diare
TRANSCRIPT
Diare
1. Pengertian Diare
Beberapa pengertian diare sebagai berikut:
a. Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja
yang encer dan frekuensinya lebih banyak dari biasanya (Staf pengajar IKA
FKUI, 2000:1)
b. Diare adalah suatu keadaan dimana tinja kehilangan konsistensi normal yang
lazim disertai kenaikan frekuensi berak (Roger, 1995:145).
c. Diare adalah inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus yang
disebabkan oleh virus dan parasit (Cecily.L, 2002:155)
d. Diare adalah keadaan buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak (Ngastiyah, 1997: 143).
2. Etiologi Diare
Penyebab diare dapat dibagi dalam berbagai faktor antara lain (Ngastiyah, 1997:
143):
a. Faktor infeksi
1) Infeksi Enteral: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.
Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
a) Infeksi bakteri : Vibrio, Ecolli, Salmonella, Yersinia Shigella,
Sampylobacter, Aeromonas dan sebagainya.
b) Infeksi virus : Enterovirus (virus Echo, Rotavirus, Adeno Virus
Coxsackie, Poliomyelitis), Astrovirus.
c) Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Stroogyloides), Protozoa (Entamoeba, Histolytica, Giardia lamblia,
Trichomonas Hominis), Jamur; (Candida Albicans).
2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar pencernaan makanan seperti Otitis
Media Akut (OMA), Tonsillitis/Tonsilofaringitis, Bronchopneumonia,
Ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak di bawah umur 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi Karbohidrat, disakarida (intoleransi laktossa, maltosa, dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan glukosa).
2) Malabsorbsi lemak.
3) Malabsorbsi protein.
c. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar).
e. Diet
Serangan diare dapat terjadi karena terlalu banyak bahan makanan yang sulit
dicerna, seperti kacang, cabai, dan beberapa obat tradisional yang
menyebabkan rangsangan pada usus.
f. Gizi
Mencret dapat terjadi pada keadaan kekurangan gizi seperti pada
kwashiorkor, terutama karena gangguan pencernaan.
3. Gambaran Klinis Diare
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. biasanya warna
tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu,
anus dan daerah sekitarnya lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama
makin asam sebagai akibat makin banyak laktat yang berasal dari laktosa yang
tidak diabsorbsi oleh usus selama diare (Roger, 1995:145).
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan
asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan
elektrolit gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan mulai menurun,
turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi) selaput
lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering (Ngastiyah, 1997: 144).
4. Penatalaksanaan Diare (Ngastiyah, 1997: 145)
Prinsip pengobatan diare menggantikan cairan yang hilang melalui tinja
dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa atau karbohidrat lain. Tindakan pertama yang dilakukan dirumah yaitu
dengan pemberian peroral berupa oralit, larutan gula garam banyaknya cairan
yang diberikan adalah 50 ml/Kg Bb selama 4-6 jam.
Dasar Pengobatan Diare
a. Obat Anti sekresi: Asetosal dosis 25 mg, Klorpramazim dosis 0,5-1
mg/Bb/hr.
b. Obat Spasmolitik seperti papaverin, eksrtak beladona, Opium loperamid.
c. Antibiotik seperti Tetrasiklin 25-50 mg/Kg Bb/hr.
d. Dietetik (cara pemberian makanan).
5. Pencegahan
a. Jagalah kebersihan makanan, tubuh dan lingkungan terutama kebersihan air
minum, makan dari lalat dan kotoran. Jagalah agar tidak ada sampah busuk
dan terbuka di lingkungan rumah dan sekolah. Jangan minum air mentah
yang mengandung bibit penyakit. Sebaiknya air minum dimasak sampai
mendidih (Ngastiyah, 1997: 145)
b. Anak diberikan makanan bergizi yang sehat dan seimbang agar daya tahan
anak kuat terhadap penyakit (Ngastiyah, 1997: 145).
c. Bayi yang mendapat tambahan susu formula, susu harus bersih dan dengan
pemberian komposisi yang tepat, dan sebaiknya mengandung bahan anti
infeksi akan melindungi anak terhadap diare (Ngastiyah, 1997: 145).
d. Bayi diberi ASI ekslusif karena ASI dapat melindungi bayi dari penyakit
infeksi, diare dan alergi (Supartini, 2004:109).
6. Komplikasi (Ngastiyah, 1997: 145)
a. Dehidrasi.
b. Renjatan hipovolemia.
c. Hipokalemia.
d. Hipoglikemia.
e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
lactate.
f. Kejang.
g. Malnutrisi energi protein
Dari komplikasi di atas yang sering terjadi adalah dehidrasi.
a. Pengertian Dehidrasi (Soebagjo, 1996: 463).
Dehidrasi adalah kekurangan cairan dan elektrolit dalam tubuh
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi
dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi berat. Bila berdasarkan tonisitas
plasma dibagi menjadi dehidrasi hipotonis, isotonik dan hipertonik. Pasien
diare yang dirawat biasanya sudah dalam keadaan dehidrasi berat dengan
rata-rata kehilangan cairan sebanyak 12,5 %. Pada dehidrasi berat, volume
darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala
denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun
(apatis, somnolen, kadang soporokomatius) (Soebagjo, 1996: 149).
Akibat dehidrasi dapat terjadi (oliguria sampai anuria). Bila sudah
terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat dengan pernafasan yang
cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Asidosis metabolik terjadi karena :
1) Kehilangan NaHCo3 melalui tinja diare.
2) Ketosis, kelaparan.
3) Produk-produk metabolik yang bersifat asam, tidak dapat dikeluarkan
(karena oliguria/anuria).
4) Berpadunya ion natrium dan cairan ekstraseluler ke dalam intraseluler.
5) Penimbunan asam laktat.
b. Keluhan dan tanda klinis dehidrasi (Soebagjo S, 2002: 85-86).
Tanda-tanda klinis yang timbul apabila penderita jatuh ke dalam dehidrasi
adalah:
1) Rasa haus.
2) Elastisitas kulit menurun.
3) Bibir dan mulut kering
4) Mata cowong
5) Ubun-ubun dasar cekung.
6) Air kencing sedikit.
7) Takikardia.
8) Kesadaran menurun.
9) Klasifikasi Dehidrasi (Soebagjo, 1996: 149).
c. Penentuan derajat dehidrasi menurut defisit berat badan:
1) Dehidrasi ringan (deficit 6-8%Bb).
2) Dehidrasi sedang (deficit 6-9%Bb).
3) Dehidrasi berat (deficit lebih dari 10%Bb)
d. Dehidrasi berdasarkan tonisitas plasma terbagi atas:
1) Dehidrasi Isotonis
Memiliki osmolalitas yang sama seperti serum dan cairan tubuh yang
lain. Osmolalitas berada dalam rentang normal untuk serum (280-295
Mosm/L)
2) Dehidrasi Hipotonik
Tubuh mengali kehilangan cairan yang mengandung elektrolit melalui
saluran pencernaan, sehingga tekanan osmotik menurun. Hal ini
menghambat dikeluarkanya hormon anti diuretik sehingga ginjal
mengeluarkan air agar tercapai konsentrasi cairan ekstra seluler yang
normal. Larutan hipotonik memiliki osmolalitas yang lebih rendah
dibandingkan dengan osmolalitas serum.
3) Dehidrasi Hipertonik
Dehidrasi hipertonik terjadi karena masuknya air sangat terbatas, pada
orang yang mengeluarkan keringat yang sangat banyak tanpa mendapat
penggantian air/mendapat minum. Pada stadium permulaan water
depletion, ion natrium dan chlor ikut menghilang dengan cairan tubuh
tetapi kemudian terjadi reabsorbsi ion melalui tubulus ginjal yang
berlebihan sehingga cairan ekstra seluler mengandung natrium dan chlor
berlebihan dan terjadi hipertonis. Kematian akan terjadi bila orang
kehilangan ± 15-22% total body water.
4) Dehidrasi berdasarkan manifestasi klinis
a) Dehidrasi Ringan
Keadaan umum sadar baik, rasa haus bertambah, sirkulasi darah/nadi
normal, mata agak cekung, turgor/tonus biasa, kencing biasa.
b) Dehidrasi Sedang
Keadaan umum gelisah, rasa haus +, sirkulasi darah/nadi cepat, (120-
140), pernafasan agak cepat, mata cekung, turgor/tonus kurang,
kencing sedikit, selaput lendir kering, ubun-ubun cekung.
c) Dehidrasi berat
Keadaan umum apatis/koma rasa haus bertambah, sirkulasi
darah/nadi cepat sekali (lebih dari 140). Pernafasan kusmaul (cepat
dan dalam), mata cekung sekali, turgor/tonus kurang sekali, kencing
tidak ada. (Soebagjo, 1996: 70).
5) Dehidrasi berdasarkan kehilangan cairan
Tabel 2.1
Kehilangan Cairan Menurut Derajat Dehidrasi
Pada Anak Usia Di bawah 2 Tahun
Derajat dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah
Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 200 25 350
Sumber: (Ngastiyah, 1997: 146)
Tabel 2.2
Kehilangan Cairan Menurut Derajat Dehidrasi
Pada Anak Usia Di bawah 2-5 Tahun
Derajat dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah
Ringan 30 80 25 135
Sedang 50 80 25 155
Berat 80 80 25 185
Sumber: (Ngastiyah, 1997: 146)
Tabel 2.3
Kehilangan Cairan Pada Dehidrasi Berat
Menurut Berat Badan Dan Umur
Derajat
DehidrasiUmur PWL NWL CWL Jumlah
0 – 3 Kg 0 – 2 bln 150 125 25 300
3 – 10 Kg 1 – 2 bln 125 100 25 250
10 – 15 Kg 1 – 5 thn 100 80 25 205
15 – 25 Kg 5 – 10 thn 80 25 25 130
Sumber: (Ngastiyah, 1997: 146)
Keterangan:
PWL : Previus Water Losses (ml/Kg/Bb) cairan yang hilang
karena muntah.
NWL : Normal Water Losses (ml/Kg/Bb) urine, penguapan kulit,
pernafasan.
CWL : Concomitant Water Losses (ml/Kg/Bb) karena diare dan
muntah.
6) Penatalaksanaan
Cara memberikan cairan dengan jenis cairan serta perbandingannya.
1) Belum terjadi Dehidrasi
Per oral, sebanyak anak mau minum atau 1 gelas larutan gula
garam/oralit tiap defekasi.
2) Dehidrasi Ringan
a) 1 jam pertama : 25-50 ml/Kg/Bb per oral
b) Selanjutnya : 125 ml/Kg/Bb/hari.
Cairan isotonic 0,9 % NaCI, yang sering digunakan adalah
konsentrasi Dektrose 5%
3) Dehidrasi Sedang
a) 1 jam pertama : 50-100 ml/Kg/Bb per oral
b) Selanjutnya : 125 ml/Kg/Bb/hari.
Cairan Ringer Lactat 1 jam pertama 10 tetes/Kg/Bb/menit
7 jam berikutnya 3 tetes/Kg/Bb/menit
4) Dehidrasi Berat (Ngastiyah, 1997: 147-148)
a) Untuk usia 1 bulan – 2 tahun Bb 3 Kg.
1 jam pertama : 40/Kg/Bb/jam = 10 tetes/Kg/Bb/menit
(set infus berukuran 1 ml = 15 tetes).
b) 7 jam berikutnya : 12 ml/Kg/Bb/jam = 3 tetes/Kg/Bb/menit
(set infus berukuran 1 ml = 15 tetes).
c) 16 jam berikutnya : 125 ml/Kg/Bb oralit per oral atau intragastrik.
Bila anak tidak mau minum teruskan dengan intravena = 2
tetes/Kg/menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes).
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa + 1 bagian NaHCO3 11/2 %).
d) Untuk anak usia lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 Kg.
(1) 1 jam pertama : 30 ml/Kg Bb/jam atau 8 tetes/Kg Bb/menit (1
ml = 15 tetes).
(2) 7 jam berikutnya : 10 ml/Kg/Bb/jam atau 3 tetes/Kg Bb/menit (1
ml = 15 tetes).
(3) 16 jam berikutnya : 125 ml/Kg Bb/jam atau 8 tetes/Kg Bb/menit
(1 ml = 15 tetes). Cairan isotonic, 0,9 % NaCI.
e) Untuk anak usia lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 12-15 Kg.
(1) 1 jam pertama : 20 ml/Kg Bb/jam atau 5 tetes/Kg/Bb/menit (1 ml
= 15 tetes).
(2) 7 jam berikutnya : 10 ml/Kg/Bb/jam atau 21/2 tetes/Kg/Bb/menit
(1 ml = 15 tetes).
c) 16 jam berikutnya : 105 ml/Kg/Bb oralit per oral.
Bila anak tidak mau minum dapat diberi melalui intravena 1
tetes/Kg/Bb/menit (1 ml = 15 tetes).
Cairan Ringer Lactat (Larutan Hartmann).
f) Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan Bb 2-3 Kg.
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/Kg Bb/24
jam.
(1) Kecepatan 4 jam pertama: 25 ml/Kg Bb/ 20 jam atau 2 tetes/Kg
Bb/menit (1 ml : 20 tetes)
(2) Jenis cairan : 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3
11/2%)