan owner harus dipastikan di tingkat internal kontraktor bahwa rencana kerja dan gambar kerjanya sudah sesuai.4.Pengesahan Rencana dan Gambar Kerja serta Surat Ijin Lanjut Kerja

Dokumen rencana kerja dan gambar kerja yang sudah disusun oleh kontraktor dan telah diteliti oleh Konsultas Perencana/Pengawas serta Pemilik Proyek kemudian disyahkan untuk dapat ditindaklanjuti ke tahap kemudian.

5.Arsip dan Pengendalian Dokumen Proyek

Kontraktor melalui bagian Administrasi lapangan harus dengan tertib mengarsip dan mengendalikan dokumen proyek. Semua dokumen proyek merupakan rangkaian tahapan yang saling berkaitan, untuk itu harus tertata dan terdistribusikan serta menjadi dasar pembuatan rencana kerja pada tahap berikutnya. Arsip dan dokumen proyek tersebut terdiri dari sebagai berikut :

a.Notulensi Rapat Pre-Contruction Meeting

b.Notulensi Rapat Koordinasi dan Evaluasi Pekerjaan

c.Dokumen Rencana Kerja dan Gambar Kerjad.Data Mobilisasi Tenega Kerja, Material dan Alat

e.As Built Drawing

f.Laporan Harian/Mingguan/Bulanan

g.Hasil Pelaksanaan Quality Control

6.Mobilisasi Tenaga kerja, material dan alat

Setelah Rencana Kerja dan Gambar Kerja disyahkan/ disetujui untuk dilaksanakan, bagian logistik kontraktor harus menindaklanjutinya dengan mobilisasi tenaga kerja, material dan peralatan yang dibutuhkan. Mobilisasi tenaga kerja harus sesuai dengan jumlah dan kapasitas yang dibutuhkannya. Untuk mobiliasi material harus terlebih dahulu mengajukan sampel uji material kepada konsultan pengawas melaui bagian Quality Control. Pengendalian material yang akan digunakan ini menjadi bagian yang sangat penting untuk menjada kualitas hasil pekerjaan sesuai RKS.

7.Pelaksanaan Kontruksi di Lapangan

Pelaksana lapangan menindaklanjuti pelaksanaan kontruksi berdasarkan rencana kerja dan gambar kerja yang sudah disepakati. 8.Quality Control Pekerjaan

Kontraktor harus menyiapkan team quality control yang berfungsi sebagai pengendali internal proses pelaksanaan pekerjaan kontruksi. Sekup pekerjaan yang harus dilakukan oleh team Quality Control adalah sebagai berikut :

a.Inspeksi PekerjaanTeam Quality Control harus membuat agenda kerja inspeksi yang lebih komprehensif.b.Pengendalian Material

Pengendalian material dilakukan untuk seluruh metarial yang digunakan untuk kebutuhan proyek. Pengendalian material dapat dilakukan dengan uji material pada beberapa material inti struktural seperti besi, pasir, beton dan lain-lain.c.Pengendalian Waktu dan Progress Kerja

Waktu dan progress kerja harus menjadi perhatian serius oleh semua pihak khususnya kontraktor pelaksana, mengingat kontrak proyek dibatasi oleh waktu pelaksanaan.d.Kesesuaian Gambar dan Perubahannya

Team Quality Control harus memastikan bahwa pelaksana lapangan telah mengerjakan setiap tahapan pekerjaan sesuai dengan gambar dan perubahaannya.9.Pengawasan Pelaksanaan Kontruksi

Tahap pekerjaan ini merupakan tugas dan kewajiban Konsultan Pengawas dalam mengawal setiap tahap dan proses pekerjaan dilapangan. Kuwalitas mutu pekerjaan sedikit banyak tergantung dari kejelian dan ketelitian konsultan pengawas dalam mengawal pekerjaan.10.Pembuatan As Built Drawing

Gambar As Built Drawing harus dibuat oleh kontraktor yaitu dengan penyesuaian gambar desain perencana di tinjau dari hasil pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Perubahan-perubahan yang terjadi dilapangan baik skala kecil maupun skala besar harus terdokumentasikan dalam gambar As Built Drawing. Gambar As Built Drawing harus dikerjakan dalam setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan kontruksi lapangan, tujuannya adalah agar proses pembuatan gambar kerja berikutnya merupakan keutuhan pekerjaan yang saling berhubungan dan berkesesuaian.11.Rapat Koordinasi dan Evaluasi PekerjaanRapat koordinasi dan Evaluasi Pekerjaan merupakan media kontrol yang harus rutin diselenggarakan oleh Konsultan Pengawas. Hal ini sangat penting untuk mengevaluasi tingkat kesesuaian dan kepatuhan pelaksanaan kontruksi di lapangan.Dalam rapat tersebut juga dibahas beberapa permasalahan dan kendala lapangan termasuk kemudahan desain perencana untuk dilaksanakan. Jika diketemui hal ini maka konsultan perencana yang harus bisa memecahkan sesuai dengan konsep perencanaannya.

Perkembangan pelaksanaan proyek yang ditunjukkan dengan progress kerja yang cenderung negatif atau positif dapat disikapi lebih awal. Selain itu, media rapat ini harus digunakan untuk membahas kemungkinan-kemungkinan percepatan pelaksanaan kontruksi dapat diidentifikasi bersama-sama.Hasil notulensi dari setiap rapat ini, merupakan dasar pelaksanaan pekerjaan pada tahap berikutnya. Kontraktor harus membuat rencana kerja dan gambar kerja disesuaikan dengan masukan/perubahan yang dihasilkan dalam rapat tersebut.

BAB 4

Gambar 5.2 Siklus Pengendalian dalam proyek konstruksi

Gb. 5.1 Skema Implementasi Managemen Mutu

Pertama

Serah Terima

YA

TIDAK

TIDAK

YA

Kedua

Serah Terima

Sesuai

Pencegahan

Koreksi

Analisa

Pengukuran

Pemantauan

Pemeliharaan

Analisa

Pengukuran

Pemantauan

Proyek

Pelaksanaan

MANAJEMEN MUTU

komplain

Penanganan

Kepuasan

Pencegahan

Koreksi

Sesuai

pelaksanaan

Rencana

OPERASIONAL

&

TEKNIK

PELANGGAN

Tenaga Ahli K3

Sistem Manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja

11

10

10

9

9

8

8

7

6

2

5

4

3

2

1

Kesesuaian Gambar & Perubahaannya

Pengendalian Waktu & Progress kerja

Pengendalian Material

Inpeksi Pekerjaan

Arsip dan Pengendalian

Dokumen Proyek

Pembuatan As Built Drawing

Rapat Koordinasi dan Evaluasi progress kerja Mingguan/Bulanan

Pengawasan Pelaksanaan Kontruksi

Mobilisasi Tenaga, material dan Alat

Pre- Contruction Meeting

Pelaksanaan Kontruksi di Lapangan

Pengesahan Rencana dan Gambar Kerja

Surat Ijin Lanjut Kerja

Konsultasi Rencana dan Gambar kerja

Pembuatan Rencana kerja & Gambar Kerja

Kontrak Kerjasama

OWNER

MANAJEMEN KONTRUKSI (MK)/

PENGAWAS

STAF LOGISTIK

PELAKSANA

CME

ADM. LAPANGAN

QUALITY CONTROL CME

SITE MANAGER

STRUKTUR INDUK PERUSAHAAN

BAB V - halaman > 1