dewan perwakilan rakyat republik...

41
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT KERJA SADAN ANGGARAN DPR RI DENGAN PEMERINTAH YANG DIWAKILI MENTERI KEUANGAN PEMBAHASAN RUU TENTANG APBN TAHUN ANGGARAN 2012 Tahun Sidang Masa Persidangan RapatKe Jenis Rapat Sifat Rapat Hari/Tanggal Waktu Tempat Acara Ketua Rapat Sekretaris Rapat Hadir 2011-2012 I 3 Rapat Kerja Terbuka Selasa, 11 Oktober 2011 Pukul 15.20 WIB s.d 18.15 WIB Ruang Rapat Sadan Anggaran DPR RI Lantai 1 Gd. Nusantara I, Senayan, Jakarta Pusat Pembahasan Subsidi dalam RUU APBN TA. 2012 - Melchias Markus Mekeng - Mirwan Amir - Olly Dondokambey, SE - Tamsil Linrung - Dra. Nurul Faiziah - Nando, SE, ME A. Anggota DPR RI 65 dari 85 Anggota Sadan Anggaran B. Pemerintah Menteri Keuangan beserta jajarannya C. Kementerian/Lembaga Menteri ESDM beserta jajarannya Kepala BP Migas 1

Upload: others

Post on 14-Feb-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT KERJA SADAN ANGGARAN DPR RI DENGAN PEMERINTAH

YANG DIWAKILI MENTERI KEUANGAN PEMBAHASAN RUU TENTANG APBN TAHUN ANGGARAN 2012

Tahun Sidang

Masa Persidangan

RapatKe

Jenis Rapat

Sifat Rapat Hari/Tanggal

Waktu

Tempat

Acara

Ketua Rapat

Sekretaris Rapat

Hadir

2011-2012

I

3

Rapat Kerja

Terbuka Selasa, 11 Oktober 2011

Pukul 15.20 WIB s.d 18.15 WIB

Ruang Rapat Sadan Anggaran DPR RI Lantai 1 Gd. Nusantara I, Senayan, Jakarta Pusat

Pembahasan Subsidi dalam RUU APBN TA. 2012

- Melchias Markus Mekeng - Mirwan Amir - Olly Dondokambey, SE - Tamsil Linrung

- Dra. Nurul Faiziah - Nando, SE, ME

A. Anggota DPR RI 65 dari 85 Anggota Sadan Anggaran

B. Pemerintah Menteri Keuangan beserta jajarannya

C. Kementerian/Lembaga Menteri ESDM beserta jajarannya Kepala BP Migas

1

Page 2: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

JALANNYA RAPAT:

KETUA RAPAT/MELCHIAS MARCUS MEKENG:

Assa/ammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Selamat siang, dan Salam sejahtera bagi kita semua.

Yang terhormat Pimpinan Sadan Anggaran, Yang terhormat Sapak dan lbu Anggota Sadan Anggaran, Yang terhormat Menteri Keuangan beserta jajaran, Yang terhormat Menteri ESDM beserta jajaran dan hadirin sekalian yang berbahagia.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena pada hari ini kita dapat melakukan pembicaraan tentang subsidi BBM yang kemarin sempat kita tunda untuk APBN Tahun Anggaran 2012.

Berdasarkan laporan sekretariat daftar hadir telah ditandatangani oleh 50 orang Anggota dari 85 orang Anggota Sadan Anggaran dan lebih dari separuh unsur fraksi. Dengan demikian sesuai dengan Pasal 24 Ayat (1) dan Ayat (3) peraturan DPR RI tentang Tata Tertib, Rapat Kerja Badan Anggaran DPR RI ini sah dan dapat mengambil keputusan.

Selanjutnya berdasarkan Pasal 24 Ayat (1) dan Ayat (2) Peraturan DPR tentang Tata Tertib, rapat ini saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

{RAPAT DISUKA PUKUL 15.20 WIS)

Bapak-bapak dan lbu sekalian,

Dalam Rapat Kerja kemarin kita masih ada 1 agenda yang· belum sen1pat ada ke$epakatan antara Pemerintah dan DPR tentang besaran porsi BBM bersubsidi Tahun 2012. dimana angkanya Pemerintah mengajukan 2,2 juta kilo liter. Dan dari DPR ada yang mengajukan 2,2 ada yang mengajukan 3 juta, dan ada juga yang mengajukan 6,3 juta kilo liter. ·

Oleh karena itu rapat kita pada siang hari ini, kita akan melanjutkan pembahasan tersebut. Mudah-mudahan kita bisa mencapai suatu kesepakatan sehingga kita dapat melanjutkan pembahasan APBN Tahun 2012.

Oleh karena itu kami persilakan kepada Pemerintah untuk dapat memberikan penjelasan tentang besaran porsi yang akan kita ambil didalam BBM bersubsidi didalam APBN Tahun 2012. Kami persilakan kepada Pemerintah.

AGUS MARTOWARDOYO/MENTERI KEUANGAN RI:

T erima kasih Bapak Ketua.

Yang kami hormati Pak Ketua, Sapak Wakil Ketua, Sapak-lbu Anggota Sadan Anggaran DPR RI, Yang kami hormati rekan Menteri ESDM, Yang kami hormati hadirin sekalian,

Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

2

Page 3: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali untuk kita bisa bersidang untuk membahas satu agenda yang belum kita selesaikan terkait dengan subsidi energi. Dan Bapak-lbu yang kami hormati kami telah mencatat dan mendiskusikan diantara Pemerintah terkait dengan masukan-masukan khususnya masukan yang ingin agar kebijakan subsidi itu dapat betul-betul diarahkan kepada subsidi yang tepat sasaran. Juga dimintakan perhatian agar subsidi itu memperhatikan sektor kelautan dan juga memperhatikan penyelewengan­penyelewengan yang mungkin terjadi di sektor kelautan khususnya pada kapal-kapal pencari ikan tetapi melakukan kegiatan yang sebetulnya lakukan tindakan tidak efisiensi terhadap subsidi energi. Terkait dengan sektor penggunaan BBM juga diminta untuk dilakukan satu policy yang baik terkait dengan aspek transportasi darat. Dan juga dilakukan penghematan dengan tetap memperhatikan pertumbuhan penduduk dan kendaraan bermotor, memperhatikan bila perlu harus dilakukan perubahan regulasi Perpres Nomor 55 Tahun 2005, Perpres Nomor 9 Tahun 2006, juga dilakukan pengawasan untuk industri batu bara dan kelapa sawit yang juga menggunakan BBM bersubsidi yang dikhawatirkan belum dimasukkan dalam pengamatan dan pengawasan Pemerintah. Dan juga penghematan subsidi BBM agar dapat digunakan untuk pengembangan energi altematif dan ketahanan energi masa depan. Dan yang lain yang kami juga catat adalah terkait dengan menambah anggaran sektor pendidikan, kesehatan, penghematan anggaran BBM bersubsidi dapat juga digunakan untuk membiayai pendanaan infrastruktur.

lbu·Bapak yang kami hormati,

Melanjutkan pertemuan kemarin kami dari Pemerintah memang belum bisa untuk melakukan perubahan dari jumlah subsidi BBM bersubsidi. Dimana BBM bersubsidi itu adalah di alternatif pertama kami mengusulkan sesuai dengan nota keuangan 40 juta kilo liter. Tetapi kalau seandainya ingin dipelajari alternatif yang lain adalah alternatif dengan dikurangi menjadi 37,8 juta kilo liter dimana selisih diharapkan untuk bisa dimasukkan dalam cadangan resiko fiskal.

Bapak·lbu yang kami hormati,

Hal ini yang ingin kami sampaikan. Ada pun tentang effort. Kami sudah memasang effort karena sebetulnya bestline kami ada di 43.7 juta kilo liter. Kalau kita mengusulkan didalam nota keuangan 40 juta kilo liter, itu sebetulnya adalah sudah effort dimana problem dijelaskan oleh Menteri ESDM tentang apa yang akan dilakukan Pemerintah untuk mencapai itu. Tetapi kalau diminta extra effort lebih lagi ya tadi kami menawarkan yang angka 37,8 juta kilo liter. Kami minta kesempatan untuk bisa memberi kesempatan kepada Menteri ESDM untuk mengelaborasi.

ljin Ketua.

KETUA RAPAT:

Pak Menteri silakan.

DARWIN ZAHEDY SHALEH/MENTERI ESDM:

Terima kasih Bapak Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Sadan Anggaran DPR RI yang kami hormati,

Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

3

Page 4: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

Tadi telah kita dengar apa yang disampaikan oleh rekan Menteri Keuangan. ljinkan kami menambahkan pokok-pokok yang kiranya guna mempertegas saja dalam kaitan Menteri ESDM sebagai bagian dari sektor ESDM bersama Komisi VII sedemikian rupa sehingga sampailah kita pada tahap sejauh ini.

Yang pertama, basis asumsi makro untuk volume subsidi BBM masih 40 juta kilo liter sebagaimana yang disampaikan dalam nota keuangan.

Yang kedua, tadi disampaikan oleh Saudara Menteri Keuangan. Pemerintah akan terus mengintesifkan berbagai upaya agar subsidi BBM lebih tepat sasaran.

Yang ketiga, ada pun mengenai aspek yang lebih teknis dan perubahan jumlah 40 juta kilo liter atau pun mekanisme penggunaannya maka kami masih memerlukan untuk mengkomunikasinnya dengan Komisi VII. Jadi dengan demikian butir 1, butir 2 yang bisa kami sampaikan diluar itu kami harus masih mengkomunikasikannya kembali dengan Komisi VII.

Demikian. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Bapak·lbu sekalian,

Barusan Pak Menteri ESDM menyampaikan bahwa harus melakukan konsultasi dulu dengan Komisi VII. Saya minta kepada Bapak-lbu sekalian, apa bisa kita teruskan atau kita tunggu konsultasi Menteri ESDM dengan Komisi VII. Tapi sebagai bahan gambaran Pak Menteri ESDM hari minggu lalu kita ada rapat konsultasi dengan Pimpinan Dewan yang dipimpin oleh Pak Annis Matta, Menteri Keuangan, Komisi XI dan Badan Anggaran. Dan itu dibuat keputusan bahwa apa yang disampaikan oleh Komisi itu hanya sebagai referensi dan dasamya itu adalah MD3.

DARWIN ZAHEDY SHALEH/MENTERI ESDM:

Kami mohon ijin untuk dikutip pernyataan kami secara lengkap Bapak Ketua. Ada pun pembicaraan yang akan lebih teknis termasuk pengubahan jumlah asumsi maka kami akan memerlukan konsultasi dengan Komisi VII kembali. Ada pun itu. Jadi apabila tidak ada pembicaraan teknis, apabila tidak ada mengubah asumsi maka kami tidak harus berkomunikasi. Tapi apabila hal itu, itu posisi yang terakhir. Jadi pada dasarnya kami gak mengatakan kami ini mau berkonsultasi dulu tapi apabila atau adapun mengenai itu.

Demikian. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Baik, kalau begitu karena dasarnya kita adalah 40 juta kilo liter sekarang kita bahas angkanya saja. Angkanya kan itu 123 Triliun dikurangi pajak PPn itu kan kurang lebih 111 Triliun. Kita sepakati saja, mau berapa angkanya. Jumlah kilo liternya tetap 40 juta. Nanti biarkan Pemerintah Menteri Teknis yang mengatur nanti teknisnya. Bisa disepakati? Jadi kita gak bahas kilo liternya, kita bahas angkanya, karena Badan Anggaran membahas angkanya atau kita mau menunggu Komisi VII dengan Menteri ESDM berkonsultasi dulu. Atau bagaimana Pak Menteri Keuangan? Mau kita bahas angkanya saja, saya persilakan Bapak dan lbu sekalian kita bahas angkanya.

OLLY DONDOKAMBEY, S.E./WAKIL KETUAIF·PDIP:

Pak Ketua, kalau saya usul saya kira skors sebentar. Pemerintah bicara dulu supaya kalau ada hal-hal yang ini bisa kita bicara juga supaya kan rapat ini bisa mengambil suatu kesimpulan supaya kita

4

Page 5: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

ini dulu supaya jangan sampai ada hal-hal yang saya kira kita ambil keputusan ada hal-hal yang menjadi ganjelan kita.

KETUA RAPAT:

Pak Menteri mau di skors dulu supaya.

AGUS MARTOWARDOYO/MENTERI KEUANGAN RI:

Maksud saya sebetulnya posisi Pemerintah· terkait dengan pertemuan kemarin dan dilanjutkan hari ini sama Pak. Bahwa dibidang energi, Bapak Menteri ESDM mesti bicara dengan Komisi VII dan dapat guidence. Aspek teknis harus dibicarakan tentu kita menghormati itu kan Pak. Tapi kalau dari sisi Banggar yang melihat besaran postur saya rasa posisi daripada Pemerintah ya tetap 40 juta atau 37 ,8 dengan selisih ditempatkan di cadangan resiko fiskal.

ltu yang kami. Kalau tentang yang tadi teknis Pak Menteri ESDM sudah menjelaskan apa-apa yang mesti dibicarakan oleh Komisi VII.

KETUA RAPAT:

Bapak dan lbu sekalian,

Silakan Pak Jhoni.

DRH. JHONI ALLEN MARBUN, M.M./f·PD/KOMISI VII:

Saya kira posisi terakhir kemarin kita skors adalah posisi antara 2,2 dan 6,3. Pemerintah telah menyebutkan 2,5 kan kira-kira begitu. Berarti posisi di 2,5 supaya Pemerintah. Nah pertanyaannya, kalau basis volume kan sudah kita sepakati tetap 40 juta. Kalau basis itu tetap 40 juta ya berarti anggaran tetap menjadi 123 Triliun. Kan begitu kan? Kan itu sudah perhitungan dengan basis 40 juta.

Pertanyaannya kalaulah dalam "apa yang sudah dilontarkan oleh Pemerintah" 2,5 juta kilo liter. Penempatannya ini ke apa? saya kira pointnya tinggal disitu. Penempatannya ke apa, apakah penempatan volume sekaligus angkanya atau hanya menjadi catatan volume angkanya tetap 123 di APBN atau 2,5 juta kilo liter itu kalau saya hitung itu sekitar 6 Triliun kita masukan di cadangan. Saya kira pointnya tinggal disitu. Kalau hitungan saya kurang lebih sekitar 2,5 plus-minus 6 T, apakah disimpan di resiko fiskal, atau ada juga usul di bintangi. Kan kemarin ada 2 opsi itu. Saya kira pointnya disitu. Jadi clear. Jadi point pembahasan kita sore ini saya kira disitu. ltu yang saya tangkap posisi terakhir. Nah tentunya sebagaimana MD 3 kalau ini sudah ada kesepakatan kita soal penyimpanan A atau B barulah kita dari Banggar menyurati ke Komisi VII. Komisi VII bicara soal teknis.

Saya kira begitu Pimpinan. Terima kasih.

Ir. FAYAKHUN ANDRIADI, M.Kom./f·PG/KOMISI I:

ljin Pimpinan.

Rekan-rekan semua,

Pak Menteri, dalam hal ini saya menangkap apa yang dimaksud tadi oleh Pimpinan apakah kita disini mau bicara jumlah kilo liternya ataukah kita Banggar ini mau bicara dari sisi Rupiah yang digunakan untuk subsidi tersebut. Nah saya rasa sikap kami dari Partai Golkar sudah kita jelaskan dan

5

Page 6: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

ada angka-angkanya. Sikap kami adalah 6,3 juta kilo liter yang kalau mau di Rupiahkan itu adalah Rp15 Triliun. Kita berangkat dari situ dulu. Ada pun nanti bagaimana pemanfaatan 15 Triliun ini itu menjadi hal yang kita bahas setelah ini.

Kemudian tadi malam, kami juga sudah menyampaikan sebuah solusi, melihat keadaan lapangan bahwa kesiapan Pertamina di Pulau Jawa-Bali itu baru Premium ke Pertamax sedangkan solar ke solar dex. Kita di Bogar cari solar dex saja sudah gak ada apalagi jauh sampai di pelosok. Nah kalau bicara premium ke pertamax dan itu lebih visible dari sisi penyediaan infrastruktumya. Maka untuk tahun pertama kita hitung kemarin ketemu 3,98 juta kilo liter dibulatkan 4 juta kilo liter setara dengan Rp10 Triliun.

Pimpinan,

Kita sampaikan tentu saya susah menerima angka 2,5 juta kilo liter. Datang darimana Pak. lni bukan dagang sapi Pak. Datang dari mana? Kalau mau bicara bahwa kesiapannya itu sekarang premium dipindah ke pertamax dan Jawa Barat. ltu pun di diskon 50% karena tahun pertama masa transisi itu ketemunya di 4 juta kilo liter. Kalau mau langsung premium dan solar di diskon 50% di tahun pertama karena masa transisi itu 6,3 juta kilo liter. Jadi persoalannya adalah kita mau meng-hold 10 Triliun atau 15 Triliun. Silakan Pak, angkanya itu semua ada. Tapi kalau kemudian 2,5 juta kilo liter kita sudah minta kemarin penjelasannya. Dari mana angka itu? Kita sulit untuk bisa menerima penjelasannya. Mahon Pimpinan supaya kita bisa lebih fokus Pimpinan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Baik saya rasa. Silakan Pak.

LAUREN BAHANG DAMAIF·PAN/KOMISI XI:

Artinya apa yang sudah diputuskan kemarin ini kan soal angka saja antara 2,2 Pemerintah minta dengan 8 fraksi kan menyetujui apa yang menjadi usulan Pemerintah dengan 6,3. makanya kemarin saya usulkan kenapa tidak dicadangan resiko fiskal ini kita ambil range saja. Toh itu nanti Pemerintah itu kan masuk didalam cadangan resiko fiskal yang di . .. oleh Pemerintah tapi nanti kita evaluasi di APBNP untuk bisa nanti kita mereduksi apakah itu 2,2 Pemerintah bisa lakukan atau berapa dari itu supaya kita tidak terus menerus disini akhirnya tidak selesai-selesai juga kita pembahasan APBNP ini.

ltu Ketua. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Jadi ini gak bisa range Pak Lauren harus fix angkanya karena ini kan masuk dalam postur APBN kita. Jadi saya rasa Pemerintah tolong dijelaskan saja. lni Cuma rasionalisasi kenapa Pemerintah mengatakan 2,5. kenapa DPR ada yang 2,2 ada yang 3, ada yang 6,3. Tinggal kita carikan paduannya mana rasionalnya yang paling rasional yang kita inginkan. Saya rasa itu Pimpinan.

Silakan.

AGUS MARTOWARDOYO/MENTERI KEUANGAN RI:

Terima kasih.

6

Page 7: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

Kami sudah menjelaskan dan kami tentu tidak perlu mengulang karena kemarin kita sudah menyampaikan dasarnya adalah bestline. Dimana bestline-nya itu adalah 43,6 juta kilo liter. Kalau kita melihat secara natural pertumbuhannya seperti itu. kalau didalam nota keuangan kita mengusulkan 40 juta. 40 juta itu adalah dimana akan menyelenggarakan effort dan effort itu berupa pengendalian­pengendalian sebagaimana dijelaskan oleh rekan Menteri ESDM sehingga jumlahnya 40 juta. Tetapi dalam pembicaraan 6 hari kemudian belum bisa disepakati 40 juta dan diharapkan Pemerintah untuk tidak hanya effort tetapi extra effort kita kemudian melakukan penajaman dan penajaman itu adalah juga memperhitungkan faktor error. Dimana error itu adalah 10% dan dimulai per April Tahun 2012 sehingga akan yang 40 juta kilo liter turun menjadi 37,8 juta kilo liter. Angka 37,8 juta kilo liter itu adalah ada selisih 2,2 juta kilo liter dan 2,2 juta kilo liter itu kita harapkan ada ditaruh dicadangan resiko fiskal.

Kemarin karena kita menghendaki bersama itu adalah titik dan bukan range. Kalau sepakat yang 2,2 itu kita tingkatkan menjadi 2,5 dan difinalkan. Tapi kalau tidak final ya kita kembali ke 2,2 juta. Tapi bukan kemudian kita sekarang dimulai dengan 2,5 juta dan kemudian kita bicara lagi dengan panjang lebar karena yang kita sudah jelaskan juga sudah kita dielaborasi, jadi tidak ada yang tidak fokus dan tidak ada yang tidak memberikan penjelasan terkait ini.

Jadi Bapak-lbu sekalian, kalau bisa kita sekarang sepakati 40 juta kilo liter. Basis anggaran tetap 123,6 Triliun sejumlah 2,2 juta kilo liter dibintangi dibahas di APBNP 2012. Tapi kalau mau ... 2,5 juta untuk menghormati sidang ini kami pun bersedia. Jadi ini untuk menunjukkan bahwa kami menangkap aspirasi Bapak-lbu dan kita kemudian tuntaskan ini. Mohon jangan salah mengerti. Kami justru ingin menunjukkan bahwa kita akan mendukung dan kami kemarin sudah mendengarkan pandangan dari fraksi-fraksi. ltu merupakan rujukan dan kami sudah mulai koordinasikan dengan Menteri-menteri yang terkait.

Saya kembalikan kepada Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Baik, ini sudah mengerucut dari 2,5 sampai 4 juta ini sebetulnya. Jadi saya persilakan bisa mau di 2,5 atau 4, saya persilakan Bapak-lbu silakan. Yang masih belum setuju dengan 2,5 silakan memberikan argumentasi.

OLLY DONDOKAMBEY, S.E./WAKIL KETUAIF·PDIP:

Sebelum diputar saya mau bicara sedikit.

Pak Menteri dan rekan-rekan,

Saya kira kalau saya masih ada 2 persoalan ini, bukan cuma angkanya tadi. 1 angkanyalah, bagi kita gak ada soal tapi penempatannya ini. Kalau pemahaman saya ditaruh di resiko fiskal ini dampaknya akan naik BBM dalam pemahaman saya. Kalau ini sementara Pemerintah melakukan penghematan dan lain-lain dan besaran angka ini masuk didalam pemblokiran ini lebih mudah untuk penggunaannya. Tetapi kalau dia masuk di resiko fiskal bagi kita fraksi kami belum setuju karena ini dampaknya akan naik BBM. Kalau kami tidak mau naik BBM Pak Menteri. Yang kami minta Pemerintah melakukan efisiensi dalam melangsungkan subsidi BBM ini tepat sasaran karena Pemerintah yang menyampaikan ke kita bahwa subsidi ini tidak tepat sasaran. Sehingga kami mendorong ini penghematan ini melakukan efisiensi dan kami menyetujui ada pemblokiran dalam hal seperti ini. Jadi saya kira masih ada 2 disini bagi kami, bagi fraksi kamilah dalam hal apakah itu berkurang menjadi berapa juta itu nanti kita bahas bersama-sama tetapi dalam penempatan ini bagi kami belum setuju kalau ditempatkan didalam cadangan resiko fiskal.

Terima kasih.

7

Page 8: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

KETUA RAPAT:

Ya jadi disini kita tidak pernah bicara soal naik BBM disini. Gak ada yang pernah bicara disini naik BBM. Semua bicara masalah alokasi BBM bersubsidi. Jadi tadi Pak Fayakhun kan bilang sudah sampai angka 4. jadi sudah mengerucut ini 2,5 sampai 4. nah tolong kita bicara yang lebih mengerucut lagi.

Silakan Pak.

AGUS MARTOWARDOYO/MENTERI KEUANGAN RI:

Supaya jangan jadi 2. Pak Olly dengan whisdem Bapak kami sepakat. Jadi itu sifatnya di blokir. Sehingga nanti pembahasan pembukaan blokir untuk 2,2 juta kilo liter atau nanti kalau di bungkus 2,5 juta kilo liter itu kita bicarakan di APBNP. Jadi sebaiknya tinggal satu.

Terima kasih Pak.

TAMSIL LINRUNG, S.Pd./WAKIL KETUAIF·PKS:

Pimpinan. Baik saya kira ini kan sudah semakin mengerucut Pimpinan, Pak Menteri. jadi saya ingin supaya kita mungkin kalau bisa mengetok beberapa point yang bisa kita sepakati sehingga kita nanti fokus pada apa yang belum kita sepakati.

Yang pertama saya kira kita sepakat bahwa basis perhitungan kita 40 juta. ltu tidak ada perbedaan. ltu saya kira bisa kita sepakati itu.

Yang kedua, kita juga sepakat harga BBM tidak naik. Saya kira itu kesepakatan juga. Yang ketiga, kebijakan subsidi ini harus tepat sasaran. ltu juga saya kira point-point yang kita

sepakati. Yang keempat, hasil penghematan tadi diblokir atau dibintangi. Kemarin ada altematif masuk

dalam cadangan resiko fiskal. Tapi sekarang yang kita mau ketok apa diblokir.

KETUA RAPAT:

Kita ketok ya? lni hasil efisiensi di bintangi. ... Pemerintah? Setuju ya?

(RAPAT: SETUJU)

TAMSIL LINRUNG, S.Pd./WAKIL KETUAIF·PKS:

Yang kelima saya ingin mengusulkan lagi mendukung upaya pembangunan sarana prasarana SPBU untuk Pertamax di seluruh Indonesia. 'Kemudian juga mendukung ... (suara tidak jelas).

DR. Ir. WAY AN KOSTER, M.M./F·PDIP/KOMISI X:

Pak Ketua, bukan mendukung saja. Percepatan.

TAMSIL LINRUNG, S.Pd./WAKIL KETUAIF·PKS:

Untuk percepatan.

ISMAYATUN/F-PDIP/KOMISI VII:

Pak Ketua, menyambung sedikit dari apa yang disampaikan Pak Tamsil.

8

Page 9: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

TAMSIL LINRUNG, S.Pd./WAKIL KETUAIF·PKS:

Jadi point ke enam. Jadi saya kira juga kemarin kita sudah sebenarnya bicarakan dan mungkin bisa kita sepakati bahwa hasil penghematan yang dibintangi tadi itu akan dievaluasi, dibicarakan didalam pembahasan APBNP dan jika itu tidak digunakan untuk keperluan tadi BBM maka itu bisa digunakan untuk anggaran lain diantaranya untuk pendidikan dan infrastruktur energi khususnya penekanannya. Saya kira kalau itu bisa, point-point ini ada 6 point saya usulkan. Point yanj terakhir ya jumlahnya itu nanti kita sepakati tadi pada point yang diajukan, angka yang diajukan Pemerintah bisa pada sampai 2,5 tadi. Kalau bahasanya ya kan 2,2 atau 2,5. nah tadi dari Pimpinan khususnya dari Fraksi Golkar saya kira itu pada angka 4 juta kilo liter. Saya kira jadi 6 point tadi kita sudah selesai. Nah tinggal 1 saja yang kita sepakati ini.

Terima kasih.

AGUS MARTOWARDOYO/MENTERI KEUANGAN RI:

Kami sependapat dengan point. Kalau kita bisa mencapai penghematan itu dana akan digunakan untuk pendidikan, infrastruktur dan cadangan resiko fiskal. Mohon maaf yang infrastruktur energi kita gak usah ungkapkan energi. Kita bilang saja pendidikan, infrastruktur dan cadangan resiko fiskal.

ISMAYATUN/F·PDIP/KOMISI VII:

Pak Ketua, boleh saya bicara Pak Ketua. Tadi mati mic-nya Pak Tamsil bukan gara-gara saya Pak. Jangan saya jadi disalahkan.

Mengenai hal yang tadi disampaikan oleh Pak Ketua tadi yang melalui Pak Tamsil ada beberapa point. Kalau menurut saya ada hal 1 yang sangat teknis detail yaitu 1. sarana prasarana pembangunan ... Pertamax. Karena menurut saya kemarin catatan dari Fraksi PDIP itu tidak hanya sarana prasarana pembangunan Pertamax saja Pak tapi kalau tidak salah Bapak dan lbu ingat 10 item. Dan 10 item juga belum semuanya yang dibahas di Komisi VII. ltu hanya sebagian kecil yang kami bahas di Komisi VII.

Oleh karena itu kami minta Pak, kalau boleh hal yang berkaitan dengan teknis detail termasuk sarana dan prasarana pembangunan Pertamax ini dikembalikan ke Komisi VII. Jadi tidak hanya tercantum sebagai sarana prasarana kare~a ini akan mengikat kami di Komisi VII. Padahal bukan ini saja yang menjadi permasalahan. Jadi apa pun yang berkaitan dengan hal teknis mengenai apa yang disampaikan 2,5 itu tadi kembalikan ke Komisi VII.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Jadi saya pertegas lagi bahwa tentang sarana dan prasarana teknis akan dibahas di Komisi VII. Setuju ya?

(RAPAT: SETUJU)

DARWIN ZAHEDY SHALEH/MENTERI ESDM:

Saya melengkapi saja. Karena kemarin kita cermati bahwa dalam kita merealisasikan target itu perlu strategi dan perlu program. Jadi bagaimana mungkin kita bisa mengintensifkan agar subsidi BBM itu lebih terhematkan kalau langkah-langkah menuju situ tidak kita amankan. Misalnya, transportasi darat itu 83%. Kemudian paling banyak ada di mobil pribadi. Nah kalau misalnya kita memperkuat

9

Page 10: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

infrastruktur dan mensaranai pengisian gas ke transportasi darat jadi tidak lagi BBM, itu akan membantu kita merealisasikan apa yang kita targetkan. Jadi yang kami garis bawahi dari beberapa masukan dari beberapa fraksi. Dana yang dihemat tadi kalau kami mengajukan munculkan kata "infrastruktur'' dulu sebelum sampai ke pendidikan. Karena itu bagian dari kita merealisasikan target yang ingin kita capai. Tanpa approach ... jadi ada penghematan kita upayakan meningkatkan infrastruktur si target tadi hanyalah sebuah angka yang ingin kita capai tapi tidak ada langkah menuju situ.

T erima kasih.

KETUA RAPAT:

Bisa disetujui ya?

{RAPAT : SETUJU)

Jadi ini tinggal angka. Tapi Bapak-lbu sekalian angka ini jangan ngomong juta kilo liter. Kita ngomong Rupiah. Jadi Rupiahnya itu kita pakai patokan subsidi yang harus diefisien, 1 liter berapa? 2400, 2500, 2000? 2400? 2500? Supaya kita bisa ngomong angka ini. Nah sekarang efisiensinya kan tinggal dilihat berapa Triliun.

DARWIN ZAHEDY SHALEH/MENTERI ESDM:

Saya mengusulkan Pak Ketua. Kalau misalnya kita sampai pada ekivalen 2200, 2500 sekitar itu kita tambahi ... lni bukan sekedar kata. Jadi jumlah otomotif berkembang secara normal, kurs walaupun kita tahu itu asumsi APBN tapi kita perlu mengulang ... paribus. Jadi faktor-faktor lain yang pokok itu tetap.

Demikian.

KETUA RAPAT:

lni terlalu ilmiah ini. Yang jelas saja. 2500?

DARWIN ZAHEDY SHALEH/MENTERI ESDM:

Sebetulnya ceteris paribus itu bahasa ringkas dari faktor-faktor yang berpengaruh. Sangat berpengaruh dalam ekivalen ke Rupiah tadi itu tetap Pak. Sebab walaupun misalnya gak mudah kita mengekivalenkan si maaf tadi 2,5 juta kilo liter itu menjadi Rupiah kalau angka-angka berpengaruhnya gak duduk ditempatnya. ICP-nya, kursnya, jumlah kendaraan otomotifnya. Sebab sekali ini bergeser itu gak mungkin ekivalennya itu.

Demikian. Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT:

lni supaya kita bisa bicara. lni kan kita sudah patokan lifting berapa, kurs berapa. lni kita pakai angka APBN saja. nah tolong dari lbu Evita ini berapa supaya kita dari SOM berapa nih angka per litemya supaya hitungan-hitungannya bisa keluar ini.

EVITA H. LEGOWO/DIRJEN MIGAS:

10

Page 11: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

Mohon ijin Bapak Menteri. Jadi sebetulnya itu sangat tergantung kepada bahan bakar apa Pak? Jadi kalau premium dengan kondisinya RAPBN itu 2200-an sekitar Pak.

KETUA RAPAT:

2200 ya. Jadi per liter penghematan itu 2200 per liter. Nah sekarang tinggal bicara angkanya. Berapa yang mau dihemat dari ini.

Ir. FAYAKHUN ANDRIADI, M.Kom./F·PG/KOMISI I:

ljin Pimpinan. Karena ini juga kita memperhitungkan kemungkinan solar juga. Jadi memang tidak bisa diikat hanya dengan premium. Sebaiknya Bu Evita mengeluarkan angka itu adalah sebuah pertimbangan antara mix antara solar dengan premium.

EVITA H. LEGOWO/DIRJEN MIGAS:

lni bukan saya langsung dengan Pak Fayakhun Pak ya, melalui Pimpinan. sebetulnya kalau untuk 2012 kan kita belum memungkinkan untuk menggantikan solar. Karena memang infrastruktumya belum memungkinkan dan bahan bakarnya belum. Jadi mungkin kita konsentrasi kepada premium dulu mungkin Pak.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Baik, kalau begitu premium. Kalau begitu saya minta masing-masing fraksi untuk menyampaikan pendapatnya supaya kita bisa mengambil keputusan dari pandangan fraksi-fraksi.

Fraksi Demokrat saya persilakan.

DRH. JHONI ALLEN MARBUN, M.M./F·PD/KOMISI VII:

Ya saya kira kalau Fraksi Demokrat sudah jelas. Apa yang diusulkan Pemerintah 2,2 atau 2,5 ya terserahlah. Tinggal perhitungannya ke ... , berapa 2200. ya kalau 2,2 kali 2. 2,2 kali 2,5 kan gitu aja. ltu uangnya.

KETUA RAPAT:

Pokoknya Demokrat apa kata Pemerintah ikut. Silakan Pak Menteri.

AGUS MARTOWARDOYO/MENTERI KEUANGAN RI:

Bapak, kami mohon untuk nanti yang diblokir atau dibintangi tidak dalam bentuk nilai Rupiah tetapi dalam bentuk volume BBM premium.

KETUA RAPAT:

Ya ini Komisi VII ribut ini nanti.

AGUS MARTOWARDOYO/MENTERI KEUANGAN RI:

11

Page 12: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

Jadi kalau itu dijadikan Rupiah itu nanti akhirnya tidak sesuai dengan fungsi yang kita ingin laksanakan. Yang ingin kita laksanakan adalah pengendalian volume BBM.

KETUA RAPAT:

Kalau begitu ini, antara Pemerintah ini belum sepakat ini. Kalau kita sudah sepakat bahwa kita bicara angka. Karena di Komisi VII dan Pemerintah sudash putuskan 40 juta kilo liter ya kita sepakati pakai itu. Sadan Anggaran kan angkanya, subsidinya, Rupiahnya. Kalau Pak Menteri Keuangan belum sepakat dengan Menteri ESDM kita skors dulu supaya Pak Menteri bicara dulu.

DARWIN ZAHEDY SHALEH/MENTERI ESDM:

Bukan Pak. Kalau mau diskors saja bukan berarti Menteri ESDM sama Menteri Keuangan belum sepakat. ltu bisa missed leading, mohon kami di support juga. Jangan sampai ada kesan yang salah.

T erima kasih.

KETUA RAPAT:

lni semua orang lihat kok bahwa ini.

DARWIN ZAHEDY SHALEH/MENTERI ESDM:

Kalau mau diskors, diskors saja kami usul kami tidak ada yang tidak baik kalau kita menskors 5 menit sehingga kita bisa berkomunikasi tapi bukan tidak bersepakat nanti dibaca di text seperti itu. Karena posisi dari Pemerintah adalah apa yang disampaikan oleh Menteri Keuangan. Saya kira sebagai leading. KETUA RAPAT:

Baik saya skors. 5 men it, 10 menit Pak?

AGUS MARTOWARDOYO/MENTERI KEUANGAN RI:

Gak, orang tadi angkanya masih belum sampai di 2,2 juta kilo liter atau 2, 1 juta kilo liter kan belum disepakati. Jadi kita jangan kemudian mengatakan Pemerintah berbeda. lni kebetulan Pemerintah menganut asas transparansi. Kita bicara di depan Bapak.

KETUA RAPAT:

lni kita semua transparan Pak Menteri. Gak ada yang kita tutup-tutupi semua kita buka. Pak Menteri kalau bisa kita skors.

AGUS MARTOWARDOYO/MENTERI KEUANGAN RI:

2,2 kita nanti minta diskors supaya kami bisa sampaikan tentang posisi tapi kita sepakati jumlah dulu saja deh juta kilo liter tadi. Bagaimana Ketua?

KETUA RAPAT:

12

Page 13: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

Kita disini tidak bicara juta kilo liter Pak Menteri. Kita bicara angka saja. Kita sudah sepakat tadi 40 juta kilo liter kita sudah sepakat, sudah ketok.

AGUS MARTOWARDOYO/MENTERI KEUANGAN RI:

Makanya, kita kan bicara 40 juta kilo liter. Terus kemudian berapa yang dibintangi. Kita bicara 2,2 juta kilo liter. Kalau mau dibungkus 2,5 juta kilo liter itu yang kita bintangi. Nanti kita minta break karena ada rekan dari Menteri ESDM yang menyampaikan bagaimana kalau seandainya kita merespon dalam bentuk Rupiah. Kalau kami dari disiplin anggaran yang ada melihat kok dibintangi itu adalah dalam juta kilo liter khusus untuk Premium.

Mungkin itu Pimpinan.

DRH. JHONI ALLEN MARBUN, M.M./F-PD/KOMISI VII:

Pimpinan sedikit. Pemerintah barangkali kan, tadi kan sudah kita ketok Pak dibintangi kecuali kalau masuk resiko fiskal agak berbeda karena ini dibintangi sebetulnya gak ada masalah. Karena itu konsekuennya volume dengan harga karena konteksnya sudah dibintangi. Kalau resiko fiskal memang agak berbeda dia masukan ke, kalau ini kan tidak sehingga tinggal cara penulisannya saja sebetulnya. "volume" 40 juta minus 2,2 atau 2,5 berapa? Artinya lolos. Baru dibawahnya 2,5 kali berapa sekian. lni dibintangi. Jadi gak ada masalah sebetulnya. Kan Pak ini soal penulisan saja. beda dalam konteks kalau dia masuk ke resiko fiskal. lni saya kira dalam konteks ini tidak terlalu ini. Karena apa? tetap juga disitu karena kita sudah sepakati tadi dibintangi. Jadi ini hanya teknis penulisannya saja untuk mencapai posisi di 123 Triliun itu. Seda kalau tadi kalau ke resiko fiskal, agak berbeda memang. Tapi kita tadi sudah ketok dibintangi Pak Menteri. Jadi supaya tidak terlalu panjang di skors dan segala macam.

Terima kasih.

AGUS MARTOWARDOYO/MENTERI KEUANGAN RI:

Memang di kami agak pelan berpikirnya. Jadi kita sepakati jumlah deh. Setelah itu saya respon tentang apakah kita setuju untuk dalam bentuk angka atau nilai atau tidak. Mohon agar kita bisa selesaikan volume dulu. Nanti kan kalau sudah volume nanti kan Bapak mau mengatakan Bapak dengan angka bagaimana pandangan Pemerintah kami akan merespon. Tapi Pak Jhoni saya terima kasih untuk masukannya.

Kembali kepada Ketua.

KETUA RAPAT:

Silakan Fraksi Partai Golkar.

Ir. FAYAKHUN ANDRIADI, M.Kom./F-PG/KOMISI I:

Terima kasih Pimpinan.

Jadi kami Fraksi Partai Golkar tetap konsisten. Dan konsistensi kami didasari pada perhitungan yang perhitungan-perhitungan tersebut kami lakukan berdasarkan data yang diberikan oleh Pemerintah kepada kami. Oleh karena itu kami melihat bahwa yang bisa dibintang itu adalah 4 juta kilo liter dan kami mengambil asumsi 1 liter subsidi adalah Rp2500. karena kami mengantisipasi fluktuasi naik turunnya US Dollar sebesar 10%. Jadi 2200 ada fluktuasi 10% itu akan di 2500.

Oleh karena itu Pimpinan, nominalnya 4 juta kilo liter x Rp2500 = Rp10 Triliun.

13

Page 14: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Baik, dari PDIP.

DR. Ir. WAYAN KOSTER, M.M./F-PDIP/KOMISI X:

T erima kasih Pak Ketua.

Sebenarnya kami sudah punya hitung-hitungan ketemu angka berdasarkan asumsi jumlah BBM bersubsidi Tahun 2010 kemudian pertumbuhan 16% ke 2012, kemudian di kompromikan dalam nota keuangan Tahun 2012. kemudian dilakukan judgement sebenamya ketemunya itu adalah efisiensinya 2,4 dari basis 40 juta kilo liter. Karena itu kami menerima usulan yang disampaikan oleh Pemerintah sebesar 2,5 juta kilo liter atau setara dengan kalau diuangkan dengan yang lain variablenya tetap itu adalah sekitar 6,8 Triliun. Saya kira itu Pak Ketua dan itu terserah mau dibintangi atau cost secara teknis dari sisi anggaran.

Terima kasih. Yang tadi itu hanya untuk premium.

KETUA RAPAT:

Fraksi PKS.

ANDI RAHMAT/F·PKS/KOMISI XI:

Prinsipnya saya kira pandangan kami sudah disampaikan Pak Tamsil tadi ya. Ada 6 point itu dan saya kira variable hitungan ini sudah kita bahas sebetulnya diatas pada waktu kita Panja. Seluruh variablenya sudah kita masukan dan metodologinya menurut saya metodologi net. Tidak ada perubahan yang signifikan dan kita lihat nanti perjalanannya pada waktu 2012 nanti. jadi kurang lebih begitulah pandangan kami.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Angkanya?

ANDI RAHMAT/F-PKS/KOMISI XI:

Angkanya 2,5 juta kilo liter karena tadi Pak Menteri pakai istilah bungkus ya. Dan saya khawatir istilah bungkus ini dipersoalkan di kuningan lagi itu nanti. Jadi 2,5 juta kilo liter bungkus dan angkanya setelah kita perkalikan itu sekitar 6-7 Triliun kurang lebih.

Terima kasih.

TAMSIL LINRUNG, S.Pd./WAKIL KETUAIF·PKS:

Ya mungkin saya juga tambahkan sedikit. Jadi perhitungannya tadi jelas juga sebenarnya tadi sama dengan perhitungan-perhitungan dari Fraksi Golkar bahwa efisiensi yang mungkin kita lakukan itu pada basis 12,6 juta kilo liter. Kemudian Fraksi Golkar itu hanya mendiskon 50%. Kalau kami ini

14

Page 15: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

mendiskon 80%. Mendiskon 80% itu ketemu pada angka yang disebut tadi Pak Andi Ramat 2,5 juta kilo liter. 2,5 juta kilo liter itu ekivalen dengan 6,7-6,8 tadi. Sama persis, dengan Golkar sama.

KETUA RAPAT:

Saya persilakan Fraksi PAN.

LAUREN BAHANG DAMA/F·PAN/KOMISI XI:

Terima kasih Ketua.

Fraksi PAN intinya sesuai dengan apa yang sudah disepakati tentang penggunaan BBM bersubsidi ini tepat sasaran. Sehingga apa yang telah disimulasikan oleh Pemerintah karena ini akan menjadi dibintangi dan akan dibahas juga pada APBNP maka kita menyetujui apa yang menjadi usulan Pemerintah untuk dibungkus 2,5 juta kilo liter.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

PPP?

DRS. H. HASRUL AZWAR, M.M./F·PPP/KOMISI VIII:

Terima kasih Ketua.

Saya menarik apa yang disampaikan Pak Tamsil. Sesungguhnya itulah kalau boleh tadinya menjadi keputusan rapat kita pada sore hari ini. Dan kita menghormati apa yang disampaikan oleh Menteri ESDM bahwa hal-hal yang sifatnya teknis itu nanti dibicarakan di Komisi VII. Tadi Pak Menteri Keuangan berpijak pada angka dasar 2,2. Tadi rekan saya PDIP pada 2,4.

Kami lebih cenderung untuk bisa menyepakati apa yang diusulkan Menteri Keuangan pada angka 2,5 juta kilo liter. Dan berikutnya saya sependapat dengan Pak Ketua bahwa memang karena kita bicara anggaran perlu ada angka. Jadi Pak Menteri saya pikir kan ada harga minimal, paling tidak hitungan-hitungan dasar untuk subsidi itu.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

PKB.

BAHRUDIN NASORllF·PKB/KOMISI Ill:

Terima kasih Ketua.

Menteri Keuangan dan Menteri ESDM yang saya hormati beserta jajarannya,

Saya kira untuk PKB saya sependapat apa yang disampaikan oleh Menteri bahwa kita 2,5 juta kilo liter.

T erima kasih Ketua.

15

Page 16: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

KETUA RAPAT:

Kurang jelas Pak. Saya kurang jelas dengar Bapak.

BAHRUDIN NASORl/F-PKB/KOMISI Ill:

Setuju apa yang disampaikan Pemerintah.

KETUA RAPAT:

Baik. Kirain gak setuju itu. Bahaya itu nanti Pak. Gerindra.

FARY DJEMY FRANCIS/F-GERINDRA/KOMISI V:

Terima kasih Pimpinan.

Pak Menteri,

Jadi basis pemikiran kita dari awal itu 43,6. Pembahasan di Komisi VII dan disepakati 40. kemarin kita 37,8 sudah sampai kesitu kemarin. Dan Pemerintah mengusulkan 2,2 itu basis kita Pak. jadi bukan 2,5. 2,5 itu masih bargaining itu. Jadi Pemerintah sekarang posisinya masih 2,2. ini pointnya disitu bagi kami. Posisi Pemerintah 2,2. Kami mengusulkan 2,5. Bisa dimengerti ya? Jadi posisi ... 2,2 sekarang ini. Kenapa dikatakan oleh Pak Menteri tadi. Kalau setuju kita bungkus 2,5. tetapi artinya bahwa Pemerintah posisi sekarang adalah 2,2. Ya paling tidak bungkusnya ikut Gerindralah.

T erima kasih.

KETUA RAPAT:

Hanura, saya persilakan.

Ors. M. ALI KASTELLA/F-HANURA/KOMISI VII:

Terima kasih Pak Ketua.

Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Sesuai dengan hasil pembahasan sebelumnya maka Hanura berpandangan bahwa basis perhitungannya tetap 40 juta kilo liter dengan catatan dibungkus menurut istilah Pak Menteri, penghematan 2,5 juta kilo liter. Dan hal-hal terkait dengan pelaksanaan teknis akan dibahas dengan Komisi teknis terkait lainnya.

Demikian pandangan dari Hanura. T erima kasih Pak Ketua.

KETUA RAPAT:

Saya persilakan Fraksi Partai Golkar.

DRS. AGUN GUNANJAR SUDARSA/F-PG/KOMISI II:

16

Page 17: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

Pak Menteri yang kami hormati, Pak Ketua,

Fraksi Partai Golkar sulit. Sekali lagi saya mengatakan sulit untuk bisa menerima angka 2,5 karena sesungguhnya yang dimintakan oleh kami itu dasar perhitungan ini subsidi yang tepat sasaran itu. lni yang belum terjawab. Jadi saya mohon juga pengertian kepada fraksi-fraksi yang lain. Tolong juga kami diberi jalan keluar. Subsidi tepat sasaran itu berangkat dari 53% kendaraan roda empat. Saya menggunakan bestline 40 juta kilo liter. Ketemu angka itu 11 ,51 juta kilo liter. Kalau itu dikurangi 50% tapi itu termasuk dengan solar. Tapi setelah kita hitung kembali itu 50% dari 53% itu kalau untuk BBM premium itu hanya 4 juta kilo liter. ltu dasar perhitungan kami. Dan kami sebetulnya tidak ada persoalan makanya yang kami tekan Pak Ketua. Kalau ini disetujui angkanya disetujui kami minta itu menukik dalam program aksi. Program aksinya 2, dari sisi kewilayahan, dari yang 53% itu dipindahkan kemana. ltu kami minta putus. Jadi gak selesai 2,5 Pak Menteri bungkus. Nah yang dibungkus apanya yang dibungkus. Jadi detail.

Kemudian konsekuensi dengan kebutuhan BBM di Jawa-Bali yang memang sudah ada kebijakan 50%-nya itu tidak menggunakan premium kan harus ada penyiapan Pertamax, seperti apa langkah-langkahnya. Time schedule-nya kayak apa yang dilakukan oleh Pemerintah. Benar itu soal teknis. Tapi keputusan politik itu harus ada. secara teknis dikerjakan oleh Komisi. Dievaluasi kapan? Pada waktu APBNP. Jadi buat kami Pak Ketua, angka-angka itu harus ada logika-logikanya. Nah saya mohon 2,5 yang semua fraksi sudah seperti itu yang ingin membungkus nah kami minta kebijakannya aplikasinya seperti apa. ltu yang saya mohon dijelaskan dulu Pak.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Baik. Pemerintah tolong dijelaskan kebijakannya sampai 2,5 juta dan action plannya itu apa? supaya clear kita mengambil keputusan 2,5 juta itu tidak turun dari langit angka 2,5 juta itu. Tapi turun daripada 1 program yang terukur dan bisa dilaksanakan.

Kami silakan Pemerintah.

AGUS MARTOWARDOYO/MENTERI KEUANGAN RI:

Terima kasih.

Menteri Keuangan sudah menjelaskan. Kalau kurang jelas Wakil Menteri Keuangan menambahkan.

ANNY RATNAWATl/WAKIL MENTER! KEUANGAN RI:

Terima kasih.

Sebetulnya kemarin sudah dijelaskan. Jadi Pemerintah itu menghitung dengan pertumbuhan konsumsi itu 8%. Kita bicara awal Pak, nanti baru masuk di nota keuangan. Kemudian kami juga sudah menghitung dengan berapa kendaraan pribadi, berapa motor dan lain sebagainya. Sehingga angka awal dengan melihat data-data sebelumnya, realisasi, pertumbuhan dan lain sebagainya bestline-nya adalah sebetulnya 43,6 juta kilo liter. ltu yang angka sebenarnya tetapi kemudian pada saat memasukan nota keuangan dimintakan effort dari Pemerintah untuk melakukan pembatasan atau pengaturan sehingga angka tersebut 40 juta kilo liter. Jadi sudah dengan menghitung dilakukan pengaturan pendistribusian BBM bersubsidi kemudian ini juga dilakukan estimasi misalnya untuk Jawa-

17

Page 18: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

Bali dengan hitungan sekitar 21,3 juta itu dengan melihat realisasi 2010. Jawa-Bali itu mencapai sekitar 59% dari total. Jadi itu ada angkanya semua Pak. kita hitung pakai simulasi dan lain sebagainya.

Kemudian angka Pemerintah kemarin ketika diminta dilakukan effort kembali kami datang dengan angka 37,8 juta kilo liter. 37,8 juta kilo liter itu dengan menghitung kalau kita lakukan pembatasan ada error karena yang paling sempurna adalah yang Maha Kuasa. Kan kira-kira begitu. Manusia mungkin ada error. Error yang bisa ditolerir itu sekitar 10% dengan melihat tadi keterbatasan infrastruktur dan lain sebagainya. Sehingga jatuh angka 37,8 juta kilo liter. Efisiensinya adalah dari premium yang sekarang menjadi 22,2 juta. Memang cherosin dan solar bila tidak dilakukan pembatasan. Kita bersepakat mengenai itu.

Kemudian angka 2,5 juta itu sebetulnya kami sudah menurunkan margin error-nya. Jadi angka 2,2 juta itu kalau margin errornya sekitar 10%. Angka margin error 5% jadi kesalahan atau kebocoran didalam penjagaan ini. Kita kan gak bisa jaga satu-satu semuanya 5% itu jatuh penghematan sekitar 2,5 juta. Jadi angka yang digunakan ini adalah angka yang kami gunakan berdasarkan basis perhitungan. ltu sebabnya Pak Agun kami datang dengan 2,5 juta kilo liter dengan margin error itu sudah turun dari 10% menjadi 5%.

Terima kasih.

DARWIN ZAHEDY SHALEH/MENTERI ESDM:

Pak ketua.

KETUA RAPAT:

Silakan Pak.

DARWIN ZAHEDY SHALEH/MENTERI ESDM: Perkenankan kami menjawab bagian. Jadi karena Menteri ESDM sudah menjelaskan apa-apa

yang diperlukan, untuk lebih jelas lagi, saya tidak punya wakil menteri ESDM, saya persilakan Dirjen Migas untuk menyampaikan soal programnya. Silakan .

. .............................

Jadi ini yang dimaksud tunggu tanggal 20 ketua.

EVITA H. LEGOWO/DIRJEN MIGAS:

Mohon ijin Bapak Pimpinan. Bapak Menteri, lbu Wamen.

Jadi sebetulnya kalau tadi volume, sebetulnya sudah disampaikan Bapak Menteri Keuangan, tadi lbu Wamen juga menyampaikan kembali. Kami mungkin akan mencoba menyampaikan yang sebenarnya sudah kami sampaikan di Panja Pak. Jadi sebetulnya bagaimana metodenya, sebetulnya seperti disampaikan oleh Bapak Menteri ESDM tadi, mengenai metode tepatnya, kami memang harus mendiskusikannya dengan Komisi VII karena ini sangat teknis Pak Agun. Tetapi tentu saja dalam saat kita mendiskusikan dengan Komisi VII, kami akan menerima masukan, mencatat masukan dari teman­teman di Panja yaitu untuk memperhatikan plat hitam yang memang waktu itu disepakati tidak sebaiknya mendapatkan BBM bersubsidi dan melihat volume ini sebagian besar di Jawa-Bali, itu tetap akan kami laporkan dan akan kami diskusikan bersama dengan Komisi VII. Mungkin demikian Bapak Menteri.

18

Page 19: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Baik, Pak Agun.

AGUN GUNANJAR S/FPG/KOMISI XI:

Ya, sudah wakil, jawabannya menurut saya belum seperti apa yang kami mintakan. Sebetulnya kalau soal margin error, soal yang penjelasan itu saya mengerti semua, tahu. Yang kami minta bukan itu. Kan angka ada, yang kami minta itu sederhana saja. Subsidi ini tidak tepat sasaran, tolong dijawab. Dijawabnya ini bukan sekedar volume dikurangi, ditambah, bukan. Kebijakannya dari subsidi BBM ini, dari segi kewilayahan sudah tidak tepat. Masa NTB-NTT cuma dua persen. Masa diluar Jawa pada antri, kan itu persoalannya. Kenapa mesti harus menumpuk 59%, dijawab balik. Kan tinggal dijawab. Oke, saya setuju. Jawa-Bali dikurangi sekian prosen, kami mengusulkan Jawa-Bali itu yang 53% itu adalah kendaraan pribadi roda empat, itu dikurangi. Karena itu bukan rakyat yang sesungguhnya harus disubsidi. Kurangi berapa? 50% dikemanakan itu barang? Pindahkan, kan volumenya tidak berubah. Pindahkan kemana? Kasih NTB, NTT, Kalimantan. ltu kan prinsip. Berapa besarannya, detail, dan segala macam, silakan teknisnya Komisi VII tapi keputusan politik Sadan Anggaran sampai ketemu angkanya itu Pak.

Terus misalkan dari sisi pengguna, jadi dua. Dari segi kewilayahan, yang kedua dari sisi pengguna. Kewilayahan sudah jelas tidak mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat di daerah. Dari sisi penggunaan 53%, kendaraan bermotor, pribadi roda empat. 40% sepeda motor, roda dua. Angkutan umum, angkutan barang, 7%. Transportasi darat kita kan itu Pak faktanya. Maksud saya itu yang harus dijawab. Jadi ada keputusan, langkah yang memang secara teknis, subsidi akan menjadi tepat sasaran dengan cara ini, ini, ini. Maka didapatkan asumsi, katakanlah begitu. Kalau toh dikatakan dibintangi, kan begitu kan, angkanya sekian triliun. Kan nanti akan dievaluasi. Yang akan dievaluasi kembali pelaksanaannya itu pada APBN-P 2012 yang akan datang. ltu Pak ketua. Jadi saya belum terjawab. Sudah diwakilkan pun belum terjawab.

TAMSIL LINRUNG/WAKIL KETUA/PKS:

Saya bisa tambahkan sedikit. Saya memahami ini karena ini juga pernah saya sampaikan kemungkinan bahwa aspek

kewilayahan maupun aspek penggunaan itu bisa kita koreksi. Tapi apakah ini termasuk yang teknis yang kita maksudkan tadi, yang barangkali kita minta kepada Komisi VII untuk membicarakannya dengan Kementerian. Tetapi catatannya bahwa itu dipertimbangkan untuk direalokasi. Dari aspek kewilayahan yang 59% tadi, saya setuju. Dari aspek pengguna yang 53% juga tadi, itu juga supaya ada koreksian. Tapi koreksinya berapa besar, itu kita serahkan kepada Komisi VII untuk melakukannya. Kalau itu disetujui, ini sudah selesai karena saya melihat sudah ketemu pada penjelasan ini. Karena kalau kita mau berdebat pada basis, semua ada basis perhitungannya secara jelas. 43,7 tadi itu yang saya ceritakan bahwa Pemerintah sudah melakukan diskon 6,2 juga yang artinya 50% juga sampai pada angka 47,5. Kalau 47,5, saya juga punya perhitungan bahwa itu juga basisnya seperti teman­teman Golkar, cuma diskonnya saya lebih tinggi, 80% karena ini langkah awal, pertama Pemerintah melakukan, kita beri waktu karena kita sudah mendengar penjelasan Pemerintah juga bahwa infrastruktur yang ada itu belum mendukung untuk sarana-prasana petramax itu tadi. Makanya itu kita juga dorong supaya ada percepatan untuk itu. Jadi kalau sudah ketemu disini, saya kira kuncinya itu tadi. Pemerintah mau tidak kita sepakati disini bahwa ini termasuk masalah teknis yang akan dibicarakan dengan Komisi VII, yang disini memberikan catatan keras supaya itu betul-betul harus

19

Page 20: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

menjadi pertimbangan utama untuk melakukan realokasi baik dari aspek kewilayahan dan pada aspek penggunaan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Baik, Bapak sekalian. Pemerintah masih ada jawaban? Kalau tidak ini saya akan skors atau kita ambil keputusan tapi Golkar memberikan catatan di

dalam undang-undang ini. Golkar tidak setuju dengan 2,5 dan itu akan kita masukkan kedalam pandangan APBN kita.

Silakan dari Pemerintah. Mungkin bisa dielaborasi dulu yang penjelasan tadi penjelasan Pak. Karena harus jelas juga itu karena apa yang dimintakan oleh Saudara Agun, itu sesuatu yang masuk akal itu. Supaya jangan blank saja 2,5 juta tanpa dasar yang kuat. Mau dipindahin kemana? Mau dipindahin ke NTT-NTB, ke Indonesia wilayah Timur atau ke Kalimantan.

Jadi Pemerintah masih ada jawaban? Kalau tidak ada jawaban. Sudah? Jadi Pemerintah masih ada jawaban? Kalau tidak ada jawaban ya kita skors dulu, bikin 30 menit. Karena kalau mau dilanjutkan ya keputusannya tidak akan bulat.

Silakan Pemerintah.

AGUS MARTOWARDOYO/MENKEU RI:

Kami merekomendasi di dalam undang-undang yang akan dibuat oleh Banggar, jangan ada catatan karena saya rasa tidak lazim kalau kemudian kita masih diberikan catatan lagi. Untuk itu, tadi jawaban dari ketua, dalam hal ini Pak Tamsil, kita hormati dan cakap baik pada Komisi VII yang nanti akan menjadi mitra Pemerintah dalam hal ini Menteri ESDM untuk membicarakan itu. Jadi sebetulnya sudah tidak ada topik dan kalau mungkin Pak Melky agak sungkan, kita pindahkan Pimpinan untuk ditinggal bersama ketua yang lain.

KETUA RAPAT:

Anda tidak punya hak untuk meminta. Saya punya hak disini Pak Menteri. Saya memimpin sidang.

AGUS MARTOWARDOYO/MENKEU RI:

Jadi kalau seandainya hal itu supaya tidak meja Pimpinan itu tidak melihat betul-betul pada satu.

KETUA RAPAT:

Pak menteri sekali lagi, anda tidak punya hak untuk mengatakan demikian, saya pimpin sidang ini. Saya kan tadi menawarkan, Pemerintah masih bisa memberikan penjelasan atau tidak, kalau tidak, saya skors 30 menit atau kita berikan catatan terhadap undang-undang ini, kan itu pilihan. Bukan anda memindahkan palu ini.

AGUS MARTOWARDOYO/MENKEU RI:

Kalau begitu saya cabut pemyataan saya terakhir, minta maaf. Saya kembalikan pada ketua.

20

Page 21: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

KETUA RAPAT:

Baik, saya persilakan bapak/ibu sekalian mau kita skors dulu. Baik, saya skors 30 menit dulu ya.

KETUA RAPAT:

(RAPAT DISKORS PUKUL 16.29 WIS)

(SKORS DICASUT PUKUL 17.05 WIS)

Baik, bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian. Skors saya cabut dan rapat saya nyatakan terbuka untuk umum. Saya persilakan kepada Fraksi Partai Golkar.

AGUN GUNANJAR S/FPG/KOMISI XI:

Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pimpinan Sadan Anggaran. Yang terhormat, segenap anggota Sadan Anggaran yang terhormat. Bapak Menteri Keuangan, Menteri ESDM dengan segenap jajarannya.

Setelah Fraksi Partai Golkar mengadakan pertemuan internal, ada beberapa hal yang mungkin perlu menjadi bagian dari perjalanan pembahasan APBN tahun 2012, yang tentunya juga menjadi pedoman bagi kita kedepan untuk menyelesaikan pembahasan APBN yang memang kita juga terikat dengan jadwal, waktu yang harus selesai berdasarkan undang-undang, di akhir bulan Oktober ini. Catatan-catatan itu yang pertama.

Memang pembicaraan APBN tahun 2012 ini secara umum Pak Menteri, walaupun itu sifatnya canda, sifatnya kelakar, tapi itu sempat di bicarakan di fraksi kami. Tentang palu juga kami diskusikan. Pimpinan memindahkan palu, ini juga menjadi bahan usulan yang berkembang di fraksi kami. Oleh karena itu Fraksi Partai Golkar bisa menerima dan menyesalkan pernyataan dari Menteri Keuangan, sekaligus kami juga menerima permohonan bapak karena sudah menarik kembali. Dan mohon kiranya karena memang ketua ini dari Golkar, Pak, kami dari anggota-anggotanya ini menyadari betul bahwa unsur Pimpinan ini tidak sendiri, bersifat kolektif. Oleh karena itu, hal-hal yang seperti itu untuk tidak terjadi lagi di kemudian hari dan kami menerima akan permohonan maaf Pak Menteri.

Yang kedua, karena kami dalam pendapat terakhir tadi dari fraksi-fraksi, menjadi tinggal sendirian. Mahon kiranya juga pengambilan keputusan yang dilakukan oleh kita, tidak didasarkan atas asumsi dengan istilah kata, kalau 2,5 bungkus. Kata "bungkus" juga diperdebatkan pak tadi ya. Jadi mohon kata itu untuk dihapuskan dari catatan-catatan rapat. Fraksi kami meminta, dalam risalah rapat, dalam kesimpulan dan lain sebaiknya, kata "bungkus" dihapus dari risalah sidang kita. Jadi tidak adalah kata-kata seperti itu. Walaupun itu joke, tapi orang mengetik, men-translate, membuat risalah itu tidak bisa hilang begitu saja. Harus ada kesepakatan. ltu dua hal yang sifatnya umum.

Lalu masuk kepada substansi yang kita rapatkan sampai dengan sore hari ini yang sudah memakan waktu cukup banyak dan juga mengundang, memeras jalan pikiran kita masing-masing. Bagi Fraksi Partai Golkar, sampai dengan kami rapat tadi, tetap pada posisi kebijakan subsidi BBM itu karena sudah ada kesepakatan antara DPR dan Pemerintah di dalam rapat panja, yang menyatakan bahwa kebijakan subsidi itu tidak tepat sasaran. ltu sudah diputuskan dan dihadiri oleh Pak Bambang, ada Bu Evita, segala macam. Oleh karena itu kami tetap pada satu pilihan bagaimana agar aspek

21

Page 22: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

kewilayahan, aspek pengguna yang angka-angkanya juga berasal dan berawal dari sajian yang disampaikan oleh Pemerintah, kami menghendaki untuk menjadi tepat sasaran. Kalau tepat sasaran yang sesungguhnya itu 100% diubah. Tapi kami sadar bahwa untuk merubah itu membutuhkan langkah-langkah yang tidak mudah. Kami menurunkan menjadi separuhnya. 50%. Sehingga dengan demikian, dengan segala permohonan maaf, dengan segala penghormatan, fraksi kami kepada Pemerintah, kepada seluruh fraksi-fraksi yang sudah menyampaikan pandangannya, Fraksi Partai Golkar tetap pada pilihan bahwa pada pilihan angka bukan pada angka 2,2 yang diusulkan oleh Pemerintah. Lalu 2,5 seperti yang dikatakan tadi bungkus, nah kata bungkusnya tidak perlu dihapus. 2,5 tapi Fraksi Partai Golkar tetap pada angka 4 juta kilo liter.

Untuk itu, karena menyadari bahwa pembahasan APBN ini dihadapkan kepada persoalan waktu, Fraksi Partai Golkar tidak sedikitpun berniat dan berkendak untuk menghambat proses pembahasan APBN. Karena tindak lanjut dari angka yang ditetapkan oleh Sadan Anggaran, itu akan berdampak pad a pembicaraan berikutnya, pada postur APBN. Oleh karena itu bukan sekedar volume tapi juga dengan asumsi besaran asumsi untuk per liter. ltulah yang kami usulkan 4 juta kilo liter dengan asumsi 2500 ketemu angka 10 triliun. Namun karena dengan pertimbangan tidak ingin bermaksud menghambat proses pembahasan, Fraksi Partai Golkar memberikan catatan, memberikan pernghormatan atas usulan Pemerintah yang nampaknya sudah sama dengan fraksi-fraksi lain, mempersilakan untuk lanjut pembahasan berikutnya, membicarakan postur dengan catatan terhadap keputusan tersebut, Fraksi Partai Golkar memberikan minder has nota. Apakah sudah selesai? Belum. Tetap berjalan dengan permohonan, kiranya apa yang diputuskan ini tetap masih terbuka ruang untuk suatu saat, suatu ketika Fraksi Partai Golkar untuk berbicara lebih jauh sampai pada posisi akhir ketika APBN itu akan disahkan menjadi undang-undang dengan pernyataan pendapat akhir fraksi ketika akan diambil keputusan baik ditingkat pertama, pada tingkat rapat kerja ataupun pada tingkat II di rapat paripurna. ltu permohonan kami agar minder has nota, apakah akan terus bernasib sampai dengan undang-undang itu diputuskan, apakah akan dicabut atau akan hilang, mohon kiranya fraksi-fraksi memahami, memberikan ruang, kesempatan kepada kami untuk bisa kiranya ini juga berjalan, untuk kita bicarakan sampai di akhir, sampai pembahasan APBN ini.

Saya kira itu Pak ketua, yang dapat kami sampaikan dari Fraksi Partai Golkar, saya kira sudah cukup jelas, sudah cukup gamblang, bahwa ini silakan berjalan, postur silakan disusun dengan asumsi 2,5 juta kilo liter itu dengan minder has nota Fraksi Partai Golkar. Terhadap minder has nota Fraksi Partai Golkar, berikanlah kesempatan kepada kami dan juga kami mengajak kepada fraksi-fraksi dan Pemerintah untuk satu ketika, satu saat bisa saja membuka kembali, sampai bagaimana kami bisa mulus mengambil keputusan ini, di Undang-Undang APBN tanpa dengan minder has nota.

Demikian Pimpinan. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Wa'alaikumsalam.

Baik saudara sekalian.

Kita sudah mendengarkan pendapat dari Fraksi Partai Golkar. lntinya kami mempersilakan untuk memakai angka 2,5 juta dollar namun Fraksi Partai Golkar tetap menaruh minder has nota dengan angka 4 juta kilo liter, efisiensi 2500 dan minder has nota ini masih terbuka untuk dibicarakan sampai akhir pembicaraan kita dalam hal rapat kerja pengambilan keputusan tingkat pertama maupun ke Paripurna.

· Kami persilan bapak/ibu sekalian untuk menanggapi, kalau tidak kita setujui dengan catatan tersebut. Kami persilakan kepada Pemerintah, kalau ingin memberikan tanggapan.

22

Page 23: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

AGUS MARTOWARDOYO/MENKEU RI:

Kami tidak ada catatan lagi. Kalau seandainya ini bisa diputuskan bahwa di dalarn pandangan ada catatan, tentu karni bisa rnenerirna ada catatan.

KETUA RAPAT:

Baik, bapak sekalian. Kita sepakat sernua. Setuju ya? Jadi kita sepakati angka 2,5 juta kilo liter dan Fraksi Partai Golkar rnernberikan catatan minder has nota dengan angka 4 juta kilo liter. Sarnpai pernbahasan di tingkat Paripurna.

JHONNY ALLEN MARBUN/F·PD/KOMISI VII:

Artinya begini Pak ketua. ltu soal. Tapi kan inikan kita bicara Panja inikan. lnikan rnasih Panja asumsi, iya kan. Tentunya catatan itu adalah dalam konteks kesimpulan Panja. Saal nanti, soal lain lagi karena ini kan masih Panja asumsi, belum kita melangkah. ltu maksudnya.

KETUA RAPAT:

lya,betul. Bisa disepakati bapak sekalian. Setuju ya?

(RAPAT: SETUJU)

Baik, bapak sekalian. Kita sudah sepakati angka 2,5 juta kilo liter. Dengan catatan, Fraksi Partai Golkar tetap menaruh angka 4 juta kilo liter dan kita akan bahas di dalam pembahasan selanjutnya. Dernikian bapak/ibu sekalian. Kalau tidak ada lagi yang disampaikan.

YOSEPH UMAR HADl/F·PDIP/KOMISI V:

Pak ketua.

KETUA RAPAT:

Silakan.

YOSEPH UMAR HADllF·PDIP/KOMISI V:

Barangkali mungkin ada satu catatan yang ingin saya sampaikan terkait dengan catatan kesimpulan yang kemarin telah tertulis di dalam kertas ini terutama mengenai nomor 5 poin 5. Karena catatan satu merupakan catatan kita bersama sedangkan catatan kedua adalah catatan dari FPG, karena ini sifatnya adalah bersama nomor satu itu, saya ingin sedikit mengkoreksi pak kalau boleh. Supaya ini mendukung upaya pernbangunan sarana prasarana Pertamax SPBU ini. Maksud saya, alangkah baiknya kalau kita tidak menyebut. Jadi sebenarnya kalau itu tidak ada dasar hukumnya berarti yang kami tandatangani bersama-sama pada waktu itu ya gak punya dasar hukum.

KETUA RAPAT:

23

Page 24: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

Ya jadi masih ada yang ingin menanggapi tentang Komisi XI. Ya Pak Dolfie silakan.

Ir. DOLFIE OFP/F·PDIP:

Ya Pimpinan. Jadi saya menambahkan. (suara tidak memakai mic) .... yang merupakan catatan kita bersama sementara catatan kedua adalah dari F-PG karena ini sifatnya catatan kita bersama Nomor 1 itu. saya ingin sedikit mengoreksi Pak kalau boleh. lni yang mendukung upaya sarana dan prasarana Pertamax SPBU ini. Maksud saya, alangkah baiknya kalau kita tidak menyebut secara langsung namanya Pertamax. Jadi mendukung sarana-prasarana BBM non subsidi. Demikian supaya lebih elegan untuk kita. Tadi mohon maaf saya terlambat karena saya ada musibah. Kalau memang sudah saya mengucapkan terima kasih kalau memang sudah ini. Bukan, saya ingin tanya. Kalau memang ini sudah ya saya terima kasih.

ANGGOTA BADAN ANGGARAN:

... (suara tidak jelas) pertamax.

Ir. DOLFIE OFP/F·PDIP:

Bukan, ini karena catatan kita di Panja ini Pak. Karena persoalan ini kan mengacu pada catatan yang ada disini. lni menjadi dokumen negara. Apakah namanya nanti pertamax atau bukan, kan itu lain ceritanya. Mungkin premium, premium non subsidi bisa juga. Jadi BBM non subsidi. Dia BBM non subsidi terakhir kata itu. Ada macam-macam masalahnya disitu. Mungkin nanti namanya lain, bisa juga ya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Ada lagi Bapak-lbu sekalian? Jadi saya bacakan kembali kesepakatan kerja Sadan Anggaran dengan Menteri Keuangan dan

Menteri ESDM tanggal 11 Oktober. Yang pertama, basis perhitungan volume BBM bersubsidi Tahun 2012 sebesar 40 juta kilo liter. Bisa disetujui? Pemerintah?

(RAPAT: SETUJU)

Yang kedua, harga BBM bersubsidi tidak mengalami kenaikan. Bisa disetujui? Pemerintah?

(RAPAT : SETUJU)

Yang ketiga, pengalokasian BBM bersubsidi Tahun 2012 dilakukan secara tepat sasaran. Bisa disetujui? Pemerintah?

(RAPAT: SETUJU)

Yang keempat, sebagian dari total porsi volume BBM bersubsidi Tahun 2012 sebesar 2,5 juta kilo liter dibintangi dan akan dievaluasi dalam APBN Perubahan Tahun 2012.

ISMAYATUN/F·PDIP/KOMISI VII:

24

Page 25: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

Pak Ketua, BBM bersubsidi itu ada 2 Pak Ketua, premium dan solar. Kalau kami dari PDl­Perjuangan tadi memintanya premium. Jadi 2,5 juta kilo liter premium bersubsidi.

KETUA RAPAT:

Premium bersubsidi bisa disetujui? Jadi saya ulangi, sebagian dari total porsi volume premium bersubsidi Tahun 2012 sebesar 2,5

juta kilo liter dibintangi dan akan dievaluasi dalam APBN Perubahan Tahun Anggaran 2012. Efisiensi dari hasil evaluasi hasil pencabutan tanda bintang akan dialihkan untuk infrastruktur pendidikan dan cadangan resiko fiskal serta akan dibahas dalam APBN Perubahan Tahun Anggaran 2012. Bisa disetujui? Pemerintah, setuju ya?

(RAPAT: SETUJU)

Yang kelima, alokasi BBM bersubsidi yang tepat sasaran akan bicarakan lebih lanjut di Komisi VII termasuk dari aspek distribusi per wilayah dan juga aspek pengguna termasuk percepatan pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur serta SPBU untuk BBM non subsidi dengan memperhatikan keadilan. Bisa disetujui? Pemerintah?

(RAPAT: SETUJU)

Yang keenam, yang Partai Golkar punya bersepakat untuk 2,5 juta namun ada catatan 4 juta kilo liter didalam ... nota. Bisa disetujui ya?

(RAPAT: SETUJU)

Bapak dan lbu sekalian,

Kita sudah putuskan selesaikan Rapat Kerja kita pada sore hari ini. Kita akan lanjutkan pembahasan di Kopo besok pagi.

ANDI RAHMAT/F·PKS/KOMISI XI:

Besok Panja Asumsi ... dulu, langsung belanja. Kita postur belum selesai Ketua.

KETUA RAPAT:

Subsidi listrik besok kan? Atau kita bahas disini?

TAMSIL LINRUNG, S.Pd./WAKIL KETUAIF·PKS:

Saya usul, apakah subsidi ini kembali ke pembahasan yang normal dengan Panja dimana tidak perlu lagi kehadiran kedua Menteri. cukup dengan Pemerintah yang diwakili Kepala Sadan Ketahanan Fisk al.

KETUA RAPAT:

Saya rasa Panja subsidi listrik kita bahas besok di Kopo mulai pagi jam 09.00 ya?

AGUS MARTOWARDOYO/MENTERI KEUANGAN RI:

25

Page 26: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

Ketua, pada saat yang lalu sudah dipresentasikan Ketua. Mungkin pada saat itu direncanakan akan diputus di forum ini. Apa kita gak jadikan 1 paket saja. Karena sudah dipresentasikan pada saat hari Kamis.

KETUA RAPAT:

Bagaimana Bapak-lbu sekalian?

DR. Ir. WAYAN KOSTER, M.M./F·PDIP/KOMISI X:

Pak Ketua, seingat saya waktu itu kita dukung keputusan Komisi VII. Cuma belum diketok sampai selesai waktu itu. Oalam pembahasan kita berpulang pada Komisi VII waktu itu.

DRS. AGUN GUNANJAR SUDARSAIF·PG/KOMISI II:

Pak Ketua, makanya ini kan belum clear Pak. Pembahasannya belum intens. Kalau mengacu kepada apa yang diputuskan di Komisi VII kan, Komisi VII tidak bersepakat untuk menaikkan harga tarif dasar listrik. ltu yang belum clear Pak. Jadi ini mesti dibahas lebih jauh. Jadi kalau langsung diputuskan disini ya menurut saya ya bagaimana membicarakan ini kecuali Pemerintah setuju tidak ada kenaikan tarif dasar listrik.

LAUREN BAHANG DAMA/F·PAN/KOMISI XI:

Pada waktu itu diputuskan di Panja itu bahwa diputuskan 1 paket dengan BBM bersubsidi. Jadi begitu BBM-nya diputuskan sekaligus juga subsidi listrik Pak.

KETUA RAPAT:

Ya kalau mau diputuskan ya harus dibahas dari sekarang. Pemerintah tolong menjelaskan. Kan gak bisa kita putuskan yang tanpa ada ini pembahasan karena waktu itu kita belum terlalu detail itu subsidi listrik.

Pak Bambang silakan.

BAMBANG S.B/BKF:

Mohon maaf Bapak Pimpinan. Waktu bagian subsidi itu kita menjelaskan sekaligus Pak, subsidi BBM dan subsidi listrik. Dan waktu itu pembahasan memang akhirnya lebih berat kepada subsidi BBM karena subsidi listrik arahnya adalah sesuai dengan yang disepakati di Komisi VII yaitu mengenai besaran subsidinya. Sedangkan mengenai harga memang belum diputuskan oleh Komisi VII dan Pemerintah.

DRS. AGUN GUNANJAR SUDARSAIF·PG/KOMISI II:

Pak Ketua, jadi kita sama-sama saling koreksi Pak Bambang ya tapi saya yakin sama. Bapak gak pulang-pulang, saya juga gak pulang-pulang Pak. dan tidak ada sesi yang kita absen. Pada waktu pembicaraan subsidi itu memang kita cover-nya subsidi energi Pak. Presentasi Pemerintah itu subsidi BBM dan subsidi listrik. Dalam pembahasan berikutnya hampir semua fraksi itu mengacu pada apa yang disampaikan oleh Komisi VII bahwa kebijakan subsidi itu sekaligus hari ini, itu betul. Namun pada

26

Page 27: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

waktu itu besaran-besaran angka yang di subsidi listrik itu memang gak ada masalah. Hanya memang tidak diperdalam dan tidak disinggung lebih mendetail itu soal tarif dasar listrik. Jadi Fraksi Partai Golkar jelas sudah diungkapkan dalam rapat itu berkaitan dengan subsidi energi ini. Kami lebih menyoroti subsidi BBM yang tidak tepat sasaran. Terkait dengan itu semua tarif dasar listrik kami tidak menghendaki adanya kenaikan. ltu sikap kami Pak. jadi kalau mau dibahas sekarang ya sekarang. Golkar oke itu semua tapi tarif dasar listriknya tidak naik. Makanya kami ada pikiran waktu itu ketika ada efisiensi dari subsidi BBM ini mendatangkan angka, kami mengusulkan juga waktu itu Pak. Angkanya itu juga kalau perlu untuk memberikan tambahan kepada infrastruktur yang besamya 9 Triliun. ltu kita ungkapkan Pak. Nah kalau mau dibicarakan lebih jauh posisinya disitu Pak.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Saya ingin tanya, kita mau dilanjutkan disini atau di Kopo?

DARWIN ZAHEDY SHALEH/MENTERI ESDM:

Ketua, kami ingin menggarisbawahi saja bahwa yang berkaitan dengan besaran subsidi listrik itu Pemerintah posisinya sudah sama-sama dengan apa yang dicapai didalam Rapat Kerja Pemerintah dengan Komisi VII. Jadi dengan demikian, itulah posisi terakhir Pemerintah. Jadi Pemerintah didalam rapat dengan Komisi VII itu sudah menyampaikan posisinya dan Pemerintah, dan Komisi VII setuju pada kesimpulan ketika itu. jadi artinya kita maju kedepan ini.

Demikian. Terima kasih.

TAMSIL LINRUNG, S.Pd./WAKIL KETUA/F·PKS:

Pak Menteri, apakah disetujui kenaikan TDL dengan Komisi VII sebesar 10% kalau tidak salah presentasinya.

DARWIN ZAHEDY SHALEH/MENTERI ESDM:

Saya kira itu bisa kita bacakan saja. Kita kembali ke dokumen kesimpulannya. Supaya tidak parsil kami menjawab. Jadi dokumennya itu ada. Apakah saya yang harus membacakan atau justru dari Komisi Vll-nya? Karena ini adalah hasil dari Komisi VII.

KETUA RAPAT:

Ya bacakan saja Pak.

DARWIN ZAHEDY SHALEH/MENTERI ESDM:

Saya bertanya lagi, apakah pada tempatnya saya membacakan kesimpulan yang ditandatangani oleh Ketua Komisi VII? Karena saya adalah bukan bagian dari parlemen. Bisa kami berikan Pak.

KETUA RAPAT:

27

Page 28: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

Begini Pak Menteri, keputusan Komisi itu tidak mengikat. ltu referensi dan itu bisa dibahas di Badan Anggaran. Jadi kita jangan dipakai surat dari Komisi VII bahwa itu sudah. lni akan dibahas lagi. Bisa setuju bisa tidak. ltu sudah juga disampaikan dalam rapat konsultasi. Jadi kalau Pak Menteri berpatokan pada surat ini ya gak akan ketemu.

DARWIN ZAHEDY SHALEH/MENTERI ESDM:

Pak Ketua, Bapak berpersepsi saya mengembalikan bahwa itulah hasil Pemerintah dengan Komisi VII ketika itu.

KETUA RAPAT:

Saya tahu Pak Menteri. Gak usah dikasih tahu saya tahu. lni ada di tangan saya. Justru saya tanya. Kalau kita mau bahas lagi itu mau kita bahas sekarang atau di Kopo? Cuma masalah itu saja.

DARWIN ZAHEDY SHALEH/MENTERI ESDM:

Bagaimana sikap dari Parlemen? Saya persilakan.

MIRWAN AMIR/WAKIL KETUAIF·PD:

lni kan suasana kayaknya sudah gak kondusif. Jadi mungkin kita start besok di Kopo saja lebih baik. Jadi jangan sore ini dipaksakan.

Saya rasa itu Pak Ketua.

DRH. JHONI ALLEN MARBUN, M.M./F·PD/KOMISI VII:

Sedikit. Sebagaimana yang disampaikan teman-teman betul ... namun untuk masalah subsidi listrik di Kopo itu sudah diketok sesuai dengan usulan Komisi VII. ltu yang di Kopo. Sudah diketok bukan menjadi katakanlah. Di Kopo itu sudah diketok. ltu loh maksudnya. Bahwa memang kita karena belum diketok itu bisa kita bahas lagi. Tapi karena khusus yang belum itu adalah BBM. ltu yang dimaksud teman-teman dan pada saat itu khusus subsidi listrik sesuai dengan kesepakatan usulan Komisi VII. Khusus subsidi listrik. ltu yang diketok di Kopo. ltu sebenamya. Artinya bahwa disana itu sudah kita tidak persoalkan.

TAMSIL LINRUNG, S.Pd./WAKIL KETUAIF·PKS:

Pimpinan saya ingin tambahkan sedikit. Justru itu saya kira menjadi masalah sehingga pembahasan ini memang tidak bisa kita lakukan sekarang karena catatan di Komisi VII itu terkait dengan usulan Pemerintah mengenai rencana kenaikan tarif tenaga listrik, Komisi VII DPR RI belum dapat menyetujui. Berarti apakah dengan sendirinya itu yang kita berikan persetujuan di Kopo. Kalau itu yang kita berikan persetujuan berarti kita tidak setuju dengan kenaikan TDL itu sebesar 10% karena ini yang menjadi kesimpulan Komisi VII. Oulu sebenarnya kalau tadi seperti yang disampaikan Pak Agung bahwa hasil efisiensi itu bisa di konversi ke listrik maka bukan hanya ada kenaikan tetapi memungkinkan ada penurunan. Memungkinkan juga 19 juta yang belum dapat itu bisa mendapatkan.19 juta yang dapat 450 itu bisa meningkat menjadi 900. Karena dulu perhitungan­perhitungan yang disampaikan itu bahwa dengan 450 watt ini itu belum memungkinkan pengguna rumah tangga ini meningkat kesejahteraannya. Ketika anak belajar, nonton TV, kulkas, listrik mati. Apalagi kalau sambil nyetrika. ltulah pemikiran-pemikiran dulu sehingga sebenarnya hasil efisiensi ini tidak sekedar kita akan menempatkan pad a cadangan resiko fiskal. T etapi karena setelah

28

Page 29: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

mendapatkan penjelasan dari Pemerintah bahwa infrastruktur itu belum memungkinkan untuk langsung membelanjakan itu apalagi merealokasi ke listrik misalnya, itu kita terima dan kita sudah putuskan tadi. Tetapi kalau ini sesuai dengan kebutuhan Komisi VII ya boleh saja kita ketok tetapi konsekuensinya berarti tidak menyetujui kenaikan itu.

Fraksi kami saya kira pada posisi akan mendukung kalau itu. Tetapi kalau Pemerintah punya pertimbangan lain ya kita jadikan apa yang menjadi keputusan Komisi VII itu ini sebagai referensi sebagai acuan. Sehingga memungkinkan klop semuanya sudah selesai di Komisi VII nanti ada kesepakatan dengan Pemerintah bahwa kita bisa memahami kenaikan itu. tapi kalau tidak ya sekarang kita putuskan bahwa itu tidak. Dan kita ikut pada apa yang menjadi keputusan di Komisi VII.

OLLY DONDOKAMBEY, S.E./WAKIL KETUA/F·PDIP:

T erima kasih Pak Ketua.

Saya kira pemahaman kita di Sadan Anggaran ini kita mensinkronkan apa yang dibahas di Komisi. Kira-kira akan seperti itu. tetapi kalau bahasanya Pak Menteri ESDM bahwa keputusan Pemerintah yang rapat di Komisinya sudah final kita akan kembalikan semua ini, apa yang diputuskan di Komisi kita finalkan disini. Bagi kita juga gak pusing daripada rapat-rapat itu terus mengubah-ubah gak. Jadi usulan Komisi XI kita finalkan. Usulan Komisi VII kita finalkan kalau saya. Jadi lebih gak repot kalau kita bahas disini. Biar jelas. Optimalisasi yang diminta Komisi XI itu kita serahkan ke Komisi XI semua. jadi gak ada lagi kita bahas-bahas ini supaya kita enak ini. Jangan Sadan Anggaran itu menjadi suatu pandangan orang kita mau ubah-ubah semua. jadi kita ikuti saja sesuai dengan MD 3 kita kasih ke Komisi. Kalau Pak Menteri Keuangan setuju kita kasih kalau saya ya, supaya jelas kita disini. Tidak ada lagi bahwa kita ini merubah keputusan Komisi. Kalau memang itu kesepakatan dengan Pemerintah itu saya rasa Ketua saya usulkan begitu. Kita kasih. Kan Komisi XI sudah menyurat ke kita bahwa hasil optimalisasi 5 Triliun, mereka akan menggunakan untuk kepentingan Komisi XI. Kita kasih saja. Kan artinya seperti itu. supaya jelas kita disini tidak mau merubah kalau bahasanya Pak Menteri ESDM seperti itu karena dianggap nanti Banggar ini mau ubah-ubah segala kebijakan yang diputuskan. lnilah yang harus di clearkan disini saya kira Pak Ketua.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Saya persilakan Menteri Keuangan. Bagaimana?

AGUS MARTOWARDOYO/MENTERI KEUANGAN RI:

Kalau akan dibicarakan besok. Kalau yang ingin kami ingatkan adalah bahwa apakah kita bicarakan tentang tarif listrik di forum ini atau tidak. Tapi kalau misalnya perlu masih ada penjelasan kami, besok akan kita bicarakan dan kita menyampaikan kenapa pandangan daripada Pemerintah kita ingin supaya ada penyesuaian TTL yang di Komisi VII ternyata dibatasi jumlahnya tetapi TTL-nya belum disetujui karena kami merasa bahwa itu sebetulnya konsekuensi. Kalau memang kita setuju nilai daripada nilai subsidinya dibatasi itu adalah dengan kebijakan TTL di sesuaikan. Tapi kalau kita mau mendalami ini dan kita belum bisa di forum ini akan membahas, memutuskan kita bicarakan besok.

Mungkin begitu Ketua.

29

Page 30: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

KETUA RAPAT:

Jadi kalau kita mau bahas hari ini saya juga persilakan. Tapi tolong diberikan kepada kami bahan-bahannya. Supaya terjadi pembahasan seperti biasa. Tetapi kalau Pemerintah belum siap ya kita bahas besok saja, kan sangat simple.

ISMAYATUN/F·PDIP/KOMISI VII:

Pak Ketua, saya butuh klarifikasi dari Pemerintah Pak Ketua. Karena tadi bahasanya Menteri Keuangan adalah karena subsidi BBM itu dibatasi oleh Komisi VII akibatnya TTL disesuaikan. Tolong diklarifikasi. Kami pada Komisi VII memang tidak menginginkan adanya kenaikan tarif tenaga listrik. Walaupun itu ada pembatasan subsidi itu karena harus efisiensi di PLN secara coorporate karena energi mix yang namanya PLN itu sampai hari kemarin temuan BPK 19 Triliun disalahgunakan. Nah kalau misalnya ada perkataan bahwa tadi Komisi VII membatasi subsidi yang dianggarkan menurut saya tolong diklarifikasi sejelas-jelasnya. Kami di Komisi VII tidak pemah mengatakan bahwa Tarif Tenaga Listrik itu tidak naik karena adanya pembatasan tapi karena adanya in-efisiensi di tubuh PLN. Mohan penjelasan lebih lanjut Pak Ketua. Jangan sampai ada pemahaman daripada mass media disini ditangkap bahwa DPR-lah yang tidak memberikan kesempatan bahwa itu TTL menjadi naik.

Demikian Pak Ketua.

KETUA RAPAT:

Pak Menteri bisa jelaskan.

AGUS MARTOWARDOYO/MENTERI KEUANGAN RI:

Benar. Sebetulnya yang ingin kita capai dan mendapat dukungan dari Bapak-lbu di DPR adalah nilai subsidi itu bisa dikendalikan lebih rendah dengan kondisi kita menyesuaikan TIL. Kita memahami pembahasan di Komisi VII nilai itu diharapkan rendah tetapi TTL penyesuainnya belum disetujui. Oleh karena itu keputusan di Komisi kita jadikan referensi dan kita bicarakan di Rapat Anggaran. Hal yang sama pernah terjadi di Tahun 2011 ini. Kita di tahun lalu di Tahun 2011 kita harapkan ada penyesuaian TTL tetapi juga hal yang sama terjadi penyesuaian TTL itu tidak disetujui tetapi nilai subsidinya diturunkan dengan harapan bahwa efisiensi ataupun peningkatan produktivitas di PLN dilakukan. Yang ingin kami sampaikan dengan kita mengelola listrik kita perlu berambisi untuk bisa lakukan pengendalian. Tetapi kita juga harus realistis kalau seandainya di perusahaan listrik negara temyata belum bisa mencapai itu jangan sampai postur kita dipertaruhkan karena dianggap oleh stakeholders dalam hal ini analyst bahwa ini adalah kurang berdasar atau kurang kredible.

Jadi kami mengharapkan dalam forum Banggar ini bisa kita lakukan kajian. Dengan catatan bahwa Komisi VII memang belum menyetujui tetapi kita harapkan di Banggar ini bisa kita mencari solusi.

Kami kembalikan kepada Ketua.

KETUA RAPAT:

Baik, Bapak dan lbu sekalian,

Saya rasa kita bahas subsidi listrik ini besok saja supaya bahan-bahannya pun lebih lengkap. Bisa disepakati di Kopo ya? Jadi basis kita adalah angka-angka yang disampaikan oleh Komisi VII. Tidak akan lari dari sini. Basisnya adalah apa yang disampaikan oleh Komisi VII tapi tolong Pemerintah

30

Page 31: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

memberikan bahan supaya Sadan Anggaran ini bisa menelaahin dengan benar. Jadi kita putuskan saja, kita rapat di Kopo jam 09.00 untuk membahas subsidi listrik. Bisa disetujui?

YOSEPH UMAR HADllF·PDIP/KOMISI V:

Ketua, besok ini masuknya Panja atau Raker?

KETUA RAPAT:

Panja Pak.

YOSEPH UMAR HADl/F·PDIP/KOMISI V:

Jadi kan kalau masalahnya mentok lagi kan Raker lagi. Kenapa tidak Raker sekalian saja, seperti ini.

KETUA RAPAT:

lni yang kita bawa ke Raker ini subsidi BBM. Bukan subsidi listrik. Jadi yang lain kita bawa ke Rapat Panja. Jangan lagi dibawa ke Raker disini. Jadi waktu keputusan kita di Rapat Panja adalah tentang subsidi BBM, tidak ada lagi isu-isu lain. Jadi kembali lagi sekarang ke jalur Panja. Panja asumsi dasar dan penerimaan.

DRH. JHONI ALLEN MARBUN, M.M./F·PD/KOMISI VII:

Jadi besaran subsidi listrik kita sepakati, kita ketok sesuai dengan usulan Komisi VII. Soal naik tidaknya TDL dibicarakan di Komisi VII.

KETUA RAPAT:

Pak Jhoni, kita belum bahas sampai hal itu. Besok saja kita bahas subsidi listrik. Jadi jangan dibilang kita sudah sepakati dulu. Kita bahas besok mulai dari awal subsidi listrik. Supaya jangan simpang siur lagi. Jadi kita sepakati saja. Besok kita bahas, Pemerintah menyampaikan penjelasan tentang subsidi listrik dengan acuan yang diberikan oleh Komisi VII. Baru kita putuskan, kita setuju atau tidak. Jadi gak pemah ada kesepakatan kita setuju angka ini. Belum pemah ada itu Pak Jhoni.

TAMSIL LINRUNG, S.Pd./WAKIL KETUAIF·PKS:

Pak Ketua sedikit saja. Ada yang saya perlu. Jadi saya kira karena ini ada catatan resmi ini. Jadi saya perlu ingatkan supaya nanti kalau kita mau membahas subsidi listrik ini makanya saya kira penugasan untuk membawa pembahasan ini ke Panja berarti ini harus diputuskan disini karena memang kesepakatan kita itu membahas subsidi energi. Jadi dua-duanya, BBM dan listrik didalam Raker ini. Karena itu saya bacakan saja redaksinya. Panja asumsi Sadan Anggaran sepakat untuk melakukan Rapat Kerja dengan Menteri Keuangan RI, Menteri ESDM, Kepala BPH Migas, Dirut PT Pertamina, dan Dirut PT PLN pada hari Senin 10 Oktober 2011 untuk dapat memutuskan kebijakan dan besaran subsidi BBM dan subsidi listrik yang lebih memenuhi asas keadilan, mendukung kesejahteraan rakyat dan lebih tepat sasaran. Jadi sebenamya kalau mau membahas itu memang forumnya disini, bisa kita lakukan pembahasan selama Pemerintah sudah siap dengan bahan-bahan itu

31

Page 32: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

juga selama Anggota Sadan Anggaran keseluruhannya. Tetapi kalau sekarang kita mau menyepakati bahwa ini kita kembalikan saja ke Panja khusus untuk subsidi listrik ini saya kira disini juga bisa putuskan sehingga pembahasannya bisa kita lakukan, apakah pada besok pagi jam 09.00 atau jam 10.00 karena memang pada hakikatnya pembahasan masalah ini ada pada Panja. Cuma karena ada masalah kita bawa ke tingkat atas pembahasan didalam Rapat Kerja. Saya kira kalau ini kita bisa putuskan di Panja ya kita bicara Panja, apakah dibahas malam ini atau besok bisa kembali kedalam Rapat Panja jika itu menjadi kesepakatan Ketua.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Kami persilakan kepada Pemerintah.

AGUS MARTOWARDOYO/MENTERI KEUANGAN RI:

Ketua, menyimak apa yang disampaikan oleh Pak T amsil di meja Ketua. Kami mengusulkan pada hari ini didalam sidang Banggar dengan Pemerintah kita putuskan tentu kami mohon catatan dari perwakilan Komisi VII dan Menteri ESDM. Disini kita setujui tentang besaran subsidi listrik sebagaimana yang telah dibahas di Komisi VII dan untuk penyesuaian TTL kita menunggu keputusan di Komisi VII dengan Pemerintah. Jadi kita tidak mengurangi, tidak melebihi tapi kita juga tidak ambil pembahasan ini di forum Banggar tetapi kita sejalan karena Pemerintah sebetulnya mengharapkan agar ada penyesuaian listrik tetapi kita catat disini bukan final. ltu nanti akan dibahas di Komisi VII. Kalau bisa itu disetujui, sekarang bisa kita putuskan tentang agenda listrik.

Kami kembalikan kepada Ketua.

KETUA RAPAT:

Baik, Bapak·lbu sekalian,

Kita mau teruskan ini, bahas disini subsidi listrik?

DRH. JHONI ALLEN MARBUN, M.M./F·PD/KOMISI VII:

Pimpinan sedikit. Seingat saya yang menjelaskan penjelasan subsidi ini adalah Dirjen Listrik di Kopo, betul? Nah persoalannya kemarin itu memang adalah soal tarif. Nah sebagaimana tadi usul kita saya kira soal besaran daripada subsidi listrik Pemerintah sudah mengatakan kita tetapkan disini. Tapi soal TDL tidak usah dibahas disini. Jadi artinya kita kan bicara soal .. . supaya Panja subsidi clear. Artinya TDL itu belum ada kesepakatan, ... Pemerintah pun sudah mengiyakan. Jadi saya kira untuk besaran subsidi listrik dari awal kita sudah gak ada masalah baik di Panja. Waktu itu soal BBM, begitu Pimpinan. Jadi hanya tinggal mengetok besaran subsidi listrik sesuai dengan nota keuangan.

Saya kira itu Pimpinan. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Baik. Silakan.

32

Page 33: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

DRS. AGUN GUNANJAR SUDARSAIF·PG/KOMISI II:

Dalam pandangan fraksi kami berbeda Pak Jhoni Allen. Berbicara subsidi BBM dan subsidi listrik itu jadi satu kesatuan. Penyampaiannya pun sekaligus dan besaran-besaran angkanya pun itu belum ada yang diketok. Artinya kenapa? Sesungguhnya untuk subsidi listrik itu tidak akan menjadi persoalan. Kita dapat menyetujui sepanjang persoalan subsidi BBM yang bagi kami waktu itu masih ada angka 450, 900, 1300, ini bisa dibuka risalah rapat itu. ltu terkait dengan subsidi yang tepat sasaran itu. Yang kami usulkan angka-angka itu nanti ada juga di konversi untuk pembangunan kelistrikan yang besarannya 9 Triliun itu.

Nah oleh karena itu terkait dengan itu Pak Ketua, kalau fraksi kami masih tetap subsidi listrik itu harus dibicarakan. Karena kita juga ingin tahu secara lebih detail setelah BBM diputus. Setelah BBM diputus kan dengan angka 2,5 juta kilo liter angkanya bagaimana ... itu bagaimana korelasinya dengan energi listrik dan lain sebagainya. Bahkan kita sudah banyak dengan usulan-usulan. Jadi saya tetap meminta ini dibahas dululah Pak Ketua. Dan untuk dibahas disini kan menurut saya juga makan waktu yang tidak kecil, harus ada persiapan dan lain sebagainya dari Pemerintah. Saya usulkan besok di Kopo. Di level Panja saja.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Ada lagi?

DRH. JHONI ALLEN MARBUN, M.M./F·PD/KOMISI VII:

Pimpinan, kita kalau mengacu begini. Kan tadi sudah kita membuat apa yang dibacakan oleh Pak T amsil bahwa yang diputuskan sesuai dengan keputusan sesuai dengan surat tertulis adalah 2 point tersebut. Tinggal mau dibahas Pemerintah kalau memang ... presentasikan sebentar. Kan itu suratnya jelas tadi. Hanya ada persoalan soal surat Komisi VII adalah soal TDL. Tapi Pemerintah dari Menteri Keuangan sudah mengatakan TDL tidak dibahas, itu nanti di Komisi VII. Tapi soal besaran anggaran sesuai dengan surat tersebut ya bisa kita tetapkan disitu dan itu adalah materi yang kita bawa ke Raker ini yaitu soal BBM dan listrik. Kan itu yang baru dirancang oleh Pak Tamsil. Saya kira itu suratnya dan itu adalah kesepakatan dengan surat yang tertulis tersebut.

Saya kira begitu Pimpinan.

DRS. AGUN GUNANJAR SUDARSAIF·PG/KOMISI II:

Saya mengerti kok, surat itu memang bunyinya begitu. T api kan kita bicarakan Pak. Dan membicarakannya belum selesai. Kan tidak juga harus surat bunyinya seperti itu, kayak begitu gak. Dia itu masih berproses kok. Sepengetahuan saya itu yang namanya subsidi energi itu terkait dalam kebijakan kami itu. BBM-nya dengan listrik, ya sekarang BBM clear. Listriknya kan belum. ltu juga menjadi bagian catatan-catatan kami sampai dengan posisi hari ini.

Terima kasih.

TAMSIL LINRUNG, S.Pd./WAKIL KETUA/F-PKS:

Atau ada pertanyaan saya yang agak simple ini. Memungkinkan gak kalau besaran subsidi ini 45 Triliun tapi kemudian itu tidak ada kenaikan TTL. Nah itu pertanyaannya. Kalau sekarang kita tetapkan subsidi 45 dan itu otomatis berarti harus ada kenaikan ya memang itu terkait. Gak bisa kita

33

Page 34: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

pisahkan. Tapi kalau Pemerintah menjawab bahwa itu memungkinkan jika ditetapkan subsidinya 45 Triliun tapi dijamin bisa tidak ada kenaikan TTL itu gak ada masalah Pak Jhoni, bisa dinaikkan sekarang. Tapi kalau tidak tetapkan dua-duanya, apakah sekarang atau besok.

OLLY DONDOKAMBEY, S.E./WAKIL KETUAIF·PDIP:

Pak Ketua, itu yang maksud saya tadi saya sampaikan menurut Pak Menteri ESDM sikap Pemerintah yang diputuskan di Komisi VII clear, itulah sikap berarti 45 Triliun ini. Apakah kita ketok itu, Pak Tamsil tanya. Apakah dengan 45 Triliun ini tidak terjadi kenaikan TDL. Nah ini yang saya mau tanya ke Pemerintah. Dengan 45 Triliun ini tidak ada kenaikan TDL. Kalau tidak ada kenaikan TDL jaminan 45 Triliun saya rasa kita ketok ini. Jelas ini, supaya jangan sampai ini. Pak ... , saya katakan tadi jangan kita pula merubah kebijakan dari Komisi VII jadi persoalan lagi di Banggar lagi katanya merubah-ubah. lni harus ... dari Pemerintah supaya kita clear ini. Saya kira gitu loh.

DARWIN ZAHEDY SHALEH/MENTERI ESDM:

Pak Ketua, ijinkan kami menjawab. Jadi memang No. 1 sikap Pemerintah sebagaimana tadi sudah disuarakan oleh Menteri

Keuangan itu clear. Dalam kaitan dengan apa yang dibicarakan di Komisi VI I Pemerintah itu sepaham dengan kesimpulannya walaupun posisi terakhir Pemerintah masih mengusulkan kenaikan TTL 10% kecuali golongan 450 ... Nah dalam kaitan ini Pemerintah memahami bahwa nantinya akan dibicarakan kembali pada waktu sudah mendekati 1 April dimaksud. Nah kenapa kita membuka ruang untuk membicarakannya kembali. Menuju waktu dimaksud Pemerintah akan mengupayakan langkah-langkah efisiensi. Kemudian apakah tanpa kenaikan TTL dengan subsidi 45 Triliun, subsidi listrik itu memungkinkan. lni adalah pertanyaan hipotesis yang memerlukan usaha kami kesana. ltu yang sedang diupayakan Pemerintah. Jadi hasil akhirnya tertulis, tersurat, eksplisit didalam kesimpulan tetapi lebih lengkapnya ada didalam ... berlangsung selama pembahasan dengan Komisi VII. Jadi saya kira cukup panjang pembahasan itu, tidak bisa dijawab secara parsial hanya berdasarkan kesimpulan tadi. Tapi kami sudah menjelaskan pokok-pokoknya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Mau saya bacakan hasil Komisi VII? Jadi hasilnya adalah dalam Rapat Kerja Komisi VII dengan Pemerintah diperoleh kesimpulan bahwa subsidi listrik untuk Tahun Anggaran 2012 sebesar 45 Triliun. Dengan catatan, terkait dengan usulan Pemerintah mengenai rencana kenaikan Tarif Tenaga Listrik Komisi VII DPR RI belum dapat menyetujui dan meminta:

1. Pemerintah melakukan upaya-upaya biaya penurunan produksi listrik dengan merujuk laporan hasil pemeriksaan BPK atas pemeriksaan dengan tujuan tertentu sektor hulu listrik pada PLN, BP Migas dan Kementerian ESDM. Tanggal 16 September 2011 antara lain mengenai pemenuhan pasokan gas untuk pembangkit listrik muara tawar sebesar 100 MMSCFD.

2. Pemerintah melakukan kajian mengenai tarif tenaga listrik yang lebih komprehensif tidak hanya terbatas pada aspek kemampuan bayar konsumen. lnflasi dan dampaknya hanya pada beberapa industri tetapi juga mempertimbangkan aspek-aspek yang lebih luas antara lain supply energi primer, dampaknya bagi industri kecil dan menengah, dampak sosial maupun perekonomian secara keseluruhan,

3. PT PLN melaporkan hasil audit ulang jaminan langganan sejak kebijakan tersebut diberlakukan,

4. Pemerintah dan PLN melaporkan catatan No. 1, 2, dan 3 untuk dibahas di Komisi VII selambat­lambatnya Januari 2012.

34

Page 35: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

Jadi ini keputusan Komisi VII dengan Pemerintah. Jadi subsidinya 45 Triliun tapi tidak menaikkan tarif listrik. Kalau kita sepakat ini ya kita ketok disini. Pemerintah?

AGUS MARTOWARDOYO/MENTERI KEUANGAN RI:

Pemahaman kami, penyesuaian harga TTL itu masih akan dibahas Pemerintah dengan Komisi VII. Jadi kalau hal itu sekarang dikatakan bahwa tidak akan naik kami lebih cenderung untuk mengembalikan itu dan menunggu Komisi VII menyampaikan konfirmasinya.

KETUA RAPAT:

Jadi subsidi listrik kita belum bisa putuskan kalau diminta kembali ke Komisi VII.

DRH. JHONI ALLEN MARBUN, M.M./F·PD/KOMISI VII:

Pimpinan ada 2 substansi saya kira. Substansi yang pertama adalah besaran subsidi. Substansi yang soal TDL naik atau turun, atau tetap atau apa pun ceritanya tidak dibicarakan disini. ltu dibicarakan di Komisi terkait. Kita bicara substansi besaran. Karena apa? lni mohon maaf teman­teman. Dari katakanlah berbagai APBN walaupun misalnya sudah kita tetapkan subsidi listrik X Triliun Rupiah tidak ada jaminan bahwa itu sampai ... bahwa itu bisa maksimal. Makanya kita selalu koreksi di APBNP. Bahkan sudah dikoreksi di APBN pun masih juga ada hutang Pemerintah kepada ... itu yang di carry over. ltu sebetulnya. Jadi gak ada suatu kepastian yang mengatakan ... X Triliun subsidi listrik itu otomatis bisa langsung. Walaupun TDL misalnya tidak naik, tidak otomatis, itu bisa menjamin ... itu fungsinya APBNP. Karena apa? Subsidi listrik itu mempengaruhi daripada fluktuasi harga BBM sebagaimana juga subsidi energi lain. Jadi kesepakatan kita sebetulnya adalah membahas besaran subsidi listrik. Tidak membahas soal kenaikan TDL. ltu porsi Komisi terkait.

Saya kira itu Pimpinan. T erima kasih.

TAMSIL LINRUNG, S.Pd./WAKIL KETUA/F·PKS:

Saya ingin, mungkin kita mengambil kesimpulan begini bahwa subsidi 45 Triliun ini atau berapa pun itu. tidak ada kaitan dengan kenaikan TTL. Jadi kalau ini bisa dipisahkan, artinya kenaikan TTL itu adalah pengaruh variable lain bukan variable besaran subsidi. Kalau memang itu bisa ditetapkan seperti itu kita bisa mengambil keputusan secara terpisah. Karena menurut saya kalau ini sama tentu agak aneh kalau 1 diputuskan yang lainnya tidak. lya kan, kalau ini dianggap sama. Cuma saya tidak tahu kajian Komisi VII ini bagaimana kok bisa menetapkan besaran subsidi 45 triliun tetapi tidak menyetujui kenaikan TDL padahal saya kira ini sebenarya terintegrasi perhitungan Pemerintah ini tapi kalau tidak wah itu memang memungkinkan kita tetapkan disatu sisi ini tetapi kenaikan TDL bukan karena besaran subsidi yang mempengaruhi. Saya kira itu.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Ya, Pak Agun.

Ors. AGUN GUNANJAR SUDARSAIF·PG/KOMISI II:

35

Page 36: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

Saya pikir apa yang disampaikan oleh Pak T amsil Lin rung itu clear jadi pembicaraan tentang subsidi listrik ini nota keuangan menyatakan 45 koma sekian triliun. Kan gitu Pak ya, setuju. Sepanjang dalam satu tahun itu tidak ada kenaikan listrik tidak ada kenaikan Tarif Dasar Listrik. Tetapi kalau Pemerintah masih pada pikiran mau menaikan yang subsidinya kita pelajari lagi besaran 45 triliun itu. ltu berkolerasi Pak kita akan bicarakan angka 45 itu. Makanya harus di exercise kembali apakah bisa efisiensi dimana ini harus dibedah lagi. Teman-teman kami yang di Komisi VII sudah siap untuk merancang itu karena Fraksi Golkar itu lebih pada pilihan oke 45 triliun itu.

WK. KETUA/OLL Y DONDOKAMBEY/F·PDIP:

Pak Ketua, saya kembali dari awal kenapa saya katakan tadi harus jelas karena pada waktu kita putuskan bechpark praktis perhitungan BBM itu kita tidak merubah apa yang diputuskan dan ini keinginan Pemerintah apa yang diputuskan di Komisi VII jelas. Kita tidak rubah, ini pun kita gitu kita tidak mau merubah ini yang 45 triliun. Kalau Pemerintah siap, bilang siap kalau tidak cara supaya jelas jangan kita disini jadi tempat disana ambil begini, disana ambil begini itu loh intinya kita. Jadi maksud saya kalau kita betul-betul memang Pemerintah belum siap dengan 45 triliun mau dibahas secara tapi kalau memang harus siap ya siap supaya di Banggar ini bukan jadi tempat persoalan. lni lah yang maksud saya tadi supaya jelas karena menurut Menteri ESDM keputusan sikap Pemerintah yang Rapat Komisi VII itulah final. Kalau final kita ikutin ini apa benar seperti itu. Maksud saya seperti itu karena kita sudah ngikutin terus. Kalau memang tidak mau naik silahkan dengan 45 triliun ini kita ketok ini langsung Pak Menteri Keuangan bilang iya saya rasa Pak Ketua langsung ketok selesai rapat kita.

KETUA RAPAT:

Pak Laoly, silahkan.

DR. YASSONNA H. LAOL Y, SH, M.Sc/F·PDIP/KOMISI II:

Jadi saya kira nota keuangan sudah jelas 45 triliun dan itu setuju. Buat saja catatan di APBN bahwa dalam hal keinginan Pemerintah untuk menaikan, buat persetujuan Komisi VII. Nanti kita bahas di APBNP. Tidak susah-susah kita malam ini bisa kita pulang. ltu saja.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Bagaimana Pemerintah, jadi 45 triliun kita setujui, soal kenaikan tariff bicara dengan Komisi VII.

PEMERINTAH/AGUS MARTOWARDOYO/MENTERI KEUANGAN:

Tetapi bukan dibahas di APBNP. Jadi hal itu adalah bentuk kita menghormati Komisi VII dimana sebetulnya posisi Pemerintah kita masih ingin meyakinkan Komisi VII untuk kita bisa menaikan harga TTL. Kalau seandainya kita disini mendukung 45 triliun dan memahami masalah TTL itu masih akan di bah as dengan Komisi VI I saya sependapat.

PEMERINTAH/DARWIN ZAHEDI SALEH/MENTERI ESDM:

36

Page 37: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

Pak Ketua, saya bisa menambahkan apa yang disampaikan oleh Menteri Keuangan tadi jadi butir 4 hasil Rapat Kerja Menteri ESDM dengan Komisi VII adalah Pemerintah dengan PT PLN melaporkan catatan nomor 1, 2 dan 3 tersebut untuk dibahas selambat-lambatnya Januari 2012. Jadi memang bukan pada session APSNP. Jadi kami masih akan terus mengupayakan. Kemudian kesimpulan rapat tadi menyebutkan Komisi VII bukannya tidak dapat menyetujui tapi belum dapat menyetujui. Selumnya itu kapan kami memberikan waktu untuk menuju Januari 2012. Demikian.

Terima kasih.

WK. KETUA/T AMSIL LINRUNG/F·PKS:

Tadi ada pertanyaan saya sebenarnya mungkin perlu dijawab Pemerintah juga, ada tidak kemungkinan variable lain diluar dari besaran subsidi itu yang bisa menjadi penyebab memungkinkan tidak ada kenaikan TDL. Taruhlah misalnya saya kasih contoh satu ya margin PLN yang tadinya dikurangi dari 8 menjadi 7 mungkin tidak dikurangi dari 8 menjadi 6 misalnya itu salah satu saja.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Selum ya Pak Agun.

DR. YASSONNA H. LAOLY, SH, M.Sc/F·PDIP/KOMISI II:

Jadi sudah jelas Ketua, jadi catatan itu tadi boleh tidak dibahas di APSNP tapi didalam catatan Undang-undang APSN kita sekarang ini kita buat persetujuan bahwa kalau Pemerintah hendak berkeinginan untuk menaikan TDL harus mendapatkan persetujuan Komisi VII.

Ors. AGUN GUNANJAR SUDARSAIF·PG/KOMISI II:

Pak Ketua, saya pikir begini Pak, coba kita berfikirnya agak sedikit tenanglah artinya bahwa jangan muter-muter Komisi VII lagi Sadan Anggaran, kewenangan kita, kewenangan Sadan Anggaran itu menetapkan APSN. Komisi VII, Komisi XI itu rujukan, yang kita bicarakan ini subsidi listrik dari nota keuangan yang itu jug a sudah di bah as di Komisi VI I kan itu Pak. Jadi kita bisa merubah angka 45 triliun itu. Dan angka 45 triliun bagi fraksi kami itu berkolerasi dengan kenaikan TDL. Apalagi kenaikan TDL itu apa yang disampaikan oleh Pemerintah itu direncanakan di April 2012. Kami juga sempat mempertanyakan bagaimana kalau setelah April 2014 dihitung lagi nanti di APSNP itu juga bagian­bagian yang tidak segampang semudah itu kita mengetok karena itu berkolerasi begitu Pak Ketua kita tidak melanggar apa yang diputuskan oleh Komisi VII karena rujukan tidak boleh dilanggar reasioningnya apa kita bisa menerima apa yang diputuskan oleh Komisi VII 45 triliun itu dengan catatan dari Komisi VII yang tidak belum menerima kenaikan tariff dasar listrik bukan lalu diputuskan di Komisi VII tapi diputuskan di Sadan Anggaran ini terkait dengan kewenangan kita memutuskan berapa besaran subsidi listriknya. Sesaran subsidi listrik nya ini yang kami harapkan ya kita rapatkan saja apakah pada akhirnya nanti 45 triliun dengan menerima gagasan pemikiran Pemerintah untuk menyesuaikan harga di bulan April dan kita belum bisa pastikan itu dan juga bisa dialternatifkan itu. ltukan alternative putusan-putusan yang masih dimungkinkan atau alternatifnya kita sepakat harga naik tapi subsidinya dikurangi dengan melakukan efisiensi dimana-mana ini kan bagian-bagian yang menurut hemat kami berkolerasi belum lagi kami misalkan kalau memberikan catatan dengan subsidi SSM karena subsidi SSM itu juga berkolerasi dengan listrik yang sumbernya juga menggunakan SSM. ltu banyak Pak korelasi-korelasi disana. ltu dalam benak pikiran kami. ltu saja Pak. Jadi juga tolong dipahami posisinya itu seperti itu jangan tidak jangan memutus dalam posisi yang kita juga tidak memahaminya.

37

Page 38: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

DRH. JHONI ALLEN MARBUN,MM/F-PD/KOMISI VII:

Pimpinan, soal korelasi bahwa Komisi VII, komisi apapun dengan Panggar semuanya korelasi semua disini adalah semua jug a utusan komisi. Di komisi a pa pun semua juga ada fraksi kan itu soal korelasinya. Makanya dari awal bahwa Komisi VII membuat 2 substansi. Substansi yang pertama adalah setuju besaran sesuai dengan nota keuangan itu substansi yang pertama. Substansi yang kedua, kenaikan TDL belum disetujui, itu substansi yang berbeda. Sementara menurut hemat saya kita adalah membahas besaran APBN in outnya penerimaan dan belanjanya maupun asumsi lain. Pemerintah juga sudah menyebutkan bahwa soal besaran kita semua sudah sepakat. Soal TDL Komisi VII kita juga Panggar juga belum sepakat namun itu akan dibicarakan oleh Pemerintah dengan komisi terkait Komisi VII saya kira clear sebetulnya jadi tidak ada sebetulnya untuk masalah angka besaran untuk kita tidak sepakati yang sudah juga sebagaimana apapun namanya terminologinya itu dari usulan Komisi VII sebagaimana juga komisi-komisi yang lain. Saya kira begitu Pimpinan, jadi 2 substansi yang berbeda menurut saya.

Terima kasih.

DRS. YOSEPH UMAR HADI, Msi/F·PDIP/KOMISI V:

Pak Ketua, saya kira kita sudah sampai pada suatu kesimpulan yang sudah bisa kita akhiri yaitu bahwa tanpa melampaui kewenangan Banggar tadi Pak Agun mengatakan saya setuju bahwa keputusan dan kewenangan itu ada di Banggar sekarang ini Raker ini dan dan bahwa keputusan Panggar menetapkan jadi tetap mengacu kepada kesimpulan Komisi VII jadi Banggar yang menetapkan. Banggar menetapkan mengacu kepada keputusan Komisi VII dimana soal besaran subsidi sebesar 45 triliun itu kemudian soal kenaikan akan dibahas lebih lanjut dan kita serahkan kepada Komisi VII kapan itu akan dilakukan oleh Pemerintah itulah kesimpulannya. Jadi Banggar kewenangannya tetap berada di Banggar jadi itu jadi saya kira mungkin itulah kesimpulan yang paling baik ini melanjutkan Pak Laoly tadi menurut saya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Sekarang kita sepakat tidak angka 45 triliun itu sebagai subsidi listrik? Setuju ya.

(RAPAT SETUJU)

Ors. AGUN GUNANJAR SUDARSAIF·PG/KOMISI II:

Deng an catatan tidak ada kenaikan T arif Dasar Listrik. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

lya ini satu dulu angkanya dulu.

Ors. AGUN GUNANJAR SUDARSAIF·PG/KOMISI II:

Kalau Pak Jhoni Allen kan tidak berhubungan Pak, kalau bagi kami berhubungan jadi mohon maaf kita berbeda Pak menurut saya berhubungan. ltu variable yang menetapakan besaran itu justru

38

Page 39: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

turun naiknya tariff jadi berhubungan sekali oleh karena itu kami memberikan persetujuan 45 triliun dengan catatan Fraksi Golkar menolak kenaikan Tarif Dasar Listrik.

DRH. JHONI ALLEN MARBUN,MM/F·PD/KOMISI VII:

Ketua, pada prinsipnya saya tidak berbeda pendapat dengan Pak Agun, tapi menurut hemat saya itu tidak di ... kami juga Komisi VII tersinggung untuk membahas soal TDL disini. Kita harus saling menghormati juga bahwa juga ada disana fraksi lain toh disana juga bisa disuarakan. Kan ada juga di Komisi VII dari semua fraksi tapi bukan porsi di, supaya kita tidak salah tidak diporsi anggaran mengatakan naik atau tidaknya TDL. Tapi adalah di Komisi VII nanti kita salah Undang-undang MD3 nya jadi saya katakan tadi bukan berarti juga Partai Demokrat setuju naikan TDL tapi tidak dibahas disini gitu loh.

Ors. AGUN GUNANJAR SUDARSAIF·PG/KOMISI II:

Pak Ketua, saya klarifikasi saja. Kalau itu yang di mau Pak mari kita bahas subsidi BBM. Kami tarik kami belum setuju dengan 45 triliun dan saya tidak akan bicarakan soal harga. Kita bicarakan dulu 45 triliun itu mari kita bedah. Kapan, hari ini boleh, besok, kita usulkan bersama, kita bedah. Subsidi listrik yang 45 triliun itu kita bicarakan untuk kewenangan Sadan Anggaran.

Terima kasih.

Dr. Ir. WAY AN KOSTER,MM/F·PDIP/KOMISI X:

Pak Ketua. Kalau besaran subsidi kita setuju di ketok kan terkait dengan TDL nya mau naik apa tidak, tidak langsung berhubungan dengan kebutuhan subsidinya karena pesan di Rapat Komisi VII dengan Pemerintah itu agar dilakukan efisiensi sesuai dengan hasil audit BPK dan itu keras sekali pesan di Komisi VII. Bisa saja subsidinya tetap TDL tidak naik dan itu akan dibahas di Komisi VII apakah dia naik atau bagaimana, efisiensi saya kira di Komisi VII sudah itu, mau dilakukan bulan Januari, Februari yang terserahlah disitu. Disitu ada lagi ruang untuk berdialog di Komisi VII. Saya kira itu Pak Ketua.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

lni Komisi VII jelas ini.

Ors. AGUN GUNANJAR SUDARSA/F·PG/KOMISI II:

Saya klarifikasi saja Pak Ketua, jangan dulu berbicara soal angka 45 koma sekian kan bisa saja pada akhirnya bersepakat angka 45 bisa kan, bisa saja bersepakat nambah, bisa. Bisa juga berkurang, bisa. Oleh karena itu kami minta angka itu kita diskusikan dulu Pak, kita bedah dulu secara lebih mendalam. ltu saja.

KETUA RAPAT:

Jadi kesimpulan Komisi VII itu subsidi 45 triliun dan kedua, belum dapat menyetujui kenaikan Tarif Tenaga Listrik. ltu Komisi VII dengan Pemerintah nah sekarang kita tanya Pemerintah mau tidak,

39

Page 40: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

tidak menaikan tarif listrik? ltu kan Pemerintah belum bisa memberikan jawaban bahwa tidak menaikan tarif listrik.

PEMERINTAH/DARWIN ZAHEDI SALEH/MENTERI ESDM:

Posisi Pemerintah itu sama dengan ketika membahas di Komisi VII, Pemerintah tetap dalam posisi mengusulkan kenaikan tariff listrik 10% kecuali untuk golongan 450 VA dan Komisi VII dalam rapat dengan Pemerintah bukan tidak menyetujui tapi belum dapat menyetujui. Tetapi disebutkan di butir terakhir bahwa itu akan dibicarakan selambat-lambatnya pokok-pokok tadi upaya efisiensi tadi selambat-lambatnya Januari 2012. Demikian.

KETUA RAPAT:

lni kita masih beda pendapat antara Pemerintah, di DPR nya pun masih beda pendapat menurut hemat saya, kita bahas saja kita mau bahas hari ini atau besok tinggal itu saja pilihannya.

DRH. JHONI ALLEN MARBUN,MM/F-PD/KOMISI VII:

Pimpinan, ini tolong bukan soal bahas ya. Saya kira Pemerintah begini, saya katakan soal TDL efisiensi segala macam, surat Komisi itu jelas disitu adalah bulan Januari itu jelas. Tapi kepentingan kita untuk menyelesaikan APBN ini adalah kepentingan besaran-besaran angka dari semua item APBN kan itu. Kita Komisi dulu ... sesuai dengan 45 triliun pointnya disitu. Soal nanti yang lain-lain sebagaimana disampaikan oleh dari Pak Koster itu diwilayah komisi terkait dan juga suratnya jelas disitu akan dibahas pada Januari. Kasih kesempatan untuk Komisi VII untuk membicarakan itu dengan Pemerintah, kebetulan juga saya dari Komisi VII. Kira-kira begitu Pimpinan jadi ini kita bicara soal besaran subsidi tapi kalau misalnya ada teman saudara kita tidak misalnya belum setuju besaran 45 itu soal lain tapi kita ya saya dari Fraksi Demokrat kita sudah setuju 45 sesuai dengan nota keuangan. T api tidak bicara soal naik atau tidaknya TDL karena akan dibahas di komisi terkait bukan disini. Begitu Pimpinan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Jadi kita putuskan mau rapat besok atau hari ini. Kalau hari ini silahkan Pemerintah memberikan penjelasan dulu.

Ors. AGUN GUNANJAR SUDARSAIF·PG/KOMISI II:

Kalau untuk hari ini Pak Ketua, Fraksi Golkar itu saya kira clear ya jelas jadi hargai jugalah pendapat kami jadi artinya silahkan. Kami setuju 45 triliun itu. Tapi dengan besaran itu dalam asumsi itu besaran itu sebesar 45 triliun itu asumsi kami, hitungan kami dengan tidak menaikan Tarif Dasar Listrik. ltu saja. Apa keberatannya nanti teman kami di Komisi VII juga akan sama, tidak akan beda Golkar di Sadan Anggaran dengan di Komisi VII, sama. ltu saja jalan 45 triliun ketok Pak bahwa kenaikan besaran itu dengan dasar perhitungan tidak menaikan T arif Dasar Listrik. ltu saja keputusannya, selesai Pak.

40

Page 41: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Anggaran/ang_1-20190813...Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih bahwa pada siang ini dapat dijadwalkan kembali

KETUA RAPAT:

Jadi kita putuskan mau malam ini atau besok, kita ini masih beda pendapat ini jadi ini mesti dibahas ulang supaya keputusannya itu lebih clear acuannya yaitu Komisi VII punya kesimpulan kita serahkan kepada Pemerintah mau kita bahas malam ini atau besok. Kami persilahkan.

PEMERINTAH/AGUS MARTOWARDOYO/MENTERI KEUANGAN:

Kalau hari ini mau dibahas, kalau hari ini mau diputuskan, kalimat bahwa setuju 45 triliun dan memahami bahwa masalah TDL masih akan dibahas di Komisi VII itu kami sependapat dan kita bisa setuju. Dan sebetulnya substansi diskusinya seperti itu cuma kami tidak mau didalam forum ini mengatakan setuju bahwa harga TDL tidak naik. Tapi bahwa itu mau diserahkan ke domain Komisi VII, kami setuju.

KETUA RAPAT:

Begini Pak Menteri, ini kita jangan langsung kesimpulan, kita mulai saja dulu dari awal, Pemerintah menyajikan pemaparannya bahwa angka ini 45 triliun menurut hemat kami belum tentu tidak dinaikan tolong dibahas baru nanti ini diberikan kepada forum DPR ini. Jadi tidak langsung kesimpulan itu.

PEMERINTAH/AGUS MARTOWARDOYO/MENTERI KEUANGAN:

Kalau mau dibawa penjelasan kita jelaskan besok, kita mulai.

KETUA RAPAT:

Baik, kalau begitu kita rapat besok pagi jam 9 ya.

(KETOK PALU SATU KALI)

Baik, Bapak/lbu sekalian, Kita sudahi dulu pertemuan kita pada sore hari ini, kita akan bahas subsidi listrik besok di Kopo

pada pukul 9.

Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Rapat saya tutup.

RAPAT DITUTUP PUKUL 18.15 WIB

41

Jakarta, 11 Oktober 2011 a.n. Ketua Rapat Sekretaris Rapat,