dokumen.tips makalah hema

29
5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sitologi adalah ilmu yang mempelajari sel. Hal yang dipelajari dalam biologi sel mencakup sifat-sifat fisiologis sel seperti struktur dan organel yang terdapat di dalam sel, lingkungan dan antaraksi sel, daur hidup sel, pembelahan sel dan fungsi sel (fisiologi), hingga kematian sel. Hal-hal tersebut dipelajari baik pada skala mikroskopik maupun skala molekular, dan sel biologi meneliti baik organisme bersel tunggal seperti bakteri maupun sel-sel terspesialisasi di dalam organisme multisel seperti manusia. Sitologi darah adalah ilmu yang mempelajari sel darah yang meliputi sifat fisologis sel darah. Sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai sifat fisiologis dari masing – masing sel tersebut yang meliputi struktur, fungsi serta pembentukan sel- sel darah. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah sifat fisiologis eritrosit?

Upload: aditya-rezsa

Post on 07-Dec-2015

302 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sitologi adalah ilmu yang mempelajari sel. Hal yang dipelajari dalam biologi sel

mencakup sifat-sifat fisiologis sel seperti struktur dan organel yang terdapat di

dalam sel, lingkungan dan antaraksi sel, daur hidup sel, pembelahan sel dan fungsi

sel (fisiologi), hingga kematian sel. Hal-hal tersebut dipelajari baik pada skala

mikroskopik maupun skala molekular, dan sel biologi meneliti baik organisme

bersel tunggal seperti bakteri maupun sel-sel terspesialisasi di dalam organisme

multisel seperti manusia.

Sitologi darah adalah ilmu yang mempelajari sel darah yang meliputi sifat

fisologis sel darah. Sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Maka

dalam makalah ini akan dibahas mengenai sifat fisiologis dari masing – masing

sel tersebut yang meliputi struktur, fungsi serta pembentukan sel- sel darah.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah sifat fisiologis eritrosit?

2. Bagaimanakah sifat fisiologis leukosit?

3. Bagaimanakah sifat fisiologis trombosit?

C. Tujuan makalah

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan

mengetahui :

1. Sifat fisiologis eritrosit

2. Sifat fisiologis leukosit

3. Sifat fisiologis trombosit

4. Kegunaan makalah

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan bagi pembaca

sebagai sarana penambah pengetahuan tentang Sitologi Darah yang mencakup

fungsi fisiologis masing – masing sel darah. Makalah ini disusun dengan

5

menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode

deskriptif. Data teoritis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan

teknik kajian pustaka, artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca

berbagai literatur yang relevan dengan tema makalah.

5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Fisiologis Sel darah Merah ( Eritrosit)

1. Struktur

Sel darah merah, eritrosit (red blood cell, RBC, erythrocyte) adalah jenis sel darah

yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh

lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Sel darah merah normal, berbentuk

lempeng bikonkaf dengan diameter rata-rata kira-kira 7,8 mikrometer dan

ketebalan 2,5 mikrometer pada bagian yang paling tebal serta 1 mikrometer di

bagian tengahnya. Volume rata-rata sel darah merah adalah 90 sampai 95

mikrometer kubik. Sel darah merah tidak memiliki inti sel, mitokondria dan

ribosom, serta tidak dapat bergerak. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis,

fosforilasi oksidatif sel, atau pembentukan protein.

Gambar . Sel darah merah

Pada pria normal, jumlah rata-rata sel darah merah per milimeter kubik adalah

5.200.000 (± 300.000) dan pada wanita normal, 4.700.000 (± 300.000).

Sel darah merah terdiri dari komponen berupa :

a. Membran

b. Sistem enzim : enzim G6PD (Glucose 6-Phosphatedehydrogenasel

c. Hemoglobin. Hemoglobin inilah yang berperan dalam pengangkutan oksigen

dari paru-paru ke jaringan. Hemoglobin tersusun atas heme (gugus

nitrogenosa non protein-Fe) dan globin (protein dengan empat rantai

5

polipeptida). Dengan struktur tersebut, hemoglobin dapat mengangkut empat

molekul oksigen.

Pembentukan Hemoglobin :

2 suksinil ko-A + 2 asam amino glisin → Pirol

4 Pirol → protoporfirin IX

Protoporfirin IX + Fe 2+ → Porfirin/ Heme

Heme + Polipeptida/Globin α β γ δ → Rantai Hb α/β/ γ/δ

2 Rantai α + 2 Rantai β → HbA1

Sintesis hemoglobin dimulai dalam proeritroblas dan kemudian dilanjutkan

sedikit dalam stadium retikulosit, karena ketika retikulosit meninggalkan

sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka retikulosit tetap

membentuk sedikit hemoglobin selama beberapa hari berikutnya.Skema di

atas menunjukkan tahap dasar kimiawi pemebentukan hemoglobin

(Guyton,1997)

2. Fungsi

Secara umum sel darah merah memiliki fungsi yaitu ;

a. Mentranspor oksigen ke seluruh jaringan melalui pengikatan hemoglobin

terhadap oksigen.

b. Mentranspor karbon dioksida ke paru – paru melalui ikatan hemoglobin –

karbon dioksida.

c. Berperan dalam pengaturan pH darah karena ion bikarbonat dan hemoglobin

merupakan buffer asam – basa.

3. Pembentukan

Pembentukan sel darah merah (eritropoiesis) terjadi di sumsum tulang dada, iga,

panggul, pangkal tulang paha, dan lengan atas dengan laju produksi sekitar 2 juta

eritrosit per detik (Pada embrio, hati berperan sebagai pusat produksi eritrosit

utama). Eritropoesis distimulasi oleh hormon eritropoietin (EPO) yang disintesa

oleh ginjal. Hormon ini sering digunakan dalam aktivitas olahraga sebagai doping.

Saat sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum tulang belakang, sel yang

berkembang ini dinamai retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari seluruh darah

yang beredar.

5

Eritrosit dikembangkan dari sel punca melalui retikulosit untuk mendewasakan

eritrosit dalam waktu sekitar 7 hari dan eritrosit dewasa akan hidup selama 100-

120 hari.

Mekanisme ringkasnya sebagai berikut:

Sel stem hematopoietik pluripoten commited stem cell (disebut juga CFU-E)

diatur penginduksi pertumbuhan, misal IL-3 memicu pertumbuhan

penginduksi diferensiasi, misal oksigen eritrosit.

Sedangkan perkembangan sel dari proeritroblas adalah sebagai berikut:

Proeritroblas eritroblas basofil eritroblas polikromatofil eritroblas

ortokromatik retikulosit eritrosit.

Adapun penjelasan dari masing- masing perkembangan sel dari seri eritrosit yaitu:

Pronormoblast

Pronormoblast disebut juga Rubriblast atau proeritrosit, merupakan sel

termuda dalam sel eritrosit. Sel ini berinti bulat dengan beberapa anak inti dan

kromatin yang halus. Dengan pulasan Romanowsky inti berwarna biru

kemerah-merahan sitoplasmanya berwarna biru. Ukuran sel rubriblast

bervariasi 18-25 mikron. Dalam keadaan normal jumlah rubriblast dalam

sumsum tulang adalah kurang dari 1 % dari seluruh jumlah sel berinti.

Normoblast basofil

Normobalst basofil disebut juga Prorubrisit atau eritroblast basofilik. Pada

pewarnaan kromatin inti tampak kasar dan anak inti menghilang atau tidak

tampak, sitoplasma sedikit mengandung hemoglobin sehingga warna biru dari

sitoplasma akan tampak menjadi sedikit kemerah-merahan. Ukuran lebih

kecil dari rubriblast. Jumlahnya dalam keadaan normal 1-4 % dari seluruh sel

berinti.

Normoblast polikromatik

Normoblast polikromatik disebut juga rubrisit atau eritroblast polikromatik.

Inti sel ini mengandung kromatin yang kasar dan menebal secara tidak

teratur, di beberapa tempat tampak daerah-daerah piknotik. Pada sel ini sudah

tidak terdapat lagi anak inti, inti sel lebih kecil daripada prorubrisit tetapi

sitoplasmanya lebih banyak, mengandung warna biru karena kandungan asam

5

ribonukleat (ribonucleic acid-RNA) dan merah karena kandungan

hemoglobin, tetapi warna merah biasanya lebih dominan. Jumlah sel ini

dalam sumsum tulang orang dewasa normal adalah 10-20 %.\

Normoblast ortokromatik

Sel ini disebut juga metarubrisit

atau eritroblast ortokromatik. Inti sel ini kecil padat dengan struktur kromatin

yang menggumpal. Sitoplasma telah mengandung lebih banyak hemoglobin

sehingga warnanya merah walaupun masih ada sisa-sisa warna biru dari

RNA. Jumlahnya dalam keadaan normal adalah 5-10 %.

Retikulosit

Pada proses maturasi eritrosit, setelah pembentukan hemoglobin dan

penglepasan inti sel, masih diperlukan beberapa hari lagi untuk melepaskan

sisa-sisa RNA. Sebagian proses ini berlangsung di dalam sumsum tulang dan

sebagian lagi dalam darah tepi. Pada saat proses maturasi akhir, eritrosit

selain mengandung sisa-sisa RNA juga mengandung berbagai fragmen

mitokondria dan organel lainnya. Pada stadium ini eritrosit disebut retikulosit

atau eritrosit polikrom. Retikulum yang terdapat di dalam sel ini hanya dapat

dilihat dengan pewarnaan supravital. Tetapi sebenarnya retikulum ini juga

dapat terlihat segai bintik-bintik abnormal dalam eritrosit pada sediaan apus

biasa. Polikromatofilia yang merupakan kelainan warna eritrosit yang kebiru-

biruan dan bintik-bintik basofil pada eritrosit sebenarnya disebabkan oleh

bahan ribosom ini. Setelah dilepaskan dari sumsum tulang sel normal akan

beredar sebagai retikulosit selama 1-2 hari. Kemudian sebagai eritrosit

matang selama 120 hari. Dalam darah normal terdapat 0,5-2,5 % retikulosit.

Eritrosit

Eritrosit normal merupakan sel berbentuk cakram bikonkav dengan ukuran

diameter 7-8 um dan tebal 1,5-2,5 um. Bagian tengah sel ini lebih tipis

daripada bagian tepi. Dengan pewarnaan Wright, eritrosit akan berwarna

kemerah-merahan karena mengandung hemoglobin. Eritrosit sangat lentur

dan sangat berubah bentuk selama beredar dalam sirkulasi. Umur eritrosit

adalah sekitar 120 hari dan akan dihancurkan bila mencapai umurnya oleh

5

limpa. Banyak dinamika yang terjadi pada eritrosit selama beredar dalam

darah, baik mengalami trauma, gangguan metabolisme, infeksi Plasmodium

hingga di makan oleh Parasit.

Gambar. Sel Seri Eritrosit

B. Fisiologis Sel Darah Putih ( Leukosit )

1. Struktur

Sel darah putih, leukosit (bahasa Inggris: white blood cell, WBC, leukocyte)

adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk

membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem

kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak

secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam

keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam

seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes.Dalam

setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah

5

putih .Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per

tetes.

Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan

tertentu, mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal.

Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan

seluler, partikel asing, atau mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak

bisa membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan

mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada pada

sumsum tulang.

2. Fungsi

Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan

terhadap mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago-

memakan), mereka memakan bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran

darah. melalui mikroskop adakalanya dapat dijumpai sebanyak 10-20

mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit. pada waktu menjalankan fungsi

ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat

bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari

seluruh bagian tubuh. dengan cara ini ia dapat:

Mengepung daerah yang terkena infeksi atau cidera, menangkap organisme hidup

dan menghancurkannya,menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran,

serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai granulosit

memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang memungkinkan merusak

jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya. dengan cara ini jaringan yang

sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhannya dimungkinkan

Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan

sama sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat

terbentuk nanah. Nanah beisi "jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang

terbunuh dalam kinerjanya disebut sel nanah. demikian juga terdapat banyak

kuman yang mati dalam nanah itu dan ditambah lagi dengan sejumlah besar

jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut akan disingkirkan oleh

granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.

5

3. Pembentukan

Tahap-tahap perkembangan dan pematangan sel darah putih secara umum sebagai

berikut : berawal dari pluripoten stem cell akan membelah menjadi dua macam sel

bakal yaitu mieloid stem cell (sel bakal dari sel granulosit, monosit, trombosit,

dan eritrosit) dan limfoid stem cell (sel bakal dari sel limfosit). Perkembangan

selanjutnya untuk kedua sel bakal tersebut mempunyai kemiripan yaitu : Dari

stem cell akan berkembang membentuk CFU (colony-forming-unit), kemudian

mieloblast/limfoblast, promielosit, mielosit, selanjutnya akan mengalami maturasi

menjadi metamielosit, band (batang), dan hasil akhir berupa sel darah putih yang

bermacam-macam yang dapat dilihat variasi bentuknya dalam apusan darah tepi.

Penjelasan dari perkembangan dan pematangan sel darah putih :

Mieloblast

Mieloblast adalah sel termuda diantara seri granulosit. Sel ini memiliki inti

bulat yang berwarna biru kemerah-merahan, dengan satu atau lebih anak inti,

kromatin inti halus dan tidak menggumpal. Sitoplasma berwarna biru dan

sekitar inti menunjukkan warna yang lebih muda. Mieloblast biasanya lebih

kecil daripada rubriblast dan sitoplasmanya kurang biru dibandingkan

rubriblast. Jumlahnya dalam sumsum tulang normal adalah < 1% dari jumlah

sel berinti.

Promielosit

Dalam fase ini sitoplasma seri granulosit telah memperlihatkan granula

berwarna biru tua / biru kemerah-merahan. Berbentuk bulat dan tidak teratur.

Granula sering tampak menutupi inti. Granula ini terdiri dari lisozom yang

mengandung mieloperoksidase, fosfatase asam, protease dan lisozim. Inti

promielosit biasanya bulat dan besar dengan struktur kromatin kasar. Anak

inti masih ada tetapi biasanya tidak jelas. Jumlah sel ini dalam sumsum tulang

normal adalah 1-5 %.

Mielosit

Pada mielosit granula sudah menunjukkan diferensiasi yaitu telah

mengandung laktoferin, lisozim peroksidase dan fosfatase lindi. Inti sel

mungkin bulat atau lonjong atau mendatar pada satu sisi, tidak tampak anak

5

inti, sedangkan kromatin menebal. Sitoplasma sel lebih banyak dibandingkan

dengan promielosit. Jumlahnya dalam keadaan normal adalah 2-10 %.

Metamielosit

Dalam proses pematangan, inti sel membentuk lekukan sehingga sel

berbentuk seperti kacang merah, kromatin menggumpal walaupun tidak

terlalu padat. Sitoplasma mengandung granula kecil berwarna kemerah-

merahan. Sel ini dalam keadaan normal tetap berada dalam sumsum tulang

dengan jumlah 5-15 %.

Neutrofil Batang dan Segmen

Metamielosit menjadi batang apabila lekukan pada inti melebihi setengah

ukuran inti yang bulat sehingga berbentuk seperti batang yang lengkung. Inti

menunjukkan proses degeneratif, kadang-kadang tampak piknotik pada kedua

ujung inti. Sitoplasma mengandung granula halus berwarna kemerah-

merahan. Dalam darah tepi ditemukan hanya 2-6% dari sel-sel leukosit

normal. Selanjutnya sel ini menjadi neutrofil segmen. Dalam sumsum tulang

normal sel ini merupakan 10-40 % dari sel berinti.

Gambar. Sel Seri Granulosit

5

4. Jenis – Jenis Leukosit

a. Neutrofil

Neutrofil berkembang dalam sumsum tulang dikeluarkan dalam sirkulasi,

selsel ini merupakan 60 -70 % dari leukosit yang beredar. Garis tengah

bervariasi 10-20um, satu inti dan 2-5 lobus. Granula pada neutrofil ada dua :

Azurofilik yang mengandung enzym lisozom dan peroksidase.

Granul spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat

bakterisidal (protein Kationik) yang dinamakan fagositin.

Neutrofil merupakan garis depan pertahanan seluler terhadap invasi jasad

renik, menfagosit partikel kecil dengan aktif. Adanya asam amino D

oksidase dalam granula azurofilik penting dalam pengenceran dinding sel

bakteri yang mengandung asam amino D. Selama proses fagositosis

dibentuk peroksidase. Mielo peroksidase yang terdapat dalam neutrofil

berikatan dengan peroksida dan halida bekerja pada molekultirosin

dinding sel bakteri dan menghancurkannya. Dibawah pengaruh zat toksik

tertentu seperti streptolisin toksin streptokokus membran granula-granula

neutrofil pecah, mengakibatkan proses pembengkakan diikuti oleh

aglutulasiorganel- organel dan destruksi neutrofil.

Neotrofil mempunyai metabolisme yang sangat aktif dan mampu

melakukan glikolisis baik secara arrob maupun anaerob. Kemampuan

nautropil untuk hidup dalam lingkungan anaerob sangat menguntungkan,

karena mereka dapat membunuh bakteri dan membantu membersihkan

debris pada jaringan nekrotik. Fagositosis oleh neutrfil merangsang

aktivitas heksosa monofosfat shunt, meningkatkan glicogenolisis.

(Effendi, 2003).

Prekursor paling dini adalah mieloblas yang dengan pembelahan-

pembelahan sel nantinya menjadi promielosit, mielosit, metamielosit.

Maturasi netrofil diklasifikasikan  di antara metamielosit.(Hoffbrand dan

Pettit, 1996).

5

Gambar. Neutrofil batang

Gambar. Neutrofil segmen

b. Eosinofil

Jumlah eosinofil hanya 1-4 % leukosit darah, bergaris tengah 9um. Inti

biasanya berlobus dua, Retikulum endoplasma mitokonria dan apparatus

Golgi kurang berkembang. Mempunyai granula ovoid yang dengan eosin

asidofkik, granula adalah lisosom yang mengandung fosfatae asam,

katepsin, ribonuklase, tapi tidak mengandung lisosim. Eosinofil

mempunyai pergerakan amuboid, dan mampu melakukan fagositosis, lebih

lambat tapi lebih selektif dibanding neutrifil. Eosinofil memfagositosis

komplek antigen dan anti bodi, ini merupakan fungsi eosinofil untuk

melakukan fagositosis selektif terhadap komplek antigen dan antibody.

Eosinofil mengandung profibrinolisin, diduga berperan mempertahankan

darah dari pembekuan, khususnya bila keadaan cairnya diubah oleh

proses-proses Patologi. Kortikosteroid akan menimbulkan penurunan

jumlah eosinofil darah dengan cepat. (Effendi, 2003).

5

Gambar. Eosinofil

c. Basofil

Basofil jumlahnya 0-% dari leukosit darah, ukuran garis tengah 12um, inti

satu, besar bentuk pilihan ireguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma

basofil terisi granul yang lebih besar, dan seringkali menutupi inti,

bentuknya ireguler berwarna metakromatik, dengan campuran jenis

Romanvaki tampak lembayung. Granula basofil metakromatik dan

mensekresi histamin dan heparin, dan keadaan tertentu, basofil merupakan

sel utama pada tempat peradangan ini dinamakan hypersesitivitas kulit

basofil. Hal ini menunjukkan basofil mempunyai hubungan kekebalan.

(Effendi, 2003).

Gambar. Basofil

d. Limfosit

Limfosit merupakan sel yang sferis, garis tengah 6-8um, 20-30% leukosit

darah.Normal, inti relatifbesar, bulat sedikit cekungan pada satu sisi,

kromatin inti padat, anak inti baru terlihat dengan electron mikroskop.

Sitoplasma sedikit sekali, sedikit basofilik, mengandung granula-granula

azurofilik. Klasifikasi lainnya dari limfosit terlihat dengan ditemuinya

5

tanda-tanda molekuler khusus pada permukaan membran sel-sel tersebut.

Beberapa diantaranya membawa reseptos seperti imunoglobulin yang

mengikat antigen spesifi. Lirnfosit dalam sirkulasi darah normal dapat

berukuran 10-12um ukuran yang lebih besar disebabkan sitoplasmanya

yang lebih banyak. Kadang-kadang disebut dengan limfosit sedang. Sel

limfosit besar yang berada dalam kelenjar getah bening dan akan tampak

dalam darah dalam keadaan Patologis, pada sel limfosit besar ini inti

vasikuler dengan anak inti yang jelas. Limfosit-limfosit dapat digolongkan

berdasarkan asal, struktur halus, surface markers yang berkaitan dengan

sifat imunologisnya, siklus hidup dan fungsi. (Effendi, 2003).

Gambar. Limfosit

e. Monosit

Merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit normal,

diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai

20um, atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan berbentuk tapal

kuda. Kromatin kurang padat, susunan lebih fibriler, ini merupakan sifat

tetap momosit Sitoplasma relatif banyak dengan pulasan wrigh berupa bim

abu-abu pada sajian kering. Granula azurofil, merupakan lisosom primer,

lebih banyak tapi lebih kecil. Ditemui retikulim endoplasma sedikit. Juga

ribosom, pliribosom sedikit, banyak mitokondria. Aparatus Golgi

berkembang baik, ditemukan mikrofilamen dan mikrotubulus pada daerah

identasi inti.

Monosit ditemui dalam darah, jaingan penyambung, dan rongga-rongga

tubuh. Monosit tergolong fagositik mononuclear (system retikuloendotel)

5

dan mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan membrannya.

Untuk imunoglobulin dan komplemen. Monosit beredar melalui aliran

darah, menembus dinding kapiler masuk kedalam jaringan penyambung.

DaIam darah beberapa hari. Dalam jaringan bereaksi dengan limfosit dan

memegang peranan penting dalam pengenalan dan interaksi sel-sel

immunocmpetent dengan antigen. (Effendi, 2003).

Gambar. Monosit

           

C. Fisiologis Keping Darah ( Trombosit )

1. Struktur

Trombosit dalam sirkulasi adalah kepingan-kepingan dari sitoplasma megakariosit

dan dihasilkan dalam sumsum tulang. Umurnya dalam sirkulasi sekitar 10 hari.

Trombosit yang baru dibentuk berukuran lebih besar dan memiliki kemampuan

hemostatis  lebih baik dari trombosit tua dalam sirkulasi.

Gambar. Trombosit

Membran trombosit kaya fosfolipid, diantaranya faktor trombosit 3 yang dapat

meningkatkan pembekuan saat hemostatis. Trombosit mengandung serabut

protein yang dapat mengerut, yakni aktin dan miosin, pipa halus sejenis kerangka

yang memungkinkan trombosit berubah bentuk, granula berisi ADP dan ATP, ion

Ca dan serotonin, serta granula alfa yang mengandung enzim lisozim. Faktor

5

trombosit 4 dan beta-tromboglobulin adalah zat yang hanya terdapat dalam

trombosit utuh. Adanya trombosit ini dalam plasma menunjukkan adanya proses

penghancuran trombosit berlebih.

Struktur trombosit secara ultrastruktur trombosit terdiri atas :

a. Zona perifer : glikokalik (membrane ekstra yang terletak di bagian paling

luar, didalamnya terdapat membrane plasma dan lebih dalam lagi terdapat

system kanal terbuka.

Glikoprotein (GP) penting untuk reaksi adhesi dan agregasi trombosit

yang merupakan kejadian awal yang mengarah pada pembentukan

sumbat trombosit selama hemostasis.

GP Ia               : adhesi pada kolagen

GPIb, IIb//IIIa     : reseptor faktor von willebrand (vWF) dan karenanya

juga perlekatan pada subendotel vaskular.

GP IIb/IIIa      : reseptor fibrinogen yang penting dalam agregasi

trombosit.

Membran plasma berinvaginasi ke bagian dalam trombosit untuk

membentuk suatu sistem membran (kanalikular) terbuka yang

menyediakan permukaan reaktif yang luas tempat protein koagulasi

plasma diabsorbis secara selektif. Fosfolipid membran (faktor trombosit

3) sangat penting dalam konversi faktor koagulasi X menjadi Xa, dan

protrombin (faktor II) menjadi trombin (faktor IIa).

b. Zona sol-gel : Mikrotubulus, mikrofilamen, system tubulus padat (berisi

nukleotida adenine dan kalsium). Selain itu adapula trombostenin, suatu

protein penting untuk fungsi kontraktil.

c. Zona organela : Granula padat elektron , mitokondria, granula α dan organela

(lisosom dan retikulum endoplasmik).

Granula padat berisi dan melepaskan nukleotida adenin(terutama ADP),

serotonin, katekolamin, dan faktor trombosit. Granula padat lebih sedikit

dan mengandung ADP, ATP, 5-hidroksitriptamin (5-HT), dan kalsium.

Granula α berisi antagonis heparin (platelet factor 4, PF4), β

tromboglobulin, vWF, faktor pertumbuhan yang berasal dari

5

trombosit/PDGF (platelet-derived growth factor), dan melepaskan

fibrinogen enzim lisosom.

Terdapat 7 faktor trombosit yang telah diidentifikasi dan diketahui ciri-

cirinya. Dua diantaranya dianggap penting yaitu faktor trombosit 3

(Platelet Factor 3, PF 3) /membran fosfolipoprotein trombosit (untuk

konversi faktor koagulasi X menjadi Xa dan protrombin) dan faktor

trombosit 4 (Platelet Factor 4, PF4)/faktor antiheparin (anti-heparin

factor, AHF).

Organel spesifik lain meliputi lisosom yang mengandung enzim

hidrolitik dan peroksisom yang mengandung katalase. Selama reaksi

pelepasan, isi granula dikeluarkan ke dalam sistem kanalikular.

Energi untuk reaksi trombosit berasal dari fosforilasi oksidatif dalam

mitokondria dan glikolisis anaerobik dengan memakai glikogen

trombosit. Sistem membran tertutup (dense tubular) trombosit

menunjukkan retikulum endoplasma sisa.

2. Fungsi

Fungsi utama adalah pembentukan sumbat mekanis selama respon hemostatik

normal terhadap luka vaskular. Selain itu punya protein stabilisasi fibrin,

penggandaan sel endotel setelah rusak, penyimpanan ion kalsium. Proses

pemebentukan sumbat statik melibatkan fungsi trombSosit yaitu ;

a. Pelepasan ADP, ATP, Ca, dan serotonin dari granula dalam trombosit

menyebabkan agregasi sekunder trombosit pada bagian pembuluh darah 

yang rusak.

b. Pembentukan tromboksan A2 trombosit, suatu agregator trombosit yang kuat

dan vasokonstriktor. Sebaliknya prostaglandin intermediate yang dibentuk

oleh trombosit dimetabolisir dalam dinding pembuluh darah menjadi

prostasiklin (PGI2), suatu antiagregator dan vasodilatator.

c. Peran serta trombosit dalam pembekuan darah. Beberapa reaksi bertingkat

koagulasi memerlukan lipid trombosit dan terjadi pada membran trombosit.

Reaksi mencakup Faktor XI, VIII, X, dan V. Trombosit juga berperan dalam

pembekuan dengan pelepasan Faktor pembekuan I, V, VIII, dan XIII yang

5

tersimpan. Trombin yang dihasilkan merupakan suatu agregator trombosit

yang kuat. Setelah itu, terjadi pembentukan jaring fibrin yang terikat dengan

agregat tormbosit sehingga terbentuk sumbat trombosit atau trombus yang

lebih stabil. Kemudian pelarutan parsial atau total agregat hemostasis atau

trombus yang lebih stabil. (Biokim Harper, 2003; Kapita Selekta Hematologi,

Edisi3, 2001)

3. Pembentukan

Trombosit berasal dari sel induk pluripoten yang tidak terikat (noncommitted

pluripotent stem cell), yang jika ada permintaan dan dalam keadaan adanya faktor

perangsang trombosit, interleukin, dan TPO (faktor pertumbuhan dan

perkembangan megakariosit), berdiferensiasi menjadi sekelompok sel induk yang

terikat (committed stem cell pool) untuk membentuk megakarioblas dan

mengalami maturasi menjadi megakariosit raksasa. Megakariosit mengalami

endomitosis, terjadi pembelahan inti di dalam sel tetapi sel itu sendiri tidak

membelah. Sitoplasma sel akhirnya memisahkan diri menjadi trombosit-

trombosit. (Patofisiologi, Edisi 6, Price and Wilson)

5

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan

simpulan sebagai berikut :

Sel darah terdiri dari sel daarh merah (eritrosit), sel drah putih (leukosit) dan

keping darah ( trombosit)

Setiap sel memiliki fungsi berbeda,eritrosit berperan dalam proses

pengangkuatan oksigen dan karbon dioksida, leukosit berperan dalam proses

eprtahan tubuh dan trombosit berperan dalam proses pembekuan darah.

Sel darah baik eritrosit, leukosit dan trombosit berasal dari sel yang sama

yaitu Sel stem hematopoietik pluripoten, yang kemudian berdiferensiasi dan

bermaturasi menjadi sel – sel matang.

5

DAFTAR PUSTAKA

Anonim . 2012. Biologi Sel. [Online]. Tersedia :

http://id.wikipedia.org/wiki/Biologi_sel [19 Maret 2012]

Anonim . 2009. Fisiologi Hemoglobin dan Eritrosit. [Online]. Tersedia :

http://cimobi.blogspot.com/2009/11/fisiologi-hemoglobin-dan-eritrosit.html

[19 Maret 2012]

Anonim . 2009. Fisiologi Sel Darah Manusia. [Online]. Tersedia :

http://cimobi.blogspot.com/2009/11/fisiologi-sel-darah-manusia.html [19 Maret

2012]

Anonim . 2012. Sel Darah Merah. [Online]. Tersedia :

http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_darah_merah [19 Maret 2012]

Anonim. 2010. Sel Seri Eritropoesis. [Online]. Tersedia :

http://alchudorisblog.blogspot.com/2010/06/sel-seri-eritropoesis.html [19 Maret

2012

Effendi, Zukesti. 2003. PERANAN LEUKOSIT SEBAGAI ANTI INFLAMASI

ALERGIK DALAM TUBUH. library.usu.ac.id/download/fk/histologi-zukesti2.pdf

Hoffbrand, A.V., Pettit, J.E., Moss, P.A.H., 2005. Kapita Selekta Hematologi ed.

2. Jakarta : EGC. pp : 102-126

Murray, Robert K et.al., 2003. BIOKIMIA HARPER EDISI 25. Jakarta : EGC

Musyaffa, Rifani. 2010. Sel Seri Granulosit. [online]. Tersedia :

http://ripanimusyaffalab.blogspot.com/2010/02/sel-seri-granulosit.html [ 19 Maret

2012]

5