laporan kerja praktek di ptnbr (riska pratiwi)

79
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pengoperasian dan pemanfaatan fasilitas nuklir, baik pemanfaatan untuk pembangkitan daya listrik menggunakan reaktor nuklir, maupun pemanfaatan nuklir untuk penelitian, kedokteran nuklir (rumah sakit), dan industri akan memakai bahan atau sumber radioaktif. Dalam pemakaian sumber radioaktif tersebut pasti akan menghasilkan limbah yang mengandung zat radioaktif. Sesuai dengan SK KA. BAPETEN No. 03/KA.BAPETEN/V-1999 tentang Ketentuan Keselamatan Untuk Pengelolaan Limbah Radioaktif, limbah radioaktif adalah zat radioaktif dan bahan bekas serta, alat-alat yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena dipergunakan dalam kegiatan nuklir, dan zat radioaktif serta bahan bekas tersebut tidak dipergunakan lagi. Limbah radioaktif yang dihasilkan dari pengoperasian dan pemanfaatan fasilitas nuklir, sangat bervariasi baik bentuk, jenis radiasi, umur maupun tingkat radioaktivitasnya, yaitu : 1

Upload: riska-pratiwi

Post on 08-Feb-2016

112 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pengoperasian dan pemanfaatan fasilitas nuklir, baik pemanfaatan

untuk pembangkitan daya listrik menggunakan reaktor nuklir, maupun

pemanfaatan nuklir untuk penelitian, kedokteran nuklir (rumah sakit), dan

industri akan memakai bahan atau sumber radioaktif.

Dalam pemakaian sumber radioaktif tersebut pasti akan menghasilkan limbah

yang mengandung zat radioaktif. Sesuai dengan SK KA. BAPETEN No.

03/KA.BAPETEN/V-1999 tentang Ketentuan Keselamatan Untuk

Pengelolaan Limbah Radioaktif, limbah radioaktif adalah zat radioaktif dan

bahan bekas serta, alat-alat yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi

radioaktif karena dipergunakan dalam kegiatan nuklir, dan zat radioaktif serta

bahan bekas tersebut tidak dipergunakan lagi.

Limbah radioaktif yang dihasilkan dari pengoperasian dan pemanfaatan

fasilitas nuklir, sangat bervariasi baik bentuk, jenis radiasi, umur maupun

tingkat radioaktivitasnya, yaitu :

Dari bentuk fisiknya, dibagi menjadi limbah radioaktif padat, cair dan gas.

Dari jenis radiasi yang dipancarkannya, dibagi menjadi limbah radioaktif

pemancar α, β dan γ.

Dari umurnya, dibagi menjadi limbah radioaktif umur paruh panjang dan

limbah umur paruh pendek.

Dari segi besarnya aktivitas, dibagi dalam limbah radioaktif aktivitas

tinggi, aktivitas sedang dan aktivitas rendah.

Di lingkungan Pusat Tenaga Nuklir Bahan dan Radiometri-Badan Tenaga

Nuklir (PTNBR-BATAN) terdapat berbagai aktivitas yang dilakukan yang

menggunakan zat radioaktif. Aktivitas-aktivitas tersebut tentu akan

1

Page 2: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

menghasilkan limbah yang mengandung zat radioaktif pula. Limbah tersebut

berasal dari beberapa sumber, yaitu larutan zat radioaktif yang telah

diencerkan (sisa penelitian), air cucian peralatan laboratorium (gelas beker,

botol dan lain-lain), dan air cucian pakaian terkontaminasi.

Sesuai dengan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaga Nukliran, PP Nomor

27 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif, ketentuan SK Ka.

BAPETEN No. 03/Ka-BAPETEN/V-99, serta azas keselamatan yang dianut

oleh teknologi nuklir, maka limbah radioaktif ini harus dikelola untuk

menghindari potensi bahaya dan dampaknya terhadap pekerja, masyarakat,

dan lingkungan hidup. Selain itu, disebutkan bahwa BATAN adalah satu-

satunya institusi yang berwenang mengelola limbah radioaktif. Kegiatan

pengelolaan limbah radioaktif dilaksanakan dengan mempertimbangkan

beberapa aspek, seperti aspek keselamatan, aspek teknis yang berupa

pengurangan volume, dan aktivitas limbah radioaktif, serta aspek ekonomis.

Mengingat limbah radioaktif mengandung zat radioaktif, maka perlu

dilakukan pengelolaan limbah secara benar dan aman bagi masyarakat dan

lingkungan. Salah satu kegiatan yang dilakukan di lingkungan PTNBR-

BATAN adalah melakukan pengolahan limbah radioaktif cair aktivitas rendah

(LRCAR) waktu paruh rendah, yang sumber limbahnya berasal dari kegiatan

di laboratorium di lingkungan PTNBR-BATAN.

Salah satu langkah untuk mengetahui sistem pengelolaan limbah radioaktif di

PTNBR-BATAN adalah dengan melaksanakan kerja praktek di PTNBR-

BATAN. Kerja praktek ini merupakan salah satu sarana untuk memperoleh

pengalaman di lapangan terutama dalam pengerjaan teknis sesuai dengan ilmu

Teknik Lingkungan serta ilmu pengetahuan lainnya yang belum diperoleh di

perkuliahan. Pengolahan LRCAR waktu paruh rendah yang dilakukan di

lingkungan PTNBR-BATAN merupakan pengolahan dengan prinsip delay

and decay, yang prinsipnya menyimpan limbah dalam waktu tertentu agar zat

radioaktif yang terkandung dapat meluruh sehingga aktivitasnya menjadi

2

Page 3: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

rendah. Effluent dari unit pengolahan delay and decay dibandingkan dengan

baku mutu SK Ka. BAPETEN No. 02/Ka-BAPETEN/V-99 tentang ”Baku

Tingkat Aktivitas Radionuklida Di Lingkungan”. Evaluasi tersebut

diharapkan dapat memberikan masukan kepada PTNBR-BATAN mengenai

efektifitas unit pengolahan LRCAR waktu paruh rendah tersebut.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud kerja praktek ini adalah:

Melakukan pengelolaan limbah cair radioaktif aktivitas rendah (LRCAR)

secara kontinuitas.

Tujuan kerja praktek ini adalah :

Melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja yang menggunakan zat

radioaktif, manusia generasi sekarang dan di masa depan, serta lingkungan

hidup dari bahaya radiasi pengion dan atau kontaminasi yang berasal dari

limbah radioaktif.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup kerja praktek ini adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi sistem pengelolaan LRCAR mulai dari sumber sampai

tahap pelepasan ke lingkungan

b. Melakukan sampling dan pengukuran terhadap LRCAR

c. Melakukan pengolahan data hasil pengukuran LRCAR

d. Melakukan evaluasi terhadap hasil pengolahan data LRCAR, yaitu

membandingkan dengan baku mutu yaitu “Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor : 02/Ka-Bapeten/V-99 Tentang Baku Tingkat Radioaktivitas Di Lingkungan”

3

Page 4: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

Mulai

Identifikasi sistem pengelolaan

LRCAR

Melakukan sampling dan pengukuran terhadap LRCAR, meliputi:

Mengikuti pelaksanaan teknis sampling dari tiap proses pengelolaan LRCAR di lingkungan PTNBR-BATAN.Melakukan pengukuran sample dengan menggunakan alat Multi Channel Analyzer (MCA)

Melakukan evaluasi yaitu membandingkan dengan baku mutu

PembuatanLaporan

Selesai

Melakukan pengolahan data terhadap hasil pengukuran yang

telah dilakukan.

1.4 Metodologi Pelaksanaan Kerja Praktek

Metode pelaksanaan kerja praktek yang telah dilaksanakan dapat dilihat pada

Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Metodologi Pelaksanaan Kerja Praktek

4

Page 5: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

1.5 Lokasi Kerja Praktek

Lokasi kerja praktek adalah di Pusat Tenaga Nuklir Bahan dan Radiometri-

Badan Tenaga Nuklir Nasional (PTNBR-BATAN) Kota Bandung, Provinsi

Jawa Barat.

1.6 Sistematika Laporan Kerja Praktek

Sistematika penulisan dalam mengerjakan laporan Kerja Praktek ini meliputi :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, ruang

lingkup dan sistematika penulisan.

BAB IIGAMBARAN UMUM

Bab ini berisi tentang ruang lingkup instansi meliputi sejarah, struktur

organisasi serta tugas dan fungsinya.

BAB III LANDASAN TEORI

Pada bab 3 dibahas mengenai limbah radioaktif secara umum, limbah

radioaktif cair, prinsip pengelolaan limbah radioaktif, dasar hukum

pengelolaan limbah radioaktif

BAB IV PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR

AKTIVITAS RENDAH (LRCAR) DI PTNBR-BATAN

Bab ini membahas tentang sistem operasional pengolahan LRCAR, meliputi

unit pengolahan LRCAR di BATAN, petunjuk teknik pengelolaan LRCAR

serta tata cara melakukan sampling dan pengukuran aktivitas radioaktif pada

setiap unit.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5

Page 6: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

Bab ini membahas mengenai Hasil dan Evaluasi dari Kegiatan Pengukuran

Limbah Radioaktif Cair.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan

hasil tinjauan.

6

Page 7: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

BAB II

GAMBARAN UMUM INSTANSI

2.1 Sejarah Instansi PTNBR-BATAN Bandung

Dengan terbentuknya Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) pada tahun

1957, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 1958, maka Pemerintah

pada tanggal 5 Desember 1958 meningkatkan status Panitia Negara untuk

Pengukuran Radioaktiviteit (berstatus sebagai lembaga penasihat) menjadi

lembaga baru yang dapat merealisasikan pelaksanaan program nuklir di

Indonesia, yaitu Lembaga Tenaga Atom (LTA) dipimpin oleh seorang

Direktur Jenderal. Dirjen LTA dirangkap oleh Menteri Kesehatan G.A.

Siwabessy.

Berdasarkan Undang-undang No.31 tahun 1964, LTA diubah menjadi Badan

Tenaga Atom Nasional (BATAN), dan terakhir, berdasarkan Keppres No. 197

tahun 1998, diubah lagi menjadi Badan Tenaga Nuklir Nasional tanpa

merubah singkatan, tetap (BATAN).

Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri (PTNBR) adalah suatu

lembaga non-department pemerintah yang didirikan pada tahun 1958 dan

merupakan pusat penelitian tertua di lingkungan BATAN.

2.2 Visi dan Misi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Bandung

1) Visi

Visi dari Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri adalah:

“Terwujudnya pusat teknologi analisis nuklir yang andal dan terpercaya.“

2) Misi

7

Page 8: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

Misi dari Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri adalah:

1. Melaksanakan penelitian, pengembangan dan penerapan (litbangrap)

teknologi analisis nuklir di bidang radiometri, radiobiomedik dan

termofisika nanofluida.

2. Melaksanakan sistem manajemen mutu dalam teknologi analisis nuklir

Dalam mewujudkan pusat teknologi analisis nuklir yang andal dan terpercaya,

PTNBR akan melaksanakan litbangrap teknologi analisis nuklir dan

mengimplementasikan sistem manajemen mutu dengan mengedepankan

pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, membangun

laboratorium yang memadai dan tersertifikasi serta memperkuat kolaborasi

dengan komunitas ilmiah dan pengguna hasil litbang. Adapun indikator dari

misi ini adalah hasil litbangrap yang akurat, tervalidasi dan diperolehnya

pengakuan oleh lembaga yang berwenang dan atau pemangku kepentingan.

Dalam mewujudkan visi tersebut, litbangrap teknologi analisis nuklir di

PTNBR diarahkan agar berdaya manfaat, sehingga dalam pelaksanaannya

PTNBR akan memprioritaskan kegiatan yang didasarkan oleh kebutuhan

masyarakat untuk meningkatkan daya saing dan kemandirian serta martabat

bangsa di dunia internasional. Sehingga dalam periode 2010-2014 diharapkan

litbangrap PTNBR diakui keunggulannya dan hasilnya dimanfaatkan oleh

pihak pengguna.  Indikator dari sasaran ini adalah jumlah litbang yang

memperoleh pendanaan dari pihak ke tiga dan jumlah mitra strategis yang

menerapkan hasil litbang.

Visi dan Misi tersebut akan dicapai dan dilaksanakan secara bertahap dalam

siklus kegiatan lima tahun dengan masing-masing tahap memiliki sasaran

yang terukur. Pelaksanaan misi tersebut berpegang pada nilai kejujuran dan 5

pedoman BATAN yaitu: berjiwa pionir, bertradisi ilmiah, berorientasi

industri, mengutamakan keselamatan dan komunikatif.

8

Page 9: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

2.3 Lingkup Kegiatan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Bandung

Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri (PTNBR) mempunyai tugas

melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang fisika bahan, fisika dan

termohidrolika reaktor, fisika radiasi dan lingkungan serta instrumentasi

nuklir, senyawa bertanda dan radiometri, pendayagunaan reaktor serta

melaksanakan pengendalian keselamatan kerja dan pelayanan kesehatan.

Dalam melaksanakan tugas PTNBR menyelenggarakan fungsi:

1. Membina dan mengembangkan penelitian teknik nuklir serta membina

tenaga ahli di bidang teknik nuklir.

2. Melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang fisika bahan, fisika

dan termohidrolika reaktor, fisika radiasi dan lingkungan serta

instrumentasi nuklir.

3. Melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang senyawa bertanda

dan radiometri.

4. Melaksanakan pendayagunaan reaktor riset.

5. Melaksanakan pengendalian keselamatan kerja dan pelayanan kesehatan.

6. Melaksanakan urusan tata usaha, melaksanakan pengamanan nuklir.

Jenis produk yang diberikan atau dihasilkan oleh PTNBR kepada pengguna

adalah produk-produk radioisotop dan radiofarmaka, analisis bahan dan unsur,

irradiasi neutron dan produkproduk penelitian lainnya yang sangat diperlukan

oleh dunia industri khususnya.

Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh PTNBR-BATAN dibiayai oleh

pemerintah. Hasil kerja dari pegawai PTNBR-BATAN ini adalah berupa

sekumpulan makalah yang berisi mengenai penelitian tentang nuklir bahan

dan radiometri. Makalah tersebut kemudian diseminarkan dan diberikan

kepada pemerintah untuk selanjutnya dipertimbangkan untuk digunakan.

Pemerintah hendak menggunakan makalah yang ada maka PTNBR-BATAN

pun akan membantu dalam pelaksanaannya dengan bekerja sama dengan

9

Page 10: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

perusahaan lain yang telah bekerja sama dengan pemerintah dalam hal

pelaksanaan makalah tersebut. Selain itu PTNBR-BATAN juga memberikan

pelayanan dalam hal mendeteksi kanker melalui radiasi.

2.4 Struktur Organisasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Bandung

Struktur organisasi di lingkungan PTNBR-BATAN secara umum dapat dilihat

pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi PTNBR-BATAN

10

Page 11: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

2.5 Kegiatan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Bandung

Secara garis besar kegiatan rutin yang dilakukan di PTNBR-BATAN

meliputi:

1. Kegiatan yang berkaitan dengan usaha penelitian, pengembangan dan

pelayanan terhadap instansi-instansi diluar BATAN.

2. Kegiatan operasional yang berhubungan dengan operasi reaktor dan

produksi radio isotop. Kegiatan operasional yang dimaksud meliputi:

Bidang Proses Pembuatan Radioaktif

Kegiatan yang dilakukan dalam proses pembuatan radioaktif yang

dilakukan di reaktor. Proses rutin ini dilakukan mengingat zat

radioaktif yang biasa diproduksi tersebut merupakan kebutuhan

dasar bagi beberapa instansi yang memesan zat-zat tersebut untuk

kebutuhan pengobatan. Selain itu, produksi zat radioaktif tersebut

juga digunakan di lingkungan PTNBR-BATAN, khususnya

digunakan untuk keperluan penelitian.

Bidang Pengolahan Limbah

Kegiatan yang dilakukan dalam bidang pengolahan limbah

bertujuan melakukan pengelolaan limbah dan pengendalian

keselamatan lingkungan. Pada bidang ini, penanganan limbah yang

terkontaminasi radioaktif dibedakan menurut klasifikasinya. Pada

umumnya, klasifikasi limbah dibuat bedasarkan kriteria tingkat

radioaktifitas, waktu paruh, dan jenis radiasi yang diemisikan.

Bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Bidang kesehatan dan keselamatan kerja mempunyai tugas

melakukan kegiatan proteksi radiasi, pengendalian keselamatan

kerja dan penanggulangan kedaruratan nuklir. Kaidah-kaidah

proteksi radiasi bertujuan untuk melindungi pekerja radiasi,

masyarakat, dan lingkungan. Monitoring dilakukan untuk

11

Page 12: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku dengan tujuan

mendapatkan informasi sedini mungkin bila terjadi kelainan

proses, serta bertujuan untuk mengevaluasi apakah sistem proteksi

radiasi instalasi nuklir tersebut telah dilakukan dengan benar.

12

Page 13: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Defenisi Radioaktivitas

Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tidak stabil untuk

memancarkan radiasi dan berubah menjadi inti stabil. Proses perubahan ini

disebut peluruhan, dan inti atom yang tidak stabil tersebut disebut

radionuklida. Materi yang mengandung radionuklida disebut juga dengan zat

radioaktif. Sedangkan peluruhan itu sendiri adalah perubahan inti atom yang

tidak stabil menjadi inti atom yang lain, atau berubahnya suatu unsur yang

lain. (Batan, 2010 )

Radioaktivitas ditemukan oleh H. Becquerel pada tahun 1896. Becquerel

menamakan radiasi dengan uranium. Dua tahun setelah itu, Marie Curie

meneliti radiasi uranium dengan menggunakan alat yang dibuat oleh Pierre

Curie, yaitu pengukur listrik piezo (lempengan kristal yang biasanya

digunakan untuk pengukuran arus listrik lemah), dan Marie Curie berhasil

membuktikan bahwa kekuatan radiasi uranium sebanding dengan jumlah

kadar uranium yang dikandung dalam senyawa uranium. Disamping itu,

Marie Curie juga menemukan bahwa peristiwa peluruhan tersebut tidak

dipengaruhi oleh suhu dan tekanan, dan radiasi uranium dipancarkan secara

spontan dan terus-menerus tanpa bisa dikendalikan. Marie Curie juga meneliti

campuran senyawa lain, dan menemukan bahwa campuran senyawa thorium

juga memancarkan radiasi yang sama dengan campuran senyawa uranium,

dan sifat pemancaran radiasi seperti ini diberi nama radioaktivitas.

3.2 Waktu Paruh

Waktu paruh (t1/2) adalah waktu yang diperlukan oleh suatu radionuklida

untuk meluruh sehingga jumlahnya tinggal setengah dari jumlah awalnya.

Radiasi radionuklida mempunya sifat yang khas (unik) untuk masing-masing

13

Page 14: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

inti. Peristiwa pemancaran radiasi suatu radionuklida sulit unutk ditentukan,

tetapi untuk sekumpulan inti yang sama, peluruhannya dapat diperkirakan.

Waktu paruh bersifat khas terhadap setiap jenis inti. Contoh radionuklida

berdasarkan waktu paruhnya dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Contoh Radionuklida Berdasarkan Waktu Paruh

Waktu Paruh Radionuklida Jangka waktu

Waktu paruh pendekYb-175 1,9 jamDy-165 2,3 jamI-131 8 hari

Waktu paruh sedang Co-60 5,2 tahunCs-134 5,2 tahun

Waktu paruh panjangK-40 1,2 milyar tahun

Th-232 14 milyar tahunU-238 4,5 milyar tahun

Sumber: Ensiklopedi Teknologi Nuklir (BATAN)

3.3 Jenis Radioaktivitas

Berdasarkan sumbernya, radioaktivitas dikelompokkan menjadi radioaktivitas

alam dan radioaktivitas buatan. Radioaktivitas alam merupakan radioaktivitas

yang berasal langsung dari alam dan radiasi kosmik. Sedangkan radioaktivitas

buatan, merupakan radioaktivitas yang berasal dari kegiatan yang dilakukan

manusia. Radioaktivitas buatan dipancarkan oleh radioisotop yang sengaja

dibuat manusia, dan berbagai jenis radionuklida yang dibuat sesuai dengan

penggunaannya.

3.3.1 Radioaktivitas Alam

Dari seluruh radionuklida yang ada di bumi, sebagian besar

merupakan inti atom yang ada kerak bumi sejak terbentu (radiasi

primordial). Selain itu, terdapat inti yang terjadi dari interaksi antara

radiasi kosmik dengan inti atom yang ada di udara, bahan radioaktif

akibat peluruhan spontan akibat interaksi dengan neutron dari radiasi

kosmik, dan radionuklida yang pernah ada tetapi saat ini sudah

14

Page 15: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

musnah karena waktu paruhnya pendek. Jumlah inti yang musnah ini

tidak begitu banyak. Di bawah ini akan dijelaskan radiasi yang

dipancarkan oleh radionuklida terestial yang ada sejak terbentuknya

bumi.

a. Radioaktivitas Primordial

Pada litosfer, banyak terdapat inti radioaktif yang sudah ada

bersamaan dengan terjadinya bumi, yang tersebar secara luas yang

disebut juga radionuklida alam. Radionuklida alam banyak terkandung

dalam kalium alam.

Terdapat tiga jenis radionuklida primordial utama yaitu kalium-40 (K-

40 dengan waktu paruh 1,25 milyar tahun), Th-232 (waktu paruh 14

milyar tahun) yang merupakan inti awal deret thorium, dan U-238

(waktu paruh 4,5 milyar tahun) yang merupakan inti awal deret

uranium. Radionuklida dalam deret uranium maupun thorium

mengalami peluruhan α, β, maupun γ.

b. Radioaktivitas yang berasal dari radiasi kosmik

Pada saat radiasi kosmik masuk ke dalam atmosfer bumi, terjadi

interaksi dengan inti atom yang ada di udara, sehingga menghasilkan

berbagai macam radionuklida. Yang paling banyak dihasilkan adalah

H-3 dan C-14.

Kecepatan peluruhan dan kecepatan pembentukan radionuklida yang

seimbang, sehingga secara teoritis jumlahnya di alam adalah tetap.

Berdasarkan fenomena tersebut, maka dengan mengukur kelimpahan

C-14 yang ada dalam suatu benda, dapat ditentukan umur dari benda

tersebut dan metode penetuan umur ini dinamakan penanggalan

karbon (carbon dating).

15

Page 16: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

Gambar 3.1 Radiasi Alam Dan Sumbernya

3.3.2 Radioaktivitas Buatan

a. Radioaktivitas yang berhubungan dengan pembangkit tenaga nuklir

Energi yang dihasilkan oleh proses peluruhan dapat digunakan sebagai

pembangkit listrik tenaga nuklir. Dalam instalasi pembangkit listrik

tenaga nuklir, faktor keselamatan radiasi menjadi prioritas yang utama,

dan dengan berkembangnya teknologi pembangkit listrik tenaga nuklir,

maka tingkat keselamatan radiasinya pun semakin tinggi.

b. Radioaktivitas akibat percobaan senjata nuklir

Radioaktivitas yang berasal dari jatuhan radioaktif akibat percobaan

senjata nuklir disebut disebut fall out. Tingkat radioaktivitas dari fall

out yang paling tinggi terjadi pada tahun 1963 dan setelah itu

jumlahnya terus menurun. Hal ini disebabkan pada tahun 1962 Amerika

dan Rusia mengakhiri percobaan senjata nuklir di udara.

c. Radioaktivitas dalam kedokteran

Radioaktivitas yang berasal dari radioisotope dalam bidang kedokteran

digunakan misalnya untuk diagnosis, terapi, dan sterilisasi alat

kedokteran.

16

Page 17: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

d. Radioaktivitas dalam rekayasa teknologi

Penggunaan radiasi dalam bidang pengukuran (gauging), analisis

struktur materi, pengembangan bahan-bahan baru, dan sebagai sumber

energi.

e. Radioaktivitas dalam bidang pertanian

Penggunaannya dalam bioteknologi, pembasmian serangga atau

penyimpanan bahan pengan, dan teknologi pelestarian lingkungan.

3.4 Limbah Radioaktif Secara Umum

Limbah radioaktif adalah zat radioaktif dan bahan bekas serta alat-alat yang

telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena dipergunakan

dalam kegiatan nuklir dan zat radioaktif serta bahan bekas tersebut tidak

dipergunakan lagi (BAPETEN,1999).

Tujuan pengolahan limbah antara lain mengurangi volume limbah dan

memperkecil konsentrasi radionuklida yang terkandung dalam limbah,

sehingga mudah dan aman disimpan ke penyimpanan sementara ataupun di

buang langsung ke lingkungan.

3.4.1 Klasifikasi Limbah Radioaktif

1. Berdasarkan asal terbentuknya :

- Alam

Lingkungan kita sendiri sebenarnya telah mendapat radioaktif alam

seperti dari tanah, sinar cosmic (75 – 100 mrem/th) sebagai akibat

dari peluruhan Uranium dan Thorium.

Sumber radioakif ini memang sudah ada di alam seperti;

ditambang uranium, di pasir thorium, bahan-bahan yang

mengandung K-40.

17

Page 18: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

- Hasil fisi

Reaksi fisi adalah reaksi pembelahan nuklida radioaktif menjadi

nuklida-nuklida dengan nomor atom mendekati stabil. Pembelahan

nuklida ini disertai pelepasan sejumlah energi dan sejumlah

neutron (Budianto, 2013).

Sumber radioaktif yang bersumber dari suatu reaksi fisi dan

kemudian diolah ulang biasanya memiliki aktivitas yang tinggi.

- Hasil aktivasi

Limbah radioaktif yang berasal dari hasil kontaminasi karena

adanya aktivasi yang dilakukan suatu badan-badan penelitian atau

industri, seperti aktivasi reactor, akselerator dan sebagainya.

- Kontaminasi

Bahan atau sumber radioaktif dari hasil kontaminasi biasanya

berasal dari laboratorium riset yang menggunakan zat radioaktif.

2. Berdasarkan fasanya :

- Fasa Cair

Air cucian benda yang terkontaminasi sat radioaktif, cairan zat

percobaan, cairan dari laboratorium dan pabrik pengolahan

Uranium.

- Fasa Padat

Jarum suntik bekas, alat gelas untuk zat radioaktif, binatang

percobaan, resin alat bekas pabrik pengolahan Uranium.

Penanganan limbah radioaktif padat lebih rumit dibanding

penanganan limbah radioaktif cair,kesulitan tersebut terletak pada ;

cara penanganannya dan pengangkutannya.

- Fasa Gas

Udara dari tambang Uranium, udara dari pembakaran limbah

radioaktif padat, gas dari penguapan cairan radioaktif, udara dari

18

Page 19: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

ventilasi pabrik pengolahan Uranium, cerobong reaktor.

Khusus untuk limbah radioaktif bentuk gas, klasifikasinya

berdasarkan jumlah aktivitas, bukan berdasarkan pada

konsentrasinya.

3. Berdasarkan toksisitas dan aktivitas yang dikandungnya (PP

nomor 27 tahun 2002) :

- Limbah radioaktif tingkat rendah adalah limbah radioaktif dengan

aktivitas diatas tingkat aman (clearance level) tetapi di bawah

tingkat sedang, yang tidak memerlukan penahan radiasi selama

penanganan dalam keadaan normal dan pengangkutan.

- Limbah radioaktif tingkat sedang adalah limbah radioaktif dengan

aktivitas di atas tingkat rendah tetapi di bawah tingkat tinggi yang

tidak memerlukan pendingin, dan memerlukan penahan radiasi

selama penanganan dalam keadaan normal dan pengangkutan.

- Limbah radioaktif tingkat tinggi adalah limbah radioaktif dengan

tingkat aktivitas di atas tingkat sedang, yang memerlukan

pendingin dan penahan radiasi dalam penanganan pada keadaan

normal dan pengangkutan, termasuk bahan bakar nuklir bekas.

4. Berdasarkan Waktu Paruhnya

- Limbah radioaktif umur paruh panjang adalah limbah radioaktif

yang mengandung radionuklida dengan waktu paruh panjang yang

mempunyai tingkat keracunan dalam kuantitas dan atau

konsentrasi sehingga memerlukan isolasi jangka panjang dari

biosfer. Istilah “radionuklida berumur panjang” mengacu pada

waktu paruh biasanya untuk yang lebih dari 30 tahun.

- Limbah radioaktif umur paruh sedang adalah limbah radioaktif

yang mengandung radionuklida dengan waktu paruh sedang yang

mempunyai tingkat keracunan dalam kuantitas dan atau

19

Page 20: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

konsentrasi sehingga memerlukan isolasi jangka sedang dari

biosfer. Istilah “radionuklida berumur sedang” mengacu pada

waktu paruh biasanya untuk yang kurang dari 30 tahun.

- Limbah radioaktif umur paruh pendek adalah limbah radioaktif

yang mengandung radionuklida dengan waktu paruh pendek yang

mempunyai tingkat keracunan dalam kuantitas dan atau

konsentrasi sehingga hanya memerlukan isolasi jangka pendek dari

biosfer. Istilah “radionuklida berumur pendek” mengacu pada

waktu paruh biasanya untuk yang kurang dari 100 hari.

Tabel 3.2. Klasifikasi Waktu Paruh

No Waktu Paruh Nilai1 Waktu paruh pendek < 100 hari2 Waktu paruh sedang < 30 tahun3 Waktu paruh panjang > 30 tahun

Sumber:Jurnal PTLR-BATAN, Heru Sriwahyuni

5. Berdasarkan aktivitas kandungan radionuklida (kategori standar

IAEA).

3.5 Limbah Radioaktif Cair

Berdasarkan toksisitas dan aktivitas yang dikandungnya, limbah radioaktif

cair digolongkan menjadi :

a. Kadar rendah (low level liquid waste)

b. Kadar sedang (intermediate level liquid waste)

c. Kadar tinggi (high level liquid waste)

Batas tingkatan aktivitas limbah radioaktif pada setiap instalasi nuklir

tergantung pada (Rukmimi dan Widanda, 2000) :

a. Jenis radionuklida yang terkandung dalam limbah

b. Fasilitas pengelolaan yang tersedia dan faktor dekontaminasi yang harus

dilakukan.

20

Page 21: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

c. Kadar tertinggi yang diizinkan dari effluent yang boleh dibuang ke

lingkungan secara aman.

3.5.1 Klasifikasi Limbah Radioaktif Cair

Klasifikasi limbah radioaktif cair berdasarkan aktivitas yang

dikandungnya menurut kategori standar IAEA (International Atomic

Energy Agency) adalah sebagai berikut :

GOLONGAN I : Limbah radioaktif cair dengan konsentrasi

radionuklida sama atau lebih rendah dari 10-6

Ci/m3, tidak diolah dan dapat dibuang langsung

ke lingkungan.

GOLONGAN II : Limbah radioaktif cair dengan konsentrasi

radionuklida sama atau lebih rendah dari 10-3

Ci/m3, diolah dengan metode yang biasa

(evaporasi, penukar ion, atau secara kimia).

GOLONGAN III : Limbah radioaktif cair dengan konsentrasi

radionuklida lebih tinggi dari 10-3 Ci/m3 dan

sama dengan atau lebih rendah dari 10-1 Ci/m3,

diolah dengan metode yang biasa dan sering

digunakan penahan radiasi pada beberapa

bagian dari peralatan.

GOLONGAN IV : Limbah radioaktif cair dengan konsentrasi

radionuklida lebih tinggi dari 10-1 Ci/m3 dan

sama dengan atau lebih rendah dari 104

Ci/m3, diolah dengan metode konvensional

(evaporasi, penukar ion, dan secara kimia) dan

peralatan tidak memerlukan penahan radiasi.

GOLONGAN V : Limbah radioaktif cair dengan konsentrasi

lebih tinggi dari 104 Ci/m3. Effluent ini disimpan

dan diperlukan pendinginan.

Klasifikasi limbah radioaktif cair dapat dilihat pada Tabel 3.3.

21

Page 22: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

Tabel 3.3. Klasifikasi Limbah Radioaktif Cair

GolonganAktivitas (K)

ci/m3

Aktivitas (K)

Bq/LCatatan

I

II

III

IV

V

K < 10-6

10-6 < K < 10-3

10-3 < K < 10-1

10-1 < K < 104

K < 104

K < 370

370 < K < 3,7

x 104

3,7 x 104 < K <

3,7 x 106

3,7 x 106 < K <

3,7 x 1011

K < 3,7 x 1011

Tidak diolah

Diolah tanpa Penahan

radiasi

Mungkin memakai

Penahan radiasi

Perlu penahan radiasi

Perlu pendinginan

Sumber: Standar IAEA

Jika prinsip dasar pengolahan limbah radioaktif cair berdasarkan IAEA

dihubungankan dengan prinsip dasar pengolahan limbah radioaktif

berdasarkan PP nomor 27 tahun 2002, akan dihasilkan range aktivitas

limbah radioaktif yang diklasifikasikan oleh PP nomor 27 tahun 2002.

Range tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Range Aktivitas Limbah Radioaktif PP No. 27 Th. 2002

GolonganAktivitas (K)

ci/m3

Aktivitas (K)

Bq/LCatatan

Rendah 10-6 < K < 10-3 370 < K < 3,7 x

104

Diolah tanpa

Penahan radiasi

Sedang 10-3 < K < 10-4 3,7 x 104 < K <

3,7 x 1011

Memerlukan

Penahan radiasi

Tinggi K < 104 K < 3,7 x 1011 Perlu

pendinginan

22

Page 23: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

Sumber: Hasil analisis

3.5.2 Karakterisasi Limbah Radioaktif Cair

Karakterisasi limbah radioaktif cair yang menetukan pemilihan proses

pengelolaan meliputi :

1. Sifat Kimia :

- Kandungan ionik dan non-ionik

- Jenis unsur kimia terlarut dan bentuk senyawa

- pH

- Jenis senyawa organik

2. Sifat Fisis

- Viskositas

- Kerapatan suspensi

- Jumlah fasa air

- Kandungan suspensi padat

- Besar butiran suspensi

- Kandungan koloid

- Titik didih

- Kalor penguapan

- Kalor pembalakaran

3. Sifat radionuklida atau radiokimia

- Jenis radionuklida (aktivitas)

- Jumlah radiokimia

3.6 Prinsip Pengelolaan Limbah Radioaktif

Terdapat 3 (tiga) prinsip pengelolaan yang dapat digunakan untuk pengelolaan

limbah radioaktif cair sebagai dasar metode pengolahan, yaitu:

23

Page 24: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

1. Pengenceran dan Pendispersian (Dilute and Disperse) untuk limbah padat,

cair dan gas tingkat rendah.

2. Penangguhan dan Peluruhan (Delay and Decay) untuk limbah padat, cair

dan gas dengan waktu paruh pendek.

3. Konsentrasian dan Pengungkungan (Concentration and Contain) untuk

limbah padat, cair dan gas tingkat menengah dan tingkat tinggi.

Pemilihan pengelolaan limbah radioaktif dipengaruhi oleh bentuk fisik dan

tingkat aktivitas radionuklida yang terkandung. Prinsip pengelolaan limbah

dapat dilakukan juga berdasarkan ketiga prinsip pengelolaan limbah radioaktif

tersebut.

Pengelolaan Limbah Radioaktif Cair Aktivitas Rendah (LRCAR) yang

dilakukan di PTNBR-BATAN menggunakan prinsip delay and decay, yaitu

penyimpanan dari limbah radioaktif sampai saat dimana limbah tersebut tidak

lagi memenuhi definisi 'material radioaktif' di bawah Undang-Undang.

3.7 Dasar Hukum Pengelolaan Limbah Radioaktif

Pengelolaan limbah radioaktif merupakan salah satu aspek dari kegiatan

pemanfaatan tenaga nuklir yang harus mendapat pengaturan dan pengawasan

secara memadai, mengingat potensi bahaya radiasi limbah radioaktif tersebut.

Hal ini sejalan dengan norma dalam Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor

10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, yang mewajibkan bahwa untuk

setiap kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan tenaga nuklir harus

memperhatikan keselamatan, keamanan, ketentraman, kesehatan pekerja dan

anggota masyarakat, perlindungan terhadap lingkungan hidup.

Dalam Undang-undang Nomor 10 tahun 1997 masalah pengelolaan limbah

dibahas dalam Bab VI Pasal 22 s.d. 27. Pasal 24 yang menyatakan :

(1) Bahwa penghasil limbah tingkat rendah dan tingkat sedang wajib

mengumpulkan, mengelompokkan atau mengolah dan menyimpan sementara

limbah tersebut sebelum diserahkan ke BATAN.

24

Page 25: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

(2) Penghasil limbah radioaktif tingkat tinggi, wajib menyimpan sementara

selama operasi reaktor.

Sebagaimana diamanatkan dalam UU No.10 Pasal 27, telah diterbitkan

Peraturan Pemerintah (PP) No.27 tahun 2002 tentang Pengelolaan Limbah

Radioaktif, yang mengatur tentang :

Tujuan pengelolaan selain untuk melindungi keselamatan dan kesehatan

pekerja, masyarakat dan lingkungan juga dimaksudkan agar generasi

mendatang tidak terbebani oleh bahaya radiasi dan kontaminasi dari

limbah radioaktif yang dihasilkan saat ini.

Manajemen perizinan dimana keputusan untuk pemanfaatan zat radioaktif

harus sudah mempertimbangkan terhadap pengelolaan limbah yang akan

dilakukan nantinya.

Tanggung jawab BATAN sebagai Badan Pelaksana dan kewajiban

Penghasil Limbah Radioaktif.

Pelarangan wilayah Indonesia sebagai tempat penyimpanan limbah

radioaktif dari pemanfaatan luar negeri.

Pengolahan, pengangkutan dan penyimpanan limbah radioaktif.

Pengolahan limbah radioaktif dari tambang nuklir dan non nuklir.

Sebagai peraturan pelaksanaan Undang-undang yang menyangkut

pengelolaan limbah adalah Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2002

tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif. Selain itu ada Keputusan Kepala

BAPETEN Nomor 03/ Ka-BAPETEN/ V-99 tertanggal 5 Mei 1999 tentang

ketentuan Keselamatan untuk Pengelolaan Limbah Radioaktif yang berisi

bahwa penghasil limbah dapat melakukan pengelolaan limbah radioaktifnya

sebelum hasil akhir dikirim ke BATAN dan khusus untuk hasil pengelolaan

yang telah mencapai tingkat tertentu atau tingkat aman (clearance level),

diperbolehkan untuk dilepas ke lingkungan setelah mendapat persetujuan

BAPETEN.

25

Page 26: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

3.8 Standar Baku Mutu LRCAR

Hasil akhir dari proses delay and decay LRCAR di PTNBR BATAN ini

kemudian dibandingkan dengan baku mutu Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor : 02/Ka-Bapeten/V-99 Tentang Baku Tingkat Radioaktivitas Di Lingkungan.

3.9 Nilai Batas Dosis (NBD)

PTNBR-BATAN telah menetapkan NBD radiasi tahunan yang mengacu pada

International Atomic Energy Agency (IAEA) Safety Series No. 115 tentang

Standar Keselamatan Internasional Proteksi terhadap Radiasi Pengion dan

Keselamatan Sumber Radiasi.

Nilai batas dosis yang ditetapkan dalam ketentuan ini bukan batas tertinggi

yang apabila dilampaui, seseorang akan mengalami akibat radiasi merugikan

yang nyata atau menjadi sakit, akan tetapi merupakan batas tertinggi yang

dijadikan acuan, karena setiap penyinaran yang tidak perlu harus dihindari dan

penerimaan dosis harus diusahakan serendah-rendahnya.

Setiap personil yang bekerja dengan sumber atau di daerah radiasi harus

bekerja efisien dan mengikuti prosedur yang benar agar dosis yang diterima

dapat ditekan serendah mungkin, jauh lebih kecil dari NBD sebagaimana

tercantum pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Nilai Batas Dosis (NBD)

NILAI BATAS DOSISTangan, lengan, kaki, dan

tungkai5000 mSv/tahun atau 570,78 µSv/jam

Kulit 5000 mSv/tahun atau 570,78 µSv/jam

Setiap organ atau jaringan 5000 mSv/tahun atau 570,78 µSv/jam

Sumber: Dokumen SMK-3 PTNBR No.PPR/FR/13/2007

26

Page 27: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

3.10 Dosimeter

Semua personil yang bekerja dengan zat radioaktif atau di area radiasi, harus

memakai badge dosimeter. Badge dosimeter digunakan untuk mencatat dosis

radiasi yang diterima pemakai. Badge dosimeter akan diganti setiap tiga bulan

sekali untuk dievaluasi. Badge dosimeter harus dipakai di daerah dada atau

disangkutkan di saku baju atas.

3.11 Risiko Radiasi

Radiasi menyebabkan terionisasinya atom dan molekul sel di dalam jaringan

tubuh. Apabila molekul pecah karenanya, akan terbentuk fragment berupa

radikal bebas dan ion, yang secara kimia tidak stabil. Radikal bebas sangat

reaktif dan dengan mudah dapat bereaksi atau mengoksidasi atom lain dalam

suatu sel jaringan yang menyebabkan sel menjadi rusak. Tingkat kerusakan

sel yang terjadi sebanding dengan besarnya radiasi.

Sel jaringan bisa rusak karena dosis yang rendah sekaligus, sebagaimana kita

setiap hari menerima radiasi rendah dari sumber radiasi alam, untungnya sel

jaringan memiliki kemampuan memperbaiki dirinya secara alamiah dan cepat.

Tidak ada risiko karena matinya sel-sel jaringan tubuh, walaupun setiap hari

jutaan sel di tubuh kita mati karena berbagai hal, akan tetapi tubuh kita dapat

menggantinya dengan cepat. Yang perlu mendapat perhatian adalah apabila

terjadi kerusakan sel yang menyebabkan pertumbuhan sel abnormal. Pada

kondisi sel rusak yang tumbuh secara abnormal dapat menjadi apa yang kita

kenal sebagai kanker. Hal inilah yang menjadi dasar meningkatnya risiko

kanker karena terpapari dengan radiasi pengion, baik dari radiasi alam

maupun buatan.

3.12 Prinsip Proteksi Radiasi

27

Page 28: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

Zat radioaktif terbuka maupun terbungkus, mesin sinar-X, dan sumber radiasi

lainnya memancarkan radiasi pengion yang berbahaya. Untuk memproteksi

diri dari sumber radiasi, maka diterapkan tiga strategi dasar yang dikenal

sebagai prinsip proteksi radiasi, yaitu:

o Kurangi waktu berada di sekitar sumber radiasi

o Posisikan diri sejauh mungkin dari sumber radiasi

o Gunakan perisai yang sesuai

Waktu

Dengan sesingkat mungkin berada dekat dengan sumber radiasi, maka secara

proporsional akan mengurangi dosis radiasi yang diterima. Minimalkan waktu

anda bekerja, amka akan meminimalkan dosis yang diterima.

Jarak

Besarnya paparan radiasi akan menurun, sebanding dengan kebalikan kuadrat

jarak terhadap sumber. Dengan menjauhkan sumber radiasi dengan faktor dua,

akan menurunkan intensitasnya menjadi seperempatnya. Menjauhkan jarak

sumber radiasi dengan faktor tiga akan menurunkan intensitas radiasi menjadi

sepersembilannya.

Perisai

Perisai yang tepat dapat menurunkan secara eksponential paparan radiasi

gamma dan menghalangi hampir semua sinar radiasi beta. Pilih dan gunakan

perisai yang sesuai selama melakukan penelitian atau pekerjaan dengan

sumber radiasi.

Selain dengan ketiga strategi diatas, untuk mengurangi bahaya radiasi

eksterna, maka kurangi aktivitas zat radioaktif dengan cara: untuk sumber

dengan waktu paruh pendek tunggu sampai meluruh; dekontaminasi sumber

radioaktif sebelum bekerja; atau pindahkan zat radioaktif yang tidak perlu dan

bisa dipindahkan ke lokasi lain.

28

Page 29: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

3.13 Unit Satuan Radioaktivitas

Pada peristiwa peluruhan zat radioaktif, salah satu besaran yang digunakan

adalah aktivitas. Aktivitas merupakan laju peluruhan inti radioaktif. Semakin

besar aktivitas, semakin banyak inti yang meluruh per satuan waktu. Aktivitas

tidak berhubungan dengan jenis radiasi dan energi radiasi, namun hanya

berhubungan dengan jumlah peluruhan per satuan waktu tertentu.

Satuan aktivitas dalam SI adalah Becquerel (Bq). Satu Becquerel sama dengan

satu peluruhan per detik. Satuan ini terlalu kecil dan sebagai gantinya

digunakan satuan Curie. Satu Ci sebanding dengan disintegrasi sebanyak

3,7 x 1010 peluruhan per detik.

29

Page 30: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

BAB IV

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR AKTIVITAS RENDAH (LRCAR) DI PTNBR-BATAN

Limbah Radioaktif Cair Aktivitas Rendah (LRCAR) yang dikelola di lingkungan

PTNBR-BATAN berasal dari hasil samping kegiatan penelitian di bidang nuklir pada

laboratorium di PTNBR-BATAN Bandung yang dikumpulkan dalam tangki

penampungan. LRCAR berasal dari air cucian benda padat yang terkontaminasi,

cairan zat radioaktif yang sengaja dibuang, air cucian binatang percobaan yang

mengalami pemeriksaan dan pengobatan dengan zat radioaktif. Laboratorium-

laboratorium penghasil LRCAR dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Limbah cair di PTNBR–BATAN dibedakan menjadi 2 yaitu limbah cair yang

radioaktif dan yang tidak radioaktif. Limbah cair yang radioaktif berasal dari 2

sumber, yaitu :

1. Limbah radioaktif cair yang dibuang dan dikumpulkan dalam wadah yang

telah disediakan oleh petugas dan ditempatkan di dalam laboratorium.

No. NAMA BIDANG NAMA LABORATORIUM KETERANGAN

1. Senyawa Bertanda dan Radiometri (SBR)

Sintesis Senyawa Bertanda PenelitianTeknologi Produksi Radioisotop PenelitianLaboratorium Hewan PenelitianBiodinamika Penelitian

2. REAKTOR penelitian ataukegiatan rutin

3. Fisika Radiasi dan Lingkungan (FRL)

Green House PenelitianLab. Fisika Radiasi dan Lingkungan Penelitian

4. Keselamatan dan Kesehatan (K2)

Pengelolaan Limbah dan Keselamatan Lingkungan (PLKL)

kerja praktek

2. Limbah radioaktif cair yang diperoleh dari beberapa sumber yaitu : wastafel

(tempat mencuci tangan dan peralatan laboratorium) yang berada di

laboratorium, ruang kerja dan ruang dekontaminasi.

30

Page 31: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

Tabel 4.1. Nama Bidang Dan Laboratorium Penghasil LRCAR Di PTNBR-BATAN Bulan Mei

Pada dasarnya LRCAR yang diolah di PTNBR-BATAN merupakan effluent dari air

cucian benda padat yang terkontaminasi, cairan zat radioaktif yang sengaja dibuang,

air cucian binatang percobaan yang mengalami pemeriksaan dan pengobatan dengan

zat radioaktif. Aktivitas dari effluent tersebut sangat rendah, akan tetapi dengan alasan

keselamatan kerja dan lingkungan, dilakukan pengelolaan limbah di PTNBR-

BATAN.

Pengelolaan LRCAR di PTNBR-BATAN dilakukan dengan menggunakan sistem

terpadu, dimana sistem tersebut menggunakan tangki-tangki penampungan

sementara, kolam percobaan, serta bak transit (bak kontrol). Pengelolaan dengan

sistem terpadu ini digunakan untuk LRCAR yang berasal dari laboratorium, ruang

kerja, serta ruang dekontaminasi yang ditampung pada wastafel kemudian dialirkan

secara gravitasi ke gedung pengelolaan limbah cair.

LRCAR yang berasal dari laboratorium mengalir secara gravitasi melalui pipa ke

clarifier untuk mengendapkan material padat yang ada dalam LRCAR, sehingga

limbah yang mengalir dari clarifier ke dalam tangki kecil dalam keadaan bebas dari

partikulat. Setelah dialirkan ke dalam tangki kecil, LRCAR biarkan untuk waktu

tertentu sehingga aktivitasnya cukup rendah. Selanjutnya limbah yang terdapat dalam

tangki kecil tersebut dialirkan ke tangki besar sebagai penampungan sementara

limbah, sebelum dialirkan ke kolam percobaan A. Ketika tangki besar tersebut dalam

kondisi penuh, limbah tersebut kemudian dialirkan ke kolam percobaan (kolam A

dan Kolam B). Selanjutnya ketika kolam telah terisi penuh, limbah di kolam

percobaan dialirkan ke bak transit dengan menggunakan pompa. Skema sistem

pengolahan LRCAR di PTNBR-BATAN dapat dilihat pada Gambar 4.1.

31

Page 32: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

Gambar 4.1. Diagram pengolahan LRCAR waktu paruh pendek

Keterangan gambar:

- Cl : Clarifier

- TK : Tangki kecil

- TB : Tangki besar

- P : Pompa

- K : Katup untuk mengalirkan dan menghentikan aliran LRCAR dari

clarifier ke tangki (TK dan TB). Penomoran (K1 s.d K7) sesuai dengan urutan

posisi tangki.

- B : Katup untuk mengalirkan dan menghentikan aliran LRCAR yang

dipompakan dari TK ke TB. Penomoran (B1 s.d B7) sesuai dengan urutan

posisi tangki.

32

Page 33: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

- S : Katup untuk mengalirkan dan menghentikan aliran LRCAR yang

dihisap dari TB ke kolam. Penomoran (S1 s.d S7) sesuai dengan urutan posisi

tangki.

- Fungsi masing-masing rangkaian pipa besi

o Pipa besi warna biru untuk mengalirkan LRCAR secara gravitasi dari

clarifier ke tangki kecil (TK)

o Pipa besi warna perak untuk mengalirkan LRCAR yang dipompakan

dari TK ke TB

o Pipa besi warna hijau untuk mengalirkan LRCAR yang dipompakan

dari TB ke kolam.

Dari hasil pengolahan limbah tersebut, setiap bulan dilakukan pemantauan untuk

mengetahui jenis dan aktivitas radionuklida yang terkandung dalam setiap unit

pengolahan. Pemantauan dilakukan dengan melakukan sampling pada setiap unit

pengolahan, selanjutnya sample tersebut dicacah (counting) dengan menggunakan

alat MCA (Multi Channel Analyzer).

4.1 Unit-Unit Pengelolaan LRCAR

Fasilitas pengolahan LRCAR di PTNBR ini terdiri dari 2 buah bak clarifier, 4

buah tangki kecil, 3 buah tangki besar, 2 buah kolam percobaan, serta 1 buah

bak transit.

4.1.1 Bak Clarifier

Bak Clarifier adalah sebuah bak yang berfungsi sebagai bak

pengendap material padat yang masuk ke dalam unit pengolahan, yang

bersumber dari berbagai laboratorium terutama untuk laboratorium

yang menggunakan radioisotop waktu paruh pendek sebagai bahan

bakunya, sehingga limbah yang berasal Clarifier tidak mengganggu

kelancaran pengolahan selanjutnya.

33

Page 34: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

Gambar 4.2 Bak Clarifier

Bak Clarifier di PTNBR terdiri dari tiga buah bak yang berhubungan

satu dengan yang lainnya. Bak pertama dan bak kedua dihubungkan

dengan pipa paralon berdiameter 5 inchi, terletak pada posisi 38 cm

dari dasar bak.

4.1.2 Tangki Kecil

Tangki kecil berfungsi sebagai penampung langsung limbah yang

bersumber dari bak Clarifier. Dalam tangki kecil proses tunda dan

luruh berlangsung. LRCAR yang masuk ke tangki dibiarkan dalam

waktu tertentu agar limbah tersebut meluruh sehingga aktivitasnya

menjadi lebih kecil.

Jumlah tangki kecil di PTNBR terdiri dari 4 buah tangki kecil dengan

kapasitas masing-masing sebesar 3000 Liter. Tangki diisi secara

berurutan satu persatu hingga setiap tangki tersebut penuh.

34

Page 35: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

Gambar 4.3 Tangki Kecil

4.1.3 Tangki Besar

Tangki besar adalah tangki yang berfungsi menampung limbah yang

dialirkan dari tangki kecil. Jumlah tangki besar terdiri dari 3 buah

dengan kapasitas masing-masing-masing 10.000 Liter. Tangki besar

yang berfungsi menampung LRCAR dari tangki kecil 1 sampai tangki

kecil 4, kemudian dipindahkan ke dalam tangki besar 1 sampai tangki

besar 3 dengan menggunakan pompa listrik.

Gambar 4.4 Tangki Besar

4.1.4 Kolam Percobaan

Kolam percobaan adalah sebuah kolam yang memiliki fungsi sebagai

tempat penampungan limbah sementara yang bersumber dari tangki

besar untuk kemudian dibuang ke lingkungan.

35

Page 36: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

Kolam percobaan tersebut terdiri dari 2 buah kolam yang terdiri dari

kolam A dan kolam B. Kolam A merupakan kolam yang menerima

limbah yang dikirim dari tangki besar melalui saluran khusus. Kolam

A ini memiliki dimensi yakni dengan panjang bak 25 meter, lebar bak

5 meter serta kedalaman bak 0,5 meter. Pada kolam A ini, limbah

dibiarkan meluruh cukup lama dan ditanami dengan gulma, yaitu

eceng gondok sebagai penyerap radionuklida.

Sedangkan kolam B memiliki fungsi yang hampir sama dengan kolam

A, yaitu menampung limbah sementara sebelum dibuang ke

lingkungan. Akan tetapi limbah ini bukan dialirkan dari tangki besar.

Kolam B bersumber dari kolam A yang kapasitasnya hampir penuh

dengan limbah.

Gambar 4.5 Kolam Percobaan A

Gambar 4.6 Kolam Percobaan B

36

Page 37: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

4.1.5 Bak Transit

Bak transit adalah bak yang berfungsi sebagai tempat untuk

mengambil sampel limbah cair ketika limbah akan dibuang ke

lingkungan, yaitu Sungai Cikapundung. Kapasitas bak transit ini

adalah 12,5 m3.

(1) (2)

Gambar 4.7 Tampak Atas Bak Transit

4.2 Petunjuk Teknis Pengelolaan LRCAR

Petunjuk teknis pengelolaan LRCAR adalah prosedur atau tahapan-tahapan

kerja yang mendasari pengolahan LRCAR di PTNBR. Berikut adalah

petunjuk teknik pengelolaan LRCAR di PTNBR (dokumen BATAN bidang

P3TkN,2005) :

1. Alirkan LRCAR yang bersumber dari laboratorium-laboratorium ke

clarifier 1, kemudian secara otomatis limbah tersebut akan mengalir ke

clarifier 2, ke clarifier 3, kemudian tangki kecil oleh pengaruh gravitasi.

2. Biarkan limbah tersebut hingga semua tangki kecil terisi penuh oleh

LRCAR untuk proses tunda dan luruh.

3. Ukur radioaktivitas yang berada dalam TK 1, TK 2, TK 3 dan TK 4;

kemudian tentukan radioaktivitasnya yang paling kecil.

4. Pindahkan limbah yang radioaktivitasnya paling kecil ke tangki besar 1

(TB 1) dengan menggunakan pompa listrik.

37

Page 38: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

5. Biarkan LRCAR dalam tangki besar untuk diproses tunda dan luruh

6. Isi tangki kecil (TK) yang kosong dengan LCAR yang telah melalui

clarifier.

7. Lakukan berulang tahap kegiatan tiga sampai dengan enam, untuk

memindahkan limbah tersebut dari tangki kecil ke tangki besar.

8. Ukur radioaktivitas LRCAR yang berada dalam tangki besar (TB). Jika

aktivitasnya lebih kecil dari 370 Bq/L atau 10-6 ci/m3 (syarat minimum

limbah yang tidak perlu diolah berdasarkan IAEA), limbah tersebut

kemudian dipindahkan ke kolam A dengan menggunakan pompa listrik.

9. Alirkan LRCAR dari kolam A ke kolam B secara otomatis dengan

pengaruh gravitasi, pada saat kolam A terisi penuh.

10. Biarkan LRCAR dalam kolam A dan kolam B untuk tunda dan luruh.

11. Ukur radioaktivitas LRCAR yang berada dalam kolam B, jika nilainya

lebih kecil atau sama dengan 70 Bq/L, limbah tersebut dipindahkan ke bak

transit dengan menggunakan pompa.

4.3 Sampling LCAR

Sampling LRCAR adalah pengambilan limbah radioaktif cair yang

beraktivitas rendah yang berasal dari setiap unit pengolahan LRCAR yang

berada di lingkungan PTNBR, yang kemudian sampelnya dikumpulkan dan

dibawa ke laboratorium khusus (ruang pencacahan) untuk dianalisa lebih

lanjut. Sampel yang diambil diharapkan representatif.

38

Page 39: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

Gambar 4.8 Gedung Pengelolaan LRCAR

4.3.1 Langkah Kerja Sampling

1. Petugas yang ditugaskan melakukan sampling LRCAR diharuskan

memakai perlengkapan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) seperti

jas lab, tutup kepala, sarung tangan, serta TLD badge.

2. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk pengambilan sampel

disetiap unit pengolahan LRCAR, seperti baki, toples, plastik, tongkat

penjepit, sarung tangan, serta label.

3. Melakukan sampling dari setiap unit pengolahan dengan cara toples

plastik dijepit pada tongkat penjepit kemudian dimasukkan kedalam

unit pengolahan. Toples tersebut memiliki volume sebesar 1 L.

Sampel tersebut diambil secara berurutan mulai dari bak clarifier,

tangki kecil 1 sampai dengan tangki kecil 4, tangki besar 1 sampai

dengan tangki besar 3, kolam A dan kolam B, serta terakhir bak

transit.

4. Memberikan label pada setiap toples yang berisi sampel LRCAR agar

sumber sampel tidak tertukar.

5. Melakukan pencacahan untuk setiap sampel dengan menggunakan alat

Multi Chanel Analizer (MCA).

39

Page 40: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

Gambar 4.9 Hasil sampling

4.4 Multi Channel Analyzer (MCA)

MCA adalah serangkaian alat yang berfungsi untuk mengetahui jenis dan

aktivitas radionuklida yang terkandung dalam suatu sampel. Serangkaian alat

MCA terdiri dari detektor, spektrometer gamma, dan komputer (software

PCA II). Detektor ini dilapisi perisai (shielding) dengan Pb (timbal). Tujuan

digunakannya perisai adalah agar radionuklida yang terdapat dalam sampel

yang akan diukur tidak akan memaparkan radiasi ke lingkungan di sekitarnya

dan juga agar sampel tidak mendapatkan pengaruh radiasi dari luar ketika

pengukuran dilakukan, sehingga radionuklida yang terukur hanya berasal dari

sampel. Istilah pengukuran oleh alat MCA ini dinamakan pencacahan.

Cara menggunakan MCA adalah sebagai berikut: (Nucleus Personal

Computer Analyzer Operating Instruction, Oak Ridge, 1988)

A. Kalibrasi MCA

1. Siapkan 3 sumber standar yaitu Am-241 (59,6 keV), Cs-137 (661,6 keV),

dan Co-60 (1173,4 keV dan 1332,4 keV)

2. Hidupkan spektrometer gamma dan komputer (software PCA II)

3. Tempatkan sumber standar pada detektor

4. Tutup dan kunci kembali detektor

40

Page 41: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

5. Tekan F3 : untuk mengatur waktu (lama) pencacahan, masukkan 300

detik

6. Tekan F1 : untuk memulai pencacahan

7. Tekan “S” kemudian pilih “Expanded Display” lalu ENTER

8. Pilih “512” lalu tekan ENTER

9. Tekan “C” lalu pilih “calibrated” untuk memulai kalibrasi

10. Isilah kotak isian yang muncul dengan mengetik “keV”

11. Ketik pada kotak isian “59,6” untuk puncak pertama, “661,6” untuk

puncak kedua, dan “1173,4” untuk puncak ketiga, dan “1332,4” untuk

puncak keempat

12. Ketik ENTER

13. Tekan “CTLR+F2” untuk menghapus tampilan spektrum pada layar

14. Ambil kembali sumber standar dari detektor

15. Tutup dan kunci kembali detektor

B. Pencacahan Sampel

1. Tempatkan sampel pada detektor

2. Tutup rapat dan kunci detektor

3. Tekan F5 : untuk menuliskan identitas nama sampel

4. Tekan F3 : untuk mengatur lama waktu pencacahan. Untuk limbah

radioaktif cair = 10.000 detik; untuk limbah radioaktif padat = 300 detik

5. Tekan F1 : untuk memulai pencacahan

6. Setelah pencacahan selesai, simpan file hasil cacahan dengan tekan F

kemudian SAVE, lalu ketik nama file dan ENTER

7. Print hasil cacahan dengan tekan F kemudian Graphic kemudian Standard

Size dan ENTER

8. Keluarkan sampel dari deteltor kemudian tutup dan kunci kembali

detektor

9. Tekan “CTLR+F2” untuk mengembalikan layar ke posisi awal dan siap

melakukan pencacahan berikutnya

41

Page 42: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

Gambar 4.10 Seperangkat MCA (Multi Channel Analyzer)

Gambar 4.11 Perisai Radiasi

42

Page 43: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan pengelolaan Limbah Radioaktif Cair Aktivitas Rendah (LRCAR) di

lingkungan PTNBR-BATAN adalah melakukan pengelolaan limbah secara terpadu

sesuai peraturan yang telah ditetapkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir

(BAPETEN) yang terdapat pada peraturan Nomor : 03/Ka-BAPETEN/V-99 tentang “Ketentuan Keselamatan Untuk Pengelolaan Limbah Radioaktif” agar

melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja yang menggunakan zat radioaktif,

anggota masyarakat, dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi dan atau kontaminasi.

Pengolahan yang dilakukan di PTNBR-BATAN merupakan pengolahan limbah delay

and decay. Pengolahan dengan delay and decay adalah pengolahan limbah yang

prinsipnya menyimpan limbah dalam waktu tertentu dengan tujuan zat radioaktif

yang terkandung dapat meluruh sehingga aktivitasnya menjadi rendah.

5.1 Pemantauan LRCAR

Pengelolaan LRCAR di PTNBR-BATAN meliputi kegiatan pengolahan

LRCAR, serta pemantauan terhadap LRCAR yang tertampung di setiap unit

penampungan limbah dengan periode satu kali perbulan. Hasil pemantauan

meliputi aktivitas dan jenis radionuklida yang terdapat di unit penampungan

LRCAR. Hasil pemantauan yang dilakukan pada LRCAR untuk mengetahui

jenis dan aktivitasnya pada bulan Mei dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Data Aktivitas LRCAR Waktu Paruh Pendek di PTNBR–BATAN Bandung, Mei 2013

No. Sumber Sampel Jenis Radionuklida

Aktivitas (Bq/L)

1. Tangki Kecil 1 Te-131 0,3974782. Tangki Kecil 2 Co-60 0,0364543. Tangki Kecil 3 Co-60 0,026114. Tangki Kecil 4 Co-60 0,0277335. Tangki Besar 1 TIDAK ADA 0

Sumber: Hasil perhitungan, Juni 2013

43

Page 44: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

Tabel 5.1. Data Aktivitas LRCAR Waktu Paruh Pendek di PTNBR–BATAN Bandung, Mei 2013 (lanjutan)

No. Sumber Sampel Jenis Radionuklida

Aktivitas (Bq/L)

6. Tangki Besar 2 Co-60 0,0116727. Tangki Besar 3 Te-131 0,0962168. Kolam A air Barat TIDAK ADA 09. Kolam A air Tengah TIDAK ADA 010. Kolam A air Timur TIDAK ADA 011. Kolam B air Barat TIDAK ADA 011. Kolam B air Tengah TIDAK ADA 012. Kolam B air Timur TIDAK ADA 013. Bak Transit Te-131 0,974274

14. Lepasan ke Sungai Cikapundung - -

Sumber: Hasil perhitungan, Juni 2013

Tabel 5.1. menggambarkan jenis dan aktivitas radioaktif yang terdapat pada

limbah yang ditampung dalam setiap unit penampungan yang dikelola oleh

PTNBR-BATAN. LRCAR yang tertampung terdapat unit semua

penampungan, yaitu 3 (tiga) buah tangki kecil, 4 (empat) buah tangki besar, 2

(dua) buah kolam percobaan, serta 1 (satu) buah bak transit.

LRCAR yang terdapat pada tangki kecil merupakan limbah yang dialirkan

dari sumber pada bulan Mei. LRCAR pada tangki kecil memiliki aktivitas dan

jenis radionuklida yang berbeda. Jenis radionuklida pada tangki kecil 1 adalah

Te-131 dengan aktivitas 0,397478 Bq/L. Sedangkan jenis radionuklida pada

tangki kecil 2, 3 dan 4 adalah Co-60 dengan aktivitas kurang dari 0,1 Bq/L.

Jenis dan aktivitas radionuklida yang berbeda disebabkan oleh jenis dan

konsentrasi radionuklida yang digunakan oleh Laboran di PTNBR. Sehingga,

jenis dan aktivitas radionuklida yang akan masuk ke tangki-tangki kecil akan

fluktuatif.

LRCAR pada tangki besar merupakan hasil pemindahan dari tangki-tangki

kecil pada bulan sebelum Mei (Maret dan atau April), yang memiliki aktivitas

paling kecil dari ke empat buah tangki kecil dan atau LRCAR tersebut

44

Page 45: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

memiliki aktivitas hampir sama dengan LRCAR yang sudah terdapat pada

pada tangki besar. Pada tangki besar 1, tidak terdapat radionuklida yang

terkandung. Hal ini dikarenakan aktivitas radionuklida yang terdapat pada

tangki besar 1 sangat kecil, sehingga alat detektor yang digunakan (MCA),

tidak bisa mendeteksi jenis radionuklida yang terdapat pada tangki besar

tersebut. Sedangkan pada tangki besar 2 terdapat radionuklida Co-60 dengan

aktivitas 0,011672 Bq/L dan pada tangki besar 3 terdapat Te-131 dengan

aktivitas 0,096216 Bq/L. LRCAR yang masuk ke tangki-tangki besar,

memiliki sumber dari tangki-tangki kecil yang berbeda, sehingga

menyebabkan jenis dan radionuklida yang berbeda pula.

LRCAR yang terdapat pada kolam percobaan A merupakan LRCAR yang

dipindahkan dari tangki-tangki besar yang memiliki aktivitas lebih kecil dari

370 Bq/L atau 10-6 ci/m3 yang merupakan syarat minimum limbah yang tidak

perlu diolah berdasarkan IAEA (International Atomic Energy Agency).

LRCAR yang terdapat pada kolam A, merupakan limbah yang berasal dari

tangki-tangki besar, sebelum limbah yang terdapat di tangki-tangki kecil

dipindahkan ke tangki besar (limbah dari tangki besar pada bulan Januari,

Februari dan atau Maret). Sedangkan, LCAR yang terdapat pada kolam

percobaan B merupakan LRCAR yang dipindahkan dari kolam percobaan A.

Pada kolam percobaan A dan B tidak terdapat radionuklida yang terkandung,

artinya aktivitas LRCAR yang terdapat pada kedua kolam tersebut sangat

kecil.

Sedangkan LRCAR yang terdapat di bak transit, merupakan limbah yang

berasal dari kolam percobaan B, sebelum limbah dilepas ke lingkungan

(Sungai Cikapundung). LRCAR yang terdapat di bak transit merupakan

limbah dari kolam percobaan B, sebelum limbah dari percobaan A

dipindahkan ke kolam percobaan B. Jenis radionuklida yang terdapat di bak

transit adalah Te-131 dengan aktivitas 0,974274 Bq/L.

45

Page 46: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

5.2 Pemantauan Lumpur

Selain dilakukan pemantauan terhadap aktivitas dan jenis radionuklida pada

LRCAR, pemantauan juga dilakukan terhadap sampel lumpur dan sampel

eceng gondok yang terdapat di kolam percobaan A dan B. Hasil pemantauan

yang dilakukan pada lumpur di kolam percobaan A dan B pada bulan Mei

dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Data Aktivitas Radionuklida Pada Lumpur di PTNBR–BATAN Bandung, Mei 2013

No. Sumber Sampel Jenis Radionuklida Aktivitas (Bq/L)

1 Kolam A lumpur Barat Co-60 0,7065182 Kolam A lumpur Tengah Co-60 0,7736063 Kolam A lumpur Timur Co-60 0,7263104 Kolam B lumpur Barat Co-60 0,1983195 Kolam B lumpur Tengah Co-60 0,1969216 Kolam B lumpur Timur Co-60 0,180217

Sumber: Hasil perhitungan, Juni 2013

Tabel 5.2. menunjukkan bahwa sampel lumpur yang berasal dari bak

percobaan (kolam A dan kolam B). Titik sampling untuk sampel lumpur pada

kolam A dan B, masing-masing terdiri dari titik barat, tengah dan timur. Jenis

radionuklida pada masing-masing titik di kolam A adalah Co-60 dengan

aktivitas yang yang tidak jauh berbeda, yaitu dalam range 0,7-0,8 Bq/L.

Sedangkan, jenis radionuklida yang terdapat di masing-masing titik di kolam

B sama dengan jenis radionuklida yang terdapat pada sampel lumpur di kolam

A, yaitu Co-60. Aktivitas radionuklida pada lumpur yang terdapat di kolam B

berada dalam range 0,1-0,2 Bq/L. Aktivitas radionuklida pada lumpur di

kolam B, lebih kecil jika dibandingkan dengan aktivitas radionuklida yang

terdapat pada lumpur di kolam A. Hal ini dikarenakan, aktivitas LRCAR yang

terdapat di kolam A lebih besar dibandingkan dengan aktivitas LRCAR yang

terdapat di kolam B. Sehingga, semakin besar aktivitas LRCAR semakin

besar pula aktivitas yang terdapat pada lumpur.

Selain itu, sampel lumpur memiliki aktivitas yang lebih besar dibandingkan

sampel air (LRCAR) yang berasal dari tangki kecil maupun tangki besar. Hal

46

Page 47: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

ini dikarenakan aktivitas radionuklida yang terkandung dalam kolam A dan

Kolam B terakumulasi dilumpur, karena limbah secara terus menerus masuk

dari tangki besar ke kolam A, kemudian radionuklida yang terkandung dalam

LRCAR pada kolam-kolam mengendap ke lumpur. Meskipun demikian,

aktivitas radionuklida yang terdapat pada lumpur masih tergolong sangat

rendah.

5.3 Pemantauan Eceng Gondok

Hasil pemantauan yang dilakukan pada sampel eceng gondok yang terdapat di

kolam percobaan A dan B, sampel eceng gondok yang diukur jenis dan

aktivitas radionuklidanya adalah akar. Eceng gondok merupakan media

dekontaminasi air dari unsur-unsur radioaktif secara fitoremediasi, yang

merupakan teknik dengan menggunakan tumbuhan yang mempunyai

kemampuan lebih untuk menyerap unsur-unsur tersebut.

Di kolam percobaan A, terdapat 3 titik sampel akar eceng gondok yaitu titik

barat, tengah, dan timur. Sedangkan di kolam percobaan B, hanya terdapat

satu sampel yang dianggap merepresentasikan akar di kolam B. Hal ini

dikarenakan, jumlah eceng gondok yang terdapat di kolam A sangat sedikit,

sehingga tidak memungkinkan jika dilakukan pemantauan di beberapa titik di

kolam B. Hasil pemantauan yang dilakukan pada akar di kolam percobaan A

dan B pada bulan Mei dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Data Aktivitas Radionuklida Pada Akar di PTNBR–BATAN Bandung, Mei 2013

No. Sumber Sampel Jenis Radionuklida

Aktivitas (Bq/L)

1 Kolam A akar Barat Co-60 1,7011452 Kolam A akar Tengah Co-60 1,8858213 Kolam A akar Timur Co-60 1,6899224 Kolam B akar Barat Co-60 0,032194

Sumber: Hasil perhitungan, Juni 2013

47

Page 48: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

Tabel 5.3. menunjukkan jenis radionuklida pada sampel akar yang terdapat

pada kolam A dan B adalah Co-60. Sedangkan aktivitas radionuklida pada

sampel akar di kolam A dalam range 1,6-1,9 Bq/L dan sampel akar di kolam

B kurang dari 1 Bq/L. Aktivitas radionuklida pada sampel akar di kolam A

lebih besar dibandingkan dengan sampel di kolam B. Hubungan aktivitas

radionuklida pada sampel lumpur dan sampel akar eceng gondok dapat dilihat

pada Gambar 5.1.

Barat Tengah Timur

0.706517999999999

0.773606000000001 0.72631

0.198319 0.196921 0.180217

1.7011451.885821

1.689922

0.032194

Hubungan Aktivitas Radionuklida Sampel Lumpur dan Akar

Lumpur A Lumpur B Akar A Akar B

Gambar 5.1. Hubungan Aktivitas Radionuklida Sampel Lumpur

dan Akar Eceng Gondok

Gambar 5.1. menggambarkan bahwa tingginya aktivitas radionuklida pada

akar yang terdapat pada sampel A berbanding lurus dengan tingginya aktivitas

lumpur di kolam A. Hal ini disimpulkan secara umum, bahwa semakin tinggi

aktivitas radionuklida pada lumpur, semakin tinggi pula aktivitas radionuklida

yang terkandung pada sampel akar. Artinya, semakin tinggi aktivitas

radionuklida pada lumpur, semakin tinggi juga potensi terserapnya

radionuklida ke media eceng gondok. Hal ini dikarenakan, eceng gondok

merupakan tumbuhan akuatik yang secara teoritis dapat menyerap air dan

48

Page 49: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

unsur yang terdapat didalamnya, sehingga dapat digunakan sebagai

bioindikator penyebaran radionuklida dan depolutan pada limbah radioaktif.

5.4 Perbandingan Radionuklida dengan Baku Mutu

Pada dasarnya, jenis dan aktivitas LRCAR dari setiap unit pengolahan, pada

setiap sampel menunjukkan bahwa sampel tersebut memiliki aktivitas yang

sangat rendah. Sampel LRCAR yang berasal dari tangki kecil, tangki besar,

kolam atau bak percobaan, dan bak transit (bak kontrol), serta sampel lumpur

dan sampel akar eceng gondok yang berasal dari kolam A dan B. Semua

sampel yang dilakukan pemantauan, memiliki aktivitas kurang dari 1 Bq/L.

Aktivitas LRCAR tersebut sangat rendah, jika dibandingkan dengan standar

yang dikeluarkan oleh IAEA. Berdasarkan standar IAEA, klasifikasi limbah

radioaktif cair golongan 1, yaitu limbah radioaktif cair dengan aktivitas

radionuklida ≤ 370 Bq/L. limbah yang terkategori golongan 1, tidak perlu

diolah dan dapat langsung dibuang ke lingkungan. Meskipun demikian,

pengelolaan LRCAR tetap dilakukan di PTNBR, karena memperhatikan aspek

keselamatan dan kesehatan pekerja yang menggunakan zat radioaktif, anggota

masyarakat, serta lingkungan hidup dari bahaya radiasi dan atau kontaminasi.

Selain itu, jika dilakukan perbandingan hasil pemantauan LRCAR dengan

baku mutu yang berlaku, yakni SK Ka. BAPETEN No. 02/Ka-BAPETEN/V-

99 tentang ”Baku Tingkat Aktivitas Radionuklida Di Lingkungan”.

Perbandingan ini ditujukan untuk mengetahui LRCAR yang diolah di

PTNBR-BATAN dapat dibuang langsung ke lingkungan atau tidak.

Perbandingan hasil analisa dengan baku mutu yang berlaku dapat dilihat pada

Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Perbandingan LRCAR dengan Baku MutuNo. Sumber Sampel Jenis Aktivitas Baku Hasil

49

Page 50: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

Radionuklida (Bq/L) Mutu (Bq/L)

perbandingan

1. Tangki Kecil 1 Te-131 0,397478 2 x 103 √2. Tangki Kecil 2 Co-60 0,036454 2 x 103 √3. Tangki Kecil 3 Co-60 0,02611 2 x 103 √4. Tangki Kecil 4 Co-60 0,027733 2 x 103 √5. Tangki Besar 1 TIDAK ADA 0 - √6. Tangki Besar 2 Co-60 0,011672 2 x 103 √7. Tangki Besar 3 Te-131 0,096216 2 x 103 √8. Kolam A air Barat TIDAK ADA 0 - √

9. Kolam A air Tengah TIDAK ADA 0 - √

10. Kolam A air Timur TIDAK ADA 0 - √11. Kolam B air Barat TIDAK ADA 0 - √

12. Kolam B air Tengah TIDAK ADA 0 - √

13. Kolam B air Timur TIDAK ADA 0 - √14. Bak Transit Te-131 0,974274 2 x 103 √

15. Lepasan ke Sungai Cikapundung - 0 - √

keterangan: √ = memenuhi baku mutu X = tidak memenuhi baku mutu

Tabel 5.4. menunjukkan hasil perbandingan sampel LRCAR terhadap baku

mutu BAPETEN, dimana LRCAR yang dikelola di lingkungan PTNBR-

BATAN memiliki aktivitas radionuklida yang berada dalam batas aman yang

diizinkan oleh BAPETEN.

50

Page 51: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Limbah Cair Radioaktif Aktivitas Rendah (LRCAR) yang bersumber dari

kegiatan-kegiatan di laboratorium di PTNBR-BATAN memiliki aktivitas

yang sangat rendah, yaitu < 1 Bq/L.

2. Berdasarkan klasifikasi limbah radioaktif cair dengan aktivitas yang

dikandungnya, menurut standar IAEA (International Atomic Energy Agency),

LRCAR yang dikelola setelah melewati bak clarifier di PTNBR pada bulam

Mei adalah limbah radioaktif cair golongan I. Limbah yang terklasifikasi

golongan I, tidak perlu diolah dan dapat dibuang ke lingkungan.

3. LRCAR yang dikelola di PTNBR memiliki aktivitas radionuklida yang masih

berada dalam batas aman yang diizinkan oleh BAPETEN.

4. Aktivitas radionuklida yang terdapat pada lumpur di kolam A berada dalam

range 0,7-0,8 Bq/L. Sedangkan aktivitas radionuklida yang terdapat di kolam

B berada dalam range 0,1-0,2 Bq/L. Aktivitas radionuklida di kolam A lebih

besar dibandingkan dengan yang terdapat di kolam B.

5. Aktivitas radionuklida yang terdapat pada akar eceng gondok yang terdapat di

kolam A lebih besar dibandingkan dengan aktivitas radionuklida yang

terdapat di kolam B. Aktivitas radionuklida pada akar eceng gondok berada

dalam range 1,6-1,9 Bq/L. Sedangkan pada kolam B, aktivitas

radionuklidanya < 1 Bq/L.

6. Aktivitas radionuklida pada akar eceng gondok secara umum berbanding lurus

dengan aktivitas lumpur yang terdapat dalam kolam A dan B. Semakin tinggi

aktivitas radionuklida pada lumpur, semakin tinggi aktivitas radionuklida

yang terdapat pada eceng gondok.

7. Pengelolaan LRCAR di PTNBR - BATAN telah dilakukan secara baik dan

benar, sesuai dengan ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi, sehingga

51

Page 52: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

dapat memberikan rasa aman bagi para petugas, masyarakat, dan lingkungan

hidup.

6.2 Saran

1. Sebelum masuk unit pengolahan, debit LRCAR yang akan masuk ke unit-unit

pengolahan seharusnya dilakukan pengukuran terlebih dahulu. Dengan

melakukan pengukuran debit, akan diketahui volume yang dibutuhkan untuk

menampung LRCAR yang akan diolah, sehingga pegolahan limbah dapat

lebih optimal.

2. Database yang menginformasikan tentang sumber limbah dari unit-unit

pengolahan sangat diperlukan, sehingga dapat diketahui terjadi atau tidaknya

peluruhan pada aktivitas radionuklida yang berlangsung di unit-unit

pengolahan. Dengan mengetahui terjadinya peluruhan atau tidak, dapat

diketahui efisiensi dari unit-unit pengolahan tersebut.

3. Perlu dilakukan pemisahan dari sumber terhadap limbah radioaktif cair yang

memiliki waktu paruh rendah dan waktu paruh sedang, meskipun aktivitasnya

tergolong sangat rendah. Dengan melakukan pemisahan, pengolahan terhadap

LRCAR dapat dimaksimalkan.

4. Pengukuran jenis dan aktivitas radionuklida pada eceng gondok seharusnya

tidak hanya pada bagian akar saja. Perlu dilakukan pengukuran terhadap

bagian batang dan daun pada eceng gondok, sehingga dapat diketahui, pada

bagian mana eceng gondok akan terakumulasi secara maksimal.

5. Mengingat aktivitas radionuklida pada akar eceng gondok di kolam percobaan

A paling tinggi dibandingkan dengan seluruh sampel yang diukur, perlu

dilakukan penelitian pengaruh eceng gondok terhadap aktivitas radionuklida

pada air dan lumpur di PTNBR. Sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan

eceng gondok sebagai media dalam proses fitoremediasi limbah radioaktif

cair.

52

Page 53: Laporan Kerja Praktek Di PTNBR (Riska Pratiwi)

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 2002 tentang Pengelolaan

Limbah Radioaktif, BAPETEN, 2002.

Surat Keterangan Kepala BAPETEN No. 03 Tahun 1999 tentang Ketentuan

Keselamatan Untuk pengelolaan Limbah Radioaktif, BAPETEN, 1999.

Surat Keterangan Kepala BAPETEN No. 02 Tahun 1999 tentang Baku Tingkat

Aktivitas radionuklida di Lingkungan, BAPETEN, 1999.

Rukmini, Eem dan Widanda, 2002. Prosedur Kerja Pengolahan Limbah Radioaktif.

Bandung.

Noerpitasari, Erlina. 2002. Pengolahan Limbah Radioaktif Cair Aktivitas Rendah

Waktu Paruh Pendek di PTNBR-BATAN. Bandung.

IAEA, “Guide the Safe Handling of Radioactive Waste at Nuclear Power Plant”,

Technical Report Series No. 198, IAEA, Vienna,1980.

Rasito, S.Si. 2012. Panduan Praktikum Kalibrasi Energi Spektrofometer Gamma:

Tidak diterbitkan.

Rasito, S.Si. 2012. Panduan Praktikum Pengukuran Radioaktivitas Sampel: Tidak

diterbitkan.

53