postterrm riska

29
Kehamilan Postterm BAB I ILUSTRASI KASUS IDENTITAS PASIEN Anamnesis dilakukan pada tanggal 5 September 2012 pada pukul 14.15 WIB. Di ruang IGD Kebidanan RSUP Persahabatan Jakarta. Nama : Ny. A Usia : 40 tahun Alamat : Kp.Padaengan, Kec. Cakung, Jakarta Timur Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status : Menikah Agama : Islam Suku : Jawa No. RM : 202.11.69 Masuk RSP : 05/09/2012 Keluhan Utama Pasien belum merasa mules – mules (belum ada tanda-tanda persalinan), pasien rujukan dari PKM cakung a/i G 4 P 3 A o hamil 42 minggu Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengaku hamil 9 bulan. HPHT 13 november 2011. Usia kehamilan 42 minggu. TP : 20 agustus 2012. ANC di PKM cakung, teratur dan tidak pernah melakukan USG (-). Selama hamil pasien tidak ada keluhan, mules mules (-), keluar air-air (-), 1

Upload: vannyanoy

Post on 01-Dec-2015

59 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: postterrm riska

Kehamilan Postterm

BAB I

ILUSTRASI KASUS

 IDENTITAS PASIEN

Anamnesis dilakukan pada tanggal 5 September 2012 pada pukul 14.15 WIB. Di ruang IGD

Kebidanan RSUP Persahabatan Jakarta.

Nama : Ny. A

Usia : 40 tahun

Alamat : Kp.Padaengan, Kec. Cakung, Jakarta Timur

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Status : Menikah

Agama : Islam

Suku : Jawa

No. RM : 202.11.69

Masuk RSP : 05/09/2012

Keluhan Utama

Pasien belum merasa mules – mules (belum ada tanda-tanda persalinan), pasien rujukan dari

PKM cakung a/i G4P3Ao hamil 42 minggu

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengaku hamil 9 bulan. HPHT 13 november 2011. Usia kehamilan 42 minggu. TP :

20 agustus 2012. ANC di PKM cakung, teratur dan tidak pernah melakukan USG (-). Selama

hamil pasien tidak ada keluhan, mules mules (-), keluar air-air (-), lendir darah (-), demam (-),

tekanan darah tinggi selama hamil (-), gerak janin aktif (+)

Riwayat Penyakit Dahulu

Diabetes melitus, penyakit jantung, hipertensi, asma, dan alergi obat disangkal

Riwayat Penyakit keluarga

Diabetes melitus, penyakit jantung, hipertensi, asma, dan alergi obat disangkal

Riwayat Menstruasi

Menarche pada saat usia 13 tahun, haid teratur tiap bulan, siklus 28 hari, lama haid 7 hari,

ganti pembalut 3x sehari, nyeri haid (-)

1

Page 2: postterrm riska

Kehamilan Postterm

Riwayat Pernikahan

Merupakan pernikahan pertama baik pasien dan suaminya, menikah saat usia 19 tahun

sedangkan suami usia 24 tahun.

Riwayat Obstetrik

G4P2A0 : 1. anak 19 tahun, perempuan, BL 3700 gr, sehat, lahir di bidan.

2. anak 16 tahun, perempuan, BL 3500 gr, sehat, lahir di bidan.

3. anak 12 tahun, laki-laki, BL 3800 gr, sehat, lahir di bidan.

4. hamil ini

Riwayat KB

KB suntik 3 bulan, tidak teratur.

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

KU/KES : baik/Compos mentis

TD : 130/80 mmHg

Nadi : 86 x/ menit

RR : 20 x/ menit

Suhu : 36,50 C

Status General

Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik

Paru : Vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-

Jantung : BJ I-II normal, Murmur (-), Gallop (-)

Adomen : Membesar sesuai usia kehamilan

Ekstremitas : Akral hangat (+), Edema (-)

Status Obstetrikus

Pemeriksaan Leopold :

Leopold I : Didapatkan bagian fundus teraba bagian yang lunak. Yang kemungkinan

adalah bokong

Leopold II : Didapatkan bagian yang luas dan datar di sebelah kiri yang berarti

punggung bayi berada di sebelah kiri

Leopold III : Dirasakan bagian yang keras disebelah bawah. Yang menandakan bayi

terletak pada presentasi kepala.

2

Page 3: postterrm riska

Kehamilan Postterm

Leopold IV : Didapatkan bahwa kepala sudah masuk ke pintu atas panggul 4/5

Status Obstetri

TFU 41 cm, presentasi kepala , punggung kiri, his (-), DJJ : 142 x dpm.

I : V/U tenang, perdarahan (-)

Io : portio livid, ostium tertutup, Fl (-), Flx (-) valsava test (-)

VT : portio kenyal, posterior, t= 2 cm, O= 1 cm , kepala Hodge I

USG : JPKTH; BPD 97.1 / HC 32.36 / AC 37.91 /FL 74.4/ TBJ 4206 gr/ ICA 11.56;

plasenta di fundus

Diagnosis : G4P3A0 Hamil 42 minggu, JPKTH, belum inpartu (PS 2), Makrosomia

Penatalaksanaan

Rdx/ : - Observasi tanda-tanda vital, kontraksi, DJJ /jam

- Cek darah perifer lengkap, urin lengkap, gula darah sewaktu, BT/CT

- Observasi tanda-tanda inpartu

Rth/: - Rencana terminasi kehamilan praabdominam (SC CITO)

- Pro Steril

- Antisipasi HPP

05/09/2012 pukul 16.50

- Pasien masuk ruang operasi, terpasang infus RL + DC

- TD : 129/72 ; Nadi : 89

05/09/2012 pukul 17.00

- Dilakukan anestesi spinal

05/09/2012 pukul 17.10

- Operasi di mulai

- TD : 132/70 ; nadi : 86

05/09/2012 pukul 17.20

- Bayi lahir : perempuan, BL 4000 gr, PB : 51 cm, A/S 8/9, anus (+)

- Air ketuban janin cukup

05/09/2012 pukul 17.30

- Injeksi Ceftriaxon 2 gr

-

3

Page 4: postterrm riska

Kehamilan Postterm

05/09/2012 pukul 17.50

- Operasi selesai

- TD : 131/82 ; nadi : 92

- Perdarahan ± 300 cc; urine 150 cc

05/09/2012 pukul 18.00

- Pasien pindah ke recovey room pindah ke ruangan

Instruksi post operasi

- Observasi tanda-tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan (15 menit pada 1 jam

pertama dan 30 menit pada 1 jam berikutnya)

- Cek darah perifer lengkap post operasi

- Mobilisasi aktif

- Diet tinggi karbohidrat tinggi protein

- Higene V/P

- Motivasi ASI

- Ganti verban hari ke 3

- Medikamentosa : - ceftriaxone 1x 2 gr I.V

- profenid supp 3x1

- oksitosin 20 IU/ 500 cc RL/ 8 jam

- transamin 3x 500 ug I.V

- Rawat ruangan

06/09/2012 pukul 06.30

S : nyeri bekas luka operasi (+), mika-miki (-)

0 : KU/KES : baik/Compos mentis

TD : 110/70 ; N : 84x/ menit ; RR : 20x/menit ; S : afebris

Status generalis : mata : KA -/-; SI -/-

Paru : vesikuler +/+; rh -/-; wh -/-

Jantung : BJ I/II normal; murmur (-); gallop (-)

Ekstremitas : akral hangat

Status Obstetri : TFU : 2 jari bawah pusat; kontraksi baik

I v/u tenang; perdarahan (-)

Luka operasi tertutup kassa, kering

A : NH1 P4 post SC + TP a.i makrosomia

4

Page 5: postterrm riska

Kehamilan Postterm

P : rdx/ : - observasi tanda tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan

- DPL post operasi

Rth/: - mobilisasi aktif

- Diet tinggi karbohidrat tinggi protein

- Higiene V/P

- Motivasi ASI

- Ganti verban hari ke 3

- Medikamentosa : - coamoxyclav 3x 625 mg

-asam mefenamat 3x 500 mg

- nonemi 1x1 tab

5

Page 6: postterrm riska

Kehamilan Postterm

BAB II

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama

haid terakhir. Kehamilan aterm adalah usia kehamilan antara 38-42 minggu dan ini

merupakan periode terjadinya persalinan normal. Namun, sekitar 3,4 ± 14% atau rata-rata

10% kehamilan berlangsung sampai 42 minggu atau lebih disebut kehamilan postterm. Di

samping itu sebanyak 10 % para ibu lupa akan tanggal haid terakhir di samping sukar

menentukan secara tepat saat ovulasi. Perhitungan usia kehamilan umumnya memakai rumus

Naegele, tetapi selain faktor di atas masih ada faktor siklus haid dan kesalahan perhitungan.

Sebaliknya Boyce mengatakan dapat terjadi kehamilan postterm yang tidak di ketahui akibat

masa proliferasi yang pendek.

Kehamilan postterm mempunyai pengaruh terhadap perkembangan janin sampai

kematian janin. Ada janin yang dalam masa kehamilan 42 minggu atau lebih berat badannya

meningkat terus, ada yang tidak bertambah, ada yang lahir dengan berat badan kurang dari

semestinya, atau meninggal dalam kandungan karena kekurangan zat makanan dan oksigen.

Kehamilan postterm mempunyai hubungan erat dengan mortalitas, morbiditas perinatal

ataupun makrosomia. Sementara itu, resiko bagi ibu dengan kehamilan postterm dapat berupa

perdarahan pasca persalinan ataupun tindakan obstetrik yang meningkat. Berbeda dengan

angka kematian ibu yang cenderung menurun, kematian perinatal tampaknya masih

menunjukkan angka yang cukup tinggi, sehingga pemahaman dan penatalaksanaan yang tepat

terhadap kehamilan postterm akan memberikan sumbangan besar dalam upaya menurunkan

angka kematian, terutama kematian perinatal. Resiko kematian perinatal pada kehamilan

postterm dapat menjadi 3 kali di bandingkan kehamilan aterm. Di samping itu ada pula

komplikasi yang lebih sering menyertainya seperti : letak defleksi, posisi oksiput posterior,

distosia bahu dan perdarahan postpartum.1

BAB II

6

Page 7: postterrm riska

Kehamilan Postterm

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pengertian Kehamilan Postterm

Kehamilan postterm disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat waktu,

kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy, extented pregnancy, postdate / post datisme

atau pasca maturitas adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu lengkap (294

hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan

siklus haid rata-rata 28 hari, pemeriksaan USG pada kehamilan 16 atau 18 minggu atau

keduanya lebih tepat dalam menentukan usia kehamilan. Kehamilan postterm/serotinus lebih

sering terjadi pada primigravida muda dan primigravida tua atau  multiparitas. Sebagian

kehamilan serotinus akan menghasilkan keadaan neonatus dengan dismaturitas. Kematian

perinatalnya 2-3 kali lebih besar dari bayi yang cukup bulan.2

II.2. Insiden

Angka kejadian kehamilan postterm berkisar 4 sampai 14% dengan rata-rata sekitar 10

%. Terdapat kecenderungan beberapa ibu untuk mengalami kelahiran postterm berulang yang

mengesankan bahwa beberapa kehamilan postterm di tetapkan secara biologis. Dalam sebuah

analisis 27.677 kelahiran pada wanita Norwegia, insiden kelahiran postterm berturutan

meningkat dari 10 % menjadi 27% kalau kelahiran pertama adalah postterm dan menjadi

39% kalau sudah terjadi pelahiran postterm berturutan sebelumnya. Selain itu kehamilan

postterm juga dilaporkan berulang lintas generasi pada wanita, dimana bila ibu sudah

mengalami kehamilan postterm ketika melahirkan anak perempuannya, resiko untuk

kehamilan postterm pada anak perempuannya tersebut meningkat dua sampai tiga kali lipat.3

II.3. Etiologi

Penyebab pasti kehamilan postterm sampai saat ini belum kita ketahui. Diduga

penyebabnya adalah siklus haid yang tidak diketahui pasti, kelainan pada janin (anensefal,

kelenjar adrenal janin yang fungsinya kurang baik, kelainan pertumbuhan tulang

janin/osteogenesis imperfecta; atau kekurangan enzim sulfatase plasenta). Kelainan janin

tersebut antara lain anensephalus, hipoplasia, kelenjar supra renal janin, dan janin tidak

memiliki kelenjar hipofisa, kelainan pada plasenta yang berupa tali pusar  pendek dan

kelainan letak kehamilan.

Beberapa faktor penyebab kehamilan postterm adalah sebagai berikut:

7

Page 8: postterrm riska

Kehamilan Postterm

Kesalahan dalam penanggalan, merupakan penyebab yang paling sering.

Primigravida muda, primigravida tua atau  pada multiparitas

Riwayat kehamilan postterm

Defisiensi sulfatase plasenta atau anensefalus, merupakan penyebab yang jarang

terjadi.

Faktor genetik juga dapat memainkan peran.

. Jumlah kehamilan atau persalinan sebelumnya dan usia juga ikut mempengaruhi

terjadinya kehamilan postterm. Bahkan, ras juga merupakan faktor yang berpengaruh

terhadap kehamilan postterm. Data menunjukkan, ras kulit putih lebih sering

mengalami kehamilan postterm ketimbang yang berkulit hitam. Di samping itu faktor

obstetrik pun ikut berpengaruh. Umpamanya, pemeriksaan kehamilan yang terlambat atau

tidak adekuat (cukup), kehamilan sebelumnya yang postterm, perdarahan pada trisemester

pertama kehamilan, dan cacat bawaan janin.4,5

II.4. Patofisiologi

Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab terjadinya

kehamilan postterm belum jelas. Beberapa teori yang di ajukan pada umumnya

menyatakan bahwa terjadinya kehamilan postterm sebagai akibat gangguan terhadap

timbulnya persalinan. Beberapa teori di ajukan antara lain sebagai berikut :4

1. Teori progesteron

Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan di percaya merupakan

kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler pada

persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin, sehingga beberapa

penulis menduga bahwa terjadinya kehamilan postterm adalah karena masih

berlangsungnya pengaruh progesteron.

2. Teori oksitosin

Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm memberi

kesan atau di percaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting

dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil

yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab

kehamilan postterm.

3. Teori Kortisol/ACTH janin

8

Page 9: postterrm riska

Kehamilan Postterm

Dalam teori ini di ajukan bahwa sebagai ‘pemberi tanda´ untuk di mulainya persalinan

adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin.

Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron berkurang

dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya

produksi protasglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasia

adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan

kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung

lewat bulan.

4. Saraf uterus

Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan membangkitkan

kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti

pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya

diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan postterm.

5. Heriditer

Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami kehamilan

postterm mempunyai kecendrungan untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan

berikutnya.Mogren (1999) seperti dikutip Cunningham, menyatakan bahwa bilamana

seorang ibu mengalami kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan, maka

besar kemungkinan anak perempuannya akan mengalami kehamilan postterm.

Penyebab kehamilan serotinus atau postterm merupakan kombinasi dari faktor ibu dan anak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan serotinus yaitu :3

1. Faktor potensial : adanya defisiensi hormon adrenokortikotropik (ACTH). Pada fetus

atau defisiensi enzim vulvatase plasenta. kelainan system syaraf pusat pada janin

sangat berperan, misalnya pada keadaan anensefal. Semua faktor yang mengganggu

mulainya persalinan baik faktor ibu, plasenta, maupun anak. Kehamilan terlama

adalah 1 tahun 24 hari yang terjadi pada bayi dengan anensefal kalsium plasenta

meningkat sesuai dengan progresivitas degenerasi plasenta. Namun, beberapa vili

mungkin mengalami degenerasi tanpa mengalami kalsifikasi.

2. Selaput vaskulosinsisial menjadi tambah tebal dan jumlahnya berkurang. Keadaan ini

dapat menurunkan mekanisme transpor plasenta.

3. Terjadi proses degenerasi jaringan plasenta seperti edema, timbunan fibrinoid,

fibrosis, thrombosis intervili, dan infark vili.

9

Page 10: postterrm riska

Kehamilan Postterm

4. Perubahan biokimia. Adanya insufisiensi plasenta menyebabkan protein plasenta dan

kadar DNA di bawah normal, sedangkan konsentrasi RNA meningkat. Transport

kalsium tidak terganggu, aliran natrium, kalium, dan glukosa menurun. Pengangkutan

bahan dengan berat molekul tinggi seperti asam amino, lemak, dan gama globulin

biasanya mengalami gangguan sehingga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan

janin intrauterine. 

II.5. Tanda-tanda bayi postterm

1. Biasanya lebih berat dari bayi aterm

2. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi aterm.

3. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang.

4. Verniks kaseosa di badan kurang .

5. Kuku panjang.

6. Rambut kepala agak tebal

7. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel.6

II.6. Resiko

Risiko kehamilan postterm antara lain adalah gangguan pertumbuhan janin, gawat

janin, sampai kematian janin dalam rahim. Resiko gawat janin dapat terjadi 3 kali dari pada

kehamilan aterm. Kulit janin akan menjadi keriput, lemak di bawah kulit menipis bahkan

sampai hilang, lama-lama kulit janin dapat mengelupas dan mengering seperti kertas

perkamen. Rambut dan kuku memanjang dan cairan ketuban berkurang sampai habis. Akibat

kekurangan oksigen akan terjadi gawat janin yang menyebabkan janin buang air besar dalam

rahim yang akan mewarnai cairan ketuban menjadi hijau pekat. Pada saat janin lahir dapat

terjadi aspirasi mekonium (cairan terisap ke dalam saluran napas) air ketuban yang dapat

menimbulkan kumpulan gejala MAS (meconeum aspiration syndrome). Keadaan ini dapat

menyebabkan kematian janin. Komplikasi yang dapat mungkin terjadi pada bayi ialah suhu

yang tidak stabil, hipoglikemia, polisitemia, dan kelainan neurologik. Kehamilan lewat bulan

dapat juga menyebabkan resiko pada ibu, antaralain distosia karena aksi uterus tidak

10

Page 11: postterrm riska

Kehamilan Postterm

terkoordinir, janin besar, dan moulding (moulage) kepala kurang. Sehingga sering dijumpai

partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum.4

Pengaruh janin

Pengaruh kehamilan postterm terhadap terhadap janin sampai saat ini masih

di perdebatkan. Beberapa ahli menyatakan bahwa kehamilan postterm menambah

bahaya pada janin, sedangkan beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa bahaya

kehamilan postterm terhadap janin terlalu di lebihkan. Kiranya kebenaran terletak di antara

keduanya. Fungsi plasenta mencapai puncak pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai

menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat di buktikan dengan penurunan

kadar estriol dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan

peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko 3 kali. Akibat dari proses penuaan

plasenta, pemasokan makanan dan oksigen akan menurun di samping adanya spasme

arterispiralis. Sirkulasi uteroplasenter akan berkurang dengan 50% menjadi hanya

250ml/menit. Beberapa pengaruh kehamilan postterm terhadap janin antara lain

sebagai berikut:

1. Berat janin

Bila terjadi perubahan anatomi yang besar pada plasenta, maka terjadi penurunan berat

janin. Dari penelitian Vorherr tampak bahwa sesudah umur kehamilan 36 minggu grafik rata-

rata pertumbuhan janin mendatar dan tampak adanya penurunan sesudah 42 minggu.

Namun,seringkali pula plasenta masih dapat berfungsi dengan baik sehingga berat janin

bertambah terus sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan. Zwn dererdling menyatakan

bahwa rata-rata berat janin lebih dari 3.600 gram sebesar 44,5% pada kehamilan postterm,

sedangkan pada kehamilan genap bulan sebesar 30,6%. Resiko persalinan bayi dengan berat

lebih dari 4.000 gram pada kehamilan postterm meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan

term. 

2. Sindroma postmaturitas

Dapat di kenali pada neonatus dengan ditemukannya beberapa tanda seperti gangguan

pertumbuhan, dehidrasi, kulit kering, keriput seperti kertas (hilangnya lemak subkutan), kuku

tangan dan kaki panjang, tukang tengkorak lebih keras, hilangnya verniks kaseosa dan

lanugo, maserasi kulit terutama daerah lipat paha dan genital luar, warna coklat kehijauan

atau kekuningan pada kulit dan tali pusat, muka tampak menderita, dan rambut kepala banyak

atau tebal. Tidak seluruh neonatus kehamilan postterm menunjukkan tanda postmaturitas

11

Page 12: postterrm riska

Kehamilan Postterm

tergantung fungsi plasenta. Umumnya didapat sekitar 12-20% neonatus dengan

tanda postmaturitas pada kehamilan postterm.

3. Gawat janin atau kematian perinatal

Menunjukkan angka meningkat setelah kehamilan 42 minggu atau lebih, sebagian besar

terjadi intrapartum. Umumnya di sebabkan oleh :

- Makrosomia yang dapat menyebabkan terjadinya distosia pada persalinan, fraktur

klavikula, palsi Erb-Duchene, sampai kematian bayi.

- Insufisiensi plasenta yang berakibat :

- pertumbuhan janin terhambat-oligohidramnion: terjadi kompresi tali pusat, keluar

mekonium yang kental, perubahan abnormal jantung janin.

- keluarnya mekonium yang berakibat dapat terjadi aspirasi mekonium pada janin.

- cacat bawaan : terutama akibat hipoplasia adrenal dan anensefalus.

Kematian janin akibat kehamilan postterm terjadi pada 30% sebelum persalinan, 55 % dalam

persalinan dan 15 % pascanatal. Komplikasi yang dapat di alami oleh bayi baru lahir ialah

suhu yang tak stabil, hipoglikemi, polisitemi, dan kelainan neurologi.

Pengaruh pada ibu

1. Morbiditas/mortalitas ibu : dapat meningkat sebagai akibat dari makrosomia janin

dantulang tengkorak menjadi lebih keras yang menyebabkan terjadi distosia

persalinan, incoordinate uterine action, partus lama, meningkatkan tindakan

obstetri dan persalinan traumatis/perdarahan postpartum akibat bayi besar.

2. Aspek emosi : ibu dan keluarga menjadi cemas bilamana kehamilan terus

berlangsung akibat melewati taksiran persalinan.

3. Aspek mediko legal

4. Dapat terjadi sengketa atau masalah dalam kedudukannya sebagai seorang ayah

sehubungan dengan umur kehamilan.

II.7. Diagnosis

Diagnosis kehamilan postterm biasanya dari  perhitungan rumus Naegele setelah

mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis. Bila ada keraguan, maka pengukuran

tinggi fundus uterus serial dengan sentimeter akan memberikan informasi mengenai usia

gestasi lebih tepat. Keadaan klinis yang mungkin ditemukan ialah air ketuban yang berkurang

dan gerakan janin yang jarang.

12

Page 13: postterrm riska

Kehamilan Postterm

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam mendiagnosis kehamilan postterm,

antara lain:

HPHT jelas

Dirasakan gerakan janin pada umur kehamilan 16-18 minggu.

Terdengar denyut jantung janin (normal 10-12 minggu dengan Doppler, dan 19-20

minggu dengan fetoskop)

Umur kehamilan yang sudah ditetapkan dengan USG pada umur kehamilan kurang

dari atau sama dengan 20 minggu.

Tes kehamilan (urin) sudah positif dalam 6 minggu pertama telat haid. 6

Bila telah dilakukan pemeriksaan USG serial terutama sejak trimester pertama, maka

hampir dapat dipastikan usia kehamilan. Sebaliknya pemeriksaan yang sesaat setelah

trimester III sukar untuk memastikan usia kehamilan. Diagnosis juga dapat dilakukan dengan

penilaian biometric janin pada trimester I kehamilan dengan USG. Penyimpangan pada tes

biometri kini hanya lebih atau kurang satu minggu. Pemeriksaan sitologi vagina (indeks

kariopiknotik >20%) mempunyai sensitifitas 75% dan tes tanpa tekanan dengan KTG

mempunyai spesifisitas 100% dalam menentukan adanya disfungsi janin plasenta atau

postterm. Kematangan serviks tidak bias dipakai untuk menentukan usia kehamilan.3

Tanda kehamilan lewat waktu yang dijumpai pada bayi dibagi atas tiga Stadium:

- Stadium I. Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi. Berupa kulit

kering, rapuh, dan mudah mengelupas.

- Stadium II. Gejala stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit.

- Stadium III. Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.3

Yang paling penting dalam menangani kehamilan lewat waktu ialah menentukan

keadaan janin, karena setiap keterlambatan akan menimbulkan resiko kegawatan. Penentuan

keadaan janin dapat dilakukan:

1. Tes tanpa tekanan (non stress test). Bila memperoleh hasil reaktif maka dilanjutkan

dengan tes tekanan oksitosin. Bila diperoleh hasil reaktif maka nilai spesifisitas 98,8%

menunjukkan kemungkinan besar janin baik. Bila ditemukan hasil tes tekanan yang

positif, meskipun sensitifitas relative rendah tetapi telah dibuktikan berhubungan

dengan keadaan postmatur.

2. Gerakan janin. Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7

kali/ 20menit) atau secara objektif dengan tokografi (normal rata-rata 10 kali/ 20

menit), dapat juga ditentukan dengan USG. Penilaian banyaknya air ketuban secara

13

Page 14: postterrm riska

Kehamilan Postterm

kualitatif dengan USG (normal >1 cm/bidang) memberikan gambaran banyaknya air

ketuban, bila ternyata oligohidramnion maka kemungkinan telah terjadi kehamilan

lewat waktu.

3. Amnioskopi. Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan

janin masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan

mengalami resiko 33% asfiksia.4

II.8. Penatalaksanaan

Prinsip dari tatalaksana kehamilan postterm ialah merencanakan pengakhiran/

terminasi kehamilan. Cara pengakhiran kehamilan tergantung dari hasil pemeriksaan

kesejahteraan janin dan penilaian skor pelvik ( pelvic score=PS). Ada beberapa cara untuk

pengakhiran kehamilan, antara lain:

1. Induksi partus dengan pemasangan balon kateter Foley.

2. Induksi dengan oksitosin.

3. Bedah seksio sesaria.2

Dalam mengakhiri kehamilan dengan induksi oksitosin, pasien harus memenuhi beberapa

syarat, antara lain kehamilan aterm, ada kemunduran his, ukuran panggul normal, 

tidak ada disproporsi sefalopelvik,  janin presentasi kepala, serviks sudah matang (porsio

teraba lunak, mulai mendatar, dan mulai membuka). Selain itu, pengukuran pelvik juga harus

dilakukan sebelumnya.

Tabel pengukuran pelvis dapat dilihat dibawah ini:

Skor 0 1 2 3Pendataran serviks 0-30% 40-50% 60-70% 80%Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5-6Penurunan kepala dari Hodge III

-3 -2 -1.0 +1 +2

Konsistensi serviks  Keras Sedang LunakPosisi  serviks Posterior Searah sumbu jalan lahir  anterior 

- Bila nilai pelvis >8, maka induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasil.

- Bila PS >5, dapat dilakukan drip oksitosin.

- Bila PS <5, dapat dilakukan pematangan servik terlebih dahulu, kemudian lakukan

pengukuran PS lagi.

Tatalaksana yang biasa dilakukan ialah induksi dengan oksitosin 5 IU. Sebelum dilakukan

induksi, pasien dinilai terlebih dahulu kesejahteraan janinya dengan alat KTG, serta diukur

14

Page 15: postterrm riska

Kehamilan Postterm

skor pelvisnya. Jika keadaan janin baik dan skor pelvis >5, maka induksi persalinan dapat

dilakukan. Induksi persalinan dilakukan dengan oksitosin 5 IU dalam infus Dextrose 5%.

Tetesan infus dimulai dengan 8 tetes/menit, lalu dinaikkan tiap 30 menit sebanyak 4

tetes/menit hingga timbul his yang adekuat. Selama pemberian infus, kesejahteraan janin

tetap diperhatikan karena dikhawatirkan dapat timbul gawat janin. Setelah timbul his adekuat,

tetesan infus dipertahankan hingga persalinan. Namun, jika infus pertama habis dan his

adekuat belum muncul, dapat diberikan infus drip oksitosin 5 IU ulangan. Jika his adekuat

yang diharapkan tidak muncul, dapat dipertimbangkan terminasi dengan seksio sesaria. Pada

pelaksanaan, kehamilan yang telah melewati 40 minggu dan belum menunjukkan tanda-tanda

inpartu, biasanya langsung segera diterminasi agar resiko kehamilan dapat diminimalis. 6

II.9. Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur,

minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali

pada trimester kedua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester ketiga (diatas

28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan sekali

sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 ± 8 bulan dan seminggu sekali

pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia

kehamilan,dan mencegah terjadinya kehamilan postterm yang berbahaya.

Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan para dokter kandungan

merupakan perhitungan yang lebih tepat. Untuk itu perlu diketahui dengan tepat tanggal hari

pertama haid terakhir seorang (calon) ibu tersebut.6

 

BAB III

15

Page 16: postterrm riska

Kehamilan Postterm

PEMBAHASAN

 

Pasien Ny. A, 19 th. Datang ke RSP pada tanggal 5 September 2012 dengan rujukan dari

PKM cakung a/i G4P3Ao hamil 42 minggu 3 hari, belum ada tanda-tanda persalinan. Hal ini

ditandai belum adanya tanda-tanda inpartu pada pasien yaitu, kontraksi (-), keluar lendir

bercampur darah (-), ketuban pecah (-), dilatasi serviks (-). Pasien mengaku hamil 9 bulan.

HPHT 13 november 2011. Menurut teori Neagele didapatkan TP : 20 agustus 2012 dengan

usia kehamilan 42 minggu. ANC di PKM cakung, teratur dan tidak pernah melakukan USG

(-). Dari HPHT dan pemeriksaa USG yang dilakukan di IGD RSP menunjukkan kehamilan

postterm.

Pasien dengan riwayat obstetri G4P3A0 dengan usia pasien saat ini 40 tahun, pasien

digolongkan multiparitas, yang mana dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya kehamilan

postterm.

Prinsip dan tatalaksana kehamilan postterm adalah merencanakan pengakhiran kehamilan.

Cara pengakhiran kehamilan tergantung dari hasil pemeriksaan kesejahteraan janin dan

penilaian skor pelvik ( pelvic score=PS).

Skor 0 1 2 3Pendataran serviks 0-30% 40-50% 60-70% 80%Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5-6Penurunan kepala dari Hodge III

-3 -2 -1.0 +1 +2

Konsistensi serviks  Keras Sedang LunakPosisi  serviks Posterior Searah sumbu jalan lahir  anterior 

Dari status obstetri dan pemeriksaan dalam ( VT : portio kenyal, posterior, t= 2 cm, O= -,

kepala Hodge I ), dilakukan pengukuran pelvis dengan menggunakan bishop skor di dapatkan

pelvis skor <5. Pada pemeriksaan tinggi fundus uteri didapatkan 41 cm . dari hasil TFU 41

cm dapat diperkirakan tuanya kehamilan dengan rumus : TFU dalam cm di bagi 3,5 cm =

tuanya kehamilan dalam bulan (41/3.5 = 11 bulan); memperkirakan perhitungan TBJ : (41-

13) x 155 = 4340 gr curiga makrosomia), untuk lebih memastikan dilakukan pemeriksaan

USG didapatkan JPKTH; BPD 97.1 / HC 32.36 / AC 37.91 /FL 74.4/ TBJ 4206 gr/ ICA

11.56; plasenta di fundus. Dari hasil taksiran TBJ berdasarkan perhitungan manual maupun

pemeriksaan USG di dapatkan TBJ ± 4206 gr, janin makrosomia. Maka untuk

penatalaksanaan nya di lakukan seksio sesarea, karena pada janin makrosomia persalinan

16

Page 17: postterrm riska

Kehamilan Postterm

pervaginam dapat menyebabkan distosia bahu. Bayi lahir : perempuan, BL 4000 gr, PB : 51

cm, A/S 8/9, anus (+), terdapat tanda dysmatury syndrome. Pasca operasi : observasi tanda-

tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan (15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1

jam berikutnya), cek darah perifer lengkap post operasi, mobilisasi aktif, diet tinggi

karbohidrat tinggi protein, higene V/P, motivasi ASI, ganti verban hari ke 3, medikamentosa :

(ceftriaxone 1x 2 gr I.V, profenid supp 3x1, oksitosin 20 IU/ 500 cc RL/ 8 jam, transamin 3x

500 ug I.V).

17

Page 18: postterrm riska

Kehamilan Postterm

BAB IV

PENUTUP

 

KESIMPULAN

Kehamilan postterm disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan postterm, kehamilan lewat

bulan, prolonged pregnancy, extented pregnancy, postdate/post datisme atau pasca

masturitasa dalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, di

hitung dari hari pertama haid terakhir. Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya

kehamilan postterm ini diantaranya tidak pasti mengetahui tanggal haid terakhir, terdapat

kelainan kongenital anensefalus, terdapat hipoflasi kelenjar adrenal. 

Penyebab pasti kehamilan postterm sampai saat ini belum kita ketahui. Diduga penyebabnya

adalah siklus haid yang tidak diketahui pasti, kelainan pada janin (anenefal, kelenjar adrenal

janin yang fungsinya kurang baik, kelainan pertumbuhan tulang janin/osteogenesis

imperfecta; atau kekurangan enzim sulfatase plasenta).

Kehamilan postterm dapat juga menyebabkan resiko pada ibu, antara lain distosia karena aksi

uterus tidak terkoordinir, janin besar, dan moulding (moulage) kepala kurang. Sehingga

sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan

postpartum.

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur,

minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali

pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di

atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan

sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 – 8 bulan dan seminggu sekali

pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia

kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya

 

18

Page 19: postterrm riska

Kehamilan Postterm

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham,FG ,McDonald PC,Grant NF,Leveno KJ,Gilstraf III LC,Hankins

GDV,Clark SL.

2. Kehamilan lewat waktu, di unduh dari http://www.scribd.com/doc/60184239/Case-Obsgyn

3. Williams Obstetrics . Ed. 20: Prentice-Hall International Inc. USA. 579-605,1997.

4. Prawirohardjo,Sarwono.Ilmu Kebidanan. Ed. 3.1999.

5. Manuaba,Gde,Ida Bagus. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi

dan KB.2001.

6. Kehamilan lewat waktu. Diunduh dari http://www.drdidispog.com/2008/07/kehamilan-lewat-waktu.html

19