diare
DESCRIPTION
sdaddffTRANSCRIPT
-
Jurnal Kesehatan Kartika 28
HUBUNGAN SIKAP IBU TENTANG SANITASI BOTOL SUSU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 1 - 5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIMAHI SELATAN
Novie E. Mauliku dan Angga Rakhmadi
Stikes Jenderal A. Yani Cimahi
ABSTRAK
Diare merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Sebagian besar penderita diare adalah balita. Konsumsi susu formula menggunakan botol susu sebagai makanan sapihan terutama bagi anak usia 1 - 5 tahun selalu meningkat. Maka dari itu sikap ibu terhadap sanitasi botol susu sangat penting untuk mengurangi risiko kejadian diare pada balita. Penderita diare terutama pada balita di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan selalu tinggi dibandingkan dengan Puskesmas lain yang berada di wilayah Cimahi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sikap ibu tentang sanitasi botol susu dengan kejadian diare pada anak usia 1 - 5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional dan pengumpulan data menggunakan kuesioner. Pengambilan sampel secara quota sampling sebanyak 76 sampel dengan kriteria semua ibu dari anak usia 1 - 5 tahun pengguna botol susu yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan. Analisis data melalui dua tahapan, yaitu analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan analisis bivariat untuk melihat hubungan (chi - square) serta besarnya hubungan (OR). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden (52,6%) bersikap tidak mendukung terhadap sanitasi botol susu, sebagian besar anak pengguna botol susu (43,4%) mengalami diare. Hasil uji statistik didapatkan p value = 0,017 yang berarti terdapat hubungan antara sikap ibu tentang sanitasi botol susu dengan kejadian diare pada anak usia 1 - 5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan, dan dengan OR = 3,5 maka ibu yang bersikap tidak mendukung terhadap sanitasi botol susu berisiko 3,5 kali anaknya terkena diare dibandingkan dengan ibu yang bersikap mendukung. Perlu penambahan kegiatan penyuluhan setidaknya empat kali sebulan agar ditegaskan lagi kepada masyarakat khususnya ibu - ibu dari balita pengguna botol susu tentang pengetahuan serta langkah - langkah dalam menyajikan susu formula menggunakan botol susu. Untuk penelitian selanjutnya dapat menghubungkan perilaku ibu tentang sanitasi botol susu dengan kejadian diare guna mengetahui seberapa besar faktor risiko yang ditimbulkan. Kata Kunci : cross sectional, sikap, sanitasi botol susu, diare A. PENDAHULUAN
Gangguan saluran pencernaan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh kelainan bawaan atau
didapat. Gangguan akibat kelainan yang didapat disebabkan trauma atau adanya infeksi baik pada
saluran cerna atau di luar saluran cerna (Ngastiyah, 2005:213).
Penyakit diare merupakan salah satu dari penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak
di seluruh dunia, yang menyebabkan satu biliun kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya.
-
Jurnal Kesehatan Kartika 29
Mekanisme penularan utama untuk patogen diare adalah melalui tinja - mulut, dengan makanan dan
air yang merupakan penghantar untuk kebanyakan kejadian (Nelson, 2000:889).
Masih tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare dipengaruhi oleh berbagai faktor
antara lain faktor lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku
masyarakat yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan angka kejadian
diare. Diantaranya yakni penggunaan botol susu. Penggunaan botol susu memudahkan pencemaran
oleh kuman karena botol susu susah dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara
membersihkan dot dan botol susu hingga cara penyimpanannya yang kurang baik diidentifikasi
mempunyai faktor risiko terhadap kejadian diare pada balita (Aniqoh, 2006, Hubungan antara
Pemberian Susu Formula dengan Kejadian Diare pada Bayi Umur 0 - 12 Bulan, Studi di Puskesmas
Sekardangan Kabupaten Sidoarjo, 1, http://www.adln.lib.unair.ac.id/, diperoleh tanggal 10 Maret
2010).
Susu botol sebagai salah satu makanan sapihan pada anak penggunaannya semakin meningkat,
terutama di daerah perkotaan. Adanya pengetahuan, sikap dan praktik yang benar mengenai cara
penyiapan susu botol yang dilakukan oleh ibu merupakan salah satu faktor untuk menurunkan resiko
anak terkena penyakit diare akibat minum susu botol (Andreyani, 2000, Hubungan Pengetahuan,
Sikap, Praktik Ibu Mengenai Cara Penyiapan Susu Botol dengan Kejadian Diare pada Anak Umur 0 -
24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Genuk dan Bangetayu Kota Semarang Tahun 2000, 1,
http://www.fkm.undip.ac.id/, diperoleh tanggal 10 Maret 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiman (2004:78) pada anak usia 3 - 24 bulan di RSUD
Cibabat, Cimahi, menunjukkan nilai Odds Ratio (OR=15,93 p=0,000) tertinggi pada variabel
perawatan dot dan botol susu yang kurang baik sehingga dapat diidentifikasi sebagai faktor risiko
terjadinya diare dibanding variabel lain yang diteliti, yakni kebiasaan mencuci tangan (OR=6,03
p=0,000), penyimpanan dot (OR=4,04 p=0,003), jumlah dot dan botol susu (OR=3,80 p=0,005),
sedangkan pada variabel pelaksana pemberi Pengganti Air Susu Ibu (PASI) menunjukkan tidak
adanya hubungan yang signifikan dengan kejadian diare (OR=0,89 p=0,816). Penggunaan studi
kasus-kontrol dari sampel 86 responden (kasus=43 responden, kontrol=43 responden) tercatat 31
responden (72,1%) pada kelompok kasus melakukan perawatan dot dan botol susu yang kurang baik,
sedangkan pada kelompok kontrol yang melakukan perawatan dot dan botol susu yang kurang baik
hanya 6 responden (14%). Terbukti bahwa perilaku mengenai sanitasi dot dan botol susu mutlak
untuk selalu diperhatikan dan dilaksanakan dengan baik guna menekan angka kejadian diare pada
balita khususnya.
Kasus penyakit diare di Kota Cimahi cenderung terus mengalami peningkatan setiap bulannya.
Masih kurangnya kesadaran menerapkan PHBS di masyarakat, menjadi salah satu penyebabnya.
Meski bukanlah suatu kejadian luar biasa (KLB), kasus penyakit diare di kota Cimahi cukup tinggi.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, setiap bulannya kasus diare di Cimahi hampir selalu
menyentuh angka lebih dari dua ribu penderita (Pikiran Rakyat, 15 Desember 2009, 1,
http://digilib-ampl.net, diperoleh tanggal 2 Maret 2010).
Akumulasi kasus penderita penyakit diare di Kota Cimahi dari bulan Januari hingga Oktober 2009
mencapai 19.425 kasus. Kasus diare terbanyak terdapat di Puskesmas Cimahi Selatan (4.596 kasus)
-
Jurnal Kesehatan Kartika 30
dan Puskesmas Cigugur Tengah (2.219 kasus). Berdasarkan hasil survei PHBS yang telah dilakukan
pada 93.000 rumah tangga oleh Dinas Kesehatan Kota Cimahi tahun 2008, baru terdapat setidaknya
40 persen rumah tangga di Kota Cimahi yang dapat dikategorikan sebagai rumah tangga yang sehat.
Namun, jumlah tersebut sudah dapat menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya
mencapai 21,67 persen (Barliani, 2009, Penderita Diare terus Meningkat, 3, http://digilib-
ampl.net, diperoleh tanggal 2 Maret 2010).
Puskesmas Cimahi Selatan merupakan salah satu Puskesmas yang berada di kawasan
Kecamatan Cimahi bagian selatan dengan luas wilayah binaan seluas 773, 576 hektar (Ha) yang
wilayah kerjanya mencakup dua Kelurahan, yaitu Kelurahan Leuwi Gajah (380,163 Ha) terdiri dari 91
RW dan 126 RT serta Kelurahan Utama (393,413 Ha) terdiri dari 16 RW dan 91 RT. Setiap tahunnya,
penyakit diare merupakan masalah serius di kalangan masyarakat wilayah kerja Puskesmas ini
dimana diare selalu termasuk dalam peringkat 10 besar penyakit terbanyak. Masalah ini yang
kemudian menarik perhatian peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sikap ibu dalam
menjaga kebersihan botol susu khususnya bagi ibu yang mempunyai anak usia 1 - 5 tahun.
Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sikap
ibu tentang sanitasi botol susu dan kejadian diare pada anak usia 1 - 5 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Cimahi Selatan, dan mengetahui hubungan sikap ibu tentang sanitasi botol susu dengan
kejadian diare pada anak usia 1 - 5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan.
B. METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi, yaitu model rancangan
penelitian yang bertujuan untuk memaparkan hubungan antara gejala satu dengan gejala yang lain,
atau variabel satu dengan variabel yang lain. Pendekatan yang digunakan yaitu potong lintang (cross
sectional) dimana variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel yang termasuk efek diteliti
sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005:142-148).
Penelitian ini menitikberatkan pada balita usia 1 - 5 tahun, disebabkan karena pengguna botol
susu lebih banyak pada balita. Demikian halnya dengan anak usia di bawah 1 tahun juga tidak diteliti
dikarenakan sebagian besar pada usia tersebut anak masih diberi ASI. Baru setelah memasuki usia
di atas 12 - 24 bulan (1 - 2 tahun), anak mulai menjalani masa penyapihan (Nadesul, 2005:17). Maka
dari itu diperlukan adanya pengetahuan, sikap dan praktik yang benar mengenai sanitasi botol susu
bagi ibu merupakan salah satu faktor untuk menurunkan risiko anak untuk terkena penyakit diare
Berikut ini adalah gambar kerangka konsep penelitian yang menjadi patokan peneliti untuk
mencari hubungan antara sikap ibu tentang sanitasi botol susu dengan kejadian diare :
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada ibu :
a. Status gizi b. Pendidikan c. Pengetahuan
Diare
d. Sikap ibu tentang sanitasi botol susu
-
Jurnal Kesehatan Kartika 31
Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Skala
Diare
Sikap ibu
tentang sanitasi
botol susu
Diare meliputi
frekuensi buang air
besar lebih dari 3
kali pada anak,
konsistensi feses
encer, warna hijau,
dan bercampur
darah/ lendir.
Reaksi/ respon ibu
mengenai sanitasi
botol susu dalam
mencegah kejadian
diare pada anak.
Hasil Rekam
Medis
Kuesioner
0= Diare
1= Penyakit selain
diare
0= Tidak mendukung
jika skor mean
(49).
1= Mendukung jika skor
> mean (49).
Nominal
Ordinal
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak usia 1 - 5 tahun,
berkunjung ke Puskesmas Cimahi Selatan, dan pada saat diteliti sedang menggunakan botol susu.
Adapun yang menjadi populasi adalah berdasarkan data kunjungan seluruh anak usia 1 - 5 tahun ke
Puskesmas Cimahi Selatan pada bulan Juni 2010 yaitu sebanyak 315 anak. Sedangkan sampel
adalah sebagian dari populasi yang didapat setelah melakukan perhitungan rumus sampel, sehingga
diperoleh sampel 76 responden.
Metode pengambilan sampel dilakukan secara Quota Sampling yaitu dengan mengambil anggota
sampel dari populasi yang mempunyai ciri - ciri/ karakteristik tertentu sampai jumlah (kuota) yang
diinginkan (Sugiyono, 2010:85). Adapun kriteria dari sampel yang diambil adalah sebagai berikut :
a. Balita dalam hal ini yakni anak yang berusia 1 - 5 tahun yang menderita diare ataupun penyakit
selain diare.
b. Anak yang menggunakan botol susu.
c. Orang tua bersedia menjadi responden (informed consent).
d. Orang tua dan anak bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan alat pengumpul data
yang berbentuk kuesioner/ angket berupa lembar check list pernyataan sikap ibu tentang sanitasi
botol susu. Setelah data terkumpul, dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan analisis
univariat dan analisis bivariat. (Arikunto, 2006:235).
-
Jurnal Kesehatan Kartika 32
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap ibu tentang sanitasi botol susu dan kejadian diare pada anak usia 1 - 5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Sikap Ibu tentang sanitasi botol susu dan Kejadian Diare
pada anak usia 1 - 5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan.
Variabel Frekuensi Persentase
Sikap Ibu
Tidak Mendukung
Mendukung
40
36
52,6
47,4
Jumlah 76 100
Kejadian Diare
Diare
Penyakit Selain Diare
33
43
43,3
56,6
Jumlah 76 100
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa sebagian besar ibu mempunyai sikap tidak
mendukung terhadap sanitasi botol susu (52,6%) dengan alasan mereka kurang mengetahui
langkah - langkah dalam membersihkan botol susu yang baik dan benar. Sikap tidak
mendukung sebagian besar responden inilah yang mencerminkan kurangnya perhatian orang
tua balita mengenai pentingnya menjaga kebersihan botol susu. Hal yang dianggap sederhana
dan sering terlupakan oleh orang tua namun dapat memberikan dampak yang besar bagi balita
terutama pengguna botol susu. Bahkan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiman
(2004) pada balita di RSUD Cibabat Cimahi menunjukkan bahwa perawatan botol susu yang
kurang baik berisiko 15,93 kali balita terkena diare dibandingkan dengan perawatan botol susu
yang baik. Merujuk hasil temuan itulah disamping pengetahuan yang didapat sebelumnya oleh
ibu, sangat penting untuk mempunyai sikap mendukung terhadap kebersihan botol susu yang
kemudian diharapkan dapat juga memberikan dampak positif untuk tindakan nyata yaitu
perilaku ibu dalam kesehariannya membersihkan botol susu.
Hal ini sesuai dengan pendapat Azwar (2009:15) bahwa sikap dapat dikatakan sebagai
suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada stimulus
yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang
dinyatakan sebagai sikap itu timbul didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang
-
Jurnal Kesehatan Kartika 33
memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik - buruk, positif - negatif,
menyenangkan - tidak menyenangkan, yang kemudian akan mengkristal sebagai suatu potensi
reaksi terhadap objek sikap. Selanjutnya menurut kerangka pemikiran yang diwakili oleh para
ahli psikologi seperti Louis Thurstone (1928), Rensis Likert (1932), serta Charles Osgood
(1975) bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang
terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun
perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, meskipun responden yang anaknya menderita diare hanya
43,4% namun tetap yang tertinggi. Hal tersebut dikarenakan responden yang anaknya bukan
menderita diare (56,6%) terdiri dari beberapa penyakit lain seperti ISPA (25,0%), Batuk
(14,5%), Demam tidak diketahui sebabnya (9,2%), gangguan lain pada kulit (5,3%), dan
Dermatitis tidak spesifik (2,6%).
Seringkali penyakit diare dianggap sepele dan hanya merupakan masalah kecil terutama
oleh masyarakat perkotaan yang tinggal di tempat - tempat yang kumuh, golongan ekonomi
menengah kebawah dan juga dengan tingkat pendidikan yang rendah. Beberapa responden
yang ditemui langsung oleh peneliti sebagian besar menyatakan bahwa mereka kurang
mengetahui dampak dan bahaya dari penyakit diare apabila terjadi pada anak mereka. Masalah
semacam ini yang kemudian menunjukkan angka kematian yang selalu tinggi akibat
kekurangan cairan (dehidrasi) bagi penderita diare di Indonesia, terutama pada balita karena
kurangnya keseriusan orang tua dalam menanggapi kejadian diare pada balita.
Merujuk dari yang dikemukakan Nelson (2000:889) bahwa penyakit diare merupakan salah
satu dari penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia, yang
menyebabkan satu biliun kejadian sakit dan 3 - 5 juta kematian setiap tahunnya. Hal ini juga
diperkuat oleh data lainnya yang menunjukkan bahwa tidak kurang dari 100 ribu balita
Indonesia per tahun meninggal akibat penyakit diare. Ironisnya dari data tersebut, hanya 13
persen saja yang dilaporkan ke dinas - dinas kesehatan setempat dan sangat memungkinkan
bahwa diare merupakan penyakit nomor satu memakan banyak korban yang kini tengah
dipegang penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Utomo, Hidup Sehat dengan Air Bersih
dan Memutus Mata Rantai Bakteri Penyebab Diare, 2009, 3, http://www.menkokesra.go.id,
diperoleh tanggal 26 Februari 2010).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang digunakan pada penelitian ini adalah uji statistik Kai - Kuadrat (Chi -
Square) yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (sikap ibu
tentang sanitasi botol susu) dan variabel dependen (kejadian diare).
-
Jurnal Kesehatan Kartika 34
Tabel 2. Distribusi Responden menurut Hubungan Sikap Ibu tentang Sanitasi Botol Susu dengan Kejadian Diare pada Anak Usia 1 - 5 Tahun
Sikap Ibu
Kejadian Diare
Jumlah OR
(95% CI) p Value
Diare Penyakit Selain
Diare
N % N % N %
Tidak Mendukung 23 57,5 17 42,5 40 100 3,518
(1,345 - 9,203) 0,017 Mendukung 10 27,8 26 72,2 36 100
Total 33 43,4 43 56,6 76 100
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sikap ibu tentang
sanitasi botol susu dengan kejadian diare pada anak usia 1 - 5 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Cimahi Selatan (p=0,017 OR=3,5). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Andreyani (2000) yang menyatakan bahwa adanya pengetahuan, sikap dan praktik yang benar
mengenai cara penyiapan susu botol yang dilakukan oleh ibu merupakan salah satu faktor
untuk menurunkan risiko anak terkena penyakit diare akibat minum susu botol. Sepola dengan
hasil penelitian Budiman (2004:78) pada anak usia 3 - 24 bulan di RSUD Cibabat Cimahi yang
menunjukkan nilai Odds Ratio (OR=15,93 p=0,000) tertinggi pada variabel perawatan dot dan
botol susu yang kurang baik sehingga dapat diidentifikasi sebagai faktor risiko terjadinya diare
dibanding variabel lain yang diteliti, yaitu kebiasaan mencuci tangan (OR=6,03 p=0,000),
penyimpanan dot (OR=4,04 p=0,003), jumlah dot dan botol susu (OR=3,80 p=0,005),
sedangkan pada variabel pelaksana pemberi Pengganti Air Susu Ibu (PASI) menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan dengan kejadian diare (OR=0,89 p=0,816).
Kebutuhan balita akan susu formula yang menggunakan botol susu dewasa ini terus
meningkat. Namun hal tersebut juga perlu diimbangi pengetahuan, sikap hingga perilaku orang
tua untuk selalu mengutamakan kebersihan botol susu bagi buah hatinya. Hal yang sangat
penting dan sudah sewajarnya dilakukan guna mencegah kejadian diare yang lebih tinggi lagi
terutama pada balita. Karena menurut yang diutarakan oleh Suryabudhi (2000:126) bahwa
mencuci dan mensterilkan botol susu penting dilakukan untuk membunuh semua kuman yang
masih ada, karena kuman - kuman ini cepat sekali berkembang biak. Dalam 1 hari saja kuman -
kuman ini bisa mencapai jumlah jutaan dalam susu yang tidak steril sehingga dapat
membahayakan kesehatan bayi. Diperkuat juga menurut pernyataan Chumbley (2004:82)
bahwa Gastroenteritis (diare), semacam penyakit perut, banyak terjadi pada bayi yang diberi
susu yang menggunakan botol susu. Tentunya sangat berisiko bagi balita pengguna botol susu
untuk terkena diare.
Apabila dibandingkan dengan pemberian ASI eksklusif, penggunaan gelas ataupun wadah
lain selain botol susu, risiko infeksi akibat diare akan lebih rendah. Hal ini dikarenakan bentuk
dari botol susu yang banyak ulir/ lekukan hampir di setiap bagian sehingga akan banyak sisa
susu yang dapat menggumpal di beberapa lekukan yang mendukung perkembangbiakan
kuman penyebab diare. Karena menurut Hartono (2009) bahwa kejadian diare akan jauh lebih
-
Jurnal Kesehatan Kartika 35
rendah pada bayi yang mendapat ASI dibanding dengan yang menggunakan botol susu. Bila
memakai botol susu maka resiko infeksi dari dot atau botol lebih besar. Terlebih bila airnya ikut
tercemar. Jadi pemakaian botol susu lebih banyak resikonya karena botol susu susah untuk
dibersihkan. Oleh karena itu, selalu perhatikan kebersihan dot dan botol susu serta air untuk
campuran susu.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan mengenai hubungan sikap ibu
tentang sanitasi botol susu dengan kejadian diare pada anak usia 1 - 5 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Cimahi Selatan, dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
a. Sebagian besar responden (52,6%) mempunyai sikap tidak mendukung terhadap sanitasi
botol susu.
b. Sebagian besar anak pengguna botol susu (43,4%) mengalami diare.
c. Terdapat hubungan antara sikap ibu tentang sanitasi botol susu dengan kejadian diare pada
anak usia 1 - 5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan (p=0,017 OR=3,5).
2. Saran
Adapun saran yang dapat peneliti berikan dari hasil penelitian ini kepada
Puskesmas Cimahi Selatan, yaitu perlunya penambahan kegiatan penyuluhan
sebanyak empat kali dalam sebulan agar ditegaskan lagi kepada masyarakat
khususnya bagi ibu - ibu yang memiliki balita pengguna botol susu tentang
pengetahuan serta langkah - langkah dalam menyajikan susu formula
menggunakan botol susu.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, H.I. (2001). Makanan Bayi Bergizi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Budiman. (2004). Pola Pemberian Pengganti Air Susu Ibu (PASI) sebagai Faktor Risiko terjadinya Diare
Akut pada Anak Usia 3 - 24 Bulan di RSUD Cibabat Cimahi, Tesis, Bandung, Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran.
Chumbley, J. (2004). Menyusui : Panduan para Ibu untuk Menyusui dan Mengenalkan Bayi pada Susu
Botol. Jakarta : Erlangga. Departemen Kesehatan RI. (2005). Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare, Cimahi : Dinas Kesehatan
Cimahi
-
Jurnal Kesehatan Kartika 36
Format referensi elektronik direkomendasikan oleh Andreyani, 2000, Hubungan Pengetahuan, Sikap, Praktik Ibu Mengenai Cara Penyiapan Susu Botol dengan Kejadian Diare pada Anak Umur 0 - 24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Genuk dan Bangetayu Kota Semarang Tahun 2000, Skripsi, tersedia http://www.fkm.undip.ac.id, 10 Maret 2010.
Format referensi elektronik direkomendasikan oleh Aniqoh, 2006, Hubungan antara Pemberian Susu
Formula dengan Kejadian Diare pada Bayi Umur 0 - 12 Bulan (Studi di Puskesmas Sekardangan Kabupaten Sidoarjo), Skripsi, tersedia http://www.adln.lib.unair.ac.id, 10 Maret 2010.
Format referensi elektronik direkomendasikan oleh Cahyanto, 2009, Membangun Air, Sanitasi & Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat, tersedia http://www.amifrance.org, 26 Februari 2010. Format referensi elektronik direkomendasikan oleh Galamedia, 10 Februari 2009, tersedia
http://www.diskes.jabarprov.go.id, 9 Maret 2010. Format referensi elektronik direkomendasikan oleh Murni, 2009, Cara Membersihkan Botol Susu Bayi,
tersedia http://wanitaimpian.com, 26 Februari 2010. Format referensi elektronik direkomendasikan oleh Pikiran Rakyat, 15 Desember 2009, tersedia
http://digilib-ampl.net, 2 Maret 2010. Format referensi elektronik direkomendasikan oleh Utomo, 2009, Hidup Sehat dengan Air Bersih dan
Memutus Mata Rantai Bakteri Penyebab Diare, tersedia http://www.menkokesra.go.id, 26 Februari 2010
Indivara, N. (2009). 200 Tips: Ibu Smart Anak Sehat. Yogyakakarta : Pustaka Anggrek. Nadesul, H. (2005). Makanan Sehat untuk Bayi. Jakarta : Puspa Swara. Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit (Edisi 2). Jakarta : EGC. Suryabudhi, M. (2000). Cara Merawat Bayi dan Anak - anak (Buku Pertama). Bandung : Pionir Jaya.