perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kajian terhadap .../kajian...perpustakaan.uns.ac.id...

68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN TERHADAP STRATEGI PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN OLEH PENYIDIK KEPOLISIAN RESORT KARANGANYAR (Studi Kasus Perkara Nomor Pol : BP/68/IX/2008/RESKRIM) Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : OKTORA ADI WIJAYANTO E1107051 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: vuongdang

Post on 02-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KAJIAN TERHADAP STRATEGI PENYIDIKAN TINDAK PIDANA

PERJUDIAN OLEH PENYIDIK KEPOLISIAN RESORT

KARANGANYAR

(Studi Kasus Perkara Nomor Pol : BP/68/IX/2008/RESKRIM)

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1

dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh : OKTORA ADI WIJAYANTO

E1107051

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Beta Prima Mahditya

NIM : E1106097

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN DALAM

MEMPEROLEH PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GATAK

KABUPATEN SUKOHARJO betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan

karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditujukkan

dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak

benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan

penulisan hukum (skripsi) dan gelar saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi)

ini.

Surakarta, 20 Juli 2011

Yang membuat pernyataan

Beta Prima Mahditya

NIM. E1106097

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia

(yang terdakwa)kaya atau miskin, maka Allah lebih tahu kebaikannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena menyimpang dari kebenaran

(Q.S. An-Nisa ayat 135)

Success is a journey, not a destination. (Ben Sweetland)

Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita

menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil. (Mario Teguh)

Untuk mencapai kesuksesan kita jangan hanya bertindak, tapi juga perlu bermimpi. Jangan hanya berencana tapi juga perlu

untuk percaya. (Penulis)

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

My special thanks to…

Penulis dengan sepenuh hati mempersembahkan karya ini kepada :

1. Bapakku Sutarno dan ibuku Yuni Harjanti S.Pd karya ini aku persembahkan

spesial untuk kalian, terkhusus yang telah membimbing penulis dengan penuh

kesabaran dan kasih sayang, mendoakan, mendidik, dan mencurahkan

segalanya demi terwujudnya segala hal yang terbaik bagi diri penulis, yang

semua itu tak akan habis diungkapkan dengan kata-kata, tak dapat tergantikan,

dan tak ternilai dengan apapun.

2. Kakakku Citra Mahardika, adikku Ardia Idola, dan kekasih saya tercinta

Paulina Krisanti yang selalu memberi dukungan dalam segala hal.

3. Teman-teman magang di Pengadilan Negeri Sukoharjo Ryan, Ari, Wawan,

Qomar, Wahyu, Wisnu, Dhofer, Sigit, Adit.

4. Keluarga saya di Russian Roulette Futsal Team Igun, Binu, Ganjar, Heri,

Awis, Irfan, Rudy, Dito, Alfa, Risky, Akhwan, Keny, Alan, Adi, Bayu, Nino,

Noval, Rudi Laksono, Azis, Vania, Nora,

5. Teman-teman Fakultas Hukum Non Reguler Cahyadi, Abi, Anung, Jefri,

Reynaldi, Galih, Yoyok, Rian, Wulung, Luki, Ajay, Ajib, Digger, Jablay,

Gembong, Wisnu, Bayu, Fery, Bim-Bim

6. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Non Reguler Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta (HIMANOREG).

7. Teman-teman senasib dan seperjuangan yang selama kurun waktu kurang

lebih 4 (empat) tahun ini belajar dan berjuang bersama-sama untuk meraih

gelar Sarjana Hukum.

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRAK

BETA PRIMA MAHDITYA, E1106097, PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN DALAM MEMPEROLEH PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GATAK KABUPATEN SUKOHARJO. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret. Penulisan Hukum (Skripsi) 2011.

Penelitian Hukum ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum yang diterima pasien di Puskesmas Gatak Kabupaten Sukoharjo serta faktor-faktor diberikannya perlindungan hukum kepada para pasien tersebut.

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut : jenis penelitian normatif, sifat penelitian preskriptif, pendekatan studi kasus, metode penelitian kualitatif, teknik analisis data dengan metode deduksi, pengumpulan bahan hukum dengan studi pustaka dan bahan hukum sekunder (buku-buku teks yang ditulis oleh para ahli hukum, jurnal-jurnal hukum, pendapat para sarjana, karya ilmiah, makalah, dan majalah), bahan hukum tersier (kamus dan internet), dan sumber penelitian hukum dari bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim serta bahan hukum sekunder yang berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan, bahwa Ilmu kedokteran bukanlah ilmu matematika yang sudah pasti hasilnya, menentukan diagnose suatu penyakit merupakan suatu seni tersendiri, karena memerlukan imajinasi setelah mendengarkan keluhan-keluhan dari pasien. Profesi kedokteran merupakan suatu profesi yang penuh dengan resiko, dan tidak jarang dalam melakukan pengobatan terhadap pasien seringkali terjadi bahwa pasien menderita luka berat, cacat tubuh atau bahkan kematian. Dalam hal ini masyarakat selalu menuduh bahwa dokter telah melakukan malpraktik. resiko yang ditanggung pasien ada tiga macam yaitu, karena kecelakaan, resiko tindakan medis, kesalahan penilaian. Untuk mencegah resiko-resiko tersebut, terdapat faktor-faktor yang melatar belakangi diberikannya perlindungan hukum terhadap pasien supaya pasien terlindungi dan dapat menggugat apabila terdapat wanprestasi atau malpraktik dari dokter yang menangani. Sedikitnya terdengar kasus-kasus malpraktik di Indonesia, dan agar tidak terjadi kesalahpahaman di dalam menangani pasien, muncul beberapa faktor yang melatarbelakangi diberikannya perlindungan hukum kepada para pasien di Puskesmas Gatak, yaitu: karena kurangnya kesadaran dari pasien di Indonesia terhadap hak-haknya selaku pasien, karena kecenderungan masyarakat Indonesia untuk bersikap menerima apa adanya, karena kurangnya kepercayaan dari pasien Indonesia terhadap jalannya proses penegakan hukum dan pengadilan, karena relatif kuatnya kedudukan dan keuangan

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

para dokter dan rumah sakit / puskesmas yang membuat pasien pesimis dapat memperjuangkan hak-haknya selaku pasien

Kata Kunci: Perlindungan, Pasien, Malpraktik

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

ABSTRACT BETA PRIMA MAHDITYA, E1106097, LEGAL PROTECTION OF PATIENTS IN OBTAINING HEALTH CARE IN GATAK Sukoharjo District Health Centres. Eleven University Law School in March. Legal Writing (Thesis) 2011.

Legal Research aims to find out how the legal protection of patients at the health center received Gatak Sukoharjo District and the factors given legal protection to the paients. The research method used in the writing of this law are as follows: type of study of normative, prescriptive nature of research, case study approach, qualitative research methods, data analysis techniques with methods of deduction, the collection of legal materials to the study of literature and secondary legal materials (textbooks written by lawyers, law journals, opinions of scholars, scientific works, papers, and magazines), tertiary legal materials (dictionaries and the Internet), and legal research sources of primary legal materials consist of legislation, record- official records or minutes in making laws and decisions of the judges as well as secondary legal materials in the form of all the publicity about the law that are not official documents. Publication of the law include textbooks, legal dictionaries, law journals, and comments on a court ruling. Based on the results of research can be concluded, that the medicine is not a mathematical science that it is definitely a result, determining the diagnosis of a disease is an art in itself, because it requires imagination after hearing complaints from patients. The medical profession is a profession full of risk, and not infrequently in the conduct of treatment of patients often happens that the patient suffers serious injury, disability or even death. In this case the society has always alleged that the doctor has malpractice. risks borne by the patient, there are three kinds, namely, by accident, the risk of medical acts, errors of assessment. To prevent these risks, there are factors that background it provides legal protection for patients so that patients are protected and can be sued if there is a breach of contract or malpractice of the treating doctor. At least there was malpractice cases in Indonesia, and to avoid misunderstandings in dealing with patients, there are several factors underlying the legal protection given to patients in health center Gatak, namely: lack of awareness of patients in Indonesia against their rights as patients, because of the tendency of Indonesian society for being receptive to what it is, because of lack of trust from patients Indonesia on the course of law enforcement and judicial process, because relatively strong financial position and the doctors and hospital / clinic that makes pessimistic patients can fight for their rights as patients. Keywords: Protection, Patient, malpractice

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan hukum (Skripsi) yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP PASIEN DALAM MEMPEROLEH PELAYANAN

KESEHATAN DI PUSKESMAS GATAK KABUPATEN SUKOHARJO”.

Penulisan hukum ini membahas tentang rumusan perlindungan hukum

yang diterima pasien di Puskesmas Gatak Kabupaten Sukoharjo serta faktor-

faktor yang melatarbelakangi diberikannya perlindungan hukum kepada para

pasien.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan bantuan, saran, dan dorongan bagi penulis

dalam menyelesaikan penulisan hukum ini. Ucapan terima kasih ini penulis

sampaikan terutama kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Hartiwingingsih, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Siti Warsini, S.H., M.H selaku Pembimbing Akademik.

3. Ibu Rahayu Subekti, S.H., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan

penulisan hukum ini.

4. Bapak Harjono, S.H., M.H selaku Ketua Program Non Reguler Fakultas Hukum

Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah

memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis sehingga dapat dijadikan

bekal dalam penulisan hukum ini.

6. Bapak dan Ibu staf karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

yang telah membantu dan berperan dalam kelancaran kegiatan proses belajar

mengajar dan segala kegiatan mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret.

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

7. Semua pihak yang membantu terselesaikannya penulisan hukum ini, yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Penulisan Hukum (Skripsi) ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis dengan besar hati menerima kritik dan

saran yang membangun. Semoga Penulisan Hukum (Skripsi) ini bermanfaat bagi

diri pribadi penulis maupun para pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 20 Juli 2011

Penulis

Beta Prima Mahditya

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................... vii

ABSTRACT ............................................................................................... . ix

KATA PENGANTAR .............................................................................. x

DAFTAR ISI ........................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... . 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian ............................................................... 5

E. Metode Penelitian ................................................................ 6

F. Sistematika Penulisan Hukum .............................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………. . 11

A. Kerangka Teori .................................................................... 11

1. Tinjauan tentang Perlindungan Hukum ….. .................... 11

2. Tinjauan tentang Dokter ……. ........................................ 12

3. Tinjauan tentang Profesi Kedokteran……...…………… 18

B. Kerangka Pemikiran ............................................................... 20

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 22

A. Gambaran Umum Puskesmas Gatak Kabupaten

Sukoharjo……………………………………………........ 22

B. Perlindungan Hukum yang Diterima Oleh Para Pasien di Puskesmas

Gatak Kabupaten Sukoharjo ………………. 30

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

C. Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Diberikannya

Perlindungan Hukum Kepada Para Pasien Puskesmas

Gatak Kabupaten Sukoharjo …..................................…... 42

BAB IV PENUTUP ................................................................................... 49

A. Simpulan .............................................................................. 49

B. Saran .................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ……………………………................... 20

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang

menyatakan hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan

anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara,

hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat

dan martabat manusia. Sehat bukan segalanya, tapi tanpa sehat segalanya akan

menjadi tidak berarti. Kata tersebut menggambarkan bahwa sehat adalah sebuah

hal yang sangat utama bagi manusia, sehingga sudah sewajarnya jika kemudian

setiap orang berhak untuk sehat dalam hidupnya. Sehat tidak hanya dilihat dari

aspek fisik saja, tetapi juga mencakup fisik, mental, dan sosialnya.

Hak untuk sehat merupakan bagian dari hak asasi manusia. Sudah

seharusnya jika ada pelarangan terhadap siapa saja yang dengan sengaja akan

mengganggu kesehatan orang lain. Kesehatan merupakan hak asasi manusia.

Setiap orang berhak atas taraf hidup yang memadai untuk kesehatan dan

kesejahteraan diri dan keluarganya sebagaimana disebutkan pada Pasal 25

Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa. Negara

mengakui hak setiap orang untuk memperoleh standar tertinggi yang dapat dicapai

atas kesehatan fisik dan mental. Untuk dapat memelihara kesehatan masyarakat,

maka diperlukan berbagai sarana, keberadaan sarana-sarana tersebut tidak dapat

ditinggalkan. Sarana tersebut antara lain adalah:

1) Institusi pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, puskesmas, balai

pengobatan dan poliklinik, rumah bersalin, praktik dokter, praktik bidan atau

perawat, dan lainnya.

2) Sumber daya manusia kesehatan, seperti dokter, perawat, bidan, apoteker,

asisten apoteker, dan lain sebagainya.

3) Sistem manajemen pelayanan kesehatan.

4) Ekonomi kesehatan.

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

5) Teknologi kesehatan.

6) Kebijakan atau politik kesehatan.

Dari hal tersebut dapat diperoleh pengertian bahwa sehat atau kesehatan dan

usaha untuk mencapai sehat memerlukan pengetahuan dan sarana, keberadaan

unsur-unsur dan sarana penunjang tersebut tidak dapat diabaikan. Meskipun

secara bertahap, keberadaan seluruh sarana dan pengetahuan kesehatan harus

diwujudkan, dengan memperhatikan kebijakan secara menyeluruh dari berbagai

aspek kebutuhan manusia.

Untuk memberikan pelayanan kesehatan semua perilaku dokter disoroti oleh

Hukum Kedokteran, sehingga dokter adalah obyek kajian hukum, maksudnya

adalah aturan apa saja yang mengikat perilaku dokter. Aturan mana dapat dilihat

dari berbagai aspek hukum. Dan apabila dilihat dalam kajian hukum normatif,

maka dapat dikatakan seluruh peraturan tertulis yang mengikat perilaku dokter

dalam rangka menjalankan profesinya dapat dimasukkan sebagai hukum

kedokteran. Secara umum dapat dikatakan bahwa hukum kedokteran adalah

hukum administrasi, merupakan cabang dari Hukum Administrasi Negara.

Sehingga, seperti yang dimaksudkan dalam hukum administrasi Negara maka

adanya hukum kedokteran ditujukan agar tercipta keteraturan perilaku dokter

dalam berhubungan dengan komunitas lainnya (pasien, perawat, rumahsakit,dan

lain-lain), sehingga selanjutnya akan tercipta keadilan, kedamaian, dan

kesejahteraan untuk semua yang terlibat di dalam pelayanan kesehatan tersebut.

Secara umum dapat dikatakan bahwa hukum kedokteran adalah hukum

administrasi, merupakan cabang dari Hukum Administrasi Negara, seperti yang

dimaksudkan dalam Hukum Administrasi Negara maka adanya hukum kedokteran

ditujukan agar tercipta keteraturan perilaku dokter dalam berhubungan dengan

komunitas lainnya (pasien, perawat, rumah sakit, dan lain-lain), sehingga

selanjutnya akan tercipta keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan untuk semua

yang terlibat di dalam pelayanan kesehatan tersebut. Kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi di bidang kesehatan, telah berkembang pesat dan didukung oleh

sarana kesehatan yang semakin canggih, perkembangan ini turut mempengaruhi

jasa profesional di bidang kesehatan yang dari waktu ke waktu semakin

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

berkembang pula. Berbagai cara perawatan dikembangkan sehingga akibatnya

juga bertambah besar, dan kemungkinan untuk melakukan kesalahan semakin

besar pula. Dalam banyak hal yang berhubungan dengan masalah kessehatan

sering ditemui kasus-kasus yang merugikan pasien. Oleh sebab itu, tidak

mengherankan apabila profesi kesehatan serta perlindungan terhadap pasien

diperbincangkan baik di kalangan intelektual maupun masyarakat awam dan

kalangan pemerhati kesehatan.

Sakit adalah risiko yang dihadapi setiap orang yang tidak diketahui kapan

dan seberapa besar terjadinya risiko tersebut. Oleh karena itu, perlu mengubah

ketidakpastian tersebut menjadi suatu kepastian dengan memperoleh jaminan

adanya pelayanan kesehatan pada saat risiko itu terjadi. Asuransi kesehatan atau

jaminan pemeliharaan kesehatan adalah upaya untuk menciptakan suatu risk

pooling, yaitu mengalihkan risiko pribadi menjadi risiko kelompok sehingga

terjadi risk sharing. Upaya menjaga kesehatan atau pemeliharaan kesehatan

sebagaimana yang dinyatakan dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor

23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, diperlukan 2 (dua) jenis produk yang

merupakan hasil dari kegiatan tenaga professional bidang medik dan/atau

kesehatan, yaitu baik produk manufaktur yang berupa obat, alat kesehatan, juga

diperlukan produk jasa berupa upaya Pelayanan Kesehatan ( YANKES) di Rumah

Sakit, Puskesmas, serta sarana kesehatan lainnya.

Dilihat dari kacamata hukum, hubungan antara pasien dengan dokter

termasuk dalam ruang lingkup hukum perjanjian. Dikatakan sebagai perjanjian

karena adanya kesanggupan dari dokter untuk mengupayakan kesehatan dan

kesembuhan pasien. Timbulnya dan adanya perlindungan hukum terhadap pasien

sebagai konsumen didahului dengan adanya hubungan antara dokter dengan

pasien. Sehingga jelaslah disini bahwa semua warga Negara memiliki kedudukan

yang sama di mata hukum, bahwa hukum tidak memihak salah satu pihak yang

dalam hal ini adalah dokter dan atau pasien.

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk

menelitinya dan menyusunnya kedalam penulisan hukum dengan judul

“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN DALAM

MEMPEROLEH PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GATAK

KABUPATEN SUKOHARJO”

B. Rumusan Masalah

Setiap penelitian ilmiah yang akan dilakukan selalu berangkat dari suatu

masalah. Rumusan masalah dimaksudkan untuk memperjelas masalah yang akan

diteliti sehingga memudahkan dalam pekerjaan dan pencapaian sasaran.

Perumusan masalah dalam suatu penelitian diperlukan untuk memfokuskan agar

suatu masalah dapat terpecahkan secara sistematik sehingga dapat memberikan

gambaran yang jelas dan memudahkan pemahaman serta mencapai tujuan yang

dikehendaki. Dalam penelitian ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut.

1. Perlindungan hukum yang bagaimanakah yang diterima oleh para pasien di

Puskesmas Gatak Kabupaten Sukoharjo?

2. Faktor-faktor apakah yang melatarbelakangi diberikannya perlindungan

hukum kepada para pasien Puskesmas Gatak Kabupaten Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan suatu target yang ingin dicapai dalam suatu

penelitian sebagai suatu solusi atas masalah yang dihadapi (tujuan obyektif),

maupun untuk memenuhi kebutuhan perorangan (tujuan subyektif). Dalam

penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah :

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui perlindungan hukum yang diterima pasien di

Puskesmas Gatak Kabupaten Sukoharjo.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi diberikannya

perlindungan hukum kepada para pasien Puskesmas Gatak.

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

2. Tujuan Subyektif

a. Sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas penelitian penulis dan

pengetahuan penulis serta mengetahui kesesuaian antara teori dalam

perkuliahan dan praktek dilapangan.

b. Untuk memberikan kontribusi atau sumbangan pemikiran baik itu

kepada pemerintah, praktisi hukum, akademisi, dan masyarakat pada

umumnya dalam bidang hukum.

c. Untuk memperoleh data-data yang cukup relevan yang digunakan

penulis dalam penulisan hukum sebagai syarat mencapai gelar sarjana

dibidang Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Dalam setiap penelitian diharapkan adanya suatu manfaat dan kegunaan

yang dapat diambil dari penelitian. Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian

ini adalah sebagai berikut .

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu

pengetahuan hukum pada umumnya dan khususnya Hukum

Administrasi Negara, serta dapat menambah literatur dan bahan-bahan

informasi ilmiah yang dapat digunakan untuk melakukan kajian dan

penelitian lebih lanjut.

b. Memberikan pengetahuan mengenai perlindungan hukum terhadap

pasien dibidang kesehatan di Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Dengan penulisan skripsi ini diharapkan dapat meningkatkan dan

mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang hukum sebagai

bekal untuk terjun ke dalam masyarakat nantinya.

b. Dapat mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir kritis,

sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan

ilmu yang diperoleh.

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

E. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa

dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.

Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu; sistematis adalah

berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang

bertentangan dalam suatu kerangka tertentu. Penelitian hukum merupakan suatu

kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu

yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu

dengan jalan menganalisanya

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau doktrinal.

Hutchinson mendefinisikan penelitian hukum doktrinal sebagai berikut,

“Research wich provides a systematic exposition of rules governing a

particular legal category, analyses the relationship between rules, explain

areas of difficulty and perhaps, predict future development” yang mempunyai

arti Penelitian yang memberikan penjelasan sistematis aturan yang mengatur

suatu kategori hukum tertentu, menganalisis hubungan antara aturan,

menjelaskan daerah kesulitan dan mungkin, memprediksi pembangunan masa

depan (Peter Mahmud Marzuki, 2008:32).

2. Sifat Penelitian

“Ilmu hukum memiliki karakteristik sebagai ilmu yang bersifat

preskriptif dan terapan” (Peter Mahmud Marzuki, 2008:22). Penelitian hukum

adalah proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum,

maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.

Hal ini sesuai dengan karakter preskriptif ilmu hukum. Berbeda dengan

penelitian yang dilakukan didalam keilmuan yang bersifat deskriptif yang

menguji kebenaran ada tidaknya sesuatu fakta yang disebabkan faktor

tertentu. Penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori,

atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan permasalahan yang

dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2008: 35 ).

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

3. Pendekatan Penelitian

Didalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan

menggunakan pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi dari

berbagai aspek mengenai isu yang coba dicari jawabannya. Pendekatan-

pendakatan yang digunakan di dalam penelitian hukum diantaranya:

pendekatan undang-undang (statute approache), pendekatan kasus (case

approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan komparatif

(comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach).

(Peter Mahmud Marzuki, 2008: 93).

Adapun dalam penelitian ini penulis memilih untuk menggunakan

beberapa pendekatan yang relevan dengan permasalahan penelitian yang

dihadapi, diantaranya adalah pendekatan perundang-undangan, pendekatan

historis dan pendekatan konseptual.

Pendekatan Undang–Undang dilakukan dengan menelaah semua

Undang-Undang dan regulasi yang terkait dengan isu hukum yang sedang

ditangani. Pendekatan historis dilakukan dengan menelaah latar belakang apa

yang dipelajari dan perkembangan pengaturan mengenai isu hukum yang

dihadapi. Selanjutnya, pendekatan konseptual diaplikasikan dengan beranjak

dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang didalam

ilmu hukum. Dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin

yang ada, peneliti akan menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-

pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan

dengan isu hukum yang dihadapi. Pemahaman akan pandangan-pandangan

dalam ilmu hukum tersebut merupakan sandaran bagi peneliti dalam

membangun suatu argumentasi hukum dalam menjawab isu yang dihadapi

(Peter Mahmud Marzuki, 2008: 93-95).

4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

Jenis bahan hukum yang digunakan di dalam penelitian ini adalah

bahan hukum primer dan sekunder:

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif, artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri

dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi, atau risalah dalam

pembuatan peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim

(Peter Mahmud Marzuki, 2005:141).

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder berupa publikasi tentang hukum yang

bukan merupakan merupakan dokumen-dokumen resmi (Peter Mahmud

Marzuki, 2005:141). Bahan hukum sekunder sebagai pendukung dari data

yang akan digunakan di dalam penelitian ini yaitu buku-buku teks yang

ditulis para ahli hukum, jurnal hukum, artikel, internet, dan sumber lainnya

yang memuliki korelasi untuk mendukung penelitian ini.

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Dalam penelitian hukum ini penulis menggunakan teknik pengumpulan

bahan hukum dengan studi dokumen atau bahan pustaka baik dari media

cetak maupun elektonik (internet).

6. Teknik Analisis Bahan Hukum

Teknik analisis bahan hukum yang digunakan oleh penulis dalam

penelitian ini adalah silogisme dan interpretasi. Silogisme adalah metode

argumentasi yang konklusinya diambil dari premis-presmis yang menyatakan

permasalahan yang berlainan. Dalam mengambil konklusi harus terdapat

sandaran untuk berpijak. Sandaran Umum dihubungkan dengan permasalahan

yang lebih khusus melalui term yang ada pada keduanya (Peter Mahmud

Marzuki, 2008:100).

Interpretasi atau penafsiran merupakan salah satu metode penemuan

hukum yang memberikan penjelasan yang gamblang mengenai teks undang-

undang agar ruang lingkup kaedah dapat ditetapkan sehubungan dengan

peristiwa tertentu. Adapun berdasarkan dasar penemuan hukum oleh hakim

terdapat beberapa jenis interpretasi, diantaranya: interpretasi gramatikal yaitu

penafsiran berdasarkan bahasa, Interpretasi teleologis atau sosiologis yaitu

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

penafsiran berdasarkan tujuan kemasyarakatan, peraturan perundang-

undangan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang baru, penafsiran

sistematis adalah dengan menafsirkan undang-undang sebagai bagian dari

keseluruhan sistem perundang-undangan dengan jalan menghubungnya

dengan undang-undang lain. Interpretasi Historis yaitu makna undang-

undang dapat dijelaskan dan ditafsirkan dengan jalan menelusuri sejarah yang

terjadi. Ada dua jenis interpretasi sejarah, diantaranya penafsiran menurut

sejarah undang-undang dan penafsiran menurut sejarah hukum. Berikutnya

ada penafsiran komparatif yaitu interpretasi yang hendak memperoleh

penjelasan dengan jalan memperbandingkan hukum. Interpretasi futuristik

merupakan metode penafsiran yang bersifat antisipatif yaitu hendak

memperoleh penjelasan dari ketentuan perundang-undangan dengan

berpedoman pada undang-undang yang belum mempunyai kekuatan hukum.

Beberapa jenis metode interpretasi pada kenyataannya sering digunakan

bersama-sama atau campur aduk. Dapat dikatakan bahwa dalam setiap

interpretasi atau penjelasan undang-undang mencakup berbagai jenis

penafsiran (Peter Mahmud Marzuki, 2008: 170-173).

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai sistematika penulisan

karya ilmiah yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan karya ilmiah, maka

penulis menyiapkan suatu sistematika penulisan hukum. Adapun sistematika

penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

yang menyatakan hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang

melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan

Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,

dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan

setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat

manusia. Sehat bukan segalanya, tapi tanpa sehat segalanya akan

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

menjadi tidak berarti. Kata tersebut menggambarkan bahwa sehat

adalah sebuah hal yang sangat utama bagi manusia, sehingga sudah

sewajarnya jika kemudian setiap orang berhak untuk sehat dalam

hidupnya. Sehat tidak hanya dilihat dari aspek fisik saja, tetapi juga

mencakup fisik, mental, dan sosialnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini diuraikan tentang kerangka teori dan kerangka pemikiran.

Kerangka teori meliputi tinjauan tentang perlindungan hukum, tinjauan

tentang dekter dan pasien, tinjauan tentang profesi kedokteran, tinjauan

Undang-Undang Praktik Kedokteran.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan menyajikan tentang hasil penelitian beserta

pembahasan yang meliputi :

a) Perlindungan hukum yang didapatkan oleh para pasien di

Puskesmas Gatak Sukoharjo mengacu pada pengaturan dalam

Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang

Kesehatan, Undang-Undang No.29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran, dan Undang-Undang No.44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit mengenai hak-hak yang harus diterima oleh pasien

b) Faktor-faktor yang melatarbelakangi diberikannya perlindungan

hukum kepada para pasien Puskesmas Gatak Sukoharjo. Karena

kurangnya kesadaran dari pasien di Puskesmas Gatak Kabupaten

Sukoharjo terhadap hak-haknya selaku pasien, yaitu karena

kurangnya kepercayaan dari pasien Puskesmas Gatak Kabupaten

Sukoharjo terhadap jalannya proses penegakan hukum dan

pengadilan, karena relatif kuatnya kedudukan dan keuangan para

dokter dan rumah sakit / puskesmas yang membuat pasien pesimis

dapat memperjuangkan hak-haknya selaku pasien

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisi simpulan dan saran yang berdasarkan pembahasan dan

jawaban atas rumusan masalah yang telah diuraikan.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Perlindungan Hukum

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1998 yang dimaksud dengan

perlindungan adalah hal (perbuatan dan sebagainya) memperlindungi. Definisi

hukum dari Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 1998 adalah:

a. Peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang

dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah atau otoritas adalah definisi

hukum dalam arti normatif atau hukum positif.

b. Undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur pergaulan

hidup masyarakat adalah definisi hukum dalam arti hukum adat.

c. Patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa (alam dan sebagainya)

yang tertentu adalah definisi hukum dalam arti hukum alam.

d. Keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan oleh hakim (di pengadilan)

adalah pengertian hukum dalam arti petugas atau aparat penegak hukum.

Dalam PP No.2 Tahun 2002 tentang Tata Cara Perlindungan Terhadap

Korban dan Saksi Dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Berat, yang

dimaksud perlindungan adalah suatu bentuk pelayanan yang wajib

dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk

memberikan rasa aman baik fisik maupun mental, kepada korban dan saksi,

dari ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak manapun, yang

diberikan pada tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan atau

pemeriksaan di sidang pengadilan.

Pengertian perlindungan dalam ilmu hukum adalah suatu bentuk

pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat

keamanan untuk memberikan rasa aman, baik fisik maupun mental, kepada

korban dan sanksi dari ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

manapun yang diberikan pada tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan,

dan atas pemeriksaan di sidang pengadilan (http://id.shvoong.com/law-and-

politics/administrative-law/2170965-pengertian-perlindungan-

hukum/#ixzz1VfgEJc98)

Makna dari perlindungan hukum ialah memberikan perlindungan melalui sarana hukum dengan tidak mengorbankan hak atau kepentingan pihak lain. Hukum perlu dijadikan sarana perlindungan bagi siapa saja karena hukum mengandung nilai-nilai diantaranya nilai keadilan, kejujuran, moralitas, etika, kepastian, kemanfaatan dan sebagainya. ( jurnal hukum lipi,vol. XIV; No. 1, April 2004 )

Apabila ditarik satu kesimpulan, pengertian perlindungan hukum

adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap subyek hukum dalam

bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat

represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain

perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep

dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian,

kemanfaatan dan kedamaian.

2. Tinjauan Tentang Dokter

a. Pengertian Dokter

Dokter adalah lulusan pendidikan kedokteran baik di dalam maupun di

luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Sehingga dokter harus memiliki sertifikat atau

ijasah dari institusi pendidikan kedokteran dan ada bukti pengakuan dari

pemerintah Republik Indonesia. Jika legalitas dokter sudah dipenuhi

kemudian dokter memenuhi syarat untuk mendapatkan ijin praktik, maka

dokter tersebut sudah siap untuk menerapkan ilmunya kepada masyarakat.

(Anton M, 1998:114)

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

b. Pengertian Pasien

Tanpa pasien dokter tidak dapat menerapkan ilmu yang diperolehnya,

begitupula dengan pasien yang tidak dapat sembuh tanpa bantuan seorang

dokter. Dengan begitu akan tercipta hubungan dokter-pasien. Pasien adalah

setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk

memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung

maupun tidak langsung kepada dokter. (Wikipedia Bahasa Indonesia)

Healthcare (including public health) is special because it protects normal functioning, which in turn protects the range of opportunities open to individuals. I extend this account in two ways. First, since the distribution of goods other than healthcare affect population health and its distribution, I claim thar Rawls’s principles of justice describe a fair distribution of the social determinants of health, giving a partial account of when health inequalities are unjust. Second, I supplement a principled account of justice for health and healthcare with an account of fair procces for setting limits or rationing care. This account is provided by three conditions that comprise “accountability for reasonableness” (The American Journal of Bioethics Volume 1, Number 2, Spring 2001)

Pelayanan yang diperoleh secara langsung berarti pasien datang secara

langsung ke tempat praktik dokter dan mendapatkan langsung saran atau

tindakan yang diperlukan. Pelayanan yang tidak langsung dapat saja

dilakukan oleh pasien melalui telepon atau cara lainnya sebatas permasalahan

pasien itu dapat dimengerti oleh dokter yang bersangkutan. Pasien dikenal

sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan dan dari pihak rumah

sakit/puskesmas sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan dalam bidang

perawatan kesehatan. Pasien sebagai konsumen jasa di bidang pelayanan

medis, dengan melihat perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan yang

pesat, resiko yang dihadapi semakin tinggi. Oleh karena itu, dalam hubungan

antara tenaga kesehatan dengan pasien, misalnya terdapat kesederajatan. Di

samping dokter, maka pasien juga memerlukan perlindungan hukum yang

proporsional yang diatur dalam perundang undangan. Perlindungan tersebut

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

terutama diarahkan kepada kemungkinan-kemungkinan bahwa dokter

melakukan kekeliruan karena kelalaian.

M.J Leader menyatakan : In a sense there is no such creature as

consumer law. Sekalipun demikian, secara umum sebenarnya hukum

konsumen dan hukum perlindungan konsumen itu seperti yang dinyatakan

Lowe : ...rules of law which recognize the bergaining weakness of the

individual consumer and which ensure that weakness is not unfairly exploited.

Pembatasan dimaksudkan dengan tujuan “menyeimbangkan kedudukan”

diantara para pihak pelaku usaha dan/atau konsumen yang bersangkutan.

Perlindungan Konsumen pada dasarnya merupakan bagian penting

dalam ekonomi pasar (laissez faire). Pasar bebas adalah suatu kondisi di mana

para pelaku menawarkan produk dan jasa dengan tujuan mencari keuntungan

di satu sisi, berhadapan dengan para pembeli dan konsumen yang ingin

memperoleh barang dan atau jasa yang murah dan aman di sisi lain. Tetapi di

dalam pasar bebas, kedua pihak itu tidak memiliki kekuatan yang sama. Posisi

pihak pelaku usaha jauh lebih kuat ketimbang para konsumen yang

merupakan perorangan, karena penguasaan informasi tentang produk

sepenuhnya ada pada produsen. Dengan demikian, posisi para konsumen

sebenarnya amat rentan untuk dieksploitasi. Hanya dengan seperangkat aturan

hukum atau perundang-undangan yang ditetapkan oleh Negara, ketimpangan

informasi tersebut dapat diatasi. Sehingga, keberadaan peraturan perundang-

undangan yang dibuat oleh Negara tersebut, benar-benar dapat memberikan

perlindungan terhadap konsumen, yang dimaksud dengan konsumen dalam

hal ini adalah pengguna terakhir (end user) dari suatu produk, yaitu setiap

pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan

tidak untuk diperdagangkan.

Pengertian konsumen sebagaimana dikemukakan di atas adalah sejalan

dengan pengertian konsumen sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (“UUPK”) Pasal 1

butir 2 sebagai berikut. “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang

dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri

sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup dan tidak untuk

diperdagangkan”.

Dalam hal ini yang dimaksud dengan konsumen adalah pasien.

Mengenai hak-hak konsumen diatur dalam :

1) Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen;

a) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

b) hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta

jaminan yang dijanjikan;

c) hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa;

d) hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa

yang digunakan;

e) hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f) hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g) hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

h) hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,

apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan

perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

2) Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran juga

merupakan Undang-Undang yang bertujuan untuk memberikan

perlindungan bagi pasien. Hak-hak pasien diatur dalam Pasal 52 UU No.

29 Tahun 2004 adalah:

a) mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3);

b) meminta pendapat dokter atau dokter lain;

c) mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;

d) menolak tindakan medis;

e) mendapatkan isi rekam medis

3) Perlindungan hak pasien tercantum dalam Pasal 32 Undang-Undang No.

44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yaitu:

a) memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku

di Rumah Sakit;

b) memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;

c) memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa

diskriminasi;

d) memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar

profesi dan standar prosedur operasional;

e) memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien

terhindar dari kerugian fisik dan materi;

f) mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;

g) memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan

peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;

h) meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter

lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun

di luar Rumah Sakit;

i) mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk

data-data medisnya;

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

j) mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan

medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan

komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan

yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;

k) memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan

dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;

l) didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;

m) menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya

selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;

n) memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam

perawatan di Rumah Sakit;

o) mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit

terhadap dirinya;

p) menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama

dan kepercayaan yang dianutnya;

q) menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit

diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik

secara perdata ataupun pidana; dan

r) mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan

standard pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan kewajiban pasien adalah sebagai berikut :

1. Memeriksakan sedini mungkin kepada dokter

2. Memberikan informasi yang lengkap dan benar tentang penyakitnya

3. Mematuhi nasehat dan petunjuk dokter

4. Menandatangani surat-surat Persetujuan Tindakan Medis

5. Yakin pada dokternya dan yakin akan sembuh

6. Melunasi biaya perawatan

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

3. Tinjauan Tentang Profesi Kedokteran

Suatu pekerjaan kedokteran yang dilaksanakan berdasarkan suatu

keilmuan, kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang,

dan kode etik yang bersifat melayani masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

upaya untuk memelihara kesehatan masyarakat yang dilakukan dengan

berbagai sarana yaitu istitusi pelayanan kesehatan,sumber daya manusia

kesehatan, sistem manajemen pelayanan kesehatan, ekonomi kesehatan,

teknologi kesehatan, dan kebijakan atau politik kesehatan.

Kontrak Terapetik merupakan hubungan dokter pasien untuk

memperoleh sehat. Hubungan dokter pasien dalam pelayanan kesehatan ini

juga diberi nama transaksi terapetik. Kedua istilah tersebut sering dipakai

untuk mengatakan adanya hubungan dokter pasien dalam pelayanan

kesehatan. Sebenarnya istilah apapun yang digunakan dalam hubungan dokter

pasien itu, yang terpenting adalah bahwa dalam hubungan dokter pasien, maka

dokter tidak mungkin dapat memberikan kepastian akan tercapainya

kesembuhan. Hasil akhir dari kontrak terapetik bukan sesuatu hal yang dapat

dipastikan. Yang dapat dilakukan dokter adalah berbuat dengan hati-hati, dan

bekerja dengan sebaik-baiknya, bersikap jujur dan tidak menipu atau

memanfaatkan pasien sebagai ladang penghasilannya., adil artinya memberi

peran penuh pada pasien untuk menentukan sendiri atau alternatif yang

dianggap baik, menolong tanpa pamrih. Dalam kontrak terapetik akan muncul

hak dan kewajiban pasien maupun dokter.

Informed Consent dalam profesi kedokteran ( juga tenaga kesehatan

lainnya) adalah pernyataan setuju (consent) atau ijin dari pasien yang

diberikan dengan bebas, rasional, tanpa paksaan (voluntary) tentang tindakan

kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan informasi

cukup tentang tindakan kedokteran yang dimaksud.

Pengertian SOP (Standart Operasional Procedure) adalah segala bentuk

peraturan yang telah ditetapkan dalam upaya melaksanakan pelayanan

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

kesehatan, dan harus dilaksanakan oleh dokter dalam menangani pasien. Atau

dengan kata lain yaitu tindakan medik yang dilakukan berdasar kaidah ilmu

yang benar dan dilandasi untuk menolong pasien terbebas dari penyakitnya.

Mal artinya buruk, malpraktik berarti praktik yang buruk. Dokter

malpraktik berarti dokter yang melakukan praktik yang buruk. Tidak selalu

malpraktik dokter diketahui oleh pasiennya. Hal ini dapat terjadi karena

pasien memang tidak mengerti mengenai ilmu kesehatan, sehingga apa yang

terjadi dianggapnya sebagai kejadian atau resiko dari penyakitnya.

Pertimbangan Hak Asasi Manusia dalam Undang-Undang Nomor 29

tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran disebutkan: “Bahwa kesehatan sebagai

hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya

kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan

kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat.”

Undang-Undang Praktik Kedokteran ini dilaksanakan berdasarkan

Pancasila dan didasarkan pada :

a) Nilai ilmiah,

b) Manfaat,

c) Keadilan,

d) Keseimbangan,

e) Serta Perlindungan dan Keselamatan Pasien.

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Skematik Kerangka Pemikiran

Keterangan Bagan:

Pokok Pembahasan utama dalam penelitian ini mengenai perlindungan

pasien sebagai konsumen jasa di bidang medis. Pihak-pihak yang terkait

adalah pasien sebagai konsumen dan pelaku medis ( dokter, rumah

sakit/puskesmas, perawat, bidan, dan petugas kesehatan lainnya). Adanya

hubungan antara pasien dengan pelaku medis didahului dengan suatu

Perjanjian

Timbul Hak dan Kewajiban

Tuntutan Perlindungan Konsumen

Tanggung Jawab Pelaku Medis

Pasien Sebagai Konsumen Jasa Medis

Dokter, Rumah Sakit/Puskesmas, Perawat, Bidan, dan Petugas

Kesehatan lainnya sebagai Pelaku Medis

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

perjanjian. Dengan adanya perjanjian tersebut maka timbul suatu hak dan

kewajiban bagi masing-masing pihak. Berdasarkan konteks penulisan disini,

yang ditekankan adalah kewajiban pelaku medis dalam melindungi

kepentingan pasien dan hak-hak yang harus diterima pasien dari pelaku medis.

Sesuai aturan hukum yang ada, salah satu perlindungan hukum terhadap

pasien yang paling banyak digunakan dan sangat berpengaruh baik pasien

maupun pihak medis, yaitu dokter atau petugas kesehatan adalah suatu bentuk

pemberian ganti rugi karena kesalahan ataupun kelalaian yang dilakukan oleh

pihak medis. Di samping peraturan perundangan-undangan, dituntut adanya

kesadaran hukum baik dari pasien dan pelaku medis untuk mewujudkan

perlindungan terhadap konsumen. Salah satunya adalah kesadaran dari pihak

pelaku medis dalam hal tanggung jawab medis terhadap pasien. Pada saat ini

kenyataannya kesadaran hukum yang dimiliki para pelaku medis sangatlah

kurang, khususnya dalam hal tanggung jawab medis, sehingga banyak pasien

yang merasa dirugikan oleh pihak pelaku medis, baik materiil maupun

inmateriil.

Kebanyakan dalam kenyataannya, pelaksanaan pertanggungjawaban

oleh pelaku medis yang kurang memahami hukum tidak sesuai dengan aturan

yang ada. Hal tersebut yang mendorong dan menjadi salah satu alasan yang

kuat timbulnya gugatan oleh pihak pasien yang merasa dirugikan. Di lain

pihak, kurangnya kesadaran hukum yang dimiliki pasien sebagai konsumen

dalam dunia medis untuk memperjuangkan hak-haknya merupakan faktor atau

hambatan dalam penegakan perlindungan pasien sendiri.

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Puskesmas Gatak Kabupaten Sukoharjo

Sejarah Berdirinya Puskesmas Gatak

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

wilayah kerja. Secara nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah satu

kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka

tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan

keutuhan konsep wilayah desa/ kelurahan atau dusun. Pada jaman dulu Puskesmas itu

belum ada, yang ada baru Balai Pengobatan, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak atau

(BP, BKIA). Pertama BP di Kalurahan Jati pada tahun 1950, masih mondok dirumah

Bapak Jogo, yang sekarang rumah Bapak Sukarno pada tahun 1952. Setelah itu

pindah lagi di rumah bekas Kaonderan, di dukuh Kranon, kalurahan Blimbing pada

tahun 1954, dengan pengunjung BP cukupan, pengunjung BKIA juga cukupan. Di

rumah bekas Kaonderan itu sampai lima tahun, setelah pimpinan Orde Baru juga

mencetuskan Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA), maka Pemerintah

Desa Blimbing memberikan tanah beserta gedungnya untuk tempat pengobatan

kepada masyarakat, yang terletak di desa Blimbing, dengan fasilitas gedung yang

indah dan megah, dan diresmikan oleh Residen Surakarta, Bapak Subroto Yudo

Subroto pada tanggal 31 Desember 1974.

Setelah gedung diresmikan, maka BP, BKIA, pindah semua dengan

administrasi sendiri. Pada waktu itu, mungkin orang sakit masih banyak yang berobat

ke Rumah Sakit Surakarta atau banyak yang ke dokter swasta, karena saat itu BP

masih dipimpin Bapak Saliyo seorang mantra juru rawat dan beliau sudah pensiun.

Setelah masa tersebut, pada tahun 1962 pimpinan BP diganti oleh Bapak Theo

Atmosantoso. BPKIA oleh Ibu Seniyati yang sampai sekarang masih aktif dan Bapak

Theo Atmosantoso sudah meninggal pada tanggal 31 November 1970.

23

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Setelah ada intruksi dari Menteri Kesehatan bahwa sekarang BP dan BKIA

dijadikan dalam wadah satu PUSKESMAS dan dengan administrasi satu loket, baru

terdiri dari beberapa ka sie. Puskesmas harus dipimpin oleh seorang dokter yang

ditugaskan di puskesmas Gatak yaitu dokter Kardoyo As mulai tahun 1980. Setelah

itu berdirilah satu puskesmas yang dipimpin oleh seorang dokter dan dibentuk

beberapa Ka Sie dan 12 tugas pokok puskesmas dapat dilaksanakn dengan

pengunjung banyak, dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat

berpenghasilan rendah. Juga pegawai negeri atau pensiunan semua menggunakan

fasilitas puskesmas.

Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan Sistem Kesehatan

Nasional (SKN) yang merupakan suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya

bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin derajat

kesehatan yang tinggi, sebagai perwujudan kesejahteraan umum. Berdasarkan

Undang-undang pemerintah daerah menetapkan bidang kesehatan merupakan salah

satu kewenangan wajib yang harus dilaksanakan kabupaten, sebagai pedoman teknis

telah banyak disusun peraturan, dan pedoman penetapan indikator Propinsi sehat dan

Kabupaten Sehat.

VISI

Visi Pembangunan Kesehatan Kabupaten Sukoharjo Sehat yang secara

singkat dinyatakan sebagai SUKOHARJO SEHAT 2011, mempunyai arti

masyarakat Sukoharjo yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan berperilaku

bersih dan sehat. Memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan

yang bermutu secara adil dan merata. Lingkungan sehat yang diharapkan adalah

suatu lingungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu

lingkungan bebas polusi, tersedia akses air bersih, sanitasi memadai dan

terwujudnya kawasan pemukiman beserta perencanaan pembangunan yang

berwawasan kesehatan.

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Perilaku masyarakat yang diciptakan adalah masyarakat bersifat proaktif

untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah terjadinya

penyakit dan berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

Pelayanan Kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang

memuaskan pelanggan serta dilaksanakan sesuai dengan standart etika profesi.

Mutu pelayanan kesehatan terus dipelihara dan ditingkatkan melalui

peningkatan kualitas tenaga kesehatan, ketersediaan obat, peningkatan dan

pemeliharaan sarana serta peralatan kesehatan. Puskesmas Gatak Kabupaten

Sukoharjo mempunyai visi “Terwujudnya Puskesmas Gatak yang berkomitmen

dan berkompetensi tinggi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo.”

MISI

Misi mencerminkan peran, fungsi, dan kewenangan seluruh jajaran

organisasi kesehatan di Sukoharjo, yang secara teknis bertanggung jawab

terhadap pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan, untuk

mewujudkan visi tersebut ada 5 misi, yaitu:

· Menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan berwawasan

kesehatan

· Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dasar

· Pemerataan dan Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan

· Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan

· Meningkatkan Profesionalisme SDM Kesehatan

MOTTO

Cepat, Tanggap, Nyaman

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

STRATEGI

Strategi pelaksanaan pembangunan kesehatan dengan memperhatikan

faktor-faktor kunci penentuan keberhasilan sebagai filosofinya :

1. Menjaga mutu dan profesionalisme

2. Acceptable dan Affordable

3. Mengutamakan pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam

pembangunan kesehatan

4. Meningkatkan dan memanfaatkan dukungan

Puskesmas Gatak dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat berupa penyediaan barang dan atau jasa yang dijual tanpa

mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya

didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktifitas. Tujuannya adalah untuk

meningkatkan kinerja pelayanan, meningkatkan kinerja keuangan dan untuk

meningkatkan kemanfaatan kepada masyarakat. Dengan ini akan memberikan

fleksibilitas berupa keleluasaan menerapkan praktik-praktik bisnis yang sehat

untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan sistem Kesehatan

Nasional, yang merupakan suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya

bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin derajat

kesehatan setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum. Melalui

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telah

menetapkan bidang kesehatan merupakan salah satu kewenangan wajib yang

harus dilaksanakan di Kabupaten. Sistem informasi kesehatan merupakan salah

satu komponen utama menajeman kesehatan suatu tatanan yang mencakup

komponen masukan yang merupakan data tentang kesehatan, komponen proses

dan komponen keluaran. Sistem informasi kesehatan digunakan sebagai bahan

dalam manajeman kesehatan yang mencakup perumusan kebijakan,

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

perencanaan strategis, manajeman operasional dan manajeman pengendalian

pengawasan. Dewasa ini sistem informasi kesehatan belum sepenuhnya

berfungsi secara efektif dan efisien dalam menunjang progam-progam

kesehatan. Sementara itu kebutuhan data atau informasi dalam menunjang

pembangunan nasional khususnya dibidang kesehatan semakin meningkat

terutama sejak pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah salah satu

keluaran dari sistem informasi kesehatan yang dikembangkan adalah Profil

Kesehatan Kabupaten yang diharapkan mendukung pelaksanaan manajemen

Kesehatan dan pengembangan upaya-upaya kesehatan demi peningkatan derajat

kesehatan masyarakat. Tujuan disusunnya profil Kesehatan Puskesmas Gatak

adalah tersedianya data atau informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai

kebutuhan dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan

secara berhasil guna dan berdaya guna.

Negara-negara yang sekarang ini disebut Negara-negara maju telah

menempuh pembangunannya melalui tiga tingkat :unifikasi, industrialisasi, dan

Negara kesejahteraan. Pada tingkat pertama yang menjadi masalah berat adalah

bagaimana mencapai integrasi politik untuk menciptakan persatuan dan

kesatuan nasional, tingkat kedua, perjuangan untuk pembangunan ekonomi dan

modernisasi. Akhirnya pada tingkat ketiga tugas Negara yang terutama adalah

melindungi rakyat dari sisi negatif industrialisasi, membetulkan kesalahan-

kesalahan pada tahap-tahap sebelumnya dengan menekankan kesejahteraan

masyarakat. Secara umum dan mendasar, hubungan antara produsen

(perusahaan penghasil barang/jasa) dengan konsumen (pemakai akhir barang

dan/atau jasa untuk diri sendiri atau keluarganya) merupakan hubungan yang

terus menerus dan berkesinambungan. Hubungan tersebut terjadi karena

keduanya memang saling menghendaki dan mempunyai tingkat ketergantungan

yang cukup tinggi antara yang satu dengan yang lain.

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Pendirian sebuah Puskesmas antara lain bertujuan untuk melayani

masyarakat akan kebutuhan pelayanan kesehatan. Untuk itu rumah

sakit/puskesmas akan memproduksi jasa layanan kesehatan antara lain rawat

jalan, rawat inap, penunjang diagnostik, farmasi dan beberapa layanan

kesehatan uang lain. Beberapa dekade tahun yang lalu hubungan antara rumah

sakit/puskesmas selaku produsen jasa layanan kesehatan dan penderita selaku

konsumen menurut kacamata pengamat belumlah harmonis benar. Pada akhir-

akhir ini sudah banyak dicapai kemajuan hubungan antara rumah

sakit/puskesmas dan penderita, sudah merupakan kejadian yang biasa bahwa

seorang penderita menuntut rumah sakit/puskesmas atas layanan yang dia

terima. Akibat dari hal ini dokter dan rumah sakit/puskesmas sudah lebih hati-

hati dalam melaksanakan kegiatan profesinya. Dalam hal ini rumah

sakit/puskesmas berusaha benar untuk dapat diakreditasi disamping ini

merupakan pengakuan atas kualitas produk jasa layanan kesehatan yang

dihasilkan, juga memang rumah sakit/puskesmas itu sendiri menginginkan

adanya peningkatan dalam kinerja pelayanan kesehatan yang dilaksanakan.

Kegiatan ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan ditanggung rumah

sakit/puskesmas, di lain pihak penderita akan menikmati layanan kesehatan

yang lebih meningkat mutunya.

Hukum perlindungan konsumen dewasa ini mendapat cukup perhatian

karena menyangkut aturan-aturan guna mensejahterakan masyarakat, bukan saja

masyarakat selaku konsumen saja yang mendapat perlindungan, namun pelaku

usaha juga mempunyai hak yang sama untuk mendapat perlindungan, masing-

masing ada hak dan kewajiban. Dalam kaitan ini masih dapat dirasakan bahwa

antara biaya yang dikeluarkan rumah sakit/puskesmas dengan peningkatan mutu

yang terjadi dan kemungkinan peningkatan mutu dimasa mendatang masih lebih

memberikan harapan pada peningkatan mutu yang terjadi dan akan terjadi.

Disamping itu para pelaksanaan rumah sakit/puskesmas terutama para dokter

juga berusaha untuk melaksanakan profesinya dengan baik. Tetapi dapat terjadi

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

bahwa dokter walaupun telah berusaha dengan sungguh-sungguh, tetap akan

ada kemungkinan melakukan kesalahan. Pada pengamatan di ,lapangan, sudah

ada beberapa perusahaan asuransi yang menghubungi para dokter untuk bekerja

sama dalam menghadapi kemungkinan menghadapi tuntutan atas kesalahan atau

kemungkinan kesalahan yang dilakukan oleh para dokter, dan ini merupakan

biaya tambahan bagi dokter tersebut. Sehingga perlu kita waspadai bahwa pada

ujung-ujungnya semua biaya ini akan dibebankan pada seluruh penderita yang

dilayani dokter tersebut. Jalan yang terbaik ialah diambil kebijakan yang terbaik

agar dapat mengakomodasi kedua gejala diatas.

Perlindungan konsumen merupakan jaminan yang seharusnya didapatkan

oleh para pasien atas setiap pelayanan yang baik di Rumah Sakit/Puskesmas.

Namun dalam kenyataannya saat ini konsumen seakan-akan dianak tirikan oleh

para produsen. Dalam beberapa kasus banyak ditemukan pelanggaran-

pelanggaran yang merugikan para konsumen dalam tingkatan yang dianggap

membahayakan kesehatan bahkan jiwa dari para konsumen.

Pada akhir-akhir ini sudah banyak dicapai kemajuan hubungan antara

rumah sakit dan penderita, sudah merupakan kejadian yang biasa bahwa

seorang penderita menuntut rumah sakit/puskesmas atas layanan yang dia

terima. Akibat dari hal ini dokter dan rumah sakit/puskesmas sudah lebih hati-

hati dalam melaksanakan kegiatan profesinya. Dalam hal ini rumah

sakit/puskesmas berusaha benar untuk diakreditasi di samping ini merupakan

pengakuan atas kualitas produk jasa layanan kesehatan yang dihasilkan, juga

memang rumah sakit/puskesmas itu sendiri menginginkan adanya peningkatan

dalam kinerja pelayanan kesehatan yang dilaksanakan. Kegiatan ini

membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan ditanggung rumah sakit/puskesmas,

di lain pihak penderita akan menikmati layanan kesehatan yang lebih

meningkat mutunya ( Jurnal Rumah Sakit Ujung Berung, Vol 2. Tanggal 10

Januari 2010, hal 1 )

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Perilaku konsumen merupakan suatu proses, dan pembelian hanyalah satu

tahap. Ada banyak pengaruh yang mendasari, berjajar dari motivasi internal

hingga pengaruh sosial dari berbagai jenis. Namun, motivasi dan perilaku dapat

dimengerti, walaupun secara tidak sempurna melalui penelitian prediksi yang

sempurna tidak pernah mungkin dilakukan, tetapi usaha didesain dan digunakan

dengan tepat dapat menurunkan risiko kegagalan pemasaran secara berarti.

Perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam

mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk

proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Mengenai

kewajiban penderita dalam hubungan antara dokter rumah sakit dengan

penderita, akan sangat mendukung pelaksanaan kegiatan rumah sakit/puskesmas

maupun dokter.

a. Kepatuhan penderita akan prosedur dan tatacara pengobatan akan mendukung

kesembuhan.

b. Disamping itu adanya piutang yang tidak terbayar dan umumnya lebih banyak

menimpa rumah sakit/puskesmas golongan IPSM yaitu rumah sakit yang

biasanya melayani golongan menengah kebawah diharapkan akan berkurang

sehubungan dengan adanya penekanan bahwa penderita akan membayar

sesuai dengan tarif yang telah disepakati.

Saat ini fenomena yang mengedepankan, pasien tidak lagi semata-mata

menerima tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga medis. Sebab pada

prinsipnya transaksi terapeutik (penyembuhan) antara dokter dan pasien

bertumpu pada salah satu hak dasar manusia, yaitu hak untuk menentukan

nasibnya sendiri

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

B. Perlindungan Hukum yang Diterima Oleh Para Pasien di Puskesmas

Gatak Kabupaten Sukoharjo

Sebagai suatu kegiatan yang memiliki konsumen yaitu para anggota masyarakat

sebagai pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consuinens), serta memiliki pelaku

usaha yaitu para dokter dan/atau berbagai sarana pelayanan kesehatan sebagai

penyelenggara pelayanan kesehatan (health providers), maka Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen juga berlaku pada pelayanan

kesehatan (health care services). Para konsumen pelayanan kesehatan yaitu para

pasien yang datang berobat, memerlukan perlindungan konsumen. Apabila

dibandingkan dengan berbagai konsumen lainnya, adanya perlindungan konsumen

pada konsumen pelayanan kesehatan tampak lebih penting, hal ini disebabkan bukan

hanya karena kedudukan konsumen pelayanan kesehatan yang pada umumnya berada

pada keadaan lemah (weaknessess), tetapi juga karena pengetahuan yang dimiliki

konsumen tentang pelayanan kesehatan dan/atau tindakan kedokteran juga lebih

terbatas (http://id.shvoong.com/law-and-politics/1853631-perlindungan-hukum-

terhadap-pasien/#ixzz1Vh9AbcSt)

Hukum kesehatan yang ada di Indonesia dewasa ini tidak dapat lepas dari sistem

hukum yang dianut oleh suatu negara dan/atau masyarakat, ada 2 (dua) sistem hukum

di dunia, yaitu sistem hukum sipil kodifikasi dan sistem hukum kebiasaan common

law system, kemudian dimungkinkan ada sistem hukum campuran, khususnya bagi

suatu masyarakat majemuk (pluralistik), seperti Indonesia memungkinkan sistem

hukum campuran. Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka memberikan

kepastian dan perlindungan hukum baik bagi pemberi jasa pelayanan kesehatan

maupun penerima jasa pelayanan kesehatan, untuk meningkatkan, mengarahkan dan

memberikan dasar bagi pembangunan di bidang kesehatan diperlukan perangkat

hukum kesehatan yang dinamis.

Puskesmas Gatak memberikan pelayanan gratis, askes dan jamkesmas. Untuk

memberikan perlindungan hukum bagi peserta askes dan jamkesmas, maka para

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

pihak harus memahami hak dan kewajiban yang melekat pada dirinya, termasuk

Pemberi Pelayanan Kesehatan agar bertanggung jawab terhadap profesi yang

diberikan kepada peserta askes sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan.

Sebagai peserta askes mempunyai kewajiban sebagai berikut:

1. Membayar premi;

2. Memberikan data identitas diri untuk penerbitan Kartu Askes;

3. Mengetahui dan mentaati semua ketentuan dan prosedur yang berlaku;

4. Menggunakan haknya secara wajar;

5. Menjaga agar Kartu Askes tidak dimanfaatkan oleh yang tidak berhak.

Selain mempunyai kewajiban, peserta askes juga mempunyai hak, yaitu:

1. Memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas yang ditunjuk sesuai dengan

ketentuan yang berlaku;

2. Memperoleh penjelasan/informasi tentang hak, kewajiban serta tata cara

pelayanan kesehatan bagi dirinya dan anggota keluarganya;

3. Menyampaikan keluhan baik secara lisan (telepon/datang langsung) atau

tertulis/surat ke Kantor PT. Askes (Persero).

Peran dan fungsi rumah sakit sebagai tempat untuk melakukan pelayanan

kesehatan yang professional erat kaitannya dengan 3 (tiga) unsur, yaitu yang terdiri

dari:

1. unsur mutu yang dijamin kualitasnya;

2. unsur keuntungan atau manfaat yang tercermin dalam mutu pelayanan

3. hukum yang mengatur perumahsakitan secara umum dan kedokteran dan/atau

medik khususnya.

Unsur-unsur tersebut akan bermanfaat bagi pasien sebagai peserta asuransi

kesehatan dan dokter/tenaga kesehatan serta rumah sakit, disebabkan karena adanya

hubungan yang saling melengkapi unsur tersebut. Pelayanan kesehatan memang

sangat membutuhkan kualitas mutu pelayanan yang baik dan maksimal, dengan

manfaat yang dapat dirasakan oleh pasien sebagai peserta asuransi kesehatan dan

penerima jasa pelayanan kesehatan dan pemberi jasa pelayanan kesehatan. Apabila

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

terjadi penyimpangan dalam ketentuan pelayanan kesehatan, peserta asuransi

kesehatan sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan dapat menuntut haknya yang

dilanggar oleh pihak pemberi pelayanan kesehatan dalam hal ini adalah rumah sakit.

Dinamika kehidupan masyarakat juga berlangsung pada aspek kesehatan,

sehingga terkadang muncul kelalaian dan terbengkalainya hak dan kewajiban antara

penerima pelayanan kesehatan dengan tenaga kesehatan. Kesalahan dan/atau

kelalaian yang dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan dapat dituntut secara pidana

apabila memenuhi unsur-unsur pidana, dalam hukum pidana dikenal kata schuld yang

dalam arti lebih sempit adalah culpa, merupakan unsur esensial dalam suatu tindakan

pidana agar dapat dimintakan pertanggung jawaban secara pidana. Sebagai kesalahan

culpa mengandung 2 (dua) unsur, yaitu: kurang hati-hati, kurang waspada dan kurang

menduga timbulnya perbuatan dan akibat.

Apabila terjadi penyimpangan dalam ketentuan pelayanan kesehatan, pasien

sebagai peserta asuransi kesehatan atau penerima pelayanan kesehatan dapat

menuntut haknya yang dilanggar oleh pemberi pelayanan kesehatan, dalam hal ini

rumah sakit dan dokter/tenaga kesehatan. Pemberi pelayanan kesehatan dapat

dimintakan tanggung jawab hukum, apabila melakukan kelalaian/kesalahan yang

menimbulkan kerugian bagi penerima pelayanan kesehatan. Hak pasien atau

penerima pelayanan kesehatan adalah mendapatkan ganti rugi apabila pelayanan

kesehatan yang diterima tidak sebagaimana mestinya. Peserta asuransi kesehatan dan

jaminan kesehatan masyarakat sebagai konsumen dapat menyampaikan keluhannya

kepada pihak rumah sakit / puskesmas sebagai upaya perbaikan interen rumah

sakit/puskesmas dalam pelayanannya atau kepada lembaga yang memberi perhatian

kepada konsumen kesehatan. Sebagai dasar hukum dari gugatan konsumen atau

penerima pelayanan kesehatan terhadap pemberi pelayanan kesehatan terdapat dalam

Pasal 1365 KUH Perdata. Peserta asuransi kesehatan dapat melayangkan gugatan

terhadap Majelis Kode Etik Kedokteran, pengadilan dan terhadap pihak yang terkait,

karena merasa dirugikan, sehingga dibutuhkan perlindungan hukum bagi penerima

pelayanan kesehatan yang diabaikan haknya untuk mendapatkan pelayanan

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

kesehatan. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan memberikan

perlindungan hukum baik bagi penerima (konsumen) pelayanan kesehatan dan

pemberi pelayanan kesehatan diantaranya Pasal 53, Pasal 54 dan Pasal 55 yang

berbunyi:

Pasal 53:

1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam

melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.

2) Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk

mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.

3) Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat melakukan

tindakan medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan

keselamatan yang bersangkutan.

4) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana

diatur dalam ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 54:

1) Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahanatau kelalaian

dalam melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.

2) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.

3) Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata kerja Majelis

Disiplin Tenaga Kesehatan ditetapkan dengan Keputusan Presiden

Pasal 55:

1) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang

dilakukan tenaga kesehatan.

2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai

dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Perlindungan terhadap konsumen dianggap penting dan menjadi perhatian

publik, sehingga Undang-undang mengatur tentang perlindungan terhadap konsumen

termasuk di dalamnya pasien yang merupakan konsumen jasa medis. Pada dasarnya

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Undang-undang tersebut mengatur mengenai perlindungan terhadap perseorangan

sebagai konsumen, sesuai dengan konteks konsumen yang dimaksud disini adalah

pasien. Peraturan-peraturan tersebut memberikan perlindungan terhadap konsumen

dalam artian pasien dengan tujuan untuk melindungi pasien serta melindungi pihak

pasien dalam hal perbuatan melawan hukum serta wanprestasi yang diperbuat oleh

petugas medis, yang dapat merugikan pasien. Berikut ini peraturan-peraturan yang

berkaitan dengan perlindungan pasien sebagai konsumen :

Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, Pasal 4 UU No. 8 Tahun 1999, hak-hak konsumen adalah:

a) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang

dan/atau jasa;

b) hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa

tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

c) hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa;

d) hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang

digunakan;

e) hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa

perlindungan konsumen secara patut;

f) hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g) hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

h) hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila

barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak

sebagaimana mestinya;

Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran juga

merupakan Undang-Undang yang bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi

pasien. Hak-hak pasien diatur dalam Pasal 52 UU No. 29 Tahun 2004 adalah:

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

a) mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3);

b) meminta pendapat dokter atau dokter lain;

c) mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;

d) menolak tindakan medis;

e) mendapatkan isi rekam medis.

Dari Pasal 52 UU No.29 Tahun 2004 di atas Puskesmas Gatak Kabupaten

Sukoharjo sudah secara lengkap dan jelas dalam menjelaskan bagaimana tindakan

medis yang dilakukan beserta prosedurnya, sehingga pasien dapat mengerti tindakan

medis apa yang akan dilakukan oleh pihak puskesmas. Di dalam Puskesmas Gatak,

pasien dapat meminta pendapat dokter atau dokter lain tentang penyakitnya agar

dokter dapat mengerti dan memahami apa yang diharapkan oleh pasien, dan pasien

akan mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis.

Di samping itu, Puskesmas Gatak juga dapat menolak tindakan medis apabila

penyakit yang diderita pasien tidak bisa ditangani dan alat yang tersedia di Puskesmas

kurang memadai untuk menangani penyakit tersebut, jika ada penyakit yang menurut

dokter harus di operasi, maka pasien tersebut dirujuk ke Rumah Sakit yang alat

kesehatannya lebih memadai dan maksimal untuk melakukan operasi. Puskesmas

Gatak selalu menyediakan fasilitas kepada para pasien berupa rekam medis agar

dokter bisa mengetahui riwayat penyakit yang diderita oleh pasien dan dokter bisa

lebih mudah dalam penanganan medis. Rekam medis mempunyai kegunaan yang

sangat luas yaitu :

1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga kesehatan lainnya

yang ikut ambil bagian dalam memberikan pelayanan kesehatan

2. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus

diberikan kepada seorang pasien

3. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan , perkembangan

penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat di Rumah sakit

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

4. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa , penelitian dan evaluasi terhadap

program pelayanan serta kualitas pelayanan

5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, sarana kesehatan maupun

tenaga kesehatan yang terlibat

6. Menyediakan data dan informasi yang diperlukan untuk keperluan

pengembangan program , pendidikan dan penelitian

7. Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan kesehatan

8. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan serta bahan

pertanggungjawaban dan laporan

Perlindungan hak pasien juga tercantum dalam Pasal 32 Undang-Undang No. 44

Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yaitu:

a) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di

Rumah Sakit;

b) memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;

c) memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;

d) memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi

dan standar prosedur operasional;

e) memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari

kerugian fisik dan materi

f) mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan

g) memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan

peraturan yang berlaku di Rumah Sakit

h) meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain

yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar

Rumah Sakit;

i) mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-

data medisnya;

j) mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,

tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta

perkiraan biaya pengobatan;

k) memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan

oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;

l) didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;

m) menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama

hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;

n) memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di

Rumah Sakit;

o) mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap

dirinya;

p) menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan

kepercayaan yang dianutnya;

q) menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga

memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata

ataupun pidana; dan

r) mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar

pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Selanjutnya apabila hak-haknya dilanggar, maka upaya hukum yang tersedia

bagi pasien adalah:

1. Mengajukan gugatan kepada pelaku usaha, baik kepada lembaga peradilan

umum maupun kepada lembaga yang secara khusus berwenang

menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha (Pasal 45

UUPK)

2 Melaporkan kepada polisi atau penyidik lainnya. Hal ini karena di setiap

undang-undang yang disebutkan di atas, terdapat ketentuan sanksi pidana

atas pelanggaran hak-hak pasien.

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Berita malpraktik akhir-akhir ini banyak dimuat media massa. Profesi

kedokteran yang dahulu dianggap sakral kini sudah menjadi perbincangan khalayak.

Dokter bisa disalahkan sehingga bisa diajukan ke pengadilan. Hal ini terjadi jika ada

dugaan malpraktik, sebuah istilah yang mungkin belum jelas persepsinya. Oleh

karena itu, perlu persepsi yang sama, apa itu malapraktik. Istilah malpraktik

digunakan kalangan profesi untuk menggambarkan kelalaian, penyimpangan,

kesalahan, atau ketidakmampuan praktik profesi sesuai dengan standar, yang

berakibat merugikan konsumen.

Di sini, ada dua faktor yang berperan, yaitu pelakunya dan keluaran (output)

yang dihasilkan. Apakah pelakunya (dokter) memiliki keahlian menjalankan

profesinya? Apakah tindakannya memenuhi standar profesi? Malpraktik dengan

demikian terkait dengan proses produksi. Mengapa baru akhir-akhir ini malpraktik

marak? Alasannya, karena ada kebutuhan untuk melindungi konsumen. Dalam teori

ekonomi pasar, memuaskan dan melindungi konsumen dari produk yang tidak baik

adalah bagian dari proses produksi dan pemasaran, termasuk bidang pelayanan

kesehatan. Hal ini terlepas, konsumen kesehatan sebenarnya tidak tahu "kualitas"

barang atau pelayanan yang dinikmati. Bahkan, konsumen tidak mengetahui buat apa

mereka membayar jasa pelayanan kesehatan (ignorance). Karena itu, perlindungan

konsumen dalam pelayanan kesehatan sebaiknya ditujukan untuk melindungi pasien

agar memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan medik. Sebab, dalam pelayanan

kesehatan, kepuasan pasien dapat tidak sesuai dengan kebutuhan medik.

Oleh karena itu, pengetahuan yang diketahui terhadap seorang pasien harus

disimpan sebagai rahasia. Jika seorang dokter tidak dapat menjaga kerahasiaan

pasiennya, kepercayaan tidak mungkin tumbuh. Inilah sebabnya, mengapa laporan

medik harus dirahasiakan, untuk membangun kepercayaan itu. Dengan falsafah

profesi seperti itu, seorang dokter yang baik dipastikan sulit melakukan malapraktik,

lalai secara sengaja dalam melakukan pekerjaannya. Ini tidak berarti kelalaian yang

tidak disengaja, malapraktik yang tidak terencana, bisa terjadi.

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Lantas, apa syarat pengajuan malpraktik? untuk membuktikan adanya

kelalaian dalam pelayanan kesehatan harus ada paling tidak empat unsur, yaitu:

1. Ada kewajiban yang timbul karena adanya perjanjian;

2. Ada pelanggaran terhadap kewajiban, misalnya dokter telah gagal bertindak

sesuai nonna yang telah ditentukan diseba atau kelalaian, contohnya

perbuatan dokter yang standar perawatan bagi pasiennya.

3. Ada hubungan sebab akibat yang paling langsung dapat timbul dalam

hubungan dokter dengan pasien, yaitu perbuatan dokter timbul akibat yang

merugikan pasien. Akan tetapi sebab yang tidak langsung pun dapat

menjadikan sebab hukum, apabila sebab itu telah menimbulkan kerugian

bagi pasien. Misalnya akibat dari pemakaian suatu obat yang diberikan

dokter.

4. Timbul kerugian. Akibat dari perbuatan dalam hubungan dokter dengan

pasien dapat timbul kerugian, baik yang bersifat langsung atupun tidak

langsung. Kerugian itu dapat mengenai tubuh pasien sehingga menimbulkan

rasa tidak enak.

Meski demikian, kasus-kasus malpraktik pasti akan tambah banyak. Profesi

kedokteran, seperti profesi lain, terbuka peluang ada kelalaian atau malpraktik.

Paradigma lingkungan kesehatan yang kian mengikuti kaidah ekonomi mendorong

praktik kedokteran juga kian mengikuti kaidah ekonomi. Untung-rugi kian menjadi

pertimbangan hubungan pasien-dokter. Kecenderungan overutilization atau

unnecessary utilization akan kian luas guna memenuhi kaidah ekonomi. Apa

implikasinya? Dokter dan rumah sakit / puskesmas tentu juga ingin aman dari

kemungkinan tuduhan malpraktik. Karena tuntutan malpraktik sering berwujud

sejumlah uang, maka baik dokter maupun rumah sakit/puskesmas ingin memiliki

kemampuan membayar tuntutan itu. Resiko terhadap tuntutan malpraktik, melahirkan

bisnis baru, yaitu asuransi malpraktik. Dokter atau rumah sakit/puskesmas akan

membebankan premi malpraktik pada pasien. Dengan demikian, biaya pelayanan

kesehatan akan kian mahal. Sebab, besarnya premi, selain tergantung pada kejadian

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

malpraktik, juga ada biaya pengacara dan proses hukum, faktor keuntungan dan

cadangan teknis, biaya operasi perusahaan asuransi, dan sebagainya yang ternyata

tidak sedikit. Jika semua itu dibiarkan berkembang, tidak mustahil akan mendorong

biaya pelayanan kesehatan kian meningkat tajam dan akhirnya merugikan sebagian

besar masyarakat karena harus membayar mahal biaya pelayanan kesehatan serta

premi asuransi kesehatan. Untuk menghindari dampak buruk, kiranya perlu ada

prosedur agar masyarakat terlindung dari beban yang berlebihan. Hal ini disebabkan

pembuktian terhadap malpraktik tidak mudah.

Buruknya komunikasi antara dokter dengan pasien, khususnya dalam

pelaksanaan informed consent, diduga menjadi penyebab maraknya gugatan

malpraktik medik ke permukaan. Dari sisi pasien/konsumen, hal ini merupakan

fenomena positif. Yaitu mulai tumbuhnya kesadaran pasien/konsumen atas hak-

haknya, yang selama ini kurang mendapat perhatian.

Kewajiban pelaku usaha dalam pihak ini Rumah Sakit/Puskesmas :

a. Pada umumnya semua kewajiban telah diatur dalam ketentuan Menteri Kesehatan

maupun Dir. Jan. Yanmed seperti adanya ketentuan hak dan kewajiban rumah

sakit, penderita dan pemilik rumah sakit, "informed Consent", ketentuan

akreditasi rumah sakit dan lain-lain.

b. Kewajiban agar memberi kesempatan konsumen/penderita untuk menguji atau

mencoba barang/jasa layanan rumah sakit sulit untuk dilaksanakan. Hal ini

mungkin sudah tercakup dalam ketentuan "Informed Consent" dalam hal ini

penderita menyatakan persetujuan atau menolak tindakan yang akan dilaksanakan

kepadanya setelah penderita mendapat penjelasan yang lengkap tentang untung

dan ruginya serta risiko tindakan yang akan dilaksanakan terhadapnya. Dengan

adanya UU ini dokter/rumah sakit akan lebih ber-hati-hati dan ber-sungguh

melaksanakan "Informed Consent".

c. Pemberian kompensasi dalam bidang perumah-sakitan sangat sulit untuk diukur

besarnya. Hal ini, akan memaksa rumah sakit atau dokter untuk bekerja sama

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

dengan asuransi sehingga akhirnya akan membebani penderita sendiri secara

keseluruhan.

d. Disamping itu tidaklah mungkin dokter/rumah sakit menjamin tentang hasil/upaya

yang dilakukan terhadap seorang penderita walaupun secara teori kedokteran

sesuatu tindakan itu walaupun tepat pelaksanaannya hasilnya tidak dapat

diramalkan. Maka pelaksanaan "informed Consent" yang benar sudah merupakan

cerminan hak penderita untuk mencoba layanan rumah sakit/dokter sebelumnya

Many accounts of informed consent in medical ethics claim that it is valuable because it supports individual autonomy. Unfortunately there are many distinct conceptions of individual autonomy, and their ethical importance varies. A better reason for taking informed consent seriously is that it provides assurance that patients and others are neither deceived nor coerced. Present debates about the relative importance of generic and specific consent (particulary in the use of human tissues for research and in secondary studies) do not address this issue squerely. Consent is a proportional attitude, so intransitive: complete, wholly specific consent is an illusion. Since the point of consent procedures is to limit deception and coercion, they should be designed to give patients and others control over the amount of information they receive and opportunity to rescind consent already given (Journal Med Ethics 2003,29: 4-7 doi: 10. 1136/jme.29.1.4)

Dari sejak didirikannya Puskesmas Gatak, belum pernah ditemukan kasus

malpraktik, keluhan-keluhan ataupun gugatan dari pasien yang berobat di puskesmas

tersebut, karena sebagian besar masyarakat yang berobat di puskesmas Gatak rata-

rata mengalami penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas), dokter Puskesmas

Gatak juga hanya melakukan praktik operasi kecil bila ada pasien yang membutuhkan

operasi, jika ada yang pasien yang sekiranya harus di operasi besar, maka pasien

tersebut dirujuk ke Rumah Sakit yang alat kesehatannya memadai dan maksimal

untuk melakukan operasi.

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

C. Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Diberikannya Perlindungan Hukum

Kepada Para Pasien Puskesmas Gatak Kabupaten Sukoharjo

Dokter di Puskesmas Gatak Kabupaten Sukoharjo dalam memenuhi standar

profesi medis dalam memberikan pelayanan atau tindakan medis terhadap pasien,

dalam arti bahwa dokter harus bertindak hati-hati, teliti, penuh keseriusan tidak

sembrono, dan yang paling penting adalah informed consent pasien dan atau

keluarganya. Bila ketentuan tersebut tidak dipenuhi, maka akan muncul suatu

implikasi yuridis, yang mana dokter harus mempertanggungjawabkan tindakannya

apabila suatu saat nanti timbul suatu masalah terhadap diri pasien. Untuk informed

consent pasien maka dokter harus memberikan informasi atau penjelasan tindakan

medis yang akan dilakukan dengan lengkap dan jelas, sehingga pasien mengerti apa

yang dijelaskan oleh dokter.

Ada beberapa hak yang dimiliki oleh seorang pasien yang harus dilakukan

oleh dokter. Ada konsekuensi bagi seorang dokter dalam menjalankan profesinya

untuk merealisasikan hak-hak yang dimiliki oleh seorang pasien, dengan

mengkomunikasikan setiap tindakan terapeutik itu kepada pasiennya. Tentunya

dokterlah yang dapat menseleksi apa yang harus dikomunikasikan dan bagaimana

caranya untuk mengkomunikasikannya, hak informasi informasi dari dokter itu

sangat diperlukan oleh seorang pasien, sehingga pasien dapat memilih atau

menentukan hak nasibnya sendiri, hak pasien mendapat perhatian dari dokter dalam

transaksi, maka setiap perawatan apa yang dikehendaki dalam mengambil keputusan

si-pasien tentunya harus ada kesepakatan dari dokter juga.

Dalam menjalankan profesi kedokteran seorang dokter potensi melakukan

tindakan-tindakan yang dapat mengakibatkan Malpraktik, hal ini adalah konsekuensi

bagi profesi dokter, maka untuk mengantisipasi dan mencegah adanya potensi

malpraktik seorang dokter harus memperhatikan kode etik profesi dokter.

Pelaksanaan dengan cara pelaksana profesi harus menghayati serta mengamalkan isi

Kode Etik Kedokteran Indonesia (KEKI), maka dengan kepatuhan dan ketaatan

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

menyangkut masalah pengetahuan, pengakuan dan penghargaan terhadap isi KEKI,

salah satu faktor yang mempengaruhi ketaatan seorang pengemban profesi ditentukan

oleh jangka waktu penanaman nilai-nilai KEKI, yaitu panjang atau pendeknya jangka

waktu dalam usaha-usaha dalam menanamkan itu dilakukan dan diharapkan memberi

hasil, oleh karena ketaatan pada KEKI dikontrol atas dan oleh dirinya sendiri. .

Kedokteran disebut sebagai suatu profesi yaitu suatu pekerjaan yang bersifat

memberikan pelayanan dan yang mengandung dua unsur yakni. :

1. Menerapkan seperangkat pengetahuan yang tersusun secara sistematis terhadap

problematis terhadap problema-problema tertentu.

2. Problema-problema tersebut mempunyai relevansi yang besar dalam

hubungannya dengan nilai-nilai yang dipandang pokok dalam masyarakat.

Untuk itu dokter harus memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi

cara dokter memberikan penjelasan medis kepada pasien. Dokter sebagai penyedia

layanan medis harus memberikan informasi yang jelas, bahasa yang mudah dimengerti

dan masuk akal. Pasien sebagai subyek layanan medis, sebelum memberikan

keputusan setuju atau tidaknya tindakan medik, perlu pertimbangan yang masuk akal,

oleh karenanya pasien menuntut informasi yang sesuai dengan yang diperlukan.

Dengan demikian semua penjelasan yang diberikan dokter benar-benar dapat

dimengerti oleh pasien dan keluarga. Selanjutnya pasien atau keluarganya dapat

memberikan persetujuan tindakan medis dengan mantap dan yakin. Ada begitu banyak

dan resiko yang harus dimengerti oleh pasien dan keluarga bisa menimbulkan

ketakutan pada diri pasien, maka dokter dalam memberikan penjelasan tidak boleh

memperingan prosedur, hendaknya dalam menyampaikan informasi dengan cara yang

halus, menggunakan kata atau kalimat sederhana yang tidak membuat pasien takut.

Selain itu faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh dokter dalam memberikan

informasi medis kepada pasien atau keluarganya antara lain:

a) Dari segi medic

b) Faktor keuangan

c) Faktor psikis

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

d) Faktor agama

e) Faktor pertimbangan keluarga

f) Faktor kompetensi pasien

g) Faktor usia

Pada umumnya dokter di Puskesmas Gatak Kabupaten Sukoharjo dalam

memberikan informasi tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien hanya

memperhatikan bahwa tindakan medis tersebut sangat tepat dan dibutuhkan oleh

pasien demi kesembuhannya, tanpa memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi pasien untuk memberikan persetujuan terhadap tindakan medis atas

dirinya atau menolaknya.

Faktor tersebut antara lain adalah dari segi medik, jika pasien tidak sadar maka

yang diberitahu informasi tindakan medis atas diri pasien dan yang memberikan

persetujuan atau penolakan tindakan medis adalah dari keluarga pasien. Selain itu dari

faktor keuangan, jika suatu tindakan medis memang diperlukan pasien misalnya

tindakan operasi, belum tentu tindakan medis tersebut mendapat persetujuan dari

pasien mengingat biaya yang dikeluarkan untuk melakukan operasi cukup besar,

sedangkan pasien tersebut berasal dari golongan tidak mampu maka pasien tidak akan

sanggup membayar biaya operasi tersebut, dengan demikian operasi tidak dapat

dilakukan. Faktor psikis juga mempengaruhi, jika pasien secara psikis tidak siap untuk

menerima tindakan medis yang akan dilakukan terhadapnya, maka pasien berhak

untuk menolak tindakan medis tersebut, meskipun hal itu akan merugikan kesehatan

pasien. Faktor agama dan kepercayaan juga harus diperhatikan, seperti dalam kasus

Jehovah’s Witness, antara Malette vs Shulman terjadi karena pasien mengalami

kecelakaan serius dalam tabrakan mobil. Di dalam dompet pasien ditemukan tulisan

“No Blood Tranfussion” dengan ditunjang keterangan bahwa pasien menganut The

Jehovah’s Witness yang melarang pengikutnya untuk menerima darah maupun bagian

tubuh orang lain. Walaupun dokter mengetahui larangan tersebut, dokter tetap

melakukan tranfusi untuk menyelamatkan nyawa pasien yang saat itu dalam keadaan

luka parah dan kehilangan banyak darah. Setelah ia sembuh pasien kemudian

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

menuntut dokter tersebut ke pengadilan. Ternyata pengadilan memutuskan dokter

tersebut bersalah karena telah mengakibatkan kerugian pada pasien berupa rusaknya

kepercayaan pasien. Dokter tidak boleh melakukan intervensi terhadap tubuh pasien

dan memaksa pasien untuk menerima sesuatu yang dilarang agamanya, meskipun

tanpa intervensi tersebut dokter mengetahui pasien akan meninggal. Putusan

pengadilan ini tetap harus diperhatikan karena dapat dijadikan sebagai rujukan untuk

memutus peristiwa serupa yang terjadi selanjutnya. Manusia merupakan makhluk

sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, maka faktor keluarga pasti juga akan

sangat diperhatikan, apalagi jika pasien masih tinggal bersama keluarganya,

dikarenakan pasien khawatir jika tindakan medis yang dilakukan atas dirinya akan

menambah beban kesulitan terhadap keluarganya, terutama dalam masalah keuangan.

Demikian juga faktor tingkat kompetensi pasien dalam memberikan persetujuan atau

penolakan tindakan medis atas dirinya, faktor ini juga sangat penting karena yang

berkompeten untuk memberikan persetujuan atau penolakan tindakan medis adalah

jika pasien sudah berusia 21 tahun atau sudah menikah, serta sehat rohani (tidak gila)

dan tidak berada di bawah pengampuan. Jika syarat kompetensi ini tidak terpenuhi

misal usia dibawah 21 tahun dan belum menikah, gila atau berada di bawah

pengampuan maka yang memberikan persetujuan atau penolakan tindakan medis dan

menandatangani format informed consent adalah orang tuanya atau pengampunya.

Namun demikian informed consent merupakan syarat subjektif untuk terjadinya

transaksi teurapetik yang bertumpu pada dua macam hak asasi sebagai hak dasar

manusia, yaitu hak atas informasi dan hak untuk menentukan nasibnya sendiri.

Agar pasien dapat mengambil keputusan yang benar-benar dapat

dipertanggungjawabkannya, maka dokter harus mampu memberikan informasi yang

dapat dimengerti oleh pasien sehingga mendapat persetujuan dari pasien, yang mana

informed consent tersebut harus mengandung komponen sebagai berikut.

a) Pasien harus mempunyai kemampuan (capacity or ability) untuk mengambil

keputusan

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

b) Dokter harus memberi informasi mengenai tindakan yang hendak dilakukan,

pengetesan atau prosedur termasuk didalamnya manfaat serta resiko yang

mungkin terjadi

c) Pasien harus memahami informasi yang diberikan

d) Pasien harus secara sukarela memberikan izinnya tanpa ada paksaan atau

tekanan

Hal-hal yang perlu disampaikan dalam Persetujuan Tindakan Medis antara lain:

a) Maksud dan tujuan tindakan medik tersebut

b) Resiko yang mungkin melekat pada tindakan medis tersebut

c) Kemungkinan timbulnya efek samping

d) Alternatif lain tindakan medis itu

e) Kemungkinan-kemungkinan sebagai konsekuensi yang terjadi bila tindakan

medis itu tidak dilakukan

f) Sifat dan resiko tindakan

g) Perkiraan biaya pengobatan

h) Berat ringannya resiko yang terjadi

i) Kapan resiko itu akan timbul seandainya terjadi

j) Prognosis (ramalan) perjalanan penyakit yang diderita

Kebanyakan masyarakat menyebutkan resiko yang muncul dalam suatu

tindakan medis sebagai malpraktik dokter. Malpraktik dokter merupakan suatu istilah

yang sering disamakan dengan kelalaian dokter yang berakibat kerusakan fisik, mental

maupun finansial pasien. Tindakan tersebut dapat diajukan ke pengadilan, baik kepada

Hakim pidana, perdata, ataupun dihadapkan pada tindakan administratif oleh badan

non judicatif. Malpraktik tidak meliputi ketentuan-ketentuan etik yang penanganannya

diserahkan kepada MKEK atau Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia,

hal ini diatur dalam Pasal 55 dan Pasal 56 UU No.29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran.

Ilmu kedokteran bukanlah ilmu matematika yang sudah pasti hasilnya,

menentukan diagnose suatu penyakit merupakan suatu seni tersendiri, karena

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

memerlukan imajinasi setelah mendengarkan keluhan-keluhan dari pasien. Profesi

kedokteran merupakan suatu profesi yang penuh dengan resiko, dan tidak jarang

dalam melakukan pengobatan terhadap pasien seringkali terjadi bahwa pasien

menderita luka berat, cacat tubuh atau bahkan kematian. Dalam hal ini masyarakat

selalu menuduh bahwa dokter telah melakukan malpraktik.

Resiko-resiko yang muncul dari suatu tindakan medis bisa merupakan akibat

dari:

a) Perjalanan dan komplikasi dari penyakitnya sendiri ( clinical course of the

desease)

b) Resiko medis (medical risk)

c) Resiko tindakan operatif (surgical risk)

d) Efek samping pengobatan dan tindakan (adverse effect of reaction)

e) Akibat keterbatasan fasilitas (limitation of resources)

f) Kecelakaan medis (medical accident)

g) Ketidaktepatan diagnosis (error of judgement)

h) Kelalaian medis (medical negligence)

i) Malpraktik medis (medical malpractice)

Dari kesemuanya itu, resiko yang ditanggung pasien ada tiga macam yaitu,

karena kecelakaan (accident, mishap, misadventure), resiko tindakan medis (risk of

treatment), kesalahan penilaian (error of judgement). Untuk mencegah resiko-resiko

tersebut, terdapat faktor-faktor yang melatarbelakangi diberikannya perlindungan

hukum terhadap pasien supaya pasien terlindungi dan dapat menggugat apabila

terdapat wanprestasi atau malpraktik dari dokter yang menangani. Sedikitnya

terdengar kasus-kasus malpraktik di Indonesia, dan agar tidak terjadi kesalahpahaman

di dalam menangani pasien, muncul beberapa faktor yang melatarbelakangi

diberikannya perlindungan hukum kepada para pasien di Puskesmas Gatak, yaitu:

1. Karena kurangnya kesadaran dari pasien di Puskesmas Gatak Kabupaten

Sukoharjo terhadap hak-haknya selaku pasien

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

2. Karena kurangnya kepercayaan dari pasien Puskesmas Gatak Kabupaten

Sukoharjo terhadap jalannya proses penegakan hukum dan pengadilan

3. Karena relatif kuatnya kedudukan dan keuangan para dokter dan rumah sakit /

puskesmas yang membuat pasien pesimis dapat memeperjuangkan hak-haknya

selaku pasien

Sampai saat sekarang ini Puskesmas Gatak Kabupaten Sukoharjo belum

pernah mengalami komplain ataupun gugatan malpraktik yang diajukan oleh pasien

terhadap dokter yang merawatnya, jikalau ada komplain dari pasien, dokter maupun

pihak puskesmas langsung memberikan tanggapan dan jawaban kepada pasien dan

keluarganya, sehingga komplain yang diajukan tidak berlanjut menjadi gugatan ke

pengadilan. Umumnya keluhan yang diajukan pasien hanya merupakan kesalah

pahaman dari pihak pasien, setelah pasien mendapatkan penjelasan yang lengkap dari

dokter maka kesalahpahaman bisa langsung diatasi.

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 50

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan di Puskesmas Gatak

Kabupaten Sukoharjo yang hasilnya telah penulis deskripsikan pada Bab III, maka

penulis dapat menyampaikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Perlindungan Hukum yang Diterima Oleh Para Pasien Di Puskesmas

Gatak Kabupaten Sukoharjo

Bahwa perlindungan hukum terhadap pasien di Puskesmas Gatak

Kabupaten Sukoharjo mengacu pada pengaturan dalam Undang-Undang No.8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 23

Tahun 1992 tentang Kesehatan, Undang-Undang No.29 Tahun 2004 tentang

Praktik Kedokteran, dan Undang-Undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit mengenai hak-hak yang harus diterima oleh pasien

2. Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Diberikannya Perlindungan

Hukum Kepada Para Pasien Puskesmas Gatak Kabupaten Sukoharjo

Ilmu kedokteran bukanlah ilmu matematika yang sudah pasti hasilnya,

menentukan diagnose suatu penyakit merupakan suatu seni tersendiri, karena

memerlukan imajinasi setelah mendengarkan keluhan-keluhan dari pasien.

Profesi kedokteran merupakan suatu profesi yang penuh dengan resiko, dan

tidak jarang dalam melakukan pengobatan terhadap pasien seringkali terjadi

bahwa pasien menderita luka berat, cacat tubuh atau bahkan kematian. Dalam

hal ini masyarakat selalu menuduh bahwa dokter telah melakukan malpraktik.

Resiko-resiko yang muncul dari suatu tindakan medis bisa merupakan akibat

dari:

a) Perjalanan dan komplikasi dari penyakitnya sendiri ( clinical course of the

desease)

b) Resiko medis (medical risk)

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

c) Resiko tindakan operatif (surgical risk)

d) Efek samping pengobatan dan tindakan (adverse effect of reaction)

e) Akibat keterbatasan fasilitas (limitation of resources)

f) Kecelakaan medis (medical accident)

g) Ketidaktepatan diagnosis (error of judgement)

h) Kelalaian medis (medical negligence)

i) Malpraktik medis (medical malpractice)

Dari kesemuanya itu, resiko yang ditanggung pasien ada tiga macam yaitu,

karena kecelakaan (accident, mishap, misadventure), resiko tindakan medis (risk of

treatment), kesalahan penilaian (error of judgement). Untuk mencegah resiko-resiko

tersebut, terdapat faktor-faktor yang melatarbelakangi diberikannya perlindungan

hukum terhadap pasien supaya pasien terlindungi dan dapat menggugat apabila

terdapat wanprestasi atau malpraktik dari dokter yang menangani. Sedikitnya

terdengar kasus-kasus malpraktik di Indonesia, dan agar tidak terjadi kesalahpahaman

di dalam menangani pasien, muncul beberapa faktor yang melatarbelakangi

diberikannya perlindungan hukum kepada para pasien di Puskesmas Gatak, yaitu:

1. Karena kurangnya kesadaran dari pasien di Puskesmas Gatak Kabupaten

Sukoharjo terhadap hak-haknya selaku pasien

2. Karena kurangnya kepercayaan dari pasien Puslesmas Gatak Kabupaten Sukoharjo

terhadap jalannya proses penegakan hukum dan pengadilan

3. Karena relatif kuatnya kedudukan dan keuangan para dokter dan rumah sakit /

puskesmas yang membuat pasien pesimis dapat memperjuangkan hak-haknya

selaku pasien

Sampai saat sekarang ini Puskesmas Gatak Kabupaten Sukoharjo belum

pernah mengalami komplain ataupun gugatan malpraktik yang diajukan oleh pasien

terhadap dokter yang merawatnya, jikalau ada komplain dari pasien, dokter maupun

pihak puskesmas langsung memberikan tanggapan dan jawaban kepada pasien dan

keluarganya, sehingga komplain yang diajukan tidak berlanjut menjadi gugatan ke

pengadilan. Umumnya keluhan yang diajukan pasien hanya merupakan kesalah

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

pahaman dari pihak pasien, setelah pasien mendapatkan penjelasan yang lengkap dari

dokter maka kesalahpahaman bisa langsung diatasi.

B. Saran

1. Dokter di Puskesmas Gatak Kabupaten Sukoharjo dalam memberikan pelayanan

kepada pasien harus sesuai dengan harapan pasien yaitu perawatan yang

informatif, manusiawi dan bermutu sesuai dengan standar profesi.

2. Puskesmas Gatak Kabupaten Sukoharjo dianjurkan agar tetap berupaya

memberikan pemahaman berupa system informasi kesehatan lingkungan di luar

ruang lingkup puskesmas maupun di dalam puskesmas itu sendiri baik

perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.

3. Hendaknya perlindungan hukum terhadap pasien maupun perlindungan dan

tanggung jawab tenaga kesehatan haruslah diatur dalam Undang-Undang

tersendiri

4. Bercermin dari banyak kasus yang terjadi dalam masyarakat, sebaiknya tenaga

maupun petugas kesehatan lebih berhati-hati dalam bertindak terutama

menyangkut pelayanan terhadap pasien sebagai konsumen jasa medis

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

DAFTAR PUSTAKA

Anton M. Moeliono. Dkk. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

C.S.T. Kansil. 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia (cetakan 8).

Jakarta: Balai Pustaka.

Eltaslim. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien. http://id.shvoong.com/law-and-

politics/1853631-perlindungan-hukum-terhadap-pasien/#ixzz1Vh9AbcSt

Gunawan Widjaya. 2000. Hukum Tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama

Guwandi J. 2005. Malpraktik Medik . Jakarta: Universitas Indonesia

H.B. Sutopo. 2002. Metode Penelitian Hukum Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

H.Malayu,S.P.Hasibuan. 2001. Pelayanan Terhadap Konsumen Jasa. Jakarta:

PT.Bumi Aksara

Journal Med Ethics 2003,29: 4-7 doi: 10. 1136/jme.29.1.4

Jurnal Hukum Lipi, Vol XIV; No. I, April 2004

Jurnal Rumah Sakit Ujung Berung, Vol 2. Tanggal 10 Januari 2010, hal 1.

Leenen dan Lamintang. 1991. Pelayanan Kesehatan dan Hukum. Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti

M.J Leader, Consumer Law, Plymouth, McDonald and Evans. 1980, hal 1.

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TERHADAP .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

R.Lowe, Commercial Law, ed 6, London, Sweet & Maxwell, 1983, hal 9-10

Sudikno Mertokusumo. 1986. Mengenal Hukum. Yogyakarta: Liberty.

The American Journal of Bioethics Volume 1, Number 2, Spring 2001

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

http://id.shvoong.com/law-and-politics/administrative-law/2170965-pengertian-

perlindungan-hukum/#ixzz1VfgEJc98