diare

Upload: zaid-farmasi

Post on 01-Mar-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sdaddff

TRANSCRIPT

  • Jurnal Kesehatan Kartika 28

    HUBUNGAN SIKAP IBU TENTANG SANITASI BOTOL SUSU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 1 - 5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIMAHI SELATAN

    Novie E. Mauliku dan Angga Rakhmadi

    Stikes Jenderal A. Yani Cimahi

    ABSTRAK

    Diare merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Sebagian besar penderita diare adalah balita. Konsumsi susu formula menggunakan botol susu sebagai makanan sapihan terutama bagi anak usia 1 - 5 tahun selalu meningkat. Maka dari itu sikap ibu terhadap sanitasi botol susu sangat penting untuk mengurangi risiko kejadian diare pada balita. Penderita diare terutama pada balita di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan selalu tinggi dibandingkan dengan Puskesmas lain yang berada di wilayah Cimahi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sikap ibu tentang sanitasi botol susu dengan kejadian diare pada anak usia 1 - 5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional dan pengumpulan data menggunakan kuesioner. Pengambilan sampel secara quota sampling sebanyak 76 sampel dengan kriteria semua ibu dari anak usia 1 - 5 tahun pengguna botol susu yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan. Analisis data melalui dua tahapan, yaitu analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan analisis bivariat untuk melihat hubungan (chi - square) serta besarnya hubungan (OR). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden (52,6%) bersikap tidak mendukung terhadap sanitasi botol susu, sebagian besar anak pengguna botol susu (43,4%) mengalami diare. Hasil uji statistik didapatkan p value = 0,017 yang berarti terdapat hubungan antara sikap ibu tentang sanitasi botol susu dengan kejadian diare pada anak usia 1 - 5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan, dan dengan OR = 3,5 maka ibu yang bersikap tidak mendukung terhadap sanitasi botol susu berisiko 3,5 kali anaknya terkena diare dibandingkan dengan ibu yang bersikap mendukung. Perlu penambahan kegiatan penyuluhan setidaknya empat kali sebulan agar ditegaskan lagi kepada masyarakat khususnya ibu - ibu dari balita pengguna botol susu tentang pengetahuan serta langkah - langkah dalam menyajikan susu formula menggunakan botol susu. Untuk penelitian selanjutnya dapat menghubungkan perilaku ibu tentang sanitasi botol susu dengan kejadian diare guna mengetahui seberapa besar faktor risiko yang ditimbulkan. Kata Kunci : cross sectional, sikap, sanitasi botol susu, diare A. PENDAHULUAN

    Gangguan saluran pencernaan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh kelainan bawaan atau

    didapat. Gangguan akibat kelainan yang didapat disebabkan trauma atau adanya infeksi baik pada

    saluran cerna atau di luar saluran cerna (Ngastiyah, 2005:213).

    Penyakit diare merupakan salah satu dari penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak

    di seluruh dunia, yang menyebabkan satu biliun kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya.

  • Jurnal Kesehatan Kartika 29

    Mekanisme penularan utama untuk patogen diare adalah melalui tinja - mulut, dengan makanan dan

    air yang merupakan penghantar untuk kebanyakan kejadian (Nelson, 2000:889).

    Masih tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare dipengaruhi oleh berbagai faktor

    antara lain faktor lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku

    masyarakat yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan angka kejadian

    diare. Diantaranya yakni penggunaan botol susu. Penggunaan botol susu memudahkan pencemaran

    oleh kuman karena botol susu susah dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara

    membersihkan dot dan botol susu hingga cara penyimpanannya yang kurang baik diidentifikasi

    mempunyai faktor risiko terhadap kejadian diare pada balita (Aniqoh, 2006, Hubungan antara

    Pemberian Susu Formula dengan Kejadian Diare pada Bayi Umur 0 - 12 Bulan, Studi di Puskesmas

    Sekardangan Kabupaten Sidoarjo, 1, http://www.adln.lib.unair.ac.id/, diperoleh tanggal 10 Maret

    2010).

    Susu botol sebagai salah satu makanan sapihan pada anak penggunaannya semakin meningkat,

    terutama di daerah perkotaan. Adanya pengetahuan, sikap dan praktik yang benar mengenai cara

    penyiapan susu botol yang dilakukan oleh ibu merupakan salah satu faktor untuk menurunkan resiko

    anak terkena penyakit diare akibat minum susu botol (Andreyani, 2000, Hubungan Pengetahuan,

    Sikap, Praktik Ibu Mengenai Cara Penyiapan Susu Botol dengan Kejadian Diare pada Anak Umur 0 -

    24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Genuk dan Bangetayu Kota Semarang Tahun 2000, 1,

    http://www.fkm.undip.ac.id/, diperoleh tanggal 10 Maret 2010).

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiman (2004:78) pada anak usia 3 - 24 bulan di RSUD

    Cibabat, Cimahi, menunjukkan nilai Odds Ratio (OR=15,93 p=0,000) tertinggi pada variabel

    perawatan dot dan botol susu yang kurang baik sehingga dapat diidentifikasi sebagai faktor risiko

    terjadinya diare dibanding variabel lain yang diteliti, yakni kebiasaan mencuci tangan (OR=6,03

    p=0,000), penyimpanan dot (OR=4,04 p=0,003), jumlah dot dan botol susu (OR=3,80 p=0,005),

    sedangkan pada variabel pelaksana pemberi Pengganti Air Susu Ibu (PASI) menunjukkan tidak

    adanya hubungan yang signifikan dengan kejadian diare (OR=0,89 p=0,816). Penggunaan studi

    kasus-kontrol dari sampel 86 responden (kasus=43 responden, kontrol=43 responden) tercatat 31

    responden (72,1%) pada kelompok kasus melakukan perawatan dot dan botol susu yang kurang baik,

    sedangkan pada kelompok kontrol yang melakukan perawatan dot dan botol susu yang kurang baik

    hanya 6 responden (14%). Terbukti bahwa perilaku mengenai sanitasi dot dan botol susu mutlak

    untuk selalu diperhatikan dan dilaksanakan dengan baik guna menekan angka kejadian diare pada

    balita khususnya.

    Kasus penyakit diare di Kota Cimahi cenderung terus mengalami peningkatan setiap bulannya.

    Masih kurangnya kesadaran menerapkan PHBS di masyarakat, menjadi salah satu penyebabnya.

    Meski bukanlah suatu kejadian luar biasa (KLB), kasus penyakit diare di kota Cimahi cukup tinggi.

    Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, setiap bulannya kasus diare di Cimahi hampir selalu

    menyentuh angka lebih dari dua ribu penderita (Pikiran Rakyat, 15 Desember 2009, 1,

    http://digilib-ampl.net, diperoleh tanggal 2 Maret 2010).

    Akumulasi kasus penderita penyakit diare di Kota Cimahi dari bulan Januari hingga Oktober 2009

    mencapai 19.425 kasus. Kasus diare terbanyak terdapat di Puskesmas Cimahi Selatan (4.596 kasus)

  • Jurnal Kesehatan Kartika 30

    dan Puskesmas Cigugur Tengah (2.219 kasus). Berdasarkan hasil survei PHBS yang telah dilakukan

    pada 93.000 rumah tangga oleh Dinas Kesehatan Kota Cimahi tahun 2008, baru terdapat setidaknya

    40 persen rumah tangga di Kota Cimahi yang dapat dikategorikan sebagai rumah tangga yang sehat.

    Namun, jumlah tersebut sudah dapat menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya

    mencapai 21,67 persen (Barliani, 2009, Penderita Diare terus Meningkat, 3, http://digilib-

    ampl.net, diperoleh tanggal 2 Maret 2010).

    Puskesmas Cimahi Selatan merupakan salah satu Puskesmas yang berada di kawasan

    Kecamatan Cimahi bagian selatan dengan luas wilayah binaan seluas 773, 576 hektar (Ha) yang

    wilayah kerjanya mencakup dua Kelurahan, yaitu Kelurahan Leuwi Gajah (380,163 Ha) terdiri dari 91

    RW dan 126 RT serta Kelurahan Utama (393,413 Ha) terdiri dari 16 RW dan 91 RT. Setiap tahunnya,

    penyakit diare merupakan masalah serius di kalangan masyarakat wilayah kerja Puskesmas ini

    dimana diare selalu termasuk dalam peringkat 10 besar penyakit terbanyak. Masalah ini yang

    kemudian menarik perhatian peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sikap ibu dalam

    menjaga kebersihan botol susu khususnya bagi ibu yang mempunyai anak usia 1 - 5 tahun.

    Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sikap

    ibu tentang sanitasi botol susu dan kejadian diare pada anak usia 1 - 5 tahun di wilayah kerja

    Puskesmas Cimahi Selatan, dan mengetahui hubungan sikap ibu tentang sanitasi botol susu dengan

    kejadian diare pada anak usia 1 - 5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan.

    B. METODOLOGI PENELITIAN

    Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi, yaitu model rancangan

    penelitian yang bertujuan untuk memaparkan hubungan antara gejala satu dengan gejala yang lain,

    atau variabel satu dengan variabel yang lain. Pendekatan yang digunakan yaitu potong lintang (cross

    sectional) dimana variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel yang termasuk efek diteliti

    sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005:142-148).

    Penelitian ini menitikberatkan pada balita usia 1 - 5 tahun, disebabkan karena pengguna botol

    susu lebih banyak pada balita. Demikian halnya dengan anak usia di bawah 1 tahun juga tidak diteliti

    dikarenakan sebagian besar pada usia tersebut anak masih diberi ASI. Baru setelah memasuki usia

    di atas 12 - 24 bulan (1 - 2 tahun), anak mulai menjalani masa penyapihan (Nadesul, 2005:17). Maka

    dari itu diperlukan adanya pengetahuan, sikap dan praktik yang benar mengenai sanitasi botol susu

    bagi ibu merupakan salah satu faktor untuk menurunkan risiko anak untuk terkena penyakit diare

    Berikut ini adalah gambar kerangka konsep penelitian yang menjadi patokan peneliti untuk

    mencari hubungan antara sikap ibu tentang sanitasi botol susu dengan kejadian diare :

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada ibu :

    a. Status gizi b. Pendidikan c. Pengetahuan

    Diare

    d. Sikap ibu tentang sanitasi botol susu

  • Jurnal Kesehatan Kartika 31

    Definisi Operasional

    Variabel Definisi

    Operasional Alat Ukur Hasil Ukur

    Skala

    Diare

    Sikap ibu

    tentang sanitasi

    botol susu

    Diare meliputi

    frekuensi buang air

    besar lebih dari 3

    kali pada anak,

    konsistensi feses

    encer, warna hijau,

    dan bercampur

    darah/ lendir.

    Reaksi/ respon ibu

    mengenai sanitasi

    botol susu dalam

    mencegah kejadian

    diare pada anak.

    Hasil Rekam

    Medis

    Kuesioner

    0= Diare

    1= Penyakit selain

    diare

    0= Tidak mendukung

    jika skor mean

    (49).

    1= Mendukung jika skor

    > mean (49).

    Nominal

    Ordinal

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak usia 1 - 5 tahun,

    berkunjung ke Puskesmas Cimahi Selatan, dan pada saat diteliti sedang menggunakan botol susu.

    Adapun yang menjadi populasi adalah berdasarkan data kunjungan seluruh anak usia 1 - 5 tahun ke

    Puskesmas Cimahi Selatan pada bulan Juni 2010 yaitu sebanyak 315 anak. Sedangkan sampel

    adalah sebagian dari populasi yang didapat setelah melakukan perhitungan rumus sampel, sehingga

    diperoleh sampel 76 responden.

    Metode pengambilan sampel dilakukan secara Quota Sampling yaitu dengan mengambil anggota

    sampel dari populasi yang mempunyai ciri - ciri/ karakteristik tertentu sampai jumlah (kuota) yang

    diinginkan (Sugiyono, 2010:85). Adapun kriteria dari sampel yang diambil adalah sebagai berikut :

    a. Balita dalam hal ini yakni anak yang berusia 1 - 5 tahun yang menderita diare ataupun penyakit

    selain diare.

    b. Anak yang menggunakan botol susu.

    c. Orang tua bersedia menjadi responden (informed consent).

    d. Orang tua dan anak bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan.

    Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan alat pengumpul data

    yang berbentuk kuesioner/ angket berupa lembar check list pernyataan sikap ibu tentang sanitasi

    botol susu. Setelah data terkumpul, dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan analisis

    univariat dan analisis bivariat. (Arikunto, 2006:235).

  • Jurnal Kesehatan Kartika 32

    C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    1. Analisis Univariat

    Analisis univariat bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap ibu tentang sanitasi botol susu dan kejadian diare pada anak usia 1 - 5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan.

    Tabel 1. Distribusi Frekuensi Sikap Ibu tentang sanitasi botol susu dan Kejadian Diare

    pada anak usia 1 - 5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan.

    Variabel Frekuensi Persentase

    Sikap Ibu

    Tidak Mendukung

    Mendukung

    40

    36

    52,6

    47,4

    Jumlah 76 100

    Kejadian Diare

    Diare

    Penyakit Selain Diare

    33

    43

    43,3

    56,6

    Jumlah 76 100

    Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa sebagian besar ibu mempunyai sikap tidak

    mendukung terhadap sanitasi botol susu (52,6%) dengan alasan mereka kurang mengetahui

    langkah - langkah dalam membersihkan botol susu yang baik dan benar. Sikap tidak

    mendukung sebagian besar responden inilah yang mencerminkan kurangnya perhatian orang

    tua balita mengenai pentingnya menjaga kebersihan botol susu. Hal yang dianggap sederhana

    dan sering terlupakan oleh orang tua namun dapat memberikan dampak yang besar bagi balita

    terutama pengguna botol susu. Bahkan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiman

    (2004) pada balita di RSUD Cibabat Cimahi menunjukkan bahwa perawatan botol susu yang

    kurang baik berisiko 15,93 kali balita terkena diare dibandingkan dengan perawatan botol susu

    yang baik. Merujuk hasil temuan itulah disamping pengetahuan yang didapat sebelumnya oleh

    ibu, sangat penting untuk mempunyai sikap mendukung terhadap kebersihan botol susu yang

    kemudian diharapkan dapat juga memberikan dampak positif untuk tindakan nyata yaitu

    perilaku ibu dalam kesehariannya membersihkan botol susu.

    Hal ini sesuai dengan pendapat Azwar (2009:15) bahwa sikap dapat dikatakan sebagai

    suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada stimulus

    yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang

    dinyatakan sebagai sikap itu timbul didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang

  • Jurnal Kesehatan Kartika 33

    memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik - buruk, positif - negatif,

    menyenangkan - tidak menyenangkan, yang kemudian akan mengkristal sebagai suatu potensi

    reaksi terhadap objek sikap. Selanjutnya menurut kerangka pemikiran yang diwakili oleh para

    ahli psikologi seperti Louis Thurstone (1928), Rensis Likert (1932), serta Charles Osgood

    (1975) bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang

    terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun

    perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.

    Berdasarkan hasil penelitian, meskipun responden yang anaknya menderita diare hanya

    43,4% namun tetap yang tertinggi. Hal tersebut dikarenakan responden yang anaknya bukan

    menderita diare (56,6%) terdiri dari beberapa penyakit lain seperti ISPA (25,0%), Batuk

    (14,5%), Demam tidak diketahui sebabnya (9,2%), gangguan lain pada kulit (5,3%), dan

    Dermatitis tidak spesifik (2,6%).

    Seringkali penyakit diare dianggap sepele dan hanya merupakan masalah kecil terutama

    oleh masyarakat perkotaan yang tinggal di tempat - tempat yang kumuh, golongan ekonomi

    menengah kebawah dan juga dengan tingkat pendidikan yang rendah. Beberapa responden

    yang ditemui langsung oleh peneliti sebagian besar menyatakan bahwa mereka kurang

    mengetahui dampak dan bahaya dari penyakit diare apabila terjadi pada anak mereka. Masalah

    semacam ini yang kemudian menunjukkan angka kematian yang selalu tinggi akibat

    kekurangan cairan (dehidrasi) bagi penderita diare di Indonesia, terutama pada balita karena

    kurangnya keseriusan orang tua dalam menanggapi kejadian diare pada balita.

    Merujuk dari yang dikemukakan Nelson (2000:889) bahwa penyakit diare merupakan salah

    satu dari penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia, yang

    menyebabkan satu biliun kejadian sakit dan 3 - 5 juta kematian setiap tahunnya. Hal ini juga

    diperkuat oleh data lainnya yang menunjukkan bahwa tidak kurang dari 100 ribu balita

    Indonesia per tahun meninggal akibat penyakit diare. Ironisnya dari data tersebut, hanya 13

    persen saja yang dilaporkan ke dinas - dinas kesehatan setempat dan sangat memungkinkan

    bahwa diare merupakan penyakit nomor satu memakan banyak korban yang kini tengah

    dipegang penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Utomo, Hidup Sehat dengan Air Bersih

    dan Memutus Mata Rantai Bakteri Penyebab Diare, 2009, 3, http://www.menkokesra.go.id,

    diperoleh tanggal 26 Februari 2010).

    2. Analisis Bivariat

    Analisis bivariat yang digunakan pada penelitian ini adalah uji statistik Kai - Kuadrat (Chi -

    Square) yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (sikap ibu

    tentang sanitasi botol susu) dan variabel dependen (kejadian diare).

  • Jurnal Kesehatan Kartika 34

    Tabel 2. Distribusi Responden menurut Hubungan Sikap Ibu tentang Sanitasi Botol Susu dengan Kejadian Diare pada Anak Usia 1 - 5 Tahun

    Sikap Ibu

    Kejadian Diare

    Jumlah OR

    (95% CI) p Value

    Diare Penyakit Selain

    Diare

    N % N % N %

    Tidak Mendukung 23 57,5 17 42,5 40 100 3,518

    (1,345 - 9,203) 0,017 Mendukung 10 27,8 26 72,2 36 100

    Total 33 43,4 43 56,6 76 100

    Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sikap ibu tentang

    sanitasi botol susu dengan kejadian diare pada anak usia 1 - 5 tahun di wilayah kerja

    Puskesmas Cimahi Selatan (p=0,017 OR=3,5). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

    Andreyani (2000) yang menyatakan bahwa adanya pengetahuan, sikap dan praktik yang benar

    mengenai cara penyiapan susu botol yang dilakukan oleh ibu merupakan salah satu faktor

    untuk menurunkan risiko anak terkena penyakit diare akibat minum susu botol. Sepola dengan

    hasil penelitian Budiman (2004:78) pada anak usia 3 - 24 bulan di RSUD Cibabat Cimahi yang

    menunjukkan nilai Odds Ratio (OR=15,93 p=0,000) tertinggi pada variabel perawatan dot dan

    botol susu yang kurang baik sehingga dapat diidentifikasi sebagai faktor risiko terjadinya diare

    dibanding variabel lain yang diteliti, yaitu kebiasaan mencuci tangan (OR=6,03 p=0,000),

    penyimpanan dot (OR=4,04 p=0,003), jumlah dot dan botol susu (OR=3,80 p=0,005),

    sedangkan pada variabel pelaksana pemberi Pengganti Air Susu Ibu (PASI) menunjukkan tidak

    terdapat hubungan yang signifikan dengan kejadian diare (OR=0,89 p=0,816).

    Kebutuhan balita akan susu formula yang menggunakan botol susu dewasa ini terus

    meningkat. Namun hal tersebut juga perlu diimbangi pengetahuan, sikap hingga perilaku orang

    tua untuk selalu mengutamakan kebersihan botol susu bagi buah hatinya. Hal yang sangat

    penting dan sudah sewajarnya dilakukan guna mencegah kejadian diare yang lebih tinggi lagi

    terutama pada balita. Karena menurut yang diutarakan oleh Suryabudhi (2000:126) bahwa

    mencuci dan mensterilkan botol susu penting dilakukan untuk membunuh semua kuman yang

    masih ada, karena kuman - kuman ini cepat sekali berkembang biak. Dalam 1 hari saja kuman -

    kuman ini bisa mencapai jumlah jutaan dalam susu yang tidak steril sehingga dapat

    membahayakan kesehatan bayi. Diperkuat juga menurut pernyataan Chumbley (2004:82)

    bahwa Gastroenteritis (diare), semacam penyakit perut, banyak terjadi pada bayi yang diberi

    susu yang menggunakan botol susu. Tentunya sangat berisiko bagi balita pengguna botol susu

    untuk terkena diare.

    Apabila dibandingkan dengan pemberian ASI eksklusif, penggunaan gelas ataupun wadah

    lain selain botol susu, risiko infeksi akibat diare akan lebih rendah. Hal ini dikarenakan bentuk

    dari botol susu yang banyak ulir/ lekukan hampir di setiap bagian sehingga akan banyak sisa

    susu yang dapat menggumpal di beberapa lekukan yang mendukung perkembangbiakan

    kuman penyebab diare. Karena menurut Hartono (2009) bahwa kejadian diare akan jauh lebih

  • Jurnal Kesehatan Kartika 35

    rendah pada bayi yang mendapat ASI dibanding dengan yang menggunakan botol susu. Bila

    memakai botol susu maka resiko infeksi dari dot atau botol lebih besar. Terlebih bila airnya ikut

    tercemar. Jadi pemakaian botol susu lebih banyak resikonya karena botol susu susah untuk

    dibersihkan. Oleh karena itu, selalu perhatikan kebersihan dot dan botol susu serta air untuk

    campuran susu.

    D. KESIMPULAN DAN SARAN

    1. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan mengenai hubungan sikap ibu

    tentang sanitasi botol susu dengan kejadian diare pada anak usia 1 - 5 tahun di wilayah kerja

    Puskesmas Cimahi Selatan, dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

    a. Sebagian besar responden (52,6%) mempunyai sikap tidak mendukung terhadap sanitasi

    botol susu.

    b. Sebagian besar anak pengguna botol susu (43,4%) mengalami diare.

    c. Terdapat hubungan antara sikap ibu tentang sanitasi botol susu dengan kejadian diare pada

    anak usia 1 - 5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan (p=0,017 OR=3,5).

    2. Saran

    Adapun saran yang dapat peneliti berikan dari hasil penelitian ini kepada

    Puskesmas Cimahi Selatan, yaitu perlunya penambahan kegiatan penyuluhan

    sebanyak empat kali dalam sebulan agar ditegaskan lagi kepada masyarakat

    khususnya bagi ibu - ibu yang memiliki balita pengguna botol susu tentang

    pengetahuan serta langkah - langkah dalam menyajikan susu formula

    menggunakan botol susu.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anwar, H.I. (2001). Makanan Bayi Bergizi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Budiman. (2004). Pola Pemberian Pengganti Air Susu Ibu (PASI) sebagai Faktor Risiko terjadinya Diare

    Akut pada Anak Usia 3 - 24 Bulan di RSUD Cibabat Cimahi, Tesis, Bandung, Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran.

    Chumbley, J. (2004). Menyusui : Panduan para Ibu untuk Menyusui dan Mengenalkan Bayi pada Susu

    Botol. Jakarta : Erlangga. Departemen Kesehatan RI. (2005). Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare, Cimahi : Dinas Kesehatan

    Cimahi

  • Jurnal Kesehatan Kartika 36

    Format referensi elektronik direkomendasikan oleh Andreyani, 2000, Hubungan Pengetahuan, Sikap, Praktik Ibu Mengenai Cara Penyiapan Susu Botol dengan Kejadian Diare pada Anak Umur 0 - 24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Genuk dan Bangetayu Kota Semarang Tahun 2000, Skripsi, tersedia http://www.fkm.undip.ac.id, 10 Maret 2010.

    Format referensi elektronik direkomendasikan oleh Aniqoh, 2006, Hubungan antara Pemberian Susu

    Formula dengan Kejadian Diare pada Bayi Umur 0 - 12 Bulan (Studi di Puskesmas Sekardangan Kabupaten Sidoarjo), Skripsi, tersedia http://www.adln.lib.unair.ac.id, 10 Maret 2010.

    Format referensi elektronik direkomendasikan oleh Cahyanto, 2009, Membangun Air, Sanitasi & Perilaku

    Hidup Bersih dan Sehat, tersedia http://www.amifrance.org, 26 Februari 2010. Format referensi elektronik direkomendasikan oleh Galamedia, 10 Februari 2009, tersedia

    http://www.diskes.jabarprov.go.id, 9 Maret 2010. Format referensi elektronik direkomendasikan oleh Murni, 2009, Cara Membersihkan Botol Susu Bayi,

    tersedia http://wanitaimpian.com, 26 Februari 2010. Format referensi elektronik direkomendasikan oleh Pikiran Rakyat, 15 Desember 2009, tersedia

    http://digilib-ampl.net, 2 Maret 2010. Format referensi elektronik direkomendasikan oleh Utomo, 2009, Hidup Sehat dengan Air Bersih dan

    Memutus Mata Rantai Bakteri Penyebab Diare, tersedia http://www.menkokesra.go.id, 26 Februari 2010

    Indivara, N. (2009). 200 Tips: Ibu Smart Anak Sehat. Yogyakakarta : Pustaka Anggrek. Nadesul, H. (2005). Makanan Sehat untuk Bayi. Jakarta : Puspa Swara. Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit (Edisi 2). Jakarta : EGC. Suryabudhi, M. (2000). Cara Merawat Bayi dan Anak - anak (Buku Pertama). Bandung : Pionir Jaya.