diare

13
Diare 1. Pengertian Diare Beberapa pengertian diare sebagai berikut: a. Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dan frekuensinya lebih banyak dari biasanya (Staf pengajar IKA FKUI, 2000:1) b. Diare adalah suatu keadaan dimana tinja kehilangan konsistensi normal yang lazim disertai kenaikan frekuensi berak (Roger, 1995:145). c. Diare adalah inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus yang disebabkan oleh virus dan parasit (Cecily.L, 2002:155) d. Diare adalah keadaan buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak (Ngastiyah, 1997: 143). 2. Etiologi Diare Penyebab diare dapat dibagi dalam berbagai faktor antara lain (Ngastiyah, 1997: 143): a. Faktor infeksi 1) Infeksi Enteral: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:

Upload: julianda-eprianti

Post on 31-Jul-2015

38 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Diare

Diare

1. Pengertian Diare

Beberapa pengertian diare sebagai berikut:

a. Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja

yang encer dan frekuensinya lebih banyak dari biasanya (Staf pengajar IKA

FKUI, 2000:1)

b. Diare adalah suatu keadaan dimana tinja kehilangan konsistensi normal yang

lazim disertai kenaikan frekuensi berak (Roger, 1995:145).

c. Diare adalah inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus yang

disebabkan oleh virus dan parasit (Cecily.L, 2002:155)

d. Diare adalah keadaan buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih

dari 3 kali pada anak (Ngastiyah, 1997: 143).

2. Etiologi Diare

Penyebab diare dapat dibagi dalam berbagai faktor antara lain (Ngastiyah, 1997:

143):

a. Faktor infeksi

1) Infeksi Enteral: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak.

Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:

a) Infeksi bakteri : Vibrio, Ecolli, Salmonella, Yersinia Shigella,

Sampylobacter, Aeromonas dan sebagainya.

b) Infeksi virus : Enterovirus (virus Echo, Rotavirus, Adeno Virus

Coxsackie, Poliomyelitis), Astrovirus.

c) Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,

Stroogyloides), Protozoa (Entamoeba, Histolytica, Giardia lamblia,

Trichomonas Hominis), Jamur; (Candida Albicans).

2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar pencernaan makanan seperti Otitis

Media Akut (OMA), Tonsillitis/Tonsilofaringitis, Bronchopneumonia,

Ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan

anak di bawah umur 2 tahun.

Page 2: Diare

b. Faktor malabsorbsi

1) Malabsorbsi Karbohidrat, disakarida (intoleransi laktossa, maltosa, dan

sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan glukosa).

2) Malabsorbsi lemak.

3) Malabsorbsi protein.

c. Faktor makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

d. Faktor psikologis

Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih

besar).

e. Diet

Serangan diare dapat terjadi karena terlalu banyak bahan makanan yang sulit

dicerna, seperti kacang, cabai, dan beberapa obat tradisional yang

menyebabkan rangsangan pada usus.

f. Gizi

Mencret dapat terjadi pada keadaan kekurangan gizi seperti pada

kwashiorkor, terutama karena gangguan pencernaan.

3. Gambaran Klinis Diare

Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,

nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. biasanya warna

tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu,

anus dan daerah sekitarnya lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama

makin asam sebagai akibat makin banyak laktat yang berasal dari laktosa yang

tidak diabsorbsi oleh usus selama diare (Roger, 1995:145).

Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat

disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan

asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan

elektrolit gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan mulai menurun,

turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi) selaput

lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering (Ngastiyah, 1997: 144).

Page 3: Diare

4. Penatalaksanaan Diare (Ngastiyah, 1997: 145)

Prinsip pengobatan diare menggantikan cairan yang hilang melalui tinja

dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan

glukosa atau karbohidrat lain. Tindakan pertama yang dilakukan dirumah yaitu

dengan pemberian peroral berupa oralit, larutan gula garam banyaknya cairan

yang diberikan adalah 50 ml/Kg Bb selama 4-6 jam.

Dasar Pengobatan Diare

a. Obat Anti sekresi: Asetosal dosis 25 mg, Klorpramazim dosis 0,5-1

mg/Bb/hr.

b. Obat Spasmolitik seperti papaverin, eksrtak beladona, Opium loperamid.

c. Antibiotik seperti Tetrasiklin 25-50 mg/Kg Bb/hr.

d. Dietetik (cara pemberian makanan).

5. Pencegahan

a. Jagalah kebersihan makanan, tubuh dan lingkungan terutama kebersihan air

minum, makan dari lalat dan kotoran. Jagalah agar tidak ada sampah busuk

dan terbuka di lingkungan rumah dan sekolah. Jangan minum air mentah

yang mengandung bibit penyakit. Sebaiknya air minum dimasak sampai

mendidih (Ngastiyah, 1997: 145)

b. Anak diberikan makanan bergizi yang sehat dan seimbang agar daya tahan

anak kuat terhadap penyakit (Ngastiyah, 1997: 145).

c. Bayi yang mendapat tambahan susu formula, susu harus bersih dan dengan

pemberian komposisi yang tepat, dan sebaiknya mengandung bahan anti

infeksi akan melindungi anak terhadap diare (Ngastiyah, 1997: 145).

d. Bayi diberi ASI ekslusif karena ASI dapat melindungi bayi dari penyakit

infeksi, diare dan alergi (Supartini, 2004:109).

6. Komplikasi (Ngastiyah, 1997: 145)

a. Dehidrasi.

b. Renjatan hipovolemia.

c. Hipokalemia.

d. Hipoglikemia.

Page 4: Diare

e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim

lactate.

f. Kejang.

g. Malnutrisi energi protein

Dari komplikasi di atas yang sering terjadi adalah dehidrasi.

a. Pengertian Dehidrasi (Soebagjo, 1996: 463).

Dehidrasi adalah kekurangan cairan dan elektrolit dalam tubuh

Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi

dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi berat. Bila berdasarkan tonisitas

plasma dibagi menjadi dehidrasi hipotonis, isotonik dan hipertonik. Pasien

diare yang dirawat biasanya sudah dalam keadaan dehidrasi berat dengan

rata-rata kehilangan cairan sebanyak 12,5 %. Pada dehidrasi berat, volume

darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala

denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun

(apatis, somnolen, kadang soporokomatius) (Soebagjo, 1996: 149).

Akibat dehidrasi dapat terjadi (oliguria sampai anuria). Bila sudah

terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat dengan pernafasan yang

cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Asidosis metabolik terjadi karena :

1) Kehilangan NaHCo3 melalui tinja diare.

2) Ketosis, kelaparan.

3) Produk-produk metabolik yang bersifat asam, tidak dapat dikeluarkan

(karena oliguria/anuria).

4) Berpadunya ion natrium dan cairan ekstraseluler ke dalam intraseluler.

5) Penimbunan asam laktat.

b. Keluhan dan tanda klinis dehidrasi (Soebagjo S, 2002: 85-86).

Tanda-tanda klinis yang timbul apabila penderita jatuh ke dalam dehidrasi

adalah:

1) Rasa haus.

2) Elastisitas kulit menurun.

3) Bibir dan mulut kering

4) Mata cowong

5) Ubun-ubun dasar cekung.

Page 5: Diare

6) Air kencing sedikit.

7) Takikardia.

8) Kesadaran menurun.

9) Klasifikasi Dehidrasi (Soebagjo, 1996: 149).

c. Penentuan derajat dehidrasi menurut defisit berat badan:

1) Dehidrasi ringan (deficit 6-8%Bb).

2) Dehidrasi sedang (deficit 6-9%Bb).

3) Dehidrasi berat (deficit lebih dari 10%Bb)

d. Dehidrasi berdasarkan tonisitas plasma terbagi atas:

1) Dehidrasi Isotonis

Memiliki osmolalitas yang sama seperti serum dan cairan tubuh yang

lain. Osmolalitas berada dalam rentang normal untuk serum (280-295

Mosm/L)

2) Dehidrasi Hipotonik

Tubuh mengali kehilangan cairan yang mengandung elektrolit melalui

saluran pencernaan, sehingga tekanan osmotik menurun. Hal ini

menghambat dikeluarkanya hormon anti diuretik sehingga ginjal

mengeluarkan air agar tercapai konsentrasi cairan ekstra seluler yang

normal. Larutan hipotonik memiliki osmolalitas yang lebih rendah

dibandingkan dengan osmolalitas serum.

3) Dehidrasi Hipertonik

Dehidrasi hipertonik terjadi karena masuknya air sangat terbatas, pada

orang yang mengeluarkan keringat yang sangat banyak tanpa mendapat

penggantian air/mendapat minum. Pada stadium permulaan water

depletion, ion natrium dan chlor ikut menghilang dengan cairan tubuh

tetapi kemudian terjadi reabsorbsi ion melalui tubulus ginjal yang

berlebihan sehingga cairan ekstra seluler mengandung natrium dan chlor

berlebihan dan terjadi hipertonis. Kematian akan terjadi bila orang

kehilangan ± 15-22% total body water.

4) Dehidrasi berdasarkan manifestasi klinis

a) Dehidrasi Ringan

Page 6: Diare

Keadaan umum sadar baik, rasa haus bertambah, sirkulasi darah/nadi

normal, mata agak cekung, turgor/tonus biasa, kencing biasa.

b) Dehidrasi Sedang

Keadaan umum gelisah, rasa haus +, sirkulasi darah/nadi cepat, (120-

140), pernafasan agak cepat, mata cekung, turgor/tonus kurang,

kencing sedikit, selaput lendir kering, ubun-ubun cekung.

c) Dehidrasi berat

Keadaan umum apatis/koma rasa haus bertambah, sirkulasi

darah/nadi cepat sekali (lebih dari 140). Pernafasan kusmaul (cepat

dan dalam), mata cekung sekali, turgor/tonus kurang sekali, kencing

tidak ada. (Soebagjo, 1996: 70).

5) Dehidrasi berdasarkan kehilangan cairan

Tabel 2.1

Kehilangan Cairan Menurut Derajat Dehidrasi

Pada Anak Usia Di bawah 2 Tahun

Derajat dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah

Ringan 50 100 25 175

Sedang 75 100 25 200

Berat 125 200 25 350

Sumber: (Ngastiyah, 1997: 146)

Tabel 2.2

Kehilangan Cairan Menurut Derajat Dehidrasi

Pada Anak Usia Di bawah 2-5 Tahun

Derajat dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah

Ringan 30 80 25 135

Sedang 50 80 25 155

Berat 80 80 25 185

Sumber: (Ngastiyah, 1997: 146)

Page 7: Diare

Tabel 2.3

Kehilangan Cairan Pada Dehidrasi Berat

Menurut Berat Badan Dan Umur

Derajat

DehidrasiUmur PWL NWL CWL Jumlah

0 – 3 Kg 0 – 2 bln 150 125 25 300

3 – 10 Kg 1 – 2 bln 125 100 25 250

10 – 15 Kg 1 – 5 thn 100 80 25 205

15 – 25 Kg 5 – 10 thn 80 25 25 130

Sumber: (Ngastiyah, 1997: 146)

Keterangan:

PWL : Previus Water Losses (ml/Kg/Bb) cairan yang hilang

karena muntah.

NWL : Normal Water Losses (ml/Kg/Bb) urine, penguapan kulit,

pernafasan.

CWL : Concomitant Water Losses (ml/Kg/Bb) karena diare dan

muntah.

6) Penatalaksanaan

Cara memberikan cairan dengan jenis cairan serta perbandingannya.

1) Belum terjadi Dehidrasi

Per oral, sebanyak anak mau minum atau 1 gelas larutan gula

garam/oralit tiap defekasi.

2) Dehidrasi Ringan

a) 1 jam pertama : 25-50 ml/Kg/Bb per oral

b) Selanjutnya : 125 ml/Kg/Bb/hari.

Cairan isotonic 0,9 % NaCI, yang sering digunakan adalah

konsentrasi Dektrose 5%

3) Dehidrasi Sedang

a) 1 jam pertama : 50-100 ml/Kg/Bb per oral

b) Selanjutnya : 125 ml/Kg/Bb/hari.

Cairan Ringer Lactat 1 jam pertama 10 tetes/Kg/Bb/menit

7 jam berikutnya 3 tetes/Kg/Bb/menit

Page 8: Diare

4) Dehidrasi Berat (Ngastiyah, 1997: 147-148)

a) Untuk usia 1 bulan – 2 tahun Bb 3 Kg.

1 jam pertama : 40/Kg/Bb/jam = 10 tetes/Kg/Bb/menit

(set infus berukuran 1 ml = 15 tetes).

b) 7 jam berikutnya : 12 ml/Kg/Bb/jam = 3 tetes/Kg/Bb/menit

(set infus berukuran 1 ml = 15 tetes).

c) 16 jam berikutnya : 125 ml/Kg/Bb oralit per oral atau intragastrik.

Bila anak tidak mau minum teruskan dengan intravena = 2

tetes/Kg/menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes).

Cairan 4:1 (4 bagian glukosa + 1 bagian NaHCO3 11/2 %).

d) Untuk anak usia lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 Kg.

(1) 1 jam pertama : 30 ml/Kg Bb/jam atau 8 tetes/Kg Bb/menit (1

ml = 15 tetes).

(2) 7 jam berikutnya : 10 ml/Kg/Bb/jam atau 3 tetes/Kg Bb/menit (1

ml = 15 tetes).

(3) 16 jam berikutnya : 125 ml/Kg Bb/jam atau 8 tetes/Kg Bb/menit

(1 ml = 15 tetes). Cairan isotonic, 0,9 % NaCI.

e) Untuk anak usia lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 12-15 Kg.

(1) 1 jam pertama : 20 ml/Kg Bb/jam atau 5 tetes/Kg/Bb/menit (1 ml

= 15 tetes).

(2) 7 jam berikutnya : 10 ml/Kg/Bb/jam atau 21/2 tetes/Kg/Bb/menit

(1 ml = 15 tetes).

c) 16 jam berikutnya : 105 ml/Kg/Bb oralit per oral.

Bila anak tidak mau minum dapat diberi melalui intravena 1

tetes/Kg/Bb/menit (1 ml = 15 tetes).

Cairan Ringer Lactat (Larutan Hartmann).

f) Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan Bb 2-3 Kg.

Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/Kg Bb/24

jam.

(1) Kecepatan 4 jam pertama: 25 ml/Kg Bb/ 20 jam atau 2 tetes/Kg

Bb/menit (1 ml : 20 tetes)

Page 9: Diare

(2) Jenis cairan : 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3

11/2%)