defiki riska pratiwi

Upload: riska-pratiwi

Post on 10-Feb-2018

264 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    1/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 1

    BAB I

    GAMBARAN UMUM AIR BAKU AIR MINUM

    & AIR BUANGAN

    1.1 Perbandingan Baku Mutu

    Pada dasarnya tanpa dilakukan perbandingan baku mutu, kita telah dapat

    menentukan baku mutu yang mana yang dapat digunakan untuk menentukan

    kualitas air. sejumlah baku mutu yang dapat digunakan untuk

    membandingkan hasil pengujian dengan baku mutu sehingga kita mampu

    mengetahui kualitas air yang diuji tersebut. Baku mutu yg diperoleh

    diantaranya adalah PP 82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan

    Pengendalian Pencemaran Air dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492

    Tahun 2010 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas air. Kedua baku

    mutu tersebut merupakan hasil revisi dari peraturan-peraturan sebelumnya.

    Berdasarkan PP 82/01, air kelas I merupakan air yang peruntukannya dapat

    digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang memper-

    syaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Sedangkan

    menurut PERMENKES 492/10, air minum adalah air yang malalui proses

    pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan

    dan dapat langsung diminum.

    Terdapat perbedaan jelas antara PP 82 tahun 2001 dan PERMENKES

    492/2010. PP 82 tahun 2001 merupakan stream standard yang merupakan

    standard (baku mutu) pada badan air sesuai dengan peruntukannya.

    Sedangkan PERMENKES 492/2010 merupakan baku mutu yang digunakanuntuk mengatur persyaratan kualitas air minum.Oleh karena itu, baku mutu

    yang akan digunakan untuk mengatur kualitas air minum yang akan diolah,

    maka peraturan yang harus digunakan adalah PERMENKES 492/2010.

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    2/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 2

    Tabel 1.1 Perbandingan Baku Mutu

    NO PARAMETER SATUAN BAKU MUTU

    PERMENKES

    492/10

    PP 82/01

    Kelas I (stream standard )

    A FISIKA1 Suhu (insitu) oC Deviasi 3 Deviasi 3

    2 Zat padat terlarut(TDS)

    mg/L 500 1000

    3 Zat padat tersuspensi mg/L - 50

    B KIMIA1 pH (insitu) - 6,5-8,5 6-9

    2 Amonia bebas (NH3-N)

    mg/L 1,5 0,5

    3 Air raksa (Hg) mg/L 0,001 0,001

    4 Arsen (As) mg/L 0,01 0,05

    5 Barium (Ba) mg/L 0,7 1

    6 Boron (B) mg/L 0,5 1

    7 Besi (Fe) mg/L 0,3 0,3

    8 Oksigen terlarut(DO)

    mg/L - 6

    9 Flourida (F) mg/L 1,5 0,5

    10 fenol mg/L - -

    11 Fosfat total (PO4-P) mg/L - 0,2

    12 Kadmium (Cd) mg/L 0,003 0,01

    13 Khlorida (Cl) mg/L 250 1

    14 Chromiumheksavalen (Cr VI)

    mg/L - 0,05

    15 Kobalt (Co) mg/L - 0,2

    16 Khlorin bebas (Cl2) mg/L - 0,03

    17 Mangan (Mn) mg/L 0,4 1

    18 Minyak lemak mg/L - 1000

    19 Nitrat (NO3-N) mg/L 50 1020 Nitrit (NO2-N) mg/L 3 0,06

    21 Selenium (Se) mg/L 0,01 0,01

    22 Seng (Zn) mg/L 3 0,05

    23 Sianida(CN) mg/L 0,07 0,02

    24 Sulfat (so4) mg/L 250 400

    25 Sulfide (H2S) mg/L - 0,002

    26 Surfaktan anion(MBAS)

    mg/L - -

    27 Tembaga (Cu) mg/L 2 0,3

    28 Timbal (Pb) mg/L 0,01 0,03

    29 BOD5 mg/L - 2

    30 COD mg/L - 10

    C MIKROBIOLOGI

    1 Fecal Coliform Jml/100 ml - 10002 Total coliform Jml/100 ml 0 100

    3 E.coli Jml/100 ml 0 100

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    3/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 3

    1.2Analisis Kualitas Air Dengan Membandingkan Baku Mutu1.2.1 Analisis Kualitas Air Baku

    Air minum ialah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan

    dapat langsung diminum. Sedangkan air bersih adalah air yang

    dipergunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi

    syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air dapat

    dikatakan sebagai air bersih apabila memenuhi 4 syarat yaitu syarat

    fisik, kimia, biologis, radioaktif sesuai dengan Keputusan Menteri

    Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/SK/VII/2010.

    a. Syarat fisik, ditentukan oleh faktor-faktor kekeruhan(turbidity), warna, bau, dan rasa serta jernih.

    b. Syarat Kimia, meliputi tidak terdapat bahan kimia tertentuseperti Arsen (As), besi (Fe), Fluorida (F), Chlorida (C),

    kadar merkuri (Hg), dan lain-lain.

    c. Syarat Biologis, Syarat biologis air ditentukan oleh kehadiranmikroorganisme patogen maupun non pathogen seperti bakteri,

    virus, protozoa.. Mikroorganisme coli digunakan sebagai

    indikator untuk mengetahui air telah terkontaminasi oleh bahan

    buangan organik.

    d. Syarat RadioaktifBahan buangan yang memberikan emisi sinar radioaktif sangat

    membahayakan bagi kesehatan, dapat menimpa manusia

    melalui makanan atau minuman yang telah tercemar.

    Dari data yang diperoleh, dilakukan perbandingan sampel dengan baku

    mutu, sehingga dapat diketahui kualitas air baku itu sendiri untuk

    digunakan sebagai air baku air minum. Untuk mengetahui kualitas air

    baku tersebut, dilakukan analisis terhadap sampel dengan melakukan

    perbandingan hasil pengujian terhadap baku mutu yang digunakan

    yaitu PERMENKES 492/10.

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    4/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 4

    Tabel 1.2. Perbandingan hasil pengujian air baku dengan baku mutu

    keterangan: O = memenuhi baku mutu

    X = tidak memenuhi baku mutu

    NO PARAMETER SATUAN HASIL

    BAKU MUTU

    PERMENKES

    492/10

    Hasil

    perbandingan

    A FISIKA1 Suhu (insitu) oC 26,5 Deviasi 3 O

    2 Zat padat terlarut(TDS)

    mg/L 68 500 O

    3 Zat padat tersuspensi

    (TSS)

    mg/L 76

    B KIMIA1 pH (insitu) - 7,62 6,5-8,5 O

    2 Amonia bebas (NH3-

    N)

    mg/L

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    5/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 5

    1.2.2 Analisis Air Buangan

    Air buangan merupakan air bekas pakai dari berbagai aktivitas

    manusia, misalnya dari kegiatan rumah tangga, industri dan lain-lain.

    Secara garis besar, air buangan sendiri terdiri dari 2 jenis yaitu air

    buangan domestik dan air buangan non domestik. Air buangan

    buangan domestik berasal dari rumah tangga atau dari pemukiman,

    bukan hanya air yang dipakai untuk menggelontor kotoran dari WC

    saja, melainkan juga air dari urinoir, air bekas mandi, air bekas untuk

    mencuci, baik dari cucian dari kamar cuci pakaian maupun cucian-

    cucian dari aktivitas dapur bahkan cucian-cucian dari

    wastafel. Sedangkan Air buangan non domestik berasal dari industri

    dimana air digunakan untuk bermacam-macam proses industri,

    sehingga air menjadi tercemar dengan kotoran-kotoran yang

    komposisinya tergantung dari proses produksinya.

    Untuk mengetahui apakah air buangan tersebut memenuhi baku mutu

    untuk dibuang ke lingkungan ataupun badan air, maka dilakukan

    perbandingan dengan menggunakan baku mutu effluent standard.

    Effluent standard adalah batas kadar dan jumlah unsur pencemar yangditenggang adanya dalam limbah cair untuk dibuang dari suatu jenis

    kegiatan tertentu. Nilai effluent standard adalah konsentrasi yang

    terkandung dalam effluent air buangan dari instalasi pengolah. Hasil

    analisis sampel air buangan (effluent) dapat dilihat pada tabel 1.3

    berikut ini

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    6/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 6

    Tabel 1.3. Perbandingan Pengukuran Air Buangan

    Dengan Baku Mutu

    NO PARAMETER SATUAN HASIL

    BAKU MUTUKEPMEN

    LH 112/2003

    Hasil

    perbandingan1 TS mg/L 600 -

    2 Zat padat terlarut (TDS) mg/L 550 -

    3 Zat padat tersuspensi (TSS) mg/L 90 100 O

    4 SS mg/L 10 -

    5 pH 6.2 6-9 O

    6 BOD mg/L 350 100 X

    7 COD mg/L 450 -

    8 NH3 mg/L 60 -

    9 Nitrat-N mg/L 1.2 -

    10 Nitrit-N mg/L 0.3 -

    11 Phosfat mg/L 4 -

    12 Sulfat mg/L 20 -

    13 Chlorida mg/L 62 -

    14 Alkalinitas mg/L 100 -

    15 Sampah Kasar mg/L 2 -

    16 Minyak dan Lemak mg/L 15 10 Xketerangan: O = memenuhi baku mutu

    X = tidak memenuhi baku mutu

    1.2.3 Analisis Kualitas Badan Penerima Air

    Hasil analisis kualitas badan penerima air dilakukan dengan

    memebandingkan sampel dengan stream standard. Hasil analisis dapat

    dilihat pada tabel 1.4berikut

    Tabel 1.4. Perbandingan Pengukuran Badan AirPenerima Dengan Baku Mutu

    NO PARAMETER SATUAN HASIL

    BAKU MUTU

    PP 82/2001

    Kelas I

    Hasil

    perbandinganFISIKA

    1 Zat padat terlarut (TDS) mg/L 50 1000 O

    2 Zat padat tersuspensi (TSS) mg/L 68 50 X

    3 BOD mg/L 30,5 2 X

    4 COD mg/L 37,5 10 X

    5 NH3 mg/L 0,025 0,5 O

    6 Nitrat-N mg/L 5,93 10 O

    7 Nitrit-N mg/L 0,06 0,06 O

    8 Minyak dan Lemak mg/L 0 10 Xketerangan: O = memenuhi baku mutu

    X= tidak memenuhi baku mutu

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    7/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 7

    1.3Analisis Per Parameter1.3.1 Parameter Fisik

    Parameter fisika adalah parameter yang berhubungan dengan

    penglihatan, sentuhan, rasa, ataupun bau serta padatan terlarut dan

    tersuspensi.

    a. Zat padat tersuspensi (TSS)Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan

    kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat langsung

    mengendap, terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun

    beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-

    bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan

    sebagainya (Nasution,M.I, 2008) .

    Zat padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya

    reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi sebagai

    bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat

    menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu

    perairan (Tarigan dan Edward, 2003).

    TSS berhubungan erat dengan erosi tanah dan erosi dari

    saluran sungai. TSS sangat bervariasi, mulai kurang dari 5 mg

    L-1

    yang yang paling ekstrem 30.000 mg L-1

    di beberapa

    sungai. TSS tidak hanya menjadi ukuran penting erosi di alur

    sungai, juga berhubungan erat dengan transportasi melalui

    sistem sungai nutrisi (terutama fosfor), logam, dan berbagai

    bahan kimia industri dan pertanian (Effendi, 2003).

    b. Zat padat terlarut (TDS)Total padatan terlarut merupakan konsentrasi jumlah ion kation

    (bermuatan positif) dan anion (bermuatan negatif) di dalam

    air. Oleh karena itu, analisa total padatan terlarut menyediakan

    pengukuran kualitatif dari jumlah ion terlarut, tetapi tidak

    menjelaskan pada sifat atau hubungan ion. Selain itu,

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    8/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 8

    pengujian tidak memberikan wawasan dalam masalah kualitas

    air yang spesifik. Oleh karena itu, analisa total padatan terlarut

    digunakan sebagai uji indikator untuk menentukan kualitas

    umum dari air. Sumber padatan terlarut total dapat mencakup

    semua kation dan anion terlarut, tapi tabel berikut dapat

    digunakan sebagai generalisasi dari hubungan TDS untuk

    masalah kualitas air (Oram, B. 2010).

    Sumber utama untuk TDS dalam perairan adalah limpahan dari

    pertanian, limbah rumah tangga, dan industri. Unsur kimia

    yang paling umum adalah kalsium, fosfat, nitrat, natrium,

    kalium dan klorida. Bahan kimia dapat berupa kation, anion,

    molekul atau aglomerasi dari ribuan molekul. Kandungan TDS

    yang berbahaya adalah pestisida yang timbul dari aliran

    permukaan. Beberapa padatan total terlarut alami berasal dari

    pelapukan dan pelarutan batu dan tanah. Standar kualitas air

    minum yang telah ditentukan oleh Amerika Serikat sebesar 500

    mg / l (Oram,B. 2010).

    c. Pengolahan zat padat pada airTerdapat beberapa pengolahan yang dapat digunakan untuktuk

    mengurangi kehadiran zat padat pada air, diantaranya adalah:

    Filtrasi Prasedimentasi Koagulasi Flokulasi Sedimentasi

    1.3.2 Parameter KimiaParameter kimia merupakan parameter yang terdiri dari pH,

    alkalinitas, kesadahan, logam-logam, bahan organik, nutrisi dan

    pestisida.

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    9/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 9

    a. pHKeasaman ditetapkan berdasarkan tinggi rendahnya

    konsentrasi ion hidrogen dalam air. Air buangan yang

    mempunyai pH tinggi atau rendah menjadikan air steril dan

    sebagai akibatnya membunuh mikroorganisme air yang

    diperlukan. Demikian juga makhluk lain, misalnya ikan tidak

    dapat hidup. Air yang mempunyai pH rendah membuat air

    menjadi korosif terhadap bahan konstruksi seperti besi.

    Buangan yang bersifat alkalis (basa) bersumber dari buangan

    mengandung bahan anorganik seperti senyawa karbonat,

    bikarbonat dan hidroksida. Buangan asam berasal dari bahan

    kimia yang bersifat asam, misalnya buangan mengandung 582

    asam khlorida, asam sulfat dan lain-lain.

    b. Besi dan ManganBesi dan mangan yang teroksida dalam air berwarna

    kecoklatan dan tidak larut, menyebabkan penggunaan air

    menjadi terbatas. Air tidak dapat dipergunakan untuk

    keperluan rumah tangga dan industri. Kedua macam bahan ini

    berasal dari larutan batu-batuan yang mengandung senyawa Fe

    atau Mn seperti pyrit, kematit, mangan dan lain-lain. Dalam

    limbah industri, besi berasal dari korosi pipa-pipa air, material

    logam sebagai hasil reaksi elektro kimia yang terjadi pada

    permukaan. Air yang mengandung padatan larut mempunyai

    sifat mengantarkan listrik dan ini mempercepat terjadinya

    korosi.

    Pengolahan yang dapat dilakukan untuk menurunkan

    konsentrasi besi adalah Aerasi, Sedimentasi/Filtrasi,

    penyesuaian pH, ozone, pengolahan chlor, presipitasi

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    10/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 10

    kimia/filtrasi, ion exchange, oksidasi potassium permanganat

    dengan presipitasi/filtrasi.

    c. FlouridaSumber fluorida di alam adalah

    fluorspar(CaF2), cryolite(Na3AlF6), danfluorapatite.

    Keberadaan fluorida juga dapat berasal dari pembakaran batu

    bara. Fluorida banyak digunakan dalam industri besi baja,

    gelas, pelapisan logam, aluminium, dan pestisida

    (Eckenfelder, 1989).

    d. KhloridaKhlorida banyak dijumpai dalam pabrik industri kaustik soda.

    Bahan ini berasal dari proses elektrolisa, penjernihan garam

    dan lain-lain. Khlorida merupakan zat terlarut dan tidak

    menyerap. Sebagai Khlor bebas berfungsi desinfektan, tapi

    dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan ion natrium

    menyebabkan air menjadi asin dan merusak pipa-pipa instalasi.

    e. NitrogenNitrogen dalam air limbah pada umumnya terdapat dalam

    bentuk organik dan oleh bakteri berubah menjadi amonia.

    Dalam kondisi aerobik dan dalam waktu tertentu bakteri dapat

    mengoksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat. Nitrat dapat

    digunakan oleh algae dan tumbuh-tumbuhan lain untuk

    membentuk protein tanaman dan oleh hewan untuk

    membentuk protein hewan. Perusakan protein tanaman dan

    hewan oleh bakteri menghasilkan amonia. Nitrit menunjukkan

    jumlah zat nitrogen yang teroksidasi. Nitrit merupakan hasil

    reaksi dan menjadi amoniak atau dioksidasi menjadi nitrit.

    Kehadiran nitrogen ini sering sekali dijumpai sebagai nitrogen

    nitrit.

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    11/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 11

    f. Logam BeratLogam berat pada umumnya seperti cuprum (tembaga), perak,

    seng, cadmium, air raksa, timah, chromium, besi dan nikel.

    Metal lain yang juga termasuk metal berat adalah arsen,

    selenium, cobalt, mangan dan aluminium. Cadmium ditemukan

    dalam buangan industri tekstil, elektro plating, pabrik kimia.

    Chromium dijumpai dalam 2 bentuk yaitu chrom valensi enam

    dan chrom valensi tiga. Chrom valensi enam ditemukan pada

    buangan pabrik aluminium dan cat, sedang chrom trivalen

    ditemukan pada pabrik tekstil, industri gelas dan keramik.

    Plumbum terdapat dalam buangan pabrik baterai, pencelupan

    dolt cat. Logam ini dalam konsentrasi tertentu membahayakan

    bagi manusia.

    g. FenolFenol yang dengan konsentrasi 0,005/liter dalam air minum

    menciptakan rasa dan bau apabila bereaksi dengan khlor

    membentuk chlorophenol. Sumber fenol terdapat pada industri

    pengolahan minyak, batubara, pabrik kimia, pabrik resin,pabrik kertas, tekstil.

    h. TimbalKadar dan toksisitas timbal dipengaruhi oleh kesadahan, pH,

    alkalinitas, dan oksigen. Berasal dari kerak bumi dan batuan.

    i. Lemak dan MinyakLemak dan minyak ditemukan mengapung di atas permukaan

    air meskipun sebagian terdapat di bawah permukaan air.

    Lemak dan minyak merupakan senyawa ester dari turunan

    alkohol yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen.

    Lemak sukar diuraikan bakteri tapi dapat dihidrolisa oleh alkali

    sehingga membentuk senyawa sabun yang mudah larut.

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    12/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 12

    Minyak pelumas yang berasal dari minyak bumi dipakai dalam

    pabrik dan terbawa air cucian ketika dibersihkan. Sebagai alat

    pencuci Bering Pula digunakan minyak pelarut. Adanya

    minyak dan lemak di atas permukaan air merintangi proses

    biologi dalam air sehingga tidak terjadi fotosintesa.

    j. Sulfat dan SulfidaSemakin rendah pH semakin tinggi sulfida. Sumber sulfat

    lainnya adalah dari pupuk sulfat dan hujan asam yang terserap

    dalam tanah dalam bentuk sulfat. Sulfat kemudian mengalami

    reduksi oleh bakteri menjadi sulfide (S2-

    ), hasil dari reduksi

    sulfat oleh bakteri residual mengalami proses volatilisasi

    menjadi gas dalam bentuk H2S. sebagian lainnya mengalami

    proses leaching, sebagiannya lagi diserap oleh tanaman sebagai

    sumber nutrisi sekunder. Sulfat juga mengalami proses

    immobilisasi oleh bakteri asimilisasi diubah menjadi bahan

    organik tanah kembali.

    k. SianidaBerasal dari limbah industri, industri perlapisan logam,

    pertambangan emas, perak, pupuk dan besi baja.

    l. Biological Oxigen Demand (BOD)Pengukuran terhadap nilai Biochemical Oxigen Demand

    (BOD) adalah kebutuhan oksigen yang terlarut dalam air

    buangan yang dipergunakan untuk menguraikan senyawa

    organik dengan bantuan mikroorganisme pada kondisi tertentu.

    Pemeriksaan BOD didasarkan pada reaksi oksidasi zat organis

    dengan oksigen di dalam air dan proses tersebut berlangsung

    karena adanya bakteri aerobik. Jadi nilai BOD tidak

    menunjukan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi

    hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan

    untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Jika

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    13/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 13

    konsumsi oksigen tertinggi yang ditunjukan dengan semakin

    kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan bahan-

    bahan buangan yang dibutuhkan oksigen tinggi.

    Organisme hidup yang bersifat aerobik membutuhkan oksigen

    untuk beberapa reaksi biokimia, yaitu untuk mengoksidasi

    bahan organik, sintesa sel, dan oksidasi sel. Komponen organik

    yang mengandung senyawa nitrogen dapat pula di oksidasi

    menjadi nitrat, sedangkan komponen organik yang

    mengandung sulfur dapat di oksidasi menjadi sulfat. Konsumsi

    oksigen dapat diketahui dengan mengoksidasikan air pada suhu

    20 oC selama 5 hari, dan nilai BOD yang menunjukan jumlah

    oksigen yang dikonsumsi dapat diketahui dengan menghitung

    selisih konsentrasi oksigen terlarut sebelum dan sesudah

    inkubasi. Pengukuran selama 5 hari dengan suhu 20oC ini

    hanya menghitung sebanyak 68% bahan organik yang

    teroksidasi, tetapi suhu dan waktu yang digunakan tersebut

    merupakan standar uji karena untuk mengoksidasi bahan

    organik seluruhnya secara sempurna diperlukan waktu yanglebih lama, yaitu mungkin sampai 20 hari sehingga dianggap

    tidak efisien.

    Air yang hampir murni mempunyai nilai BOD kira-kira 1 ppm,

    dan air yang memiliki nilai BOD 3 ppm masih di anggap

    cukup murni, tetapi kemurnian air diragunkan jika nilai BOD-

    nya mencapai 5 ppm atau lebih. Bahan buangan industri

    pengolahan pangan seperti industri pengalengan, industri susu,

    industri gula dan sebagainya memiliki nilai BOD yang

    bervariasi, yaitu mulai 100 ppm sampai 10.000 ppm, oleh

    karena itu harus mengalami penanganan atau pengeceran yang

    tinggi sekali pada saat pembuangan ke badan air disekitarnya

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    14/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 14

    seperti, sungai ataupun ke laut, yaitu untuk mencegah

    terjadinya penurunan konsentrasi oksigen terlarut dengan cepat

    di dalam badan air tempat pembungan bahan-bahan tersebut.

    Masalah yang timbul adalah apabila konsentrasi oksigen

    terlarut badan air tersebut sebelumnya sudah terlalu rendah.

    Sebagai akibat menurunnya oksigen terlarut di dalam air

    adalah menurunnya kehidupan hewan dan tanaman air. Hal ini

    disebabkan karena mahluk-mahluk hidup tersebut banyak yang

    mati atau melakukan migrasi ke tempat lainnya yang

    konsentrasi oksigennya masih cukup tinggi. Jika konsentrasi

    oksigen terlarut sudah terlalu rendah, maka mikroorganisme

    aerobik tidak dapat hidup dan berkembang biak, tetapi

    sebaliknya mikroorganisme yang bersifat anaerobik akan

    menjadi aktif untuk memecah bahan-bahan tersebut secara

    anaerobik karena tidak adanya oksigen.

    Senyawa-senyawa hasil pemecahan secara anaerobik seperti

    amin, H2S dan komponen fosfor mempunyai bau yang

    menyengat, misalnya amin berbau anyir dan H2S berbau busuk.

    Oleh karena itu perubahan badan air dari kondisi aerobik

    menjadi anaerobik tidak dikehendaki.

    m. CODCOD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan

    buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi

    kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun

    yang sukar didegradasi. Bahan buangan organic tersebut akan

    dioksidasi oleh kalium bichromat yang digunakan sebagai

    sumber oksigen (oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas

    H2O serta sejumlah ion chrom. Reaksinya sebagai berikut :

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    15/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 15

    HaHbOc + Cr2O72-

    + H+

    CO2 + H2O + Cr3+

    Jika pada perairan terdapat bahan organic yang resisten

    terhadap degradasi biologis, misalnya tannin, fenol,

    polisacharida dansebagainya, maka lebih cocok dilakukan

    pengukuran COD daripada BOD. Kenyataannya hampir

    semua zat organic dapat dioksidasi oleh oksidator kuat seperti

    kalium permanganat dalam suasana asam, diperkirakan 95% -

    100% bahan organic dapat dioksidasi.

    Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak

    diinginkan bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai

    COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari

    20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari

    200 mg/L dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000

    mg/L (UNESCO,WHO/UNEP, 1992).

    1.4Efisiensi Penyisihan Pengolahan1.4.1 Sampel air baku air minum

    BesiHasil pengujian besi adalah 0.49 mg/L.

    Baku mutu untuk besi adalah 0.3 mg/L

    Efisiensi pengolahan penyisihan adalah 39%

    Total coliformHasil pengujian adalah 930 jml/100 ml

    Baku mutu adalah 0 jml/100 ml

    Efisiensi pengolahan penyisihan adalah 100%

    Total coliformHasil pengujian adalah 430 jml/100 ml

    Baku mutu adalah 0 jml/100 ml

    Efisiensi pengolahan penyisihan adalah 100%

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    16/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 16

    1.4.2Sampel air buangan

    BODHasil pengukuran BOD adalah 350 mg/L.

    Baku mutu untuk BOD adalah 100 mg/L

    Efisiensi pengolahan penyisihan adalah 72%

    Minyak dan LemakHasil pengukuran Minyak dan lemak adalah 15 mg/L.

    Baku mutu untuk Minyak dan lemak adalah 10 mg/L

    Efisiensi pengolahan penyisihan adalah 34%

    1.4.3 Sampel badan air penerima

    Zat padat tersuspensi (TSS)Hasil pengukuran TSS adalah 68 mg/L.

    Baku mutu untuk TSS adalah 50 mg/L

    Efisiensi pengolahan penyisihan adalah 65%

    BODHasil pengukuran BOD adalah 30.5 mg/L.

    Baku mutu untuk BOD adalah 2 mg/L

    Efisiensi pengolahan penyisihan adalah 94%

    CODHasil pengukuran COD adalah 37.5 mg/L.

    Baku mutu untuk COD adalah 10 mg/L

    Efisiensi pengolahan penyisihan adalah 74%

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    17/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 17

    BAB II

    DASAR PERENCANAAN

    2.1 KOAGULASI

    2.1.1 Pengertian Koloid

    Koloid merupakan sistem yang partikel-partikelnya terdispersi secara

    merata dalam suatu medium. Partikel koloid memiliki beberapa sifat

    yang khas, diantaranya tidak dapat disaring, fasa terdispersi tersebar

    secara merata dalam medium pendispersi, serta dapat memberikan

    suatu hamburan cahaya yang bergerak tidak teratur jika terkena

    seberkas cahaya yang dinamakan efek Tyndall.

    Definisi koloid yang lain adalah partikel-partikel yang memiliki

    beberapa karakteristik dalam larutan juga memiliki diameter yang

    berukuran 0,001-1mikrometer dan beberapa koloid ada yang berukuran

    sampai 10 mikrometer. Partikel koloid dapat dipisahkan dari

    larutannya dengan cara pendestabilisasian menjadi agregat-agregat

    yang memiliki ukuran yang lebih besar sehingga mudah diendapkan.

    Proses pendestabilan ini disebut proses koagulasi.

    2.1.2 Pengertian Koagulasi

    Koagulasi secara umum didefinisikan sebagai penambahan zat kimia

    (koagulan) ke dalam air baku dengan maksud mengurangi gaya tolak-

    menolak antar partikel koloid, sehingga partikel-partikel tersebut dapat

    bergabung menjadi flok-flok halus. Koagulasi terpenuhi dengan

    penambahan ion-ion yang mempunyai muatan berlawanan dengan

    partikel koloid. Partikel koloid umunya bermuatan negatif oleh karena

    itu ion-ion yang ditambahkan harus kation atau bermuatan positif.

    Kekuatan koagulasi ion-ion tersebut bergantung pada bilangan valensi

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    18/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 18

    atau besarnya muatan. Ion bivalen (+2) 30-60 kali lebih efektif dari ion

    monovalen (+1). Ion trivalen (+3) 700-1000 kali lebih efektif dari ion

    monovalen.

    2.1.3 Proses Koagulasi

    Pada proses koagulasi-flokulasi terdiri dari dua tahap besar, yaitu :

    1. Penambahan koagulan Aluminium sulfat (Al2(SO4)3.18H2O)dan

    2. Pengadukan campuran koagulan-air umpan, yang terdiri dari,a) Pengadukan cepat

    Pengadukan cepat (Rapidmixin g) merupakan bagian

    integral dari proses Koagulasi. Tujuan pengadukan cepat

    adalah untuk mempercepat dan menyeragamkan

    penyebaran zat kimia melalui air yang diolah, serta untuk

    menghasilkan dispersi yang seragam dari partikel-partikel

    koloid, dan untuk meningkatkan kesempatan partikel untuk

    kontak dan bertumbukan satu sama lain

    b)Pengadukan pelan.Pengadukan pelan ini bertujuan menggumpalkan partikel-

    partikel terkoagulasi berukuran mikro menjadi partikel-

    partikel flok yang lebih besar. Flok-flok ini kemudian akan

    beragregasi/ berkumpul dengan partikel-partikel

    tersuspensi lainnya (Duliman, 1998). Setelah pengadukan

    pelan selesai flok-flok yang terbentuk dibiarkan

    mengendap. Setelah proses pralakuan koagulasi-flokulasi

    selesai, derajat keasaman (pH) air umpan mikrofiltrasi

    akan turun. Selanjutnya air umpan jernih hasil koagulasi

    dialirkan ke reservoir kedua agar terpisah dari endapan -

    endapan yang terbentuk. Air inilah yang kemudian akan

    diumpankan pada proses mikrofiltrasi oleh membran.

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    19/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 19

    Pada proses koagulasi, juga dibagi dalam tahap secara fisika dan

    kimia.

    1. Secara fisikaKoagulasi dapat terjadi secara fisik seperti:

    a. PemanasanKenaikan suhu sistem koloid menyebabkan tumbukan antar

    partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah

    banyak. Hal ini melepaskan elektrolit yang teradsorpsi pada

    permukaan koloid. Akibatnya partikel tidak bermuatan.

    contoh:darah

    b. Pengadukan, contoh: tepung kanjic. Pendinginan, contoh: agar-agar

    2. Secara kimiaSedangkan secara kimia seperti penambahan elektrolit,

    pencampuran koloid yang berbeda muatan, dan penambahan

    zat kimia koagulan. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan

    koloid bersifat netral, yaitu:

    a. Menggunakan Prinsip Elektroforesis. Proses elektroforesisadalah pergerakan partikel-partikel koloid yang bermuatan

    ke elektrode dengan muatan yang berlawanan. Ketika

    partikel ini mencapai elektrode, maka sistem koloid akan

    kehilangan muatannya dan bersifat netral.

    b. Penambahan koloid, dapat terjadi sebagai berikut:Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif

    (kation), sedangkan koloid yang bermuatan positif akan

    menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut akan

    membentuk selubung lapisan kedua. Apabila selubung

    lapisan kedua itu terlalu dekat maka selubung itu akan

    menetralkan muatan koloid sehingga terjadi koagulasi.

    Makin besar muatan ion makin kuat daya tariknya dengan

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    20/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 20

    partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi.

    (Sudarmo,2004)

    c. Penambahan Elektrolit. Jika suatu elektrolit ditambahkanpada sistem koloid, maka partikel koloid yang bermuatan

    negatif akan mengadsorpsi koloid dengan muatan positif

    (kation) dari elektrolit. Begitu juga sebaliknya, partikel

    positif akan mengadsorpsi partikel negatif (anion) dari

    elektrolit. Dari adsorpsi diatas, maka terjadi koagulasi.

    Dalam proses koagulasi, stabilitas koloid sangat berpengaruh.

    Stabilitas merupakan daya tolak koloid karena partikel-partikel

    mempunyai muatan permukaan sejenis (negatif). Beberapa gaya yang

    menyebabkan stabilitas partikel, yaitu:

    1. Gaya elektrostatik yaitu gaya tolak menolak tejadi jika partikel-partikel mempunyai muatan yang sejenis.

    2. Bergabung dengan molekul air (reaksi hidrasi).3. Stabilisasi yang disebabkan oleh molekul besar yang diadsorpsi

    pada permukaan.

    Gambar 2.1 Koagulasi (Rapid M ixing)

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    21/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 21

    2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Proses Koagulasi

    a. Suhu air

    Suhu air yang rendah mempunyai pengaruh terhadap efisiensi

    proses koagulasi. Bila suhu air diturunkan , maka besarnya daerah

    pH yang optimum pada proses kagulasi akan berubah dan merubah

    pembubuhan dosis koagulan.

    b. Derajat Keasaman (pH)

    Proses koagulasi akan berjalan dengan baik bila berada pada

    daerah pH yang optimum. Untuk tiap jenis koagulan mempunyai

    pH optimum yang berbeda satu sama lainnya.

    c. Jenis Koagulan

    Pemilihan jenis koagulan didasarkan pada pertimbangan segi

    ekonomis dan daya efektivitas daripadakoagulan dalam

    pembentukan flok. Koagulan dalam bentuk larutan lebih efektif

    dibanding koagulan dalam bentuk serbukatau butiran.

    d. Kadar ion terlarut

    Pengaruh ion-ion yang terlarut dalam air terhadap proses koagulasiyaitu : pengaruh anion lebih bsar daripada kation. Dengan demikian

    ion natrium, kalsium dan magnesium tidak memberikan pengaruh

    yang berarti terhadap proses koagulasi.

    e. Tingkat kekeruhan

    Pada tingkat kekeruhan yang rendahproses destibilisasi akan sukar

    terjadi. Sebaliknya pada tingkat kekeruhan air yang tinggi maka

    proses destabilisasi akan berlangsung cepat. Tetapi apabila kondisitersebut digunakan dosis koagulan yang rendah maka pembentukan

    flok kurang efektif.

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    22/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 22

    f. Dosis koagulan

    Untuk menghasilkan inti flok yang lain dari proses koagulasi dan

    flokulasi sangattergantung dari dosis koagulasi yang dibutuhkan

    Bila pembubuhan koagulan sesuai dengan dosis yang dibutuhkan

    maka proses pembentukan inti flok akan berjalan dengan baik.

    g. Kecepatan pengadukan

    Tujuan pengadukan adalah untuk mencampurkan koagulan ke

    dalam air. Dalam pengadukan hal-hal yang perlu diperhatikan

    adalah pengadukan harus benar-benar merata, sehingga semua

    koagulan yang dibubuhkan dapat bereaksi dengan partikel-partikel

    atau ion-ion yang berada dalam air. Kecepatan pengadukan sangat

    berpengaruh terhadap pembentukan flok bila pengadukan terlalu

    lambat mengakibaykan lambatnya flok terbentuk dan sebaliknya

    apabila pengadukan terlalu cepat berakibat pecahnya flok yang

    terbentuk.

    h. Alkalinitas

    Alkalinitas dalam air ditentukan oleh kadar asam atau basa yang

    terjadi dalam air. Alkalinitas dalam air dapat membentuk flok

    dengan menghasil ion hidroksida pada reaksihidrolisa koagulan.

    2.2. FLOKULASI

    Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan) partikel-partikel

    terdestabilisasi menjadi flok dengan ukuran yang memungkinkan dapat

    dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi.

    Proses flokulasi dalam pengolahan air bertujuan untuk mempercepat proses

    penggabungan flok-flok yang telah dibibitkan pada proses koagulasi. Partikel-

    partikel yang telah distabilkan selanjutnya saling bertumbukan serta melakukan

    proses tarik-menarik dan membentuk flok yang ukurannya makin lama makin

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    23/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 23

    besar serta mudah mengendap. Gradien kecepatan merupakan faktor penting

    dalam desain bak flokulasi. Jika nilai gradien terlalu besar maka gaya geser yang

    timbul akan mencegah pembentukan flok, sebaliknya jika nilai gradient terlalu

    rendah/tidak memadai maka proses penggabungan antar partikulat tidak akan

    terjadi dan flok besar serta mudah mengendap akan sulit dihasilkan. Untuk itu

    nilai gradien kecepatan proses flokulasi dianjurkan berkisar antara

    90/detik hingga 30/detik. Untuk mendapatkan flok yang besar dan mudah

    mengendap maka bak flokulasi dibagi atas tiga kompartemen, dimana pada

    kompertemen pertama terjadi proses pendewasaan flok, pada kompartemen

    kedua terjadi proses penggabungan flok, dan pada kompartemen ketiga terjadi

    pemadatan flok. Pengadukan lambat (agitasi) pada proses flokulasi dapat

    dilakukan dengan metoda yang sama dengan pengadukan cepat pada proses

    koagulasi, perbedaannya terletak pada nilai gradien kecepatan di mana pada

    proses flokulasi nilai gradien jauh lebih kecil dibanding gradien kecepatan

    koagulasi.

    Gambar 2.2 Flokulasi (Slow Mixi ng)

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    24/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 24

    2.2.1 Efektivitas Flokulasi

    Efisiensi dari proses flokulasi pada prakteknya seringkali dapat dilihat dari

    kualitas air setelah dilakukan pemisahan flok secara mekanik. Dengan

    demikian, cara pemisahan zat padat atau flok sangat penting dan sangat

    dipengaruhi oleh bentuk flok yang ada, misalnya untuk melakukan flotasi

    diperlukan bentuk flok yang lain berbeda dengan flok untuk sedimentasi.

    Jika dipakai sedimentasi diperlukan flok dengan berat jenis dan diameter

    yang besar. Pada proses flotasi dibutuhkan flok yang lebih kecil dan

    mempunya berat jenis yang lebih ringan tetapi mempunyai sifat untuk

    bergabung dengan gelembung udara. Untuk filtrasi dibutuhkan flok yang

    kompak yang cukup homogen dengan struktur yang kuat terhadap abrasi

    dan dengan sifat mudah melekat diatas partikel media penyaring (filter)

    untuk menjamin pemisahan yang efisien dan operasional penyaringan yang

    ekonomis.

    Untuk efek penjernihan air secara keseluruhan, belum cukup apakah flok

    bisa dipisahkan dari air secara efektif, karena belum dapat menjamin

    dengan pasti apakah kualitas air yang diinginkan bisa tercapai hanya

    dengan kondisi ini saja. Selain itu dibutuhkan bahwa semua zat yang akan

    dihilangkan dari air juga melekat pada flok.

    2.3. PROSES PENGOLAHAN AIR DENGAN KOAGULASI-FLOKULASI

    Pengadukan (mixing) merupakan suatu aktivitas operasi pencampuran dua atau

    lebih zat agar diperoleh hasil campuran yang homogen. Pada media fase cair,

    pengadukan ditujukan untuk memperoleh keadaan yang turbulen (bergolak).

    Aplikasi pada bidang teknologi lingkungan pengadukan digunakan untuk prosesfisika seperti pelarutan bahan kimia dan proses pengentalan (thickening), proses

    kimiawi seperti koagulasi-flokulasi dan disinfeksi, proses biologis untuk

    mencampur bakteri dan air limbah.

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    25/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 25

    Air baku dari air permukaan umumnya mengandung partikel tersuspensi.

    Partikel tersuspensi dalam air dapat berupa partikel bebas dan koloid dengan

    ukuran yang sangat kecil, antara 0,001 mikron (10-6 mm) sampai 1 mikron (10-3

    mm). Partikel yang ditemukan dalam kisaran ini meliputi (1) partikel anorganik,

    seperti serat asbes, tanah liat, dan lanau/silt, (2) presipitat koagulan, dan (3)

    partikel organik, seperti zat humat, virus, bakteri, dan plankton. Dispersi koloid

    mempunyai sifat memendarkan cahaya. Sifat pemendaran cahaya ini terukur

    sebagai satuan kekeruhan.

    Partikel tersuspensi sangat sulit mengendap langsung secara alami (lihat Tabel

    2.3). Hal ini karena adanya stabilitas suspensi koloid. Stabilitas koloid terjadi

    karena:

    Gaya van der Waals. Gaya ini merupakan gaya tarik-menarik antara duamassa, yang besarnya tergantung pada jarak antar keduanya.

    Gaya Elektrostatik. Gaya elektrostatik adalah gaya utama yang menjagasuspensi koloid pada keadaan yang stabil. Sebagian besar koloid mempunyai

    muatan listrik. Oksida metalik umumnya bermuatan positif, sedangkan oksida

    nonmetalik dan sulfida metalik umumnya bermuatan negatif. Kestabilan koloid

    terjadi karena adanya gaya tolak antar koloid yang mempunyai muatan yang

    sama. Gaya ini dikenal sebagaizeta potensial.

    Gerak Brown. Gerak ini adalah gerak acak dari suatu partikel koloid yangdisebabkan oleh kecilnya massa partikel.

    Gaya van der Waals dan gaya elektrostatik saling meniadakan. Kedua gaya

    tersebut nilainya makin mendekati nol dengan makin bertambahnya jarak antar

    koloid. Resultan kedua gaya tersebut umumnya menghasilkan gaya tolak yang

    lebih besar (Gambar 2.3). Hal ini menyebabkan partikel dan koloid dalam

    keadaan stabil.

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    26/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 26

    Tabel 2.1 Pengendapan Partikel Dalam Air

    Gambar 2.3 Gaya-gaya pada koloid

    Koagulasi-flokulasi merupakan dua proses yang terangkai menjadi kesatuan

    proses tak terpisahkan. Pada proses koagulasi terjadi destabilisasi koloid dan

    partikel dalam air sebagai akibat dari pengadukan cepat dan pembubuhan

    bahan kimia (disebut koagulan). Akibat pengadukan cepat, koloid dan partikel

    yang stabil berubah menjadi tidak stabil karena terurai menjadi partikel yang

    bermuatan positif dan negatif. Pembentukan ion positif dan negatif jugadihasilkan dari proses penguraian koagulan. Proses ini berlanjut dengan

    pembentukan ikatan antara ion positif dari koagulan (misal Al3+) dengan ion

    negatif dari partikel (misal OH-) dan antara ion positif dari partikel (misal

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    27/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 27

    Ca2+) dengan ion negatif dari koagulan (misal SO42-) yang menyebabkan

    pembentukan inti flok (presipitat).

    Segera setelah terbentuk inti flok, diikuti oleh proses flokulasi, yaitu

    penggabungan inti flok menjadi flok berukuran lebih besar yang

    memungkinkan partikel dapat mengendap. Penggabungan flok kecil menjadi

    flok besar terjadi karena adanya tumbukan antar flok. Tumbukan ini terjadi

    akibat adanya pengadukan lambat. Proses koagulasi-flokulasi dapat

    digambarkan secara skematik pada Gambar 2.1.

    Gambar 2.4 Gambaran proses koagulasi-flokulasi

    Proses koagulasi-flokulasi terjadi pada unit pengaduk cepat dan pengaduk

    lambat. Pada bak pengaduk cepat, dibubuhkan koagulan. Pada bak pengaduk

    lambat, terjadi pembentukan flok yang berukuran besar hingga mudah

    diendapkan pada bak sedimentasi.

    Koagulan yang banyak digunakan dalam pengolahan air minum adalah

    aluminium sulfat atau garam-garam besi. Kadang-kadang koagulan-pembantu,

    seperti polielektrolit dibutuhkan untuk memproduksi flok yang lebih besar

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    28/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 28

    atau lebih cepat mengendap. Faktor utama yang mempengaruhi proses

    koagulasi-flokulasi air adalah kekeruhan, padatan tersuspensi, temperatur, pH,

    komposisi dan konsentrasi kation dan anion, durasi dan tingkat agitasi selama

    koagulasi dan flokulasi, dosis koagulan, dan jika diperlukan, koagulan-

    pembantu. Beberapa jenis koagulan beserta sifatnya dapat dilihat pada Tabel

    2.1. Pemilihan koagulan dan konsentrasinya dapat ditentukan berdasarkan

    studi laboratorium menggunakan jar test apparatus (Gambar 2.5) untuk

    mendapatkan kondisi optimum.

    Reaksi kimia untuk menghasilkan flok adalah:

    Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(HCO3)2 2Al(OH)3+ 3CaSO4+ 14H2O + 6CO2

    Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan

    alum, maka perlu ditambahkan alkalinitas dengan menambah kalsium

    hidroksida.

    Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(OH)2 2Al(OH)3+ 3CaSO4+ 14H2O

    Derajat pH yang optimum untuk alum berkisar 4,5 hingga 8, karena

    aluminium hidroksida relatif tidak terlarut.

    Gambar 2.5 Peralatan Jar test

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    29/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 29

    Ferro sulfat membutuhkan alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida agar

    menghasilkan reaksi yang cepat. Untuk itu, Ca(OH)2 ditambahkan untuk

    mendapatkan pH pada level di mana ion besi diendapkan sebagi Fe(OH)3,

    lihat Gambar 2.6. Reaksi ini adalah reaksi oksidasi-reduksi yang

    membutuhkan oksigen terlarut dalam air. Dalam reaksi koagulasi, oksigen

    direduksi dan ion besi dioksidasi menjadi ferri, di mana akan mengendap

    sebagai Fe(OH)3.

    2FeSO4.7H2O + 2Ca(OH)2 + 1/2 O2 2Fe(OH)3 + 2CaSO4 + 13H2O

    Untuk berlangsungnya reaksi ini, pH harus sekitar 9,5 dan kadang-kadang

    stabilisasi membutuhkan kapur berlebih. Penggunaan ferri sulfat sebagai

    koagulan berlangsung mengikuti reaksi:

    Fe2(SO4)3+ 3Ca(HCO4)2 2Fe(OH)3+ 3CaSO4+ 6CO2

    Reaksi ini biasanya menghasilkan flok yang padat dan cepat mengendap. Jika

    alkalinitas alami tidak cukup untuk reaksi, diperlukan penambahan kapur.

    Rentang pH optimum adalah sekitar 4 hingga 12, karena ferri hidroksida

    relatif tidak larut dalam rentang pH ini. Reaksi ferri klorida sebagai koagulan

    berlangsung sebagai berikut:

    2FeCl3+ 3Ca(HCO3)2 2Fe(OH)3+ 3CaCl2+ 6CO2

    Penambahan kapur diperlukan bila alkalinitas alami tidak mencukupi.

    2FeCl3+ 3Ca(OH)2 2Fe(OH)3+ 3CaCl2

    Reaksi ferri klorida berlangsung pada pH optimum 4 sampai 12. Flok yang

    terbentuk umumnya padat dan cepat mengendap.

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    30/88

    Desain Fisika Kimia II

    Riska Pratiwi (252010009) 30

    Tabel 2.2 Beberapa Jenis Koagulan dalam Praktek Pengolahan Air

    Sumber: Qasim, dkk. (2000)

    Nama KimiaNama

    LainRumus Kimia

    Berat

    MolekulWujud

    Densitas

    bulk,

    kg/m3

    Specific

    Gravity

    Kelarutan

    dalam Air,

    kg/m3

    Kadar Kimia

    %w/w

    Kadar Air

    % w/w

    pH

    larutan

    Aluminium

    sulfat

    AlumAl2(SO4)3.14,

    3H2O599,77

    Putih terang,

    padat

    1000-

    1096

    1,25-

    1,36Sekitar 872 Al: 9,0-9,3

    Sekitar 3,5

    Alum cair Al2(SO4)3.49,6H2O 1235,71

    Putih atau

    terang- abu

    abukekuningan,

    cair

    1,30-1,34 Sangat larut Al: 4,0-4,5

    71,2-74,5

    Ferri klorida

    Besi (III)

    klorida, Besi

    triklorida

    FeCl3 162,21Hijau-hitam,

    bubuk721-962 Sekitar 719 Fe: kira-kira 34

    erri klorin

    cair

    FeCl3.6H2O 270,30

    Kuning-

    coklat,

    bongkahan

    962-1026Sekitar

    814

    Fe: 20,3-

    21,0FeCl3.6H2O

    FeCl3.13,1H2O 398,21

    Coklat

    kemerahan,

    cair

    1,20-

    1,48Sangat larut Fe: 12,7-14,5 56,5-62,0 0,1-1,5

    Ferri sulfat

    Besi (III)

    sulfat, Besi

    persulfat

    Fe32(SO4)3.9H2O

    562,02

    Merah-

    coklat,

    bubuk

    1122-

    1154

    Fe: 17,9-18,7

    Ferri sulfat

    cair

    Fe2(SO4)3.36,9H

    2O

    1064,64

    Coklat

    kemerahan,

    cair

    1,40-

    1,57

    Sangat larut Fe: 10,1-12,0 56,5-64,0 0,1-1,5

    Ferro sulfat Copperas FeSO4.7H2O 278,02

    Hijau,

    bongkahan

    kristal

    1010-

    1058

    Fe: Sekitar 20

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    31/88

    Gambar 2.6 Pengaruh pH terhadap kelarutan Fe(III) pada temperatur 25oC

    (diambil dari Fair dkk, 1981)

    2.3.1. Pengadukan

    Pengadukan merupakan operasi yang mutlak diperlukan pada proses

    koagulasi-flokulasi. Pengadukan cepat berperan penting dalam

    pencampuran koagulan dan destabilisasi partikel. Pengadukan lambat

    berperan dalam upaya penggabungan flok.

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    32/88

    2.3.1.1. Jenis Pengadukan

    Jenis pengadukan dapat dikelompokkan berdasarkan kecepatan

    pengadukan dan metoda pengadukan. Berdasarkan kecepatannya,

    pengadukan dibedakan menjadi pengadukan cepat dan pengadukan

    lambat. Berdasarkan metodanya, pengadukan dibedakan menjadi

    pengadukan mekanis, pengadukan hidrolis, dan pengadukan

    pneumatis.

    Kecepatan pengadukan merupakan parameter penting dalam

    pengadukan yang dinyatakan dengan gradien kecepatan. Gradien

    kecepatan merupakan fungsi dari tenaga yang disuplai (P):

    G =

    dalam hal ini:

    P = suplai tenaga ke air (N.m/detik)

    V = volume air yang diaduk, m3

    = viskositas absolut air, N.detik/m2

    Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai P bergantung padametoda pengadukan yang digunakan.

    a. Pengadukan CepatTujuan pengadukan cepat dalam pengolahan air adalah untuk

    menghasilkan turbulensi air sehingga dapat mendispersikan

    bahan kimia yang akan dilarutkan dalam air.

    Pengadukan cepat dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

    1. Pengadukan mekanis

    2. Pengadukan hidrolis

    3. Pengadukan pneumatis

    b. Pengadukan LambatTujuan pengadukan lambat dalam pengolahan air adalah untuk

    menghasilkan gerakan air secara perlahan sehingga terjadi

    kontak antar partikel untuk membentuk gabungan partikel

    hingga berukuran besar. Pengadukan lambat adalah

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    33/88

    pengadukan yang dilakukan dengan gradien kecepatan kecil

    (20 sampai 100 detik-1) selama 10 hingga 60 menit atau nilai

    GTd (bilangan Champ) berkisar 48000 hingga 210000. Untuk

    menghasilkan flok yang baik, gradien kecepatan diturunkan

    secara bertahap agar flok yang telah terbentuk tidak pecah lagi

    dan berkesempatan bergabung dengan yang lain membentuk

    gumpalan yang lebih besar.

    Pengadukan lambat dapat dilakukan dengan beberapa cara

    antara lain:

    1. Pengadukan mekanis

    2. Pengadukan hidrolis

    c. Pengadukan MekanisPengadukan mekanis adalah metoda pengadukan menggunakan

    peralatan mekanis yang terdiri atas motor, poros pengaduk

    (shaft), dan alat pengaduk (impeller). Peralatan tersebut

    digerakkan dengan motor bertenaga listrik. Berdasarkan

    bentuknya, ada tiga macam impeller, yaitu paddle (pedal),

    turbine, dan propeller (baling-baling). Bentuk ketiga impeller

    tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.7 dan Gambar 2.8.

    Kriteria impeller dapat dilihat pada Tabel 2.2.

    Gambar 2.7 Tipe paddle (a) tampak atas, (b) tampak samping

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    34/88

    Tabel 2.3 Kriteria Impell er

    Tipe ImpellerKecepatan

    Putaran Dimensi Keterangan

    Paddle 20 - 150 rpm diameter: 50-

    80% lebar bak

    lebar: 1/6-1/10

    diameter paddle

    Turbine 10-150 rpm diameter:30-50%

    lebar bak

    Propeller 400-1750 rpm diameter: max.

    45 cm

    jumlahpitch

    1-2 buahSumber: Reynold & Richards (1996)

    Gambar 2.8 Tipe turbine dan propeller. (a) turbine blade lurus,

    (b) turbine blade dengan piringan, (c) turbin dengan blade

    menyerong, (d) propeller 2 blade, (e) propeller 3 blade

    (Qasim, dkk., 2000)

    Pengadukan mekanis dengan tujuan pengadukan cepat

    umumnya dilakukan dalam waktu singkat dalam satu bak.

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    35/88

    Faktor penting dalam perancangan alat pengaduk mekanis

    adalah dua parameter pengadukan, yaitu G dan td. Sekadar

    patokan, Tabel 2.4 dapat digunakan dalam pemilihan nilai

    G dan td. Pengadukan mekanis dengan tujuan pengadukan

    lambat umumnya memerlukan tiga kompartemen dengan

    ketentuan G di kompartemen I lebih besar daripada G di

    kompartemen II dan G di kompartemen III adalah yang

    paling kecil (Gambar 2.10). Pengadukan mekanis yang

    umum digunakan untuk pengadukan lambat adalah tipe

    paddle yang dimodifikasi hingga membentuk roda (paddle

    wheel), baik dengan posisi horisontal maupun vertikal

    (Gambar 2.11).

    Gambar 2.9 Pengadukan cepat dengan alat pengaduk

    Tabel 2.4 Nilai Gradien Kecepatan dan WaktuPengadukan

    Waktu Pengadukan, td

    (detik)

    Gradien Kecepatan (1/detik)

    20 1000

    30 900

    40 790

    50> 700

    Sumber: Reynold & Richards (1996)

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    36/88

    Gambar 2.10 Pengadukan lambat dengan alat pengaduk

    Gambar 2.11 Flokulator paddle wheel dengan blade tegak lurus aliran

    air

    (tipe horizontal shaft)

    d. Pengadukan hidrolisPengadukan hidrolis adalah pengadukan yang memanfaatkan

    aliran air sebagai tenaga pengadukan. Tenaga pengadukan ini

    dihasilkan dari energi hidrolik yang dihasilkan dari suatu aliran

    hidrolik. Energi hidrolik dapat berupa energi gesek, energi

    potensial (jatuhan) atau adanya lompatan hidrolik dalam suatu

    aliran.

    Jenis pengadukan hidrolis yang digunakan pada pengadukan

    cepat haruslah aliran air yang menghasilkan energi hidrolik

    yang besar. Dalam hal ini dapat dilihat dari besarnya

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    37/88

    kehilangan energi (headloss) atau perbedaan muka air. Dengan

    tujuan menghasilkan turbulensi yang besar tersebut, maka jenis

    aliran yang sering digunakan sebagai pengadukan cepat adalah

    terjunan (Gambar 2.11), loncatan hidrolik, danparshall flume.

    Jenis pengadukan hidrolis yang digunakan pada pengadukan

    lambat adalah aliran air yang menghasilkan energi hidrolik

    yang lebih kecil. Aliran air dibuat relatif lebih tenaga dan

    dihindari terjadinya turbulensi agar flok yang terbentuk tidak

    pecah lagi. Beberapa contoh pengadukan hidrolis untuk

    pengadukan lambat adalah kanal bersekat (baffled channel,

    Gambar 2.12), perforated wall, gravel bed dan sebagainya.

    Gambar 2.12 Pengadukan cepat dengan terjunan

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    38/88

    Gambar 2.13 Denah pengadukan lambat dengan

    baffl ed channel

    e. Pengadukan pneumatisPengadukan pneumatis adalah pengadukan yang menggunakan

    udara (gas) berbentuk gelembung sebagai tenaga pengadukan.

    Gelembung tersebut dimasukkan ke dalam air dan akan

    menimbulkan gerakan pada air (Gambar 2.14). Injeksi udara

    bertekanan ke dalam air akan menimbulkan turbulensi, akibat

    lepasnya gelembung udara ke permukaan air. Aliran udara yang

    digunakan untuk pengadukan cepat harus mempunyai tekanan

    yang cukup besar sehingga mampu menekan dan

    menggerakkan air. Makin besar tekanan udara, kecepatan

    gelembung udara yang dihasilkan makin besar dan diperoleh

    turbulensi yang makin besar pula.

    Gambar 2.14 Pengadukan cepat secara pneumatic

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    39/88

    2.4. SEDIMENTASI

    Sedimentasi adalah pemisahan solid-liquid menggunakan pengendapan

    secara gravitasi untuk menyisihkan suspended solid. Pada umumnya,

    sedimentasi digunakan pada pengolahan air minum, pengolahan air

    limbah, dan pada pengolahan air limbah tingkat lanjutan. Pada pengolahan

    air minum, terapan sedimentasi khususnya untuk:

    1. Pengendapan air permukaan, khususnya untuk pengolahan denganfilter pasir cepat.

    2. Pengendapan flok hasil koagulasi-flokulasi, khususnya sebelumdisaring dengan filter pasir cepat. pengendapan flok hasil

    penurunan kesadahan menggunakan soda-kapur. Pengendapan

    lumpur pada penyisihan besi dan mangan.

    Pada pengolahan air limbah, sedimentasi umumnya digunakan untuk:

    1. Penyisihan grit, pasir, atau silt (lanau).2. Penyisihan padatan tersuspensi pada clarifier pertama.3. Penyisihan flok / lumpur biologis hasil proses activated sludge

    pada clarifier akhir.

    4. Penyisihan humus pada clarifier akhir setelah trickling filter.Pada pengolahan air limbah tingkat lanjutan, sedimentasi ditujukan

    untuk penyisihan lumpur setelah koagulasi dan sebelum proses filtrasi.

    Selain itu, prinsip sedimentasi juga digunakan dalam pengendalian

    partikel di udara. Prinsip sedimentasi pada pengolahan air minum dan

    air limbah adalah sama, demikian juga untuk metoda dan peralatannya.

    2.4.1 Bak Sedimentasi

    Bak sedimentasi umumnya dibangun dari bahan beton bertulang dengan

    bentuk lingkaran, bujur sangkar, atau segi empat. Bak berbentuk lingkaran

    umumnya berdiameter 10,7 hingga 45,7 meter dan kedalaman 3 hingga 4,3

    meter. Bak berbentuk bujur sangkar umumnya mempunyai lebar 10 hingga

    70 meter dan kedalaman 1,8 hingga 5,8 meter. Bak berbentuk segi empat

    umumnya mempunyai lebar 1,5 hingga 6 meter, panjang bak sampai 76

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    40/88

    meter, dan kedalaman lebih dari 1,8 meter (Reynold & Richards, 1996 ).

    Klasifikasi sedimentasi didasarkan pada konsentrasi partikel dan

    kemampuan partikel untuk berinteraksi.

    Bentuk bak sedimentasi:

    segi empat (rectangular). Pada bak ini, air mengalir horisontal dariinlet menujuoutlet, sementara partikel mengendap ke bawah

    (Gambar 2.15).

    Gambar 2.15 Bak sedimentasi berbentuk segi empat:

    (a)denah, (b) potongan memanjang lingkaran (circular) - center feed. Pada bak ini, air masuk melalui

    pipa menuju inlet bak di bagian tengah bak, kemudian air mengalir

    horisontal dari inlet menuju outlet di sekeliling bak, sementara

    partikel mengendap ke bawah (Gambar 2.16). Secara tipikal bak

    persegi mempunyai rasio panjang : lebar antara 2 : 13 : 1.

    Gambar 2.16 Bak sedimentasi berbentuk lingkaran center feed:

    (a)denah, (b) potongan memanjang

    Lingkaran circular) - periferal feed. Pada bak ini, air masukmelalui sekeliling lingkaran dan secara horisontal mengalir menuju

    ke outlet di bagian tengah lingkaran, sementara partikel mengendap

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    41/88

    ke bawah (Gambar 2.17). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe

    periferal feed menghasilkan short circuit yang lebih kecil

    dibandingkan tipe center feed, walaupun center feed lebih sering

    digunakan. Secara umum pola aliran pada bak lingkaran kurang

    mendekati pola ideal dibanding bak pengendap persegi panjang.

    Meskipun demikian, bak lingkaran lebih sering digunakan karena

    penggunaan peralatan pengumpul lumpurnya lebih sederhana.

    Gambar 2.17 Bak sedimentasi berbentuk lingkaran peri feral feed:

    (a) denah, (b) potongan melintang

    Bagian-bagian dari bak sedimentasi (Gambar 2.18):

    1. Inlet: tempat air masuk ke dalam bak.2. Zona pengendapan: tempat flok/partikel mengalami proses

    pengendapan.

    3. Ruang lumpur: tempat lumpur mengumpul sebelum diambil ke luarbak. Kadang dilengkapi dengan sludge collector/scrapper

    4. Outlet: tempat di mana air akan meninggalkan bak, biasanya berbentukpelimpah (weir).

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    42/88

    Gambar 2.18 Bagian-bagian Bak Sedimentasi

    o Zona Inlet atau struktur influen.Zona inlet mendistribusikan aliran airsecara merata pada bak sedimentasi dan menyebarkan kecepatan aliran

    yang baru masuk. Jika dua fungsi ini dicapai, karakteristik aliran hidrolik

    dari bak akan lebih mendekati kondisi bak ideal dan menghasilkan

    efisiensi yang lebih baik. Zona influen didesain secara berbeda untuk

    kolam rectangular dan circular. Khusus dalam pengolahan air, bak

    sedimentasi rectangular dibangun menjadi satu dengan bak flokulasi.

    Sebuah baffleatau dinding memisahkan dua kolam dan sekaligus sebagai

    inlet bak sedimentasi. Disain dinding pemisah sangat penting, karena

    kemampuan bak sedimentasi tergantung pada kualitas flok.

    o Zona pengendapan.Dalam zona ini, air mengalir pelan secara horisontalke arah outlet, dalam zona ini terjadi proses pengendapan. Lintasan

    partikel tergantung pada besarnya kecepatan pengendapan.

    o Zona lumpur. Dalam zona ini lumpur terakumulasi. Sekali lumpurmasuk area ini ia akan tetap disana

    o Zona outlet atau struktur efluen. Seperti zona inlet, zona outlet ataustruktur efluen mempunyai pengaruh besar dalam mempengaruhi pola

    aliran dan karakteristik pengendapan flok pada bak sedimentasi. Biasanya

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    43/88

    weir/pelimpah dan bak penampung limpahan digunakan untuk mengontrol

    outlet pada bak sedimentasi. Selain itu, pelimpah tipe V-notchatau orifice

    terendam biasanya juga dipakai. Diantara keduanya, orifice terendam yang

    lebih baik karena memiliki kecenderungan pecahnya sisa flok lebih kecil

    selama pengaliran dari bak sedimentasi menuju filtrasi.

    Selain bagian-bagian utama di atas, sering bak sedimentasi dilengkapi

    dengan settler. Settler dipasang pada zona pengendapan (Gambar 2.18)

    dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi pengendapan.

    Gambar 2.19 Settlerpada bak sedimentasi

    2.4.2 Tipe Sedimentasi

    Klasifikasi sedimentasi didasarkan pada konsentrasi partikel dan

    kemampuan partikel untuk berinteraksi. Klasifikasi ini dapat dibagi ke

    dalam empat tipe (Gambar 2.19), yaitu:

    - Settling tipe I: pengendapan partikel diskrit, partikel mengendap secaraindividual dan tidak ada interaksi antar-partikel

    - Settling tipe II: pengendapan partikel flokulen, terjadi interaksi antarpartikel sehingga ukuran meningkat dan kecepatan pengendapan

    bertambah Settling tipe III: pengendapan pada lumpur biologis, dimana

    gaya antar partikel saling menahan partikel lainnya untuk mengendap

    - Settling tipe IV: terjadi pemampatan partikel yang telah mengendapyang terjadi karena berat partikel

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    44/88

    Gambar 2.20 Empat tipe sedimentasi

    Tipe sedimentasi yang sering ditemui pada proses pengolahan air minum

    adalah sedimentasi tipe I dan tipe II. Sedimentasi tipe I dapat ditemui pada

    bangunan grit chamber dan prasedimentasi (sedimentasi I). Sedimentasi

    tipe II dapat ditemui pada bangunan sedimentasi II.

    1. Sedimentasi Tipe ISedimentasi tipe I merupakan pengendapan partikel diskrit, yaitu

    partikel yang dapat mengendap bebas secara individual tanpa

    membutuhkan adanya interaksi antar partikel. Sebagai contoh

    sedimentasi tipe I adalah pengendapan lumpur kasar pada bak

    prasedimentasi untuk pengolahan air permukaan dan pengendapan

    pasir padagrit chamber.

    Sesuai dengan pengertian di atas, maka pengendapan terjadi karena

    adanya interaksi gaya-gaya di sekitar partikel, yaitu gaya drag dan

    gaya impelling. Massa partikel menyebabkan adanya gaya drag dan

    diimbangi oleh gaya impelling, sehingga kecepatan pengendapan

    partikel konstan.

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    45/88

    Gaya impelling adalah resultan dari gaya yang disebabkan oleh gaya

    berat partikel atau gaya gravitasi (ke arah bawah) dan gaya apung

    (bouyant, ke arah atas), lihat Gambar 2.20. Arah gaya impellingadalah

    ke bawah dan dinyatakan dengan persamaan:

    FI= FgFb = (s) g V

    Dimana:

    FI = gaya impelling, N

    s= densitas massa partikel, kg/m3

    = densitas massa air, kg/m3

    V = volume partikel, m3

    g = percepatan gravitasi, m/detik2

    Gambar 2.21 Gaya-gaya yang bekerja pada partikel di air

    Gaya drag adalah gaya yang melawan gaya impelling sehingga

    partikel dalam kondisi setimbang. Arah gaya ini adalah ke atas dan

    dinyatakan dengan persamaan:

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    46/88

    FD= CDAC (vs2/2)

    Dimana:

    FD= gaya drag, N

    CD= koefisien drag

    AC= luas potongan melintang partikel, m2

    vs = kecepatan pengendapan, m/detik

    dalam kondisi yang seimbang, maka FD = FI, maka

    diperoleh persamaan:

    (s) g V= CDAC (vs2/2)

    atau

    vs= Bila V/AC= (2/3) d, maka diperoleh:

    vs= atau

    vs= ( )2. Sedimentasi Tipe II

    Sedimentasi tipe II adalah pengendapan partikel flokulen dalam

    suspensi, di mana selama pengendapan terjadi saling interaksi antar

    partikel. Selama operasi pengendapan, ukuran partikel flokulen

    bertambah besar, sehingga kecepatannya juga meningkat. Sebagai

    contoh sedimentasi tipe II adalah pengendapan partikel hasil proses

    koagulasi-flokulasi pada pengolahan air minum.

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    47/88

    Pengendapan material koloid dan solid tersuspensi terjadi melalui

    adanya penambahan koagulan, biasanya digunakan untuk

    mengendapkan flok-flok kimia setelah proses koagulasi dan flokulasi.

    Pengendapan partikel flokulen akan lebih efisien pada ketinggian bak

    yang relatif kecil. Karena tidak memungkinkan untuk membuat bak

    yang luas dengan ketinggian minimum, atau membagi ketinggian bak

    menjadi beberapa kompartemen, maka alternatif terbaik untuk

    meningkatkan efisiensi pengendapan bak adalah dengan

    memasang tube settlerpada bagian atas bak pengendapan untukmenahan flokflok yang terbentuk.

    Faktor-faktor yang dapat meningkatkan efisiensi bak pengendapan

    adalah:

    Luas bidang pengendapan; Penggunaan bafflepada bak sedimentasi; Mendangkalkan bak; Pemasangan plat miring.Kecepatan pengendapan partikel tidak bisa ditentukan dengan

    persamaan Stoke's karena dan kecepatan pengendapan tidak tetap.

    Besarnya partikel yang mengendap diuji dengan column settling test

    dengan multiple withdrawal ports (Gambar 2.21). Dengan

    menggunakan kolom pengendapan tersebut, sampling dilakukan pada

    setiap port pada interval waktu tertentu, dan data REMOVAL partikel

    diplot pada grafik seperti pada Gambar 2.22.

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    48/88

    Gambar 2.22 Sketsa kolom sedimentasi tipe II

    Gambar 2.23 grafik isoremoval

    3. Sedimentasi Tipe IIIMerupakan pengendapan dengan konsentrasi koloid dan partikel

    tersuspensi adalah sedang, di mana partikel saling berdekatan sehingga

    gaya antar pertikel menghalangi pengendapan paertikel-paertikel di

    sebelahnya. Partikel berada pada posisi yang relatif tetap satu sama

    lain dan semuanya mengendap pada suatu kecepatan yang konstan. Hal

    ini mengakibatkan massa pertikel mengendap sebagai suatu zona, dan

    menimbulkan suatu permukaan kontak antarasolid danliquid.

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    49/88

    4. Sedimentasi Tipe IVMerupakan unit lanjutan dari sedimentasi tipe III, dimana terjadi

    pemampatan (kompresi) massa partikel hingga diperoleh konsentrasi

    lumpur yang tinggi.

    Gambar 2.24 Contoh Pengendapan pada final clarifier

    untuk proses lumpur aktif

    Jenis sedimentasi yang umum digunakan pada pengolahan air bersih

    adalah sedimentasi tipe satu dan dua, sedangkan jenis ketiga lebih

    umum digunakan pada pengolahan air buangan.

    2.5. FILTRASI

    Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun

    gas) yang membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan

    berpori lain untuk menghilangkan sebanyak mungkin zat padat halus yang

    tersuspensi dan koloid. Pada pengolahan air minum, filtrasi digunakan

    untuk menyaring air hasil dari proses koagulasi-flokulasi-sedimantasi

    sehingga dihasilkan air minum dengan kualitas tinggi. Disamping

    mereduksi kandungan zat padat, filtrasi dapat pula mereduksi kandungan

    bakteri, menghilangkan warna, rasa, bau, besi dan mangan.

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    50/88

    2.5.1 Tipe Filtrasi

    Berdasarkan pada kapasitas produksi air yang terolah, saringan pasir dapat

    dibedakan menjadi dua yaitu Saringan pasir cepat dan Saringan pasir

    lambat. Saringan pasir cepat dapat dibedakan dalam beberapa kategori :

    1. Menurut jenis media yang dipakai

    2. Menurut sistem kontrol kecepatan filtrasi

    3. Menurut arah aliran

    4. Menurut kaidah grafitasi / dengan tekanan

    5. Menurut pretreatment yang diperlukan.

    2.5.1.1 Jenis filter berdasar media yang digunakan

    a. Jenis media Filter :1. Single media : Satu jenis media seperti pasir silika, atau

    dolomite. Filter single media merupakan filter cepat tradisional

    biasanya menggunakan pasir kwarsa. Pada sistem ini penyaringan

    suspended solidterjadi pada lapisan paling atas sehingga dianggap

    kurang efektif karena sering dilakukan pencucian.

    2. Dual media : misalnya digunakan pasir silika, dan anthrasit.

    Filter dual media, sering digunakan filter dengan media pasir

    kwarsa di lapisan bawah dan antharasit pada lapisan atas.

    Keuntungan dual media:

    a. Kecepatan filtrasi lebih tinggi (1015 m/jam)

    b. Periode pencucian lebih lama

    c. Merupakan peningkatan filter single media (murah).

    3. Multi media : misalnya digunakan pasir silika, anthrasit dan

    garnet.Multi mediafilter terdiri dari anthrasit , pasir dan garnet

    atau dolomit, fungsi multi media adalah untuk memfungsikan

    seluruh lapisan filter agar berperan sebagai penyaring.

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    51/88

    Gambar 2.25 : Filter aliran secara gravitasi dengan

    kelengkapannya (Tom D.Reynolds, 1992)

    2.5.1.2 Jenis filter berdasar sistem operasi

    Pengolahan dengan menggunakan metode filtrasi atau penyaringan

    merupakan metode fisik yang dilakukan dalam mengolah air

    sebagai air minum. Proses filtrasi ini cara kerjanya bisa

    dipengaruhi oleh gravitasi ataupun tenaga putar. Ada beberapa

    jenis filtrasi yang digunakan dalam pengolahan air untuk air

    minum. Proses filtrasi dibagi menjadi beberapa jenis yaitu filter

    pasir lambat, filter pasir cepat, filter karbon aktif dan filter karbon

    membrane.

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    52/88

    Gambar 2.26 Skema Metode Filter Pada Proses Filtrasi

    Berdasarkan kecepatan penyaringan, filtrasi dibagi menjadi dua

    yaitu :

    1. Slow Sand F i lter(Saringan Pasir Lambat)Filtrasi dengan metode Slow Sand Filter merupakan

    penyaringan partikel yang tidak didahului oleh proses

    pengolahan kimiawi (koagulasi). Kecepatan aliran dalam media

    pasir ini kecil karena ukuran media pasir lebih kecil. Saringan

    pasir lambat lebih menyerupai penyaringan air secara alami.

    Filter pasir lambat adalah filter yang mempunyai kecepatan

    filtrasi lambat. Kecepatan filtrasi pada filter lambat sekitar 20

    50 kali lebih lambat, yaitu sekitar 0,1 hingga 0,4 m/jam.

    Kecepatan yang lebih lambat ini disebabkan ukuran media

    pasir juga lebih kecil (effective size = 0,15 0,35 mm). Filter

    lambat digunakan untuk menghilangkan kandungan organic

    dan organism pathogen dari air baku. Filter pasir lambat ini

    efektif digunakan dengan kekeruhan relatif rendah yaitu

    dibawah 50 NTU tergantung distribusi ukuran partikel pasir,

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    53/88

    ratio luas permukaan filter terhadap kedalaman dan kecepatan

    filtrasi.

    Filter pasir lambat bekerja dengan cara pembentukan lapisan

    gelatin atau biofilm yang disebut lapisan hypogeal atau

    Schmutzdecke. Lapisannya mengandung bateri, fungsi,

    protozoa, rotifer, dan larva serangga air. Schmutzdecke

    merupakan lapisan yang melakukan pemurnian efektif dalam

    pengolahan air minum. Dalam Schmutzdecke, partikel

    terperangkap dan organic yang terlarut akan terabsorbsi,

    diserap dan dicerna oleh bakteri, fungi, an protozoa. Proses

    utama Schmutzdecke adalah mechanical straining terhadap

    bahan tersuspensi dalam lapisan tipis yang berpori sangat kecil.

    Keuntungan dari filter lambat yaitu :

    a. Biaya kontruksi yang murahb. Rancangan dan operasinya sederhanac. Tidak perlu tambahan bahan kimiad. Variasi kualitas air baku tidak menggangue. Tidak perlu banyak air untuk pencucian karena hanya

    dilakukan di bagian atas media tanpa backwash

    Sedangkan kerugiannya adalah filter pasir lambat adalah

    besarnya kebutuhan lahan sebagai akubat lambatnya kecepatan

    proses filtrasi.

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    54/88

    Gambar 2.27 Skema filter pasir lambat

    2. Rapid Sand Fi lter(Saringan Pasir Cepat)Filter pasir cepat atau Rapid Sand Filter adalah filter yang

    mempunyai kecepatan filter cepat, berkisar hingga 4 hingga 21

    m/jam. Filter ini selalu didahului proses koagulasi-flokulasi dan

    pengendapan untuk memisahkan padatan tersuspensi. Jika

    kekeruhan pada influen filter pasir cepat berkisar 5-10 NTU

    maka efisiensi penurunan kekeruhannya dapat mencapai 90-

    98%. Bagian-bagian dari filter pasir cepat meliputi (gambar

    2.26):

    Gambar 2.28 Bagian-bagian filter

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    55/88

    Dari gambar tersebut, dapat digambarkan bahwa bagian-bagian

    filter terdiri dari :

    1. Bak FilterBak filter merupakan tempat proses filtrasi berlangsung.

    Jumlah dan ukuran bak tergantung debit pengolahan

    (minimum menggunakan dua bak).

    2. Media filterMedia filter adalah bahan berbutir/granular yang

    mempunyai pori-pori. Air mengalir diantara pori-pori danbutiran maka terjadilah proses penyaringan disini. Media

    dapat tersusun oleh satu macam bahan (single media),dua

    macam (dual media), atau banyak media (multi media).

    Susunan media berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi :

    a. Seragam (uniform)b. Gradasi (stratified)c. Tercampur (mixed)

    3. Under DrainUnderdain merupakan bahan sistem pengaliran air yang

    telah melewati proses filtrasi yang terletak di bawah media

    filter.

    Underdrain terdiri atas:

    1. Orifice, yaitu lubang pada sepanjang pipa lateralsebagai jalan masuknya air dari media filter ke dalam

    pipa.

    2. Lateral, yaitu pipa cabang yang terletak di sepanjangpipa manifold.

    3. Manifold, yaitu pipa utama yang menampung air darilateral dan mengalirkannya ke bangunan penampung air

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    56/88

    Fungsi under drain :

    a. Untuk mengalirkan air hasil penyaringan (air bersih)dan dialirkan ke clear well.

    b. Untuk mendistribusikan air keperluan back wash meratakeseluruh media pasir.

    Proses filtrasi dengan cara ini merupakan jenis unit filtrasi yang

    mampu menghasilkan debit air yang lebih banyak, namun

    kurang efektif untuk mengatasi bau dan rasa yang ada pada air

    yang disaring. Debit air yang cepat tersebut menyebabkan

    lapisan bakteri yang berguna untuk menghilangkan patogen

    namun membutuhkan proses desinfeksi yang lebih intensif.

    Arah aliran airnya dari bawah ke atas. Pada proses ini

    umumnya melakukan backwash atau pencucian saringan tanpa

    membongkar keseluruhan saringan.

    Media yang digunakan untuk proses Rapid Sand Filter tersusun

    dari pasir silica alami, anthrasit, atau pasir garnet yang

    memiliki variasi ukuran, bentuk dan komposisi kimia.

    Dasar filternya terdiri dari sistem pipa yang tersusun dari lateral

    dan manifold untuk mengalirkan air terolah yang penerimaan

    airnya diterima melalui lubang orifice yang diletakkan pada

    pipa lateral. Penggunaan manifold dan lateral bertujuan agar

    ditribusinya merata.

    Saat proses filtrasi berlangsung, terjadi penurunan debit air

    produksi akibat clogging atau pemampatan oleh kotoran yang

    tersaring dan tertahan pada media yang menyebabkan diameter

    pori mengecil. Hal ini ditandai oleh :

    1. Penurunan kapasitas produksi

    2. Peningkatan kehilangan energi (headloss) yang diikuti oleh

    kenaikan muka air di atas media filter.

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    57/88

    3. Penurunan kualitas air terproduksi.

    Teknik pencucian ini dapat dilakukan dengan

    menggunakan back washing, dengan kecepatan tertentu agar

    media filter terfluidisasi dan terjadi tumbukan antar media

    sehingga kotoran yang menempel pada media akan lepas dan

    terbawa bersama aliran air.

    Dalam melakukan proses filtrasi dengan metode ini perlu

    diperhatikan beberapa hal. Mekanisme filtrasi dengan filter

    pasir cepat yaitu :

    a. Penyaringan secara mekanis (mechanical straining)

    b. Sedimentasi

    c. Adsorpsi atau gaya elektrokinetik

    d. Koagulasi di dalam filter bed

    e. Aktivitas biologis

    Pengoperasian filter pasir cepat adalah sebagai berikut:

    a. Selama proses berlangsung, partikel yang terbawa airtersaring di media filter. Air terus mengalir melewati media

    pasir dan penyangga kemudian masuk lubang/orifice, ke

    pipa lateral, terkumpul di pipa manifold, dan akhirnya air

    keluar menuju bak penampung (lihat Gambar 2.3).

    b. Partikel yang tersaring di media lama kelamaan akanmenyumbat pori-pori media sehingga terjadi clogging

    (penyumbatan). Clogging meningkatkan headloss aliran air

    di media dan peningkatannya dapat dilihat dari

    meningkatnya permukaan air di atas media atau

    menurunnya debit filtrasi. Untuk menghilangkan clogging,

    dilakukan pencucian media.

    c. Pencucian dilakukan dengan cara memberikan aliran balikpada media (backwash), tujuannya untuk mengurai media

    dan mengangkat kotoran yang menyumbat pori-pori media

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    58/88

    filter. Aliran air dari manifold, ke lateral, keluar orifice,

    naik ke media hingga media terangkat, dan air dibuang

    melewati gutter yang terletak di atas media (lihat Gambar

    4.4).

    d. Jika media filter telah bersih, filter dapat dioperasikankembali.

    ` Gambar 2.29 Aliran air pada saat operasi filter

    Gambar 2.30 Aliran air pada saat pencucian

    filter

    Filter pasir cepat dapat dibedakan dalam beberapa kategori:

    1. Tipe Filter Berdasarkan sistem control filtrasiBerdasarkan sistem control kecepatanya, filter dapat

    dikelompokkan menjadi :

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    59/88

    - Constant rate: debit hasil proses filtrasi konstansampai pada level tertentu. Hal ini dilakukan

    dengan memberikan kebebasan kenaikan level

    muka air di atas media filter.

    - Declining rate atau constant head: debit hasil prosefiltrasi menurun seiring dengan waktu filtrasi, atau

    level muka air di atas media filter dirancang pada

    nilai yang tetap.

    2. Tipe Filter Berdasarkan Arah AlirannyaBerdasarkan arah alirannya, filter dikelompokkan menjadi:

    - Filter aliran down flow (ke bawah)- Filter aliran upflow(keatas)- Filter aliran horizontal

    3. Tipe Filter Berdasarkan Sistem PengaliranBerdasarkan system pengalirannya, filter dikelompokkan

    menjadi:

    - Filter dengan aliran gravitasi- Filter dengan aliran bertekanan

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    60/88

    Tabel 2.5 Perbandingan Slow Sand Fil terdan Rapid Sand Fil ter

    3. Filter Karbon

    Filter karbon merupakan metode karbon aktif dengan media

    granular (Granular Activated Carbon) merupakan proses filtrasi

    yang berfungsi untuk menghilangkan bahan-bahan organik,desinfeksi, serta menghilangkan bau dan rasa yang disebabkan

    oleh senyawa-senyawa organik. Selain fungsi tersebut juga

    digunakan untuk menyisihkan senyawa-senyawa organic dan

    menyisihkan partikel-partikel terlarut.

    Metode pengolahan karbon aktif prinsipnya adalah

    mengadsorbsi bahan pencemar menggunakan media karbon.

    Proses adsorbsi tergantung pada luas permukaan media yang

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    61/88

    digunakan dan berhubungan dengan luas total pori-pori yang

    terdapat dalam media. Agar proses absorbsi bisa dilakukan

    secara efektif diperlukan waktu kontak yang cukup antara

    permukaan media dengan air yang diolah sehingga nantinya zat

    pencemar dapat dihilangkan.

    Ada alternative lain yang bisa dilakukan jika waktu kontak tidak

    mencukupi, caranya yaitu dengan menaikan luas permukaan

    media dengan ukuran yang lebih kecil. Zat yang ada dalam air

    yang mengalami absorbsi berupa senyawa organik

    (menyebabkan bau dan rasa yang tidak

    diinginkan), trihalometane, serta Volatile Organic

    coumpunds(VOCs).

    Instalasi pengolahan air minum biasanya menggunakan karbon

    aktif yang dilakukan sebelum proses ozonisasi karena secara

    umum unit pengolahan karbon aktif tidak dapat menyisihkan

    mikroorganisme patogen seperti virus dan bakteri. Selain itu,

    juga tidak efektif dalam menyisihkan kalsium (Ca) dan

    magnesium (Mn) yang menimbulkan kesadahan pada air, flour

    dan nitrat. Sedangkan media yang digunakan dapat berupa arang

    kayu, batok kelapa dan batubara.

    Batubara merupakan media yang sering digunakan dalam unit

    pengolahan dengan menggunakan karbon aktif. Namun batubara

    yang digunakan yang telah mengalami proses pembakaran

    dengan temperature sedang dalam kondisi anaerob. Sehingga

    batubara tidak akan terbakar tetapi mengalami perubahan

    menjadi material karbon yang berpori (porous). Batubara

    tersebut diaktifkan melalui proses pemanasan dengan uap ar dan

    udara pada temperatur 1500 oF dan proses ini akan

    mengoksidasi permukaan dan pori-pori media.

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    62/88

    Hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan karbon aktif ini

    adalah debit pengolahan dan headloss yang tersedia, senyawa-

    senyawa organik yang terdapat dalam air baku, media yang

    digunakan, ukuran media karbon aktif, kecepatan filtrasi, waktu

    kontak, dan waktu pembersihan media karbon aktif. Media

    karbon aktif harus dibersihkan atau di regenerasi kembali dalam

    waktu tertentu karena media ini akan mengalami keadaan jenuh

    dimana kemampuan media untuk mengabsorbsi senyawa-

    senyawa organik dan polutan akan berkurang. Proses regenerasi

    karbon aktif ini dilakukan dengan tiga cara yaitu penguapan,

    pemanasan dan penggunaan bahan kimia.

    4. Filter Membran

    Filtrasi dengan menggunakan membran ini merupakan

    alternative yang digunakan untuk menggantikan filtrasi pasir

    lambat (slow sand filtration). Teknologi ini mengurangi biaya

    operasional dan instalasi. Teknologi membrane ini digunakandalam instalasi pengolahan air dengan tujuan untuk

    menghasilkan air layak minum.

    Keunggulan dari membran ini adalah mempunyai ukuran yang

    lebih kecil, kapasitas pengolahan lebih besar, serta mampu

    menghasilkan air layak minum. Sistem membran ini umumnya

    dibedakan menjadi empat jenis yaitu Reverse osmosis (RO),

    Elektrodialisis (ED), Ultrafiltrasi (UF), dan Mikrofiltrasi (MF).

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    63/88

    2.5.2 Media Filtrasi dan Distribusi media

    Media Filter dapat tersusun dari pasir silika alami, anthrasit, atau pasir

    garnet. Media ini umumnya memiliki variasi dalam ukuran, bentuk dan

    komposisi kimia. Pemilihan media filter yang akan digunakan dilakukan

    dengan analisa ayakan (sieve analysis). Hasil ayakan suatu media filter

    digambarkan dalam kurva akumulasi distribusi untuk mencari ukuran

    efektif dan keseragaman media yang diinginkan.

    Effective Size (ES) atau ukuran efektif media filter adalah ukuran media

    filter bagian atas yang dianggap paling efektif dalam memisahkan kotoranyang besarnya 10 % dari total kedalaman lapisan media filter atau 10 %

    dari fraksi berat, ini sering dinyatakan sebagai P (persentil 10). P yang

    dapat dihitung 10

    10 dari ratio ukuran rata- rata dan standar deviasinya.

    Uniformity Coefficient (UC) atau koefisien keseragaman adalah angka

    keseragaman media filter yang dinyatakan dengan perbandingan antara

    ukuran diameter pada 60 % fraksi berat terhadap ukuran (size).

    Kriteria untuk keperluan filter pasir cepat atau rapid sand filter adalah :

    Single media : Pasir UC = 1,31,7. ES = 0,450,7 mm

    Untuk dual media : Antrasit UC = 1,41,9 ES = 0,50,7 mm

    Kriterian nilai ukuran efektif dan keseragaman media untuk beberapa jenis

    dan jumlah media filter dapat dilihat pada tabel 2.7. Bila suatu stok pasir

    tidak memenuhi criteria, maka harus dilakukan pemilihan ukuran hingga

    memenuhi criteria tersebut. Perhitungan persentase pasir yang dapat

    digunakan, pasir yang terlalu kecil, pasir yang terlalu besar dapat dihitung

    sebagai berikut:

    Persentase stok pasir yang dapat digunakan:Puse= 2 (Pst60Pst10)

    Persentase pasir yang terlalu kecil:Pf = Pst100,1 Puse = Pst100,2 (Pst60Pst10)

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    64/88

    Persentase ukuran pasir yang terlalu besar:P

    c= 100 - P

    f- P

    use

    Keterangan

    Pst10adalah persentase pasir stok yang memenuhi ES sesuai kriteriayang diminta

    Pst50adalah persentase pasir stok yang memenuhi ES x UC sesuaikriteria yang diminta

    Setelah dilakukan pemilihan ukuran butiran pasir stok, maka pasir stok

    dapat digunakan sebagai media filter yang memenuhi kriteria.

    Tabel 2.6 Kriteria Perencanaan Media Filter Untuk Pengolahan Air Minum

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    65/88

    2.5.3 Hidrolika Filter

    Pada prinsipnya aliran pada media berbutir (filter pasir) dianggap sebagai

    aliran dalam pipa berjumlah banyak, kehilangan tekanan dalam pipa akibat

    gesekan aliran mengikuti persamaan DarcyWeisbach sbb :

    =f Dengan:

    Hl = Kehilangan tekanan akibat gesekan, m

    F = koefisien kekasaran

    L = panjang pipa, m

    V = Kecepatan aliran m/detik

    Dc = Diameter pipa,m

    2.5.4 Hidrolika Pencucian (Backwashing)

    Saringan pasir cepat, setelah digunakan dalam kurun waktu tertentu akan

    mengalami penyumbatan akibat tertahannya partikel halus dan koloid oleh

    media filter. Tersumbatnya media filter ditandai oleh:

    1. Penurunan kapasitas produksi

    2. Peningkatan kehilangan energi (head loss) yang diikuti oleh kenaikan

    muka air di atas media filter.

    3. Penurunan kualitas air terproduksi.

    Gambar 2.31 Kondisi filter saat terjadi penyumbatan

    Jika keadaan ini telah tercapai, seperti ditunjukkan oleh adanya head yang

    negatif (Gb 2.29.), maka filter harus dicuci. Teknik pencucian filter cepat

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    66/88

    dapat dilakukan dengan menggunakan aliran balik (back washing), dengan

    kecepatan tertentu agar media filter terfluidisasi dan terjadi tumbukan

    antar media.

    Tumbukan antar media menyebabkan lepasnya kotoran yang menempel

    pada media, selanjutnya kotoran yang telah terkelupas akan terbawa

    bersam dengan

    aliran air. Pencucian Filter

    Tujuan pencucian filter adalah melepaskan Lumpur yang menempel pada

    media pasir/antrasit dengan aliran ke atas (upflow) hingga pasir/antrasit

    terekspansi. Lama pencuciannya adalah 3 15 menit. Untuk menghitung

    head pompa pencucian / tinggi menara, maka harus dihitung headloss

    melalui media, dasar (under drain), sistem perpipaan pada saat filter

    mencapai clogging (penyumbatan). Ada tiga sistem pencucian filter :

    a. Menggunakan menara air

    b. Pipa distribusi

    c. Interfilterd. Pompa backwash.

    Jika keadaan ini telah tercapai, maka filter harus dicuci. Teknik pencucian

    filter cepat dapat dilakukan dengan menggunakan aliran balik (back

    washing), dengan kecepatan tertentu agar media filter terfluidisasi dan

    terjadi tumbukan antar media. Tumbukan antar media menyebabkan

    lepasnya kotoran yang menempel pada media, selanjutnya kotoran yang

    telah terkelupas akan terbawa bersama dengan aliran air.

    2.5.5 Dasar Filter dan Underdrain

    Persyaratan :

    a. dapat mendukung media di atasnya

    b. distribusi merata pada saat pencucian

    Untuk pencucian interfilter : headloss 2030 cm (distribusi kurang

    merata pada saat pencucian).

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    67/88

    Dasar filter dapat terdiri dari sistem perpipaan yang tersusun darilateral dan manifold, dimana air diterima melalui lubang orifice

    yang diletakkan pada pipa lateral.

    Kecepatan pencucian 36 m/jam (600 l/m.menit), dengan tinggiekspansi 2 sebesar 15 cm sehingga headloss = 25 cm.

    Manifold dan lateral ditujukan agar distribusi merata, headloss 13 m dengan kriteria sistem manifoldlateral :

    a. Perbandingan luas orifice/filter = 0,00150,005

    b. Perbandingan luas lateral/ orifice = 24

    c. Perbandingan luas manifold/lateral = 1,53

    d. Diameter orifice = 0,62 cm.

    e. Jarak antara orifice = 7,530 cm

    f. Jarak antara lateral = orifice.

    Susunan media filter dan posisi underdrain dapat dilihat pada Gambar 4.1.

    Gambar 2.32 Sistem Underdrain dengan model manifold pipe

    Gambar 2.33 Sistem Underdrain dengan model perforated plate

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    68/88

    Gambar 2.31 Sistem Underdrain dengan model block f il ter

  • 7/22/2019 defiki riska pratiwi

    69/88

    BAB III

    DIMENSIONEERINGUNIT PENGOLAHAN

    3.1 Koagulasi

    Pengadukan cepat yang akan direncanakan merupakan system pengadukan

    secara mekanis dengan menggunakan impeller. Tipe impeller yang akan

    digunakan adalah paddles. Bak pengaduk cepat diasumsikan berpenampang

    persegi panjang dengan kedalaman (H) 1,25 m. Bak ini didesain untuk

    mengolah air dengan debit (Q) 255 L/det, gradien kecepatan (G) 600/detik,

    dan waktu detensi (td) 45 detik. Dalam penentuan bak koagulasi ini, kita harus

    menentukan dimensi bak yang dibutuhkan untuk mengolah limbah dengan

    karakteristik limbah