dewan perwakilan rakyat republik...

43
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS DPR RI RANCANGAN UNDANG·UNDANG TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI Tahun Sidang Masa Persidangan Sifat rapat 2004-2005 I Terbuka Rapat Kerja Jenis rapat Hari, tanggal Waktu, pukul Tempat 7 September 2004 14.40 WIS Ruang Rapat Komisi VI I Gedung Nusantara I Pemerintah Deng an Ketua Rapat IPING SOEMANTRI Pembahasan DIM Anita Soekardjo, SH ANGGOTA DPR RI Ac a ra Sekretaris Rapat Had i r KETUA (IPING SOMANTRI): Assa/amua/aikum Warahmatul/ahi Wabarakatuh, Yang terhormat Menakertrans beserta jajarannya, Rekan-rekan Anggota Komisi VII yang sangat saya hormati. Daftar hadir di meja Pimpinan yang sudah menandatangani sudah 27, dengan demikian skors saya cabut, Rapat Kerja kita mulai lagi. Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca Kesimpulan Keputusan Rapat Kerja yang kemarin hari Senin tanggal 6 September 2004, sebagai berikut: 1. DIM Nomor 115 disetujui berbunyi, pasal 11 · Galon pekerja berhak mendapatkan pendidikan dan pelatihan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. 2. DIM Nomor 116 diserahkan kepada Panja berbunyi: 1. Pendidikan dan pelatihan bagi pekerja dimaksudkan untuk : a. memberi pengetahuan dan pemahaman tentang situasi, kondisi, adat istiadat, resiko dan bahasa yang dari pekerja; b. Catatan, penambahan kata budaya, agama dan etos kerja; c. Memberi keterampilan bagi pekerja dalam mengerjakan pekerjaan yang akan dilakukan di negara tujuan bekerja; dan d. Memberi pengetahuan dan pemahaman tentang hak dan kewajiban pekerja; 2. Pendidikan dan pelatihan dilakukan paling singkat 30 hari; 3. Penyelenggara bertanggung jawab mengembangkan materi dan metode pendidikan dan pelatihan; ARSIP DPR RI

Upload: others

Post on 31-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT

PANITIA KHUSUS DPR RI RANCANGAN UNDANG·UNDANG TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA INDONESIA

DI LUAR NEGERI

Tahun Sidang Masa Persidangan Sifat rapat

2004-2005 I Terbuka Rapat Kerja Jenis rapat

Hari, tanggal Waktu, pukul Tempat

7 September 2004 14.40 WIS Ruang Rapat Komisi VI I Gedung Nusantara I Pemerintah Deng an

Ketua Rapat IPING SOEMANTRI Pembahasan DIM Anita Soekardjo, SH ANGGOTA DPR RI

Ac a ra Sekretaris Rapat Had i r

KETUA (IPING SOMANTRI): Assa/amua/aikum Warahmatul/ahi Wabarakatuh, Yang terhormat Menakertrans beserta jajarannya, Rekan-rekan Anggota Komisi VII yang sangat saya hormati. Daftar hadir di meja Pimpinan yang sudah menandatangani sudah 27, dengan demikian

skors saya cabut, Rapat Kerja kita mulai lagi. Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

Kesimpulan Keputusan Rapat Kerja yang kemarin hari Senin tanggal 6 September 2004, sebagai berikut:

1. DIM Nomor 115 disetujui berbunyi, pasal 11

· Galon pekerja berhak mendapatkan pendidikan dan pelatihan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan.

2. DIM Nomor 116 diserahkan kepada Panja berbunyi: • 1. Pendidikan dan pelatihan bagi pekerja dimaksudkan untuk :

a. memberi pengetahuan dan pemahaman tentang situasi, kondisi, adat istiadat, resiko dan bahasa yang dari pekerja;

b. Catatan, penambahan kata budaya, agama dan etos kerja; c. Memberi keterampilan bagi pekerja dalam mengerjakan pekerjaan yang akan

dilakukan di negara tujuan bekerja; dan d. Memberi pengetahuan dan pemahaman tentang hak dan kewajiban pekerja;

2. Pendidikan dan pelatihan dilakukan paling singkat 30 hari; 3. Penyelenggara bertanggung jawab mengembangkan materi dan metode

pendidikan dan pelatihan;

ARSIP D

PR RI

Page 2: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

4. Secara khusus penyelenggara memberikan akses pendidikan dan pelatihan yang lebih baik kepada pekerja perempuan;

5. Penyelenggara dilarang mempekerjakan ca/on pekerja dari masa pendidikan dan pe/atihan;

Catatan: substansi disetujui namun perlu dilihat rumusan pasal-pasal mengenai pelatihan rumusan Pemerintah. Mengenai waktu akan dikaji kembali.

DIM Nomor 117 Panja berbunyi, Materi dan isi pendidikan dan pe/atihan harus mendapat persetujuan dari badan penyelenggara. Badan penyelenggara bertanggung jawab terhadap pengawasan dan pengembangan materi pendidikan dan pelatihan. Catatan, mengenai istilah badan penyelenggara, konkordan dengan pasal-pasal

sebelumnya. DIM Nomor 118 Panja berbunyi, Pasal 21, Penyelenggara wajib memper/akukan ca/on pekerja, bekerja secara manusiawi dan menempatkannya di tempat penginapan yang layak selama mengikuti pendidikan dan pelatihan. Standard tempat penginapan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah atau Peraturan Menteri. Catalan: Peraturan Pemerintah disarankan menjadi Peraturan Menteri. DIM 119 Panja berbunyi, Pelatihan kerja harus memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. DIM Nomor 120 Panja berbunyi, Pasal 43, Ca/on TKI memperoleh pengakuan konpetensi kerja setelah mengikuti pelatihan kerja yang dise/enggarakan lembaga pe/atihan kerja sebagaimana yang dimaksud dalam pasa/ 42 dalam bentuk Serlifikat Kompetensi dari lembaga pe/atihan yang telah terakreditasi oleh /embaga yang berwenang apabila Ju/us dalam Sertifikasi Kompetensi Kerja. DIM Nomor 121 Panja berbunyi, Pasal 44, LPPPKS dilarang menempatkan TKI di /uar negeriyang tidak Ju/us da/am Serlifikasi Kompetensi Kerja. DIM Nomor 122 Panja berbunyi Ca/on TKI yang sedang mengikuti pelatihan dilarang untuk dipekerjakan. DIM Nomor 123 disetujui berbunyi "Bagian ketiga masa tunggu". DIM Nomor 124 Panja berbunyi, Pasal 46, (1). LPPPKS dapat menampung ca/on TKI sebelum pemberangkatan; (2). penampungan dapat dilakukan se/ama ca/on TKI mengikuti pendidikan dan pelatihan,

pengurusan dokumen atau pemeriksaan kesehatan; (3). selama masa penampungan LPPPKS wajib memperlakukan ca/on TKl!TKI secara

wajar dan manusiawi; (4). ketentuan mengenai standard tempat penampungan dan /amanya waktu

penampungan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri. DIM 125 Panja berbunyi, Pasal 47, Dalam ha/ ca/on TKI yang akan dipekerjakan pada pengguna perorangan memerlukan penampungan dalam rangka pelatihan dan atau pengurusan dokumen atau pemeriksaan kesehatan. Maka lamanya penampungan tidak boleh melebihi jangka waktu 3 bu/an sejak masuk penampungan. Catatan: untuk memperkaya pasal 21. DIM 126 Panja berbunyi, Ketentuan mengenai penyelenggaraan pelatihan kerja oleh lembaga pe/atihan kerja bagi ca/on TKI dan Serlifikasi Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud dalam pasa/ 42 dan pasal 43 sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

I')

ARSIP D

PR RI

Page 3: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

DIM 127 disetujui, Paragraf Keempat Pemberian Kesehatan dan Psikologi. DIM 128 Panja berbunyi, Pasal 49, Pemeriksaan kesehatan dan psikologi bagi ca/on TKI dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat kesiapan psikis serta kesesuaian kepribadian ca/on TKI dengan pekerjaan yang akan dilakukan di luar negeri. DIM Nomor 129 Panja berbunyi, Pasal 50,

(1). Setiap ca/on TKI harus mengikuti pemeriksaan kesehatan dan psikologis yang diselenggarakan sarana kesehatan dan lembaga yang menyelenggarakan pemeriksaan psiko/ogi yang ditunjuk oleh Pemerintah;

(2). Ketentuan mengenai penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan dan psikologi bagi ca/on TKI dan rujukan sarana kesehatan dan lembaga yang menyelenggarakan pemeriksaan psikologi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur /ebih /anjut dengan Peraturan Presiden.

DIM 130 panja berbunyi, LPPPKS dilarang menempatkan TKI di luar negeri yang hasil pemeriksaan kesehatan dan psiko/ogi menyatakan yang bersangkutan tidak sehat. DIM 131 berbunyi, "harga prima pengurusan dokumen". DIM 132 Panja berbunyi, Untuk dapat ditempatkan di luar negeri ca/on TKI wajib memiliki dokumen yang meliputi:

a. kartu tanda penduduk, ijasah pendidikan terakhir, akte kelahiran atau surat keterangan kenal /ahir;

b. surat keterangan status perkawinan, bagi yang telah menikah melampirkan copy buku nikah;

c. surat keterangan ijin suami atau istri, ijin orang tua atau ijin wali; d. sertifikat kompetensi kerja; e. surat keterangan yang menyatakan sehat berdasarkan hasi/ pemeriksaan

kesehatan dan psikologi; f. paspor; g. visa kerja; h. perjanjian penempatan TKI; i. perjanjian kerja; j. kartu tenaga kerja /uar negeri.

DIM 133 Panja berbunyi, Paragraf Keenam Pemberangkatan. DIM 134 Panja berbunyi:

1. penyelenggara bertanggung jawab atas : ke/engkapan dan keaslian dokumen perjalanan maupun dokumen kerja, pekerja yang diberangkatkan

2. segala biaya keamanan keselamatan dan kenyamanan transportasi yang digunakan mulai dari tempat penginapan sampai di tempat bekerja akan tinggal dan bekerja.

Catatan: Rumusan Pemerintah kalau memungkinkan dimasukkan. DIM 135 Panja berbunyi,

1. LPPPTKS wajib memberangkatkan TKI ke luar negeri yang telah memenuhi persyaratan kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 sesuai dengan perjanjian penempatan;

2. LPPPTKS wajib melaporkan setiap memberangkatkan ca/on TKI kepada Perwakilan Republik Indonesia di negera tujuan penempatan;

3. Pemberangkatan TKI ke luar negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilaksanakan melalui tempat pemeriksaan lmigrasi yang terdekat.

Catatan: ayat (2) Draft DPR akan ditampung. DIM Nomor 136 Panja berbunyi,

1. LPPPKS wajib mengikutsertakan TKI yang diberangkatkan ke luar negeri dalam program asuransi.

2. Jenis program asuransi yang wajib dikuti oleh TKI sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Peraturan Menteri.

ARSIP D

PR RI

Page 4: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

Catatan: Jenis asuransi apa saja yang akan diikuti oleh TKI, asuransi di negara tujuan perlu diatur siapa yang bertanggung jawab mengurusi asuransi.

DIM 137 Panja berbunyi, 1. LPPPKS wajib mengikutsertakan TKI yang akan diberangkatkan ke luar negeri

da/am pembekalan akhir pemberangkatan; 2. Pembekalan akhir pemberangkatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dimaksudkan untuk memberikan pembeka/an bagi TKI guna memahami kondisi kerja, budaya, kebiasaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara TKI ditempatkan;

3. Pembekalan akhir pemberangkatan dilaksanakan oleh Pemerintah; 4. Ketentuan mengenai penyelenggaraan pembekalan akhir pemberangkatan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ayat (2) dan ayat (3) diatur /ebih lanjut dengan Peraturan Menteri

Catatan: Letak disesuaikan dengan sistematika. DIM 138 Panja berbunyi, bagian ketujuh masa penempatan TKI. DIM 139 Panja berbunyi,

1. Setiap TKI wajib melaporkan kedatangan di /uar negeri kepada Perwakilan Republik Indonesia di negara TKI ditempatkan;

2. Kewajiban untuk melaporkan kedatangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bagi TKI yang bekerja pada pengguna perseorangan dilakukan oleh LPPPKS.

Catatan: Pengguna perseorangan yang melaporkan ke KBRI adalah pengguna itu sendiri. DIM Nomor 140 Timus berbunyi, LPPPKS dilarang menempatkan TKI di luar negeri yang tidak sesuai dengan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan perjanjian kerja yang disepakati dan ditandatangani TKI yang bersangkutan. Catatan: sudah dimasukan dalam pasal sanksi. DIM Nomor 141 Panja berbunyi, Pemerintah wajib menyediakan pos-pos pelayanan pemberangkatan dan pemulangan TKI di pelabuhan yang dilengkapi dengan fasilitas yang memadai. Catatan: dibahas dengan pasal 74, 75 dan 76. DIM Nomor 142 Panja berbunyi, bagian kedelapan puma penempatan TKI. DIM Nomor 143 Panja berbunyi,

(1). Pemulangan TKI terjadi karena: a. berakhirnya masa perjanjian kerja; b. pemutusan hubungan kerja sebelum masa perjanjian kerja berakhir; c. negara penempatan TKI terjadi perang dan bencana a/am; d. mengalami kecelakaan kerja yang mengakibatkan tidak bisa menjalankan

pekerjaannya lagi; e. meninggal dunia di negara penempatan; f. cuti; g. deportasi oleh pemerintah setempat; atau h. hal-hal lain se/ain huruf a sampai huruf g.

DIM Nomor 144 disetujui berbunyi, (2). Dalam ha/ TKI meninggal dunia di negara tujuan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) huruf e penyelenggara berkewajiban: a. memberitahukan tentang kematian TKI pada keluarganya paling lambat 3 x 24

jam sejak diketahuinya kematian tersebut; b. mencari informasi tentang sebab-sebab kematian dan memberitahukannya

kepada pejabat Perwakilan Negara Republik Indonesia dan anggota ke/uarga TKI;

c. memulangkan jenazah TKI ke tempat asal dengan cara yang layak serta menanggung semua biaya yang diperlukan termasuk biaya penguburan sesuai dengan tata cara agama TKI yang bersangkutan;

d. mengurus pemakaman di negara tujuan penempatan TKI atas persetujuan pihak keluarga TKI atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku di negara yang bersangkutan;

ARSIP D

PR RI

Page 5: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

sanksi

e. memberikan perlindungan terhadap seluruh harta milik TKI untuk kepentingan anggota keluarganya.

DIM 145 Panja berbunyi, (3) Dalam ha/ terjadi deportasi sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) huruf g

Perwakilan Negara Republik Indonesia bekerjasama dengan badan nasional perlindungan dan penempatan yang akan meneruskannya kepada Pemerintah Kabupaten/Kota daerah asal TKI yang bertanggung jawab terhadap kepulangan TKI.

Catatan: Sadan Nasional perlindungan dan penempatan konkordan. DIM 146 Panja berbunyi,

(1) setiap TKI yang ditempatkan di luar negeri wajib melaporkan kepulangannya kepada Perwakilan Republik Indonesia di negara TKI ditempatkan;

(2) /aporan bagi TKI yang bekerja pada pengguna perseorangan dilakukan oleh LPPPKS.

DIM 147 Panja berbunyi, (1) pengurusan pemulangan TKI dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab dari

LPPPKS kecuali bagi TKI yang memperpanjang perjanjian kerjanya sebagaimana dimaksud pasal 61;

(2) pengurusan pemu/angan TKI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dimulai dari negara TKI ditempatkan sampai dengan pulang ke daerah asal;

(3) pengurusan kemulangan TKI sebagaimana dimaksud da/am ayat (1) dan ayat (2) meliputi ha/: a. pemberian kemudahan atau fasilitas kepulangan TKI; b. pemberian fasilitas kesehatan bagi TKI yang sakit dalam kepulangan; c. pemberian perlindungan terhadap TKI dari kemungkinan adanya tindakan

pihak-pihak lain yang tidak bertanggung jawab yang dapat merugikan TKI dalam kepu/angan.

DIM 148 Panja berbunyi, (1) dalam ha/ kepulangan TKI disebabkan TKI meninggal dunia sebagaimana dimaksud

pasa/ 73 ayat (1) huruf e LPPPKS berkewajiban: a. memberitahukan ha/ kematian TKI kepada keluarga atau ahli warisnya dalam

waktu 3 x 24 jam; b. melakukan pengurusan dan melaksanakan pemulangan jenasah TKI ke

tempat asal dengan cara yang layak, serta menampung semua biaya yang diperlukan termasuk biaya penguburan sesuai dengan tata cara agama TKI yang bersangkutan;

c. mengurus pemulangan semua hak-hak TKI yang seharusnya diterima; d. memberikan perlindungan atas seluruh harta benda milik TKI yang

bersangkutan untuk kepentingan ke/uarga atau ahli warisnya; e. mencari informasi sebab-sebab kematian dan melaporkan kepada Perwakilan

Republik Indonesia setempat dan instansi Pemerintah Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dimana TKI yang bersangkutan terdaftar sebagai pekerja.

(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud diatur lebih /anjut dengan Peraturan Menteri.

DIM 149 Panja berbunyi, BAB VII PERLINDUNGAN TKI. DIM 150 sampai DIM 157 Panja Catatan : pasal 25 DPR untuk dicermati setiap perlindungan harus ada pengawasan dan

DIM 158 Panja berbunyi, BAB VII PERJANJIAN KERJA Catatan: dijadikan BAB tersendiri dengan judul BAB PERJANJIAN KERJA. DIM Nomor 159 sampai dengan 171 Panja, pasal-pasal DPR dan Pemerintah akan

diakomodir.

Demikianlah rekan-rekan Anggota Komisi VII, Bapak Menteri yang saya hormati, Kesimpulan Rapat kemarin tanggal 6 September 2004. Sebelum saya tawarkan kepada Pak

ARSIP D

PR RI

Page 6: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

Menteri barangkali ada koreksi dari rekan-rekan Komisi VI I. Kai au be I um sempat mengoreksi barangkali membaca.

Kami persilakan Pak Menteri.

PEMERINTAH: T erima kasih, Ketua dan para Anggota yang saya hormati. Selamat berjumpa. Di pasal 75 memang kemarin juga saya belum memberikan penjelasan lebih rinci lagi. DIM

147 Pengurusan kepulangan TKI dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab dari LPPPKS kecuali bagi TKI yang mengubah sendiri perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 61. Jadi sebaiknya tanggung jawab Pemerintah sebab kalau LPPPKS kita tahu selama ini kan jadi masalah itul pada waktu pemulangan baik sudah sampai di Indonesia Saya mengusulkan untuk dipertimbangkan dan dibawa ke Panja yaitu bukan menjadi tanggung jawab LPPPKS tapi disitu menjadi tanggung jawab Pemerintah itu satu.

Terus yang kedua, mengenai perpanjangan perjanjian kerja. Disini mesti kita atur lagi, ada ayat terkecuali TKI informal atau penatalaksana rumah tangga. Seperti yang pernah saya jelaskan apabila mereka perpanjang dari 2 tahun menjadi 2 tahun lagi, itu juga bisa menjadi masalah sosial karena mereka punya suami, mereka wanita, mereka punya keluarga dan lain sebagainya. Kalau sampai 4 tahun di berbagai negara ini masalah sosial bisa timbul. lni yang saya khawatirkan, jadi kita tambah ayat bahwa TKI terkecuali nanti Redaksi akan kita samakan TKI yang informal atau penatalaksana rumah tangga setelah kontrak selesai kembali ke tanah air. ltu sesuai dengan KEPMEN 104A karena pengalaman kami kalau dia terlalu lamaitu akan timbul masalah sosial. Saya sarankan sebaiknya penatalaksana rumah tangga kontrak 2 tahun kembali ke Indonesia setelah bertemu ke keluarganya, kalau dia ingin kembali lagi baru kita urus lagi.

Demikian, Pak Ketua. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Menteri. Untuk DIM 147 pasal 75 ada perubahan. Tanggung jawab yang semula LPPPKS

disarankan untuk menjadi tanggung jawab Pemerintah. Kemudian yang kedua, tambah 1 ayat kurang lebih berbunyi terkecuali TKI informal untuk penatalaksana rumah tangga setelah kontrak selesai kembali ke tanah air dan kedua tambahan ini dibahas di Panja khususnya masalah Redaksionalnya.

Dapat kita sepakati? Setuju. Masih ada koreksi lagi Pak Menteri? Tidak ada, cukup? Baiklah Bapak Menteri dan rekan-rekan sekalian sesuai dengan rencana hari ini kita akan

membahas DIM-DIM yang belum selesai terbahas. Berawal dari DIM 172 Buku terakhir tanggal 3 September 2004 halaman 86 berbunyi, konsep DPR ini, BAB VIII PENYELESAIAN PERSELISIHAN DAN BANTUAN HUKUM. Bagian 1, Penyelesaian Perselisihan.

Kami persilahkan Pak Menteri, barangkali ada?

PEMERINTAH: Judulnya saya sepakat dengan DPR, yaitu BAB VIII PENYELESAIAN PERSELISIHAN

DAN BANTUAN HUKUM. Saya sepakat dengan DPR.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Menteri. Kita putuskan untuk disetujui. DIM 173 pasal 31, Perselisihan ketenagakeryaan adalah perse/isihan mengenai hak dan kepentingan antara pekerja dengan majikan, atau pekerja dengan penyelenggara, atau pekerya majikan dan penye/enggara. Dari konsep rumusan baru Pemerintah pasal 87: (1) Dalam ha/ teryadi sengketa antara TKI dengan LPPPKS mengenai pelaksanaan

peryanjian penempatan maka kedua be/ah pihak mengupayakan penyelesaian secara damai dengan cara bermusyawarah;

ARSIP D

PR RI

Page 7: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

(2) Oaf am ha/ penyelesaian musyawarah tidak tercapai maka sa/ah satu atau kedua be/ah pihak dapat minta bantuan instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagaketjaan di Kabupaten/Kota, Provinsi atau Pemerintah.

Demikianlah untuk DIM 173 masih sangat terkait dengan DIM-DIM berikutnya. Kami persilakan barangkali ada semacam penjelasan tambahan dari Pak Menteri kenapa

jadi 2 ayat. Kami persilakan, Pak.

PEMERINTAH: Terima kasih Pak Ketua. Pasal 31 saya lihat DIM DPR saya bisa menyepakati. Di sana kan 'perselisihan

ketenagaketjaan' ini kan sengketa. Jadi ketenagakerjaan barangkali kita akan sesuaikan Redaksionalnya adalah perselisihan mengenai hak dan kepentingan antara TKI dan majikan atau TKI dengan kita konkordan dengan yang di depan itu. Saya kira tidak ada masalah.

Terus yang kedua, dalam hal terjadi sengketa antara TKI dengan mengenai perjanjian penempatan, ini kan setelah pasal 31 Pak. Jadi pasal 31 itu oleh DPR menjelaskan cara perselisihan, kalau Pemerintah sudah langsung TKI dengan LPPPTKS bagaimana dan seterusnya. Saya kira bisa saja Pasal 31 itu kita sepakati tinggal redaksional dan lain sebagainya kita bawakan ke Panja. Nan ti setelah itu kita melihat di antara Pasal 32 dan Pasal 87, dalam hal perselisihan antara pekerja dan majikan, ada itu. Di sini juga begitu, dalam hal terjadi sengketa antara TKI dan mengenai pelaksanaan perjanjian dan lain sebagainya. Jadi menurut saya Pasal 87 kita kawinkan dengan Pasal 32.

Terima kasih, Pak Ketua.

KETUA PANSUS (IPING SOMANTRI): Terima kasih, Pak Menteri. Untuk DIM 173 prinsipnya ACC punya Dewan, konsep Dewan dengan catatan untuk istilah

pro .... konkordan disesuaikan nanti dengan TKI kalau memang sudah ada kesepakatan. Kemudian Pasal 87 Pemerintah 1, 2, disambungkan atau dikombinasikan dengan Pasal dari Dewan. Sudah barang tentu kalau mau digabungkan penyusunan redaksi selanjutnta dipanjakan.

Bagaimana rekan-rekan Anggota Komisi VII?

FRAKSI PDIP (BAGIADA): lnterupsi Pimpinan. Sebelum dilanjutkan kami ingin bertanya saja perihal perselisihan. Kalau dilihat dari pasal­

pasal yang diatur kalau di sini sepertinya kalimat perselisihan itu lebih dari satu pasal yang mengatur. Kemudian penjelasan dari perselisihan itu apakah sudah diatur di dalam ketentuan umum? ltu pertanyaan kami.

T erima kasih.

KETUA PANSUS: Baiklah, sebagai catatan pertanyaan Bapak Giada adalah definisi perselisihan itu sendiri.

Apakah sudah dimasukkan di dalam ketentuan apa tidak? Saya kira jadi catatan saja kalau memang sudah ada tidak ada masalah, kalau belum kita sarankan untuk dimasukkan tetapi pembahasan bisa dilanjutkan. Baiklah. (tolong dicatat ya)

Silahkan, ibu.

FRAKSI REFORMASI (NURDIATI AKMA): Terima kasih. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Saya sedang membuka-buka yang tadi Pimpinan baca hasil kemarin. Saya tidak

menemukan usulan yang saya kemukakan kemarin tentang agama dari tenaga kerja dimana dia boleh melaksanakan ibadah sesaui dengan agamanya. Dan kemudian yang kedua dia boleh menolak pekerjaan yang tidak sesuai dengan aturan agamanya.

Kemudian juga satu, bahwa penempatan tenaga kerja itu nanti juga diperhitungkan masalah agama tempat dia bekerja. Artinya supaya tidak terlalu menyimpang.

Terima kasih.

7

ARSIP D

PR RI

Page 8: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

KETUA PANSUS: Baiklah. Sebetulnya pada DIM 116 ada catatan penambahan kata budaya, agama dan etos kerja,

ini sudah barang tentu redaksinya kita sesuaikan. Masalah yang dinyatakan oleh lbu Nur tentang kebebasan melaksanakan kewajiban agamanya memang belum saya temukan ini.

Baiklah, tolong sekretariat catat ulang apa yang diserahkan oleh Bu Nurdiati Akma, dan disisir nanti kira-kira ditempatkan dimana. Tapi betul saya ingat ibu menyarankan seperti itu. Baiklah kita, tolong jangan lupa lagi, tolong dicatat nanti kita sisipkan di pasal-pasal yang ada setelah di Panja. Terima kasih, Bu Nur.

Baiklah rekan-rekan sekalian kita menginjak ke DIM 174 Pasal 32 berbunyi, (1) Dalam ha/ terjadi perse/isihan antara pekerja dan majikan pada saat pekerja masih

berada di negara tujuan pekerja perwaki/an penyelenggara danlatau atase ketenagakerjaan pejabat perwakilan negara Republik Indonesia wajib mengupayakan penyelesaian sengketa itu menurut hukum negara tujuan pekerja.

(2) Dalam ha/ terjadi perselisihan antara pekerja dan majikan pekerja sudah berada di Indonesia penyelenggara wajib menyelesaikan menurut hukum Indonesia atau hukum di tempat pekerja.

(3) Dalam ha/ terjadi perselisihan antara pekerja dengan penyelenggara perse/isihan itu dise/esaikan di pengadilan perselisihan hubungan industrial pada pengadilan negeri.

(4) Dalam ha/ terjadi perse/isihan antara pekerja, majikan dan penyelenggara penye/esaian menurut ketentuan hukum Indonesia atau ketentuan hukum negara tujuan.

(5) Dalam ha/ terjadi kesulitan teknis atau formalitas jika terjadi persengketaan antara pekerja dengan majikan yang mengakibatkan tidak diterima atau ditolaknya pekerja penyelenggara bertanggung jawab atas gugatan pekerja tersebut.

Kemudian untuk konsep rumusan baru Pemerintah, Dalam ha/ penyelesaian secara damai tidak tercapai penye/esaian dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Demikianlah DIM nomor 174, dimana DIM ini masih berkait dengan DIM-DIM draft

Pemerintah pada DIM 175, 176 dan 177. Barangkali ada penjelasan singkat Pak Menteri sebelum saya tawarkan kepada rekan­

rekan Anggota Komisi VII, Pak Menteri.

PEMERINTAH: Terima kasih, Pak Ketua. Saya kira istilah-istilah nanti konkordan saja Pak. Dan redaksional kita bicarakan di Panja

seperti pekerja di negara tujuan pekerja berarti dia sudah ada di sana nanti. Kita juga bawa Ahli Bahasa. Tapi yang nomor tiga (3) ayat (3), ayat (3) itu di-drop karena UU 22/2004 itu berlaku terhadap mereka yang dalam negeri dalam industri, jadi tidak perlu adanya ayat (3) itu Dalam hal terjadi perselisihan antara pekerja dengan penyelenggara perselisihan itu diselesaikan di pengadilan perselisihan hubungan industrial dan pengadilan negeri, sedangkan yang lain saya kira tidak ada masalah tinggal kita sesuaikan saja, Pak Ketua.

Terima kasih.

KETUA PANSUS: Terima kasih, Pak Menteri. Substansi dari tanggapan Pak Menteri masalah DIM 17 4 pain 1 ,2,4 dan 5 dapat disetujui

substansinya, redaksi diperbaiki. Sedangkan tiga dalam kurung [(3)] di-drop. Demikianlah tanggapan dari Pemerintah, kami persilahkan rekan-rekan barangkali ada pendapat atau bagaimana atau kita ke panjakan saja sesuai saran Menteri 3 di-drop, 1,2,4,5 kita perbaiki redaksinya.

Silahkan.

FRAKSI PDIP (REKSO HERMAN): Terima kasih, Pimpinan.

ARSIP D

PR RI

Page 9: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

Saya setuju dengan apa yang dikatakan Pak Menteri bahwa pasal-pasal DPR-RI ini memang lebih komprehensif. Kalau dari Pemerintah kelihatannya terlalu luas gitu lo, kalau di sini lebih mendetail.

Mengenai usulan Pak Menteri agar ayat (3) ini di-drop, justru ini menjadi petunjuk mungkin bahwa kalau terjadi ini itu harus diselesaikan, kata perselisihan tidak ada ini pengadilan hubungan industrial, cukup pengadilan hubungan industrial. Saya kira ini lebih mengacu seperti itu, sebab orang nanti ragu-ragu apakah perselisihan perburuhan juga ditangani oleh pengadilan hubungan industrial, maka dengan ada data ini yang berada di dalam undang-undang ini maka lebih jelas buat buruh migran ini juga dilaksanakan oleh pengadilan hubungan industrial.

T erima kasih.

KETUA PANSUS: Terima kasih, Pak Herman. lntinya khusus untuk tiga dalam kurung [(3)] masih tetap relevan. Kami persilahkan barangkali Pak Mur.

FRAKSI TNl/POLRI (MURYONO ALADIN): Terima kasih, Ketua. Jadi saya juga mendukung apa yang disampaikan Pak Menteri bahwa kalau hal ini sudah

diatur di UU lain saya kira tidak perlu dimasukkan. lni saja sebagai catatan di ayat (5) istilahnya persengketaan. Jadi untuk Panja mungkin kalau kita ganti position mungkin disesuaikan dengan persengketaan. Dan kemudian saya sarankan pasal dari rumusan Pemerintah mungkin bisa dimasukkan bisa digabung menjadi satu ayat, karena ini yang terakhir penyelesaian secara damai. Jadi digabungkan antara draft DPR dengan draft Pemerintah.

Terima kasih.

KETUA PANSUS: Silahkan, Bu Mariani.

FRAKSI PG (MARIANI AKIB): Terima kasih, Bapak Pimpinan. Pak Menteri yang saya hormati. lni kebetulan mau bertanya Pak Menteri, Apakah di dalam selama ini yang kita pakai itu

hukum yang berlaku yang ada di luar negeri itu, atau hukum, memang kita belum punya hukum tetapi yang mana yang kita pakai selama ini kalau ada ini, apakah saya tidak tahu tetapi di sini ada legal draft saya kira ada dalam satu pasal itu bisa tidak berlaku hukum Indonesia dan hukum luar negeri. ltu pertanyaan untuk kita masuk ke dalam ini supaya nanti kita akan sepakati. Jadi ada satu masalah yang diselesaikan di dalam hukum luar negeri atau hukum dalam negeri, kita mesti tegaskan dalam persoalan yang mana yang akan kita pakai nantinya.

Selama ini bagaimana itu Pak Menteri apakah kita memakai hukum luar negeri atau ada hukum yang mengikat dari Indonesia yang ada hubungannya dengan itu?

KETUA PANSUS: Terima kasih sudah ada 3 penanya, yang pertama nomor tiga masih relevan untuk kita

drop. Yang kedua Pak Mur Pasal 88 Pemerintah minta diadopsi supaya pas. Saya kira cukup baik, tetapi nomor. 3 nya minta di-drop juga dan yang ke-3 pertanyaan dari Bu Mariani.

Kami persilahkan Pak Menteri.

PEMERINTAH: Terima kasih. Saya mulai dari Pak Mur itu Pasal 88 kita memang usulkan supaya masuk di Pasal 32 ini

karena ini nanti ayat terakhir Pak, ayat terakhir. Yang kedua pertanyaan lbu Mariani kalau luar negeri berlaku undang-undang di luar negeri tidak perlu undang-undang kita. Jadi semua permasalahan akan diselesaikan berdasarkan ketentuan dan undang-undang yang berlaku di negara itu, seperti di Arab Saudi ya UU Arab Saudi, UU Kuwait ya Kuwait, UU Yordania ya Yordania. Tetapi semuanya ini nanti kita harapkan ada MoU yang kita buat bagaimana penyelesaiannya yang harus dilakukan di sana. Dan yang ketiga mengenai apa yang disampaikan

n

ARSIP D

PR RI

Page 10: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

oleh Pak Herman, UU 2/2004 prosesnya itu kan bipatrit dulu terus nanti mediator, konsilator. Saya kira tidak tepat kalau kita menyelesaikan sengketa dari TKI, tidak tepat menurut kami.

Terima kasih.

KETUA PANSUS: Terima kasih Pak Menteri. Masih ada? Silahkan.

FRAKSI PDIP (REKSO HERMAN): Saya lupa pasalnya, di dalam UU 2/2004 bahkan kalaupun dengan pihak asing terjadi

perselisihan di Indonesia maka hukum atau UU No. 2/2004 berlaku bahkan dengan pihak asing yang berada di Indonesia. Kalau itu tidak diberlakukan untuk apa undang-undang itu dibuat waktu itu. Undang-undang dibuat ini supaya ada acuan bagaimana menyelesaikan perselisihan hubungan industrial. Kalau tidak mau pakai apa kita, kalau ini tidak dimasukkan, PPHI tidak dimasukkan, 2/2004 tidak dimasukkan bagaimana perselisihan itu dilaksanakan, bagaimana cara penyelesaiannya. Dan, untuk apa UU 2/2004 itu diberlakukan, akan diberlakukan bukan sudah diberlakukan. Akan diberlakukan pada tanggal 15 Januari 2005, mudah-mudahan.

KETUA PANSUS: Silahkan, Bu Aisyah.

FRAKSI PG (AISYAH HAMID): T erima kasih. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Dari Pasal 32 Ayat (1), tadi Pak Menteri sudah menjelaskan bahwa apabila terjadi

perselisihan maka pekerja dan majikan apabila bekerja di negara tujuan maka itu memakai hukum tujuan bekerja. Kemudian pejabat perwakilan negara Republik Indonesia wajib mengupayakan penyelesaian sengketa tersebut. Pertanyaan saya untuk upaya penyelesaian oleh Perwakilan RI itu yang harus bayar siapa, Pak? Apakah pekerja atau juga dibayar oleh Pemerintah. Sebab saya khawatir kalau pekerja yang harus bayar mana punya uang dia Pak. Dan itu juga yang saya tanyakan untik Ayat (2), Ayat (4) dan (5).

Terima kasih, Pak.

KETUA PANSUS: Terima kasih Bu. Kami persilahkan Pak Menteri untuk kedua kalinya.

PEMERINTAH: Selama ini yang membiayai Pemerintah, Bu. Pemerintah yang membiayai jadi artinya kita

akan bentuk tim advokasi di negara itu mereka yang ngurus sampai selesai. Kalau khususnya Arab Saudi di Riyadh itu ada yang namanya KUKW. KUKW itu yang menyelesaikan semua sengketa antara majikan dengan TKW kita. Jadi kalau mereka lari datang ke KBRI, dari KBRI akan ditampungdi KUKW di sana itu ada polisi, segala macam ada di sana. Jadi setiap majikan yang tidak menyelesaikan mereka panggil ke KUKW. Kebetulan Arab Saudi oleh Rajanya memerintahkan bentuk itu KUKW baik di Riyadh maupun di Daman. Mungkin ini kita akan sosialisasi kepada negara lain juga supaya sama yang dilakukan KUKW. Singkatan apa tidak tahu saya. ltu Bahasa Arab, itu hanya singkatannya KUKW.

KETUA PANSUS: Dari Pak Herman apa tidak ditanggapi? Yang kedua.

FRAKSI PDIP (REKSO HERMAN): Jadi begini. Kita di mengingat juga tidak dicantumkan, 'kan ada di sana undang-undang apa-apa-apa

di sana. Dan kita juga tidak mencantumkan UU No. 2/2004 di situ. Dan persisnya ini dia bukan semacam hubungan industrial karena bagaimanapun si TKI ini berselisih dengan majikan. Kalau dia selisih dengan PJTKI di sini atau badan itu nanti perdata nanti, misalnya uang gajinya tidak dibayar kita minta bayar, dia kalau perkosa segala macam penyelesaiannya di luar negeri. Yang di

ARSIP D

PR RI

Page 11: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

sini itu diselesaikan adalah mereka yang di sana gaji tak dibayar ternyata karena kelakuan PJTKI, itu akan mereka kita minta bayar. Jadi masuk kepada wilayah perdata. Menurut kami tidak perlu dimasukkan UU No. 2/2004.

Terima kasih, Pak Herman.

KETUA PANSUS: Terima kasih. Saya kira kalau demikian kita bisa sepakati dan lanjut ke pasal berikutnya. Kita melihat

DIM 175, 176, 177.

PEMERINTAH: Pak Ketua, lni tidak perlu di-drop saja. Sebab nanti ada di Pasal 86, akan diatur oleh Peraturan

Menteri nanti. Jadi ini tidak diperlukan. Terima kasih, Pak Ketua.

KETUA PANSUS: Terima kasih. Kalau demikian kita lanjut ke DIM 179, Pasal 33, (1) Setiap pekerja berhak memperoleh bantuan hukum. (2) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan dalam ha/ pekerja

menjadi korban atau pelaku suatu tindakan pidana pada saat melakukan pekerjaan. (3) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab

Pemerintah atau badan penyelenggara. (4) Tanggung jawab Pemerintah atau badan penyelenggara sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) meliputi honorarium penasehat hukum, biaya transportasi, biaya perkara atau upaya diplomatik.

Untuk rumusan Pemerintah (1) Perlindungan selama masa penempatan TKI di luar negeri dilaksanakan meliputi di

antara lain: pemberian bantuan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara TKI ditempatkan.

(2) Pembelaan atas pemenuhan hak-hak sesuai dengan perjanjian kerja danlatau peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara TKI ditempatkan, dalam rangka perlindungan TKI.

(3) Ketentuan mengenai pemberian perlindungan selama masa penempatan TKI di luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur /ebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Kami persilahkan Pak Menteri, barangkali ada penjelasan tambahan.

PEMERINTAH: Terima kasih, Pak Ketua. Atau kita sandingkan antara DPR dan Pemerintah. Pasal 33, Setiap pekerja berhak atau

TKI berhak memperoleh bantuan hukum. Sedangkan dari Pemerintah, perlindungan selama masa penempatan TKI di luar negeri dilaksanakan meliputi diantara lain. Jadi kalau bisa di antara Pasal 33, 82 kita sesuaikan mulai ayat (1) itu dan seterusnya, di ayat (1) Pasal 3 nya kita gunakan ayat (1) yang milik Pemerintah Pak, Bantuan hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan dalam hal pekerja menjadi korban atau apa, ini bisa kita masukkan Pak. Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab Pemerintah atau badan penyelenggara. lni kita masukkan juga. Jadi kawinkan antara Pasal 82 dan Pasal 83 dan saya sarankan dipanjakan.

Terima kasih.

KETUA PANSUS: Terima kasih, Pak Menteri.

11

ARSIP D

PR RI

Page 12: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

lntinya digabungkan. Formulasinya antara konsep Pemerintah dan konsep Dewan. Conteh poin satu dari Pemerintah misalnya poin tiga langsung dari Dewan, dan seterusnya penangannya oleh Panja.

Silahkan.

FRAKSI PBB (BONDAN MADJID): Saya hanya menanya begini Pak, perlindungan selama masa penempatan TKI di luar

negeri dilaksanakan meliputi antara lain, karena ini Pasal oleh karena itu jangan sampai kita buat sesuatu yang tidak tegas. Mestinya meliputi a, b, c, d, e, f, mana yang dimasukkan itu. kalau antara lain masih ada yang lain masih ada yang lain dimana itu?

T erima kasih.

KETUA PANSUS: Terima kasih, Pak Bondan. Masih ada? Kalau tidak ada langsung saya kembalikan kepada Pemerintah. Kami persilahkan.

PEMERINTAH: Justru itu Pak Bondan, kita bawa ke Panja kita diskusikan di sana, mana yang paling baik

kan itu Pak. T erima kasih Pak Bond an.

KETUA PANSUS: Saya kira terjawab Pak Bond an. Bagaimana kalau kita sepakati semuanya dikombinasikan

dirampungkan di Panja. Setuju?

(KETOK PALU 1 X)

Mari kita menginjak ke Pasal 34 DIM 180 dari Dewan. Pemerintah dan penyelenggara serta penye/enggara bertanggung jawab untuk memberikan informasi mengenai masalah yang dialami oleh pekerja pada saat bekerja kepada anggota keluarganya yang bersangkutan. Kami persilahkan Pak Menteri, setuju atau bagaimana tentang DIM 180 ini.

PEMERINTAH: Terima kasih, Pak Ketua. Pemerintah itu ada yang belum dibahas di hak dan kewajiban TKI, belum dibahas Pasal 7

menurut tata urutnya Pemerintah. Setiap calon TKI mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk dan seterusnya termasuk masalah informasi.

T erima kasih Pak Ketua.

KETUA PANSUS: Baiklah jadi DIM 180 ini sebetulnya ada di Pemerintah yang belum dibahas. Apakah kita

panjakan maksudnya nanti tempatnya terserah sistematika atau bagaimana Pak Menteri?

PEMERINTAH: Jadi sesuai dengan kesepakatan kita, kita bahas saja apa yang DPR punya, nanti selesai

kita bahas lagi yang belum dibahas DIM nya Pemerintah. Setelah itu seperti yang saya katakan kemarin nanti kita akan menyusun ulang mulai dari sistematikanya dan lain sebagainya. lni seperti informasi mau kita tempatkan di BAB berapa dan seterusnya, kita bawakan saja ke Panja.

Terima kasih.

KETUA PANSUS: Baik. Jadi 180 substansinya diterima, kita bawakan ke Panja. Bisa dilanjut?

FRAKSI PG (MARIANI AKIB): Pak Menteri yang saya hormati,

i ')

ARSIP D

PR RI

Page 13: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

Jadi kita tentu mengetahui betul bahwa ada kesepakatan substansi dibawa ke Panja, pengertian, jadi kita tahu betul tetapi kalau saya membaca ini ada kesepakatan untuk dibahas ke Panja belum berarti semua substansi diterima. Apakah begitu Pak Ketua. Karena ini semua dipanjakanl sedangkan kita ingin berdiskusi tetapi diskusinya di Panjal berarti substansi belum seluruhnya. Apakah begitu yang dimaksud Pak1 sehingga kita ada kesempatan untuk melihat substansi itu lebih jelas 1 lebih teliti di Panja, begitu Pak.

T erima kasih.

KETUA PANSUS: Baiklah Bu Mariani. Kalau setahu saya kalau kita gandengkan Pemerintah dengan DPR selama substansinya

sama 1 redaksinya kurang lebih nanti perlu kita tata 1 kita perlu Panjakan. Yang kedua kalau DIM nya punya kita adal punya Pemerintah ada, tapi di lain tempat nanti substansinya prinsipnya setuju dulu, nanti Redaksinya dikombinasikan dengan konsep Pemerintah. Tapi substansinya disetujui dulu tapi nanti Pemerintah akan menawarkan alternatif yang ada di Bab-Bab Pemerintah yang belum ketemu dibahas oleh kita. Prinsipnya serahkan ke Panjal substansi sudah sama sebaiknya begitu.

Silakan Pak Tjarda.

FRAKSI PG (T JARDA MUCHTAR): Ya, saya melanjutkan penjelasan tanggapan saya terhadap penjelasan Pak Menteri yang

belum kita bahas. Sepintas Pak Menteri mengatakan itu TKI berhak mendapat informasi itu. Kita belum bahas itu tapi kalau kita dalami DIM 1801 itu kita Dewan Perwakilan Rakyat mengimbau dan menugaskan dan mewajibkan Pemerintah 1 badan penyelenggara bertanggung jawab untuk memberikan informasi mengenai masalah yang dialami pekerja kepada keluarganya. lni imbauan kita.

Oleh karena itu 1 secara substansi saya setuju ini disetujui tinggal penempatannya. Apakah kita sama-sama dekat dengan pasal-pasal yang hak dan kewajiban Pemerintah maupun penyelenggara begitu Ketua. Untuk meletakannya di Panja ya tetapi substansi kita setuju dulu supaya tidak ada perdebatan panjang.

Demikian Ketua.

KETUA RAPAT: Terima kasih, Pak Tjarda Muchtar. Prinsipnya substansi kita setuju dulu, baru tempat dan Redaksi atau mungkin nanti kalau

Pemerintah ada juga yang mirip-mirip ini kita kombinasikan. Bagaimana Pak Menteri?

PEMERINTAH: Terima kasihl Pak. Saya setuju ini substansi hanya tinggal kita apa negara dan segala macam itu kita

konkordan saja, Pak. Teri ma kasih.

KETUA RAPAT: Teri ma kasih. Kita menginjak ke DIM 181 pasal 35. Dalam hal pekerja dideportasi sebelum masa

perjanjian berakhir1 Pemerintah dan atau badan penyelenggara bertanggung jawab memberikan perlindungan hukum secara cuma-cuma kepada pekerja.

Kami persilakan 1 Pak Menteri.

PEMERINTAH: Pasal 35 subtansi saya setuju Pak hanya tinggal kita konkordan misalnya badan

penyelenggara dan lain sebagainya. Saya kira ini bisa di-Panja-kan. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih, Pak Menteri.

ARSIP D

PR RI

Page 14: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

Kita menginjak ke DIM berikutnya. DIM 182. Pasal 36, (1) Upaya bantuan hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 33, Pemerintah danlatau

badan penye/enggara wajib membentuk tim penasihat hukum. (2) Pembentukan tim penasihat hukum sebagai dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Kami persilakan, Pak Menteri.

PEMERINTAH: Saya setuju itu Pak tinggal kita perbaiki Redaksionalnya dan lain sebagainya. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih, Pak Menteri. Silakan Pak Herman.

FRAKSI PDIP (REKSO HERMAN): Saya sedang berpikir, kenapa kita membuat hal akuratif bukan pengobatan bukannya

pencegahan. lni kan sudah ada masalah baru bikin tim gitu loh. Kenapa bukan bikin tim lebih dulu sehingga permasalahan bukan cuma deportasi saja. Tim penasihat hukum terus ada itu disana untuk menolong buruh itu. Jangan tunggu masalah, sudah jadi deportasi baru ada bantuan hukum. Jadi ini mungkin diketengahkan itu di depan mungkin sebelumnya Pak. Diatur lebih lanjut kalau saya begitu.

lni perlu memang tapi tim ini jangan baru ada setelah ada masalah. T erima kasih Pak.

KETUA RAPAT: T erima kasih, Pak Herman. lntinya substansinya setuju hanya dibentuk lebih awal tidak menunggu ada kasus.

Demikian. Silakan Pak Muryono.

FRAKSI TNl/POLRI (MURYONO ALADIN): Terima kasih, Ketua. Jadi apa yang disampaikan oleh Pak Herman tidak ada kaitannya dengan deportasi, Pak.

ltu bukan yang dimaksud dalam pasal 35 tapi 33. Jadi dari awal sudah dibentuk. Jadi judulnya adalah Bantuan Hukum Pak. Jadi apa yang disampaikan Pak Herman sebenarnya tidak sama. Jadi bukan hanya masalah deportasi saja, jadi bukan merujuk kepada pasal 35 tapi 33 Pak. Demikian hanya penjelasan saja Pak.

KETUA RAPAT: Terima kasih, Pak Mur. Kami persilakan Pak Hadi Wasikoen.

FRAKSI PDIP (HADI WASIKOEN): Terima kasih Pimpinan, Pak Menteri yang saya hormati. Saya ada pertanyaan begini pak, jadi kalau DIM 182 substansi disetujui itu berarti nanti

dalam diskusi-diskusi berikutnya tim penasihat hukum itu harus dari Pemerintah artinya Pemerintah yang menyelenggarakan dan badan penyelenggara. Sadan penyelenggara di dalam istilah dalam draft DPR ini yang sudah kita sepakati dalam draft Pemerintah itu LPPPKS. Jadi kalau ini substansinya disetujui dan saya sepakat nanti masuk Panja juga, sepakat ya tapi kalau substansinya disetujui berarti itu kan nanti mengikut sertakan atau memerankan LPPPKS di dalam membentuk tim penasihat hukum adalah perlu.

Nah pertanyaan saya kepada Pemerintah, apakah selama ini memang kalau ada kasus­kasus di luar negeri PJTKI itu membentuk tim penasihat hukum, apakah selama ini yang ditangani oleh tim advokasi yang dibentuk oleh Pemerintah. Atau barangkali kedepan apakah kostruksinya akan seperti itu walaupun mungkin selama ini PJTKI tidak.

ARSIP D

PR RI

Page 15: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

lni saya ingin penjelasan dari Pemerintah. Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT: Terima kasih, Pak Hadi Wasikoen. Silakan Pak Luthfi.

FRAKSI REFORMASI (LUTHFI AHMAD): Saya ingin menanggapi apa yang disampaikan oleh Pak Herman. Saya kira di DIM 179 itu

mengatur. Jadi disitu disebutkan pada point 1, point 2, point 3 sudah jelas begitu jadi tidak perlu ditambahkan kembali.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Baiklah, jadi yang disampaikan oleh Pak Luthfi ini idem dengan Pak Muryono sudah tidak

ada masalah. Baiklah Pak Menteri sedikit klarifikasi saja, penjelasan selama ini tentang pembentukan bantuan hukum yang akan disampaikan oleh Pak Hadi Wasikoen.

Kami persilakan Pak Menteri.

PEMERINTAH: Teri ma kasih, Ketua. Sadan penyelenggara itu P DAN F LPPPKS, itu beda sekali itu adalah dia yang

penanganan apa pelaksana. Jadi makanya kan kita ada 2, yaitu yang pertama instansi Pemerintah yang kedua oleh LPPPKS. Kan gitu, jadi beda itu.

Sedangkan nanti pada Bab nya Pemerintah itu kan Sadan Nasional nah itu, disini Sadan Penyelenggara. Nanti mana itu yang akan kita sepakati, apakah Sadan Penyelenggara, apakah Sadan Nasional atau Sadan Koordinasi, kan gitu Pak. Selama ini perlindungan dilakukan oleh advokasi oleh Pemerintah misalnya di Singapura kita minta bantuan para lawyer yang ada di Singapura atau kalau kita menyewa seperti sekarang ada 4 orang bermasalah di Singapura itu Pemerintah, Pak. Jadi tidak ada orang lain.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Menteri. Saya kira sudah cukup jelas. Kita sepakati substansinya.

FRAKSI PDIP (HADI WASIKOEN): Jadi betul keterangan Pemerintah jadi saya yang keliru penafsiran. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Kesimpulannya 182 substansi ACC, kita Panja kan Redaksinya dan kita lajut ke DIM

selanjutnya. DIM 183 Bagian kedua, ke 3 Dana perlindungan pekerja buruh. Saya kira ini konkordan sesuai dengan sistematika saja nanti. DIM 184 pasal 3: (1) Dana perlindungan pekerja diperoleh dari,

a. iuran penyelenggara; b. anggaran Pemerintah yang dituangkan dalam APBN; c. anggaran Pemerintah yang dituangkan dalam APBD Kabupaten atau Kofa;

(2) Tata cara dan besarnya iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur /ebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah;

(3) Dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya digunakan untuk kepentingan perlindungan pekerja;

Kami persilakan Pak Menteri barangkali ada tanggapan.

ARSIP D

PR RI

Page 16: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

PEMERINTAH: Silakan Anggota Dewan tanggapi.

KETUA RAPAT: Rekan-rekan yang saya hormati, sementara dari Pak Menteri tidak ada tanggapan dengan

pasal 37 ini

PEMERINTAH: Pak Ketua maaf ini, sebenarnya kita membagi DIM 157 mengenai di pasal 86 punyanya

Pemerintah 'Dana pembina dan perlindungan TKI' sebenarnya masuk dalam pasal 85 digunakan seperlunya untuk program perlindungan penempatan TKI' dan saya kira dengan pasal 37 'Dana perlindungan pekerja diperoleh dan seterusnya. ini saya kira substansinya bisa kita sepakati nanti kita lihat apakah iuran penyelenggara ada, anggaran Pemerintah dituang dalam APBN dan anggaran Pemerintah dituang dalam APBD Kabupaten/Kota dan seterusnya kita bahas di Panja Pak.

KETUA RAPAT: Baiklah rekan-rekan sekalian untuk pasal 37 sesuai dengan penjelasan Pak Menteri,

substansi bisa diterima, masalah teknis nanti dicek dan dibahas di Panja, setuju? Setuju. Saya kira kita menginjak ke 185 yang merupakan lanjutan dari pasal 37. Pengelolaan dana

dilakukan oleh Badan Penyelenggara. Pertanggungjawaban ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Apakah nanti Peraturan Menteri dan lain sebagainya.

PEMERINTAH: T erima kasih Pak Ketua. Sebaiknya dana ini menjadi dana wali amanah nanti supaya tidak digunakan untuk

kepentingan lain, jadi hanya untuk kepentingan TKI dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah, saya kira saya sepakat kita bawa ke Panja, substansinya saya setuju.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Menteri, rekan-rekan sekalian yang saya hormati. Saran dari Pemerintah bahwa dana ini wali amanah sepenuhnya untuk kepentingan TKI.

Kemudian masalah ayat (2) nya setuju dan Rumusannya di Panja kan. Kami persilakan Pak Tjarda.

FRAKSI PG (T JARDA MUCHTAR): Ya, pasal 37 DIM 184 dan DIM 38, DIM 185 dengan pasal 38 hampir sama ini. Oleh

karena itu kalau Pemerintah menginginkan menyebut nama Wali Amanah' berarti kita hanya kenal satu sistem pengelolaan dana jaminan perlindungan tenaga kerja luar di negeri. Padahal kita cukup banyak mengenal asuransi-asuransi yang menangani itu. Oleh karena itu saya sependapat kita dalami dalam Panja tapi tidak harga mati untuk mengatakan hanya satu pengelola dana, kita dalami pada Panja kedua.

KETUA RAPAT: Silakan, kalau tidak ada, saya kira saya tawarkan ke Pak Menteri dibahas didalami di

Panja Pak ya. baiklah kita menginjak ke bagian keempat Pengawasan Masyarakat, dari Pemerintah memohon untuk Bab tersendiri judulnya Pengawasan. Saya kira tidak perlu didiskusikan nanti konkordan dengan pembuatan sistematika penulisan saya kira. Kalau sependapat tapi kami tawarkan dulu kepada Pemerintah.

PEMERINTAH: Terima kasih, Pak Ketua. Saya kira tidak perlu kita judulnya Pengawasan Masyarakat, tapi Pengawasan secara

keseluruhannya. Oleh siapa saja pengawasan itu, bisa oleh Pemerintah, bisa juga oleh masyarakat, bisa jug a mereka di luar negeri oleh masyarakat atau pemerintah di negara itu. Jadi lebih baik disini kami usulkan Babnya nanti kita susun ulang tapi judulnya adalah Pengawasan.

ARSIP D

PR RI

Page 17: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

Terima kasih 1 Pak Ketua.

KETUA RAPAT: Terima kasihl Pak Menteri. Baru konkordan bahwa pihak Pemerintah lebih cenderung ke judulnya Pengawasan bukan

Pengawasan Masyarakat. Kami persilakan lbu Nur.

FRAKSI REFORMASI (NURDIATI AKMA): Saya sepakat dengan apa yang disampaikan oleh Pak Menteri. Jadi judulnya Pengawasan ya. Dan di dalamnya nanti terdiri dari beberapa pihak yang

menjadi pengawas karena kalau tidak salah kita kemarin kan sepakat ada namanya Sadan Nasional atau apa namanya. Nah mungkin itu juga salah satu tugasnya adalah pengawasan di samping pengawasan dari masyarakat.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasihl ada lagi silakan.

FRAKSI PKB (SAFIRA): Terima kasih. Saya juga sepakat mungkin dengan usulan Pemerintah judulnya Pengawasan. Akan tetapi

nanti kira-kira isinya di dalam pasalnya nanti ada usul yang diusulkan dari DPR. Draft DPR tentang masyarakat berhak dan kemudian pengawasan dari Pemerintah sendiri karena kalau dari draftnya Pemerintah itu kelihatannya yang namanya pengawasan itu lebih banyak ditekankan pada pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah. Jadi di sini masyarakatnya tidak ada.

Begitu sajal terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih 1 barangkali ada lagi, Pak Herman.

FRAKSI PDIP (REKSO HERMAN): Saya sepakat judulnya untuk 'masyarakaf dihapus cuma dalam ayat (1) pasal 39 itu, kalau

tidak salah Pemerintah atau Pak Menteri menginginkan 'siapa saja'. Jadi kenapa tidak dikatakan 'siapa saja'? 'Siapa saja' berhak melakukan pengawasan itul bukan cuma masyarakat atau Pemerintah, siapa saja boleh.

T erima kasih.

KETUA RAPAT: Baik kalau demikian kita kembali dulu ke DIM 186 yang judulnya Pengawasan. Silakan Pak Mustopo.

FRAKSI TNl/POLRI (MUSTOPO): Saya setuju dengan judulnya dari Pemerintah 'Pengawasan'. Kemudian pasal 39 punya

DPR ayat (1 )1 (2), (3) itu kelihatannya kurang jelas gitu. Pengawasan Masyarakat itu gimana sih? Apa masyarakat bisa bertanggung jawab, masyarakat yang mana? Saya kira betul yang punya Pemerintah, ya masyarakat itu nanti lapomya pada perlindungan ini, pada penyelenggara perlindungan dan pengawasan ini, yang dimaksud itu atau pada instansi yang ini. Kalau masyarakat ngawasi kan bubar ini.

Jadi saya minta digugurkan pasal 39 ayat (1 ), (2)1 (3) ini, tidak jelas.

KETUA RAPAT: Terima kasih. Oleh karena itul kita batasi di DIM 186. 18 ini banyak tidak setuju menggunakan judulnya

Pengawasan, kita sepakati dulu, ya. Baik kita menginjak ke 187 konsep Dewan sebagai berikut:

ARSIP D

PR RI

Page 18: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

Masyarakat dapat melakukan pengawasan terhadap penye/enggara penempatan pekerja. Hak pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat dipergunakan dalam ha/ terjadi pelanggaran atas kewajiban badan penyelenggara yang mengakibatkan kerugian bagi pekerja. Gugatan atau tuntutan sebagai perwujudan hak masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditujukan pada badan penyelenggara. Pasal 39 ayat (1 ), (2), (3) masih terilhami dengan judul Pengawasan Masyarakat yang

sudah kita gugurkan. Selanjutnya DIM Pemerintah: (1) Pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan dan penempatan TKI di luar

negeri dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota;

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) selama masa penempatan TKI di luar negeri dilaksanakan o/eh Perwakilan Republik Indonesia;

(3) Pe/aksanaan pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan dan penempatan TKI di /uar negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Demikianlah barangkali ada sedikit komentar singkat. Pak Menteri sebelum saya lempar ke rekan-rekan Dewan.

PEMERINTAH: Terima kasih Pak Ketua. lni bisa saja kita bawa ke Panja. Nanti kita sesuaikan saja antara pasal 101 dengan pasal

39. Pemerintah ayat (1), (2), (3) saya kira itu bisa dimasukan seluruhnya. Sekarang kita perlu mempertimbangkan kalau masyarakat ikut mengawasi kan repot juga. Jadi masyarakat melaporkan kepada instansi yang membidangi atau badan. Terus yang kedua yaitu Hak Pengawas sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat dilakukan dalam hal terjadi pelanggaran atas kewajiban badan.

Saya kira dapat dimasukan dan nanti kita susun Redaksionalnya. Gugatan atau tuntutan sebagai perwujudan hak masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (2) ditujukan kepada badan penyelenggara. Ayat ini bisa saja hanya kita nanti coba cari Redaksionalnya yang lebih tepat gitu Pak.

T erima kasih Pak Ketua.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Menteri. Jadi apa yang disarankan Pak Menteri untuk Rumusan baru Pemerintah (1 ), (2), (3) tetap

dipakai. Kemudian Rumusan Pemerintah bisa diadopsi khususnya pasal 2 ayat (2) setelah ada formulasi Redaksi.

Kami persilakan rekan-rekan untuk menanggapi.

FRAKSI PG (MARIANI AKIB): Jadi dalam unsur pengawasan seperti yang disampaikan oleh Pak Menteri tadi kami

sepakat Pak. Cuma memang lowongan tempat untuk masyarakat mengadu ini harus ada dalam Undang-undang. Jadi jangan ditiadakan pengaruh pengawasan terhadap masyarakat itu tetapi dia tidak langsung begitu saja tapi melalui seperti pada ayat (3) DPR. Saya kira saya sepakat Pak Menteri bahwa gugatan atau hukum sebagaimana dimaksud dilakukan oleh masyarakat kepada badan penyelenggara. Jadi jangan ditutup kemungkinan masyarakat itu sebagai pengawas tetapi ada diatur kepada siapa-kepada siapa.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih lbu Mariani. Silakan Pak Mur.

FRAKSI TNl/POLRI (MURYONO ALADIN): Persis seperti yang disampaikan oleh lbu Mariani, Pak.

ARSIP D

PR RI

Page 19: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

T erima kasih.

KETUA RAPAT: Pak Jacobus.

FRAKSI PDIP (JACOBUS KMP): Terima kasih Pimpinan dan Pemerintah yang kami hormati. Mengenai judul tadi kita sudah setuju kemudian point 1 J 2, 3 dari Pemerintah sudah bagus

cuma barangkali ada baiknya kita pikirkan untuk mengikutsertakan unsur masyarakat. Cuma pengaturan itu supaya jangan kacau balau di lapangan1 barangkali itu yang perlu diatur bagaimana pengaturan itu sehingga pengawasan yang dilakukan masyarakat mungkin menjadi mitra dari Pemerintah karena walaupun kemarin kita diingatkan oleh ahli hukum supaya jangan menyusun Undang-Undang dengan curiga tetapi mungkin juga tidak ada celahnya kita curiga sedikit-sedikit. lnformasi yang kita dapatkan selama ini kan lebih banyak dari masyarakat. Walaupun nanti ini ada Undang-Undang memberikan penugasan kepada Perwakilan-Perwakilan kita tetapi untuk jangka waktu tertentu saya tidak yak in bahwa pengawasan dari pihak Pemerintah akan efektif. Kendal a pengawasan di dalam negeri saja sekarang ini masih mengalami kendala yang besar sekali. Walaupun itu ada embelnya soal biaya dan lain sebagainya.

Oleh karena itu saya meminta supaya ada satu pasal atau paling tidak terselip, bagaimana mengikutkan masyarakat dalam pengawasan itu. Jadi apakah itu sifatnya mitra nanti tetapi pelaksana tetap mereka melalui Pemerintah sehingga terkoordinir.

Begitu ya, terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Jacobus. Pak Mustopo dulu.

FRAKSI TNl/POLRI (MUSTOPO): Terima kasih, Pak. Saya pikir kalau pemikiran saya ya, masyarakat itu kapan saja boleh ngawasi dan itu

didukung oleh Undang-Undang Dasar 45 Hak Asasi dan lain sebagainya ada di situ. Jadi tidak usah disebutkan pun kalau masyarakat itu pasti mengawasi. Mungkin perlu dikasih tempat juga. Tetapi menurut saya kok, masyarakat itu pasti mengawasi dan dia berhak melaporkan, berhak apa saja kepada para pejabat atau instansi asing yang digaji oleh mereka. lni pengertian saya, makanya saya pikir pengawasan masyarakat itu tidak usah disebut-sebut sudah mengawasi memang dia. ltu pengertian saya dan saya pun merasa diawasi masyarakat.

T erima kasih Pak.

KETUA PANSUS: Terima kasih Pak Mustopo. Kami persilahkan Pak Luthfi.

FRAKSI REFORMASI (LUTHFI AHMAD): Terima kasih. lni DIM 188 coba dilihat apa ada kaitannya kalau saya lihat ini pas. Pihak yang

mengajukan gugatan atau tuntutan sebagaimana dimaksud pada Pasal 39 ayat (3) adalah dapat dilakukan oleh individu, LSM atau organisasi yang memiliki kepedulian terhadap pekerja. Saya kira ini sudah jadi jawaban terhadap polemik di antara kita.

Teri ma kasih.

KETUA PANSUS: Saran konkritnya tetap dimasukkan?

FRAKSI REFORMASI (LUTHFI AHMAD): Pasti masyarakat harus terlibat karena di sini di konsep DPR jelas, ada individu, LSM atau

organisasi yang memiliki kepedulian terhadap pekerja. Terima kasih. Harus masuk.

ARSIP D

PR RI

Page 20: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

KETUA PANSUS: T erima kasih rekan-rekan sekalian. Sekali lagi prinsipnya konsep Pemerintah dengan judul Pengawasan 1, 2, 3, setuju.

Rekan-rekan Anggota Dewan menyarankan agar pengawasan oleh masyarakat juga dimunculkan. Kemudian Pak Menteri tadi sudah berupaya akan mengadopsi Pasal 39 ini. Jadi sudah tergiring sebetulnya sudah sejalan. Tapi namun demikian barangkali tidak ada salahnya kita sampaikan lagi kepada Pemerintah terhadap sara-sarsan dari rekan-rekan.

Silahkan Pak Menteri.

PEMERINTAH: Terima kasih. Masyarakat itu tidak bisa menggugat atau menuntut, itu di dalam hukum tidak ada. Jadi

yang menggugat itu jaksa. Jadi di pasal ini kita akan mencari kata-kata lain yang termasuk juga dengan Pasal 40 Masyarakat tetap dilibatkan bisa saja untuk sementara saya usulkan misalnya begini, masyarakat dapat melakukan informasi terhadap badan. lnformasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipergunakan dalam ha/ terjadi pelanggaran atas kewajiban. lnformasi ini disampaikan kepada badan atau kepada intansi Pemerintah. lnformasi sebagai perwujudan hak masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (2) ditujukan kepada badan penyelenggara. Pihak yang mengajukan informasi sebagaimana dimaksud pad a Pasal . . . . . dapat dilakukan oleh individu, lembaga swadaya masyarat atau organisasi yang memiliki kepedulian terhadap pekerja. Jadi mereka memberi informasi pada Pemerintah ini baru usul, informasi tapi kata bisa kita cari kata lain, makanya Pasal DIM 187 dan DIM188 subtansinya kita setuju bahwa masyarakat kita libatkan tapi kita mencari redaksi mana yang paling pas untuk melakukan ini. Jadi bawa ke Panja saja Pak.

Terima kasih.

KETUA PANSUS: Saya kira sudah cukup jelas bahwa pengawasan DIM 187 dan 188 satu rangkaian,

prinsipnya punya Pemerintah kita pakai, punya DPR diadopsi sesuai dengan penjelasan pak Menteri tadi. Bisa diterima di panja?

Silahkan Pak Herman.

FRAKSI PDIP (REKSO HERMAN): Saya setuju digabung, cuma kalau usul Pak Menteri masyarakat tidak boleh sebagai

penggugat saya keberatan pak, boleh saja menjadi penggugat atau tergugat jadi saya kurang setuju kalau ini nanti dihapus, digabungkan boleh kata-kata itu kalau keterangan pak Menteri yang lainnya tadi saya sangat setuju, cuma usulan penggugat dan tergugat tidak boleh saya tidak setuju, sebab sudah terkandung dalam acara Perdata dan lain sebagainya.

Terima kasih, Pak Ketua.

KETUA PANSUS: Baiklah kita kembali ke subtansi jawaban pak Menteri prinsipnya DIM 187, 188 diambil dari

Pemerintah sesuai judul, punya DPR tadi diadopsi sesuai dengan penjelasan pak Menteri. Kita sepakati dulu dipanjakan.

Silahkan, Pak Menteri.

PEMERINTAH: Jadi begini kalau Pidana masyarakat bisa Pak Herman, Perdata juga bisa gugat, ini yang

harus kita renung benar-benar jadi biarlah kita bawa ke Panja. Terima kasih, Pak Ketua.

KETUA PANSUS: ltu dia maksud saya kita bawakan ke Panja. OK.

(KETOK PALU 1 X)

FRAKSI PKB (SAFIRA): Pak, saya mohon ada skors waktu untuk shalat barang 10-15 men it.

ARSIP D

PR RI

Page 21: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

KETUA PANSUS: Saya kira usul yang baik ya. Bapak Menteri yang saya hormati ini ada saran dari floor

untuk diskors 10 sampai 15 men it untuk sh a lat ashar. Kita terima? Mahon Pak Menteri setuju. Kita skors 15 menit. Teri ma kasih.

KETUA PANSUS: Skar saya cabut.

(KETOK PALU 2 X)

(RAPAT DISKORS PUKUL 16.05) (SKORS DICABUT 16.40)

(KETOK PALU 1 X)

Bapak Menteri yang saya hormati, Setelah DIM no. 177 yang berkait langsung dengan DIM 188 kita sepakati untuk

dipanjakan dan substansinya mengambil punya Pemerintah dengan catatan DIM Pasal 39 atau 40 punya DPR diadopsi maka kita akan berlanjut ke DIM 189 dan seterusnya.

Di dalam DIM 189 Dewan tidak memiliki konsep dan konsep Pemerintah berbunyi Bab XIV Penyidikan. Paling tidak Bapak Menteri memberikan penjelasan apakah Penyidikan itu bab tersendiri atau bagaimana.

Kami persilahkan.

PEMERINTAH: Menurut Pemerintah ini perlu menjadi bab sendiri mengenai penyidik karena nanti ada

beberapa pasal nanti yang terkait dengan penyidik. Jadi saya mengajak teman-teman DPR sebaiknya ini ada untuk dalam rangka seperti yang tadi dikatakan kalau masyarakat ingin melapor dan lain sebagainya ini perlu oleh aparat kepolisian untuk melakukan penyidikan pada mereka­mereka yang membuat kekeliruan atau memeras atau pelanggaran terhadap TKI sehingga di sini akan ada bab mengenai sanksinya, di sana kita atur mengenai sanksi jadi menurut kami bahwa bab ini penting adanya yang judulnya ya namanya penyidikan.

Terima kasih.

KETUA PANSUS: Terima kasih, Pak Menteri. Rekan-rekan Anggota Komisi yang saya hormati demikianlah bahwa dari Pemerintah

penyidikan perlu dibuat BAB tersendiri. Masalah nomor babnya nomor berapa nanti setelah sitematika disusun. Tetapi yang jelas penyidikan perlu dalam satu BAB tersendiri.

Kami persilahkan rekan-rekan Anggota Komisi untuk menanggapi. Pak Bondan,

FRAKSI PBB (BONDAN MADJID): Menurut hemat kami begini, Pak. jadi mungkin saya salah pengertian begitu. Di dalam laporan yang berkenaan dengan

penipuan kekerasan dan lain-lain itu, kan itu tindak pidana dan tiundak pidana itu merupakan delik umum. Dan apabila ada laporan semacam itu pasti ada penyidikan oleh polisi dan itu sudah diatur di dalam HIR. Apa kiranya perlu semacam itu dimasukkan di dalam bab yang berkenaan dengan ini. ltu menurut hemat kami itu sudah ada wadahnya dalam HIR.

Terima kasih.

KETUA PANSUS: Teri ma kasih Pak Bond an. Kami persilahkan rekan-rekannya, Pak Herman kembali.

')1

ARSIP D

PR RI

Page 22: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

FRAKSI PDIP (REKSO HERMAN): Terima kasih Pimpinan. Justru saya mau menanyakan juga kepada Pemerintah sesuai dengan lanjutan Pak

Bondan tadi, Di sini di nanti di DIM 190 itu kelihatan di situ bahwa kelihatan ini adalah spesialis, sebab apa? sebab pejabat atau intansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan diberi wewenang sebagai penyidik, apa ini spesilis khusus, apa memang perlu, itu yang perlu saya tanyakan.

Terima kasih Pimpinan.

KETUA PANSUS: Terima kasih. Masih ada? Kalau tidak ada saya kira sudah ada dua penanya. Pak Menteri kami persilahkan.

PEMERINTAH: Terima kasih Pak Ketua. Di sana selain pejabat polisi juga di Depnaker itu ada yang namanya pengawas, PPNS,

saya kira ini penting Pak untuk dicantumkan di dalam UU tersebut walaupun ada yang ditanya Pak Bondan maupun oleh Pak Herman. Namun demikian untuk lebih jelas saya minta bantuan Pak Ahli Hukum, Pak Gunawan.

Silahkan Pak Gunawan. Terima kasih.

AHLI HUKUM: Terima kasih. Memang benar di dalam bukan HIR banyak sekarang sudah dipecah ditarik keluar dari

HIR, sudah dimasukkan di dalam UU NO. 8/1981 yaitu Tentang Hukum Acara Pidana, biasanya disebut KUHAP. Di dalam KUHAP itu juga dikenal adanya PPNS. Khusus di bidang ketenagakerjaan untuk mempermudah penanganan pelanggaran-pelanggaran yang sifatnya pidana baik kejahatan maupun pelanggaran, maka memnag diperlukan adanya pegawai negeri yang ditugasi menjadi penyidik sehingga biasanya memnag disebut sebagai PPNS, penyidik pegawai negeri. Karena mereka lebih menguasai materi permasalahan di dalam masalah ketenagakerjaan, dalam hal ini adalah perlindungan dan penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Saya kira memang penting untuk diadakan PPNS dalam bidang ini oleh karena adanya kekhususan. Memang pada akhirnya berita acara yang dibuat oleh PPNS itu juga diserahkan kepada polisi. Dan polisi nanti yang akan melanjutkan untuk memenuhi berita acara itu sehingga dapat dilimpahkan ke penuntut umum, ke kejaksaan. Saya kira cukup sekian.

Teri ma kasih.

KETUA PANSUS: Terima kasih Pak Menteri. Kami persilahkan rekan komisi, cukup jelas Pak Herman, Pak Bondan? Atau masih ada.

FRAKSI PDIP (REKSO HERMAN): Cukup jelas saya kira sebab dari situ dibawa ke polisi juga akhirnya. Terima kasih.

KETUA PANSUS: Baik, kita sepakati bahwa penyidikan dibuat dalam bab tersendiri. Baiklah kita coba urai isi Bab Penyidikan, yang dimaksud o/eh Pemerintah: (1) Selain penyidik pejabat polisi negara Republik Indonesia juga kepada pejabat negeri

sipil tertentu di intansi Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud UU No. 811981 Tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana sebagaimana diatur dalam UU ini.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwenang:

l')I')

ARSIP D

PR RI

Page 23: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

a) a)melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan tentang tindak pidana bidang perlindungan dan penempatan TKI ini di luar negeri;

b) melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana di bidang perlindungan dan penempatan TKI;

c) meminta keterangan dan barang bukti dari orang atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana di bidang perlindungan dan penempatan TKI;

d) me/akukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti da/am perkara tindak pidana di bidang perlindungan dan penempatan TKI;

e) melakukan pemeriksaan atas surat danlatau dokumen lain tentang tindak pidana di bidang perlindungan TKI;

~ meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas pendidikan tindak pidana di bidang perlindungan dan penempatan TKI; menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yang membuktikan tentang adanya tindak pidana di bidang perlindungan dan penempatan TKI.

(3) Kewenangan penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan UU No. 8 Th. 1981 Tentang Hukum Acara Pidana.

Kami persilahkan Pak Menteri barangkali ada komentar tambahan sebelum saya lemparkan ke floor.

PEMERINTAH: Tidak ada komentar Pak. Terima kasih.

KETUA PANSUS: T erima kasih. Demikianlah rekan-rekan sekalian barangkali ada pendapat tentang DIM No. 190 yang

terdiri dari tiga ayat.

FRAKSI PBB (BONDAN MADJID): Kami mengharapkan materinya nanti dibicarakan ke Panja.

KETUA PANSUS: Terima kasih Pak Bondan. Apakah sepakat materinya kita bawa ke Panja? Baik. Demikianlah Pak Menteri, rekan-rekan dari Komisi VII prinsipnya sependapat substansinya

dan kita bahas lanjutan di Panja.

{KETOK PALU 1 X)

Kita menginjak ke DIM 191. Bab IX Ketentuan Sanksi Administrasi Dan Pidana. Sedangkan punya Pemerintah Ketentuan pidana dan sanksi administrasi. Saya kira ini perlu penjelasan dari Pemerintah, khususnya dari pakar-pakar hukumnya mana yang paling tepat.

Kami persilahkan Pak Menteri.

PEMERINTAH: T erima kasih Pak Ketua. Kita lebih dulu ketentuan pidana sedangkan DPR ketentuan sanksi administrasi dan

pidana. Kalau pandangan saya dari Pemerintah mau bolak balik sama saja. Bisa saja sanksi administrasi dulu baru pidana. Saya kira bisa sajamenggunakan ketentuan sanksi administrasi dan pidana. Karena sanksi administrasi dulu baru pidana.

Terima kasih Pak Ketua.

KETUA PANSUS: Terima kasih Pak Menteri. Berarti sudah tidak ada permasalahan kita menggunakan ketentuan sanksi administrasi

dan pidana.

,.,.,

ARSIP D

PR RI

Page 24: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

(KETOK PALU 1 X)

Baiklah kita menginjak ke DIM 192. Setiap penye/enggara yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud da/am Pasal 8 ayat (1) huruf (a) dan huruf (b) diberikan sanksi administrasi berupa peringatan teguran tertulis atau b) penghentian kegiatan untuk sementara atau c) pencabutan ijin sebagai penyelenggara. Rumusan Pemerintah, Barang siapa termasuk korporasi dengan sengaja melakuka penempatan TKI di luar negeri tanpa ijin sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 13 dan Pasal 20 dipidana dengan pidana paling singkat 2 tahun dan paling lama 10 tahun danlatau denda paling sedikit Rp. 1 milyar dan paling banyak Rp. 15 milyar. Kami persilahkan Pak Lapoe.

FRAKSI PG (LAPOE MOEKOE): Sebaiknya kita sandingkan yang administrasi dengan administrasi, jadi Pemerintah punya

di halaman 101.

KETUA PANSUS: Saya bacakan punya DIM Pemerintah tentang sanksi administrasi di halaman 101 Pasal

108. Di sini tertulis Menteri dapat menekan sanksi administrasi atas pelanggaran terhadap ketentuan­ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), Pasal 21 ayat (2), Pasal 31 ayat (1) dan seterusnya. a) sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa : peringatan tertulis. c) penghentian sebagian atau seluruh kegiatan penempatan TKI, pencabutan ijin, pembatalan keberangkatan ca/on TKI : dan pemulangan TKI dari /uar negeri dengan biaya sendiri. Ketentuan administrasi sebagaimana ayat (1)dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan UU. Demikianlah padanannya untuk DIM 192 punya DPR dilanjutkan disandingkan dengan

Pasal 108 halaman 101 DIM 197 punya Pemerintah. Kami persilahkan barangkali rekan-rekan Anggota Dewan atau barangkali ada penjelasan

singkat dari Pak Menteri. Kami persilahkan.

PEMERINTAH: Terima kasih Pak Ketua. Kami mengusulkan karena kita dari judulnya sanksi administrasi dan pidana. Jadi

Pemerintah punya yang DIM 196 dikedepankan. Jadi kita kedepankan Pasal 108 nanti kita sesuaikan, materi sedang kita bahasbegitupun nanti kita coba sandingkan antara Pasal 41, Pasal 42 dan Pasal 43, sampai Pasal 43. Jadi kita Pasal 108 itu diawali dengan mendahului judul yang tadi itu administrasi. Karena kita mempunyai ketentuan sanksi administrasi dan ketentuan pidana maka sebaiknya Pasal 108 kita kedepankan ditaruh tata urutannya.

Yang kedual sanksi pidana nati kita masukkan ke belakang. Teri ma kasih, Pak.

KETUA PANSUS: Baiklah Pak Menteri. Bahwa DIM 192 atau Pasal 41, 42, 43 punya Dewan Perwakilan

Rakyat padanannya ada di Pasal 108 punya Pemerintah di halaman 101 atau DIM 197, dengan asumsi bahwa DIM ini kalau sudah tersandingkan. Kita ikuti bersama? Bagaimana? Apakah kita diadopsi, dikombinasikan atau bagaimana antara DIM punya DPR 41,42, 43 dengan Pasal 108 punya Pemerintah di 101.

Kami persilahkan rekan-rekan. Pak Tjarda.

FRAKSI PG (T JARD A MUCHT AR): T erima kasih Ketua. Tawaran yang bagus dari Pak Menteri. DIM 192 itu saya sepakat untuk di Panja. Yang

sanding an usulan Pak Lakoe Moekoe pada halamam 101 Pasal 108 DIM 197 kita panjakan

l\A

ARSIP D

PR RI

Page 25: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

kenapa? Karena kebanyakan lebih lengkap sebetulnya konsep atau DIM yang diajukan oleh Pemerintah Pasal 108. Terkait juga dengan DIM 193, kita panjakan dengan sandingannya Pemerintah tetap 197. Tetapi pada DIM 91, 194 tidak dapat kita sandingkan dengan DIM 197 Pasal 108, ia harus kita sandingkan dengan DIM diatasnya, mungkin DIM 104, DIM 192, DIM 193 sesuai dengan yang diusulkan oleh Pemerintah terhadap sanksi pidana.

Oleh karena itu, kita bahas lebih lanjut apa kita membicarakan ini kita sandingkan kita dalami di Panja Ketua karena ini menyangkut sanksi.

Demikian Ketua.

KETUA PANSUS: Baiklah. Terima kasih. Kami persilahkan dari Golongan Karya dulu.

FRAKSI PG (ARSEN RICKSON): T erima kasih Ketua. Setelah saya melihat untuk sanksi administratif ini yang kita sandingkan dengan

Pemerintah di halaman 101, ini mungkin perlu penjelasan sedikit dari Pemerintah sebab kalau kita baca drat yang dari DPR Pasal 41, 42, 43 itu yang kita kenakan sanksi administratifnya itu adalah ada Pemerintah di sana, Pejabat. Tetapi yang di Pemerintah punya 108 itu, itu hanya kepada si LPPTKS, nampaknya ke sana arahnya begitu. Oleh karena itu perlu penjelasan sedikit Pemerintah, sebab kalau yang DPR punya itu seperti pasal 42, ini berupa penurunan pangkat. Dan atau satu tingkat dari sebelumnya, diturunkan.

Pasal 40 ayat (7) Barangsiapa yang mengabaikan hak pekerja, pejabat yang berwenang dapat dikenai sanksi administratif sekurang-kurangnya berupa penurunan pangkat dan jabatan satu tingkat.

Ayat berikutnya itu, kan. lni yang mungkin perlu ada perbedaan agak prinsip kami lihat disitu. Kalau yang kita ini kepada si penyelenggara itu adalah Pemerintah dalam hal ini, tapi yang Pemerintah punya, ini cenderung kepada LPPTKS.

Jadi apakah ini akan kita kawinkan nanti, atau mungkin ada hal-hal yang perlu dijelaskan oleh Pemerintah. Sebab di sini Pemerintah tidak ada yang disangsikan.

Terima kasih Ketua.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Rickson. Kami persilahkan lbu Nur.

ANGGOTA F·REFORMASI (NURDIATI AKMA): Terima kasih. Pimpinan, sepertinya kita untuk pasal 41 sampai 43 memang nanti tugasnya

mengawinkan. Kemudian pasal-pasal yang berikutnya, karena memang tidak berkesesuaian tetapi masing-masing ada padanannya. Jadi ini saya setuju dengan usul dari Pak Tjarda untuk kita Panjakan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: T erima kasih. Silahkan dulu Pak Bondan.

FRAKSI PBB (BONDAN MADJID): Begini. Jadi kalau hanya menggabungkan, saya pun juga tidak menolak. Tetapi masalahnya

begini, pasal-pasal yang ditunjuk oleh Pemerintah dengan pasal-pasal yang ditunjuk DPR itu mungkin ada hal-hal, misalnya pasal-pasal yang sudah disetujui dan ada pasal-pasal yang belum dibahas masalahnya. Nah ini perlu tentunya penjelasan Pemerintah. Misalnya pasal 18. Saya membuka di sini pasal 18 itu, apa yang baru apa 13 atau yang 18.

ARSIP D

PR RI

Page 26: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

Di sini ada, memang ada penjelasan yang perlu disinkronkan dulu ini, pasal-pasal ini. Jadi itu saya kira perlu Pak.

T erima kasih.

KETUA RAPAT: Barangkali ingin tahu, pasal 18 halaman berapa Pak?

FRAKSI PBB (BONDAN MADJID): Antara lain menunjuk misalnya, 18 ayat (1), ini Pemerintah ini Pak. lni memang belurn

disepakati pada waktu itu kalau tidak salah. ltu perlu dibahas. Jadi oleh karena itu memang saya setuju saja dikawinkan, tapi perlu ini penunjukkan ke pasal-pasal ini sudah selesai.

T erima kasih.

KETUA RAPAT: Terirna kasih Pak Bondan. Mungkin kalau pasal dan bab menyesuaikan setelah jadi. Otomatis pasalnya berubah,

nomornya berubah. Yang paling ingat harus dicatat bahwa pasal ini mengacu kepada konsep lama. Jadi sistematika berubah, konkordan harus disesuaikan.

Kami persilahkan dulu Pak Ahmad Sayuti.

FRAKSI PKB (AH. SAYUTI): T erima kasih Ketua. Jadi saya sependapat dengan usul Pak Tjarda. Jadi diPanjakan, sehubungan dengan

banyak yang harus dipelajari dengan cermat. Seperti contoh ad al ah tentang pasal 108, Pemulangan TKI dari /uar negeri dengan biaya sendiri.

Biaya siapa itu? Apakah oleh TKlnya atau oleh yang mengirim? Namun ini akan kita rumuskan dalam

Panja. Sekian dan Terima kasih.

KETUA RAPAT: Baiklah, rekan-rekan sekalian. Substansinya sudah sama, bahwa pasal 41, 42 DIM 192-193 punya DPR digabungkan

dengan pasal 108 punya Pemerintah. Hanya ada permintaan penjelasan singkat dari Pak Rickson tentang perbedaan sasaran.

Kemudian yang kedua tentang biaya itu, dari Pak Ahmad Sayuti. Kami persilahkan Pak Menteri.

PEMERINT AH (MENAKERTRANS): Terima kasih Pak. Pasal 42 dan seterusnya, Sangsi dan Pemerintah itu sudah ada aturannya Pak. Tidak

usah di sini. Yaitu melalui PP No. 30 dan 32. Jadi tidak usah dicantumkan di sini, dia sudah ada aturan main tersendiri, bahwa pejabat Negara atau Pegawai Negeri Slpil yang bermasalah, ini sudah diatur.

Jadi menurut kami tidak perlu dicanturnkan di sini. Kemudian yang kedua, itu dari Pak Sayuti mengenai Pemulangan TKI dari luar negeri, ini

kan sangsinya Pak. Jadi kalau dia buat kesalahan dan ternyata dia salah, dia biayai sendiri. TKI itu jangan selalu berpikir Penata Laksana Rurnah Tangga. lni sernuanya, keseluruhannya, baik TKI formal maupun TKI informal. Tapi karena setiap TKI ke luar negeri itu diasuransikan, nanti asuransi yang rnenangani, rnelayani. Jadi rnengenai pemulangan ini perlu dicantumkan di sini.

Kemudian yang berikutnya yaitu mengenai barang siapa, inikan sebenarnya siapapun dengan sengaja, itu istilah baru. Dan yang berikutnya yaitu kita kawinkan mana yang bisa kawin, ya kawin. Kalau tidak bisa kawin, ya jangan. Nanti malah marah yang dikawinkan itu. Jadi kita lihat mana yang bisa dikawinkan itu. Dan yang kedua, jangan dipersoalkan, pasal, ayat, dan itu akan berubah total sama sekali. Setelah kita menyusun nanti, ke pasal berapa. Nanti kita lihat nanti itu. Memang pekerjaan yang masih cukup lama ini Pak Ketua. Jadi pasal-pasal yang sudah ada di sini

ARSIP D

PR RI

Page 27: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

jangan terlalu diperhatikan dulu, tapi setelah selesai semua, kita akan merumuskan kembali pasal­pasal tersebut.

Saya kira demikian Pak Ketua. T erima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Menteri. Saya kira kita sepakati, untuk perumusannya diserahkan ke Panja.

(KETOK PALU 1 X)

Baiklah, rekan-rekan sekalian yang sangat saya hormati. Kita menginjak ke pasal 43, Setiap penyelenggara yang memberikan informasi yang salah mengenai penempatan pekerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tahun dan paling /ambat 6 tahun, danlatau denda paling sedikit Rp 100 juta dan paling banyak Rp 500 juta.

Saya kira sesuai dengan saran Pak Menteri tadi, tidak bisa kita bandingkan satu per satu, bagaimana pasal 43 ini kita sisir? Maksudnya dimasukkan Panja, digabung dengan pasal 42 dan 41. Kalau memang disepakati, kita bisa langsung loncat menuju ketentuan lain-lain.

Bagaimana?

PEMERINTAH (MENAKERTRANS): Sebelum sampai ke sana, Pak Ketua.

KETUA RAPAT: Silahkan Pak Menteri.

PEMERINTAH (MENAKERTRANS): ltu kan ada draft Pemerintah yang perlu kita bicarakan itu Pak. Yang di DIM 193, bahkan

mulai dengan tadi itu, DIM 192, kepunyaan Pemerintah kan langsung kepada siapapun dengan sengaja melakukan penempatan TKI di /uar negeri tanpa ijin dan seterusnya, itu kan disana dibebankan, ada beban misalnya Rp 1 miliar, Rp 15 miliar dan seterusnya. Saya minta ini sekaligus dibicarakan.

T erima kasih.

KETUA RAPAT: Baiklah. Demikian saran Pak Menteri bahwa pasal 104 dan seterusnya yang disarankan oleh

Pemerintah, dimana padanannya juga sulit dicarikan di punya Dewan, kita bahas sekaligus. Bagaimana kita sisir saja? Baiklah kita bacakan saja dulu. 104, Barangsiapa termasuk koorporasi dengan sengaja melakukan penempatan TKI diluar negeri tanpa ijin sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 dan pasal 20, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 tahun dan paling lama 10 tahun danlatau denda paling sedikit Rp 1 mi/iar dan paling banyak Rp 15 miliar.

Kami persilahkan Pak Menteri, barangkali ada penjelasan.

PEMERINTAH (MENAKERTRANS): Terima kasih Pak Ketua. Yang pertama itu menurut Ahli Hukum, barang siapa termasuk korporasi itu tidak

digunakan lagi. Jadi istilahnya siapapun yang dengan sengaja, jadi disitu tidak lagi barangsiapa dihapus. Jadi siapapun yang dengan sengaja melakukan penempatan TKI diluar negeri dan seterusnya. Mengapa hukuman yang begini berat, seperti illegal? Illegal ini kan karena tidak diatur, jadi orang jadi dihukum. Jadi dia harus ijin, lalu boleh menempatkan TKI di luar negeri. Tanpa ijin, siapa saja, siapapun harus dikenakan sangsi.

ARSIP D

PR RI

Page 28: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

lni maksudnya Pak Ketua. Jadi mengenai besaran dari denda dan hukuman, saya kira ini sepadan, supaya orang itu

jangan lagi, wanita kita dari lndramayu tahu-tahu dibawa ke Kuching, Kuching Kualalumpur, disana dijual untuk menjadi wanita yang melayani orang lain.

lni sengaja kita buat sangsi hukum yang begitu berat. Terima kasih Pak Ketua.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Menteri. Demikian rekan-rekan sekalian, penjelasan dari Pak Menteri. Silahkan Pak Ahmad Sayuti.

FRAKSI PKB (AH. SA YUTI): Terima kasih Pak Ketua. Jadi saya sependapat dengan usul Pak Menteri untuk dibicarakan. Kita lihat pasal 13 itu memang mengatur tentang Penempatan TKI diluar negeri. Kalau

pasal 20 itu mengatur tentang Pembentukan Cabang dan Pembiayaannya, Pak. Jadi kelihatannya tidak tepat masuk ke situ.

Oleh karenanya kalau Pak Menteri setuju, ini kita bicarakan di Panja saja. Sekian, dan Terima kasih.

KETUA RAPAT: T erima kasih. Otomatis nanti pasal-pasalnya akan berubah, akan disesuaikan begitu. Jadi sekarang 13,

belum tentu nanti mungkin 13 Pak. Kami persilahkan yang lain. Silahkan Pak Lapoe.

FRAKSI PG {LAPOE MOEKOE): Jadi pasal 104 Pemerintah ini, itu dia pas dengan 44nya DPR. Saya kira bisa kita Panjakan, tetapi barangkali kita di sini putuskan dulu, besarnya atau

berat ringannya, supaya jangan diserahkan di Panja itu. Karena Pemerintah bunyinya miliar, DPR bunyinya juta. Jadi kita harus sepakati dulu di

sini, baru diberikan ke Panja. Dan menurut saya memang bagus kalau dikasih miliar bunyinya, karena ini masalah TKI illegal ini sudah terlalu memberatkan negara selama ini.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Lapoe. Masih ada? Silahkan Pak.

FRAKSI PDIP {JACOBUS MAYONG PADANG): Terima kasih Pimpinan. Pertanyaan saya sebenarnya, mau nanti tanya di Panja, tapi karena terlanjur Pak Moekoe

bertanya soal ini, pertanyaan saya ialah, di sini kan ditentukan mengenai batas minimal hukuman yang dikenakan. Kalau tidak salah di KORT mendengar penjelasan, walaupun ditentukan batas minimal tetapi hakim tetap memutuskan sesuai dengan pengertian rasa keadilan menurut hakim dan itu bisa dibawah dari yang ditentukan. Nah pertanyaan teknis saya, bagaimana itu yang demikian?

Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT: T erima kasih. Saya kira cukup sudah. Oh, silahkan ibu Mariani.

FRAKSI PG (MARIANI AKIB): Terima kasih Pak Ketua, Pak Menteri.

ARSIP D

PR RI

Page 29: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

Kalau ini yang ingin kita bicarakan,tentunya adalah satu, apakah kita ini akan membicarakan tentang sangsi terhadap pelaku yang menempatkan secara illegal? ltu dulu, yang ilegalnya dulu, yang ini sengaja, jadi ini yang disengaja itu yang dikenakan. Yang kedua, bahwa hukuman itu seberat-beratnya. Pertanyaan saya, kita sepakati bahwa yang kita hukum ini adalah yang memang sengaja, yang dengan sengaja, berarti ini berat sekali hukumannya.

Pertanyaan yang kedua, sebenarnya yang dimungkinkan oleh suatu perundang-undangan itu batas maksimum dengan angka, itu sebenarnya dengan kejahatan yang seperti ini itu biasanya berapa? Barangkali ada yang dibolehkan. Karena kalau tidak salah, kalau kemarin di KORT itu ada batas sekian ini, sekian batas maksimumnya.

T erima kasih Pak. Barangkali saya sepakat, kalau ini sud ah sepakat, ya kita teruskan.

KETUA RAPAT: Terima kasih. Saya kira cukup. Saya persilahkan Pak Menteri.

PEMERINTAH (MENAKERTRANS): Nanti saya dibantu oleh Ahli Hukum. Yang perlu saya sampaikan di sini memang, kita tidak menyebut secara langsung TKI

illegal. Artinya mereka yang tanpa ijin itu illegal. Jadi siapapun yang menempatkan tanpa ijin, dia akan dianggap illegal.

Saya persilahkan Pak Gunawan, soal batas.

AHLI HUKUM: Terima kasih. Memang mengenai hukuman ini, sedang dalam diskusi yang sebenarnya belum ada satu

kesepakatan diantara Ahli-ahli Hukum Pidana. Kecenderungan masyarakat sekarang meminta agar ada batas minimum dari hukuman, oleh karena dirasakan bahwa banyak putusan-putusan yang dianggap tidak adil, terlalu ringan. Sehingga batas minimum itu diperlukan.

Oleh karena itu sekarang ada batas minimum dan ada batas maksimum hukuman. Ada batas minimum dan ada batas maksimum denda.

Menjawab Pak Jacobus, bagaimana kalau Hakim ternyata memberikan putusan dibawah minimum hukuman? ltu dimungkinkan apabila terhadap tindak pidana didalam pembuktiannya ternyata tidak lengkap. Benar itu terjadi, tetapi syarat-syarat, unsur-unsur yang menjadi syarat tindak pidana itu tidak lengkap. Sehingga Hakim dapat juga mengurangi dari hukuman minimal. Tetapi kalau didalam pembuktian itu ternyata tindak pidana itu dipenuhi unsur-unsurnya, maka tentunya Hakim tidak akan mungkin memberikan hukuman dibawah ancaman yang minimal itu tadi. Jadi kemungkinan diberikan putusan dibawah minimal ancaman hukuman itu memang ada kemungkinan, tergantung dari kasus posisi yang dihadapi oleh Hakim itu sendiri.

Mudah-mudahan cukup jelas, terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Menteri dan Pakar Hukum. Demikianlah penjelasannya. lni ada satu pertanyaan yang belum terjawab, kira-kira jumlah uangnya itu kira-kira berapa,

sehingga kita serahkan ke Panja itu paling tidak sudah ada perkiraan nominal yang sudah kita sepakati.

Terima kasih. Silahkan, Pak Menteri.

PEMERINTAH {MENAKERTRANS): Terima kasih, Pak Ketua. Kita memang ini baru dibaca sudah takut, saya kira itu yang diperlukan. Mengapa mesti ratusan juta? Karena sudah terlalu menakutkan apa yang dilakukan oleh

mereka-mereka yang tidak bertanggung jawab. Seperti ada yang dikirim ke Malaysia, tahu-tahu

ARSIP D

PR RI

Page 30: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

disana meninggal. Tidak ada yang tahu siapa yang mengirim. Jadi dengan adanya denda yang begini besar, supaya jera semua pelaku-pelaku itu.

Saya harapkan kepada anggota DPR yang terhormat, supaya ini disetujui, kalau kita mau melindungi Warga Negara Indonesia ke luar negeri.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Menteri. Demikianlah penjelasan, rekan-rekan yang saya hormati, tentang jumlah nominal. Kami persilahkan Pak Tjarda Muchtar.

FRAKSI PG (MARIANI AKIB): Tadi pertanyaan saya belum dijawab, jumlah tertinggi yang biasa dipakai oleh Pengadilan.

Jumlah nominal yang tertinggi yang dibolehkan di sini, itu belum dijawab.

KETUA RAPAT: Silahkan Pak Menteri.

PEMERINTAH (MENAKERTRANS): Jadi belum ada kesepakatan sampai saat ini. Jadi kita tentukan sendiri saja, menurut kita

bahwa ini yang paling tepat ya, ini yang kita setujui. Nanti kalau Ahli Hukumnya duduk lagi, dia bicarakan berapa paling tinggi, ya kita sepakati disana, kita menyesuaikan diri.

Saya kira demikian Pak Ketua.

KETUA RAPAT: Terima kasih, Pak Menteri. Saya persilahkan Pak Tjarda Muchtar.

FRAKSI PG (T JARDA MUCHT AR): Ya Pak Ketua. Tadi Pemerintah melalui Ahli Hukum belum sepakat berapa nilai rupiahnya. Data

pembanding kita adalah, kita jutaan, dari Pemerintah miliaran. Prinsip, memang bagus. Dalam arti bagus, kita ingin memperbaiki citra ke depan. Tetapi kita juga tadi belum dapat data kongkrit berapa nilai rupiah. Oleh karena itu, inipun yang kata Pak Menteri itu menakutkan. Sebab bisa orang itu pergi sendiri, bisa dikirim oleh PJTKI. ltu memerlukan pemahaman yang mendalam, baik pengertian siapa yang harus dikenakan sangsinya, dan berapa nilainya, saya rasa perlu pemahaman yang mendalam. Apalagi ada informasi Ahli Hukum pun belum dapat kata sepakat nilai-nilai itu. Maka dari itu saya usulkan kita dalami di Panja.

T erima kasih Ketua.

KETUA RAPAT: Terima kasih, Pak Tjarda. Kami persilahkan Pak Mustopo dulu Pak.

ANGGOTA F· TNl/POLRI (MUSTOPO): Terima kasih Pimpinan. Hanya saran saja, kalau kita ditanya dasar hukumnya, kan sulit ini Pak. Mengapa satu

miliar, dan mengapa Rp 15 miliar, mengapa, dan seterusnya, mengapa berjuta-juta. Saya sarankan Pak, kan ada kewajiban kepada PJTKI atau LPPTKS itu, kalau dia

mendirikan itu, harus punya modal Rp 5 miliar. Kemudian harus mempunyai simpanan di Bank Rp 1 miliar. Mengapa tidak berpatokan kepada itu saja, karena itu sudah jelas. Karena itu bisa berkembang, mungkin pada waktu yang akan datang, kewajibannya harus sekian miliar, terus simpanan di Banknya harus sekian miliar.

Saya kira itu untuk pedoman, ini saran saja Pak.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Mustopo.

ARSIP D

PR RI

Page 31: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

Silahkan Pak Luthfi.

FRAKSI REFORMASI (LUTHFI AHMAD): Teri ma kasih. Saya sependapat dengan Pemerintah, jadi denda besar ataupun kurungan yang lama, itu

juga akan memberikan tekanan psikologis terhadap para penyelenggara. Jadi terhadap pertanyaan Pak Tjarda tadi, siapa yang harus dikenai? ltu saya kira di sini

sangat tegas, yaitu penyelenggara. Penyelenggara itu bukan perorangan. Jadi penyelenggara yang memberikan informasi tentang pekerjaan yang akan dia hadapi di Negara tujuan ataupun melakukan penipuan, kasarannya, itu sangsinya seperti ini. Ataupun dia tidak memiliki ijin sebagai penyelenggara, tetapi melakukan penyelenggaraan penempatan tenaga kerja.

Jadi saya lebih cenderung yang berbunyi miliar daripada yang berbunyi juta. Terima kasih.

KETUA RAPAT: T erima kasih. Tadi Pak Jacobus, silahkan.

FRAKSI PDIP (JACOBUS MAYONG PADANG): Terima kasih Pimpinan. Seperti Pak Kyai Luthfi, pada prinsipnya setuju supaya diberikan batasan yang lebih berat. Cuma berkaitan dengan pertanyaan saya tadi, mengenai praktek peradilan itu, ada

kekuatiran saya dan tidak perlu dijawab di sini. Cukup menjadi perenungan bagaimana membuat perumusannya itu. Nanti di panja kalau dengan ancaman yang berat dengan jumlah uang begitu. Ya kekhawatiran saya. Ya tadi kalau Bapak Prof. Gunawan kan berfikir yang ilmiah yang idealis.

Saya berfikir yang riil di lapangan saat sekarang ini. Dengan ancaman yang begitu berat ya khawatir nya dengan ancaman yang berat itu dia pindahkan uangnya supaya dihukum di bawa minimal itu. Ya makanya muncul pertanyaan saya tadi bahwa katanya hakim dapat memutuskan dibawa dari batas minimum yang ditentukan dengan pertimbangan rasa keadilan. Maksudnya kita menentukan batas minimal sesungguhnya ya jangan dibawa itu. Tapi saya dengar katanya dalam praktek bisa dimungkinkan dibawa. ltu yang menjadi pertanyaan saya. Maksud saya jangan sampai karena ancaman yang berat milyar begitu ya PJTKI 'kan ini punya banyak uang lalu dipindahkan uangnya itu sebagian lalu mendapat justru dibawa hukuman lebih ringan.

Tapi ini hanya merupakan pemikiran saja untuk kita renungkan nanti di panja, Pak Ketua, untuk rumusan yang lebih lanjut lagi.

Terima kasih, Pimpinan.

KETUA PANSUS: Terima kasih Pak Jacobus. Kami persilahkan Pak Herman.

FRAKSI PDIP (REKSO HERMAN): Terima kasih. Saya setuju dengan Pak Jacobus sebab mungkin masih tertutup tertutup kalau saya

terbuka aja. Baik ini sebenarnya untuk membuat orang jera tapi apakah bisa dilaksanakan tidak. Kalau tidak seperti tadi bisa aja membuka peluang untuk bicara karena bisa di bawah satu milyar itu. Dia bisa bermain dengan hakimnya. Bisa aja bermain supaya bisa di bawah satu milyar karena bisa ditetapkan juga di bawah satu milyar. Akhirnya dia bermain sama hakim. Daripada dia tuntas bayar semua 15 milyar itu. 15 milyar itu waduh 'ngitung aja susah itu, Pak. Terlalu besar. Dan apakah bisa dilaksanakan itu yang jadi permasalahan tapi kalau masalah yang wajar yang pantas membuat dia jera. Lantas dia mampu bayar 'kan di bawah satu milyar lagi, di bawah satu milyar bisa hakim menentukan mainnya sama hakim membuka peluang gitu.

Terima kasih, Pimpinan.

KETUA PANSUS: Silahkan Pak Mur.

ARSIP D

PR RI

Page 32: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

FRAKSI TNl/POLRI (MURYONO ALADIN): Terima kasih, Ketua. Kai au kita berdebat soal berapa lama atau berapa besar kita tidak menemukan. Lebih baik

kita bawa ke panja di sana toh pada waktu panja ada legal drafter kalau bisa ada unsur kejaksaan, kepolisian. Nah kita minta masukan dari mereka toh lebih realistis, 'gitu.

Saran (dibawa ke) panja, Ketua. Teri ma kasih.

KETUA PANSUS: Baiklah rekan-rekan sekalian. Saya kira saran yang arif nominalnya itu nanti kita bicarakan di panja saja. Kita sampai

sekarang masih belum ada titik temu. Bagaimana Pak Menteri, jumlah nominalnya kita ke panjakan aja.

PEMERINTAH: Kita itu mau melindungi atau tidak itu pertanyaan saya. 'Kan DPR 'kan suka teriak

bagaimana mau melindungi pemerintah ini illegal di sana. Masa nominal aja kita enggak bisa sepakati apa yang kita takutkan. Sebetulnya itu tadi dikatakan oleh Pak Herman nanti ya nanti harus lebih baik. Masa orang Indonesia kelakuannya semacam itu jadi kita inginkan draft cantum ini orang jadi mikir soal nanti pelaksanaannya bisa atau tidak ya harus bisa. Kita harus yakin itu bahwa itu bisa. Jangan kita lihat masa lalu. Kita inginkan ke depan itu 'kan lebih baik supremasi hukum harus kita tegakan. Jadi saya tetap berkeinginan bahwa apa yang di inginkan ini menjadi pertanyaan dan yang kedua yang perlu diketahui oleh teman-teman kalau hanya LPPTKS siapa pun yang dengan sengaja jadi siapa saja Pak Herman misalnya taut au menempatkan Singapur secara illegal, yah suruh masuk 'kan gitu. Siapa saja.

Di sini 'kan istilahnya siapapun yang dengan sengaja karena ini terlalu banyak bapak ibu sekalian. Saya ingin sampaikan pada forum ini bahwa yang banyak illegal itu bukan Karena PJTKI menempatkan bukan yaitu perorangan udah enggak jelas itu. Sudah serba enggak jelas. Jadi kalau kita ragu cantumkan ini, jadi 'kan tidak perlu ragu teman-teman DPR . Saya enggak habis pikir kalau teman-teman ragu padahal kita ingin membuat undang-undang ini dalam rangka memberikan perlindungan yang optimal. Illegal di Malaysia hampir 700 itu. ltu perbuatan P JTKI pak. Kan enggak jelas itu. Ada orang taut au sudah ada di Taipei sana. Kawin palsu. 'Kan ada. Jadi lebih baik mohon pengertian teman-teman DPR, kalau memang ini tinggal sesuatu yang terbaik angka-angka ini yang kita sepakati. Kita kumpul seluruh akhiri hukum seluruh tanah air ini ada 1000 nanti 1000 pikirannya. Kenapa kita tidak tempatkan kita tidak pun ya keberanian untuk menentukan jumlahnya. lni saya tidak habis pikir.

Mohan maaf teman-teman anggota DPR. Teri ma kasih.

KETUA PANSUS: Sabar, sabar semua ingin duluan. Demikianlah pak rekan-rekan sekalian komentar dari pemerintah. lntinya nominal itu

diharapkan menyetujui 17 sebesar ini. Kami persilahkan Pak Lutfi dulu.

FRAKSI REFORMASI (LUTHFI AHMAD): Terima kasih. Jadi menurut saya, saya tetap prinsip semula itu memang perlu denda besar. Kenapa?

Seandainya terjadi kondisi seperti kekhawatiran Pak Jacobus tadi teman-teman masyarakat LSM orang-orang yang punya kepedulian terhadap tenaga kerja itu nanti punya barometer. Apa barometernya? barometernya adalah undang-undang. Nah, jadi walaupun melenceng kita harapkan dengan denda yang besar itu melencengnya itu sedikit di bawahnya. Tetapi ketika kita memberikan sangsi yang sangat ringan nah ketika itu terjadi kolusi maka itu akan jauh juga dari harapan. Jadi saya tetap pada prinsip dan kalau kita melihat realitas di lapangan sangat menyedihkan.

Terima kasih.

ARSIP D

PR RI

Page 33: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

KETUA PANSUS: Nominal mendukung pemerintah. Silahkan, Bu Nur.

FRAKSI REFORMASI (NURDIATI AKMA): Terima kasih. Pak Menteri, barangkali apa yang dihimbau Pak Menteri itu kita semua cukup paham dan

memang kita juga ingin membuat orang jera. Tetapi kita ingin lebih mantap lagi pembahasan ini di panja karena dipanja itu kita lebih kecil dan lebih mendalami apalagi kalau nanti dilengkapi lagi dengan kepolisian, kejaksaan dan sebagainya. Karena ini penetapan ini untuk membuat orang jera. Tapi juga tentu tidak bisa melupakan realita yang ada.

Jadi kita diskusi terus tentang ini. Nah kita semua sama pemikirannya dengan Pak Menteri. Kita kepingin bikin orang jera. Toh orang-orang itu sudah terlalu jahat sekali. Jadi, oleh karena itu saya usulkan untuk ini kita teruskan saja di panja.

Terima kasih.

KETUA PANSUS: Terima kasih. Sebentar Pak. Pak Hadi Wasikoen dulu.

FRAKSI PDIP (HADI WASIKOEN): Terima kasih, Pimpinan, Bapak Menteri, Saya sepakat dengan teman-teman bahwa sebetulnya kita sama. Tidak ada perbedaan di

dalam upaya membuat jera para pelaku-pelaku yang selama ini memang kelakuannya sudah keterlaluan. Cuma kalau sampai kepada nominal itu mengapa sebetulnya sejak semula saya setuju masuk panja. lni. Kalau di dalam pasal 104 DIM pemerintah ini itukan siapapun yang melakukan penempatan TKI di luar negeri tanpa izin itu denda paling sedikit 1 milyar kemudian paling banyak 15 milyar. Atau dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 tahun, paling lama 10 tahun. Nah DIM pemerintah ini saya coba dibandingkan dengan pasal 105 setelah huruf k, ya , itu di sana dari A, B, C, D, E, F ,G, H, I, J, K itu adalah salah satunya yang huruf C membebankan biaya pelayanan penempatan TKI di luar negeri selain yang ditentukan sebagaimana dimaksud pasal 77 ini dipidana paling singkat 1 tahun dan paling lama 5 tahun. Dengan denda paling sedikit 1 milyar paling banyak 5 milyar. Saya pikir, pikiran saya mengapa tadi saya sepakat masuk panja, bukan berarti saya tidak menyetujui bukan tapi di sini kalau umpamanya paling singkat 2 tahun ya denda mestinya paling sedikit 2 milyar nah hukuman apa maksimal ya 10 milyar. Nah kemudian ini yang pasal 105 dengan paling singkat 1 tahun paling lama 5 tahun denda paling sedikit 1 milyar paling banyak 5 milyar. Ada kesesuaiannya itu loh prinsip semangatnya sama, Pak Menteri. Jadi kalau memang ini perlu diputuskan di sini saya mengusulkan untuk pasal 104 ini paling sedikit kalau denda itu 2 milyar paling ban yak 10 milyar kemudian pidana paling sedikit 2 tahun paling lama 10 tahun. Jadi di dalam pasal 105 itu setelah huruf K itu ada kesesuaian. ltu aja.

Terima kasih.

KETUA PANSUS: Teri ma kasih. Masih ada. Silahkan Bu Mariani.

FRAKSI PG (MARIANI AKIB): Terima kasih, Pak. Jadi saya sepakat kalau seperti yang disampaikan Pak Menteri bahwa ini 'kan yang tidak

mempunyai izin harus diberi jera supaya dia takut. Sedangkan sekarang kita lihat seat belt aja. Karena dia takut dengan denda itu dipakai itu seat belt. Jadi memang ada efek jeranya di sini. Kita melihat kenyataan yang ada yang saya pertanyakan tadi sebenarnya ini bukan pendapat ini tapi ada hukum KUHP atau kemarin juga kita ingin kasih begini di KORT kasih yang setinggi tingginya. Tapi kok ada katanya di dalam hukum ini tertulis bahwa setinggi tingginya denda itu hanya sekian. ltu yang saya melihat. Apakah di dalam hukum perundang-undangan yang ada ini ada batasnya, Pak. Kalau tidak ada kenapa tidak kasih 'kan saja pak. Kalau saya sih cuman barangkali supaya

ARSIP D

PR RI

Page 34: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

teman-teman ini kesepakatan ini mungkin perumusannya dan apanya dan apanya dan sebagainya, Pak. baiklah kita panjakan.

Tapi tidak itu kita sepakati, Pak, saya kira saya sepakat, Pak. T erima kasih.

KETUA PANSUS: Silahkan Pak Muryono.

FRAKSI TNl/POLRI (MURYONO ALADIN): T erima kasih. Jadi Pak Menteri, kita sudah sepaham, Pak. Bahwa kita akan membuat jera pada pelaku

yang menyimpang dari aturan main. Efek jera memang perlu pak diperlukan pak. Makanya kita buat undang-undang ini maksud saya lebih baik kita tentukan nominalnya di panja. Mungkin bisa lebih dari ini. Tahunnya juga bisa lebih dari ini lebih dari 2 tahun lah atau 10 tahun. Mungkin lebih singkat 5 tahun dendanya bisa 100 milyar atau apa. Kita tidak setuju itu lebih besar kita perdalam lagi di panja hal-hal yang mungkin ada kaitannya dengan perundang-undangan yang lain ya kita tidak langgar. Karena kalau kita sudah putuskan ini nanti kita keliru. Tapi kalau kita di panja dengan mendengar pendapat dari ahli-ahli hukum yang lainnya. Tetap di panja Pak Ketua.

Terima kasih.

KETUA PANSUS: Bagaimana tidak ada lagi cukup. Demikianlah Pak Menteri nampaknya agak a lot juga ini

pasal 104 ini. Awalannya pikirannya hampir sama. Tapi sebelumnya, kami persilahkan Pak Rickson dulu.

FRAKSI PG {ARSEN RICKSON): Terima kasih, Pak Ketua. Ya jadi pertama saya setuju ini di panjakan pak karena pasal itu kan masih berbeda pak.

Jadi memang perlu kita telusuri lagi. Dua mengenai angka nominal ini tentu nanti kita pertimbangkan di sana. Prinsip kita mungkin tidak jauh beda gitu. Yang ketiga saya ingin bertanya juga pada pemerintah ini saya sudah baca-baca sampai akhir ini. lni kan begini. Yang di detik berakhir ini kan lebih kepada si penyelenggara lah. Baik yang legal maupun yang illegal begitu. Artinya bisa LPPTKS bisa pengusaha, bisa pemerintah jadi bisa barang tentu itu 'kan. Yang ingin saya tanyakan begini supaya balance. lni 'kan kepada penyelenggara, bagaimana kalau ada TKI nya sendiri yang melanggar ketentuan itu ada enggak kita nyerempet nyerempet sedikit di situ supaya balance dengan pengusahanya. lni kan tidak ada saya buka buka tidak ada. 'Kan bisa aja TKI itu nakal toh. Nah ini kira kira pengalaman Pak Menteri ada enggak yang seperti itu. Kalau ada nanti kita rumuskan sekaligus di dalam panja. ltu maksud saya begitu. Jadi tentu ini membutuhkan penjelasan terlebih dahulu dari Pak Menteri.

Terima kasih, Pak.

KETUA PANSUS: Terima kasih, Pak Rickson. Kalau tidak adalagi saya kira untuk yang ketiga kalinya kami lempar ke pemerintah. T erima kasih.

PEMERINTAH: T erima kasih. Setuju ke panja. Semua orang diundang, Pak. Tidak selesai ini undang-undang nanti. ltu yang menjadi soal. ltu yang pertama. Mengenai

nilai nanti kita bicarakan. Saya akan lebih menjawab dengan apa yang disampaikan tadi oleh Pak Hadi Wasikoen. Jadi begini Pak Hadi, ini ada dua sanksi ini, sanksi yang pertama apabila dia menempatkan tanpa izin. Siapapun artinya siapa saja jadi tidak hanya PJTKI, perorangan dia boleh atau PT PT fiktif. lnikan ada PT dia ada izin itu dari menteri perindustrian dan perdagangan. Ada izin dari Depnakertrans sebagai penempatan. 'Kan persoalannya di sana. Jadi ada dua sangsi yang pertama itu 1 milyar 10 tahun dan 15 milyar sedangkan yang disampaikan Pak Hadi itu, itu

ARSIP D

PR RI

Page 35: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

'kan apabila tidak bertanggung jawab untuk memberi perlindungan selama masa penempatan, beda itu Pak.

Jadi kita sebenarnya lebih ringan, 'gitu. Jangan semuanya disamakan hukumannya 'gitu. Jadi, silahkan bawa ke panja.

Terimakasih.

KETUA PANSUS: Terima kasih. Saya kira sudah ada kesepahaman. Masih ada Pak Herman, silahkan.

FRAKSI PDIP (REKSO HERMAN): Kalau boleh membantu, ini bukan menggurui Pak Rickson, dan kalau enggak salah DIM

109, Pak. Seperti yang Pak Menteri katakan, siapapun juga akan terkena kalau tidak punya izin,.lah bagaimana dengan pemerintah. Pemerintah tidak usah punya izin lalu gimana kalau pemerintah tempatkan 'gitu. Kena sanksi dong dia. Namun dia sendiri yang mengawasi juga menempatkan juga. Perlu pakai izin, sanksinya apa. Nah, ini enggak terkena dong untuk pemerintah.

Terima kasih, Pimpinan.

KETUA PANSUS: Saya kira enggak usah terlalu ini. Siapapun dengan sengaja tanpa izin, tapi siapapun termasuk pemerintah. Kalau memang

tanpa izin. Pertanyaan Pak Rickson tentang bagaimana kalau TKl-nya yang melanggar.

PEMERINTAH: Jadi begini pengalaman saya ini, ini memang ada TKI juga nakal dia pergi ke luar negeri 3

bulan ya kabur lagi. Kalau itu bisa dibuktikan bahwa sangsinya hak-haknya tidak dapat. Tapi saya kira bisa saja kita mengatur untuk TKI kalau ke luar negeri benar benar mau pergi. Ada usul dari tern an-tern an LPPTKS bahwa bagaimana kami sangsi. Tapi kalau TKI nakal bagaimana. Nanti akan kita susun apabila TKI itu melanggar. Bagaimana? Mungkin hukumannya. Saya kira itu bisa saja, Pak.

Terima kasih, Pak.

KETUA PANSUS: Terima kasih, Pak Menteri. Saya kira kita sepakati untuk dipanjakan. Kita baca pasal 105, Barang siapa termasuk koperasi dengan sengaja:

a. menempatkan ca/on TK/ffKI pada jabatan pekerjaan yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan norma kesusilaan serta peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam pasal 29;

b. melakukan perekrutan ca/on TKI yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pasal 33;

c. melakukan perekrutan ca/on TKI tanpa memiliki dokumen sebagaimana dimaksud dalam pasa/ 36;

d. menempatkan TKI di /uar negeri yang tidak tu/us dengan sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana dalam pasal 6;

e. menempatkan TKI di /uar negeri yang hasi/ pemeriksaan kesehatan dan psikologi yang menyatakan yang bersangkutan tidak sehat sebagaimana dimaksud da/am pasal 51;

f. menempatkan ca/on TKl!TKI yang tidak memenuhi persyaratan dokumen sebagaimana dimaksud dalam pasal 52;

g. tidak memberangkatkan TKI ke /uar negeri sesuai dengan perjanjian penempatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 68 ayat (1);

h. menempatkan TKI di /uar negeri tanpa perlindungan program asuransi sebagaimana dimaksud dalam pasal 69;

ARSIP D

PR RI

Page 36: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

i. menempatkan TK/ di luar negeri yang tidak sesuai dengan pekerjaan dan perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam pasa/ 72;

j. membebankan biaya pelayanan TKI ke /uar negeri selain ditentukan sebagaimana dimaksud da/am pasa/ 77;

k. tidak melaksanakan tanggung jawabnya memberikan perlindungan selama masa penempatan TKI di luar negeri sebagaimana dimaksud dalam pasa/ 84;

I. dipidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 5 tahun danlatau denda paling sedikit 1 milyar rupiah dan paling banyak 5 milyar rupiah.

Demikianlah rekan-rekan sekalian konsep rumusan baru pemerintah. Sebelum saya lempar pada floor barangkali ada penjelasan singkat.

Kalau perlu silahkan, Pak Menteri.

PEMERINTAH: Terima kasih, Ketua. lni 'kan kesalahan-kesalahan yang lebih ringan dari di atas sehingga denda dan lain

sebagainya agak ringan. Seperti ayat (a) penempatan ca/on TKI pada badan tempat pekerja yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan, itu dia seharusnya jadi pembantu rumah tangga tapi sampai di Arab Saudi angon kambing. ltu udah pernah ada. Atau mereka pekerjakan kesana bukan untuk penata laksana rumah tangga tapi cuci mobil. lni kesalahan dimana yang menempatkan. Soalnya penempatan itu sesuai dengan rekap perjanjian kerja. Yang kedua melakukan rekrutmen yang tidak memenuhi persyaratan karena ada syarat syarat yang pasal ini nanti kita sesuaikan baik pasal 29, pasal 33 dan seterusnya akan kita sesuaikan dengan nanti apa yang akan kita lakukan. ltu tanpa memiliki dokumen. Jadi si ini kan tidak ada dokumen sama sekali jadi dia seperti job order itu harus dia miliki. Penempatan TKI di luar negeri yang tidak lulus, dan dia tidak lulus tapi nekat juga melakukan pemalsuan dan sebagainya. Atau itu yang mengenai kesehatan beberapa kali sudah terjadi dia berangkat tanggal 29 Desember tahun 2002, tanggal 29 Januari 2003 meninggal karena HIV atau sesak napas. Atau mereka pergi ke luar negeri sampai sampai seperti di Singapur baru dua hari meninggal karena pemeriksaan kesehatan yang tidak sesuai dengan syarat-syarat yang ada. Psikologi ini penting supaya dia sesuai tidak dengan bahwa orang yang sudah siap bekerja di sana. Sebab kadang-kadang TKI juga tidak siap bekerja. Tapi dipaksa untuk bekerja. Begitu pun dengan persyaratan dokumen dan seterusnya. Jadi demikianlah penjelasan dari kami.

KETUA PANSUS: Terima kasih, Pak Menteri. Kami persilahkan rekan-rekan. Ya, Pak Rickson terlebih dahulu.

FRAKSI PG (ARSEN RICKSON): Terima kasih, Pak Ketua. Jadi sebenarnya untuk pasal 105 ini saya ingin tanya pada pemerintah yang pain (b) itu

coba kita baca melakukan perekrutan calon TKI yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pasal 33. di dalam pasal 33 itu memang ada salah satu syarat kalau dia tidak terpenuhi pokoknya berpendidikan sekurang-kurangnya lulus sekolah lanjutan tidak dipenuhi itukan itu satu.

Yang kedua yang (a) itu berusia sekurang-kurangnya 18 tahun dia tidak penuhi. Yang merekrut orang itu yang menjadi calon 'kan Depnaker, dinas kabupaten dan kota. Pusat tenaga kerja. Jadi TKI waktu mengirim ini dapat dia KTKLN yang bertanggung jawab sebenarnya dalam hal ini siapa? Apakah LPPTKS atau PJTKI itu apa ke pemerintah. Karena dia rekaping pertama ada di Departemen Tenaga Kerja. lni perlu hati-hati kita. Jadi hal-hal yang begini perlu kita eek. Siapa sebenarnya yang bertanggung jawab begitu. Kemudian di dalam pain (b) penempatan TKI di /uar negeri tidak lulus dalam sertifikasi kompetensi termasuk pasal 46, sertifikasi kompetensi itu ada dalam P4P terakhir. Harusnya enggak bisa lolos 'kan enggak bisa itu. Kalau dalam P4P masih lolos juga memang ini banyak pilihan gitu. Perlu kita ini supaya nanti di telusuri lebih jauh hal-hal yang demikian. Tapi kemungkinannya juga pasal 33 kemarin kan belum kita bahas, belum kita sisir lah gitu.

ARSIP D

PR RI

Page 37: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

Jadi saya usul dalam hal ini untuk pasal mengenai ketentuan pidana ini mungkin sebaiknya kita ke panja. saja. Nanti sekaligus kita sisir dibelakangnya, pasal-pasal yang ditunjuk, yang kemarin belum kita bahas. Kita belum sepaham mengenai hal itu saya kira.

Terima kasih Pak Ketua.

KETUA RAPAT: Silahkan, ada yang lain? Pak Tjarda.

FRAKSI PG (T JARDA MUCHTAR): Ya, karena saya satu partai dengan Pak Arsen, setuju saya itu. Nah maksud saya begini. lni kan pengulangan-pengulangan a,b,c, itu. Nah karena

menyangkut sangsi Pidana, lazimnya kita menunjuk pasal. Bahkan tadi yang terakhir kata Pak Arsen, kita tunjuk pasal, maka kita minta direformasi lagi, tidak pengulangan. lni kan mula-mula menunjuk, mula-mula menunjuk pasal itu, tersebut, barang siapa melanggar pasal ini, pasal ini, kurungan ini, singkat, jelas, tepat.

Kalau itu saya usulkan kita bahas di Panja karena Undang-undang pasal ini kan belum pas betul pasalnya. Oleh karena itu saya usul kita bahas mendalam di Panja.

Terima kasih Ketua.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Surya, yang telah mewakili saya tadi ke belakang. Masih ada? Silahkan Pak Hadi Wasikoen.

FRAKSI PDIP (HADI WASIKOEN): Terima kasih Pimpinan. Saya pikir masalah inipun terkait dengan pasal-pasal sebelumnya yang sudah kita

sepakati masuk Panja juga. Dengan maksud nantinya kita dalami, kita sisir kembali. Oleh karena itu didalam pasal inipun juga dan juga pasal berikutnya mengenai Sangsi pidana dan sangsi administratif ini juga masuk Panja, Pak.

T erima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan Pak Herman dulu.

FRAKSI PDIP (REKSO HERMAN): Saya setuju masuk di Panja, banyak pasal-pasal karet, Pak. Seperti a itu, nilai-nilai kemanusiaan, wah luas sekali itu Pak. Norma kesusilaan sesuai dengan Undang-undang, wah luas sekali itu Mungkin perlu

diPanjakan, dibicarakan lebih dalam lagi. Ada batasan-batasan tertentu karena ini ada Ketentuan Pidananya, Sanksi Administratif dan Ketentuan Pidana dan dendanya, lagi.

Jadi perlu dipanjakan Pak. T erima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih. Jadi saya kira sudah ada 4 pembicara. Saya persilahkan Pemerintah, pertanyaan dari Pak Rickson dan saran-saran untuk

dipanjakan. Kami persilahkan.

PEMERINTAH (MENAKERTRANS): Ya kita Panjakan saja Pak. T erima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, kalau begitu kita Panjakan saja.

ARSIP D

PR RI

Page 38: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

(KETOK PALU 1 X)

Rekan-rekan yang saya hormati. Kita menginjak ke pasal 106. Barang siapa termasuk korporasi dengan sengaja: a. mengalihkan danlatau memindahtangankan ijin penempatan TKI diluar negeri

sebagaimana dimaksud dalam pasal 20, b. penempatan TKI diluar negeri yang tidak mempunyai kantor perwakilan di negara TKI

ditempatkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (1) dan ayat (2), c. tidak menunjuk mitra usaha yang dipersyaratkan sebagaimana dimaksud dalam pasal

25 ayat (2), d. menempatkan TKI diluar negeri yang tidak mempunyai KTKLN sebagaimana

dimaksud dalam pasal 65, e. tidak melaksanakan kewajiban mengikutsertakan TKI yang akan diberangkatkan ke

luar negeri dalam pembekalan akhir pemberangkatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 70,

f. tidak melaksanakan pengurusan kepulangan TKI sebagaimana dimaksud dalam pasal 74 ayat (1),

g. tidak me/aksanakan kewajiban pengurusan pemulangan TKI yang meninggal dunia sebagaimana dimaksud dalam pasa/ 75 ayat (2),

h. menempatkan TKI diluar negeri untuk negara tertentu atau jabatan-jabatan tertentu yang dihentikan atau dilarang oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 ayat (1),

i. tidak me/aksanakan kewajiban mengikuti program pemilihan dan perlindungan TKI sebagaimana dimaksud dalam pasa/ 85 ayat (1) dipidana dengan hukuman pidana paling singkat 1 bu/an dan paling lama 1 tahun danlatau denda paling sedikit Rp 100 juta dan paling banyak Rp 1 miliar.

Demikianlah rekan-rekan sekalian, beberapa ayat yang telah disampaikan dalam pasal 106 yang hukuman dan dendanya relatif lebih ringan.

Mungkin kami persilahkan Pak Menteri, barangkali ada penjelasan singkat.

PEMERINTAH (MENAKERTRANS): Terima kasih Pak Ketua. Mengapa dia lebih ringan? ltu bisa di pasal 107 ayat (2), yaitu tindakan pidana

pe/anggaran. Sedangkan yang didepan itu tindakan pidana kejahatan. Saya kira demikian Pak.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Menteri. Kami persilahkan rekan-rekan dari Komisi VII untuk menanggapinya. Silahkan Pak Ahmad Sayuti.

FRAKSI PKB (AH. SAYUTI): T erima kasih Ketua. Jadi saya baca 1 saja, Pak. 106 (a) mengalihkan dan seterusnya sebagaimana dimaksud

da/am pasal 20 konsep eksekutif. lni pasal 20 itu bukan masalah memindahtangankan ijin penempatan TKI diluar negeri,

tetapi tentang pembentukan cabang-cabang. Oleh karenanya sebagaimana pasal-pasal terdahulu, sekiranya Pak Menteri setuju, ini dipanjakan.

Mahon maaf, Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Ahmad Sayuti. Pak Jacobus silahkan Pak.

ARSIP D

PR RI

Page 39: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

FRAKSI PDIP (JACOBUS K. MAYONG PADANG): T erima kasih Pimpinan. Bolehkah semua bagian ini, Ketentuan Pidana ini, sekaligus satu paket? Karena nanti toh

akan saling berkaitan, jadi karena tadi sudah disetujui dibawa ke Panja, sekaligus sama-sama. Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT: Ya, paling tidak penyesuaian pasal-pasalnya berubah dengan sistematika yang baru, kira­

kira begitu. Masih ada? Silahkan Pak Bond an dulu.

FRAKSI PBB (BONDAN MADJID): Jadi kami menambahkan, ini masukkan semua ke Panja yang berhubungan dengan

Pldana. Tapi kami memohon kepada Pemerintah supaya Pemerintah membawa dari Kepolisian, Kejaksaan dan Pidana. lni karena menyangkut pidana.

Sebab seperti pada waktu kita membahas masalah KORT, yang berkenaan dengan Pldana, itu juga dihadirkan oleh Pemerintah yaitu dari Kejaksaan, dari Kepolisian. Sehingga dengan demikian dapat menentukan berat ringannya Pidana dan teori-teori yang dipakai dalam menentukan Pidana itu.

Teri ma kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih. Masih ada? Kalau tidak ada, kami tawarkan kepada Pemerintah. Kami persilahkan.

PEMERINT AH (MENAKERTRANS): T erima kasih Pak Ketua. Dipanjakan, saya setuju. Tapi tidak setuju kalau bawa semua instansi datang ke sini. Karena bagaimanapun kita pernah membahas Undang-undang No. 13 tahun 2003,

Undang-undang No. 21 No. 2000. Sangsinya tetap, kita tentukan sendiri saja. Tidak usah perlu bertanya ke instansi, tidak ada itu. Kita sudah punya pengalaman menyusun Undang-undang itu.

Jadi menurut saya, tidak perlu kita bawa mereka. Kita tentukan saja sendiri. Saya kira demikian, Pak Ketua. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, pada prinsipnya DIM 106 ini kita bawa ke Panja.

Baiklah, rekan-rekan sekalian. Kita Ian jut dengan 107. Saya kira sama 107 ini.

(KETOK PALU 1 X)

(KETOK PALU 1 X)

Kita langsung ke Bab XVI, Ketentuan Lain-lain. 108 ini kita lewat, karena sudah dibahas tadi bersama dengan DIM 41.Ketentuan Lain­

Lain, Bab XVI atau Bab XIII, tidak ada masalah nomomya, apakah perlu ketentuan lain-lain atau tidak, ini ada 2 pasal dari Pemerintah.

kami persilahkan Pak Menteri, barangkali ada penjelasan singkat tentang Ketentuan Lain­lain ini.

PEMERINTAH (MENAKERTRANS): Terima kasih Pak Ketua.

ARSIP D

PR RI

Page 40: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

Ketentuan Lain-Lain karena begini. LPPTKS kan menggunakan Ketentuan Lain, yaitu Kepmen 104a. Di Pasal 111 ini, LPPTKS yang telah memiliki ijin penempatan TKI diluar negeri sebelum berlakunya Undang-undang ini wajib menyesuaikan persyaratan yang diatur dalam Undang-undang ini paling lama 1 tahun sejak berlakunya undang-undang ini.

Jadi artinya kita berikan kesempatan kepada mereka untuk menyesuaikan diri, tapi waktunya 1 tahun. Seperti nanti kita bahas juga mengenai modal daripada LPPTKS.

Yang kedua, dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

FRAKSI PBB (BONDAN MADJID): lnterupsi, Pak Ketua. Maksud kami, apakah Ketentuan Lain atau peralihan? Yang kami maksud itu, kalau

Ketentuan Lain, yang kita bicarakan bukan Peralihannya. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Jadi begini Pak Bondan. 199 ini Ketentuan Lain-lain, punya Dewan itu kosong, punya Pemerintah ada. Saya minta dulu klarifikasi dari Beliau, sedikit penjelasan tentang Ketentuan Lain-Lain

pada pasal 109. Sebelum saya lempar ke rekan-rekan.

PEMERINTAH (MENAKERTRANS): Lho saya tadi dengar seperti Ketentuan Peralihan. Jadi saya langsung ke Peralihan, begitu. Jadi sebenarnya perlu interupsi, Pak Bondan.

Karena saya menurut apa kata Pak Ketua, kan begitu. Terus yang kedua, Ketentuan Lain-Lain ini penting. Seperti pasal 109, TKI yang bekerja diluar negeri secara perorangan me/apor kepada instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dan perwakilan Republik Indonesia.

Jadi dia mau pergi itu dia lapor dulu ke instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. Sebab kalau tidak, sama seperti kemarin, sampai di lrak, di dor, sampai di sini orang ribut, mengapa kok Depnaker tidak tahu itu, mengapa tidak mengurus?

Jadi mereka wajib lapor, lalu setelah sampai di luar negeri, lapor lagi ke perwakilan kita. Ayat (2), Selain dokumen yang diperlukan untuk bekerja diluar negeri, TKI yang berkerja diluar negeri secara perseorang harus memiliki KTKLN.

Karena begini, menurut pengalaman, orang Thailand, dia menggunakan paspor kita, bekerja diluar negeri, ternyata orang Thailand. Jadi memang ada kartu yang kita berikan khusus kepada mereka, jadi kita bisa mengetahui, dia itu orang Indonesia atau bukan. ltulah kartu KTKLN itu Pak Ketua.

Jadi menu rut kami, ini sangat penting, Bab Lain-Lain itu. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Menteri. Jadi kembali ke Ketentuan Lain-Lain, kembali kepada rekan-rekan untuk menanggapinya.

FRAKSI REFORMASI (NURDIATI AKMA): Saya Pak. Saya ingin menanyakan, tentang KTKLN ini. lni di Indonesia tentu diambilnya, apakah ini tidak menjadi beban lagi bagi Si calon tenaga

kerja itu. Berarti harus ada lagi cost yang dikeluarkan. Terima kasih.

ARSIP D

PR RI

Page 41: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

KETUA RAPAT: Terima kasih lbu Nur. Masih ada yang lain? Pak Tjarda Muchtar.

FRAKSI PG (T JARDA MUCHTAR): Ya, pasal 109, DIM 200 dengan judul Ketentuan Lain-Lain. Di sini kan hanya sekedar pengumuman, tapi apa yang dimaksud belum jelas. Misalnya

yang saya bandingkan dengan DIM 139 pasal 71, saya baca Ketua, yang sudah kita Panjakan. Ayat (1 ), Setiap TKI wajib melaporkan kedatangannya di luar negeri kepada perwakilan Republik Indonesia di negara TKI penempatan. Saya ambil contoh 109, yang diusulkan pada halaman 103. ayat (1), TKI yang bekerja di luar negeri secara perseorangan melapor kepada instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di perwakilan Republik Indonesia. Kan hampir sama. Oleh karena itu saya pikir, perlu, apakah yang dikehendaki betul oleh Pemerintah terhadap

pengertian Ketentuan Lain-Lain ini? kalau ini kan pengulangan kalimat diatas, setiap TKI, di sini, TK/, begitu. Apa yang kita mau didalam ini? pengurusan dokumen? Hampir sama juga dengan yang diatas. Nah kalau Ketentuan Peralihan, itu tepat, seperti yang dibacakan Pak Menteri tadi.

Demikian Ketua.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Tjarda. Jadi intinya pasal 109 DIM 200 ini duplikasi dengan pasal 71, begitu, atau DIM 139? Silahkan Pak Herman.

FRAKSI PDIP (REKSO HERMAN): Terima kasih. Sepatu dipakai untuk senam, waktu untuk lalu lalang, waktu sudah pukul 18.00 WIB, apa

kita mesti pulang atau kita tunda, Pak?

KETUA RAPAT: Saya kira, saya terima kasih sudah diingatkan, Pak Herman. Tapi alangkah baiknya supaya tidak menganggu, untuk Bab 109, 110 kita selesaikan dulu,

Lalu apa yang diingatkan Pak Herman, kita sepakati. Kami persilahkan, sebelum saya lempar ke Pak Menteri. Oh, Pak Rickson.

FRAKSI PG (ARSEN RICKSON): Terima kasih Pak Ketua. Jadi memang saya pikir, untuk pasal 109, 110 itu, Ketentuan Lain-Lain ini, memang semua

ada dibelakang Pak. Kalau kita sisir semua, pasal 43 itu persis bunyinya. Kalau kita baca pasal 43 halaman 85. Jadi sebenarnya sudah ada disana. Jadi mungkin kalau sudah ada dibelakang saya pikir, mungkin Ketentuan Lain-Laini ini kita drop saja.

Tapi mungkin sementara ini ada keinginan Pemerintah untuk ada lain yang perlu diatur, selain yang ada di Batang Tubuhnya itu, tidak masalah. Justru saya melihat, didalam Batang Tubuh itu yang belum diatur adalah, kalau ini perorangan sudah, LPPTKS sudah, yang kemarin kita bicarakan mengenai perusahaan yang menggunakan sendiri tenaga kerja, justru itu tidak diatur. Mau diapakan mereka? Apa termasuk dalam kategori ini? Kita masukkan dalam Penjelasan, bisa juga, begitu.

Tapi kalau itu yang dimaksudkan, bisa masuk ke Penjelasan, mungkin Ketentuan Lain­Lain ini kita drop saja semuanya, karena sudah ada Pak, di belakang itu. Terima kasih Pak Ketua.

KETUA RAPAT: T erima kasih Pak Rickson. Pak Muryono.

ARSIP D

PR RI

Page 42: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

FRAKSI TNl/POLRI (MURYONO ALADIN): Terima kasih Ketua. Walaupun secara redaksional hampir mirip Pak. Mungkin ada pesan-pesan Pemerintah

yang lain mungkin. Kalau saran saya ini diPanjakan, kemudian mungkin nanti ada usul lain, supaya ini tidak hilang, Bab ini, begitu. Karena Bab ini pasti kita butuhkan, Pak. Mohan bab ini tidak kita drop, tapi redaksional atau apapun keinginan dari Pemerintah bisa diamanatkan di bab ini, dengan redaksional yang lain.

Jadi saran saya, dibawa ke Panja Pak. Terima kasih.

KETUA RAPAT: T erima kasih Pak Mur. Masih ada? Pak Lapoe, silahkan.

FRAKSI PG (LAPOE MOEKOE): Pak Ketua, Terima kasih. Jadi saya rasa memang perlu kita teliti lagi lebih baik. Karena sebenarnya isi dari bagian ini adalah bahwa pekerja perorangan di luar negeri itu

juga mendapat perlindungan. Nah kalau didalam aturan yang sudah kita buat ini, dia belum tercakup, maka dia harus masuk. ltu perlu kita sisir lagi.

Demikian, Pak Ketua.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Lapoe. Demikianlah Pak Menteri, komentar dari kawan-kawan tentang Ketentuan Lain-Lain yang

memuat pasal 109 dan 110. Kami persilahkan Pak Menteri.

PEMERINT AH (MENAKERTRANS): Wah, Pak Lapoe hebat komentar saya yang pertama. Karena Beliau sangat jeli itu. Pasal 71 itu beda, Pak Tjarda. Pasal 71 itu adalah mereka yang berangkat melalui LPTKS

dan sebagainya. lni kan bisa lihat, dia melaporkan. Melaporkan bisa perorangan, bisa tidak. Karena kalau dia perorangan, yang kita tidak setuju itu untuk perorangan adalah mereka yang penata laksana rumah tangga. Sedangkan mereka yang TKI sendiri tapi ada misalnya, ada perusahaan yang bawa, yang formal itu, nah itu terkena pasal 71.

Sedangkan pasal 109, seperti kayak lrak itu. Dia lihat di iklan, dia lihat di Internet, nah ini ada lowongan, dia langsung melamar, Pak. Di sana bilang, silahkan berangkat. lnilah yang kita wajibkan, harap melaporlah kepada perwakilan kita. Supaya dia tercatat disana, sehingga diberikan pula perlindungan, karena dia warga negara Indonesia. Kewajiban Pemerintah melindungi segenap WNI yang berada di luar negeri. Dimanapun dia berada. Yang pergi benar atau tidak, itu tanggung jawab kita. Tapi di sini kita atur supaya, Anda laporlah kepada perwakilan kita, dia juga lapor ke kita, sehingga kita data dia, tahu bahwa dia akan bekerja di lrak atau akan bekerja di Rusia atau di Kutub Utara. Kan bisa saja, satu saat kalau ada penangkapan ikan di Kutub Utara, kan?

Jadi artinya ini penting, begitu. Jadi saya kira memang saya bawa ke Panja. T erima kasih Pak.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Menteri. Bagaimana kalau kita Panjakan?

(RAPAT: SETUJU)

Rekan-rekan anggota Komisi VII. Bapak Menteri yang saya hormati. Waktu juga yang memisahkan kita untuk sementara Raker kita skors dan kalau tidak ada

aral melintang, besok kita bertemu pukul 09.00 WIB sampai Pukul 13.00 WIB untuk membahas Ketentuan Peralihan sampai dengan Ketentuan Penutup, plus masalah lalu yang terlewat yang belum kita bahas, yang akan dipersiapkan oleh Pak Menteri, materi-materinya.Usulan Pemerintah.

ARSIP D

PR RI

Page 43: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-023110-1890.pdf · Bapak Menteri yang saya hormati, sebelumnya izinkanlah saya untuk membaca

Oleh karena itu, sebelum saya tutup, atau saya skors, kami persilahkan Pak Menteri untuk barangkali ada kata-kata akhir yang ingin disampaikan.

Terima kasih.

PEMERINTAH (MENAKERTRANS): Harapan bahwa kita kan, waktu sangat mendesak, kecuali kita tidak berkeinginan untuk

disahkan sekarang, beda lagi itu persoalannya. Jadi saya mohonkan karena nanti setelah kita bahas, baik yang sisa maupun draft

Pemerintah yang belum kita sepakati, ya cobalah kita sama-sama merenungkan ini supaya perdebatan tidak terlalu panjang, dan mungkin ada satu hal yang saya inginkan kepada Pak Ketua, saya sangat setuju yang putar-putar, seperti usul Pak Tjarda itu. Ya kalau sudah putar satu kali, kami jawab, putar lagi lagi dua kali, kami jawab. Jangan diperdebatkan oleh para Anggota sendiri, begitu. Menterinya tidak bisa menangkap lagi, karena ini belum habis, ini, ini, ini. jadi kalau bisa kembali lagi seperti Tata Tertib kita.Putar sekali, kita jawab, setelah putar yang kedua kali, kita jawab, yang ketiga, kita jawab, kita sepakati bersama.

Barangkali sistem itu saya sangat sepakat. Dan saya mohon maaf, selama pembahasan ini, barangkali kurang berkenan di hati para Anggota yang saya hormati.

Sampai jumpa besok. Sekian. Terima kasih. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT: T erima kasih Pak Menteri. Kami persilahkan, ada apa Pak Tjarda?

FRAKSI PG (T JARDA MUCHTAR): Ya, saya tergugah hati kecil saya, Pak Ketua. Kata Pak Menteri, adakah kita mau menyelesaikan Undang-undang ini? Jawabnya

ada.Nah untuk mengejar itu, saya usul, toh bahan ini sedikit yang belum kita bahas secara cepat, begitu ya, tinggal berapa pasal saja. Ada yang Pemerintah sampai, kita tidak ada di DIM. Nah bagaimana saya usul, besok kita masuk Panja, Pak Ketua. Supaya kekuatiran itu tidak ada dusta diantara kita. Jadi kita cepat bahas di Panja,untuk kita masuk ke berikutnya.

Demikian, Pak Ketua.

KETUA RAPAT: Saya kira Pak Tjarda Muchtar, mungkin kalau saya boleh tawarkan, sekali lagi besok

merupakan Pansus terakhir saja. Mudah-mudahan kita kemas, selesai tidak selesai, besok kita harapkan kita selesai, Pansus terakhir. Setelah itu kita memfokuskan bagaimana tindakan selanjutnya dalam pembahasan Panja.

Oleh karena itu mungkin kita besok Pak Menteri, Pansus terakhir. Walaupun orangnya ini-ini saja, saya memahami.

Dengan mengucap Alhamdulillahirabbil Alamin, Rapat Kerja saya skors. Sampai bertemu besok pukul 09.00 WIB. Sekian dan Terima kasih. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

{RAPAT DISKORS PUKUL 18.05 WIS)

Jakarta, 7 September 2004

a.n. Ketua Rapat Sekretaris Rapat,

Rr. Anita Soekardjo, SH. NIP.210000974

ARSIP D

PR RI