dian eka pratiwi-fpsi.pdf

125
HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN KETERLIBATAN KONSUMEN WANITA TERHADAP OBAT PELANGSING Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi ••• 111 ijitcrin. •1 ::ri . t I l . gl, ; 1.::i.. .. .. v.:b:·;."'i)'iA"''"'''''"" '0. Inuuk , .R.l0 _ I' ...... :J. ....... t-·· Oleh , , . .......... ,,k,;,, .. f\,.L.Q t;h.1 {:is1 : ............................................ ,...- DIAN EKA PRATIWI 105070002275 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009M/1430 H

Upload: dohanh

Post on 12-Jan-2017

267 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN KETERLIBATAN KONSUMEN

WANITA TERHADAP OBAT PELANGSING

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

••• 111 ijitcrin. •1 ::ri . _,..,~~-.

t '''/f""~"'"'" I l . gl, ; 1.::i.. .. ~ .. v.:b:·;."'i)'iA"''"'''''"" '0. Inuuk , .R.l0 _ I' ...... :J. ....... t-··

Oleh , , ,,·~i . • .......... ,,k,;,, .. f\,.L.Q ~ -· t;h.1 {:is1 : ............................................ ,...-

DIAN EKA PRATIWI

105070002275

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2009M/1430 H

Page 2: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

HUBUNGAN ANT ARA CITRA TUBUH DENGAN KETERLIBATAN KONSUMEN WANITA TERHADAP

OBAT PELANGSING

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Pembimbing I

Oleh:

DIAN EKA PRATIWI

NIM. 105070002275

Di Bawah Bimbingan

o .. ~~M.s; NIP. 1956 1223 1983 032001

FAKUL TAS PSIKOLOGI

Pembimbing II

UNIVERSITAS !SLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H / 2009

Page 3: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN

KETERLIBATAN KONSUMEN WANITA TERHADAP OBAT PELANGSING

telah diujikan dalarn sidang rnunaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 3 Desernber 2009. Skripsi ini

telah diterirna sebagai salah satu syarat untuk rnernperoleh gelar Sarjana

Psikologi.

Jakarta, 3 Desernber 2009

Sidang Munaqasyah,

Dekan/ Ketua Merangkap Anggota,

Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 522

Penguji I

Drs. Rahmat Mulvono, M.Si NIP. 150 293 240

Pembimbing I

Anggota

Dra.b~M.Si NIP. 1956 1223 1983 032001

Pembantu Dekanf Sekretaris Merangkap Anggota,

Ora. adhilah Sura aga, M.Si NIP. 1956 1223 1983 032001

Penguji II

Dra.l~M.Si NIP. 195612231983 032001

Pembimbing II

,~vVLL~ Mui a Sari Dewi M.Si NIP. 150 408 702

Page 4: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

K.upflfsembghl:~ro kttYg sedtlfbtn~g i:r.>i tmtuk 'Mmt1 Jgo 'Pgpg

tflfsgygo~ ygo~ tewh meoeurtJhktJo se~w hsfh sgytJD'jpyg

YtJrJ~ t;gk; btlfojtm~ ptJdtJku.. tJdfk-gJfkku, temt10-temt1oku Jgo

e>ft!D~-offD~ ttlfdekt1tku YtJD~ tewh merJjgJi peD~ur Ji

ktJW peDtJtku.. 1°"e u tJLL A_ A

Page 5: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

dengan reliabilitas alpha cronbach pada penelitian sebelumnya sebesar 0,842 dan 0,942. Sedangkan untuk skala keterlibatan konsumen menggunakan skala yang telah diadaptasi dari Persona/ Involvement Inventory (Pll). Skala ini berbentuk beda semantik (semantic differential) yang dikembangkan oleh Zaichkowsky (1987) terdiri dari 10 item yang mempunyai tujuh penilaian dari dua kutub kata sifat yang berlainan atau juga disebut skala bipolar. Pada penelitian sebelumnya didapatkan nilai reliabilitas sebesar 0,898.

Untuk menguji hipotesa peneliti menggunakan teknik statistik korelasi Pearson, hasil penelitian menunjukkan: Bahwa nilai r hitung lebih kecil dari nilai r tabel yang berarti Ho diterima yaitu sebesar 0,025 < 0,329.

Diterimanya Ho ini berarti tidak terdapat Hubungan Antara Citra Tubuh Dengan Keterlibatan Konsumen Wanita Terhadap Obat Pelangsing. Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah responden yang terbatas dan kecilnya ruang lingkup penelitian serta alat tes Pll yang berbentuk semantic differential yang kurang familiar sehingga responden sulit menginterpretasikan instrumen ini. Mungkin ketidakcocokan ini bisa disebabkan karena adanya perbedaan budaya antara Timur dan Barat. Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah jumlah responden yang nantinya dapat lebih banyak dan untuk populasi yang lebih luas sehingga penyebaran dari analisa jawaban setiap pernyataan bisa lebih baik. Dan untuk penelitian selanjutnya sebaiknya tidak menggunakan skala yang berbentuk semantic differential, karena dikhawatirkan responden salah menginterpretasikan setiap item-item pernyataannya.

(G) Daftar Bacaan 36 (1985- 2009)

Page 6: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang pemlfik jiwa dan raga ini, yang senantiasa mencurahkan Rahmat dan Kasih SayangNya serta hidayahNya yang tak terhingga nilainya, karena Dia-lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW, keluarganya, para sahabat dan pengikutnya

Dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dalarn penulisan skripsi ini. Dengan penuh rasa hormat maka penulis ingin menyarnpaikan ucapan terirnakasih yang tak terhingga kepada:

1. Jahja Umar, Ph.D., Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

2. Ora. Fadhilah Suralaga, M.Si dan Mulia Sari Dewi, M.Psi sebagai dosen pembimbing skripsi, yang dengan tutus ikhlas dan kesabarannya telah memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis.

3. Kedua orangtuaku Kolonel Inf. H.Toto Sugardo dan Hj. Cut Asnani Afriyani yang tidak pernah lelah memberikan sernangat, baik moril, spirituil dan materiil. Adik-adikku Nurul dan Wira yang selalu menghibur penulis di kala pen at.

4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih tak terhingga untuk ilrnu pengetahuan yang telah diberikan.

5. Seluruh staff akademik, dan petugas perpustakaan, Bu Syariah, Bu Sri, Bu Faujah, Bu Nur, Mas Ayung, Pak Baidowi, Pak Haidiri serta bapak­bapak dan ibu-ibu yang tidak dapat disebutkan satu persatu, sernoga Allah SWT membalas segala kebaikan bapak dan ibu.

6. Seluruh anggota senam aerobik dan fitness yang rnenjadi responden dalam penelitian ini, dan juga kepada seluruh karyawan (baik resepsionis, instruktur senam aerobik mba Anika dan mba Rani, instruktur yoga mba Vivi) yang bekerja di Club Ade Rai dan Vitaliano Fitness Center. Terutama mba Vivi yang telah menceritakan hal-hal yang dapat membangkitkan motivasi dalam menempuh hidup yang lebih baik dan sabar lagi.

7. Sahabat-sahabatku yang telah menemaniku dalam suka dan duka sejak kelas 1 SMA yaitu Dian Setyo, Tri Hari dan Nurmalina. Terimakasih kalian telah mendengarkan keluh kesah-ku (keep our friendship till the end, ok .. )

Page 7: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

8. Teman-temanku dari kelas B (lndah, Lia, Arsy, Tania, Eka,Ria, Lela, Nala, Hana, Widad, Fifa, Putri, lcha, Kiki,Rizal, Krisna,Lutft, Latif dll), dan seluruh anak psikologi kelas B yang tidak dapat kusebutkan satu persatu. Terima kasih atas kerja sama dan kekompakannya selama ini, senang tel ah mengenal kalian ..

9. Teman seperjuanganku dalam pembuatan skripsi, Risti Anggraeni. Dan Mutia (terima kasih atas "sharing" nya tentang citra tubuh), serta Arini (Fakultas Kesehatan Masyarakat UIN '05). Terima kasih atas bantuan dan saran-saran yang diberikan, dan keceriaan serta pencerahan yang diberikan pada saat-saat stres menghadapi skripsi ..

10. Teman-teman KKL-ku, Lina, Wahyu, Nisa dan Rahmi. Terima kasih atas kekompakannya selama masa KKL. Serta pembimbing KKL Pak Seta dan Mas Taufik, yang telah sabar membimbing kami selama masa KKL.

11. Dan terakhir, untuk "someone who special" yaitu Adam Rahmadan,ST. Terima kasih atas perhatian, kesabaran yang luar biasa, kasih sayang dan "lawakan" nya yang selalu memberikan motivasi dan semangat di saat penulis mulai jenuh mengerjakan skripsi.

Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti-hentinya, sebagai balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang diberikan.

Harapan penulis, semoga skripsi ini memberi manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pihak yang terkait.

Jakarta, 18 November 2009

Penulis

Page 8: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

DAFTAR ISi

HALAMAN JUDUL .................................................................................... . HALAMAN PERSETUJUAN ........... ... ..... .......... .................................... ..... ii MOTTO ....................................................................................................... iii ABSTRAKSI .. . .. . . . . ...... ..... ... . . . .. .... ...... .. .. . .. . . . .. . . .. ...... .. .. . .. .. ... . .. . . . ... . ... ..... ... .. iv KATA PENGANTAR .................................................................................... vii DAFT AR ISi ................................................................................................ viii DAFT AR LAMPIRAN .................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .. . .. .. . .. . .. ... .. . . . ... . .. . ..... .. ..... .. . .. .. . ....... ... .. . ..... 1

1.2. ldentifikasi Masai ah .......................................................... 15

1.3. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................ 16

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 17

1.5. Sistematika Penulisan ....................................................... 18

BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................... 19 2.1 Wanita Dewasa Awai ......................................................... 19

2.1.1 Pengertian Wanita Dewasa Awai ........................... 19

2.1.2 Tugas-tugas Perkembangan Pada Masa Dewasa Awai ...................................................................... 20

2.1.3 Perkembangan Fisik Dewasa Awai ...................... 21

2.2 Citra Tubuh ........................................................................ 23 2.2.1 Pengertian Citra Tubuh .......................................... 23

2.2.2 Komponen-komponen Citra Tubuh ....................... 25

2.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Citra Tubuh ..... 26

XI

Page 9: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

2.2.4 Pengukuran Citra Tubuh ....................................... 31

2.3 Keterlibatan Konsumen Terhadap Obat Pelangsing .......... 33

2.3.1 Obat Pelangsing Tubuh ........................................ 33

2.3.1.1 Pengertian Obat Pelangsing .................... 33

2.3.1.2 Jenis-jenis Obat Pelangsing .................... 33

2.3.1.3 Dampak Jangka Panjang Dari

Ob at Pelangsing ........................................ 35

2.3.2 Keterlibatan Konsumen .......................................... 36

2.3.2.1 Pengertian Keterlibatan Konsumen ........ 36

2.3.2.2 Jenis-jenis Keterlibatan Konsumen ......... 38

2.3.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Keterlibatan Konsumen ............................ 43

2.3.2.4 Keterlibatan Konsumen dan

Pembuatan Konsumen ............................. 46

2.3.2.5 Pengukuran Keterlibatan Konsumen ......... 49

2.4 Kerangka Berfikir ............................................................... 51

2.5 Hipotesis ........................................................................... 54

BAB Ill. MET ODE PENELITIAN ................................................................ 55 3.1 Jen is Penelitian .................................................................... 55

3.1.1 Pendekatan Penelitian ................................................ 55

3.1.2 Metode Penelitian ....................................................... 56

3.1.3 Definisi Variabel dan Operasional Variabel ................. 56

3.1.3.1 Definisi Variabel ............................................. 56

3.1.3.2 Definisi Operasional Variabel .......................... 57

3.2 Pengambilan Sampel ............................................................ 58

3.2.1 Populasi ...................................................................... 58

xii

Page 10: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

DAFTAR LAMPIRAN

lampiran 1 : Skala Penelitian (MBSRQ & Pll}

lampiran 2 : Validitas dan Reliabilitas Item Skala Citra

Tubuh dan Keterlibatan Konsumen

lampiran 3 : Data Mentah Skafa Citra Tubuh dan Keterlibatan

Konsumen

lampiran 4 : Data Responden

lampiran 5 : Uji Normalitas dan Korelasi

Page 11: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema hubungan antar variabel

Gambar 4.1 Scatterplot Skala Citra Tubuh

Gambar 4.2 Scatterplot Skala Keterlibatan Konsumen

Page 12: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

BABI

PENDAHULUAN

1.1 LA TAR BELAKANG

Tuntutan dan kesadaran untuk berpenampilan fisik menarik di zaman

sekarang sudah semakin meluas bagi setiap orang. Karena berpenampilan

merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan seseorang. Penampilan

fisik merupakan salah satu dimensi dimana seseorang dinilai menarik atau

tidak bagi orang lain. Penilaian terhadap kecantikan dan ketampanan

seseorang dipengaruhi oleh ukuran, berat dan bentuk tubuh individu tersebut.

Pandangan dan pendapat mengenai kecantikan dan penampilan fisik yang

menarik diidentifikasikan dengan bentuk tubuh yang ideal.

Apabila berbicara mengenai penampilan, wanita dapat dikatakan lebih jeli

memperhatikan penampilannya. Karena penampilan merupakan bentuk

kontrol sosial yang memengaruhi bagaimana wanita melihat dirinya dan

bagaimana ia dilihat oleh orang lain. Patzer berpendapat bahwa daya tarik

fisik juga cukup berpengaruh dalam hubungan interpersonal (dalam

Page 13: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Matsumoto, 2004). Daya tarik fisik wanita menjadi hal utama untuk mengukur

kebanggaan dalam hal memperoleh teman kencan, teman perkumpulan,

pekerjaan dan pujian. Maka ketika wanita berpenampilan fisik menarik, hal ini

juga merupakan usaha untuk menampilkan diri, agar di mata orang lain

mendapatkan kesan bahwa dirinya memang pantas menikmati berbagai

macam situasi yang menguntungkan dalam pergaulan.

Dalam perjalanan tumbuh kembang, setiap wanita memiliki tugas

perkembangan tersendiri yang harus dialaminya. Begitupun bagi wanita

dewasa awal. Pada usia ini, tugas perkembangan wanita adalah

menyelesaikan pendidikannya dan masuk ke dunia kerja. Kemudian wanita

akan menikah dan menjadi orang tua. Tugas perkembangan lainnya adalah

wanita akan melakukan klarifikasi nilai yang dipercayainya, membuat

keputusan-keputusan penting dalam hidup, merencanakan bagaimana hidup

akan dijalani dan bagaimana cara wanita itu mengevaluasi diri. Pada saat

yang bersamaan, wanita juga mengembangkan kemampuan untuk mengerti

siapa dirinya dan siapa individu lain juga kelebihan dan kekurangan setiap

individu. Wanita mampu membuat impian-impian yang akan diraihnya dan

akan bertanggung jawab atas segala pilihan dan konsekuensi yang mungkin

timbul dari pilihan tersebut (Turner&Helms, 1998).

Page 14: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Menurut Hurlock (1991). minat untuk meningkatkan penampilan mulai

berkurang menjelang umur tiga puluhan, ketika ketegangan dalam pekerjaan

dan rumah tangga terasa kuat. Namun minat akan penampilan muncul lagi

jika mulai ada tanda-tanda ketuaan. Selain bertambah gemuk, tanda-tanda

ketuaan lainnya adalah mengendornya dagu, beruban dan perut membesar.

Bagi sebagian orang, perubahan dalam penampilan ini menimbulkan

keresahan. Namun banyak pula yang menerima tanda-tanda tersebut

sebagaimana adanya, tanpa berusaha untuk menutupi atau memperbaikinya.

Papalia dkk (2001) menyatakan wanita usia dewasa muda memiliki sifat dan

tipe kepribadian relatif stabil tetapi sifat dan tipe kepribadian ini bisa berubah

karena dipengaruhi kejadian dalam kehidupan. Mereka memiliki kemampuan

untuk mendapatkan informasi yang diperoleh dari lingkungan dengan

kapasitas hampir mencapai maksimal, sehingga mereka juga memiliki

kemampuan mengevaluasi apa yang benar dan wajar. Dan pada usia ini,

wanita rentan terhadap masalah citra tubuh.

Pernyataan diatas dapat menjelaskan mengapa wanita yang mengalami

berat badan yang berlebih pada usia dewasa awal seperti berlomba-lomba

untuk menjadi kurus dengan mendatangi tempat yang menawarkan program

Page 15: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

menguruskan badan, dimulai dari suntik untuk menghilangkan lemak,

pembungkusan tubuh dengan pakaian tertentu untuk menghilangkan lapisan

lemak yang dipadukan dengan mandi uap sampai meminum obat-obatan

untuk menguruskan badan agar dirinya sesuai dengan citra kesempurnaan

yang ada dalam masyarakat.

Saat sekarang ini, menurut Melliana (2006) tubuh ideal yang biasanya

ditampilkan dalam media massa adalah yang menggambarkan sosok wanita

ideal sebagai figur wanita yang langsing, berkaki indah, paha, pinggang dan

pinggul ramping, payudara cukup besar, dan kulit putih mulus. Wanita yang

merasa tidak memiliki kriteria ideal tersebut, akan mengalami ketidakpuasan

terhadap tubuhnya. Pengaruh media massa dalam hal ini pun menjadi sangat

berperan penting. Terkadang, apa yang orang lihat dan dengar akan diikuti

oleh banyak orang. Masyarakat tidak bisa betul-betul bebas dari intervensi

media massa. Selama orang menonton TV, membaca koran, mendengarkan

radio, lewatjalan raya, surfing di internet, selama itu pula orang akan

mengalami realitas langsung atau tidak langsung yang dibentuk oleh media

massa.

Page 16: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Media massa merupakan alat komunikasi yang menyampaikan pesan atau

informasi kepada masyarakat luas. Media mempermudah masyarakat

memperoleh pengetahuan dan informasi apapun. Beberapa informasi yang

terkesan terlalu "hiperbola" dalam mengiklankan produknya, sehingga orang

yang melihat menjadi tertarik dan adanya keinginan untuk mencoba produk

tersebut. Namun, konsumen harus jeli dalam menyeleksinya, karena tidak

semua yang disuguhkan media bersifat positif (Aprilia, 2005).

Bahkan menurut Paul Lazarfeld dan Robert K. Merton, media juga

mempunyai fungsi narcosisting dysfunction (racun pembius). Meskipun istilah

ini sangat ekstrim, tetapi tidak bisa dipungkiri media massa yang tidak

dikelola secara bijak atau bahkan hanya mengejar keuntungan materi bisa

menjadi "racun" bagi masyarakat (Nuruddin, 2005).

Sebagai contoh penelitian di Amerika mengenai efek negatif dari media

massa yang berpengaruh pada citra tubuh, bahwa pada umumnya sewaktu

seorang gadis Amerika lulus SMA telah menonton TV selama lebih dari dari

22.000 jam, dan selama sebagian besar dari waktu tersebut, ia dihujani

dengan gambar-gambar tentang wanita glamour yang bertubuh "sempurna",

karena terus menerus melihat gambar-gambar itu, kaum wanita mengaitkan

Page 17: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

tubuh yang ideal itu dengan prestise, kebahagiaan, cinta, dan keberhasilan.

47 % gadis yang disurvey merasa harus menurunkan berat badan, meski

hanya 29 % yang dianggap terlalu gemuk (Nicolash, 2005).

Menurut Rice (dalam Sukamto, 2005), citra wanila yang digambarkan oleh

media memberikan pengaruh yang membahayakan bagi remaja dan wanita

dewasa muda yang menginlernalisasi pesan-pesan mengenai pentingnya

penampilan terhadap idenlilas dan harga diri wanila serta sering bertindak

sesuai dengan pesan-pesan tersebut. Selanjutnya ia menambahkan, bahwa

wanila yang telah melihat model-model bertubuh kurus akan merasa lebih

depresi, sires, bersalah, malu, tidak aman dan tidak puas.

Melihat fenomena di atas, dapat disimpulkan bahwa wanita lebih mudah

terpengaruh dengan "doktrin" yang dilelapkan oleh media, dan wanita harus

mempunyai krileria ideal lersebut. Kriteria ideal ini dikaitkan dengan citra

tubuh. Apabila ditinjau lagi, citra lubuh adalah gambaran mental seseorang

terhadap benluk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsi

dan memberikan penilaian alas apa yang dia pikirkan dan rasakan lerhadap

ukuran dan benluk tubuhnya, dan atas bagaimana kira-kira penilaian orang

lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa yang dia pikirkan dan rasakan, belum

Page 18: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

tentu benar-benar merepresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih

merupakan hasil penilaian diri yang subyektif (Atwater, 1999).

Menurut Melliana (2006), citra tubuh terbagi dalam dua macam, yaitu citra

tubuh positif dan negatif. Citra tubuh positif tergambar ketika wanita memiliki

gambaran mental yang akurat dan benar tentang tubuhnya, beserta

perasaan, pengukuran, dan hubungan dengan tubuh kita sendiri secara

positif, percaya diri, dan peduli pada tubuhnya, mungkin memiliki citra tubuh

yang sehat dan konsep diri yang positif. Sedangkan citra tubuh negatif

diindikasikan karena adanya ketidakpuasan terhadap sosok tubuh (body

dissatisfaction) dan distorsi citra tubuh. Ketidakpuasan berarti ketidaksukaan

individu terhadap tubuhnya atau bagian-bagian tubuh tertentu.

Para psikolog dan konselor menyetujui bahwa citra tubuh negatif terkait

langsung dengan self esteem. Semakin negatif persepsi wanita tentang

tubuhnya, maka semakin negatif perasaan wanita tersebut tentang dirinya.

Citra tubuh memengaruhi perilaku, self esteem, dan keadaan psikologis. Jika

wanita yang terus menerus berusaha memperbaiki bentuk tubuhnya, maka

perasaan terhadap dirinya pun kurang sehat, karena hilangnya rasa percaya

diri akan kemampuan yang dimiliki (Melliana, 2006).

Page 19: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Ketika seorang wanita merasa citra tubuhnya negatif, dan adanya dukungan

dari iklan di media massa dan pengaruh orang-orang terdekat mengenai

produk pelangsing yang dapat menurunkan berat badan, lalu mereka

mencoba untuk membeli dan mengkonsumsi obat pelangsing yang

merupakan altematif prioritas. Bentuk dari produk pelangsing ini pun

bervariasi, ada pil, kapsul, serbuk nutrisi dan gel. Karena cara

penggunaannya yang instan, dan dalam iklan dijanjikan dapat menghasilkan

bentuk tubuh yang memuaskan dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena

itu, banyak para wanita yang mengambil keputusan untuk mengkonsumsi

obat pelangsing saja dibandingkan dengan diet pola makan sehat ataupun

berolahraga (Marius, 2009).

Namun perlu diingat, bahwa sebenamya penggunaan produk pelangsing

tubuh merupakan langkah terakhir apabila usaha lain menemukan jalan buntu

dan harus adanya pengawasan dari dokter. Penyeleksian terhadap produk

yang legal dan mendapat ijin dari BPOM pun diprioritaskan. Karena, apabila

tidak, bisa jadi akan membahayakan kesehatan.

Beberapa pakar seperti Mccann M.D, dari lnstitut Nasional Kesehatan

Mental, Bethesda, Dr. Seiden dari Universitas Chicago, dan Dr. Ricaurte dari

Page 20: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Sekolah Kedokteran Universitas Johns Hopkins telah meneliti mengenai efek

penggunaan obat pelangsing yang ilegaL Hasil penelitiannya menyebutkan

bahwa obat pelangsing dapat mengurangi selera makan dengan cara

memperpanjang masa kerja serotonin (yaitu memberikan efek penenang dan

penekan selera makan) melalui dua cara yaitu meningkatkan jumlah

serotonin yang meninggalkan tempat penyimpanannya (dengan kata lain

meningkatkan pelepasan serotonin) dan menjaga agar serotonin tidak terlalu

cepat kembali ke dalam sel tempat serotonin disimpan. Efek itu berupa

kerusakan saraf otak (brain serotonin neuron damage), kenaikan tekanan

darah paru (hipertensi pulmonalis), dan kerusakan katup jantung (Hartono,

2000).

Sebagai contoh dari penggunaan obat pelangsing yang ilegal seorang warga

Jepang berusia 30 tahun meninggal akibat serangan jantung, seorang warga

Singapura meninggal dunia dan 13 pasien yang dirawat di rumah sakit

dengan kasus sama yaitu menderita kerusakan fungsi hati. Pria malang

tersebut diperkirakan menelan pil pelangsing tubuh yang mengandung

fenfluramine, zat yang telah ditarik dari pasaran Amerika Serikat sejak tahun

1997. Pil yang mengandung fenfluramine ditengarai mengakibatkan

kerusakan pada katup jantung ketika dikonsumsi dengan produk peramping

tubuh yang lain (Ida Diana, 2009).

Page 21: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

melihat bahwa produk yang memiliki konsekuensi relevan secara pribadi

dikatakan terlibat dengan produk dan memiliki hubungan dengan produk

tersebut. Jika keterlibatan terhadap suatu produk tinggi, seseorang akan

mengalami tanggapan pengaruh yang lebih kuat seperti emosi atau perasaan

yang kuat (Peter&Olson, 1999).

Menurut Zaichkowsky (1985), keterlibatan merupakan suatu kondisi yang

ditentukan oleh derajat dimana seseorang mempersepsikan bahwa suatu

produk atau peristiwa memiliki arti yang bermakna secara pribadi bagi dirinya.

Jadi keterlibatan konsumen terhadap suatu produk, didasarkan pada

seberapa besar konsumen tersebut memiliki anggapan bahwa produk

tersebut memiliki makna secara pribadi bagi dirinya, yang bisa berkaitan

dengan fungsi produk itu sendiri, konsep diri atau penerimaan sosial.

Mowen dan Minor (2001} berpendapat terdapat beberapa faktor penting yang

mempengaruhi tingkat keterlibatan adalah: (1) jenis produk yang menjadi

pertimbangan, (2) karakteristik komunikasi yang diterima konsumen, karena

terkadang dapat meningkatkan keterlibatan seiring seiring dengan naiknya

emosi konsumen, (3) karakteristik situasi dimana konsumen beroperasi,

misalnya tujuan pembelian adalah untuk melangsingkan tubuh bagi

Page 22: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

konsumen wanita yang tubuhnya gemuk, maka keterlibatan konsumen dalam

pembelian otomatis meningkat, (4) kepribadian konsumen, menentukan

keterlibatan dalam beberapa hal, yaitu mengapa konsumen yang berbeda

dapat memiliki reaksi yang berlainan terhadap produk, situasi dan

komunikasi yang sama.

Engel dkk (1994) membagi teori keterlibatan ini terbagi dalam dua tingkatan,

yaitu keterlibatan tingkat tinggi (high involvement) dan keterlibatan tingkat

rendah (/ow involvement). Dengan semakin meningkatnya keterlibatan,

konsumen memiliki motivasi yang lebih besar untuk memperhatikan,

memahami dan mengelaborasi informasi tentang pembelian. Apabila

keterlibatan konsumen terhadap pembelian suatu barang tinggi, terjadi suatu

pencarian dan pengolahan informasi yang bersifat aktif dan lebih mendalam.

Sehingga, kenaikan pemrosesan informasi ini umumnya juga akan

meningkatkan tingkat rangsangan. Konsumen mungkin akan lebih berpikir

keras tentang keputusan yang dilakukan pada situasi keterlibatan tinggi

dimana proses keputusan dilakukan secara ekstensif dan bergerak melalui

setiap tahapan keputusan secara lebih berhati-hati.

Page 23: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

konsep diri dan mengurangi kecemasan, serta depresi dan meningkatkan

percaya diri (King, dalam Santrock 1998).

Dengan adanya standar tubuh kurus yang dibuat oleh masyarakat dan media,

maka banyak cara yang dilakukan konsumen untuk menutupi citra tubuh

negatif yang ada dalam dirinya, yaitu salah satunya adalah keputusan

membeli obat pelangsing. Karena, ketika seseorang sudah membuat

keputusan untuk membeli sesuatu maka akan timbul motivasi dalam diri dan

adanya keterlibatan secara emosional untuk membeli produk tersebut. Kadar

dan bentuk keterlibatan ini bisa dikategorikan dalam tingkat keterlibatan tinggi

dan rendah (Engel, 1994). Sehingga, menarik untuk diteliti apakah citra tubuh

berhubungan dengan keterlibatan konsumen terhadap obat pelangsing. Maka

penulis tertarik membuat penelitiannya dengan judul:

"Hubungan antara Citra Tubuh dengan Keterlibatan Konsumen Wanita

terhadap Obat Pelangslng"

Page 24: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, untuk lebih mengarahkan

pembahasan serta pemecahan masalah, maka penulis

mengidentifikasikannya sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan antara citra tubuh dengan keterlibatan

konsumen wanita terhadap obat pelangsing?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keterlibatan konsumen?

3. Apakah citra tubuh yang negatif berhubungan dengan keterlibatan

rendah?

4. Apakah citra tubuh yang positif berhubungan dengan keterlibatan

tinggi?

5. Seberapa besar pengaruh media massa terhadap citra tubuh dan

keterlibatan konsumen terhadap obat pelangsing?

Page 25: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

1.3 BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH

1.3.1 Batasan Masalah

1 . Keterlibatan konsumen

Yang dimaksud dengan keterlibatan konsumen dalam penelitian ini

adalah derajat/tingkat motivasi konsumen terhadap perolehan,

konsumsi, dan pembelian obat pelangsing.

2. Citra tubuh

Penilaiannya dilihat dari derajat kepuasan/ketidakpuasan individu

karena kesesuaian terhadap karakteristik atau bagian-bagian dari

tubuhnya

3. Wanita

Wanita yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah wanita

dewasa awal dengan rentang usia 20- 40 tahun yang menjadi anggota

senam aerobik dan fitness di beberapa tempat Fitness Center di

wilayah Cibubur, Jakarta Timur.

1.3.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka

permasalahan yang ingin dijawab pada penelitian ini adalah :

Page 26: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

"Apakah ada hubungan yang signifikan antara citra tubuh dengan keterlibatan

konsumen wanita terhadap obat pelangsing?"

1.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Tujuan Penelitian

Dari permasalahan yang diajukan di atas, tujuan yang ingin peneliti capai

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana signifikansi

hubungan antara kepuasan atau ketidakpuasan terhadap citra tubuh dengan

keterlibatan konsumen wanita terhadap obat pelangsing

1.4.2 Manfaat Penelitian

1. Dengan menemukan jawaban dari permasalahan yang diajukan,

diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi yang berarti

bagi para wanita khususnya, dan masyarakat pada umumnya, serta

sebagai sumbangan bagi penelitian mengenai citra tubuh dan konsep­

konsep yang terkait di dalamnya.

2. Melalui penulisan skripsi ini, para wanita yang memandang negatif

terhadap citra tubuhnya diharapkan dapat melakukan penanganan

yang lebih baik dan bijaksana dalam menghadapinya.

Page 27: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam sistematika penulisan laporan penelitian ini, penulis menggunakan

metode penulisan APA style (American Psychology Association). Dan untuk

mempermudah pembahasan skripsi ini, penulis membagi dalam lima bab,

yaitu:

BAB I Pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II Kajian pustaka. Bab ini membahas teori-teori yang berhubungan

dengan penelitian ini yakni teori tentang wanita dewasa awal, citra

tubuh, keterlibatan konsumen, kerangka berpikir, dan hipotesis

penelitian

BAB Ill Metodologi penelitian. Bab ini mengurai tentang metodofogi

penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan

data dan teknik analisa data

BAB IV Presentasi dan analisis data. Bab ini menguraikan tentang

gambaran umum responden penelitian, presentasi data dan hasil

penelitian

BAB V Kesimpulan, diskusi dan saran

Page 28: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 WANITA DEWASA AWAL

2.1.1 Pengertian Wanita Dewasa Awai

Menurut Hurlock (1991), Orang dewasa adalah individu yang telah

menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam

masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Masa dewasa awal

merupakan masa reproduktif, yakni suatu masa yang penuh dengan masalah

dan ketegangan emosional, periode komitmen dan masa ketergantungan,

perubahan nilai-nilai, penyesuaian diri pada pola hidup yang baru dan juga

sebagai periode isolasi sosil. Di samping berbagai hal tersebut di atas, pada

masa ini juga sebagai masa dimana individu mempunyai kesempatan untuk

memilih sendiri jalan hidupnya. Sehingga dalam pengambilan keputusan tidak

hanya berpengaruh pada kehidupannnya sekarang, tapi juga pada tahap

perkembangannya nanti.

Page 29: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Ada berbagai pendapat yang berbeda tentang rentang usia saat seseorang

dikatakan berada dalam kelompok usia dewasa muda. Menurut Hurlock

(1991), masa usia dewasa muda adalah antara 18-40 tahun. Menurut Papalia

dkk (2002), rentang usia dewasa muda adalah usia 20-40 tahun. Dari

berbagai rentang yang dipaparkan tersebut, peneliti memutuskan untuk

menggunakan batasan dari Papalia (2002), yaitu 20-40 tahun. .

2.1.2 Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal

Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal (Havigust dalam

Hurlock, 1991) tugas-tugas ini dipusatkan pada harapan-harapan

masyarakat, yakni mencakup:

1. Mulai bekerja

2. Memilih seorang teman hidup

3. Belajar hidup bersama dengan suami atau istri

4. Membentuk suatu keluarga

5. Mengasuh dan membesarkan anak-anak

6. Mengelola rumah tangga

7. Menerima tanggung jawab sebagai warga negara

8. Bergabung dalam suatu kelompok sosial yang cocok.

Page 30: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Sebagian besar orang pada masa dewasa awal memiliki perhatian yang

besar pada penampilan. Namun demikian, banyak di antara mereka yang

kegemukan. Resiko tertinggi untuk mengalami kegemukan - yang tidak

hanya mempengaruhi penampilan tetapi juga kesehatan, berada pada

rentang usia 25-34 tahun {Williamson, Kahn, Remington & Anda, dalam

Papalia 2001 ).

Minat untuk meningkatkan penampilan mulai berkurang menjelang umur tiga

puluhan, ketika ketegangan dalam pekerjaan dan rumah tangga terasa kuat.

Namun minat akan penampilan muncul lagi jika mulai ada tanda-tanda

ketuaan {Hurlock, 1991). Selain bertambah gemuk, tanda-tanda ketuaan

lainnya adalah mengendornya dagu, beruban dan perut membesar. Bagi

sebagian orang, perubahan dalam penampilan ini menimbulkan keresahan.

Namun banyak pula yang menerima tanda-tanda tersebut sebagaimana

adanya, tanpa berusaha untuk menutupi atau memperbaikinya. Meskipun

demikian, sebagian besar orang muda ini menyadari bahwa penampilan

memegang peran penting dalam dunia usaha, pergaulan sosial, profesional

dan kehidupan keluarga, dan mereka sering kali mengatasi masalah ini

dengan diet atau dengan pakaian dan alat-alat kecantikan untuk menutupi

tanda-tanda ketuaan tersebut (Hurlock, 1991). Hal ini menunjukkan adanya

keterkaitan dengan konsep diri mengenai bentuk fisiknya, yang dalam hal ini

Page 31: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

dapat terkait dengan citra tubuh, yang akan dijelaskan dalam bahasan di

bawah ini.

2.2 CITRA TUBUH

2.2.1 Pengertian Citra tubuh

Ketika kebanyakan orang berpikir tentang citra tubuh, mereka berpikir tentang

aspek-aspek penampilan fisik, daya tarik fisik dan kecantikan. Tetapi definisi

citra tubuh lebih dalam daripada itu, merefleksikan lebih dari sekadar

perhatian atau kepedulian tentang ukuran dan bentuk tubuh.

Menurut Rice (dalam Melliana 2006), citra tubuh adalah pengalaman

individual tentang tubuhnya, suatu gambaran mental seseorang yang

mencakup pikiran, persepsi, perasaan, emosi, imajinasi, penilaian, sensasi

fisik, kesadaran dan perilaku mengenai penampilan dan bentuk tubuhnya

yang dipengaruhi oleh idealisasi pencitraan tubuh di masyarakat, dan hal ini

terbentuk dari interaksi sosial seseorang sepanjang waktu dalam

lingkungannya, yang berubah sepanjang rentang kehidupan dalam

responnya terhadap umpan balik (feedback) dari lingkungan.

Page 32: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Dalam sudut pandang yang tidak jauh berbeda, Hurlock (dalam Melliana,

2006) pun mengungkapkan bahwa citra tubuh merupakan cara seseorang

mempersepsikan tubuhnya dengan konsep ideal yang dimilikinya pada pola

kehidupan setempat dan dalam hubungannya dengan cara orang lain menilai

tubuhnya.

Demikian juga, dalam ilmu sosial dikatakan bahwa citra tubuh timbul melalui

interaksi sosial. Seseorang memperoleh konsep mengenai tubuhnya melalui

interpretasi status diri menurut pandangan orang lain. Oleh karena itu,

penilaian tergantung pada hal-hal misalnya relasinya dengan orang lain,

penerimaannya dalam lingkungan dengan peran yang baru, pemenuhan

terhadap kebutuhan diri, rasa aman atau pun frustasi.

Hasil suatu penelitian menyatakan bahwa citra tubuh menyatakan bahwa

citra tubuh merupakan produk dari pengalaman yang nyata ataupun yang

berupa fantasi yang sebagian berasal dari perkembangan fisik, dari atribut

yang telah dipakai di kalangan teman sebaya, dan kesadaran akan harapan

budaya setempat. Gambaran tentang tubuh tersebut memainkan peran

penting dalam cara seseorang mengevaluasi dirinya sendiri, di mana citra

tubuh ini muncul untuk memengaruhi cara seseorang merasakan tubuhnya

Page 33: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

sendiri. Citra tubuh merupakan suatu pengalaman psikologis yang difokuskan

pada sikap dan perasaan individu terhadap keadaan tubuhnya, dan citra

tubuh ini tidak selalu sama dengan keadaan tubuh yang sebenarnya atau

yang nyata (Melliana, 2006).

2.2.2 Komponen-komponen Citra Tubuh

Menurut Thompson, Penner dan Altabe (1996), citra tubuh berkaitan dengan

tiga komponen, yaitu:

a. Komponen persepsi

Merupakan ketetapan individu dalam memperkirakan ukuran tubuhnya.

Dalam hal ini berkaitan dengan kepuasan tubuh (body satisfaction) yaitu

kepuasan terhadap aspek·aspek pada tubuh seseorang seperti dada,

perut, pinggang, paha, lengan

b. Komponen sikap

Komponen ini berhubungan dengan kepuasan individu terhadap

tubuhnya, perhatian individu, kognisi, evaluasi dan kecemasan individu

terhadap penampilan tubuhnya (appearance satisfaction)

c. Komponen tingkah laku

Lebih memfokuskan kepada bagaimana individu enghindari situasi yang

menyebabkan individu mengalami ketidaknyamanan yang berhubungan

dengan penampilan fisik. Hal ini juga bisa dilihat dari kepuasan berat

Page 34: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

badan (weight satisfaction) yang merupakan kesenjangan antara berat

badan yang dimiliki dengan berat badan yang tidak dimiliki.

Citra tubuh merupakan pengalaman multidimensional yang selalu

melibatkan komponen-kompnen di atas, karena terdiri dari berbgai

dimensi yang saling mendukung satu sama lain. Oleh karena itu, dalam

melakukan pembahasan tentang citra tubuh diperlukan pemah jaman

yang menyelurtuh terhadap komponen-komponennya (Thompson, 1996).

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh

Menurut Melliana (2006), citra tubuh merupakan bagian dari konsep diri yang

berkaitan dengan sifat fisik dibentuk oleh banyak faktor, antara lain:

a. Penilaian atau komentar orang lain

Reaksi atau pandangan dari orang lain yang memiliki arti bagi individu

(significant othet') misalnya orang tua, teman, dan lain-lain , akan

memengaruhi citra tubuh yang dimiliki individu tersebut. Dalam hal ini,

misalnya pandangan teman-teman terhadap individu sebagai seseorang

yang gemuk, langsing, cantik, seksi dan sebagainya.

Page 35: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

b. Pembandingan dengan orang lain

Citra tubuh yang terbentuk sangat tergantung pada bagaimana cara

individu membandingkan dirinya dengan orang lain, biasanya pada

orang-orang yang hampir serupa dengan dirinya. Misalnya, individu yang

sering kali membandingkan dirinya dengan saudaranya yang lebih

menarik penampilannya secara terus menerus akan mengalami suatu

kondisi, dimana ia menganggap dirinya tidak memiliki daya tarik fisik

c. Peran seseorang

Setiap orang memainkan peran yang berbeda-beda. Di dalam setiap

peran tersebut, individu diharapkan akan bertindak sesuai dengan

tuntutan dari perannya masing-masing. lndividu yang berprofesi sebagai

fotomodel atau guru akan memiliki tuntutan yang berbeda dalam hal

penampilan. Akibatnya, jika terjadi gangguan pada kondisi fisik, akan

timbul efek yang berbeda terhadap citra tubuh yang dimiliki individu.

Misalnya, kenaikan berat badan akan terasa lebih mengganggu citra

tubuh separng fotomodel daripada seorang guru. Jadi, tampak bahwa

harapan dan pengalaman yang berkaitan dengan perannya akan

memengaruhi citra tubuh yang dimilikinya.

d. ldentifikasi terhadap orang lain

lndividu yang mengagumi satu tokoh yang dianggapnya ideal sering kali

menitunya seperti cara berdandan, cara berpakaian, potongan rambut,

Page 36: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

PERPUST A KAAN UT AMA UIN SYAHID JAKARTA

dan lain-lain. Dengan bertindak demikian, ia merasa telah memiliki

beberapa ciri dari tokoh yang dikaguminya.

e. Pelecehan rasial dan seksual

f. Stigmatisasi

g. Nilai-nilai sosial yang paling berlaku

h. Perubahan fisik dalam tubuh wanita selama masa pubertas, kehamilan

dan menopause.

i. Sosialisasi

j. Cara individu merasakan dirinya

k. Kekerasan verbal, fisikal atau penyiksaan seksual

I. Kondisi aktual tubuh seperti penyakit atau kecacatan.

m. lnternalisasi mitos kecantikan

Kebanyakan petunjuk mengenai bagaimana seharusnya penampilan kita

berasal dari media, orang tua, dan teman-teman sepergaulan. Bagaimana

kita mempersepsi dan menginternalisasi pesan-pesan tersebut tentang tubuh

kita semasa masa kanak-kanak, menentukan kemampuan kita untuk

membangun penghargaan terhadap diri sendiri (self esteem) dan

kepercayaan diri kita tentang penampilan kita. Karena citra tubuh lebih

banyak dipengaruhi oleh self esteem individu daripada bentuk fisik itu sendiri,

Page 37: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

citra tubuh yang merupakan cara pandang mempunyai dua komponen cara

berpikir, yaitu cara berpikir positif dan cara berpikir negatif.

Melliana (2006), mengungkapkan citra tubuh terbagi dalam dua macam,

yaitu:

1. Citra tubuh positif

Ketika wanita memiliki gambaran mental yang akurat dan benar tentang

tubuh kita, beserta perasaan, pengukuran, dan hubungan kita dengan tubuh

kita sendiri secara positif, percaya diri, dan peduli pada tubuh kita, kita

mungkin memiliki citra tubuh yang sehat dan konsep diri yang positif. Self

esteem dibentuk oleh banyak faktor, termasuk bagaimana seseorang dinilai

oleh orang lain, dan citra tub uh yang sehat telah menjadi kunci self esteem

yang positif, terutama bagi wanita. Sebab, kita hidup dalam budaya yang

memberikan penekanan lebih pada penampilan dan bentuk tubuh wanita.

Citra tubuh yang sehat lebih dari sekedar ketiadaan perlawanan atau

pergumulan dengan makanan, berat tubuh atau penampilan fisik.

2. Citra tubuh negatif

Dari berbagai permasalahan citra tubuh, yang paling umum adalah masalah

ketidakpuasan terhadap sosok tubuh (body dissatisfaction) dan distorsi citra

Page 38: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

2.2.4 Pengukuran Citra Tubuh

Pengukuran citra tubuh pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

kuesioner, yaitu dengan Multi-Dimensional Body-Self Relations Questionnaire

{MBSRQ) yang dikembangkan oleh Thomas F. Cash pada tahun 1989, terdiri

dari 69 item. Kuesioner ini telah diadaptasi dari Jihan Kemala (2000), dan

diadaptasi kembali oleh Titi Sari (2007). MBSRQ ini merupakan alat ukur

mengenai sikap terhadap citra tubuh yang paling menyeluruh, sebab meliputi

elemen kognitif, afektif, dan tingkah laku

Ala! ini mempunyai 10 subskala yang terdiri dari:

1. Evaluasi Penampilan Fisik (Appearance Evaluation): Subskala yang

mengukur perasaan menarik atau tidaknya, kepuasan atau

ketidakpuasan terhadap penampilan individu.

2. Orientasi Penampilan Fisik (Appearance Orientation): Mengukur derajat

perhatian individu terhadap penampilannya.

3. Evaluasi Kebugaran Fisik (Fitness Evaluation): Mengukur derajat

kebugaran yang dirasakan individu terhadap tubuhnya.

4. Orientasi Kebugaran Fisik (Fitness Orientation): Subskala ini mengukur

derajat perhatian individu terhadap kebugaran fisiknya.

Page 39: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

2.3 KETERLIBA TAN KONSUMEN TERHADAP

OBA T PELANGSING

2.3.1 Obat Pelangsing Tubuh

2.3.1.1 Pengertian Obat Pelangsing

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), pelangsing didefinisikan

sebagai obat untuk membuat langsing (ramping badannya) .

2.3.1.2 Jenis Obat Pelangsing

1. Obat tradisional (herbal)

2. Obat modern adalah obat-obatan kimiawi yang bekerja pada susunan

syaraf pusal Contohnya adalah obat golongan Anorexan, golongan ini

adalah amphetamine, dektroamphetamine, metamphetamine,

detilpropion, mazindol dan benzfetamine. Obat lainya yang banyak dijual

adalah deksenfenflutamin (www.sweetadvice02.blogspot.com/mei/2009).

Dalam alamat website www.sayanginanda.com (2009), obat pelangsing

dikelompokkan ke dalam em pat jenis, yaitu :

1. Obat digitalis, sebenarnya adalah obat untuk jantung, tetapi memang bisa

menurunkan berat badan karena dapat menekan nafsu makan, namun

sering disalahgunakan penggunaannya. Obat semacam ini memiliki efek

Page 40: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

samping paling berat terhadap jantung. Lama kelamaan pemakai bisa

menderita anoreksia.

2. Obat antispasmodik, membuat perut kembung seakan kenyang dan

malas makan. Membuat tubuh lemas dan tidak berenergi sehingga

membuat malas beraktivitas.

3. Obat diuretik adalah obat yang menimbulkan keinginan seseorang untuk

sering buang air kecil. Berat badan memang turun sesuai keinginan.

Namun cairan tubuh yang keluar berlebih. Ancamannya, tak hanya

dehidrasi, elektrolit tubuh juga akan hilang sehingga mengakibatkan kerja

ginjal dan jantung terganggu.

4. Obat pencahar yang bersifat laksatif atau menguras perut yang membuat

orang ingin membuang air besar dan kerap digunakan untuk menurunkan

berat badan. Perut menjadi bersih, lemak berkurang, otomatis berat

badan menjadi turun. Akan tetapi, jika digunakan tidak tepat dan terus

menerus akan berbahaya karena dapat mengakibatkan infeksi

pencernaan karena merangsang kerja usus besar sehingga menimbulkan

efek samping perut terasa melilit, hingga dehidrasi

Page 41: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

2.3.1.3 Dampakjangka panjang dari obat pelangsing

Dalam alamat website sayanginanda.com (2009), disebutkan beberapa

dampak negatif jangka panjang dari penggunaan obat pelangsing, yaitu:

a. Sebagian besar obat pelangsing dapat menimbulkan dampak yang

negatif, seperti; gangguan emosi, hiperaktivitas, sulit tidur, perut kembung

atau perih, keletihan terus-menerus, depresi, ketagihan, mual, muntah,

dan tubuh gemetar. Ada juga yang mengganggu kesuburan dan sirkulasi

menstruasi.

b. Menggunakan obat pelangsing yang bersifat pencahar atau laksatif dapat

menyebabkan usus bereaksi lebih aktif menyerap makanan. Sehingga

membuat makanan yang dikonsumsi cepat dibuang sebelum diserap.

Akibatnya, bila konsumsi obat itu dihentikan, tubuh makin bertambah

gemuk karena usus jadi lebih efisien dalam menyerap makanan.

c. Obat yang bersifat diuretik menyebabkan tubuh mengalami kekurangan

cairan. Bila berlangsung lama, akan menyebabkan gangguan ginjal.

d. Obat-obatan yang bersifat memacu pembakaran kalori dapat

merangsang jantung. Detak jantung terpacu cepat sehingga

menimbulkan gangguan pada jantung.

Page 42: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

2.3.2 Keterlibatan Konsumen

Motivasi untuk memproses informasi dikonseptualisasikan oleh kebanyakan

para ahli perilaku konsumen dengan istilah keterlibatan (involvement)

konsumen dengan stimulus yang bersifat informasi, seperti atribut dari

produk. Keterlibatan secara umum dikenal sebagai "personal relevance" dan

dianggap sebagai suatu variabel dasar yang sangat penting dalam

menentukan bagaimana seorang konsumen dalam mengolah informasi

(Zaichkowsky, 1985). Artinya, tingkatan dari keterlibatan konsumen dengan

suatu objek, situasi atau tindakan ditentukan oleh derajat dimana seseorang

mempersepsikan bahwa suatu produk atau peristiwa memiliki arti yang

bermakna secara pribadi bagi dirinya.

2.3.2.1 Pengertian keterlibatan konsumen

Mowen dan Minor (2001) mengungkapkan bahwa keterlibatan konsumen

(consumer involvement) adalah pribadi yang dirasakan penting dan minat

konsumen terhadap perolehan, konsumsi dan disposisi barang, jasa, atau

ide. Pengertian dalam pandangan yang sama pun diungkapkan oleh Engel

dkk (1995) mengenai keterlibatan (involvement) yaitu tingkat kepentingan

pribadi yang dirasakan dan /atau minat yang dibangkitkan oleh stimulus di

dalam situasi spesifik. Dari definisi yang diungkapkan di atas dapat

Page 43: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

disimpulkan bahwa aspek-aspek dari manusia, produk dan situasi,

keseluruhannya saling berkombinasi dalam menentukan motivasi seorang

konsumen untuk memproses informasi-informasi yang berkaitan dengan

produk yang diberikan dalam satu waktu.

Zaichkowsky's (1985) pun mendefinisikan keterlibatan sebagai:

"a person's perceived relevance of the object based on inherent needs,

values and interests''.

( penerimaan seseorang yang relevan terhadap suatu obyek, berdasarkan

kebutuhan bawaannya, nilai-nilai dan minatnya).

Keterlibatan individu terhadap suatu objek didorong oleh adanya penerimaan

secara relevan dari individu terhadap objek yang didasarkan pada kebutuhan,

r1ilai serta minat pada dirinya untuk mencapai objek tersebut. Sehingga

motivasi merupakan langkah pertama yang mendorong timbulnya keterlibatan

pada diri konsumen untuk mengetahui, memahami dan menilai

informasi/pesan yang sesuai.

Dengan demikian, definisi keterlibatan konsumen adalah suatu kondisi yang

ditentukan oleh derajat dimana seseorang mempersepsikan bahwa suatu

Page 44: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

produk atau peristiwa rnerniliki arti yang berrnakna secara pribadi bagi dirinya.

Jadi, keterlibatan konsumen terhadap suatu produk, didasarkan pada

seberapa besar konsumen tersebut rnerniliki anggapan bahwa produk yang

digunakan tersebut rnerniliki rnakna secara pribadi bagi dirinya, yang bisa

berkaitan dengan konsep diri, fungsi produk atau penerirnaan sosial.

2.3.2.2 Jenis-jenis keterlibatan

Mowen dan Minor (2001), telah rnengidentifikasi beberapa jenis keterlibatan

yang berbeda. Disini perbedaan yang penting adalah antara keterlibatan

situasional dan abadi.

1. Keterlibatan situasional (situasional involvement), terjadi selarna periode

waktu yang pendek dan diasosiasikan dengan situasi yang spesifik,

seperti kebutuhan untuk rnengganti sebuah produk yang telah rusak

(rnisalnya, kendaraan berrnotor)

2. Keterlibatan tahan lama (enduring involvement), terjadi ketika konsurnen

menunjukkan rninat yang tinggi dan konsisten terhadap sebuah produk

dan seringkali menghabiskan waktunya untuk memikirkan tentang produk

tersebut.

Page 45: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Selain tipe keterlibatan abadi (enduring involvemenf) dan keterlibatan

situasional (situasional involvemenf), menurut Engel (1994) ada dua proses

pilihan konsumen yang digolongkan dalam keterlibatan tinggi dan rendah

(yang menjadi fokus tingkatan keterlibatan konsumen) yaitu :

a. Keterlibatan tinggi (high involvement)

Menurut kondisi keterlibatan tinggi, konsumen bertindak seolah-olah

menggunakan model kompensatori. Menurut model kompensatori pilihan

(compensatory models of choice), orang menganalisis setiap alternatif

dengan cara evaluatif yang luas sehingga penilaian yang tinggi atas salah

satu atribut dapat mengkompensasi penilaian atribut lainnya. Dalam jenis

proses evaluatif ini, semua informasi mengenai atribut suatu merek digabung

ke dalam penilaian merek secara keseluruhan. Prosesnya akan diulang untuk

setiap alternatif merek, dan merek yang mempunyai preferensi keseluruhan

tertinggi dipilih (Engel dkk, 1994).

Konsumen dimotivasi untuk mencari informasi yang relevan dan

mengolahnya secara lebih tuntas dan lebih mungkin dipengaruhi oleh

kekuatan argumentasi (adanya daya tarik yang diekspresikan dan

divisualisasikan). Konsumen juga dapat menjadi terlibat dengan produk (atau

merek). Konsumen lebih mungkin melihat perbedaan dalam sifat yang

ditawarkan oleh pelbagai produk atau merek, dan hasil yang lazim adalah

Page 46: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

loyalitas yang lebih besar ketika preferensi di dasarkan atas keterlibatan yang

dirasakan tinggi.

Proses pengumpulan informasi pada keterlibatan tinggi berasal dari sumber­

sumber eksternal individu. Pencarian informasi merupakan bagian yang

paling penting karena individu mempunyai motivasi yang tinggi untuk

mendapatkan kebutuhan tersebut. Pengolahan informasi pun bersifat aktif.

tnformasi diproses dan disimpan dalam ingatan. Sewaktu-waktu informasi

yang telah disimpan tersebut dapat digunakan lembali guna mengevaluasi

produk di masa yang akan datang.

Menurut Solomon (2004), apabila keterlibatan seorang konsumen tinggi

terhadap produk bisa terjadi bila produk dipersepsikan sebagai sesuatu yang

merefleksikan self-image (gambaran diri). Keterlibatan tersebut bisa tinggi

bila alternatif produk yang dipertimbangkan berkaitan dengan 'harga'

(pengeluaran) dan resiko yang dipersepsikan tinggi oleh konsumen jika

terjadi pengambilan keputusan yang salah. Keterlibatan yang tinggi juga bisa

disebabkan bila adanya tekanan sosial untuk bertingkah laku dengan cara

tertentu dan konsumen termotivasi untuk memenuhi tuntutan tersebut.

Page 47: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

b. Keterlibatan rendah (low involvement)

Menurut keterlibatan rendah konsumen umumnya bertindak seolah-olah

mereka menggunakan model pilihan nonkompensatori (noncompensatory

models of choice). Menurut model ini, penilaian yang tinggi atas beberapa

atribut tidak perlu mengkompensasi penilaian yang rendah atas atribut

lainnya. Apabila konsumen dalam situasi keterlibatan rendah, mereka tidak

mau terlibat dengan sejumlah besar pemrosesan informasi yang dibutuhkan

oleh model nonkompensatori (Engel dkk, 1994).

Loudon & Della Bitta (1993) mengatakan bahwa pada konsumen dengan

tingkat keterlibatan rendah cenderung bertindak pasif pada saat mengolah

informasi-informasi dalam proses berfikirnya. Smith (dalam Yunita, 2002}

pun menambahkan bahwa informasi-informasi yang berasal dari luar diadopsi

secara pasif karena individu lebih mempercayai informasi yang bersumber

dari sumber internal, yaitu pengetahuan yang dimilikinya tentang kebutuhan

tersebut. Apabila kebutuhan terhadap produk yang diinginkan ini mendesak,

maka konsumen pun akan memenuhinya untuk menutupi rasa kebutuhan ini.

Pengetahuan individu sangat dominan daripada informasi yang datang dari

luar sehingga respondentifitas individu sangat dominan dalam memberikan

penilaian terhadap produk tersebut. Jika manfaat produk tersebut sudah

Page 48: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

dirasakan sangat berkurang, maka konsumen akan mencoba produk yang

baru.

Untuk memperkenalkan produk-produk baru sejenis dengan yang sudah

digunakan perlu dilakukan pengulangan-pengulangan dengan tujuan

menumbuhkan motivasi dan membentuk persepsi konsumen. Pengulangan

pesan merupakan suatu cara yang penting karena individu mempunyai

motivasi yang rendah untuk menerima informasi tersebut bukan sesuatu yang

penting. Jangka waktu penggunaan yang lama dapat dijadikan sebagai tolak

ukur dalam melihat keberhasilan penyampaian pesan, kualitas produk dan

tingkat loyalitas konsumen terhadap produk.

Menurut Solomon (2004), derajat dari keterlibatan bisa disusun sebagai suatu

garis 'continum' rentangnya mulai dari kekurangan absolut akan ketertarikan

terhadap stimulus-stimulus pemasaran pada satu sisi dan obsesi terhadap

produk pada sisi lainnya. Konsumsi pada keterlibatan yang rendah

dikarakteristikkan sebagai 'inersia', dimana keputusan dibuat berdasarkan

kebiasaan karena konsumen kurang motivasi untuk memikirkan alternatif lain.

Page 49: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Dalam penelitian ini, jenis keterlibatan yang dihubungkan dengan variabel

citra tubuh adalah tingkatan keterlibatan tinggi dan keterlibatan rendah.

Keterlibatan konsumen tergolong tinggi, apabila terjadi suatu pencarian dan

pengolahan informasi yang bersifat aktif. Begitupun sebaliknya, ketika

keterlibatan rendah, tahap pencarian dan pengolahan informasi pun bersifat

pasif. lnformasi yang masuk ini kemudian diproses dan disimpan dalam

ingatan. Sewaktu-waktu informasi yang telah disimpan tersebut dapat

digunakan kembali guna mengevaluasi produk dimasa yang akan datang.

2.3.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan

konsumen

Engel (1994) mengatakan, bahwa penelitian mengenai faktor-faktor yang

menghasilkan keterlibatan bersifat ekstensif. Oleh karena itu, Engel dkk

hanya menyoroti beberapa pokok, Engel dkk (1994) dengan penjelasan

sebagai berikut :

1) Faktor-faktor pribadi.

Menurut Engel (1994) tanpa adanya pengaktifan kebutuhan dan dorongan,

maka tidak akan ada keterlibatan, dan ini paling kuat bila produk atau jasa

dipandang sebagai citra diri yang mempertinggi.

Page 50: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

2) Faktor-faktor Produk

Produk tidak menimbulkan keterlibatan dalam dan dari diri sendiri.

Sepertinya, cara konsumen berespon terhadap produk itulah yang akan

menentukan tingkat keterlibatan mereka. Meskipun begitu, karakteristik

produk dapat membentuk keterlibatan konsumen. Secara umum, keterlibatan

lebih besar untuk produk yang memenuhi kebutuhan dan nilai yang penting.

Selain itu, keterlibatan dapat meningkat karena alternatif pilhan dipandang

secara lebih dibedakan di dalam penyajian mereka.

Prociuk atau merek juga dapat menimbulkan keterlibatan bila ada semacam

resiko yang dirasakan dalam pembelian dan pemakaian. Raymond Bauer

(dalam Engel, 1994) mengatakan perilaku konsumen melibatkan resiko

dalam pengertian bahwa setiap tindakan konsumen akan menimbulkan akibat

yang tidak dapat ia antisipasikan dengan apa saja yang mendekati kepastian,

dan sebagian mungkin tidak menyenangkan.

Banyak jenis risiko yang disadari telah diidentifikasikan, termasuk risiko fisik

{risiko yang membahayakan tubuh), psikologis {khususnya efek negatif pada

citra diri/tubuh), unjuk kerja {takut bahwa produk tidak akan bekerja

sebagaimana yang diharapkan), dan keuangan {risiko bahwa hasil akan

menyebabkan hilangnya pendapatan).

Page 51: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Apabila dipikirkan secara logis, semakin besar risiko yang disadari, semakin

besar kemungkinan keterlibatan yang tinggi. Bila risiko yang disadari menjadi

sangat tinggi, ada motivasi entah untuk menghindari pembelian dan

pemakaian sama sekali atau meminimumkan risiko melalui pencarian dan

tahap evaluasi alternatif di dalam pemecahan masalah yang diperluas.

Sehingga, nilai hedonik/pengalaman (respondentiflemosionaf) dari produk

juga merupakan faktor yang menentukan, yaitu, daya tarik emosionalnya dan

kemampuannya yang disadari untuk memberikan kesenangan yang sangat

terlepaskan dart manfaat objektifnya. Hingga tingkat dimana pertimbangan

respondent ini penting, keterlibatan akan meningkat.

3) Faktor Situasi.

Walaupun keterlibatan yang tahan lama (enduring involvemenf) dapat

dianggap sebagai ciri keterlibatan yang stabil, keterlibatan situasi (situational

involvemenf) berubah sepanjang waktu. Keterlibatan situasional bersifat

operasional atas dasar temperer dan memudar segera sesudah hasil

pembelian didapatkan. Sebagai contoh, pada mode busana seperti busana

yang trendy dimana keterlibatan tinggi pada awalnya, tetapi dengan cepat

berkurang segera sesudah barang tersebut dikenakan dan mode mulai

Page 52: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

terlibat atau tidak terhadap suatu produk ditentukan oleh apakah dia merasa

penting atau tidak dalam pengambilan keputusan pembelian produk.

Assael (dalam Simamora, 2003) mengidentifikasi kapan konsumen

mempunyai keterlibatan tinggi terhadap suatu produk, sebagai berikut:

a. Apakah produk itu penting bagi konsumen?

b. Apakah produk itu secara terus menerus menarik bagi konsumen?

c. Apakah produk itu membawa atau menimbulkan resiko?

d. Apakah produk itu mempunyai daya tarik emosional?

Loudon dan Bitta (1993) menjelaskan dalam setiap pengambilan keputusan

membeli, setiap individu memiliki peranan seperti:

1. Initiator

Pihak pencetus ide yang pertama kali atau pemberi inisiatif untuk

menggunakan atau membeli barang

2. Influencer

Pihak yang mempengaruhi pengambilan keputusan melalui sikap ataupun

perkataannya

Page 53: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

3. Buyer

Pihak yang mengeluarkan uang untuk membeli suatu produk, bisa untuk

dirinya ataupun orang lain.

4. User

Pihak yang terlibat langsung dalam mengkonsumsi atau menggunakan

barang yang dibeli.

Dalam hal ini, konsumen wanita yang berperan adalah sebagai user dan

buyer yang menggunakan dan membeli produk pelangsing. Berdasarkan

penjelasan di atas bahwa tingkat keterlibatan konsumen dalam suatu

pembelian dipengaruhi oleh kepentingan primer yang dilandaskan atas

kebutuhan masing-masing individu. Dengan perkataan lain, apakah

seseorang merasa terlibat atau tidak terhadap suatu produk maka ditentukan

oleh apakah dia merasa penting atau tidak dalam pengambilan keputusan

pembelian produk. Dalam keputusan membeli produk pada mulanya

konsumen terbiasa pada pengalaman suatu produk yang digunakan

sebelumnya sebagai bahan perbandingan dalam menentukan pembelian

produk berikutnya secara berkelanjutan.

Page 54: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Tabel 1. Skala Pll

Bagi saya (objek yang akan dinilai), itu:

1. Penting - - - - - - - tidak penting*

2. Membosankan menarik - - - - - - -3. Relevan tidak relevan* - - - - - - -4. Menyenangkan - - - - - - - tidak menyenangkan*

5. Tidak berarti sama sekali - - - - - - - sangat berarti bagi saya

6. Punya daya tarik - - - - - tidak punya daya tarik* - -7. Mengesankan - - - . - - - - tidak mengesankan*

8. Tidak berharga - - - - berharga - - -9. Melibatkan saya . . . . . . tidak melibatkan saya* - - - - - - -10. Tidak diperlukan - - - - - - - diperlukan

CATATAN: Jumlahkan 10 item ini dengan memberikan skor dari yang

terendah 10 hingga yang tertinggi 70.

*menunjukkan butir diberi skor kebalikan. Sebagai contoh, skor pada level ke-

7 pada nomor 1 (penting/tidak penting) akan dibalik menjadi skor pada level

ke-1.

Page 55: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

2.4 Kerangka Berpikir

Dalarn perjalanan turnbuh kernbang, setiap wanita rnerniliki tugas

perkernbangan tersendiri yang harus dialarninya. Wanita usia dewasa rnuda

rnerniliki sifat dan tipe kepribadian relatif stabil tetapi sifat dan tipe kepribadian

ini bisa berubah karena dipengaruhi kejadian dalam kehidupan. Pernyataan

ini dapat rnenjelaskan rnengapa wanita yang rnengalami berat badan yang

berlebih dan rnernandang negatif terhadap tubuhnya di usia dewasa awal ini,

seperti berlornba-lornba untuk rnenjadi kurus. Keinginan untuk menjadi lebih

kurus ini, dapat menimbulkan citra tubuh yang negatif terhadap dirinya.

Ketika wanita merasa citra tubuhnya negatif, maka ia berusaha keras untuk

mendapatkan bentuk tubuh ideal walaupun dengan berbagai macam cara.

Ditarnbah dengan usaha media rnassa dalam menstandarkan wanita cantik

adalah yang mempunyai proporsi tubuh yang langsing, maka para wanita

menjadi terpengaruh dengan produk pelangsing yang ditawarkan. Dengan

iming-iming hasil tubuh yang menjanjikan akan berkurang dalam relatif

singkat, dan ditambah dengan pemilihan model dari kalangan selebritis atau

wanita yang bertubuh langsing, hal ini akan semakin memperkuat keinginan

wanita untuk membeli obat pelangsing tersebut.

Page 56: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Apabila keinginan membeli obat pelangsing tersebut muncul, wanita sebagai

konsumen berada dalam proses keterlibatan atau yang lebih dikenal dengan

"keterlibatan konsumen". Tingkat keterlibatan ini terbagi dua jenis yaitu level

tinggi dan rendah. Dalam tingkat keterlibatan tinggi, pandangan konsumen

tentang obat pelangsing dan keputusan membeli didasarkan atas proses

pencarian informasi yang bersifat aktif, karena konsumen dapat

mengarahkan semua energinya untuk membuat suatu evaluasi dan membuat

keputusan akhir pada saat menentukan atau mengevaluasi produk yang akan

dibeli. Sumbernya pun dari eksternal,dan adanya resiko-resiko yang

kompleks seperti resiko keuangan, resiko sosial dan psikologis yang tinggi.

Sehingga dalam proses pembelian suatu produk dilakukan dengan

membandingkan antara kebutuhannya dan alternatif-alternatif yang dapat

dipilih.

Sedangkan dalam keterlibatan rendah, proses pencarian informasi bersifat

internal, yaitu pengetahuan yang dimilikinya tentang kebutuhan tersebut.

Ketika adanya kebutuhan yang mendesak untuk dibeli, dan karena faktor

pengaruh orang-orang sekitar, maka pembelian pun kerap terjadi. Pada

individu dengan keterlibatan yang rendah cenderung bertindak pasif pada

saat mengolah informasi-informasi dalam proses berfikirnya. Dan

Page 57: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

[-----------· --·1 PERPUSTl\f\AAN UTAMA

UIN SYAHID JAKARTA

digolongkan sebagai inerlia, dimana keputusan dibuat berdasarkan

kebiasaan karena konsumer kurang motivasi untuk memikirkan alternatif lain.

Pada umumnya, seorang wanita dapat membeli obat pelangsing ini dengan

usaha mencari informasi lebih banyak bila ia tidak terlalu merasa mendesak

kebutuhannya, dalam hal ini orang yang memiliki citra tubuh positif.

Sebaliknya, bila citra tubuhnya negatif, seorang wanita akan merasakan

kebutuhan mendesak dan akhirnya membeli kemudian menggunakan obat

pelangsing sehingga keterlibatannya rendah.

Dengan demikian, diduga bahwa semakin positif citra tubuh semakin tinggi

keterlibatan pembeliannya. Sebaliknya, semakin negatif citra tubuhnya maka

semakin rendah keterlibatannya dafam pembelian dan penggunaan terhadap

obat pelangsing.

Page 58: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Kerangka berfikir ini dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut:

Citra Tubuh Positif I

Tinggi I >~-~ /

Citra Tubuh Wanita mempengaruhi Keterlibatan Konsumen

DewasaAwal fc:========::::::::> Terhadap Obat Pelangsing

\ Citra T"b"h Negatil \===:::;:,.. _I _R_e_n_d-ah-~1/

2.5 HIPOTESIS

Dalam penelitlan ini. hipotesis yang penulis ajukan adalah:

Ha Ada hubungan positifyang signifikan antara citra tubuh dengan

keterlibatan konsumen wanita terhadap obat pelangsing

Ho Tidak Ada hubungan positif yang signifikan antara citra tubuh

dengan keterlibatan konsumen wanita terhadap obat

pelangsing.

Page 59: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

BAB Ill

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN

3.1.1 Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Menurut Azwar (2005), penelitian dengan pendekatan kuantitatif

menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang diolah

dengan metode statistika. Dengan pendekatan kuantitatif akan diperoleh

signifikansi perbedaan kelompok/signifikansi hubungan antar variabel yang

diteliti. Data penelitian hanya akan diinterpretasikan dengan lebih objektif

apabila diperoleh lewat suatu pengukuran yang lebih reliabel.

Dengan pendekatan kuantitatif akan diperoleh signifikansi hubungan antar

variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mencari

hubungan antara citra tubuh dengan keterlibatan konsumen wanita terhadap

obat pelangsing.

Page 60: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

3.1.2 Metode penelitian

Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat hubungan antara dua variabel maka

metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Menurut Fox

dalam Sevilla (1993) penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang

untuk menentukan tingkat hubungan antara variabel-variabel yang berbeda

dalam suatu populasi. Pengukuran ini digunakan untuk menentukan besarnya

arah hubungan antara satu variabel dengan variabel lain (Sevilla, 1993).

Makin tinggi korelasi antar dua variabel, maka makin akurat prediksi

berdasarkan hubungan kedua variabel tersebut (Sutarlinah, 2000).

3.1.3 Definisi Variabel dan Operasional Variabel

3.1.3.1 Definisi Variabel

Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Menurut

Kerlinger (2000), variabel adalah simbol atau lambang yang padanya

dilekatkan bilangan atau nilai. Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:

a. Independent variabel (IV) atau variabel bebas, yaitu citra tubuh

b. Dependent variabel (DV) atau variabel terikat, yaitu keterlibatan

konsumen wanita terhadap obat pelangsing.

Page 61: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

3.1.3.2 Definisi Operasional Variabel

Kerlinger (dafam Sevilla, 1993), mendefinisikan operasional variabel adalah

melekatkan arti pada konstruk atau variabel dengan cara menetapkan

kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur pada

variabel tersebut Adapun definisi operasional masing-masing variabel pada

penelitian ini adalah:

a. Citra tubuh adalah derajat kepuasan/ketidakpuasan individu karena

kesesuaian terhadap karakteristik atau bagian-bagian dari tubuhnya, baik

berupa ukuran tubuh, berat badan, maupun bagian tubuh yang fainnya

yang diukur dengan evaluasi penampilan fisik, orientasi penampilan fisik,

evaluasi kebugaran fisik, orientasi kebugaran fisik, evaluasi kesehatan ,

orientasi kesehatan, orientasi tentang penyakit, kepuasan area tubuh ,

pengkategorian ukuran tubuh, dan kecemasan menjadi gemuk. fndikator­

indikator tersebut diperoleh dari skala Multidimensional Body Self

Relations Questionnaire (MBSRQ) yang dikembangkan oleh Thomas F.

Cash (1987).

b. Keterlibatan konsumen dinilai dari variabel derajat/tingkat keterlibatan

terhadap produk yang didapat dari perhitungan pada variabel produk yang

menggunakan Skala Personal Involvement Inventory (Pll) yang

dikembangkan oleh Zaichkowsky (1985). Alat ini mengukur sejauh mana

Page 62: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Adapun fitness center yang dijadikan populasi penelitian antara lain Ade Rai

Club Fitness Center dan Vita/iano Fitness Center,Aerobik&Body Language

yang semuanya terletak di wilayah Cibubur, Jakarta Timur.

3.2.2 Sampel

Menurut Ferguson (dalam Sevilla, 1993), sampel adalah beberapa bagian

kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi, atau porsi dari populasi.

Kegunaan memilih sampel adalah mendapatkan informasi mengenai populasi

(Sutarlinah, 2000).

Sampel yang digunakan sebagai responden penelitian adalah anggota

senam aerobik dan fitness yang berjumlah 36 orang. Hal ini karena

diasumsikan bahwa anggota senam aerobik dan fitness memiliki karakteristik

sebagai responden penelitian ini. Sarnpel yang digunakan sebagai objek

penelitian berada di wilayah Cibubur karena pertimbangan jarak, waktu dan

diperkirakan di wilayah-wilayah tersebut terdapat beberapa Fitness Center.

Page 63: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel

Pengarnbilan sarnpel yang dilakukan dalarn penelitian ini yaitu non probability

sampling, dirnana tidak sernua anggota populasi rnendapatkan kesernpatan

yang sarna rnenjadi sarnpel penelitian. Secara spesifik, teknik yang

digunakan dalarn pengarnbilan sarnpel adalah teknik purposive sampling,

yaitu sarnpel dipilih berdasarkan kriteria atau karakteristik tertentu sesuai

dengan tujuan penelitian (Sevilla dkk, 1993).

Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut:

1. Jenis kelarnin wanita

Alasan pemilihan sarnpel karena adanya tuntutan dari rnasyarakat dan

media untuk berpenarnpilan rnenarik, sehingga penarnpilan fisik yang

tidak rnenarik, akan menirnbulkan citra tubuh yang negatif yang nantinya

akan berdampak pada penghargaan diri yang rendah (Melliana, 2006).

Adapun karakteristik urnur yang ditetapkan adalah 20-40 tahun, dirnana

pada usia tersebut digolongkan dalam wanita dewasa awal.

2. Anggota aerobik dan fitness (yang mengkonsurnsi dan membeli obat

pelangsing) yang berada di wilayah Cibubur. Jakarta Timur.

Page 64: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

3.3 PENGUMPULAN DATA

3.3.1 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala

pengukuran yang berbentuk kuesioner. Responden akan diberikan skala

yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1. Bagian pengantar, berisi tentang nama peneliti, tujuan dari penelitian,

kerahasiaan jawaban yang diberikan oleh responden, dan ucapan terima

kasih peneliti.

2. Bagian inti, be_risi dua alat ukur penelitian ini yaitu alat ukur citra tubuh

yang dikenal dengan Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire

(MBSRQ) dan alat ukur keterlibatan konsumen terhadap suatu produk

dengan Personal Involvement Inventory (Pll). Di bagian skala Pll,

terdapat tambahan pertanyaan untuk menambah informasi tentang

keterlibatan berkaitan upaya pencarian informasi dan pertimbangan

resiko-resiko penggunaan obat pelangsing.

3. Bagian data kontrol, berisi tentang data-data responden seperti nama,

usia, tinggi badan, berat badan, pendidikan, dan pekerjaan.

Angket pengumpulan data terdiri dari dua bentuk skala yang berbeda, yaitu

skala model likert (yang mempunyai beberapa alternatif jawaban dan

Page 65: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

kemungkinan jawaban dipersempit dan diberi pola atau kerangka susunan

terlebih dahulu) dan skala beda semantik (semantic differentia~ yang

menggunakan skala penilaian tujuh butir yang menyatakan secara verbal dan

terdapat dua kutub kata sifat yang berlainan atau juga disebut skala bipolar.

3.3.2 lnstrumen Pengumpulan Data

1. Skala Citra Tubuh (MBSRQ)

Kuesioner yang digunakan untuk mengukur citra tubuh dalam penelitian ini

adalah kuesioner Multidimensional Body Self Relations Questionnaire

{MBSRQ) yang diadaptasi oleh Jihan Kemala {2000) dengan nilai reliabilitas

sebesar O, 8402 dan diadaptasi kembali oleh Titi Sari (2007) dengan nilai

reliabilitasnya sebesar 0,9432. Alat ini dikembangkan pertama kali oleh

Thomas F. Cash pada tahun 1989. MBSRQ adalah salah satu instrumen

yang paling komprehensif untuk mengukur berbagai komponen dari citra

tubuh dari elemen kognisi, afeksi dan tingkah laku (Thompson, 1996). Alat ini

juga termasuk salah satu alat yang cukup banyak digunakan dalam berbagai

pengukuran citra tubuh.

Page 66: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

MBSRQ memiliki 69 item pernyataan mengenai citra tubuh yang dimiliki

seseorang. MBSRQ mengukur tiga domain somatik, yaitu penampilan fisik

(appearance), kebugaran (fitness) dan kesehatan (health/illness) yang terbagi

menjadi tujuh subskala. Selain tiga domain tersebut, masih ada tiga subskala

khusus yang mengukur kepuasan area tubuh (body areas satisfaction), skala

kecemasan terhadap kegemukan (overweight preoccupation scale) dan skala

pengelompokkan berat badan diri (self classified weight scale).

MBSRQ adalah skafa dengan tipe skoring Likert dimana subyek memilih

jawaban sesuai dengan urutan angka yang diberikan. MBSRQ mempunyai

fima kemungkinan jwaban, yang mefiputi sangat tidak setuju (STS), tidak

setuju (TS), ragu-ragu (R), setuju (S), sangat setuju (SS). Khusus pada

subskala pengelompokkan berat badan, pilihan kemungkinan jawaban yang

ada adalah:kekurangan berat badan tingkat berat (1) sampai kelebihan berat

badan tingkat berat (5). Keseluruhan item yang digunakan adalah 69 item.

Adapun subskala dalam kuesioner ini mewakili satu dari sembilan domain

citra tubuh. Subskala tersebut adalah:

1. Evaluasi Penampilan Fisik (Appearance Evaluation). Subskala ini

mengukur puas tidaknya seseorang terhadap penampilan fisiknya. Skor yang

Page 67: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

tinggi berarti ia memiliki perasaan puas dan menarik tentang penampilannya,

sedangkan skar yang rendah menggambarkan ketidakpuasan secara umum

terhadap penampilan fisik yang dimiliki.

2. Orientasi Penampilan Fisik (Appearance Orientation). Subskala ini

mengukur tingkat perhatian individu terhadap penampilannya. Skar yang

tinggi berarti individu menempatkan penampilan sebagai hal yang penting

bagi dirinya, yang diwujudkan dalam bentuk merawat tubuh dan menata

penampilan fisiknya.skar yang rendah berarti individu bersikap apatis, tidak

menganggap penampilan sebagai hal yang panting sehungga mereka tidak

memerlukan waktu dan tenaga khusus agar tampil menarik.

3. Evaluasi Kebugaran Fisik (Fitness Evaluation): Mengukur derajat

kebugaran yang dirasakan individu terhadap tubuhnya. Subskala ini

mengukur kebugaran yang dirasakan individu terhadap tubuhnya. Skar tinggi

pada subskala ini berarti individu merasa fisiknya bugar, mempunyai

kampetensi fisik da kemampuan atletik yang tinggi. Skar rendah berarti

individu merasa tidak bugar secara fisik dan merasa tidak mampu secara fisik

4. Orientasi Kebugaran Fisik (Fitness Orientation): Subskala ini

mengukur derajat perhatian individu terhadap kebugaran fisiknya. Subskala

ini mengukur tingkat perhatian individu terhadap kebugaran tubuh atau

seberapa penting kebugaran tubuh bagi individu. Subskala ini mengukur

Page 68: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

tingkat perhatian individu terhadap kebugaran tubuh atau seberapa penting

kebugaran tubuh bagi individu. Skar tinggi pada subskala ini berarti individu

sangat menghargai kebugaran tubuh dan secara aktif terlibat dalam kegiatan

fisik untuk mempertahankan dan meningkatkan kebugaran tubuhnya. Skar

yang rendah berarti individu tidak menganggap kebugaran sebagai sesuatu

yang penting sehingga ia tidak melakukan usaha untuk mengikuti olahraga

atau latihan kebugaran

5. Evaluasi Kesehatan (Health Evaluation): Mengukur penilaian individu

tentang kesehatan tubuhnya. Subskala ini mengukur penilaian seseorang

tentang kesehatan tubuhnya atau penilaian tentang perasaan bebas dari

penyakit Skor tinggi pada subskala ini berarti individu merasa bahwa

tubuhnya dalam keadaan sehat dan bebas dari penyakit. Skor yang rendah

berarti individu tidak merasa sehat atau sedang merasakan gejala-gejala

penyakit atau merasa tubuhnya rentan terhadap penyakit.

6. Orientasi Kesehatan (Health Orientation): Mengukur derajat

pengetahuan dan kesadaran individu tentang pentingnya kesehatan tubuh.

Subskala ini mengukur tingkat pengetahuan dan kesadaran individu terhadap

pentingnya kesehatan tubuh secara fisik. Subskala ini mengukur tingkat

pengetahuan dan kesadaran individu terhadap pentingnya kesehatan tubuh

secara fisik. Skor tinggi pada subskala ini berarti individu sangat peduli

terhadap kesehatan tubuhnya dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang

Page 69: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

kesehatan sehingga selalu berusaha mengembangkan gaya hidup yang

sehat. Skar yang rendah pada subskala ini menggambarkan bahwa individu

tidak perduli pada kesehatan tubuhnya dan tidak memiliki pengetahuan yang

cukup tentang kesehatan. Hal ini membuat individu bersikap apatls terhadap

kesehatan tubuhnya.

7. Orientasi tentang Penyakit (Illness Orientation): Subskafa ini

mengukur derajat pengetahuan dan reaksi individu terhadap berbagai

masafah penyakit yang dirasakan tubuhnya. Subskara ini mengukur tentang

kesadaran individu tentang tubuhnya bifa sedang sakit atau akan sakit,

rnengukur pengetahuan dan reaksi terhadap berbagai masafah dan penyakit

yang dirasakan ofeh tubuh. Subskafa ini rnengukur tentang kesadaran

individu tentang tubuhnya bila sedang atau akan sakit, mengukur

pengetahuan dan reaksi terhadap berbagai masalah dan penyakit yang

dirasakan oleh tubuh. Skor yang tinggi berartl individu snagat sadar terhadap

berbagai gejala penyakit yang dirasakan dan segera berusaha mencari

penjefasan dna pengobatan. Skor yang rendah berarti individu tidak

mempunyai kesadaran terhadap keadaan tubuhnya bila terserang penyakit.

8. Kepuasan Area Tubuh (Body Area Satisfaction Scale/BASS):

Mengukur secara spesifik tingkat kepuasan individu terhadap berbagai

bagian tubuhnya. Subskala ini lebih spesifik dalam mengukur tingkat

kepuasan dan ketidak puasan berbagai area tubuh individu. Subskala ini

Page 70: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

hampir sama dengan subskala evaluasi penampilan, hanya saja subskala ini

lebih spesifik dalam mengukur tingkat kepuasan dan ketidakpuasan berbagai

area tubuh individu. Skor tinggi pada subskala ini menggambarkan bahwa

pada umumnya individu merasa puas dan bahagia dengan sebagian besar

area tubuhnya. Skor yang rendah menggambarkan bahwa individu merasa

tidak puas dengan ukuran atau tampilan dari beberapa area tubuhnya.

9. Pengkategorian Ukuran Tubuh (Self Classified Weightlkategori diri

=KO). Subskala khusus yang menggambarkan bagaimana seseorang

mempersepsikan dan melabel berat badannya sendiri, dari yang sangat kurus

sampai dengan yang sangat gemuk.

1 o. Kecemasan Menjadi Gemuk (Overweight Preoccupation): Subskala

yang menggambarkan kecemasan akan kegemukan, perhatian akan berat

badan, kecenderungan melakukan diet penurunan berat badan dan

membentuk pola makan yang dibatasi.

Setiap subskala pada kuesioner ini mempunyai 5 alternatif jawaban. Untuk

subskala evaluasi penampilan fisik, evaluasi kebugaran fisik, evaluasi

kesehatan, dan kecemasan akan kegemukan menggunakan 5 pilihan

jawaban, yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), R (Ragu-ragu),

S (Setuju), dan SS (Sangat Setuju). Sedangkan, untuk skala pengkategorian

Page 71: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

ukuran tubuh digunakan 5 pilihan jawaban yaitu 1 (kekurangan berat badan

tingkat berat), 2 (kekurangan berat badan tingkat ringan), 3 (berat badan

normal), 4 (kelebihan berat badan tingkat ringan), 5 (kelebihan berat badan

tingkat berat). Untuk skala kepuasan area tubuh juga digunakan 5 pilihan

jawaban yaitu STP (Sangat Tidak Puas), TP (Tidak Puas), N (Netral), P

(Puas), dan SP (Sangat Puas).

Data yang didapat dari kuesioner ini berupa skala 1 - 5. Untuk jawaban item­

item positif atau favorable STS diberi skor 1, TS diberi skor 2, R diberi skor 3,

S diberi skor 4, dan SS diberi skor 5. Khusus untuk item- item negatif atau

unfavorable, skala tersebut dibalik sehingga jawaban STS diberi skor 5, TS

diberi skor 4, R diberi skor 3, S diberi skor 2, dan SS diberi skor 1.

Perhitungan untuk tiap responden dilakukan dengan cara menjumlahkan

keseluruhan skor yang didapat sehingga menghasilkan skor total responden.

Page 72: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Tabel 3.1 Blue Print Skala Citra Tubuh (Pasca Try Out)

--------No Subskala Item

Favorabel Unfavorabel

1 Evaluasi Penampilan Fisik 5, 11, 21*, 30, 42,48

39•

2 Orientasi Penampilan Fisik 1, 2*, 12, 13*, 23*, 32, 40*, 49*

22, 31, 41*, 50*

3 Evaluasi Kebugaran Fisik 24, 51 33

4 Orientasi Kebugaran Fisik 3*, 4*, 14*, 26*, 6*, 15*, 16, 25, 34,

35*, 44*, 53 43*

5 Evaluasi Kesehatan 7,27*, 54 17, 36,45*

6 Orientasi Kesehatan 8, 9*, 18*, 19*, 28*, 38

29,52*

7 Orientasi Tentang Penyakit 46, 55*, 56 37,47

8 Kepuasan Area Tubuh 61*, 62*, 63, 64,

65, 66, 67, 68,

' 169 '

Pengkategorian Ukuran 159*, 60 -- -----·-

9

Tubuh I

10 Kecemasan Menjadi Gemuk 10,20,57,58

* Merupakan skor yang gugur

Page 73: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

2. Skala Keterlibatan Konsumen (Pll)

Pengukuran keterlibatan konsumen pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan skala yang berupa kuesioner, yaitu dengan Personal

Involvement Inventory (Pll) yang diadaptasi oleh Benny Noverdi Afrizal

(1995) dengan hasil nilai reliabilitas sebesar 0.898, hal ini menunjukkan

bahwa skala yang digunakan untuk mengukur keterlibatan ini secara

konsisten akan mengukur hasil yang sama.

Skala Pll ini dikembangkan oleh Judith Lynne Zaichkowsky pada tahun 1985.

Skala ini merupakan skala beda semantik (semantic differential scale)

dengan menggunakan skala penilaian tujuh butir yang menyatakan secara

verbal dan terdapat dua kutub kata sifat yang berlainan atau juga disebut

skala bipolar. Skala Pll digunakan untuk mengukur keterlibatan konsumen

terhadap suatu produk yang berisi 1 o item pernyataan. Berdasarkan jawaban

yang diberikan, konsumen dapat digolongkan pada dua derajat keterlibatan

yang berbeda, yaitu keterlibatan tinggi (high involvement) dan keterlibatan

rendah (/ow involvement).

Pada setiap item, subyek diminta untuk memberikan penilaiannya terhadap

produk sesuai dengan pendapat dan pikirannya. Penilaian subyek didasarkan

Page 74: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

pada kata sifat yang ditemui dalam setiap skala dan subyek diminta

menuliskan kategori penilaiannya dalam skala yang dinyatakan dengan

angka 1 sampai 7. Makna dari angka-angka tersebut menujukkan gradasi

dari kata sifat didekatnya, yaitu untuk kata sifat sebelah kiri (1 = sangat, 2 =

agak, 3 =cukup), bagian tengah (4= ragu-ragu), dan untuk kata sifat sebelah

kanan (5 = cukup, 6 = agak, 7= sangat). Misalnya, pada item :

Penting _ :_ : _ : _ : _ : _ : _ tidak penting

1 berarti sangat penting, 2 berarti penting, 3 berarti agak penting, 4 ragu­

ragu, 5 berarti agak penting, 6 berarti tidak penting, 7 berarti sangat penting

Skor yang diberikan pada masing-masing pernyataan diberi nilai dari angka 1

sampai dengan 7, sesuai dengan yang paling dekat dengan yang dirasakan

responden. Pernyataan yang diberi tanda asterisk (*) merupakan skor terbalik

yakni penilaiannya mulai dari angka 7 sampai dengan 1. Nantinya, dengan

menjumlahkan ke-1 o butir tersebut diperoleh skor dari yang terendah 1 o

hingga yang tertinggi 70.

Untuk membagi derajat keterlibatan subyek (tinggi dan rendah), pertama

dilakukan perhitungan total skor maksimal yang bisa diperoleh konsumen.

Kemudian dibagi menjadi dua berdasarkan median. Sehingga diperoleh

Page 75: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

konsumen dengan skor di atas median dan konsumen dibawah median.

Konsumen yang memiliki skor di atas median akan digolongkan sebagai "high

involvement" sedangkan konsumen yang memiliki skor di awah median akan

digolongkan sebagai "low involvement''. Skor-skor konsumen yang tepat

berada di garis batas median tidak digunakan dalam penelitian untuk

menghindari keragu-raguan dalam pembagian.

Pada bagian ini, skala semantic differential didahului oleh beberapa item

pertanyaan untuk menambah informasi tentang keterlibatan berkaitan dengan

upaya pencarian informasi dan pertimbangan resiko-resiko penggunaan obat

pelangsing.

Page 76: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Tabet 3.2 Blue print skala keterlibatan konsumen terhadap produk

No lndikator Item

1. Pen ting Penting - tidak penting

2. Membosankan Membosankan - menarik

3 Relevan Relevan - tidak relevan

4 Menyenangkan Menyenangkan - tidak menyenangkan*

5 Berarti Tidak berarti - sangatberartibagisaya

6 Daya tarik Punya daya tarik - tidak mempunyai daya tarik

7 Mengesankan Mengesankan - tidak mengesankan

8 Berharga Tidak berharga - berharga*

9 Melibatkan Melibatkan saya - tidak melibatkan saya

10 Diperlukan Tidak diperlukan - diperlukan . * Merupakan tanda item yang gugur

Page 77: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

3.4 TEKNIK ANALISA DA TA

Untuk pengolahan data, data dikumpulkan dengan menggunakan statistik

deskriptif menggunakan SPSS 13.0. Untuk variabel keterlibatan konsumen

yang terfokus pada produk, konsumen dipisahkan ke dalam segmentasi

dengan menggunakan skala Pll (Personal Involvement lnventorjl) dalam

tingkat keterlibatan konsumen pada obat pelangsing. Kemudian dilakukan

teknik sorting untuk memisahkan kelompok keterlibatan tinggi, sedang dan

rendah. Sedangkan untuk variabel citra tubuh, responden terbagi ke dalam

tiga kelompok, yaitu citra tubuh positif, cukup positif dan negatif.

Teknik perhitungan yang digunakan untuk menganalisa data dari hasil

penelitian korelasional, besar dna tingginya hubungan antara variabel yang

dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi. Teknik yang digunakan:

1. Uji normalitas

Uji asumsi (persyaratan) statistik yang menggunakan uji normalitas

berfungsi untuk melihat normal atau tidaknya distribusi data dalam

variabel yang diteliti

2. Uji hipotesis.

Pengujian hipotesis untuk menjawab pertanyaan utama penelitian ini,

digunakan metode korelasi Pearson. Rumus korelasi Pearson

Page 78: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

dimaksudkan untuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi

hipotesis dalam penelitian ini.

3.5 PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dan

dikerjakan dalam suatu penelitian, yang terdiri dari:

1. Tahap Perencanaan

a. Dimulai dengan perumusan masalah

b. Menentukan variabel penelitian

c. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan

landasan teoritis yang tepat mengenai variabel penelitian

d. Menentukan dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam

penelitian ini, yaitu kuesioner tentang citra tubuh (instrumen yang dipakai

yaitu MBSRQ), dan keterlibatan konsumen (instrumen yang dipakai yaitu

Pll).

e. Menentukan lokasi penelitian dan menyelesaikan administrasi perizinan

Page 79: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

2. Tahap Pelaksanaan

a. Mencari informasi jumlah sampel yang akan dijadikan objek penelitian dan

calon subjek penelitian

b. Memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta

kesediaan subjek penelitian untuk rnengisi kuesioner

c. Melaksanakan pengarnbilan data subjek dengan rnernberikan kuesioner

yang telah disiapkan pada subjek penelitian

3. Tahap analisa data

Setelah penelitian dilaksanakan, rnaka peneliti menganalisa data yang telah

diperoleh. Tahapan untuk rnenganalisa data adalah:

a. Melakukan skoring terhadap kusioner yang telah diisi oleh subjek

penelitian

b. Menghitung dan rnernbuat tabulasi data yang telah diperoleh

c. Mernbuat tabel data

d. Melakukan analisa data dengan menggunakan rnetode statistik untuk

menguji instrumen dan hipotesis penelitian.

Page 80: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

BABIV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di Fitness Center di Cibubur, Jakarta Timur.

Yang dilakukan pada tanggal 25 Oktober sampai 1 November 2009. Sesuai

dengan karakteristik sampel penelitian responden yang digunakan pada field

study yaitu wanita dewasa awal yang berusia antara 20-40 tahun dan menjadi

anggota senam aerobik dan fitness sebanyak 36 orang. Segala sesuatu

mengenai gambaran secara umum responden penelitian berdasarkan

beberapa aspek, akan dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:

1. Usia

Tabel 4.1 Gambaran Usia Responden

Frequency Percent(%)

Valid 20-26 thn 24 166,67

27-32 thn 8 122,32

33-38 thn 4 11, 11

Total 36 (1~' I '• "-; 100

I '

Page 81: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 36 orang responden yang berusia

antara 20-26 tahun sebanyak 24 orang (66,67%), usia 27-32 tahun sebanyak

8 orang (35.5%), dan responden yang berusia 33-38 tahun sebanyak 4 orang

(11,11%).

2. Tinggi Badan

Tabet 4.2 Gambaran Tinggi Badan Responden

Frequency Percent(%)

Valid 150-160 cm 26 72.2

161-175 cm 10 27.8

Total 36 100

Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa, jumlah responden dengan

rentang tinggi badan antara 150-160 cm sebanyak 26 orang (72,2%).

Sedangkan responden dengan rentang tinggi badan antara 161-175cm

sebanyak 10orang (27,8%).

Page 82: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

.~'" ·-· -·~-------·-'"""'" \ PERPUSTl\KAAN UTAMA

UIN SYAHID JAKARTA

3. Berat Badan

Tabel 4.3 Gambaran Berat Sadan Responden

Frequency Percent(%)

Valid 45-50 kg 13 36.1

51-58 kg 10 27.8

59-65 kg 9 25.0

> 66 kg 4 11.1

Total 36 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden dengan rentang berat

badan 45-50 kg sebanyak 13 orang (36,1%), berat badan 51-58kg

sebanyak 10 orang (27,8%), berat badan 59-65kg sebanyak 9 orang (25%),

dan berat badan lebih dari 66kg sebanyak 4 orang (11 %).

4. Pendidikan Terakhir

Tabel 4.4 Gambaran Pendidikan Terakhir Responden

Frequency Percent(%)

Valid SMP 1 2.8

SMA 14 38.9

Diploma 8 I 22.2 I I

i

j

Page 83: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa jumlah responden dengan

pekerjaan sebagai pegawai negeri sebanyak 1 orang (2,8%), pegawai swasta

sebanyak 8 orang (22,32%), ibu rumah tangga sebanyak 7 orang (19,4%),

dan mahasiswa sebanyak 20 orang (55,6%)

6. lnformasi mengenai obat pelangsing

Tabel 4.6 Gambaran informasi mengenai obat pelangsing

Frekuensi Percent(%)

1. Sumber informasi dari: 1. lklan tv/majalah 21 58,3 2. Teman/kerabat dekat 9 25 3. Keluarga 6 16,67

2. Ketertarikan mengkonsumsi karena: 1. Ajakan teman/kerabat dekat 2 5,56 2. Pengaruh promosi/iklan di TV/majalah 14 38,9 3. Tidak percaya diri dengan bentuk 20 55,56 badan

3. lntensitas mengkonsumsi obat pelangsing sebanyak: 1. < 3 (kapsul/tablet/sachet) perhari 16 44,45 2. 1- 3 {kapsul/tablet/sachet) perhari 16 44,45 3. 3-6 (kapsul/tablet/sachet) perhari 4 11, 11

Page 84: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

4. Motivasi mengkonsumsi obat pelangsing: 1. lngin menurunkan berat badan 33 91,67 2. Terpengaruh ajakan teman/kerabat 1 2,78

dekat 2 5,56 3. Terpengaruh iklan/promosi yang ada

5. Hal yang membuat yakin ketika mengkonsumsi: 1. lklan di 1V terlihat sangat meyakinkan 6 16,67 2. Teman/kerabat terdekat yang sudah 7 19,4

merasakan hasilnya 3. Keinginan untuk kurus 23 63,89

6. Hal yang dilakukan ketika membeli obat pelangsing: 1. Langsung membeli tanpa 2 5,56

pertimbangan resiko 2. Menanyakan informasi kandungan 13 36, 11

bahan dan efek negatif terlebih dahulu 3. Membeli dengan pertimbangan harga, 21 58,3

manfaat dan efek samping serta jangka waktu hasilnya

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa subyek yang sumber informasinya dari

iklan lV/majalah sebanyak 21 orang (58,3%), dari teman/kerabat terdekat

sebanyak 9 orang ( 25%) dan dari keluarga sebanyak 6 orang (16,67%).

Sedangkan alasan ketertarikan mengkonsumsi obat pelangsing yang berasal

dari ajakan teman/kerabat terdekat sebanyak 2 orang (5,56%), adanya

pengaruh promosi/iklan di lV/majalah sebanyak 14 orang (38,9%) dan

karena tidak percaya diri dengan bentuk badan sebanyak 20 orang (55,56%).

Page 85: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Dilihat dari jumlah intensitas konsumsi obat pelangsing yang berjumlah < 3

(kapsulftablet/sachet) perhari sebanyak 16 orang (44,45%), yang berjumlah

1-3 (kapsul/tablet/sachet) perhari sebanyak 16 orang (44,45%) dan yang

berjumlah 3-6 (kapsul/tablet/sachet) perhari sebanyak 4 orang (11, 11 %).

Adapun motivasi responden yang mengkonsumsi obat pelangsing karena

ingin menurunkan berat badan sebanyak 33 orang (91,67%), karena

terpengaruh ajakan teman/kerabat dekat sebanyak 1 orang (2,78%) dan

karena terpengaruh iklan/promosi yang ada sebanyak 2 orang (5,56%). Dan

hal yang membuat subyek yakin mengkonsumsi obat pelangsing yang

meliputi iklan di TV terlihat sangat meyakinkan sebanyak 6 orang (16,67%),

teman/kerabat dekat yang sudah merasakan hasilnya sebanyak 7 orang

(19,4%), dan adanya keinginan untuk kurus sebanyak 23 orang (63,89%).

Dan yang terakhir hal yang dilakukan subyek ketika membeli meliputi subyek

fangsung membeli saja tanpa mempertimbangkan resiko yang ada sebanyak

2 orang 95,56%), subyek yang menanyakan informasi mengenai kandungan

bahan dan efek negatifterlebih dahulu sebanyak 13 orang (36,11%), dan

subyek yang membeli dengan pertimbangan harga, manfaat dan efek

samping serta jangka waktu hasilnya sebanyak 21 orang (58,3%)

Page 86: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

4.2. Presentasi Data

4.2.1 Deskripsi Statistik

Di bawah ini akan dipaparkan deskripsi umum hasil perhitungan statistik dari

skala yang dibagikan kepada responden penelitian.

Tabel 4.2 Deskripsi Statistik

I Statistic Std. Error

Citra Tubuh Mean 143.6944 3.38386

Median 141.500

Variance 412.218

Std. Deviation 20.30316

Minimum 103.00

Maximum 188.00

Keterlibatan Mean 37.1667 1.31626 Konsumen

Median 36.5000

Variance 62.371

Std. Deviation 7.89756

Minimum 13.00

Maximum 53.00 I I

Page 87: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

b. Skor citra tubuh cukup positif = (M - 1 SD) < X < (M + 1 SD)

(143,6944 - 20,30316} < x < (143,6944 + 20,30316)

123,39214 < x < 163,99756

Rentangan skor citra tubuh cukup positif = 123 - 163

c. Skor citra tubuh negatif = X :> (M - 1 SD)

x:;; (143,6944 -20,30316) = x:;; 123, 39214

Rentangan skor citra tubuh negatif = < 123

Berikut ini tabel distribusi kategorisasi skor citra tubuh :

Tabel 4.5. Distribusi Kategorisasi Skor Citra Tubuh

Kategori Skor Frekuensi %

Positif 164-188 7 19,44 %

Cukup positif 123 -163 23 63,89 %

Negatif < 123 6 16,67 %

Dari tabel distribusi di atas, maka dapat diketahui bahwa jumlah responden

yang memiliki citra tubuh positif sebanyak 7 orang (19,44 %), citra cukup

positif sebanyak 23 orang (63,89 %), dan citra tubuh negatif sebanyak 6

orang (16,67 %).

Page 88: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Adapun untuk kategorisasi skor keterlibatan konsumen, peneliti membagi tiga

kategori skor, yaitu tingkat keterlibatan tinggi, sedang, dan rendah.

Perhitungan kategorisasi skor menggunakan mean data field study, maka

perhitungan kategorisasi skor sebagai berikut:

a. Skor keterlibatan tinggi = X ~ (M + 1 SD)

X ~ (37,1667 + 7,89756) = 45,06426, dibulatkan menjadi 45

Rentangan skor tinggi = 45 - 53

b. Skor keterlibatan sedang = (M - 1 SD) < X < (M + 1 SD)

(37, 1667 - 7,78756) < x < (37, 1667 + 7,89756)

45,06426 < x < 29,26914

Rentangan skor keterlibatan sedang = 29 - 44

c. Skor keterlibatan rendah = X :> (M - 1 SD)

37, 1667 - 7,89756 = 29,26914, dibulatkan menjadi 29

Rentangan skor keterlibatan rendah < 29

Page 89: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Berikut tabel distribusi kategorisasi skor keterlibatan konsumen

Tabet 4.6. Distribusi Kategorisasi Skor Keterlibatan Konsumen

Kategori Skor Frekuensi Persentase

Tinggi 45-53 6 16,67 %

Sedang 29-44 27 75 %

Rendah <29 3 8,33%

TOTAL 36 100%

Dari tabel distribusi skor keterlibatan konsumen dapat diketahui bahwa

sebanyak 6 orang (16,67%) yang berada pada kategori tingkat keterlibatan

yang tinggi, sebanyak 27 orang (75%) yang berada pada tingkat keterlibatan

yang sedang, dan sebanyak 3 orang (8,33%) yang berada pada tingkat

keterlibatan yang rendah.

4.2.3 Uji Persyaratan

4.2.3.1 Uji Normalitas

Perhitungan uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui distribusi data

dalam variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang terdistribusi

secara normal dapat menggunakan perhitungan uji hipotesis dengan metode

statistik parametrik. Sedangkan data yang tak terdistribusi secara normal

perhitungan uji hipotesisnya menggunakan metode statistik non-parametrik.

Page 90: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Adapun uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji

Shapiro-Wilk, dengan menggunakan program pengolah data SPSS 13.0.

Hipotesis yang dapat diajukan adalah :

Ho = Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Ha = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Tabel 4.6 Normalitas Citra Tubuh (MBSRQ)

Kolmogorov-Smirnov( a) Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df I Sig.

Citra Tubuh .094 36 .200(*) .981 36 .763

* This 1s a lower bound of the true significance.

a Lilliefors Significance Correction

Dari tabel di alas dapat diketahui uji normalitas data pada MBSRQ diperoleh

angka probabilitas sebesar 0,763 dengan menggunakan taraf signifikansi 5%,

maka dapat diketahui bahwa nilai probabilitas 0,763 > 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Berikut ini adalah

gambar diagram scatterplot MBSRQ keluaran SPSS 13.

Page 91: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Gambar4.1

Normal Q-Q Plot of Cltra Tubuh

' / • -. • P ,-·c ..

/ . .;•

. ~-

. 0 off ..

J ,•

.~ 9•

.j .r,• 1! l :....-·. .n .,

100 "" "" 160 "" Obwrved Value

Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa sebaran data variabel MBSRQ

berada disekitar garis uji yang mengarah dari kiri bawah ke kanan atas.

Dengan demikian data tersebut dapat dikatakan normal.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan SPSS versi

13.0 diperoleh hasil uji normalitas data pada skala keterlibatan konsumen

sebagai berikut:

Tabet 4. 7 Normalitas Keterlibatan Konsumen (Pll)

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk ~----·-· ----

Statistic Of Sig. Statistic Of Sig.

Keterlibatan .103 36 .200(*) .962 36 .250 Konsumen

I I I ' ' ' I I I

Page 92: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil uji normalitas data pada keterlibatan

konsumen diperoleh angka probabilitas sebesar 0,250 dengan

menggunakan taraf signifikansi 5%, maka dapat diketahui bahwa nilai

probabilitas 0,250 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data

berdistribusi normal. Berikut ini gambar diagram scatterplot keterlibatan

konsumen keluaran SPSS 13.0

Garn bar 4.2 Scatterplot Keterlibatan Konsumen (PU)

Normal Q·Q Plot of Ketertibatan Konsumen

.· /a

o/

Observed Value

Page 93: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

4.3 HASIL UTAMA PENELITIAN

4.3.1 Uji Hipotesis

Analisis statistik untuk menguji hipotesis pada penelitian ini menggunakan

rumus korelasi Pearson. Dalam perhitungannya, peneliti menggunakan

program SPSS 13.0. Adapun hasil uji hipotesis diperoleh nilai koefisien

korelasi antara citra tubuh dengan keterlibatan konsumen terhadap obat

pelangsing sebesar 0,025. Korelasi tersebut dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 4.8

Correlations

MBSRQ Pll MBSRQ Pearson Correlation 1 ,025

Sig. (2-tailed) ,884 N 36 36

Pll Pearson Correlation ,025 1 Sig. (2-tailed) ,884

N 36 36

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, diketahui bahwa nilai korelasi sebesar 0,025

sementara nilai r tabel pada taraf signifikansi 5% adalah 0,329 adapun

hipotesis yang diajukan adalah:

Page 94: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Ho

Ha

Tidak terdapat hubungan positif antara citra tubuh dengan

keterlibatan konsumen wanita terhadap obat pelangsing

Terdapat hubungan positif antara citra tubuh dengan

keterlibatan konsumen wanita terhadap obat pelangsing

Keputusan yang akan diambil adalah hipotesis nihil diterima jika r hitung < r

tabel. Karena nilai r hitung yang didapat (0,025) < r table (Sig. 5% ; 36 =

0.329), maka hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara citra tubuh dengan keterlibatan konsumen

pada obat pelangsing diterima.

Adapun hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara citra tubuh dengan keterlibatan konsumen terhadap

obat pelangsing ditolak.

Page 95: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

BABS

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN.

Berdasarkan hasil analisa data dan pengujian hipotesis yang telah

dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara citra tubuh dengan keterlibatan konsumen

wanita terhadap obat pelangsing. Hal ini ditunjukkan dari hasil perolehan nilai

koefisien sebesar 0,025 yang tidak signifikan pada fever significancy 0,05.

Artinya, citra tubuh positif tidak diikuti secara signifikan dengan keterlibatan

yang tinggi dan citra tubuh negatif tidak diikuti secara signifikan dengan

keterlibatan yang rendah.

5.2 DISKUSI

Pada penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Mega Soraya Anggasari (2008)

yang berjudul "Hubungan antara sikap terhadap citra tubuh wanita dalam

tayangan iklan produk kecantikan di TV dengan minat bedah estetik pada

Page 96: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

wanita klien klinik kecantikan" didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang

signifikan antara sikap terhadap citra tubuh wanita dalam tayangan iklan

produk kecantikan di TV dengan minat bedah estetik pada wanita klien klinik

kecantikan. Dengan hasil r hitung 0,641, dibandingkan dengan r tabel (2-

tailed) sebesar 0,475 berdasarkan taraf signifikansi sebesar 0,01 dengan

responden sebesar 86 orang.

Menurut Fisher (dalam Melliana, 2006), kehidupan wanita lebih terpusat p<1da

soal fisik atau tubuh mereka. Maka wanfta menjadf lebih sadar dan sensitif

terhadap fungsi dan perubahan tubuh. Konsep diri wanita lebih terfokus pada

diri mereka dibandingkan pria. Sebab, wanita febih banyak mengafami

perubahan fisik secara dramatis dalam kehidupan mereka. Perubahan fisik

meliputi menstruasi, kehamilan, melahirkan, menyusui, mengurus dan

merawat anak-anak, menopause. Perubahan fisik dalam tubuh wanita dapat

mempengaruhi bagaimanan wanita memandang dirinya. Hal ini juga

didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Jackson, Sullivan dan

Rostker (dalam Kemala, 2000) yang menunjukkan ketidakpuasan terhadap

tubuhnya dibandingkan dengan pria, sehingga lebih sering menilai tubuhnya

secara negatif dan selalu menganggap penampilan fisik sebagai suatu hal

yang sangat penting.

Page 97: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Apabila seorang wanita memandang citra tubuhnya secara negatif, berarti ia

merasakan ketidakpuasan terhadap tubuhnya yang nantinya dapat

menyebabkan makin kuatnya keinginan untuk melakukan segala cara untuk

memperbaiki penampilan fisiknya agar dirinya sesuai dengan citra

kesempumaan yang ada dalam masyarakat. Salah satu usaha yang

mungkin dilakukan adalah dengan mengkonsumsi obat pelangsing.

Akan tetapi, penelitian Mega Soraya Anggasari dan teori mengenai citra

tubuh dan usaha instan yang dilakukan untuk menutupi rasa tidak percaya

dirinya, seperti yang dikemukakan di atas tidak sejalan dengan penelitian ini.

Hal ini dapat dikarenakan beberapa faktor, yaitu karena jumlah responden

yang berbeda dan lebih sedikit, perbedaan variabel yang diukur, interpretasi

yang sulit terhadap skala semantic diffrerential ini, dan adanya perbedaan

institusi responden serta tempat penelitian yang hanya di dua tempat fitness

center.

Dalam penelitian ini, responden sebanyak 36 orang yang semuanya berjenis

kelamin wanita. Pada tabel persebaran skor citra tubuh (MBSRQ) didapatkan

7 orang (19,44%) memiliki skor memandang positif pada citra tubuhnya , 23

orang (63,89%} yang masuk dalam kategori cukup positif memandang citra

Page 98: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

tubuhnya, dan 6 orang (16,67%) yang memiliki kategori memandang negalif

pada citra tubuhnya . lni menunjukkan bahwa pada responden konsumen

wanita sebanyak 23 orang menyatakan bahwa mereka cukup positif

memandang citra tubuhnya. Yang berarti, responden memiliki rasa percaya

diri, self esteem dan konsep diri yang cukup positif dalam memandang citra

tubuhnya sehingga keadaan psikologisnya tidak menuntutnya untuk merubah

bentuk tubuhnya.

Sedangkan pada label persebaran skor keterlibatan konsumen (PU) dari 36

orang responden, 6 orang (16,67%) masuk kategori dalam keterlibatan

tinggi, 27 orang (75%} masuk ke dafam kategori keterlibatan sedang, dan 3

orang (8,33%) masuk ke dalam kategori keterlibatan rendah. Hal ini

menunjukkan bahwa wanita paling banyak termasuk ke dafam keterlibatan

sedang, yang berarti tidak tinggi dan tidak rendah pula. Artinya, dalarn

pencarian informasi mengenai obat pelangsing ini responden tidak terfafu

detail, hanya sekedar mengetahui informasi tersebut narnun belum tentu

mengkonsumsi obat pelangsing tersebut.

Page 99: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Pada distribusi skor berdasarkan usia, didapatkan hasil data wanita dewasa

awal yang berusia 20-26 tahun sebanyak 24 orang (66,67%), sedangkan

yang berusia 27-32 tahun sebanyak 8 orang (22,32%) dan yang berusia 33-

38 tahun sebanyak 4 orang (11, 11 %). Dari hasil data tersebut menunjukkan

bahwa wanita usia 20-26 tahun yang paling banyak mendominasi dalam

penelitian inL Karena pada usia ini, wanita biasanya belum menikah dan

masih terfokus pada karir. Di ruang lingkup dan masa pencarian pasangan

inilah, wanita lebih jeli memperhatikan setiap bagian di tubuhnya dan dapat

rentan terhadap masalah citra tubuh (Papalia, 2001).

Pada persebaran skor berdasarkan berat badan, wanita yang berat badannya

45-50 kg sebanyak 13 orang (36, 1 %), berat badannya 51-58 kg sebanyak 1 o

orang, berat badannya 59-65 kg sebanyak 9 orang (25%), dan yang berat

badannya di atas 66 kg (yang termasuk kategori sangat gemuk) sebanyak 4

orang (11, 1%). Dari data tersebut menunjukkan bahwa wanita dengan berat

badannya 45-50 kg menempati urutan terbanyak dari jumlah responden

lainnya. Apabila diamati, berat badan 45-50 kg termasuk kategori ideal,

namun para wanita tersebut merasa kurang puas dengan bentuk tubuhnya

dan dapat dikategorikan ke dalam citra tubuh negatif.

Page 100: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Pada persebaran skor mengenai pencarian informasi obat pelangsing (yang

merupakan tambahan data kontrol dalam skala Pll), didapatkan hasil subyek

yang sumber informasinya dari iklan TV/majalah sebanyak 21 orang (58,3%),

dari teman/kerabat terdekat sebanyak 9 orang( 25%) dan dari keluarga

sebanyak 6 orang (16,67%) . Artinya, wanita lebih terpengaruh dengan iklan

yang disampaikan oleh TV/majalah, yang sejalan dengan latar belakang

penelitian ini.

Sedangkan alasan ketertarikan mengkonsumsi obat pelangsing yang berasal

dari ajakan teman/kerabat terdekat sebanyak 2 orang (5,56%), adanya

pengaruh promosiliklan di TV/majalah sebanyak 14 orang (38,9%) dan

karena tidak percaya diri dengan bentuk badan sebanyak 20 orang (55,56%).

Dari data tersebut, dihasilkan data terbanyak alasan wanita mengkonsumsi

obat pelangsing berdasarkan karena tidak percaya diri dengan bentuk badan.

Adapun motivasi responden yang mengkonsumsi obat petangsing karena

ingin menurunkan berat badan sebanyak 33 orang (91,67%), karena

Page 101: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

terpengaruh ajakan teman/kerabat dekat sebanyak 1 orang (2,78%) dan

karena terpengaruh iklan/promosi yang ada sebanyak 2 orang (5,56%).

Dihasilkan jawaban dari motivasi responden yang mengkonsumsi obat

pelangsing karena ingin menurunkan berat badan sebanyak 33 orang

(91,67%).

Dan hal yang membuat subyek yakin mengkonsumsi obat pelangsing yang

meliputi iklan di TV terlihat sangat meyakinkan sebanyak 6 orang (16,67%),

teman/kerabat dekat yang sudah merasakan hasilnya sebanyak 7 orang

(19,4%), dan adanya keinginan untuk kurus sebanyak 23 orang (63,89%).

Dari data yang telah dikemukakan tersebut, hal yang membuat subyek yakin

mengkonsumsi obat pelangsing adalah karena ingin kurus.

Dari tiga data yang telah dipaparkan di atas, dalam hat alasan ketertarikan ,

motivasi yang timbul dan hal yang membuat yakin para responden untuk

mengkonsumsi obat pelangsing adalah karena !idak percaya diri dengan

bentuk badan dan adanya keinginan yang kuat untuk menurunkan berat

badan agar terlihat lebih kurus. Apabila wanita merasa tidak percaya diri

dengan bentuk tubuhnya, hal ini dapat terkait dengan persepsi terhadap citra

Page 102: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

tubuhnya secara negatif. Teori ini sejalan dengan Melliana (2006), yang

menyebutkan bahwa semakin negatif persepsi wanita tentang tubuhnya,

maka semakin negatif perasaan wanita tersebut tentang dirinya. Citra tubuh

memengaruhi perilaku, self esteem, dan keadaan psikologis. Jika wanita

yang terus menerus berusaha memperbaiki bentuk tubuhnya, maka perasaan

terhadap dirinya pun kurang sehat. karena hilangnya rasa percaya diri akan

kemampuan yang dimiliki.

Persebaran skor berdasarkan jumlah intensitas konsumsi obat pelangsing

yang meliputi < 3 (kapsul/tablet/sachet) perhari sebanyak 16 orang (44,45%),

yang berjumlah 1-3 (kapsul/tablet/sachet) perhari sebanyak 16 orang

{44,45%) dan yang berjumlah 3-6 (kapsul/tablet/sachet) perhari sebanyak 4

orang (11, 11 %). Dari data tersebut, responden yang mengkonsumsi kurang

dari 3 dan 1-3 (kapsul/tablet/sachet) perhari mempunyai hasil skor yang

sama, yaitu berjumlah 16 orang (44,45%). Hal ini menunjukkan, dalam

mengkonsumsi obat pelangsing, responden wanita ini termasuk dalam

kategori keterlibatan sedang.

Dan yang terakhir, persebaran data skor berdasarkan hal yang dilakukan

Page 103: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

subyek ketika membeli meliputi subyek langsung membeli saja tanpa

mempertimbangkan resiko yang ada sebanyak 2 orang {5,56%), subyek

yang menanyakan informasi mengenai kandungan bahan dan efek negatif

terlebih dahulu sebanyak 13 orang (36, 11 %), dan subyek yang membeli

dengan pertimbangan harga, manfaat dan efek samping serta jangka waktu

hasilnya sebanyak 21 orang (58,3%). Artinya dalam pencarian informasi

tentang obat pelangsing , subyek yang berjumlah 21 orang (58,3%) ini

digolongkan ke dalam keterlibatan tinggi .

Dari semua data yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa

wanita yang menjadi responden dalam penelitian ini termasuk cukup positif

menilai citra tubuhnya dari hasil skor sebanyak 23 orang (63,89%), dan

termasuk kategori ketertibatan sedang dalam pembelian dan konsumsi obat

pelangsing dari hasil skor sebanyak 27 orang (75%).

Keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya adalah kecilnya lingkup

penelitian, yaitu hanya di dua tempat club fitness center di Jakarta dan

terbatasnya jumlah responden penelitian, serta karakteristik responden yang

kurang tepat. Sebaiknya, dalam penelitian ini, karakteristik respondennya

Page 104: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

tidak hanya ditujukan kepada wanita yang membeli dan mengkonsumsi obat

pelangsing saja, namun responden yang tidak menggunakan juga dapat

dijadikan sampel penelitian. Hal ini dilakukan untuk melihat variasi penilaian

dalam instrumen skala keterlibatan konsumen (Pll).

Keterbatasan hasil penelitian lain karena kurangnya kondusif situasi tes,

karena perbedaan tempat dalam pengisian kuesioner dan pengaruh faktor

fisik yang kelelahan setelah fitness dan aerobik.

Dan penggunaan skala semantic differential pada variabel keterlibatan

konsumen (skala Pll) yang mungkin tidak cocok dengan budaya instrumen

penelitian ilmu psikologi di Indonesia. Karena dari pengalaman peneliti

menyebarkan kuesioner, responden banyak yang kurang mengerti sehingga

harus dijelaskan berulang kali. Dan butir-butir item yang terdapat dalam skala

Pll ini cukup sulit mengintepretasikannya. Sehingga peneliti membuat

tambahan informasi mengenai obat pelangsing yang berupa instrumen data

kontrol yang berjumlah enam pertanyaan.

Page 105: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

5.3 SARAN

Berdasarkan penulisan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih

terdapat banyak kekurangan di dalamnya dikarenakan adanya beberapa

hambatan dan rintangan yang dialami. Untuk itu, dari peneliti ada beberapa

saran yang bisa menjadi bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan

berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu berupa saran teoritis

dan saran praktis.

5.3.1. Saran Teoritis

1. Sebaiknya pada penelitian yang akan datang jumlah responden lebih

banyak dan untuk populasi yang lebih luas sehingga penyebaran dari

analisa jawaban setiap pernyataan bisa lebih baik.

2. Responden ini hanya terbatas dilakukan pada wanita yang menjadi

anggota club fitness center. Untuk penelitian selanjutnya ada baiknya

mengambil sampel pada responden yang terlibat membeli obat

pelangsing secara langsung dan merasakan efek dari penggunaan obat

pelangsing, untuk memperkaya penelitian sejenis.

3. Karena dalam penelitian ini masih terdapat kelemahan, diharapkan bagi

peneliti selanjutnya yang hendak menggunakan skala baku yang

berbentuk semantic differential dan membahas mengenai keterlibatan

Page 106: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

I rr: RP UST AKA.AN uT /\MA L UIN SYAHID "IAKARTA

3. Apabila seorang wanita yang merasa citra tubuhnya negatif, jangan

berpikir secara instan untuk mengkonsumsi obat pefangsing. Karena di

balik promosi dan pengemasan yang terlihat menarik, belum tentu obat

pelangsing yang akan dikonsumsi aman untuk kesehatan.

Page 107: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Anastasia, M.(2006). Menje/ajah tubuh perempuan dan mitos kecantikan. Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara

Atwater, E. & Duffy, K.G .(1999). Psychology for living: adjustment growth and behavior today. Edisi kedelapan. New jersey : Prentice hall

Azwar, S. (2003). Penyusunan ska/a psikologi. Jakarta : Pustaka Pelajar

Bilson, S.(2003). Membongkar kotak hitam konsumen. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

David, L. & Albert, B. (1998). Consumer behavior. Edisi ketiga. New York : Mc Graw Hill Book Company

Engel, James.F.(1994). Peri/aku konsumen. Edisi keenam. Alih bahasa: Budijanto. Jakarta: Binarupa Aksara

Hurlock, E. (1991). Psiko/ogi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga

Kerlinger, F.(2006). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University

Matsumoto, D.(2004). Pengantar psiko/ogi lintas budaya. Alih bahasa : Anindito. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Mowen, M & Minor, M. (2002). Perilaku konsumen. Jilid 2. Alih bahasa: Yahya. Jakarta: Erlangga

Nuruddin. (2005). Pengantar komunikasi massa. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persad a

Papalia, dkk. (2001). Human developmental. Edisi ketujuh. Boston: Mc Graw Hill

Page 108: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Paul, Peter & Jerry C.Olson. (1996). Consumer behavior: Perilaku konsumen dan strategi pemasaran. Edisi keernpat. Jakarta : PT.Gelora Aksara Pratama

Rice, F. (1990). The adolescent: development, relationship, and culture. Edisi keenam. Allyn and Bacon: USA

Santrock, J.W. (1998). Adolescence. USA. McGrawhill Companies, Inc

Sevilla, C.G. (1993). Pengantar metode penelitian. Jakarta : UI Press

Solomon, M. (2004). Consumer behavior: buying, having and being. Sixth edition. Pearson Prentice Hall

Sukaji Sutarlinah.(2000). Menyusun dan mengevaluasi laporan penelitian. Jakarta : UI Press

Thompson, K. J. (1999). Exacting Beauty: Theory, Assessment, and Treatment of Body Image Disturbance. American Psychological Association, Washington DC.

Thompson, K. J. (1996). Eating Disorders, Body Image & Obesity: an Integrative Guide for Assessment and Treatment. USA: American Psychology Association

Tim peneliti. (2000). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Turner, J & Helms, D. (1995). Lifespan development. Edisi kelima. USA: Harcourt Brace College Publisher

SKRIPSI & JURNAL:

Altabe, M.Thompson, J.K. (1990). Size estimation versus figural ratings of body image of body image disturbance: Relation to body dissatisfaction and eating dysfunction. International journal of eating disorder, 11 , 397-403

Dwi Ratna Aprilia. (2005). lklan dan budaya popular : pembentukan identitas ideologis kecantikan perempuan oleh iklan (analisis semiotika iklan

Page 109: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

cetak WRP body shape & prolene). Jumal ilmu komunikasi FISIP Universitas Atmajaya Yogyakarta. Vol.2, no.1, hal 41-66

Elizabeth Sukamto. (2005). Citra tubuh perempuan di media massa. Anima, Indonesian Psychological Journal. Vol.21, no.3, hal 299-305.

Mega Soraya, A. (2008). Hubungan antara sikap terhadap citra tubuh wanita dalam tayangan iklan produk kecantikan di TV dengan minat bedah estetik pada wanita klien klinik kecantikan. Jakarta : Fakultas Psikologi UIN

Jihan Kemala. (2000). Kepuasan citra tubuh pada wanita peserta senam body language. Depok: Fakultas Psikologi UI

Sari Yunita(2002). Strategi komunikasi pemasaran, pengaruhnya terhadap keinginan membeli (analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan membeli produk kosmetika PUTERI dari Mustika Ratu). Jurusan Manajemen, Fakultas llmu Komunikasi, Universitas Indonesia.

Zaichkowsky, Judith,L. (1985). Measuring the involvement profiles. Journal of consumer research. Vol. 12, no.3, hal. 341-352.

INTERNET:

Andriansyah. (2009). Persepsi sa/ah mengenai obat pelangsing. www.sayanginanda.com. Artikel kesehatan Diambil pada tanggal 24 Mei 2009, pukul 16.33 WIB

Hartono, Andy. (2009).Jangan sembarang makan obat pelangsing. www.indomedia.com . artikel kesehatan. Diambil pada tanggal 30 Agustus 2009, pukul 15.35 WIB

Ida Diana Sari, dkk. (2009). Penelitian ldentifikasi Zat-Zat Berbahaya yang Terkandung di dalam Produksi Pelangsing yang Beredar di Jakarta. Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Badan Litbang Kesehatan.www.depkes.com. Diambil pada tanggal 6 Juni 2009, pukul 16.34

Page 110: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Nicolash, Ronald. (2005). Jika anda terobsesi dengan kecantikan. www. [email protected]. Diambil pada tanggal 25 Maret 2009, pukul 21.00WIB

Marius. (2009). Hati-hati memilih obat pelangsing. www.jadilangsing.com. Diambil pada tanggal 25 Maret 2009, pukul 21.00 WIB

Wilya. (2009). "Ku/it juga per/u workout /ho!". www.hanyawanita.com. Diambil pada tanggal 21 Agustus 2009. Pukul 16.33 WIB

Zulfikar. (2009). Produk pelangsing tubuh. www.sweetadvice02.blogspot.com. Artikel kesehatan. Diambil pada tanggal 11 Mei 2009, pukul 13.50

Page 111: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

LAMPIRAN 1 (SKALA PENELITIAN PII & MBSRQ)

Assalamualaikum ...

Saya Dian Eka Pratiwi, mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikotogi UtN Syarif Hidayatullah Jakarta, saat ini saya sedang melakukan penelitian. Penelitian ini merupakan kelengkapan penyusunan skripsi saya, yang saya lakukan sebagai syarat untuk dapat menempuh ujian Sarjana Psikologi.

Untuk keperluan ini, saya mohon kesediaan anda untuk menjadi responden dan mengisi kuesioner terlampir, yang berisi pemyataan-pemyataan. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini, serta akan diolah sebagai data kelompok dan bukan data perorangan, sehingga kerahasiaan anda akan terjamin.

Saya harapkan dalam mengisi kuesioner ini, anda memberikan pendapat apa adanya sesuai pribadi masing-masing karena tidak ada jawaban benar atau salah. Tidak perlu memberikan pendapat yang seharusnya atau yang sebaiknya terjadi. Pada awal bagian akan tersedia petunjuk pengisian, bacalah terlebih dahulu petunjuk pengisian sehingga jawaban yang anda berikan sesuai dengan apa yang diminta.

Bantuan dan partisipasi anda merupakan sumbangan yang sangat berharga bagi penelitian ini. Untuk kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih sebesar-besamya.

Jakarta, Oktober 2009

Peneliti,

Page 112: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

3. Seberapa sering anda menggunakan obat pelangsing? (lingkari salah

satu jenis obat pelangsing yang digunakan, misal: kapsul, maka

lingkari kata "kapsul")

a. < 3 (kapsul/tablet/sachet) perhari

b. 1-3 (kapsul/tablet/sachet) perhari

c. 3-6 (kapsul/tablet/sachet) perhari

4. Apa motivasi anda mengkonsumsi obat pelangsing?

a. lngin menurunkan berat badan

b. Terpengaruh ajakan teman/kerabat dekat

c. Terpengaruh iklan dan promosi yang ada

5. Apa yang membuat anda yakin mengkonsumsi obat pelangsing?

a. lklan di TV/majalah terlihat sangat meyakinkan

b. Teman/kerabat dekat yang sudah merasakan hasilnya

c. Keinginan yang kuat dalam diri untuk menurunkan berat badan

agar terlihat lebih kurus

6. Ketika saya membeli obat pelangsing, yang saya lakukan adalah ....

a. Langsung membeli saja, tanpa mempertimbangkan resiko-resiko

yang ada karena ingin lebih instan turunnya berat badan

b. Menanyakan informasi mengenai kandungan bahan dan efek

negatifnya terlebih dahulu

c. Membeli dengan pertimbangan harga, manfaat dan efek samping

serta jangka waktu hasil dari produk tersebut

Page 113: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Petunjuk pengisian :

Berikut ini terdapat sejumlah kata sifat yang memiliki arti berlawanan pada 1

skala. Anda diminta untuk memberikan penilaian pada skala tersebut sesuai

dengan pendapat anda mengenai obat pelangsing. Anda bisa menempatkan

penilaian anda pada skala yang dinyatakan dengan angka 1 sampai 7,

masing·masing angka memiliki makna yang berbeda.

Misalnya:

Bagi saya obat pelangsing adalah sesuatu yang :

Penting _ _ ....:L Tidak Penting

1 2 3 4 5 6 7

1. Sangat penting 5. Agak tidak penting

2. Pen ting 6. Tidak penting

3. Agak penting 7. Sangat tidak penting

4. Ragu-ragu

Bila anda memilih angka 1, artinya anda berpendapat bahwa obat pelangsing

adalah sesuatu yang sangat penting bagi anda, sedangkan bila anda

memilih angka 7, maka anda berpendapat bahwa obat pelangsing adalah

sesuatu yang sangat tldak penting bagi anda, dan seterusnya.

Anda diminta memberikan penilaian pada setiap skala yang tersedia,

jawaban yang anda berikan tidak dinilai benar atau salah. Oleh sebab itu,

anda bebas mengemukakan pendapat anda sesuai dengan keadaan anda

pribadi

Page 114: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

1. Panting

2. Mambosankan

3. Ralavan

4. Manyanangkan

5. Tidak bararti sama sakali

6. Punya daya tarik

7. Mangasankan

8. Tidak barharga

9. Malibatkan saya

IO. Tidak diparlukan

KUESIONER BAGIAN II

Bagi saya obat pelangsing itu ...

1 2 34567

. . . . .. -------- . - . - . - . - . -· -

. . . . .. -------

. . . . . . -------- . - . - . - . - . -· -

. . . . . . -------- . - . - . - . - . -· -

. . . . .. -------

. . . . .. -------- . - . - . - . - . -- -

tidak panting

manarik

tidak ralavan

tidak manyanangkan

sangatbarartibagisaya

tidak punya daya tarik

tidak mangasankan

barharga

tidak malibatkan saya

diparlukan

Untuk parnyataan no.1 - 57, barilah tanda silang (x) pada :

STS : Bila anda sangat tidak setuju dangan pernyataan tersebut

TS : Bila anda tidak setuju dengan pernyataan tersebut

R : Bila anda antara setuju dan tidak setuju dengan parnyataan tarsabut

S : Bila anda setuju dangan pernyataan tarsebut

SS : Bila anda sangat setuju dangan parnyataan tarsabut

Page 115: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

12. ] Saya memeriksa I mencek penampilan I saya di cermin kapanpun saya ada

kesempatan 13. Sebelum keluar rumah atau bepergian,

say a biasanya memerlukan banyak waktu untuk bersiap-siap

14. Ketahanan fisik saya tergolong baik 15. Mengikuti kegiatan olahraga tidak

penting bagi saya 16. Say a tidak secara aktif mefakukan

usaha untuk men jag a ketahanan I kebugaran fisik saya

17. Kesehatan saya adalah hal yang tidak dapat diperkirakan kondisinya, kadang-kadang baik atau kadang-kadang buruk

18. Kesehatan yang baik adalah salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan say a

19. Say a tidak melakukan hal-hal yang say a tahu dapat mengancam kesehatan saya

20. Say a sangat sadar akan segala perubahan berat badan saya, sekecil apapun

21. Kebanyakan orang menganggap bahwa penampilan tubuh saya menarik I cantik

22. Penting bagi saya untuk selalu tampil menarik

23. Say a sedikit sekali menggunakan produk perawatan tubuh

24. Say a mudah mempefajari berbagai keterampilan fisik

25. Kebugaran fisik yang baik bukan merupakan prioritas utama dalam kehidupan saya

Page 116: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

26. Saya melakukan berbagai hal untuk meningkatkan kekuatan fisik saya

27. · Saya jarang sakit 28. Saya yakin akan kesehatan saya 29. Say a sering membaca buku dan

majalah yang berhubungan dengan kesehatan

30. Saya menyukai penampilan tubuh saya ketika tanpa busana

31. Saya menyadari jika dandanan saya tidak sesuai

32. Saya biasanya memakai pakaian yang paling mud ah say a dapat tan pa memperdulikan bagaimana penampilan saya jadinya

33. Saya kurang mampu dalam olahraga dan permainan yang mefibatkan kemampuan fisik

34. Saya jarang memikirkan kernampuan atletik saya

35. Say a berusaha untuk meningkatkan stamina fisik saya

36. Dari hari ke hari saya tidak pernah tahu apa yang akan dirasakan oreh tubuh say a

37. Bila say a sedang sakit, saya tidak terlalu memperhatikan simptom-simptom atau gejala yang saya rasakan

38. Saya tidak melakukan usaha khusus untuk makan-makanan yang seimbang

' dan bergizi 39. Saya menyukai pasnya baju saya pada

tubuh saya 40. Sa ya tidak pedulikan apapun yang

orang lain pikirkan mengenai penampilan saya

Page 117: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

41. Say a memberikan perhalian khusus pada perawatan rambut saya

42. Saya tidak menyukai penampilan tubuh say a

43. Saya tidak berniat untuk meningkatkan kemampuan saya dalam aktivitas fisik

44. Saya berusaha untuk aktif secara fisik 45. Saya sering merasa rentan terhadap

penyakit 46. Saya memperhatikan dengan seksama

tub uh saya terhadap segala tanda-tanda adanya penyakit

47. Bila saya merasa lidak enak badan, saya lidak akan memperdulikannya dan tetap melakukan aktivitas seperti biasa

48. Menurut saya, tubuh saya tidak menarik 49. Saya tidak pernah memikirkan tentang

penampilan tubuh saya 50. Say a selalu berusaha untuk

memperbaiki penampilan fisik saya 51. Say a dapat mengatur hid up say a

dengan baik 52. Saya mengetahui banyak hal tentang

kesehatan dan kebugaran tubuh 53. Say a melakukan olahraga secara

teratur sepanjang tahun 54. Saya adalah orang yang sehat secara

fisik 55. Saya sangat sadar akan perubahan

sekecil apapun dalam kesehatan tubuh say a

56. Segera setelah saya merasakan gejala penyakit, say a langsung mengkonsultasikan kesehatan saya

57. Saya sedang menjalani program diet untuk menurunkan berat badan

Page 118: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

Untuk pernyataan di bawah ini (no. 58), berilah tanda silang (x) pada angka

1. Bila anda tidak pernah melakukan pernyataan tersebut

2. Bila anda jarang melakukan pernyataan tersebut

3. Bila anda kadang-kadang melakukan pernyataan tersebut

4. Bila anda sering melakukan pernyataan tersebut

5. Bila anda sangat sering melakukan pernyataan tersebut

58. Saya telah mencoba menurunkan berat 1 2 3 4 5

badan dengan berpuasa atau dengan

melakukan diet ketat

Untuk pernyataan no. 59-60 berilah tanda silang (x) pada huruf di depan

jawaban yang paling menggambarkan diri anda masing-masing.

59. Saya pikir saya termasuk: a. Kekurangan berat badan tingkat berat b. Kekurangan berat badan tingkat ringan c. Berat badan normal d. Kelebihan berat badan tingkat ringan e. Kelebihan berat badan tingkat berat

Page 119: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

67. Beratbadan

68. Tinggi badan

69. Penampilan keseluruhan

Page 120: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

LAMPIRAN 2. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ITEM

RELIABILITAS SKALA CITRA TUBUH (MBSRQ)

****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S A)

S CA L E

Statistics for SCALE

Mean Variance 238.3333 498.6857

Item-total Statistics

VAROOOOl VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAROOOOS VAR00006 VAR00007 VAR00009 VAR00009 VAR00010 VAROOOll VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAROOOl 7 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024

Scale Mean

if Item Deleted

235.3333 233.9444 234.9444 233.9167 234.5933 235.3611 234.6399 234.5000 234. 6111 234.2778 234.7222 234.6389 234. 3611 234.5278 234. 6111 235.2500 235.8611 233.9722 234.3889 234.6944 234. 4722 235 .2779 235.2500 234.9444

Scale Variance if Item Deleted

472.6296 494.2254 490. 9111 495.1071 494.5357 488.4087 477.9516 485.5143 488.9302 504. 2635 475. 6349 477.3230 502.6373 489.4563 489.6730 478.8214 480.9802 490.5992 486.8159 479.1325 503. 7421 476.7206 484.1357 484.7968

N of Std Dev Variables 22.3313 69

Corrected Item­Total

Correlation

.5360

.1411

.2004

.1326

.3216

.1534

.5133

.4130

. 2986 -.1550

.5442

.4123 - .1311

.277S

.2110

.3343

.3585

.2002

.2811

.3917 -.1453

.4032

.2819

.3051

(A L P H

Alpha if Item Deleted

.8799

.8843

.8839

.8843

.8826

. 8852

.8806

.8821

.8830

. 8878

.8801

.8814

.8868

. 8832

.8838

.8825

.8821

.8839

.8831

.8817

.8875

.8815

.8831

.8828

Page 121: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

RELIABILITAS SKALA KETERLIBATAN KONSUMEN (Pll)

****** Method 1 (space saver} will be used for this analysis ******

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S A)

S C A L E

Statistics for SCALE

Mean Variance 45.4167 76.4786

Item-total Statistics

Scale Scale Mean Variance

if Item if Item Deleted Deleted

VAROOOOl 40.4444 65. 3968 VAR00002 41.2500 60.2500 VAR00003 41.0556 59.8825 VAR00004 41.6399 69.8373 VAR00005 41. 0556 61. 0825 VAR00006 40.2500 60.2500 VAR00007 40. 7222 66. 6063 VAR00008 40.9444 68.7397 VAR00009 40. 6667 63.5429 VAR00010 40. 7222 59. 9206

Reliability Coefficients N of Cases 36.0 Alpha .7671

N of Std Dev Variables

8.7452 10

Corrected Item-Total

Correlation

.5344

.4853

.5472

.1633

.5442

.5990

.3499

.2604

.3345 . 5649

N of Items 10

(ALP H

Alpha if Item Deleted

.7397

.7399

.7307

.7823

.7322

. 7250

.7577

.7678

.7638 . 7285

Page 122: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

, MENTAH SKALA KETERLIBATAN l<ONSUMEN TERHADAP OBAT PELANGSING (Pll)

I NOMOR ITEM I

IALL~~~~~~~~-~~~~:~~-:~~~~~~-~~~~:0-----'TOTAL 5

5

6

5

6

5

3

6

3

6

5

5

6

3

5

5

5

4

5

7

5

5

4

5

5

6

5

6

6

3

5

7

2

5

6

4

5

5

5

5

1

3

1

3

4

5

4

3

7

6

3

7

1

5

5

6

6 4

5

3 6

1

3

6

3

6

3

6

1

4

4

5

5 4 5 5 3 4 36 sedang

4 3 5 4 4 5 35 sedang

5 5 5 3 3 5 37 sedang

1

2

5

3 5

1

2

4

4

4

1

5

6

5 3

5

6

7

5

5

5

5

4

5

5

5 6

6

6

1

5

7

4

3

3

3

3

3

1

6

4

4

6

7

3

6

6

4

3

7

6

3

5

3

7

6 4

6

4

5

4

6

2

5

4

3

2

6

5

5

5

4

7

4

7

7

3

5

7

5

4

7

6

7

5

5 5

3

6

3 6

6

6

6

7

1

5

7

4

6 6 5 33 sedang

4 6 1 29 sedang

5 5 3 34 sedang

5 6 5 31 sedang

6 5 3 36 sedang

6 5 1 25 rendah

6 6 6 44 sedang 4 7 5 37 sedang

5 6 4 38 sedang

6 7 7 50 tinggi

4 2 4 30 sedang

1 2 3 27 sedang

6 6 7 SO tinggi

5 5 3 35 sedang

4 4 4 32 sedang

6 1 7 39 sedang

7 7 7 53 tinggi

6 7 6 50 tinggi

5 5 3 35 sedang

4 2 5 35 sedang

5 5 5 36 sedang

4 6 6 42 sedang

6 5 5 39 sedang

4 4 4 32 sedang

5 5 6 45 tinggi

6 6 6 42 sedang

5 4 5 40 sedang

5 6 4 39 sedang

1 7 7 47 tinggi

2 1 3 13 rendah

5 5 4 38 sedang

5 6 4 43 sedang

3 1 7 31 sedang

1338

Page 123: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

LAMPIRAN6

Uji Normalitas Citra Tubuh (MBSRQ)

Kolmogorov-Smirnov(a)

Statistic Df Citra Tubuh

.094 36

* This 1s a lower bound of the true s1gmficance. a Lilliefors Significance Correction

Sig.

.200(*)

Shapiro-Wille

Statistic Df

.981 36

Uji Normalitas Keterlibatan Konsumen (PII)

Kolmogorov-Smimov( a) Shapiro-Wille

Statistic Df Sig. Statistic Df Keterlibatan

.103 36 .200(*) .962 36 Konsumen

Sig.

.763

Sig.

.250

Page 124: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Scatterplot plot skala Citra Tubuh

Normal Q-Q Plot of Citra Tubuh

Observed Value

Page 125: DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf

1

\. PERPUSTA~A;~\ UIN SY AH ID JAKARTA

Gambar4.2 Scatterplot plot skala Keterlibatan Konsumen

Normal Q-Q Plot of Keterlibatan Konsumen 2

/.D 1 D/a

,,';/ 0 / ro

E /6D .... 0 -1 . /,,a z -0 /aD (])

0 (]) / a. >< LU -2 D .

10 20 30 40 50 60

Observed Value