dokumen.tips referat pergerakan mata 2
DESCRIPTION
anatomi pergerakan bola mataTRANSCRIPT
Nanomi Otot Yang Mempengaruhi Gerakan Bola Mata
Pendahuluan
Kedua mata digerakkan oleh otot-otot mata ekstra okuler, sedemikian rupa
sehingga bayangan benda yang dilihat nya , akan selalu jatuh tepat di kedua
makula . Dengan demikian didapat faal penglihatan normal. Gerakan-
gerakan otot ini teratur dan seimbang sehingga didapat penglihatan
binokuler yang normal pula.
Klasifikasi
Dalam setiap mata didapat 6 otot yang berfungsi menggerakkan bola mata ,
yang terdiri dari :
4 musculi rectus, yang berada mulai dari anulus zinii, di sekeliling n. II
yang terletak di apeks posterior orbita dan terdiri dari :
M. Rectus Medialis
Rectus medius mempunyai origo pada annulus zinnii dan
pembungkus dura saraf optik yang sering memberikan rasa sakit
pada pergerakkan mata bila terdapat neuritis retrobulbar dan
berinsersi 5mm di belakang limbus. Rectus medius merupakan
otot mata yan paling tebal dengan tendon terpendek.
M. Rectus Lateralis
Rectus lateralis mempunyai origo pada anulus zinnii di atas dan
di bawah foramen optik .
M. Rectus superior
Rectus superior mempunyai origo pada anulus zinnii dekat fisura
orbita superior beserta lapis dura sarf optik yang akan
memberikan rasa sakit pada pergerakan bola mata bila terdapat
neuritis retrobulbar . Otot ini berinsersi 7mm di belakang limbus .
Ilmu penyakit mata ( Eka Agustina ) Page 1
M. Rectus Inferior
Rectus inferior mempunyai origo pada anulus zinnii , berjalan
antara obliqus inferior dan bola mata atau sclera dan insersi
6mm di belakang limbus yang pada persilangan dengan obliqus
inferior diikat kuat oleh ligament Lockwood
2 musculi obliqua, yaitu :
M. Obliqus Superior
Obliqus superior berorigo pada anulus zinnii dan ala parva tulang
sfenodi di atas foramen optik , berjalan menuju trochlea dan
dikatrol balik dan kemudian berjalan di atas otot rectus superior
yang kemudian berinsersi pada sclera di bagian temporal
belakang bola mata
M. Obliqus Inferior
Obliqus inferior mempunyai origo pada fossa lacrimal tulang
lacrimal berinsersi pada sclera posterior 2mm dari kedudukan
makula
Ilmu penyakit mata ( Eka Agustina ) Page 2
Persarafan Pada Otot-otot Gerak mata
Otot –otot ini juga di persarafi oleh tiga saraf cranialis yaitu n. oculomotorius,
n. troclearis , n. abdusen . Ketiga saraf ini memiliki nukleus yang berada
pada batang otak, bersama dengan jaras yang menghubungkan mereka
dengan nukleus-nukleus lain ( misal vestibularis ) dan dengan pusat melihat
( melihat horizontal di pons dan melihat vertikal di otak tengah ). Semuanya
mengkoordinasi pergerakan kedua mata.
Tiap mata dapat bergerak secara abduksi ( menjauh dari hidung ), aduksi
( mendekati hidung ), melihat ke atas ( elevasi ), ke bawah ( depresi ), intorsi
( memutarnya satu mata ke arah hidung ), ekstorsi ( memutarnya satu mata
menjauhi hidung ).
Otot yang dipersarafi oleh n. Oculomototorius yaitu : M. rectus medial, M.
Rectus inferior , M. Rectus Superior , M. Obliqus inferior .
Otot yang dipersarafi oleh n. Trochlearis yaitu : M. Obliqus Superior
Otot yang dipersarafi oleh n. Abdusens yaitu : M. Rectus Lateralis
Ilmu penyakit mata ( Eka Agustina ) Page 3
Hubungan antar nukleus memastikan gerakan kedua mata terkoordinasi,
misal nya saat melihat ke kanan m. Rectus lateralis kanan dan m. Rectus
medial kiri sama-sama terstimulasi ( yoke muscles ). Disaat yang sama,
inervasi otot-otot antagonis yang mengerakkan mata kiri ( m. Rectus
lateralis kiri dan m. Rectus medialis kanan ) terinhibisi.
Fungsi dari otot-otot gerak mata
OTOT MATA GERAK PRIMER GERAK SEKUNDER
M. Rectus Lateralis Abduksi -
M. Rectus Medialis Aduksi -
M. Rectus Superior Elevasi Aduksi , intorsi
M. Rectus Inferior Depresi Aduksi , ekstorsi
M. Obliqus Superior Intorsi Abduksi , depresi
M. obliqus Inferior Ekstorsi Abduksi , elevasi
M. Rectus Lateralis hanya bekerja untuk abduksi, sedang M. Rectus Medialis
untuk aduksi. Otot-otot yang lain mempunyai gerak sekunder , disamping
gerak primer.
Ilmu penyakit mata ( Eka Agustina ) Page 4
Kerja elevasi dan depresi dari M. Rectus superior dan M. Rectus Inferior
bertambah bila mata dalam keadaan abduksi, sedang kerja elevasi dan
deprsi dari M. Obliqus Superior dan M. Obliqus Inferior bertambah bila mata
dalam keadaan aduksi.
Pergerakan satu mata :
“ Duksi ” : Rotasi monokuler dengan mata lain ditutup
Aduksi, adalah rotasi monokuler ke nasal
Abduksi, adalah rotasi monokuler ke temporal
Supraduksi ( Elevasi ), adalah rotasi monokuler ke atas
Infraduksi ( Depresi ), adalah rotasi monokuler ke bawah
“ Torsi “ : Pergerakkan memutar seperti roda
Intorsi, adalah memutarnya satu mata ke arah hidung
Ekstorsi, adalah memutarnya satu mata menjauhi hidung
Pergerakan Kedua mata
“ Versi “ : Pergerakan dari kedua mata ke arah yang sama.
Dextroversi/Levoversi : Pergerakan dari kedua mata
kekanan/kekiri.
Ilmu penyakit mata ( Eka Agustina ) Page 5
Supraversi/Infraversi : Pergerakan dari kedua mata ke
atas/kebawah
Dextrocycloversi : Pergerakan memutar dari kedua
mata ke kanan ( clockwise )
Levocycloversi : Pergerakan memutar dari kedua
mata ke kiri
“ Vergens “ : Pergerakan dari kedua mata ke arah yang sama
Konvergens : Kedua mata bergerak ke arah nasal
Divergens : Kedua mata bergerak ke arah temporal
Pada pergerakan mata yang terkoodinir , satu otot dari satu mata
bergandengan dengan satu otot dari mata yang lain , untuk melakukan
pergerakan dalam 6 arah jurusan kardinal dari penglihatan. Otot-otot yang
berpasangan itu disebut “ Yoke Muscles “ .
Menurut hukum “ Hering “ : Pada setiap gerakan mata bersama, ke 6 arah
kardinal , Yoke Muscles ini mendapat rangsangan kekuatan yang sama.
Yoke’s Muscles (Haring’s Law)
“ Dalam pergerakan bola mata, salah satu otot mata berpasangan dengan
otot mata lain pada bola mata yang lain ”.
Jurusan Penglihatan
Kardinal
Mata Kanan Mata kiri
Ke atas kanan M. Rectus Superior M. Obliqus inferior
Ke kanan M. Rectus Lateralis M. Rectus medialis
Ke kanan bawah M. Rectus inferior M. Obliqus superior
Ke kiri bawah M. Obliqus superior M. Rectus inferior
Ke kiri M. Rectus medialis M. Rectus lateralis
Ke atas kiri M. Obliqus inferior M. Rectus superior
Ilmu penyakit mata ( Eka Agustina ) Page 6
OD OS
Pergerakan mata lurus ke bawah/ ke atas tidak di anggap sebagai jurusan
penglihatan kardinal, karena tak ada pasangan “ Yoke Muscles ” yang
terutama bertanggung jawab terhadap gerakan ini.
Ilmu penyakit mata ( Eka Agustina ) Page 7
HUKUM “ SHERINGTON ”
“ 2-3 otot pada satu mata, bekerja bersama-sama untuk mengadakan suatu
gerakan ( sinergistik ) , dan Apabila 1 otot distimulus maka secara simultan
otot lain akan dihambat (antagonistik) “ .
Contoh nya : Elevasi dilakukan oleh M. rectus superior dan M. Obliqus
inferior. Kedua otot ini bekerja sinergistik. Otot yang sinergistik untuk suatu
fungsi, mungkin antagonistik untuk fungsi yang lain, seperti pada M. Rectus
superior dan M. Obliqus inferior sinergistik untuk elevasi, tetapi antagonistik
untuk torsi, karena M. Rectus superior menyebabkan intorsi sedang M.
Obliqus inferior melakukan ekstorsi.
Jenis Pemeriksaan Pada Otot-Otot Gerak Mata
1. Cover and Uncover Test
Untuk membedakan Heteroforia dengan Heterotropia .
Kedua mata melihat lurus ke depan, kemudian satu mata
ditutup secara bergantian.
Orthoforia : Bila mata yang ditutup tidak bergerak tetap ditengah ,
dan pada waktu tutup mata di buka posisi mata tetap ditengah pula .
Heteroforia : Keadaan dimana mata mempunyai kecendrungan
untuk berdeviasi kesalah satu arah, Deviasi nya laten hanya dapat
dilihat pada mata yang di tutup. Dapat di atasi dengan penglihatan
binokuler tunggal.
Heterotropia : Deviasi pada mata yang manifes, dimana deviasi tetap
ada meskipun mata ditutup atau dibuka,tetapi bila mata yang sehat
ditutup maka mata yang lainnya bergerak, hingga aksis visualis
mengambil posisi normal .
Ilmu penyakit mata ( Eka Agustina ) Page 8
2. Test Lapangan kekuatan Otot
Dapat diperiksa secara subjektif dan objektif
Secara subjektif : Dengan perimeter memakai objek 1cm berwarna
putih, satu mata ditutup mata yang lain mengikuti gerakan tes objek
yang digerakan sepanjang meridian perimeter , tanpa mengerakan
kepala nya. Pemeriksaan ini dilakukan pada seluruh meridian dan
dengan demikian didapat lapangan kekuatan otot-otot mata .
Secara objektif : Prinsip pemeriksaan hampir sama dengan
pemeriksaan subjektif, tetapi sekarang pemeriksa menggerakkan
ofthalmoskop yang menyala sepanjang perimeter, sedang pasien
harus mengikuti dengan mata nya, tanpa menggerakkan kepalanya .
Pada Pemeriksaan ini yang diperiksa aksis optika .
3. Rotasi Monokuler
Diperiksa dengan satu mata ditutup , seddang mata yang lain
mengikuti cahaya atau objek yang digerakkan ke segala arah ,
dengan demikian kelemahan “ duksi “ dapat diketahui yang
dapat disebabkan oleh parese dari otot atau kelainan
mekanisme anatomis dari otot .
4. Versi ( penglihatan ke 6 arah kardinal )
5. Konvergensi
Prosses yang aktif dan penting dalam mengevaluasi strabismus
.
Ilmu penyakit mata ( Eka Agustina ) Page 9
KESIMPULAN
Seseorang mempunyai penglihatan binokuler yang normal tergantung
dari gerakan dari otot-otot mata luar yang sedemikian rupa , sehingga
bayangan benda yang dilihat nya akan selalu jatuh tepat di kedua
makula . Gerakan-gerakan otot ini teratur dan seimbang sehingga
didapat penglihatan binokuler yang normal pula.
Setiap mata terdapat 6 otot yang berfungsi menggerakkan bola mata
yaitu : 4 musculi rectus dan 2 musculi obliqua yang memiliki fungsi
dan gerak yang dilakukan oleh otot itu sendiri , berpasangan dengan
otot mata lain pada bola mata yang lain ( yoke muscles ) , atau pun
bersama-sama baik secara sinergistik maupun antagonistik .
Ilmu penyakit mata ( Eka Agustina ) Page 10