bab ii modernisasi militer tiongkok

35
21 BAB II MODERNISASI MILITER TIONGKOK Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang modernisasi militer Tiongkok beserta faktor-faktor apa saja yang menjadi landasan bagi Tiongkok dalam melakukan modernisasi pada sektor militernya. Kemudian langkah-langkah strategis apa yang diterapkan pemerintah Tiongkok dalam mewujudkan militer yang tangguh dan modern. 2.1 Latar Belakang Modernisasi Militer Tiongkok Terdapat beberapa faktor yang menjadi dasar mengapa Tiongkok melakukan modernisasi pada sektor militernya. Beberapa di antaranya adalah pertumbuhan ekonomi yang baik, kebutuhan Tiongkok dalam melindungi kedaulatan wilayahnya serta adanya kepentingan Tiongkok dalam membendung kehadiran militer Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik. 2.1.1 Kebangkitan Ekonomi Proklamasi kemerdekaan Tiongkok pada tanggal 1 Oktober 1949 di lapangan Tiananmen menandai lahirnya negara Republik Rakyat Tiongkok modern di bawah kepimpinan Mao Zedong. Sebagai negara baru yang lahir pasca- berakhirnya Perang Dunia Kedua (PD II), RRT dan banyak negara-negara lainnya di seluruh dunia mengalami tantangan yang hampir serupa, yakni state rebuilding (bangkit dari keterpurukan pascaperang), rekonstruksi ekonomi, dan reorientasi geopolitik. Pada permulaan masa pemerintahannya, Mao Zedong disibukkan

Upload: others

Post on 07-Feb-2022

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

21

BAB II

MODERNISASI MILITER TIONGKOK

Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang modernisasi militer

Tiongkok beserta faktor-faktor apa saja yang menjadi landasan bagi Tiongkok

dalam melakukan modernisasi pada sektor militernya. Kemudian langkah-langkah

strategis apa yang diterapkan pemerintah Tiongkok dalam mewujudkan militer

yang tangguh dan modern.

2.1 Latar Belakang Modernisasi Militer Tiongkok

Terdapat beberapa faktor yang menjadi dasar mengapa Tiongkok

melakukan modernisasi pada sektor militernya. Beberapa di antaranya adalah

pertumbuhan ekonomi yang baik, kebutuhan Tiongkok dalam melindungi

kedaulatan wilayahnya serta adanya kepentingan Tiongkok dalam membendung

kehadiran militer Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik.

2.1.1 Kebangkitan Ekonomi

Proklamasi kemerdekaan Tiongkok pada tanggal 1 Oktober 1949 di

lapangan Tiananmen menandai lahirnya negara Republik Rakyat Tiongkok

modern di bawah kepimpinan Mao Zedong. Sebagai negara baru yang lahir pasca-

berakhirnya Perang Dunia Kedua (PD II), RRT dan banyak negara-negara lainnya

di seluruh dunia mengalami tantangan yang hampir serupa, yakni state rebuilding

(bangkit dari keterpurukan pascaperang), rekonstruksi ekonomi, dan reorientasi

geopolitik. Pada permulaan masa pemerintahannya, Mao Zedong disibukkan

22

dengan upaya-upaya tersebut. Salah satu hal yang dilakukan adalah dengan

mengeluarkan kebijakan Great Leap Forwards (Lompatan Besar ke Depan).

Namun adanya kebijakan ini di satu sisi justru membuat kondisi RRT semakin

terpuruk. Akibat dari diberlakukannya kebijakan tersebut, sekitar 30-40 juta

penduduk Tiongkok meninggal karena kelaparan. Disamping itu, Mao juga

mengeluarkan kebijakan Cultural Revolution (Revolusi Kebudayaan) yang juga

gagal dalam penerapannya. Kebijakan revolusi kebudayaan ini hampir membuat

perekonomian Tiongkok runtuh. Selama penerapan kebijakan tersebut Tiongkok

telah kehilangan dana sebesar 100 miliar yuan. 1

Di era kepemimpinan Mao Zedong, kondisi perekonomian RRT tidak

memperlihatkan sesuatu yang positif. Hal tersebut di samping karena kegagalan

pengaplikasian kebijakan ekonom i juga dikarenakan oleh kebijakan pemerintah

yang terlalu proteksionis dalam menjalankan roda perekonomian. Semua kegiatan

perekonomian negara diatur dan dikendalikan oleh pemerintah pusat mulai dari

penentuan jenis produksi sampai dengan penentuan harga pasar. Pihak swasta

maupun investor asing tidak boleh terlibat dalam kegiatan-kegiatan ekonomi. 2 Hal

ini yang menjadi salah satu faktor mengapa PDB Tiongkok tidak mampu tumbuh

dengan baik. Dari rentang waktu 1953-1978, PDB negara hanya berkisar pada

angka rata-rata 4,4 persen per tahun. Kondisi tersebut paralel dengan standar

hidup masyarakat Tiongkok yang juga kian menurun. Standar hidup masyarakat

1 Kent Deng, From Economic Failure to Economic Reform: Lessons from China’s

modern growth, 1949 to 2012, hal. 143. Diakses dari

https://ugp.rug.nl/groniek/article/download/19520/16998 , (01/04/2018, 09:23 WIB) 2 Morrison, Op. Cit., hal. 2.

23

turun 20,3 persen pada 1958-1962 dan pada tahun 1966-1968 turun lagi menjadi

9,6 persen.3

Sepeninggal Mao pada tanggal 9 September 1976, tampuk kekuasaan

Tiongkok berpindah tangan kepada Deng Xiaoping. Pada era pemerintahan Deng

Xiaoping inilah perekonom ian Tiongkok mulai bangkit. Deng memperbaiki

kondisi ekonomi Tiongkok yang sempat kacau di masa Mao dengan melakukan

reformasi terhadap sistem perekonomian negaranya. Deng Xiaoping tidak lagi

menerapkan model perekonom ian kom unis sosialis yang memberlakukan

intervensi absolut dari pemerintah pusat namun dia menerapkan sistem ekonomi

kapitalis dengan mengedepankan sektor industri serta mengeliminasi intervensi

yang kuat dari pemerintah. 4 Walaupun Deng Xiaoping dikenal sangat sosialis,

namun dia tidak mempermasalahkan sistem ekonomi kapitalis yang ia terapkan

selama sistem tersebut mampu untuk mengangkat perekonomian negara dan

meningkatkan standar hidup masyarakatnya. Deng Xiaoping mengistilahkan

penerapan sistem ekonomi kapitalis tersebut dengan adagium “Black cat, white

cat, what does it matter what color the cat is as long as it catches mice?”.5

Reformasi kebijakan ekonomi Deng Xiaoping dimulai dengan 1)

menciptakan Special Economic Zones (SEZs/Kawasan Ekonomi Khusus) di

beberapa wilayah; 2) membuka kran investasi asing dan mengembangkan sektor

pariwisata; 3) menghapus sistem administrasi yang berbelit; 4) mengganti “laba

kepatuhan” menjadi pajak formal; 5) deregulasi terhadap kontrol harga pada

3 Ibid., hal. 3. 4 Akhmad Muawal Hasan, 2018, Deng Xiaoping yang Membunuh Komunisme Cina ,

dalam Tirto.id edisi 19 Februari 2018. Diakses dari https://tirto.id/deng -xiaoping-pemimpin-yang-

membunuh-komunisme-cina-cESD, (02/04/2018, 08:11 WIB) 5 Morrison, Op. Cit., hal. 4.

24

barang-barang kebutuhan pokok; 6) mengizinkan tenaga kerja asing untuk bekerja

di Tiongkok;6 7) memberikan wewenang (otonom i) kepada pemerintah provinsi

untuk mengatur perekonomian daerahnya masing-masing; serta 8) mendorong

masyarakat untuk mulai menciptakan bisnisnya sendiri. 7

Reformasi ekonomi yang dilakukan Deng Xiaoping ternyata menunjukkan

hasil. Secara berkala, pertumbuhan ekonomi Tiongkok mulai memperlihatkan

peningkatan di setiap tahunnya. Produktivitas petani meningkat, bahan pangan

mudah didapatkan, dan angka kemiskinan menurun. PDB Tiongkok naik dari

sebelumnya yang berada pada rata-rata 4,4 persen di tahun 1953-1978 menjadi 9,6

persen di tahun 1981-1983. Di salah satu SEZs, Shenzen, pertumbuhan

ekonominya bahkan mampu melaju hingga 75 persen pada periode yang sama.8

Keberhasilan Deng Xiaoping mereformasi sektor ekonomi telah merubah kondisi

Tiongkok dari negara berkembang yang tidak begitu memiliki peran yang cukup

signifikan dalam percaturan ekonomi dunia kini menjadi salah satu aktor utama

sekaligus pendatang baru (the new emerging power) dalam aktivitas

perekonomian global.

Pasca-kepemimpinan Deng Xioping (1978-1989), ekonomi Tiongkok terus

melaju pesat. Dari tahun 1978-2000, total nilai perdagangan luar negeri Tiongkok

naik 110 kali lipat yakni dari 35,5 miliar yuan menjadi 3.927 miliar yuan. 9

Kemiskinan menurun dari 53 persen di tahun 1981 menjadi 8 persen di tahun

2009. PDB meningkat. Menurut data dari Bank Dunia, terjadi peningkatan pada

6 Deng, Op. Cit., hal. 150. 7 Morrison, Op. Cit. 8 Hasan, Loc. Cit. 9 Deng, Op. Cit., hal. 151.

25

PDB Tiongkok di periode 2009-2016. Pada tahun 2009, nilai PDB Tiongkok

berkisar 5,109 triliun dolar AS dan naik menjadi 11,199 triliun dolar AS di tahun

2016. Dengan kata lain, Tiongkok menjadi negara yang menyumbang 18 persen

perekonomian dunia.10

Di samping itu, dalam dua dekade terakhir Tiongkok mampu

mempertahankan pertumbuhan ekonominya dan berhasil menggeser posisi Jepang

sebagai negara dengan perekonomian terbesar pertama di kawasan Asia Pasifik

dan ke dua di dunia pada tahun 2010. Di mana pada tahun 2009, nilai PDB

Tiongkok sebesar 5,109 miliar dolar AS dan PDB Jepang sebesar 5,231 m iliar

dolar AS. Satu tahun setelah itu, PDB Tiongkok berhasil menyalip nilai PDB

Jepang. Total nilai PDB Jepang pada waktu itu sebesar 5,700 miliar dolar AS

sementara PDB Tiongkok sebesar 6,100 miliar dolar AS. 11 Selain itu, PDB

Tiongkok juga diprediksi akan mengalahkan PDB Amerika Serikat pada tahun

2050 dengan nilai PDB sebesar 105,19 triliun dolar AS. Bank Dunia menyebut

kebangkitan ekonomi Tiongkok sebagai “ the fastest sustained expansion by a

major economy in history”.12

Keberhasilan Tiongkok dalam meningkatkan perekonom iannya menjadi

salah satu faktor determinan mengapa T iongkok melakukan modernisasi pada

sektor militernya.13 Faktor ekonomi menjadi penting dalam hal modernisasi

10 China GDP , dalam Trading Economics, diakses dari

https://tradingeconomics.com/china/gdp, (06/04/2018, 10:12 WIB) 11 Andrew Monahan, 2011, China Overtakes Japan as World’s No. 2 Economy , The Wall

Street Journal, 14 Februari 2011. Diakses dari

http://www.wsj.com/articles/SB10001424052748703361904576142832741439402 , (06/04/2018:

11:20 WIB) 12 Morrison, Op. Cit., hal. 1. 13 Parulian Simamora, 2013, Peluang & Tantangan Diplomasi Pertahanan, Yogyakarta:

Graha Ilmu, hal. 135.

26

militer karena terbentuknya kekuatan militer yang tangguh dan modern tidak

dapat dipisahkan dari besaran anggaran militer yang dialokasikan oleh negara.

Jika anggaran militernya terpenuhi (cukup) maka kekuatan militer, seperti

kesejahteraan (gaji) personel, peremajaan alutsista, dan riset teknologi militer

dapat terpenuhi dengan baik. Kesemuanya itu akan sulit terrealisasi jika tidak

didukung dengan kondisi perekonomian yang baik dan stabil.

2.1.2 Kepentingan Nasional (Menjaga Kedaulatan Negara)

Selain karena adanya percepatan pada sektor ekonomi, modernisasi militer

Tiongkok juga dibentuk oleh kebutuhan negara untuk mempertahankan

kepentingan nasional dan kedaulatan teritorialnya. Hal ini sebagaimana yang

tercantum dalam pasal 29 konstitusi Tiongkok yang menyebutkan bahwa:14

Article 29

The armed forces of the People’s Republic of China belong to the

people. Their tasks are to strenghten national defence, re sist

aggression, defend the motherland, safeguard the people’s peaceful

labour, participle in national reconstruction, and work hard to serve

the people.

The state strengthens the revolutionization, modernization and

regulation of the armed forces in orde r to increase the national

defence capability.

Pasal 29

[Angkatan bersenjata Republik Rakyat Tiongkok adalah milik

rakyat. Mereka bertugas untuk memperkuat pertahanan nasional,

menangkal agresi, mempertahankan ibu pertiwi, menciptakan rasa

aman pada masyarakat, berpartisipasi dalam pembangunan nasional

dan bekerja keras untuk melayani rakyat.

Modernisasi, pembaharuan dan pengaturan kekuatan militer

bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas pertahanan nasional].

14 Constitution of the People’s Republic of China , diakses dari

http://en.people.cn/constitution/constitution.html, (07/04/2018, 12:57 WIB)

27

Kepentingan menjaga kedaulatan negara menjadi hal utama bagi Tiongkok

terlebih dengan melihat cakupan kondisi geografisnya yang begitu luas, yakni

sekitar 9,5 juta km 2, serta kondisi geografisnya yang begitu strategis di mana

Tiongkok memiliki 14 negara yang berbagi perbatasan secara langsung

dengannya. Ke-14 negara tersebut adalah Korea Utara, Rusia, Mongolia,

Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Afganistan, Pakistan, India, Nepal, Bhutan,

Myanmar, Laos, dan Vietnam.

Gambar 2.1 Negara-negara yang Berbatasan Langsung dengan RRT

Sumber: Into China Travel15

Dengan kondisi geografis dan geostrategis tersebut, potensi ancaman yang

akan dihadapi oleh Tiongkok di masa datang menjadi semakin kompleks. Oleh

karena itu, postur militer yang tangguh dan modern diperlukan Tiongkok untuk

melindungi kedaulatan dan kepentingan nasionalnya dari proyeksi multidimensi

ancaman yang akan dihadapinya kelak baik berupa ancaman yang datang dari

15 China’s 14 Bordering Countries, dalam Into China Travel, diakses dari

www.intichinatravel.com/chinas-14-bordering-countries/, (07/04/2018, 13:10 WIB)

28

dalam maupun luar negaranya. Namun, jika melihat tingkah laku Tiongkok baik

di kawasan Asia Timur maupun Asia Tenggara yang cenderung agresif dan asertif

maka potensi ancaman yang berasal dari luar teritorialnya diproyeksi akan jauh

lebih kompleks dari pada potensi ancaman yang berasal dari dalam negeri.

Indikasi ini dikarenakan oleh beberapa faktor seperti belum terselesaikannya

sengketa antara Tiongkok dengan sebagian negara tetangganya terkait

permasalahan tumpang tindih kepemilikan wilayah perbatasan.

Beberapa daerah perbatasan yang masih menjadi sengketa antara Tiongkok

dengan negara-negara tetangganya, antara lain pertama, wilayah Arunachal

Pradesh, Sikkim, dan Aksai Chin di perbatasan sekitar Himalaya yang

diperebutkan oleh Tiongkok dan India. Arunachal Pradesh dan Sikkim adalah

daerah perbatasan ke dua negara yang berada di sebelah timur. Wilayah ini berada

di bawah adm inistrasi India namun diklaim oleh Tiongkok. Sementara Aksai Chin

terletak di sisi sebelah barat dan dikuasai oleh Tiongkok namun diklaim oleh

India.16

Permasalahan perbatasan antara Tiongkok dan India terbilang cukup serius

sampai pernah pecah perang di tahun 1962. Peperangan tersebut banyak menelan

korban jiwa di ke dua belah pihak. India kehilangan 1.383 warganya dan 1.042

lainnya mengalami luka-luka. Sementara itu, 722 penduduk Tiongkok meninggal

dan 1.697 lainnya mengalami luka-luka.17

16 Stuart Kenny, 2015, China and India: A ‘New Great Game’ founded on historic

mistrust and current competition , Centre for Defence and Strategic Studies, hal. 3. Diakses dari

www.defence.gov.au/adc/publications/publications.html, (07/04/2018, 21:56 WIB) 17 Yantina Debora, 2017, Perselisihan antara Cina dan India yang Tak Kunjung Usai ,

Tirto.id, 08 Agustus 2017. Diakses dari https://tirto.id/perselisihan-antara-cina-dan-india-yang-tak-

kunjung-usai-c t8E, (08/04/2018, 16:44 WIB)

29

Gambar 2.2 Peta Sengketa Wilayah Perbatasan antara RRT dengan India

Sumber: The Heritage Foundation 18

Kedua, sengketa kepemilikan kepulauan Spratly dan Paracel.19 Spratly dan

Paracel adalah suatu gugusan dari pulau-pulau kecil, diperkirakan terdiri lebih dari

100 pulau karang dan atol20 yang berada di perairan Laut Tiongkok Selatan.21

Kawasan ini menjadi sangat penting karena potensi geografis maupun sumber

18 Dean Cheng and Lisa Curtis, 2011, The China Challenge: A Strategic Vision for U.S.

India Relations , The Heritage Foundation, 18 Juli 2011. Diakses dari

https://www.heritage.org/asia/report/the-china-challange-strategic -vision-us-india-relations,

(08/04/2018, 22:24 WIB) 19 Tiongkok menyebut Pulau Spartly dengan nama Nansha dan Pulau Paracel dengan

sebutan Xisha. 20 Atol, pulau karang berbentuk lingkaran atau gelang yang terjadi karena puncak suatu

bukit karang menonjol di atas muka laut (biasanya di tengahnya terdapat danau). 21 Timotius Triswan Larosa, Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terkait Konflik Laut

Cina Selatan dalam Sukawarsini Djelantik, 2015, Asia Pasifik: Konflik, Kerjasama dan Relasi

Antarkawasan, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, hal. 141.

30

daya alam yang terkandung di dalamnya. Diperkirakan terdapat 5,4 triliun meter

kubik gas alam dan 11 miliar barel minyak yang belum tereksploitasi .22 Di

dalamnya juga terdapat kandungan ikan yang melimpah di mana 7 persen dari

produksi ikan dunia berasal dari kawasan ini. 23 Sementara secara geografis,

wilayah ini sangat strategis karena berfungsi sebagai jalur komunikasi dan

pelayaran internasional yang paling sibuk di dunia. Oleh karenanya, wilayah ini

sering dijuluki sebagai maritime superhighway .24

Gugusan kepulauan Spratly dan Paracel ini diperebutkan oleh dua negara

di Asia Timur (Taiwan dan Tiongkok) serta empat negara di Asia Tenggara

(Brunei Darussalam, Filipina, Malaysia , dan Vietnam). Tiongkok dan Vietnam

mengklaim keseluruhan wilayah kepulauan ini. Filipina mengklaim kepemilikan

atas 8 pulau dan 3 pulau diklaim Malaysia. 25 Masing-masing negara memiliki

dasar sendiri atas klaim wilayah kepulauan strategis ini. Tiongkok dan Vietnam

mengklaim kepemilikan gugusan pulau ini atas dasar sejarah yang mereka miliki.

Filipina mengklaim berdasarkan atas letak geografis dan menyatakan bahwa

kawasan tersebut masuk dalam wilayah Filipina Barat. Sementara Brunei

Darussalam dan Malaysia mengklaim atas dasar zona ekonomi eksklusif (ZEE)

sebagaimana yang diatur dalam pasal 57 konvensi PBB tentang hukum laut

22 Sukawarsini Djelantik, Peta Konflik di Asia-Pasifik dalam Sukawarsini Djelantik, Ibid.,

hal. 123. 23 Aisha R. Kusumasomantri, 2015, Strategi Hedging Indonesia terhadap Klaim

Teritorial Cina di Laut Cina Selat, Jurnal Politik Internasional (G lobal), Vol. 17, No. 1 (48-80),

hal. 49. Diakses dari http://global.ir.fisip.ui.ac.id/index.php/global/article/download/28/202 ,

(10/04/2018, 20:15 WIB) 24 Purnama Wulandari, Kegagalan Code of Conduct (COC) dan Tantangan bagi ASEAN

dalam Penyelesaian Sengketa Wilayah Laut Cina Selatan dalam Prosiding Seminar Nasional

“Kontribusi Studi Hubungan Internasional dalam Integrasi ASEAN Community 2015 ”,

Yogyakarta: Buku Litera, hal. 113. 25 Sukawarsini Djelantik, Op. Cit., hal. 124.

31

internasional (United Nations Convention on the Law of the Sea/UNCLOS) tahun

1982 yang menyatakan bahwa ZEE suatu negara tidak boleh lebih dari 200 mil

laut dari garis pangkal (pantai). 26

Gambar 2.3 Peta Sengketa Wilayah Perbatasan antara RRT dengan beberapa

Negara di Asia Tenggara

Sumber: news.abs-cbn.com 27

Saling klaim kedaulatan atas kepulauan ini sudah berlangsung cukup lama

dan diperburuk dengan adanya beberapa kegiatan yang melibatkan kekuatan

militer. Pada tahun 1974 dan 1988 sempat berkecamuk dua kali peperangan antara

26 Yudha Kurniawan, Quo Vadis Konflik Laut China Selatan dalam Prosiding Seminar

Nasional “Kontribusi Studi Hubungan Internasional dalam Integrasi ASEAN Community 2015 ”,

Yogyakarta: Buku Litera, hal. 149. 27 Ben Blanchard and Nick Macfie (Ed.), 2017, China opens cinema at disputed South

China Sea islands . news.abs-cbn, 25 Juli 2017. Diakses dari https://news.abs-

cbn.com/news/07/25/17/china -opens-cinema-at-disputed-south-china-sea-islands, (11/04/2018,

09:34 WIB)

32

Tiongkok dan Vietnam di kawasan ini di mana puluhan tentara Vietnam tewas. 28

Insiden antara Tiongkok dan Vietnam kembali terjadi pada bulan Maret 2013 di

mana Tiongkok melakukan penembakan atas kapal-kapal nelayan milik Vietnam

hingga terbakar.29 Selain itu, pada 9 Mei 2013, seorang nelayan Taiwan bernama

Hung Shi-Cheng tewas tertembak oleh pasukan penjaga pantai Filipina. 30 Adanya

masalah tumpang tindih status wilayah perbatasan antara Tiongkok dan beberapa

negara tetangganya menjadi salah satu alasan Tiongkok untuk meningkatkan

kekuatan militernya.

2.1.3 Membendung Kehadiran Militer Amerika Serikat di Kawasan Asia

Pasifik

Amerika Serikat adalah salah satu negara yang memiliki perhatian

(kepentingan) cukup besar terhadap kawasan Asia Pasifik. Bagi Amerika Serikat

kawasan Asia Pasifik memiliki nilai yang sangat strategis baik secara ekonomi

maupun politik. Presiden Amerika Serikat Ronald Reagen pada Agustus 1984

pernah menyatakan bahwa masa depan dunia berada di kawasan Asia Pasifik,

“You cannot help but feel the great Pacific Basin, with all its nations and all its

potential for growth and development. That’s the future...”.31

Namun, pasca-tragedi runtuhnya dua menara kembar, World Trade Center,

di New York pada tanggal 11 September 2001 (yang lebih dikenal dengan istilah

9/11) lanskap politik luar negeri (polugri) Amerika Serikat lebih diprioritaskan

28 Laut China Selatan: Menjaga Kedaulatan dari Atas Kapal Rusak , Kompas, 27 Mei

2013. 29 China Izinkan Turis ke Paracel, Kompas, 8 April 2013. 30 Taiwan Tuntut Filipina Minta Maaf: Sengketa Laut China Selatan Memakan Korban ,

Kompas, 11 Mei 2013. 31 Sukawarsini Djelantik, 2015, Kekuatan Nuklir, Militerisme, dan Peran Amerika Serikat

di Asia-Pasifik, hal. 45, dalam Sukawarsini, Op. Cit.

33

pada agenda War on Terror (Pemberantasan Terorisme). Yang mana selama

kurang lebih sepuluh tahun pasca-tragedi 9/11 sebagian besar kekuatan militer

Amerika Serikat dikerahkan untuk aksi perang terhadap terorisme di kawasan

Timur Tengah khususnya di Irak dan Afganistan. 32

Setelah berakhirnya perang Irak pada tahun 2010 dan dim ulainya masa

transisi kepemimpinan di Afganistan pada tahun 2011 pemer intah Amerika

Serikat mulai mengurangi jumlah kekuatan militernya yang berada di Timur

Tengah. Pengurangan pasukan bersenjata ini mengindikasikan bahwa arah polugri

Amerika Serikat tidak lagi difokuskan di kawasan Timur Tengah. Fokus polugri

Amerika Serikat kemudian mulai bergeser ke kawasan Asia Pasifik. Pergeseran

arah politik luar negeri Amerika Serikat ke Asia Pasifik mulai nampak di era

kepemimpinan Presiden Barrack Husein Obama.33 Sebagaimana yang

diungkapkan oleh Presiden Obama dalam pidatonya yang disampaikan di depan

anggota Parlemen Australia saat melakukan lawatan diplomatik ke Australia pada

tanggal 16 November 2011. Berikut kutipan dari pidato Presiden Obama:

“Here, we see the future. As the world’s fastest-growing region, and

home to more than half the global economy, the Asia Pacific is

critical to achieving my highest priority, and that’s creating jobs and

opportunity for the American people. With most of the world’s

nuclear power and some half of humanity, Asia w ill largely define

whether the century ahead will be marked by conflict or cooperation,

needless suffering or human progress”.34

32 Khairunnisa, 2013, Kebijakan Militer Amerika Serikat di Asia Pasifik 2009-2012,

eJournal Ilmu Hubungan Internasional Universitas Mulawarman, Vol. 1, No. 3 (589 -604), hal.

589. Diakses dari https://id.scribd.com/document/326237685/e -Journal-Khairunnisa-08-27-13-12-

17-38, (13/04/2018, 21:10 WIB) 33 Ibid., hal. 590. 34 Ernest Bower, dkk., 2016, Asia-Pacifc Rebalance 2025: Capabilities, Presence, and

Partnerships, Washington, DC: Center for Strategic & International Studies, hal. 2. Diakses dari

https://csis-prod.s3.amazonaws.com/s3fs-

public/publication/160119_Green_AsiaPacificRebalance2025_Web_0.pdf , (14/04/2018, 01:10

WIB)

34

Perhatian Presiden Obama terhadap kawasan Asia Pasifik dipertegas

dengan rencana Amerika Serikat untuk menempatkan sejumlah pasukan

militernya di Australia. Setelah menyampaikan pidato di depan parlemen

Australia di Canberra, keesokan harinya Presiden Obama terbang ke Darwin

untuk membahas tentang kerjasama pertahanan antara Australia dan Amerika

Serikat. Dalam pembahasan tersebut disepakati bahwa Amerika Serikat akan

menempatkan 2.500 marinirnya di pangkalan militer milik Australia yang berada

di Darwin. Kehadiran militer Amerika Serikat di wilayah Australia bagian utara

ini menyiratkan pesan implisit bahwa Amerika Serikat memiliki perhatian yang

cukup besar akan agresifitas Tiongkok terkait konflik di Laut Tiongkok Selatan

dan adanya keinginan Amerika Serikat untuk memainkan peran di bidang

keamanan yang lebih besar pada kawasan Asia Pasifik.35

Hadirnya militer Amerika Serikat di Darwin juga menjadi pelengkap dari

keberadaan personel angkatan bersenjata Amerika lainnya yang sudah tersebar di

kawasan Pasifik sejak masa PD II. Sebaran pasukan bersenjata Amerika Serikat

tersebut dapat ditemukan antara lain di Korea Selatan, Jepang, Guam, Filipina ,

dan Singapura.

35 Dan Robinson, 2011, Obama: Perjanjian Militer AS-Australia akan Tingkatkan

Keamanan Asia Pasifik , voaindonesia.com Diakses dari https://www.voaindonesia.com/a/obama-

perjanjian-militer-as-australia -akan-tingkatkan-keamanan-kawasan-134072618/100861.html,

(14/04/2018, 15:13 WIB)

35

Gambar 2.4 Militer Amerika Serikat di Asia Pasifik

Sumber: Thomson Reuters36

Keberadaan militer Amerika Serikat di Korea Selatan merupakan warisan

dari sisa-sisa Perang Korea yang berlangsung sejak tahun 1950-1953. Gencatan

senjata yang berlangsung sejak tahun 1953 sampai dengan hari ini menyebabkan

36 U.S. military in West Pacific dalam Thomson Reuters. Diakses dari

https://blogs.thomsonreuters.com/answerson/us -military-in-the-west-pacific -graphic /, (14/04/2018,

16:35 WIB)

36

masih beroperasinya sekitar 28.500 personel militer Amerika Serikat di Korea

Selatan. Mereka tersebar di wilayah Cinhae, Kunsan, dan Osan.37

Di Jepang, kehadiran militer Amerika Serikat sudah berlangsung sejak era

pendudukan pasca berakhirnya PD II. Jumlah militer Amerika Serikat di Jepang

adalah yang terbanyak dari semua angkatan bersenjata Amerika yang berada di

Pasifik, yakni sekitar 50.000 personel. Mereka tersebar di wilayah Atsugi,

Futenma, Iwakuni, Kadena, Misawa, Okinawa, Sasebo, Yokosuka , dan Yokota.38

Amerika Serikat juga memiliki lebih dari 5.000 personel di Guam.

Sementara itu, di Filipina terdapat dua pangkalan militer Amerika yang sudah

beroperasi sejak awal tahun 1990-an, yaitu di Clarck (1907) dan Subic (1917).

Kala itu Filipina masih berada di bawah koloni Amerika Serikat. 39 Pada tahun

2014, terjalin kerjasama peningkatan pertahanan (Enhanced Defense Cooperation

Agreement/EDCA) antara Amerika Serikat dan Filipina. Isi kerjasama pertahanan

tersebut adalah tentang pembangunan lima pangkalan militer baru Amerika

Serikat di Filipina.40 Kelima pangkalan militer tersebut adalah Antonio Bautista

Air Base di Palawan, Basa Air Base di sebelah baratlaut Manila, Fort Magsaysay

di sebelah utara Luzon, Lumbia Air Base di selatan Mindanao, dan Mactan-Benito

Air Base di Cebu.41 Maka tidak mengherankan jika lautan Pasifik kemudian

37 The US has a massive military presence in the Asia -Pacific. Here’s what you need to

know about it, Pri.org. Diakses dari https://www.pri.org/stories/2017 -08-11/us-has-massive-

military-presence-asia-pacific -heres-what-you-need-to-know-about-it, (15/04/2018, 10:50 WIB). 38 Ibid. 39 Petrik Matanasi, 2016, Pangkalan Militer Amerika di Filipina , Tirto.id, 13 Juli 2016.

Diakses dari https://tirto.id/pangkalan -militer-amerika-di-filipina -bsUh, (15/04/2018, 11:12 WIB) 40 Presiden Duterte Beri Akses AS Bangun 5 Pangkalan Mili ternya, Tempo.co, 27 Januari

2017, Diakses dari https://dunia.tempo.co/read/840318/presiden-duterte-beri-akses-as-bangun-5-

pangkalan-militernya, (15/04/2018, 11:19 WIB) 41 Andrew Tilghman, 2016, The U.S. Military is Moving into these 5 bases in the

Philippines , Military Times, 21 Maret 2016. Diakses dari

37

dikenal dengan istilah “Danaunya Amerika” karena sebaran pasukan militernya

yang begitu masif di kawasan ini.42

Hadirnya militer Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik juga turut

membuat Tiongkok merasa terancam. Oleh sebab itu, menurut Richard Bitzinger,

modernisasi militer yang gencar dilakukan oleh Tiongkok salah satu tujuanannya

adalah untuk membendung kehadiran militer Amerika Serikat di kawasan Asia

Pasifik.43

2.2 Modernisasi Militer Tiongkok

Setelah sukses dengan reformasi pada sektor ekonomi yang dimulai sejak

tahun 1979, pemerintah Tiongkok kemudian melanjutkan reformasi pada sektor

militer. Reformasi sektor militer juga menjadi salah satu prioritas utama dari

empat reformasi44 yang dicanangkan oleh Deng Xiaoping. Beberapa hal yang

dilakukan pemerintah guna mereformasi sektor militer, antara lain dengan

melakukan perubahan pada strategi militer, meningkatkan anggaran belanja

militer, meningkatkan industri militer serta meningkatkan kapabilitas angkatan

bersenjata Tiongkok.

https://www.militarytimes.com/news/your-military/2016/03/21/the -u-s-military-is-moving-into-

these-5-bases-in-the-philippines/, (16/04/2018, 09:46 WIB) 42 Sukawarsini Djelantik, 2015, Kekuatan Nuklir, Militerisme, dan Peran Amerika Serikat

di Asia-Pasifik, hal. 43, dalam Sukawarsini, Op. Cit. 43 Richard A. Bitzinger, 2011, Modernising China’s Military, 1997-2012, Journal China

Perspectives, No. 2011/4, hal. 7. Diakses dari

https://journals.openedition.org/chinaperspectives/5701?file=1 , (17/04/2018, 09:28 WIB) 44 Empat reformasi yang dicanangkan Deng Xiaoping dikenal dengan istilah si ge xian dai

hua (The Four Modernizations) yang meliputi reformasi ekonomi, pertanian, ilmu pengetahuan

dan teknologi, serta militer. Lihat, Bunga, Op. Cit., hal. 1.

Konsep dari “Four Modernizations” sebenarnya sudah muncul pada tahun 1973, namun baru

diartikulasikan sejak Desember 1978. Lihat, Wayne Mapp, 2014, Military Modernisation and

Buildup in the Asia Pacific: The Case for Restraint , Singapura: S. Rajaratnam School of

International Studies, hal. 25. Diakses dari https://www.rsis.edu.sg/wp-

content/uploads/2014/11/Monograph31.pdf, (17/04/2018, 19:14 WIB)

38

2.2.1 Perubahan Strategi Militer

Di era kepemimpinan Mao Zedong strategi pertahanan Tiongkok lebih

diprioritaskan pada penguatan matra darat dan pantai. Penerapan strategi tersebut

menyesuaikan dengan kebutuhan pertahanan Tiongkok pada waktu itu, yakni

untuk menangkal hadirnya ancaman konvensional yang berupa agresi militer dari

negara lain serta upaya untuk menghadang kehadiran musuh di wilayah

perbatasan. Penerapan strategi ini hanya mengandalkan unsur manusia dan perang

gerilnya di mana menurut Mao perang gerilya adalah inti dari strategi pertahanan

Tiongkok. Strategi penguatan matra darat dan pantai ini diterapkan hingga awal

tahun 1980-an.45

Sejalan dengan keberhasilan revolusi ekonomi yang dijalankan oleh Deng

Xiaoping, pemerintah kemudian mulai melakukan revolusi pada sektor militer

sebagai pendukung pembangunan ekonomi nasional. Pada awal dekade 1980-an,

RRT mulai merevisi arah kebijakan strategis militernya dengan menerapkan

strategi pertahanan aktif (active defense). Secara umum, doktrin pertahanan aktif

dimaksudkan untuk menghadapi tiga kriteria ancaman, yakni ancaman perang

dunia, ancaman dalam menghadapi agresi negara asing, dan ancaman perang

terbatas dalam meghadapi konflik perbatasan. 46

Strategi pertahanan aktif yang diterapkan Deng Xiaoping tidak lagi

mengutamakan pada penguatan wilayah perbatasan saja namun sudah mulai

bergeser pada penguatan pertahanan di luar wilayah perbatasan. Hal ini

45 Yanyan Mochamad Yani, 2010, Makna Pengembangan Kekuatan Militer Cina , hal. 1

et seq. Diakses dari

http://repository.unpad.ac.id/4418/1/makna_pengembangan_kekuatan_militer_cina.pdf ,

(18/04/2018, 10:27 WIB) 46 Ibid., hal. 2.

39

menjadikan strategi perang rakyat yang melibatkan kekuatan manusia secara

masif tidak lagi mampu menjangkau titik-titik di luar perbatasan karena

keterbatasan kemampuan manusia. Akhirnya modernisasi militer Tiongkok

didorong pada penguatan angkatan udara dan laut dengan meningkatkan kekuatan

operasi militer berteknologi tinggi untuk memberikan respon yang cepat terhadap

hadirnya ancaman. 47 Doktrin modernisasi kekuatan militer ini kemudian menjadi

dasar pemerintah RRT untuk melakukan modernisasi militernya sejak tahun 1992

sampai saat ini.48

2.2.2 Peningkatan Anggaran Belanja Militer

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang mengalami peningkatan secara

signifikan setiap tahunnya pada akhirnya berimplikasi terhadap alokasi besaran

anggaran belanja militernya. Anggaran belanja militernya meningkat setidaknya

600 persen sejak tahun 1997. Pada akhir dekade 1990-an, Tiongkok telah

bertransformasi dari negara dengan anggaran belanja militer yang rendah, lebih

rendah dari Taiwan, menjadi salah satu negara dengan anggaran belanja militer

terbesar di dunia. Aggaran belanja militernya berhasil melampaui anggaran

belanja militer Jepang, Perancis, Rusia , dan Inggris. Dengan kata lain, Tiongkok

telah berhasil menempatkan posisinya sebagai negara dengan anggaran belanja

militer terbesar ke dua di dunia di bawah Amerika Serikat. 49

47 Defri Maulana, Respon India Terhadap Modernisasi Militer China (2004-2012), hal. 2.

Diakses dari

https://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/6116/JURNAL.pdf?sequence=1&i

sAllowed=y, (18/04/2018, 10:54 WIB) 48 Yanyan, Op. Cit., hal. 2. 49 Richard, Op. Cit., hal. 9.

40

Walaupun anggaran belanja militernya masih berada di bawah Amerika

Serikat, namun secara kuantitas peningkatan anggaran belanja militer Tiongkok

jauh lebih besar dari pada anggaran belanja militer Amerika Serikat. Data dari

SIPRI menjelaskan bahwa anggaran belanja militer Tiongkok pada tahun 1989

hanya sebesar 20,226 miliar dolar AS. Namun, pada tahun 2016 anggaran belanja

militernya telah naik sepuluh kali lipat menjadi 215,176 miliar dolar AS.

Sementara itu, anggaran belanja militer Amerika Serikat pada tahun 1989 tercatat

sebesar 581,392 miliar dolar dan pada tahun 2016 sebesar 611,186 miliar dolar

AS. Dengan kata lain, selama kurun waktu 1989-2016 anggaran belanja militer

Amerika Serikat hanya naik sebesar 29,794 miliar dolar AS sementara anggaran

militer Tiongkok, dalam periode yang sama, naik sebesar 194,950 miliar dolar

AS. Tabel berikut memperlihatkan besaran anggaran belanja militer Tiongkok

dari tahun 1989 sampai tahun 2016 sebagaimana laporan dari SIPRI.50

Tabel 2.1 Anggaran Belanja Militer Tiongkok Tahun 1989-2016

(dalam miliar dolar AS)

Tahun Anggaran Tahun Anggaran

1989 20,226 2003 65,543

1990 22,226 2004 72,467

1991 23,415 2005 80,197

1992 28,446 2006 92,652

1993 26,240 2007 103,670

1994 25,274 2008 113,542

1995 26,232 2009 137,512

50 SIPRI, Loc. Cit.

41

1996 27,857 2010 144,499

1997 29,879 2011 156,009

1998 32,729 2012 169,382

1999 39,829 2013 185,152

2000 43,261 2014 200,915

2001 52,216 2015 214,093

2002 60,685 2016 215,176

Sumber: Data diolah dari SIPRI

2.2.3 Peningkatan Industri Militer (Alutsista)

Porsi anggaran belanja militer yang terus mengalami peningkatan setiap

tahunnya telah berdampak terhadap upaya Tiongkok dalam meningkatkan

kekuatan alutsistanya. Peningkatan kekuatan alutsista dilakukan Tiongkok baik

melalui mekanisme impor maupun melakukan produksi sendiri di dalam negeri.

Pada awal tahun 1990-an sampai dengan pertengahan tahun 2000-an pengadaan

alutsista Tiongkok sepenuhnya masih mengandalkan impor. Namun, sejak

pertengahan tahun 2000-an Tiongkok mulai mengembangkan dan memproduksi

berbagai jenis alutsistanya sendiri.51

Pengembangan industri militer dalam negeri Tiongkok berjalan cukup

pesat. Hal ini karena banyaknya perusahaan di bidang militer yang memiliki

kemampuan dalam memproduksi berbagai macam alutsista yang dibutuhkan oleh

ketiga matra angkatan bersenjata RRT (darat, laut dan udara). Pada tahun 2017,

Tiongkok telah memiliki 11 perusahaan yang bergelut di bidang industri militer.

Mereka adalah AECC (Aero Engine Corporation of China), AICC (Aviation

51 Richard, Loc. Cit.

42

Industry Corporation of China), CASC (China Aerospace Science and

Technology Corporation), CASIC (China Aerospace Science and Industry

Corporation), CETGC (China Electronics Technology Group Corporation),

CNECC (China Nuclear E&C Group), CNIGC (China North Industries Group

Corporation), CNNC (China National Nuclear Corporation), CSGC (China

South Industries Group Corporation), CSIC (China Shipbuilding Industry

Corporation), dan CSSC (China State Shipbuilding Corporation). Perusahaan-

perusahaan ini memiliki kemampuan untuk memproduksi berbagai macam jenis

alutsista, seperti anti-ship missiles, bombers, early warning aircraft, firearms,

frigates, jet tempur, kapal selam, main battle tanks, self-propelled arthillery ,

supply ships, dan transport aircraft.52

Kemampuan Tiongkok dalam memproduksi berbagai jenis alutsista

kemudian berimplikasi terhadap penurunan impor senjata. Jika pada awal tahun

2000-an Tiongkok menduduki posisi pertama sebagai negara importir senjata

terbesar di dunia, kini pada periode 2012-2016 posisi tersebut turun di peringkat

ke empat dengan global share sebesar 4,5% di bawah India (13%), Arab Saudi

(8,2%), dan Uni Emirat Arab (4,6%). Dengan kata lain, im por alutsista Tiongkok

turun sebesar 11 persen antara periode 2007-2011 ke periode 2012-2016.53

Keberhasilan Tiongkok dalam memproduksi berbagai jenis alutsista telah

membawa Tiongkok menjadi negara eksportir alutsista terbesar ketiga di dunia di

52 Ma Yao, 2018, In-depth: How China becomes third-largest supplier of weapons

worldwide?, dalam China Military Online edisi 27 Ferbuari 2018, diakses dari

http://eng.chinamil.com.cn/view/2018-02/27/content_7953754.htm, (20/04/2018, 11:37 WIB) 53 Aude Fleurant, dkk., 2017, Trends in International Arms Transfers, 2016 , dalam SIPRI

Fact Sheet edisi Februari 2017, hal. 9. Diakses dari

https://www.sipri.org/sites/default/files/Trends-in-international-arms-transfers-2016.pdf,

(20/04/2018, 13:27 WIB)

43

belakang Amerika Serikat (33%) dan Rusia (23%). SIPRI mencatat bahwa nilai

ekspor alutsista Tiongkok naik sebesar 74 persen dari periode 2007-2011 ke

periode 2012-2016 atau secara global naik dari 3,8 persen menjadi 6,2 persen.

Jika pada periode 2007-2011 ekspor alutsista Tiongkok dapat dinikmati oleh 38

negara kini pada periode 2012-2016 ekspor alutsistanya telah merambah ke 44

negara. 71 persen alutsistanya diekspor ke Asia dan Oceania, 22 persen ke negara -

negara di Benua Afrika sementara 1,7 persen lainnya diekspor ke Timur Tengah .54

Negara-negara di Asia yang menjadi mitra utama dalam ekspor alutsista

Tiongkok adalah Pakistan (52,8%), Banglades (18,3%), M yanmar (11,1%), Iran

(3,2%), dan Indonesia (3,1%). Sementara 11 persen sisanya tersebar ke negara -

negara Asia lainnya. Impor Pakistan dari Tiongkok sebagian besar berupa pesawat

JF-17. Sementara Banglades semenjak tahun 2006 telah membeli senjata -senjata

kecil (small arms), seperti senapan (16.000 buah) dan pistol (4.100 buah).

Kemudian pada tahun 2013 Banglades membeli dua unit kapal selam Ming-Class

tipe-035G. Untuk Myanmar, pada enam tahun terakhir Myanmar telah mengimpor

17 unit pesawat JF-17, 12 unit pesawat nirawak (chinese rainbow drone), dua unit

fregat tipe-43, dan 76 unit armored vehicle tipe-92. Sementara itu, negara-negara

di Afrika yang paling banyak membeli alutsista Tiongkok adalah Alger ia (27,6%),

Tanzania (10,6%), Maroko (8,8%), Nigeria (8,2%), dan negara-negara Afrika

lainnya (37%).55

Walaupun Tiongkok sudah mampu memproduksi berbagai jenis alutsista

namun untuk beberapa jenis alutsista tertentu, seperti large transport aircraft,

54 Ibid., hal. 4. 55 How dominant is China in the global arms trade? , diakses dari

https://chinapower.csis.org/china-global-arms-trade/, (20/04/2018, 22:12 WIB)

44

helikopter, mesin pesawat, dan kapal Tiongkok masih mengandalkan impor.56

Impor alutsista Tiongkok sebagian besar disuplai oleh Rusia (57%), Ukraina

(16%), dan Perancis (15%).57 Dari Rusia, sebagian besar impor Tiongkok banyak

berupa combat aircraft dan helikopter. Pada tahun 2015, Tiongkok membeli 24

unit pesawat Sukhoi Su-35 dan empat unit S-400 surface-to-air missile (SAM)

dengan harga sekitar 7 miliar dolar AS.58 Pada 2016, Tiongkok mengimpor 7 unit

helikopter tipe Kamov Ka-32 dan mendatangkan dua unit lainnya pada tahun

2017. Desember 2017, Tiongkok kembali membeli 10 unit Sukhoi Su-35.

Tiongkok juga memesan 150 unit mesin turbo AL-31F di mana 100 unit telah

dikirim dari Rusia pada akhir tahun 2017. Mesin ini digunakan pada pesawat

Shenyang J-15 “Flying Shark”. Tiongkok juga melakukan pembelian mesin turbo

seri AL lainnya (AL-31FN) sebanyak 400 unit sebagai suku cadang bagi pesawat

Chengdu J-10.59

Dari Ukraina, Tiongkok mengimpor 250 turbofan yang digunakan untuk

onderdil pesawat tempur dan 50 buah mesin diesel untuk tank pada tahun 2011.60

Tiongkok kemudian mendatangkan dua unit landing ship Zubr-class (hovercraft)

pada tahun 2014. Kapal ini berhasil dikirim ke Tiongkok beberapa waktu sebelum

Rusia menginvasi Ukraina. Di tahun 2016, Tiongkok melakukan pembelian 3 unit

JI-78M aerial refueling tankers. Agustus 2016, perusahaan dirgantara Tiongkok,

56 Aude, Op. Cit., hal. 9. 57 Ibid., hal. 6. 58 Siemon T. Wezeman, 2017, China, Russia and the shifting landscape of arms sales ,

diakses dari https://www.sipri.org/commentary/topical -backgrounder/2017/china-russia-and-

shifting-landscape-arms-sales, (22/04/2018, 11:43 WIB) 59 Keegan Elmer, 2018, What Russian weapons are being bought by China? , dalam South

China Morning Post, diakses dari

https://www.scmp.com/news/china/military/article/2165182/what-weapons -china-buying-russia,

(22/08/2018, 22:03 WIB) 60 chinapower.csis.org, Loc. Cit.

45

AICC (Aerospace Industry Corporation of China) melakukan penandatanganan

kesepakatan bisnis dengan perusahaan pesawat terbang Ukraina, Antonov, untuk

memproduksi giant airlifter An-225 Mriya. Airlifter ini digadang-gadang menjadi

aircraft terbesar di dunia. Dan pada akhir tahun 2016 Tiongkok juga mengimpor

20 unit turbofans AI-222 yang akan digunakan sebagai suku cadang pada pesawat

rakitan Tiongkok L-15 fighter-trainer jet. Turbofans ini adalah onderdil pesawat

yang paling rumit pembuatannya dan harganya juga relatif mahal.61

2.2.4 Peningkatan Kapabilitas PLA (People’s Liberation Army)

Angkatan bersenjata Tiongkok dikenal dengan sebutan People’s

Liberation Army (PLA/Tentara Pembebasan Rakyat). PLA dibentuk jauh sebelum

Tiongkok modern lahir. Pasukan bersenjata ini dibentuk pada tanggal 1 Agustus

1927 sebagai alat pertahanan yang digunakan untuk membendung pemberontakan

Nanchang. PLA terdiri atas angkatan darat (PLA Army/PLAA), angkatan laut

(PLA Navy/PLAN), angkatan udara (PLA Air Force/PLAAF), dan pasukan

artileri generasi kedua (PLA Second Artillery Force/PLASAF).62

Sejak dimulainya reformasi di sektor militer pada tahun 1990-an,

pemerintah Tiongkok telah melakukan perombakan secara masif di tubuh PLA

guna meningkatkan kapabilitas pertahanannya. Secara umum, reformasi dalam

tubuh PLA dapat diklasifikasikan ke dalam tiga pilar.63 Pilar pertama adalah

61 Illia Ponomarenko, 2017, China sees Ukraine as alternnative to Russia in arms trade,

expert believe, dalam Kyiv Post edisi 14 Mei 2017. Diakses dari

https://www.kyivpost.com/ukraine-politics/china-sees-ukraine -alternative-russia-arms-trade-

expert-believes.html, (22/04/2018, 17:34 WIB) 62 Adi Joko Purwanto, 2010, Peningkatan Anggaran Militer Cina dan Implikasinya

Terhadap Keamanan di Asia Timur , Jurnal Spektrum Vol. 7, No. 1, hal. 2. Diakses dari

https://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/SPEKTRUM/article/viewFile /495/617 ,

(23/04/2018, 14:11 WIB) 63 Ibid., hal. 3.

46

pembangunan, pengadaan, akuisisi alutsista modern, dan peningkatan teknologi

militer. Poin-poin dalam pilar pertama ini diaplikasikan melalui 1) mulai

memproduksi alutsista di dalam negeri seperti kapal selam, pesawat tempur , dan

peluru kendali; 2) meningkatkan kemampuan nuklir Tiongkok dari sistem

peluncuran tetap ke sistem peluncuran yang bergerak dan mengembangkan nuklir

yang mampu mencegah serangan musuh; 3) mengembangkan riset dan informasi

mengenai cyber force (pasukan siber) untuk memperkuat angkatan bersenjata.64

Pilar kedua adalah reformasi pada sistem dan institusi PLA.

Pengaplikasian pada pilar kedua ini adalah dengan 1) menjalin kerjasama dengan

Universitas Tsinghua dan Universitas Peking untuk meningkatkan kualitas

pendidikan para pejabat teras PLA; 2) meningkatkan standarisasi terhadap sistem

promosi dalam tubuh PLA; 3) melakukan seleksi ketat terhadap perekrutan

personel PLA; dan 4) melakukan konsolidasi di internal PLA untuk lebih

memperkuat angkatan udara, laut, dan strategic missile force .65

Dalam pilar ketiga diatur tentang pembaharuan doktrin pertahanan dan

strategi perang. Hal ini diaplikasikan dengan 1) meninggalkan konsep strategi

bertahan (defensif) menuju penerapan strategi menyerang (ofensif); 2)

meningkatkan pertahanan maritim dan udara serta pertarungan di dunia maya; dan

3) melakukan operasi militer gabungan dalam penanganan krisis internasional. 66

Di samping itu, modernisasi PLA juga dilakukan dengan melakukan

pemangkasan pada jumlah personelnya. Pengurangan personel PLA secara masif

dilakukan sejak tahun 1980-an. Pada tahun 1985, pemerintah memangkas sekitar

64 Ibid., hal. 7 et seq. 65 Ibid., hal. 8. 66 Ibid.

47

satu juta personel PLA. Pemerintah kembali memangkas personel PLA sebanyak

500 ribu orang pada tahun 1997. Pengurangan personel kembali dilakukan pada

tahun 2003 dengan memangkas sekitar 200 ribu prajurit. Walaupun Tiongkok

sempat beberapa kali melakukan pengurangan jumlah personel angkatan

bersenjatanya, namun sampai saat ini angkatan bersenjata Tiongkok masih

menjadi angkatan bersenjata yang terbesar di seluruh dunia. Pada tahun 2016,

Tiongkok tercatat memiliki 2.333.000 tentara aktif (yang terdiri dari 1.600.000

PLAA, 235.000 PLAN, 398.000 PLAF, dan 100.000 PLASAF), 660.000 pasukan

paramiliter, dan 510.000 pasukan cadangan.67

Gambar 2.5 Tren Perkembangan Personel PLA dari 1980-2016

Sumber: IISS Military Balance 2016 dalam Cordesman and Kendal68

67 Anthony H. Cordesman and Joseph Kendal, 2016, Chinese Strategy and Military

Modernization in 2016: A Comparative Analysis, Washington, DC: Center for Strategic &

International Studies (CSIS), hal. 212. Diakses dari https://csis-prod.s3.amazonaws.com/s3fs-

public/publication/161208_Chinese_Strategy_Military_Modernization_2016.pdf , (25/04/2018,

09:23 WIB) 68 Ibid., hal. 214.

48

a) Kapabilitas PLA Army

Angkatan darat Tiongkok (PLA Army) merupakan angkatan darat terbesar

di dunia dengan jumlah personel mencapai 1.600.000 prajurit pada tahun 2016.

Jumlah ini cukup besar jika dibandingkan dengan angkatan darat negara -negara di

dunia. Hanya angkatan darat India dan Korea Utara yang jumlah personelnya di

atas satu juta, masing-masing sebesar 1.150.900 dan 1.020.000. Sementara

angkatan darat negara-negara lainnya masih berada di bawah satu juta termasuk

angkatan darat Amerika Serikat. Angkatan darat Amerika Serikat hanya sepertiga

dari angkatan darat Tiongkok yaitu sebesar 509.450 personel.69

PLA Army di samping memiliki jumlah personel yang besar juga

didukung dengan kepemilikan alutsista yang canggih. Per tahun 2016, PLA Army

telah memiliki 6.540 unit M ain Battle Tanks (MBT/Tank Tempur Utama), 5.020

unit Armored Personnel Carriers (APC/Kendaraan Pengangkut Personel Lapis

Baja), 3.950 unit Armored Infantry Fighting Vehicles (AIFV/Kendaraan Tempur

Infantri Lapis Baja), 900 unit Light Tank/RECCE, 13.178 artillery, 1.872 unit

Multiple Rocket Launchers (MRL) dan beberapa jenis lainnya.

Dari beberapa jenis alutsista di atas MBT adalah sistem persenjataan

unggulan yang dimiliki oleh PLA Army. Dari total 6.540 unit MBT yang dimiliki,

3.050 unit adalah MBT generasi pertama (tipe 59, 59D, 59-II), 500 unit MBT

generasi kedua (tipe 79, 88A, 88B, 88C), dan 2.990 MBT generasi ketiga (tipe 96,

96A, 98A, 99, 99A2). Dan MBT terbaru yang cukup modern dan canggih adalah

MBT tipe 99 dan 99A2 di mana beberapa komponen utamanya memiliki

69 Ibid., hal. 276.

49

kemampuan yang lebih unggul dari pada MBT milik Rusia (tipe T-90A) dan MBT

Amerika Serikat (tipe M 1A2 Abrams).70 Tiongkok juga memiliki jenis MBT

canggih generasi ketiga lainnya, yaitu MBT-3000 (VT-4) yang kemampuannya

sedikit di bawah tipe 99 dan 99A2. Namun, jenis VT-4 ini tidak digunakan oleh

PLA Army melainkan diproduksi Tiongkok khusus untuk pasar ekspor. 71

Tabel 2.2 Alutsista PLA Army Tahun 2016

ALUTSISTA PLA ARMY 2016

Jenis Tipe Unit

MBT Tipe-59/59D/59-II 3050

Tipe -79 200

Tipe -88A/88B/88C 300

Tipe-96/96A 2200

Tipe-98A/99 540

Tipe-99A2 250

Light Tank / RECCE Tipe-05 AAAV 250

Tipe-62 250

Tipe-63/63A 150

Tipe-09 250

AIFV Tipe-04/04A 850

Tipe-05 300

Tipe-86/86A 1250

Tipe-92 550

Tipe-92B 600

APC Tipe-09 120

70 Sebastien Roblin, 2016, China’s Deadly Type 99 Tank vs. Russia’s T-90 and America’s

M-1 Abrams: Who Wins? , dalam The National Intereset, diakses dari

https://nationalinterest.org/blog/the-buzz/chinas-deadly-type-99-tank-vs-russias-t-90-americas-m-

1-17836, (26/04/2018, 10:15 WIB) 71 VT4 (MBT-3000) Main Battle Tank , dalam Army Technology, diakses dari

https://www.army-technology.com/projects/vt4 -mbt-3000-main-battle-tank/, (26/04/2018, 10:57

WIB)

50

Tipe-63 2400

Tipe-891 1750

Tipe-92 700

Tipe-93 50

MRL Tipe-63 54

Tipe-81 1250

Tipe-89 375

Tipe-10 18

Tipe-03 175

Sumber: IISS Military Balance 2016 dalam Cordesman and Kendal72

b) Kapabilitas PLA Navy

Per tahun 2016, anggota aktif PLA Navy Tiongkok berjumlah sekitar

235.000 personel. Berbeda dengan PLA Army yang merupakan angkatan darat

dengan jum lah personel terbesar di dunia, personel PLA Navy hanya menduduki

peringkat kedua. Posisi ini berada satu peringkat di bawah Amerika Serikat di

mana jumlah personel angkatan lautnya mencapai 511.850 personel. Namun,

untuk kawasan Asia Timur total personel angkatan laut Tiongkok adalah yang

terbesar. Sebagai perbandingan, angkatan laut Korea Selatan berjumlah kurang

lebih 70.000 personel, Korea Utara 60.000 personel, dan Jepang dengan 45.500

personel.73

Kekuatan PLA Navy juga didukung dengan alutsista dalam jumlah yang

cukup besar. Alutsista tersebut terbagi dalam dua kelas, yaikni naval vessel dan

naval aviation. Per tahun 2016, dari kelas naval vessel PLA Navy telah memiliki

61 unit kapal selam, 19 unit destroyer, 54 unit fregat, 199 kapal patroli pantai, 49

72 Cordesman, Op. Cit., hal. 261-264. 73 Ibid., hal. 276.

51

unit mine warfare, 123 unit kapal amphibi, 171 unit kapal logistik pendukung, dan

satu unit kapal induk. Sementara di kelas naval aviation PLA Navy memiliki 30

unit bomber, 24 fighter, 294 unit fighter ground attack, 33 unit anti-submarine

aircraft, 172 transport and training, dan 103 unit helikopter.

Disamping kuantitasnya yang cukup masif, sebagian besar alutsista PLA

Navy juga sudah masuk dalam kategori alutsista modern. Di kelas kapal selam,

dari 61 unit kapal selam yang dimiliki oleh PLA Navy 46 diantaranya adalah

kapal selam dengan teknologi modern (kelas Qing, Jin, Shang, Kilo, Song, dan

Yuan). Pada kelas destroyer, hanya kelas Luzhou yang tidak termasuk kategori

destroyer modern. Sementara pada kelas figates, 36 dari 54 frigate yang dimiliki

oleh angkatan laut Tiongkok adalah frigate modern (kelas Jiangwei II, Luda III,

dan Jiangkai I dan II).74

Tabel 2.3 Alutsista PLA Navy Tahun 2016

ALUTSISTA PLA NAVY 2016

Jenis Tipe Unit

Aircraft Carrier Liaoning 1

Submarine Qing (SLBM trials/SSB) 1

Jin (Tipe-094) 4

Han (Tipe -091) 3

Shang (Tipe -093) 2

Kilo (RF Tipe EKM 636/636N) 10

Kilo (RF Tipe EKM 877) 2

Ming (Tipe -035G/B) 12

Song (Tipe -039/039G) 12

Yuan (Tipe -039A/B) 15

74 Ibid., hal 315.

52

Destroyers Hangzhou (Sovremmeny) 4

Luhai (Tipe -051B) 1

Luhu (Tipe -052) 2

Luyang I (Tipe -052B) 2

Luyang II (Tipe -052C) 6

Luyang III (Tipe -052D) 2

Luzhou (Tipe -051C) 2

Frigates Jianghu I (Tipe-053H) 2

Jianghu II (Tipe-053H1) 6

Jianghu III (Tipe-053H2) 1

Jianghu IV (Tipe-053H1Q) 1

Jianghu V (Tipe-053H1G) 6

Jiangwei II (Tipe-053H3) 10

Luda II (Tipe-051) 2

Luda III (Tipe-051DT) 2

Luda III (Tipe-051G) 2

Jiangkai I (Tipe-054) 2

Jiangkai II (Tipe-054A) 20

Patrol and Coastal

Combatan

Jiangdao I/II (Tipe-056/A) 22

Houbei (Tipe-022) 65+

Houjian (Tipe-037/II) 6

Houxin (Tipe-037/IG) 22

Haijiu (Tipe-037/I) 2

Hainan (Tipe-037) 30

Haiqing (Tipe-037/IS) 18

Haizui/Shanghai III (Tipe-072/I) 34+

Amphibious Vessel Yuzhao (Tipe-071) 3

Yubei 10

Yudeng (Tipe-073) 1

Yuhai 10

53

Yunshu (Tipe-073A) 10

Yuting 6

Yuting II 10

Yunnan (Landing Craft) 56

Landing Craft, Air Cushion 5

Utility Craft, Air Cushion 12

Sumber: IISS Military Balance 2016 dalam Cordesman and Kendal75

c) Kapabilitas PLA Air Force

Pada matra udara, total prajurit PLA Air Force yang dimiliki Tiongkok

mencapai 398.000 personel pada tahun 2016. Jumlah ini menempatkan angkatan

udara Tiongkok sebagai angkatan udara terbesar kedua dunia di bawah angkatan

udara India yang memiliki total personel sebesar 1.272.000 personel. Sementara

itu, angkatan udara Amerika Serikat berada satu peringkat di bawah Tiongkok

dengan jum lah anggota sebesar 319.950 personel. 76

Sama halnya dengan dua matra sebelumnya, PLA Air Force juga

dilengkapi dengan berbagai macam jenis alutsista pendukung. Per tahun 2016,

PLA Air Force Tiongkok tercatat memiliki 120 unit fixed wing bomber, 842 unit

pesawat tempur, 746 unit fighter ground attack , 347 unit pesawat pengangkut, 11

unit tanker, 5 unit UAVS, 20 unit rotary wing multirole , 31 unit rotary wing

transport, 1.800 unit surface-based air defense missile , dan lain sebagainya. 77

75 Ibid., hal. 294-301. 76 Ibid., hal. 276. 77 Ibid., hal. 361-362.

54

Tabel 2.4 Alutsista PLA Air Force Tahun 2016

ALUTSISTA PLA AIR FORCE 2016

Jenis Tipe Unit

Fixed Wing Bomber H-6A/E/H/G/K/M 120

Fighter J-7 216

J-7E 192

J-7G 120

J-8IIB/J-8B 24

J-8F 24

J-8H 96

Su-27K 43

Su-27UBK 32

J-11 95

Fighter Ground Attack JH-7/JH-7A 120

Q-5C/D/E 120

J-10 78

J-10A/S 192

J-10B 53

J-11B/BS 110

Su-30MKK 73

Tankers H-6U 10

I1-78 Midas 1

UAVS Chang Kong I 1

Gongji-1 4+

Sumber: IISS Military Balance 2016 dalam Cordesman and Kendal78

78 Ibid., hal. 353-358.

55

Dalam Cooperation Under the Security Dilemma Robert Jervis

menjelaskan bahwa setiap upaya peningkatan keamanan yang dilakukan oleh

suatu negara pada akhirnya akan menurunkan derajat keamanan negara lain. 79

Modernisasi militer yang dilakukan Tiongkok telah membuat derajat keamanan

negara-negara di sekitarnya menurun. Jepang menjadi salah satu negara yang

khawatir akan progresifitas dari modernisasi m iliter yang dilakukan Tiongkok.

Kekhawatiran Jepang didasari a tas beberapa alasan, yaitu Tiongkok dinilai kurang

transparan mengenai alokasi anggaran belan ja militernya, Jepang memiliki sejarah

hubungan kurang harmonis dengan Tiongkok terkait masalah saling klaim

wilayah kepulauan Senkaku, dan Jepang tidak memiliki kekuatan pertahanan yang

tangguh (ofensif) sejak kekalahannya dalam PD II. Pada bab selanjutnya penulis

akan mengidentifikasi bagaimana respon Jepang terhadap peningkatan militer

yang dilakukan Tiongkok selama ini.

79 Robert Jervis, 1978, Cooperation Under the Security Dilemma , World Politics, Vol. 30,

No. 2, Januari 1978 (167-214), hal. 186. Diakses dari

http://www.sfu.ca/~kawasaki/Jervis%20Cooperation.pdf, (06/04/2018, 09:33 WIB)