dinasti politik dan etika politik (ltk)

Upload: erlanggarizkifauzi

Post on 16-Oct-2015

34 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

mpkt

TRANSCRIPT

DINASTI POLITIK DAN HUBUNGANNYA DENGAN ETIKA POLITIK

Naufal Fadli Rahman, 1006682164Ralf Maruli Damanik, 1006660812Randy Pangestu K, 1006674963Shidqy Rhaditya, 1006682252Erlangga Rizki Fauzi, 1006758294Prianto Bagus Anugrah, 1006682201

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS INDONESIA

Bab IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangTerbentuknya suatu pemerintahan dari suatu periode ke periode yang baru selalu berkaitan dengan munculnya suatu fenomena yang dalam istilah politik disebut dengan politik dinasti. Fenomena politik dinasti ini adalah fenomena di mana munculnya suatu struktur kepemimimpinan yang kebanyakan pemimpinnya berasal dari satu silsilah keluarga yang sama.Berdasarkan informasi sejumlah TV dan Koran nasional, banyak anak politikus/tokoh senior partai politik sudah diterjunkan untuk bertarung meraih kursi anggota legislatif periode 2009 2014. Ibarat pepatah, buah apel jatuh tidak jauh dari pohonnya. SBY sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat sudah menurunkan Edhie Baskoro Yudhoyono untuk Dapil Jawa Timur VI (Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Magetan, dan Ngawi). Theo L. Sambuaga politikus senior Partai Golkar melepas anaknya Jerry A.K. Sambuaga di DapilJakartaIII (JakartaBarat,JakartaUtara, dan Kepulauan Seribu). Agung Laksono sebagai Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar menempatkan anaknya Dave Laksono di Dapil Jabar III (Bogor). M. Amien Rais mantan Ketua Umum PAN mendorong anaknya Mumtaz Rais di Dapil Jawa Tengah VIII (Cilacap dan Banyumas). A.M. Fatwa politikus senior PAN mendorong anaknya di Dapil Jawa Barat X (Ciamis, Kuningan, dan Banjar). Politik dinasti juga marak terjadi dalam pencalonan calon kepala daerah dalam pilkada. Hal ini yang kemudian mendorong kami sebagai penyusun untuk mengangkat topik politik dinasti dalam makalah ini.

1.2 Ruang Lingkup MasalahPolitik dinasti ialah suatu system politik yang mencalonkan anggota keluarga seperti istri, anak, atau kerabat dekat untuk menjabat dalam suatu pemerintahan. Politik dinasti dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu ketidakpastian aturan main dalam perolehan akses politik, masih berperannya ketokohan dalam politik, dan para bupati yang masih menjabat dianggap berhasil oleh masyarakat setempat sehingga masyarakat berpandangan bahwa ketika keluarga dari bupati tersebut menjabat maka akan tetap ada campur tangan bupati yang dianggap berhasil tersebut. Politik dinasti bukanlah hal yang salah jika para calon pemimpinnya di dukung oleh kualitas, kapabilitas, kapasitas, integritas, dan moralitas yang dapat mengembangkan kemajuan demokrasi, namun sebagian besar calon dari politik dinasti ialah mereka yang kurang berkompeten bahkan orang-orang yang buta terhadap daerah yang akan dipimpinnya. Hal itulah yang membawa dampak negatif terhadap daerah tersebut, bahkan juga ke negara.Politik dinasti itu akan menghasilkan pemimpin baru yang berasal dari keluarga atau orang orang yang dekat dengan pejabat terdahulunya, dengan demikian demokrasi tidak berjalan karena demokrasi artinya seluruh rakyat berhak mengeluarkan pendapat mereka. Dampak lainnya adalah terhambatnya salah satu fungsi pemilu, yaitu pergeseran elite politik. Dampak lain yang mungkin bisa ditimbulkan adalah terpilihnya orang orang yang kurang berkompeten dan berkomitmen. Dampak positif dari politik dinasti yaitu memudahkan orang untuk memilih dalam pemilu. Sudah tentu kita akan memilih wakil yang sudah kita kenal baik, merasa nyaman dalam pemilu.Politik dinasti juga dapat meningkatkan praktik KKN di Indonesia khususnya nepotisme yaitu merujuk pada perlakuan istimewa yang diberikan kepada anak-anak, kemenakan, dan saudara dari pejabat untuk kepentingan pribadi. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memberantas politik dinasti yaitu hukum harus ditegakkan dengan tegas, sismetik, memenuhi rasa keadilan serta tidak terjebak pada logika legal-formal, sosialisasi kepada masyarakat agar memilih calon berdasarkan kualitas, dan pejabat tinggi juga harus belajar kepada para pendiri bangsa ini tentang jiwa kearifan, keberanianm kecerdasan, pengabdian, pengorbanan, dan keteladanan.

1.3 Tujuan Penulisan MakalahBerhubung dengan semakin banyak politik dinasti yang terjadi di Indonesia, maka kelompok kami mengangkat tema Politik Dinasti di Indonesia untuk penulisan makalah kami. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang politik dinasti yang semakin banyak terjadi di Indonesia. Kita ingin memberikan gambaran secara lebih jelas tentang politik dinasti dan hubungannya dengan etika politik, dan membiarkan masyarakat sendiri yang menentukan apakah politik dinasti itu baik atau tidak untuk diterapkan. Kita tidak ingin terlalu mengekang masyarakat untuk tidak boleh melakukan hal ini karena ada sisi positif dari politik dinasti.

Bab IIPEMBAHASAN

2.1 Definisi Politik DinastiArah perpolitikan di tanah air terkait pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) telah diwarnai praktik berdasarkan dinasti sebagai wujud feodalisme baru yang jauh dari bobot sosial politik, sekaligus mengabaikan arti kemajuan demokrasi yang mensyaratkan tampilnya figur-figur berkualitas dan pantas. Yang terjadi dewasa ini justru parade anggota keluarga dalam pencalonan Pilkada, baik istri, anak, menantu atau di sekitar kerabat dekat, sehingga sulit untuk mengukur kemampuan mengembangkan demokrasi. Politik seperti inilah yang sering dikenal sebagai politik dinasti.Kapasitas mereka yang berangkat dengan bekal politik dinasti itu, umumnya tidak memenuhi harapan masyarakat kecuali dikenal akibat membonceng popularitas suami, bapak, atau karena didongkrak namanya oleh partai pendukung. Ditambah sejumlah calon pemimpin yang mewakili dinasti kemudian menjadi pejabat publik sebagai walikota atau bupati , sebelumnya juga tidak berpengalaman dalam bidang kepemimpinan apapun serta minim prestasi. Mereka pun dipandang menang dalam pertarungan pilkada bukan dengan kiprah pribadi melainkan bantuan bergabagai pihak yang menyokongnya. Diakui memang terdapat kemungkinan calon pemimpin asal lingkungan dinasti berkemampuan memadai. Namun demikian, ia berpendapat sejauh ini perekrutan ataupun penokohannya tidak berdasar kredibilitas maupun kapabelitas. Hal itu merupakan alasan mengapa banyak kalangan mencemaskanberkembangnya politik dinasti dalam menampilkan diri sebagai calon pemimpin dan menjadi pemimpin daerah. Akan sulit bagi para pemimpin daerah asal dinasti mewujudkan harapan masyarakat atas janji-janji kampanyenya, terutama dalam upaya meningkatkan taraf hidup kesejahteraan rakyat dan untuk membangun pemerintahan terbatas.

2.2 Politik Dinasti dan Etika PolitikMuncunya fenomena politik dinasti di NKRI ini sangat bertentangan dengan etika yang ada, khusunya adalah etika politik. Dan fenomena ini menunjukan kemunduran dari penerapan etika politik, yang dimana etika politik ini seharusnya dijadikan pedoman dalam menjalankan kehidupan politik. Etika ini harus dijadikan pedoman supaya kehidupan politik ini tidak hanya seputar orang yang memiliki nama, kuasa, atau uang yang berujung pada perputaran kekuasaan pemerintahan oleh satu keluarga atau kelompok.

2.3 Dampak-dampak Politik DinastiSalah satu dampak dari politik dinasti adalah tidak berjalannya demokrasi karena demokrasi artinya seluruh rakyat berhak mengeluarkan pendapat mereka. Apabila calon calon pejabat hanya berasal dari kalangan yang dekat dengan pejabat terdahulunya, maka hanya akan terjadi pergeseran kekuasaan di kalangan yang itu itu saja. Dampak lainnya adalah terhambatnya salah satu fungsi pemilu, yaitu pergeseran elit politik. Alasannya sebenarnya sudah dijelaskan di atas, yaitu karena pejabat yang sekarang adalah orang orang terdekat dari pejabat terdahulu, oleh karena itu tidak menutup kemungkinan kalau pejabat baru yang terpilih akan bekerja berdasarkan pengaruh dari pejabat terdahulunya. Jika sampai terjadi hal seperti itu, maka pemilu bisa kita anggap tidak berjalan.Dampak lain yang mungkin bisa ditimbulkan adalah terpilihnya orang orang yang kurang berkompeten dan berkomitmen. Itu disebabkan jika politik dinasti ditopang dengan politik uang. Hampir menjadi pemahaman umum apabila kepala daerah akan mempunyai akses untuk mendapatkan tambahan biaya baik langsung maupun tidak. Dengan demikian, calon yang dekat dengan kepala daerah tersebut akan difasilitasidari segi finansial dengan lebih baik sehingga mempunyai kesempatan untuk terpilih walaupun kurang dari segi kualitas. Tetapi, ternyata ada juga dampak positif dari politik dinasti yaitu memudahkan orang untuk memilih dalam pemilu. Sudah tentu kita akan memilih wakil yang sudah kita kenal baik, merasa nyaman dalam pemilu. Dan tentu saja wakil yang kita kenal lebih baik adalah keluarga atau saudara dari wakil sebelumnya yang sudah punya nama besar. Kita sebagai pemilih tentu saja berharap pengganti dari wakil rakyat sebelumnya akan meneruskan tradisi yang baik dari pendahulunya. Jadi, tidak semua dampak dari politik dinasti itu buruk, semua kembali lagi kepada calon pengganti elite politik itu sendiri. Kualitas dan komitmen dari calon elite politik akan dipertanyakan oleh pemilih.

Bab IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanPolitik dinasti merupakan suatu hal yang benar dan berlaku sistemnya jika dilakukan secara benar. Politik dinasti ini mirip dengan paham negara-negara monarki. Namun, politik dinasti sering kali dilakukan pada sistem yang tidak seharusnya sehingga tidak sesuai dengan etika politik. Sering kali pula disalahgunakan oleh pihak-pihak yang berkuasa penuh atas suatu hal. Penyalahgunaan inilah yang nantinya akan merusak pemerintahan yang ada. Imbasnya adalah meningkatnya praktik KKN di Indonesia. Jika calon-calon yang diajukan adalah calon-calon yang tidak kompeten dan calon tersebut terpilih, hancurlah negara ini.3.2 SaranAgar tidak terjadi penyimpangan terhadap politik dinasti, tokoh-tokoh politik sebaiknya lebih mensosialisasikan apa itu definisi dari politik dinasti dan bagaimana politik tersebut seharusnya berjalan.Pemerintah juga harus bisa menyeleksi secara ketat calon-calon tersebut. Jangan sampai kecolongan orang. Jangan sampai juga ada perilaku suap pada saat pemilu atau pilkada berlangsung. Jika ini tidak dilaksanakan, maka seluruh rakyat Indonesia akan terkena dampaknya karena memiliki seorang pejabat yang tidak kompeten di bidangnya.

DAFTAR PUSTAKA

Pusat Bahasa Indonesia. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.Budiarjo, Prof. Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.Kaelan, Dr. H. MS. 2002. Pendidikan Pancasila. Jakarta : Raja Grafindo Persada.Masoed, Mochtar. 1983. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta : UGM press.Mirhad, R.P. Purnomo. 1973. Geopolitik dan Geostrategi Indonesia. Jakarta : Lemhannas.Suseno, Franz Magnis. 1988. Kuasa dan Moral. Jakarta : Gramedia.