“distribusi kekuatan ke daratan eurasia merupakan suatu...

17

Upload: vuonghuong

Post on 06-Jun-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

“Distribusi kekuatan ke daratan Eurasia merupakan suatu hal yang sangat penting danmenentukan bagi kapasitas global Amerika …”Zbigniew Brzezinski

Beda Musuh, Beda Pula SerangannyaAsas militer AS dan strategi geopolitiknya terhadap Republik Rakyat Tiongkok tidak pernahberubah sedikit pun dari inti tujuan agenda hegemoni AS sejak tahun 1945 sampai tahun 2008.Hanya taktiknya saja yang bervariasi, mulai dari apa yang disebut diplomasi “Big stick” dandiplomasi “carrot-and-stick”. Sebelumnya Amerika Serikat menggunakan ancaman militerlangsung, dan kemudian menggunakan sesuatu yang lebih halus, tapi semuanya tetap saja sangatberbahaya bagi kedaulatan Tiongkok. Semua strategi Amerika masih sama, yakni “divide andconquer” (pecah dan taklukkan). Sampai kapan pun strateginya tetap seperti itu.

Strategi geopolitik Amerika tersebut berasal dari aksioma geopolitiknya Ahli Geografi InggrisRaya yang bernama Sir Halford Mackinder. Bagi Mackinder, tujuan utama kebijakan militer danluar negeri Inggris, dan kemudian Amerika, adalah untuk mencegah bersatunya – apakah secaraalami atau tidak – dua kekuatan di daratan Eurasia – Rusia dan Tiongkok. Amerika akanmelakukan segala cara untuk memecah kekuatan yang ada di Eurasia agar tidak bisa bersatu.

Teori Geopolitik Heartland Mackinder

Sejauh ini strategi kebijakan luar negeri yang paling berpengaruh dari Inggris dan Amerika Serikatdari tahun 1904 sampai tahun 1947, Halford Mackinder memformulasikan Teori Heartland yangterkenal yang menjelaskan bahwa geografi inti benua Eurasia, yang berpusat pada Rusia,merupakan ancaman utama bagi kelanjutan dominasi Inggris. Dengan semangat jiwa imperialisInggris, Mackinder menulis sebuah rekomendasi kebijakan yang sedikit-terkenal namun sangatberpengaruh bagi imperium Amerika yang muncul di majalah New York Council on ForeignRelations, yang terbit bulan Juli 1943, yang berjudul The Round War and the Winning of the Peace.Dalam artikel tersebut, sebagaimana telah jelas kalau Amerika Serikat muncul sebagai penggantiImperialis Inggris sebagai hegemoni global, Mackinder mengutip tesisnya 1904, The GeographicalPivot of History, menggambarkan ancaman penyatuan Jerman dengan Rusia bagi hegemoni Inggris

(sesuatu yang dihindari diplomasi Inggris dengan mendorong Hitler untuk melakukan invasi ketimur). Dia kemudian menjelaskan bahwa ketika ada kekuatan lain menguasai pusat atau ‘pivot’Rusia sebagai Heartland, maka hegemoni Inggris akan memiliki saingan yang setara. Sementaratahun 1943 Mackinder dan rekan Amerika-nya yang menyusun struktur PBB, melihat Cinamemainkan peran penting sebagai lawan Heartland Uni Soviet, namun kemudian berubah secarasignifikan ketika Republik Rakyat Tiongkok didirikan bulan Oktober 1949. Kebijakan AS kemudianbergeser dengan menciptakan perang di Korea yang dimulai tahun 1950 dan Vietnam atau PerangIndochina Kedua yang dimulai tahun 1959 dan berakhir dengan kekalahan Amerika Serikat tahun1975. Perubahan kebijakan yang dimulai dengan kunjungan Nixon-Kissinger tahun 1972 ke Beijingmerupakan sebuah upaya untuk mempengaruhi Tiongkok melalui ketergantungan ekonomiterhadap investasi dan barang modal AS dan Barat. Pada akhir abad ke-20, beberapa elit AS mulaitakut kalau strategi ekonomi tersebut berisiko menciptakan superpower ekonomi di Asia yang tidakbisa dikendalikan AS. Mulai dari Pemerintahan Bush-Cheney tahun 2001, kebijakan AS terhadapTiongkok mulai berubah menjadi jalan konfrontasi yang lebih agresif. AS-NATO membom KedutaanTiongkok di Belgrade pada bulan Mei 1999 yang merupakan serangan yang disengaja untukmemberikan sinyal perubahan kebijakan AS terhadap Tiongkok secara bertahap.

Kedubes Tiongkok yang dibom di Belgrade 1999

Unjuk Rasa di depan Kedubes AS di Beijing, 9 Mei 1999“Pemboman itu kesalahan buruk. Kami meminta maaf”1) Juru bicara NATO Lee McClenny

“Kami tidak percaya kalau kedutaan dibom karena kesalahan peta yang kadaluarsa”2) Juru bicaraKedubes Tiongkok di London

Para elit yang membuat kebijakan Amerika yang sangat berpengaruh di dalam dan di luar Councilon Foreign Relations (CFR) adalah orang-orang yang mempelajari dan menekuni strategigeopolitik Mackinder. Salah satunya adalah mantan duta besar AS di Beijing bernama WinstonLord, seorang mantan asisten Henry Kissinger yang mempersiapkan perubahan kebijakan Nixonterhadap Tiongkok pada tahun 1972; George H.W Bush, mantan Direktur CIA dan duta besar ASuntuk Tiongkok; James R. Lilley, sahabat karib Bush ketika masih di CIA, dan juga mantan dutabesar AS untuk Tiongkok. Serta mantan Menteri Luar Negeri AS Henry Kissinger dan mantanPenasihat Keamanan Nasional Zbigniew Brzezinski adalah orang yang mendukung geopolitikMackinder. Patut diakui, mereka semua berhutang budi kepada Mackinder.

Wakil Menlu Korea Selatan Ban Ki-Moon, Asisten Menlu Winston Lord dan Wakil Menlu JepangShunji Yanai (kiri-kanan)

George H.W Bush ketika menjadi Dubes AS di Tiongkok

Reagan, James R. Lilley, Bush Sr

Dalam bukunya yang terbit tahun 1997, The Grand Chessboard: American Primacy and its Geo-strategy Imperative, Brzezinski, yang keturunan Polandia di mana Polandia selalu berlawanandengan Rusia, dan dia secara terbuka memuji Mackinder, meskipun pernah terjadi momen lucuketika dia salah menyebutkan nama awal ‘Harold’ yang seharusnya Halford Mackinder. Dalambukunya, Brzezinski, yang juga seorang bagian dari faksi Rockefeller yang sangat lama, tahun 2008memberikan nasihat kebijakan luar negeri kepada Barrack Obama, dan dia menulis, “… tigaimperatif besar dari geostrategi imperial adalah untuk mencegah kolusi (persekongkolan) danmempertahankan ketergantungan keamanan di antara negara vassal (budak) (sic), untuk menjagaorang-orang barbar agar tidak datang bersamaan. ” (Brzezinski, Op. Cit., p.40) Bagi Brzezinski,orang barbar yang ditakuti datang bersamaan adalah dua kekuatan Eurasia, Tiongkok dan Rusia.

Para pembuat kebijakan Amerika, setelah berakhirnya Perang Dunia II, berasal dari sejumlahkeluarga yang relatif sedikit. Kebanyakan dari mereka adalah kaki-tangan keluarga Rockefeller,terutama yang dekat dengan John D. Rockefeller III dan David Rockefeller. Ini lah kelompokkhusus yang menentukan kebijakan AS terhadap Tiongkok.

Tujuan mereka itu selalu mempertahankan strategi tensi (ketegangan) di seluruh Asia, danterutama di Eurasia. Sebagai contoh, Amerika akan mengancam Jepang untuk tidak lagimelindunginya secara militer jika tidak menuruti keinginan AS, dan AS akan merayu Tiongkokdengan memindahkan industri dan pabriknya ke Tiongkok. Itu lah mengapa ada banyak industridan korporasi Amerika yang berada di Tiongkok. Tujuannya adalah untuk menekan Jepang danKorea Selatan. Selain itu AS menempatkan banyak industri di luar wilayahnya karena dampaklingkungan yang dihasilkan sangat buruk. Lebih baik lingkungan negara lain kotor daripadanegara sendiri.

Terlepas dari taktik yang digunakan, tujuan akhir kebijakan AS terhadap Tiongkok adalahmemelihara kendali atas Tiongkok yang berpotensi sebagai raksasa ekonomi Asia – atasperkembangan energinya, keamanan makanannya, perkembangan ekonominya, kebijakanpertahanannya.

Tahun 2007, kendali AS terhadap Tiongkok jadi semakin sulit, ketika pasukan militer AS membuatkekacauan di Irak dan Afganistan.

Kebijakan Washington, yang tadinya masih mengandalkan hegemoni militer, kini semakinbergeser, berubah dan menyamar di balik isu HAM dan ‘demokrasi’ sebagai senjata perangpsikologis dan ekonomi dalam upaya berkelanjutan untuk menahan dan mengendalikan Tiongkokdan kebijakan luar negerinya.

AFRICOM: Strategi “Perang Sumber Daya” Pentagon

Tanggal 4 November 2006, Tiongkok menjadi tuan rumah KTT kerjasama ekonomi, investasi danperdagangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang dihadiri 5000 orang, termasukpemimpin atau perwakilan dari 48 negara Afrika dengan tema “persahabatan, perdamaian,kerjasama, perkembangan”. Washington dengan segera menjawab aksi kepentingan baruTiongkok tersebut. Tahun 2007, Pemerintah Bush dan pejabat senior Pentagon menciptakan divisikhusus Afrika, AFRICOM, yang markas pusatnya berada di Stuttgard, Jerman.

Arogansi Amerika – Komandan tempur geografis:1. United States Africa Command (USAFRICOM)2. United States Central Command (USCENTCOM)3. United States European Command (USEUCOM)4. United States Indo-Pacific Command (USINDOPACOM)5. United States Northern Command (USNORTHCOM)6. United States Southern Command (USSOUTHCOM)Selama ini Washington mengabaikan dan tidak mempedulikan Afrika – selain Afrika Selatan,Nigeria yang kaya minyak, Angola dan Mozambique – namun kini mengapa tiba-tiba Amerikamenempatkan prioritas yang begitu tinggi di Afrika? Mengapa AS rela mengeluarkan dana besaruntuk membiayai komando militer otonom di Afrika tersebut?

Apakah ‘terorisme’ yang jadi alasannya? Bukan. Didirikannya AFRICOM merupakan responsWashington karena berkurangnya kendali atas bahan baku mentah di Afrika. Bukan teroris yangjadi alasannya, tapi Tiongkok lah yang menjadi alasan tersembunyi dalam tujuan baru militer ASdi Afrika.

Tanggal 1 Oktober 2007, Pentagon meluncurkan Komando militer baru yang terpisah,USAFRICOM atau AFRICOM, padahal kondisi pasar keuangan AS saat itu sedang kacau.

The United States Africa Command (AFRICOM), adalah Komando Tempur Bersatu KementerianPertahanan AS yang baru. Komando ini bertanggung jawab atas operasi militer dan hubunganmiliter AS dengan 53 negara Afrika.

Perang Sumber Daya: Strategi Modernisasi Tentara 2008Penjelasan lengkap perkembangan baru ada di dalam dokumen Pentagon, 2008 ArmyModernization Strategy. Dokumen tersebut menyatakan bahwa tujuan dari strategi Tentara AS

adalah untuk mendominasi seluruh alam semesta, bukan hanya di bumi saja. Dokumen itumenyatakan “pasukan expedisi, tentara yang berkualitas yang mampu mendominasi seluruh aspekkonflik, kapan pun, di mana pun dan melawan siapa pun – untuk waktu yang lama.”3) Dokumentersebut juga menyatakan “Tentara harus berupaya fokus pada perlengkapan dan modernisasipada dua keseimbangan akhir yang saling berkaitan – memulihkan keseimbangan dan mencapaiDominasi beraspek penuh (full-spectrum Dominance).”4)

Tidak ada tentara negara atau kerajaan apa pun dalam sejarah umat manusia yang punya ambisigila seperti itu.

Jika menimbang isi dokumen Army Modernization tersebut, Amerika bermimpi untuk menguasaibahan mentah selama 30-40 tahun ke depan dengan jalan perang.

Selain itu, dengan menyinggung Rusia-Tiongkok secara jelas, rencana strategi Pentagon dalamdokumen tersebut menyatakan: “We face a potential return to traditional security threats posed byemerging near-peers as we compete globally for depleting natural resource and overseasmarkets.”5)

Dalam hal pertumbuhan ekonomi, satu-satunya negara yang dimaksud “emerging neer peer” padatahun 2008 adalah Tiongkok.

Dalam hal pasokan energi dan militer, satu-satunya negara “emerging near peer” adalah Rusia.Pada hakikatnya Rusia memainkan peran strategis karena memiliki sumber daya yang sangatpenting yang dapat mamacu pertembuhan ekonomi – mulai dari minyak dan gas hingga logam danbahan mentah. Rusia adalah pemasok sumber daya strategis utama, selain negara-negara AfrikaSelatan dan Tenggara, yang tidak dikendalikan secara langsung oleh Amerika Serikat.Meningkatnya pengaruh Rusia di Afrika menjadi faktor utama di balik kebijakan militer AS-NATOyang mengepung Rusia sejak tahun 1991.

Fokus utama para pembuat kebijakan di Washington dan Pentagon adalah kerjasama ekonomi danmiliter yang sangat erat antara Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok, terutama ShanghaiCooperation Organization. Sebagaimana yang dikatakan oleh Brzezinski, ketika kerjasama yangerat itu terjadi, kekuatan tunggal Amerika Serikat secara fundamental akan tersaingi. 6)

Dokumen Pentagon 2008 Army Modernization Strategy merupakan hasil dari perluasan doktrinyang diuraikan oleh seorang perencana strategis masa depan DOD (Department of Defence) AS,Andrew Marshall. Marshall, yang tadinya senior analis RAND Corporation, dibawa ke Pentagontahun 1973, dan Presiden Nixon mendirikan struktur khusus Pentagon yang baru untuk diketuaioleh Marshall, dan struktur itu diberi nama Strategic Office of Net Assessments. Di Pentagon,Marshall memiliki status yang unik: dia hanya melaporkan hasil kerjanya langsung ke MenteriPertahanan, tanpa perlu perantara dalam Pentagon itu sendiri.

Selama beberapa tahun, Marshall melahirkan sesuatu yang dia sebut “Revolution in MilitaryAffairs (RMA)”. Anak didiknya adalah Dick Cheney, Donald Rumsfeld, Paul Wolfowitz,

Richard Perle dan beberapa elang perang lainnya. Marshall lah yang telah membuat Cheney danRumsfeld yakin pada tahun 2001 kalau pemasangan pertahanan rudal balistik strategis dekatperbatasan Rusia akan memberikan Amerika Serikat Keunggulan Nuklir yang telah diimpikansejak lama, kemampuan untuk meluncurkan serangan nuklir pertama ke Rusia danmenghancurkan kemampuan Rusia dalam membalas serangan.7)

Upaya Keunggulan Nuklir (Nuclear Primacy) AS ini lah yang membuat Rusia meresponsnyadengan keras pada bulan Agustus 2008 dengan ikut serta dalam perang di Ossetia Selatan, dimana wilayah yang berbatasan langsung dengan Rusia tersebut telah terjadi perang yangdiprovokasi oleh Washington; dan juga menjadi penyebab ambisi AS dalam membawa Ukrainamenjadi anggota NATO.

Marshall adalah arsitek bagi strategi “pertempuran elektronik” Rumsfeld di Irak – menggunakantentara “yang terjaring” dengan Internet dan dilengkapi GPS dalam pengintaian. Bahkan ketikabanyak kritikan yang memaksa Presiden mengeluarkan Rumsfeld dari pemerintahan, Marshalltetap berada di Pentagon, sebagaimana kekuatan yang dia miliki.

Rencana AS “Perang Sumber Daya yang Tiada Henti”2008 Army Modernization Strategy Pentagon mengungkapkan prinsip strategis dan operasi yangcukup penting secara mendalam yang diadopsi sebagai doktrin resmi oleh militer AS. Dalampembukaannya, dokumen tersebut memprediksi akan adanya ‘perang tiada henti’ setelah PerangDingin.

Jendral Stephen Speakes, seorang pejabat Pentagon, bertanggung jawab atas dokumen tersebutdan menegaskan dalam pengantarnya:

“This 2008 document is radically different from previous years. This year we get right to the heartof things with a brief description of our modernization strategy – with the ends, ways and means ofhow we intend to use the Army Equipping Enterprise to reach end of state defined as: Soldiersequipped with the best equipment available, making the Army the most dominant land power inthe world, with full spectrum capabilities.

America is engaged in an era of persistent conflict that will continue to stress our force. To winthis fight, we need an Army that is equipped for the long haul – that was what it needs for soldiersto accomplish their missions across the full spectrum of conflict.”

– Dokumen 2008 ini berbeda secara radikal dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini kita berhakatas deskripsi singkat strategi modernisasi yang ingin kita capai – dengan tujuan, cara, dan saranabagaimana kita menggunakan Perusahaan Peralatan Tentara dalam mencapai tujuan akhir yangdidefinisikan sebagai: Tentara dilengkapi dengan peralatan terbaik yang tersedia, menjadikanTentara memiliki kekuatan paling dominan di dunia, dengan kemampuan ber-spektrum penuh.

Amerika terlibat dalam konflik berkepanjangan yang akan terus menekan kekuatan kita. Untuk

memenangkan pertarungan ini, kita membutuhkan Tentara yang dilengkapi segala hal untukjangka waktu yang panjang – itu lah yang dibutuhkan para prajurit untuk menyelesaikan misimereka di seluruh spektrum konflik penuh -8)

BrzezinskiDokumen Pentagon tersebut menekankan bahwa “Kita telah memasuki era konflik takberkesudahan … sebuah kondisi keamanan yang jauh lebih ambigu dan sulit diprediksi daripadayang kita hadapi selama Perang Dingin.”

Gambar: Mideast Oil Pipeline and Bases

Jalur Pipa Minyak Timur Tenah dan Pangkalan Militer ASDokumen tersebut menjelaskan fitur utama dari era perang berkelanjutan yang terencana,termasuk penggunaan retorika “teroris menggunakan senjata pemusnah massal.” Dan yang palingpenting, untuk pertama kalinya sejak bocornya Memorandum-200 Strategis Keamanan Nasionalyang dibuat Henry Kissinger selama Pemerintah Gerald Rudolph Ford, Jr., Tentara AmerikaSerikat menyatakan bahwa beberapa di antara “misi” resminya adalah mengendalikanpertumbuhan manusia di negara-negara yang kaya sumber daya bahan mentah.9)

Dokumen 2008 tersebut menyebut ‘pertumbuhan populasi’ sebagai ancaman utama bagikeamanan Amerika Serikat dan sekutunya, dan menyebutnya sebagai perang demi menguasaisumber daya bahan mentah. Hal tersebut menghubungkan dua tujuan:

“Population growth – especially in less-developed countries – will expose a resulting ‘youth bulge’to anti-government stability.

Resources competition induced by growing populations and expanding economies will consumeever increasing amounts of food, water and energy. States or entities controlling these resourceswill leverage them as part of their security calculus. (emphasis added-w.e.)

“Pertumbuhan penduduk – terutama di negara-negara yang kurang berkembang – akanmenimbulkan ‘jumlah pemuda yang membengkak’ terhadap stabilitas anti-pemerintah.

Persaingan sumber daya yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk dan perluasan ekonomiakan menyebabkan konsumsi jumlah makanan, air dan energi yang terus meningkat. Negara atauentitas yang mengendalikan sumber daya ini akan memanfaatkannya sebagai bagian dari kalkuluskeamanan mereka. (penekanan ditambahkan-w.e.)10)

Dua prioritas yang ingin dicapai Pentagon – mengendalikan populasi ‘jumlah pemuda yangmembengkak’ di negara-negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam, dan mencegahRusia-Tiongkok dari mengendalikan bahan makanan, air, energi di dunia berkembang – adalahmotif diciptakannya AFRICOM.

Setelah pertemuan para pemimpin 40 Afrika di Beijing tahun 2006, George W. Bush langsungmenandatangani Presidential Order (Kepres) untuk menciptakan AFRICOM.

Selama Perang Dingin, AS menguasai sumber daya Afrika dan kekayaan mineralnya yangmelimpah dengan menggunakan pembunuhan dan perang saudara yang secara diam-diammemicu kerjasama antara kekuatan kolonial yang brutal seperti Inggris, Perancis, Portugal atauBelgia. Washington sangat khawatir ketika melihat 40 kepala negara Afrika diperlakukan denganhormat dan bermartabat oleh Tiongkok, yang mana Tiongkok menawarkan mereka miliaran Dolardari perjanjian perdagangan, dan jauh sekali berbeda dengan syarat yang diajukan IMF ataupemaksaan program austerity yang dipaksa oleh AS.11)

Dari Darfur, di mana BUMN Tiongkok konsesi eksplorasi minyak utama dari pemerintahan Sudan,sampai Nigeria dan Chad dan Afrika Selatan. Dan karena itu Washington bergerak untuk mencobamelawan pertumbuhan pengaruh Tiongkok di seluruh Afrika.

Setelah menganggap pertumbuhan penduduk di dunia berkembang sebagai ancaman, dokumenstrategi Pentagon 2008 tersebut menyoroti pergeseran paradigma khusus dalam perang di masadepan yang harus dilakukan:

The Army recently unveiled its newest doctrine, FM 3-0 Operations, which provides a blueprint foroperating in an uncertain future, and serves as a principal driver for changes in our organizations,training, leader development, personnel policies, facilities and material development.

FM 3-0 institutionalizes how commanders employ offensive, devensive and stability or civilsupport operations simultaneously. FM 3-0 acknowledges the fact that 21st Century operationswill require Soldiers to engage among populations and diverse cultures instead of avoiding them.

Tentara baru-baru ini meluncurkan doktrin terbarunya, FM 3-0 Operations, yang menyediakanblueprint untuk operasi di masa depan yang tidak pasti, dan berfungsi sebagai penggerak utamabagi perubahan dalam organisasi, pelatihan, pengembangan kepemimpinan, kebijakan personel,fasilitas dan pengembangan material kita.

FM 3-0 menetapkan bagaimana komandan melakukan operasi ofensif, defensif dan stabilitas ataudukungan sipil secara bersamaan. FM 3-0 mengakui fakta bahwa operasi abad 21 akanmengharuskan Prajurit untuk terlibat di antara penduduk dan beragam budaya, bukannyamenjauh dari mereka.12) Brzezinski

Dengan kata lain, Pentagon secara resmi mengumumkan berakhirnya ‘sindrom perang Vietnam’yang tidak lagi menempatkan tentara AS dalam risiko di lapangan, meninggalkan pertempuranterbatas terutama dalam serangan udara, seperti yang telah terjadi pada perang Irak, danAfghanistan pada awal tahun 2002.

‘Hak Asasi Manusia’ sebagai Senjata PerangTidak seperti kebijakan AS yang memprovokasi Rusia untuk berperang, kebijakan AS terhadapkemunculan ekonomi Tiongkok di seluruh Asia, Afrika dan lainnya, menggunakan senjata perangyang tak terduga, yakni ‘Hak Asasi Manusia’ dan ‘Demokrasi’. Senjata perang ‘HAM’ dan‘Demokrasi’ adalah Perang Opium 1840 versi abad ke-21 – taktik yang digunakan untuk memaksaTiongkok merelakan diri atas dominasi Superpower AS secara penuh. Bagaimanapun juga, tentusaja, itu sesuatu yang tidak diterima oleh Tiongkok.

Selama tahun 1840-an, perusahaan dagang Inggris swasta, the British East India Company,didukung oleh kekuatan militer Royal Navy, meluncurkan sebuah operasi militer yang memaksapenduduk Cina kecanduan opium sebagai bagian strategi kolonialisasi yang membuat Cina bangkrutdan hancur secara moral Tahun 1880-an, Cina telah memperikaran 40 juta orang jadi pecandu. Danini menjadi bisnis yang paling menguntungkan di dunia bagi para pedagang dan bankir di KotaLondon dan AS yang terpilih. Bekas penghinaan yang Barat tinggalkan, menurut diskusi denganbanyak intelektual Cina, masih membentuk persepsi Cina tentang moralitas Barat.

Antara tahun 1999 sampai 2006, pemerintah Amerika Serikat “menyediakan dan mensahkansekitar 110 USD untuk program terkait demokrasi di Tiongkok,” berdasarkan laporan resmiKongres AS.13)

Laporan Kongres tersebut menambahkan:

The consolidated appropriations act for FY2000 (P.L. 106-113) provided $1 million for US-basedNGOs (to preserve cultural traditions and promote sustainable development and environmentalconservation) in Tibet as well as $1 million to support research about China, and authorized ESFfor NGOs to promote democracy in China. For FY2001 (P.L. 106-429), Congress authorized up to$2 million for Tibet. In FY2002 (P.L. 107-115), Congress made available $10 million for assistancefor activities to support democracy, human rights, and the rule of law in China and Hong Kong,including up to $3 for Tibet. In FY2003 (P.L. 108-7), Congress provided $15 million for democracy-revealed programs in China, including up to $3 million for Tibet and $3 million for the NationalEndowment for Democracy (NED).

Tindakan alokasi konsolidasi untuk FY2000 (PL 106-113) menyediakan 1 juta USD untuk

Organisasi Non-Pemerintah milik AS (untuk melestarikan tradisi budaya dan mempromosikanpembangunan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan) di Tibet serta 1 juta USD untukmendukung penelitian tentang Tiongkok, dan ESF resmi untuk NGO dalam mempromosikandemokrasi di Tiongkok. Untum FY2001 (P.L. 106-429), Kongres resmi menyediakan hingga 2 jutaUSD untuk Tibet. Pada FY2002 (P.L. 107-115), Kongres menyediakan 10 juta USD bantuan untukkegiatan dalam mendukung demokrasi, hak asasi manusia, dan aturan hukum di Tiongkok danHong Kong, termasuk hingga 3 juta untuk Tibet. Pada FY2003 (P.L. 108-7), Kongres menyediakan15 juta USD untuk program-program terkait demokrasi di Tiongkok, termasuk hingga 3 juta USDuntuk Tibet dan 3 juta USD untuk National Endowment for Democracy (NED).14)

BrzezinskiBerdasarkan laporan ini, bantuan AS, yang disesuaikan oleh Kongres untuk mempromosikandemokrasi di Tiongkok, termasuk Tibet, menggelembung dari $2,435,000 dalam Fiscal Year 2000sampai $33,695,000 FY2006. Dana tersebut meningkat 1300% dalam enam tahun. Jelas sudahkalau Washington semakin tertarik untuk mempromosikan ‘demokrasi’ versi khusus di Tiongkok,khususnya di Tibet.

Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obamabertemu dengan Dalai Lama pada tahun 2014Secara signifikan, pada tahun 2004, di dalam Departemen Luar Negeri AS, “Biro Demokrasi, HakAsasi Manusia dan Buruh menjadi administrator utama program demokrasi di Tiongkok.”15) Birotersebut berada di bawah kekuasaan Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Demokrasi dan UrusanGlobal, yang dipimpin oleh Dr. Paula J. Dobriansky. Situs resmi Departemen Luar Negeri ASmencatat:

Since her appointment in 2001, Under Secretary Dobriansky has also served concurrently as theSpecial Coordinator for Tibetan Issues. In this capacity, she is the US government’s point personon Tibet policy matters, including: support for dialogue between the Chinese and the Dalai Lamaor his representatives; promotion of human rights in Tibet; and efforts to preserve Tibet’s uniquecultural, religious and linguistic identity.

Sejak penunjukannya pada tahun 2001, Wakil Menteri Dobriansky juga telah menjabat sebagai

Koordinator Khusus untuk Masalah Tibet. Dalam kapasitas ini, dia adalah titik penting bagipemerintah AS tentang masalah kebijakan Tibet, termasuk: dukungan dialog antara Tiongkok danDalai Lama atau perwakilannya; promosi hak asasi manusia di Tibet; dan upaya untukmelestarikan identitas budaya, agama, dan bahasa Tibet yang unik.16)

Anggota Kongres Howard Berman, John McCain, Paula Dobriansky, danDalai Lama selama Pelantikan Upacara penghargaan Hak Asasi ManusiaTom Lantos Foundation.Paula Dobriansky menerima gelar doktor dari Universitas Harvard dengan jurusan Soviet militaryand political affairs. Sebelum menjabat di Kementerian Luar Negeri, dia menjabat sebagai SeniorWakil Presiden dan Direktur Dewan Hubungan Luar Negeri, di mana dia menjadi rekan seniorpertama George F. Kennan dalam Studi Rusia dan Eurasia. Dia juga memperoleh penghargaan‘Democracy Service Medal‘ oleh National Endowment for Democracy (NED) dan penghargaan‘Jeanne Kirkpatrick Award’ oleh International Republican Institute. NED dan IRI, yangdidokumentasikan sebelumnya, merupakan kendaraan utama Departemen Luar Negeri AS dalammempromosikan perubahan rezim di seluruh dunia.

Hubungan Dobriansky dengan NED tidak lah biasa saja. Biografi resminya mencatat bahwa diapernah bekerja sebagai Wakil Ketua NED sebelum menjabat di Departemen Luar Negeri, sertamenjadi anggota Jajaran Direktur Freedom House, yang tahun 2006 dipimpin oleh mantanDirektur CIA James Woolsey dan termasuk Zbigniew Brzezinski sebagai jajarannya. BahkanDobriansky telah menjadi anggota senior Institut Hudson, salah satu think-tanks neo-konservatifpaling heboh di Washington.

Paula Dobriansky juga merupakan anggota think-tank lainnya, the Project for a New AmericanCentury (PNAC). Dengan kemampuannya, Dobriansky menyebut PNA, “memperjuangkan peranunik Amerika dalam melestarikan dan memperluas tatanan internasional yang ramah terhadapkeamanan, kemakmuran, dan prinsip-prinsip yang kita miliki.”17)

Lihat Appendix A untuk rincian PNAC, termasuk keanggotaan Dick Cheney, Jeb Bush, DonaldRumsfeld and Paul Wolfowitz ketika PNAC menerbitkan laporan September 2000 yang penuhkontroversi, Rebuilding America’s Defenses, di antara beberapa itemnya menyebut perubahan rezimSaddam Hussein, setahun sebelum serangan 11 September 2001, dan untuk pertahanan rudal AS.

Dobriansky juga menandatangani surat PNAC 26 Januari 1998 untuk Presiden Bill Clinton yangmendesak Presiden untuk menyerang Irak pada saat itu juga, lima tahun sebelum Operasi Shock& Awe dan serangan 11 September 2001. Surat tersebut menyatakan secara terang-terangan:

The only accepteable strategy is one that eliminates the possibility that Iraq will be able to use orthreaten to use weapons of mass destruction. In the near term, this means a willingness toundertake military action as diplomacy is clearly failing. In the long term, it means removingSaddam Hussein and his regime from power.

Satu-satunya strategi yang dapat diterima adalah menghilangkan kemungkinan ancaman ataupenggunaan senjata pemusnah massal oleh Irak. Dalam waktu dekat, hal itu berarti kesediaanuntuk melakukan aksi militer karena diplomasi jelas gagal. Dalam jangka panjang, hal itu berartimenyingkirkan Saddam Hussein dan rezimnya dari kekuasaan.18)

Selain Dobriansky yang juga menandatangani Surat Terbuka PNAC terhadap Irak tersebut adalahpejabat senior dalam Pemerintahan George W. Bush, termasuk: Menteri Pertahanan DonaldRumsfeld; Perwakilan Perdagangan AS dan kepala Bank Dunia Robert Zoellick; Wakil MenteriLuar Negeri Richard Armitage; Wakil Menteri Pertahanan dan Presiden Bank Dunia PaulWolfowitz; bawahan Menteri Luar Negeri John Bolton; Asisten Menteri Pertahanan PeterRodman; dan pejabat senior Dewan Keamanan Nasional Elliot Abrams dan Zalmay Khalilzad.19)

Dari jabatannya di Departemen Luar Negeri, tentu saja Dobriansky menjadi pendukung publikyang agresif akan Revolusi Warna (yang didanai Pemerintah AS). Dobriansky sempat mengutippidato Pelantikan George W. Bush yang menyerukan penyebaran “lembaga dan gerakandemokratis di setiap negara dan budaya … (dan) mengakhiri tirani di dunia kita.”20) Pada akhirFebruari 2005, menanggapi aksi unjuk rasa anti-Suriah di Lebanon, Dobriansky menyatakan:“Sebagaimana presiden mencatat di Bratislava minggu lalu bahwa ada rose revolution di Georgia,orange revolution di Ukraina, dan baru-baru ini, purple revolution di Irak. Di Lebanon, kitamelihat pertumbuhan momentum cedar revolution.”21)

Beberapa peran Paula Dobriansky setelah tahun 2004 adalah untuk mengendalikan aktivitas danorganisasi Departemen Luar Negeri AS, termasuk NGO milik AS di Tibet. Fokus terhadap Tibetjelas menjadi bagian strategi jangka panjang Washington dalam menaikkan tensi tekananterhadap Beijing.

Demokrasi dan Bahan Baku MentahTarget utama AS dalam ‘Perang Opium’ baru melawan Tiongkok, istilah halusnya‘mempromosikan demokrasi’, adalah sumber vital bahan baku mentah Tiongkok. Secara khusus,

AS menargetkan Myanmar, Sudan, dan Tiongkok itu sendiri – melalui organisasi Dalai Lama diTibet dan sekte Falun Gong di Tiongkok. Untuk menyempurnakan tujuan mereka, dinas intelijenrahasia AS kembali masuk ke NGO yang mereka dirikan secara diam-diam, menggunakanpertempuran air mata ‘pelanggaran hak asasi manusia’ dan ‘demokrasi’.

Pendekatan ini adalah bagian dari metode yang paling efektif dari ‘perang halus’ yang sangatmaju sejak tahun 1980-an yang dirancang oleh lembaga intelijen AS untuk melucuti danmengacaukan rezim yang dianggapnya ‘tidak kooperatif’. Negara-negara yang ditargetkan tidakhanya dipilih dalam sekali – khususnya serangan masal media internasional yang dipimpin CNNdan BBC – sebagai pemerkosa ‘hak asasi manusia’. Definisi hak asasi manusia, tentu saja, dibuat-buat oleh negara penuduh, Amerika Serikat, yang masih kebal terhadap tuduhan serupa sampaisaat ini. Hal seperti itu menjadi sebuah permainan yang dikendalikan di mana lembaga AS, mulaidari Departemen Luar Negeri sampai komunitas intelijen, bekerja di balik segelintir NGO yangmengaku ‘netral’ dan ini sangat berpengaruh.

Tahun 1980-an, selama pemerintahan Ronald Reagan, lembaga intelijen AS dan Departemen LuarNegeri menghabiskan jutaan dolar untuk menciptakan sebuah jaringan global NGO yang rumitdan canggih dan organisasi yang berpura-pura filantropis. NGO dan ‘yayasan’ akan melayanistrategi AS sebagai sebuah sayap dalam upaya untuk menggiring seluruh planet di bawah FullSpectrum Dominance. Seorang peneliti proses Australia, Michael Barker, menyebutnya ‘theProject for a New American Humanitarianism, sebuah serangan HAM.”22)

Proyek tersebut merupakan hasil pengembangan yang menjadi salah satu senjata yang palingefektif dalam memperluas pengaruh dominasi global Amerika. Proyek tersebut juga berhasilmenghindari pengawasan media utama dalam dunia pers Barat. Barker menjelaskan tentangpenyebaran berbagai macam organisasi garis depan bermuka ‘hak asasi manusia dan pro-demokrasi’ yang didanai pemerintah AS, mulai dari NED sampai Human Rights Watch dan InstitutOpen Society:

The loose collection of concerned activists that coalesce within the Project for a New AmericanHumanitarianism help sustain imperialism by both providing it with ‘moral cover’ and sanctioningthe abandonment of the rule of law in the purported interest of human rights.

Koleksi bebas para aktivis yang terlibat dalam Proyek untuk American Humanitarianismmembantu mempertahankan imperialisme dengan memberikan ‘perlindungan moral’ danmendukung pengabaian aturan hukum – yang katanya – demi kepentingan hak asasi manusia.23)

BrzezinskiItu lah senjata yang dilepaskan oleh Washington untuk memaksa perubahan rezim di Myanmar,dengan model destabilisasi revolusi warna yang juga digunakan Washington untuk membawakerusakan di Georgia dan Ukraina pada tahun 2004.

Dikenal sebagai ‘Saffron Revolution‘ di Myanmar, yang mengacu pada jubah safron para biarawanBudha yang melakukan aksi unjuk rasa. Di Tibet, disebut sebagai ‘Crimson Revolution‘. Di Sudan

disebut secara sederhana, yakni ‘genosida’. Dalam setiap kasus, kekuatan Pentagon dan dinasintelijen AS, dalam koordinasi dengan Departemen Luar Negeri dan NGO terpilih seperti NED,terlibat dalam merubah HAM menjadi senjata untuk memperluas kendali kepentingan AS danmencegah munculnya ‘emerging near-peers‘. terutama Tiongkok dan Rusia.

Catatan Admin:

Tulisan ini diambil dari buku yang berjudul, “Full Spectrum Dominance: Totalitarian Democracy InThe New World Order” yang ditulis oleh F. William Engdahl yang merupakan peneliti ekonomi,sejarawan, dan jurnalis freelance. Namun, ada beberapa kata atau kalimat yang ditambah olehadmin agar mudah dipahami oleh para pembaca.Ketika mengambil atau mengutip segala materi baik dalam bentuk tulisan maupun hasilterjemahan dari website Eskatogi Islam ini, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Referensi [ + ]