dewan perwakilan rakyat republik...

37
1 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT PANITIA KHUSUS DPR RI PEMBAHASAN RUU TENTANG PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN Tahun Sidang : 20010-2011 Masa Persidangan : III Rapat ke : 3 (tiga) Jenis Rapat : Rapat RDPU Pansus Hari,Tanggal : Rabu, 2 Maret 2011 Waktu : Pukul 10.45 WIB. s.d 16.50 WIB. Acara : Mendapatkan masukan terhadap Pennbahasan RUU tentang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan dari Pakar: 1. Prof. DR. Maria S.W. Sumardjono, SH., MCL 2. Prof. Arie Sukanti Hutagalung, SH., MLI., MPA Tempat : Ruang Rapat Panja Gedung Nusantara II Lantai 2 Ketua Rapat : Ir. H. Roestanto Wahidi D., MM (Wakil Ketua/F-PD) Sekretaris Rapat : Dra. Mitra Anindyarina Hadir : 15 orang Anggota Pansus. ANGGOTA HADIR: PIMPINAN: 1. Ir. H. ROESTANTO WAHIDI D., MM (WAKIL KETUA/F-PD) FRAKSI PARTAI DEMOKRAT: 2. IR. NANANG SAMODRA, KA., M.Sc 3. DRS. H. ABDUL GAFAR PATAPPE 4. H. ZULKIFLI ANWAR 5. IR. DJOKO UDJIANTO FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA: 6. EDISON BETAUBUN, SH., MH 7. DRS. H. MURAD U. NASIR, M.Si 8. Hj. NUROKHMAH AHMAD HIDAYAT MUS FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN: 9. Ir. SUDJADI

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

1

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT PANITIA KHUSUS DPR RI PEMBAHASAN RUU TENTANG PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN

Tahun Sidang : 20010-2011 Masa Persidangan : III Rapat ke : 3 (tiga) Jenis Rapat : Rapat RDPU Pansus Hari,Tanggal : Rabu, 2 Maret 2011 Waktu : Pukul 10.45 WIB. s.d 16.50 WIB. Acara : Mendapatkan masukan terhadap Pennbahasan RUU tentang

Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan dari Pakar: 1. Prof. DR. Maria S.W. Sumardjono, SH., MCL2. Prof. Arie Sukanti Hutagalung, SH., MLI., MPA

Tempat : Ruang Rapat Panja Gedung Nusantara II Lantai 2

Ketua Rapat : Ir. H. Roestanto Wahidi D., MM (Wakil Ketua/F-PD) Sekretaris Rapat : Dra. Mitra Anindyarina Hadir : 15 orang Anggota Pansus. ANGGOTA HADIR: PIMPINAN: 1. Ir. H. ROESTANTO WAHIDI D., MM (WAKIL KETUA/F-PD) FRAKSI PARTAI DEMOKRAT:2. IR. NANANG SAMODRA, KA., M.Sc3. DRS. H. ABDUL GAFAR PATAPPE4. H. ZULKIFLI ANWAR5. IR. DJOKO UDJIANTOFRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA: 6. EDISON BETAUBUN, SH., MH7. DRS. H. MURAD U. NASIR, M.Si8. Hj. NUROKHMAH AHMAD HIDAYAT MUSFRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN: 9. Ir. SUDJADI

Page 2: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

2

10. IRVANSYAH, S.IPFRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA: - FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL : 11. A. TAUFAN TIRO, ST12. H. CHAIRUL NAIM, M. ANIK, SH., MHFRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN : 13. DR. AW. THALIB, M.SiFRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA : 14. Hj. MASITAH, S.Ag., M.Pd.LFRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA: - FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT: 15. MIRYAM S. HARYANI, S.E., M.Si

Page 3: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

3

Jalannya rapat: KETUA RAPAT (Ir. H. ROESTANTO WAHIDI D., MM/F-PD): Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat pagi dan salam sejahtera buat kita semua. Saudara-saudara Anggota Pansus RUU tentang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Yang terhormat. Yang saya hormati tamu kita Ibu Profesor DR. Maria SW Soemardjono, SH.,MCL., MBA dan Ibu Profesor Arie Sukanti Hutagalung, SH.,M.Li. Sesuai dengan Peraturan Tata Tertib DPR RI Pasal 240 maka RDPU Pansus ini saya

nyatakan terbuka untuk umum. (RAPAT DI BUKA PADA PUKUL 10.45 WIB)

Menurut catatan dari Sekretariat Jenderal daftar hadir telah ditandatangani oleh 6 anggota dan izin 7 dari 5 Fraksi, sesuai dengan kesepakatan tadi sebelum kita mulai maka dengan demikian rapat bisa kita mulai. Sebelum melanjutkan acara kita pada pagi hari ini terlebih dahulu saya mengajak hadirin untuk memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Esa yang selalu melilmpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat Umum Pansus DPR RI mengenai Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan dalam keadaan sehat walafiat. Tidak lupa kami menyarnpaikan ucapan terima kasih dan selamat datang kepada tamu-tamu kita Ibu Prof. Maria dan Ibu Profesor Ari Hutagalung. Perlu kami sarripaikan bahwa Pansus ini terdiri dari Pimpinan dan Anggota Pansus yaitu 1 orang ketua dan 3 orang wakil, kebetulan ketua itu adalah Bapak Ir, H. Daryatmo Mardiyanto dari Fraksi PDIP kebetulan Beliau sedang Kunker ke luar negeri. Kemudian wakil ketua saya sendiri Roestanto Wahidi dari Fraksi Demokrat, wakil ketua Bapak Drs. H. Taufiq Hidayat dari Fraksi Golkar juga sedang kunjungan kerja keluar negari, wakil ketua Bapak Haji M. Nasir Jamil dari Fraksi PKS juga sedang kunjungan keluar negeri, sehingga hari ini rapat kami pimpin sendiri. Jumlah anggota Pansus ada 30 orang yang terdiri dari berbagai unsure Fraksi, sebelum kami mulai mungkin bisa kmai perkenalkan yang hadir yang ada di sini, mungkin Ibu silahkan diperkenalkan.

F-PG (Hj. NUROKHMAH AHMAD HIDAYAT MUS): Selamat pagi. Yang terhormat Ibu Profesor An dan Profesor Maria. Pimpinan Sidang. Memperkenalkan saya Nurokhmah Ahmad hidayat Mus dari Fraksi Partai Golkar Dapil Maluku

Utara. Terima kasih. F-PPP (DR. AW. THALIB, M.Si): Terima kasih. Nama AW Thalib dari Komisi II DPR RI Fraksi Partai Persatuan Pembangunan Dapil

Gorontalo. Terima kasih.

Page 4: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

4

KETUA RAPAT: Silahkan Ibu. F-PKB (Hj. MASITAH, S.Ag., M.Pd.I): Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih Ibu Maria dan Ibu Ari. Nama saya Masitah dari Fraksi PKB. Terima kasih. F-PAN (H. CHAIRUL NAIM, M. ANIK, SH., MH): Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Saya Chairul Naim dari Fraksi Partai Amanat Nasional Dapil Jambi. Selamat datang Ibu Profesor Maria dan Ibu Ari.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

F- PDIP (IRVANSYAH, S.IP): Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat pagi Ibu. Nama saya Irvansyah Fraksi PDI Perjuangan Dapil Banten III. Terima kasih. F-PD (IR. DJOKO UDJIANTO): Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Prof. nama saya Djoko Udjianto dari Fraksi Partai Demokrat dari Dapil III Jawa Tengah, sekarang di Komisi IV DPR RI yang membawahi Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Bulog.

Terima kasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT: Terima kasih. Sekarang sudah ada 7 Anggota jadi mudah-mudahan bertambah anggota yang sedang dalam

perjalanan. Berikutnya kami akan memberikan gambaran bahwa Pansus RUU tentang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan di bentuk oleh DPR RI dalam Rapat Paripurna DPR RI tanggal 25 Januari 2011 untuk membahas draft RUU yang disampaikan oleh pemerintah mellaui surat nomor R98/Pres/12/2010 tertanggal 15 Desember 2010. Sesuai dengan Peraturan Tata Tertib DPR RI Pasal 136 ayat (1) huruf B dikatakan bahwa "dalam pembicaraan tingkat I dilakukan kegiatan pembahasan daftar inventarisasi masalah dan apabila RUU berasal dari presiden di dalam ayat (5) huruf B disebutkan bahwa " DIM tersebut diajukan oleh DPR RI kemudian untuk mendapatkan masukan yang cukup untuk bekal Fraksi-fraksi dalam menyusun DIM maka Pansus mengundang berbagai kalangan baik dari instansi pemerintah atau akademisi, dari berbagai perguruan tinggi, praktisi, LSM dan pihak-pihak lain yang dapat merriberikan saran dan masukan terhadap draft RUU yang akan di bahas DPR RI bersama-sama dengan pemerintah".

Saudara- saudara Anggota Pansus dan para undangan yang kami muliakan.

Page 5: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

5

Sebelum mendengarkan saran dan masukan terhadap RUU tentang Pengadaan Tanah Untuk Pernbangunan maka kita perlu mneyepakati waktu rapat pada pagi hari ini, diusahakan selesai sesuai jadwal yang ditentukan yaitu pukul 12.00 WIB, apakah bisa disetujui?.

(RAPAT : SETUJU) Terima kasih. Untuk mempersingkat waktu marilah kita melangkah ke acara selanjutnya yaitu

mendengarkan masukan dan saran terhadap draft RUU tentang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan yang di mulai dari Ibu Profesor DR. Maria SW Soemardjono, SH, M.CL., MBA dan nanti selanjutnya akan diikuti oleh paparan Ibu Profesor Ari Sukandi Hutagalong, SH., MRI.

Kami persilahkan Ibu Maria. PROF. MARIA SW SOEMARDJONO, SH., MCL., MBA: Yang saya hormati Bapak Pimpinan Pansus. Bapak-Ibu Anggota Pansas yang terhormat. Ibu

Profesor Ari dan narasumber pada hari ini. Hadirin sekalian yang saya hormati. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat pagi salam damai dan sejahtera buat kita semua. Pertama-tama Bapak-Ibu kami ingin mengucapkan terima kasih atas pemberian kesempatan

untuk memberikan masukan atau catatan untuk Rancangan Undang-undang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan karena kedudukan RUU ini sangat strategis. Pertama kita semua tahu bahwa untuk setiap kegiatan pernbangunan itu memang diperlukan ketersediaan tanah, dari mana tanah itu diperoleh. Tanah itu diperoleh dari masyarakat pemegang hak, maka nilai strategis dari RUU ini adalah kata kuncinjya bagaimana menyeimbangkan antara kepentingan ketersediaan tanah secara khusus lagi untuk kepentingan umum yang diharapkan dapat memeberikan manfaat bagi masyarakat luas, tetapi sekaligus juga memberikan penghormatan dan perlindungan terhadap hak dan kepentingan dari masyarakat yang tanahnya itu diperlukan untuk kegiatan pembangunan, letak strategisnya adalah bagaimana menyeimbangkan antara dua kepentingan tersebut.

Yang kedua, kita berbicara hak atas tanah maka kita berbicara di dalam ruang lingkup hak asasi manusia karena milik, hak milik seseorang atas tanah itu merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, nggak mungkin manusia itu hidup terpisah dari tanahnya jadi sangat strategis. Oleh karena itu mohon izin bahwa kami akan mulai dengan membahas naskah akademik, mengapa demikian? Karena naskah akademik itu sebenarnya adalah kunci, adalah dasar di mana di situ ada pokok-pokok pikiran, ada pembahasan dari segi yuridis, filosofis, dan sosiologis paling tidak, mengenai apa sih sebetulnya dan mengapa Undang-undang ini perlu ini untuk di bentuk, kemudian juga dirumuskan norma-norma, konsepsikonsepsi, alur piker yang kemudian akan menjadi dasar penyusunan rumusan pasal-pasal maupun penjelasannya. Jadi bagi kami berdua ini naskah akademis itu sentral untuk merancang suatu, terutama Rancangan Undang-undang karena sekarang peraturan-peraturan lainpun juga menggunakan naskah akademik.

Oleh karena itu saya akan mencoba mohon perhatian Bapak-Ibu sekalian, bagaimana menyusun naskah akademik ini. Kami menemukan beberapa hal yang pertama adalah sangat

Page 6: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

6

disayangkan bahwa naskah akademik ini tidak memuat secara lengkap keterkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menurut kami ini agak fatal karena keterkaitan dengan peraturan perundang-undangan lain itu seperti pisau analisis yang bermata dua. Pertama itu membuat semakin yakin bahwa ini memang perlu untuk disusun dan kedua dengan melampirkan mengulas peraturan perundangan yang terkait maka akan dapat di cegah tumpang tindih dengan peraturan perundang-undangan yang lain. Itu tidak ditemui sama sekali di dalam naskah akademik, padahal kalau kita baca di bagian belakang ada 12 Undang-undang yang di daftar, lah kok tidak di ulas, ini apa, mungkin lupa begitu saja menurut saya. Tapi itu fatal karena misalnya kalau saja ini di ulas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasti di dalam studinya, di dalam taraf atau tahap Kebijakan Rencana dan Program pengadaan tanah itu harsu disertai dengan suatu studi yang namanya KLHS Kajian Lingkungan Hidup Strategis karena apa? Dampaknya ini terhadap masyarakat itu cukup dirasakan karena ini tidak ada ulasan, kita nggak ada satupun mengenai hal itu yang disinggung di dalam naskah akademik.

Yang kedua, beberapa inkonsistensi di dalam naskah akademik ini dengan rumusan-rumusannya. Kami catat, pertama diuraikan di dalam naskah akademik tetapi itu tidak konsisten ketika dirumuskan menjadi pasal. Ini bagaimana dasarnya itu NA kok bisa berbeda. Yang kedua di pasalnya atau penjelasannya ada tetapi tidak ditemui alur pikirnya di dalam NA, jadi dari mana itu pasal dan penjelasan itu dilahirkan. Ini juga ada ruang kosong dan yang ketiga ada beberapa nanti kami ulas, diuraikan di naskah akademik tetapi tidak dijabarkan lebih lanjut di dalam uraian mengenai rumusan pasal, untuk apa diceritakan kalau tidak diterjemahkan, dioperasionalisasikan di dalam pasal-pasal maupun penjelasannya. Saya tidak tahu pemerkasa ini menyusun pada tahun 2010, pada tahun 2008 itu ada Peraturan Menteri Hukum dan HAM pada waktu Pak Andi Mattalatta 6/2008 sudah ada pedoman penyusunan naskah akademik rancangan peraturan perundang-undangan. Ini nampaknya penyusun itu sama sekali tidak mengerti bahwa ada sesuatu yang bisa diikuti, sehingga sistematika dan sebagainya plus tentu yang berat itu substansi nampaknya tidak mengikuti. Ini di tahun 2008 ada pedoman, kok di buat di 2010 nampaknya jauh panggang dari api, jauh pedoman dari yang di tulis.

Dengan demikian maka marl saya mohon izin Bapak-Ibu, kita akan lihat inkonsistensi. Pertama kalau mengenai bentuk peraturan perundang-undangan itu sudah sangat tepat karena yang diatur itu adalah masalah perlindungan dari hak asasi manusia sehingga sudah wajar kalau format untuk bentuknya itu Undang-undang ini memang sudah betul, karena sebelum ini yang ada itu adalah Keppres 5593, kemudian Perpres Nomor 36 Tahun 2005 diperbarui dengan tahun 2006, Perpres Nomor 65 Tahun 2006. Jadi finis udah pas karena ada landasan hukumnya Pasal 28H ayat (4) jo 28C angka 2, demikian juga menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 khususnya Pasal 8 memang bnetuknya memang Undangundang. Jadi tidak ada permasalahan.

Mengenai substansinya, ketentuan umum saya memilih beberapa yang sangat menarik yaitu pengadaan tanah dan sebagainya dengan membayar ganti kerugian yang layak. Ganti kerugian adalah penggantian yang layak pada pihak yang berpihak, jadi pertanyaan ini kata layak itu kok tidak ada ceritanya dalam naskah akademik, kalau ada saja ya okelah. lni sama sekali tidak ada, tiba-tiba

Page 7: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

7

ada di ketentuan umum padahal dalam ilmu perundang-undangan ketentuan itu adalah interpretasi otentik dari setiap istilah pengertian yang di ulang-ulang di dalam bunyi pasal-pasalnya. Kemudian kalau yang diikuti layak itu mengikuti Undang-undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Tanah atas Tanah dan Benda-benda yang ada diatasnya, lah Undang-undangnya sudah zaman baheula itu Bapak-lbu memberikan definisi layak itu. Layak itu apa Pak, ganti rugi nilainya atau sebenarnya tapi ya jangan harga yang tinggi sekali, tapi juga jangan harga yang murah-murahan, paling tidak interpretasi otentiknya di dalam penjelasan Undang-undang. Kami tidak tahu ini maunya di mana, tapi kalau kami boleh memberikan masukan mestinya ganti rugi itu adil, adil di mana, coba saja di lihat konsideran dari RUU ini B pelaksanaan pengadaan tanah secara lebih adil dan demokratis, lah kok adil di ubah menjadi layak dan tidak ada ceritanya, bagi kami konsistensinya itu nggak ada.

Oleh karena itu kalau boleh ganti kerugiannya itu jangan layak lah tapi yang adil gitu. Kalau yang di maksud keadilan itu bagaimana sih, bagi kami keadilan itu artinya bahwa ganti kerugian itu dapat bagi yang menerima hak itu tidak membuat yang bersangkutan itu mengalami keadaan social ekonomi yang lebih buruk dari sebelum tanahnya diserahkan untuk kepentingan umum, minimal setara, syukur alhamdulillah dengan pengadaan tanah menerima ganti rugi taraf hidupnya bisa meningkat, tapi bukan layak, itu adil. Kemudian mengenai asas-asas ini juga asas keadilan kami usulkan untuk dirumuskan kembali penggantian yang adil supaya memperoleh kesempatan untuk melangsungkan kehidupan yang baik, asas kepastian. Sepengetahuan kami kalau orang bicara kepastian itu adalah kepastian hokum, saya piker karena si perancang ini tidak membandingkan dengan Undang-undang lain lalu membuat definisi sendiri, padahal definisi itu tentang penataan ruang itu kan tinggal ngambil saja sebetulnya daripada ngarang, tapi agak kebablasan begitu. Bagi kami kepastian itu misalnya di maksud dengan asas kepastian hokum bahwa pengadaan tanah diselenggarakan dengan melindungi hak dan kewajiban semua pihak secara adil dengan jaminan kepastian hukum

Jadi kalau boleh formulasinya itu bisa, ada juga asas kesejahteraan ini juga saya nggak tahu diambil dari mana, tidak ada ceritanya di dalam naskah akademik. Kami piker ini untuk apa ditempelkan karena sebetulnya sudah diadopsi di dalam asas keadilan dan kemanfaatan. Jadi mubazirlah kalau di buat padahal ini tampaknya tidak begitu didefinisikan dengan baik. Asas keberlanjutan, ini juga nampaknya kurang memahami kalau orang membicarakan asas keberlanjutan, itu biasanya dikaitkan dengan lingkungan hidup supaya ada sustainability itu adalah pelestarian lingkungan hidup, daya dukung, daya tamping. Maka agak juga aneh ketika asas keberlanjutan adalah pembangunan dapat berlangsung terusmenerus, kalau bukan itu tetapi menurut pemahaman kami asas keberlanjutan adalah bahwa pengadaan tanah diselenggarakan dengan menjamin kelestarian dan kelangsungan daya dukung dan daya tampung dengan baik.....itu Bapak-Ibu saya memang agak bingung karena cerita NA itu tidak nyambung dengan rumusan-rumusannya, sebidang tanah dapat seimbang, selaras dan seimbang itu pengertiannya berbeda, karena itu menurut kami sudahlah dihapuskan karena itu sudah ada di dalam asas kemanfaatan, begitu.

Page 8: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

8

Jadi mengapa yang di pilih asas ini dan bukan asas itu juga tidak ada rasionalisasinya di dalam, naskah akademik.

Pasal 3 kemudian, komentar kami Pasal 2 asas-asas kemudian Pasal 3 "Pengadaan tanah bertujuan untuk tersedianya tanah bagi pelaksana pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta kemakmuran bangsa dan Negara". lni di dalam naskah akademik itu diuraikan mengenai maksud dan tujuan saya juga nggak ngerti apa bedanya maksud dan tujuan, tapi setelah kami piker-pikir sebaiknya itu dikawinkan saja maksud dan tujuan karena kalau di lihat dari definisi Pasal 3 itu sebetulnya kan tersedianya, ini meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta kemakmuran bnagsa dan Negara. Padahal yang namanya pengadaan tanah itu kan bagaimana hak dan kepentingan dari masyarakat yang menyerahkan tanahnya itu nggak ada, karena itu ditarnbahkan menurut hemat kami dengan menjamin hak dan kepentingan pihak yang berhak. Jadi keseimbangannya kembali lagi ke situ konsiderannya mengatakan lebih adil, inikan seolah-olah bangsanya kan biar makmur, bagaimana mereka yang sudah menyerahkan tanahnya ini, satu saran saja.

Kemudian Pasal ini juga pihak yang berhak wajib melepaskan tanahnya pada saat pelaksanana pengadaan tanah untuk kepentingan umum. lni sebetulnya redandem, kalau anak sekarang mungkin mengatakan lebay begitu, berlebih-lebihan. Ya sudah dengan sendirinyalah kalau sudah sampai ke pelaksanaan pengadaan tanah berarti sudah terima ganti rugi dan sebagainya, dia pasti akan melepaskan tanahnya, sudah diatur kok di dalam bab keempat ini. Jadi redandem menurut kami itu dihapuskan saja. Kemudian .....(suara tidak terdengar) dan sebagainya..... dan semua pemangku dan karena di dalam naskah akademik itu tidak dijelaskan siapa pemangku kepentingan, siapa pengampu kepentingan, kalau saya terus terang saja Bapak Tanya saya juga nggak ngerti, jadi Bapak-Ibu perlu menanyakan kepada yang merumuskan ini, kan nggak boleh otomatis karena ini adalah pengertian tersendiri pemangku kepentingan, pengampu kepentingan terkait dengan pengadaan tanah itu punya arti yang khusus. Jadi inilah tiba-tiba ada tetapi tidak diuraikan alur pikirnya di dalam naskah akademik.

Kemudian kami lanjutkan Pasal 9 "pihak yang berhak dan objek pengadaan tanah untuk tunduk dan terikat kepada ketentuan dalam Undang-undang ini". lni juga keseimbangannya juga nggak ada karena yang terkait itukan 2 pihak. Inikari janggal kenapa yang harus tunduk dan terikat itu hanya yang punya tanah, Iah pemerintah dan pemerintah daerah yang memerlukan tanah apa tidak wajib tunduk dan terikat pada Undang-undang ini. Lalu inikan kalau rakyatnya wajib ini, itu tetapi yang memerlukan tanah nggak perlu. Inikan tidak seimbang menurut kami seolah-olah yang harus ngalah, harus wajib mengikuti itu hanya mereka yang punya tanah, yang memerlukan tanah itu nggak usah wajib dan terikat acontrario logikanya seperti itu. Jadi menurut kmai sudah di hapus saja, ya semua orang terikat pada Undangundang, namanya juga Undang-undang.

Kemudian Pasal 12 "pengadaan tanah untuk kepentingan usaha swasta dilakukan secara Iangsung dan sukarela oleh pihak swasta memerlukan tanah dengna pihak yang berhak". Ini juga menurut kami langsung itu swasta itu harus berhubungan langsung dengan pemegang hak, sukarela

Page 9: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

9

itu menunjuk pada yang punya hak, kalau mau di beli oleh swasta harganya cocok dia sukarela. Artinya tanpa paksaan dia harus di jamin untuk melepaskan hak itu kepada swasta karena swasta itu diikutkan di dalam Undangundang ini.

Kemudian Pasal 14 ini yang agak ruwet, kami betul-betul mohon Bapak-Ibu sudi mencermati Pasal 14 "pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakan oleh pemerintah selanjutnya dimiliki pemerintah atau pemerintah daerah". Yang agak kami rasakan ini istilah kepentingan itukan diulang bangak kali. Menurut ilmu perundang-undangan mestinya harus ada di dalam ketentuan umum Pasal 1 supaya selanjutnya mengenai kepentingan umum itu kits satu pengertian. lni tidak di muat di dalam ini, pertanyaannya kenapa tidak di muat seperti itu kenapa gamang, tetapi di dalam kemudian ddisebutkan bahwa criteria kepentingan umum itu ada 2. Jadi tidak ada definisi tetapi ada criteria, dilaksanakan oleh pemerintah selanjutnya dimiliki di pemerintah atau pemerintah daerah. Ini ada inkonsistensi dengan naskah akademik, naskah akademiknya bercerita bahwa criteria kepentingan umum yang pertama dan utama adalah tidak untuk mencari keuntungan. Nomor 2 dilakukan oleh pemerintah, nomor 3 kemudian dimiliki oleh pemerintah, loh kok didalam Undang-undangnya hilang, yang dikatakan pertama dan terutama dan tidak diceritakan kenapa itu hilang. Naskah akademik 3, RUU-nya ada discount gitu Pakk kaya mau lebaran, jadi 2, tapi ceritanya yang pertama dan utama kok malah hilang tetapi dibalik itu kalau Bapak mau tahu ceritanya ini memang bingung Pak. Coba kalau jalan tol, pemerintah mernbiayai pengadaan tanah, siapa yang membangunkan, mengoperasikan melalui perjanjian BOT atau KSO, investor. Investor tidak dapat untung namanya juga badan sosiallah Pak, jadi bingung kalau di pasang non profit, nggak cocok untuk, khususnya jalan tol yang lain-lainnya itukan netral. Jadi bagi saya ada, ini tadi di dalam naskah akademik ada 3 kenapa di dalam perumusan Pasal 14 itu di potong satu, ini patut dipertanyakan Pak.

Kemudian Pasal 22 konsultasi public dilaksanakan di mana, dilakukan dengan melibatkan, pelilbatannya dan sebagainya. Ini juga sangat disayangkan ceritanya konsultasi public itu sebetulnjya yang dimaksudkan itu apa, meliputi apa, bagaimana caranya, kenapa diperlukan konsultasi public, kalau dulu itu istilahnya memang penyuluhan kalau penyuluhan itu, penyuluhan pertanian kalau berbicara untuk memperoleh hak dari orang yang tanpa mimpi, tiba-tiba rumahnya terus jadi jalan tol itu istilah yang pas itu konsultasi public, tapi nggak ada ceritanya tiba-tiba ada Pasal 22 konsultasi public melibatkan, bagaimana cara melibatkan, siapa saja yang terlibat, apa bentuk konsultasi public, lalu apa isnya. Paling tidak ada ceritanya di dalam naskah akademik, jadi ini juga kalau orang Jawa mengatakan tiban itu Pak. Jadi seperti meteor jatuh nggak tahu kok bisa seperti itu, tiba-tiba bisa kelihatan bekas-bekasnya. Jadi konsultasi public kami juga nggak tahu.

Pasal 24 ini sangat-sangat krusial, jadi Undang-undang ini di dalam naskah akademik dikatkaan bahwa tata caranya itu harus lebih demokratis maka bagi pemegang hak itu diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan. Keberatan mengenai apa, kalau lokasi tempat tinggal saya itu direncanakan menjadi lokasi pembangunan itu saya bisa mengatakan "oh saya mohon maaf, saya keberatan" ya memang boleh. Kedua keberatan ketika ganti ruginya x, oh nggak bisa saya x plus 1. Itu memang di jamin oleh Undang-undang ini, tetapi kemudian ini tidak tuntas Pasal 24 dikatakan

Page 10: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

10

bahwa kalau ada yang menolak maka akan di bentuk tim. Tim ini akan membuat rekomendasi kalau tingkatnya nasional kepada Menteri Bappenas. Menteri Bappenas membaca keeberatannya apa lalu rejomendasinya apa, lalu bisa mengambil menetapkan 2 hal, satu "oke keberatan Anda kami terima" atau "oh nggak bisa karena sesuatu hal tetap harus di situ". Itu hanya sampai Pasal 5, hak dari masyarakat itu nggak tahu setelah saya diterima keberatan saya oleh Ibu Menteri atau tingkatnya antara kabupaten itu oleh gubernur, itu terus saya, terus bagaimana kalau saya menolak lokasi itu. Di dalam naskah akademik sedikit diceritakan wah kalau keberatan tapi kita terima ya udah kita belokkan, realignment. Jadi di relokasi lah lurus hanya belok sedikit lah karena ada yang keberatan. Tapi tidak diceritakan, diuraikan di dalam pasalnya, lebih lagi bagaimana kalau misalnya Ibu Menteri mengatakan "oh tidak bisa ini harus jalan terus". Pertanyaannya alasan penolakan Ibu apa? Harus jelas. Akibat atau implikasi penolakan bagi yang berhak itu bagaimana, apakah oh ya sudah wong di tolak, silahkan saja. Lah kalau begitu hak untuk meengajukan keberatan itu nggak ada maknanya, nggak usah pakai pasal itu. Pokoknya nggak ada yang keberatan mau menolak, mau apa jalan terus. Apa sesuai dengan konsideran b menurut cara-cara yang lebih demokratis. Ini agak memusingkan bagi karrii karena hak itu di jarnin oleh Undang-undang, sedangkan Perpres yang sebelumnya saja itu berani mengatakan "oh kalau di tolak oleh menteri, tapi tetap saya keberatan terhadap...upaya pencabutan hak atas tanah" ....karena soal alergi, soal alergi monggo, tapi kami sebagai yuris itu adalah sarana hokum yang disediakan oleh Undang-undang, yang di atur oleh Undang-undang Pokok Agraria sendiri Pasal 18, kalau semua musyawarah sudah tidak menuai kesepakatan monggo, mari, silahkan memakai Undang-undang No. 26 Tahun 1961 alias pencabutan hak atas tanah. Heran saya Perpres saja berani menyebutkan seperti itu dan dibuktikan di dalam Pasal 19 Perkaban No. 3 Tahun 2007 sebagai pelaksanaan dari Permen. Kok ini Undang-undangnya sekarang dulu kelihatan sekarang sudah ngumpet lagi, padahal ini hak asasi Pak, yang mengajukan keberatan terus bagaimana, kalau itu pokoknya keberatan atau apa ajukan saja terus jalan, apa maksudnya seperti itu. Jadi saya mengusulkan tambah lagi lah 1 ayat, kalau di terima maka, kalau di tolak maka, sehingga orang itu tahu juntrungannya kalau saya menerima atau keberatan saya di tolak atau di terima itu hak saya karena juga di dalam naskah akademik itu dia menyinggung, oh Perkaban begini loh, tiba-tiba Undang-undang ini tidak berani menyebut. Itu tidak diceritakan di dalam naskah akademik, jadi alur pikirnya itu bagaimana saya juga agak bingung juga.

Pasal 25 uraian mutatis mutandis sama dengan 24 Cuma karena levelnya saja ini bukan menteri Bappenas, tapi levelnya adalah gubernur yang bisa menolak atau menerima keberatan. Selanjutnya Pasal 30 ini juga kebingungan yang kalau Bapak cermati betel itu membuat kita, ini maksudnya apa. Jadi di dalam naskah akademik itu diceritakan panjang lebar mengenai policy atau kebijakan lend freezing kalau Bapak-Ibu pasti punya lemari es itukan freezer itukan bikin beku. Jadi kalau saya memahami begini Pak, kalau di Swedia dan Oke, kita freeze kita bekukan. Seluruh lokasi ini Pasti masyarakat tidak tertarik mau menjual kepada siapa. Pemerintah mau membeli harganya oke, itu di luar negeri kalau di kita mana duit pemerintah. Jadi dia piker lagi lend freezing oleh si pembuat Undang-undang ini, pemerkasa dimaknai membekukan sertifikat tanah, loh sertifikat tanah

Page 11: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

11

membekukan ini apa nggak melanggar hak asasi, kalau di bell dibekukan ya dengan sendirinya, ssudah di bell saya lepaskan. Tapi kalau lend freezing dimaknai di dalam naskah akademik seperti membekukan administrasi pertanahan dalam arti sertifikat dibekukan supaya tidak ada spekulan, ini ceritanya Pak, itu agak-agak kurang ini. Maka itu kebingungan bisa di baca di dalam pasal 30 kalau melarang orang buat menjual, wong juga nggak punya uang untuk membeli kan begitu, lalu oke, kalau mau jual silahkan bebas, boleh menjualbelikan, boleh juga mendaftarkan setelah lokasi ditetapkan, tapi nomor 2. Lah sudah ngarang tentang lend freezing kok nggak di muat di sini malu hati juga, muatlah di situ tapi tolong Bapak-Ibu kalau menjual ke pemerintah dulu sebelum di jual kepada pihak lain. Pertanyaannya jual-beli itu adalah kehendak bebas dari penjual dan pembeli, kalau saya tawarkan itu tidak harus ke pemerintah, kalau orang lain harganya lebih tinggi, orang namanya jual-beli, ini juga apa maksudnya saya juga kurang faham. Lalu yang ketiga, ini lagi "pihak yang memperoleh tanah yang sudah membeli dari orang yang lokasinya digunakan untuk pembangunan wajib melepaskan atau menyerahkan kepemilikannya kepada pemerintah pada saat pengadaan tanah dilakukan". Itu sudah dengan sendirinyalah, Pemerintah kan mernbuat identifikasi dan inventarisasi antara lain siapa sih yang punya dan berapa luasnya, kemudian diumumkan 2 minggu, kemudian kesempatan verifikasi. Kalau verifikasi sudah ada nama a, b, c, d itulah urusannya yang akan menerima ganti kerugian dan dengan sendirinya akan melepaskan tanah. Jadi 3 itu juga redandem, ayat (3) menurut pendapat kami.

Pasal 36 ayat (1) "penilai pertanahan bertanggung jawab secara formil dan materiil terhadap hasil penelitian yang dilaksanakan". Wah itu juga saya nggak ngerti, tidak ada ceritanya dalam naskah akademik. Pertanggungjawaban formil itu meliputi apa, pertanggungjawaban materiil itu meliputi apa, itu tidak ada ceritanya di dalam naskah akademik, tiba-tiba muncul di situ. Jadi Bapak-Ibu harus kejar ini maksudnya apa itu karean saya juga nggak bisa cerita karena tidak di dalam naskah akademik.

Pasal 40 itu juga "pembayaran ganti kerugian dapat diberikan dalam bentuk" nah inikan alam berfikir yang sangat sempit, bahwa ganti kerugian itu hanya uang, uang, uang saja dan kontradiktif sendiri dengan ceritanya karena ganti kerugian itu dapat berbentuk uang, kalau uang itu di bayar cocok. Tapi kalau tanah pengganti kok di bayar, wong tanah itu. Pemukiman kembali ini salah Pak, ini mohon dibetulkan ini bukan permukiman tetapi pemukiman. Bentuk lain misalnya saham dan sebagainya ini, istilah bayar itu juga karena itu kami juga menyarankan supaya perumusannya itu merijadi "ganti kerugian dapat diberikan dalam bentuk" kalau uang ya monggo saja di bayar dan sebagainya. Inikan kekurangtepatan di dalam memikir bahwa ganti rugi itu hanya uang, tetapi kebanyakan memang seperti itu.

Kemudian pasal 42 ini juga baru Pak, kemarin ini berlarut-larut kalau orang yang menolak bagaimana, sudah di gugat pengadilan negeri, kalau dia nggak sepakat diganti x, sudah saja biar gugat di pengadilan, pengadilan mau menetapkan berapapun, lalu setelah 14 hari kerja itu ya sudah. Kalau di bayar oleh pengadilan dalam hal ini pengadilan tingkat pertama yang di tunjuk sudah final dan mengikat, tidak bisa kemana-mana lagi, tapi waktunya hanya 14 hari setelah menerima. Kemudian pengadilan 30 hari harus selesai, ini ada berbagai hal yang kami tanyakan, lah namanya

Page 12: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

12

pengadilan negeri itukan kerjaannya sejibun-jibun, kalau nggak selesai 30 had lalu bagaimana. Lalu acaranya penetapan ganti rugi kok nggak di atur padahal di dalam Undang-undang No. 26 Tahun 1961 di sana itu disebutkan acara penetapan ganti kerugian oleh pengadilan tinggi di atur lebih lanjut di dalam peraturan pemerintah. Ini kosong seolah-olah dengan begini hakim-hakim pengadilan negeri semua tunduk dengan Undang-undang ini, tolong 30 hari selesaikan itu, gugatan orang, apa iya begitu menurut pendapat kami. Kenapa yang di pilih PN bukan PT, kalau pengadilan tinggi itukan pekerjaannya volumenya dibandingkan dengan inikan nggak, loh kok pengadilan negeri saya juga heran dan mengapa pengadilan negeri tidak ada ceritanya di dalam naskah akademik. Sedangkan Undang-undang No. 26 Tahun 1961 itu kalau orang nggak terima, keberatan banding langsung final mengikat ke pengadilan tinggi. Ini kok pengadilan negeri juga tidak ada ceritanya. Yang lebih membuat miris adalah bahwa kalau 14 hari saya tidak terima ganti rugi, tidak saya ajukan derni hokum dianggap saya terima. Ini kalau tidak sosialisasi kan Saudara-saudara kita itukan semuanya melek hokum Pak, tiba-tiba lewat 14 hari ya sudah kamu harus menerima x. ini bagi saya rasanya berat, bagaimanalah caranya ada sosialisasi atau apa karena 14 hari itukan singkat sekali. Pembayaran ganti kerugian ini untuk Pasal 44 ini kami hanya supaya pembayaran-pembayaran itu digantilah, pemberian atau penyerahan karena tidak semua diberikan dalam bentuk uang.

Pasal 45 ini juga mohon perhatian, saya kemudian berfikir kalau yang menyusun ini adalah Beliaubeliau yang berkecimpung di bidang pertanahan ini fatal Pak. "Alat bukti sebagaimana di maksud pada ayat (2) huruh B merupakan satu-satunya alat bukti yang sah menurut hokum dan tidak dapat di ganggu gugat di kemudian hari". Saya itu loh apa ini sudah lupa dengan Pasal 19 Undang-undang Pokok Agraria jo PP No. 24 Tahun 1997 yang mengatakan bahwa "sertifikat kita itu bukan satu-satunya alat bukti dan bukan alat bukti yang mutlak. UU PA mengatakan bahwa "sertifikat itu adalah alat bukti hak yang kuat" artinya apa data yuridis dan data fisik yang ada di dalam serfikat harus diterima sebagai benar sepanjang tidak dibuktikan sebaliknya di pengadilan. Kalau sertifikatnya Aspal padahal saya Cuma cap jempol padahal saya benar-benar jujur substansial, kalau ini di sebut ini fatal sekali Pak. Kalau ini yang mengrti masalah pertanahan menyusun malah, ini bagaimana UU PA dan PP No. 24 ini fatal Pak. Jadi kami mohon itu di hapus saja, secara konsep itu nyasar itu sudah bukan main Pak.

Kemudian juga ayat (6) bahwa "setiap orang yang melanggar ini akan kena pidana" ya iyalah Pak, kalau orang memalsukan sertifikat nggak usah diceritakan juga mesti kena sanksi pidana. Jadi ini juga lebay atau berlebih-lebihan begitu Pak, kalau saya kalau redandem kan bahasa lnggris mendingan pakai lebay saja Pak. Jadi Pasal 47 ini juga sama Pak, pembayaran genti kerugian itu mungkin yang lebih cocok itu penyerahan ganti kerugian. Pasal 49 ini juga sama Pak, istilah-istilah yang kurang pas. Pasal 50 ini juga mohon Bapak-Ibu ini menanyakan, saya ini sampai pusing tujuh keliling. Saya membaca Pasal 50 "pengadaan tanah untuk fasilitas keselamatan umum atau pembangunan untuk keadaan mendesak dapat langsung dilaksanakan pembangunannya setelah penetapan lokasi pembangunan". (2) "sebelum penetapan lokasi tolong diberitahukan" loh ceritanya itu tidak ada di dalam naskah akademik. Ini bisa menjadi seperti ini bagaimana, saya piker ini yang

Page 13: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

13

sedang mengembangkan itu terilhami oleh Undangundang No, 26 Tahun 1961. Undang-undang Nomor 26 Tahun 1961 pencabutan hak atas tanah itu ada 2 mekanisme, mekanisme biasa dan mekanisme dalam keadaan darurat. Kalau gunung merapi tiba-tiba saja dari Jogja ya Pak, ini lalu meletus bagaimana mau berunding. Kita perlu bikin dam ya udah aja darurat, nanti mengenai ganti ruginya belakangan, kuasai dulu dengan apa? Keputusan Presiden, Keppres Pak, kalau Undang-undang Nomor 20 itu. lni loh tiba-tiba kalau perlu ini, perlu itu, tapi ini maka sebaiknya memang harus, banyak yang di tulis ulang di dalam, kalau mau klop. Naskah akademik ini banyak bolongnya kalau menurut pendapat kami alur pikirnya nggak ada.

Kemudian ini juga yang saya sebetulnya sedih sekali Pasal 57 mendingan swasta, untuk usaha swasta tidak boleh melanggar prinsip-prinsip kepentingan umum. lni salah fatal, menurut pendapat saya ini adalah melanggar prinsip-prinsip atau melanggar fungsi social hak atas tanah, loh kok melanggar prinsip kepentingan umum. Kepentingan umum definisinya saja nggak ada, ini swasta, swasta itu berbeda karena Undang-undang ini kalau untuk pemerintah, kepentingan umum. Tapi kalau yang swasta ya silahkan berunding sendiri dengan masyarakat, kok tiba-tiba melanggar prinsip kepentingan umum, nggak ada urusannya dengan kepentingan umum kalau swasta itu. Ini bedanya di mana, kalau mau memahami UU PA sebetulnya yang di maksud itu adalah tidak boleh melanggar asas fungsi social hak atas tanah. Apa sih fungsi social itu? Satu semua hak atas tanah itu tidak boleh digunakan atau tidak digunakan kalau sampai merugikan orang lain. Kedua harus ada keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. UU PA itu tidak hanya menjamin kepentingan umum, tetapi juga menjamin kepentingan orang-perorangan. Jadi antara kepentingan perorangan dan kepentingan umum itu harus seimbang itu kata-kata yang sangat indah kalau Bapak-Ibu mau memeriksa Pasal 6 UU PA dan penjelasan umum romawi II angka 4, jadi ini agak terpeleset agak jauh.

Pasal 63, 64, 65 terkait dengan hak kewajiban peran serta masyarakat ini juga tidak ada uraianya dalam naskah akademik. Jadi bagaimana merumuskan pasal tanpa dilandasi denagn alur piker yang bertanggung jawab di dalam naskah akademik ini. Jadi bagaimana ya Pak, ada lagi bahwa Pasal 64 itu bunyinya adalah ini sama seperti tadi Pasal 64 "dalam pelaksanaan pengadaan tanah setiap orang wajib mematuhi ketentuan dalam pengadaan tanah" inikan juga lebay lah Pak. Undang-undang itukan mengikat semua orang kok, secara tidak langsung seluruh Indonesia terikat dan yang langsung terikat adalah mereka yang menjadi ruang lingkup atau objek dari Undang-undang ini, jadi ini berlebih-lebihan Pasal 64.

Karena waktu yang terbatas juga Bapak-Ibu sekalian, maka kami ingin menyampaikan sesuatu bahwa karena nilai strategis dari Undang-undang ini dan ini menyangkut hak asasi manusia, kami mohon agar supaya pembahasan ini dilakukan dengan ekstra hati-hati. Kami tidak mengatakan bahwa kalau begitu Undang-undang lain boleh semaunya, sama sekali tidak, tapi kehati-hatian empati. Bila rasa BapakIbu ini ya kepentingan umum itu kepentingan kita semua, tapi bila rasa itu mohon supaya asas keadilan itu di pegang sehingga kami mohon supaya bisa di bahas secara sangat berhati-hati apalagi naskah akademiknya itu banyak kelemahannya Pak, juga dengan sendirinya

Page 14: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

14

akibatnya perumusannya juga menjadi tidak solid. Jadi kmai titipkan ini semua kepada Bapak-Ibu, kami mohon maaf kalau di dalam penyampaian itu ada yang kurang berkenan. Selanjutnya kami ucapkan terima kasih atas perhatian Bapaklbu sekalian.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih Bu Profesor Maria atas tanggapannya terhadap naskah akademik, banyak sekali

catatan-catatan dari Profesor Maria, ada yang minta dihilangkan, ada yang minta di tambah, disempurnakan. Saya kira itu bagus sekali nanti kita teman-teman akan mengadakan pendalaman lebih lanjut, tetapi sebelum kami lanjutkan kepada Profesor Ibu Arie Sukanti, kami perkenalkan teman-teman yang datangnya belakangan.

Silahkan. F-HANURA (MIRYAM S. HARYANI, S.E., M.Si): Terima kasih Pimpinan. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ibu Profesor Maria, Ibu Arie dan jajarannya. Perkenalkan nama saya Miryam haryani Bu, di panggil Yani dari Fraksi Hanura Komisi II DPR

RI, suami 1 anak 4. Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih. Silahkan Pak. F-PD (DRS. H. ABDUL GAFAR PATAPPE): Terima kasih Pak Ketua. Nama saya Bu, Abdul Gafar Patappe dari Dapil II Sulawesi Selatan dari Fraksi Demokrat,

saya mohon maaf tadi tidak sempat ikut kesibukan karena saya teringat Ibu siapa, Anggota DPR RI ini nanti kurang tahu adab nanti sampai stroke. Acaranya Pak, waduh, hari ini 4 saya baru pulang dari Komisi II sesudah itu di sini setelah ini Komisi II lagi nanti jam 14.00, sesudah di sana ada lagi 1 jadi 4.

Terima kasih Ibu. F-PD (IR. NANANG SAMODRA, KA., M.Sc): Selamat pagi Ibu. Saya Nanang Samodra dari Komisi II Dapil NTT, Fraksi Partai Demokrat. Terima kasih. F-PG (EDISON BETAUBUN, SH., MH): Terima kasih. Nama saya Edison Betaubun Fraksi Partai Golkar, daerah pemilihan provinsi Maluku. Terima kasih. F-PG (DRS. H. MUHAMMAD NASIR, M.Si): Terima kasih Pak Ketua. Nama saya Muhammad Nasir Fraksi Partai Golkar dari daerah pemilihan provinsi Sulawesi Tengah.

Page 15: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

15

Terima kasih. F-PAN (A. TAUFAN TIRO, ST): Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pimpinan saya mohon maaf agak telat karena karean pada saat yang bersamaan, pada jam yang bersamaan juga ada rapat di Komisi V sehubungan revisi Undang-undang tentang Pelayaran. Ibu Prof. nama saya Andi Taufan Tiro daerah asal pemilihan sama dengan Pak Abdul Gafar Patappe itu Sulawesi Selatan II Bu, saya dari Fraksi Partai Amanat Nasional, Komisi V.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

F-PD (H. ZULKIFLI ANWAR): Terima kasih Pimpinan. Mohon maaf juga terlambat datang karena tadi ada acara juga di Komisi V, kepada Ibu Prof.

juga minta maaf sebetulnya kalau menurut urutan yang terlambat tadi, saya juga terlambat yang keberapa. Tapi saya sengaja memperkenalkan diri yang belakang karena saya memberikan apresiasi dan saya kalau bahasa daerah itu terpukau dengan Ibu Profesor ini, apa yang Ibu sampaikan tadi memang itulah kenyataannya. Jadi perkenalkan nama saya Zulkifli Anwar dari Fraksi Demokrat daerah pemilihan Lampung yang mungkin setiap saat bermasalah masalah tanah, yang inilah mungkin insya allah menjadikan pedoman untuk perbaikan di masa-masa yang akan datang.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih Rekan-rekan semuanya. Sebelum kita lanjutkan sekarang sudah jam 12.00 kukrang 15 merit, tadi kita sepakat jam

12.00 WIB ini kelihatannya akan lebih dari itu, apa kita sepakati sampai 12.30 WIB. (RAPAT : SETUJU)

Terima kasih. Baik, selanjutnnya kami persilahkan Ibu Profesor Me S. Hutagalung, SH., MU. Ibu Arie

silahkan merriberikan pemaparan kepada kanrii semuanya. Terima kasih. PROF. ARIE SOEKANTI HUTAGALUNG, SH., MLI: Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Anggota Dewan yang terhormat atas undangan ini, memang selama ini saya lebih sering berhubungan dengan Sekretaris Jenderal dan Komisi II, Komisi V juga. Baik, karena sudah hampir semua dihabiskan oleh Ayunda saya Profesor Maria, saya hanya mengisi apa yang belum disampaikan oleh Profesor Maria. Memang di sini saya memberikan makalah tambahan mengenai pengadaan tanah dan konsinyasi, itu hasil penelitian saya sebagai konsultan Bank Dunia waktu itu. Jadi kita melihat efektivitas konsinyasi, kenapa konsinyasi ini menjadi suatu hal yang sangat ini, memang konsinyasi itu tidak sesuai dengan asas-asasperolehan hak atas tanah. Itu asas-asasnya adalah musyawarah untuk mufakat, kita tahu semua. Oleh karena itu saya membuat

Page 16: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

16

power point mengenai landasan hokum pengadaan tanah, asas-asas hokum pengadaan dan prinsip-prinsip hokum pengadaan tanah, tapi tidak ada akan saya uraikan. Langsung saja saya kepada komentar mengenai naskah akademis, seharusnya di latar belakang itu mengapa kita perlu urgensinya perlu RUU ini karena peraturan yang ada Perpres 65 yang merupakan perbaikan dari Perpres 36 juga peraturan kepala badan. Itu tidak bisa di tinjau dari segi materi tergolong sebagai peraturan yang artenya bersifat artebrusia. Jadi ini tidak mengikat kepada seluruh masyarakat, hanya harus dipatuhi oleh bawahan dari pemimpin pemerintah yaitu presiden. Justru karena itu kemauannya dank arena pengadaan tanah ini sangat menyangkut hak asasi manusia, juga ruang lingkupnya di tambah untuk, bukan untuk kepentingan umum saja tetapi juga untuk kepentingan lain.

Jadi yang ingin saya komentari alasan pemilihan studi banding, ini studi banding oleh pemerintah biasanya yang dikritisasi hanya studi banding DPR RI. Pemerintah, saya bingung kok milih Cina, Cina itu konsepsinya adalah konsepsi kominis walaupun berhasil, karena kita konsepsi hokum adat, komunalistis religius. Itu sutau hal yang, lalu Swedia, Swedia kalau di lihat antara persediaan tanah dan kepadatan penduduk juga tidak ini. Lalu kunjungan ke Michigan State University, di Amerika itu ada yang namanya power of eminent domain and police power yang harus dicantumkan di dalam UUD, di declaration of independent itu ada. Jadi kita tidak mempunyai bisa Iangsung saja ke dalam Undang-undang itu kalau untuk kepentingan umum itu tidak boleh dikatakan harus wajib. Wajib itu tetap kalau ingin diperlukan tanahnya harus tetap musyawarah. Undang-undang Pencabutan Hak di Pasal 18 UU PA itu juga menyatakan pencabutan hak itu merupakan upaya terakhir. Jadi istilahnya anak muda kalau udah mentok itu nggak bisa ketemu sepakat, baru kepepet, baru bisa dilakukan pencabutan hak.

Kemudian...lebih aneh kok tanah dimasukin lemari es, lend freezing itu. Sebetulnya itu adalah kalau dalam konsep .... Right of the first refucial. Jadi harus dilakukan didahulukan kepada pemerintah dulu, pemerintah menolak baru bisa di jual pada pihak lain. Ini sebetulnya adalah kelakukan kenyataan bahwa kita melakukan pemindahan harus ada izin dari pejabat yang berwenang. Masih di dalam istilah naskah akademik itu di kutip suatu perkembangan di tulis dari seorang professor dari Universitas Sumatera Utara. Professor ini namanya Ningrum tapi Boru siapa orang batak, kalau saya suami saya yang orang Batak, saya Boru Jawa. Memakai istilah ganting untung, tidak ada istilah ganti untung, Bapak-Ibu silahkan buka kamus Bahasa Indonesia, kamus hokum pun tidak ada ganti untung. Sedangkan yang namanya ganti rugi di dalam sudah ada itu karena adanya one prestasi, perbuatan melanggar hukum

Kemudian seharusnya harus juga perlu di buat Peradilan Ad-hoc untuk pengadaan tanah kalau nantinya mau dalam tingkat pengadilan negeri sudah selesai atau meningkatkan fungsi mediator karena ini harus win-win solution, kalau pengadaan tanah begitu. Itu dalam naskah akademik, dalam RUU-nya yang pertama definisi tentang kepentingan umum. Saya bingung malah tambah banyak, saya ingat waktu saya diperintahkan oleh Bapak Presiden yang dulu melalui Bapak Gubernur Jakarta yang sekarang, pokoknya Prof mesti bukukan Perpres nanti dalam summit infrastruktur SBY dapat mengeluarkan look gentlemen Indonesia have regulation you can easely get the lab. Di situ langsung

Page 17: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

17

berebut saja itu tiap-trap, Jawa Timur minta kepentingan ilmu Jakarta, minta pembuangan sampah, lalu minta rumah susun, lalu minta itu. Akhirnya banyaklah timbul gejolak lalu dikurangi, dikuranginya kebanyakan jadi malah tinggal sedikkit. Sehingga waktu itu yang agak itu ABRI, pemerintah daerah kalau mau membuat kantor kelurahan tidak termasuk kepentingan umum. Kalau mau mendirikan rumah susun sederhana tidak mau, tidak termasuk kepentingan umum. Karena untuk kepentingan umum ini kemudian di buka musyawarah itu dibatasi, di sini tidak ada pembatasan musyawarah tetapi saya tidak lihat angka pembatasan mana, tapi mungkin ada didalamnya. Kemudian harus di konsinyasi dan di konsinyasi itu saya pernah sebelum menjadi guru besar ini pernah praktek mengkonsinyasi uang debitur yang di bayar tidak mau harus di terima oleh kreditur di pengadilan. Waktu kita memohon mengarribil yang kita dapat itu hanya 60%, 40% itu ada biaya-biaya apa, ada biaya-biaya resmi, ada biaya tidak resmi. Jadi saya tidak bisa merribayangkan kalau system konsinyasi ini digunakan terus untuk mempercepat pembangunan dengan alasan mempercepat pembangunan.

lnilah yang saya sangat menetang konsinyasi dan ternyata terjadi di dalam paper saya di Semarang waktu itu. Jadi setelah konsinyasi kepada Ketua Pengadaan Tanah mengeluarkan SK bisa mulai konstruksi, langsung dilakukan konstruksi akhirnya di lapor pidana sama yang punya tanah. Tanah ini masih tanah saya kok sudah mau di bangun karena itu melanggar Undang-undang No. 51 PRP Tahun 1960, sehingga itu bisa diadukan secara pidana di gugat perdata dan juga bisa dikosongkan oleh pemerintah daerah. Nah yang kena siapa, yang kena adalah kepala ketua panitia. Ini yang terjadi memang kalau Suromadu lancar, kenapa Suromadu lancar? Wong itu laut kok ya lancar. Ada juga PLN datang ke saya setelah ada konsinyasi kemudian boleh konstruksi, langsung para penduduk sana membuat tenda di sana, untung-untung dia tidak menjahit mulutnya itu, seperti yang terjadi. Itulah keresahan-keresahan itu bisa terjadi, lalu definisi kepentingan umum kenapa tidak RUU ini lebih terbuka menyerahkan masyarakat yang menyangkut hajat hidup orang banyak, kemudian juga di lihat juga bagaimana yang diinginkan, yang di sebut masyarakat itu, kepentingan umum. Misalnya pembangunan SD Inpres di jawa mungkin bukan kepentingan umum lagi, tapi kalau misalnya pembangunan itu dilakukan di daerah-daerah terpencil itu masih kepentingan urnum. Mungkin diserahkan kepada daerah apa kepentingan umum, tentu dengan melibatkan lembaga swadaya masyarakat untuk menentukan apa yang di maksud dengan kepentingan umum. Jangan kemudian dari berapa, dua puluh berapa sampai q, satu lagi ....Keppres No. 55 Tahun 1993 kepentingan umum lain yang diputuskan oleh presiden. Ini memberikan suatu trigger..... bahwa presiden bisa melakukan, kalau saya katakan mungkin presiden kita sekarang anaknya tidak banyak seperti presiden kita yang dulu. Ada satu proyek kepunyaan putra dari Almarhum Presiden Soeharto ditentukannya dengan Keppres bahwa itu kepentingan umum. Itu jangan kita mengitukan sejarah lagi, lalu mengenai konpensasi saya lebih senang membuat konpensasi atau ganti rugi. Itu dapat didefinisikan sebagai penggantian dari factor fisik yang terjadi penggantian atas tanah baik yang bersertifikat maupun yang belum bersertifikat. Tadi Ibu Maria sudah menyatakan sertifikat bukan satusatunya alat bukti. Saya baru membnatu pembebasan tanah di kabupaten Banggai kalau yang

Page 18: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

18

dari Sulawesi Tengah mungkin tahu, di situ suratnya itu hannya SKT, Surat Keterangan Tanah. Sama juga di Kalimantan karena apa? Karena bentuk pajak bumi atau perfonding Indonesia waktu zaman Belanda tidak berlaku di daerah-dearah tertentu. Memang ada di Kalimantan sedikit, ada di Jawa, di Jawa ada girik, ada pipil, ada petok dan sebagainya.

Ini tanah-tanah adat kalau tidak ada dibuatlah SKT sesudah SKT oleh Menteri Dalam Negeri dikatakan tidak boleh diterbitkan lagi. Ada yang dikeluarkan surat keterangan ganti rugi kalau kita membeli tanah yang dikuasai secara fisik oleh pihak lain. Sebetulnya itupun dikatakan dalam salah satu pasal di PP No. 24 Tahun 1997 salah satu cara untuk dapat membuktikan, mendaftarkan tanah milik adat yaitu dengan penguasaan 20 tahun dengan adanya pernyataan dan disaksikan oleh saksi-saksi yang dapat dipercaya.

Jadi ini harus di lihat dan juga perhitungan fisik ataupun non fisik ini mestinya dapat diitukan. Ini saya sudah bicara panjang lebar mengenai ini dan juga penggantian terhadap tanah ulayat, tanah wakaf, tanah yang termasuk hak dana. Bangunan, tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengna tanah dan juga pihak penyandang dana juga menginginkan yang dikuasai secara tidak legal. Jadi dia menguasai missal yang tinggal di bantara kali dan sebagainya itu diberikanlah kalau tidak kompensasi ya itu namanya di Jakarta namanya uang kerohiman. Tapi uang kerohiman itu juga kecil sekali, jumlahnya kecil sekali. lnilah yang harus difikirkan bagaimana penentuan ganti rugi, kalau ganti rugi mudah sudah ada NJOP, sudah ada nilai pasar, kemudian ada penilai. Lalu bagaimana tanah-tanah garap ini, tanah-tanah yang dikuasai secara illegal.

Kemudian tadi yang musyawarah sudah, yang khusus ini yang saya katakan bahwa saya ingin merubah bahwa definisi pihak yang berhak itu seharusnya di ganti sebagai pihak yang mempunyai hak atas tanah, pihak yang memanfaatkan tanah dan atau pemilik segala sesuatu yang berkaitan dengan tanah. Pemilik bangunan, pemilik tanaman dan sebagainya mengapa saya tidak katakan yang ada di atas tanah juga bisa pemilikan yang ada di ruang di bawah tanah dan ruang di atas, di udara. Di dalam nah ini sudah dikendalikan, di ungkap. Pasal 10 seharusnya dalam penjelasan tidak di tulis sudah jelas, ini penyakit Undang-undang di Indonesia. Jadi yang belum jelas tidak dijelaskan, yang sudah jelas malah dijelaskan. Jadi sebetulnya hanya Indonesia yang membuat Undang-undang dengan penjelasan a law cidation of rule of a law itukan di Negara-negara lain hampir-hampir tidak ada, karena apa? Pasal-pasalnya itu sudah menguraikan secara jelas. Tadi misalnya terminology keseimbnagan antara kepentingan pembangunan dan kepentingan masyarakat ganti rugi yang layak dan pengendalian tanah. Itu apa sih maksudnya dari itu, tidak jelas. Seharusnya dalam penjelasan dijelaskan, lalu tadi kepentingan umum sudah saya katakana. Lalu Bu Maria juga sudah menyebut Pasal 22 mengenai konsultasi public kenapa tidak ada definisinya dalma pasal 1.

Lalu Pasal 42 khususnya ayat (3) apakah pembuat Undang-undang ini sudah konsultasi dengan mahkamah Agung, sudah melihat keserasian, keharmonisan dengan Undang-undang Pokok Kehakiman atau Mahkamah Agung mengenai putusan yang incra of quested final and binding. Kita tahu bahwa putusan yang sudah incra yang sudah tidak bisa banding lagi, yang tidak bisa di kasasi lagi dalam jangka waktu tertentu. Ini Pasal 45 saya sudah jelaskan harus dibedakan hak atas tanah

Page 19: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

19

termasuk surat keterangan tanah milik adat yang di luar Pulau Jawa karena Bapak-Ibu sekalian walaupun waktu belum ada Undang-undang saya sejak tahun 1979 sudah ikut ke hutan membebaskan tanah transmigrasi, tapi dulu waktu muda ya, misalnya di Sentiong III itu kita tanyakan kepada masyarakat hokum adatnya, maunya ganti ruginya di buat apa untuk ulayat. Waktu itu PSS1 masih jaya jadi minta dibuatin lapangan bola. Sederhana sekali jadi masyarakat kita makin berkembang, makin anomi dan seringkali terprovokasi sehingga menjadi agak sulit memang.

Yang terakhir itu Pasal 47 tentang hapusnya hak atas tanah, jadi dikatakan kalau misalnya sudah konsinyasi tanah menjadi tanah Negara padahal pihak yang punya tanah itu belum melakukan pelepasan hak, belum menandatangi berita acara pelepasan hak. Ini tidak, saya bilang ini tidak sesuai dan bertentangan karena ini sama-sama Undang-undang. Kalau kita lihat hapusnya hak atas tanah di Pasal 47, Pasal 34, Pasal 40 itu tidak ada satu pun yang menyatakan bahwa hapusnya hak atas tanah karena uang ganti rugi sudah di konsinyasi di pengadilan, ini tidak ada. Makanya tadi saya juga mengkritisi bahwa naskah akadernik ini tidak membahas Undang-undang lain walaupun di sebut di belakangnya banyak data pustaka dan saya juga termasuk bangga ya, buku asaya juga di baca Bu, buku Ibu Maria juga. Tapi kmai berdua ini kalau memang sejak kapan itu ya, tahun yang lalu ya, dari hotel ke hotel kalau mau bikin RUU terus ke hotel ya. Dari Hotel Century ke Hotel Ambara kami sudah memberikan masukan-masukan tapi juga ya namanya juga akademisi. Kita memberikan masukan mau di terima syukur ya nggak ya nggak apa-apa, tapi nanti kalau akibatnya begini jangan datang lagi ke kita, kalau saya berfikir begitu apalagi kita berdua ini Ibu maria sudah Purnabakti, Saya sudah hampir suwidah mungkin yang masih adik ini masih muda-muda ini yang Bapak-Bapak kan masih muda semua rambutnya masih hitam, nah itu yang harus memikirkan, jangan buka rahasia dong Pak, jadi Saya pikir hanya ini Saya berikan juga tambahan tulisan bahan baca tambah Saya pernah di apa di minta oleh Bank Dunia untuk meneliti bagaimana maslah kuncinya, tapi terus terang saya sendiri untuk panitia memang harus orang yang indenpenden di banjirkan kanal timur khusus untuk ast-aset Pemerintah Saya pernah jadi ketua panitia penilai, nah jadi Saya bilang kalau tidak bersertifikat ya dikuranginnya hanya biaya resmi sertifikatnya saja, tidak memakai persentase-persentase hanya kami itu terpaku hanya pada orang yang mengarap tanah ini belum ada perhitungan karena ini bukan bidang Saya sarjana Ekonomilah yang bisa menilai dan satu hal lagi penilai itu mesti dapat harus mendapatkan fraisen atau ijin sertifikat frisel dari BPN, nah apa ada ahlinya pada hal di sini sudah ada suatu wadah APEKSI (Asosiasi Penilai Indonesia), nah ini juga hal-hal yang perlu di perhatikan.

Nah Saya rasa ini cukup dari Saya kalau bahan-bahannya silakan Bapak-Bapak baca sebagai pelengkap untuk pertimbangkan persetujuan memang kembali hati-hati, karena ini menyangkut hak asasi manusia kita mengambil tanah orang untuk pembangunan, nyari bumi dipertahankan sampai mati, di Kampung suami Saya di Sibolga itu tanah 100 meter dari mulai Saya belum kawin sampai anak Saya sudah besar perkaranya tidak pernah selesai-selesai coma 200 meter persegi jadi bukan di Jawa aja tanah itu penting tapi di daerah-daerah. Saya rasa begitu Bapak Ketua terima kasih atas kesempatannya.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Page 20: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

20

KETUA RAPAT: Terima kasih Prof Arie. Kalau tidak salah kemarin itu ... kita memberikan masukkan rumah susun ya di Bogor Saya

waktu di luar dapat buku tapi judul bukunya Saya lupa, Nanti di meja Pimpinan saja nanti bisa kita, nanti bisa di Pimpinan kita berikan kepada teman-teman yang berminat gitu kita copy, oh gitu.

Baik sudah banyak sekali masukkan-masukkan yang sangat berarti buat kita semuanya di dalam menyusun nanti dalam membahasan pada Naskah Undang-Undang RUU pada Tanah untuk Pembangunan, untuk itu kami persilakan pada teman-teman yang ingin masukkan pendalaman, pertanyaan atau silakan Pak Chairul.

F-PAN (H. CHAIRUL NAIM M. ANIK, S.H., M.H.): Baik. Assalamu'allaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Pimpinan dan Anggota Pansus yang Saya Hormati, Ibu Maria dan Ibu Arie yang Saya Banggakan. Memang pertama-tama di Ibu Maria Saya sangat tertarik dan kupasan-kupasan Ibu agak

sama dan agak mirip dengan kami, Saya ingin menyesuaikan asas Ibu ya yang di atur Pasal 2 Saya berpendapat asas keadilan, tapi karena ini berkaitan penorijolan ke hak perdataan itu Saya memasukkan satu di atas asas keadilan itu asas kesepakatan yakni di awali dari sini kalau pun nanti ini terjadi mungkin ini kita taru di sini Ibu, syarat, terus yang kedua pihak swasta ya memang kita pun bingung pihak malah menurut hemat Saya swasta dibuang di sini meskipun di dalam aturan ini di atur RUU ini kepentingan pihak swasta itu kaitannya prosesnya formatif tetapi sikologis politiknya di tempat di dalam RUU atau menjadi UndangUndang Pengadaan Tanah ini bisa di bereskan di daerah, itu kepentingan swasta seolah-olah menjadi kepentingan umum, terus yang ketiga Saya sependapat betul Saya tidak melihat adanya suatu perbuatan hukum dari suatu proses pengadaan Tanah, ya kalau Saya simulasikan seolah-seolah sudah ada konsultasi pablik kemudian ya seperti lari penolakkan dan penerimaan di Tingkat Menteri, Nah kalau itu di tolak maka dilanjutkan dengan pembayaran ini belum nyambung ini ganti rugi apa iyakan berbuatan hukumnya tidak ada betul kalau Undang-Undang Nomor 20 jelas penjabutan, nah kalau sudah di cabut jelas yang bisa di ajukan banding hanya jumlah ganti ruginya tetapi hak atas tanahnya engga bisa nah ini sangkat pital di sini Saya engga tau apakah Pemerintah ini seolah-olah lembut tetapi akhirnya tidak menimbulkan kepastian hukum sependapat bu cuma pertanyaan Saya Bagai mana kalau di UndangUndang di nomor 20 itu kan jelas penjabutanya itu presider nah karena ini tanah menyangkut hajat masyarakat banyak kalau Saya Iebih mendukung apabila di lakukan oleh Presiden bukan oleh Menteri, di sini Saya juga mencermati Ibu prosesnya itu di katakan BPN sebagai pelaksana Pengadaan Tanah, nah Saya engga sependapat karena BPN ini adalah lembaga kadastera hanya pendaftaran di RUU ini Ibu tidak mengupas ini tapi Saya melihat di sisni bahwa posisi DPR di Ietakkan pada pelaksanaan pengadaan Tanah sehingga Saya kira keliru walaupun di dalamnya di uraikan tata acaranya oleh konsultasi pablik dan lain sebagainya, tetapi BPN ujungnya sebagai pelaksana terus yang Iebih urjen

Page 21: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

21

sekali Saya melihat dari judul Ibu Maria dan Ibu Arie di sini RUU Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Saya melihat kepada regulasi sebelumnya akan agar Iebih ketat di mana di sebutkan pengadaan tanah bagi pemohon untuk kepentingan umum, apakah mungkin ini di senggaja di ngambang begitu dan di sana masuk untuk kepentingan swasta, saya kira Iebih tepat kalau kita fokusnya kepentingan umum kemudian Ibu Arie juga Saya lihat juga kurang sependapat kepentingan umum coba kira-kira triminologi yang bagus apa Ibu, kalau pun hemat saya dengan pengadaan Tanah untuk kepentingan umum itu yang Iebih tepat kalau di tambah lagi takut menjadi bias, itu kepada Ibu Maria dan Ibu Arie dan Ibu Arie focus kepada konsinasinya.

Konsinyasi ini memang suatu yang sangat penting karena Saya berpengalaman juga di daerah Saya Jambi itu ada sewa rumah, sewa rumah itu dengan ruang-ruang kunci dulu sama ruang lada diberikan sewa rumah, nah terkadang pemilik rumah engga mau lagi nah karena tidak mau jadi di kasihkannya ke Pengadilan Negeri memang aturan seperti itu ternyata ketika kita ambil itu mungkin Cuma ....bahwa mungkin nol koma sekian persen kondisi waktu itu, nah pertanyaan Saya kira-kira lembaga apa yang tepat Ibu Arie karena kalau tidak pengadilan karena itu lembaga hukum Saya kira di situ saja sudah seperti itu apalagi kalau di tempatkan di lembaga-lembaga lain, barang kali demikian Pak.

Terima kasih. Wassalamu'allaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Chairul. Ada lagi, Pak Zulkifli silakan. F-PD (H. ZULKIFLI ANWAR): Terima kasih Pimpinan. Ibu Prof berdua Saya bukan ingin memperdalam atau pun mengoreksi tapi ingin belajar

sekaligus sebagai perbendaharaan pemahaman, selalau kita berbicara tentang kepentingan umum baik ibu berdua tadi mengatakan kadang-kadang kepentingan umum di buat menjadi kepentingan kelompok atau sesuatu, sementara rencana RUU yang nanti akan menjadi Undang-Undang nanti semua untuk kepentingan masyarakat kepentingan umum, tolong kalau pun tadi Ibu sudah sampaikan pada saat Saya datang belum mendengar yang di maksud secara khusus batasan kepentingan umum agar tidak dibuat menjadi kepentingan-kepentingan yang lain, memang banyak kadang-kadang demi sesuatu kelompok tadi Ibu sudah memberi contoh yang tidak etislah, kalau kita katakan tadi contoh Ibu tadi sudah betul-betul karena ada kepentingan bisnis katakanlah ini dijadikan seolah-olah megah proyek untuk kepentingan umum, nah jadi tolong bu ini untuk Saya pribadi mungkin kalau teman-teman Saya sudah ngerti Saya belum ngerti batas kepentingan umum itu yang secara khusus itu yang mana, karena ada proyek tenaga listrik diluar kepres di luar modem, nah yang menjadi kepentingan umum itu secara khusus batasannya yang mana bu kita tidak boleh agar menjadi suatu benteng kita atau referensi kita di luar dari ini tidak bisa di katakana kepentingan umum itu yang pertama.

Yang kedua ada tulisan tadi termasuk masalah ganti rugi Saya terkesan kadang-kadang Panitia Tim Tanah ini ada kesan mat ap terhadap adanya ganti rugi terutama untuk kepentingan

Page 22: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

22

pembangunan apalagi kepentingan Pemerintah. Ada suatu ketentuan yang mengatakan kita berpedoman berpatokkan kepada NJOP di lapangan kenyataannya, tolong Ibu jadi untuk pempelajaran jadi pedoman batasannya NJOP itu kadang-kadang katakanlah kalau kita ada kepentingan Pemerintah Pembangunan akan membebaskan tanah HGU artinya tanah yang di miliki oleh perusahaan yang masih hidup HGU nya, sementara perusahaan tersebut sering di kenakan PBB atau pajak nah NJOP ini sering di katakana Iebih kecil jadi kenyataan di lapangan kalau ada sesuatu yang ingin menjual katakanlah termasuk masyarakat biasa menjual tanah itu biasanya bermain dengan pihak NJOP jadi NJOPnyas tinggi giliran dia mau beli dia murah, nah ini patokkan NJOP ini itu yang pertama, yang kedua disamping NJOP itu ada harga pasar patokan kita NJOP harus menjadi suatu ketentuan harga pasar yang menjadi persoalan kadang-kadang karena itu kepentingan untuk kepentingan umum dan mendesak, kalau berdasarkan NJOP itu kadangkadang milik tidak mau menjual karena berbeda dengan harga pasar, nah ini yang menjadi persoalan tolong Ibu berikan penjelasan kepada kami di mana batasan kepentingan NJOP sementara itu tadi ada, nah ini kadang-kadang ada ketentuan menantukan harga tanah meminta bantuan afresel nah afresel yang umumnya kita memakai katakanlah yang saat ini yang ada sertifikasi atau yang punya Sekopindo tapi ada jugs afresel pembanding, nah di sini kadang-kadang rancu nah jadi di dalam hal ini menurut pemahaman Ibu yang mengerti soal RUU Agraria atau ini yang benar itu afresel yang mana jadi supaya di sini tergambar ada patokan ada ketentuan yang tidak rancu karena ini betul-betul menjadi keperluan ada mat ap, Tim Tanah di periksa karena ini perkaya orang lain berpedoman kepada NJOP sementara beberapa waktu yang lalu Saya pernah membaca di do com itu ada pernyataan Menteri Ekkuin Pak Hatta Rajasa bahwa ganti rugi itu tidak harus berpatokkan kepada NJOP, jadi ada penilai, pertimbangan Iainnya.

Terima kasih Ibu. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Zul, silak Pak Abdul Gafar Patappe. F-PD (DRS.H. ABDUL GAFAR PATAPPE): Terima kasih Pak Ketua. Ibu yang Saya hormati ada juga pertanya Saya karena RUU yang mau kita bikin ini yah

mudahmudahan bisa mencapai hasil yang maksimal menguntungkan semua pihak, begitu padangan-pandangan pakar di butuhkan, tadi ada beberapa hal yang Ibu gambarkan yang Saya perlu tanyakan, istilah di dalam undang-Undang dalam kamus atau di dalam apa saja tidak ada termuat istilah pembayaran atau Komisi ganti rugi yang wajib tadi yang ada musyawarah mufakat atau muasyawarah untuk mufakat, itu dari filosofi kita ya bangsa, nah sekarang Ibu begini kalau lihat pajak itu atau objek tanah itu di butuhkan untuk kepentingan umum ini kepentingan umum benar, sudah di musyawarahkan pada umumnya terjadi di daerah-daerah pembebasan tanah itu tidak ada satu pun pembebasan tanah di musyawarahkan karena pasti pemiliknya tidak mau ini bukan jaman dulu lagi, sekarang ini kalau dulu itu satu orang saja yah namanya saja tokoh masyarakat kalau sudah bilang begitu jadilah kepala desa sekarang tidak bisa karena apa rakyat juga sekarang pintar ada

Page 23: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

23

pembelanya ada LSMnya ada apanya semua, mungkin ada pembebasan tanah yang di lakukan tanpa musyawarah sekarang.

Nah sekarang pertanyaan Saya bu kalau pembebasan itu sudah di musyawarahkan apa tidak bisa di tegaskan atau wajib karena memang itu dibutuhkan untuk kepentingan umum, contoh di Sulawesi Selatan itu ada poros atau inprastruktur poros jalan Makasar Pare-pare, kedua poros trans Sulawesi yang Saya ingat poros pare-pare Makasar itu perluasan perlebaran jalan itu sudah berlangsung selama lima tahun itu belum masih bagian-bagian jalan yang tiga puluh empat persen yang belum selesai padahal sudah lima enam tahun pekerjaannya, tidak terbentur dengan masalah anggaran oleh TU sudah disiapkan anggaran, bahwakan anggarannya dobel disiapkan oleh APBN dan disiapkan partisifasi APBD tetapi masih banyak tidak, karena apa setelah di musyawarahkan pemiliknya masih tidak ada yang mau masih ada yang banyak tuh yang sudah bangun tapi ada bagian-bagian jalan yang Saya katakan baru 30% tadi sampai sekarang belum selesai Ibu, apakah tidak ada istilah wajib di situ untuk di bebaskan setelah dimusyawarahkan setelah itu nah itu yang di pertanyakan Saya. Kedua, Saya setuju dengan Ibu bahwa kalau kunjungan banding nanti keluar negeri itu memang nanti ke depan ke Negara-negara komunis. Negara-negara komunis semua tanah itukan milik Negara, jadi tidak ada masalahnya untuk pembebasan tanah, jangna bilang di Negara komunis, di Singapura juga begitu, apa istilahnya itu semua tanah itu milik Negara yang punya paling-paling di kasih hak kepada rakyat 99 tahun, sesudah itu sekarang pihak pemerintah tidak ada paling-paling ganti rugi bangunan yang sedikit ini itu bukan tanahnya. Jadi pertanyaan saya yang kedua ini Bu, di mana cocoknya kalau menurut Ibu yang ada persamaan, kira-kira kondisinya dengan Indonesia ini. Ada persamaannya tapi di sana lancar dari sini, di sana tidak ada masalah katakanlah Malaysia umpamanya. Saya lihat Malaysia yang instrukturnya begitu mulus dikerjainnya, dibebaskan juga tanah pemerintah, tanah rakyat tetapi tidak terlalu bermasalah di banding kita di Indonesia sekarang. Jadi kira-kkira bagaimanapun untuk melengkapi Undang-undang ini harus ada studi bandingnya bukan pergi melancong, bukan pergi ke Yunani. Itu betul-betul mau pergi studi banding supaya nanti Undang-undang yang kita bikin ini sama, kalau nanti ada yang gugat nanti harus ini, ini, kalau Saudara gugat silahkan ya jalan-jalan ke Malaysia, umpamanya begitu contohnya begitu ya Bu.

Yang ketiga, ini untuk kepentingan umum...3 hal ya, pembebasan itu dilakukan sesuai NJOP....terlalu murah, paling murah dia di bayar berdasarkan NJOP, paling murah itulah. ltulah batas minimalnya pemebebasan tanah di NJOP itu karena selama ini selama belum ada NJOP ini dan rakyat menerima karena taat, masih takut pada waktu itu. Kemudian yang kedua, harga pasar dan yang ketiga harga bebas yang melangit. Ini menghambat seperti yang saya katakan tadi Sulawesi Selatan ini mau dibebaskan tidak pernah tidak mau, yang punya tapi melangit. Lantas saya ada kasus Bu, saya pernah jadi di sana bikin rumah sakit, kepentingan umum betul itu murni karena bukan rumah sakit swasta, rumah sakit pemerintah. Saya mau bebaskan tanah, saya sudah bebaskan menurut NJOP mana kebijakan saya dari uang APBD itu saya naikkan sedikit, nggak apa-apa supaya rakyat juga menikmati harga tanahnya itu kalaupun nanti dia akan menikmati juga itu rumah sakit, sama seperti itu. Tapi masih ada bagian yang tidak mau dia dibebaskan, jalanan masuk, ada rumah

Page 24: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

24

sakitnya, jalannya nggak bisa masuk karena apa? Dimasuki oleh pihak ketiga, pihak ketiga yang kompor-kompori dia jangan mau, harga tanah sekarang sudah, loh iya seperti itu. Jadi saya terpaksa seperti itu Bu, sudah menempuh upaya, mints bantuan Kapolda, pengamanan, Kapolda ini juga nggak berani karena tugasnya dia bukan apa, Cuma kalau ada sengketa apa, pengamanan, pengamanan bukan untuk campur tangan di situ kamu bilang paksa ini rakyat, jadi mohon polisi tidak mau, yang bisa paksa ini Cuma satu pengadilan saja, itupun di konsinyasi di situ.

Kemudian berikutnya itu ada akibat yang ditimbulkan daripada harga bebas melangit ini. Saya di ancam waktu itu sama Kapolda, Pak Bupati bebaskan itu pilih jalan yangn tengah. Kalau ini kepentingan umum dia sarankan ke saya, NJOP kalau NJOP tidak mau naik sedikit, saya bilang bantu rakyat. Tapi jangan coba-coba menaikkan harga selangit itu, kamu nanti akan di periksa karena kami mark up itu tanah, kalau sekarang masih nggak masih partner kalau berhenti nanti kami di. Saya fikir-fikir kalau begini macet ini, saya tinggalkan, saya tidak mau beresiko, kalau tidak kita bisa sampai sekarang sudah hampir 5 tahun masih bisa jadi apa, orang sekarang karena mark up, dianggap mark up karena ada upaya untuk ini. Ini pertanyaan saya Bu, tolong kira-kira bagaimana karena sekarang tanah itu menjadi objek bisnis ya.

Yang keempat pertanyaannya. KETUA RAPAT: Waktunya Pak. F-PD (DRS. H. ABDUL GAFAR PATAPPE): Iya tidak apa-apa Pak, karena ini Undang-undangnya ini nanti supaya kita baik, biar bagus

Undang-undang ini, perlu sekali ada bahan pertimbangan dari dari pakar-pakar kita ini. KETUA RAPAT: Maaf sebelurn Pak Gafar Patappe teruskan ini sudah 12.30 kita perpanjang? Jam 13.00 saja

dulu ya. Terima kasih.

(RAPAT : SETUJU) Silahkan. F-PD (DRS. H. ABDUL GAFAR PATAPPE): Kemudian terakhir ini Pak, bagaimana tanah-tanah yang terakhir ini Bu ya. Bagaimana

tanahtanah yang tanah Negara, tanah Negara yang sudah diakuvasi oleh masyarakat, kalau dibutuhkan oleh Negara seperti yang di daerah saya itu ada pabrik semen, pabrik semen pemerintah, Negara punya tetapi dia menggunakan materialnya itu antara lain batu kapur. Sementara batu kapur itu berada di satu tempat yang namanya kars, itu Negara yang punya tapi setelah ada pabrik ini rakyat mengakui bahwa dia punya padahal inikan tanah kan nggak bisa peruntukan sama sekali, nggak ada tumbuhan manapun. Ini bagaimana Bu, kalau seperti ini apa bisa diganti rugi atau bagaimana supaya nanti kalau bahannya kita masukkan di RUU ini bagaimana kebijakan seperti ini yang bisa ditentukan, kalau di bayar berarti kita menyalahi karena tanah IVegara yang kita bebaskan, tidak apanya ynag harus diganti kalau ada rakyat yang mengaku.

Page 25: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

25

Saya kira, terima kasih. Maaf Pak Ketua, terima kasih banyak. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT: Silahkan Bu Masitah. F-PKB (Hj. MASITAH, S.Ag., M.Pd.): Terima kasih. Ibu yang saya hormati. Kebetulan sekali saya ada di Timja Pertanahan yang mana di Komisi II yang menangani

tentang asset-aset Negara. Sudah jelas bahwa itu tentang asset Negara tapi ketika dalam prakteknya kita selalu ada kekalahan dalam payung hukum. Irii banyak sekali permasalahan asset Negara yang belum tuntas, mungkin saya juga pernah bertemu di komisi dengan Ibu Arie yang pernah datang di Komisi II untuk mendampingi kliennya kalau tidak salah PT Aria Bimo ya, PT apa, oh ya itu Shang Hyang ya. Jadi itu sudah jelas kalau itu merupakan asset Negara tapi kita kadang-kadang kalah dengan permasalahanpermasalahan yang di luar yang punya kepentingan. Inilah tanah untuk pembangunan ini yang saya khawatirkan adalah nantinya tanah untuk pembangunan ini adalah benar-benar untuk kepentingan masyarakat secara umum, di mana nanti di dalam definisi nanti harus jelas, dalam prosesi dan mekariismenya harus jelas, jangan sampai ada cela orang bisa memanfaatkan tanah yang dipergunakan untuk kepentingan umum ini karena banyak sekali kasus pertanahan ini yang orang memanfaatkan. Istilahnya memanfaatkan kepentingan umum di balik itu, jadi saya berharap kepada pakar-pakar yang di sini bagaimana definisi dan prosesi mekanisme penyelesaian tanah untuk pembangunan kepentingan umum ini bisa berjalan sesuai dengan tujuan, sesuai dengan niatan pemerintah tidak ada cela bagi masyarakat yang untuk kepentingan khusus, untuk kepentingan pribadinya bagaimana paying hukumnya. Kemudian bisa itu di perketat maksud saya begitu ya, kemudian bagaimana kita itu menyelesaikan sengketa dengan kementerian terkait misalnya masalah kasus dengan Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertarnbangan. Ini sudah ada Timja Pertanahan, tetapi kita tidak bisa berbuat apa-apa. Saya berharap di Pansus ini nanti tidak ada cela, tidak ada orang di balik kepentingan umum itu bagaimana nanti di buat seketat mungkin, paying hukumnya bisa seketat mungkin.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih Bu Masitah. Silahkan Pak Ir. F- PDIP (IRVANSYAH, S.IP): Terima kasih Pimpinan. Pertama saya memberikan apresiasi dan terima kasih kepada Prof. Maria dan Prof Arie

mengupas naskah akademik sehingga kami memahami roh dari RUU karena sesungguhnya RUU ini inisiatif dari pemerintah Bu, jadi kami menerima sudah berbentuk draft RUU. Yang pertama sama seperti kawan dari PAN tadi mengenai nomenklatur judul yang menurut kami masih terlalu luas

Page 26: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

26

definisinya, malah ada Perpres No. 36 Tahun 2005 yang sudah lebih focus untuk kepentingan umum. Apakah memang Undang-undang ini sebaiknya khusus untuk kepentingan umum sebagaimana sudah ada Perpres No. 36 atau memang perlu dimasukkan kepentingan swasta seperti tadi kawan PAN sampaikan.

Yang kedua di dalam naskah akademis dicantumkan tentang kepentingan umum ada 13 item, yang menggelitik saya di poin ke-17 ini ada pembangunan kepentingan umum lainnya yang ditetapkan dalam Keppres dan kemudian pada tanggal 23 Februari 2011 pada saat pemerintah menyampaikan keterangan terhadap RUU ini disampaikan juga di dalam keterangan pemerintah ini tentang jenis kepentingan umum lainnya sebagaimana di maksud pada butir 17 ditetapkan oleh presiden selaku pemegang kekuasaan pemerintahan sebagai antisipasi terhadap kemungkinan adanya jenis kepentingan umum lain sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat dan tuntutan pembangunan di masa mendatang. Kami khawatir, kami faham sebetulnya bahwa pembangunan nasional dan daerah ini memerlukan ketersediaan tanah, tetapi juga jangan sampai melanggar dari asas keadilan bagi masyarakat bagaimana masyarakat dikorbankan bagi kepentingan pembangunan. Kami ingin mendapat masukan dari Ibu bagaimana sebenarnya kemungkinan dampak atau impact-nya kalau dicantumkan dalam RUU ini, jenis kepentingan umum lainnya ditetapkan dengan keputusan presiden yang mneurut kami ini sangat luas dan bisa digunakan untuk apa saja ini.

Mungkin itu saja dari saya, terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak lrvansyah. Bu Yani silahkan. F-HANURA (MIRYAM S. HARYANI, S.E., M.Si): Terima kasih Pimpinan. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ibu dua Profesor yang saya hormati. Tadi apa yang sudah Ibu-ibu Prof. kemukakan yang sangat komprehensif saya jadi terbelalak

Bu, karena waktu sebelum saya terima naskah Ibu-ibu ini saya sungguh sangat prihatin terima RUU dari pemerintah ini waktu pertama kali baca sudah 10 halaman, saya langsung berinisiasi apakah ini termasuk kategori mafia atau pengalihan dilegalkan menurut Undang-undang Perebutan Tanah ini, karena dari pasal per pasal sebelum say abaca naskah dari Ibu Profesor 2 ini sangatlah tidak manusiawi menurut saya yang diajukan oleh pemerintah. Ibu, saya mungkin bukan ahli pertanahan dan bukan ahli hokum Bu, Cuma saya juga ingin belajar sedikit apa yang tadi Ibu sedang kemukakan mengenai ending tadi sengketa tanah. Tadi Ibu sudah kemukakan paling lambat misalnya 14 hari atau 30 hari itu di pengadilan. Dan semua sengketa tanah itu ending-nya di pengadilan Bu, bukan di PPN. Terkait dengan PPN taidak mau mengeksekusi walaupun sudah ada keputusan pengadilan, apakah itu harus begitu Bu, itu satu.

Yang kedua, tadi Ibu sudah menggambarkan harus ada Peradilan Ad hoc apakah memang itu Ad hoc itu bisa menyelesaikan kalau misalnya diadakan ada, disanfingkan dengan pengadilan yang

Page 27: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

27

sekarang ada. Sepertinya yang sifatnya Ad hoc-Ad hoc itu kadang-kadang pemerintah tidak menggubris Bu. Itu kedua.

Ketiga, kalau memang iya ada pengadilan ad hoc apakah harus dimasukkan ke pasal di sini mengenai sengketa di pasal tersendiri, yang masuk ke RUU ini. Itu ketiga. Keempat Bu, dari judul Bu tadi sudah dari PAN juga sudah memasukkan judul, alternative judul. Barangkali saya juga bisa memasukkan alternative judul mengenai pengadaan tanah untuk kemakmuran rakyat Bu, bukan untuk pembangunan apakah menurut Ibu alternative-alternatif itu bisa di terima atau bagaimana karena kalau RUU tentang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan itu kok seakan-akan serobot begitu.

Yang terakhir Bu, mengenai sumber dana pengadaan tanah. Di sini diatur di Pasal 59 kalau menurut RUU rancangan ini pemerintah mekanismenya itu diattur peraturan bersama menteri yang mempunyai tugas di bidang keuangan, menteri yang mempunyai tugas di bidang perencanaan pembangunan nasional dan pimpinan lembaga pertanahan. Pertanyaan saya kalau menurut Ibu ketua kelasnya siapa ini nanti sebagai ending dari 3 inikan karean kalau SKB itu biasanya bolak-balik, sehingga rakyat menunggu nantilah tunggu Menteri Dalam Negeri, nantilah menunggu Bappenas, nantilah menunggu Menteri Keuangan, nantilah menunggu BPN. Jadi mohon untuk ini agak sedikit ditegaskan ketua kelasnya siapa ini yang bertanggung jawab terhadap pembayaran ini supaya jangan 3 Bu, harus 1. Itu saja Bu pertanyaan saya.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih Bu Yani. Ibu silahkan. F-PG (Hj. NUROKHMAH AHMAD HIDAYAT MUS): Terima kasih Pirnpinan. Untuk Ibu professor Arie dan Profesor Maria saya Iangsung saja mohon tanggapan Prof.

mengenai draft RUU dari pemerintah yang saya juga terima dan saya langsung pelajari. Di mana Pasal 7 yang mengatur mengenai pelaksanaan pengadaan tanah yang ditugaskan kepada lembaga pertanahan di sini adalah BPN. In' merupakan hal baru yang sebelumnya panitia pengadaan pertanahan yang terdiri dari unsure termasuk unsure masyarakat dan perguruan tinggi. Sekarang kita ketahui bersama bahwa BPN di masyarakat sendiri, masyarakat kurang begitu percaya akan kinerja BPN, banyak masalah tentang pertanahan yang juga ditangani BPK. Apakah ini tidak akan menimbulkan konflik atau masalah untuk tentang pelepasan atau pembebasan tanah untuk pembangunan ini.

Terus yang kedua Prof. tadi juga sudah sampaikan di mana Pasal 13 tentang Ruang Lingkup kepentingan umum, pengaturan lain tentang criteria pengaturan umum itu sendiri di mana pembangunan itu diperuntukkan untuk masyarakat apakah tidak semata-mata untuk, di sini pembangunan itu sematamata untuk kepentingan umum atau sehingga tidak ada kepentingan pihak-pihak lain atas pembebasan tanah itu.

Saya rasa itu Prof. terima kasih.

Page 28: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

28

KETUA RAPAT: Terima kasih. Silahkan Pak. F-PG (DRS. H. MURAD U. NASIR, M.Si): Terima kasih Pak Ketua. Ibu terpelajar yang saya amat hormati. Menarik sekali pemikiran-pemikiran kedua Ibu terpelajar ini sebagai suatu proses pengkayaan

bagi kita dalam kerangka mencoba merumuskan sebuah materi Undang-undang yang terbaik dan memiliki jangka waktu yang agak lama. Selama ini kita biasa membuat Undang-undang dengan tergesa-gesa sehingga masa berlaku dari sebuah Undang-undang itu singkat dan itu mempersulit daerah. Kadang penyerapan di daerah itu akan, pemerintah daerah akan menjadi sulit karena perubahan Undang-undang yang begitu cepat. Pertanyaan yang saya ajukan kepada Ibu terpelajar, yang pertama bahwa apakah di saat Ibu membaca Rancangan Undang-undang ini terkesan ada kerisauan yang muncul, apa kerisauan itu ada aspek kecurigaan bahwa ada unsur-unsur kepentingan swasta yang terselubung dalam materi Undang-undang ini, itu yang pertama. Prof. biasanya kalau ada materi yang sedikit ada kecurigaan itu menurut kerisauan para terpelajar, ada apa ini.

Yang kedua, ini Ibu tadi, Ibu Arie menyebut menyelesaikan kasus di sebuah kabupaten di Sulawesi Tenggara ini, kabupaten Banggai itu kampung saya Ibu Arie. Kira-kira itu kasus apa, sebelum saya lanjutkan itu kasus apa Bu. Bu pembebasan tanah ini sebenarnya bersumber dari sebuah proses yang kalau boleh saya angkat adalah kerisauan masyarakat sendiri, akibat pula oknum-oknum pemerintah daerah yang semula itu karena di situ akan di bangun kegiatan swasta yang dengna harga ganti rugi yang besar, mereka beli duluan. Sehingga bervariasi harga tanah di situ, ada yang terima, NJOP Rp. 12.500 dan ternyata ada yang membelinya itu Rp. 45.000, ada yang Rp. 250.000 per meter karena penetapan dari pihak swasta itu Rp. 500.000 per meter. Irii masyarakat resah dan kira-kira saya menanyakan bagaimana jalan keluar dari Ibu terpelajar yang menyelesaikan atau membantu proses sengketa ini.

Terima kasih Bu. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Murad. Ada lagi silahkan Pak. F-PPP (H. USMAN JA’FAR): Terima kasih. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ibu Profesor Maria dan Ibu Profgesor Arie. Pertama-tama tentunya kami ingin menyampaikan terima kasih atas berbagai tanggapan dan

koreksi yang telah disampaikan dalam menanggapi RUU yang disampaikan Pemerintah. Memang kalau di lihat ada hal-hal yang menggelisahkan kita semua sebelum RUU ini menjadi suatu Undang-undang dank arena itu karrii sepakat bahwa kita harus ekstra hati-hati di dalam melakukan pembahasan sebelum menjadi suatu Undang-undang. Keresahan sebagaimana juga seperti sudaah

Page 29: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

29

diungkapkan oleh temanteman tadi yang berkaita dengan pengertian terhadap istilah kepentingan, seolah-olah dalam RUU ini pengertian ini tidak terbatas begitu sangat lugs. 17 item yang disampaikan hampir-hampir Ampres semua yang dilaksanakan seperti agak sulit tolak ukur atau ukuran daripada kopentingan umum tersebut dan ini bisa dimanfaatkan oleh pemerintah apalagi hanya tadi dengan mengeluarkan Keppres. Kepentingan umum juga ini bisa dikatakan di belakang daripada itu apakah ini dimanfaatkan oleh pemerintah ataupun swasta. Ini juga tidak terlalu Nampak di dalam RUU ini karena memang bisa saja prakteknya Pemerintah di depan tetapi sesungguhnya swasta yang baerada di belakang daripada itu, dengan alasan tentunya untuk kepentingan umum tadi. Jadi memang ini perlu di bedah kembali terhadap pendefinisian dan criteria daripada kepentingan umum. Tentunya 17 itu sudah terlalu besar untuk mungkin yang di rasa sangat urgent di dalam Undang-undang ini yang memang Pemerintah menghendaki pembebasan untuk jalan tol yang tidak bisa diwujudkan karena hambatan-hambatan yang mungkin dialami di tengah-tengah masyarakat.

Kemudian yang berikut, yang berkait dengna peleksanaan musyawarah karena ini merupakan suatu inti kesepakatan kedua belah pihak. Musyawarah kadang-kadang juga tidak secara penuh dilakukan dan ini praktek ya terjadi sebelum Undang-undang ini dan bisa terjadi kettidakonsistenan kesepakatankesepakatan musyawarah kalau menghadapi secara individual mungkin ini mudah bagi pemerintah, tetapi menghadapi kelompok masyarakat yang begitu besar ini memang ada kendala-kendala, kadang-kadang sebagian mereka menyetujui, sebagian tidak. Permasalahannya Pemerintah juga menggunakan standar ganda dalam pendekatan seperti ini. Suatu kelompok yang sama, pendekatan ganti rugnya tidak sama. Ini yang menimbulkan reaksi, 70% sudah oke, 30% yang sedikit bertahan diberikan kompensasi yang lebih, muncullah reaksi bahwa ini tidak adil. Tadi pendekatan keadilan bukan kelayakan, tapi keadilan muncullah tuntutan-tuntutan tadi. Hal-hal seperti ini juga ada ketidaktransparan Pemerintah di dalam mengungkap besaran daripada ganti rugi yang mereka miliki, terkadang juga seperti pebisnis masih tawar-menawar dan lain sebagainya. Okelah, kalau memang itu merupakan suatu yang belum ada satu plafon daripada Dipa anggaran yang tersedia. Tetapi kadang-kadang juga Dipa yang tersedia yang disiapkan oleh Pemerintah itu memang sudah dengan harga yang difference yang tidak bisa lagi ditarribahkan dan yang sulitnya ketika harga ini hanya sesuai dengan NJOP. Tadi juga sudah disampaikan hal itu, sehingga Pemerintah agak sulit untuk memberikan tambahan ataupun menegosiasi kembali terhadap hal ini karena tidak didahului dengan musyawarah awal sebelum perencanaan untuk pengadaan tanah tadi. Ini perlu di pugar ulang itu ruang musyawarah pada saat perencanaan sehingga tidak ada hambatan dan perencanaan itu bisa mengikat sampai dengan turunnya satu Dipa, tetapi tentunya ada batasan waktu jangan juga masyarakat terlalu lama menunggu kapan kepastian. Sehingga ini diusulkan oleh instansi ini ke Pemerintah baik daerah ataupun pusat untuk memperoleh anggaran yang sudah disepakati. Kalau kita lihat dalam pendekatan ganti rugi saat ini tidak seperti itu, di nilai misalnya Rp. 100 rniliar untuk pembebasan sebuah lokasi dengan ukuran yang seperti, yang dikehendaki itu yang harus di can, anggaran seperti itu. Sehingga banyak hal yang terjadi kenadal-kendalah di lapangan. Barangkali inilah beberapa menjadi masukan dan sekali lagi terima kasih atas beberapa koreksi, tanggapan Ibu-

Page 30: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

30

ibu Profesor ini dan mudah-mudahan Undang-undang ini tetap memiliki satu visi untuk kesejahteraan masyarakat sebab tanah adalah untuk kesejahteraan masyarakat.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Thalib. Ada waktu minta izin, silahkan Pak taufan. F-PAN (A. TAUFAN TIRO, ST): Terima kasih Pimpinan. Saya singkat saja karena waktu, apa yang menjadi keresahan teman-teman adalah seperti

yang kita alami di Komisi V DPR RI Pak. Yang perlu saya cermati mungkin tekankan yang saya lihat pengalaman kita dalam hal pernbnagunan infrastruktur yang banyak terjadi PU Perhubungan dan sebagainya adalah banyaknya orang-orang yang bermain dalam pernbebasan lahan itu. Sebenarnya di situ intinya, banyaknya orang bermain. Orang dalam hal ini mafia baik itu dari Pemerintah sendiri dan orangorang yang ada di sekitar Pemerintah itu. Itu sebetulnya di situ intinya, kalau urun rembuk saya pada kesempatan ini mungkin perlu dalam Undang-undang ini nantinya bagaimana menutup kran daripada oknum tersebut, spekulan, apakah Pemerintah itu sendiri ataukah siapapun di dalam ini, untuk tertutup ruang untuk itu. Sehingga apa yang namanya ganti rugi itu benar-benar dari tangan pertama ke tangan kedua. Saya kira itu Pimpinan.

Yang kedua, ada kerisauan sesuai dengan tadi beberapa teman-teman tadi juga bahwa jangna sampai kita tertunggangi oleh kepentingan swasta di sini. Begini, masalah kepentingan swasta kita juga harus membuka diri, bukan artian kita jangan sampai nanti kepentinga swasta itu swasta yang mana dulu. Sekarang Indonesia ini ada kecenderungan swasta malas masuk ke Indonesia. Salah satu faktornya adalah tanah Bu, investasi tanah dalam hal, bukan investasi tanah, pembebasan tanah seperti masalah LND. Apakah nanti tidak menjadi, artinya begini kita membuka tetapi, membuka dalam artian ada batasbatas tertentu Bu yang nantinya menarik pihak swasta untuk berinvestasi di Indonesia karean semakin banyak investasi yang masuk ke daerah tersebut, kita yakin bahwa ada penyerapan tenaga kerja, ada peningkatan multi effect plyer yang akan timbul pada investasi tersebut. Saya rasa itu urun rembuk saya. Ibu berdua terima kasih atas pemaparan yang cukup baik sebagai masukan kepada kami Bu.

Terima kasih Pimpinan. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Haji Andi Taufan Tiro. Ibu-ibu Profesor hampir semua teman-teman kita memberikan tanggapan, pertanyaan begitu

antusias, tapi waktu juga yang menjadi pembatas kita dan untuk itu kami dengna waktu yang mungkin tidak terlalu banyak, kami persilahkan Ibu Profesor memberikan tanggapan tetapi nanti kalau tidak bisa memberikan tambahan yang masih kurang kami juga menerima tanggapn tertulis pada lain waktu.

Page 31: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

31

Kami persilahkan Ibu. PROF. MARIA SW SOEMARDJONO, SH., MCL., MBA: Terima kasih Bapak-Ibu sekalian. Masukan dan sebagainya, bagi saya pribadi saya belajar nanya dari pertanyaan Bapak-lbu.

Artinya belajar lebih merenung lagi mengenai Rancangan Undang-undang ini, jadinya bukan Bapak yang belajar dari kami tetapi kami ini malah belajar dari Bapak-Ibu karena bisa begitu di tulis Undang-undang, orang menanggapnya bisa beda. Saya akan secara umum menjawab semampu saya kareena ada yang bisa kami bisa, ada yang harus diamanatkan kepada pemprakarsa. Soalnya mengenai asas tata letak ini ya monggolah Pak, kesepakatan dulu atau yang mana yang perlu ditanyakan kepada pemprakarsa kenapa yang di taruh nomor 1 itu kenapa 2, 3 baru nanti bapak diskusikan karena yang menulis inikan dari pernrakarsa tetapi itu patut ditanyakan mana yang lebih dulu kesepakatan, keadilan monggo silahkan.

Tadi disampaikan bahwa kenapa sih ini swasta-swasta kayanya nggak di atur gimana, di atur gimana. Ini masuk ruang lingkup Undang-undang ini atau tidak, memang pertama kali pada tahun 1975 Permendagri No. 15 Tahun 1975 itu pembebasan tanah untuk kepentingan umum. Permendagri No. 2 Tahun 1976 pembebasana tanah untuk kepentingan swasta itu sudah dari zaman purbakala Pak, itu sudah di cabut, itu dibedakan. Kemudian dalam 1 Keppres dan 2 Perpres swasta itu hanya di muat dalam 1 pasal untuk pemerintah kepentingan umum ini. Di luar itu silahkan berhubungan langsung dengan masyarakat, ini nampaknya kenapa di taruh di situ. Itu juga kebingungan Pemerintah, nanti bagaimana ngontrolnya. Jadi sekaligus saja kita atur, kami nggak boleh begini, begitu nanti saya kendalikan bahkan akan saya buatkan PP-nya mengenai kalau pulau, jangan seluruh pulau, luasnya berapa nanti kita atur. Tapi sebetulnya dalam hati kenapa BPN harus risau mengatur-mengatur sederriikian rupa, swasta itu prinsipnya kan free buyer, free seller kok kenapa diurusi oleh Pemerintah. Sepanjang harga jual-belinya cocok silahkan saja. Mengendalikan tidak harus dengan mengatur di sini, di BPN itukan ada kedeputian kalau sertifikat sudah dikeluarkan pernah di control ini, dilaksanakan sebagaimana mestinya atau tidak, kan ceritanya BPN itu punya Pak PP No. 11 Tahun 2010 mengenai Penelantaran Tanah control saja lewat situ, tidak usah di atur-atur di sini.

Jadi inikan ada kok di lapangan begini, bagaimana cara ngontrolnya, di atur saja di sini padahal Bapak-bapak belum, ini mengatur kepentingan pembangunan untuk kepentingan umum. Kok ini dimasukmasukkan di sini mengapa begitu. Itu saya setuju karena itu judulnya ya monggo aja Pak, kalau mau judul karena judul itu wajah, wajah itu menggambarkan isi hati orangnya Pak. Jadi ceritanya itu kalau nggak jelas, ya judulnya menjadi pertanyakan begitu. Lalu bapak katakana tadi juga bagaimana di dalam Undangundang No. 20 Tahun 1961 itukan Presiden Pak, lalu Bapak usulkan di sini jangan menterilah, presiden. Lah malah yang ditakuti oleh BPN itu kalau karena wah ini Pak, di sini. Secara politis nggak lucu kalau Presiden berhadapan dengan tanah padahal mestinya nggak begitu, oh UU PA Pasal 18 memberkan, ini kalau rriusyawarah mentok, silahkan the highest authority itu Presiden. Kalau barangkali itu ada bahasa Jawa ewueh pake weuh kagak enak kan bisa

Page 32: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

32

disederhanakan Undang-undang itu. Terus di kasih saja menteri atau lembaga di bidang pertanahan atas nama Presiden dia yang mencabut. lni yang menjadi mau lari ke sini di pasang ke sini, jadi seperti mobilnya mungkin merci aksesorinya BMW, ya sudah nggak tahulah pokoknya semuanya di pangkas. Saya bilang itu karena kalau mobil di sini semua bagus Pak, jadi saya nggak cerita mobil-mobil yang lain aksesorisnya begitu.

Kemudian, jadi memang itu ditakuti Pak, padahal disediakan oleh Undang-undang. Bapak tanyakan duh sekarang kok yang melaksanakan pengaduan tanah kok BPN tidak di sebut langsung. Lembaga yang mempunyai portofolio bla, bla, bla di bidang pertanahan malah lembaga yang punya kewenangan nasional sektoral regional itu maksudnya kan BPN, kalau Bapak tanyakan kepada saya. ini adalah spekulitisnya, Menteri Keuangan uang untuk mengadakan tanah, Badan perencanaan Tanah ini sudah masuk Renstra dan sebagainya RPJPM dan segalanya. Tolong kalau pertanahan siapa? Lah siapa yang ngurus pertanahan yang berwenang, lah kalau BPN. Jadilah kalau menari itu dapat selendang silahkan menari. Jadi saya kira begitu, jadi pertanyaannya apa tidak berat gitu Pak. Kalau yang inikan P2T panitia pengadaan tanah itukan kepala daerah dan sebagainya itu banyak, tapi dalam naskah akademik mohon Bapak cermati itu kalau dengan P4T itu pokoknya nggak jalan, repot karena itu sekarang dilaksanakan oleh BPN saja, cerita di balik beritanya itu seperti itu Pak, tetapi apakah nanti Bapak akan bertanya karena Bapak monggo Pak, kami kalau masalah ini lebih ke politis kenapa diberikan selendang itu kepada tidak lagi P2T tapi supaya cepat itu tadi Pak.

Kemudian mengenai kepentingan umum dengan Pak Anwar, begini saja Pak daripada mendengarkan Bapak bosen Pak. Ini nanti saya serahkan ini mengupas kepentingan umum di seluruh dunia monggo, di Indonesia di Undang-undang No. 20 sampai sekarang ini monggo, ini riwayatnya ada di sini nanti bisa Bapak-Ibu nikmati juga apabila memang berminat. Jadi nggak saya jawab Pak ya, ini tebal banget mengenai kepentingan umum tapi semuanya ada. Lalu Bapak tanyakan memang konsinyasi itu Cuma di pengadilan apa nggak. Di Thailand itu ada satu bank yang di tunjuk oleh Pemerintah, sebenarnya kalau bank itukan malah enak Pak. Kalau dia kan ada bunganya, bunganya selama belum diambil ya tentu itu atas nama saya, walaupun yang menitipkannya itu Pemerintah. Jadi tidak hannya lembaga pengadilan dimana, itu di Thailand kenapa ? pola saya sudah studi banding ke sana Pak, tapi biasa sendiri. Kepentingan umum tadi. lni sekarang Pak, Bapak cerita pokoknya NJOP bisa, tinggi bisa rendah, harga pasar tidak ada di Indonesia satu pun harga pasar, ke PPAT sendiri, ke IMB sendiri, mau utang ke bank macam-macam, lah terus yang mana. Bapak kami persilahkan membaca halaman 62 dari naskah akademik, ini ceritanya oh nggak lagi kok kita pakai NJOP yang di pakai apa, monggo Bapak tanyakan kepada pembuat Undang-undang karena memang bertanya, terus siapa independent appressure itu. Itu sudah dikeluarkan kok Pak, lisensinya oleh BPN, ada sekitar 30-an. Hanya yang ada lisence dari BPn bisa menjadi jndependent appressure yang ditugasi untuk membuat taksasi tentang ganti rugi. Cuma saya mohon bapak nanti kalau mau mendalami yang penting mau pakai NJOP mau pakai apa, yang penting adalah bahwa nilai akhir itu bisa paling tidak menurunkan kesejahteraan social ekonomi dalam bahasa sononya replacement cost adalah biasa atau harga pengganti. Kalau dulu saya dapat 100 m2 ini sekarang biarpun di sini saya dapat 50, tetapi

Page 33: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

33

kalau setara equal nilainya oke, jangan di sini 100 sekarang boro-boro, harga sudah naik, orang mendengar ini akan dibutuhkan, lalu dia nggak bisa membeli. Jadi alih-alih setara malah dia kesejahteraan menjadi menurun. lni mohon Pak, mau pakai rumusan apa monggo yang penting masyarakat itu dig anti sehingga tidak menurun kesejahteraan social ekonominya dibandingkan dengan keadaan semula. Jadi kalau Bapak Tanya appresure oh sudah ada, keputusan Kepala BPN itu di halaman 33 NA Pak, 33, 34 sudah ada Keppresnya No. 80 Tahun 2003, berapa orang yang ditetapkan mendapat lisensi sebagai itu, itu sudah ada Pak peraturannya.

Kemudian ada tadi bapak, bagaimana ya kalau musyawarah itu wajib saja tentu. Saya kikra ini Pak, memang mereka itu juga, ini Pemerintah pusing betul Pak. Musyawarah nggak berujung pangkal, jadi ya sudahlah titip saja ke pengadilan Pak. Di titip pengadilan 14 hari setelah diputuskan berdasarkan musyawarah, teorinya kan begitu, kalau nggak terima silahkan gugat ke pengadilan untuk pengadilan menetapkan nilai finalnya dan kemudian Pemerintah segera bisa menguasai tanahnya. Jadi jawaban Undang-undang itu seperti itu Pak, karena sering loh musyawarah kok nggak selesai, selesai mau 5 tahun, 7 tahun. Maka dari itu Undang-undang ini rnenempuh jalan singkat, mudah daripada kepala pusing, titip saja ke pengadilan, 14 hari tidak menyatakan keberatan ya dianggap semuannya menerima. Apakah itu dirasakan adil atau tidak, ya monggo saja.

Tadi Bapak katakana mau studi banding kemana? Susah Pak, di Malaysia tanah-tanah itu ya punya raja. Jadi itu adalah milik hubungannya, kita itu memang berbeda, Negara menguasai. Ada 3 teori sebenarnya ada yang menganggap hubungan antara Negara dengan tanah itu dalam hubungan public rectleg, ada yang priva rectleg dan sebagainya rectleg itu Rusia dan Cina. Kita ini bukan ini, bukan itu, Negara menguasai, silahkan membaca bukunya Profesor Notonegoro itu memang. Memang mau kemana Pak, udah di Indonesia saja Pak, memang tidak bisa dibandingkan kemana-mana, yang lainnya itukan milik apakah privat atau public. Kalau kita Negara menguasai itu Pasal 33 ayat (3), jadi itu mengenai studi banding kemana? nggak usah Pak.

Kemudian tadi tanyakan kalau irii tanah Negara diokupasi masa tanah Negara di ganti, malah kena korupsi Pak. Bisa didatangi KPK, Negara kok mengganti rugi Negara ini, silahkan marripir ke gedung bundar atau ke KPK. Jadi di sini Pak, yang tidak jelas itu Pasal 44 ada penjelasannya, tapi tidak ada ceritanya dalam naskah akademik. Jadi bagi yang mengokupasi tanah Negara dibedakan, kalau okupasinya itu berdasarkan perjanjian itu jelas perjanjiannya. Tanahnya tidak dig anti, tapi kalau dia bikin bangunan di situ, memanfaatkan sesuatu di atas tanah Negara itu, ya yang di ganti ya itu Pak. Jadi bukan mengganti tanahnya tapi apa yang diusahakan atau apa yang di atas tanah. Itu memang sudah di singgung dalam penjelasan pasal tapi nggak ada ceritanya di naskah akademik.

KETUA RAPAT: Mohon maaf Bu, waktunya. PROF. MARIA SW SOEMARDJONO, SH., MCL., MBA: Sedikit sekali Pak, nanti Bapak-Ibu kan nggak ketemu saya lagi. Nanti Bapak yang lain,

jangan Pak, ketemu lagi tambah bingung Pak. Ibu Nur bagaimana caranya supaya ini, tolong Undang-undang ini Bapak-Ibu perkuat sehingga tidak bisa kepentingan pribadi dan sebagainya. Pak Chairul

Page 34: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

34

sama judul monggo silahkan, 17 item ini kok saya saya sarankan begini Pak. Biar saja presiden buat dengan persetujuan DPR RI atau DPRD, kalau proyeknya nasional, Tanya dulu dong boleh nggak, ini kepentingan umum. Tanya ke DPR RI kenapa? Loh itu tanahnya tanah rakyat, DPR RI kan wakil rakyat. Kalau itu di DPRD misalnya tadi di Pulonkuwo di Papua sana, ya mungkin SD Inpres itu kepentingan umum, tapi di lihat DPRD-nya bagaimana pak gubernur atau pak bupatinya, dengan persetujuan DPR RI atau DPRD mungkin itu lalu tidak membuka seluas-luasnya karena ada control dari wakil rakyat. Itu saran kami diputuskan oleh presiden dengan persetujuan DPR RI atau DPRD, DPRD-nya provinsi atau kabupaten.

Sengketa tanah tadi Ibu ya, ini bagaimana mau dititipkan di pengadilan orang sudah ada keputusan yang incra saja nggak dilaksanakan. Ibu silahkan, Ibu berkunjung ke BPN menanyakan masalah itu kenapa yang sudah incra vonswesde tidak di luar pembatalannya, misalnya karena kami ini Cuma ikut Ibu dengar-dengar, tapi nggak mengerti mengapa seperti itu. Kemudian tadi Bapak tanyakan Pak, bukannya su'udzon ini kenapa Undang-undang. Undang-undang ini mendesak Pak, Perpres No. 1 Tahun 2010 yang melahirkan UKP IV Pak Utoro Mangkusubroto, itu setiap kementerian dan lembaga Negara non kementerian kan punya, mau apa setahun ini, rapot bisa biru, bisa setengah biru, bisa merah. Undangundang ini merupakan salah satu batu uji rapotmu merah atau kuning atau hijau, karena itu di buat antara lain karena itu Pak. Kenapa Bapak lihat, 15 Desernber itu tenggat betul, lewat dari ini rapotnya merah, irii rapotnya ungu saya juga nggak tahu. Itu kalau dari jangka waktu, kalau dari apa ada sesuatu, wah ada Pak, kami itu meneliti kenapa kok 3 itu yang menari keuangan, Bappenas, BPN ini memang sudah ada peraturan begini Pak, yang kemudian, kalau Bapak melihat halaman. Ini ada 2 Keppres Pak mengenai kerja saama Pemerintah dengan swasta kenapa? Pemerintah itu duitnya sudah sempit, oke Pemerintah bebaskan. Swasta masuk membangun mengoperasikan kemudian wallahu a'Iam 30 tahun serahkan kembali kepada pemerintah. In' sebetulnya ingin sekali masuk tapi kok pembebasan tanahnya nggak beres-beres, padahal itu sudah ada Keppres Bapak lihat ya, Perpres No. 67 Tahun 2005 mengenai KPS Pak, kerja sama dengan swasta duitnya dari mans, bagaimana caranya yang kemudian diperbarui dan Perpres No. 13 Tahun 2010. lni yang mendorong cepetlah, investor itu kepingin membnagun infrastruktur tapi apa sih ini pengadaan tanah kok maju kagak, mundur juga nggak. Jadi latar belakangnya ada factor pendorongnya, bagaimana ini ada yangn ngebangun, dana juga ada, dana bergulir, APBN, APBD dan lainIainnya cara perolehan itu. Tapi kok pengadaan tanahnya penyakit utamanya, maka Undang-undang ini kemudian di susun, ini jawaban untuk bapak, jadi bukan su'udzon ini kenyataannya. Perpres itu sudah ada, KPS itu ada Pak dalam Pasal 15 kan disebutkan kenapa swasta masuk di sini kan pelaksanaan pengadana tanah dapat dilaksanakan oleh Pemerintah dengan Pemerintah daerah, BUMN, BUMD atau kerja sama dengan sawsta. Makanya kalau nggak di atur di sini bagaimana, kalau di atur bagaimana. lni semuanya itu adalah kesulitan empiris mau diwadahi secara normative. Jadi ini membingungkan kadangkadang.

Kemudian mengenai musyawarah saya kira ini sama ya Pak, bagaimana ceritanya penilai itu sekarang yang sudah dapat lisence dari BPN, dia membuat taksasi, caranya bagaimana nanti akan di

Page 35: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

35

atur. Hasil penilaian dari penilai tanah yang independent tadi kemudian dengan berita acara diserahkan kepada lembaga Musyawarah untuk menetapkari berapa ganti rugi yang seharusnya di ... dan diterima oleh Pemerintah.....

KETUA RAPAT: Saya kira Bu, tadi kita sepakat jam 13.00 WIB ini sudah lewat 20 menit, apakah perlu di

perpanjang lagi teman-teman? Tetapi khusus Ibu Maria, tadi kan masih ada Bu Arie. PROF. MARIA SW SOEMARDJONO, SH., MCL., MBA: Saya sudah selesai juga, yang terakhir kan bapak Tanya bagaimana ini permainan, bisa sulit karena. KETUA RAPAT: Kita minta teman-teman untuk memperpanjang sampai 13.30 WIB ya masih ada 10 menit lagi

keepada Prof. Arie, tetapi nanti kalau masih ada yang perlu disarnpaikan ke kita-kita ini, kami dengan senang hati menerima yang secara tertulis.

Terima kasih. Silahkan bu Profesor Arie. PROF. ARIE SOEKANTI HUTAGALUNG, SH., MLI: Saya hanya mengenai judul yak arena saya waktu pembuatan RUU memang mulanya

pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Kemudian ada dari Departemen Kurnham menyatakan daftar legislasi yang dari DPR RI itu bunyinya pengambilalihan tanah untuk pembangunan. Jadi kemudian banyak keinginan swasta juga karena saya pernah didatangani oleh Asosiasi Pengusaha Jalan Tol minta supaya ini dimasukkan, wah saya nggak bisa, saya kan hanya narasumber, yang buat bukan saya. Akhirnya satu hal yang tercapai itu pengadilan negeri final and binding, itu titipan mereka, bukan saya yang menyatakan. Saya malah oh nggak bisa begini, malah mesti sama Mahkamah Agung bagaimana bertentangan Undangundang Pokok Kehakiman. Jadi memang demikian Pak, jadi ada pemicunya kata Bu Maria.

Lalu yang kepentingan umum, saya setuju kembali kepentingan umum diserahkan kepada masyarakat. Kita mulai saja dasar-dasar kepentingan umum itu mulai dari Pasal 33 ayat (3), ada di Undang-undang Pokok Agraria, ada azaz-azaznya Pak apa yang di maksud dan soal wajib atau tidaknya itu dalam azaz-azaz hukum Azaz hokum itu adalah batang butuh dari pohon hokum Pak, kalau Undangundang itukan Cuma ranting-rantingnya saja, cabang-cabangnya saja. Dalam azaz hokum walaupun untuk kepentingan umum musayawarah itu kok sebetulnya 2, musyawarah apakah dia mau menyerahkan tanahnya dan berapa ganti ruginya, apa bentuk ganti ruginya, berapa ganti ruginya. Jadi bukan soal adanya kewajiban, kembali saya tekankan UUD 1945 tidak merriiliki, tidak mencantumkan adanya power of eminent domain atau policy power keepada Negara untuk mewajibkan bahwa ini kepentingan umum serahkan. Singapura punya karena mereka di declaration of independent punya tapi Indonesia tidak. Lalu kalau perbandingan tadi Ibu sudah menyebut Thailand misalnya, Thailand bisa di pakai perbadingan. Kalau mau di buat perbandingan itu di negara yang sukses dan negar ayang tidak sukses, misalnya Amerika Latin, itu kemajemukannya masih ada suku

Page 36: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

36

Indian, seperti kita ada masyarakat hokum adat, jadi ada local wisdom dan sebagainya. Itu yang mesti di cari, yang berhasil dan yang tidak berhasil, mengapa land reform kita tidak berhasil, kenapa land reform di Jepang berhasil...tapi kita lihat ada juga yang tidak berhasil, itu di Negara Amerika Latin juga tidak berhasil.

Itu saja yang lain saya rasa sudah di jawab, tapi satu catatan buat Ibu kita yang cantik dari PKB. Ada beda aset Negara dan tanah Negara, tanah Negara itu tanah yang belum ada haknya, masih belum ada haknya siapa saja yang ..., kalau asset Negara itu adalah asset yang di bell oleh, menggunakan APBN atau APBD. Jadi asset Negara itu masih, kadang-kadang departemen kan tidak mensertifikasi, masih bisa berbentuk tanah Negara tapi bisa berbentuk tanah hak. Tanah itu hak, hak itu ada 2 KPL, ada hak pakai, kalau kasus yang kaya saya itu memang ada keunikannya Bu. Jadi sudah ada hak dulu, langsung masuk zaman Orde baru itu, presiden bilang KPL, di tupuk situ. Secara teori hokum itu salah dan untuk itu saya sudah pernah di memberikan keterangan ahli 8 jam di gedung bundar sama Bu Maria, saya di gedung budar waktu itu. Itulah yang kemarin saya baru lagi jadi saksi ahli itu kesalahan masa lalu yang harus diperbaiki. Kalau asset Negara itu mesti dig anti rugi karena itu uang Negara Cuma pindah kantong saja dari sini ke sini, PU perlu gedung ini misalnya, ya harsu dig anti DPR RI gedung DPR RI mau dihancurin harus dig anti, tapi kalau Negara nggak ada yang punya dan nggak ada yang punya bisa dilakukan permohonan hak.

Itu saja yang saya ingin beritahukan, jadi ini Pak Pimpinan. In' ada sms dari adik dari KPA, Prof. Arie mohon penundaan pembuatan RUU Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan yang pesanan investor katanya dan mendorong DPR RI untuk mendahului pembahasan RUU Peradilan Keagrariaan untuk penyelesaian kontlik agraria di Indonesia. Saya hanya menyampaikan amanah saja, ini sms dari KPA Saudara Usep, Komisi Pernbaruan Agraria.

Terima kasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

INTERUPSI F-PD (DRS. H. ABDUL GAFAR PATAPPE): Interupsi Pak Ketua. Bu, tadi UUD kan tidak ada kewajiban, tetapi tidak ada juga larangan. Jadi kalau tidak ada

larangan apa bisa dimasukkan dalam rencana Undang-undang ini, karean tidak di larang juga untuk hal itu, bagaimana.

PROF. ARIE SOEKANTI HUTAGALUNG, SH., MLI: Menurut ahli-ahli hokum, menurut guru saya Profesor Budi Harsono, itu tidak bisa, itu harus di

UUD. F-PD (DRS. H. ABDUL GAFAR PATAPPE): ltukan pokok-pokok, bisa dijabarkan pada Undang-undang yang ada, yang Undang-undang

yang tidak ada itu bisa dijabarkan dalam Keppres asal tidak bertentangan dengan ketentuan Undang-undang yang lebih tinggi diatasnya. Itu pertanyaannya.

Page 37: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-082646-8140.p… · melilmpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita

37

PROF. ARIE SOEKANTI HUTAGALUNG, SH., MLI: Tetapi untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, jadi kewajiban rakyat untuk. Jadi dalam asas

hokum tanah itu demikian, kalau menurut pandangan dari filosofis asas itu adalah akarnya. Jadi jangna sampai kalau asasnya itu bertentangan dengan asas maka ranting-ranting ini akan bertumbangan. Maaf itu pendapat saya Pak, inikan saya narasumber mau di terima kalau nggak, tapi Bapak juga tidak bisa merubah sikap saya begitu karena saya sudah membaca beberapa buku dan belajar dari beberapa guru-guru saya yang menyatakan halnya demikian.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih Ibu-ibu Profesor atas kesediaannya menjadi narasumber dengan waktu yang

sangat terbatas, seharusnya mulai jam 10.00 baru tadi jam 11.00 baru mulai. Mudah-mudahan apa yang dibicarakan di dalam pertemuan ini membawa manfaat bagi kita semuanya dan tadi ada sms kita perhatikan nanti akan kita sampaikan ke pimpinan lain dan teman-teman akan kita bahas bagaimana kelanjutannya, tapi kita harapkan semuanya ini akan berjalan sesuai dengan jadwal yang kita tentukan.

Saudara Anggota Pansus serta undangan lainnya, kami atas nama pimpinan dan anggota Pansus RUU tentang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan sekali lagi mengucapkan terima kasih atas saran dan masukan yang disampaikan dan dengan demikian telah selesailah seluruh kegiatan RDPU Pansus RUU Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan dengan Profesor DR. Maria S.W. Soemardjono, SH., MCL., MPA dan Profesor Arie Sukanti Hutagalung, SH., MLI. Atas izin Saudara-saudara sekalian perkenanlah kami menutup Pansus dengan kata hamdalah alhamdulillahirabbil'alamin.

Terima kasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(RAPAT DITUTUP PADA PUKUL 13.30 WIB) Jakarta, 2 Maret 2011 a.n. KETUA RAPAT

SEKRETARIS RAPAT, Ttd

DRA. MITRA ANINDYARINA