teori pembangunan dan modernisasi

62

Click here to load reader

Upload: m-subaidi-muchtar

Post on 01-Jul-2015

5.656 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

Arah perubahan sebuah bangsa, negara dan masyarakat sangat ditentukan oleh paradigma pembangunan yang dijadikan dasar kebijakan, strategi dan arah pembangunan yang dikembangkannya. Buku ini merupakan review tentang berbagai teori pembangunan dan modernisasi yang banyak menjadi perbincangan diberbagai negara di dunia

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

PARADIGMA DAN TEORI PEMBANGUNAN: SEBUAH REVIEW

LITERATUR

Oleh : Drs. M. Subaidi Muchtar, M.Si.

(Dosen Fisipol Univ. Darul ‘Ulum dan Waket Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Jombang)

Dyah Estu Kurniawati, S.Sos. M.Si.(Dosen Ilmu Hubungan Internasional Univ. Muhammadiyah

Malang)

1

Page 2: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

PARADIGMA DAN TEORI PEMBANGUNAN: SEBUAH REVIEW LITERATUR

Untuk membahas tentang teori pembangunan, dapat dilakukan dari

berbagai sudut pandang. Dalam tulisan ini, akan dipaparkan

pengertian dan sejarah munculnya teori pembangunan yang disertai

dengan pemetaan dalam berbagai kategori yang disusun dalam poin

per-poin, walaupun tidak menutup kemungkinan akan membahas sisi

lain dari pembanguan sebagai pelengkap. Hal ini dimaksudkan agar

lebih memudahkan kita untuk masuk dan memahami lebih jauh

tentang teori pembangunan itu sendiri.

Pengertian-Pengertian

Secara ensiklopedik, kata pembangunan (development) dapat

menimbulkan beberapa konsep lain yang berkaitan dengan

pembangunan.

No.

Konsep Pendekatan

Ditujukan pada

1. Pertumbuhan (Growth)

Ekonomi Negara pada umumnya

2. Modernisasi IPTEK Terutama Negara III3. Rekonstruksi/

RecoveryPemulihan Ekonomi

Eropa/Negara yang terlibat PD II

4. Westernisasi Kebudayaan & IPTEK

Terutama Negara Dunia III sebelah Timur

5. Perubahan Sosial Sosial Terutama Negara III6. Pembebasan/

LiberalisasiEkonomi Politik

Terutama Amerika Latin

7. Pembaharuan/Inovasi IPTEK kmd. SOSPOL

Terutama Negara III

8. Pembangunan Bangsa (Nation Building)

Politik Terutama Negara yang baru merdeka

9. Pembangunan

Nasional

Politik Terutama Negara yang baru merdeka

2

Page 3: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

10. Pengembangan Politik Indonesia

11. Pembinaan Politik Indonesia

12. Pembangunan Eklektik Negara Dunia III

Istilah pembangunan (development), muncul pasca Perang Dunia II

yaitu dengan adanya program bantuan luar negeri AS pada masa

pemerintahan Presiden Trumman untuk Negara-negara Barat (Eropa)

dan Jepang sebagai negara yang banyak dirugikan dalam Perang Dunia

II, dan populer disebut Marshal Plan. Bagi negara-negara yang baru

merdeka atau yang dikenal dengan istilah negara-negara Dunia ketiga,

setelah Perang Dunia II berakhir pembangunan menjadi suatu

kebutuhan yang mendesak. Mereka dihadapkan pada dua masalah

utama, yakni kehancuran ekonomi akibat perang dan penjajahan, dan

masalah identitas nasional sebagai negara bangsa (nation building).

(Budi Winarno 2004; 132). Negara-negara Dunia Ketiga akhirnya

terdorong (bisa juga, didorong) oleh semangat untuk mengejar

ketertinggalannya dibandingkan dengan negara lain yang lebih dulu

merdeka.

Pembangunan menjadi fenomena yang luar biasa karena telah

mendominasi dan mempengaruhi pikiran umat manusia secara global,

terutama dibagian dunia yang disebut sebagai Dunia Ketiga. Salah

satu buktinya adalah kata development diterjemahkan ke dalam

bahasa local masing-masing negara, misalnya di Amerika Latin

menjadi dessarollo; di Filipina menjadi pang-unlad dalam bahasa

Tagalok, pag-uswag dalam bahasa Ilongo, dan progreso dalam bahasa

Ilocano (Mansoer Fakih, 2001, 12). Di Indonesia, seperti yang telah

disebutkan dari awal tulisan ini, development diartikan sebagai

pembangunan. Indonesia menerapkan konsep pembangunan sebagai

sebagai prioritas utama orde baru sehingga disebut juga sebagai orde

pembangunan dan Soeharto dianugerahi gelar sebagai Bapak

Pembangunan.

3

Page 4: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

Secara umum, pembangunan merupakan suatu fenomena yang

bermuka jamak, karenanya dalam mengkaji pembangunan harus

menggunakan pendekatan multidispliner, yaitu menggunakan

wawasan beberapa disiplin ilmu seperti ekonomi, social, politik,

maupun kebudayaan. Keadaan ini menimbulkan berbagai macam

interpretasi (self projected reality) terhadap kata pembangunan.

Interpretasi pengertian pembangunan antara lain dapat

dikelompokkan ke dalam dua kategori besar, yaitu:

Kategori Berdasarkan Proses Pembangunan

Disatu sisi, pembangunan merupakan fenomena social yang

mencerminkan kemajuan manusia, dalam hal ini pembangunan terkait

dengan proses perubahan dari satu situasi ke situasi yang dianggap

lebih tinggi. Misalnya perubahan dari masyarakat di jaman pra-sejarah

menuju jaman sejarah, atau dari masyarakat nomaden menuju

masyarakat yang menetap, dll. Dengan kata lain, segala bentuk

perubahan baik yang bersifat alami maupun buatan manusia bisa

disebut sebagai pembangunan.

Disisi lain, terdapat pengertian pembangunan yang lebih khusus.

Pembangunan diartikan sebagai planned societal change from one

state of national being to another more valued state. Dalam hal ini

terdapat tiga ciri-ciri pembangunan, yaitu:

a. Pembangunan merupakan salah satu varian atau spesies dari

societal change, yaitu perubahan yang menyangkut masyarakat bisa

berupa perubahan dalam arti politik, ekonomi, kultur, psikologi dsb.

Jadi, pembangunan bukan menyangkut sesuatu yang statis tetapi

kondisi yang dinamis.

b. Pembangunan memiliki kekhususan. Pembangunan tidak terjadi

secara kebetulan tetapi melalui proses perencanaan (planned). Proses

pembangunan merupakan proses perubahan yang terencana atau

direncanakan bukan secara spontan, kebetulan dsb. Jadi dalam konsep

4

Page 5: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

pembangunan seperti ini, perubahan yang terjadi secara spontan atau

kebetulan seperti dalam kategori pertama tidak termasuk kedalam

pengertian pembangunan karena selama peradaban manusia pasti

terjadi societal change.

c. Pembangunan merupakan perubahan yang bertujuan untuk

mencapai situasi nasional yang lebih baik (more valued). Terdapat

common carracter di negara-negara sedang berkembang

(underdevelopment countries) yang kurang lebih sama, misalnya

standart hidup dan produktifitas yang rendah, tingkat pertumbuhan

penduduk yang tinggi dan beban ketergantungan yang besar,

tingginya angka pengangguran dan setengah menganggur,

ketergantungan pada produksi pertanian dan eksport komoditas

primer, sangat kecilnya inisiatif dan usaha produktif, ekonomi yang

bersifat dualistis (modern/kota >< tradisional/desa). Serta dominasi

ketergantungan dan kepekaan hubungan internasional. Namun kondisi

yang disebut more valued sangat bervariasi, artinya persepsi suatu

bangsa untuk menuju kondisi yang diinginkan adalah sangat

bervariasi. Dengan kata lain kondisi yang ingin diwujudkan suatu

negara disebut:

- nation specific

Misalnya orientasi pembangunan Korea Utara yang tertutup dan

mengutamakan pemerataan berbeda dengan Korea Selatan yang

terbuka dan mengutamakan pertumbuhan.

- time specific

Misalnya di Indonesia, orientasi pembangunan di masa ORLA berbeda

dengan ORBA. Masa ORLA Indonesia menitikberatkan pembangunan

politik, masa ORBA menitikberatkan pembangunan ekonomi.

5

Page 6: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

Kategori Berdasarkan “Nilai” Pembangunan

Disatu sisi pembangunan dapat diinterpretasikan menjadi sesuatu

yang “netral” atau “bebas nilai” (positivistic), artinya digunakan untuk

menjelaskan proses dan usaha untuk meningkatkan kehidupan

ekonomi, politik, budaya, infrastruktur masyarakat dll dan bisa berlaku

secara universal. Dasarnya adalah pemikiran kaum Ortodoks

(Westerian) yang memandang teori pembangunan sebagai sesuatu

yang universal, yang esensinya bisa diterapkan dimana saja.

Pembangunan dalam hal ini disejajarkan dengan kata “perubahan

social”, menjadi sebuah konsep yang berdiri sendiri sehingga

membutuhkan keterangan lain seperti pembangunan model

kapitalisme, pembangunan model sosialisme, pembangunan model

Indonesia, dll. Keberhasilan model pembangunan antara lain dapat

diukur dalam lima indikator, yaitu:

a. Kekayaan rata-rata

Pembangunan mula-mula dipakai dalam arti pertumbuhan ekonomi.

Sebuah masyarakat dinilai berhasil melaksanakan pembangunan, bila

pertumbuhan ekonomi masyarakat tersebut cukup tinggi, dapat dilihat

dari Produk Nasional Bruto (PNB atau Gross National Product, GNP) dan

Produk Domestik Bruto (PDB atau Gross Domestik Product, GDP).

Dengan demikian, pembangunan disini diartikan sebagai jumlah

kekayaan keseluruhan sebuah bangsa atau negara.

b. Pemerataan

Kekayaan keseluruhan yang dimiliki atau yang diproduksi oleh suatu

bangsa, tidak berarti bahwa kekayaan itu merata dimiliki oleh semua

penduduknya. Oleh karena itu, muncul aspek pemerataan dalam

ukuran pembangunan, bukan hanya PNB/kapita saja. Dengan

demikian, bangsa atau negara yang berhasil melakukan pembangunan

adalah mereka yang disamping tinggi produktivitasnya, penduduknya

juga makmur dan sejahtera secara relatif merata.

c. Kualitas Kehidupan

6

Page 7: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

Untuk mengukur kesejahteraan penduduk suatu negara digunakan

tolok ukur PQLI (Physical Quality of Life Index), dengan tiga indicator

yaitu, pertama rata-rata harapan hidup sesudah umur satu tahun,

kedua rata-rata jumlah kematian bayi, dan ketiga rata-rata prosentasi

buta dan melek huruf.

d. Kerusakan Lingkungan

Sebuah negara dengan produktifitas, pemerataan dan kualitas hidup

yang tinggi bisa berada dalam proses untuk menjadi miskin bila dalam

proses pembangunannya tidak memperhatikan factor kelestarian

lingkungan. Muncul sebuah paradigma pembangunan berwawasan

lingkungan (sustainable development).

e. Keadilan Sosial dan Kesinambungan

Pembangunan yang dijalankan oleh suatu negara tidak hanya

berdasarkan pertimbangan moral saja, yaitu keadilan, tetapi juga

berkaitan dengan kelestarian pembangunan. Artinya pembangunan

yang berhasil, adalah pembangunan dengan pertumbuhan ekonomi

yang tinggi dan berkesinambungan, dalam arti tidak terjadi kerusakan

social maupun kerusakan alam.

Disisi lain, terdapat pandangan dari kelompok Radikal (Kiri) bahwa

pembangunan (development) tidak bersifat netral atau “tidak bebas

nilai” (post Positivistik), merupakan sebuah diskursus, suatu pendirian

atau paham, bahkan merupakan suatu ideology (developmentalism)

dan juga merupakan teori tertentu tentang perubahan social. Dalam

hal ini bersamaan dengan teori pembangunan terdapat teori-teori

perubahan social lain seperti Imperialisme, Teori Ketergantungan dll.

Dilihat dari kelahirannya, developmentalisme sebagai paham, selain

dikembangkan dalam rangka membendung pengaruh dan semangat

antikapitalisme bagi rakyat Dunia Ketiga, juga merupakan siasat baru

untuk mengganti formasi social kolonialisme yang baru runtuh.

Developmentalisme sebagai sebuah diskursus dilontarkan Pasca

Perang Dunia II atau dalam Perang Dingin, sekitar tahun 1950-an dan

7

Page 8: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

1960-an, untuk membendung sosialisme, sehingga ia menjadi bungkus

baru kapitalisme. Paham ini didesign oleh para ilmuwan social yang

diterapkan oleh pemerintah Amerika dalam bentuk the Foreign

Assistance Act of 1966 yang intinya adalah bagaimana melakukan

penaklukan ideology dan teoritis terhadap negara-negara Dunia

Ketiga. Development, diidentikkan dengan gerakan langkah demi

langkah menuju higher modernity. Yang dimaksud dengan modernitas

disini merefleksi pada bentuk perkembangan dan kemajuan teknologi

dan ekonomi seperti yang dialami oleh negara-negara maju/industri.

Oleh karena itu, teori pembangunan seringkali dikaitkan dengan

proses modernisasi sehingga muncul istilah Teori Pembangunan dan

Modernisasi.

Dalam perkembangan paradigmatiknya, konsep dan teori

pembangunan telah berkembang sedemikian pesat dari hasil kajian

dan penelitian para ilmuwan sosial. Landasan paradigmatik ini

mempengaruhi cara pandang peneliti dan perencana pembangunan

serta policy makers dalam merumuskan pola strategi pembangunan di

negara-negara dunia, khususnya negara-negara berkembang dalam

merancang tranformasi pembangunan yang dikehendaki. Tulisan ini

merupakan sebuah review dari berbagai paradigma pembangunan

yang meliputi (1) Paradigma Modernisasi, (2) Paradigma Pertumbuhan,

(3) Paradigma Ketergantungan, (4) Paradigma Pemerataan, (5)

Paradigma Kesejahteraan, dan (6`) Paradigma Pembangunan yang

Berpusat pada Manusia

A. PARADIGMA MODERNISASI

Paradigma ini didasarkan pad konsep dikotomi modern dan

tradisioonal, yang dalam berbagai literatur sosial dideskripsikan bahwa

modern adalah simbol kemajuan, pemikiran rasional, cara kerja yang

efisien dalam masyarakat modern di negara maju. Sedangkan

8

Page 9: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

tradisional adalah simbol masyarakat yang belum maju, cara berfikir

yang irrasional dan cara kerja yang tidak efisien, ini didasarkan pada

usaha pertanian di negara-negara miskin.

Teori dan paradigma modernisasi juga didasarkan pada faktor-faktor

non materiil sebagai penyebab kemiskinan yang menjelma dalam

psikologi individu atau nilai-nilai kemasyarakatan yang menjadi

orientasi penduduk dalam tingkah lakunya. Jadi, pendidikan menjadi

salah satu cara yang sangat penting untuk mengubah psikoligis atau

nilai-nilai budaya dalam masyarakat.

Dalam perkembangannya ada teori-teori yang menekankan aspek

kondisi material yaitu pembentukan lembaga-lembaga yang

menunjang modernisasi, misalnya teori dari Hoselitz. Ada juga teori-

teori yang menekankan lingkungan kerja sebagai cara untuk

menciptakan manusia modern, misalnya teori dari Inkeles dan Smith.

Tetapi teori modernisasi biasanya bersifat a-historis dan hukum-

hukumnya dianggap universal. Misalnya dalam konteks masyarakat

dan perkembangan masyarakat ada anggapan bahwa masyarakat

bergerak secara linier dari tradisional menuju modern. Gejala ini

dianggap universal berlaku dimasyarakat manapun pada segala waktu.

Pada saatnya bila sudah waktunya masyarakat pada akhirnya akan

menjadi modern seperti negara-negara Eropa.

Faktor-faktor yang mendorong atau menghambat pembangunan harus

dicari dalam negara yang bersangkutan, bukan diluarnya. Misalnya

rendahnya pendidikan pada sebagian besar penduduk, adanya nilai-

nilai budaya lokal yang bersifat tradisional jauh dari modernitas dan

sebagainya.

Beberapa Teori Modernisasi

1). Max Weber : Etika Protestan

Merupakan teori yang menekankan nilai-nilai budaya (masalah

manusia) khususnya nilai-nilai agama. Teori Weber ini adalah tentang

9

Page 10: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

peran agama (Protestan) sebagai faktor yang menyebabkan

tumbuhnya perkembangan kapitalisme di Eropa Barat dan Amerika

Serikat yang mempengaruhi perilaku individu.

Etika Protestan lahir di Eropa melalui Agama Protestan yang

dikembangkan oleh Calvin, yang mengajarkan bahwa: pada dasarnya

setiap orang sudah ditakdirkan untuk masuk surga atau masuk neraka.

Tetapi manusia tidak tahu apakah akan masuk surga atau neraka

sehingga muncul perasaan cemas karena ketidak jelasan nasibnya

kelak. Salah satu cara untuk mengetahui apakah mereka masuk surga

atau neraka dapat dilihat dari keberhasilannya dalam kerjanya di

dunia.

Dengan kepercayaan ini para penganut Agama Protestan bekerja keras

tanpa pamrih, artinya mereka bekerja bukan untuk kekayaan material

tapi untuk mengatasi kecemasan. Jadi kaya adalah produk sampingan

dari pengabdiannya kepada agama, walau kemudian bisa berubah

menjadi sebaliknya.

Dalam perkembangannya, istilah Etika Protestan tidak lagi

dihubungkan dengan Agama Protestan itu sendiri tapi kemudian

menjadi nilai tentang kerja keras (etos) untuk mencapai sukses.

Misalnya di Jepang, terdapat agama Tokugawa. Oleh karena itu Jepang

berhasil membangun kapitalisme dengan pertumbuhan ekonomi yang

dapat mensejajarkan Jepang dengan negara-negara dio Eropa Barat

dan Amerika Serikat.

2). David Mc Clelland : Dorongan Berprestasi (N-Ach)

David Mc. Clellend menekankan aspek psiokologis individu dalam teori

yang dibangunnya. Konsepnya adalah The Need for Achivement, (N-

Ach) yaitu kebutuhan atau dorongan untuk berprestasi.

Dalam teorinya disebutkan bahwa kebutuhan atau dorongan untuk

berprestasi ini tidak sekedar untuk meraih imbalan material yang

besar, tetapi kepuasaan batin atas keberhasilannya. Bila dalam

10

Page 11: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

masyarakat ada banyak orang yang memiliki N-Ach yang tinggi

(berjiwa wiraswasta) maka masyarakat tersebut akan dapat mencapai

pertumbuhan ekonomi yang tinggi. David Mc. Clellend sampai

kesimpulan bahwa mendorong proses pembangunan berarti

membentuk manusia wiraswasta dengan N-Ach tinggi, Caranya adalah

melalui pendidikan individual dilingkungan keluarga.

3). Alex Inkeles dan David H. Smith : Manusia Modern

Inkeles dan Smith menekankan faktor manusia sebagai komponen

penting dalam pembangunan, juga menekankan lingkungan material

(lingkungan kerja) sebagai salah satu cara terbaik untuk membentuk

manusia modern yang bisa membangun.

Pembangunan bagi Inkeles dan Smith bukan hanya pemasokan modal

dan teknologi, tetapi dibutuhkan manusia yang dapat

mengembangkan sarana material tersebut supaya menjadi produktif,

sehingga dibutuhkan manusia modern.

Ciri-ciri manusia modern menurut Inkeles dan Smith adalah: (1)

Terbuka terhadap pengalaman dan ide-ide baru. (2) Berorientasi ke

masa sekarang dan masa depan. (3) Memiliki kesanggupan tentang

perencanaan. (4) Percaya bahwa manusia bisa menguasai alam.

Berbeda dengan Mc. Clellend yang percaya bahwa perubahan dicapai

dengan menekankan pendidikan dalam arti meningkatkan mentalitas

anak didik (teoritis). Sedang Inkeles dan Smith percaya bahwa

perubahan dicapai dengan cara langsung memberikan pengalaman

kerja sehingga dapat mengubah sikap dan tingkah laku manusia

(praktis).

Persamaannya dengan Mc. Clellend bahwa keduanya percaya

pendidikan adalah cara yang paling efektif untuk membentuk manusia

modern.

Oleh karenanya paradigma modernisasi percaya bahwa adanya

perbedaan perkembangan negara-negara maju (development) dan

11

Page 12: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

negara terbelakang (underdevelopment) karena: (1) Negara-negara

terbelakang tersebut masih tradisional belum berhasil lepas landas

karena baik orang-orangnya maupun nilai-nilai yang hidup dalam

masyarakat masih belum modern sehingga tidak menopang proses

pembangunan. (2) Negara-negara underdevelopment harus

‘dibangunkan dari tidurnya’ dengan memperkenalkan nilai-nilai

modern yang rasional dan sarana-sarana atau lembaga-lembaga

modern yang menopang proses pembangunan. (3) Dalam hal proses

transformasi pembangunan negara-negara maju (development) bisa

banyak menolong dengan masuknya faktor-faktor eksternal berupa

modal, teknologi dan lain-lain

B. PARADIGMA PERTUMBUHAN

Pemikiran pembangunan pada paradigma ini difokuskan pada konsep

tahap-tahap pertumbuhan ekonomi dimana proses pembangunan

dilihat sebagai serangkaian tahap-tahap keberhasilan yang harus

dilalui oleh semua negara. Dalam pemikiran seperti ini teori

pembangunan ekonomi merupakan fungsi dari sejumlah tabungan

(saving), investasi (inversment), dan bantuan laur negeri (foreign-aid)

yang semuanya sangat penting untuk mendukung pertumbuhan

ekonomi yang ternyata telah terbukti berhasil di negara-negara maju

(development). Dalam paradigma ini para pakar ekonomi secara

tradisional mengukur tingkat pembangunan ekonomi dengan

pertumbuhan gross national product (produk domestik bruto) dan

pendapatan masional per kapita. Diasumsikan bahwa kesenjangan

antara tingkat kelompok pendapatan akan dijembatani dengan efek

penetesan kebawah (trickle down effect) yang akan terjadi dengan

sendirinya atau bisa terjadi melalui kebijakan-kebijakan konvensional.

Paradigma pertumbuhan ini menguasai pemikiran tentang

pembangunan setelah Perang Dunia II. Ciri-ciri paradigma ini adalah :

12

Page 13: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

1. Menginterpretasikan pembangunan sebagai identik dengan

pembangunan ekonomi.

2. Tolak ukur pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi. Misalnya

PBB tahun 1970-an menetapkan bahwa pertumbuhan ekonomi rata-

rata 5 % per tahun untuk jangka waktu yang lama dipandang sebagai

tolok ukur keberhasilan pembangunan.

3. Pertumbuhan ekonomi ini adalah fungsi saving, strategi investasi

dan capital out put ratio. Artinya, pertumbuhan ekonomi ditentukan

oleh faktor saving, strategi investasi dan capital out put ratio.

4. Peran pemerintah dalam pembangunan adalah memperbesar

saving misalnya dengan perpajakan, meperbesar ekspor non migas,

bantuan luar negeri dan sebaginya. Serta memperkecil capital out put

ratio artinya meng-efisienkan proses produksi (misalnya dengan

deregulasi,dan sebagainya).

5. Ketimpangan merupakan kebutuhan sosial (social necessity) dan

karenanya dapat dibenarkan. Ketimpangan akan menjadi productive

base bagi pertumbuhan, karena dengan ketimpangan, golongan kaya

akan dapat melakukan saving untuk investasi. Keadaan ini oleh Simon

Kuznetz digambarkan dalam Kurve U dan Simon Kuznetz sebagai

berikut :

13

Page 14: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

Keadaan 1 : Pertumbuhan ekonomi rendah (R) Pemerataan tinggi (T)

Keadaan 2 : Pertumbuhan ekonomi tinggi (T) Pemerataan

rendah (R)

Keadaan 3 : Pertumbuhan ekonomi tinggi (T) Pemerataan rendah (T)

6. Bukan berarti bahwa paradigma pertumbuhan tidak memperhatikan

kemiskinan, akan tetapi kemiskinan diharapkan dapat dipecahkan

melalui trickle down effect (efek tetesan), artinya dari hasil sampingan

pertumbuhan itu sendiri.

Dalam perkembangannya ada beberapa teori yang berkembang dalam

paradigma pertumbuhan diantaranya: (1) Paradigma Pentahapan, (2)

Paradigma Pertumbuhan Berimbang (balanced growth). (3) Paradigma

Pertumbuhan Tidak Berimbang (unbalanced growth).

a. Paradigma Pentahapan

Pemerataan

R T T

R

T

T3

1

2

14

Pertumbuhan Ekonomi

Page 15: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

Tokoh yang mengembangkan teori ini adalah WW. Rostow yang

dikenal sebagai pandangan dari seorang economic historian tentang

pertumbuhan ekonomi.

Menurut Rostow proses transisi dari underdevelopment

(keterbelakangan) menuju development (kemajuan) dapat

digambarkan sebagai serangkaian tahap-tahap yang akan dilalui oleh

semua negara. Oleh karenanya teori ini juga dikenal dengan sebutan

the stage theory atau linier theory

Dalam pandangan paradigma ini, setiap masyarakat akan berkembang

melalui jalur yang sama, karenanya setiap masyarakat dapat

diklasifikasikan kedalam salah satu dari 5 tahap perkembangangan

masyarakat. Tahap-tahap tersebut adalah : (1) Traditional society

(masyarakat tradisional). (2) Precondition for take off (prakondisi

untuk tinggal landas menuju Take off (tinggal landas). (3) Self

sustaining growth (melaju dengan kekuatan sendiri). (4) Drive to

Maturity (dorongan menuju kematangan). (5) High mass consumption

(konsumsi massal yang melimpah.

(1)Masyarakat Tradisional,

Pada tahap ini ditandai oleh (a) Struktur masyarakat berkembang di

dalam fungsi produksi yang amat terbatas. (b) Menggunakan sebagian

besar dari sumber-sumber untuk bertani. (c) Kekuasaan politik terletak

di daerah, yaitu pada penguasa-penguasa tanah.

(2)Masyarakat dalam tahap mempersiapkan tinggal landas, pada

tahap ini ditandai oleh : (a) Masyarakat mulai membangun social

overhead capital, berupa infra struktur sosial dan ekonomi, berupa

jalan raya, rel kereta api, kesehatan, tetapi sebagian besar investasi

untuk social everhead capital. (b) Pergeseran masyarakat agraris ke

perdagangan dan manufaktur. (c) 75 % tenaga kerja masih di sektor

pertanian. (d) Pergeseran dari orientasi politik, ekonomi dan sosial

tingkat lokal ke orientasi nasional. (e) Angka kelahiran mulai menurun.

15

Page 16: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

(f) Pergeseran dari spoil system ke merit sytem. (g) Pertanian

menghasilkan produk lebih banyak untuk memberi makan sektor

urban. (h) Surplus produksi sektor agraris akan dialihkan ke sektor

modern.

(3)Tinggal landas, pada tahap ini ditandai oleh: (a) Tingkat investasi

diukur sebagai proporsi pendapatan nasional harus meningkat 5-10 %.

(b) Adanya pertumbuhan satu atau beberapa cabang industri dalam

sektor manufaktur yang cukup tinggi sehingga menjadi leading sector.

(c) Tumbuhnya secara cepat, kerangka politik, sosial dan institusional

yang mendorong tumbuhnnya dinamika sektor modern

(4)Self sustaining growth. Tahap ini perkembangan masyarakat

ditandai oleh Industri berkembang pesat tidak hanya pada teknik-

teknik industri tapi juga dalam aneka barang yang dirpoduksi, yaitu

barang konsumsi dan barang modal.

(5)High mass consumption, Tahap yang paling tinggi sebagai tahapan

perkembangan masyarakat modern ditandai oleh: (a) Konsumsi tidak

hanya barang primer, maupun sekunder tetapi barang tersier dan lux.

(b) Produksi untuk kebutuhan barang konsumsi yang tahan lama. (c)

Investasi tidak menjadi tujuan utama tetapi surplus ekonomi

dialokasikan untuk kesejahteraan sosial dan penambahan dana sosial.

(d) Pembangunan sudah bisa berkesinambungan dan bisa menopang

kemajuan.

b. Paradigma Pertumbuhan Berimbang (Balanced

Growth).

Varian lain dari paradigma pertumbuhan adalah Paradigma

Pertumbuhan Berimbang (balanced Growth). Pemikiran ini

dikembangkan oleh Rosenstein Rodan dan Ragnar Nurkse, keduanya

menentang upaya pembangunan yang bersifat gradualisme dan

inkrementalisme. Karena gradualisme dan inkrementalisme dalam

16

Page 17: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

proses pembangunan tidak akan membawa suatu bangsa ke tataran

hidup yang lebih tinggi.

Dasar pemikirannya adalah bahwa hubungan fungsional antara

kekuatan-kekuatan yang mendorong atau menghambat pembangunan

penuh dengan discontinuites dan lumps. Suatu dorongan besar (big

push) diperlukan untuk mengatasi inertia dalam ekonomi yang stagnan

agar dapat mengatasi stagnasi ekonomi, oleh karenanya paradigma ini

dikenal juga dengan istilah big push theory (teori Dorongan Besar).

Dasar teori ini mendasarkan pada konsep ekonomi klasik yaitu konsep

external economies. Externalitier menyangkut baik manfaat maupun

kerugian yang berakumulasi pada masyarakat atau bagian

daripadanya yang tidak jatuh pada investor yang lama.

Hambatan pembangunan menurut Rosentein Rodan adalah kendala-

kedala yang berasal dari mekanisme pasar berupa limitations imposed

by market. Untuk mengatasi limitasi tersebut Rodan menggunakan

konsep externalities yaitu:

(1)Hal tidak dapat dipisah-pisahkan suplai social everhead capital

(seperti pembangkit tenaga lsitrik, jalan, jembatan, transportasi dan

komunikasi) , adalah bersifat indispensable dan mengakibatkan

external economies. Investasi dalam infrastruktur atau soscial

overhead capital mempunyai industrial mix, long gestation period dan

minimum durability.

(2)Hal tidak dapat dipisah-pisahkan permintaan (indivisibility of

demand). Pengambilan keputusan untuk mengadakan investasi adalah

interdependen. Karenanya investasi yang berdiri sendiri akan

mempunyai resiko tinggi.

Berdasarkan asumsi diatas maka Rodan menarik kesimpulan bahwa

harus ada upaya minimum kritis (critical minimum effort) untuk dapat

mendorong pertumbuhan ekonomi, yaitu melalui investasi simultan di

berbagai sektort atau kegiatan ekonomi. Pandangan ini paralel dengan

Ragnar Nurkse yang melihat bahwa kegagalan pembangunan di

17

Page 18: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

banyak negara disebabkan karena mereka terperangkap dalam

lingkaran setan keterbelakangan (vicious circle of underdevelopment)

sebagaimana visualisasi dibawah ini :

LINGKARAN SETAN KEMISKINAN

Pendapatan yang rendah mereflesikan produktivitas yang rendah yang

disebabkan oleh kurangnya modal, dan kurangnya modal disebabkan

oleh kemampuan menabung yang rendah, dan lingkaran setan inipun

berlanjut. Untuk mengatasi hal ini dapat dipecahkan melalui serangan

frontal berupa serangan frontal gelombang investasi didalam sejumlah

industri yang beraneka ragam (pertumbuhan berimbang) untuk dapat

memutuskan lingkaran setan kemiskinan.

Dengan kata lain, investasi kapital secara sinkronis pada beraneka

ragam industri yang dapat memperluas pasar merupakan tindakan

esensial untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekaligus

mengatasi lingkaran setan kemiskinan.

18

Pendapatan Rendah

Kemampuan Menabung

Rendah

Kapital Kurang

Produktivitas Rendah

Page 19: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

c. Paradigma Pertumbuhan Tidak Berimbang

(unbalanced growth).

Paradigma ini pertama kali dikembangkan oleh Albert Hirscman. Pada

dasarnya Hirscman tidak menolak paradigma pertumbuhan berimbang

bahwa diperlukan dorongan besar (big push) untuk memutus mata

rantai kemiskinan dalam bentuk investasi kapital secara simultan

diberbagai industri. Tetapi masalahnya justru kurangnya modal tadi

yang menghambat pembangunan di negara berkembang. Kemampuan

untuk melakukan investasi ini akan akan timbul dan meningkat melalui

praktek, dann intensitas praktek ini akan amat tergantung pada sektor

modern yang justru merupakan hal yang langka di negara

berkembang.

Karena itulah Hirscman mengusulkan adanya big push tidak secara

simultan di sejumlah besar industri, akan tetapi dibeberapa cabang

industri yang dipilih secara strategis, dengan asumsi bahwa

pembangunan berproses melalui difusi pertumbuhan dari leading

sector (sektor yang strategis) dalam ekonomi suatu negara menuju

lagging sector (sektor yang terbelakang), dari industri yang satu ke

industri yang lain. Hirscman mengusulkan investasi pada industri-

industri yang mempunyai keterkaitan ke belakang (backward linkage)

dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang optimal. Hirscman

sampai pada konklusi bahwa industri-industri yang berada ditengah-

tengah proses atau mata rantai produksi akan cenderung mempunyai

jumlah keterkaitan yang optimal.

C. PARADIGMA KETERGANTUNGAN

Paradigma ketergantungan atau dependensi, lahir dari kalangan

ekonom Amerika Latin yang diorganisir oleh suatu badan PBB yaitu

ECLA (Economic Comission of Latin America) yang mencoba

merumuskan paradigma yang paling tepat bagi amerika latin.

19

Page 20: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

Amerika Latin merupakan negara yang ketimpangannya besar sekali,

terdapat beberapa tuan tanah yang menguasai sebagian besar

kepemilikan atas tanah sedangkan sebagian besar rakyat tidak punya

tanah.

Yang dimaksud dengan ketergantungan adalah keadaan dimana

kehidupan ekonomi negara-negara tertentu dipengaruhi oleh

perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi negara lain,

dimana negara-negara tertentu hanya berperan sebagai penerima

akibat saja. Hubungan antara negara-negara bercirikan

ketergantungan manakala negara-negara yang dominan bisa

berekspansi dan bisa berdiri sendiri, sedangkan ekonomi negara

lainnya hanya mengalami perubahan sebagai akibat dari ekspansi

tersebut.

Paradigma dependensi menggabungkan dua alur pemikiran yaitu: (1)

Pemikiran Strukturalis, bahwa dinamika sosial adalah karena struktur

masyarakat. (2) Pemikiran Neo Marxis, yang dalam beberapa hal

berbeda dengan Marxis.

Perbedaan antara Marxis dengan Neo Marxis adalah :

(1)Marxisme klasik melihat perkembangan kapitalisme dari perspektif

negara-negara indutrialis, sedangkan neo marxis melihatnya dari

perspektif negara-negara phery-phery.

(2)Marxisme klasik menekankan pada peranan revolusioner kaum

proletar, sedangkan neo marxis menekankan pada peranan

emansipatoris dari kelas tani.

(3)Marxisme klasik menekankan pada determinisme faktor-faktor

obyektif sedangkan neo marxis masih memberi tempat pada peranan

faktor-faktor subyektif.

Salah satu teori utama marxisme adalah historis materialisme, dimana

sejarah ditentukan oleh faktor-faktor materi dan setiap negara

menjalani tahap-tahap perkembangan yang sama yaitu : Masyarakat

tradisional – Masyarakat feodal – masyarakat borjuis kapitalis –

20

Page 21: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

masyarakat sosialis – masyarakat komunis – stateless society. Dalam

setiap perkembangan ini terjadi proses dialektika yang refleksinya

adalah pertentangan kelas. Proses dialektika yang terjadi dalam

perkembangan masyarakat ini ditentukan oleh faktor-faktor obyektif

lepas dari kehendak subyektif manusia (terjadi begitu saja diluar

kendali individu manusia). Karena menurut Marx setiap manusia terdiri

dari suprastruktur (ideologi manusia) dan basis ekonomi (terdiri dari

production relations dan mode of production). Yang menentukan disini

bukan ideologi menentukan basis ekonomi, tapi basis ekonomi yang

menentukan ideologi manusia. Jika basis ekonomi berubah maka

ideologi pun berubah. Pada tahun 1960 – 1965 an, faktor obyektif

(basis ekonomi) masyarakat indonesia sudah dianggap dalam keadaan

‘hamil tua’ yang akan melahirkan masyarakat sosialis. Oleh karena itu

PKI memanfaatkan momen tersebut.

Dari uraian diatas, landasan paradigma dependensi adalah strukturalis

dan neo marxis, dan mengkrtitik paradigma-paradigma lain yang

ahistoris (tidak sesuai sejarah).

Paradigma lain bersifat ahistoris karena paradigma lain cenderung

menggunakan pendekatan ideal typical index approach atau gap

approach, yang melihat bahwa development dan underdevelopment

merupakan dua fenomena yang terpisah, dalam arti perbedaan antara

development dan under development merupakan perbedaan

karakteristik saja.

Misalnya :

Underdevelopment Development

Pendidikan Rendah

Angka kelahiran Tinggi

Produktivitas Rendah

Agraris

Pendidikan Tingggi

Angka kelahiran Rendah

Produktivitas Tinggi

Industri

21

Page 22: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

Konsekwensinya peranan pembangunan tidak lain adalah

bagaimana merubah karakteristik dari underdevelopment

menjadi development. Pendekatan dan teori yang demikian

bersifat ahistoris, tidak sesuai dengan realitas sejarah.

Menurut paradigma dependensi underdevelopment dan

development bukan dua gejala terpisah, tetapi merupakan dua

sisi dari fenomena sosial yang sama, yaitu fenomena

terintegrasinya masyarakat pra kapitalis kedalam sistem

kapitalisme internasional, baik melalui perdagangan

internasional maupun melalui kolonialisme. Hal ini dapat dirujuk

dari perjalanan sistem kapitalisme internasional yang

berkembang sejak abad 16 – 18 Masehi.

Dengan kata lain, disatu sisi pembangunan menimbulkan

development di negara-negara kapitalis dan underdevelopment

di negara-negara pra kapitalis. Jadi keduanya bukan hanya sifat

atau karateristiknya yang berbeda tetapi juga sebagai akibat dari

kapitalisme tersebut.

Secara empiris bagaimana terjadi gap antara development

(kapitalisme) dengan underdevelopment (negara pra kapitalis).

Hal ini ditentukan oleh production relations dan mode of

production di negara-negara kapitalis yang telah menimbulkan

eksploitasi terhadap kelas buruh, petani dan sebagainya. Dalam

arti buruh digaji dengan lebih rendah dari harga barang yang

dijual di pasar. Konsekwensinya terjadi kesenjangan surplus

value dengan biaya produksi. Pada sistem kapitalisme biaya

produksi semakin efisien surplus value semakin tinggi, sedang

disisi lain buruh hanya menikmati sebagian kecil dari surplus

value yang diperoleh oleh pemilik modal.

22

Page 23: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

Didalam proses investasi surplus value, para kapitalis bekerja

dengan kaum comprador, yaitu kelompok pelaku ekonomi dan

pejabat negara di negara-negara pinggiran yang menjadi payung

politik kekuatan kapitalisme di negara-negara pinggiran.

Disamping itu juga dilakukan eksport hasil-hasil industri atau

komoditi manufaktur dari negara-negara kapitalis ke negara-

negara pra kapitalis yang kemudian menghancurkan sendiri

ekonomi rakyat negara pra kapitalis. Kemudian akan terjadi

import surplus value (dalam bentuk profit dan investasi) dan

import cheap comodity. Sehingga yang terjadi negara kapitalis

menjadi development dan negara-negara pra kapitalis menjadi

underdevelopment.

Beberapa Teorisasi Dependensi

1. Raul Prebisch

Perhatian Prebisch tertuju pada sebuah kenyataan mengapa

negara-negara yang melakukan spesialisasi dibidang industri

Eskport Surplus Value

Eksport komo-diti manufactur/industri

Akumulasi Surplus Value

Masyarakat Kapitalis

Investasi Surplus Value

Masyarakat pra Kapitalis

23

1. Import surplus value dlm bentuk profit interest,

2. Import cheap commodity

Page 24: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

menjadi negara-negara kaya, sedangkan mereka yang memilih

bidang pertanian tetap saja miskin.

Menurut Prebisch teori pembagian kerjasama internasional yang

didasarkan pada keunggulan komperatif membuat negara-

negara di dunia melakukan spesialisasinya. Negara-negara di

dunia terbagi menjadi dua kelompok, negara-negara PUSAT

(center) yang menghasilkan barang industri dan negara-negara-

PINGGIRAN (pherypery) yang memproduksi hasil-hasil pertanian.

Keduanya melakukan kerjasama, yang seharusnya saling

menguntungkan dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi

di kedua belah pihak, tetapi secara empiris menunjukkan hal

yang sebaliknya, negara-negara pusat berkembang semakin

cepat dan sebaliknya di negara-negara pinggiran terjadi proses

stagnasi ekonomi bahkan diberbagai negara terjadi proses

pemiskinan.

Kenyataan ini diakibatkan oleh penurunan nilai tukar dari

komoditi pertanian terhadap komoditi barang industri. Barang-

barang industri menjadi semakin mahal dibandingkan dengan

barang-banrang hasil pertanian. Akibatnya terjadi defisit pada

neraca perdagangan negara-negara pertanian bila melakukan

transaksi perdagangan dengan negara-negara industri, yang

semakin lama defisit neraca perdagangan ini semakin besar.

Oleh sebab itu solusinya jika negara-negara pinggiran dalam

proses pembangunan yang harus dilakukan adalah Industrialisasi

harus dimulai dengan industri substitusi impor. Barang-barang

industri yang tadinya diimpor harus diproduksi didalam negeri.

Tetapi peran pemerintah harus melakukan upaya-upaya proteksi

terhadap industri substitusi impor, sepanjang masih belum

mampu bersaing dengan industri di negara-negara maju.

2. Andre Gunder Frank

24

Page 25: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

Frank mengembangkan konsep relasi negara-negara pusat dan

pinggiran yang disebutnya sebagai negara-negara Metropolis

dan negara-negara Satelit. Dalam rangka mencari keuntungan

yang sebesar-besarnya kaum borjuasi di negara-negara

metropolis bekerjasama dengan pejabat pemerintah di negara-

negara satelit dan kaum borjuasi yang dominan di negara satelit.

Sebagai akibat kerjasama antara modal asing dan pemerintah

setempat ini, muncullah kebijakan-kebijakan pemerintah yang

menguntungkan modal asing dan borjuasi lokal, dengan

mengorbankan kepentingan rakyat banyak negara tersebut.

Kegiatan ekonomi praktis merupakan kegiatan ekonomi modal

asing yang berlokasi di negara satelit. Fungsi kaum borjuasi lokal

adalah mitra yunior yang dipakai sebagai payung politik, serta

pemberi kemudahan bagi beroperasinya kepentingan modal

asing.

Dalam teori Frank ada tiga komponen utama yang menjadi fokus

analisisnya: (1) Modal asing, (2) Pemerintah lokal di negara

satelit, (3) Kaum borjuasi. Menurut Frank pembangunan hanya

terjadi dilingkaran mereka.

Oleh karenanya ciri-ciri dari perkembangan kapitalisme satelit

adalah : (1) Kehidupan ekonomi yang tergantung. (2) Terjadinya

kerja sama antara modal asing dengan klas-klas yang berkuasa

di negera satelit, yakni para pejabat pemerintah, klas tuan tanah

dan klas pedagang. (3) Terjadinya ketimpangan antara yang

kaya (klas yang dominan yang melakukan eksploitasi) dan yang

miskin (rakyat jelata yang dieksploitasi) di negara-negara satelit.

Bagi Frank Negara-negara terbelakang atau negara satelit hanya

dapat membangun jika memutuskan sama sekali hubungannya

dengan negara metropolis yang kapitalistik dan mengeksploitasi

negara satelit. Karena diberbagai negara satelit (hususnya

Amerika Latin) justru lebih baik kondisi sosial ekonominya

25

Page 26: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

sebelum melakukan hubungan ekonomi dengan negara-negara

kapitalis.

3. Theotonio Dos Santos

Bila Frank mendefinisikan bahwa ketergantungan selalu memiliki

konsekwensi atau kecenderungan yang bersifat negatif, dimana

hubungan negara metropolis selalu berakibat negatif bagi

negara satelit.

Namun menurut Dos Santos bahwa negara-negara pinggiran

atau satelit pada dasarnya hanya merupakan bayangan dari

negara-negara pusat atau metropolis. Bila negara pusat yang

menjadi induknya berkembang, negara satelit bisa juga ikut

berkembang, bila negara induknya mengalami krisis, satelitnya

pun kejangkitan krisis. Tetapi ketika terjadi perkembangan

pada negara-negara satelit itu terjadi bukan karena impuls dan

dinamika perkembangan dari negara satelit, melainkan dari

negara induknya. Perkembangan seperti ini maka menurut Dos

Santos di negara pinggiran dianggap sebagai perkembangan

yang tergantung.

Dos Santos membedakan tiga bentuk ketergantungan negara

pinggiran terhadap negara pusat:

(1)Ketergantungan Kolonial.

Disini terjadi dominasi politik dalam bentuk penguasaan kolonial

atau penjajahan dari negara pusat ke negara pinggiran. Kegiatan

ekonomi adalah perdagangan eksport dari hasil bumi di negeri

jajahan ke negara penjajah.

(2)Ketergantungan Finansial-industrial.

Disini tidak ada dominasi politik dalam bentuk penjajahan.

Negara pinggiran secara politis merdeka. Tetapi dalam

kenyataannya, negara pinggiran masih dikuasai oleh kekuatan-

kekuatan finansial dan industrial dari negara pusat, sehingga

26

Page 27: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

praktis ekonomi negara pinggiran merupakan satelit dari negara

pusat.

(3)Ketergantungan Teknologis-industrial.

Ini adalah bentuk ketergantungan baru. Kegiatan ekonomi di

negara pinggiran tidak lagi berupa ekspor bahan mentah untuk

keperluan industri di negara pusat. Perusahaan-perusahaan multi

nasional dari negara pusat mulai menanamkan modalnya dalam

kegiatan industri yang produknya ditujukan ke pasar dalam

negeri dari negara-negara pinggiran. Dalam bentuk yang lebih

canggih maka perusahaan-perusahaan kapitalis negara pusat

dimiliki oleh pengusaha lokal, tetapi teknologinya ada di tangan

perusahaan-perusahaan multi nasional (MNC). Dengan demikian

penguasaan terhadap surplus industri dilakukan melalui

monopoli teknologi–industri.

D. PARADIGMA PEMERATAAN

Paradigma pemerataan merupakan reaksi bahwa peningkatan

kesejahteraan tidak berarti terjadinya pemerataan

pembangunan. Ada dua pendekatan dan atau paradigma yang

tergolong dalam paradigma ini yaitu : (1) Paradigma neo

ekonomi, (2) Paradigma reditribusion with growth (pertumbuhan

dengan pemerataan).

a. Paradigma Neo Ekonomi

Pardigma ini berargumen bahwa harus ada trade off antara

pertumbuhan dan pemerataan. Artinya kalau ingin ada

pemerataan maka pertumbuhan tidak bisa optimal, dan

sebaliknya kalau ingin mencapai pertumbuhan maka

pemerataan tidak akan optimal, oleh karenanya strategi

pembangunan suatu bangsa harus memilih diantara keduanya

yang harus diprioritaskan. Pandangan eno ekonomi ini

27

Page 28: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

menekankan pemerataan, penanggulangan kemiskinan dan

pengangguran walau harus mengorbankan pertumbuhan

ekonomi

Tokoh dari pendekatan neo ekonomi ini adalah Dudley Seers,

dari Sussex University, dan Mahbub ul Haq, seorang ahli

matematika ekonomi.

Neo ekonomi berpendapat bahwa keberhasilan suatu negara

didalam pembangunan harus diukur melalui 3 (tiga) indikator

utama diantaranya: (a) Apa yang terjadi dengan kemiskinan, (b)

Apa yang terjadi dengan ketimpangan, (c) Apa yang terjadi

dengan pengangguran. Menurut keyakinan paradigma ini kalau

suatu negara berhasil menurunkan ketiga masalah sosial

tersebut, berarti negara tersebut telah berhasil dalam

pembangunan nasionalnya. Pandangan ini berbeda dengan

paradigma pertumbuhan yang hanya menekankan pada

pertumbuhan saja tanpa memperhatikan ketiga indikator utama

tersebut.

1) Kemiskinan

Mengukur indikator kemiskinan memanglah tidak mudah, karena

kemiskinan seringkali merupakan suatu fenomena yang multi

dimensional yang melingkupi dari seluruh dimensi kehidupan

manusia.

David Chamber berpendapat bahwa kemiskinan terkait dengan

dimensi-dimensi lain oleh karenanya tidak boleh hanya diartikan

dengan pendapatan yang rendah tetapi menyangkut dengan

faktor-faktor sebagai berikut: (a) Powerlessness, (b) Povery, (c)

Vulnerability, (d) Alienation, (e) Physical weakness. Menurut

Chamber bahwa ketidak berdayaan (powerlessness) pada

kelompok miskin tidak hanya ketika menghadapi elit tetapi

ketidak berdayaan mereka juga dalam menghadapi penyakit,

28

Page 29: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

kematian dini dan sebagainya. Kerentanan (vulnerability) atau

tidak adanya ketahanan artinya bahwa perubahan sedikit yang

terjadi pada lingkungan eksternal dirinya akan menyebabkan

keterpurukan yang semakin parah pada komunistas atau

kelompok masyarakat miskin, misalnya banjir, kekeringan,

perubahan ekonomi dan sebagainya.

Walaupun mengukur indikator kemiskinan merupakan suatu hal

yang sangat sulit maka para penganut paradigma ini yakin

bahwa kemiskinan bisa diukur, misalnya melalui (1) Konsumsi

gizi perkapita, (2) Equivalensi (kesetaraan) dengan harga beras,

ini sering disebut garis kemiskinan Sayogyo1. Adapun equivalensi

Sayogyo sebagaimana tabel dibawah ini:

Pengeluaran Rumah Tangga untuk Konsumsi

Pangan Non Pangan ∑

Kota Rp. 23.303 Rp.4.602 ± Rp. 27.905/kapita/bulan

Desa Rp.15.576 Rp.2.688 ± Rp. 18.244/kapita/bulan

Catatan Kurs Dollar saat itu 1 $ = Rp. 2.000,00

Pengukuran kemiskinan dengan cara ini memang terlihat agak

sulit karena pendapatan sangatlah bervariasi, hal ini misalnya

terjadi pada masa Orde Baru dimana penduduk dibawah garis

kemiskinan sebesar 13,5 % atau 25 Juta Jiwa diukur dari

pengeluaran untuk konsumsi Rumah Tangga.

Prof Sayogyo melakukan equivalensi dengan beras maka garis

kemiskinan dilihat dari konsumsi beras pada rumah tangga

sebagaimana tabel dibawah ini:

Kota Desa

1 Prof Sayogyo adalah seorang peneliti dari IPB yang melakukan pengukuran tingkat kemiskinan dengan equivalen dengan konsumsi beras.

29

Page 30: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

Paling Miskin 270 Kg 280 Kg

Miskin Sekali 360 Kg 240 Kg

Miskin 480 Kg 320 Kg

Berbagai jenis kemiskinan dalam studi yang dilakukan oleh

berbagai peneliti sosial diantaranya: (1) Kemiskinan absolut,

Yaitu kemiskinan yang diukur berdasarkan standart baku yang

ditetapkan oleh suatu badan atau institusi tertentu. Hal ini

misalnya di masa Pemerintahan Orde Baru yang memakai

standar garis kemiskinan dengan income percapita. (2)

Kemiskinan Relatif2, yaitu kemiskinan yang diukur dari tingkat

kesejahteraan sekelompok penduduk dibandingkan tingkat

pendapatan rata-rata nasional atau tingkat pendapatan

kelompok lain. Misalnya pekerja profesional di Bank tidak bisa

disebut miskin bila dibandingkan dengan pendapatan tukang

becak. Oleh karenanya pemerintah tidak pernah menunjukkan

kemiskinan relatif, hanya menunjukkan kemiskinan absolut

dengan gambaran angka penduduk di bawah garis kemiskinan.

Hal ini dilakukan agar pemerintah dapat menunjukkan

performance legitimacy pemerintah.

2) Ketimpangan

Indikator lain yang dapat dipakai untuk menilai keberhasilan

pembangunan suatu bangsa adalah indikator ketimpangan. Ada

beberapa cara untuk mengukur ketimpangan:

(1)Penduduk di bagi menjadi 5 (lima) bagian. Pengukuran ini

dengan membagi struktur ketimpangan ini menjadi lima bagian,

dengan rasio pendapatan rata-rata 20 % penduduk terkaya dan

2 Contoh kemiskinan yang diilustrasikan oleh Karl Marx, orang yang tinggal dirumah kecil tidak akan merasa miskin karena tetangganya juga tinggal dirumah kecil, berbeda jika tetanggannya tinggal dirumah yang lebih besar dan mewah dari miliknya

30

Page 31: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

pendapatan rata-rata 20 % penduduk termiskin. Di Negara-

negara Amerika Latin angka ketimpangan ini berbanding 1 : 50.

Di negara-negara yang telah maju seperti Jepang angka

ketimpangan rata-rata berbanding 1 : 12, dimana angka ini

menunjukkan tingkat pemerataan pembangunan yang baik.

(2)Piramida penduduk yang dibagi menjadi 3 (tiga) bagian.

Pemerataan diukur dari berapa persen pendapatan nasional

yang diterima oleh 40 % penduduk termiskin. Ukuran yang dapat

dipakai diantaranya adalah < 12 % terkategori timpang sekali,

12 % - 17 % terkategori timpang, dan > 17 % Cukup merata.

(3)Gini Ratio, Gini Coeficient. Gini ratio diketahui dengan Curve

Lorenz, yaitu curve yang menunjukkan berapa persen penduduk

mendapatkan berapa persen pendapatan nasional. Dalam suatu

situasi dimana pembagian itu merata sekali (yang dalam

realitanya tidak ada), kurve Lorenz merupakan garis diagonal,

sehingga disebut line of perfect equality. Berikut ini adalah Curve

Lorenz.

31

% Pendapatan Nasional

40 %

20 %

10 %

A B

C

% Penduduk

20 % 60 % 80 %

Page 32: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

Bila pembagian tidak lagi sejalan dengan line of perfect equality

maka pembagian tidak merata. Misalnya 60 % penduduk hanya

mendapatkan 20 % pendapatan nasional dan 80 % penduduk

hanya mendapatkan 40 % pendapatan nasional.

Makin dekat kurve lorenz ke garis diagonal maka makin merata

pendapatn nasional, dan makin jauh kurve lorenz dari garis

diagonal maka pendapatan makin timpang. Ada konsensus

diantara para pakar ekonomi bahwa suatu negara dipandang

sebagai negara yang sempurna bila gini rasionya ≤ 0,35.

3) Pengangguran

Adalah penduduk usia kerja yang tidak bekerja dan atau sedang

mencari pekerjaan. Dianggap penduduk usia kerja jika seseorang

berumur antara 17 – 60 tahun

Jika Ketiga indikator tersebut diatas seperti kemiskinan,

ketimpangan dan pengangguran bisa turun maka negara

tersebut dianggap berhasil dalam proses pembangunannya.

Secara konseptual pemikiran diatas adalah cukup mudah tetapi

ini merupakan penemuan baru yang kemudian digunakan oleh

PBB dan World Bank sebagai indikator keberhasilan

pembangunan suatu negara, maka pemikiran tersebut menjadi

cukup terkenal dan digunakan oleh para policy makers,

perencana pembangunan dan pengamat untuk melihat tingkat

keberhasilan pembangunan pada suatu negara.

Dalam jajaran paradigma neo ekonomi ini, gagasan konseptual

lain yang cukup terkenal adalah sebagaimana digagas oleh

32

Page 33: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

Mahbuh ul Haq. Dia adalah seorang pakar matematika

ekonomi, berkebangsaan Pakistan dan lulus dari Harvard

University.

Menurut Mahbub ul Haq bahwa model pembangunan yang

dikembangkan di negara-negara Barat tidak dapat diterapkan di

negara-negara Dunia Ketiga, oleh karenanya negara-negara

Dunia Ketiga harus mengembangkan development style nya

sendiri.

Development style Dunia Ketiga yang dimaksud Mahbub ul Haq

adalah pembangunan harus difokuskan pada 50 % penduduk

termiskin melalui penanganan langsung penduduk termiskin

tersebut. bukan melalui mekanisme trickle down effect. Oleh

karenanya penanggulangan kemiskinan diciptakan melalui

penciptaan lapangan kerja yang dapat meningkatkan income per

capita dan meningkatkan harga diri pada kelompok penduduk

termiskin. Kebijakan tersebut akan dapat menciptakan

pemerataan yang tidak saja menghilangkan atau mengurangi

kemiskinan absolut tetapi juga dapat mengurangi kemiskinan

relatif serta mengurangi ketimpangan.

Berkaitan dengan ketimpangan pendapatan di Negara Sedang

Berkembang Ul Haq berpendapat bahwa karena adanya

ketimpangan didalam masyarakat cenderung mendorong bias

didalam alokasi sumber daya yang ada didalam masyarakat.

Makin timpang pendapatan suatu negara maka makin besar

terjadinya bias dalam alokasi sumber daya dalam masyarakat.

Dalam rangka mengurangi ketimpangan yang terjadi di negara-

negara sedang berkembang Ul Haq mengusulkan

dikembangkannya the new international economic order yang

tidak eksploitatif sehingga dalam kerangka pengembangan

ekonomi domestik maupun dalam kerangka ekonomi

33

Page 34: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

internasional menguntungkan negara-negara sedang

berkembang.

b. Paradigma Redistribution with Growth

Tokoh yang sangat populer dalam jajaran paradigma ini adalah

Hollis Chenery dan Ahluwalia. Yang pada prinsipnya keduanya

menolak argumen paradigma neo ekonomi yang

mempertentangkan antara pemerataan dan pertumbuhan

ekonomi. Paradigma ini sebenarnya merupakan koreksi terhadap

paradigma pertumbuhan yang secara empiris telah memberikan

dampak terhadap terjadinya proses pemikinan dan kesenjangan

antar strata dan wilayah yang semakin mencolok.

Paradigma ini berargumen bahwa suatu negara bisa mencapai

pertumbuhan sekaligus pemerataan, jadi kedua-duanya bisa

dicapai secara bersamaan. Artinya bahwa ada kemungkinan

untuk menggabungkan upaya mencapai pertumbuhan optimum

dengan upaya melakukan pemerataan. Oleh karenanya

paradigma Redistribution with Growth tidak mempertentangkan

antara pertumbuhan dan pemerataan, bahkan sebaliknya ingin

mencapai pemerataan melalui pertumbuhan ekonomi.

Persoalannya adalah bagaimana agar pertumbuhan ekonomi

mempunyai implikasi terhadap pemerataan. Disadari bahwa

pada masa pertumbuhan ekonomi, kelompok atau unit ekonomi

yang secara proporsional kecil menyerap proporsi modal yang

besar dan mempunyai produktivitas tinggi.

Pola pembangunan yang terkonsentrasi ini diperkuat dengan

keterbatasan akses rakyat miskin pada tanah, kredit, pendidikan

dan sebagainya. Disinilah maka jawaban paradigma ini bahwa :

Pemerataan dilakukan tidak hanya melalui peningkatan bagian

pendapatan yang diterima kelas bawah tetapi peningkatan

pertumbuhan ekonomi dari kelas bawah.

34

Page 35: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

Menurut pendekatan ini untuk meningkatkan kesejahteraan

golongan miskin dan pertumbuhan ekonomi pada golongan

miskin dengan cara sebagi berikut :

(1) Meningkatkan laju pertumbuhan GNP sampai tingkay

maksimal dengan jalan meningkatkan tabungan dan

mengalokasikan sumberdaya secara lebih efisien, yang

manfaatnya dapat dinikmati oleh semua golongan masyarakat.

(2)Mengarahkan investasi pada kelompok miskin dalam bentuk

pendidikan, akses yang lebih besar pada pelayanan publik

seperti kesehatan, penyediaan kredit, fasilitas umum dan

sebagainya.

(3)Redistribusi pendapatan (atau konsumsi) kelompok miskin

melalui kebijakan fiskal atau melalui alokasi barang konsumsi

secara langsung.

(4)Pengalihan harta dan sumber daya yang sudah ada kepada

golongan miskin, misalnya dalam bentuk land reform

Pilihan sektor ekonomi yang dipercaya dapat mengurangi tingkat

kemiskinan, kesenjangan dan pengangguran, Hollis Chenery

mempromosikan sebuah patterns of development yang

meletakkn sektor pertanian sebagai suatu alat untuk

menyebarluaskan pembangunan terutama untuk menjembatani

kesenjangan antara Pusat dan Daerah Pedalaman. Dalam

konsep patterns of development tersebut sektor ekonomi suatu

negara dapat dibedakan menjadi sektor modern dan sektor

tradisional. Sektor modern diharapkan menjadi motor penggerak

pertumbuhan ekonomi yang akan mendorong proses

pembangunan sosial dan ekonomi. Sedang sektor tradisional

diharapkan menjadi pemasok bahan bakar pada motor

penggerak tadi dalam bentuk tenaga kerja yang berlimpah dan

bahan baku untuk industri di sektor modern. Dalam proses ini

penganggurn dan setengah pengangguran pada sektor

35

Page 36: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

tradisional diharapkan berpindah dan terserap ke sektor modern

yang akan dipekerjakan secara produktif dengan meluasnya

industri dan jasa.

E. PARADIGMA KESEJAHTERAAN

Paradigma kesejahteraan atau walfare paradigm merupakan

salah satu paradigma pembangunan yang seringkali digunakan

oleh negara-negara dunia ketiga untuk melengkapi dan

menanggulangi dampak strategi pembangunan yang

berorientasi pertumbuhan ekonomi, misalnya semakin

meningkatnya angka kemiskinan, pengangguran dan

sebagainya. Menurut para ahli dibidang ini diyakini bahwa

strategi tricle down effect tidak terjadi sehingga terjadi

kesenjangan yang semakin besar. Paradigma ini tidak anti

pertumbuhan (tidak radikal), tapi menurut keyakinannya bahwa

pertumbuhan harus dipakai untuk meningkatkan kesejahteraan.

Oleh karenanya paradigma kesejahteraan memandang bahwa

keberhasilan negara dalam pembangunan diukur dari

pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan

berdasarkan ukuran-ukuran yang ada.

Dalam paradigma ini ada dua pendekatan yang dijadikan basis

argumentasinya yaitu: (1) Paradigma Indikator Sosial (social

indicator paradigm) dan (2) Paradigma Kebutuhan Pokok (basic

needs paradigm).

1. Paradigma Indikator Sosial

Paradigma ini tidak menolak pandangan paradigma

pertumbuhan tetapi, ukuran keberhasilan pembangunan yang

36

Page 37: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

berupa economic accunting harus dilengkapi dengan ukuran-

ukuran social accounting.

Berbagai jenis indikator sosial yang dikemukakan oleh para ahli

paling tidak melingkupi beberapa kelompok indikator sosial

berikut ini :

(1)Indikator yang mengukur aspek-aspek non ekonomis dalam

pembangunan, termasuk misalnya data-data demografis,

informasi mengenai kesehatan, pendidikan serta berbagai aspek

kehidupan sosial yang layak, dan informasi mengenai

penggunaan dan pendekatan pelayanan sosial.

(2)Indikator yang mengukur kualitas hidup (quality of life) atau

tingkat kepuasan dan kelayakan hidup penduduk, baik dengan

menggunakan beberapa kriteria obyektif mengenai apa saja

yang dapat mendukung suatu kehidupan yang ‘baik’ maupun

dengan menggunakan usaha-usaha mengidentifikasikan

kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi yang dirasakan oleh

masyarakat.

(3)Indikator yang mengukur variasi kualitas hidup antar berbagai

sektor kependudukan dan karenanya akan mengidentifikasikan

eksistensi kepincangan sosial.

Tetapi ketiga jenis indikator sosial tersebut tidak selamanya

saling berkaitan satu dengan lainnya. Sebagai contoh misalnya

indikator pendidikan dan kesehatan. Oleh karenanya para ahli

ilmu sosial memberikan arah agar dapat menjawab pertanyaan

mengenai hal-hal apa saja yang dapat mendukung kearah

timbulnya indikator sosial yang baik. Pertama, suatu indikator

yang baik harus menggambarkan secara tepat apapun yang

akan diukur. Kedua, Dalam memilih indikator sosial, seseorang

harus yakin bahwa data yang diperlukan sudah tersedia dalam

bentuk yang diinginkan serta ketepatan yang memadai. Ketiga,

37

Page 38: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

Indikator harus bersifat dapat diperhitungkan (quantifiable).

Dimensi

Kesejahteraan

Indikator

Pendidikan Prosesntase anak usia sekolah yang

duduk dibangku sekolah

Prosentase yang menyelesaikan

jenjang pendidikan tertentu

Kesehatan Diukur dari konsumsi kalori perkapita

(2100/hari

Infant mortality rate 150/1000

kelahiran. Sekarang menjadi 60/1000

kelahiran (rata-rata nasional)

Angka kematian ibu karena

melahirkan

Sanitasi Prosentasi yang mempunyai sumber

air bersih

Ratio antara penghuni rumah dengan

jumlah kamar

Kualitas rumah (tanahnya, dinding,

ventilasi dsb.)

Salah satu ukuran social accounting adalah physical quality life

of index (PQLI). Mengapa ukuran-ukuran dan indikator-indikator

sosial ini penting, sebab indikator-indikator ekonomi makro

seperti pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, product

domestic bruto dan sebagainya mengungkap tingkat

kesejahteraan masayarakat.

38

Page 39: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

Physical quality life of index (PQLI) merupakan index gabungan

yang terdiri dari : (1) infan mortality rate (angka kematian bayi).

Yaitu angka kematian bayi per 1000 kelahiran bayi. (2) Harapan

hidup bayi yang berumur 1 tahun. (3) Pendidikan ibu, makin

tinggi pendidikan ibu kamatian bayi makin turun.

Dalam perkembangannya indikator-indikator sosial semakin

kompleks, berikut ini adalah contoh yang sangat baik betapa

indikator-indikator sosial akan semakin kompleks

Indikator-indikator diatas dalam perkembangannya sangat

tergantung pada tingkat perkembangan suatu negara, makin

maju suatu bangsa maka makin kompleks indikator-indikator

sosial yang melingkupi.

2. Paradigma Kebutuhan Pokok

Sebenarnya ide ini sudah diungkapkan oleh Mohammad Hatta

yang menyatakan bahwa “keadilan sosial hanya bisa diwujudkan

melalui pemenuhan kebutuhan pokok”. Namun pemikiran ini

tidak dikembangkan secara meluas para ekonom di Indonesia.

Gunnar Myrdall seorang ekonom Swedia mengatakan bahwa

“pemenuhan kebutuhan pokok merupakan pra syarat bagi

aktualisasi diri seseorang, artinya seseorang bisa menjadi apa

yang diinginkan, jika terpenuhinya kebutuhan pokoknya. Karena

paradigma pertumbuhan seringkali menjadikan manusia sebagai

mesin yang terprogram sehingga tidak bisa berekpresi.

Momentum perkembangan ide basic needs baru timbul secara

meluas sejak delenggarakannya ILO Wordl Employment

Conference (1976), ideanya adalah the enthronenments of basic

needs (penempatan basic needs sebagai acuan pembangunan).

Salah satu tokoh yang ikut dalam konferensi ini adalah Richard

Joly dari Institute of Development Study, Sussex University, dia

39

Page 40: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

mengatakan “ bahwa pembangunan nasional harus berupaya

untuk memenuhi kebutuhan pokok”.

Secara operasional basic needs memiliki dua komponen utama,

yang meliputi: (1) Kebutuhan pokok untuk memenuhi kebutuhan

keluarga seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan

dan sebagainya. (2) Kebutuhan pokok yang berhubungan atau

menyangkut masyarakat seperti sumber air bersih, jalan raya,

sanitasi dan sebagainya.

Meskipun demikian ada perbedaan didalam menafsirkan basic

needs, apakah basic needs merupakan kebutuhan yang bersifat

universal ataukah merupakan kebutuhan yang bersifat historis

dan spesifik, dalam arti tiap bangsa memiliki basic needs yang

berbeda-beda. Disamping itu, apakah cakupan basic needs

mencakup kebutuhan material dan non materiil seperti spiritual,

rasa aman dan lain-lain, ataukah material saja seperti makan,

papan dan yang bersifat fisik. Namun secara umum disepakati

bahwa kebutuhan dasar dapat dibagi menjadi tiga kategori:

(1)Pertama, Pemenuhan konsumsi bahan-bahan pokok seperti

pangan, sandang dan perumahan yang dapat dijangkau oleh

setiap warga negara.

(2)Pemenuhan pelayanan pokok seperti pendidikan, kesehatan,

air bersih yang setiap warga negara berhak untuk mempunyai

akses yang sama.

(3)Pemenuhan hak berpartisipasi dalam membuat dan

melaksanakan program yang berpengaruh terhadap

pengembangan pribadi.

Pendekatan pembangunan melalui kebutuhan dasar (basic

needs) sangat penting dalam proses transformasi dan

pengembangan management pembangunan di suatu negara

dengan beberapa alasan berikut ini:

40

Page 41: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

(1)Pendekatan kebutuhan dasar berhubungan secara erat

dengan proses pemerataan dan keadilan sosial. Penekanan

utama terhadap pemenuhan kebutuhan dasar bagi seluruh

warga negara berarti bahwa program dan kebijaksanaan

pembangunan harus ditujukan secara langsung pada sektor

penduduk termiskin. Bila perlu hal itu atas beban pembiayaan

sektor-sektor yang makmur. Selanjutnya, kebutuhan dasar

diasumsikan bahwa setiap individu warga negara dapat

dijangkau oleh kebutuhan tersebut, sebagai bagian dari hak

mereka sebagai anggota masyarakat bangsa. Prinsip dasarnya

adalah penghargaan pada setiap manusia semata-mata karena

eksistensinya yang pada dasarnya mempunyai hak-hak asasi

yang tidak dapat digugat mengenai pemenuhan kebutuhan

dasar yang amat penting guna melengkapi serta terpadu dalam

kebudayaan.

(2)Pendekatan Basic needs penting dalam upaya transformasi

pembangunan karena konsep tersebut termasuk juga

kebutuhan ekonomi. Kebutuhan dasar meliputi kesejahteraan

sosial yang lebih luas dan pelayanan yang menyumbangkan

pada seluruh kualitas hidup serta meliputi hak untuk

berpartisipasi dalam pembangunan diri sendiri

F. PARADIGMA PEMBANGUNAN YANG BERPUSAT PADA

MANUSIA

Paradigma ini dikenal juga dengan istilah-istilah seperti human

center development, humanizing development atau

development human with face. Munculnya paradigma ini dari

kesadaran bahwa pembangunan di negara-negara

underdevelopment yang berorientasi pada pertumbuhan

cenderung mengabaikan nilai-nilai kemanusian, khususnya

pembangunan melalui proses industrialisasi.

41

Page 42: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

Maka mulailah para pakar mengkaitkan pembangunan dengan

masalah-masalah kemanusian. Paradigma ini sebenarnya tidak

menolak terhadap proses industrialisasi dan orientasi

pertumbuhan, hal ini seperti yang dikemukakan oleh Misra

(1981) bahwa : Pembangunan yang berkemanusiaan tidak

berarti de-industrialisasi, tidak berarti pula penolakan terhadap

teknologi modern. Ataupun ruralisasi (ruralization) masyarakat

manusia, bukan pula berarti cara hidup sosio teknologis

penghuni gua-gua. Pembangunan yang berkemanusian bukan

pembenaran zero-growth economy, bukan pula pembenaran

pertumbuhan ekonomi yang amat tinggi demi pertumbuhan itu

sendiri. Kesemuanya valid, selama hal itu tidak memperbudak

manusia, membawa kepada kekerasan, menyebabkan rakyat

kehilangan keseimbangan mental dan kesehatan fisik, dan

mengakibatkan ketidak seimbangan masyarakat manusia.

Beberapa Teori Paradigma Human Center Development

1. Denis Goulet

Denis Goulet salah satu ilmuwan sosial yang mengkaitkan

konsep kemanusian dengan pembangunan. Goulet adalah orang

Brazil yang mengalami proses dehumanisasi didalam proses

pembangunan nasionalnya.

Dalam bukunya “ The Cruel Choice” Goulet mengatakan bahwa

kinerja pembangunan (development performance) harus diukur

dari 3 (tiga) indikator utama yaitu:

(1)Life sustanance (hidup berkecukupan), yaitu kemampuan

untuk sesuai dengan martabat manusia. Konsep dasar dari hidup

yang berkecukupan adalah kemampuan untuk menyediakan

kebutuhan dasar. Konsep life sustanance ini harus

dioperasionalkan didalam berbagai kebijaksanaan pembangunan

yang dapat diukur dari kemampuan untuk menopang kehidupan

42

Page 43: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

materiil tetapi tidak untuk hidup yang berlimpahan tetapi

menopang hidup agar manusia hidup sesuai dengan

martabatnya sebagai manusia. Menurut Goulet, tanpa kemajuan

ekonomi yang berkelanjutan dan lestari pada tingkat individual

maupun sosial, realisasi potensi manusia adalah msutahil. Jadi

jelas bahwa orang ‘ harus cukup mampu untuk menjadi lebih

baik’ (have enough in order to be more). Dalam hal ini ada

beberapa hal yang harus diwujudkan: (a) respect, yaitu

menghargai dan menghormati manusia. (b) recognition, yaitu

pengakuan akan eksistensi manusia. (c) authenticity, yaitu

kebebasan manusia untuk menjadi apa saja yang diinginkan.

Karena orientasi pertumbuhan hanya menjadikan manusia

sebagai alat produksi semata. (d) identity, yaitu manusia

mempunyai identitas diri. Oleh sebab itu pembangunan dalam

paradigma humanizing development merupakan beyond

economic value.

(2)Self esteem (harga diri), Pembangunan harus mewujudkan

harga diri manusia, karena paradigma pertumbuhan seringkali

menempatkan manusia sebagai faktor produksi saja dalam

paradigma pembangunan. Dalam paradigma development

human with face tujuan pembangunan adalah manusia itu

sendiri (the ultimate goal development), tetapi apa yang terjadi

seringkali manusia hanya menjadi alat untuk tujuan lain. Harga

diri ini juga bermakna bahwa seseorang memiliki perasaan

bernilai dan kehormatan diri, bahwa ia tidak dipakai sebagai alat

oleh orang-orang lain untuk tujuan-tujuan mereka.

(3)Liberation (kebebasan). Nilai universal ini dipandang harus

menjadi makna pembangunan. Kebebasan disini tidak dipahami

dalam artian politis atau ideologis belaka, melainkan dalam

artian yang lebih fundamental tentang kebebasan atau

43

Page 44: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

emansipasi sosial, dan kebebasan dari dominasi kekuatan

negara atau bangsa-bangsa lain.

2. Teori Albert Guerriro Ramos

Dalam teori ini dipandang bahwa pembangunan yang

berorientasi pada pertumbuhan telah menimbulkan

dehumanisasi, karena pembangunan telah mengakibatkan

konversi manusia dari satu makhluk yang bersifat multi

dimensional menjadi makhluk yang berdimensi tunggal yaitu

dimensi ekonomi saja.

Fitrah manusia menurut pandangan ini adalah bersifat multi

dimensi, yang meliputi dimensi politik (ikut pemilu), dimensi

religi (ibadah), dimensi sosial (bermasyarakat), dimensi kultural

(kesenian dan berkebudayaan) dimensi ekonomi (transaksi) dan

sebagainya.

Dalam dimensi ekonomi, nilai manusia hanya diukur dari

kontribusinya terhadap proses peningkatan nilai tambah (value

added), peningkatan manfaat (utility) dan peningkatan profit.

Nilai manusia dihargai hanya seberapa besar perannya untuk

menjadi utility maximizer dan profit maximixer. Konsekwensinya,

bilamana manusia tidak lagi memiliki kontribusi, maka bisa

mengalami social exclusion (disingkirkan misalnya pemutsan

hubungan kerja).

Oleh karena itu Ramos berpendapat bahwa proses

pembangunan harus bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

isonomi, yaitu suatu tipe masyarakat yang memberi kebebasan

sepenuhnya bagi anggotanya untuk melakukan suatu self

authenticity, yaitu masyarakat yang bebas memilih identitasnya

sendiri.

3. Paulo Freire

44

Page 45: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

Paulo Freire adalah seorang ahli pendidik berkaliber dunia,

tahun 1985-1986 pada pertemuan WHO di Acra, Ghana, Freire

memberi keynote address. Pandangannya adalah, sebenarnya

merupakan kritik terhadap sistem politik yang oppresive di

Brazil, dalam sistem politik yang oppresive berkecenderungan

untuk mendegradasikan hakekat manusia atau

mendehumanisasikan manusia. Sistem politik oppresive tidak

memberikan kesempatan kepada kelompok-kelompok lain diluar

elit dalam mengambil keputusan-keputusan ekonomi. Sistem ini

cenderung ingin mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang

ditopang oleh regime otoriter dimana pemerintahannya

sangatlah bersifat otoriter pula.

Beberapa pokok-pokok pikiran Paulo Freire didalam buku

Education for Critical Consciousness yang dijadikan pegangan

bagi aktivis dan policy makers yang memiliki concern terhadap

upaya humanisasi pembangunan disebutkan bahwa :

(1)Mengkonversikan manusia dari porsinya sebagai subyek

menjadi passive spectator (penonton pasif) dari proses

perubahan yang terjadi didalam masyarakat.

(2)Sebagai passive spectator, manusia hanya mampu

beradaptasi dengan perubahan tersebut (adaptive human being)

bukan mengendalikan perubahan tersebut. Jadi dalam posisi

seperti ini manusia hanya bersifat sangat pasif terhadap seluruh

perubahan yang mempengaruhi dimensi kehidupannya.

(3)Regime pemeritahan yang oppresive telah merubah sifat dan

atau fitrah manusia dari makhluk yang mempunyai

consciousness of temporality (yaitu kesadaran temporal) menjadi

manusia yang ahistoris. Dalam pandangannya manusia

sebenarnya memiliki kesadaran bahwa dia memiliki masa lalu,

masa kini dan manusia yang akan datang. Karena manusia

diletakkan dalam posisi sebagai passive spectator kemudian

45

Page 46: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

kehidupan dirinya menjadi ahistoris, dimana manusia menjadi

seolah-olah seperti binatang saja terperangkap dengan the

permanent to day (yaitu kehidupan kekinian yang abadi), segala

jadwal dan pola kehidupan manusia ditentukan oleh penguasa.

(4)Masyarakat dibawah regime pemeritahan yang oppresive

mengalami keterasingan kultural (cultural alienation), karena

regime mensosialisasikan nilai-nilai baru yang sama sekali baru

dilingkungan masyarakat, misalnya pandangan tentang jumlah

anak dan sebagainya.

(5)Masyarakat mengalami massifacition, regime pemeritahan

yang oppresive telah mengkonversikan manusia menjadi

unthinking manageable agglomeration, yaitu makhluk yang tidak

bisa lagi berfikir dan mudah untuk dimanage oleh penguasa.

Oleh karena itu Paulo Freire ingin mengakhiri proses

dehumanisasi tersebut melalui pendidikan yang tujuannya

menimbulkan kesadaran kritis (critical consciousness) melalui

conscientization (penyadaran). Artinya menumbuhkan

kemampuan pada warganya untuk secara kritis memahami

masyarakat dimana dia hidup, dalam rangka untuk merubah

masyarakat tersebut, yaitu masyarakat yang secara kritis dapat

memahami mengapa dirinya miskin, terbelakang dan tidak

survive dalam hidupnya.

4. Ivan Illich

Ivan Illich adalah salah satu ilmuwan yang tertarik tentang aspek

pendidikan di negara berkembang yang tidak mendukung

terhadap proses pembebasan manusia, bahkan sebaliknya

pendidikan merupakan faktor yang membelunggu daya kritis

manusia.

Illich mengkritik sistem pendidikan yang mencampur learning

dan education. Bagi Illich education adalah pendidikan di

46

Page 47: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

lembaga formal, sedangkan learning merupakan proses

memperoleh ilmu pengetahuan secara formal dan informal

institution. Menurutnya yang terjadi sering ada education tapi

tidak ada proses learning, sehingga nilai seseorang hanya

berdasarkan ijazah sebagai bukti learning, padahal lembaga non

formal bisa melakukan learning. Konsekwensinya adalah terjadi

komersialisasi pendidikan seperti yang terjadi negara-negara

berkembang (underdevelopment). Disinilah Illich sampai pada

suatu keyakinan untuk menghentikan sistem pendidikan yang

menjajah dan menggantikannya dengan sistem pendidikan yang

berorientasi pada proses pembelajaran, konsep ini oleh Illich

disebutnya deschooling society.

Dalam pandangannya proses pembangunan yang diorientasikan

pada pertumbuhan ekonomi dengan penerapan teknologi dan

industrialisasi telah menyebabkan terjadinya dehumanisasi. Oleh

karenanya dia menolak dehumanisasi karena dominasi teknologi

dan industrialisasi. Teknologi bagi dirinya tidak lagi menjadi

pelayanan manusia, hal ini dapat dilihat dari bentuk-bentuknya

sebagai berikut :

(1)Teknologi telah mendikte human needs. Hal ini terjadi karena

akibat kapitalisme yang profit oriented.

(2)Teknologi ikut menentukan posisi seseorang dalam stratifikasi

sosial, misalnya penggunaan mobil, alat telekomunikasi GSM dan

sebagainya. Penolakan dari kalangan ini pada tahun 1970-an

muncul sebuah gerakan counter culture yang menolak

kemapanan standart kapitalisme

(3)Teknologi memaksakan keusangan (enforced obsollescence),

karena terjadinya inovasi teknologi dan kapitalisme.

(4)Teknologi merubah posisi manusia sebagai apendix dari

teknologi itu sendiri.

47

Page 48: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

(5)Teknologi membatasi kebebasan dan mobilitas manusia,

karena menurut Illich teknologi mendevaluasi kaki manusia.

Sebagai alternatifnya maka menurut Ivan Illich bahwa

pembangunan harus menciptakan masyarakat convivial, yaitu

masyarakat yang mempunyai mekanisme peringatan dini bila

akan terjadi dominasi teknologi atas manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Arief. 2000. Teori Pembangunan Dunia III.

Gramedia. Jakarta.

Chilcote, Ronald H. 2003. Teori Perbandingan Politik. Rajawali

Press. Jakarta.

Fakih, Mansour. 2001. Sesat Pikir Teori Pembangunan dan

Globalisasi, Insist Press. Yogyakarta.

Moelijarto. 1987. Politik Pembangunan: Sebuah Analisis,

Konsep, Arah dan Strategi. Tiara Wacana. Yogyakarta.

Sunaryo, Bambang. Tanpa tahun. Pembangunan Regional:

Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Pusat Antar

Universitas, UGM. Yogyakarta.

48

Page 49: Teori Pembangunan Dan Modernisasi

Winarno, Budi. 2004. Globalisasi: Wujud Imperialisme Baru.

Tajidu Press. Yogyakarta.

49