file · web viewtugas ini membahas salah satu tokoh filsafat dan ulama islam: ... makalah...

34
TOKOH FILSAFAT DAN ULAMA IBNU TAIMIYAH Tugas ini diajukan untuk mata ajaran Filsafat Ilmu Disusun Oleh: Z A H R I D A R N I NIM: 2011980029 PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 1

Upload: dinhdieu

Post on 06-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TOKOH FILSAFAT DAN ULAMA IBNU TAIMIYAH

Tugas ini diajukan untuk mata ajaran Filsafat Ilmu

Disusun Oleh:

Z A H R I D A R N I

NIM: 2011980029

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2012

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas Rahmatnya saya dapat menyelesaikan

tugas ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. Tugas ini membahas salah satu tokoh

filsafat dan ulama Islam: Ibnu Taimiyah

Makalah ini disusun sebagai tugas dari mata ajar Filsafat Ilmu Program Magister Ilmu

Keperawatan Peminatan Keperawatan Medikal Bedah. Saya menyadari makalah ini

tidaklah sempurna oleh karena itu saya mohon saran dan kritikan dari semua pihak

untuk pembelajaran yang lebih lanjut.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Januari 2012

Zahri Darni

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 2

TOKOH FILSAFAT DAN ULAMA IBNU TAIMIYYAH

A. Biografi

Ibnu Taimiyyah Lahir di Harran, Turki, salah satu kota induk di Jazirah Arabia yang

terletak antara sungai Dajalah (Tigris) dengan Efrat, pada hari Senin 10 Rabiul Awal

tahun 661H atau 22 Januari 1263. Ia berasal dari keluarga religius. Ayahnya

Syihabuddin bin Taimiyah adalah seorang syaikh, hakim, dan khatib. Kakeknya

Majduddin Abul Birkan Abdussalam bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani adalah

seorang ulama yang menguasai fiqih, hadits, tafsir, ilmu ushul dan penghafal Al

Qur'an (hafidz).

Ibnu Taimiyah lahir di zaman ketika Baghdad merupakan pusat kekuasaan dan

budaya Islam pada masa Dinasti Abbasiyah. Ketika berusia enam tahun (tahun

1268), Ibnu Taimiyah dibawa ayahnya ke Damaskus disebabkan serbuan tentara

Mongol atas Irak.

Beliau adalah imam, Qudwah, Alim, Zahid dan Da`i ila Allah, baik dengan kata,

tindakan, kesabaran maupun jihadnya; Syaikhul Islam, Mufti Anam, pembela

dinullah dan penghidup sunah Rasul Shalallahu Alaihi Wasallam yang telah

dimatikan oleh banyak orang, Ahmad bin Abdis Salam bin Abdillah bin Al-Khidhir

bin Muhammad bin Taimiyah An-Numairy Al-Harrany Ad-Dimasyqy.

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 3

Beliau berhijrah ke Damasyq (Damsyik) bersama orang tua dan keluarganya ketika

umurnya masih kecil, disebabkan serbuan tentara Tartar atas negerinya. Mereka

menempuh perjalanan hijrah pada malam hari dengan menyeret sebuah gerobak

besar yang dipenuhi dengan kitab-kitab ilmu, bukan barang-barang perhiasan atau

harta benda, tanpa ada seekor binatang tunggangan pun pada mereka.

Suatu saat gerobak mereka mengalami kerusakan di tengah jalan, hingga hampir saja

pasukan musuh memergokinya. Dalam keadaan seperti ini, mereka ber-istighatsah

(mengadukan permasalahan) kepada Allah, SWT. Akhirnya mereka bersama kitab-

kitabnya dapat selamat.

B. Kondisi Agama Kaum Muslimin

Selain dari ancaman luar yang telah disebutkan di atas, Islam pada masa itu juga

dikonfrontasi oleh bahaya dari dalam. Ada Batiniyah (sekte Syi’ah yang ekstrimis

yang mengkonfrontasi pemerintah Muslim saat itu) dan para pengikutnya, Assassain

(Hashiishiyuun). Aqidahnya merupakan campuran dari dogma Magian dan konsep

Platonic yang dapat dengan mudah menebarkan benih-benih perselisihan dan

menyebarkan atheisme dan pengingkaran terhadap agama diantara orang-orang

awam. Dan juga ada Muslim yang terpengaruh paham politheis dan kebiasaan non

Muslim yang dengannya mereka memiliki perkumpulan yang bebas, mulai

mengagungkan orang suci dari mereka (seorang sufi yang sangat taat –wali Allah)

sebagaimana yang dilakukan oleh Yahudi dan Nasrani. Lebih lanjut, beberapa aliran

sufi, seperti Rifa’iyyah telah mengadopsi doktrin neo-Platonic dan Hindu yang

bercampur aduk dengan ajaran Islam yang menyebakan hampir mustahil

membedakan yang satu dengan yang lainnya.

Dengan bangkitnya pengikut perang salib, beberapa orang Kristen memberi

semangat untuk mencela Islam dan mengkritik Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi

Wasallam dalam pidato dan tulisan-tulisannya. Dalam lingkungan intelektual Muslim

ada stagnasi dan kejumudan dalam perdebatan seputar keagamaan mereka dan dalam

pendekatan terhadap re-interpretasi syari’at. Ada polemik yang berkelanjutan antara

Ash’ari dan Hambali. Akhirnya, sebagian orang yang terpengaruh oleh pemikiran

Plato dan Aristoteles, mulai menyebarkan ide dan konsep agnostic yang tidak

mengindahkan ajaran Islam.

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 4

Inilah kondisi di masa Ibnu Taimiyah yang harus dihadapinya. Ibnu Taimiyah

membentuk sebuah perkumpulan bersama dengan murid-murid dan pengikutnya

untuk menolak pemujaan politheis, pemujaan Islam, pemujaan yang dipengaruhi

dengan kepercayaan dan praktek-praktek bid’ah diantara kaum Muslimin. Sebagai

akibat dari semangat dan keteguhan reformasi dakwahnya terhadap kebid’ahan,

perkara-perkara baru dalam Islam, ziarah ke kubur-kubur para wali, ia menuai

kebencian dari beberapa kelompok. Meskipun demikian, kepopulerannya diantara

kaum Muslimin semakin meningkat tajam.

Jihad terhadap musuh-musuh Islam tidak menolong Ibnu Taimiyah terhadap para

ulama. Pemerintah memenjarakannya beberapa kali karena keberaniannya dan

kebebasannya dalam mengemukakan pendapatnya yang progresif dalam masalah

hukum dan sosial yang mengundang kemarahan musuh-musuhnya, para pengikut

mazhab ortodoks.

Namun demikian ketika Ibnu Taimiyah memiliki kesempatan untuk membalas

musuh-musuhnya dikalangan ulama, yang menimbulkan banyak kesulitan dan

memasukkannya ke penjara beberapa kali, dia menunjukkan keluhuruhan budi

pekertinya yang luar biasa dan memaafkan mereka ketika Sultan an-Nasir Qalawun

memberikan kesempatan kepadanya untuk melakukannya, “jika engkau

membunuhnya engkau tidak akan pernah menemukan ulama seperti mereka.” Sultan

berkata: “Mereka menyakitimu berkali-kali dan ingin membunuhmu!” Ibnu

Taimiyah menjawab: “Barangsiapa yang menyakitiku maka ia terbebas, dan siapa

yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, maka Allah akan menghukumnya.

Sejarawan Muslim seperti Adz-Dzahabi, Ibnu Katsir, Ibnu Al-Imad Al-Hambali dan

banyak lainnya menyanjung Ibnu Taimiyah dan menganggap beliau sebagai ulama

terbesar Islam sepanjang sejarah.

Beliau berjuang menghadapi kebid’ahan dalam agama yang tersebar luas di

zamannya di seluruh negeri Muslim, khususnya beberapa kegiatan dan kepercayaan

sufi, seperti pengagungan para wali, mengunjungi kuburan wali, dan menceburkan

diri ke dalam api. Serangannya terhadap kaum sufi telah menyebabkan dia

mengalami banyak kesulitan dengan pihak penguasa dimana pimpinannya

dipengaruhi oleh tokoh-tokoh sufi.

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 5

Sebagai akibat ketenaran Ibnu Taimiyah, beberapa ulama berpengaruh menjadi

dengki kepadanya bahkan jengkel karena beliau menantang Qadhi dalam masalah-

masalah hukum. Kemudian mereka menempuh berbagai cara untuk mendiskreditkan

Ibnu Taimiyah di mata pemerintah dan masyarakat. Ibnu Taimiyah menolak ajaran-

ajaran yang diuraikan dalam buku-buku Al-Fatuhat Al-Makkah dan Fusus Al-Hakim

dari Ibnu Arabi (wafat 638 H/1240 M), seorang sufi yang paling dihormati dan guru

tasawuf –karena ketidaksesuaiannya dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, sehingga

menuai kegusaran kaum sufi, dan karena berbicara secara terang-terangan mengenai

kebijakan pemerintah, ia menuai permusuhan dari pemerintah. Akibatnya, ia

dipanggil ke Mesir pada tahun 705 H/1305 M.

Ketika Ibnu Taimiyah tiba di Mesir, ia diminta untuk menghadiri pertemuan para

agamawan, hakim, dan kepala pemerintahan. Dalam kesempatan ini beberapa hal

dituduhkan kepadanya berkenaan dengan konsepnya mengenenai wujud dan sifat

Allah. Dia tidak diizinkan untuk membela diri, dan dimasukkan ke penjara selama 16

bulan. Ketika di dalam penjara, dia mengalihkan perhatian para pengikutnya dari

bermanja pada kesenang-kesenangan kepada keshalihan, disiplin dan kesederhanaan.

Sejumlah penghuni penjara menjadi pengikutnya yang setia ketika dibebaskan.

Setelah dibebaskan pada tahun 707 H/1307 M Ibnu Taimiyah memutuskan untuk

menetap di Mesir selama beberapa waktu. Segera setelahnya ia mengajar di beberapa

masjid dan lembaga pendidikan dihadap beberapa ulama, hakim dan theolog terpilih.

Namun demikian, pandangan Ibnu Taimiyah mengenai pantheis monoisme, tawasul,

dan lain-lain tidak diterima baik dan beberapa pengaduan diajukan kepada Sultan.

Para ulama yang mengajukan pengaduan tidak dapat menemukan kesalahan pada

Ibnu Taimiyah. Namun karena pemerintah telah jemu menghadapi tuntutan

terhadapnya, ia ditahan untuk sementara tetapi kemudian dibebaskan dengan

kesepakatan permintaan para ulama agama. Tetapi ketika Sultan Qalawun turun tahta

dan digantikan oleh raja Muda Bayban al-Jashnikir 709 H/1309 H, Ibnu Taimiyah

diasingkan ke Alexandria, dimana meskipun dalam pengasingannya, ia mendapatkan

posisi terhormat di kalangan akademis dan cendekiawan. Kemudian Bayban segera

melepasnya dan Sultan Qalawun kembali ke Mesir dan memerintahkan Ibnu

Taimiyah untuk kembali.

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 6

C. Pertumbuhan dan Gairahnya Kepada Ilmu

Semenjak kecil sudah nampak tanda-tanda kecerdasan pada diri beliau. Begitu tiba di

Damsyik beliau segera menghafalkan Al-Qur`an dan mencari berbagai cabang ilmu

pada para ulama, huffazh dan ahli-ahli hadits negeri itu. Kecerdasan serta kekuatan

otaknya membuat para tokoh ulama tersebut tercengang.

Ketika umur beliau belum mencapai belasan tahun, beliau sudah menguasai ilmu

Ushuluddin dan sudah mengalami bidang-bidang tafsir, hadits dan bahasa Arab. Pada

unsur-unsur itu, beliau telah mengkaji musnad Imam Ahmad sampai beberapa kali,

kemudian kitabu-Sittah dan Mu`jam At-Thabarani Al-Kabir.

Suatu kali, ketika beliau masih kanak-kanak pernah ada seorang ulama besar dari

Halab (suatu kota lain di Syria sekarang) yang sengaja datang ke Damasyiq, khusus

untuk melihat si bocah bernama Ibnu Taimiyah yang kecerdasannya menjadi buah

bibir. Setelah bertemu, ia memberikan tes dengan cara menyampaikan belasan hadits

sekaligus. Ternyata Ibnu Taimiyah mampu menghafalkannya secara cepat dan tepat.

Begitu pula ketika disampaikan kepadanya beberapa sanad, beliaupun dengan tepat

pula mampu mengucapkan ulang dan menghafalnya. Hingga ulama tersebut berkata:

Jika anak ini hidup, niscaya ia kelak mempunyai kedudukan besar, sebab belum

pernah ada seorang bocah seperti dia.

Sejak kecil beliau hidup dan dibesarkan di tengah-tengah para ulama, mempunyai

kesempatan untuk mereguk sepuas-puasnya taman bacaan berupa kitab-kitab yang

bermanfaat. Beliau infakkan seluruh waktunya untuk belajar dan belajar, menggali

ilmu terutama kitabullah dan sunah Rasul-Nya Shallallahu Alaihi Wasallam.

D. Kepribadiannya

Lebih dari semua itu, beliau adalah orang yang keras pendiriannya dan teguh

berpijak pada garis-garis yang telah ditentukan Allah, SWT mengikuti segala

perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Beliau pernah berkata: Jika

dibenakku sedang berfikir suatu masalah, sedangkan hal itu merupakan masalah yang

muskil bagiku, maka aku akan beristighfar seribu kali atau lebih atau kurang. Sampai

dadaku menjadi lapang dan masalah itu terpecahkan. Hal itu aku lakukan baik di

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 7

pasar, di Mesjid atau di Madrasah. Semuanya tidak menghalangiku untuk berdzikir

dan beristighfar hingga terpenuhi cita-citaku.

Begitulah seterusnya Ibnu Taimiyah, selalu sungguh-sungguh dan tiada putus-

putusnya mencari ilmu, sekalipun beliau sudah menjadi tokoh fuqaha` dan ilmu serta

dinnya telah mencapai tataran tertinggi.

E. Menjadi Jenderal

Sangat luar biasa, tidak hanya di lapangan ahli ilmu pengetahuan saja ia terkenal, ia

juga pernah memimpin sebuah pasukan untuk melawan pasukan Mongol di Syakhab,

dekat kota Damaskus, pada tahun 1299 Masehi dan beliau mendapat kemenangan

yang gemilang. Pada Februari 1313, beliau juga bertempur di kota Jerussalem dan

mendapat kemenangan. Dan sesudah karirnya itu, beliau tetap mengajar sebagai

profesor yang ulung

F. Pendidikan dan Karyanya

Di Damaskus ia belajar pada banyak guru, dan memperoleh berbagai macam ilmu

diantaranya ilmu hitung (matematika), khat (ilmu tulis menulis Arab), nahwu, ushul

fiqih. Ia dikaruniai kemampuan mudah hafal dan sukar lupa. Hingga dalam usia

muda, ia telah hafal Al-Qur'an. Kemampuannya dalam menuntut ilmu mulai terlihat

pada usia 17 tahun. Dan usia 19, ia telah memberi fatwa dalam masalah masalah

keagamaan.

Ibnu Taymiyyah amat menguasai ilmu rijalul hadits (perawi hadits) yang berguna

dalam menelusuri Hadits dari periwayat atau pembawanya dan Fununul hadits

(macam-macam hadits) baik yang lemah, cacat atau shahih. Ia memahami semua

hadits yang termuat dalam Kutubus Sittah dan Al-Musnad. Dalam mengemukakan

ayat-ayat sebagai hujjah atau dalil, ia memiliki kehebatan yang luar biasa, sehingga

mampu mengemukakan kesalahan dan kelemahan para mufassir atau ahli tafsir. Tiap

malam ia menulis tafsir, fiqh, ilmu 'ushul sambil mengomentari para filusuf. Sehari

semalam ia mampu menulis empat buah kurrosah (buku kecil) yang memuat

berbagai pendapatnya dalam bidang syari'ah. Ibnul Wardi menuturkan dalam Tarikh

Ibnul Wardi bahwa karangannya mencapai lima ratus judul. Karya-karyanya yang

terkenal adalah Majmu' Fatawa yang berisi masalah fatwa fatwa dalam agama Islam.

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 8

Antara tahun 721 H/1321 M dan 726 H/1326 M, Ibnu Taimiyah mendedikasikan

dirinya untuk mengajar di Madrasah Hambaliyah dan di Madrasah miliknya

Qassassin dan merevisi beberapa hasil karya awalnya. Pada tahun 726 H/1326 M,

musuh-musuhnya kembali bekerja sama untuk memenjarakan beliau. Di sini beliau

tetap melanjutkan menulis tafsir Al-Qur’an dan juga risalah ilmiah dalam beragam

permasalahan.

Ibnu Taimiyah meninggal di penjara di Damaskus pada Minggu-Senin malam

tanggal 20 Dzulkaidah 728 H/1328 M dalam usia 67, dan dimakamkan di

pemakaman Sofiyyah di Damaskus.

Penduduk Damaskus, yang memiliki kehormatan yang besar kepadanya,

memberikan pemakan yang luar biasa dan diperkirakan dihadiri oleh 200.000 laki-

laki 15.000 wanita. Ia dikuburkan di pemakaman Sofiyyah dimana ibunya

dimakamkan.

Ibnu Taimiyah menduduki tempat yang sangat terhormat diantara ulama di

zamannya disebabkan banyaknya kenangan, intelektual yang cemerlang,

pengetahuan baik ensiklopedi dan keberaniannya. Ia digambarkan sebagai seorang

orator ulung, pemberani, tegas, disiplin, sangat alim, suka mengalah, pejuang,

berbudi pekerti mulia dan pemaaf, dan berpendirian teguh.

Usaha reformatif Ibnu Taimiyah dan pencarian ilmu meliputi tema yang luas, yang

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Membangkitkan keimanan dalam ketaatan terhadap tauhid (pengesaan Allah)

2. Memberantas kepercayaan pantheis dan budaya

3. Kritik terhadap filsafat, pemikiran silogistik, dan berdebat dalam rangka

menunjukkan superioritas Al-Qur’an dan As-Sunnah.

4. Memberantas kepercayaan anti Islam melalui penentangan terhadap Kristen dan

Syi’ah

5. Pembaharuan pemikiran Islam dan ilmu-ilmu yang berhubungan dengannya

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 9

Jumlah total karya ibnu taimiyah 621 yang mana banyak hasil karyanya telah hilang.

Beberapa karya Ibnu Taimiyah berhubungan dengan tema sebagai berikut:

1. Al-Jawab Ash-Shahih Liman Baddala Din Al-Masih (jawaban atas kritik terhadap

Islam oleh Kristen)

2. Radd ala al-Mantiqyyin (bantahan terhadap filsafat)

3. Kitab As-Siyasah As-Sar’iyyah (berhubungan dengan teori politik dan

pemerintahan Islam)

4. Minhaj As-Sunnah An-Nabawiyyah (bantahan terhadap keyakinan Syi’ah ditulis

sebagai jawaban atas Minhaj Al-Karamah oleh Ibnu Al-Mutahhir Al-Hilli).

5. Ziyarah Al-Qubur (kritik terhadap pengagungan para wali, tawasul dan

kepercayaan tahyul)

6. Majmu’at ar-Rasa’il al-Kubra (mencakup risalah dari berbagai disiplin ilmu)

7. Majmu’at al-Fatawa (kumpulan fatwa dalam berbagai perkara)

8. Majmu’at ar-Rasa’il wa Majmu’at al-Masa’il (kumpulan risalah dan fatwa dalam

berbagai perkara)

9. Majmu’at Syaikh al-Islam Ahmad Ibnu Taimiyah (berisi pemaparan jurispudensi

Islam dan fatwa yang diucapkan Ibnu Taimiyah)

G. Pujian Ulama

Al-Allamah As-Syaikh Al-Karamy Al-Hambali dalam Kitabnya Al-Kawakib AD-

Darary yang disusun kasus mengenai manaqib (pujian terhadap jasa-jasa) Ibnu

Taimiyah, berkata: Banyak sekali imam-imam Islam yang memberikan pujian

kepada (Ibnu Taimiyah) ini. Diantaranya: Al-Hafizh Al-Mizzy, Ibnu Daqiq Al-Ied,

Abu Hayyan An-Nahwy, Al-Hafizh Ibnu Sayyid An-Nas, Al-Hafizh Az-Zamlakany,

Al-Hafidh Adz-Dzahabi dan para imam ulama lain.

Al-Hafizh Al-Mizzy mengatakan: Aku belum pernah melihat orang seperti Ibnu

Taimiyah dan belum pernah kulihat ada orang yang lebih berilmu terhadap kitabullah

dan sunnah Rasulullah Shallahu Alaihi Wasallam serta lebih ittiba` dibandingkan

beliau.

Al-Qadhi Abu Al-Fath bin Daqiq Al-Ied mengatakan, setelah aku berkumpul

dengannya, kulihat beliau adalah seseorang yang semua ilmu ada di depan matanya,

kapan saja beliau menginginkannya, beliau tinggal mengambilnya, terserah beliau.

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 10

Dan aku pernah berkata kepadanya: aku tidak pernah menyangka akan tercipta

manusia seperti anda. Al-Qadli Ibnu Al-Hariry mengatakan: Kalau Ibnu Taimiyah

bukah Syaikhul Islam, lalu siapa dia ini ? Syaikh Ahli Nahwu, Abu Hayyan An-

Nahwi, setelah beliau berkumpul dengan Ibnu Taimiyah berkata: Belum pernah

sepasang mataku melihat orang seperti dia. Kemudian melalui bait-bait syairnya,

beliau banyak memberikan pujian kepadanya.

Penguasaan Ibnu Taimiyah dalam beberapa ilmu sangat sempurna, yakni dalam

tafsir, aqidah, hadits, fiqh, bahasa arab dan berbagai cabang ilmu pengetahuan Islam

lainnya, hingga beliau melampaui kemampuan para ulama zamannya. Al-`Allamah

Kamaluddin bin Az-Zamlakany (wafat th. 727 H) pernah berkata: Apakah ia ditanya

tentang suatu bidang ilmu, maka siapa pun yang mendengar atau melihat

(jawabannya) akan menyangka bahwa dia seolah-olah hanya membidangi ilmu itu,

orang pun akan yakin bahwa tidak ada seorangpun yang bisa menandinginya. Para

Fuqaha dari berbagai kalangan, jika duduk bersamanya pasti mereka akan

mengambil pelajaran bermanfaat bagi kelengkapan madzhab-madzhab mereka yang

sebelumnya belum pernah diketahui. Belum pernah terjadi, ia bisa dipatahkan

hujahnya. Beliau tidak pernah berkata tentang suatu cabang ilmu, baik ilmu syariat

atau ilmu lain, melainkan dari masing-masing ahli ilmu itu pasti terhenyak. Beliau

mempunyai goresan tinta indah, ungkapan-ungkapan, susunan, pembagian kata dan

penjelasannya sangat bagus dalam penyusunan buku-buku.

Imam Adz-Dzahabi rahimahullah (wafat tahun 748 H) juga berkata: Dia adalah

lambang kecerdasan dan kecepatan memahami, paling hebat pemahamannya

terhadap Al-Kitab was-Sunnah serta perbedaan pendapat, dan lautan dalil naqli. Pada

zamannya, beliau adalah satu-satunya baik dalam hal ilmu, zuhud, keberanian,

kemurahan, amar ma`ruf, nahi mungkar, dan banyaknya buku-buku yang disusun dan

amat menguasai hadits dan fiqh.

Pada umurnya yang ke tujuh belas beliau sudah siap mengajar dan berfatwa, amat

menonjol dalam bidang tafsir, ilmu ushul dan semua ilmu-ilmu lain, baik pokok-

pokoknya maupun cabang-cabangnya, detailnya dan ketelitiannya. Pada sisi lain

Adz-Dzahabi mengatakan: Dia mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai

rijal (mata rantai sanad), Al-Jarhu wat Ta`dil, Thabaqah-Thabaqah sanad,

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 11

pengetahuan ilmu-ilmu hadits antara shahih dan dhaif, hafal matan-matan hadits

yang menyendiri padanya. Maka tidak seorangpun pada waktu itu yang bisa

menyamai atau mendekati tingkatannya. Adz-Dzahabi berkata lagi, bahwa: Setiap

hadits yang tidak diketahui oleh Ibnu Taimiyah, maka itu bukanlah hadist.

Demikian antara lain beberapa pujian ulama terhadap beliau.

1. Da’i

2. Mujahid

3. Pembasmi Bid’ah

4. Pemusnah Musuh

Sejarah telah mencatat bahwa bukan saja Ibnu Taimiyah sebagai da`i yang tabah,

giat, wara`, zuhud dan ahli ibadah, tetapi beliau juga seorang pemberani yang ahli

berkuda. Beliau adalah pembela tiap jengkal tanah umat Islam dari kedzaliman

musuh dengan pedangnya, seperti halnya beliau adalah pembela aqidah umat dengan

lidah dan penanya.

Dengan berani Ibnu Taimiyah berteriak memberikan komando kepada umat Islam

untuk bangkit melawan serbuan tentara Tartar ketika menyerang Syam dan

sekitarnya. Beliau sendiri bergabung dengan mereka dalam kancah pertempuran.

Sampai ada salah seorang Amir yang mempunyai diin yang baik dan benar,

memberikan kesaksiannya: tiba-tiba (ditengah kancah pertempuran) terlihat dia

bersama saudaranya berteriak keras memberikan komando untuk menyerbu dan

memberikan peringatan keras supaya tidak lari. Akhirnya dengan izin Allah Ta`ala,

pasukan Tartar berhasil dihancurkan, maka selamatlah negeri Syam, Palestina, Mesir

dan Hijaz.

Pemahaman ulama Ibnu Taimiyah yang diteruskan oleh ulama Jamaludin Al-

Afghany dan ulama Muhammad Abduh masuk ke Indonesia dipelopori oleh ulama

Taher Jalaludin, ulama asal Minangkabau yang mengenyam pendidikan di

Universitas Al-Azhar sekitar tahun 1310 H (1892 M) yang ketika itu ulama

Muhammad Abduh sedang terkenal di Mesir. Mereka mengikuti pemahaman

dibidang politik atau pergerakan, jurnalistik, menyerap pola kehidupan modern

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 12

(kehidupan ala barat) termasuk modernisasi (kehidupan) agama dan sistem

pendidikan agama.

Pada kawasan Sumatera, ulama yang mengikuti selanjutnya dan yang terkenal adalah

Ulama Muhammad Djamil Djambek (yang tertua diantara mereka), Ulama ‘Abdullah

Ahmad dan Ulama ‘Abdul Karim Amrullah (Ayahanda dari ulama Buya Hamka)

Ulama ‘Abdullah Ahmad menetap di kota Padang dan beliau sendirilah yang

mengepalai penerbitan “Al-Munir”. Ulama ‘Abdul Karim Amrullah menetap di

Padang Panjang dan Ulama Muhammad Djamil Djambek di Bukittinggi.

Ulama Djamil Djambek ahli falak dan beliaulah yang mula-mula menyatakan

pendapat bahwa memulai dan menutup puasa Ramadhan boleh dengan memakai

hisab dan beliau amat ahli memikat hati orang supaya kuat beribadah dan

membantah keras kepercayaan-kepercayaan yang salah tentang tasawuf.

Ulama ‘Abdul Karim Amrullah ahli dalam hal Fiqh dan Ushulnya, dan menyatakan

dengan terang-terangan dalam satu bukunya bahwa beliau membantah faham yang

menyatakan pintu ijtihad telah tertutup. Beliau mendirikan sebuah madrasah di

Padang Panjang, untuk membentuk kader-kader yang kemudian menyampaikan

fahamnya kepada umum.

Dan Ulama ‘Abdullah Ahmad adalah seorang pengarang dan wartawan, yang dengan

penanya dapat menyiarkan fahamnya, bukan saja kepada orang kampung, bahkan

dalam kalangan orang-orang yang berpendidikan barat. Diantara peminatnya waktu

itu ialah seorang pemuda bernama Mohammad Hatta dan kelak menjadi seorang

pemimpin besar Indonesia.

Wilayah pulau Jawa, ulama yang mengikuti selanjutnya dan yang terkenal adalah

Ulama Ahmad Soorkati as As-Sudani, asal usul keturunannya dari Sudan dan lama

berdiam di Madinah Munawwarah. Beliau berangkat ke Indonesia atas undangan

masyarakat Arab Hadramaut yang telah berboyong ke Indonesia sekitar abad

kesembilan belas. Jasa mereka besar dalam penyiaran agama Islam di Indonesia.

Kalangan sebagian bangsa Arab di pulau Jawa berlangganan “Al-Manar” dari Ulama

Rasyid Ridha dan tersebarnya pemahaman ulama Jamaluddin Al-Afghany, ulama

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 13

Muhammad ‘Abduh dan ulama Rasjid Ridha melalui ulama Ahmad Soorkati

sehingga mendirikan perkumpulan “Al-Irsyad”. Murid ulama Ahmad Soorkati

diantaranya adalah ulama Omar Hobais, Pemimpin Besar Al-Irsyad dan ulama

‘Abdur Rahman Baswedan

Kalau Ulama Ahmad Soorkati penyebar pemahaman Muhammad Abduh dalam

kalangan Arab, maka adalah K.H. Ahmad Dahlan penyiarnya dalam kalangan orang

Indonesia. Beliaulah pendiri organisasi massa Muhammadiyah. Beliau dilahirkan di

Jogjakarta. Sulthan telah memberikan kepadanya jabatan agama, yaitu menjadi

Khathib dari Masjid Sulthan dan diberi gelar “Khathib Amin”.

Tetapi setelah beliau berlangganan dengan majalah Al ‘Urwatul Wustqa dan Al-

Manar mendapatlah beliau pemikiran baru tentang Islam, ditambah lagi dengan

membaca Tafsir Muhammad ‘Abduh dan kitab-kitab Ibnu Taimiyah dan Ibnul-

Qayyim al Jauziah beliau melepaskan jabatan tersebut dan lebih meluangkan waktu

untuk memperhatikan pendidikan dan kemajuan umat Islam di kala itu.

Orang yang ketiga yang menjadi penyiar pemahaman ulama Muhammad Abduh di

wilayah Jawa ialah Ulama Ahmad Hassan, tinggal dan mengajar di Bangil, Jawa

Timur. Beberapa tahun yang lalu beliau tinggal di kota Bandung dan menjadi guru

serta pemimpin dari Perkumpulan Persatuan Islam (PERSIS). Banyaklah buku-buku

karangan beliau dalam bahasa Indonesia, menyiarkan pemahaman Islam dengan

dasar Al-Quran dan Hadits, memerangi taqlid dan menganjurkan kebebasan berfikir,

menolak bid’ah dan khurafat dan membersihkan ‘aqidah daripada pengaruh ajaran

lain. Dan beliaupun mengarang Tafsir Al Quran, bernama “Al-Furqan”. Salah satu

perjuangan beliau adalah menentang ajaran Ahmadiyah Qadiani dan Lahore.

Ditahun 1930 beliau mengeluarkan sebuah majalah bernama “Pembela Islam”, beliau

sendiri menjadi pemimpinnya, dan muridnya, Mohammad Natsir, menjadi kepala

pengarangnya.

Mohammad Natsir, Pemimpin Islam Indonesia itu, dan Ketua Umum Partai

Masyumi, adalah murid dari Syekh Ahmad Hassan, demikian juga seorang

pemimpin Islam dan anggota Parlemen dan Konstituante yang terkenal yaitu Haji

Mohammad Isa Anshary.

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 14

Demikianlah keterangan peredaran pemahaman ulama Ibnu Taimiyah melalui ulama

Muhammad Abduh yang kami cuplikan dari pidato Buya Hamka yang berjudul

pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia ketika beliau menerima gelar Doktor

Honoris Causa dari Universitas Al Azhar Mesir , pada tanggal 21 Januari 1958

H. KEHIDUPAN PENJARA

Tetapi karena ketegaran, keberanian dan kelantangan beliau dalam mengajak kepada

al-haq, akhirnya justru membakar kedengkian serta kebencian para penguasa, para

ulama dan orang-orang yang tidak senang kepada beliau. Kaum munafiqun dan kaum

lacut kemudian meniupkan racun-racun fitnah hingga karenanya beliau harus

mengalami berbagai tekanan di pejara, dibuang, diasingkan dan disiksa.

Hembusan-hembusan fitnah yang ditiupkan kaum munafiqin serta antek-anteknya

yang mengakibatkan beliau mengalami tekanan berat dalam berbagai penjara, justru

dihadapi dengan tabah, tenang dan gembira. Terakhir beliau harus masuk ke penjara

Qal`ah di Dimasyq. Dan beliau berkata: Sesungguhnya aku menunggu saat seperti

ini, karena di dalamnya terdapat kebaikan besar.

Dalam syairnya yang terkenal beliau juga berkata: Apakah yang diperbuat musuh

padaku! Aku, taman dan dikebunku ada dalam dadaku. Kemanapun ku pergi, ia

selalu bersamaku dan tiada pernah tinggalkan aku. Aku, terpenjaraku adalah khalwat.

Kematianku adalah mati syahid. Terusirku dari negeriku adalah rekreasi. Beliau

pernah berkata dalam penjara: Orang dipenjara ialah orang yang terpenjara hatinya

dari Rabbnya, orang yang tertawan ialah orang yang ditawan orang oleh hawa

nafsunya.

Ternyata penjara baginya tidak menghalangi kejernihan fitrah Islamiyah-nya, tidak

menghalanginya untuk berdakwah dan menulis buku-buku tentang aqidah, tafsir dan

kitab-kitab bantahan terhadap ahli-ahli bid`ah.

Pengagum-pengagum beliau diluar penjara semakin banyak. Sementara di dalam

penjara, banyak penghuninya yang menjadi murid beliau, diajarkannya oleh beliau

agar mereka iltizam kepada syari`at Allah, selalu beristighfar, tasbih, berdoa dan

melakukan amalan-amalan shahih. Sehingga suasana penjara menjadi ramai dengan

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 15

suasana beribadah kepada Allah. Bahkan dikisahkan banyak penghuni penjara yang

sudah mendapat hak bebas, ingin tetap tinggal di penjara bersamanya. Akhirnya

penjara menjadi penuh dengan orang-orang yang mengaji.

Tetapi kenyataan ini menjadikan musuh-musuh beliau dari kalangan munafiqin serta

ahlul bid`ah semakin dengki dan marah. Maka mereka terus berupaya agar penguasa

memindahkan beliau dari satu penjara ke penjara yang lain. Tetapi inipun

menjadikan beliau semakin terkenal. Pada akhirnya mereka menuntut kepada

pemerintah agar beliau dibunuh, tetapi pemerintah tidak mendengar tuntutan mereka.

Pemerintah hanya mengeluarkan surat keputusan untuk merampas semua peralatan

tulis, tinta dan kertas-kertas dari tangan Ibnu Taimiyah.

Namun beliau tetap berusaha menulis di tempat-tempat yang memungkinkan dengan

arang. Beliau tulis surat-surat dan buku-buku dengan arang kepada sahabat dan

murid-muridnya. Semua itu menunjukkan betapa hebatnya tantangan yang dihadapi,

sampai kebebasan berfikir dan menulis pun dibatasi. Ini sekaligus menunjukkan

betapa sabar dan tabahnya beliau. Semoga Allah merahmati, meridhai dan

memasukkan Ibnu Taimiyah dan kita sekalian ke dalam surganya.

I. Kesaksian para ulama tentang Ibnu Taimiyah: 

1. Ibnu Sawar As-Subki

Ibnu Sawar As-Subki pernah mengatakan kepada sebagian orang yang

ditemuinya, “Demi Allah, tidak membenci Ibnu Taimiyah melainkan orang yang

bodoh atau orang yang menurut hawa nafsunya, Orang bodoh tidak mengerti apa

yang diucapkannya dan orang yang menuruti hawa nafsunya akan terhalang

baginya kebenaran setelah ia mengetahuinya.

2. Ibnu Hariri Al-Hanafi

Ibnu Hariri Al-Hanafi berkata, “Jika Ibnu Taimiyah bukan syaikhul Islam, lantas

siapa lagi yang disebut Syaikhul Islam itu?” Pada saat sidang penghakiman Ibnu

Taimiyah ia menulis, “Sejak tiga ratus tahun silam, saya belum pernah

melihat/menyaksikan ulama sekaliber Ibnu Taimiyah.”

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 16

3. Kamaluddin Az-Zamlakani

Kamaluddin Al-Zamlakani berkata: “Sejak lima ratus tahun silam belum pernah

didapati orang yang paling hafal terhadap hadits selain dari Ibnu Taimiyah.”

Lanjut Al-Zamlakani, “Ia merupakan guru kami, teladan kami, ulama yang cerdas,

al-hafizh, ahli zuhud, wira’i, teladan yang sempurna. Taqiyuddin Syaikhul Islam,

pemimpin para ulama, teladan bagi ulama-ulama terdahulu, pembela As-Sunnah,

pembasmi bid’ah, hujjah Allah bagi hamba-hamba-Nya, orang yang membantah

kelompok-kelompok yang menyimpang, orang yang memuji para ulama, Mujahid

kontemporer, Abu Al-Abbas Ahmad Ibnu Abdul Halim Ibnu Abdussalam Ibnu

Taimiyah Al-Harani. Semoga Allah memuliakan derajatnya dan mengokohkan

ajaran-ajaran agama-Nya melalui perantaraannya.

4. Ibnu Daqiq Al-Ied

Ibnu Daqiq Al-Ied ketika berjumpa dengan Ibnu Taimiyah berkata, “Saya tidak

pernah mengira kalau Allah masih menciptakan orang sehebat kamu.”

5. Ibnu Al-Wardi

Ibnu Al-Wardi berkata: “Saya pernah menghadiri forum-forum pengajian Ibnu

Taimiyah. Para ulama di masanya adalah laksana orbit dan dia adalah porosnya,

atau mereka adalah laksana tubuh dan dia adalah jiwanya. Ia menambah wawasan

mereka laksana matahari memberi sinar bagi bulan. Pada suatu hari saya

menghadap kepadanya dalam rangka menanyakan jawaban tentang suatu

persoalan. Jawaban yang diberikan sungguh sangat tepat. Setelah itu ia memberi

gelar kepada saya dan mencium kening saya, tepatnya di atas kedua mata kanan

saya, lalu saya melantunkan syair untuknya:

“Ibnu Taimiyah, dalam semua bidang ilmu, adalah orang yang paling pakar

Wahai Ahmad (Ibnu Taimiyah), Engkau telah menghidupkan kembali

Agama dan syari’at yang dibawakan oleh Ahmad (Nabi Muhammad)”

6. Abu Al-Hajjaj Yusuf Ibnu Az-Zakki Al-Mizzi Asy-Syafi’i

Beliau pernah berkata, “Saya belum pernah menjumpai orang yang sehebat Ibnu

Taimiyah, dan dia sendiri belum pernah menjumpai orang yang sehebat dirinya.

Saya belum pernah menjumpai orang yang paling mengetahui tentang Al-Qur’an

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 17

dan As-Sunnah dan orang yang paling patuh dengan keduanya, selain Ibnu

Taimiyah.

7. Syaikh Ibrahim Ar-Raqqi

Beliau berkata, “Syaikh Taqiyuddin Ahmad Ibnu Taimiyah adalah ulama yang

dapat diserap/diambil ilmunya dan diteladani di berbagai disiplin ilmu.

Seandainya umurnya panjang niscaya ia akan mengisi bumi ini dengan ilmu. Dia

selalu menegakkan kebenaran sehingga ada sebagian orang memusuhinya, dan dia

adalah ulama yang tergolong pewaris para nabi.

8. Ibnu Hajar Al-Asqalani

Ibnu Hajar berkata, “Popularitas Ibnu Taimiyah lebih bersinar daripada matahari.

Pemberian gelar “Syaikhul Islam” kepada Ibnu Taimiyah tetap abadi sampai

sekarang dan gelar itu akan selalu abadi di masa yang akan datang, sebagaimana

gelar itu abadi di masa yang silam. Tidak ada orang yang akan mengingkari gelar

itu kecuali orang yang tidak mengetahui tentang kapasitas dirinya.

9. Syaikh Imaduddin Al-Wasithim

Al-Wasithi menguraikan tentang pesan para murid Ibnu Taimiyah: “Ketahuilah

wahai saudara-saudaraku tentang nikmat dan karunia yang telah dianugerahkan

oleh Allah kepada kalian semua! Ketahuilah jalan yang benar untuk mencapainya.

Dan bersyukurlah kepada Allah atas nikmat dan karunia yang telah

dianugerahkannya! Allah telah mengutus kepada kita di zaman sekarang ini

seorang ulama yang membuka pintu-pintu hati yang tertutup, dan menegakkan

agama dari segala syubhat dan penyelewengan! Ketahuilah hak dan kehormatan

orang ini (Ibnu Taimiyah) dan orang tidak akan mengetahui hak dan

kapasitas/ukuran dirinya kecuali ia mengetahui ajaran agama Rasulullah, hak dan

kehormatannya. Hendaklah kalian menjaga etika terhadapnya, mengerjakan apa

yang diperintahkannya, menjaga kehormatannya, mencintai orang yang

dicintainya dan membenci orang yang dibencinya! Jika kalian telah mengetahui

semua itu, mudah-mudahan Allah mengokohkan pendirian kalian. Dengan

demikian jagalah hatinya, sebab orang seperti dia merupakan orang yang agung di

kerajaan langit.”

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 18

J. WAFATNYA

“Sesungguhnya orang-orang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-

sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa.” (QS. Al-Qamar: 54-

55)

Itulah bacaan Alquran terakhir yang dilantunkan Ibnu Taimiyah sebelum akhirnya

menghembuskan nafas terakhir pada malam Senin, tanggal 20 Dzulqa’dah tahun 728

Hijriyah. Penulis Kitab Majmu’ Al-Fatawa ini meninggal dunia dalam usia 67 tahun

di sebuah penjara dalam benteng Damaskus

Beliau wafatnya di dalam penjara Qal`ah Dimasyq disaksikan oleh salah seorang

muridnya yang menonjol, Al-`Allamah Ibnul Qayyim Rahimahullah.

Beliau berada di penjara ini selama dua tahun tiga bulan dan beberapa hari,

mengalami sakit dua puluh hari lebih. Selama dalam penjara beliau selalu beribadah,

berdzikir, tahajjud dan membaca Al-Qur`an. Dikisahkan, dalam tiap harinya ia baca

tiga juz. Selama itu pula beliau sempat menghatamkan Al-Qur`an delapan puluh atau

delapan puluh satu kali.

Perlu dicatat bahwa selama beliau dalam penjara, tidak pernah mau menerima

pemberian apa pun dari penguasa. Jenazah beliau dishalatkan di masjid Jami`Bani

Umayah sesudah shalat Zhuhur. Semua penduduk Dimasyq (yang mampu) hadir

untuk menshalatkan jenazahnya, termasuk para Umara`, Ulama, tentara dan

sebagainya, hingga kota Dimasyq menjadi libur total hari itu. Bahkan semua

penduduk Dimasyq (Damaskus) tua, muda, laki, perempuan, anak-anak keluar untuk

menghormati kepergian beliau.

Seorang saksi mata pernah berkata: menurut yang aku ketahui tidak ada seorang pun

yang ketinggalan, kecuali tiga orang musuh utamanya. Ketiga orang ini pergi

menyembunyikan diri karena takut dikeroyok masa. Bahkan menurut ahli sejarah,

belum pernah terjadi jenazah yang dishalatkan serta dihormati oleh orang sebanyak

itu melainkan Ibnu Taimiyah dan Imam Ahmad bin Hambal.

Beliau wafat pada tanggal 20 Dzul Hijjah tahun 728 H, dan dikuburkan pada waktu

Ashar di samping kuburan saudaranya Syaikh Jamal Al-Islam Syarafuddin. Semoga

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 19

Allah merahmati Ibnu Taimiyah, tokoh Salaf, da`i, mujahidd, pembasmi bid`ah dan

pemusnah musuh. Wallahu a`lam.

K. Kesimpulan

Untuk menyertakan dalam perkataan Maulana Abu Al-Hasan ‘Ali Nadwi yang telah

yang telah memberikan penghormatan kepada Ibnu Taimiyah:

“Ibnu Taimiyah menafsirkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, menegakkan superioritas

Islam atas kebid’ahan, konsep filsafat dan keyakinan lainnya dan memberikan

kontribusi bagi pembaharuan agama yang murni, setelah melalui penelitian yang

mendalam dan pertimbangan yang diperlukan bagi penerangan atas penyimpangan

agama dan intelektual pada masa itu. Dalam rangka untuk mengalahkan musuh-

musuhnya, ia menguasai metodologi yang digunakan mereka untuk menyerang

Islam. Bahkan, pembelajrannya, karya ilmiahnya, pencapaian intelektual dan

ketabahan mentalnya membuat musuh-musuhnya mendapatkan serangan balik.

Tidaklah mengherankan ketika para ulama pada zamannya dan setelahnya

menyatakan pujian terhadapnya sebagai: “Pemimpin spirit sepanjang masa”,

“Mahkota para Ulama”, “Seorang Ulama Penerang”, “Sebuah tanda diantara Tanda-

tanda Allah.”

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 20

KOMENTAR PRIBADI

Ibnu Taimiyah adalah sosok ulama besar dan syaikhul Islam yang mendedikasikan

hidupnya untuk kejayaan dan kebesaran serta kemurnian Islam bagi generasinya dan

generasi muslim yang akan datang. Beliau dengan kecerdasannya dan pemikirannya

yang luar biasa seputar Islam telah menghasilkan kitab-kitab yang sangat penting

sebagai pegangan kaum muslimin dalam pemahaman dan penerapan Islam yang

sesuai serta merujuk sempurna pada Kitabullah Al-Qur’an dan Sunatullah Al Hadist

Nabi Besar Muhammad SAW.

Ibnu Taimiyah berusaha mengembalikan pemahaman kaum Muslimin untuk

sungguh-sungguh dalam praktek Ibadah dan Amaliah Islam kembali kepada Al-

Qur’an dan As-Sunnah serta Beliau berusaha keras untuk mengembalikan

pemahaman yang salah dalam praktek-praktek Ibadah yang tidak merujuk pada dalil-

dalil yang telah digariskan dan dituntunkan ALLAH dan Rasul-Nya.

Oleh karenanya konsistensi terhadap kemurnian Islam telah menimbulkan

pertentangan dan perlawanan bagi sebagai kaum muslim yang telah bertakliq buta

dengan praktek-praktek Ibadah yang diselimuti kebid’ahan, sehingga beliau kerap

mendapat cercaan, hinaan dan perlawanan hingga dijebloskan ke dalam penjara

hingga akhir hidupnya. Namun kebesarannya dan pemikirannya yang cemerlang

tidak membuatnya gentar dan putus asa, walau beliau dikekang hidupnya namun

tetap dapat menghasilkan kitab-kitab/buku-buku terbaiknya untuk kaum muslimin

yang benar-benar ingin mengikuti jejak Islam dalam bingkai pedoman hidup Al-

Quran dan As-Sunnah.

Demikianlah selintas pandang kiprah atau sepak terjang Mujahid Islam Ibnu

Taimiyah yang telah malang melintang di dunia peradaban Islam. Siapa lagi yang

akan mengawal pemikiran dan pemahaman beliau yang telah mencoba membentengi

ajaran Islam dengan seluruh kemampuannya untuk tetap murni di jalan ALLAH,

SWT dan Rasul-Nya sepanjang masa, kalau bukan kita. Semoga ALLAH, SWT tetap

melimpahkan pengetahuan, hidayah, taufik dan kekuatan untuk tetap istiqomah

dalam menjalani ajaran Islam sesuai Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 21

DAFTAR PUSTAKA

Djaelani. Anwar. (2012). Ibnu Taimiyah, Gagah Melawan Kemunkaran dengan Pena. https://www.lexusventure.com

Muawaih. Abu. (2012). Sejarah Hidup Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. http://al-atsariyyah.com

Nuh, Muhammad. (2011). Nikmatnya Jalan Jihad Ibnu Taimiyah. www.eramuslim.com

Salafi Muslim. (1997). Ibnu Taimiyah. http://www.salafyoon.net/sirah/ibnu-taimiyah.html

Sugioantoro. Hendra. (2011). Ibnu Taimiayah. http://sosok.kompasiana.com

Taimiyah. Ibnu. Kummpulan Fatwa Ibnu Taimiyah. http://www.darulhaq.com

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 22

BIODATA

Nama : Zahri Darni

NIM : 201198029

Alamat rumah : Perumahan Villa Indah Permai Blok E21 No 25 Teluk Pucung

Bekasi Utara

Alamat kantor : Akademi Keperawatan Fatmawati Jakarta Selatan

No Hp : 08128194011

Email : [email protected]

Jakarta, 19 Januari 2012

Zahri Darni

Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 23