dewan perwakilan rakyat republik...

37
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITI,A KHUSUS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS Tahun Sidang Masa Sidang Jenis Rapat Rapat Pansus Sifat Rapat Hari, Tanggal Jam Undangan A car a Tempat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Had ir : 2005 - 2006 : III : Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) : Ke - 8 (delapan) : Terbuka : Kamis, 26 Januari 2006 : Pukul 09.35 s.d. 12.05 WIB : 1. Pembukaan oleh Ketua Pansus; 2. Masukan dan saran terhadap RUU Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis oleh Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Lembaga Anti Diskriminasi Indonesia (LADI), dan Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP); 3. Penutup. : Ruang Rapat PANJA Gedung Nusantara II Paripurna Lantai 2 : ALBERT YAPUTRA : Dra. Prima M. B. Nuwa : 35 Anggota dari 50 Anggota ARSIP DAN MUSEUM DPR RI

Upload: others

Post on 13-Oct-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

DEWAN PERWAKILAN RAKYATREPUBLIK INDONESIA

RISALAHRAPAT PANITI,A KHUSUS

RANCANGAN UNDANG-UNDANGTENTANG

PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS

Tahun Sidang

Masa Sidang

Jenis Rapat

Rapat Pansus

Sifat Rapat

Hari, Tanggal

Jam Undangan

A car a

Tempat

Ketua Rapat

Sekretaris Rapat

Had i r

: 2005 - 2006

: III

: Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU)

: Ke - 8 (delapan)

: Terbuka

: Kamis, 26 Januari 2006

: Pukul 09.35 s.d. 12.05 WIB

: 1. Pembukaan oleh Ketua Pansus;2. Masukan dan saran terhadap RUU

Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnisoleh Majelis Tinggi Agama KonghucuIndonesia, Aliansi Masyarakat AdatNusantara (AMAN), Lembaga Anti

Diskriminasi Indonesia (LADI), dan

Indonesian Conference on Religion andPeace (ICRP);

3. Penutup.: Ruang Rapat PANJA

Gedung Nusantara II Paripurna Lantai 2

: ALBERT YAPUTRA

: Dra. Prima M. B. Nuwa

: 35 Anggota dari 50 Anggota

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 2: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

3

RAPAT OIBUKA PUKUL 09.35 WIB

KETUA RAPAT (ALBERT YAPUTRA):Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh;Salam sejahtera bagi kita semua;Salom, amitaba.

Saudara-saudara Pimpinan Pansus,Para Anggota Pansus; danUndangan yang saya hormati.

Terlebih dahulu saya mengajak hadirin untuk memanjatkan puji dansyukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang selalumelimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kitabisa menghadiri rapat dengar pendapat umum Pansus RUU tentangPenghapusan Oiskriminasi Ras dan Etnis dalam keadaan sehat wal'afiat.

Pada hari ini sesuai dengan acara yang kita rencanakan maka kitaakan mengadakan rapat dengan acara tunggal yaitu rapat dengarpendapat umum dalam rangka meminta masukan dan saran dari MajelisTinggi Agama Konghucu Indonesia, Aliansi Masyarakat Adat Nusantaradan Indonesian Conference on Religion and Peace (Lembaga AntiOiskriminasi Indonesia) untuk melengkapi naskah rencana undang-undangtersebut.

Bapak-bapak Pimpinan;Para Anggota Pansus; danUndangan yang kami hormati.

OPR RI memandang perlu untuk membentuk Pansus RUU tentangPenghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis dan hal ini telah dilakukan dalamRapat Paripurna pada tahun 2005 yang lalu, dimana pansus ini terdiri dari50 orang anggota Dewan dari 10 unsur fraksi yang ada. Perlu kamiinformasikan bahwa pansus ini telah memilih pimpinan dengan susunansebagai berikut :

1. Bapak H.M. Said Abdullah dari Fraksi PDI Perjuangan sebagaiKetua Pansus yang mana sekarang telah diganti oleh Ibu Ora.Elviana, M.Si sebagai Ketua Pansus;

2. Bapak Bambang Sadono dari Fraksi Partai Golkar sebagaiWakil Ketua Pansus yang mana berhalangan;

3. Bapak H.M. Syumli Syadli, SH dari Fraksi Partai PersatuanPembangunan sebagai Wakil Ketua Pansus;

4. Bapak Albert Yaputra dari Fraksi Partai Demokrat sebagai WakilKetua Pansus yang mana hari ini dipercaya untuk memimpinrapat ini;

5. Bapak Drs. Mufid A. Busyiri, M.Pd. dari Fraksl KebangkitanBangsa sebagai Wakil Ketua Pansus.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 3: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

4

Sebelumnya juga kami perlu menyampaikan beberapa penggantikeanggotaan Pansus dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuanganyaitu:

1. Ibu Ora. Elviana, M.Si menggantikan Bapak H.M. Said Abdullah.2. Bapak Drs. H. Mardjono, MM menggantikan Ibu Ora. Hj. Siti

Soepami.3. Bapak Drs. H. Dharmono K. Lawi, M.Si menggantikan Bapak

Jaka Aryadipa Singgih.4. Bapak Deddy Sutomo menggantikan Bapak Drs. H. Sumaryoto.

Adapun nama-nama Anggota Pansus Penghapusan DiskriminasiRas dan Etnis adalah sebagai berikut, dari Fraksi Partai Golongan Karyayaitu Bapak Drs. Made Suwendha, Ibu Hj. Tyas Indyah Iskandar, SH,M.KN, Bapak Drs. Mukhtarudin, dari Fraksi Partai Demokrasi IndonesiaPerjuangan yaitu Ibu Hj. Elva Hartati Murman, S.lP, MM, Bapak Dr. Drs. H.Moch. Hasib Wahab, dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan yaituBapak H. Husairi Abdi, Lc, Bapak H.M. Hifnie Sarkawie, dari Fraksi PartaiDemokrat yaitu Bapak Ir. Asfihani, Bapak H. Zaenudin, dari Fraksi PartaiAmanat Nasional yaitu Ibu Hj. Azlaini Agus, SH, MH, dari FraksiKebangkitan Bangsa yaitu Bapak Tony Wardoyo, Bapak H. Abdul HamidWahid, dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera yaitu Bapak H. Abdul AzizArbi, Lc. Demikian Anggota Dewan yang hadir.

RUU ini merupakan inisiatif DPR RI, digulirkannya RUU inididasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:

1. Bahwa umat manusia berkedudukan sarna dihadapan Tuhan YangMaha Esa dan umat manusia dillahirkan bebas, memiliki martabatdan hak-hak yang sarna tanpa perbedaan apapun baik ras maupunetnis;

2. Bahwa segala tindakan diskriminasi berdasarkan ras dan/atau etnisadalah bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan DeklarasiUniversal Hak Asasi Manusia;

3. Bahwa seluruh warga negara adalah sarna dihadapan hukum danberhak atas perlindungan terhadap setiap bentuk diskriminasimaupun terhadap proses menuju diskriminasi;

4. Bahwa diskriminasi antar warga negara berdasarkan atas ras danatau etnis merupakan hambatan bagi hubungan persahabatanperdamaian, keserasian, keamanan dan kehidupanbermatapencaharian diantara warga negara yang hidupberdampingan.

Kita ketahui bersama bahwa masalah hak-hak warga negara, hakasasi dan diskriminasi telah terdapat di dalam Undanq-Uncanq DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 20, 21 danseterusnya. Kita juga sudah mempunyai undang-undang antara lainUndang-undang Nomor 29 Tahun 1999 tentang Konvensi Internasionaltentang penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial tahun 1965 danUndang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia sertabanyak Peraturan Pemerintah dan aturan-aturan lain yang menyangkuthak asasi manusia. DPR berpendapat bahwa RUU tentang PenghapusanDiskriminasi Ras dan Etnis perlu disahkan menjadi undang-undang.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 4: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

5

Dalam rangka pembahasan RUU ini maka sesuai dengan TataTertib DPR RI Nomor 8/DPR-RI/1/2005-2006 Pasal 143 disebutkan bahwaselain berdasarkan permintaan masyarakat, Alat Kelengkapan Dewanyang menyiapkan atau membahas RUU dapat melakukan kegiatan untukmendapat masukan dari masyarakat.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka Pansus RUUPenghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis mengundang bapak dan ibusekalian untuk memberikan masukan dalam rangka penyempurnaannaskah RUU yang akan dibahas bersama Pemerintah.

Untuk mempersingkat waktu kami persilahkan Bapak/lbu untukmemberikan masukan-masukan yang telah dipersiapkan.Kami persilahkan:1. Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia2. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN),3. Lembaga Anti Diskriminasi Indonesia (LADI)4. Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP)

Pertama kami mempersilahkan kepada Matakhin dan sekaligusmemperkenalkan anggotanya.

Terima kasih.

MATAKHIN (CHANDRA SETIAWAN):Terima kasih

Bapak/lbu Pimpinan;Anggota Dewan yang saya muliakan.

Kami dari Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia, saya ChandraSetiawan didampingi teman-teman yaitu ... Wanajaya, ... Wijaya. Kamimengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kamiuntuk hadir memberikan masukan terkait dengan RUU tentangPenghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.

Di dalam RUU ini kami melihat memang ada hal-hal yang masihmemerlukan penyempurnaan. Misalnya berkaitan dengan ketentuanumum, kami memandang ketentuan umum khususnya pengertianmengenai etnis disini sangat luas karena mencakup agama, sejarah,geografis dan sebagainya sehingga di dalam undang-undang inipenjabarannya tidak secara spesifik.

Ini bisa mengundang masalah kalau memang cakupannya sepertiitu, misalnya berdasarkan geografis berarti semua etnis di geografistertentu itu akan mengklaim sebagai etnis, misalnya etnis pulau tertentu,etnis macam-macam. Demikian pula dengan agama, agama sebagai atmore religion sebetulnya tidak dikenal, kalau agama-agama besar tidakmungkin sebagai at more religion, agama hanya khusus untuk sukutertentu atau agama tertentu yang langsung mengklaim bahwa dia etnistertentu.

Ini menimbulkan masalah yang kami pandang bahwa undang­undang ini mesti spesifik, misalnya kalau konvensinya mengenai ras sajasehingga tidak menyentuh aspek yang lain atau memang mau melebar,mau menyelesaikan semuanya, diskriminasi berdasarkan agama dan lainsebagainya yang sering dialami di Indonesia. Karena kita tahu sampaisekarang ini Departemen Agama hanya melayani 5 (lima) agama.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 5: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

6

8etapa banyaknya agama-agama yang lain, agama-agama yanglokal yang tidak dilayani, padahal itu diskriminasi yang nyata di depan kitakalau memang itu mesti diatur.

Kemudian pada Nomor 11 ketentuan umum mendefinisikan KomisiNasional Hak Asasi Manusia yang disebut Komnasham adalah komisiyang bertugas memantau, mendorong dan menjamin terlaksananyaperaturan perundang-undangan ini. Ini tidak mungkin terlaksana katamenjamin, dari mana Komnasham itu bisa menjamin. Undang-undangNomor 39 Tahun 1999 tidak memberikan kewenangan itu. Kewenangandalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 itu Komnashammenjalankan yaitu fungsi pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauandan mediasi.

Dan Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 itu tidak memberisanksi hukum bagi orang-orang yang melanggar Undang-undang Nomor30 Tahun 1999 kecuali pelanggaran HAM berat. Undang-undang Nomor26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM itu baru mengatur kewenanganKomnasham yang itu pun merupakan bagian dari sistem hukum yaitupenyelidikan saja. Saya takut nanti Komnasham ini menjadi kambing hitamkalau tidak terlaksana karena Komnasham tidak melaksanakan, karenatidak mampu menjamin, padahal dia tidak punya kewenangan untuk itu.Darimana dia bisa menjamin terlaksananya peraturan ini padahal dia tidakdiberi kewenangan untuk itu, kecuali kita mau mengamandemen Undang­undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Komnasham.

Kemudian konsekuensi bahwa kalau etnis didefinisikan sedemikian,berarti ada pengaturan yang lain-lain. Hal lain yang tidak dicakup olehundang-undang ini bahwa institusi pemerintah itu melakukan diskriminasi,sanksinya apa? Padahal yang sering melakukan diskriminasi juga institusipemerintah balk dari pusat maupun daerah. Pemda mengeluarkanperaturan daerah yang sekarang ini banyak terkait dengan diskriminatif,artinya ada orang keharusan mengenakan busana tertentu dansebagainya walaupun dia bukan beragama itu dan sebagainya diperaturan daerah itu juga akan menjadi masalah, siapa yang menindak?Karena tidak ada, yang dikenakan sanksi pidana itu hanya nonpemerintah. Padahal pemerintah juga sering melakukan tindakandiskriminatif, itu perlu diatur.

Kemudian kewajiban pemerintah itu rasanya perlu ditambahkankewajiban yang kalau kita lihat disini pada Pasal 7 harusnya secara tegas.Misalnya kita tahu sebelum kenaikan 88M dan sebagainya ada beredarSMS yang sangat SARA, pemerintah harusnya bisa menindak tegas, atauada sekelompok masyarakat yang menyerang etnis tertentu, kalau perlupemerintah sudah harus melarang apakah kegiatannya maupunorganisasinya, disini tidak ada. Artinya pemerintah harus melarangpenyebarluasan gagasan yang menimbulkan kebencian yang nyata-nyataterhadap ras tertentu termasuk organisasinya kalau memang tujuanorganisasi tersebut untuk mempropagandakan, menyebarluaskan danmendorong diskriminasi ras, Pemerintah harus punya kewajiban sepertitugasnya, di dalam Pasal 7 itu tidak jelas.

Kemudian ada yang dihilangkan di Pasal 10 penjelasan halaman 16di draft yang kami terima, di dalam hak-hak sipil kalau kita lihat konvensiinternasional tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi ras yangdiacu juga di konsiderat mengingat, hak berpikir, berkeyakinan, beragama,di dalam konvensinya pun dimasukkan.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 6: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

7

Jadi disini hanya hal-hal untuk berpikir, pembahasan, berekspresimelalui pendapat dengan bebas. Apalagi kalau kita lihat ketentuan umumetnis itu adalah menyangkut agama, tapi hak untuk berpikir, berkeyakinan,beragama, berkeyakinan beragamanya dihapus, itu harus sipil.

Di dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 maupun dikonvensi internasional tentang hak-hak sipil yang sekarang sudahdiratifikasi itu sudah jelas sekali, selalu kalau bicara hal untuk berpikirselalu digandengkan dengan berpikilr, berkeyakinan, beragama, dalamdraft ini dihilangkan. Saya pikir itu perlu dimasukkan karena mengingatkonsideran mengingatnya itu memasukkan undang-undang itu yangmungkin konsiderannya perlu ditambah. Karena kita sudah meratifikasiInternational Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) perludimasukkan ke dalam konsideran.

Terima kasih, untuk sementara masukan dari kami Matakhindemikian. Kami kembalikan kepada Pimpinan.

KETUA RAPAT:Terima kasihSilahkan.

MATAKHIN:Bisa menambahkan,Ada satu point pada pasal, menjelaskan yang tadi disampaikan,

saya akan menjelaskan point yang ke-4, itu dijelaskan .... untuk memilihpasangan hidup dalam perkawinan. Dan saya pikir point ini memangpenting sekali. Kita memilih pasangan itu biasanya bebas tapi saya pikir dinegara kita ini jangankan perkawinan beda agama, perkawinan satuagama saja belum bisa atau satu keyakinan. Saya senang sekali kalau inidicantumkan. Sebagai warga negara berhak untuk memilih pasanganhidup dalam perkawinan.

INTERUPSI F-PG (Hj. TYAS INDYAH ISKANDAR, S.H., M.Kn):Interupsi,Yang disampaikan itu pasal berapa, dimana? Pasal 10 dalam

penjelasan, point berapa?

MATAKHIN:Saya berterima kasih sekali point ini ada. Tetapi di lapangan tidak

bisa dijalankan. Contoh misalnya...... dan konghucu kawin, itu ditolak. Itusatu agama, satu keyakinan. Apalagi kalau keyakinannya berbeda.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:Cukup dari MATAKHIN?Sebelum kita lanjutkan ke pembicara selanjutnya kami perkenalkan

Anggota Dewan yang baru datang yaitu Ibu Trulyanti Habibie Sutrasno.Kami persilahkan yang berikutnya.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 7: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

8

A.M.A.N. (EMIL G.):Terima kasih Pimpinan.Pertama-tama kami ucapkan terima kasih atas kesempatan Rapat

Dengar Pendapat Umum yang telah mengundang kami dari AliansiMasyarakat Adat Nusantara. Saya sendiri Emil Gleden sebagai SekretarisEksekutif dari organisasi ini. Saya datang bersama salah seorangKoordinator Region Jawa Bapak Ugi Suganda yang persis di sebelahsaya.

Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.Pimpinan yang kami hormati,Para Anggota Pansus yang kami muliakan,

Ada beberapa hal yang akan kami komentari menyangkut denganRancangan Undang-Undang ini. Pertama, apakah sudah ada SKAkademik tentang Rancangan Undang-Undang ini. Seandainya ada,alangkah baiknya bila naskah akademik itupun bisa di share denganberbagai pihak yang diundang untuk terlibat dalam Rapat DengarPendapat Umum. Karena itulah dasar untuk menilai isi dari RancanganUndang-Undang ini.

Kedua, mengenai substansinya sendiri. Pertama mungkin dalambagian menimbang kami berpendapat bahwa perlu juga dalampertimbangan atau bagian mengingat. Ini kami sendiri kurang pasti karenakami tidak begitu paham soal konsideran ini. Alangkah baiknya kalau jugadimasukan klausul tentang kewajiban negara melindungi segenap bangsadan seluruh tumpah darah. Itu menjadi dasar pertimbangan utama. Karenaitu, dalam asas pendirian negara disebutkan bahwa negara ini didirikanuntuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.

Dalam bagian mengingat apakah memungkinkan karena kita sudahmeratifikasi ICRP dan ICR. Jadi Resifel dan. ecosof itu sudah diratifikasisehingga tidak perlu itu dimasukan ke dalam bagian mengingat. Kemudiandalam ketentuan umum, kewajlban : negara adalah memberikanperlindungan. Dalam Undang-Undang ini hampir seluruhnya ditekankansoal perlindungan. Kami mengusulkan ada juga tambahan soalperlindungan dan penghormatan. Karena itu dua hal yang berbeda.Perlindungan itu menyangkut seal segala produk hukum yang dijadikanlandasan untuk melindungi tapi soal penghormatan itu soal implementasiyang desainnya di dalam Peraturan Pemerintah dan peraturan organiklainnya.

Terkait dengan itu juga sebetulnya pertanyaan mengenai isi dari ini,ini ada soal asas dan tujuan dan juga ada penjelasan bakti dasar. Dan isi­isinya tentang tindakan yang bersifat diskriminasi. Kemudian upayapenghapusan, kemudian penyelenggaraan perlindungan di Bab 5,pemantauan dan penilaian, hak dan kewajiban, peran warga negara, danseterusnya.

Alangkah baiknya kalau ada satu bab atau satu bagian yang jugamenjelaskan, bukan saja tindakan diskriminasi tapi juga subyek yangmelakukan diskriminasi yang sebagaimana yang sudah diungkapkanpembicara sebelumnya. Menyangkut soal HAM, konteksnya itu sangatkekuasaan sehingga negara harus selalu disebutkan dalam persoalanpelanggaran HAM.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 8: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

9

Karena itu tindakan yang bersifat diskriminasi itu menurutpertimbangan kami alangkah perlunya jika juga disebutkan pihak-pihakyang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan danjuga pihak yang sangat mungkin melakukan pelanggaran HAM. Jadipelanggaran HAM itu bukan hanya oleh perorangan tapi juga oleh institusinegara dan juga oleh negara itu sendiri. Kemudian obyek yang menjadipelanggaran HAM selain juga kelompok-kelompok minoritas juga dapatdisebutkan secara lebih detail dalam Rancangan Undang-Undang ini.

Dalam Pasal 5 ayat (1) upaya penghapusan itu tadi sudah kamisebutkan supaya dimasukan tambahan soal penghormatan. Mengenaipaham fluralisme itu hanya disebutkan di Pasal 5 ayat (3a). Apakah inimemungkinkan karena ini sangat penting bicara soal ras dan etnis adalahbicara paham pluralisme. Ada bagian khusus yang menjelaskan apa yangdimaksud paham pluralisme di sini. Menyangkut substansi lebih lanjut,mungkin perlu juga dijelaskan dalam pasal-pasal ada klausul mengenai, disini sudah ada etnis dan ras namun persoalan pelanggaran HAM yangdialami sejauh ini lebih dalam konteks minoritas baik religius minoritymaupun culture dan etnic minority. Jadi yang ada itu misalnya persoalanagama, kelompok-kelompok kepercayaan tertentu ataupun juga kelompok­kelompok suku tertentu yang minoritas. Sehingga ada berbagai kelompokminoritas.

Satu pernyataan lagi adalah menyangkut bagaimana sebetulnyaposisi Rancangan Undang-Undang ini terhadap berbagai insiatif atauberbagai produk Perundang-Undangan yang sudah ada. Kita Iihatmisalnya saat ini kalau saya tidak salah sedang dibahas di DPRRancangan Undang-Undang tentang Rahasia Negara. Sebuah hal yangsebetulnya sangat potensial menimbulkan terjadinya pelanggaran HAM.

Dalam beberapa pasal dalam RUU Rahasia Negara itu disebutkantentang misalnya informasi publik. Informasi publik itu bisa sangat terbatas,saya lupa persisnya bunyi pasal itu tapi "publik bisa dibatasi haknya untukmendapatkan informasi apapun baik menyangkut ekonomi, politik, sosial,dan budaya jika itu sudah ditetapkan sebagai rahasia negara. Sementarakonteks rahasia negara di situ sangat luas. Kemudian posisi Undang­Undang ini sendiri terhadap Undang-Undang Nomor 32, tadi sudahdisebutkan tentang bagaimana berbagai Pemerintah Daerah menetapkanPeraturan Daerahnya sendiri yang konteksnya bisa melanggar HAM.

Ketiga, bagaimana posisi Undang-Undang ini terhadap Undang­Undang Mahkamah Institusi yang dalam salah satu pasalnya menyebutkanbahwa yang mengajukan gugatan adalah badan hukum. Jika terjadipe!anggaran HAM terhadap sekelompok orang, bagaimana ketentuanhukum yang menjamin sekelompok orang itu mengajukan gugatan.Apakah mereka bisa diperlakukan sebagai sebuah badan hukum? OrangCigugur, orang Badui, kelompok-kelompok etnis Dayak dan macam­macam.

Ketentuan ini harusnya juga diatur di dalam regulasi negara. Dalamkaitan dengan masyarakat hukum adat, itu juga dalam Prolegnassebetulnya sudah ada salah satu bagiannya itu yaitu nomor 106 kalausaya tidak salah. Itu tentang RUU tentang Masyarakat Hukum Adat. PosisiUndang-Undang ini terhadap RUU itu seandainya nanti akan dijadikanagenda di DPR juga bagaimana. Itu harus dipikirkan karena masyarakathukum adat sendiri sejauh ini sudah mendapat banyak tempat dalamberbagai Undang-Undang Dasar. Ada di Pasal 18b ayat (1) dan Pasal 28i,

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 9: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

10

Undang-Undang tentang HAM, dan juga Rancangan Undang-Undangtentang Pengelolaan Sumber Daya Alam.

Masyarakat hukum adat sendiri sudah mendapatkan sebuah definisi.Bagaimana ini diposisikan terhadap definisi etnis dan ras. Karena, konteksdiskriminasi dalam Pasal 25 itu misalnya disebutkan soal pengambilalihantanah masyarakat itu juga termasuk diskriminasi soal dibatasinya aksesmasyarakat hukum adat terhadap sumber daya a/am, itu juga diskriminasi.Sehingga itu penting untuk dipertimbangkan.

Yang terakhir pertanyaannya adalah apakah tidak penting juga biladipertimbangkan Konvensi /LO 169 untuk menjadi masukan bagiperlindungan kelompok minoritas misalnya di dalam Rancangan Undang­Undang ini. Karena, dalam Konvensi 169 itu sangat terkait dengan searchdan ekosof, disebutkan tentang perlindungan adat berbagai kelompokmasyarakat hukum adat atau aboriginal people yang memiliki sejumlahyang spesifik yang tidak dapat dipisahkan walaupun dapat dibedakan.

Untuk sementara demikian pendapat kami. Kami mengucapkanterima kasih atas kesempatan yang diberikan. Barangkali kalau adatambahan dari Pak Ugis.

Terima kasih.

AMAN (LUSIS):Terima kasih.Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.Salam sejahtera bagi kita semua.

Sapak Pimpinan Sidang Pansus; danPara Anggota Pansus, sertaHadirin yang saya hormati,

Saya dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara sangat berterimakasih terutama dalam forum-forum seperti ini ternyata sekarangPemerintah sudah lebih aktif untuk mengakomodir apa-apa yang ada dimasyarakat terutama di daerah-daerah yang terpencil.

Saya mohon apabila RUU ini jadi, tolong hal-hal yang sifatnyaspesifik itu dihargai. Jangan membuat Undang-Undang itu di kulit mukanyasaja. Yang penting Undang-Undang ini untuk rakyat Indonesia, sedangkanasas kita itu adalah keanekaragaman. Terutama dalam Undang-UndangNomor 41 hanya secara emplisit di situ ada sedikit pengakuan. Tetapiuntuk peraturan di bawahnya itu semacam di Perda tingkat kabupaten, inibelum. Kami pernah dengan Bupati Sukabumi, Perda seperti apa untukmasyarakat adat? Saya bingung, bupati kok bertanya pada saya.

Saya bilang ada Pak di Undang-Undang Nomor 41 tentangMasyarakat Adat itu. Tinggal Bapak itu apakah ini inisiatif, atau bekerjasandungan legislatif membuat. Ini salah satu contoh saja. Terutama saja diPulau Jawa ada tiga komunitas : Baduy, Sidulusikep dan Cigugur. Di situhak-hak sipilnya terpasung sekali. Salah satu faktor dalam perkawinanmenurut adat. Karena dia di KUA tidak dilayani, sedangkan dia membawasurat keterangan dari kepala desa misalnya pergi ke catatan sipil, tolongcatatan sipiil dicatat perkawinan adat ini. Sebab hal ini sangat substansisekali.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 10: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

11

Ternyata catatan sipil di sana tidak mau juga, katanya tidak adajuknis dan juklak dari atas. Ini salah satu contoh. Saya mohon dalam RUUini tolong ada ruang untuk memberikan kepada Pemerintah Daerahsebagai pelayanan untuk pencatatan pernikahan seperti itu. Saya kira itu,kemudian dalam hal urusan KTP. Ini hak sipil. Di sana misalkan ada,karena agamanya ini penhayatan, sehingga diberi tanda min. Hal ini jugaapakah termasuk diskriminasi?

Kembali ke masalah tadi yaitu perkawinan, mungkin dampak lebihluasnya begini. Apalagi anak-anak dan golongan penghayat itu akanmelanjutkan sekolah, kan dia harus membuat akte kelahiran. Aktekelahiran itu membutuhkan sebentuk surat nikah sebagai persyaratan.Begitu juga untuk sumpah jabatan. Saya kira cukup dulu dari saya,mungkin ada sesi lain kita bisa bicara leblh banyak.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:Sebelum kita lanjutkan, kami memperkenalkan Anggota Dewan

yang baru datang yaitu Bapak Drs. H. Bisri Romli dari Fraksi PKB.Kami persilahkan kepada Lembaga Anti Diskriminasi Indonesia.

L.A.DJ (REBECCA):Selamat pagi Bapakllbu,Salam sejahtera.Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Kami dari Lembaga Anti Diskriminasi Indonesia yang mendampingipara ibu miskin Tionghoa, China-China di Benteng, China Tangerang,perbatasan DKI Jakarta dengan Tangerang. Mungkin kita juga akanmembantu China yang miskin lainnya seperti korban perkosaan, yangtadinya kaya menjadi miskin. Itu juga kita akan kategorikan sebagai miskin.Karena, China miskin sebenarnya banyak tetapi masyarakat selalumenganggap itu semua kaya, pedagang. Tetapi Ibu-ibu yang pada sianghari ini sudah siap untuk memberikan kesaksian.

Sehari-harinya itu kerjanya apa, bagaimana mereka mengurussurat-suratnya. Tapi sebelum kami hanya memberikan pengantar bahwakami setuju dengan tadi wakil dari AMAN yang mengatakan bahwa harusada suatu bab pengaturan yang mengatur subyek dalam hal iniPemerintah sebagai penanggung jawab atau pemberi perlindungan danyang menjamin terlaksananya Undang-Undang ini. Apakah dari korbandiskriminasi itu bisa memberikan gugatan pada orang yang seharusnyamemberikan perlindungan tapi ternyata tidak jadi atau tidak mampu ataubahkan sengaja mempersulit memberikan perlindungan hak-hak asasimanusia. Saya sangat setuju dengan bagian itu.

Kedua, untuk menambahkan bahwa disamping perlu disebut didalam Undang-Undang ini mengenai pengaturan catatan sipil maupunketenagakerjaan misalnya. Sepertinya tidak secara spesifik disebut,kemudian yang tadi sudah disebutkan adalah dalam pencatatan KTPmisalnya dalam perkawinan. Tetapi saya rasa juga perlu pengaturankhusus tentang pendidikan, keterlambatan akte akhir. Karena padaUndang-Undang Kewarganegaraan dan Undang-Undang Catatan Sipil, itumengatur administrasi kependudukan, dimana akte lahir itu menjadi issuepenting di dalam kependudukan.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 11: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

12

Tetapi tanpa adanya pasal yang mengatur keterlambatan akte lahir,terutama dalam pengadaannya, saya rasa Undang-Undang ini nanti tidakberkoordinasi dan berintegratif dengan undang-undang lainnya. KarenaIbu-ibu yang hari ini hadir disini adalah yang perkawinannya tidaktercatatkan karena waktu itu perkawinan secara pesta adat istiadatTionghoa saja.

Tetapi tidak bisa mencatat di pengadilan negeri karenaketerlambatannya sudah sangat lama. Undang-Undang ini apakah jugaada satu pasal yang mengatakan mencabut staatblad atau undang-undangcatatan sipil yang lama, saya tidak tahu apakah ini memang tempatnya,karena undang-undang ini kelihatannya netral saja, dia hanya mengaturmasyarakat. Tetapi saya rasa masyarakat itu sudah cukup sibuk, setiaphari harus mencatatkan dirinya, harus ikut pemilihan umum, harusberpartisipasi, BBM naik dia juga harus kena pengaturan itu, tetapisebaliknya ketika kita ingin mencatatkan, apakah Pemerintah itu maumencatatkan dan justru kondusif.

Undang-undang ini tidak membicarakan, misalnya perlakuandiskriminasi itu bisa berupa kata-kata. Yang disebutkan "bahwa negaraharus secara efektif memberikan perlindungan"I pada pasal 5 upayapenghapusan, undang-undang ini tidak secara spesifik menghapuskanstaatblad Belanda itu. Misalnya negara memang ingin mempromosikanpluralisme, saya rasa yang paling penting disebut dalam undang-undangini adalah mencabut staatblad Belanda. Karena justru dengan administasikependudukan yang membedakan itu, sehingga kepenqurusanpengusaha, membuka perusahaan, mau masuk ke sekolah SD sampaiUniversitas, itu didasarkan kepada status sosial. Tetapi staatblad Belandaitu tidak disebut sarna sekali didalam undang-undang ini.

Kami sebagai LSM dan Ibu-ibu dari Perhimpunan PerempuanTionghoa Miskin sedang menuju kearah sana. Staatblad Belanda itu perludicabut, kami sekedar sebagai pintu masuk supaya anggota rakyat lainnyajuga bisa ikut mengangkat akar pohon yang besar ini. Karena undang­undang staatblad Belanda itu sudah puluhan tahun kita pakai dan sejakAbad 18, untuk mencabutnya itu sangat susah. Saya pikir itu masukan darikami, sekedar untuk catatan sipilnya.

Kedua, untuk perkenalan dahulu, orang-orang China Miskin ini jugatidak mendapatkan Jaringan Pengaman Sosial padahal mereka itu sudahjelas Warga Negara Indonesia. Ini dari aspek hak-hak sipil dan politik.Yang tadi kami bicarakan tentang sipil. Orang Tionghoa Miskin ini setiaphari terlunta-Iunta tidak bisa makan, sebaliknya sebagai masyarakat sipildan sebagai warga negara Indonesia mereka perlu adanya perlindungankarena mereka fakir miskin. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34mengatakan "fakir miskin adalah tanggung jawab negara".

Tetapi JPS yang berupa beras miskin, kartu keluarga sehat,kemudian modal usaha dari kelurahan yang sekarang diramaikan dikoranitu tentang PPMK, yang jelas China Miskin dimanapun di Indonesia tidakpernah dapat, sembako itu tidak pernah dapat. Jadi kalau ada bencanabanjir itu, Supermie dibagi dimana-mana, mereka dari kejauhan didalamrumahnya mendengar orang lain sedang dibagi sembako, mereka yang didalam air, di loteng terpaksa hanya bertahan hidup dengan nasi dangaram. Itu yang langsung nanti bisa didengarkan dari kesaksian orang­orang di sini yang saya bawa.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 12: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

13

Jadi hak-hak sipil dan politik yang dimaksudkan dalam perlindunganitu, saya tidak tahu secara spesifik menyebutkan, bahwa untuk orang fakirmiskin jelas-jelas tidak bisa terjadi diskriminasi, sekalipun orang Tionghoaitu akan dikenakan alternative actions. Hanya karena dikira masyarakatadat atau etnis di Indonesia itu pasti miskin. Dikira orang Batak, Aceh,Maluku dan Ambon tidak ada yang kaya, sebaliknya orang Aceh ataupunBatak berpesta-pesta, orang Batak ataupun Aceh yang miskin juga tidakdiperdulikan. Oleh karena itu negara harus tidak ada diskriminasi tentangorang miskin tanpa melihat ras dan etnis, walaupun ada mitos bahwaorang Tionghoa itu biasanya kaya.

Saya rasa itu semacam masukan untuk sekarang ini, dan Ibu-ibu,kami akan masuk kepada masalah kesaksian Ibu-ibu. Ibu Tju Mei dahulumemberikan kesaksian mengenai keterlambatan akte lahir, selama inimembuatkan untuk ibu-ibu yang anaknya sudah 42 tahun, tetapi staatblad­nya mengatur bahwa keterlambatan akte lahir untuk orang Tionghoa harusada penetapan pengadilan sedangkan pribumi tidak. Sehingga orangTionghoa ini mengurus di Pengadilan, berbelit-belit prosedurnya. SilahkanIbu Tju Mei mengenai tiga nama itu.

LIE TJU MEl:Selamat siang Bapak-bapak dan Ibu-ibu.Disini saya akan memberikan kesaksian. Nama saya Ibu Lie Tju

Mei, saya dari Tegal Alur, saya datang bersarna Ibu Rebecca dan Ibu-ibulainnya, teman aya seperjuangan dalam mengurus sural. Saya akanmemebri kesaksian bahwa anak saya 8 orang, banyak. Anak saya 8 tetapiyang memiliki akte lahir hanya 3 orang. Karena waktu itu dari kesatusampai kelima tidak ada akte lahirnya karena saya tidak mempunyaiSBKRI. Ke bawahnya, setelah punya SBKRI, Bapaknya yang mengurus.Bapak bekerja sebagai sopir Bajaj. Dengan menghidupi 8 orang anak yangpenghasilannya pas-pasan. Saya waktu itu tidak kerja, tidak dagang,hanya mengandalkan dari suami, sedangkan anak-anak butuh biayapendidikan, sekolah dan untuk makan sehari-hari. Karena mengurus suratrasanya sangat repot sekali.

Anak saya kesatu sampai kelima tidak punya akte lahir karena sayatidak punya SBKRI, pernikahan saya tidak dicatat dicatatan sipil, karenasaya tidak punya akte nikah. Jadi otornatis anak ikut Ibu. Saya tidak dapatmengurus akte lahir, karena diminta SBK RI dari Ibunya. Waktu itu adapemutihan SBKRI, saya jugta dengar. Tetapi saya mengurusnya tetapipada waktu itu saya tidak punya uang dan kebetulan dapat arisan, sayaingin sekali mempunyai SBKRI, saya mengurusnya waktu itu. Setelah sayapunya SBK RI juga saya bingung mengurus akte anak-anak saya, karenasemuanya sudah terlambat. Saya mengurus SBK RI juga sangat sulit,pukul 04.00 WIB itu sudah berangkat dan kalau kesiangan tidak dapatnomor.

Setelah saya punya SBK RI saya tidak langsung mengurus aktekelahiran anak saya, karena sudah keterlambatan. Karena saya tidakpunya uang, penghasilan dari suami pas-pasan untuk sehari-hari danpendidikan anak-anak, saya bingung harus mengurus kemana. Waktu ituada pemutihan di kelurahan saya juga pernah mengurus, karena sayaingin sekali anak-anak saya punya akte lahir. Yang tiga ada sedangkanyang lima tidak ada, saya bingung waktu itu.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 13: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

14

Pemutihan di kelurahan saya coba mengurusnya tetapi ditolakkarena tidak untuk keturunan. Jadi hanya khusus pribumi waktu itu.Belakangan saya mengurus lagi, sarna juga ditolak. Jawabannya begitujuga sarna, waktu itu saya mengurusnya di Yayasan Tunas Kasih, semuaberkasnya saya kasih, tetapi setelah diperiksa dikembalikan, karenanamanya tiga huruf, jadi tidak bisa. Setelah itu saya tidak mengurusnyakarena saya bingung. Uang tidak ada, karena mengurus juga pakai uang.Sesudah begitu keterlambatan semua yang lama kelamaan sudah puluhantahun umur anak-anak saya. Setelah itu saya mendengar bahwa IbuRebecca dari Tegal Alur.

Saya dengar dari ternan-ternan dan tetangga, katanya bisamengurus akte lahir bagi orang-orang yang tidak mampu danketerlambatan. Jadi saya coba datang menemui Ibu Rebecca. Sayamengurus disuruh berjuang, jadi kita tidak menyuruh Ibu Rebecca karenadia bukan makelar surat, saya dididik, berjuang bersama ternan-ternan,mereka juga merasa kesulitan mendapatkan surat tidak mampu. Ketikasaya datang, menurut mereka sedikit susah juga di daerah lain. setelah itu,sekarang anak-anak saya yang lima itu juga sudah ada akte lahirnya. Pujituhan berkat jasanya Ibu Rebecca.

Dari ternan-ternan kami di Tangerang membuat surat tidakmampunya sedikit susah, tetapi kami kebetulan di Tegal Alur, yang sayapribadi mudah. Tetapi katanya ternan-ternan ada juga yang susahmembuatnya.

Terima kasih Bapak-bapak dan Ibu.

L.A.DJ. (REBECCA):Salah satu kesaksian mengenai bahwa mereka itu sebenarnya mau

bercerita tentang pendekatan pengadilan ketika dari catatan sipil adapengantar ke Pengadilan Negeri, dari Pengadilan Negeri kembali lagi keKantor Catatan Sipil. Pada kalangan Tionghoa harus ada semacam testentang otentisitas berkas-berkas. Ini yang paling diskriminatif. Dikiranyaorang Tionghoa yang namanya tiga, dengan sendirinya WNA. Adapemahaman itu di RT/RW maupun dikalangan bawah birokrasi. NamanyaLie Tju Mei dikira sudah pasti WNA, padahal belum tentu. Kwik Kian Gienamanya juga tiga. Tetapi selalu dianggap bahwa orang ini lahir di RRC.Lie Tju Mei ini sebenarnya neneknya ada yang Islam, dan Ibu-ibu yang lainjuga.

Jadi penetapan pengadilan itu hanya dipakai untuk pembuktian.Kami lewat kesempatan ini juga ingin menyampaikan dicabutnyapenetapan pengadilan untuk keterlambatan akte lahir Tionghoa, supayadengan demikian sarna dengan pribumi. Apakah pribumi tidak pakaipenetapan pengadilan sementara ibu-ibu ini bolak-balik setengah mati.

Misalnya nanti Ibu Nursiah, anaknya banyak, asli Solo, menikahdengan laki-Iaki Tionghoa dipersulit harus dengan SBKRI, berapa kaliharus balik ke pengadilan untuk penetapan hakimnya.

NURSIAH:Selamat siang Bapak dan Ibu.Nama saya Nursiah, orang Islam asli tetapi suami saya orang China.

Jadi karena saya ingin membuat KTP, diminta sejumlah besar uang tetapitidak jadi juga. Orang-orang mau membuatkan KTP anak saya denganjumlah besar tetapi tidak jadi juga.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 14: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

15

Apalagi membuat surat Akte susah, sudah puluhan tahun, jadi anaksaya keterlambatan semua. Kalau yang tiga orang bisa, sedangkan anaksaya enam orang. Yang tiga orang sampai sekarang tidak mempunyaiakte. Satu hakim satu anak untuk membuat akte ke pengadilan. Jadi sayapergi sendiri. Saya tidak punya apa-apa, suami saya juga tidak punya.Suami saya lahir di Jakarta.

(L.A.DJ. REBECCA):Saya terpaksa menjelaskan, waktu di pengadilan tangerang, dan

juga pengadilan Jakarta Barat di Cengkareng. Karena Tegal Alur initermasuk kelurahan Cengkareng. Pengadilan itu mengharuskan hakimnyasatu, anaknya satu. Misalnya Ibu Nursiah anaknya empat, Ibu Tju Meianaknya empat, jadi hakimnya satu anaknya satu, Ibu Tju Mei harusdatang menemani anaknya setiap hari. Satu hakim, dia bisa bilang tiga kalidatang, empat kali datang untuk persidangan pembuktian surat-surat,kemudian harus attachment formulir, kemudian surat tidak mempunyaiharus kita lampirkan bersama dengan satu permohonan kepadapengadilan bahwa ini plodeo.Oleh karena itu prosedurnya lama bisamencapai 8 bulan, sementara saya sebagai LSM, 530 yang pribumilangsung tidak sampai dua minggu jadi. Betapa diskriminasinya itu terasasekali.

Bapak-bapak dan Ibu, saya terang-terangan saja, ada orang BatakKristen ditolak oleh catatan sipil. Waktu saya buatkan pribumi yang gratisitu, dia bilang alasannya, semua harus yang islam, yang kristen pribumi,waktu itu ada sembilan keluarga, dan ibu-ibu semacam Ibu Nursiah iniyang kawin campur dengan laki-Iaki Tionghoa, seharusnya kalau diluarnikah, termasuk kepada ibunya. Secara undang-undang itu termasukkepada istri, tetapi tetap oleh catatan sipil Jakarta Barat ditolak, hanyaberdasarkan suami. Saya pertahankan, ini tetap harus termasuk staatbladnomor 1917. Sedangkan untuk pribumi islam nomor 1920. Kami membuathanya dua minggu jadi, 530 tanpa pengadilan. Ketika diluar nikah, itucukup dengan materai, lalu menjadi suami istri pribumi itu.

Tetapi kalau di Tionghoa, kalau diluar nikah, tidak punya suratkawin, tidak bisa pakai surat materai seperti itu. Semua akte lahir yangdibuatkan, berstatus diluar nikah, artinya kumpul kebo. Saya ingin.peraturan yang staatblad itu dicabut, karena semua orang tiu kawindengan cinta dan resmi mereka didepan masyarakat adatnya, dengansemua tetangga melihat bahwa dia sudah menikah. Tetapi dalamaturannya pemerintah Belanda, secara sengaja orang Tionghoa inilahyang harus kumpul kebo. Memangnya etnis lain tidak boleh ini.

Saya melihat cross program yang kemarin kami konverensi persdengan Gus Our, supaya cross program itu kami tuntutkan, dalam momen­momen Imlek ini, karena cross program itu artinya penyederhanaanprosedur cara membuat keterlambatan akte lahir. Oiperkirakan 300 ribuorang Tionghoa yang keterlambatan diseluruh Indonesia, dan sayakhawatir jumlahnya sudah multiplikasi banyak sekali.

Sekarang Ibu Poami dari Pengadilan Negeri Tangerang.

KETUA RAPAT:Mohon maaf Ibu Rebecca, ini waktu yang terakhir. Waktu lima menit

kami persilahkan.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 15: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

16

L.A.OJ. (REBECCA):Dari Ibu Poami, membuat surat mampu maupun subsidi BBM dapat

atau tidak juga.

POAMI:Selamat siang Bapak-bapak dan Ibu, nama saya Poami.Suami saya petani, suka keliling dagang rokok apabila sedang ada

tontonan. Saya ingin membuat akte lahir susah diminta RT dan RW nya.Jadi saya tidak punya WNI, disuruh pakai nama WNI Bapak Wie KangYang tidak boleh, disuruhnya menggunakan nama ibu Lie Oh Nyih, ibusaya tidak punya, waktu Jtu ada pernutihan orang China tidak boleh, hanyauntuk pribumi saja. Dahulu Bapak juga suruh buat, "gaceng" juga tidakkuat bikin, sekarang pinjam juga tidak dapat. Jadinya Bapak saya tidakkuat bikin. Sampai terpaksa jual nipah, hanya sepuluh perak, akhirnyasaya bikin. Anak Bapak saya banyak, ada 12, anak saya enam dansatupun tidak ada yang punya akte lahir.

Sekarang karena saya kenai dengan Ibu Rebecca, saya maudibuatkan tetapi susah. kehakimannya sidangnya juga susah. saya punyaanak 6 disangka menyelundupkan. Saya tidak mau karena takut, yang tigamudah dan yang tiga susah. sampai staf Balai Desa dipanggil untukkesaksian, kalau tidak ada dia saya tidak dapat dibuatkan.

L.A.OJ. (REBECCA):Dengan tanggal ijazah, dan bidan semuanya berbeda. Karena dia

buat dan karena dia buta huruf, jadi semua yang buat bidan dan dia tidakmengerti. Sekertaris Kelurahan membuat seadanya saja, tanggal dikarang­karang tidak karuan. Jadi dia tidak mengerti karena dia buta huruf. Orang­orang semacam ini.

INTERUPSI F-PAN (PATRIALIS AKBAR, SH):Ingin bertanya sedikit Ibu.Ibu suaminya orang Warga Negara Indonesia, orang tuanya sudah

WNI juga. Jadi sudah ada akte kelahiran Bapak dan Ibunya.

POAMI:Bapak dan Ibu punya, tetapi saya tidak punya. Jadi saya diminta

buat dari Ibu saya. Sudah bikin Bapak saya Wie Kang Yong, jadinya sayadisuruh pakai punya Ibu, tidak boleh punya Bapak.

L.A.OJ. (REBECCA):Saksi dari Bidan dipanggil semua, dimarah-rnarahi sama Hakimnya,

dan Ibu ini sampai keringetan. Karena dia takut bahwa dia dikirapenyelundup anak hanya karena ijazah, KK dan semua tidak sama. Diatidak mengerti bahwa dia salahnya apa. Jadi kita hanya bisa mengatakandidepan Anggota Rakyat siang hari ini, bahwa orang Tionghoa banyakyang seperti itu, dan yang kaya sepertinya juga tidak mengerti bahwa suratitu caranya membuat bagaimana. Di Indonesia saya rasa banyak sekali,karena mereka sangat ketakutan diperas. Harganya mahal sekali, jadi diatidak mengerti bagaimana caranya membuat KK, begitu lama dan dia tidakmengerti bahwa itu carut marut.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 16: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

17

Dengan adanya cross program, ada perhatian dari Pemerintah untukbisa menyederhanakan prosedur, kalau tidak ibu-ibu ini setiap hari bolak­balik ke Pengadilan, tetapi kalau dengan cross program, DepartemenKehakimannya disitu, Departemen Dalam Negeri, semacam pemutihan,tetapi kata-kata "pemutihan" itu untuk SBKRI. Tetapi ini untuk akte lahir.Dengan demikian, anak-anak cucu dari orang-orang China miskin ini tidaklost generation tanpa ada perlindungan hukum.

Untuk penutupnya, saya mengatakan tanpa ada KTP dan akte lahir,mereka tidak bisa bekerja, melamar kerja. Suami mereka ini semuanyapenganggur. Kemudian anaknya juga tidak bisa sekolah karena akte lahirdan SBKRI harus dilampirkan. Ketika subsidi BBM-pun, kemarin kami keBPS, tidak bisa diberikan subsidi BBM hanya karena KTP tidak ada. Jaditercerabut dari lingkungan masyarakat dan hak-hak sipil politik lainnya.Tetapi lucunya apa? Ketika pemilihan umum, semuanya harus ikut. Ketikapemilihan umum selesai, KTP tidak dibuatkan. Semua ini ada KartuPemilu-nya, semua orang Tionghoa harus memilih. Tetapi begitu adasembako tidak diberikan apa-apa.

F-PAN (PATRIALIS AKBAR, SiH):Jadi tolong memberikan nama untuk status itu jangan lagi

menamakan diri sebagai orang China. Itu salah besar. Kalau Ibu datang kesana lalu mengatakan bahwa Ibu orang China, maka dia tidak mauberikan. Saya ini orang Indonesia yang memang keturunan etnisTionghoa. Jadi jangan mengaku orang China, mengaku orang Indonesia.

INTERUPSI (L.A.DJ REBECCA):Sebentar, sepertinya Pak Patrialis Akbar salah. Terus terang saja,

justru ibu-ibu di sini tidak mengerti kata-kata China. Ketika saya pertamakali mendampingi mereka, mereka hanya tahu bahwa mereka ini pribumi.Begitu saya bicara pribumi, yang saya maksudkan itu orang Islam atauorang asli sana, lalu mereka katakan bahwa mereka ini adalah orang aslisini. Jadi baru kali ini mereka tahu bahwa mereka ini orang China. Justrukarena diskriminasi oleh Pemerintah, mereka baru mengetahui bahwamereka itu China. Jadi jangan dibolak-balik, dikira kita tidak nasionalis.Saya menolak, karena orang-orang China banyak yang merasa dirinyaorang Indonesia.

F-PAN (PATRIALIS AKBAR, SH):Tadi anda katakan bahwa kita ini orang Indonesia. Jadi tolong

disosialisasikan bahwa kita ini orang Indonesia dan kebetulan etnis kitaadalah keturunan Tionghoa. Ini yangl harus kita betulkan, sehingga nantiposisi hak dan kewajibannya kita berikan sebaik-baiknya.

INTERUPSI F-PDS (Ir. APRI HANANTO SUKANDAR, M.DIV):Interupsi, Ketua.Jadi kalau suasana diskusi ini seolah-olah kita berdiskusi di warung

kopi. Kita serahkan kepada Pimpinan Sidang sesuai dengan Tata Tertib,sehingga mekanisme acara kita terlihat bahwa kita memarig sedangmembahas RUU.

Terima kasih.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 17: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

18

F-PAN (PATRIALIS AKBAR, SH):Tadi saya sudah meminta izin kepada Pimpinan, karena memang

tadi kita mendengarkan kesaksian. Rebeca dengan saksinya juga kitadengarkan baik. Saya hanya ingin meluruskan, termasuk juga LSM, bahwaharus menyampaikan sosialisasi bahwa mereka ini bukan orang China.Saya hanya ingin menyampaikan itu saja.

Terima kasih, Pimpinan.

KETUA RAPAT:Terima kasih.Ibu Rebeca, nanti ada waktunya untuk tanya jawab.Sebelum kita lanjutkan yang berikutnya, izinkan kami

memperkenalkan anggota Dewan yang baru datang. Anggota Dewan yangbaru datang adalah Pak Murdaya Poo dari Fraksi PDI Perjuangan, PakPatrialis Akbar dari Fraksi PAN yang belum diperkenalkan tetapi sudahnyelonong saja, kemudian Bapak Apri Hananto dari Fraksi PDS, dan PakTony Wardoyo dari PKB.

Kami persilahkan kepada Indonesian Conference on Religion andPeace.

I.C.R.P (MUSDAH MULlA):Terima kasih, Bapak Pimpinan.

Bapakllbu dan hadirin yang berbahagia,

Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) adalahsebuah organisasi yang mempromosikan pluralisme agama di Indonesia,mempromosikan dialog antar iman dan kebebasan berkeyakinan sertakebebasan beragama, juga mengadvokasikan hak-hak sipil, hak-hakkebebasan beragama, dan juga mengadvokasikan pentingnya demokrasidan masyarakat terbuka.

Bersama saya di sini telah hadir Romo Haryanto sebagai salah satuKetua. Lalu di sampingnya sebenarnya juga dari ICRP, tetapi hari inidatang atas nama MATAKHIN, Chandra. Kemudian di belakang sana adaMbak Eiga dari Jogja, Mbak Silvana selaku Ketua Bidang Perempuan,Nurcholis dari bidang Infokom, kemudian ada juga Rudi Soraya, lalu adaMbak Elma dan Mbak lima. Saya sendiri adalah Musdah Mulia selakuSekjen ICRP.

Pertama-tama, kami dari ICRP menyatakan apresiasi yang sangattinggi kepada Pansus dan kepada DPR secara umum yang telahmenggagas atau mempromosikan Rancangan Undang-Undang AntiDiskriminasi Rasial. karena ini sudah lama sekali. Oleh karena itu, kamiberharap tidak lewat dari tahun 2006 Undang-Undang ini sudah bisadiwujudkan, karena kita tahu bahwa kita sudah meratifikasi tahun 1999. ituberarti sudah 6 (enam) tahun, rasanya sudah terlalu lama kita merindukanadanya RUU Anti Diskriminasi Rasia!.

Kemudian kami ingin bahwa spirit dari Undang-Undang ini betul­betul dalam rangka penghormatan dan penghargaan kepada semuamanusia tanpa membedakan apapun. Oleh karena itu, spirit itu harus lebihdipertegas di dalam bangunan Undang-Undang itu sendiri.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 18: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

19

Kami ingin juga bahwa dalam landasan RUU ini nantinya jugamenyebutkan beberapa hal yang prinsiip, misalnya ketentuan deklarasiuniversal (Pasal 1 dan 2), Deklarasi Kairo yang juga penting untukdijadikan semacam landasan (Deklarasi Kairo dalam Pasal 1 juga memuathal ini). Kemudian Convenant International mengenai hak-hak sipil politik,lalu Konvensi Internasional, saya kira sudah ada di dalamnya, danDeklarasi tentang Anti Rasial dan Prasangka Rasia!.

Kami juga ingin RUU ini mempertegas apa yang dimaksud denganperilaku diskriminatif, apakah itu juga menyangkut pilihan agama, apakahitu juga menyangkut pilihan perkawinan, apakah itu juga menyangkutstatus perkawinan, apakah itu juga menyangkut soal pilihan politik, statusorang tua dan sebagainya.

Terakhir dari saya, bahwa RUU ini juga harus disinkronkan denganRUU Catatan Sipil yang sedang kita godok. Kebetulan saya termasukdalam Konsorsium Penyiapan RUU Catatan Sipi!. Harus dilihat dari kaitanini, karena problem-problem yang diceritakan tadi oleh Kelompok Rebecadan kawan-kawannya itu menyangkut karena sampai sekarang kita masihbelum memiliki Undang-Undang Catatan Sipil secara nasional dan kitamasih menggunakan peraturan staatblad zaman Belanda itu. Kemudianjuga harus disinkronkan dengan RUU mengenai AdministrasiKependudukan yang saat ini juga sedang digodok. Selanjutnya juga harusdisinkronkan dengan Undang-Undang Kewarganegaraan kita.

Saya kira itu dari saya. Pasal per pasal nanti akan disampaikan olehRomo Haryanto.

Silahkan, Romo.

I.C.R.P (ROMO HARYANTO):Selamat siang.

Saya mencoba sedikit membaca dari apa yang saya dapatkansebagai draft. Semoga yang saya baca iini sarna dengan yang Bapakllbupegang. Saya tidak mendapat resmi dari DPR.

Menimbang pada poin "a" disebutkan "umat manusia". Di dalamconvenant PBB selalu disebut satu-persatu: laki-Iaki, perempuan, pemuda,anak-anak, orang tua. Jadi kata umat manusia itu sendiri sangat bias.Siapa yang disebut sebagai umat manusia? Karena bagi sekelompokorang dan kelompok orang lain tidak dianggap sebagai manusia. Sayamengusulkan agar ini lebih dirinci, sehingga jelas apakah laki-Iaki atauperempuan, apakah muda atau tua dan seterusnya, sehingga di sini tidakada lagi perbedaan, tidak ada lagi alasan untuk mengatakan bahwa andaberbeda.

Kemudian Menimbang pada poin "d", di sana disebutkan"diskriminasi antara warga negara". Dalam pembicaraan dari berbagaimasukan tadi jelas bahwa pelaku diskrlmlnasl adalah sebagian besar olehnegara atau oleh perangkat aparat negara atau oleh lembaga publikmelalui peraturan, melalui pelaksanaan praktek-praktek dan seterusnya.Maka di sini hendaknya cukup jelas dibedakan antara wilayah publik yangmemang menjadi jangkauan Undang-Undang ini dan wilayah privat. Kalausaya mempunyai ternan orang Batak dan kemudian saya mengatakan,"Batak gila, Lo ", kalau menurut Undang-Undang ini saya masuk penjara.Tetapi kalau itu dalam relasi personal sebetulnya itu bukan urusan negarakarena ini bukan diskriminasi. Jadi di sini tidak jelas. '

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 19: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

20

Oleh karena itu, seluruh suasananya menjadikan tindakan warganegara terhadap warga negara yang lain yang berdasarkan perbedaan rasdan sebagainya, apabila itu dimunculkan, maka itu langsungdikriminalisasikan. Sisa dibayangkan. Kalau saya punya Warteg, sayaakan cenderung mencari pembantu orang Tegal. Apakah dengan demikiansaya diskriminatif? Kalau Warung Padang juga mempunyai pelayan yangjuga datang dari sanak saudaranya yang datang darl.Mmanq, apakah jugadiskriminatif? Dengan demikian, harus dibedakan dengan jelas antarawilayah publik yang diatur oleh Undang-Undang ini dan wilayah privat yangmemang di luar jangkauan Undang-Undang ini dan tidak dimaksudkanuntuk itu.

Pasal 1 ayat (1) :"Diskriminasi ras dan/atau etnis adalah suatu bentukperbedaan, pengecualian, pembatasan, pemilihandidasarkan pada ras dan/atau etnis "

Sekali lagi, yang ditanyakan adalah ini harus dijelaskan biladilakukan oleh siapa dan dalam tataran apa?

Kemudian tadi sudah disebut oleh Pak Chandra mengenai definisietnis. Menurut saya kepercayaan, nilai, kebiasaan, adat istiadat, norma,bahasa, agama, sejarah, geografi tidak termasuk begitu saja dengan etnis.Saya orang Indonesia, saya punya darah China, saya punya darah Jawa.Lalu saya apa? Saya tidak berbahasa China, bahasa ibu saya Jawa, sayalebih tahu Mahabharata dan Ramayana daripada Sun Gho Khong. Lalusaya siapa? Kalau dicek dengan DNA mungkin bisa diketahui sekianpersen ke arah ini, sekian persen ke arah itu. Tetapi masalahnya bukanitu. Masalahnya adalah hak sebagai warga negara. Maka di sini sangatdiperluas, sehingga nanti ini menimbulkan masalah apabila dikaitkandengan kepercayaan, agama, kebudayaan dan sebagainya, karena akanterjadi polarisasi, seolah-olah semua orang Satak itu Kristen, semua orangberetnis ini beragama itu, berkebudayaan ini. Saya rasa itu adalah ideyang bertentangan dengan ide kesatuan Iindonesia. Ini bukan Indonesia.

Kemudian Nomor (6) Pasal 1:"Hak warga negara adalah hak asasi, hak warga negarayang wajib dilindungi "

Menurut saya, dalam tata bahasa ini totologi diulang. Warga negaraitu memang mempunyai hak asasi, tidak perlu dikatakanpun itu sudhadiakui.

Kemudian Nomor (7) :"Kewajiban warga negara adalah kewajiban untuk mematuhisegala peraturan perundang-undangan yang melekat yangmenentang segala bentuk diskriminasi berdasarkan rasdan/atau etnis "

Jika demikian, negaranya tidak wajib mematuhi. Jadi warga negarasaja yang wajib mematuhi.

Selanjutnya Nomor (8) :"Tindakan diskriminasi berdasarkan ras dan/atau etnisadalah tindakan yang mempunyai tujuan menghilangkan,merusak pengakuan, kebanggaan dan seterusnya "

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 20: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

21

Sekali lagi, soal pelakunya tidak dijelaskan. Di dalam United NationDeclaration on Elimination All form Recie! Discrimination selalu disebutrumusannya adalah (artikel 2): "No state institution groups or individualshall make any discrimination".

Jadi disebutkan satu-persatu : ada negara, ada institusi, adakelompok, komunitas, perorangan. Di sini semua yang terkena adalahperorangan. Menurut saya, ini soal kata. Saya lebih suka menggunakankata kesetaraan daripada persamaan, karena kita equal. Kita tidak samasatu sama lain, kita tidak similar. Equal is about rights, sementara itusimilar itu adalah hidung kita sama, mukanya sama. Jadi penghapusandiskriminasi ras dan etnis berdasarkan azas kesetaraan, karena iniberkaitan dengan kesetaraan di depan hukum, bukan kesamaan di depanhukum. Pasal 4 (a), kembali soal private dan public menjadi tidak jelas.

Lalu Pasal 7 (c), sekali lagi pertanyaannya adalah bagaimana kalauPemerintah tidak melakukan kewajibannya? Jadi Pemerintah tiba-tibamembela, mendukung, mendorong setiap tindakan. Kalau tidak dilakukanmenjadi trial by commission dan itu sangsinya apa?

Sekali lagi ketentuan pidana Pasal 16 dikatakan bahwa 'setiaporang', sekali lagi negaranya tidak disebut. Jadi rancangan ini sangatmelakukan kriminalisasi tindakan perorangan dan negara seolah-olahbebas dari kesalahan apapun. Pasal 17 dikatakan sekali lagi bahwa 'setiaporang' dan Pasal 18 sekali lagi dikatakan 'setiap orang' dan Pasal 21dikatakan "Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud sebagai bab ini danoleh atas nama badan hukum (LSM) atau semacamnya". Tetapi kalau itudilakukan oleh Pejabat Negara, apakah Pejabat Negara badan hukum itubagi saya kurang jelas? Bagaimana kalau yang melakukan itu sesuatuyang sifatnya komunal, lalu siapa yang bertanggungjawab untuk tindakansemacam itu?

Jadi sekali-kali dalam sejarah pra-Indonesia dan Indonesia selalu diatas namakan komunal. Tetapi jelas ini adalah tindakan diskriminasi antirasialisme. Bagaimana kalau hal-hal itu terjadi apakah cukup dimasukkanke dalam KUHP sebagai tindakan kriminal biasa. Kalau itu dimasukkan keKUHP kemudian Undang-Undang ini sendiri tidak ada gunanya lagi danuntuk apa dibuat like specialist untuk ini? Kalau dimasukkan di dalamtindak kriminal biasa. Saya rasa itu catatan saya dan mungkin dari temansaya yaitu Ibu Eiga dan Ibu Silvana ingin menambahkan.

KETUA RAPAT:Kami persilahkan.

I.C.R.P (ELGA):Terima kasih atas kesempatan yang diberikan ini.Saya akan menambahkan 2 (dua) hal yang sebenarnya sejak

pertama tadi Pak Chandra mengatakan misalnya kalau kita melihatrancangan ini untuk ketentuan umum di poin ke-3 rumusan tentang Rasdan Etnis. Karena, ini memberi implikasi kepada Bab IV pasal 5 poin ke-3dan juga dalam penjelasan Halaman 12.

Ketika saya membaca ini ada kesan bahwa kita bukan hanya ragu­ragu tetapi ada ketakutan untuk menguraikan secara eksplisit tentang apayang kita maksudkan dengan etnis itu. Misalnya begitu, di sini kita jelasmencantumkan kepercayaan dan agama dalam bagian etnis.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 21: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

22

Padahal ketika kita menguraikan pasal-pasal berikutnya sampai kesoal penjelasan itu sama sekali tidak ada yang mengatakan ataumenguraikan tentang apa implikasinya dalam penghapusan diskriminasibila kita berhadapan dengan persoalan-persoalan pluralitas, agama ataukepercayaan, sebagaimana beberapa kasus yang sudah disampaikan tadi.

Oi Indonesia itukan sebenarnya riil tidak hanya 5 (lima) agamabahwa ada banyak agama yang hidup, yang berkembang dan bukanhanya berapa tahun yang lalu ada dan hidup berkembang di Indonesia danMasyarakat di Indonesia menganut agama itu termasuk yang namanyaagama-agama suku. Itu yang sama sekali tidak terurai, tidak tergambardalam pasal-pasal yang ada dalam RUU ini.

Pertanyaan saya adalah apakah relevan ketika RUU inimenempatkan agama dan kepercayaan itu pada poin etnis tanpa adauraian penjelasan yang lebih rinci tentang itu? Ataukan perlu karenakonteks kita di Indonesia justru persoalan agama dan kepercayaan iniyang sangat banyak masalahnya dan hampir setiap hari? Pasti Bapakllbutahu sekali kasus-kasus yang bukan hanya di Jakarta, di Jawa tetapi didaerah-daerah. Kalau kita Iihat itu, kalau kita amati itu ada sekian banyakkasus yang justru menampakkan bagaimana sebenarnya dinamikapluralitas agama dan kepercayaan yang kita bisa rasakan, bisa Iihat danmungkin ada Saudara kita yang di daerah-daerah yang lain. Karena inipoin tentang ini, saya pikir, saya menekankan memberi stressing lagibahwa ini sangat penting untuk dikaji kembali, kita coba melihat.

Yang dimaksudkan dengan implikasi itu tadi Bapak sudah mentiondengan Bab IV Pasal 5 poin ke-3 tentang kalimat di situ yang menjelaskan"penyelenggaraan tentang pendidikan nasional yang bermuatan pluralismedan penghargaan terhadap Hak Asasl Manusia. Kalau kita Iihat ke kehalaman 12 tentang penjelasan maka di sana menguraikan bahwa adaalinea yang paling akhir tentang Pancasila sebagai Oasar dan FalsafahNegara dan seterusnya. Kemudian ada kalimat di bawah 'karena itu untukmemantapkan penegakan serta perlindungan hukum yang berkaitandengan diskriminasi ras' ini saya kira ada kekurangan kata juga disinikarena seharusnya ada kata 'etnis'. Maka perlu ada suatu sistem hukumyang dapat menata kehidupan masyarakat bangsa Indonesia yang pluralis.

Kembali ke pertanyaan tadi, saya hanya ingin menekankan lagimengenai pemahaman kita tentang pluralis itu seperti apa dan konkritnyaseperti apa dan apa-apa yang masuk disitu dalam kaitan denganRancangan Undang-Undang ini. Ini perlu ada penekanan yang lebihkonkrit lagi dan saya membayangkan ketika nanti ini berhadapan denganperaturan-peraturan atau Perda-Perda misalnya yang sekarang dibeberapa daerah itu sedang marak. Saya tidak tahu misalnya fatwadiperhadapkan dengan RUU seperti ini, bagaimana implikasinya fatwa­fatwa yang ada. Apakah itu dari segi muatan dan implikasinya seperti apaketika kita berbicara tentang diskriminasi.

Terakhir juga seperti ini, beberapa waktu yang lalu kami di Yogyaada seminar tentang Laporan Penelitian yang dilakukan oleh I.C.R.Ptentang Eksistensi Departemen Agama. Kaji Ulang Departemen Agamadalam konteks kita sekarang. Oalam pertemuan itu, ada banyak hasil daripenelitian itu termasuk komentar-komentar dari peserta yang merasakanbahwa benar-benar fungsi Oepag itu tidak berjalan dengan baik karenamelakukan diskriminasi.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 22: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

23

Dalam arti, mengapa hanya mengakui 5 (lima) agama sementaradipihak lain ada pertanyaan kritis, apa memang kita dilndonesia ini butuhpengakuan Departemen Agama untuk beragama? Kemudian adapenjelasan dari Litbang Depag pada waktu itu bahwa sebenarnya itu kelirubahwa kita di Indonesia itu tidak hanya mengakui 5 (lima) agama tetapikita mengakui agama-agama yang lain juga. Ada beberapa poin agamayang menurut Undang-Undang itu menyebutkan beberapa nama agama.

Menurut Litbang Depag waktu itu bahwa selama ini kita keliru kalaumengatakan Pemerintah atau Negara hanya mengakui 5 (lima) agamakarena sebenarnya yang diakui itu lebih dari 5 (lima) agama. Ketikapertanyaan masuk pada, baik kalau memang benar seperti itu makanegara terhadap agama-agama yang ada dan hidup di Indonesia ini.Tetapi mengapa muncul kasus-kasus yang seperti dikatakan tadi mengapaorang tidak bisa menulis d~ KTP bahwa dia beragama Konghucu, I "

atau agama apa saja. Inikan salah satu contoh kecil dan belum lagi urusancatatan sipil dan lain-lain.

Jadi ini menurut saya pembohongan terhadap rakyat (publik). Jadibagaimana kita menempatkan ini dihadapan RUU seperti ini, sehinggasaya pikir perlu ada ketegasan yang benar-benar dari Pemerintah, Negarabahwa yang dimaksud dengan pluraliitas agama di Indonesia adalahpengakuan bukan hanya perlindunqan Tetapi saya setuju sekali kalauditambahkan kata 'menghormati' karena saya sendiri kalau melihat setiapkali dalam pasal-pasal ini bahwa pemerintah berhak melindungi warganegara. Ini kata-kata 'melindungi' terlalu mengandung unsur kekuasaan disitu. Jadi seolah-olah warga negara ini yang perlu dilindungi dan implikasikata 'dilindungi' luar biasa melekat dengan kekuasaan. Kalau sudahmelekat dengan kekuasaan ini makanya mungkin karena itu juga dalampasal-pasal ini tidak tergambar secara jelas. Sebenarnya kewajibannegara itu apa saja? Oleh karena faktor melindungi tadi. Warga negarasaja dilindungi, kalau kita bicara apa pastilah dilindungi tetapi melindungisepertiapa?

KETUA RAPAT:Ibu Elga, kalau bisa dipersingkat atau poinnya saja.

I.C.R.P (ELGA):Baik, terima kasih Pak.Jadi itu poin saya tentang yang terakhir tadi yaitu kata 'melindungi'

itu kalau dia hanya berdiri sendiri itu mengerikan untuk konteks kita diIndonesia dari banyak pengalaman. Sehingga perlu menambahkan,menghormati dan juga dalam penjelasan itu perlu lebih detail.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:Terima kasih. Ibu Eiga.Sebelum kita membuka sesi untuk para Anggota Dewan, Bapak dan

Ibu untuk memperdalam atau menambah atas penyampaian paraundangan. Saya akan mengenalkan Bapak Anggota Dewan yang barudatang yaitu dari partai Golkar adalah Drs. H. Wasman Prayitno.

Kami Persilahkan kepada para Anggota Dewan untukmenyampaikan. Baik bisa 2 (dua) menit Bu.

Silahkan

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 23: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

24

I.C.R.P. (SILVANA):Terima kasih Bapak atas kesempatan ini.Saya Silvana dari I.C.R.P. dan saya hanya mempunyai 2 (dua) poin

untuk menegaskan apa yang sudah disampaikan oleh kawan-kawan sayayang lain.

Pertama adalah berdasarkan observasi pribadi saya dan diskusidengan beberapa ternan. Kami mendapat kesan bahwa RUU ini ketikamendefinisikan ras, etnis dan sebagainya terkesan justru kurang pluralisdan multicultural, tidak berangkat dari konteks Indonesia yang sangatpluralis dan multikultural. Memang ada beberapa kali disebut kata'semangat pluralis' seperti yang sudah disebutkan oleh beberapa teman­ternan saya.

Satu contoh misalnya kalau kita mendefinisikan etnis secara luasseperti yang terdapat pada Pasal 1 Ayat (3) itu terlalu menyederhanakanseolah-olah masyarakat kita jika di ber-etnis A maka agamanya danseterusnya identik milik etnis itu. Ini berarti kita memahami identitas secaramonolitik, sementara kalau ini mungkin diterapkan di masyarakattradisional yang tertutup, mungkin di pedalaman barangkali ini masih bisa.

Tetapi sekarang sulit bagi kita untuk terus-menerus memakaipemahaman seperti ini karena masyarakat semakin plural dan semakinmultikultural. Tadi Romo Haryanto sudah menjelaskan contoh pribadinya,saya sendiri juga berayahkan Ambon, Ibu Sangir, saya lahir dan besar diBanyuwangi. Saya beragama kristen melakukan tradisi masyarkatBanyuwangi, Islam, NU, itu agak sulit mau mendefinisikan diri sayasebagai identitas yang monolitik. Sehingga saya pikir definisi mengenairas, etnis dan sebagainya harus diperjelas.

Kedua adalah kalau kita mau mencari dimana kasus-kasusdiskriminasi ras dan etnis. Kita juga harus mencarinya dari kasus-kasusyang lain, dalam arti diskriminasi ras dan etnis juga agama bertumpangtindih dengan hak-hak sipil yang lainnya. Seperti yang disampaikan olehbeberapa ternan saya yang terdahulu, hak dan akses seseorang atausekelompok orang terhadap pendidikan, terhadap naturalis resources,pengembangan ekonomi tenaga kerja dan lainnya.

Saya beberapa kali melakukan penelitian di Papua dan disanabanyak sekali terjadi diskriminasi yang bertumpang tindih. Ada diskriminasietnis, ada diskriminasi agama, ada diskriminasi hak ekonomi dansebagainya. Jadi saya pikir sebuah kajian yang menyeluruh mengenaidimana terjadi diskriminasi itu akan memperkaya isi RUU kita ini.Kemudian ternan-ternan saya tadi sudah memberi masukan mengenaiaspek perlindungan kepada agama. Saya juga ingin menekankan bahwaReligius civil right perlu diatur dan saya melihat ini tidak ada dalam RUUini.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:Terima kasih.Saya persilahkan kepada Pak Poo.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 24: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

25

F-PDIP (MURDAYA POO):Terima kasih.

Yang saya hormati kawan-kawan sekallan yang hadir di sini.

Saya hanya kebetulan minta maaf terlambat tetapi saya mendengarSaudari Rebecca tentang Kewarganegaraan. Kebetulan di samping sayaadalah Pak Patrialis itu banyak memberikan penjelasan soalkewarganegaraan dan kebetulan saya salah satu pimpinan di RUUKewarganegaraan. Jadi mungkin sebaiknya kalau bisa saya minta PakPatrialis untuk menjelaskan soal kewarganegaraan, baik itukewarganegaraan Indonesia asli atau tidak asli. Bapak Patrialis adalahsalah satu yang ikut merubah masalah kewarganegaraan di Undang­Undang Dasar 1945. Jadi kalau bolleh kepada Pak Patrialis untukmenjelaskan.

Silahkan.

F-PAN (PATRIALIS AKBAR, SH):Tidak apa-apa ini oleh-oleh untuk Saudara-Saudara kita. Kalau bisa

Ibu-ibu tadi dimana Ibu Rebecca? Sebetulnya perlu sekali biar merekamenjadi tokoh-tokoh kita.

Jadi saya ingin menjelaskan sedikit Pak Ketua dan Ibu-ibumasyarakat ini yang penting. Jadi di dalam Undang-Undang Dasar kita itusudah mengenai asal-usul warga negara. Asal-usul warga negara itu ada 2(dua). Yang menjadi Warga Negara Indonesia itu adalah

1. Bangsa Indonesia asli2. Bangsa-bangsa lain yang disahkan menjadi warga negara

berdasarkan Undang-Undang.

Jadi hanya 2 (dua) asal-usul itu, siapa itu bangsa Indonesia asli?Bangsa Indonesia asli itu adalah

1. Orang yang menjadi Warga Negara Indonesia yang tidak melaluiproses kewarganegaraan. Jadi kalau dia tidak melalaui proseskewarganegaraan maka berarti dia bangsa Indonesia.

2. Kalau ibunya sudah orang Indonesia, Bapaknya orang Indonesiamaka anaknya otomatis orang Indonesia.

Itu namanya bangsa Indonesia asli, mau darimana keturunannya,mau apa warna kulitnya, itu adalah bangsa Indonesia asli. Makannya sayatadi bilang sama ibu, ibu itu oarng Indonesia. Ibu punya hak, ibu yakinbahwa ibu itu bangsa Indonesia asli. Jadi misalnya kalau ada masalahmuncul di kelurahan mengatakan bahwa ibu bukan bangsa Indonesia, ibubisa protes. Kata DPR, saya itu bangsa Indenesia asli. Begitu ya. Itupenting.

Itu makannya kita sampaikan kepada teman-teman kita, kepadatetangga-tetangga kita yang satu, kebetulan juga keturunan. Ibu kita tanya,kita ini kan tidak ada yang minta dilahirkan kedunia ini sebagai apa.Sebagai kulilt putih, sebagai kulit hitam, sebagai kulit apa? Tidak ada kan.Kita ini kan takdir dilahirkan, iya tidak Pak, Pak Romo ya. Kita lahir kedunia ini ya lahir begitu. Itu penciptaan Yang Maha Kuasa kan. Mau jadiorang Indoensia, oarang Amerika. Jadi ibu, mulai hari ini harus yakin ya.Bahwa ibu harus yakin kalalu ibu bangsa Indonesia.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 25: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

26

Ibunya bangsa Indonesia tidak, bapaknya bangsa Indonesia tidak?Kalau bangsa Indonesia ya bangsa Indonesia. Apalagi sudah turun­temurun. Saya hanya mau memberikan keyakinan saja supaya jangan lagiada oarng merasa bahwa saya ini bukan orang Indonesia, begitu loh. Yaibu ya. Saya kira begitu saja Pak.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:Terima kasih. Kami persilahkan bu.

F-PDIP (Hj. ELVA HARTATI MURMAN, S.lp.,MM):Terima kasih Pimpinan.

Bapak-Ibu anggota Pansus yang saya hormati,Yang saya hormati Bapak-Ibu Narasumber.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.Saya untuk Majelis Ting,gi Agama Konghucu indonesia. Karena di

Negara Indonesia ini baru diakui 5 agama. Maka untuk agama yang lainjuga supaya dirancang undang-undang ini diadopsi menjadi Undanq­undang, juga didalam jiwa kita ini Rancangan Undang-Undang itu memanguntuk menghapuskan diskriminasi, Pak. oleh sebab itu kita mendukung.

Kedua, Aliansi Masyarakat AMAN dan Nusantara. Perkawinanmenurut adat, disana tidak ada surat nikah. Kemudian , akte kelahirananak, oleh sebab itu kita mengusulkan ke Pimpinan kita juga harusmengundang pihak Departemen Hukum dan HAM karena itu perlu BapakKetua, dalam hal ini pengadilannya yang kita ambil. KemudianDepartemen Dalam Negeri, dalam hal ini camat dan kelurahan. Agarupaya kita jelas dalam merancang Undang-Undang ini menjdai Undang­Undang. kemudian, perkawinan yang tidak dicatat di pengadilan sehinggaibu-ibu yang masyarakat yang Tionghoa yang miskin ini bisa kita bantumelalui Undang-undang ini. itu saja saran dari saya.

Terima kasih.Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:Terima kasih.Ada penanya berikutnya? Lady's first ya. Oh itu dulu silahkan.

F-PDS (Ir. APRI HANANTO SUKANDAR, M.DIV):Terima kasih.Kepada kita semuanya, yang saya hormati ternan-ternan, anggota

DPR beserta seluruh masyarakat Indonesia yang kami cintai.Jadi tadi saya tanggapi dulu Undang-Undang Kewarganegaraan

meskipun kita disini, tidak ada disitu saya. Bisa ibu-ibu ketahui bahwa diDPR sekarang 60% untuk Masa Sidang sekarang itu untuk membahasUndang-undang. datang pergi, datang pergi itu untuk memenuhi tugas­tugas yang lain. Seperti saya 4 (empat) Undang-undang mungkin yang lainlebih. Bukan sebenarnya DPR malas-malas datang. Jam 9.00 sudahdatang kemana-mana sampai malam juga bahkan Sabtu juga untuk kedaerah.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 26: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

27

Jadi untuk kewarganegaraan tadi, sebenarnya dibuat saja simple.Buat saja kewarganegaraan itu yang pertama keturunan. Kemudiankelahiran. Indonesia cenderung kelahiran saja lah, tidak usah keturunankalau keturunan-keturunan ini kan oarng bisa tafsir. Kamu keturunanmana? Kalau saya keturunan Jepang. Dan Indonesia ini berdasarkanketurunan jadi ini agak susah sekali. Harusnya dibuat tabel kelahiranseperti di Amerika. Bahkan ada, dulu waktu lahir anak saya, bagaimanakalau kita lahir di Amerika saja. ya kan karena faktor itu banyak juga iussoli sama ius sanguinis brand karena itu kalau dua negara tidak usahdiputer "jelimet" itu nanti multi tafsir. Belajar berdasarkan kelahiran, belajarberdasarkan keturunan. Indonesia menaganut faham berdasarkankelahiran. Lahir dimana itu yang jadi.

Kedua, mungkin terobosan kita lakukan juga bagaimana soal KTP.Ini kan simbol-simbol yang harus kita ini juga, itu kan ada simbol-simbioltentang etnis apa. Bahwa simbol tentang dia terlibat napol, parpol dulu.

Ketiga, agama. Maka itu kita buat saja lah bahwa itu pilihan-pilihanyang abstrak itu tidak usah terlalu ditonjolkan. Tetapi yang kita tonjolkanadalah nilai-nilai kemanusiaan. Kalau boleh juga di Pansus ini yang tidakusah ditonjol-tonjolkan perbedaannya. Karena disini kan bukan PansusAgama, disini kan Pansus Kemanusiaan. Itu saya ingatkan jangan bahassoal agama. Karena disini bisa multi tafsir. Jadi kalau tadi ibu-ibusampaukan, memang betul terjadi diskriminasi dimana saja. tapi apapun .tentunya etnis, agama, papapun juga ras. Tentunya kita bangga dengansemua itu sama kita. Itulah sang Pencipta dengan keajaibannya kan.Semua setuju untuk itu. Yang kita perjuangkan soal nilai-nilaikemanusiaan.

Teman-teman tadi di desa itu cukup merasakan juga ya. Kalauistilah-istilah China-China benteng istilah sin sei, saya juga baru tahuistilah itu di Jakarta karena saya ini lahir dan besar di Timur. Masuk keJawa ini saya banyak terperangkap juga. terlalu banyak perbedaan. Kalaudulu kita kuliah di kampus, kuliah juga banyak berketemu berbagai macametnis, agama biasa saja. makan di indekos kita punya makan apa sharingsama-sama. Kita bisa game sama-sama. Akhir-akhir ini saja lah bangsa initerpecah-pecah. Memang kita sedang mengalami, saya tidak tahu mudah­mudahan jangan grand design untuk memecah belah bangsa yang besarini.

Karena itu memang masukan-masukan dari teman-teman ini kamicatat dan mudah-mudahan ada bagian penulis kita ini yang sedangmencatat ini terlalu banyak masukan walaupun juga ada staf ahli yangpintar membahasakan itu. Sehingga pada waktu itu, kalau boleh juga adatampilan-tampilan layar disini. Poin begini langsung bisa diperbaiki nantiyang asli itu tetap haus dipertahanakan. Yang diperbaikai itu. Jadi ada 2(dua) copy. Yang asli harus tetap dipertahankan, yang perbaikan. Karenamemang juga keluar.

Usul saya ya, saya mungkin juga akan mensosialisasikan. Mungkinkita di daerah pemilihan kita buat semacam. Ini loh di DPR ada masukan­masukan dan kita bawa kesini. sehingga betul-betul pada waktu Undang­undang ditetapkan bukan hanya kita yang tahu dan teman-teman yangdatang kesini yang tahu, semuanya. Seperti kemarin teman-teman kita diGlodok sana saya bagikan. Loh kamu tidak boleh melanggar Undang­undang loh ada Pasal, oh begitu. Karena kapan-kapan datang ke sini kitaberdialog membangun bangsa ini.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 27: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

28

Karena itu bagi kami bahwa kalau boleh RUU ini saya ulang tidakterlalu dipermasalahkan lah soal perbedaan-perbedaan terutamamenyangkut agama. Tetapi yang kita ambil disini masalah-rnasalahkemanusiaan. Itu loh yang kita angkat. Itu ditempat sana ada mengalamiini, itu bagaimana. kalau boleh juga jangan hanya disini. Kalau boleh jugakita pergi berkunjung nanti tidak usahlah keluar negeri, disekitar ya diSunter dengan daerah kumuh. Enak juga menikmati hidup yang lebih riilkan. Kalau sekarang kita sudah tinggal di rumah yang sudah di settinguntuk tidak bergabung dengan yang itu. Karena itu saya usul untuk inikalau ada waktu, sabtu kah kita jalan-jalan kesana untuk bisa. Seperti Iburemi dengan teman-teman biar lebih manusiawi.

Terakhir, kita harus punya persepsi dulu dengan teman-teman yangdi Pansus ini kita kan berbeda Partai tetapi kita dapat memplatform lah.Platform bersama soal nllai-nilai kemanusiaan. Saya setuju Pak Akbar tadisoal tentang apa namanya. Ya begitu saja kita boleh sampaikanpertemuan ini. semoga pertemuan-pertemuan ini bisa bermanfaat buat kitakedepan.

Terima kasih Pak Ketua.

KETUA RAPAT:Terima kasih Pak Apri.Sekedar informasi minggu depan memang sudah kita jadwalkan ada

Rapat Intern juga dalam setiap rapat itu juga ada notulen dari Sekretariatmencatat, ini semua setiap ini ada rekamannya Pak.

Terima kasih dan kami persilahkan bu.

F-PG (Hj. TYAS INDYAH ISKANDAR, SH, M.Kn.):Terima kasih, Pimpinan.Selamat datang Ibu Ketua baru. Ketua Pansus baru. Gender ya.Ibu dan bapak-bapak beserta nara sumber dan undangan yang saya

hormati. Beserta rombongan. Beserta bapak, Ibu anggota Pansus yangsaya muliakan.

Terima kasih atas segala masukan. Saya mencatat ada 44 poinmasukan yang saya catat. Dan saya juga menggaris bawahi apa yangdisampaikan oleh Ibu Harianti. Jadi tambah binggung, yang sebelahnyaUstad. Ibu Eva. Ya Ibu Eva Hartati. Bahwa memang banyak pihak yangharus kita undang untuk klarifikasi. Saya sependapat bahwa nanti ada daricatatan sipil kependudukan maupun institusi lainnya.

Bapak, Ibu yang saya hormati, beberapa hal yang saya garisbawahiyang barangkali merupakan masukan yang harus kita realisasi dalam RUUini tentang hak sipil yang dianggap kurang lengkap tadi. Kemudian dariAMAN konfensi AINU 169 itu mungkin harus menjadi suatu konsideranmengingat itu kami sependapat. Kemudian yang paling penting adalahkeinginan untuk mencabut staatblad Belanda. Barang kali dengan inidicabut seluruh kesulitan ini barangkali bisa teratasi dengan baik. dan yangpaling penting adalah adanya sinkronisasi antara RUU ini dengan RUUcatatan sipil. Saya setuju dari ICRP dan saya berbesar hati karena disiniada teman-teman yang duduk di RUU Kewarganegaraan.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 28: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

29

Mudah-mudahan apa yang terekam ini langsung otomatis disanamasuk insert dalam pasal-pasal. Begitu ya Pak Patrialis ya. Mudah­mudahan itu menjadi catatan juga karena memang ternyata pada haripertama kita RDPU itu banyak hal yang kaitannya dengan RUUKewarganegaraan termasuk juga tentang catatan sipil tadi.

Selanjutnya, masalah perlindungan kepada masyarakat miskin yangsekarang ini diidentifikasikan sebagai perlindungan yang diskriminatifkarena ras atau etnis itu yang tidak mendapatkan haknya sebagaimasyarakat miskin. Ini juga menjadi perhatian kami.

Masalah berikutnya adalah tentang agama. Tadi disampaikan olehIbu Eiga dari Jogjakarta. Memang sejak awal saya berpendapat bahwamasalah agama ini suatu masalah yang sangat kompleks dan mungkinakan menimbulkan salah tafsir dan sangat debatable apabila ini masukdalam RUU ini. Ada masukan dari Provinsi Jawa Timur, waktu itumengatakan bahwa dititipkan kepada saya. Bahwa sebaiknya RUU initidak terlalu jauh masuk dalam masalah agama. Karena nanti akanmenimbulkan suatu kerancuan dan kita tidak selesai-selesai kalau kitabicara masalah agama. Selanjutnya adanya indikasi dari para nara sumbertadi bahwa tidak ada suatu sanksi dikenakan kepada Pemerintah ataupelaksana undang-undang ini bagaimana apabila mereka ini yangmelakukan diskriminasi. Itu juga kami catat dengan tulisan tebal.

Selanjutnya masih ada satu hal lagi yang mungkin ini juga menjadicatatan yang perlu kita perhatikan adalah salah satu lagi disampingPemerintah tadi adalah negara. Negara dan Pemerintah ini mungkin samabarangkali ini juga harus jelas disana apa saja kewajiban yang harusdilakukan oleh negara dan pemerintah. Barangkali itu beberapa catatandari saya. Ini sekedar suatu statement dari saya selama mendengarkansatu hari ini. Sejak pagi itu ada 44 poin masukan dan ini sudah dicatat olehTim Ahli kita dan itu nanti akan menjadi masukan pembahasan lebih lanjut.

Terima kasih Pimpinan.Wassalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

KETUA RAPAT:Wa 'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakaatuh.Silahkan, Pak.

F-PDIP (Dr. Drs. H. MOCH. HASIB WAHAB):Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.Selamat siang, Pak.

Terima kasih kepada Pimpinan. danYang terhormat ternan-ternan anggota PansusBapak-bapak, Ibu-ibu dari berbagai LSM.

Saya sedikit pertama-tama menyampaikan keprihatinan dengancerita dari Mba Rebeca yang dibawa mengungkapkan curhatnya danbeberapa masalah yang dihadapi warga Indonesia asli tapi keturunanChina. Jadi ini dirubah. Tadi Pak Patrialis sudah bilang warga Indonesiaatau Warga Negara Indonesia asli. Yang pertama saya tadi sudahbeberapa teman menyampaikan. Harapan saya kalau bapak-bapak tadi,Pak Romo dan Bu Masda. Ibu Masda ini saya bukan orang asing. Beliautokoh Muslimat NU jadi saya kenai sekali.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 29: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

30

Jadi minta tolong artikel atau tulisan-tulisan itu bisa semuanyadisampaikan tertulis sehingga kita punya. Jadi nanti kita punya dukungan,Pak. untuk itu saya mohon untuk, apa yang diusulkan dan disampaikantadi dicatat, ditulis dan disampaikan kepada kita semua.

Kemudian memang kita bicara masalah RUU Diskriminasi ini. inimemang kita bicara soal nilai-nilai, Pak. Memang bukan soal teknis ataubagaimana, ya sebagian besar kita bicara bagaimana batas-batas ataupenghapusan itu sendiri tentang diskriminasi. Jadi kalau tadi maslahkasus-kasus yang dikemukakan itu salah satu bagian dari contohbagaimana di Indonesia masih terdapat dan tumbuh kalau bisa terhapus.Oleh karena itu tadi sudah diceritakan kawan-kawan kalau bisa disini yangdi DPR ini berbicara beberapa Pansus maka tadi Pak Poo dan PakPatrialis, Pansus Kewarganegaraan. Disana sudah, saya juga anggotatetapi sekarang mantan, diganti. Jadi saya sudah ikut rnemperjuanqakandisana, Pansus Kewarganegaraan.

Prinsisp Kewarganegaraan Undang-undang itu harus menghapusdiskriminasi. Sarna dengan yang kita bahas didalam Pansus Diskriminasi.Nah, itu lah saya rasa ini sudah secara sinergi bahwa dari macam-macammaslah RUU yang digarap di DPR ini adalah semua bagaimana untukmuaranya menghapuskan diskriminasi. Baik itu di administrasikependudukan, Pansus Kewarganegaraan.

Ini semua muaranya adalah penghapusan diskriminasi. Karenadiskriminasi itu kalau kita lihat dekat sudah apalagi staatblad Belanda itumasih berlaku, itu sangat naif. Sehingga tidak, tadi Ibu Tias menyebutkanstaatblad. Memang harus begitu. RUU berjalan di dop otomatis disitu adaklausal semua peraturan staatblad tidak akan berlaku. Oleh karena itu,kalau kita Iihat staatblad bangsa kita terbagi 3 (tiga) memang. Dulu adabangsa Bumi Putera, kemudian bangsa., Ada tahta-tahta dan kelas-kelas,keturunan Belanda itu kelas satu, kelas dua adalah yang keturunan Asia,Jawa dan sebagainya. China atau Tionghoa itu kelas tiga. Orang Melayuseperti saya ini kelas tiga, itu ada di staatblad nomor 17, itu sudahdiskriminasi sekali oleh karena itu harus dihapuskan.

Saya setuju dengan pembicara terdahulu memang ini perjuangankita supaya ada penghapusan diskriminasi dan ras. Adapun soal isi dansubstansi dari RUU itu sendiri, inilah yang memang kita harapkan sepertitadi Pak Romo dan yang lainnya bagus sekali sangat bagus sekali, iniyang dicatat oleh Ibu Tyas 42 poin. Jadi bahan itu akan kita bahas didalam Pansus sehingga nanti bisa dapat.

Saya pikir itulah usul-usul saya, sekian dan terima kasih.

KETUA RAPAT:Terima kasih.Silahkan Pak Asfihani.

F-PD (Ir. ASFIHANI):Terima kasih Pimpinan.Yang pertama saya hormati Bapak-bapak dan Ibu-ibu Majelis Tinggi

Agama Konghucu Indonesia, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN)dan lain-lain. Jadi intinya kita mengundang Bapak-bapak dan Ibu-ibuadalah dalam rangka untuk menyerap aspirasi masyarakat.

Tadi sudah dicatat oleh Ibu dari Anggota Dewan ada 44 poin.Maksud saya begini, pada kesempatan yang baik ini kalau lebih dari 44 itu,

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 30: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

31

utarakan lagi apa permasalahan yang mendasar, karena kita dalam rangkabagaimana kita bisa menerima masukan dalam rangka supayasempurnanya RUU ini. Jadi kalau ada pemikiran lagi, mungkin tidakterbatas daripada Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang di depan, yang dibelakang juga, tolong utarakan apa kira-kira masukan supaya undang­undang ini dapat sempurna. Karena pada hari ini tidak ada kesimpulan dansebagainya, kita hanya menyerap. Apapun yang Bapak dan Ibu inginkanmemang itu masukan dari kita.

Kedua ada saya mendengar Ibu yang di belakang saya itu, adapenelitian masalah diskriminasi etnis di Papua. Itu juga tolong kalau bisakita diberikan kopiannya. Akan kita pelajari apa hasil dari penelitian itu.Mungkin ini juga masukan atau tambahan daripada bentuk daripadapenyempurnaan RUU ini. Mungkin itu Pimpinan yang bisa sayasampaikan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:Terima kasih.Silahkan pak.

F-PPP (H. HUSAIRI ABOI, Lc):Assalamu'alaikum Warahmatul/ahi Wabarakaatuh.Terima kasih Pimpinan.

Bapakllbu yang kami hormati.

Pertemuan kita hari ini mengundang Majelis Tinggi AgamaKonghucu Indonesia, ICRP yang dua lembaga ini berkenaan denganagama dan yang berkenaan dengan masyarakat dan anti diskriminasi. Dariapa yang kami dengarkan semuanya tadi mengenai definisi etnis ini, disitudibuat agama. Memang pertemuan rapat dengar pendapat umum ini,apakah ini dimasukkan dalam definisinya ataukah bagaimana, itu saja.Apalagi kata Ibu Tyas tadi pesan-pesan jangan sampai mengacuhkan ini.Sebab mungkin kita menilai agama yang kita anut ini ajarannya sudah dariatasnya, ini sudah tidak bisa dirubah-rubah. Tetapi perilaku ekonomi selaluberubah-ubah. Suku pun juga kemungkinan kalau sudah adanya sekianasimilasi mungkin sudah berubah juga. Tapi kalau soal agama biasanyatidak bisa dirubah. Karena itu minta pendapat khususnya dari Bapak­bapak dan Ibu-ibu sekalian.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:Terima kasih.Apakah dari anggota, Bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian ada yang

menambah?Kami persilahkan untuk d~jawab.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 31: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

32

I.C.R.P. (ROMO HARYANTO):Terima kasih.Untuk pertanyaan terakhir, untuk agama itu, menurut saya memang

etnis itu tidak perlu dikaitkan dengan agama. Oleh sebab itu RUU ini tidakmembicarakan mengenai agama. Kalau seandainya nanti diperlukanadanya undang-undang khusus untuk kebebasan beragama danberkeyakinan, itu akan menjadi undang-undang tersendiri sebagai lexspecialis lalu menjadi seperti terfokus karena tadi seperti dikatakan adabahaya nantinya terjadi pemahaman polarisasi. Semacam itu lamakelamaan akan menjadi semakin sulit mengingat bahwa Indonesia adalahmasyarakat yang terbuka, dan kalau sudah soal kawin mengawin, sayakira siapa yang bisa mengatur cinta ..

KETUA RAPAT:Terima kasih.Silahkan dari Matakhin.

MATAKHIN (CHANDRA SETIAWAN):Terima kasih plmpinan.Saya hanya ingin meluruskan, mengklarifikasi. Tadi ada Ibu Elva

Hartati sempat mengutarakan bahwa agama yang diakui di Indonesia ituada lima. Saya mohon sekali bahwa Anggota DPR tidak memasyarakatkanistilah itu. Karena memang tidak ada dalam perundang-undangan kita itutidak ada istilah agama yang diakui. Kalau agama pengkuan berarti kitamenurunkan derajat agama itu. Indonesia merdeka pada tahun 1945sebelumm tahun 1945 berarti di Indonesia tidak ada agama. Apakahkonsekuensi itu kita terima? Itu yang pertama.

Kedua, agama di dalam Undang-undang Dasar 1945 maupun diUndang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, itutidak bisa dikurangi dalam keadaan apapun, oleh siapapun. Jadi kita tidakbisa membatasi agama seseorang, negara hanya boleh mengaturpelaksaanaan dari ibadah itu. Tapi kalau agamanya, kebebasan berpikiratau keyakinan beragama itu hak yang tidak bisa dikurangi dalam keadaanapapun, oleh siapapun, itu tidak bisa dirampas.

Kalau Departemen Agama sekarang baru melayani 5 (lima) agamaberarti Departemen Agama belum berfungsi secara baik sesuai dengankonstitusi dan peraturan perundang-undangan, ini yang harusnyadipersoalkan oleh DPR agar Departemen Agama kita tidak hanyamengurusi atau membina 5 (lima) agama karena itu tidak sesuai denganUndang-undang Dasar kita dan undang-undang yang masih berlaku,Undang-undang Nomor 1 Tahun 1965 pun itu menyebutkan enam dandisebutkan didalam penjelasannya namun tidak berarti agama-agama lainyang diluar enam ini tidak dilindungi di Indonesia, yang lain-lain pun jugadilindungi.

Teman kami ada yang beragama Yahudi, penghayat kepercayaan,kita mohon betul kepada Anggota DPR yang terhormat jangan sampaimenggunakan istilah itu karena tidak sesuai dengan peraturan perundang­undangan dan kita bisa diskriminatif tanpa kita sadari.

Terima kasih.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 32: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

33

KETUA RAPAT:Baik.Memang topik hari ini adalah diskriminasi ras dan etnis. Barangkali

nanti mengenai agama mudah-mudahan mungkin ada RUU tersendiri.Terima kasih.Saya persilahkan dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).

A.M.A.N.:Terima kasih Pimpinan.Saya hanya ingin merespon soal perkawinan adat tadi dengan soal

pengakuan dari warga negaranya. Tadi sudah disebutkan oleh salah satuAnggota Pansus soal menjadi warga negara berdasarkan asas IusSanguinis atau Ius Soli dan ini menyangkut dengan pengakuan negara jadiada soal pengakuan politik ada soal pengakuan legal. Secara hukummungkin bisa saja ditetapkan orang itu adalah warga negara tetapipersoalannya sekarang apakah kemudian itu disertai dengan pengakuanpolitik. Misalnya kalau perkawinan adat secara legal tidak ditetapkan ataudiatur dengan jelas sebagai sebuah perkawinan yang dapat diakui makasemua pernyataan-pernyataan pengakuan politik tentang itu sebetulnyajuga tidak ada gunanya, karena ini menyangkut juga dengan soal menjadiwarga negara atau tidak. Jadi yang menjadi warga negara makaketurunannya juga warga negara. Tetapi kalau keturunannya tidak diakuibahkan sebagai orang yang jelas statusnya hanya karena perkawinan,artinya juga ketidakakuan kita terhadap perkawinan itu mempengaruhistatusnya dalam hal pengakuan politik bahwa dia warga negara. Jadi inidua hal yang sangat terkait karena yang harus dipertimbangkan adalahmengakui dia sebagai warga negara sekaligus harus mengakuimempunyai perkawinan. Karena orang Badui atau orang Cigugur itu jelas­jelas Ius Sanguinis atau Ius Soli itu sudah warga negara, tapi bilaperkawinannya tidak diakui dan status anaknya menjadi kabur artinyakemudian kewarganegaraannya juga diragukan.

Catatannya hanya itu saja untuk sementara ini.

KETUA RAPAT:Terima kasih.Kami persilahkan dari Lembaga Anti Diskriminasi Indonesia (LADI).

L.A.DJ. (REBECCA):Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami.Kami senang sekali atas hadirnya RUU tersebut, bisa menciptakan

cultural values untuk menghapuskan diskriminasi. Hanya masyarakat kitaini sudah dibangun oleh Belanda. Jadi kesadaran hukum, perbaikanhukum, adanya undang-undang untuk menghukum dan memenjara orangtidak cukup, harus cultural values-nya ltu yang diciptakan. Maka AMANduduk bersama MALTHAKIN maupun ICRP kombinasinya pada siang inisangat cocok sehingga undang-undang kita mendapat masukan yang jelasbahwa kita sama-sama drafting menuju kepada cultural values untukmenghormati perbedaan.

Sedikit memang dari kami mitos-miitos bahwa orang India itu harusorang yang beragama Budha, kalau orang Tionghoa itu harus beragamaKonghucu dan harus orang kaya. Begitu orang Tionghoanya tidak kaya,tidak dianggap Tionghoa.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 33: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

34

Kemarin di Hotel Sangrila INTI untuk pelantikan pengurus baru bisa500 juta hanya untuk makan, sementara Tionghoa-Tionghoa miskin iniuang 10 ribu saja susah mencarinya, ini masukan untuk INTI juga. Karenaorang Indonesia Tionghoa kalau kaya itu baru Tionghoa, kalau tidak kayabukan Tionghoa. Jangankan dikatakan pribumi lainnya, Ibu Cim Po Liekemudian Mo Moi itu adalah kawin campur, saya hanya menambahkanbahwa ketika dia bekerja menjadi pengumpul sampah kering, satukilogram hanya Rp. 250,- satu hari 10 kilogram.

Jadi sehari dia hanya mendapat Rp. 2.500,- untuk makan, karenabuta huruf dan dari dulu anak-anaknya juga meninggal dari 11 meninggal 6karena sangat tidak bergizi zaman itu di Tegal Alur dan Zaman sekaranganaknya 1 terkena polio. Ncim Po Lie di juga tidak perlu jual, dia pikirbiarkan saja dan tidak ada urusan. Jadi orang Tionghoa yang backwardbiar kita semua matanya terbuka.

Dia tidak tahu reformasi, bahwa UUD 1945 sudah diamandemenempat kali, dia juga tidak tahu. Jadi perlu ada LSM yang menjelaskanmereformasi, kalau tidak, komunitas Tionghoa ini cita-citanya hanya jadipedagang. Tidak pernah dia mengerti undang-undang berbangsa danbernegara. Bahwa saya tidak tahu, selama ini kegiatannya yangmenjelaskan kepada orang Tionghoa miskin itu bagaimana dan saya yakinorang Tionghoa miskin seperti saya ini banyak daripada yang kaya. OrangTionghoa itu kaya ltu tidak perlu sekolah, tidak perlu apa-apa, pokoknyamencari uang. Ini sangat kasar, seperti lukisan hanya cat minyak yangpaling pertama sketsa, tidak ada kehalusan budi pekerti dari orangTionghoa.

Maka dari itu Bapak dan Ibu, bukan kami bilang orang Tionghoa itumalas seperti yang dituduhkan selarna ini, tapi mereka kasar, budipekertinya itu tidak mengerti bahwa undang-undang itu perlu, hak asasimanusia itu apa, konsep itu sarna sekali kosong. Diajarkan kepada merekabahwa mereka perlu membantu sesamanya temannya yang tidak mengertisurat-surat, mereka tidak mengerti kenapa mereka yang harus bekerjamenjelaskan kepada teman-temannya mengenai hal itu.

Pong Chu Woo misalnya, itu RT/RW-nya sudah tidak ada di rumahyang di Mangga Besar, sudah digusur. Dia juga sudah lelah ke RT danRW. Sebagai orang Tionghoa yang miskin atau kaya harus pakai makelar.Yang miskin pokoknya sudah didiskriminasi. Jadi belum apa-apa sudahdidiskriminasi makanya saya malas, itu saya bilang kamu iniketerlambatan, makanya susah sekali, bukan karena didiskriminasi,mungkin mereka tidak semudah itu mendiskriminasi kami.

Kamu harus mengerti makanya kamu harus ikut penyuluhan, bahwakamu terlambat puluhan tahun KTP tidak punya, bahkan seumur hidup adayang tidak punya KTP, KK, dia juga tidak perduli, dia bilang tidak adawarisan untuk anak cucu saya. Saya bilang kalau kamu menang kuis tidakada KTP untuk ambil uangnya, dia juga berpikir modal usaha juga perlu diBank pakai KTP.

Jadi orang Tionghoa miskin itu kasat budi pekertinya kemudianBapak yang tadi katakan itu orang Tionghoa miskin itu sedangdiperjuangkan juga mengalami dipersulit karena itu sumber KKN palingdirasakan oleh Tionghoa miskin, mungkin Tionghoa kaya untuk bikinpaspor atau apa, dikira orang Tionghoa itu pasti punya uang untuk diperastapi pada policy diskriminasi ini yang paling dirugikan adalah pada China

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 34: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

35

miskin karena China miskin ini tidak punya uang tapi dia dianggap China.Jadi dia harus membayar itu.

Rt-Rw nya waktu itu bilang begini, kalau mau pindah agama keIslam dia bilang "gimana yah KTP kok pindah ke agama Islam, ini agamayang palijg baik kok malah kamu mau pindah". Jadi Rt-Rw nya tidak punyapendidikan. Jadi perlu ada pendidikan politik kepada Rt-Rw, dia tukangojek pak, begitu. Jadi dia tidak ngerti dia mendiskriminasi, bahwa ini hakasasi manusia untuk mendapatkan akte lahir. Dia bilang, pokoknya keluarkata-kata "ya sudah 5 juta".

Rt-Rw ngomong 5 juta, ya ibu-ibu yang seperti ini kagetkan dia. Daripuluhan tahun dia tidak bikin akte lahir, dia pikir 5 juta uang dari mana.Terus yang ini, dua ini dia kawin campur, dia juga diminta SBKRI daripihak suaminya. Saya mau mengatakan mengenai pemerintah adalah disamping Rt-Rw nya seperti itu, catatan sipil saya mau ceritakan, oh IbuRebecca kita sudah handed over, dia bilang ke saya. Saya sudah hand off,tidak mau memberikan introduction latter untuk memberikan katapengantar. Ibu Rebecca sendirilah yang ke pengadilan ngomong, kalautidak pakai SBKR boleh apa tidak. Catatan sipil tidak mau menerima tidakada juklak.

Untuk kawin campur dia bilang, itu harus tetap berdasrkan si ayah,tidak bisa berdasarkan ibu. Padahal jumlah yang kawin campur itusedemikian banyak di China Benteng pak, dan saya pikir kakak sayadengan ipar saya juga kawin dengan orang Jawa. Kawin campur memangdia ada surat kawin tapi kalau orang miskin begini tidak ada surat kawin.Jadi memang betul-betul ini adalah orang yang perlu kita tolong.

Saya tadi memfokus kepada catatan sipil maupun Rt-Rw yang justrumelakukan seperti itu perlakuannya. Apa yang undang-undang ini bisalakukan untuk memberikan pendidikan. Justru birokrasinya yang begitu,yang justru secara sengaja memarginalisasi suara-suara seprti ini. Dengansemikian masih pakai tuduhan-tuduhan bahwa mereka tidak nasionalis,males untuk membuat sural. Padahal pada orang Tionghoa dia diperassehinggakarena dia diperas, dia enggan.

Beda pak dengan orang pribumi, saya dengar bikin KTP maupunakte lahir, pribumi juga diperas Rt-Rw. Saya pikir ada kesamaan tapibedanya pada Tionghoa itu harganya jauh lebih mahal, syarat-syaratnyalebih ruwet. Bisa tidak kita ini mendapatkan perlakuan yang sarna dalamhal seperti itu terutama pada keterlambatan akte lahir karenaargumentasinya akte lahir adalah bukti kewarganegaraan yang otentik,bukan SBKRI.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:Insya Allah mudah-mudahan bisa Bu Rebecca, apa yang ibu

sampaikan. Pak Poo mau menyarnpalkan, silahkan.

INTERUPSII.C.R.P. (ROMO HARYANTO):Saya tadi berbicara mengenai diskriminasi yang dilakukan oleh

lembaga yah, lembaga pubic. Mungkin anggota DPR yang terhormatbelum mengadakan pengecekan, pemeriksaan bagaimana prosedurpenerimaan mahasiswa di universitas-universitas negeri. Jadi di sana jelasada diskriminasi, yang diterima bukan karena dia pintar tetapi karena etnistertentu ditolak dan seterusnya. Saya rasa DPR berhak untuk melakukan

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 35: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

36

pemeriksaan untuk menunjukan bahwa yang saya katakan tadi, bahwadiskriminasi justru dilakukan oleh lembaga-Iembaga resmi buka pertamakali oleh perorangan.

KETUA RAPAT:Sebentar Pak Poo.Saya cuma mau jelaskan, kita sudah ada jadwal untuk perguruan

tinggi. Nanti pada Februari kita ada jadwal, yang kita undang adalahUndip, UI dan lainnya.

Silahkan pak.

F-PDIP (MURDAYA POO):Rebecca, saya minta perhatian yah.Hanya ini kebetulan satu informasi yang sangat menyenangkan,

semalam kami ada rapat RUU Kewarganegaraan dengan Menteri Hukumdan HAM. Jadi kebetulan Pak Sudharmono bekas Wakil Presiden wafat,saya bersama-sama Pak Hamid di rumahnya Pak Sudharmono.

Jadi masalah soal kewarganegaraan memang sekarang itu harusdilaksanakan dengan lebih modern, lebih simple lebih baik. Sayabicarakan hal ini dengan Pak Hamid tidak boleh terlalu konservatif, jamansudah berubah dan lain-Iainnya banyak berubah. Kalau Indonesia maumaju harus semua dibuat yang simple, keadaannya sangat ruwet sekalisoal kewarganegaraan ini.

Beliau mengatakan sama saya, saudara Poo, ini juga hal yang ruwettapi sekarang saya buat simple. Contoh, banyak sekali ratusan ribupenduduk Indonesia di Malaysia sudah 30 tahun lebih lahir di sana dantidak punya kewarganegaraan. Jadi mereka juga kesulitan sekali untuksekolah, untuk mendapatkan hak dan lain-Iainnya sulit sekali. Saya tanya,apa yang Bapak lakukan? Sudah sekarang saya kasih saja warga negara,toh mereka pada statusnya warga Indonesia, dan itu bagaimana. Bukanhanya itu saja. Oi Saudi Arabia dan di negara-negara Arab banyak sekaliratusan ribu.

Jadi mereka sekarang, Menteri, Pak Hamid akan memberikankemudahan. Jadi hanya untuk itu coba tanyakan pada Pak Hamid, tulissurat berdasrkan pembicaran saya ini sehingga segera diberikan tanpabanyak repot-repot karena ratusan ribu. Saya tanyakan sama Pak Hamid,kalau 300 ribu bagaimana Pak Hamid? Ya sekarang baru berapa puluhribu, saya berikan secepat mungkin karena menolong mereka. Merekaadalah manusia dan mereka punya status sebagai warga negara. Itu sajainformasi ini.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:Masukan yang bagus Pak Poo.Tolong dipersingkat bu.

I.C.R.P. (ELGA):Satu hal saja, saya kembali soal agama karena saya tadi bicara soal

itu. Saya berterima kasih sekali dengan Bu Tyas, tadi mencatat dengandetail sekian banyak poin. Antara lain soal agama yang jugasudah lebihditekankan.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 36: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

37

Jadi begini, kalau yang saya dapat kesan tadi adalah ada semacamketakutan dari kita untuk membicarakan soal agama dalam konteks ini.Oke baik, tentu itu realistis yah artinya, tetapi lebih realistis lagi kalau kitalebih terbuka dan memberanikan diri untuk membicarakan ini ataumembuat semacam ini khusus tentang agama. Artinya begini, ini benar­benar real konteks kita di Indonesia, bahwa itu nanti terpisah darirancangan ini seperti yang diusulkan oleh Romo Hari, saya kira lebih baikdaripada kita mencantumkan aspek kepercayaan dan agama dalam RUUini tetapi ternyata kita tidak membahas itu dalam suatu rancangan ini.

Seperti yang sudah kita singgung tadi yah dalam poin ketiga tentangetnis, kita mencantumkan itu, tetapi ternyata tidak ada uraian lebih lanjut.Jadi usul konkret adalah kalau memang kita tidak akan mencampurkan itudalam RUU ini berarti kata "agama" dan "kepercayaan" yang ada dalambutir 3 itu lebih baik dihilangkan. Implikasi dari itu dalam poin-poinberikutnya juga lebih baik dihilangkan tetapi tetap ini menjadi hal pentingyang perlu dipikirkan, dikaji oleh Ibu-Bapak sebagai anggota DPR karenaini benar-benar merupakan konteks real kita sehari-hari.

(L.A.D.1. REBECCA):Bisa usul sedikit pak, melanjutkan yang tadi.Dari kami ingin memberikan masukan.

KETUA RAPAT:Maaf Bu, saya belum "iya" atau "tidak", sebentar bu. Tolong kalau

bisa 1 menit. Silahkan.

(L.A.D.1. REBECCA):Kami hanya lupa tadi memasukan supaya Rt-Rw ini tidak korupsi,

kami hanya usulkan ada APBD pak, Anggaran Belanja Daerah masukkepada berapa orang Rt-Rw yang menguruskan KTP penduduknya.Supaya dengan demikian encourage penduduk urban poor terutama untukmemiliki KTP karena bukan hanya Tionghoa, yang pribumipun semua diTegal Alur tidak punya KTP dan daerah-daerah yang kami dampingi ituusulan dari UNICEF pak, bukan dari kami. Kami hanya titip saja supayaAPBD itu mudah-mudahan mengurangi KKN dan pemerasandiskriminasinya itu.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:Terima kasih masukan dan saran yang telah diberikan dari para

undangan, Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia, Aliansi MasyarakatAdat Nusantara, Lembaga Anti Diskriminasi Indonesia, IndonesianConference of Religion dan Peace. Sebelum penutupan barangkali adayang mewakili untuk kata-kata akhir. Siapa yang bisa mewakili.

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI

Page 37: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170615-112807-1836.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat paniti,a khusus

38

I.C.R.P. (MUSOAH MULlA):Terima kasih.Kami dari ICRP dan ternan-ternan dari LADI, AMAN, dan

MATAKHIN ingin menyatakan terima kasih banyak pada DPR. Kamiberharap bahwa upaya untuk memperjuangkan terwujudnya Undang­undang Anti Diskriminasi Ras dan Etnis betul-betul bisa terlaksana padatahun ini juga. Satu hal juga yang ingin saya sampaikan mupungberkesempatan bicara bahwa upaya-upaya eliminasi, diskriminasi dalamberbagai hal memang salah satunya adalah dengan mewujudkan sebuahundang-undang yang anti diskriminasi tetapi upaya-upaya lain misalnyadalam bentuk reformasi budaya juga sangat penting. Ini perlu dilakukanmelalui pendidikan, apakah itu pendidikan formal maupun non-formal. Iniperlu digalakan.

Terakhir juga perlunya dari interpretasi agama, semua agamasupaya menghilangkan unsur-unsur diskriminatif di dalam ajarannya. Sayakira itu, atas nama kami semuanya, atas nama masyarakat LSM danorganisasi kemasyarakatan yang lain juga menyatakan terima kasihsebanyak-banyaknya dan semoga DPR berhasil, bravo DPR.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:Terima kasih.

Saudara-saudara PimpinanSaudara anggota Pansus; sertaUndangan yang kami hormati

Dengan demikian seluruh rangkaian Rapat Dengar Pendapat UmumRUU tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis pada hari ini sudahkita selesaikan, atas ijin saudara-saudara sekalian saya mengucapkanalhamdulill/ahirabbillalamin. Rapat Pansus saya nyatakan ditutup.

RAPAT OITUTUP PUKUL 12.05 WIB

Jakarta, 26 Januari 2006

a.n. KETUA RAPATSEKRETARIS RAPAT

F~~

Ora. PRIMA M.B. NUWANIP. 210001466

ARSIP D

AN MUSEUM D

PR RI