dinasti dinasti kecil di timur baghdad (thahiriyah,samaniyah dan ukailiyah)

18
DINASTI-DINASTI KECIL DI TIMUR BAGHDAD (Thahiriyah,Samaniyah dan Ukailiyah) Dipresentasikan dalam Seminar Kelas Semester I Program Magister UIN Alauddin Makassar pada Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam Oleh SY. JAPAR SADIQ N I M 80100212177 Dosen Pemandu: Prof. Dr. Abd. Rahim Yunus, MA. Dr. Hj. Syamsudduha Shaleh, M.Ag.

Upload: japar-sadiq-assaqaf

Post on 24-Dec-2014

766 views

Category:

Education


3 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Dinasti dinasti kecil di timur baghdad (thahiriyah,samaniyah dan ukailiyah)

DINASTI-DINASTI KECIL DI TIMUR BAGHDAD

(Thahiriyah,Samaniyah dan Ukailiyah)

Dipresentasikan dalam Seminar Kelas Semester I Program Magister

UIN Alauddin Makassar pada Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Oleh

SY. JAPAR SADIQN I M 80100212177

Dosen Pemandu:Prof. Dr. Abd. Rahim Yunus, MA.

Dr. Hj. Syamsudduha Shaleh, M.Ag.

PROGRAM PASCASARJANA

Page 2: Dinasti dinasti kecil di timur baghdad (thahiriyah,samaniyah dan ukailiyah)

1

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR2013

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Masa kekhalifahan dinasti Abbasiyah (Bani Abbas)

adalah merupakan simbol kemajuan peradaban Islam dan

kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan didunia Islam.

Kekhalifahan dinasti Abbasiyah ini berlangsung cukup lama yakni

tahun 750 – 1258 M, dinasti ini di samping mengalami kemajuan

yang cukup pesat juga mengalami kemunduran dan bahkan

kehancuran. Masa kekhalifahan dinasti Abbasiyah dapat dibagi

menjadi tiga periode yaitu;

a. Periode keemasan ( 750 – 950 M),

b. Periode disintegrasi (950 – 1050 M)

c. Periode kemunduran dan kehancuran ( 1050 – 1258 M).

Adapun yang menjadi pokok bahasan pada makalah ini

adalah periode pertengahan atau masa disintegrasi yang

ditandai dengan hal-hal sebagai berikut

a. Munculnya dinasti-dinasti kecil di barat maupun di timur

Baghdad yang berusaha melepaskan diri atau meminta

otonomi

b. Perebutan kekuasaan oleh dinasti Buwaih dari Persia dan

dinasti Seljuk dari Turki di pusat pemerintahan Bani Abbas di

Baghdad sehingga mengakibatkan fungsi khalifah seperti

boneka,

c. Lahirnya perang salib antara pasukan Islam dan pasukan salib

dari Eropa.

Page 3: Dinasti dinasti kecil di timur baghdad (thahiriyah,samaniyah dan ukailiyah)

2

d. Lebih spesifik lagi makalah ini akan membahas tentang

munculnya dinasti-dinasti kecil di timur Baghdad yang

berusaha melepaskan diri atau meminta otonomi terhadap

pemerintahan pusat, dinasti tersebut adalah dinasti

Tha>hiriyyah, dinasti Sama>niyyah dan dinasti Ukailiyyah.

B.    RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, agar pembahasan

terarah maka dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Sejarah berdirinya dinasti Tha>hiriyyah, dinasti Sama>niyyah

dan dinasti Ukailiyyah ?

2. Bagaimana perkembangan (kemajuan dan kemunduran)

dinasti Tha>hiriyyah, dinasti Sama>niyyah dan dinasti

Ukailiyyah ?

Page 4: Dinasti dinasti kecil di timur baghdad (thahiriyah,samaniyah dan ukailiyah)

3

BAB II

PEMBAHASAN

A.    DINASTI THA>HIRIYYAH (205 – 259 H. / 821 – 873 M.)

1.  Sejarah berdinya

Tha>hiriyah adalah merupakan salah satu dinasti yang

muncul pada masa Daulah Abbasiyah di seebelah timur

Baghdad, berpusat di Khura>san dengan ibu kota Naisabur.

Dinasti ini didirikan oleh Tha>hir ibn Husein pada 205H/821 M di

Khura>san,dinasti ini bertahan hingga tahun 259 H/873 M.1[1]

Tha>hir muncul pada sa’at pemerintahan Abba>siyah terjadi

peerselisihan antara kedua pewaris tahta kekhalifahan antara

Muhammad al-Amin ( memerintah 194-198 H/809-813 M ), anak

Harun ar-Rasyid dari istrinya yang keturunan Arab ( Zubaidah)

sebagai pemegang kekuasaan di Baghdad dan Abdullah al-

Makmun anak Ha>run ar-Rasyid dari istrinya yang keturunan

Persia, sebagai pemegang kekuasaan di wlayah sebelah timur

Baghdad.2

1Perpustakaan Nasional RI. Ensiklopedi Islam, (Jakarta;Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), h.33.

2ibid, h. 33.

Page 5: Dinasti dinasti kecil di timur baghdad (thahiriyah,samaniyah dan ukailiyah)

4

Tha>hir ibn Husein merupakan seorang jenderal pada

masa khalifah Dinasti Abba>siyah yang lahir di desa Musanj

dekat Marw dan dia berasal dari seorang keturunan wali

Abba>siyah di Marw dan Harrah, Khura>san, Persia bernama

Mash’ab ibn Zuraiq. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

hubungan antara pemerintah Abba>siyah di Baghdad dengan

keluarga Tha>hir sudah terjalin sejak lama. Karena itu cukup

beralasan bila pemerintah Baghdad memberikan kepercayan

kepada generasi keluarga Mash’ab ibn Zuraiq untuk melanjutkan

estafeta kepemimpinan lokal. Tujuannya tetap sama, menjaga

keutuhan wilayah kekuasaan Islam Abba>siyah di wilayah Timur

kota Baghdad dan menjadi pelindung dari berbagai kemungkinan

serangan negara-negara tetangga di Timur.

Sebenarnya, latar belakang kemunculan dinasti ini diawali

oleh peristiwa perebutan kekuasaan antara al-Makmun dengan

al-Amin. Perseteruan tersebut terjadi setelah khalifah Ha>run al-

Rasyid meninggal dunia pada 809 M. Perseteruan tersebut

akhirnya dimenangkan al-Makmun, dan Tha>hir berada pada

pihak yang menang. Peran Tha>hir yang cukup besar dalam

pertarungan itu dengan mengalahkan pasukan al-Amin melalui

kehebatan dan kelihaiannya bermain pedang membuat al-

Makmun terpesona. Sebagai bentuk penghargaan atas jasanya

itu, al-Makmun memberinya gelar abu al-Yamain atau Zu al-

Yaminain ( trampil ), bahkan diberi gelar si mata tunggal, dengan

kekuatan tangan yang hebat (minus one eye, plus an extra right

arm). Selain itu, Tha>hir juga diberi kepercayaan untuk menjadi

gubernur di Khura>san pada tahun 205 H, jabatan ini diberikan

oleh Al-Makmun sebagai balasan atas jerih payahnya dalam

medan perang.3

3Ahmad Al-usairy, at-Tarikhul Islami ,( H.Samson Rahman ; ____, Terj. 2003), h. 262

Page 6: Dinasti dinasti kecil di timur baghdad (thahiriyah,samaniyah dan ukailiyah)

5

Jabatan ini merupakan peluang bagus baginya untuk

meniti karir politik pemerintahan pada masa itu. Jabatan dan

prestasi yang diraihnya ternyata belum memuaskan baginya,

karena ia mesti tunduk berada di bawah kekuasaan Baghdad.

Untuk itu, ia menyusun strategi untuk segara melepaskan diri

dari pemerintahan Baghdad. Di antaranya dengan tidak lagi

menyebut nama khalifah dalam setiap kesempatan dan mata

uang yang dibuatnya. Ambisinya untuk menjadi penguasa lokal

yang independen dari pemerintahan Baghdad tidak terealisir,

karena ia keburu meninggal pada 207 H, setelah lebih kurang 2

(dua) tahun menjadi gubernur (205-207 H). Meskipun begitu,

khalifah Bani Abbas masih memberikan kepercayaan kepada

keluarga Tha>hir untuk memegang jabatan gubernur di wilayah

tersebut. Terbukti setelah Tha>hir meninggal, jabatan gubernur

diserahkan kepada putranya bernama Thalhah ibn Tha>hir.

2.     Kemajuan-kemajuan yang dicapai

Dinasti Tha>hiriyyah mengalami masa kamajuan

ketika pemerintahan dipegang oleh Abdullah ibn Tha>hir,

saudara Thalhah. Abdullah memiliki kekuasaan dan pengaruh

yang cukup besar, belum pernah hal ini dimiliki oleh para Wali

sebelumnya.4 Ia terus menjalin komunikasi dan kerjasama

dengan Baghdad sebagai bagian dari bentuk pengakuannya

terhadap peran dan keberadaan khalifah Abba>siyah. Perjanjian

dengan pemerintah Bagdad yang pernah dirintis ayahnya,

Tha>hir ibn Husein, terus ditingkatkan. Peningkatan keamanaan

di wilayah perbatasan terus dilakukan guna menghalau

pemberontak dan kaum perusuh yang mengacaukan

pemerintahan Abba>siyah. Setelah itu, ia berusaha melakukan

perbaikan ekonomi dan keamanan. Selain itu, ia juga

4 Ibid; h. 87

Page 7: Dinasti dinasti kecil di timur baghdad (thahiriyah,samaniyah dan ukailiyah)

6

memberikan ruang yang cukup luas bagi upaya pengembangan

ilmu pengetahuan dan perbaikan moral atau akhlak di

lingkungan masyarakatnya di wilayah Timur Baghdad. Dalam

rangka mengembangkan ilmu pengetahuan dunia islam,

kebudayaan dan memajukan ekonomi, dinansti ini menjadikan

kota Naisabur sebagai pusatnya, sehingga pada masa itu, negeri

Khurasan dalam keadaan makmur dengan pertumbuhan

ekonomi yang baik.5 Adanya pertumbuhan ekonomi yang baik

inilah yang sangat mendukung terhadap kegiatan ilmu

pengetahuan dan kebudayaan pada umumnya.

3.  Masa-masa kemunduran

Dalam perjalanan selanjutnya, dinasti ini justru tidak mengalami

perkembangan ketika pemerintahan dipegang oleh Ahmad ibn

Tha>hir (248-259 H), saudara kandung Abdullah ibn Tha>hir,

bahkan mengalami masa kemerosotan. Faktornya antara lain;

a. Pemerintahan ini dianggap sudah tidak loyal terhadap

pemerintah Baghdad, karenanya Baghdad memanfaatkan

kelemahan ini sebagai alasan untuk menggusur dinasti

Tha>hiriyah dan jabatan strategis diserahkan kepada

pemerintah baru, yaitu dinasti Saffa>riyah.

b. Pola dan gaya hidup berlebihan yang dilakukan para

penguasa dinasti ini. Gaya hidup seperti itu menimbulkan

dampak pada tidak terurusnya pemerintahan dan kurangnya

perhatian terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan

peradaban Islam.

c. Keamanan dan keberlangsungan pemerintahan tidak

terpikirkan secara serius, sehingga keadaan ini benar-benar

dimanfaatkan oleh kelompok lain yang memang sejak lama

mengincar posisi strategis di pemerintahan lokal, seperti

5Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaba Islam, h.147.

Page 8: Dinasti dinasti kecil di timur baghdad (thahiriyah,samaniyah dan ukailiyah)

7

kelompok Saffa>riyah. Kelompok baru ini mendapat

kepercayaan dari pemerintah Bagdad untuk menumpas sisa-

sisa tentara dinasti Tha>hiriyah yang berusaha memisahkan

diri dari pemerintahan Baghdad dan melakukan makar.

Dengan demikian, berakhirlah masa jabatan dinasti

Tha>hiriyah yang pernah menjadi kaki tangan penguasa

Abba>siyah di wilayah Timur kota Baghdad.

B.    DINASTI SAMA><><<<NIYAH (261 – 389 H. / 874 –

999 M.)

1.  Sejarah berdirinya.

Pendiri dinasti ini adalah Ahmad bin Asad bin

Samankhudat. Nama Sama>niyah dinisbahkan kepada leluhur

pendirinya yaitu Samankhudat, seorang pemimpin suku dan tuan

tanah keturunan bangsawan terkenal di Balkh, sebuah daerah di

sebelah utara Afghanistan. Dalam sejarah Sama>niyah terdapat

dua belas khalifah yang memerintah secara berurutan, yaitu;

1. Ahmad I ibn Asad ibn Sama>n (Gubernur Farghana)

204 H/819 M

2. Na>sh I ibn Ahmad, (semula Gubernur Samarkand)

250 H/864 M

3. Isma>il I ibn Ahmad 279

H/892 M

4. Ahmad II ibn Isma>il 295

H/907 M

5. Al-Amir as-Sa’id Na>shr II 301

H/914 M

6. Al-Amir al-Hamid Nuh I 331 H/943

M

Page 9: Dinasti dinasti kecil di timur baghdad (thahiriyah,samaniyah dan ukailiyah)

8

7. Al-Amir al-Mu’ayyad Abdul Malik I 343

H/954 M

8. Al-amir as-Sadid Manshur I 350

H/961 M

9. Al-Amir ar-Ridha> Nuh II 365

H/976 M

10. Mansur II 387

H/997 M

11. Abdul Malik II 389

H/999 M

12. Isma>il II Al-Muntashir

390-395H/1000-1005 M

Dinasti ini berbeda dengan dinasti kecil lain yang berada

di sebelah barat Baghdad, dinasti ini tetap tunduk kepada

kepemimpinan khalifah Abba>siyyah.6

Dalam sejarah Islam tercatat bahwa dinasti ini bermula

dari masuknya Samankhudat menjadi penganut Islam pada masa

khalifah Hisyam bin Abdul Malik (khalifah Bani Umayyah), sejak

itu Samankhudat dan keturunannya mengabdikan diri kepada

penguasa Islam. Pada masa kekuasaan al-Ma’mun (198-218

H/813-833 M) dari dinasti Bani Abba>siyyah, empat cucu

Samankhudat memegang jabatan penting sebagai gubernur

dalam wilayah kekuasaan Abbas>iyah yaitu Nuh di Samarkand,

Ahmad bin Asad di Farghana (Turkistan) dan Transoksania,

Yahya> bin Asad di Shash serta Asyrusanah (daerah di utara

Samarkand), dan Ilya>s di Heart, Afgha>nistan.7

6Perpustakaan Nasional RI. Ensiklopedi Islam, (Jakarta ; Ichtiar Baru van Hoeve, 2005), h.159.

7Ahmad Al-usairy, at-Tarikhul Islami,( H.Samson Rahman ; ____, Terj. 2003), h. 266

Page 10: Dinasti dinasti kecil di timur baghdad (thahiriyah,samaniyah dan ukailiyah)

9

Seorang cucu Samankhudat yang bernama Ahmad bin

Asad, dalam perkembangannya mulai merintis berdirinya Dinasti

Sama>niyah didaerah kekuasaannya, Fargha>na. Ahmad

mempunyai dua putra, Na>sr dan Isma’il, yang juga menjadi

orang kepercayaan khalifah Abba>siyah. Nasr I bin Ahmad

dipercayakan menjadi gubernur di Transoksania dan Isma>’il I

bin Ahmad di Bukhara. Selanjutnya Na>sr I bin Ahmad mendapat

kepercayaan dari khalifah al-Mu’tamid untuk memerintah seluruh

wilayah Khura>san dan Transoksania, dan daerah ini menjadi

basis perkembangan dinasti Sama>niyyah. Karenanya Nasr I bin

Ahmad dianggap sebagai pendiri hakiki dinasti ini. Antara Nasr

dan saudaranya, Isma’il selalu terlibat konflik yang

mengakibatkan terjadinya peperangan, dalam peperangan yang

terjadi Nasr mengalami kekalahan yang kemudian ia ditawan,

sehingga kepemimpinan Dinasti Sama>niyyah beralih ke tangan

Isma’il I bin Ahmad. Adanya peralihan kepemimpinan ini

menyebabkan berpindahnya pusat pemerintahan yang semula di

Khurasan dipindahkan ke Bukhara.

Pada sa’at pemerintahan dipimpin Isma’il I bin Ahmad, ia

selalu merusaha untuk;

1. Memperkukuh kekuatan dan mengamankan batas wilayahnya

dari ancaman suku liar Turki.

2. Membenahi administrasi pemerintahan.

3. Memperluas wilayah kekuasaan ke Tabaristan (Irak utara) dan

Rayy (Iran).

Isma’il I bin Ahmad adalah orang yang sangat mencintai

dan memuliakan para ilmuwan serta bertindak adil terhadap

rakyatnya, setelah ia wafat pemerintahan diteruskan putranya

Ahmad bin Isma’il. Setelah Ahmad bin Isma’il, pemerintahan

diteruskan putranya Nasr II bin Ahmad yang berhasil

Page 11: Dinasti dinasti kecil di timur baghdad (thahiriyah,samaniyah dan ukailiyah)

10

memperluas wilayah kekuasaannya hingga Sijistan, Karman,

Jurjan di samping Rayy, Tabaristan, Khura>san, dan

transoksania. Setelah Nasr II bin Ahmad, para khalifah berikutnya

tidak mampu lagi melakukan perluasan wilayah, bahkan pada

khalifah terakhir Isma’il II al-Muntasir, tidak dapat

mempertahankan wilayahnya dari serbuan tentara dinasti

Qarakhan dan dinasti Ghazna>wiyah dari Turki. Akhirnya wilayah

Sama>niyah dipecah menjadi dua, daerah Transoksania direbut

oleh Qarakhan dan wilayah Khura>san menjadi pemilik penguasa

Ghazna>wiyah.

2. Kemajuan-kemajuan yang dicapai

Dinasti Sama>niyah telah memberikan sumbangan yang

sangat berharga bagi kemajuan Islam, baik dalam bidang ilmu

pengetahuan, filasafat, budaya, politik, dan lain-lain. Tokoh atau

pelopor yang sangat berpengaruh di bidang filsafat dan ilmu

pengetahuan pada dinasti ini adalah Ibn Sina, selain beliau juga

muncul para pujangga dan ilmuwan di bidang kedokteran,

astronomi dan filsafat yang sangat terkenal, seperti Al-Firdausi,

Ummar Kayam, Al-Bairuni dan Zakariya Ar- Razi.8 Dinasti ini telah

berhasil menciptakan kota Bukhara dan Samarkan sebagai kota

budaya dan kota ilmu pengetahuan yang sangat terkenal di

seluruh dunia, sehingga kota ini dapat menyaingi kota-kota lain,

seperti Baghdad dan Cordova. Dinasti ini juga telah berhasil

mengembangkan perekonomian dengan baik, sehingga

kehidupan masyarakatnya sangat tentram, hal terjadi karena

dinasti ini tidak pernah lepas hubungan dengan pemerintah

pusat di Baghdad.

3. Masa-masa kemunduran

Pada sa’at dinasti mencapai kejayaannya, banyak imigran

8Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, h. 151

Page 12: Dinasti dinasti kecil di timur baghdad (thahiriyah,samaniyah dan ukailiyah)

11

Turki yang menduduki posisi penting dalam pemerintahan,

namun bersebab dari tingginya fanatic kesukuan pada dinasti ini,

akhirnya mereka para imigran Turki yang menduduki jabatan

penting dalam pemerintahan tersebut banyak yang dicopot,

langkah-langkah inilah yang menyebabkan kehancuran dinasti

ini, karena mereka tidak terima dengan perlakuan tersebut,

sehingga mereka mengadakan penyerangan sampai mereka

berhasil melumpuhkan dinasti ini.

C. DINASTI UKAILIYYAH (386 – 489 H / 996 – 1095 M)

Ukailiyyah berasal dari kelompok suku badui besar Amir

ibn Sha’sha’a, yang juga mencakup Khafaja> dan Muntafiq di

Irak bawah. Dengan runtuhnya penguasa terakhir

Hamda>niyyah di Mosul, kota itu beralih ketangan Abu Dzawa>d

Muhammad Ibnul Musayyib al-Aqili9 dari Ukailiyyah. Setelah Abu

Dzawa>d Muhammad Ibnul Musayyib al-Aqili meninggal, terjadi

upaya untuk merebut kekuasaan di antara putra-putranya, suatu

upaya yang menghancurkan semua pihak. Namun penguasaan

atas Mosul dan kota-kota lain Ukailiyah dan benteng-bentengnya

di Al- Jazirah akhirnya berada ditangan Mu’tamid Daulah

Qarawisy ibn Al-Muqallid. Problem utama Mu’tamid Daulah

Qarawisy ibn Al-Muqallid10 adalah menjaga keutuhan wilayah

kekuasaannya agar tidak diinvasi Oghuz dari Persia barat dan

Irak. Upaya menjaga keutuhan ini mengharuskan membuat

persekutuan dengan penguasa lain di Irak yang sama-sama

terancam yaitu Mazya>diyyah Hilla.11

Kemudian, di bawah Syara>fud Daulah Muslim ibn

9Ahmad Al-usairy, at-Tarikhul Islami,( H.Samson Rahman ; Terj. 2003), h. 277.

10ibid, h. 278.11C.E.Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam, (Manchester ; ____, Terj. 1980),

h. 81

Page 13: Dinasti dinasti kecil di timur baghdad (thahiriyah,samaniyah dan ukailiyah)

12

Qara>wisy wilayah kekuasaan Ukailiyah terbentang hampir dari

Baghdad sampai ke Aleppo. Ukailiyah bukanlah dinasti Badui

yang haus perang, tetapi telah memperkenalkan beberapa hal

penting dari pola baku pemerintahan Abba>siyyah ke wilayah

mereka. Pemerintahan ini terus berlangsung hingga akhirnya

dihancurkan oleh orang-orang Saljuk pada tahun 489 H/1095 M.12

12Ahmad Al-usairy, at-Tarikhul Islami,( H.Samson Rahman ; Terj. 2003),h. 278

Page 14: Dinasti dinasti kecil di timur baghdad (thahiriyah,samaniyah dan ukailiyah)

13

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada masa kekhalifahan dinasti Abbasiyyah, setelah khalifah

al-Ma’mun khalifahnya lemah-lemah (di Baghdad) sehingga

memberikan otonomi kepada daerah-daerah, khususnya di

timur Baghdad ada dinasti Thahiriyyah, Samaniyyah dan

Ukailiyah.

2. Keberadaan dinasti-dinasti tersebut pada satu sisi membawa

kamajuan khususnya perluasan wilayah kekuasaan, dan juga

perkembangan ilmu pengetahuan. Pada sisi yang lain dinasti-

dinasti tersebut mengalami konflik internal sehingga tidak

mengalami kelanggengan, hal ini mengakibatkan kehancuran

dinasti tersebut pada khususnya dan pemerintahan bani

Abbasiyah pada umumnya.

3. Upaya yang dilakukan oleh dinasti Tha>hiriyah adalah;

a. Perbaikan ekonomi dan keamanan.

b. Pengembangan ilmu pengetahuan.

4. Adapun penyebab dari kehancuran dinasti ini adalah :

a. Dinasti ini tidak lagi loyal terhadap pemerintah pusat.

b. Pola dan gaya hidup pemimpinnya yang berlebih-lebihan.

c. Bidang keamanan dan pemerintahan sering diabaikan.

5. Upaya yang dilakukan oleh dinasti Samma>niyah adalah :

a. Mengamankan batas wilayahnya dari ancaman suku Turki.

b. Membenahi administrasi pemerintahan.

Page 15: Dinasti dinasti kecil di timur baghdad (thahiriyah,samaniyah dan ukailiyah)

14

c. Memperluas wilayah hingga ke Asia.

d. Menjadikan Bukhara> sebagai pusat ilmu pengetahuan.

6. Adapun penyebab dari kehancuran dinasti ini adalah :

a. Tidak mampu mempertahankan wilayahnya dari serbuan

tentara dinasti Qorakhan dan Ghazna>wiyah.

7. Upaya yang dilakukan oleh dinasti Ukailiyah adalah :

a. Menjaga keutuhan wilayah kekuasaannya.

b. Menjalin persekutuan dengan penguasa Mazyadiyah Hilla>

di Irak.

Page 16: Dinasti dinasti kecil di timur baghdad (thahiriyah,samaniyah dan ukailiyah)

15

DAFTAR PUSTAKA

Al-usairy, Ahmad. at-Tarikhul Islami,( H.Samson Rahman ; ____,

Terj. 2003),

Ansary, Tamin. Dari Puncak Bagdad, Sejarah Dunia Versi

Islam.Jakarta : Zaman, 2009.

Bosworth,C.E. Dinasti-Dinasti Islam. Terj. Manchester : _________,

1980.

Bosworth,C.E. The Islamic Dynasties. Terj. Bandung : Mizan,

1993.

Dedi Supriyadi, Sejarah peradaban Islam,Bandung. CV,Pustaka

Setia 2008

Lubis, Amany. Sistem Pemerintahan Oligarki dalam Sejarah

Islam. Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005.

Mufrodi, Ali. Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta : Logos

Wacana Ilmu, 1997.

Nurhakim, Moh. Sejarah dan Peradaban Islam. Malang : UMM

Press, 2004.

Perpustakaan Nasional RI. Ensiklopedi Islam,(Jakarta;Ichtiar Baru

Van Hoeve, 2002).

Perpustakaan Nasional RI. Ensiklopedi Islam. Jakarta : Ichtiar

Baru van Hoeve, 2005.

Sou’yb, Joesoef. Sejarah Daulat Abbasiah II. Jakarta : Bulan

Bintang, 1977.

Page 17: Dinasti dinasti kecil di timur baghdad (thahiriyah,samaniyah dan ukailiyah)

16

Watt, W.Montgomery. Kejayaan Islam : Kajian Kritis dari Tokoh

Orientalis. Terj.:Hartono Hadikusumo. Yogyakarta : Tiara

Wacana Yogya, 1990.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja Grafindo

Persada, 2004.