djenar maesa ayu-ikan.doc
TRANSCRIPT
-
8/12/2019 djenar maesa ayu-Ikan.doc
1/3
Ikan
Apr 09
Ia ikan yang terbang. Ia burung yang berenang. Dan saya, adalah saksi yang melihat
semua itu dengan mata telanjang.
Ia menatap saya dengan pancaran mata riang. Syahdu meliputi butir-butir hujan yang
jatuh menimpa tubuh kami yang diam-diam menggelinjang. Sembunyi-sembunyi, kamimenikmati denyar-denyar di lautan perasaan paling dalam. Sementara kilat mencabik-
cabik langit hingga berupa potongan-potongan gambar pantulan kami berjumlah jutaan.
Ada yang hanya bagian kepala, ada yang hanya bagian kaki, dan ada yang hanya bagian
tangan. Tak jarang kepingan-kepingan yang terlihat bagai pecahan kaca yangbeterbangan itu saling berhantaman. antas jatuh menghajar kepala kami kala tak sedang
ingin penuh. !enusuk ke dalam kekosongan otak yang terasa ringan. "ingga ada satu
pecahan jatuh tepat di antara bibir kami yang tengah berciuman. Seolah dengan sengaja
ingin memisahkan.
!alam berenang dalam kesunyian. Deru ombak ditingkahi samar suara musik dari ka#e
di kejauhan pantai, saling beradu berebut perhatian. $ami terkapar di atas pasir basah.
Dingin meresap pori-pori kulit kami yang telah menjadi keriput dan merinding. %ntahkarena dingin yang memanggang, entah karena nyala yang redup, entah karena basah
yang kering, entah karena entah, karena entah adalah ketidaktahuan yang sering kali jauh
lebih memabukkan daripada kesadaran. &ukankah kita semua membayar mahal untuk
sebuah entah' $a#e di pinggir pantai itu pun terisi orang-orang yang rela mengeluarkanratusan hingga jutaan rupiah untuk tidak sadar. (ntuk saling bertukar lidah berludah
dengan orang yang baru dikenal. (ntuk muntah di atas jamban lantas terpingkal-pingkal.(ntuk saling bersentuhan dan mendesah massal. (ntuk larut dalam satu malam yangmena)arkan sejuta gombal.
*huih+ mbak meludahi )ajah kami yang ingin tak peduli. Tapi lendir ombak itumelekat begitu kental, begitu tengik+ !endak)a kelakuan kami sebagai jijik. Dan ia
terpana. irangnya sirna. Ia bukan lagi ikan yang terbang dan burung yang berenang.
Dan ia menatap seolah saya adalah daging dan tulang yang terbalut kulit kerang. !uka
badak, begitu istilah orang-orang. !aka saya tahu, hampir tiba saatnya )aktu bersenang-senang hilang. $ebenaran dan kesalahan dipertanyakan. Saat penghakiman.
Suara musik di kejauhan membisikkan mimpi yang mutlak terulang. Senda)a alkohol dipermukaan udara. &ahana ta)a. &ercinta di ba)ah para-para. *esta pora. Sentuhan
menggoda. Senyum manja. !embuat saya begitu jengah dengan segala aturan-aturan.
!embuat saya muak mendengar melulu kebajikan. !aka
*huih+ Saya meludah ke mukanya. antas saya berlari sambil menarik dahak sebanyak-
banyaknya di tenggorokan untuk segera melimpahkannya kepada ombak yang kurang
ajar. Saya pun tak mau membuang )aktu lebih panjang. Saya berlari kencang menuju
-
8/12/2019 djenar maesa ayu-Ikan.doc
2/3
ka#e dengan kaki-kaki telanjang. !eninggalkannya dalam diam yang haru. /ajaman
semu.
Saya menunggu.
&(S%T+ ama amat di luar'1
(dah ngapain aja'1
$ayak gak tau aja barbe2ue under the stars+1
3eeling hot hot hot+1
Ta)a. Ta)a. Ta)a. Ta)a. Ta)a. Ta)a. Ta)a. Ta)a. Ta)a. Ta)a berkepanjangan.
Ta)a. Ta)a. Ta)a. Ta)a. Ta)a. Ta)a. Ta)a. Ta)a. Ta)a. Ta)a dalam penantian.
!usik kian mengentak. (ndak-undakan telah disiapkan di pinggir bar. *ara model
menunggu giliran untuk sebuah peragaan. %ntah peragaan busana. %ntah peragaan gaya.%ntah peragaan yang bisa memancing rasa terpana. %ntah peragaan untuk sekadar
pertunjukan. *ertunjukan berarti menunjukkan sesuatu. Tapi sesuatu yang ingin
dipertunjukkan itu tetaplah entah. Di sebuah tempat antah berantah.
!ereka yang berada di sana terta)a untuk entah. Sementara saya pun pura-pura terta)a,
mengelabui pikiran sendiri yang sedang secara diam-diam mencari makna. &erlaku
nyaris sama dengan yang lainnya supaya tak terlihat sebagai pembodoh di dalam magmayang siap memuntahkan laharnya kepada siapa pun yang berusaha meredam dengan
dingin tanya. Apa pula pentingnya bertanya jika ada liukan pinggul di depan mata, rok-
rok dengan panjang ala kadarnya, dan kaki-kaki jenjang mengentak di atas meja'&ukankah yang selayaknya terdengar adalah tanya semisal, berapa kira-kira umur
mereka, bisa atau tidak mereka diajak kencan setelah acara, pertanyaan-pertanyaan yang
tidak saja tertuju kepada para model itu, tapi juga kepada setiap pengunjung yang reladan masyuk berimpit di dalam ruangan dipenuhi asap rokok meraja tiap penjuru'
Dan pertanyaan itu pun berdesing di telinga saya. Sendiri'1 Saya menatapnya. Tapi
pandangan saya bagai menembus segala bentuk yang ada. Saya melihat seringai serigaladi bibirnya yang tipis itu. Saya melihat anak-anak yang tengah tertidur di atas tempat
tidur berkelambu. Saya melihat jajaran kartu kredit di dompetnya yang ber)arna abu-
abu. Saya melihat seekor burung yang seperti baru terjaga dari mati suri nyaris se)indu.Saya melihat diri saya sendiri terpaku. Tak mampu menja)ab pertanyaan itu. Ia pun
langsung mengambil langkah seribu. 4amun seperti pekik senapan lagi-lagi pertanyaan
itu kembali memburu. Sendiri'1 Dan sesudahnya, saya melihat sepasang manusiabercengkerama, lalu memisahkan diri.
A$", sebagaimana #ungsi malam ialah sarana untuk bersembunyi dari terang.
!ata pun meredup menciptakan pemandangan yang makin samar. Ada surga yang akan
-
8/12/2019 djenar maesa ayu-Ikan.doc
3/3
segera terjangkau. Ada nama yang akan segera dilupakan. Ada luka yang akan segera
hilang. uka yang menyadarkan bah)a masa lalu kita nyata. !asa lalu yang pernah
menguatkan perasaan bah)a dosa tak akan pernah cukup berarti ketika hati nuranimengatakan apa yang benar.
"uahahahahamata bintitan, mulut bau alkohol gitu masih berani ngomongin surga,dosa, yang pantas juga ngomongin syah)at+1
Selalu harus ada yang pantas. Di tempat yang begitu tanpa batas ini pun mengenal katapantas. !ata saya pun memanas. Ada yang mendesak ingin keluar. !aka bening
berkumpul menyelimuti hitam bola mata. 4amun ada keinginan kuat untuk segera
menahan sedu sedan. *ertahanan yang dibangun untuk satu kata pantas, pantas, dan
pantas. *adahal saya begitu ingin mendengar pantas sebagai pantat. Saya ingin melihatbubur sebagai dubur. Saya ingin merasa kosong sebagai bokong. Saya ingin merasa
pantas yang lain dan lain yang pantas. !aka.
dengan mata telanjang saya melihat ia ikan yang terbang. Ia burung yang berenang. alusemakin banyak ikan yang terbang. Semakin banyak burung yang berenang. alu
semakin bertambah banyak ikan yang terbang. Semakin bertambah banyak burung yangberenang. Dan semua adalah ikan yang terbang. Semua burung yang berenang. 4amun
saya mencari mata yang menatap girang. Tapi tak juga saya temukan ia di tengah hiruk-
pikuk gelepar sayap ikan dan sirip burung-burung berkepakan. Ia masih berada dalamdiam yang haru. /ajaman semu.
Saya menunggu.
5akarta, Agustus 6007
8erpen