peradaban islam dinasti abbasiyah

28
BAB I A. PENDAHULUAN Daulah Abbasiyah adalah daulah yang melanjutkan kekuasaan Daulah Umayyah. Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Abbas (Bani Abbas), paman Nabi Muhammad SAW. “Sejak tahun 132 H/750 M ,Daulah Abbasiyah dinyatakan berdiri dengan khalifah pertamanya Abu Abbas As-Saffah. Daulah ini berlangsung sampai tahun 656 H / 1258 M. Masa ayang panjang itu dilaluinya dengan pola pemerintahan yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan politik, sosial, budaya dan penguasa. Berdasarkan perbedaan pola dan perubahan politik itu, para sejarawan biasanya membagi masa yang dilalui Daulah Abbasiyah dalam lima periode”. Masa Daulah Abbasiyah adalah masa di mana umat Islam membangun sebuah pemerintahan, yang ilmu adalah sebagai landasan utamanya, sebagai suatu keniscayaan yang harus diwujudkan dalam membawa umat Ke suatu negeri idaman, suatu kehausan akan ilmu pengetahuan yang belum pernah ada dalam sejarah. B. LATAR BELAKANG KEMAJUAN PERADABAN Selama beberapa dekade pasca berdirinya pada tahun 132H/750M, Dinasti Abbasiyah berhasil melakukan konsolidasi internal dan memperkuat kontrol atas wilayah-wilayah yang 1

Upload: bagonk-kusudaryanto

Post on 25-Jun-2015

1.466 views

Category:

Documents


28 download

DESCRIPTION

Makalah Peradaban Islam

TRANSCRIPT

Page 1: Peradaban Islam Dinasti Abbasiyah

BAB I

A. PENDAHULUAN

Daulah Abbasiyah adalah daulah yang melanjutkan kekuasaan Daulah Umayyah. Dinamakan

Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Abbas

(Bani Abbas), paman Nabi Muhammad SAW.

“Sejak tahun 132 H/750 M ,Daulah Abbasiyah dinyatakan berdiri dengan khalifah

pertamanya Abu Abbas As-Saffah. Daulah ini berlangsung sampai tahun 656 H / 1258 M.

Masa ayang panjang itu dilaluinya dengan pola pemerintahan yang berubah-ubah sesuai

dengan perubahan politik, sosial, budaya dan penguasa. Berdasarkan perbedaan pola dan

perubahan politik itu, para sejarawan biasanya membagi masa yang dilalui Daulah Abbasiyah

dalam lima periode”.

Masa Daulah Abbasiyah adalah masa di mana umat Islam membangun sebuah pemerintahan,

yang ilmu adalah sebagai landasan utamanya, sebagai suatu keniscayaan yang harus

diwujudkan dalam membawa umat Ke suatu negeri idaman, suatu kehausan akan ilmu

pengetahuan yang belum pernah ada dalam sejarah.

 

B. LATAR BELAKANG KEMAJUAN PERADABAN

Selama beberapa dekade pasca berdirinya pada tahun 132H/750M, Dinasti Abbasiyah

berhasil melakukan konsolidasi internal dan memperkuat kontrol atas wilayah-wilayah yang

mereka kuasai. Era kepemimpinan khalifah kedua, Abū Ja`far ibn `Abdullāh ibn Muhamad

Al-Mansūr (137-158H/754-775M), menjadi titik yang cukup krusial dalam proses stabilisasi

kekuasaan ini ketika ia mengambil dua langkah besar dalam sejarah kepemimpinannya.

Yaitu; Pertama, menyingkirkan para musuh maupun bakal calon musuh (potential and actual

rivals) serta menumpas sejumlah perlawanan lokal di beberapa wilayah kedaulatan

Abbasiyah; Kedua, meninggalkan Al-Anbār dan membangun Baghdad sebagai ibukota baru,

yang beberapa saat kemudian menjadi lokus aktivitas ekonomi, budaya dan keilmuan dunia

Muslim saat itu.

1

Page 2: Peradaban Islam Dinasti Abbasiyah

Langkah-langkah penting yang diambil Al-Mansūr tersebut dan efek besar yang

ditimbulkannya terhadap perkembangan Dinasti Abbasiyah pada masa-masa berikutnya

menjadikan para sejarahwan kemudian menganggapnya sebagai pendiri Dinasti Abbasiyah

yang sebenarnya (al-muassis al-haqīqi li al-dawlah al-`Abbasiyah).  

            Selain figur politiknya yang begitu kuat dan dominan, Al-Mansūr juga dikenal

memiliki perhatian cukup besar terhadap ilmu pengetahuan, bahkan sejak masa mudanya atau

sebelum menjadi seorang khalifah. Gerakan penerjemahan yang kemudian menjadi salah satu

’ikon’ kemajuan peradaban Dinasti Abbasiyah juga tidak lepas dari peranan Al-Mansūr

sebagai khalifah pertama yang mempelopori gerakan penerjemahan sejumlah buku-buku

kuno warisan peradaban pra-Islam.

Demikian dengan gerakan pembukuan (tasnīf) dan kodifikasi (tadwīn) ilmu tafsir,

hadits, fiqh, sastra serta sejarah mengalami perkembangan cukup signifikan di era Al-Mansūr

pula. Konon, sebelum masa itu, para pelajar dan ulama dalam melakukan aktivitas keilmuan

hanya menggunakan lembaran-lembaran yang belum tersusun rapi, sehingga tidak

mengherankan jika Al-Qanūji secara tegas menyebut Al-Mansur sebagai khalifah pertama

yang memberikan perhatian besar terhadap ilmu-ilmu kuno pra-Islam, setelah sebelumnya

terabaikan oleh para khalifah Bani Umayyah.

Namun betapapun pentingnya peranan Al-Mansūr, kemajuan peradaban yang dicapai

oleh Dinasti Abbasiyah pada hakekatnya tidak datang dari ruang hampa, melainkan pada titik

yang paling penting merupakan buah dari pengaruh konsep-konsep dalam ajaran Islam itu

sendiri. Hal ini diakui pula oleh beberapa penulis Barat semisal Vartan Gregorian dalam

bukunya Islam: A Mosaic, Not a Monolith.

Kesimpulan tersebut jika ditilik dari perspektif kajian sejarah peradaban

berkesesuaian dengan teori yang menyatakan bahwa semangat yang dibawa oleh konsep

keagamaan (al-fikrah al-dīniyyah) merupakan élan vital dan menjadi unsur paling penting

terbangunnya sebuah peradaban.

Di samping itu, faktor lain yang secara lebih lanjut turut mempengaruhi kemajuan

peradaban Dinasti Abbasiyah adalah interaksi masif kaum muslimin era Abbasiyah dengan

komunitas-komunitas masyarakat di beberapa wilayah yang sebelumnya telah menjadi pusat

2

Page 3: Peradaban Islam Dinasti Abbasiyah

warisan pemikiran dan peradaban Yunani seperti Alexandria (Mesir), Suriah, serta wilayah

Asia Barat, khususnya Persia.

Singkat kata, tidak lama setelah berdirinya, Dinasti Abbasiyah dengan cepat telah

mampu menciptakan sebuah kemajuan ilmu dan peradaban yang menurut Dr. Ahmad Shalabi

terwujud dalam tiga sektor yaitu menggeliatnya gerakan penulisan buku (harakat al-tasnīf),

kodifikasi dan sistematisasi ilmu-ilmu keislaman, serta menjamurnya gerakan penerjemahan

(harakat al-tarjamah) secara  masif. Selain tiga hal di atas dapat ditambahkan pula

perkembangan ilmu sains yang melahirkan tokoh-tokoh ilmuwan legendaris yang diakui tidak

saja di dunia Muslim tetapi juga oleh kalangan akademisi Barat.

 

3

Page 4: Peradaban Islam Dinasti Abbasiyah

BAB II

PERADABAN ISLAM MASA DINASTI ABBASIYAH

1.      Ruang lingkup

Makalah ini membahas tentang peradaban Islam di masa Dinasti Abbasiyah. Seperti yang

diketahui bahwa Peradaban Islam Masa Dinasti Abbasiyah merupakan warisan sejarah dan

merupakan aset bagi peradaban Islam buat generasi setelah itu.

Sebagai warisan, Peradaban Isalam di masa Dinasti Abbasiyah merupakan amanat sejarah 

untuk diperlakukan dan dikembangkan oleh ummat Islam dari masa ke masa. Sedangkan

sebagai asset, Peradaban Islam di Masa Dinasti Abbasiyah telah membuka cakrawala bagi

para sejarawan untuk mengkaji perkembangan sejarah sebelum dan sesudah masa-masa itu.

Menulis Peradaban Islam di Masa Dinasti Abbasiyah tidak bisa lepas dari perhatian kepada

Peradaban Islam di Masa Dinasti Umayyah. Sebab sejarah panjang Peradaban Islam, sangat

dipengaruhi oleh kedua dinasti Umayah dan Abbasiyah.  

Bidang Politik

Dalam bidang politik, pada periode pemerintahan pertama Bani Abbasiyah mencapai puncak

keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat

kekuasaan politik dan agama sekaligus. Istilah khalifah yang dikembangkan pada zaman al-

Mansur, dengan julukan Innama Ana Sulthon Allah fi Ardhihi telah mengangkat citra baik di

mata rakyat.

Penempatan ibu kota negara ke Baghdad sangat strategis. Sebab dari situlah perluasan

wilayah dapat diwujudkan kembali, diantaranya dengan merebut kembali benteng-benteng di

Asia, kota Malatia, Wilayah Coppadocia dan Cicilia pada tahun 756-758 M. Bahkan dengan

kaisar Constantine V pada saat Khalifah Al-Mansur diadakan perdamaian gencatan senjata,

ini terjadi tahun 758-765 M. Sehingga Bizantium membayar upeti setiap tahun.

4

Page 5: Peradaban Islam Dinasti Abbasiyah

 Bidang Ekonomi

Setelah dinasti Abbasiyah berjalan seperempat abad lamanya,maka pada masa al-Mahdi

( 775-785 M ) perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian

melalui irigasi dan peningkatan hasil tambang pertambangan, seperti perak, emas, tembaga

dan besi. Terkecuali itu dagang transit antara Timur dan Barat juga banyak membawa

kekayaan. Bashrah menjadi pelabuhan yang penting saat itu.

Pada zaman al-Hadi pula reformasi digulirkan. Khalifah ini begitu disayangi oleh rakyat

semua golongan karena sebagai khalifah beliau telah mengadili semua pengaduan,

menghentikan pembunuhan, memberikan jaminan kepada pihak yang bimbang dan takut,

membela pihak yang teraniaya dan bersikap sopan santun, membagikan sebanyak 6 juta

dirham dan 14 juta dinar yang ditinggalkan oleh al-Mansur. Dan pada saat Baitul Maal

kosong, beliau menggalang kas negara dengan memungut pajak.

Tak dapat dipungkiri, bahwa kemajuan Islam bergerak dengan pesat pada masa-masa

pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Kurun waktu yang begitu lama (sekitar 542 Tahun),

memungkinkan untuk meninggalkan karya dan khazanah peradaban yang syarat akan

kemajuan dan keindahan seninya. 

“Popularitas daulat Abbasiyyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid

(786 – 809 M), dan putranya al-Ma’mun (813 – 833 M). Kekayaan yang banyak

dimanfaatkan oleh Harun Al-Rasyid untuk keperluan sosial, Rumah sakit, lembaga

pendidikan dokter dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar

800 orang dokter. Di samping itu pemandian-pemandian umum juga dibangun. Tingkat

kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini.

Kesejahteraan sosial, pendidikan ilmu pengetahuan dan kebudayan serta kesusastraan berada

pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai

negara terkuat dan tak tertandingi”.

Perkembangan yang begitu pesat pada zaman al-Mansur dan al-Rasyid ini banyak ditentukan

oleh peran pendidikan yang sangat dominan. Ketika itu lembaga pendidikan terdiri dari dua

tingkat :

5

Page 6: Peradaban Islam Dinasti Abbasiyah

1.1. Maktab/ Kuttab dan mesjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-

anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan adan tulisan; dan tempat para remaja

belajar dasar-dasar ilmu agama, seperti tafsir, hadis , fikih dan bahasa.

1.2 Tingkat pendalaman. Para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar

daerah menuntut ilmu kepada seorang atau beberapa orang ahli dalam bidangnya

masing-masing”. 

2.      Pendiri dan Penguasa Daulah Abbasiyah.

Seperti telah diterangkan di muka, bahwa Daulah Abbasiyah berlangsung selama lima

periode. Pada awalnya Abbasiyah dipimpin oleh pendirinya sendiri, yaitu Abu Abbas As-

Saffah, yang hanya berlangsung 5 (lima) tahun.

Secara periodesasi Daulah Abbasiyah dapat dilihat pada tabel berikut  ini.

PENGUASA ABBASIYAH DI IRAK

BANI ABBAS                                BERKUASA TAHUN

1. Abu Abbas Assafah              132–137 H/ 750–754 M

2. Abu Ja’far al-Mansur           137–159 H/ 754–775 M

3. Al-Mahdi                             159–169 H/ 775–785 M

4. Al-Hadi                                  169–170 H/ 785–786 M

5. Harun ar-Rasyid                  170–194 H/ 786–809 M

6. Al-Amin                               194–198 H/ 809–813 M

7. Al-Ma’mun                          198-218 H/ 813-833 M

8. Al-Mu’tasim                          218-228 H/ 833-842 M

9. Al-Wasiq                                228-232 H/ 842-847 M

10. Al-Mutawakkil                       232-247 H/ 847-861 M

11. Al-Muntasir                           247-248 H/ 861-862 M

12. Al-Musta’in                            248-252 H/ 862-866 M

13. Al-Mu’tazz                             252-256 H/ 866-869 M

6

Page 7: Peradaban Islam Dinasti Abbasiyah

14. Al-Muhtadi                            256-257 H/ 869-870 M

15. Al-Mu’tamid                         257-279 H/ 870-892 M

16. Al-Mu’tadid                           279-290 H/ 892-902 M

17. Al-Muktafi                             290-296 H/ 902-908 M

18. Al-Muqtadir                          296-320 H/ 908-932 M

 

BANI BUWAIHI

19. Al-Qahir                                320-323 H/ 932-934 M

20. Ar-Radi                                 323-329 H/ 934-940 M

21. Al-Muttaqi                             329-333 H/ 940-944 M

22. Al-Muktakfi                          333-335 H/ 944-946 M

23. Al-Muti                                335-364 H/ 946-947 M

24. At-Ta’I                                  364-381 H/ 974-991 M

25. Al-Qadir                                381-423 H/ 991-1031 M

26. Al-Qa’im                               423-468 H/ 1031-1075 M

 

BANI SALJUK

27. Al-Muqtadi                              468-487 H/ 1075-1094 M

28. Al-Mustazhir                            487-512 H/ 1094-1118 M 

29. Al-Mustarshid                          512-530 H/ 1118-1135 M

30. Ar-Rashid                                530-531 H/ 1135-1136 M

31. Al-Muqtafi                               531-555 H/ 1136-1160 M

32. Al-Mustanjid                            555-556 H/ 1160-1170 M

7

Page 8: Peradaban Islam Dinasti Abbasiyah

33. Al-Mustadi                               556-576 H/ 1170-1180 M

34. An-Nasir                                  576-622 H/ 1180-1225 M

35. Az-Zahir                                   622-623 H/ 1225-1226 M

36. Al-Mustansir                           623-640 H/ 1226-1242 M

37. Al-Mu’tasim                             640-656 H/ 1242-1258 M

 

8

Page 9: Peradaban Islam Dinasti Abbasiyah

BAB III

SEJARAH SOSIAL DAN INTLEKTUAL

1.      Sejarah Sosial

1.1. Mobilitas sosial

Yang dimaksud dengan sejarah sosial pada pembahasan ini, yaitu sejarah sosial yang hadir

antara masa-masa Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah. Pemerintahan Dinasti Umayyah

yang merupakan dinasti dari dua Dinasti Arab, tidak berlangsung lama. Kurun waktunya

hanya sekitar 90 (sembilan puluh) tahun.Sebanyak 14 orang Umayyah memerintah selama

periode tersebut.

“Para penguasa Umayyah melaksanakan sistem pemerintahan para penguasa yang mereka

gantikan, yakni penguasa Persia dan Roma. Pergantian dinasti, khalifah yang berkuasa penuh,

sistem sentralisasi, dan sistem perpajakan yang kompleks, serta kebijakan administrasi

pemerintahan memberi kesan betapa berbedanya keberbedaan Islam di luar jazirah Arab”.

Pengaruh masyarakat sekitar tempat hidup akan sangat mewarnai peradaban satu masyarakat.

Begitu juga peradaban masyarakat arab yang suka berpindah-pindah dari satu dataran ke

dataran lainnya.

“Ketahuilah , bahwa pada hakikatnya sejarah adalah catatan tentang masyarakat ummat

manusia. Sejarah itu sendiri identik dengan peradaban dunia; tentang perubahan yang terjadi

pada watak peradaban itu, seperti keliaran , keramah tamahan, dan solidaritas golongan

(ashabiah) ; tentang revolusi dan pemberontakan oleh segolongan rakyat  melawan golongan

yang lain dengan akibat timbulnya kerajaan-kerajaan dan negara-negara dengan berbagai

macam tingkatannya ; tentang kegiatan dan kedudukan orang, baik untuk mencapai

penghidupannya maupun dalam ilmu pengetahuan dan pertukangan; dan pada umumnya

tentang segala perubahan yang terjadi dalam peradaban karena watak peradaban itu sendiri”.

Perubahan masyarakat sangat tergantung pada Agent Social Change (pendorong perubahan

sosial), yaitu Sumber Daya Manusia. Dan perubahan iu satu keharusan yang bersifat alami.

“Oleh karena itu, organisasi masyarakat menjadi suatu keharusan bagi manusia (al-ijtimaa’

dharuuriyyun li an-naw’i al-insaani). Tanpa organisasi itu manusia tidak akan sempurna.

Keinginan Tuhan hendak memakmurkan dunia dengan makhluk manusia , dan menjadikan

mereka khalifah di permukaan bumi ini tentulah tidak akan terbukti “.

Dalam al-Qur’an telah ditegaskan tentang hal itu :

9

Page 10: Peradaban Islam Dinasti Abbasiyah

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah

yang ada pada diri mereka sendiri“(S.13:11).

 

Situasi masyarakat ketika Daulah Dinasti Abbasiyyah muncul dalam percaturan politik

sebetulnya kurang kondusif. Dimana-mana ada pemberontakan dan pertempuran yang dipicu

oleh kepentingan elite politik di tingkat khalifah. Berawalnya pertikaian politik sudah muncul

sejak akhir pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan.

“Gerakan-gerakan politik dalam negara Islam pertama kali muncul pada akhir pemerintahan

Utsman Bin Affan Radhiallahu Anhu yang ditandai dengan kemunculan Abdullah Bin Saba’.

Ia mempengaruhi manusia untuk menyerang Utsman Bin  Affan, menyingkirkannya dari

jabatan khalifah dengan alasan Ali Bin Abi Thalib Karramallahu wajhahu lebih berhak

menjadi Khalifah”.

Itulah titik awal pemberontakan dalam Islam yang bernuansa politik. 

Disamping itu, pada pemerintahan Khalifah Hisyam Bin Abd.Malik (Khalifah ke-12 pada

Dinasti Umayyah), yang sebetulnya relatif cukup kondusif, ada percikan api yang menyulut

pemberontakan Zaid Bin Ali. Saat itu Hisyam Bin Abd.Malik berkata :

“Wahai Zaid aku mendapat informasi bahwa engkau mengungkit-ungkit jabatan khilafah dan

menginginkannya di luar pengetahuanku. Engkau anak budak!”. Zaid Bin Ali berkata

Sesungguhnya baginda Amirul Mukminin juga mempunyai kakek dari budak!      Hisyam Bin

Abdul Malik: Silahkan bicara !”

Zaid Bin Ali berkata : “Tidak ada yang lebih hebat selain Allah dan tidak ada kedudukan

yang tinggi di sisi-Nya selain kedudukan nabi yang telah diutus-Nya. Nabi Ismail termasuk

nabi terbaik kemudian dari nabi yang terbaik lahirnya Muhammad Shallallahu wa Salam.

Ismail adalah anak budak wanita dan saudaranya Ibnu Sharihah juga seperti Anda. Allah

memilihnya dan mengeluarkan daripadanya manusia terbaik, Jadi Ismail adalah kakek

Rasulullah Shallallahu wa Salam dan ibunya (Ismail) adalah budak wanita”.

 

Itulah awal perpecahan pada kepemimpinan khalifah ke-11 Dinasti Umayyah. Perpecahan

tersebut  menggiring ke jurang kehancuran bagi Hisyam Bin Abdul Malik dan juga bagi

Dinasti Umayyah. Pemberontak dari kelompok Alawi yang  digagas oleh Zaid Bin Ali

memang akhirnya dapat pupus setelah pemimpinnya tewas diterjang panah. Namun itu hanya

untuk sementara, sebab pada era berikutnya timbul pemberontakan dengan dengan cover

baru, yaitu dengan bungkus agama, panatik suku dan golongan.Seperti yang dihembuskan

secara tidak disadari oleh Hisyam Bin Abdul Malik terhadap Zaid Bin Ali .

10

Page 11: Peradaban Islam Dinasti Abbasiyah

Padahal Islam tidak pernah melihat kemulian seseorang pemimpin lewat  keturunannya,tapi

melaui kiprahnya dalam pengamalan agamanya dan partisipasinya dalam kegiatan sosial.

Ibnu Khaldun dalam Mukaddimahnya menegaskan :”Hanya orang yang punya andil

solidaritas sosialah yang memiliki kemulian dasar dan kemuliaan sejati. Apabila orang yang

memiliki soidaritas sosial menjadikan orang yang tidak seketurunan dengannya sebagai

anggota, atau apabila mereka menjadikan budak dan mawla sebagai hamba, atau mengadakan

hubungan dengan mereka, sebagaimana kita katakan, mawla dan anggota orang-orang yang

menjadi tanggungan itu akan menjadi orang yang turut memiliki andil dalam solidaritas sosial

tuan mereka, dan memiliki  solidaritas sosial itu seakan-akan solidaritas sosial itu milik

mereka sendiri”.

Rasulullah SAW menegaskan dalam khutbahanya :

“Wahai umat manusia , Allah SWT telah menghapuskan dari kalian semua aib jahiliyah dan

pengagungan mereka terhadap nenek moyang mereka.Maka manusia itu hanyalah terdiri dari

dua orang laki: orang laki-laki yang berbuat baik, bertakwa dan mulia di sisi Allah dan

seorang lagi ialah yang berbuat buruk, malang dan hina di sisi Allah. Sesungguhnya Allah

SWT berfirman : “ Hai manusia , sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-

laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa dan bersuku-suku supaya kamu

saling mengenal. Sesunguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah

orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi

Maha mengenal”. Kemudian Rasulullah SAW. Mengatakan, ‘Aku katakan ucapanku ini dan

aku memohon ampunan kepada Allah untukku dan untuk kamu semua”.

 

1.2. Kosmopolitanisme Peradaban

Dalam Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Prop.Drs. S. Wojowasito, menuliskan :

“Kosmopolitan ialah orang yang menganggap bahwa dunia ini sebagai tanah airnya”.

Jadi kosmopolitasime Peradaban, yaitu satu faham yang mendasari seluruh jagat raya

sebagai sumber peradaban.

“Dalam kosmologi Islam, kosmos atau alam semesta (al-alam) secara umum didefinisikan

sebagai  ‘segala sesuatu selain Allah. Definisi ini yang diterima secara Universal dalam Islam,

berdasarkan Al-Quran. Ditandaskan berulang-ulang dalam Al-Quran bahwa Allah adalah

Tuhan segenap alam dan bahwa milik Allahlah segala sesuatu di langit dan di bumi dan apa

yang terdapat diantara keduanya. Jumlah segala sesuatu selain Allah, yang merupakan seluruh

kosmos Muslim, dikenal sebagai apa yang oleh Al-Quran disebut sebagai alam semesta dan

segala yang ada di langit dan bumi.

11

Page 12: Peradaban Islam Dinasti Abbasiyah

Di zaman Abbasiyah ini bisa dijumpai konstribusi berbagai bangsa terhadap ilmu

pengetahuan. Orang Yunani menyumbang matematik dan kedokteran. Orang Cina

menyumbang dalam peradaban hubungan tulis melalui kertas. Dan bangsa Persia dalam

Filsafat..

Jadi pada zaman Abbasiyah sudah terjadi Globalisasi pertama. Ilmu-ilmu yang diambil dari

luar dikembangkan kepada ilmu yang berdimensi Islam. Kareana pada zaman Abbasiyah

aspek ekonomi mengalami kemajuan, maka ilmu juga maju. Ada penerjemah yang ditimbang

hasil bukunya dan diganti dengan uang.

Dengan meluasnya Islam pada zaman Daulah Abbasiyah mengakibatkan timbulnya

bermacam-macam corak kebudayaan yang berasal dari beberapa bangsa. Hal ini

disebabkan  :

Warga negara terdiri dari berbagai unsur bangsa.

Pergaulan yang intim dan perkawinan campuran

Berbagai bangsa memeluk agama Islam

Meningkatnya kemajuan yang membutuhkan ilmu pengetahuan luas dalam  Segala

bidang kehidupan.

       

1.3. Peranan Kaum Mawali dalam pembangunan

Para sejarawan telah mencatat bahwa sebagian besar orang yang berkecimpung dalam dunia

ilmu pengetahuan adalah kaum Mawali (Muslim bukan keturunan Arab atau bekas budak).

Terutama keturunan Persia.

“Bukan rahasia umum bahwa negara Bani Abbasiyah dalam rangka memantapkan

pengaruhnya sangat tergantung kepada orang-orang Persia. Sebab negara Bani Abbasiyah

melihat keikhlasan dalam diri mereka dan kesiapan berkorban untuk mencapai cita-cita. Oleh

karena itu negara Bani Abbasiyah menunjuk mereka  sebagai panglima perang, merekrut

tentara dari kalangan mereka serta selalu memandang baik mereka”.

Karena peranan mereka pula, kemajuan pada periode pertama  Daulah Abbasiyah dapat

dicapai, terutama pada zaman Harun Ar-Rasyid.

“Terdapat banyak faktor yang menyebabkan Daulah Abbasiyah pada periode pertama dapat

menacapai keemasan. Pertama, terjadinya asimilasi dalam Daulah Abbasiyah ini.

Berpartisipasinya unsur-unsur non-Arab (terutama bangsa Persia) dalam pembinaan

peradaban Islam telah mendatangkan kemajuan dalam banyak bidang. Kedua, kebijaksanaan 

Daulah Abbasiyah yang memang lebih berorioentasi kepada pembangunan peradaban

daripada perluasan wilayah kekuasaan”.

12

Page 13: Peradaban Islam Dinasti Abbasiyah

Daulah Abbasiyah telah memberi peluang yang sangat luas terhadap kaum mawali dalam

berperan menjalankan roda pemerintahan, begitu juga dalam dunia pengetahuan. Berbeda

dengan daulah Umayyah yang menutup rapat-rapat peluang untuk non arab apalagi mawali.

 

2.      Sejarah intlektual

Intelektual telah berkembang di zaman Abbasiyah melalui tiga hal :

2.1. Perkembangan ilmu-ilmu keagamaan

2.1.1. Ilmu Tafsir

Pada periode pertama pemerintahan Abbasiyah telah lahir ilmu tafsir dan terpisah dari ilmu

Hadist .Tafsir yang pertama kali disusun ialah tafsir Al-Farra’. Sesuai dengan nama

penyusunnya. Tafsir inilah sebagai perintis jalan penafsir-penafsir yang lahir sesudahnya. 

“Dalam bidang ilmu Tafsir sejak awal sudah dikenal dua metode penafsiran, pertama : Tafsir

bi al-ma’tsur yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para

sahabat. Kedua, tafsir bi al ra’yi, yaitu metode rasional yang lebih banyak bertumpu kepada

pendapat dan pikiran dari pada hadist dan pendapat sahabat. Kedua metode ini memang

berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir

dengan metode bi al-ra’yi ( tafsir rasional ) sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran

filsafat dan ilmu pengetahuan”.

 

2.1.2. Ilmu Hadits

Hadist adalah sumber hukum Islam kedua setelah al-Qur’an. Dalam zaman Daulah

Abbasiyah, muncullah ahli-ahli hadits ternama dengan kitab-kitab haditsnya yang besar. Ahli-

ahli hadits yang termashur di zaman ini :

1). Imam Bukhori,yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Abi Hasan Al-Bukhari lahir di

Bukhara 194 H dan Wafat di Baghdad 256 H . Kitabnya al-Jami’us Shahih yang dikenal

dengan Sahih Bukhari.

2).  Imam Muslim,Yaitu Imam Abu Muslim bin Al-Hajjaj al-Qushairy an-Naisabury, wafat

tahun 261 di Naisabur. Kitabnya al-Jami’us Shaih terkenal dengan Shaih Muslim

3). Ibnu Majah, yaitu Muhammad bin Yazid bin Majah al-Qazwany, wafat tahun 273 H.

Kitabnya yang bernama as-Sunan terkenal dengan nama Sunan Ibnu Majah.

4).   Abu Daud, yaitu Abu Daud Sulaiman bin Asy’as al-Sajastany , wafat di Bashrah tahun

275 H. Kitabnya yang bernama as-Sunan terkenal dengan nama Sunan Abu Daud

5). At-Tirmidzi yaitu al-Hafidh Abu isa Muhammad bin Isa Ad-Dhahak at-Tirmizi dengan

kitabnya as-Sunan yang terkenal dengan nama Sunan Tirmizi.

13

Page 14: Peradaban Islam Dinasti Abbasiyah

6).  An-Nasa’i yaitu Abu Bakar Rahman Ahmad bin Ali an-Nasa’I wafat di Mekkah tahun

303 H. Kitabnya yang bernama as-Sunan terkenal dengan nama Sunan Nasa’i.

7). Al-Hakim an-Naisabury, wafat tahun 405 H

8). Abdul Fatahsalim bin Aiyub ar-Razy, wafat tahun 447 H

9). Al-Ajiry, wafat tahun 360 H

10). Al-Baihaqi, wafat tahun 458 H

 

Dan masih banyak lagi Ulama-ulama Hadist yang menggeluti ilmu Hadits.

   

2.1.3. Ilmu Kalam

Ilmu Kalam adalah ilmu yang mempergunakan bukti-bukti logis dalam mempertahankan

akidah keimanan dan menolak pembaharu yang menyimpang  dalam dogma yang dianut

kaum muslimin.

Lahirnya Ilmu Kalam karena dua faktor :

1). Untuk membela Islam dengan bersenjatakan filsafat, seperti halnya musuh yang memakai

senjata itu.

2). Karena semua masalah, termasuk masalah agama  telah berkisar dari pola rasa kepada pola

akal dan ilmu.

 

Diantara pelopor dan ahli Ilmu Kalam yang terbesar yaitu Washil bin Atho’, Abu Huzail al-

Allaf adh-Dhaam, Abu Hasan al-Asy’ary dan Hujjatul Islam Imam Al-Ghozali.

Kaum muslimin salaf mengangkat tinggi dalil-dalil al-Qur’an  dan sunah yang berhubungan

dengan penyucian Tuhan (tanzih) karena jumlahnya dalil amat banyak dan gamblang.

Sedangkan ayat-ayat yang secara harfiahnya tidak menunjukkan pada dalil-dalil yang tegas

dan makna yang jelas, tidak akan mengandung tasybih apabila kita menerangkannya berdasar

referensi pada keterangan terinci seperti yang dikemukakan mazhab Asy’ariyah, yaitu

ahlussunah.

Pengikut syeh Abu Hasan Al-Asy’ari menjadi banyak. Murid-muridnya seperti Ibnu Mujahid

dan lain-lainnya, mengikuti jalan yang ditempuh gurunya, Al-Qadli Abu Bakar al-Baqilani

belajar dari murid-murid Al-Asy’ari.

   

2.1.4. Ilmu Tasawuf

Ilmu Tasawuf, yaitu salah satu Ilmu yang tumbuh dan matang dalam zaman Daulah

Abbasiyah. Ilmu Tasawuf adalah Ilmu Syari’at yang baru diciptakan , yang inti ajarannya :

14

Page 15: Peradaban Islam Dinasti Abbasiyah

tekun beribadat dengan sepenuhnya kepada Allah, meninggalkan kesenangan dan perhiasan

dunia dan bersembunyi diri beribadah.

Ilmu Tasawuf telah menanamkan pengaruh yang sangat berkesan dalam kebudayaan Islam. 

Perkembangan Ilmu Tasawuf dari abad kedua Hijriyah telah mengalami perubahan-

perubahan. Sehingga dengan demikian kelihatannya Tasawuf berkembang pada zaman

Abbasiyah II dan III dan demikian seterusnya.

Bersamaan dengan lahirnya Ilmu Tasawuf, muncul pula ahli-ahli dan ulama-ulama diantara

mereka itu adalah :

1). Al-Qusyairi, nama lengkapnya Abu Kasim abdul Karim bin Hawzin al-Qusyairi yang

wafat tahun 465 H, dengan kitabnya ar-Risalatul Qusyairiyah.

2). Syihabuddin Sahrawardy, wafat di Baghdad tahun 632 H, dengan kitabnya Awariful

Ma’aruf.

3). Imam Ghazali, satu diantara keturunan non Arab yang berasal dari Persia, nama

lengkapnya Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazali. Lahir di Thus abad 5 H.

Meninggal tahun 502 H. Kitab Tasawufnya Ihya Ulumuddin dengan mengawinkan ajaran

Tasawuf dengan ajaran hidup bermasyarakat”18. Sehingga jadilah ilmu Tasawuf ilmu

yang dibukukan setelah sebelumnya hanya sistem Ibadah saja. Kitab-kitab karangan Imam

Ghazali banyak sekali, baik mengenai Tasawuf atau lainnya.

       

2.1.5. Hukum Islam

Zaman Daulah Abbasiyah yang merupakan zaman keemasan tamaddun Islam, telah

melahirkan ahli-ahli ilmu hukum (Fiqih) yang terbesar adalam sejarah Islam, dengan kitab-

kitab Fiqihnya yeng terkenal sampai sekarang. 

Pada akhir abad pertama Hijriyah dan awal abad kedua mulai muncul aliran Fiqh. Imam-

imam mazhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama. Abu

Hanifah (700-767 M) dalam pendapat-pendapat hukumnya  dipengaruhi oleh perkembangan

yang terjadi di Kufah, kota yang berada di tengah-tengah kebudayaan Persia yang kehidupan 

msayarakatnya telah mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi.Karena itu mazhab ini

lebih rasional.

Berbeda dengan Abu Hanifah, Imam Malik (713-795 M) yang banyak menggunakan hadist

dan tradisi Madinah. Pendapat dua tokoh ini sering diteangahi oleh Imam Syafi’I (767-820 M)

.

Para Fuqoha yang lahir dalam zaman ini terbagi dalam dua aliran Ahlul Hadits dan Ahlul

Ra’yi.

15

Page 16: Peradaban Islam Dinasti Abbasiyah

1). Ahlul Hadits : Yaitu aliran yang mengarang fiqih berdasarkan al-Haidts. Pemuka aliran ini

yaitu Imam Malik dengan pengikut-pengikutnya, pengikut Imam Syafi’i  ,pengikut Imam

Hambali dan lain-lain muqallidin.

2). Ahlul Ra’yi ; Yaitu aliran yang mempergunakan akal dan fikiran dalam menggali hukum,

pemuka aliran ini yaitu Abu Hanifah dan teman-temannya Fuqoha Irak”19

 

2.2 Kebangkitan Sain dan Teknologi

Seperti diterangkan dimuka, bahwa perkembangan ilmu pengetahuan semakin cepat pada

zaman khalifah Harun ar-Rasyid, setelah mendirikan lembaga perpustakaan seperti Baitul

Hikmah dan Darul Hikmah dan mencapai puncaknya pada masa khalifah al-Makmun.

Perpustakaan ini lebih menyerupai sebuah Universitas dimana terdapat kitab-kitab secara

lengkap. Orang-orang datang ke perpustakaan itu untuk membaca, menulis dan berdiskusi. Di

samping itu, perpustakaan ini juga sebagai kantor penerjemahan, terutama karya-karya

kedokteran, filsafat, matematik, kimia , astronomi dan ilmu alam. Buku-buku yang

diterjamahkan didatangkan dari Bizantium dan daerah-daerah lain.

Kemudian para ilmuan Islam mengembangkan ilmu-ilmu yang diterjamahkan tersebut dan

mendapat temuan-temuan ilmiah yang baru.

    

2.2.1. Kedokteran

Diantara para Dokter yang sangat terkemuka adalah :

1). Al-Razi, yaitu orang pertama yang menyusun ilmu kedokteran anak. Dia juga tokoh

pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles.

2). Ibnu Sina, yang sekaligus juga seorang Filosof, yang telah menemukan sistem peredaran

darah pada mansia. Diantara karyanya ialah Al-Qanun Fi al-Thibb .

3). Abu Ali al-Hasan Ibn al-Haythami, yang di Eropa dikenal dengan nama al-Hazen, adalah

ahli Optik pertama..

4). Ibnu Wasiwalhi ( wafat 243 H ), yaitu Abu Zakaria Yuhana bin Wasiwalhi, ayahnya

seorang ahli farmasi di rumah sakit Yundisapur, mengarang banyak buku kedokteran.

5). Kimia dan Farmasi.  Para ahli di bidang ini antara lain adalah  : Jabir Ibn Hayyan, Tokoh

ini berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga dapat diubah menjadi emas

atau perak dengan mencampurkan satu zat tertentu. 

6). Ibnu Baitar  ( abad ke 7 H ). Tiga buah karangannya yang sangat penting yaitu al-Mughni

( tentang obat)obatan ),Jaami’ Mufradatul Adwiyah wal Aghziyah (tentang obat dan gizi )

 

16

Page 17: Peradaban Islam Dinasti Abbasiyah

2.2.2. Ilmu Falak dan Nujum ( Astronomi ) 

Ilmu bintang memegang peranan penting dalam menentukan garis politik oleh para khalifah

dan para amir, yang mendasarkan perhitungan kerjanya pada peredaran bintang.

Ilmu Nujum ( astronomi ) adalah ilmu yang mempelajari tentang gerakan bintang-bintang

yang tetap dan pelanet-pelanet. Dari cara gerakan itu berlangsung, astronomi menarik

kesimpulan berdasarkan metode geometris tentang adanya bentuk-bentuk  tertentu dan

bermacam posisi lingkaran yang mengharuskan terjadinya gerakan yang dapat dilihat dengan

indera.      

“Diantara sarjana ilmu Falak dan Bintang adalah : Abu Ma’syar al-Falaky yang terkenal

dengan nama Abu Ma’syur al-Falaky. Buku karangannya : Isbatul Ulum Hatatul Falak”.

 

17

Page 18: Peradaban Islam Dinasti Abbasiyah

BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

1.1.    Peradaban Islam di masa Bani Abbasiyah memperoleh kemajuan yang pesat terutama dalam bidang :

1.1.1.     Politik, dengan meletakan dasar-dasar pemerintahan yang lebihmelalui penanaman istilah khalifah dalam artian seperti yang dikatakan al-Mansur « Innama anaa Sulthon Allah fi ardlihi » (Sesungguhnya saya adalah kekuasaan Tuhan di bumi-Nya ).

1.1.2.     Ekonomi, dengan menggalakan potensi alam, seperti pertanian dan pertambangan.

1.2.    Masyarakat Daulah Abbasiyah terbagi dari dua asal yaitu yang berasal dari keturunan Arab ( langsung dari Nabi Muhammad SAW) dan bukan dari keturunan Arab yaitu kaum Mawali. 

1.3.    Dalam Daulah Abbasiyah berkembang macam corak kebudayaan disebabkan karena :

a.    Warga negara terdiri dari berbagai unsur bangsa.

b.    Pergaulan yang intim dan kawin campur

c.    Berbagai bangsa memeluk Islam.

d.    Meningkatnya kemajuan yang membutuhkan ilmu pengetahuan luas dalam segala bidang kehidupan.

1.4.    Di zaman ini telah sampai kejayan Islam, zaman keemasan , zaman kemajuan ilmu-ilmu agama , sains dan teknologi.

1.5.    Penerjemahan ilmu pengetahuan dilakukan dengan besar-besaran, danzaman ini adalah zaman lahirnya ahli-ahli ilmu agama,sains dan teknologi.

1.6.    Terbukanya kesempatan bagi bangsa-bangsa non Arab untuk menduduki jabatan-jabatan di Pemerintahan, dan di sektor-sektor lainnya.

 

18

Page 19: Peradaban Islam Dinasti Abbasiyah

DAFTAR KEPUSTAKAAN

 

1. Ahmad Syalabi, Prof. “ Sejarah dan Kebudayan Islam”,PT.Alhusna Zikra, Jakarta

Tahun 1995.

2. A. Hasyimi, Sejarah Kebudayaan Islam, PT Bulan Bintang, Jakarta

3. Ahmadie Thoha ( Penerjamah ) Muqqodimah Ibnu Khaldun, Pustaka Firdaus, Jakarta

2000

4. Badri Yatim, Dr. MA,” Sejarah Peradaban Islam” PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

1997.

5. HAMKA, Prof. Dr. Sejarah Umat Islam,PT Bulan Bintang Jakarta

6. John L. Esposito,” Ensiklopedi Oxpord – Dunia Islam Modern”, Penerbit Mizan

7. Kafrawi Ridwan, Drs, MA dan kawan-kawan “Ensiklopedi Islam” PT Intermasa

Jakarta Tahun 1997.

8. Muhammad Sayyid Al-Wakil, Dr. Wajah Dunia Islam, ( Terjemah   oleh Fadhli

Bahri, LC ) Pustaka Al-Kautsar Jakarta 1989 

9. Muhammad Nasib Ar-Rifa’I Ringkasan Tafsir Ibnu Kasar Jilid 4, Terjamah oleh

Drs.Syihabuddin ,MA, Gema Insani Press, Jakarta 1989

10. Wojowasito Prof. Drs, DKK, Kamus Inggris – Indonesia,Penerbit Hasta, Bandung

1980

19