dewan perwakilan rakyat republik...

35
421 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT PANITIA KHUSUS DPR RI PEMBAHASAN RUU TENTANG PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN Tahun Sidang : 2010-2011 Masa Persidangan : IV Rapat ke : XVII Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Hari,Tanggal : Rabu, 11 Mei 2011 Waktu : Pukul 10.50 WIB. s.d 12.55 WIB. Acara : Mendapatkan masukan terhadap Pembahasan RUU tentang Pengadaan Tanah untuk Pembangunan dari Lembaga-lembaga terkait: - Menteri Negara BUMN Tempat : Ruang Rapat Gedung Nusantara II Ruang Pansus C Lt. 3 Ketua Rapat : Ir. H. Daryatmo Mardiyanto/F-PDIP Sekretaris Rapat : Dra. Mitra Anindyarina Hadir : 21 orang Anggota Pansus. ANGGOTA HADIR: PIMPINAN: 1. Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO (KETUA/F.PDIP) FRAKSI PARTAI DEMOKRAT: 2. IR. NANANG SAMODRA, KA., M.Sc 3. DRS. H. ABDUL GAFAR PATAPPE 4. H. ZULKIFLI ANWAR 5. IR. DJOKO UDJIANTO FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA: 6. DRS. RISWAN TONY DK 7. EDISON BETAUBUN, SH., MH 8. DRS. H. MURAD U. NASIR, M.Si 9. NURUL ARIFIN, S.IP., M.Si FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN: 10. Ir. SUDJADI

Upload: others

Post on 26-Oct-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

421

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT PANITIA KHUSUS DPR RI PEMBAHASAN RUU TENTANG PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN

Tahun Sidang : 2010-2011 Masa Persidangan : IV Rapat ke : XVII Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Hari,Tanggal : Rabu, 11 Mei 2011 Waktu : Pukul 10.50 WIB. s.d 12.55 WIB. Acara : Mendapatkan masukan terhadap Pembahasan RUU tentang

Pengadaan Tanah untuk Pembangunan dari Lembaga-lembaga terkait: - Menteri Negara BUMN

Tempat : Ruang Rapat Gedung Nusantara II Ruang Pansus C Lt. 3 Ketua Rapat : Ir. H. Daryatmo Mardiyanto/F-PDIP Sekretaris Rapat : Dra. Mitra Anindyarina Hadir : 21 orang Anggota Pansus. ANGGOTA HADIR: PIMPINAN: 1. Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO (KETUA/F.PDIP) FRAKSI PARTAI DEMOKRAT:2. IR. NANANG SAMODRA, KA., M.Sc3. DRS. H. ABDUL GAFAR PATAPPE4. H. ZULKIFLI ANWAR5. IR. DJOKO UDJIANTOFRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA: 6. DRS. RISWAN TONY DK7. EDISON BETAUBUN, SH., MH8. DRS. H. MURAD U. NASIR, M.Si9. NURUL ARIFIN, S.IP., M.SiFRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN: 10. Ir. SUDJADI

Page 2: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

422

11. HONING SANNY12. NUSYIRWAN SOEJONO, STFRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA: 13. H. TB. SOEN MANDJAYA, SD14. KH. IR. ABDUL HAKIM, MMFRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL : 15. H. CHAIRUL NAIM, M. ANIK, SH., MHFRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN : 16. H. USMAN JA'FARFRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA : 17. ABDUL MALIK HARAMAIN, M.SiFRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA: 18. RINDOKO DAHONO WINGIT, SH., M.HumFRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT: 19. MIRYAM S. HARYANI, S.E., M.Si

Page 3: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

423

Jalannya rapat: KETUA RAPAT (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTOIF-PDIP): Bapak-bapak sekalian barangkali bisa kita mulai. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat pagi dan salam Sejahtera bagi kita semua. Yang terhormat Saudara-saudara Pimpinan Pansus dan Anggota Panitia Khusus RUU tentang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan. Yang saya hormati Saudara Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bapak DR. Ir. Mustafa Abu Bakar beserta jajarannya. Sesuai dengan Peraturan Tata Tertib DPR RI maka RDP ini yang telah dihadiri oleh 6 Fraksi

lebih dari setengah Fraksi yang ada. Pada pagi hari ini hari Rabu 11 Mei 2011 dinyatakan dibuka dan terbuka.

(RAPAT DI BUKA PADA PUKUL 10.50 WIB) Menurut catatan dari Sekretariat Jenderal daftar hadir telah ditandatangani oleh lebih dari

setengah jumlah Fraksi yang ada di dalam Pansus DPR RI. Bapak-Ibu sekalian. Sebelum melanjutkan acara kita pada pagi hari ini terlebih dahulu marilah kita panjatkan puji

dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuas yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat Pansus DPR RI mengenai RUU Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan dalam keadaan sehat wal'afiat. Tak lupa kami menyampaikan terima kasih dan selamat datang kepada Saudara Menteri BUMN Bapak Mustafa Abu Bakar yang telah memenuhi undangan Panitia Khusus ini sebagai narasumber. Sedianya pada pagi hari ini aka nada dua agenda yaitu mendengarkan masukan selain dari Menteri BUMN ada lagi dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bapak Darwin Zaini Saleh, tetapi pada tadi malam kami mernperoleh informasi bahwa Pak Darwin berhalangan hadir, ada tugas dan kemudian akan kita atur jadwal berikutnya dalam Masa Sidang yang sekarang ini.

Oleh karena itu Rapat pada pagi hari ini agendanya tunggal yaitu mendengarkan masukan atas RUU Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan dari sisi bidang Kementerian Negara BUMN. Kiranya kesempatan ini dapat dimanfaatkan oleh Para Anggota untuk dapat melakukan pendalaman lebih intensif. Sebelum Saudara Menteri memulai paparannya perlu kami sampaikan bahwa Pansus ini di pimpin oleh Pimpinan dan Anggota Pansus sebagai berikut. Pimpinan terdiri dari 1 orang dan 3 orang wakil ketua. Para wakil ketua adalah Bapak Nasir Djamil dari Fraksi PKS, masih sedang bertugas. Kemudian yang terhormat Bapak Taufiq Hidayat dari Fraksi Partai Golkar sedang menyelesaikan tugas. Kemudian Bapak Roestanto Wahidi dari Fraksi Partai Demokrat sedang dalam perjalanan ke kantor Pansus dan kemudian saya sendiri Daryatmo Mardiyanto dari Fraksi PDI Perjuangan.

Page 4: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

424

Anggota Panitia Khusus ini terdiri dari 30 orang yang terdiri dari berbagai unsur Fraksi, oleh karena itu dari yang hadir ingin kami perkenalkan terlebih dahulu satu-persatu seperti sebaiknya suaranya disampaikan Iangsung, barangkali dipersilahkan Pak Naim memulai.

F-PAN (H. CHAIRUL NAIM, M. ANIK, SH., MH): Terima kasih. Saya Chairul Naim M. Anik A-112 dari Fraksi Partai Amanat Nasional, daerah pemilihan

Jambi. Terima kasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Naim. Silahkan Pak Jafar. F-PPP (H. USMAN JA’FAR): Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Nama saya Usman Jafar dari Fraksi PPP ikut Pansus Pengadaan Tanah ini. Terima kasih. KETUA RAPAT: Silahkan Pak Abdul. F-PKS (KH. Ir. ABDUL HAKIM, M.M): Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pak Menteri saya Abdul Hakim dari Komisi V DPR RI daerah Lampung II ddari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera.

Terima kasih. F-PD (IR. DJOKO UDJIANTO): Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Nama saya Djoko Udjianto dari Komisi IV DPR RI Fraksi Partai Demokrat, daerah pemilihan Jawa Tengah III.

Terima kasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

F-PD (DRS. H. ABDUL GAFAR PATAPPE): Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bapak Menteri nama saya Abdul Gafar dari Fraksi Demokrat, daerah pemilihan Sulawesi Selatan II.

Terima kasih Pak. KETUA RAPAT: Lengkapnya Abdul Gafar Patappe. F-PD (H. ZULKIFLI ANWAR): Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pak Menteri beserta jajaran deputi dan kepala biro, nama saya Zulkifli Anwar dari Fraksi Demokrat. Asal pemilihan dari Lampung Dapil I.

Terima kasih Pak.

Page 5: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

425

KETUA RAPAT: Silahkan sebelah kanan kami Pak Soejadi. F- PDIP (Ir. SUDJADI): Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pak Menteri nama Sudjadi dari Partai PDI Perjuangan Dapil VI Jawa Tengah, tapi sesungguhnya saya pernah menjadi warga BUMN PTP XII. Posisi kursi ini cukup menggambarkan mana oposisi, mana yang koalisi tapi kita tetap bersatu.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Silahkan Pak Nusyirwan. F- PDIP (NUSYIRWAN SOEJONO, S.T): Kami terlambat datang Pak Menteri, mohon maaf. Selama pagi. Saya Nusyirwan dari PDI Perjuangan ini kebetulan kakak saya senior di profesi yang lain, didampingi juga oleh jagoannya BUMN ada Pak Maryanto, ini draftnya nggak usah dibaca

pasti berteriak. Terima kasih. KETUA RAPAT: Baik, saya kira itu Bapak-bapak. Selanjutnya kmai ingin memberikan sedikikt gambaran tentang Pansus ini, Panitia Khusus

tentang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan dibentuk oleh DPR RI dalam Rapat Paripurna DPR RI tanggal 25 Januari 2011 untuk membahas draft RUU yang disampaikan oleh pemerintah melalui Surat Nomor R98 Tahun 2010 tanggal 15 Desember 2010. Sesuai dengan Peraturan Tata Tertib DPR RI dinyatakan bahwa dalam pembicaraan tingkat I dilakukan kegiatan pembahasan Daftar Inventarisasi Masalah dan apabila RUU ini berasal dari Presiden disebutkan bahwa DIM tersebut diajukan oleh DPR RI untuk mendapatkan masukan yang cukup dan bekal bagi Fraksi-fraksi untuk menyusun DIM kemudian, maka Pansus mengundang berbagai kalangan baik dari instansi pemerintah, akademisi, dari berbagai perguruan tinggi, praktisi, LSM dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan saran dan masukan terhadap draft RUU yang akan dibahas oleh DPR RI bersama pemerintah kali ini.

Sebagai masukan bahwa Surat Presiden telah menyampaikan ada 5 kementerian yang masuk atau menjadi mitra yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Keuangan, Menteri BPN dan Kepala Bappenas serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Jadi sekarang adalah masih tahap melakukan pendalaman dan memperoleh masukan. Untuk itu kami persilahkan kepada Saudara Menteri Bapak Mustafa Abu Bakar untuk menyampaikan paparannya. Sekarang kita sudah agak lambat pukul 10 lebih 50 saat ini kira-kira kmai pertimbangkan mempunyai keleluasaan Pak Menteri untuk menyampaikan masukan dan ada kesempatan kami minta untuk melakukan pendalaman-pendalaman. Menurut jadwal akan kita selesaikan pukul 12.00 nanti tergantung perkembangan kemudian kita akan usulkan.

Page 6: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

426

Silahkan Pak. F-PD (H. ZULKIFLI ANWAR): Interupsi Ketua. KETUA RAPAT: Pak Zul silahkan. F-PD (H. ZULKIFLI ANWAR): Mohon izin, mohon maaf Pak Menteri. Jadi ini dalam rangka kebersamaan dalam perjuangan kita. Pimpinan, ini mohon maaf Pimpinan bukan kritik tapi saran dan usul, tapi sedikit agak

mungkin nyentil sedikilah Pimpinan. Kita ngundang Menteri ataupun beberapa mitra kita, banyak yang beralasan tidak hadir, ya kita memakiumi tugas seperti menteri banyak. Tetapi kitakan di buru waktu Pimpinan, jadi saya menggunakan hak saya secara pribadi menghemat waktu, mohon maaf dan kita memberi appreciate kepada menteri yang datang. Hari ini Pak BUMN Iangsung berarti saya applause Pak, secara pribadi untuk Bapak. lni ada yang nggak datang, kita sederhana sekali mengatakan ada beberapa yang kita undang, kita jadwalkan lagi. Jadi karena 2-3 kali nggak datang jadwal terus kapan selesainya. Ini mohon maaf Pimpinan, jadi bukan mendikte Pimpinan, jadi ini sudah yang ketiga yang kita undang tidak hadir, ya mungkin bukan Ketua waktu itu yang mirripin ada wakil ketua. Tapi begitu diundang mundur, tidak datang, sederhana saja kita carikan waktu lagi, kapan ini akan selesai. Itu yang pertama.

Jadi yang kedua, murigkin Ketua lupa ini dalam rangka sentuhan perasaan saja. Mungkin Pak Menteri BUMN Pak Mustafa Abu Bakar tadi disebutkan Anggota Pansus ini 34 kok yang hadir Cuma sekian, bukan nggak menghargai Bapak Pak, karena ini ada gabungan komisi. Jadi ini secara pribadi saya teman-teman Demokrat mewakili yang lain kalau sepakat, itu memang dalam waktu yang sama memang ada jadwal. Jadi bukan Pak Menteri pulang nanti "oh Anggota Dewan ini ada 34 kok nggak ada, yang datang sekian". Saya mewakili mohon maaf Pak Menteri, bukan tidak hadir tapi karena memang ada kegiatan yang sama. Jadi tolong ya tegas-tegas sajalah Pimpinan, kalau tidak ya kita bisa toleransi ya wakil, seperti kita ngundang bupati waktu itu yang datang kan ada yang mewakili. Jadi itu hanya masukan saja.

Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Zul. Mohon maaf Pak Menteri, saya memberikan tanggapan terlebih dahulu. Jadi yang pertama

Anggota kita 30 orang Pak. Kemudian yang kedua, ini pertama kali kita memulai Sidang pada Masa Sidang yang menurut kategori peraturan perundangannya atau Tata Tertib kita adalah Masa Sidang yang kedua, kemarin sudah Sidang yang pertama. Ketentuannya adalah RUU ini dapat diselesaikan pada 2 kali Masa Sidang dan apabila belum selesai dapat dilanjutkan pada Masa Sidang yang ketiga, tetapi batasnya memang ditentukan 3 kali Masa Sidang. Kemudian kalau komisi-komisi lain belum melaksanakan kegiatan maka Pansus ini pada minggu pertama Dario Masa Sidang ini sudah memulai

Page 7: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

427

pekerjaannya dan itu adalah dibuka pada hari ini oleh kehadiran Bapak Menteri BUMN. Saya kira itu jadikan niat, lalu apabila ada para mitra yang kita undang belum hadir nanti akan kita bicarakan secara internal itu ada batasnya. Tetapi yang menjadi perkembangan kita, kita berharap kementerian ini tidak diwakilkan pada level yang dapat menimbulkan pandangan berbeda. Sehingga kalau pada waktu itu diusulkan staf ahli kita mengambil kesepakatan untuk menundanya atau mencari jadwal kembali. Kita berharap ini Pansus yang cukup penting, Pansus tingkat DPR RI tentulah dapat dicarikan jalan untuk mencari jadwal yang tetap mempertemukan para pihak yang sangat berkepentingan dan kita harapkan masukannya.

Jadi kita nanti akan pertimbnagkan hal tersebut menjadi pembahasan-pembahasan tingkat internal. Namun Pansus ini adalah terbuka seperti hal lainnya, biatlah nanti public yang akan melihat sejauhmana Pansus melakukan perjalanannya ketika menelusuri jalan-jalan yangn harus ditempuh untuk menyelesaikan Pansus. Saya kira nanti kita bisa saksikan semuanya, telah hadir tambahan 1 orang Angota lagi Pak Soenmandjaya dari Fraksi PKS.

Kemudian kalau melihat komposisinya tadi Pak Zul Partai Demokrat ada 3 orang, kemudian yang lainnya 2 orang sudah mencerminkan komposisi kekuatan mana partai berkuasa, mana partai hampir berkuasa. Kami persilahkan Pak menteri untuk memulainya.

MENTERI NEGARA BUMN (DRS. IR. MUSTAFA ABU BAKAR): Terima kasih. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera untuk kita semua. Yang saya hormati Bapak Pimpinan dan Bapak-bapak semua Anggota Pansus Pengadaan

Tanah Untuk Pembangunan. Syukur alhamdulillah pada siang hari ini kami menerima kehormatan dari Pansus Pengadaan

Tanah Untuk Pembangunan untuk dapat hadir di forum ini dalam rangka merriberi masukan dan pandangan-pandangan kami kepada Pansus yang memang kami rasakan sangat sekali kami butuhkan. Kami menyatakan penghargaan terima kasih atas kesempatan yang sangat baik ini dan mudah-mudahan kesempatan ini dapat membawa manfaat yang sebesar-besarnya terutama bagi pemerintah, saya kira juga dari bapak-bapak semua yang mewakili semua Fraksi di DPR RI. Sebelum kami menuju kepada tayangan yang kmai persiapkan, perkenankan dulu kami menyampaikan juga rasa gembira, rasa bahagia bahwa ternyata di Pansus ini pun wajah-wajah bapak sekian yang sudah familiar dengan saya. oleh di depan Pimpinan sendiri masih sama-sama aktivis dewan mahasiswa, Beliau waktu itu adalah Ketua Dewan Mahasiswa ITB di Bandung, saya Ketua Umum Dewan mahasiswa IPB di Bogor. Ketika itu Pak Dipo Alam Ketua Dewan UI di Jakarta dan seterusnya, kemudian tadi Pak Nusyirwan sudah tahu bahwa Beliau kmai sama-sama di Inkindo. Kemudian Pak Sudjadi dan Pak Djoko sama-sama keluarga BUMN, Pak mantan bupati pun tadi menyebut Pak Zul sebagai keluarga BUMN juga walaupun Beliau bukan BUMN, tapi menangani BUMN di Lampung, terima kasih sekali sekali. Pak Usman Jafar adalah kami saama-sama menjadi gubernur, pernah menjadi Anggota APSI, saya di Aceh Beliau di Klaimantan Barat. Kemudian Pak PKS kita, bukan yang

Page 8: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

428

satu lagi yang baru datang Pak Soenmandjaya kami aktifis sama-sama dulu saya di IPB, Beliau di Universitas lbnu Khaldun Beliau jadi khatib, dakwah, da'Indonesia dan sebagainya.

Jadi Bapak-bapak semua saya familiar sekali dengan itu dan ini sebagai intro kami sedikit, dengan suasana kekeluargaan kita. Sekali lagi saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih atas kesempatan yang sangat berbahagia ini. Sebelum kami melanjutkan izinkan kami perkenalkan dulu beberapa staf yang ikut bersama kami. Sebelah kanan saya adalah Saudara Megananda yang membidangi industry primer, kita sebut dengan deputi bidang industry primer, agro bisnis segala pertambangan ada pada lingkup kegiatan Pak megananda. Sebelah kin saya adalah Saudara Sumaryanto, Beliau ini membidangi ke-PU-an kita sebut bidang logistic dan infrastruktur, infrastruktur dan logistic. Kkemudian di sebelah kanan dari Megananda adalah Saudara Herman sebagai wakil sekjen karena ada masalah lain, kebetulan adalah kepala biro hokum kita. Jadi mudah-mudahan kehadiran kami berempat sudah dapat melengkapi dari komponan yang dibutuhkan sehubungan dengan topic kita pada hari ini tentang pengadaan tanah.

Bapak-bapak yang kami hormati. Kami sungguh merasa berbahagia mendengar perkembangan pembahasan tentang RUU

Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan karena dalam berbagai kesempatan baik pertemuan di tingkat wakil presiden maupun pertemuan di dalam tingkat Menko Perekonomian, topic pembahasan tanah ini sangat popular, sangat hit dan banyak sekali kendala pembangunan baik itu BUMN maupun swasta apalagi pemerintah terkendala dengan belum selesainya atau karena alasan pembebasan tanah. Oleh karena itu kmai sangat menghargai dan sangat berterima kasih apabila dalam Sidang kedua atau paling sedikit pada Masa Sidang ketiga RUU ini insya allah dapat disahkan. Kalau ini sudah menjadi Undangundang insya allah percepatan pembangunan nasional kita, saya yakin akan lebih cepat karena sekarabng bukan hanya terkendala dengan pembebasan tanah, kadang-kadang karena belum adanya Undangundang inipun sering menjadi alibi atau alasan kelemahan yang di-address-kan kepada belum adanya Undang-undang ini.

Kami dari Kementerian BUMN sungguh merasa bersyukur pertama dari segi kementerian yang kami sebut dengan markas, banyak sekali masalah yang kami hadapi dengan pertanahan yang bertumpu pada secretariat terutama biro hokum, banyak kendala-kendala yang sulit kita pecahkan diantaranya karena belum ada panduan atau kepastian hokum atau peraturan perundang-uundangan yang kita harapkan sekarang. Begitu juga di tirigkat perusahaan-perusahaan BUMN dengan berbagai versi permasalahan yang datang kepada kementerian juga banyak problem yang kita hadapi yang menyangkut bidang hokum atau harus adanya kepastian hukum Oleh karena itu sangat beralasan manakala kami Kementerian BUMN dan BUMN-BUMN seluruh Indonesia yang jumlahnya 142 buah itu merasa bersyukur dan terima kasih sekali lagi untuk kesempatan yang sangat baik ini dan proses yang sedang berlangsung dalam pembahasan RUU ini.

Kemudian kami dapat sampaikan juga secara umum bahwa BUMN kita sekarang ini mengelola aset Negara sekitar Rp. 2.450 trililun, jadi mendekati Rp. 2.500 triliun tahun 2011 ini. Ini setara dengan 40% PDB nasional kita yang sudah mendekati Rp. 7.000 triliun. Kemudian dari aset-

Page 9: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

429

aset tersebut sebahagian besar adalah berupa aset tanah dan gedung, sehingga aset tanah inipun kami klasifikasi aset yang Iangsung berhubungan dengan core bisnis masing-masirig BUMN, ada aset yang tidak berhubungan dengan core bisnis BUMN. Aset ini ketegori aset produktif, ada aset yang tidak berhubungan langsung kita sebut dengan tidak produktif. Aset yang tidak produktif inipun terbagi 2, Bapak-bapak yang terhormat. Yaitu aset yang sehat dan aset yang bermasalah, aset yang bermasalah sebahagian besar karena menyangkut aspek hokum dan aspek social. Aset yang sehat belum diberdayakan sepenuhnya secara optimal oleh sesame BUMN. Biasanya aset sehat yang non core bisnis ini kita serahkan kepada perusahaan pengelolaan aset yang namany PTPPA juga BUMN, kerjasama pemanfaatan aset. Dan adanya kepastian hokum nanti melalui Undang-undang ini, kami berharap mempermudah nanti proses transaksi mutasi kerja sama pemanfaatan aset khususnya tanah yang menjadi topic pekerjaan kita hari ini.

Jadi oleh karena itu concern kami sangat tinggi tentang hal ini mudah-mudahan sangat akan menyemarakkan nantinya BUMN-BUMN kita dengan addanya terselesainya Undang-undang ini. Kemudian secara khusus substansi yang kami sampaikan sebetulnya yang menyimpang atau maaf yang belum sesuai dengan kehendak kami sangat sedikit. Sebagian besar muatan materi dari RUU ini sangat kami setujui dan kami menaruh aspirasi pada substansi yang sudah terumuskan ini. Kami sampaikan yang sangat kecil itu, yang berbeda atau yang sedikit kami sampaikan pandangan kami adalah sebagai berikut. Sudah ada barangkali lembaran pada Bapak-bapak yang kami hormati, pertama adalah kami mengacu pada penjelasan umum. Undang-undang tentang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan menurut hemat kami merupakan yang sifatnya sudah sangat mendesak sebagaimana kami sarnpaikan tadi. Untuk menjamin terselenggaranya pembangunan nasional dan memperkuat dasar hokum yang selama ini dirasakan belum menjamin perolehan tanah untuk pelaksanaan pembangunan.

Tanggapan Menteri Negara BUMN dalam lingkungan pemerintah secara umum telah diberikan kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) melalui Surat kami nomor S801/MBU/20101 tanggal 23 Desember 2010. Sedangkan tanggapan dan masukan dari kami walau sederhana sekalipun kami sampaikan juga pada kesempatan yang sangat baik ini. Tanggapan, masukan terhadap RUU tentang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan sebagaimana dimaksud dalam surat Menteri Negara BUMN tersebut kepada BPN tanggal 23 Desember 2010 meliputi tanggapan dan pemberian masukan terhadap pengaturan yaitu: 1. Pasal 40B 2. Pasal 15 3. Pasal 66 4. Pasal 67

Secara rinci kami akan sampaikan pada lembaran-lembaran berikutnya. Pertama terhadap Pasal 40B masalah pengaturan pembagian pengadaan tanah untuk

pembangunan dalam Pasal 40 yang hanya meliputi: a. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum

Page 10: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

430

b. Pengadaan tanah untuk kepentingan badan usaha swasta. Tanggapan kami dari Kementerian BUMN Pasal 40B nampaknya hanya mengatur pengadaan

tanah untuk badan usaha swasta padahal yang memerlukan pengadaan tanah menurut hemat kami bukan hanya kepentingan swasta. Pengadaan tanah juga dilakukan atau diperlukan oleh badan usaha lainnya yaitu BUMN, BUMD dan koperasi. Oleh karena itu pengadaan tanah seyogyanya mengakomodasikan kepentingan semua badan usaha di luar pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Sesuai dengan UUD 1945 pelaku usaha di Negara kita terdiri dari BUMN, BUMD, koperasi dan swasta sebagaimana kita maklumi bersama. Begitu juga sesuai dengan ketentuan yang mengaturnya BUMN, BUMD dan koperasi adalah badan usaha. Untuk itu dalam kepentingan umum Pasal 1 menurut hemat kami perlu ditambah satu definisi badan usaha yaitu yang meliputi BUMN, BUMD, koperasi dan swasta. Sehingga usulan perubahan berbunyi demikian menambah frasa "badan usaha swasta" Pasal 40B dengan frasa "badan usaha" saja. Sehingga pasal 4 berbunyi "pengadaan tanah untuk pembangunan meliputi: a. pengadaan tanah untuk kepentingan umum dan b. pengadaan tanah untuk kepentingan badan usaha". Sejalan dengan usulan tersebut maka bunyi usaha swasta pada pasal-pasal selanjutnya, misalnya pada Pasal 11, Pasal 12, 54, 57 seyogyanya disesuaikan.

Kedua, tanggapan kami terhadap Pasal 15 yang berbunyi "pembangunan untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 kecuali huruf L yaitu menyangkut pertanahan dan keamanan nasional dan yang menyangkut pertahanan dan keamanan nasional" maaf, dapat dilaksanakan pemerintah bekerja sama dengan badan usaha milik Negara, badan usaha milik daerah dan badan usaha swasta. Tanggapan Kementerian BUMN, sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945 BUMN adalah penyelenggara cabang-cabang produksi yang penting dan yang menguasai hajat hidup orang banyak. Oleh karena itu BUMN tidak bisa dikecualikan untuk melakukan penugasan apapun dari pemerintah termasuk bidang pertahanan dan keamanan nasional. PP 2 tersebut juga perlu disinkronkan dengan RUU Industri Pertahanan yang saat ini sedang di bahas di Komisi I DPR RI bersama Kementerian Pertahanan. Jadi usulan perubahan kami adalah "pembangunan untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 huruf L hanya dapat dilaksanakan pemerintah bekerja sama dengan badan usaha milik Negara dan badan usaha milik daerah".

Jadi sedikit penjelasan karena L ini menyangkut kepentingan dan strategi Negara baik pertahanan maupun keamanan, menurut hemat kami kita batasi untuk tidak longgar masuk ke ranah swasta. Seyogyanya hanya BUMN saja dan atau BUMD yang di minta oleh pemerintah untuk menangani sector pertahanan dan keamanan karena menyangkut strategi seperti PT Pindari, PT PAL, PT DI dan sebagainya mohon ini ditampung supaya ada pengecualian dibandingkan dengna kepentingnan umum sector-sektor lain. Hanya itu karni minta satu pengecualian yang menyangkut pada Pasal 13 huruf L, seyogyanya hanya pada BUMN dan atau bukan dan ini, dan atau badan usaha milik daerah.

Kemudian mohon izin meneruskan Pak Ketua, masukan terhadap pasal 66. Pengaturan Pasal 66 berbunyi:

Page 11: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

431

1. "pelepasan objek pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang dikuasai atau dimiliki olehinstansi atau badan usaha milik Negara atau badan usaha milik daerah dilakukan berdasarkan Undangundang ini".

2. "pelepasan objek pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pejabatyang berwenang atau pejabat yang diberikan pelimpahan kewenangan untuk itu".

Tanggapan kami adalah sesuai dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, BUMN adalah badan usaha sebagaimana kita maklumi bersama. Yang membedakan BUMN dengan swasta hanya terkait dengan kepemilikan modal atau saham. Modal atau saham BUMN yang dimiliki oleh Negara sesuai dengan Pasal 11 Undang-undang BUMN dinyatakan bahwa "BUMN Persero berbentuk perseroan terbatas atau PT yang tunduk sepenuhnya kepada Undang-undang Perseroan Terbatas'. Demikian juga menurut Undang-undang BUMN, "Perum yang modalnya tidak terbagi atas saham adalah sebuah badan usaha atau korporasi". Dengan demikian BUMN bukan instansi pemerintah, bukan badan public tetapi badan privat sama seperti PT lainnya yang didirikan oleh swasta.

Oleh karena itu Bapak-bapak yang terhormat, BUMN agar diperlakukan secara equal treatment dengan PT lainnya dengan segala konsekuensi lainnya. Sebagaimana kita maklumi bahwa dalam PP Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar BUMN diperlakukan sama dengan swasta. Banyak keluhan yang kami rasakan di lapangan dan sering kami sebut, kami dalam regulasi mengikuti aturan dalam berkiprahnya BUMN adalah 8 regulasi yang melindungi atau membuat koridor BUMN berkiprah, sedangkan swasta hanya ada 3 regulasi. Ada 5 regulasi tambahari menyebabkan BUMN-BUMN kita itu tidak bisa selincah dunia usaha swasta. Relevan dengan itu dalam bidang pertanahan pun ada usul kami yang menyangkut persamaan atau equal treatment BUMN kita dengan swasta. Tentu itu kami mengusulkan pada halaman 6 Pasal 66 kiranya tidak perlu mengatur BUMN berbeda dengan swasta, mudah-mudahan usulan ini berkenan pada Bapak-bapak yang terhormat.

Berikutnya mohon izin kami teruskan masukan terhadap Pasal 67 bunyinya: 1. "pelepasan objek pengadaan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 tidak diberikan ganti

kerugian kecuali: a. Objek pengadaan tanah yang telah berdiri bangunan yang dipergunakan secara aktif untuk

penyelenggaraan tugas pemerintahan.b. Objek pengadaan tanah yang dimiliki, dikuasai oleh badan usaha milik Negara, badan usaha

milik daerah, dan atau objek pengadaan tanah kas desa pada persi".2. "ganti kerugian atas objek pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan

huruf c diberikan dalam bentuk sebagaimana dimaksud pada Pasal 40".3. "Nilai ganti kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkan atas hasil penilaian ganti

kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38".Tanggapan kami adalah sama dengan tanggapan kami pada Pasal 66 yaitu seyogyanya tidak

perlu mengatur, tidak perlu pengaturan BUMN yang berbeda dengan swasta. Usulannya ketentuan

Page 12: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

432

ganti rugi seyogyanya disamakan saja dengan ketentuan ganti rugi yang diberlakukan keepada dunia usaha swasta.

Demikian Bapak Pimpinan tanggapan kami tidak banyak, mudah-mudahan cukup substansial untuk dapat kita bahas bersama demi penyempurnaan RUU Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan yang sangat kita nantikan ini.

Terima kasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT: Baik, terima kasih Pak Menteri yang telah menyampaikan masukan kepada kita semua dan

rupanya masukannya juga sudah focus menukik pada beberapa pasal yang ada di dalam RUU ini. Bapak-Ibu sekalian. Saya kira pada kesempatan ini agenda yang kita masuki adalah memberikan kesempatan

kepada Anggota untuk dapat menyampaikan, ya Pak, tapi ini saya harus melengkapi karena telah hadir AnggotaAnggota yang terhormat dari kanan kami, yang terhormat Saudara Honing Sanny dari Fraksi PDI Perjuangan. Kemudian yang berikutnya yang telah hadir Bapak Riswan Tony dari Fraksi Partai Golkar. Kemudian yang ujung kanan kami atau ujung kiri dari Bapak adalah Bapak Murad.

Bapak-Ibu sekalian. Saya kira kita waktunya untuk tadi untuk menyampaikan, Pak Zul silahkan. lya ke sini, tapi

nanti ke sini-sini Pak. Silahkan Pak Zul. F-PD (H. ZULKIFLI ANWAR): Terima kasih Pimpinan. Pak Menteri beserta jajaran. Saya singkat-singkat saja Pak Menteri, tidak bicara substansi yang terlalu dalam seperti

penyampaian Pak Menteri sudah sepakat semualah setelah membaca draft yang dikirimkan kepada Bapak. Apalagi Bapak tadi menyampaikan sudah ada tanggapan dan usulan disampaikan kepada BPN Pusat, jadi itu sudah lebih teknis, mungkin mereka yang lebih ahli jadi kita di Pansus ini hanya mengaminaminkan saja, paling tidak ada hal yang mendasar yang menjadi pembahasan kita. Hanya ini saran saja Pak Menteri, bukan saran Pak, jadi cerita yang mudah-mudahan bermanfaat dalam manajemen karena kita tahu sama persis bahwa salah satu BUMN-nya adalah dibawahnya PT Perkebunan Nusantara di bawah koordinasi baik teknis maupun manajemen dari Kementerian BUMN.

Jadi saya hanya satu focus saja karena sama-sama kikta maklumi ya ini batasa-batas masukan yang kami fahami dan kami lihat di lapangan selalu masalah tanah ini yang bersengketa itu adalah PTPN dengan masyarakat. Kalau jujur saja kalau kita lihat secara cepat dan memang tidak Iangsung menyebutkan masyarakat tidak memang betul PTPN sudah ter-AGU. Jadi kita juga yakin bahwa tidak ada HGU PTP menyerobot tanah rakyat itu tidak ada, itu jelas kata Bapak tadi itu dalil, nggak mungkinlah Pak. Tapi ada satu Pak, ini menyangkut hubungan kemanusiaan dan perasaan saja percuma juga Undangundang nanti disahkan RUU ini, kalau tingkat koordinasi kebersamaan para Dirut PTPN di seluruh Indonesia. Jadi aturan mana juga Pak, kalau kita sudah sepakat kalau tingkat

Page 13: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

433

koordinasi antara terutama Direksi-direksi PTPN dengan para pimpinan daerah, baik itu tingkat II ataupun tingkat I. Jadi pengalamanpengalaman seperti ini bagus atau baiknya kami sampaikan Bapak, maka banyak terjadi gap komunikasi. Jadi sepertinya berjalan sendiri-sendiri kadang-kadang Dirut PTP di undang, ini cerita sedkit Pak, pernah Menteri Dalam Negeri zaman Pak Hari Subarno itu menjabat gubernur ngundang Dirut PTP ada permasalahan tanah yang gubernur itu akan menyelesaikan secara bijak, artinya akan tetap bertahan dengan HGU yang dimiliki oleh PTP. Tapi Dirut PTP tidak datang, artinya sering kali terjadi komunikasi yang betul-betul sangat fatal di daerah, tetapi saya member appreciate kepada Bapak ini mohon maaf.

Terakhir-akhir ini sejak Bapak jadi menterinya agak berubah sedikit Pak, jadi sekarang ini sudah ada keterbukaan. Jadi sudah ada komunikasi yang objektif dan trasparan antara pemerintah daerah denga Kepala Direksi PTP, kenapa ini saya sampaikan? Tolong Pak, ini dipertahankan kalau perlu apalagi terakhir kemarin Pak Menteri datang ke Lampung. Itu kami hanya lihat dari luar karena kami tidak di undang karena kami ada acara. Distulah cara bijak Bapak menyampaikan harus adnya kerja sama antara para direksi dengan masyarakat, tokoh-tokoh dan khususnya pemerintah daerah.

Jadi ini kenapa saya sampaikan itu tolong Pak, di samping saya member appreciate kepada Bapak. Itu jangan hanya lip service saja Pak, itu ada Pak menteri dan mereka memang patuh. lni semua kepentingan untuk Pak Menteri, jadi percuma Undang-undang apapun disahkan kalau koordinasi tidak baik, akhirnya kita saling salahkan, salah tidak bela karena antara BUMN itu pemerintah itu harus kita saling bela. Jadi isinya Pak, apa yang pernah Bapak sampaikan di Lampung itu kerja samanya tetap harus Bapak monitor agar apa yang kita harapkan dengan aturan ini dapat berjalan sesuai dengan rencana demi kepentingan kita semua. Jadi itu saja Pak Menteri, Pimpinan nggak banyak-banyak, saya nggak bicara teknis.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Zul. Selanjutnya di sebelah kanan kami supaya ada keseimbangan kapal. Pak Nusyirwan

silahkan. F- PDIP (NUSYIRWAN SOEJONO, S.T): Terima kasih Pimpinan. Pak Menteri, ini sangat singkat mudah-mudahan sama-sama bisa memahami. Pertama

bahwa semua ini tentunya berangkat dari judul yang nanti akan disepakati karena judul ini mungkin Bapak tahu, draft ini dikirim dengan judul Ranccangan Undang-undang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan, titik itu saja. Judul ini tentu akan terkait dengan pengertian umum atau definisi umum yang aka nada dibawahnya. Akhirnya ini masuk kembali ke laptop, di usulan Bapak tentunya kalau kami bicara dernikian tentunya adalah didasari atas apa yang nanti akan kita ajukan atas nama Fraksi DIM nanti termasuk diantaranya adalah judulnya apa. Kami jelas saja terbuka kami tidak akan mengusulkan dengan RUU Lahan untuk Kepentingan Umum. Didasari untuk itu tentunya pengertian atau definisi umumnya yang terkait dengan definisi untuk pembangunan untuk kepentingan umum.

Page 14: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

434

Sebetulnya di dalam draft yang diajukan isinya semuanya memang untuk kepentingan umum hanya judulnya saja yang agak lebar sekali. Maka saya kembali ke laptop tadi yang Bapak punya, di sini di halaman 6. Di sini sudah dijelaskan dan kami sangat sepakat dihantarkan dengan Pasal 33 UUD 1945, di sini disebutkan BUMN adalah penyelenggara cabangcabang produksi yang penting menguasai hajat hidup orang banyak. Atas pemahaman dasar ini maka sangat relevan untuk pembangunan kepentingan umum, memang sudah selayaknya pembangunan kepentingan umum ini ditangani oleh cabang-cabang yang penting, yang menguasai hajat hidup orang banyak.

Maka tadi Pak Menteri menyampaikan untuk special untuk pertahanan, menurut kami semua ini adalah untuk yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak. Maka usulan Pasal 66 agak tidak begitu sinkron dengan berangkatnya pemikiran dasar dari sebuah BUMN karena di sini equal di sini untuk yang mana, equal itu tentunya untuk penugasan, dia tetap berbeda. Berdasarkan Pasal 33 BUMN ini penugasannya memang untuk kepentingan menguasai hajat hidup orang banyak, itulah bedanya. Memang kalau Bapak tidak ingin dibedakan menurut kami Bapak memang berbeda. Jadi menurut kami bahwa perlu tetap ditegaskan di sini khususnya untuk Pasal 66 "dikuasai, dimiliki oleh instansi atau badan usaha milik Negara atau badan usaha milik daerah" karena kepentingan umum di sini. lni sebuah diskusi supaya nanti Bapak dan saya slap-slap saja dengan kakak saya Pak Maryanto ini yang biasanya, dia pandai sekali deputi Bapak ini, akan dikoreksi habis nanti saya. tetapi ini saya hanya berangkat dari siapakah BUMN itu, dahulu BUMN ini dibentuk tidak asal-asalan dibentuk dia ada misi dari Negara. Disinilah penjelasan Bapak Menteri tadi soal equal dan lidak equal tadi, bahwa kalau untuk kepentingan umum tentunya dia memang tidak sama dong dengan badan usaha yang lain karena dia memiliki penugasan yang khusus dan special, tidak hanya yang berkaitan dengan sektor pertahanan keamanan, tetapi juga terowongan untuk kepentingan waduk, bendungan. lni semua ada hal-hal yang sangat penting, apakah pesawat rudal lebih penting dibandingkan dengan terowongan atau jalan transportasi tentu tidak karena itu untuk rakyat atau Negara sama-sama pentingnya dan itu sangat dibutuhkan untuk hajat hidup orang banyak.

Maka kami membatasi pada pengertian pembangunan untuk kepentingan umum, maka meskipun agak berbeda dengan Kementerian BLIMN pada hari ini menjelaskan saya malah Kementerian BUMN dibandingkan Bapak ini, sepertinya. Demikian kami hanya mendudukkan posisi kami bahwa di sini kita pada posisi untuk perencana Undang-undang untuk pembangunan untuk kepentingan umum, sehingga yang berkaitan dengan swasta mohon maaf bukan berarti karena memang di sini adalah untuk kepentingan umum bukan untuk aspek swasta.

Demikian, terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Nusyirwan. Langsung saja dari Ujung dulu Pak Chairul Naim, silahkan. F-PAN (H. CHAIRUL NAIM, M. ANIK, SH., MH): Terima kasih Pimpinan.

Page 15: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

435

Bapak Menteri dan Bapak-bapak yang saya hormati. Pimpinan dan Anggota Pansus yang saya hormati.

Memang tampaknya Bapak Menteri sudah slap di dalam menyikapi keberadaan RUU dan mudahmudahan menjadi Undang-undang yang Undang-undang nanti betul-betul legitimen, kemudian aspiratif dan lain sebagainya. Disinipun sudah ditegaskan bahwa bapak telah memberikan banyak masukan kepada BPN yang barangkali dianggap leading sector di dalam konsep pertanahan. Kami tadinya juga mengira bahwa BUMN sangat betel-betul sering berhadapan dengan hal-hal yang mungkin akan diatur oleh Undang-undang. Saya mengomentari sedikit saja Pak, pertama yang Pasal 4 Bapak maksud hampir bersamaan bahwa ini memang dalam tahap pembahasan belum ada pemasukan secara formal dari Fraksi, tetapi ada di dalam pemandangan umum bahwa diantara Fraksi-fraksi masih membatasi judul yang sebagaimana dimaksud. Sehingga judul di breakdown ke pasal, memang di dalam judul Undang-undang ini, RUU ini adalah Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan. sehingga dibawahnya Pasal 4 muncul pembangunan itu dibagi 2, satu untuk kepentingan umum, satu untuk kepentingan swasta.

Terima kasih atas tanggapan Bapak terhadap pasal 4, tetapi ini mungkin belum menjadi suatu keputusan nanti, tetapi paling tidak memberikan tanggapan. Sebenarnya di sini kalau kita lari ke mindset RUU ini dia tidak menyebutkan kepentingan, Pasal 4 itu pak ya, dia tidak menyebutkan kepentingan, satu pengadaan tanah untuk kepentingan umum, dua pengadaan tanah untuk kepentingan usaha swasta. Tidak ada sebenarnya Pak, jadi kalau dalam konteks itu tentu BUMN bisa masuk. Tetapi yang kita inginkan sebenarnya sebahagian dari kita terutama Fraksi saya PAN bukan pelaksananya yang kita tonjolkan Pak, tetapi kepentingannya. Saya melihat hanya suatu kepentingan umum, pelaksanaannya ini bisa siapa saja tetapi itu bermuara kepada kepentingan umum, itu yang kita pegang nanti. Jadi ini sebagai tanggapan Pak, terima kasih masukan Bapak dan mudah-mudahan tanpa dibedakan dan tanpa dimasukkan BUMN di sini, tetapi kalau kepentingannya kepada umum, pelaksananya bisa termasuk didalamnya. Itu yang pertama.

Terus yang kedua, saya sependapat Pak 67 ini masukan yang sangat berharga, pemberian keleluasaan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pertahanan dan keamanan. Saya sependapat Pak, saya memberikan apresiasi karena ini ada ruang-ruang yang yang tidak bisa dimasuki secara leluasa oleh pihak swasta, dikhawatirkan akan menjadi pertahanan Negara mungkin banyak kerahasiaan.

Terus yang ketiga, berkaitan dengan Pasal 67 ini memang hal yang baru. Semula kita mengira ya mungkin Bapak meminta, ya konkritnya saja Pak Menteri ya. Di dalam ganti rugi dibedakan dengan pihak swasta kan begitu Pak. Artinya di dalam konteks Undang-undang ini BUMN termasuk yang tidak diberikan ganti rugi kan begitu, sementara Bapak menilai bahwa BUMN sama dengan swasta. Sehingga aturan yang bertujuan untuk pihak swasta juga harus dengan BUMN, ini masukan yang sangat berharga Pak Pimpinan dan mungkin ini kita bahas selanjutnya nanti pak, mungkin nanti ada koordinasi dengan instansi dan kementerian Iairinya.

Barangkali demikian Pak Ketua, terima kasih lebih kurang mohon maaf.

Page 16: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

436

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT: Baik, terima kasih Pak Chairul Naim. Selanjutnya sebelah kanan, tapi begirii Pak, mohon maaf. Ini Pak Patappe tadi sholat

subuhnya kalau tidak salah menurut catatan tadi di sini, tapi silahkan. lni feeling saya Pak, silahkan Pak.

F-PD (DRS. H. ABDUL GAFAR PATAPPE): Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Terima kasih Bapak Ketua. Bapak Menteri dan jajaran yang saya hormati. Saya memberikan penghargaan kepada Bapak Menteri BUMN yang pada kesempatan ini

telah memberikan masukan, sedikitnya ada 4 pasdl yang diberikan tanggapan atau diusulkan untuk di sempurnakan terhadap RUU ini. Saya beranggapan bahwa kalau semua mitra kerja kita baik itu pemerintah daerah lebih-lebih pemerintah pusat yang diundang untuk RDP dalam rangka perbaikan penyempurnaan RUU ini semuanya ini bisa memahami semua ini, saya yakin bahwa insya allah nanti Undang-undang kita ini ke depan akan lebih baik karena apa? Kalau kita mulai melihat pada fungsi setidaknya bahwa pemerintah itu ada 3 fungsi pokok. Pemerintah itu adalah eksekutif, eksekutif itu adalah pelaksana yang melaksanakan pemerintah ini, itu ada 3 fungsi pokoknya. Yang pertama adalah yang melaksanakan pemerintahan, yang kedua yang melaksanakan pembangunanan dan yang ketiga adalah fungsi kemasyarakatan, yang memimpin rakyat untuk kepentingan untuk lebih sejahtera. Sementara kita di DPR RI kita punya fungsi juga 3, yang pertama kita ini DPR RI atau legislative itu fungsi kita hanya legislasi, mengesahkan. Kita yang membuat atau mengesahkan Undang-undang, kita yang mengesahkan APBN, anggaran yang akan dipakai oleh pemerintah. Undang-undangnya nanti menjadi paying kepada pemerintah supaya pemerintah bekerja betul-betul berdasarkan paying hokum, kan begitu Pak. Kemudian kita melakukan pengawasan kepada kegiatan pemerintah, seperti ini kalau nanti unsure-unsur pemerintah seperti Bapak Menteri sekarang ini walaupun hanya 4 pasal yang ditanggapi atau diberikan masukan untuk penyempurnaan, tetapi seluruh unsure yang menjadi mitra nanti bisa memberikan tanggapan yang seperti ini.

Jadi saya katakan tadi yakin bahwa RUU kita nanti akan bagus dan terutama RUU ini nanti bisa bertahan lama. Sekarang ini Pak, banyak Undang-undang kita itu tidak bertahan lama karena masukanmasukan dari awal itu kurang, kurang Pak, sehingga 1 tahun, 2 tahun direvisi lagi. Untuk itu pentingnya kalau DPR RI memberikan undangan seperti itu di mohon perhatian pemerintah itu supaya betul-beetul hadir, seperti sekarang Bapak menghayati itu karena Bapak mantan eksekutif, mantan gubernur, sekarang menteri dan sekarang juga kita tahu maaf kalau saya keliru Pak Ketua, memang ada unsure pemerintah sekarang ini yang memang tidak karir, tidak punya pengalaman apa-apa. Jadi sehingga kalau diundang nggak ngerti masalah, nggak mau hadir, tapi kalau dia mantan pejabat eksekutif dia karir, kalau diundang pasti karena dia jadi pelaku, dia pernah melakukan tugas-tugas seperti ini.

Page 17: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

437

Sekarang Pak Menteri, terhadap ini, terhadap pengadaan tanah untuk kepentingan umum karena ada kepentingan umum ini memang ditanggapi memang dalam Pasal 4 ya mungkin pengertian kepentingan umum itu adalah kepentingan pemerintah. Jadi BUMN dan BUMD itu memang juga adalah pemerintah, sehingga barangkali di sini tidak disebutkan sehingga dipisahkan badan usaha milik swasta. lni Pak Menteri tetapi lebih bagus lagi atau lebih jelas lagi kalau Pak Menteri mengusulkan seperti itu tadi memisahkan atau memperjelas tentang badan usaha ini masuk BUMN dan BUMD. Itu lebih jelas lagi Pak, karena kalau memang tidak masuk seperti ini nanti bisa menimbulkan multi tafsir nanti, multi tafsir bahwa ini seakan-akan bahwa BUMN itu tidak di hitung, yang di hitung hanya usaha swasta. Jadi saya salut terhadap ini lebih jelas.

Kemudian dua, yang kedua itu tentang pasal berikutnya. Di sini juga tadi sangat bagus karena badan usaha itu semestinya badan usaha Negara dan swasta. Itu kalau bisa dilanjutkan bisa itu kepentingan badan usaha bukan badan usaha saja, tetapi badan usaha Negara dan swasta. Tetapi di dalam perubahan ini Pak Menteri mengharapkan Pasal 4 huruf b dengan frasa badan usaha, sehingga Pasal 4 berbunyi "pengadaan tanah untuk pembangunan meliputi pengadaan tanah untuk kepentingan umum dan pengadaan tanah untuk kepentingan badan usaha". lni barangkali kalau bisa dilanjutkan atau dianggap cukup dengan itu, tapi kalau dilanjutkan lebih bagus lagi badan usaha Negara dan swasta.

Saya kira ini tanggapan saya terhadap masukan Pak Menteri yang sangat saya hargai. Terima kasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Abdul Gafar Patappe. Selanjutnya di sebelah kanan kami Pak Riswan Tony. F-PG (DRS. H. RISWAN TONY DK): Terima kasih Ketua. Yang terhormat Pimpinan. Teman-teman Anggota Pansus Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan. Pak Menteri BUMN

beserta para deputi yang saya hormati. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ada 4 tanggapan dari Pak Menteri BUMN yang menurut saya memang sangat jeli karena memang dari awal saya sudah melihat itu Pak, khususnya di tanggapan Pasal 4 huruf b. ini juga menyangkut di Undang-undang PP juga sering tercecer Pak, jadi memang saya sangat setuju sekali untuk frasa tadi bahwa hanya sebatas badan usaha, tapi kepentingan isinya kita akan tentukna di ketentuan umum, setuju. IVIemang di Undang-undang PT 4 inilah BUMN, BUMD, koperasi dan swasta. Terhaadap kepentingan umum ini memang agak rancu Pak Menteri dan kita harus sangat hati-hati, banyak yang beranggapan bahwa kepentingan umum itu untuk kepentingan rakyat kecil Pak, seolah-olah rakyat miskinlah untuk kepentingan umum. Padahal yang namanya pembangunan itu otomatis untuk kepentingan umum, jadi kepentingan umum ini adalah kalau itu katakanlah bebas itu

Page 18: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

438

umum Pak, begitu kan Pak ya. Jadi kalau Iebih khusus mungkin itu tidak umum, tapi untuk umum misalnya rumah sakit umum mulai dari yang miskin sampai yang kayak an tetap masuk rumah sakit itu Pak. Oleh karena itu kita sangat hati-haati karena banyak sekali yang beranggapan bahwa kepentingan umum itu adalah kepentingan rakyat kecil, padahal tidak seperti itu.

Disini saya sudah ada tanggapan dua di dalam pasal 4 ini kepentingan umum dan kepentingan badan usaha. Apakah kepentingan badan usaha ini bukan untuk umum misal jalan tol, itukan kepentingan umum Pak. Jadi kita harus hati-hati Pak, sangat setuju usulan Bapak kita tampung mungkin kami nanti di Golkar akan membahas ini, di tim kami akan Iebih jell sekali lah apa yang dikatakan Pak Patappe tadi memang RUU pak, saya sudah 2 periode Cuma RUU ini Pak, hampir semua menterinya member tanggapan. Jadi ini luar biasa Pimpinan sampai Panglima pun diundang Cuma Hansip saja yang belum Pak, di sini nanti tanggapannya.

Lalu terhadap tanggapan Pasal 15 yang mana tadi ada pengecualian Pak, memang setuju saya bahwasanya di BUMN ini ada yang namanya industry strategis khusus baahana Pak ya, yang banyak orang tidak mengetahui bahwasanya disitilah industry yang sangat menjurus ke masalah keamanan dan pertahanan tadi. Jadi memang kita akan memberikan suatu tanggapan di DIM nanti tentang pengecualian terhadap BUMN dan BUMD Pak, Pasal 15. Artinya di dalam Pasal 4 tadi Bapak menginginkan sama tapi di dalam Pasal 15 ada yang khusus Pak ya. Jadi ini memang ACDC juga ini BUMN Pak.

Terhadap Pasal 66 ini yang sering terjadi Pak, egoism daripada direksi dibawah pimpinan bapak, saya berharap di bawah Pimpinan Pak Abu Bakar tidak ada egoism terhadap direksi-direksi di bidang antar bidang. Masalah misal untuk jalan tol dengan Inhutani atau Perhutani yang kita ketahui kadang-kadang masalah itu tidak diselesaikan dengan seorang deputi atau seorang Menteri BUMN sekalipun Pak. Oleh karena itu kalau menurut saya Pak, kalau di dalam swasta Bapak itukan adalah holding-nya Pak. Jadi kalau ada 2 direksi yang bertikai tidak mau saling ngalah Pak, diganti pak, langsung ganti saja, ganti yang baru. Jadi supaya ada keebersamaan seolah-olah memiliki Pak, kita mengalami mungkin Pak Sumarryanto tahu bagaimana BUMN Karya itu kalau di dalam satu ruangan akur tetapi kalau di luar tidak. Jadi saya terima kasih dan sangat setuju sekali Pak Sumaryanto ada di sana, sehingga ini membuat jangan seolaholah ada egoism lah Pak, kepentingan Negara itu Iebih penting, kepentingan umum juga Iebih penting. Kita mengalami pada saat pembebasan atau katakanlah memiliki lahan untuk perluasan jalan tol bbandara bagaimana masalah terkatung-katung hanya karena masalah tanah yang menurut saya ya itu antar BUMN lah

Terhadap tanah yang dikatakan di Pasal 66 ini terhadap tanah yang dimiliki oleh baik itu PTP maupun Inhutani atau Perhutani yang status tanahnya HGU dari tanah register Pak, apakah kita akan berlakukan sama ganti ruginya seolah-olah itu milik BUMN padahal dia hanya diberi pengelolaan hak guna usahanya saja sedangkan tanahnya masih milik Negara Pak. lni ada sangkut pautnya terhadap tentunya apa Dirjen Kekayaan Negara Pak, yang ada di Departemen Keuangan itu karena kami membahas Rusunawa, RUU Rusun itupun meereka sudah mewanti-wanti terhadap tanah status HPL maupun tanah yang berstatus HGU eks register Pak. Jadi ini kita anggap sangat hati-hati, usulan ini

Page 19: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

439

masih kita tampung saja Pak, tidak bisa kita ini karena kalau kita berlakukan sama dengan BUMN, swasta seolah-olah ini lahan milik BLIMN padahal Cuma pinjam Pak. Nanti bisa-bisa ganti ruginya dimiliki atau dimiliki oleh BUMN yang bersangkutan padahal itu adalah milik Negara.

Saya rasa itu saja, Cuma lain-lain Pak saran saya antar BUMN hendaknya di, lebih terkoordinasi lagi Pak terhadap Undang-undang Pelayaran Pak. Bagaimana tanah Pertamina dan Pelindo yang tidak selesai, tolong Pak, segera diselesaikan karena kalau ini kita mengikuti Undang-undang sebenarnya Negara sudah meelanggar Undang-undang. Jadi kami berharap Undang-undang ini sudah 2 tahun lebih Pak Hakim, Pak Hakim sudah senyum saja karena Pak Menterinya berulang-ulang kalau kita mengadakan yang tidak-tidak sebenarnya pemerintah sekarang ini sudah melanggar Undang-undang Pak, khususnya di Undang-undang Pelayaran, Undang-undang Perkeretaapian dan Undang-undang Penerbangan. Jadi tolong Pak Menteri, mempunyai wewenang terhadap di situ ada PT KAI terhadap Undang-undang Perkeretaapian yang sudah selesai di tahun 2006, terus Pelayaran, Pelindo, Pertamina dan lain sebagainya termasuk PT PAL. Sedangkan penerbangna Angkasa Pura I dan II segera ditertibkan Pak, karena terus terang saja di Komisi V DPR RI ini sudah melanggar Undang-undang.

Terima kasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT: Baik, terima kasih Pak Riswan Tony. Selanjujtnya Pak Usman Jafar. Mohon maaf Pak Menteri sudah ada tambahan Anggota hadir Pak Abdul Malik Haramian dari

Fraksi PKB, lalu ada Ibu kita satu Pak Ibu Nurul Arifin. Silahkan Pak Jafar. F-PPP (H. USMAN JA’FAR): Terima kasih Ketua. Rekan-rekan Pansus yang saya hormati. Pak Menteri beserta seluruh jaajaran yang saya hormati. Saya hanya tadi pasal-pasal sudah dibahas dengan jelas oleh rekan-rekan, saya

menyampaikan pemikiran saja Pak. Dari 142 buah BUMN ini, itukan bermacam-macam motivasi ada PT yang cari untung pasti ya misalnya PT Trading, PT apa itu. Jadi kalau kita katakana BUMN itu adalah satu identitas ini kayanya mempersulitkan kali ya. Harusnya kita klarifikasi BUMN ini yang betul-betul member kepentingan umum itu apa misalnya, BUMN yang tidak cari untunglah. Kita klasifikasi beda dengan BUMN yang cari untung, karena kalau kita samaratakan BUMN yang 142 buah ini, itukan perbankannya model susah juga itu kalau kita katakana kepentingan umum. Tapi kalau PLN misalnya itu jelas-jelas kepentingan umum, Pertamina kepentingan umum. lni bagaimana kita membedakan daalam Undang-undang ini.

Kemudian juga dalam pembebasan tanah-tanah BUMN tadi, memang kita tidak bisa membedakan dengan yang lain tapi juga perlu juga kita pertimbangkan karena ini juga proyek-proyek

Page 20: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

440

untuk kepentingan Negara apakah ada pengecualian untuk pernbebasan tanah-tanah yang dimiliki oleh Negara ini karena kalau sama dengan kepentingan masyarakat yang memiliki tanah juga kayanya agak kurang tepat juga. Artinya kalau bisa harganya itu harga pokok atau harga bukumisalnya tidak perlu ada margin keuntungan dalam penjualan tanah BUMN itu untuk kepentingan umum itu. Itu bagaimana kiita menklasifikasikan dalam ketentuan-ketentuan ini. Itu hanya masukan saja bagi pemikiran kita bersama karena mengingat BUMN ini banyak sekali kriterianya, ada yang trading. Tentunya tidak bisa kita anggap itu adalah kepentingan umum. Itu kira-kira Pak.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Jafar. Silahkan tadi Pak Djoko Udjianto. F-PD (IR. DJOKO UDJIANTO): Terima kasih Pimpinan. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tentunya pertama saya menyampaikan apresiasi yang tinggi keepada Pak Menteri yang sangat bijak sekali karena dari 73 pasal yang dikomentari hanya 4 pasal padahal BUMN ini Pak Menteri sampaikan tadi bahwa asetnya itu Rp. 2.500 triliun Pak ya kira-kira dan BUMN ini semuanya itu memerlukan tanah. Jadi boleh di bilang sebagai contoh saja Perhutani barangkali lebih 2 juta hectare di Jawa ini, belum PTPN, PTPN itu HGU-nya barangkali lebih dari 2 juta mega belum ada BUMN lainnya. Maka sebetulnya kami ini ingin sekali masukan dari Pak Mustafa ini yang lebih dalam lagi Pak Mus karena saya yakin bapak-bapak itu memiliki sense bisnis yang luar biasa. jadi beberapa kali kalau saya ketemu Pak Mu situ saya pesankan kalau jadi Dirut BUMN itu yang mengerti mengenai bisnis, oleh karena itu Pak Mus faham betul mengenai ini.

Saya rasa Pak Mus kalau saja Bapak member masukan yang Iebih lagi di dalam penyiapan lahan di dalam pernbangunan ini saya rasa sangat berarti bagi kita-kita ini karena ini yang merupakan Undangundang yang di inisiatif oleh pemerintah. Jadi saya rasa seandainya bapak di dalam hal ini memberikan masukan yang Iebih lagi itu akan memberikan wacana kepada kita yang sangat bagus sekali. Apalagi di bidang infrastruktur yang sangta banyak memerlukan tanah untuk pembebasan lahan itu yang lura biasa dan beberapa waktu yang lalu dari pakar kita Ibu siapa itu yang memberikan, Bu Maria ya memberikan masukan yang cukup berharga bahwa system daripada ganti rugi itu azaz keadilan Pak Mus. Inilah yang menjadikan apa namanya spirit bahwa untuk pembebasan tanah berdasarkan azaz keadilan.

Pak Mus, saya rasa ini merupakan satu hal yang sangat luar biasa yang disampaikan oleh Meneg BUMN bahwa berani fight dengan swasta itu yang kita memberikan suatu apresiasi yang luar biasa dan inilah kenyataan bahwa BUMN pun slap untuk bersaing dengan pihak swasta. Saya rasa tidak ada

Page 21: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

441

perusahaan swasta sebesar apapun bisa menandingi asetnya BUMN. Jadi dalam hal ini BUMN mesti berperan besar dalam hal kegiatan tanah untuk pembangunan atau untuk keperluan umum. Saya rasa masalah judul itu nanti akan kita rumuskan bersama. Yang menarik adalah Pak Mus sekali lagi, apabila bapak memberikan masukan kepada kita sebanyak-bnayaknya Pak. Saya yakin Pak Mus mampun untuk memberikan masukan ini dengan seluas-luasnya karena ini sangat diperlukan oleh kita di dalam rangka untuk menyelesaikan RUU Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan.

Saya rasa itu Ketua. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Djoko. Selanjutnya di bagian kanan kami Pak Sudjadi. F. PDIP (Ir. SUDJADI): Terima kasih Pimpinan. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pak Menteri terima kasih Bapak mengungkap kembali tentang Pasal 33 soko guru ekonomi kita, 4 soko guru termasuk koperasi. Namun usulnya koperasinya Pak, jadi hilang dari badan usaha mestinya dan koperasi. Bapak tadi Iupa usul tadi, jadi itu salut tetapi ketika koperasi dilupakan kok dilupakan. Itu yang pertama.

Yang kedua, saya mohon bantuan karena di BUMN banyak orang-orang pinter redefinisi tentang kepentingan umum. Kepentingan umum dikaitkan dengan redefinisi pembangunan, jaman saya itu masih mahasiswa itu saya selalu menghadapi teman-temannya sana itu kalau politik no pembangunan yes, itu Orde baru. Terus kemudian sekarang politik super yes pembangunan oke, sehingga lalu pemahaman pembangunan anu, definisi pembangunan itu jadi lain apabila dikaitkan dengan sudah menyangkut pembangunan social, pembangunan ekonomi, pembangunan budaya dan sebagainya. Oleh karena itu barangkali alangkah lengkapnya kalau ditambahi bapak mengusulkan kira-kira redefinisi kepentingan umum itu ada di Bappenas juga sudah ada kalau outputnya hanya satu, tidak kepentingan ummum tapi kalau outputnya lebih dari satu itu namanya kepentingan umum, itu kira-kira begitu.

Terus kemudian tentang Bapak minta BUMN harus disejajarkan, disamakan dengna posisi privat 1000% setuju. Cuma kami mengingatkan Pak, BUMN itu belakangnya ada MN milik Negara. Lalu PT yang kita bentuk artinya BUMN yang kita bentuk itu diatur khusus di Undang-undang PT yaitu lalu muncullahh makanya Undang-undang BUMN, sehingga pendirinya cukup satu orang satu, 50% plus 1 itu adalah semua dikuasai Negara. Sehingga RUPS-nya RUPS untuk Negara, maksud kami bahwa di dalam BUMN itu konon yang sekarang masih diperdebatkan harus tunduk pada Undang-undang keuangan Negara, Bapak masih diperiksa BPK, bapak masih sering dengan Komiosi VI DPR RI, Komisi XI DPR RI khususnya kalau bicara penyertaan modal dan seterusnya. Maksud kami haknya oke, sama dengan privat tapi barangkali tolong jangan dilupakan kewajiban MN-nya sebagai

Page 22: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

442

milik Negara itu Bapak mempunyai kewajibna yang lebih daripada PT-PT yang lain. Contohnya misalnya kalau 17 Agustus bapak harus membuat urunan yang lebih besar daripada PT saya.

Terima kasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak. Bapak-Ibu sekalian sekarang adalah pukul 12 lebih 5 jadi mungkin Bapak-bapak kita

perpanjang terlebih dahulu 15 menit. (RAPAT : SETUJU)

Apakah masih ada lagi? Saya rasa cukup, oh iya tadi Pak Abdul Hakim tadi sudah mendaftar silahkan.

F-PKS (KH. Ir. ABDUL HAKIM, M.M): Terima kasih Pimpinan. Rekan-rekan Pansus. Pak Menteri dan jajarannya. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pak Menteri kesempatan untuk bertemu dengan Pak Menteri BUMN jarang bisa seperti ini karena kami di Komisi V DPR RI tetapi banyak Undang-undang produk di Komisi V DPR RI itu berkaitan dengan BUMN Pak Menteri, misalnya tadi Saudara Riswan Tony sudah menyampaikan itu. Kami ingin nitip pesan kepada Pak Menteri tentang misalnya penyehatan PT Kereta Api di Undang-undang tentang Perkeretaapian yang kita sahkan bersama-sama di 2007, salah satunya adalah yang mengamanatkan kepada pemerintah untuk melakukan audit aset dan melakukan pemisahan aset antara aset yang dimiliki oleh pemerintah dan BUMN. Di Undang-undang tersebut kami ingin mangkapok masa lalu PT Kereta Api yang tidak menggembirakan ini melakukan penyehatan. Saat sekarang ini Komisi V DPR RI belum mendapatkan laporan terkait dengan pelaksanaan Undang-undang itu dan ini memang terkait dengan 3 kementerian, Kementerian Perhubungan, kemudian Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan. Kami mohon Pak Menteri untuk segera dituntaskan tugas ini Pak Menteri, itu salah satu contoh saja dan ada mandat Undang-undang yang lain yang saya kira keterkaitannya dengan BUMN itu banyak. Ini pembuka Pak Menteri mohon sekali lagi Pimpinan karena kami jarang bertemu dengan Beliau, mitra Beliau di Komisi VI dan XI ini kesempatan baik untuk menyampaikan beberapa hal yang berkembang dinamika di Komisi V DPR RI.

Berikutnya tentu kami ingin memberikan apresiasi kepada Pak menteri yang telah mencoba untuk menyerripurnakan dan masukan-masukan bagi rancangan Undang-undang ini. Tapi tentu saya ingin melengkapi diskusi yang telah dilakukan teman-teman tadi itu. Tadi ada beberapa usulan Pak Menteri, di Pasal 15 ada usulan dari Pak Menteri terkait dengan pembangunan untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 hanya dapat dilaksanakan pemerintah bekerja sama dengan badan usaha milik Negara dan badan usaha milik daerah. Pak Menteri, menurut hemat saya penjelasan Pak Menteri di halaman berapa ya, terkait dengan halaman 6 bahwa kaftan dengan

Page 23: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

443

konstitusi kita Pasal 33 UUD 1945 sesungguhnya tidak secara khusus menunjuk BUMN sebagai penyelenggara, tetapi bunyinya adalah cabang-cabang penting dikuasai oleh Negara untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Saya kira tolong Pak Menteri ini karena dokumen, dokumen ressrrii yang disampaikan Pak Menteri barangkali koreksinya di halaman 6 di mana bunyinya akan demikian. Saya baca Pak Menteri, "tanggapan sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945 BUMN adalah penyelenggara" padahal bunyi pasal itu tidak demikian Pak Menteri. Mohon barangkali karena ini dokumen tolong di koreksi Pak Menteri, saya kira ini fatal menyangkut konstitusi yang paling mendasar. Saya bisa memahami maksud Pak Menteri tidak demikian, tetapi karena tekstualnya seperti ini seolah-olah Undang-undang Negara Republik Indonesia 1945 Pasal 33 begini bunyinya. Ini hanya sekedar penafsiran, saya kira barangkali karena ini dokumen resmi mohon barangkali ada koreksinya.

Yang kedua Pak Menteri, kita tahu di dalam perundang-undangan kita paling tidak yang saya ikukti ketika merumuskan revisi terhadap Undang-undang Transportasi bahwa kita sudah bertekad melibatkan peran swasta dan masyarakat dalam pernbangunannya. Di Pasal 13 di situ ada yang namanya infrastruktur misalnya untuk pelabuhan, terminal, kemudian bandara jelas-jelas dalam Undang-undang Transportasi kita ingin melibatkan kesefahaman swasta karena kita sadar bahwasanya kita tidak bisa melakukan percepatan pembangunan ketika kemudian kita tidak mencoba memaksimalkan peran swasta dan masyarakat di dalam pembangunannya. Tetapi kemudian pada Pasal 15 ini Pak Menteri mengusulkan hanya kemudian memberikan hak tersendiri, pembangunan untuk kepentingan umum sebagaimana di maksud pada ..hanya dapat dilaksanakan, kata hanya dapat dilaksanakan berarti tidak memberikan peluang kepada peran swasta atau masyarakat yang lainnya untuk kepentingan umum itu tali. Padahal pada faktanya pembangunan-pembangunan ilu sudah juga melibatkan peran swasta. Misalnya pembangunan sekolah pemerintah pun juga kita sudah melibatkan swasta.

Oleh karena itu saya kira mohon dikaji kembali usulan Pak Menteri di Pasal 15 ini, tentu ttadi juga ada pertanyaan dari teman-teman semua konten terminology apa sih sesungguhnya. Jadi mohon Pak Menteri pendalaman ini apa sih sesungguhnya yang terkandung dari usulan Pak Menteri di pasal 15 ini. Juga sejalan dengan penjelasan Pak Menteri di halaman 9 bahwa Undang-undang tentang PT juga melakukan equal treatment kepada BUMN saya kira. Saya kira ini ada sedikit kontradiktif antara usulan yang diusulkan Pak Menteri dengan penjelasan-penjelasannya.

Saya kira itu saja yang bisa saya sampaikan Pak Menteri, kemudian yang terakhir Pak Menteri di pasal yang diusulkan itu huruf b-nya pengadaan tanah untuk kepentingan badan usaha, ini diattur tersendiri padahal menurut penjelasan Kepala BPN kalaupun toh ada kaitan dengan aturan-aturan pengatura pengadaan tanah untuk kepentingan swasta tidak mengatur Undang-undang ini untuk itu, tetapi hanya untuk membuat koridor-koridor untuk pengadaan tanah untuk kepentingan swasta sudah ada Undang-undang yang mengatur yang lainnya, tidak perlu diatur di sini. Hanya di dalam ini hanya perlu norma-norma koridor supaya pengadaan tanah untuk kepentingan swasta tidak

Page 24: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

444

melanggar, tidak bertabrakan dengan koridor-koridor atau norma-norma dalam rangka pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

Saya kira barangkali usulan Pak Menteri pun juga untuk Pasal 4 ini mohon dipertimbangkan kembali karena filosofis ataupun dasar dari RUU ini tidak ingin mengatur terkait dengan pengadaan tanah untuk kepentingan badan usaha, terlalu melebar nantinya kita terpaksa harus merumuskan normanormanya kalau itu dimasukkan karena tidak cukup barangkali yang diatur di sini, tidak ada juga peraturan perundang-undangan yang lainnya yang mengatur tentang pengadaan tanah untuk kepentingan swasta ataupun badan usaha yang ada.

Barangkali demikian tanggapan kami Pimpinan, terima kasih atas kesempatannya. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT: Baik, terima kasih. Selanjutnya kami silahkan Pak Nanang Samodra kemudian nanti Pak Abduol Malik. F-PD (IR. NANANG SAMODRA, KA., M.Sc): Terima kasih Pimpinan. Pak Menteri yang kami hormati. Ada satu kebanggaan Bapak-bapak menyampaikan bahwa BUMN yang sekarang sudah

berbeda berani bersaing dengan swasta, itu sangat kami garisbawahi. Karena pengalaman kami BUMN itu duludulunya sebagai tempat keranjang sampah untuk pejabat-pejabat yang sudah pension, itu pengalaman yang ada. Saya bangga mendengar statement Pak Menteri bahwa BUMN sekarang betul-betul BUMN yang berani bersaing dengan swasta. Namun saya masih melihat bahwa dengan masih terlalu ketetnya intervensi pemerintah di sini, seolah-olah BUMN kurang luas dalam bergerak sebagai contoh kita akan menangkap ayam, tiba-tiba kalau BUMN harus aturannya dikkuti rapat komisaris dulu baru bisa menangkap ayam itu, kalau swasta barangkali bisa langsung bergerak dan mendapatkannya karena ayam itu kalau tidak di tangkap Ian nanti, orang lain yang dapat. Rarnbu-rarnbu yang mengekang BUMN ini kami melihat masih terlalu ketat, sehingga ada kesan kami mudah-mudahan ini keliru bahwa sebagai BUMN kalau kira-kira akan menjadi ribet lebih baik duduk manis saja daripada nanti kena aturan ini, itu lebih baik duduk manis saja. Padahal BUMN sendiri di tuntut untuk mendapatkan keuntungan yang banyak bagi Negara. lni harapan kami Bapak Menteri bisa meluaskan lagi ketentuan-ketentuan ini sehingga intervensi dari pemerintah dikurangi namun tetap terkendali.

Terima kasih Bapak Menteri. KETUA RAPAT: Baik, terima kasih Bapak Samodra. Selanjutnya Pak Malik. F-PKB (ABDUL MALIK HARAMAIN, M.Si): Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera untuk semuanya. Yang saya hormati Pimpinan Pansus.

Page 25: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

445

Yang saya hormati Pak Menteri Negara BUMN. Mohon maaf saya terlambat Pak, biasanya tidak pernah terlambat. Pak Menteri dan pimpinan

sebetulnya pertanyaan saya hampir mirip dengan apa yang telah disampaikan oleh Pak Usman tentang dari 142 BUMN itu sebetulnya itu bisa di pilah, bisa dikotomikan, bisa dibedakan mana sebetulnya BUMN atau BUMD yang memang pure atau murni untuk kepentingan umum dan mana sebetulnya BUMN atau BUMD yang sebetulnya Iebih kepada kepentingan bisnis atau untung gitu Pak. Kalau kita lihat RUU Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan ini maka sikap PKB sebetulnya sudah agak terang. Yang pertama kita minta agar nomenklatur Undang-undang ini dipertegas untuk kepentingan umumnya. Jadi kalau sekarang ini Rai Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan mungkin akan kita usulkan RUU Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kesejahteraan Masyarakat.

Satu hal yang ingin kita capai dalam RUU ini adalah bahwa pembangunan oke, tidak ada masalah terus berlanjut tetapi pembangunan itu kemudian benar-benar mensejahterakan masyarakat. Oleh karena itu ketika saya baca artikel atau catatan yang disampaikan Pak Menteri terutama tentang eksistensi swasta kesimpulan saya sementara Pak Menteri belum memposisikan secara tegas apakah swasta boleh atau tidak. Yang saya baca di sini usulan resminya adalah Pasal 4 pengadaan tanah untuk kepentingan badan usaha, badan usaha itu bisa swasta bisa punya Negara atau daerah begitu Pak. Kalau di RUU yang sebelumnya sebelum ada revisi dari Pak Menteri itukan badan usaha swasta, tetapi kemudian swastanya hilang menjadi badan usaha tetapi bukan bearti swastanya hilang.

Sikap kami sebetulnya sampai sekarang saya belum menemukan jawaban yang pasti dan memuaskan bagi saya tentang keterlibatan swasta dalam RUU ini. Kalau kita baca RUU nomenklatur RUU ini maka sebetulnya sulit untuk mengkorelasikan, sulit untuk menggabungkan atau sulit untuk mempertemukan RUU ini dengan kepentingan swasta atau dengan swasta. Hampir tidak ada atau sulit saya menceritakan dan sulit bagi saya untuk mencari mana sih swasta sebetulnya bukan pembangunan untuk kepentingan umum dan kepentingan masyarakat selain kepentingan bisnis. Menurut saya hampir tidak ada, ya mungkin ada tetapi prosentasenya, dominasinya adalah tetap kepentingan umum. Jadi kirakira gampangnya, kasarnya mana ada swasta mau rugi, tidak ada, nggak mungkin swasta bangun mesjid di mana-mana tidak ada keuntungan, tidak mungkin. Oleh karena itu saya tidak mengerti saya bukan pengamat ekonomi, tidak mengerti tentang perekonomian tetapi secara makro sebetulnya saya sulit untuk menyambungkan kepentingan swasta dengan kepentingan umum dalam RUU ini. Oleh karena itu kemarin sudah berkali-kali saya sampaikan dengan mitra kerja yang terdauhulu kita tidak menolak swasta, tetapi saya kira kalau sawsta masuk dalam RUU ini dan swasta diberi otoritas untuk bisa mengadakan tanah atas fasilitas pemerintah dan RUU ini menurut saya menjadi tidak pas, tidak pasnya kenapa? Karena kemudian karena swasta jelas untuk kepentingan bisnis, sementara RUU dan pemerintah untuk kepentingan umum. Yang paling mungkin menurut saya adalah memposisikan kembali bahwa swasta tidak dalam posisi mengadakan tanah. Tetapi swasta dalam posisi melakukan pembangunan atas tanah yang dimiliki oleh pemerintah. Satu contoh begini Pak Menteri misalkan pemerintah mau bikin tol 50 km, maka pengadaan tanah yang harus melakukan sebenarnya pemerintah bukan swasta. Tentang kemudahan tol itu dibangun seperti

Page 26: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

446

apa, lalu kemudian melibatkan swasta misalkan kontrak 20-25 tahun misalkan. Jadi tol itu bukan milik swasta tapi tol itu adalah milik pemerintah Cuma karean pemerintah nggak punya duit maka mengajak swasta untuk bekerja sama dalam pembangunan itu, kalau itu tidak ada masalah dan itu sudah berlaku dimana-mana, tidak hanya di Indonesia tetapi di Negara-negara lain seperti itu. Tetapi kalau kemudian swasta mengadakan tanah difasilitasi oleh RUU ini dan kemudian difasilitasi oleh pemerintah otomatis BPN dalam hal ini, saya kurang setuju karena nggak connect kepentingan umum dengan kepentingan swasta. Itu yang pertama.

Yang kedua, andai saja Pak Menteri RUU ini tetap mengakomodir swasta maka pertanyaan saya seperti apa cara monitoringnya, seperti apa cara pengawasannya, mungkin tidak hanya swasta BUMN kemudian BUMD yang ketika melakukan pernbangunan mengadakan tanah seperti apa monitoring dan pengawasannya dan mungkin sanksi-sanksinya sehingga kemudian kita bisa mengawasi betul bahwa pembangunan yang dilakukan oleh swasta, BUMN atau BUMD benar-benar untuk kepentingan umum. Kalau BUMN atau BUMD mungkin masih bisa di control tapi kalau swasta, siapa yang akan mengontrol.

Hari ini misalkan swasta butuh tanah 10 hektar untuk kepentingan umum, selanjutnya 5 tahun yang akan datang apa benar seperti itu. Makanya saya kira, saya mohon kira-kira Pak menteri punya jurus apa sebetulnya cara apa mengatasi sehingga swasta kalaupun diakomodir dalam RUU ini bisa konsisten memang dalam kepentingan umum. Meskipun sebetulnya tidak percaya dan belum menemukan jawaban yang memuaskan atas keterlibatan swasta resmi dalam RUU ini.

Itu dua hal yang ingin saya sampaikan, jadi sekali lagi bahwa swasta dalam RUU ini dalam kacamata saya dengan sekian analisis tidak nyambung, kalaupun swasta ingin mengadakan tanah tidak perlu diatur dalam RUU Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan ini karena kalau sudah diatur dalam RUU Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan ini posisi swasta menjadi tidak terlegitimasi untuk pengadaan tanah, sedikit-dikit dia mints pemerintah untuk tanah di sini, tolong difasilitasi dan itu harus karena dalam beberapa pasal itu ada kata harus, yang punya hak atas tanah karena untuk kepentingan umum maka harus melepaskan tanahnya. Di situ kemudian rawan, kira-kira rawan nepotisme, rawan kongkalingkong antara swasta dengan pemerintah. Kalau swasta sudah ngomong kepentingan sementara dia masuknya lewat kepentingan umum kita juga tidak bisa jamin, itukan yang mneurut saya agak berbahaya sekali lagi kalau swasta masuk resmi dalam Undang-undang ini. Mestinya swasta kalau mengadakan tanah tidak diatur dalam Undang-undang ini tetapi swasta to swasta, swasta to person, swasta bell seperti biasanya tidak kemudian harus difasilitasi dalam Undang-undang ini, itu baru fair saya kira dan kita tidak perlu memfasilitasi, pemerintah tidak perlu memfasilitasi karena itu urusan swasta dengan pemilik tanah,

Bukan kemudian swasta membutuhkan tanah dengan pemilik tanah dan ada Negara di situ, tidak boleh seperti itu karena itu transaksi jual-beli seperti biasanya, bukan transaksi pengadaan tanah yang difasilitasi oleh pemerintah lewat RUU pengadaan tanah seperti ini. Kira-kira begitu ketua.

Terima kasih.

Page 27: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

447

KETUA RAPAT: Baik, Bapak-Ibu sekalian Anggota Pansus. Waktunya sudah lebih 12.15 jadi kita perpanjang lagi sampai dengan 12.30 dan saya kira

penanya sudah terakhir, sudah selesai. Baik, saya menanyakan begitu agar betul-betul yang terakhir ini suaranya berbeda.

Silahkan Bu Nurul. F-PG (NURUL ARIFIN, S.IP., M.Si): Terima kasih Bapak Ketua Pansus. Yang saya hormati Bapak Menteri BUMN Pak Mustafa Abu Bakar beserta jajaran. Saya sudah mernbaca masukan dan usulan dari Bapak, tapi saya menangkap ada paradox

Pak. Ada paradox di mana pengertiari BUMN kemudian kata swasta yang bapak gunakan, ada kemenduan, ada banci di situ Pak. Kalau menurut UUD 1945 Pasal 33 itu dikatakan bahwa "BUMN ini adalah alat Negara untuk mendorong kesejahteraan social" itujelas bahwa ini milik Negara, tapi treatment Bapak ingin diperlakukan sama dengan swasta. Jadi yang ingin saya pertanyakan sebetulnya standing position Bapak itu di mana untuk kepentingan umum, itu Pak. lni satu hal Pak, kami pernah mengadakan RDPU dengan Pertamina, setahu saya Pertamina itu dibawah kementerian Bapak. Ada aset-aset yang di jual Pak, oleh Pertamina dan sekarang milik swasta, di Surabaya itu menjadi bangunan ruko-ruko. Sebetulnya bagaimana sinergi atau komunikasi yang dilakukan sehingga aset-aset ini bisa menjadi milik swasta begitu, harusnya kan tetap dikuasai oleh Negara dan kalaupun misalnya mau digunakan pernbangunannya untuk kepentingan umum, bukan kepentingan swasta seperti ini. Itu pak, jadi pertanyaan saya di mana standing position Bapak dan kenapa ada paradox seperti ini.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Baik, Bapak-Ibu sekalian. Telah Iengkaplah 12 penanya dari kita untuk melakukan pendalaman dan kemudian kami

silahkan waktunya untuk Pak Menteri untuk menyampaikan respon, mungkin dalam waktu yang tidak terlalu lama tetapi kita berharap juga cukup berarti dan apabila dirasakan kurang mungkin dengan susulan tertulis Iainnya, tapi respon terhadap ini kami silahkan.

MENTERI NEGARA BUMN: Baik. Kami haturkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas respon yang diberikan

oleh BapakIbu Anggota Pansus yang terhormat. Izinkan kami secara umum barangkali akan memberikan respon dari tanggapan yang diberikan tersebut. Mungkin saya mural dari bawah dulu yang terakhir seperti halnya Bu Nurul Arifin tadi menyampaikan bagaimana sebetulnya posisi BUMN dan swasta apakah ini ACDC dan tentang aset Pertamina yang beralih pada aset swasta. Karena ini spesifik izinkan saya untuk memberikan penjelasan secara khusus, bahwa yang kami maksudkan dengan BUMN perlakukan sama dengan swasta adalah dalam doing business-nya bukan dalam statusnya. Status tetap saja BUMN ini adalah mengelola aset yang dipisahkan dari kekayaan Negara

Page 28: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

448

sehingga menjadi aset usaha yang dikelola oleh BUMN, tetap berbeda dengan swasta Pak. Tapi dalam doing bisnisnya kelihatannya kita terkendala dalam regulasi yang jauh Iebih ketat tadi disebut oleh koridor yang 8 macam regulasi, Undang-undang. Sedangkan swasta hanya berhadapan atau terkoordinir dengan 3 regulasi, jadi menyebabkari perbedaan 5 regulasi ini kurang Iincah geraknya BUMN dan dengan swasta. Contoh yang tadi diberikan bagus misalnya menangkap ayam, ayam sudah lari duluan BUMN belum bisa tangkap karena apa? Karena harus mendapat persetujuan dewan komisaris dulu sebelum BOD melakukan. Swasta BOD boleh melakukan dulu nanti dia akan di konfirmasi, dipertanggungjawabkan kepada komisarisnya, contoh kecil tadi bagus sekali.

Jadi inilah yang kai sudah usulkan kepada pemerintah sesama pemerintah ketika di Bogor ada retreat BUMN yang di pimpin langsung oleh bapak presiden dan wakil presiden, kita mengatakan hal ini. Dikehendaki BUMN lebih berkiprah dan kompetitif dengan swasta, yes kami sangat setuju, Cuma kendala itu mohon dipertimbangkan supaya regulasinya juga equal, doing bisnisnya antara swasta dengan pemerintah. Meengapa ada yang harus dibedakan? Yang kami maksud dengan pembedaan ttadi aadalah khusus hanya butir L yang menyangkut sector pertahanan dan keamanan, sedangkan yang lain sampai dengan Q silahkan swasta boleh bersama-sama dengan BUMN, bersama-sama dengan koperasi dan BUMD juga silahkan. Tapi karena ini menyangkut pertahanan dan keamanan Negara seyogyanya hanya perpanjangan tangan Negara saja yang boleh melakukan itu, demi sekuriti kita bersama dan maaf tidak bablas kepada sector swasta karena ada hal-hal terteentu yang kita jaga, kita amankan termasuk mungkin dokumen atau perlakuan yang menyangkut kerahasiaan Negara.

Jadi yang karni minta berbeda hanya di dalam butir L saja, yang lain adalah sama. Sekarang bagaimana status BUMN hubungan dengan Pasal 33 UUD 1945, ini menarik sekali untuk kita diskusikan mohon maaf mungkin ini terikat juga dengan pandangan pribadi saya juga barangkali Pak Soemanjabar.

Saya ingin membedakan hajat hidup orang banyak dengan kepentingan umum Pimpinan, kalau hajat hidup orang banyak dalam pemahaman saya prioritasnya lebih tinggi. Sedangkan kepentingan umum bisa saja dibawah kepentingan hajat hidup orang banyak. Misalkan saja kita ingin membikin kapal penyeberangan mungkin ini kepentingan umum, tetapi menyediakan listrik atau menyediakan Raskin oleh Bulog meski BUMN itu betul-betul mengkatagorikan hajat hidup orang banyak. Untuk hajat hidup orang banyak ada BUMN yang dikhususkan untuk melakukan PSO dan kita ada 10 BUMN yang khusus melakukan PSO tersebut contohnya pertamina untuk bahan bakar dan sebagainya, PLN, Bulog dan sebagainya. Apakah yang melakukan tugas PSO boleh juga melakukan tugas komersial? Dibolehkan pada BUMN tersebut yang sebelum ada double function, boleh melakukan PSO, boleh melakukan usaha komersial dengan pembukuan yang meemang lebih sah. Karena saya juga pernah menjadi Direktur Utama Bulog jadi itu kita lakukan bahwa Bulog melakukan 90 mungkin 95% adalah PSO, Raskin, membeli beras petani, angkutan dan sebagainya. Sebahagian kecil saja 10 mungkin hanya 5% melakukan tugas komersial misalnya pemberdayaan aset supaya itu optimal jangan terlantar, membeli beras di luar jalur HPP itu komersial, tidak ada benturan, silahkan

Page 29: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

449

komersial di samping yang pokok adalah PSO, begitu juga Pertamina, PLN dan sebagainya. Oleh karenanya ada keuntungan dari Pertamina dan keuntungan dari PLN dan besar keuntungan itu setor kepada kas Negara.

Jadi oleh karena itu saya ingin sekali mendudukkan dalam Undang-undang ini jangan kita fahamkan kepentingan umum setaraf dengan hajat hidup orang banyak. Itu yang Pasal 33 betul-betul hajat hidup orang banyak super prioritas tidak boleh diberikan kepada swasta. Sedangkan kepentingan masih boleh kepada swasta contohnya kita membangun bandara Pak, kalau bandara nariti dia cukup BUMN membangun sendiri boleh bekerja sama dengan swasta apalagi Undang-undang baru dari Bahwa kita baru saja menyelesaikan Undang-undang baru Pak Nanang menyebut tadi harus menyesuaikan, swasta boleh masuk, itu kepentingan umum bukan hajat hidup orang banyak. Mohon maaf mungkin ini terkait sedikit pandangan pribadi saya, pemahaman saya adalah seperti itu. Apakah aset BUMN boleh dijual? Ada batasan.

INTERUPSI F-PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD): Sedikit Pak Ketua, pendalaman tentang yang terakhir pernyataan Beliau. Bapak Menteri kita mempunyai Undang-undang dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha

dari konteks ini seperti apa Pak kita, untuk supaya tidak masuk ke dalam katakanlah sempit. Terima kasih. MENTERI NEGARA BUMN: Baik, menarik KPPU hari itu mohon izin Pimpinan, misalnya mengundang saya ketika saya

menjadi Dirut Bulog. Ketika itu KPPU mempersoalkan malah maaf kata ada terkandung maksud ingin mempersalahkan kenapa Bulog monopoli gula. Sesudah kami jelaskan peran gula ketika itu karena meenyangkut juga hajat hidup orang banyak di mana haws dikonsentrasikan agen pembeliannya kepada Bulog, malah sebaliknya ketika itu menjadi KPPU mengatakan harus dilaksanakan oleh Bulog. Jadi itu contoh yang menyangkut kepentingan umum, kepentingan hajat hidup orang banyak dibandingkan dengan bisnis yang biasa. jadi so far tidak ada benturan kepentingan atau aturan dengan yang ada pada KPPU, kita selalu mengikuti norma itu dan kita compliant kepada Undang-undang tersebut Pak.

Baik, mohon izin saya lanjutkan, apakah aset boleh berpindah. Tadi benar sekali kami tadi sudah sebut ada aset yang produktif yang melekat pada core bisnis, ada aset yang tidak terkait dengan langsung core bisnis BUMN yang bersangkutan, apalagi ada aset yang sedemikian rupa posisinya malah menjadi beban pada BUMN. Aset yang seperti itu didefinisikan atau dikategorikan boleh dipindahtangankan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Yang terjadi misalnya yang disebut-sebut mungkin di Pertamina di Surabaya, hemat karni aset yang tidak related lagi dengan core bisnisnya Pertamina dan itu ada aturan. Sehingga kami mungkin merijawabnya sebagai pemegang saham member persetujuan aset ini boleh berpindah. Dalam jumlah tertentu perpindahan harus dengan persetujuan Menteri Keuangan, tetap dalam pengawalan itu tapi percayalah Bu, semua itu sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Jadi tidak juga sembarang BUMN kita melakukan pembebasan aset. Satu hal yang terkait dengan hal itu yang lebih

Page 30: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

450

penting lagi adalah adanya anak perusahaan ini sering menyertakan aset dalam saham mereka. Aset BUMN yang masuk ke anak perusahaan kalau kita kurang ketat melakukan pengawasan sering menjadi atau timbul hal-hal yang negative. Ini kami mohon kerjasama legislative untuk kita sama-sama mengawasi karena tidak langsung Kementerian BUMN atau pemegang saham stakeholder dapat mengontrol aset anak perusahaan seperti mengontrol aset perusahaan BUMN. Itu dilakukan oleh dewan komisaris BUMN yang bersangkutan mengontrol aset anak perusahaan. Kalau kendali kontrolnya kurang kencang bisa terjadi oral akses seperti yang ibu takutkan, tapi perusahaan bukan di tingkat anak perusahaan. Oleh karena itu Kementerian BUMN sedang mencoba merigidkan aturan ini untuk tetap aset yang disahkan menjadi aset anaknya perusahaan tetap dalam kendali dan full monitoring oleh pemegang saham. Ini saya mohon betul-betul supaya kita bantu kawal bersama sehingga tidak terjadi praktek negative atau penyalahgunaan kesempatan anak perusahaan dalam pelepasan aset kepada yang tidak menentukan.

Terima kasih sekali, saya kira demikian Bapak-Ibu sekalian tentang hal ini. Kemudian posisi swasta deangn BUMN saya kira sudah jelas ya, nomenklatur saya serahkan dalam pemahaman saya memang kalau disebut dengan kepentingan pembangunan nasional. Pemahaman saya included didalarrinya periingkatan kemampuan ekonomi, pembangunan social, budaya dan sebagainya yang bermuara adalah pada terwujudnya cita-cita yang di, cita-cita pembangunan masalah tertampung dalam UUD 1945 yaitu untuk kemakmuran dan keadilan kita bersama. Jadi apakah ini eksplisit dimunculkan di dalam nomenklatur judul atau implicit kami kira tergantung sepenuhnya pada selera perumusan kita perlu diberikan garis bawah atau stressing atau cukup dinaungkan dalam pembangunan nasional mungkin kami juga sulit untuk memilih, saya serahkan saja dalam pemahaman saya pembangunan nasional sudah termasuk unsure kesejahteraan rakyat, sudah termasuk unsure keadilan social tentu saja sebelumnya juga unsure kemakmuran.

Kemudian yang disebut rambu-rarnbu BUMN terlalu ketat, benar tadi saya sudah sebutkan bahwa kita sudah minta kepada pemerintah. Artinya kementerian terkait untuk melonggarkan atau lebih kurang mensetarakan doing bisnisnya BUMN sama dengan atau mirip atau tidak jauh beda dengan doing bisnisnya swasta. Saya setuju dengan usula Pak Nanang tadi bahwa rambu-rambu ini terlalu ketat, sehingga harus kita coba sejalankan lagi. Kemudian Pak Abdul Hakim, formulasi kalimat cabang-cabang penting yang dipersiapkan oleh Negara, mungkin sudah selesai ya, penjelasan tadi sudah menjawab tadi yang hanya dilakukan oleh BUMN dan BUMD Pasal 15 tadi kami ingin menggarisbawahi atau mengingatkan kerribali yang kita maksudkan di sini hanya yang menyangkut pertahanan dan keamanan. Memang agak mengganggu ketika saya menerima konsep dari para staf juga itu dulu yang saya Tanya "kok kenapa ini hanya BUMN yang boleh, BUMD padahal kita saat ini lagi membutuhkan partisipasi swasta yang kita sebut dengan triple P, public private partnership" sepertinya dari apa yang kita amanatkan dalam Undang-undang ini kontradiktif dengan perkembangan terakhir. Ternyata sesuadah dijelaskan hanya L yang membatasi itu Pak, L saja.

Page 31: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

451

F-PKS (KH. Ir. ABDUL HAKIM, M.M): Pimpinan, barangkali begini. Pak Menteri, tambahan pasal mungkin ada 15 biarkan saja 15

yang murni seperti itu, ada 15 a dan b-nya dibawah. Jadi tidak merevisi yang 15-nya, kenapa usulannya merevisi 15 padahal yang 15 itu sudah tepat mengecualikan yang L itu.

MENTERI NEGARA BUMN: Mohon Ketua dan Anggota. KETUA RAPAT: Baik, kalau sudah cukup silahkan. MENTERI NEGARA BUMN: Oke, saya sependapat Pak, apapun bentuk warding-nya atau formulasinya tapi kami mohon

ingin dibedakan bahwa yang menyangkut kepentingan strategis pertahanan keamanan ada pembedaan dibandingkan yang kepentingan umum yang bersifat tidak strategis. Saya kira demikian.

Kemudian berikutnya Pak Sudjadi, apakah koperasi tidak disebut secara eksplisit. Mudahmudahan kita sama pemahaman Pak, kalau kita sebut usaha atau badan usaha umumnya terbagi 3, satu adalah BUMN, kedua adalah koperasi, yang ketiga adalah swasta. BUMN itu termasuk yang begitu, jadi tiga-tiganya dikategorikan sebagai badan usaha. Jadi kalau kita sebut sebagai badan usaha BUMN, BUMD dan koperasi sepertinya meianggar kaidah definisi badan usaha. Oleh karena itu saya masih berpendapat menyebut badan usaha termasuk didalamnya koperasi. Bahwasanya perlu dibedakan tadi, saya setuju silahkan. Defiriisi kepentingan umum tadi sudah kita bicarakan, hak swasta dengan hak BUMN, kewajiban swasta dan BUMN tadi jelas secara umum sudah kita jelaskan.

Pak Djoko mengharapkan dengan pengalaman dan bidang kami yang luas sekali dengan 142 perusahaan dengan 17 sektor pasti banyak atau kaya sekali permasalahan tentu sekali pandanganpandangan. Kami sangat menghargai ini dan Bapak bisa merasakan karena pernah juga merasakan di BUMN, oleh karena itu manakala diizinkan Pak Ketua, Pimpinan, di luar forum formal seperti ini manakala kami nanti ada kesempatan mendalami lagi di luar forum. Kami menulis misalnya pikiran-pikiran secara secara lepas di luar forum, sehingga kami serahkan hasil-hasil pandangan lain di luar forum tapi naskah tertulis kalau diperbolehkan kami akan berterima kasih juga. Sehingga selama masa persidangan 2, persidangan 3 kalaupun ini belum disahkan kamipun ingin menampung lebih banyak nanti daari BUMNBUMN-nya sendiri selain dari Kementerian BUMN, kalau diperbolehkan kami juga berterima kasih Pak.

KETUA RAPAT: Sebelum kami menjawab, mohon disilahkan tentu saja Pak, nanti terakhir kita informasikan

tentang yang terakhir. Saya kira ada kesirnpulannya, mohon dilanjutkan dulu Pak. Tapi sebelum itu kita sudah melebihi waktu jadi kita perpanjang lagi, barangkali sampai 12.50 Iah kita selesaikan.

Silahkan Pak. MENTERI NEGARA BUMN: Terima kasih.

Page 32: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

452

Mohon izin kami teruskan Pak Riswan Tony tadi ada hal-hal yang menarik juga misalnya terdapat terhadap Undang-undang Pelayaran, ada Pelindo dan Pertamina yang belum pernah rukun kami rasakan itu dan kami sudah dapat atau sedang menyelesaikan permasalahan-permasalahan seperti itu, kasus per kasus sama dengan menyelamatkan perusahaan. Mohon izin saya melapor dalam hal ini, misalnya waktu kami masuk GarLida sudah dalam masalah, Pertamina sendiri yang besar itu bermasalah, antara BOD dengan BOJ tidak kompak, ASDP apalagi. Satu demi satu kita coba atasi termasuk hanya dalam program atau kegiatan yang disebut tadi misalnya Pelindo dengan Pertamina, termasuk di Koja Bahari ada harga tanah yang tidak sesuai sating mempertahankan, kmai coba selesaikan dan kalau memang ini sulit dilakukan saya setuju apa salahnya kalau CEO-nya sendiri juga diberi sanksi kalau memang menjadi penghambat dari penertiban ini. Saya sependapat dan insya allah kita bisa tegas reward and punishment dalam hal itu, kita akan lakukan Bapak.

Kemudian egoisme antar bidang deputi sepanjang saya memimpin 1,5 tahun ini kalaupun masih ada kelihatannya sudah semakin minim, semakin sedikit apalagi anta deputi. Saya berharap tidak terjadi Pak, misalnya kalau ada pembebasan tanah kalau memang mau yang berkepentingan adalah Angkasa Pura II, sedangkan PTPN II misalnya mempertahankan tanahnya itu tidak boleh terjadi dan akmi panggil langsung. Tapi karena dia melakukan, tidak sanggup melakukan itu, menteri sendiri ikut menangani, jadi kami mohon dukungan kami akari lakukan hal seperti itu untuk tidak memulaikan karena prinsip saya sejak di Aceh Pak Jafar tahu, selagi api masih kecil padamkan segera jangan biarkan berlama-lama sehingga menyulitkan kita dalam mengatasi masalah tersebut. Kita bawa itu Pak, ke Kementerian BUMN.

Tanah HGU, HPL, eks register saya kira ini menurut pemahaman kita yang ummum sekarang hakhak yang dipunyai oleh BUMN sama juga dengan hak-hak yang dipunyai oleh swasta yaitu hak milik yang namanya sertifikat hak milik atau SHM, hak guna bangunan HGB, hak guna usaha dan hak pakai. Swasta juga memiliki HGU seperti itu, jadi kalau terjadi transaksi pembelian yang disebut tadi atau pemutasi aset dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kalau itu HGU normalnya adalah tidak ganti murni seperti jual-beli tanah itu sertifikat hak milik kita mengikuti ketentuan yang status HGU tersebut. Jadi HGU ini adalah aset BUMN juga masuk dalam kategori atau masuk dalam pembukuan neraca perusahaan BUMN yang bersangkutan, kita ikuti norma untuk pelepasan aset yang berstatus HGU atau HBL tersebut apalagi yang termasuk eks register.

Kemudian berikutnya mohon maaf saya melangkah kepada yang lebih dulu, misalnya Pak Abdul Gafar tadi. Badan usaha Negara swasta sudah terjawab, kepentingan umum, kepentingan BUMN yang identik dengan pemerintah, fungsi pemerintah, saya kira sudah, mudah-mudahan sudah terjawab semua Pak Gafar. Kemudian Pak Chairul Naim badan usaha bukan pelaksaana tapi sebagai kepentingan, Pasal 15 setuju, ganti rugi sependapat dibahas, saya kira sudah terjawab juga. Mengenai judul tadi Pak Nusyirwan saya serahkan prinsip tadi saya sudah katakan, pembangunan nasional sudah included didalamnya kesejahteraan dan sebagainya, kepentingan rakyat kecil bernaung di bawah kepentingan umum, saya kira iya, tapi lagi-lagi saya ingin mengatakan kepentingan umum dengan hajat hidup orang banyak deliknya kita bedakan.

Page 33: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

453

Kemudian sengketa PTPN-masyarakat tadi Pak Zul kami sudah tangkap dan kami tanggapi dan saya terima kasih Bapak ...bupati tempo hari banyak berkontribusi menyelesaikan perbedaan antaara PTPN dengan masyarakat. Setuju sekali bahwa tanah PTPN malah bukan menyengsarakan masyarakat tapi justru banyak disalahgunakan oleh masyarakat. Ini ketika zaman reformasi yang radikal hari itu terjadi kebablasan dari beberapa sikap dari masyarakat. Saya kira itu hal-hal yang penting Bapak Pimpinan, saya ingin mengatakan sekali lagi secara umum bahwa BUMN kita ada 142, 10 diantaranya murni menyalurkan berkas PSO. Misi dari BUMN ini adalah 5, satu sebagai pilar atau suko guru ekonomi Negara di mana BUMN dipakai sebagai bentuk tangannya Negara pada saat Negara krisis yang bisa dimainkan adalah BUMN. Itu sudah banyak dilakukan di masa-masa sulit. Yang kedua, BUMN sebagai penghasil laba memang diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003. Sehingga ada deviden yang disetor, tahun ini kita menyetor deviden Rp. 30 triliun lebih keepada Negara dari 37,5. Jadi misi kedua adalah usaha komersial untuk menghasilkan keuntungan negara bagi Negara. Tapi penjualan aset atau IPO sekarang mohon jangan dikonotasikan seperti untuk membantu keuangan Negara, bukan. IPO sekarang adalah untuk mendapatkan dana untuk pengembangan usaha, badan-badan usaha milik Negara tersebut, tidak lagi penjualan aset untuk meringankan penerimaan Negara.

Yang ketiga, BUMN juga melakukan fungsi PSO yang sepenuhnya BUMN kami usul tadi disamping fungsi komersial. Yang keempat BUMN melakukan fungsi kepelaporan, ada satu usaha yang belum begitu visible harus dilakukan oleh BUMN, misalnya Pelni melakukan angkutan di Indonesia Timur itu banyak subsidi dari DPR RI memberi persetujuan terhadap subsidi tersebut. Kemudian yang terakhir BUMN juga melakukan fungsi penghelaaan terhadap usaha Iemah, usaha koperasi, sehingga sudah semakin tertinggal dalam komposisi bisnis yang normal di dalam mengembangkan usaha. Jadi itulah misi BUMN 5, saya kira kelima-limanya masuk dalam kancah diskusi kita hari ini, untuk saya dudukkan bahwa itulah peran BUIV1N. Umumnya menyangkut kepentingan public, kepentingan umum bagian kecil biasanya hajat hidup orang banyak sesuai dengan amanat Undang-undand Dasar 1945 Pasal 33.

Saya kira demikian Bapak-Ibu yang saya hormati, mohon maaf kalau ada yang kurang berkenan dari penjelasan atau kurang lengkap, mudah-mudahan kalau ada yang susulan dari kami diizinkan nanti menyampaikan tertulis di luar forum ini mudah-mudahan ada manfaatnya dari apa yang kita diskusikan ini. Lebih kurang mohon maaf.

Wassalamu'alaikum warahmatuHahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT: Terima kasih Bapak Menteri BUMN dan jajarannya yang telah menyampaikan masukan.

Bapak-Ibu sekalian. Saya kira ada beberapa catatan yang penting walaupun saya tidak bermaksud untuk

merumuskannya, tapi yang utama adalah yang berkaitan dengan apa yang disampaikan oleh Pak Menteri yaitu seperti halnya yang kami sampaikan berkeinginan atau ada kesempatan untuk menyampaikan susulan dalam bentuk materi-materi tertulis maupun hal-hal lainnya. Saya kira ini Pak

Page 34: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

454

Abdul Hakim tadi kiranya masih ada ruang untuk ini untuk merumuskan untuk itu dan oleh karena itu saya kira bersepakat untuk memberikan kesempatan kepada mitra kita Pak Menteri BUMN ataupun mitra-mitra lainnya. Terus terang memang tujuan dari RDP ini adalah berbeda dengan Rapat Kerja komisi dengan mitra, tetapi justru RUU ini ataupun Pansus RUU ini maupun Anggota-anggotanya ingin memeperoleh masukan-masukan dan barangkali di kritik-kritik yang tajam maupun barangkali ketidaksetujuannya terhadap beberapa hal yang berkaitan dengan RUU ini. Jadi itu yang kita maksudkan dengan memperkaya, mempertajam maupun mendalami berbagai hal dari sudut pandang yang sangat beragam.

Oleh karena itu kita tentu akan menerima Pansus kita menyetujui untuk memberikan runag bagi saiapa saja dan khususnya pada hari Pka Menteri BUMN untuk mengusulkan ini. Kami tegaskan bahwa respon itu bisa kita terima secara lisan, tertulis, berkala dan barangkali bisa kontiniu karena kita masih ada ruang. Sesudah ini masih ada RDP saya rasa 30 hari, Rabu dan Kamis, kemudian masih ada panja, kemudian masih ada Timus dan Timsin dan itu dapat diberikan pada Pansus secara resmi pada waktu kita berjalan, maupun pada waktu ketika Fraksi-fraksi sudah mendalami ini menyusun DIM dalam diskusidiskusi dengan panja. Saya kira ini tentu menjadi bagian yang leluasa walaupun di dalam panja nanti sifatnya tertutup. Saya kira ini poin yang sangat penting bahwa masukan-masukan menjadi leluasa masuk ke panja karena RUU ini kita inginkan sebagai RUU yang cukup baik dan cukup bermanfaat kemudian cukup panjang insya allah bisa menyelesaikan beberapa hal yang menjadi harapan-harapan masyarakat.

Bapak-Ibu sekalian. Kemudian yang kedua, saya kira memang waktunya hampir sudah akhir saya kira kita tidak

ingin memperpanjang hal tersebut. Jadi kami ingin segera mengakhiri dan beberapa teman-teman tambahan tadi, saya ingin memperkenalkan ada lagi Pak Edison Betaubun dari Fraksi Partai Golkar. Jadi ini suasana Pansus kita lambat laun semakin penuh sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit saya kira itu gambaran kondisi kita. Tetapi ada sisi lain lama-lama menjadi sedikit juga ada, saya kira kita menyampaikan terima kasih dan saya juga terima kasih Pak menteri tadi menyampaikan pendapat pribadi tentang saya. Jadi saya juga akan merespon barangkali bapak-bapak juga mendengar bahwa Beliau dengan saya sama-sama istilahnya periode yang sama menjadi ketua umum dewan mahasiswa, begitu ya. Saya kira benar Beliau di IPB saya di ITB, Bapak Dipo Alam di UI, Maryanto di Gajahmada, kemudian ....di Unpad. Saya hanya ingin mengatakan bahwa Bapak-bapak juga cukup kenal dengan Pak Mustafa Abu Bakar saya pun juga ikut kenal Pak.

Baik, Bapak-Ibu sekalian, kalau tidak ada lagi. Jadi kami menyampaikan terima kasih Anggota Pansus kepada jajaran Kementerian BUMN Pak Mustafa Abu Bakar dan jajarannya yang telah menyampaikan masukan ini dan kami tunggu masukan-masukan berikutnya karena memang pendalaman tadi cukup variasi lebar sekali dan menurut saya, menurut kami juga cukup substansial. Kita akan mengakhiri karena ini pukul 14.00 atau yang disampaikan Pak Menteri ada Panglima TNI dan Kapolri menurut terakhir akan hadir kami juga menanyakan kepada Beliau, Bapak hadirlah, ini tanah untuk Bapakbapak, bapak-bapak kan tidak boleh ada ganti rugi. Saya terus terang membujuk

Page 35: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180321-091654-5977.pdf · kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat Dengar Pendapat

455

itu, masa tanah itu harus di ganti rugi kalau tanah yang Negara, semuanya harus mengamankan Negara ini bila dibutuhkan. Jadi respon tadi pertahanan-keamanantadi saya tidak tahu apakah bapak-bapak bertemu dengan panglima TNI tadi telepon-teleponan Pak, tapi Beliau akan hadir karena kita akan segera akhiri dan kami ucapkan terima kasih atas kehadirannya sampai lain kesempatan.

Wabillahittaufiq wal hidayah.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(RAPAT DITUTUP PADA PUKUL 12.55 WIB) Jakarta, 11 Mei 2011 a.n. KETUA RAPAT

SEKRETARIS RAPAT, Ttd

DRA. MITRA ANINDYARINA