diabetes mellitus tipe 1

12
  “Diabetes Mellitus Tipe 2” Oleh :  Denik Ismiati Fita Puji Lestari STIKES BAHRUL ULUM LAB II BATU  Jl.KH.Sutan Hasan Halim No.100 Sisir Kota Batu Telp. (0341)512906,591 595 Email : [email protected]

Upload: dieenic-mea

Post on 13-Jul-2015

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Diabetes Mellitus Tipe 1

5/12/2018 Diabetes Mellitus Tipe 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/diabetes-mellitus-tipe-1 1/12

 

“Diabetes Mellitus Tipe 2” 

Oleh :

 Denik Ismiati

Fita Puji Lestari

STIKES BAHRUL ULUM LAB II BATU Jl.KH.Sutan Hasan Halim No.100 Sisir Kota Batu

Telp. (0341)512906,591595

Email : [email protected]

Page 2: Diabetes Mellitus Tipe 1

5/12/2018 Diabetes Mellitus Tipe 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/diabetes-mellitus-tipe-1 2/12

DIABETES MELITUS TIPE 2

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-

duanya. Secara klinis terdapat 2 macam diabetes, DM tipe 1 yaitu Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (IDDM) dan DM tipe 2 yaitu Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). DM tipe 1

adalah kekurangan insulin pankreas akibat destruksi autoimun sel B pankreas, berhubungan

dengan HLA tertentu pada suatu kromosom 6 dan beberapa autoimunitas serologik dan cell 

mediated , DM yang berhubungan dengan malnutrisi dan berbagai penyebab lain yang

menyebabkan kerusakan primer sel beta sehingga membutuhkan insulin dari luar untuk bertahan

hidup. Infeksi virus pada atau dekat sebelum onset juga disebut-sebut berhubungan denganpathogenesis diabetes. Diabetes tipe 2 tidak mempunyai hubungan dengan HLA, virus atau auto

imunitas. Terjadi akibat resistensi insulin pada jaringan perifer yang diikuti produksi insulin sel

beta pankreas yang cukup. DM tipe 2 sering memerlukan insulin tetapi tidak bergantung kepada

insulin seumur hidup.1,2

 

Diagnosis DM didasarkan atas pemeriksaan kadar gula darah. Ada perbedaan antara uji

diagnostik DM dengan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostik DM dilakukan pada mereka yang

menunjukkan gejala dan tanda DM, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mereka

yang tidak bergejala, yang mempunyai risiko DM. Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada

kelompok dengan salah satu risiko DM sebagai berikut: 1.) Usia . 45 tahun, 2.) Berat badan lebih:

BBR >110% BB idaman atau IMT > 23 kg/m2, 3.) Hipertensi >140/90 mmHg, 4.) Riwayat DM dalam

garis keturunan, 5.) Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau BB lahir bayi >4000

gram; 6.) Kolesterol HDL < 35 mg/dl dan atau trigliserid > 250 mg/dl.2 

Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas berupa poliuria,

polidipsi, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain

yang mungkin dapat dikemukakan pasien adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur dan

disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada pasien wanita. Jika keluhan khas,

pemeriksaan glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM.

Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah yang baru satu

kali saja abnormal belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM. Diperlukan pemastian

Page 3: Diabetes Mellitus Tipe 1

5/12/2018 Diabetes Mellitus Tipe 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/diabetes-mellitus-tipe-1 3/12

lebih lanjut dengan mendapat sekali lagi angka abnormal, baik kadar glukosa darah puasa > 126

mg/dl atau glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl pada hari lain atau dari hasil tes toleransi glukosa

oral (TTGO) didapatkan kadar glukosa darah pasca pembebanan > 200 mg/dl.2

DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA

Prevalensi DM pada lanjut usia cenderung meningkat, hal ini dikarenakan DM pada lanjut

usia bersifat muktifaktorial yang dipengaruhi faktor intrinsik dan ekstrinsik. 1 Umur ternyata

merupakan salah satu faktor yang bersifat mandiri dalam pengaruhnya terhadap perubahan

toleransi tubuh terhadap glukosa. Umumnya pasien diabetes dewasa 90% termasuk diabetes tipe

2. Dari jumlah tersebut dikatakan 50% adalah pasien berumur > 60 tahun.2 

Untuk menentukan diabetes usia lanjut baru timbul pada saat tua, pendekatan selalu

dimulai dari anamnesis, yaitu tidak adanya gejala klasik seperti poliuri, polidipsi atau polifagi.

Demikian pula gejala komplikasi seperti neuropati, retinopati dan sebagainya, umumnya bias

dengan perubahan fisik karena proses menua, oleh karena itu memerlukan konfirasi pemeriksaan

fisik, kalau perlu pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan fisik, pasien diabetes yang timbul

pada usia lanjut kebanyakan tidak ditemukan adanya kelainan-kelainan yang sehubungan dengan

diabetes seperti misalnya kaki diabetik, serta tumbuhnya jamur pada tempat-tempat tertentu.2 

Kriteria diagnosis DM dapat mengacu pada rekomendasi ADA ( American Diabetes

 Association) yang tidak menunjukkan adanya pertimbangan spesifik umur. Diagnosis DM dibuat

setelah dua kali pemeriksaan gula darah puasa > 126 mg/dl (dengan sebelumnya puasa paling

sedikit 8 jam). Pasien perlu dipastikan tidak dalam kondisi infeksi aktif atau sakit akut dalam

pemeriksaan ini. Atau gula darah acak > 200 mg/dl dengan gejala-gejala diabetes.1,2 Pengukuran

hemoglobin terglikosilasi (HbA1c ) tidak direkomendasikan sebagai alat diagnostik, tetapi dipakai

secara luas untuk memantau efektifitas pengobatan.1

Penampilan klinis DM pada lanjut usia1 

Berbagai perubahan karena proses menua dapat mempengaruhi penampilan klinis DM

pada lanjut usia. Gejalanya dapat sangat tidak khas dan menyelinap. Dikatakan paling sedikit

Page 4: Diabetes Mellitus Tipe 1

5/12/2018 Diabetes Mellitus Tipe 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/diabetes-mellitus-tipe-1 4/12

separuh dari populasi lanjut usia tidak tahu bahwa mereka terkena DM. Keluhan tradisional dari

hiperglikemia seperti polidipsi dan poliuria sering tidak jelas, karena penurunan respon haus dan

peningkatan nilai ambang ginjal untuk pengeluaran glukosa urin. Penurunan berat badan,

kelelahan dan kencing malam hari dianggap hal yang biasa pada lanjut usia, berakibat

tertundanya deteksi adanya DM. Penampilan klinis seperti dehidrasi, konfusio, inkontinentia dan

komplikasi-komplikasi yang berkaitan DM merupakan gejala-gejala yang tampak.

Komplikasi mikrovaskuler seperti neuropati dapat berupa kesulitan untuk bangkit dari kursi

atau menaiki tangga. Pandangan yang kabur atau diplopia juga dapat dikeluhkan, akibat

mononeuropati yang mengenai syaraf kranialis yang mengatur okulomotorik. Proteinuria tanpa

adanya infeksi, harus dicari kemungkinan adanya DM.1 

Infeksi khusus yang sering berkaitan dengan DM, lebih banyak dijumpai pada lanjut usiaantara lain otitis eksterna maligna dan kandidiasis urogenital. Sebaliknya adanya penyakit-

penyakit akut seperti bronkopneumoni, infark miokard atau stroke dapat meningkatkan kadar

glukosa sehingga berakibat tercapainya kriteria diagnosis DM, pada mereka yang telah ada

peningkatan kadar intoleransi glukosa. Beberapa gejala unik yang dapat terjadi pada penderita

lanjut usia antara lain adalah: neuropati diabetika dengan kaheksia, neuropati diabetic akut,

amiotropi, otitis eksterna maligna, nekrosis papilaris dari ginjal dan osteoporosis.

Bila terlambat diketahui adanya penyakit diabetes pada lanjut usia, penderita mungkin

sudah dalam keadaan status dekompensasi dari sistem metabolik seperti hiperglikemi,

hiperosmolaritas, sindroma non ketotik atau ketoasidosis diabetik. Penderita juga dapat dijumpai

gejala-helaja hipoglikemi, yang biasanya disebabkan oleh obat-obat antidiabetik. Penampilan

klinis hipoglikemia yang khas tampak sebagai perubahan status mental dan status neurologi

seperti penurunan fungsi kognitif, konfusio, kjang, diaphoresis dan bradikadi.

Keadaan yang menyertai hiperglikemi seperti hiponatremia (pseudohiponatremi), kondisi

dehidrasi dan hipomagnesia (akibat diuresis osmotik) dapat juga terjadi. Profil lipid pada umunya

menunjukkan peningkatan trigliserid, penurunan HDL sedangkan LDL kolesterol tidak selalu

meningkat tetapi terisi oleh small dense LDL yang lebih banyaj, yang lebih aterogenik. 

Patofisiologi DM pada lanjut usia

Page 5: Diabetes Mellitus Tipe 1

5/12/2018 Diabetes Mellitus Tipe 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/diabetes-mellitus-tipe-1 5/12

Patofisiologi diabetes melitus pada usia lanjut belum dapat diterangkan seluruhnya, namun

didasarkan atas faktor-faktor yang muncul oleh perubahan proses menuanya sendiri. Faktor-

faktor tersebut antara lain perubahan komposisi tubuh, menurunnya aktifitas fisik, perubahan

life style, faktor perubahan neurohormonal khusunya penurunan kadar DHES dan IGF-1 plasma,

serta meningkatnya stres oksidatif. Pada usia lanjut diduga terjadi age related metabolic

adaptation, oleh karena itu munculnya diabetes pada usia lanjut kemungkinan karena aged 

related insulin resistance atau aged related insulin inefficiency sebagai hasil dari preserved insulin

action despite age.3

Berbagai faktor yang mengganggu homeostasis glukosa antara lain faktor genetik,

lingkungan dan nutrisi. Berdasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses menua, yaitu

faktor intrinsik yang terdiri atas faktor genetikdan biologik serta faktor ekstrinsik seperti faktor

gaya hidup, lingkungan, kultur dan sosial ekonomi, maka timbulnya DM pada lanjut usia bersifat

muktifaktorial yang dapat mempengaruhi baik sekresi insulin maupun aksi insulin pada jaringan

sasaran.1 

Faktor resiko diabetes melitus akibat proses menua:1,2

 

  Penurunan aktifitas fisik 

  Peningkatan lemak 

  Efek penuaan pada kerja insulin

  Obat-obatan

  Genetik 

  Penyakit lain yang ada

  Efek penuaan pada sel

Menyebabkan resistensi insulin dan penurunan sekresi insulin gangguan toleransi glukosa

dan diabetes melitus tipe 2.

Perubahan progresif metabolisme karbohidrat pada lanjut usia meliputi perubahan

pelepasan insulin yang dipengaruhi glukosa dan hambatan pelepasan glukosa yang diperantarai

insulin. Besarnya penurunan sekresi insulin lebih tampak pada respon pemberian glukosa secara

oral dibandingkan dengan pemberian intravena. Perubahan metabolisme karbohidrat ini antara

lain berupa hilangnya fase pertama pelepsan insulin. Pada lanjut usia sering terjadi

Page 6: Diabetes Mellitus Tipe 1

5/12/2018 Diabetes Mellitus Tipe 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/diabetes-mellitus-tipe-1 6/12

hiperglikemia (kadar glukosa darah >200 mg/dl) pada 2 jam setelah pembebanan glukosa

dengan kadar gula darah puasa normal (<126 mg/dl) yang disebut Isolated Postchallenge

Hyperglikemia (IPH)1

Pengelolaan DM pada lanjut usia

Langkah I: Menentukan tujuan pelaksanaan, yaitu:

1.  Mempertahankan kesehatan badan dan kualitas hidup

2.  Meniadakan hiperglikemi dan gejalanya

3.  Mengkaji dan menerapi penyakit komorbid seperti hipertensi, penyakit

kardiovaskuler, Alhzeimer, dan lain-lain4.  Meniadakan efek samping obat terutama hipoglikemi

5.  Membuat berat badan menjadi ideal

6.  Mencegah kalau mungkin dan menerapi komplikasi

7.  Mengenali disabilitas dan mengurangi hendaya sosial yang terjadi

Langkah II: Melakukan assesement untuk mengetahui kapasitas penderita baik fisik, psikologis,

fungsional, lingkungan, sosial dan ekonomi. Pemeriksaan mulai dari anamnesis, pemeriksaan

fisik, psikologis, fungsional, pemeriksaan penunjang sebaiknya dilakukan oleh suatu tim

multidisiplin yang bekerja secara interdisiplin dan terpadu.

Langkah III: Melakukan terapi dan rehabilitasi pada penderita DM usia lanjut. Target yang ingin

dicapai tetap dama dengan usia dewasa muda yaitu HbA1c <7%, dan ini sangat sulit pada lansia

karena terdapat berbagai macam kendala seperti:

-  Adanya berbagai penurunan fungsi organ karena proses menua

-  Adanya penyakit komorbid

-  Penuruan kapasitas fungsional yang menyebabkan penurunan aktifitas fisik 

-  Penurunan fungsi kognitif penderita meningkatnya resiko hipoglikemi

-  Adanya polifarmasi meningkatkan efek samping dan interaksi obat lain dengan

obat-obat antihiperglikemik 

Page 7: Diabetes Mellitus Tipe 1

5/12/2018 Diabetes Mellitus Tipe 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/diabetes-mellitus-tipe-1 7/12

Pilihan utama terapi diabetes pada lansia adalah terapi tanpa ibat atau sering

disebut sebagai perubahan gaya hidup yang meliputi:

Diet

Diberikan diet dengan jumlah kalori sesuai BMI, dengan pembatasan sesuai penyakit

komorbid atau faktor resiko atherosklerosis lain yang ada. Komposisi normal biasanya

60-65% karbohidrat komplek, 20% protein dan 15-20% lemak. Disamping itu juga

diberikan suplemen dan vitamin A, C, B komplek, E, Ca, selenium, zinc dan besi.

Untuk hasil yang baik pada terapi diet ini perlu perhatian khusus pemberian makanan

pada lansia dengan diabetes:

Akses terhadap makanan:

-  Disabilitas fungsional

o  Keterampilan menyapkan makanan yang kurang/jelek 

o  Dukungan formal maupun informal yang buruk untuk mendapatkan

makanan

-  Sumber daya keuangan yang terbatas

-  Asupan makanan:

o  Apresiasi terhadap bau dan rasa yang menurun

o  Gigi yang buruk dan atau xerostomia

-  Kebiasaan makan yang sudah berakar

-  Kesukaan atas makanan masa lalu atau masakan tradisional

Fungsi kognitif yang menurun

Olahraga

Disesuaikan dengan kapasitas fungsionalnya. Bila masih bisa berjalan disuruh berjalan, bila

hanya bisa duduk olahraga dengan duduk. Apabila tidak dapat, bisa dilakukan dengan gerakan

atau latihan pasif di tempat tidur. Prinsip terapi olahraga adalah dengan memperbaiki aktifitas

fisik, menurunkan kadar gula darah, mencegah terjadinya imobilitas yang mempercepat

munculnya kompliasi makrovaskuler diabetes.

Page 8: Diabetes Mellitus Tipe 1

5/12/2018 Diabetes Mellitus Tipe 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/diabetes-mellitus-tipe-1 8/12

Apabila dengan terapi tanpa obat di atas gula darah atau HbA1c belum turun atau terkendali,

sesuai dengan target makan diberikan terapi dengan obat antihiperglikemik.

Page 9: Diabetes Mellitus Tipe 1

5/12/2018 Diabetes Mellitus Tipe 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/diabetes-mellitus-tipe-1 9/12

Obat

Terutama obat untuk menurunkan gula darah harus dipilih yang bekerja pendek,

mempertimbangkan kapasitas ginjal, hepar dan saluran cerna agar tidak terjadi efek samping.

Patut juga diperhatikan status sosial ekonomi penderita dalam memilih obat mengingat obat ini

biasanya dipakai dalam jangka waktu lama bahkan dapat seumur hidup. Obat yang dipilih

apakah obat anti diabetik oral atau insulin disesuaikan dengan klisifikasi DMnya dan keadaan

klinisnya seperti penyakit komorbid atau BMI nya.

Untuk penderita diabetes lansia gemuk, obat hiperglikemik oral yang dipilih adalah

inhibitor alfa Glukosidase (acarbose), biguanide atau thiazolidinedione, karena obat-obat ini

selain menurunkan kadar gula darah juga dapat menuurnkan berat badan, tetapi bila terdapat

ganguan fungsi hati atau ginjal baik biguanide atau thiazolodinedione tidak boleh dipakai.Sebaliknya penderita yang kurus sebaiknya dipilih terapi dengan insulin karena dapat

menungkatkan berat badan. Sulfoniuria dan non sulfoniuria insulin secretagoue

(repaglinide/nateglinide) lebih tepat dipilih untuk penderita dengan berat badan normal.

Indikasi penggunaan insulin pada penderita diabetes antara lain: DM tipe 1, DM tipe 2 yang

tidak bisa dikontol dengan obat oral, DM tipe 2 dengan penyakit akut berulang dan

berhubungan dengan hiperglikemi, DM tipe 2 dengan penyakit komorbid yang merupakan

kontraindikasi OHO, DM tipe 2 dengan operasi yang lama (pre/pascaoperatif), DM tipe 2 dengan

malnutrisi/kurus dan malaise berat, koma diabetik (ketoasidosis diabetik, hiperosmolar

nonketotik dan asidosis laktat) dan perempuan hamil.1,4,5 

Penatalaksanaan DM pada lanjut usia tidak akan berhasil bila tidak melakukan langkah

beriuktnya setelah diet, olahraga dan obat, yaitu melakukan edukasi, evaluasi dan rehabilitasi

pada penderita.

Edukasi: memberikan penjelasan mengania DM dan komplikasi yang akan terjadi sampai kepada

apa yang mesti dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh penderita dan keluarganya.

Pada edukasi perlu dibuat komitmen antara dokter, penderita dan keluarganya mengenai tujuan

akhir terapi yang diberikan, bukan hanya sekedar mengontrol gula darah tetapi juga mencegah

komplikasi dengan mengeliminir semua faktor resiko atherosclerosis yang dimiliki oleh

penderita dan sekaligus menerapi komorbid yang ada.

Page 10: Diabetes Mellitus Tipe 1

5/12/2018 Diabetes Mellitus Tipe 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/diabetes-mellitus-tipe-1 10/12

Evaluasi: evaluasi harus dilakukan secara berkesinambungan terutama untuk: evaluasi status

fungsional penderita, harapan hidup, support social dan financial serta hasrat/ kemauan lansia itu

sendiri untuk berobat. Bila tidak memperhatikan hal-hal tersebut biasanya akan terjadi kegagalan

terapi atau kebosanan penderita diabetes untuk terus berobat.

Rehabilitasi: sangat penting dilakukan dengan program individual untuk tiap penderita, tergantung

kepada kapasitas fungsional penderita, komplikasi DM dan penyakit komorbid yang diderita. Pada

prinsipnya rehabilitasi harus dilakukan secepatnya tidak perlu menunggu kondisi pasien stabil,

tetapi harus sesuai dengan keadaan penderita saat itu.

Komplikasi DM pada lanjut usia

Berbagai komplikasi akibat DM sering diklasifikasikan secara berbeda, antara lain

penggolongan antara komplikasi akut (ketoasidosis, koma hiperosmolar non ketotk) dan kronik

(retinopati diabetika, neuropati diabetika, nefropati diabetika dan penyakit kardiovaskuler),

klasifikasi berdasarkan komplikasi spesifik dari diabetesnya (nephropati, retinopati dan neuropati)

dan komplikasi makrovaskuler (penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan penyakit

perifer) yang mungkin terjadi pada penderita non diabetik aan tetapi tampil lebih dini dan lebih

berat pada penderita diabet.

Prognosis DM pada lanjut usia

Kesehatan penderita usia 75 tahun mempunyai harapan hidup sekitar 10 tahun, oleh karen

aitu harus diterapi secara agresif seperti pada penderita usia muda untuk menurunkan resiko

komplikasi. Bagaimanapun juga harapan hidup penderita lebih pendek, tujuan terapi adalah untuk

mengurangi gejala, mencegah komplikasi akut, yang mana terutama terjadi pada penderita lanjut

usia.

Pada pasien ini, dari anamnesis yang mengarah ke gejala kencing manis hanya didapatkan

keluhan poliuri (buang air kecil banyak). Dari pemeriksaan fisik tidak didapatkan pemeriksaan yang

mengarah pada gejala diabetes melitus, hanya didapatkan tanda komplikasi diabetes, yaitu infeksi

saluran nafas (ronkhi basah halus) dan adanya infeksi saluran kemih (nyeri kostovertebra).

Page 11: Diabetes Mellitus Tipe 1

5/12/2018 Diabetes Mellitus Tipe 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/diabetes-mellitus-tipe-1 11/12

 

Page 12: Diabetes Mellitus Tipe 1

5/12/2018 Diabetes Mellitus Tipe 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/diabetes-mellitus-tipe-1 12/12