dewan perwakilan rakyat republik...

30
56 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA R I S A L A H RAPAT PANITIA KHUSUS RUU TENTANG PROTOKOL Tahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : Rapat Kerja Rapat ke : 26 Dengan : - Menteri Luar Negeri RI - Menteri Dalam Negeri RI - Menteri Hukum dan HAM RI - Menteri Negara PAN dan Reformasi Birokrasi RI Hari, Tanggal : Senin, 25 Oktober 2010 Waktu : Pukul 14.00 – 16.15 WIB A c a r a : 1. Pengantar Ketua Pansus RUU tentang Protokol, 2. Laporan Ketua Panja DPR RI terhadap RUU tentang Protokol 3. Tanggapan Pemerintah terhadap RUU tentang Protokol 4. Pendapat Akhir Mini Fraksi-fraksi tentang RUU tentang Protokol T e m p a t : Ruang Rapat Pansus C, Gedung Nusantara II, Lt.3 Jl.Jend. Gatot Subroto-Jakarta Pimpinan Rapat : H. TRITAMTOMO, SH. Sekretaris Rapat : Drs. Budi Kuntaryo Hadir : …. orang Anggota dari 30 Anggota A. PIMPINAN : 1. DR. H. SUBYAKTO, SH., MH.,MM ( WAKIL KETUA ) ( F – PD ) 2. DRS. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si ( F – PG ) 3. H. Tb. SOENMANDJAJA, SD ( WAKIL KETUA ) ( F- PKS )

Upload: others

Post on 14-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

56

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

R I S A L A H RAPAT PANITIA KHUSUS RUU TENTANG PROTOKOL

Tahun Sidang

:

2010 - 2011

Masa Sidang : I Jenis Rapat : Rapat Kerja Rapat ke : 26 Dengan : - Menteri Luar Negeri RI

- Menteri Dalam Negeri RI - Menteri Hukum dan HAM RI - Menteri Negara PAN dan Reformasi Birokrasi RI

Hari, Tanggal : Senin, 25 Oktober 2010 Waktu : Pukul 14.00 – 16.15 WIB A c a r a : 1. Pengantar Ketua Pansus RUU tentang Protokol,

2. Laporan Ketua Panja DPR RI terhadap RUU tentang Protokol 3. Tanggapan Pemerintah terhadap RUU tentang Protokol 4. Pendapat Akhir Mini Fraksi-fraksi tentang RUU tentang Protokol

T e m p a t : Ruang Rapat Pansus C, Gedung Nusantara II, Lt.3 Jl.Jend. Gatot Subroto-Jakarta

Pimpinan Rapat : H. TRITAMTOMO, SH. Sekretaris Rapat : Drs. Budi Kuntaryo Hadir : …. orang Anggota dari 30 Anggota A. PIMPINAN :

1. DR. H. SUBYAKTO, SH., MH.,MM ( WAKIL KETUA ) ( F – PD ) 2. DRS. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si ( F – PG ) 3. H. Tb. SOENMANDJAJA, SD ( WAKIL KETUA ) ( F- PKS )

Page 2: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

57

B. ANGGOTA PANSUS RUU TENTANG PROTOKOL :

I. FRAKSI PARTAI DEMOKRAT : 1. H. HARRY WITJAKSONO, SH 2. DRS. UMAR ARSAL 3. HJ. HIMMATULLAH ALYAH SETIAWATY, SH., MH 4. DRS. H. GUNTUR SASONO, M.Si 5. RUSMINIATI, SH 6. RUHUT SITOMPUL, SH 7. DIDI IRAWADI SYAMSUDDIN, SH., LLM

II. FRAKSI PARTAI GOLKAR : 1. H. ANDI RIO IDRIS PADJALANGI, SH., M.Kn 2. IR. BASUKI TJAHAYA PURNAMA, MM 3. DRS. H. MURAD U NASIR, M.Si 4. ADITYA ANUGRAH MOHA, S.Ked 5. DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA

III. FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN : 1. HELMI FAUZI 2. ARIF WIBOWO 3. BUDIMAN SUDJATMIKO 4. SETIA PERMANA

IV. FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA : 1. KH. BUKHORI YUSUF, Lc., MA 2. DRS. AL MUZZAMIL YUSUF

V. FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL : 1. DRS. H. ACH RUBAI’E, SH., MH 2. DRS. H. RUSLI RIDWAN, M.Si

VII. FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN 1. H.A. DIMYATI NATAKUSUMA, SH., MH., M.Si 2. DRS. H. ZAINUT TAUHID SA’ADI, M.Si

VII. FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA : 1. DRS. H. IBNU MULTAZAM 2. DRS. H. OTONG ABDURAHMAN

VIII. FRAKSI PARTAI GERINDRA : 1. DRS. H. HARUN AL-RASYID, M.Si IX. FRAKSI PARTAI HANURA : 1. SARIFUDDIN SUDDING, SH., MH

Page 3: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

58

KETUA RAPAT/KETUA PANSUS/F- PDI PERJUANGAN (H. TRITAMTOMO, SH): Skors dicabut dan masuk pada acara inti, oleh karena itu Rapat Kerja dinyatakan dimulai.

(RAPAT DIBUKA PADA PUKUL : 14.00 WIB) Bismillahirrahmanirrahim. Yang saya hormati Saudara Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia beserta jajarannya, Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia atau yang mewakili dalam hal ini diwakili oleh Wamenlu beserta jajarannya, Yang saya hormati Saudara Menteri Dalam Negeri yang dalam hal ini diwakili beserta jajarannya, Yang saya hormati Saudara Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi beserta jajarannya, Para Pimpinan dan Anggota Pansus yang kami hormati, serta Hadirin sekalian yang kami muliakan, Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat siang dan Salam sejahtera buat kita sekalian, Oom Swastiastu,

Pertama-tama marilah kita memanjatkan puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, bahwa pada hari ini tanggal 25 Oktober 2010 kita semua dapat hadir di tempat ini dalam rangka melakukan kegiatan Rapat Kerja, dalam rangka pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Protokol dalam keadaan sehat walafiat tanpa kurang suatu apapun. Dan kepada semua pihak yang berkenan meluangkan waktunya, interaksi yang demikian padat, kiranya Allah yang Maha Besar akan memberikan ganjaran nikmat kepada kita semua. Amin. Selanjutnya kami sampaikan ucapan terima kasih atas kehadiran Saudara Menteri, Wakil Menteri atau pejabat yang ditunjuk telah hadir selaku mewakili pihak Pemerintah beserta jajarannya pada Rapat Kerja hari ini, dalam rangka melanjutkan Pembicaraan Tingkat I RUU tentang Protokol yang telah berproses lebih kurang 6 (enam) bulan lamanya. Dan semoga hari ini membuahkan dan sekaligus membuat berkah yang baik untuk kita semua. Menurut catatan Sekretariat hadir pada siang hari ini dan telah ditandatangani oleh 17 Anggota dari 30 Anggota Pansus, dengan demikian quorum telah tercapai, maka dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim perkenankanlah saya selaku Ketua Rapat membuka Rapat Kerja pada siang hari ini dan saya nyatakan Raker ini bersifat terbuka untuk umum.

Saudara Menteri yang kami hormati, Sebelum memasuki acara pokok ada baiknya kita mereview kembali secara sekilas terhadap rapat-rapat sebelumnya yang telah dilakukan dimana pada Rapat Kerja terakhir yaitu yang dilakukan pada tanggal 16 Juni 2010 yang lalu Pansus telah membentuk Panja dan menugaskannya untuk membahas DIM substansi sebanyak 113 DIM dari 205 DIM RUU tentang Protokol dan kesemuanya

Page 4: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

59

telah dibahas dalam Panja tersebut secara terpadu oleh berbagai pihak terkait baik dari Pemerintah maupun pihak DPR serta pendukung lainnya. Selanjutnya untuk mempersingkat waktu, marilah kita memasuki acara pertama Rapat Kerja ini yaitu Laporan Ketua Panja dan kepada Saudara Ketua Panja waktu dan tempat kami persilahkan.

KETUA PANJA/ WAKIL KETUA PANSUS/F- PG (DRS. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si.): Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Terima kasih kepada Ketua Pansus. Saya sebagai Ketua Panja RUU Keprotokolan dalam kesempatan ini ingin menyampaikan laporan terakhir dari pembahasan yang sudah dilaksanakan secara terpadu dan komprehensif. Namun sebelumnya seizin Pimpinan kami ingin menawarkan kepada Pemerintah untuk melakukan sinkronisasi atau koreksi mutakhir dari rumusan yang sudah secara komprehensif kami persiapkan, sebelum pada kesempatan nantinya saya menyampaikan laporan akhir. Oleh karena itu, kami persilahkan kepada Pemerintah jika ada sinkronisasi dan koreksi yang perlu dilakukan. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Waktu dan tempat kami persilahkan kepada pihak Pemerintah, disampaikan Pak.

PEMERINTAH/MENHUKUM DAN HAM ( PATRIALIS AKBAR, SH ) : Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat siang buat kita semua,

Alhamdulillah kita ketemu lagi di Raker ini, Bapak/Ibu sekalian yang kami hormati. Bapak Pimpinan yang kami hormati, Bapak dan Ibu Anggota Pansus yang kami hormati,

Kami bersama dengan Bapak Menpan serta Wakil Menlu mewakili Pemerintah secara bersama-sama. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Taufiq tadi sebagai Ketua di dalam Panja, terima kasih sekali, memang ada beberapa hal sebelum kita sahkan sebagai bagian dari koreksi yang menurut hemat kami sangat penting tetapi tidak merubah pada substansi masalah. Yaitu pertama pada Pasal 11 Pak, jadi dalam Pasal 11 itu tertulis sebagai berikut ayat (1) “tata tempat dalam acara kenegaraan dan selanjutnya …”, jadi mengenai acara kenegaraan ini kami minta dihapus, Pak, karena memang pada prinsipnya kan acara kenegaraan itu di tingkat nasional. Jadi acara kenegaraannya kita tiadakan Pak. Jadi selanjutnya berbunyi “tata tempat dalam acara

resmi di kabupaten/ kota ditentukan dengan urutan …”, jadi kita di sini mengatur tata acara resmi di kabupaten/kota, sedangkan acara kenegaraan tadi adalah acara yang dilaksanakan di tingkat nasional atau di tingkat pusat, itu satu Pak. Yang kedua, di dalam penjelasan Pasal 33 ayat (3) huruf “a” yaitu yang berbunyi sebagai berikut “yang dimaksud dengan kunjungan kenegaraan adalah kunjungan yang dilakukan oleh Kepala

Negara (Raja, Presiden, Sultan, Ratu, Paus, Kanselir atau yang dipertuan agung)”. Nah, kami memindahkan Pak, kalimat kanselir itu di sini kita hapus ya. Itu kita hapus dan kita pindakan ke huruf

Page 5: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

60

“b’, Pak. Jadi mohon maaf, jadi setelah sultan, ratu, paus, kanselir-nya ditiadakan, langsung kepada atau yang dipertuan agung. Sementara di dalam huruf “b”-nya, berbunyi demikian “yang dimaksud

dengan kunjungan resmi adalah kunjungan yang dilakukan oleh Perdana Menteri/Kepala

Pemerintahan”, perdana menterinya kita coret di sini kita pindahkan ke belakang. Jadi sehingga berbunyi demikian, “yang dimaksud dengan kunjungan resmi adalah kunjungan yang dilakukan oleh

Kepala Pemerintahan (Perdana Menteri,—ya kita pindahkan ke belakang—kanselir), dan selanjutnya sama kalimatnya untuk pertama kalinya dan selanjutnya. Itu ada beberapa hal koreksi dan masukan dari kami untuk penyempurnaan undang-undang kita ini Pak, Insya Allah. Terima kasih, Pimpinan.

KETUA PANJA/WAKIL KETUA PANSUS/F- PG/( DRS. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si. ): Terima kasih Pak Menteri. Dan rasanya memang koreksinya memang tepat sekali, yang terakhir posisi kanselir adalah kepala pemerintahan memang tidak sejajar dengan kepala negara, raja atau/dan lain sebagainya. Dan tidak banyak yang menggunakan kepala pemerintahan itu kanselir, barangkali Jerman yang kita kenal menggunakan kanselir ini. Ya, Austria. Barangkali ini bisa diterima oleh para teman-teman sekalian ya ? Terima kasih, sehingga kita bisa lanjutkan dengan Laporan Ketua Panja.

Yang terhormat Saudara Pimpinan dan para Anggota Pansus, Yang terhormat Saudara Menteri Hukum dan Ham beserta jajarannya, Yang terhormat Saudara Menteri Luar Negeri atau yang mewakili beserta jajarannya, Yang terhormat Saudara Menteri Dalam Negeri atau yang mewakili beserta jajarannya, Yang terhormat Saudara Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi atau yang mewakili beserta jajarannya, Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera buat kita semua,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga pada hari ini kita dapat melaksanakan tugas konstitusi berupa Pembahasan Tingkat I Rancangan Undang-Undang tentang Keprotokolan, penyampaian Laporan Ketua Panja di dalam Rapat Kerja Pansus.

Sidang yang terhormat, Keputusan Rapat Kerja Pansus pada tanggal 16 Juni 2010 telah menugaskan Panitia Kerja untuk melakukan pembahasan DIM RUU, dalam melaksanakan tugas tersebut Panja telah melakukan beberapa kali rapat baik rapat intern maupun rapat dengan Pemerintah. Selanjutnya kami selaku Ketua Panja akan melaporkan beberapa hal yang terkait dalam proses pembahasannya sebagai berikut : 1. Dari 113 DIM yang ditugaskan Pansus Panja telah berhasil menyelesaikan seluruh DIM-DIM

tersebut. 2. Dalam pembahasan RUU tentang Keprotokolan dalam Rapat Panja disesuaikan dengan prinsip-

prinsip keprotokolan antara lain :

Page 6: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

61

a. Mengatur tentang keprotokolan pada acara kenegaraan dan acara resmi. b. Ruang lingkup pengaturan keprotokolan yang dimaksud meliputi tata tempat, tata upacara

dan tata penghormatan. c. Pengaturan atas ruang lingkup keprotokolan hanya diperuntukan bagi :

1. Pejabat negara, 2. Pejabat pemerintahan, 3. Perwakilan negara asing dan/atau organisasi internasional, 4. Tokoh masyarakat tertentu.

3. Dalam Rapat Panja telah disepekati beberapa hal antara lain : a. Judul RUU menjadi RUU tentang Keprotokolan. Semula RUU ini berjudul RUU tentang

Protokol. b. RUU tentang Keprotokolan terdiri atas 9 Bab dan 39 pasal. Semula terdiri dari 10 Bab dan 40

pasal. c. Adapun bab yang dihapus adalah Bab VIII tentang Penyelenggaraan Protokol yang

dimasukan menjadi bagian Bab III tentang Acara Kenegaraan dan Acara Resmi pada Pasal 6 dan Pasal 7.

d. Ada penyempurnaan judul bab, pada Bab VII yang semula berjudul tentang Tamu Negara menjadi Bab VII tentang Tamu Negara, Tamu Pemerintah dan/atau Tamu Lembaga Negara Lainnya. Jadi kami banyak yang bisa menjadi tuan rumah, Pak.

4. Ada pun pasal yang dihapus di dalam draft RUU yaitu pada: a. Pasal 13 ayat (3) yaitu tentang tata tempat bagi isteri atau sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) : a. Isteri yang mendampingi suami mendapat tempat sesuai dengan urutan tata tempat suami. b. Suami yang mendampingi isteri mendapat tempat sesuai dengan urutan tata tempat isteri. b. Pasal 29 ayat (2) huruf “c” yaitu tentang penghormatan kepada jenazah. c. Pasal 31 ayat (1) yaitu tentang penghormatan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29

huruf “d” dapat berupa bantuan sarana dan pemberian perlindungan ketertiban dan keamanan yang diperlukan dalam acara kenegaraan dan acara resmi.

d. Pasal 31 ayat (2) yaitu tentang ketentuan lebih lanjut mengenai penghormatan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan pemerintah.

e. Pasal 35 yaitu tentang dalam hal pelaksanaan tugas protokol lalai atau tidak melaksanakan tugas protokol sesuai dengan peraturan perundang-undangan dikenai sanksi administratif sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Diatur tentang situasi dan kondisi tertentu yang menyebabkan tidak terlaksananya atau berlangsungnya acara kenegaraan dan acara resmi, Pasal 5 ayat (2), ayat (3) dan Pasal 25.

6. Penyelengggaraan acara kenegaraan dapat diselenggarakan oleh negara dan dilaksanakan oleh panitia negara, Pasal 6 ayat (1). Dan apabila acara kenegaraan diselenggarakan oleh lembaga

Page 7: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

62

negara lain pelaksanaannya dilakukan oleh lembaga negara dengan berkoordinasi dengan panitia negara, Pasal 6 ayat (2).

7. Semula dalam draft awal RUU tentang Pengaturan Tata Tempat tidak memberikan tempat kepada organisasi internasional tetapi karena organisasi sebagai pihak yang memiliki perwakilan tetap di Indonesia dan selalu mendapatkan undangan dalam acara kenegaraan dan acara resmi maka organisasi internasional termasuk sebagai salah satu pihak yang mendapat tata tempat dalam acara kenegaraan dan acara resmi terdapat di Pasal 4 ayat (2) huruf “c”.

8. Panja juga menyepakati bahwa beberapa hal yang diatur dalam RUU tentang Keprotokolan akan diatur dengan Peraturan Pemerintah pada Pasal 33 dan Pasal 34, Peraturan Perundang-undangan pada Pasal 31 dan ayat (3).

9. Panja juga menyepakati bahwa beberapa hal yang diatur dalam RUU tentang Keprotokolan akan diatur kembali di dalam peraturan pemerintah pada Pasal 12, Peraturan Presiden pada Pasal 23 ayat (4) dan Pasal 29 ayat (2).

10. Ada pasal-pasal baru yang disepakati dalam Panja yang semula belum terdapat dalam draft RUU yaitu pada Pasal 12 dan Pasal 25.

11. Pengaturan tata tempat juga diberlakukan pada acara resmi yang dilakukan di provinsi, kabupaten/kota terdapat pada Pasal 10 dan Pasal 11 yang baru saja mendapatkan koreksi.

12. Materi muatan yang mendapatkan pembahasan yang sangat alot dalam Panja antara lain: dalam hal pengaturan tentang tata tempat dalam acara kenegaraan di ibukota negara khususnya tentang tempat Anggota DPR, dan setelah melalui perdebatan cukup panjang serta lobi yang dilakukan maka akhirnya tata tempat bagi Anggota DPR satu kluster dengan menteri. Ini hanya tempat duduknya Pak, bukan segala-galanya ini, satu kluster itu. Untuk mencapai satu kluster yang sama saja susah setengah mati, Pak.

13. Dalam penjelasan umum juga mengalami perubahan mendasar disesuaikan dengan materi muatan yang terkandung dalam batang tubuh Pasal 1 sampai dengan Pasal 39.

Sidang yang kami hormati, Demikian laporan yang dapat kami sampaikan seluruh hasil pembahasan Panja dalam format Rancangan Undang-Undang tentang Keprotokolan beserta penjelasan pasal terlampir di dalam laporan ini dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan laporan Panja ini. Kami atas nama Pimpinan Panja mengucapkan terima kasih kepada seluruh Anggota Panja yang telah bekerja secara maraton siang maupun malam, tidak hanya di Jakarta tetapi di luar kota dan di luar negeri malam hari seakan tak kenal lelah demi selesainya materi RUU tentang Keprotokolan ini. Semoga apa yang kita hasilkan akan bermanfaat bagi bangsa dan negara.

Selanjut draft RUU hasil Panja ini kami serahkan ke Pansus untuk mendapatkan persetujuan dalam Rapat Kerja pada hari ini.

Terima kasih. Wabillahitaufiq walhidayah, Wassalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT :

Page 8: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

63

Terima kasih saya sampaikan kepada Saudara Drs. Taufiq Hidayat, M.Si yang telah menyampaikan laporannya kepada kita sekalian.

Saudara Pimpinan dan Anggota Pansus yang kami hormati, Saudara Menteri beserta jajarannya yang kami hormati, serta Hadirin sekalian yang berbahagia,

Sekarang perkenankanlah saya menanyakan kepada Sidang Dewan yang terhormat apakah laporan Panitia Kerja mengenai hasil pembahasan RUU Protokol tersebut dapat diterima? Pemerintah.

PEMERINTAH/MENHUKUM DAN HAM ( PATRIALIS AKBAR, SH ) : ...(tidak mengunakan microphone)…

KETUA RAPAT : Terima kasih. Dengan demikian maka sebagaian besar dari Pembahasan Tingkat I terhadap RUU tentang Protokol telah kita selesaikan dengan baik.

Selanjutnya marilah kita memasuki acara yang kedua yaitu Pendapat Akhir Mini Fraksi-fraksi dimulai dari Fraksi Partai Demokrat, waktu dan tempat kami persilahkan, disampaikan.

F- PD ( HJ. HIMMATULLAH ALYAH SETIAWATY, S.H., M.H. ): Terima kasih Pimpinan.

PENDAPAT AKHIR MINI FRAKSI PARTAI DEMOKRAT DPR RI TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG USUL INISIATIF DPR RI TENTANG PROTOKOL Juru Bicara : Hj. Himmatullah Alyah Setiawaty, S.H., M.H.

Nomor Anggota : 461

Assalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua, Yang terhormat Saudara Pimpinan Rapat Pansus RUU Protokol, Saudara Menteri Luar Negeri atau yang mewakili, Saudara Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Saudara Menteri Negara PAN dan Reformasi Birokrasi RI, Saudara Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia, Para Anggota Pansus Rancangan Undang-Undang Protokol, dan Hadirin yang kami hormati,

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunianya sehingga kita dapat menjalankan tugas konstitusional sebagai Anggota Dewan untuk menyampaikan Pendapat Akhir Mini Fraksi-fraksi terhadap Rancangan Undang-Undang Usul Inisiatif DPR tentang Protokol dalam rapat kita hari ini.

Page 9: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

64

Saudara Pimpinan, Saudara Menteri, Para Anggota Pansus dan hadirin yang kami muliakan, Seperti kita ketahui protokoler merupakan serangkaian aturan dalam acara kenegaraan atau acara resmi yang meliputi pada aturan mengenai tata tempat, tata upacara dan tata penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang yang sesuai dengan jabatan atau kedudukannya dalam negara, pemerintahan atau dalam masyarakat atau dalam tokoh masyarakat. Aturan protokoler bagi para pejabat negara tersebut diatas sebenarnya telah ada dalam Undang-Undang Nomor : 8 Tahun 1987 tentang Protokol, hanya saja pada saat ini perlu pengembangan dan penyesuaian sesuai dengan perkembangan masyarakat saat ini yang sesuai juga dengan dinamika yang tumbuh dan berkembang dalam sistem ketatanegaraan, budaya dan tradisi bangsa serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu amandemen Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 telah membawa implikasi terdapatnya beberapa lembaga negara yang berkedudukan sama seperti MPR, dan kehadiran lembaga-lembaga negara baru seperti Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, DPD, KPU, Komnas HAM, KPK, Komisi Ombudsman yang juga perlu pengaturan protokolernya. Dalam pengaturannya keprotokoleran ini hendaknya tidak menjadikan pekerjaan para penyelenggara negara menjadi lamban bersifat birokratis atau mempersulit kerja para penyelenggara negara. Pengaturan keprotokolan ini justru seharusnya akan dapat mempermudah dan memperlancar pelaksanaan tugas-tugas kenegaraan, karena itu pengaturan keprotokolan ini menjadi sangat penting yang menyangkut kepada pengaturan tata tempat, tata upacara dan tata penghormatan yang seharusnya dilaksanakan berdasarkan kedudukan atau berdasarkan jabatan yang dijabat. Pengaturan keprotokolan ini menjadi keharusan demi terselenggaranya dan tertibnya kegiatan-kegiatan atau program kerja para penyelenggara negara. Dengan pengaturan protokoler ini kami berharap meningkatnya semangat kerja penyelenggara negara dan pemerintahan sehingga juga akan meningkatkan kualitas kerja para penyelenggara dan pemerintahan.

Saudara Pimpinan, Saudara Menteri, Para Anggota Pansus dan Hadirin yang kami muliakan, Secara substantif pengaturan protokoler bagi para pejabat negara ini harus mengacu dan berpedoman kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan pengaturan protokoler yang memiliki nilai keamanan dan kenyamanan yang sepantasnya atau sewajarnya, artinya tidak berlebihan bagi para penyelenggara negara. Pengaturan protokoler yang sepantasnya dan sewajarnya ini juga harus mengingat kepada penggunaan anggaran negara yang tepat, efisiensi dan efektif, mengingat bahwa anggaran negara yang terbatas.

Page 10: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

65

Secara substansi Rancangan Undang-Undang tentang Protokol ini terdiri dari 10 bab dengan 41 pasal yang berisi tentang 1. Bab I dan seterusnya; Bab II dan seterusnya, Bab III dan seterusnya sampai dengan Bab X.

Saudara Pimpinan, Saudara Menteri, Para Anggota Pansus dan Hadirin yang kami muliakan, Dalam implementasinya kami juga berharap pelaksana protokoler harus sama begi seluruh pejabat negara seperti MPR, DPR, DPD dan lainnya dengan pejabat pemerintahan yang selevel, sehingga tercipta keadilan bagi pejabat negara dan pemerintahan. Secara substantif, kami berpandangan rancangan undang-undang yang telah kita bahas secara stimultan ini telah cukup memberikan keamanan dan kenyamanan bagi terselenggaranya tugas-tugas kenegaraan bagi para penyelenggara negara dan pemerintahan. Dan yang tak kalah pentingnya adalah implentasi atau pelaksanaan dari kegiatan protokoler ini terselenggara dengan baik dan sesuai dengan prinsip efisiensi dan efektivitas tanpa meninggalkan kegiatan protokoler yang seharusnya dan sewajarnya demi tertibnya penyelenggaraan negara. Karena itu, kami menyambut baik undang-undang ini dan dengan mengucapkan Bismillahhirrahmannirrahim puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, Fraksi Partai Demokrat DPR RI menyetujui Rancangan Undang-Undang Usul Inisiatif DPR RI tentang Protokol ini untuk disahkan menjadi Undang-Undang dalam Rapat Pansus kita pada hari ini. Demikianlah Pendapat Akhir Mini Fraksi Partai Demokrat ini, kiranya Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa meridhai kita untuk segera menyelesaikan pembahasan RUU ini. Terima kasih kami sampaikan kepada Saudara Pimpinan, Saudara Menteri, para Anggota Pansus dan hadirin sekalian yang atas perhatiannya dan kesempatan yang diberikan kepada kami.

Wassalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua.

Pimpinan Fraksi Partai Demokrat Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Ketua Sekretaris,

DR. Ir. Muhamad Jaf’ar Hafsah Sa’an Mustofa

Terima kasih. KETUA RAPAT :

Terima kasih, selanjutnya waktu dan tempat kami persilahkan kepada Fraksi Partai Golkar, disampaikan. F- PG ( ADITYA ANUGRAH MOHA, S.Ked. ): Terima kasih Pimpinan.

Page 11: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

66

PENDAPAT AKHIR MINI FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEPROTOKOLAN

Bismillahhirrahmannirrahim Assalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua, Saloom, Oom Swastiastu, Namu Budai, Yang saya hormati Saudara Pimpinan Pansus beserta dengan seluruh Anggota Pansus, Yang terhormat Saudara Menteri Luar Negeri atau yang mewakili, Wakil Menteri Luar Negeri, Yang terhormat Saudara Menteri Dalam Negeri atau yang mewakili, Yang terhormat Saudara Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia, Yang terhormat Saudara Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Seluruh hadirin yang saya muliakan,

Pertama-tama perkenankan saya mengajak Ibu/Bapak dan hadirin sekalian untuk memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan limpahan karunia dan rahmat-Nya sehingga hari ini kita semua dapat berkumpul di tempat ini. Selanjutnya perkenankanlah Fraksi Partai Golkar memberikan pandangan dan pendapat mengenai hasil pembahasan rancangan undang-undang ini. Fraksi Partai Golkar memandang bahwa semangat dalam pengaturan tentang keprotokolan sudah sesuai dengan konstitusi kita karena negara memang menghormati kedudukan para pejabat negara, pejabat pemerintah, pejabat penyelenggara pemerintahan daerah, tokoh masyarakat dan perwakilan negara asing dengan protokol. Dalam usaha mencapai pengaturan protokol yang tumbuh dan berkembang berdasarkan nilai sosial budaya bangsa dipandang perlu untuk mengatur protokol secara menyeluruh. Undang-undang ini diharapkan akan menjadi pedoman penyelenggaraan suatu acara berjalan tertib, rapi, lancar dan teratur sesuai ketentuan dan kebiasaan yang berlaku baik secara nasional maupun internasional. Lebih dari itu maksud diundangkannya undang-undang ini diharapkan akan lebih menciptakan hubungan baik dalam tata pergaulan antar bangsa, karenanya Fraksi Partai Golkar memberikan apresiasi dan dukungan atas upaya tersebut, karena dengan peraturan tersebut diharapkan adanya kepastian bagi penghormatan kepada pejabat negara, pejabat pemerintahan, tokoh masyarakat, tamu asing dan/atau perwakilan negara asing sesuai dengan kedudukan dalam negara, pemerintahan dan masyarakat.

Page 12: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

67

Hadirin yang mulia, Beberapa hal yang mendapat perhatian dalam pembahasan rancangan undang-undang ini telah berhasil kata sepakat. Hal itu diantaranya adalah tentang urutan tata tempat dalam acara kenegaraan dan acara resmi, urutan tata tempat bagi Anggota DPR RI, penyelenggara keprotokolan pada acara kenegaraan dan acara resmi, pejabat negara, pejabat pemerintahan, tokoh masyarakat tertentu dan perwakilan negara asing dalam acara kenegaraan atau acara resmi mendapat penghormatan dan kepala perwakilan asing. Fraksi Partai Golkar berpendapat, kata sepakat diantara Fraksi-fraksi ini terhadap persoalan di atas akan semakin mengatur secara lebih lengkap dan terpadu proses keprotokoleran di Indonesia dengan standar internasional.

Fraksi Partai Golkar sependapat agar tamu negara, tamu pemerintah dan/atau tamu lembaga negara lainnya yang berkunjung ke negara Indonesia mendapat pengaturan protokol sebagai penghormatan kepada negaranya sesuai dengan azas timbal balik, norma-norma dan/atau kebiasaan dalam tata pergaulan internasional.

Fraksi Partai Golkar setuju agar penyelenggaraan protokol dilaksanakan oleh pelaksana tugas protokol yang merupakan bagian dari kesekretariatan lembaga negara atau instansi pemerintah yang bertugas pokok dan fungsinya menyelenggarakan protokol di tempat penyelenggaraan acara resmi dan acara kenegaraan.

Saudara Pimpinan Pansus, Menteri Dalam Negeri, Menteri Luar Negeri, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia, para Anggota Pansus dan hadirin yang saya muliakan,

Berdasarkan pendapat dan pertimbangan sebagaimana yang telah kami kemukakan Fraksi Partai Golongan Karya DPR RI dengan mengucapkan Bismillahhirrahmannirrahim menyatakan dapat menerima dan menyetujui Rancangan Undang-Undang tentang Keprotokolan untuk dilanjutkan dalam pembicaraan Tingkat II pengambilan keputusan dalam Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk kemudian disahkan menjadi undang-undang. Menyusul diundangkannya peraturan ini Fraksi Partai Golkar menyarankan kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk menyusun Pedoman Keprotokolan DPR RI yang diharapkan dapat menjadi panduan bagi seluruh anggota dan para pemangku kepentingan pelaksanaan tugas DPR RI dalam melaksanakan kunjungan di dalam dalam negeri dan di luar negeri. Akhirnya perkenankanlah kami menyampaikan terima kasih atas perhatian Saudara Menteri beserta jajarannya kepada semua fraksi-fraksi di DPR RI, Pimpinan dan para anggota Pansus dan serta semua pihak yang terlibat dalam pembahasan Pansus rancangan undang-undang ini. Semoga Allah SWT memberikan perlindungan, bimbingan dan petunjuk serta hidayah-Nya kepada kita semua.

Suara Golkar, Suara Rakyat.

Page 13: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

68

Pimpinan Fraksi Golkar Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Drs. Taufiq Hidayat, M.Sc. Ketua Pansus F- PG DPR RI

Wabillahitaufiq Walhidayah Wassalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT :

Terima kasih. Selanjutnya waktu dan tempat kami persilahkan kepada Fraksi PDI Perjuangan, disampaikan.

F- PDI PERJUANGAN (ARIF WIBOWO): Terima kasih Pimpinan.

PENDAPAT AKHIR MINI FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEPROTOKOLAN Disampaikan Oleh : Arif Wibowo

Nomor Anggota : 380

Assalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh Selamat sejahtera bagi kita semua, Oom Swastiastu, Merdeka. Yang terhormat Saudara Pimpinan dan Anggota Pansus, Yang terhormat Saudara-saudara para Menteri, dan Hadirin yang dimuliakan,

Pertama-tama marilah kita panjatkan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang memungkinkan kita bersidang pada hari ini dengan agenda penyampaian pendapat akhir mini fraksi-fraksi pada pengambilan keputusan Pembicaraan Tingkat I Rapat Kerja terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Keprotokolan. Sebagaimana pernah disampaikan terdahulu melalui pandangan dan pendapat Fraksi PDI Perjuangan pada awal pembahasan RUU Keprotokolan dikemukakan bahwa penyusunan terhadap RUU keprotokolan merupakan upaya untuk memberikan dasar hukum yang kokoh dan memadai dalam rangka memperbaiki protokol acara resmi kenegaraan dan pemerintahan serta penghormatan secara proporsional terhadap pejabat negara, pejabat pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat sesuai dengan kedudukannya masing-masing. Selain sebagai dasar hukum yang kuat, penyusunan RUU tersebut juga dirasakan penting jika menilik secara seksama hasil perbaikan konsep ketatanegaraan Indonesia melalui perubahan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang secara khusus mengatur tentang

Page 14: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

69

lembaga negara yang berkonsekwensi pada keniscayaan perubahan terhadap tata upacara kenegaraan. Oleh karena itu, dalam RUU Keprotokolan yang baru diharapkan mampu mengatur berbagai ketentuan hukum sebagai penyempurnaan sekaligus mengganti Undang-Undang Nomor: 8 Tahun 1987 tentang Protokol yang berlaku saat ini untuk diperkaya dengan substansi yang sesuai dengan perubahan sistem ketatanegaraan menurut Undang-Undang Dasa Republik Indonesia Tahun 1945 identitas atau jati diri dan budaya bangsa dan tradisi yang sifatnya khas serta unik memperhatikan tata cara atau protokol yang berlaku pada masyarakat internasional yang telah menjadi kebiasaan dunia.

Saudara Pimpinan, Anggota, para Menteri dan hadirin yang mulia, Menyimak dan mempelajari seluruh pembahasan terhadap RUU tentang Protokol maupun berbagai pendapat yang berkembang di masyarakat, Fraksi PDI Perjuangan pada kesimpulan bahwa RUU Keprotokolan yang sekarang memasuki pembahasan tingkat akhir ini telah mampu mengakomodasi substansi-substansi penting berbagai tuntutan penyempurnaan sebagaimana yang diharapkan meskipun dalam ukuran yang sangat minimal yakni terbatas pada penegasan ruang lingkup serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam acara kenegaraan atau acara resmi, bentuk penghormatan negara kepada seseorang sesuai dengan jabatan dan/atau kedudukannya dalam negara, pemerintahan atau masyarakat, tamu negara, kepala perwakilan negara asing, dan/atau organisasi internasional yang keseluruhannya diatur berdasar pada tata tempat, tata upacara dan tata penghormatan. Oleh karena itu, Fraksi PDI Perjuangan perlu memberi catatan khusus terhadap beberapa hal yang juga tidak kalah penting tetapi belum menjadi norma yang seharusnya dapat diakomodir dalam naskah akhir RUU Keprotokolan sebelum disetujui untuk dilanjutkan pembahasannya pada pembicaraan tingkat pengambilan keputusan yakni: 1. Prinsip atau azas efisiensi. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pemborosan

pada keuangan negara, mengingat terlalu banyaknya pihak yang diatur dengan keprotokolan yang berkonsekwensi kepada keuangan negara yang akan dikeluarkan.

2. Ketidakadaan pengaturan sanksi juga menjadi persoalan ketika kegiatan protokol tercederai oleh hal yang lebih banyak disebabkan kelalaian yang dilakukan pihak-pihak penyelenggara yang dalam RUU ini adalah Panitia Negara yang diketuai oleh pejabat terkait yang membidangi urusan kesekretariatan lembaga negara yang dilaksanakan oleh petugas protokol yang merupakan bagian dari kesekretariatan lembaga negara dan/atau instansi pemerintahan. Pengaturan sanksi tersebut dimaksudkan agar pelaksanaan keprotokolan dilaksanakan dengan prinsip kehati-hatian karena menyangkut wibawa dan kehormatan negara dan/atau organisasi yang melekat pada pejabat negara.

Page 15: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

70

3. Belum diatur ketentuan yang memberi batasan untuk penyusunan peraturan pelaksana RUU Keprotokolan baik dalam bentuk peraturan pemerintah atau peraturan presiden yang akan memastikan tingkat efektivitas implementasi setelah RUU ini disahkan menjadi undang-undang.

4. Terakhir mengenai masalah pengaturan akses masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat keprotokolan yang juga perlu dibuat pengaturan lebih lanjut. Selain itu RUU tentang Keprotokolan telah mendefinisikan pejabat negara dan pejabat pemerintahan yang akan berkonsekwensi pada hak-hak administratif dan hak keuangan yang harus disediakan oleh negara maka setelah RUU Keprotokolan disahkan menjadi undang-undang menjadi relevan untuk segera ditindaklanjuti dengan perubahan berbagai undang-undang terkait diantaranya Undang-Undang Nomor: 12 Tahun 1980 tentang Hak Keuangan atau Administratif Pimpinan dan Anggota Lembaga Tertinggi Tinggi Negara serta bekas Pimpinan Lembaga Tertinggi Tinggi Negara dan Bekas Anggota Lembaga Tinggi Negara dan Undang-Undang Nomor: 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor: 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.

Saudara Pimpinan, Anggota, Para Menteri dan Hadirin yang mulia, Terhadap berbagai substansi dan catatan khusus sebagaimana tersebut di atas, Fraksi PDI Perjuangan memandang bahwa Rancangan Undang-Undang Keprotokolan yang dibahas telah mengalami perbaikan dan penyempurnaan meskipun belum sepenuhnya menjawab berbagai persoalan khususnya yang menjadi keluhan masyarakat baik akses maupun kenyamanan masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya. Oleh karena itu, mengenai hal-hal pokok yang telah dicapai berikut keseluruhan ketentuan dalam RUU tentang Keprotokolan sebagaimana disepakati untuk disahkan menjadi undang-undang Fraksi PDI Perjuangan berharap semua hal pokok itu dapat dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokratis, berkeadilan, transparan, akuntabel, kejujuran, moral dan etika. Dengan demikian, Fraksi PDI Perjuangan DPR RI dapat menyetujui agar Rancangan Undang-Undang tentang Keprotokolan sebagaimana disampaikan dalam Rapat Pansus ini untuk diteruskan pada pembahasan tingkat pengambilan keputusan pada Rapat Paripurna DPR RI untuk disahkan menjadi undang-undang.

Pimpinan dan Anggota Pansus, Saudara-saudara Menteri, beserta hadirin yang kami hormati,

Pada kesempatan ini Fraksi PDI Perjuangan mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan dan Anggota Pansus beserta seluruh staf Sekretariat, pada wakil Pemerintah beserta jajarannya serta seluruh elemen masyarakat atas dedikasi dan dukungannya melalui berbagai masukan yang diberikan. Semoga keseluruhannya bermanfaat bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta dalam menjaga dan kehormatannya. Sekian dan terima kasih.

Page 16: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

71

Wassalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Oom Santi Oom, Merdeka.

Jakarta, 25 Oktober 2010 Pimpinan Pansus RUU tentang keprotokolan

Fraksi partai demokrasi indonesia perjuangan dewan perwakilan rakyat KETUA,

ttd H. TRITAMTOMO, SH NO. ANGGOTA : 322

Merdeka. KETUA RAPAT :

Terima kasih. Selanjutnya waktu dan tempat kami persilahkan kepada Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, disampaikan.

F- PKS ( DRS. AL MUZAMMIL YUSUF ): PENDAPAT AKHIR MINI FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DPR RI

TERHADAP PERSETUJUAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEPROTOKOLAN

Disampaikan Oleh : Al Muzzamil Yusuf Nomor Anggota : 56

Yang kami hormati Pimpinan dan Anggota Pansus RUU Keprotokolan, Saudara Menteri Hukum dan HAM beserta jajarannya, Saudara Menteri Luar Negeri beserta jajarannya, Saudara Menteri Pendayagunaan dan Aparatur Negara beserta jajarannya, Saudara Menteri Dalam Negeri beserta jajarannya, serta Hadirin sekalian yang berbahagia, Assalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang memberikan kesempatan sehingga hari ini kita dapat melaksanakan tugas kenegaraan dengan sebaik-baiknya, seraya berharap semoga ikhtiar kita pada saat yang berbahagia ini menjadi bagian menuju kebaikan bangsa negara yang kita cintai.

Pimpinan dan Anggota serta hadirin yang kami hormati, Indonesia sebagai negara dan sebagai bangsa yang secara tegas menyatakan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasarnya yaitu negara yang merdeka, bersatu dan berdaulat serta telah memperoleh kemerdekaan dengan segala perjuangan para pahlawannya adalah kita kini sebagai negara yang terhormat. Keyakinan diri tersebut membangunkan kesadaran kepada segenap warga

Page 17: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

72

bangsa untuk memahami dan meyakini bahwa Republik Indonesia sudah sepantasnya memiliki dan menempatkan harga diri bangsanya secara bermartabat baik di dalam maupun di luar negeri. Fraksi PKS memahami eksistensi sebuah negara dalam menghadapi dunia yang semakin terbuka menjadi tantangan tersendiri bagi kita untuk menjadikan nilai wawasan kebangsaan sebagai keunggulan sebuah bangga di hadapan bangsa-bangsa lain di dunia. Nilai-nilai kebangsaan tersebut pada tataran empiris yang merupakan salah satu faktor penopang keberhasilan melakukan pembangunan bangsa di tengah derasnya pengaruh ekonomi, politik dan budaya yang merupakan suatu keniscayaan di dalam desa kecil yang bernama globalisasi. Semangat wawasan kebangsaan tersebut harusnya dipahami oleh seluruh masyarakat dan tentunya dipelopori oleh penyelenggara negara didalam setiap perhelatan kenegaraan mulai dari struktur pemerintahan ditingkat pusat sampai dengan struktur pemerintahan di tingkat terkecil di daerah sudah seharusnya menempatkan wawasan kebangsaan sebagai jiwa dalam penghormatan terhadap simbol-simbol kenegaraan itu sendiri. Fraksi PKS memandang ada hal-hal yang tak terelakan lagi bagi sebuah negara berdaulatan dan dalam kaitannya dengan pengejawantahan hal tersebut maka Indonesia sudah selayaknya memiliki kaedah-kaedah keprotokolan yang lebih memberikan cerminan penghormatan terhadap simbol-simbol kenegaraan. Kami berpandangan proses pelembagaan nilai-nilai protokoler hendaknya ditempatkan secara proporsional baik terhadap sistem politik, ekonomi maupun juga sosial kebudayaan. Kita juga memahami sebagai sebuah negara yang demokratis maka kaedah protokol tidak boleh menimbulkan kesan arogansi elit terhadap masyarakatnya maupun kesan eksklusivitas yang kerap kali dikeluhkan oleh publik. Fraksi PKS menyadari kaedah protokoler acap kali dianggap memberikan kesan penghormatan yang berlebihan bahkan merepotkan masyarakat, Pemerintah maupun juga DPR serta lembaga negara lainnya harus memberikan contoh serta komitmen kuat bahwasanya penghormatan simbol-simbol kenegaraan bukanlah sesuatu yang tidak ramah di tengah-tengah rakyat, publik harus memahami bahwa protokoler merupakan bagian dari sistem penataan keamanan, ketertiban serta proses yang harus diadakan sebagai bagian penyelarasan hak dan kewajiban antara pejabat negara dalam kaitannya dengan publik. Justru karena itulah Rancangan Undang-Undang tentang Keprotokolan ini memberikan penataan yang kuat terhadap nilai-nilai tersebut. Oleh karenanya pada kesempatan ini tanpa ingin memperpanjang pembahasan Fraksi PKS yang telah aktif dalam berbagai pembahasan RUU ini pada kesempatan ini menyatakan siap untuk mensahkan undang-undang ini dalam persidangan berikutnya Paripurna.

Page 18: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

73

Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih atas peran serta seluruh pihak dan mohon maaf atas segala kekurangan, dan atas segala perhatiannya kami sampaikan terima kasih.

Wabillahittaufiq Walhidayah, Wassalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Jakarta, 17 Dzulqaadah 1431 Hijriyah/25 Oktober 2010

Pimpinan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Ketua, Sekretaris, Mustafa Kamal K.H. Ir. Abdul Hakim.

Demikian, Pimpinan. Wabillahittaufiq Walhidayah, Wassalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Pimpinan,

Dari Fraksi PKS kami mohon waktu karena ada beberapa edit penyerahannya disusulkan, demikian. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Terima kasih atas penjelasan yang disampaikan oleh Fraksi Partai Keadilan Sejahtera yang mana nanti akan diserahkan menyusul setelah ada perbaikan redaksional. Dan selanjutnya kami persilahkan kepada rekan Fraksi Partai Amanat Nasional untuk menyampaikan pandangannya, waktu dan tempat kami persilahkan. Silahkan.

F- PAN ( DRS. H. RUSLI RIDWAN, M.Si. ): PENDAPAT AKHIR MINI FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEPROTOKOLAN Dibacakan oleh : Rusli Ridwan

Assalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua, Saudara Pimpinan Pansus yang terhormat, Saudara Menteri Luar Negeri atau yang mewakili yang saya hormati, Saudara Menteri Dalam Negeri atau yang mewakili yang saya hormati, Saudara Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia yang saya hormati, Saudara Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia yang terhormat, Saudara Anggota Pansus yang terhormat, dan hadirin sekalian yang berbahagia,

Page 19: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

74

Puji dan syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat, taufik, inayah-Nya sehingga pada hari ini kita dapat melaksanakan tugas-tugas kita dengan baik untuk mendorong percepatan perbaikan bangsa dan negara.

Saudara Pimpinan, Para Menteri dan Para Anggota Dewan yang terhormat, Sistem pemerintahan demokratis meniscayakan pembagian kekuasaan ke dalam tiga rumpun atau dikenal dengan Trias Politica yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif. Dalam sistem demokrasi kita pejabat negara dipilih secara langsung dan bebas oleh rakyat atau dipilih oleh DPR atau ditunjuk oleh Presiden melalui proses penyaringan berdasarkan pada kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh yang bersangkutan. Dinamika perkembangan politik Indonesia pasca reformasi telah menyebabkan lahirnya berbagai lembaga negara yang baru sesuai dengan paradigma baru konsitusi negara kita pasca empat kali amandemen. Karena itu, terbentuk konfigurasi baru dalam hubungan antar lembaga negara yang sebelumnya tidak ada sama sekali. Berbagai lembaga negara yang ada dapat dikategorikan menjadi lembaga negara utama dan lembaga negara baru. Kategori yang pertama menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 adalah MPR, Presiden dan Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung, dan Mahkamah Konsitusi. Sedangkan lembaga-lembaga lain yang tidak termasuk kategori tersebut merupakan lembaga negara dalam kategori kedua.

Saudara Pimpinan, Para Menteri dan Para Anggota Dewan yang terhormat, Kedudukan hirarkis dan fungsi kelembagaan satu lembaga negara membawa konsekwensi terhadap perlakuan protokoler dalam konteks inilah pembahasan rancangan undang-undang ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk memberikan pengaturan mengenai perlakuan keprotokolan tersebut sesuai dengan budaya lokal dan juga tata pergaulan internasional. Pembuatan undang-undang ini juga sangat penting dalam konteks untuk mengatur lembaga-lembaga baru pasca reformasi untuk menkonsolidasikannya dalam struktur kenegaraan kita, sebab secara teoritik terdapat berbagai lembaga baru yang tidak bisa lagi dikategorikan dalam three kontomi Montesque di atas. Kita semua memahami bahwa pengaturan mengenai hal ini sangat diperlukan untuk menentukan budaya dan martabat bangsa ini, tentu sudah merupakan sebuah keharusan untuk menghargai para pejabat negara kita yang memiliki tugas berat untuk menyelenggarakan negara, tamu negara lain dan juga tokoh masyarakat yang menempatkan mereka pada posisi yang tepat.

Saudara Pimpinan, Para Menteri dan Para Anggota Dewan yang terhormat, Fraksi Partai Amanat Nasional berharap pengaturan tentang keprotokolan ini nantinya dapat dijadikan sebagai salah satu dasar hukum dan dorongan moral untuk mengimplementasikan prinsip kesederajatan diantara berbagai rumpun kekuasaan yang ada sehingga melahirkan semangat check

and balance diantara masing-masing lembaga, dengan kata lain pengaturan keprotokolan ini tidak membuat citra sebuah lembaga menjadi superior di atas lembaga yang lain, padahal seharusnya memiliki posisi dan fungsi masing-masing yang setara. Dan yang tak kalah pentingnya, pengaturan ini jangan sampai menjauhkan pejabat negara dari rakyat, penghormatan rakyat kepada para pejabat

Page 20: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

75

negara sesungguhnya lahir karena kepribadian pejabat-pejabat yang bersangkutan karena komitmen dan kinerja mereka dengan memberikan yang terbaik bagi masyarakat, bangsa dan negara, bukan semata-mata karena aturan-aturan yang dibuat.

Saudara Pimpinan, Para Menteri dan Para Anggota Dewan yang terhormat, Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, Fraksi PAN DPR RI menyetujui pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Keprotokolan dilanjutkan dalam Pembicaraan Tingkat II di Rapat Paripurna DPR RI untuk segera disahkan menjadi Undang-Undang. Demikian pandangan Fraksi PAN DPR RI kami sampaikan. Atas perhatian hadirin sekalian saya ucapkan terima kasih.

Wabillahittaufiq walhidayah, Wassalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Jakarta, 25 Oktober 2010

Pimpinan Fraksi Partai Amanat Nasional Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Ir. H. Teguh Juwarno Ir. H. Tjatur Sapto Edy, M.Sc. Sekretaris, Ketua,

KETUA RAPAT : Waktu dan tempat yang semua akan disampaikan oleh Fraksi Partai Persatuan Pembangunan yang kebetulan karena keterbatasan personal yang ada dan beliau melakukan kegiatan yang lain yang tidak bisa ditinggalkan, yang jelas beliau menyampaikan bahwa dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan pada prinsipnya menyetujui tentang RUU Keprotokolan Indonesia. Secara garis besar dan tertulis sudah disampaikan dan nanti akan disampaikan kepada pihak Pemerintah. Demikian, selanjutnya kami persilahkan kepada Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa untuk menyampaikan. Waktu dan tempat kami persilahkan.

F- PKB ( DRS. H. IBNU MUTAZAM ): Assalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh Salam sejahtera kepada kita semua,

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEPROTOKOLERAN Disampaikan oleh : Drs. H. Ibnu Mutazam

Nomor Anggota : A-167

Yang saya hormati Pimpinan Sidang, Yang saya hormati Saudara Menkumham beserta jajarannya, Yang saya hormati Saudara Menpan serta segenap jajarannya,

Page 21: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

76

Saudara Menlu atau yang mewakili beserta segenap seluruh jajarannya yang saya hormati, Saudara Mendagri atau yang mewakili yang saya hormati,

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga pada hari ini kita bersama-sama dapat menghadiri rapat ini dalam rangka pembahasan atas Rancangan Undang-Undang tentang Keprotokolan. Sholawat dan salam senada saya curahkan kepada Nabi Besar Muhamad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang senantiasa menjungjung tinggi nilai-nilai kebenaran, kejujuran serta menegak keadilan di muka bumi ini. Selanjutnya kami atas nama Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada Panja RUU tentang Keprotokoleran bersama Pemerintah yang telah bekerja keras untuk menyelesaikan rancangan undang-undang ini.

Pimpinan Sidang dan Hadirin yang terhormat, Amandemen Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 hingga ke-4 kalinya sejak dimulainya era reformasi Tahun 1998 telah membawa banyak implikasi salah satunya berupa perubahan atau lebih tepatnya penambahan beberapa lembaga negara dalam struktur ketatanegaraan kita antara lain Dewan Perwakilan Daerah, Komisi Yudisial, Mahkamah Konstitusi dan Komisi Pemilihan Umum.

Salah satu dampak lanjutan dari adanya perubahan tatanan struktur ketatanegaraan ini adalah diperlukannya penyesuaian terhadap prosedur protokoler dalam acara kenegaraan maupun acara resmi guna memberikan penghargaan dan penghormatan yang senantiasa terdapat kepada pejabat negara dari lembaga-lembaga negara tersebut. Undang-Undang Nomor: 8 Tahun 1987 yang mengatur tentang protokoler menjadi tidak relevan lagi bila disandingkan dengan perkembangan sistem ketatanegaraan tersebut karena undang-undang ini masih merujuk kepada Undang-Undang Nomor: 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian yang juga telah out of date.

Saudara Pimpinan yang saya hormati, Disamping itu dalam proses pembahasan RUU ini F- PKB juga hendak mengingatkan kepada kita semua agar memperhatikan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 11/PUU/VIII/2010 yang mana dalam pertimbangan hukumnya menyebutkan bahwa kalimat suatu Komisi Pemilihan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22e ayat (5) Undang-Undang Dasar 1945 tidak merujuk pada sebuah nama institusi tetapi pada fungsi penyelenggaraan pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri sehingga Mahkamah menyatakan bahwa fungsi penyelenggaraan pemilihan umum tidak hanya dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum akan tetapi termasuk juga lembaga pengawas pemilihan umum dalam hal ini Badan Pengawas Pemilihan Umum atau Bawaslu sebagai satu kesatuan fungsi penyelenggaraan pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri. Berdasarkan atas pertimbangan ini maka penyebutan terhadap Komisi Pemilihan Umum dalam RUU ini sebagai salah satu lembaga Negara harus dimaknai mencakup dua lembaga yakni Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu).

Pimpinan sidang dan Hadirin yang terhormat,

Page 22: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

77

Demikian secara garis besar catatan-catatan di dalam pendapat Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa tidak saya bacakan seluruhnya namun seluruh yang tercatat di dalam pendapat ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Akhirnya dengan mengucap Bismillahirahmanirrahim, Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa menyetujui Rancangan Undang-Undang Keprotokolan untuk dibahas di tingkat selanjutnya termasuk catatan perubahan yang disampaikan oleh Pemerintah barusan tadi.

Pimpinan sidang yang terhormat, Demikian pendapat Fraksi PKB DPR RI atas Rancangan Undang-Undang ini, atas perhatian Anggota Dewan, para teman-teman dan hadirin yang terhormat kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Pimpinan Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa DPR RI

Marwan Djafar Muhadif Zakiri Ketua Sekretaris

Ditanda tangani. KETUA RAPAT: Terima kasih.

Selanjutnya waktu dan tempat kami persilakan kepada Fraksi Partai Gerinda untuk menyampaikan laporannya. Waktu dan tempat kami persilakan.

F- PARTAI GERINDRA ( DRS. H. HARUN AL-RASYID, M.Si ): Bismillahirahmannirahim Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh Yang kami hormati Pimpinan Pansus dan rekan-rekan Pansus DPR RI, Saudara-saudara para Menteri dan pejabat yang mewakili Pemerintah, Hadirin dan para hadirat yang kami hormati, Segala puji bagi Allah SWT yang telah menganugerahkan karunianya sehingga kita bisa

menyelesaikan tugas-tugas konstitusional yang telah diamanatkan pada rakyat kepada kita, amin. Pimpinan dan Anggota Panitia Khusus, Serta para Menteri selaku wakil Pemerintah yang kami hormati,

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Negara menghormati kedudukan para Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, Perwakilan Negara asing, dan organisasi internasional serta tokoh masyarakat tertentu yang tata pengaturan mengenai keprotokolan. Pengaturan keprotokolan tersebut perlu sikapi dengan dinamika yang tumbuh dan berkembang dalam system ketatanegaraan daya dan tradisi bangsa. Perubahan kenegaraan di Indonesia setelah perubahan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 berimplikasi pada perubahan pengaturan keprotokolan negara. Perubahan mendasar antara lain diwujudkan dengan tidak membedakan antara Lembaga Tertinggi Negara dan Lembaga Tinggi Negara, dan selanjutnya menjadi Lembaga Negara. Perubahan tersebut dan dengan telah disahkan sebagai Undang-Undang baru menghasilkan lembaga baru yang belum

Page 23: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

78

diatur dalam keprotokolannya dalam acara kenegaraan atau acara resmi. Pengaturan keprotokolan juga diperlukan terhadap Lembaga Negara yang secara tegas ditentukan dalam undang-undang. Fraksi Partai Gerindra berpendapat bahwa Undang-Undang Keprotokolan ini merupakan Undang-Undang yang mengatur tata tempat, tata upacara dan tata penghormatan yang dilakukan pada acara kenegaraan atau acara resmi yang merupakan bentuk penghormatan kepada seseorang sesuai dengan jabatan dan atau kedudukannya dalam Negara, pemerintahan dan masyarakat.

Pimpinan dan Anggota Panitia Khusus, Serta para Menteri selaku wakil pemerintah yang kami hormati,

Fraksi Partai Gerindra berpendapat bahwa RUU Tentang Keprotokolan ini telah mengatur dengan jelas tentang pertama kedudukan dan tata tempat bagi tokoh masyarakat tertentu. Kedua, perubahan terhadap tata tempat dimana Menteri Negara dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI sama kedudukannya dalam acara resmi kenegaraan, sehingga perubahan tata tempat ini sesuai dengan kedudukan kedua lembaga tersebut dalam undang-undang. Dan ketiga, tentang tata tempat bagi pemimpin partai politik yang memiliki wakil di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Pimpinan dan Anggota Panitia Khusus, Serta para Menteri selaku wakil Pemerintah yang kami hormati,

Berdasakan penjelasan dan uraian di atas maka dengan mengucapkan Bismillahirrahmannirrahim kami Fraksi Gerinda DPR RI menyatakan menyetujui mengenai RUU Keprotokolan menjadi Undang-Undang Tentang Keprotokolan. Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh Anggota Pansus dari semua fraksi DPR RI dan pihak-pihak yang ikut berpartisipasi aktif dalam memberikan masukan, kritikan, kajian dan pendalaman atas berbagai hal dalam menyusun Undang-Undang Keprokolan ini. Atas perhatiannya, kerjasama yang diberikan kami mengucapkan terima kasih.

Wabillahitaufiq walhidayah Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh KETUA RAPAT:

Terima kasih atas laporan yang disampaikan oleh Fraksi Partai Gerindra. Selanjutnya dari Fraksi Partai Hanura yang kebetulan pada saat ini karena personilnya terbatas dan beliau melakukan kegiatan pada prinsipnya dari Fraksi Partai Hanura telah menyetujui seperti yang telah tertuang di dalam lembar laporan yang diberikan kepada rapat kerja pada siang hari ini dimana disitu menyatakan bahwa setuju terhadap RUU Protokol untuk disahkan menjadi Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Keprotokolan.

Saudara Pimpinan dan Anggota Pansus yang kami hormati, Saudara Menteri beserta jajarannya yang kami hormati, Serta Hadirin yang berbahagia,

Setelah kita mendengarkan pendapat akhir mini dari Fraksi-fraksi maka perkenankanlah saya selaku ketua rapat menanyakan kepada sidang yang terhormat ini apakah Rancangan Undang-Undang Tentang Keprotokolan dapat kita setujui dalam Pembahasan Tingkat I pada Rapat Kerja hari

Page 24: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

79

ini? Dan apakah Pemerintah akan menyampaikan pandangannya dalam hal ini, waktu dan tempat kami persilakan.

PEMERINTAH/MENHUKUM DAN HAM (PATRIALIS AKBAR, SH): Terima kasih Bapak Ketua.

Bapak dan Ibu sekalian yang kami hormati, Terlebih dahulu kami memohon maaf setelah mengikuti beberapa perkembangan yang disampaikan oleh fraksi-fraksi tadi, ada beberapa hal yang ingin kami komentari dulu Pak sebelum disahkan. Pertama yang disampaikan oleh F- PKB berkenaan dengan penambahan Komisi Pemilihan Umum. Memang betul di dalam konsitusi itu adalah merupakan suatu fungsi jadi memang tidak ditulis pakai huruf besar, kalau begitu kami juga tidak keberatan kalau kita sesuaikan. Jadi bukan Komisi Pemilihan Umum, tetapi namanya adalah penyelenggara pemilihan umum. Penyelenggara pemilihan umum itu didalamnya ada KPU, ada Bawaslu, jadi kami merespon itu Pak, untuk menyempurnakan itu, jadi itu betul sekali. Kalau tidak keberatan, Pemerintah juga tidak keberatan. Yang kedua, Bapak Pimpinan yang kami hormati, ini sekali lagi kami mohon maaf hanya untuk menyempurnakan setelah kami baca lagi. Di dalam butir “n” Pak kalau kita kaitkan dengan maksud kami Pasal 9 tadi, kemudian kita kaitkan dengan butir “n”, huruf “u”, huruf “n”, kemudian juga “e” didalam Pasal 10 ini mengenai posisi pejabat setingkat menteri Pak. Memang kami bisa memahami betul tentu pejabat setingkat menteri itu maksudnya adalah yang ada selama ini seperti Kapolri, Jaksa Agung, Panglima TNI, Kepala BIN. Disini memang kita tidak sebutkan satu persatu tetapi didalam huruf u disitu kita ada menyebutkan wakil kepala Republik Indonesia, ada wakil Jaksa Agung sementara rumahnya tidak kelihatan Pak yang di atasnya, jadi Kapolrinya tidak kelihatan, Jaksa Agungnya tidak kelihatan tetapi pada posisi lain memang ada wakil kepala Kepolisian, wakil jaksa agung. Kemudian juga di Pasal 10 kita berbicara masalah komandan tertinggi tentara yang ada di daerah, kepala kepolisian, ada Pak. Cuma Kapolrinya sendiri ini belum masuk. Kami hanya mohon pertimbangan, kami serahkan sepenuhnya kepada Anggota Dewan yang terhormat, apakah ini bisa kita masukan, dijadikan di dalam pasal masuk misalnya atau masuk dalam penjelasan pasal, ini Bapak Menpan sudah mengusulkan kepada kami, ini ada pembicaraan kami dengan Bapak Menpan. Bisa masuk ke dalam pasal misalnya pejabat setingkat menteri kita buat dalam kurung atau dalam penjelasan yaitu Kapolri, Jaksa Agung, Ka.BIN, Panglima TNI, dan selanjutnya sesuai dengan perkembangan peraturan perundang-undangan yang tentu berdasarkan hasil dari DPR Pak. Sementara seperti kami katakan tadi kalau ini masuk penjelasan ini kami juga tidak keberatan di dalam pasal di depan juga bagus sekali mengingat wakil kepolisian, wakil kapolri atau wakil jaksa agung ada di pasal-pasalnya. Apapun yang diputuskan sekali lagi dengan tidak mengurangi rasa hormat kami karena memang sudah ada pendapat fraksi-fraksi, kami menyampaikan sepenuhnya kepada Pansus. Mohon maaf Pak mungkin kami minta waktu sedikit.

WAKIL KETUA PANSUS/F-PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD): Terima kasih atas perintah ketua ini.

Page 25: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

80

Pak Menteri yang terhormat dan Pimpinan Serta Anggota Pansus yang terhormat,

Jadi ketika kita membahas Pasal 9 ayat (1) huruf “n” ini sesungguhnya kami sudah menawarkan Pak Menteri waktu itu supaya kita beri penjelasan secara limitatif atau yang kedua, karena pejabat-pejabat ini ada persetujuan DPR maka kedudukannya setelah Anggota DPR. Dua hal ini tidak bertemu, tampaknya Pemerintah lebih suka pada waktu itu dikatakan cukup jelas saja, karena memang sudah menjadi faktanya bahwa pejabat setingkat menteri ya hanya itu. Tapi kalau misalnya nanti dinyatakan limitatif khawatir ada pejabat lain yang setara yang menyusul. Kalau ini dibuka, Anggota Pansus Panja waktu itu agak, waktu itu juga agak keberatan.

Jadi alternatifnya mungkin kalau Pak Menteri tadi menyebutkan ada pada pasal dia ditempatkan pada posisi setelah Anggota DPR. Disebutkan jabatannya tapi setelah Anggota DPR. Kalau tidak berarti pada penjelasan, hanya saja mungkin kita menggunakan “seperti”, begitu. Nah kalau “seperti” para Anggota waktu itu agak keberatan atau “antara lain” itu agak keberatan, inginnya limitatif saja begitu, kembali kepada kita sekalian yang masalah kira-kira yang bagaimana. Saya kira dari Bapak-bapak juga hadir pada waktu itu kita mendiskusikan pasal ini. Kami sangat terbuka untuk itu, menawarkan tiga alternatif itu. Demikian, kembali melalui pimpinan saya kira.

Terima kasih Pak. KETUA RAPAT:

Baik, dari masukan Pemerintah terhadap pendapat dari fraksi-fraksi kemudian ada hal-hal yang perlu disinkronisasikan kembali sesuai dengan apa yang kita harapkan agar disitu ada kelayakan. Oleh karena itu dengan masukan dari kami tadi kembali apakah ada masukan balik dari pihak Pemerintah sampaikan Pak.

PEMERINTAH/MENHUKUM DAN HAM (PATRIALIS AKBAR, SH): Terima kasih Pimpinan. Nampaknya misi kita sama, memang kami tadi juga bincang-bincang ini pasti akan berkembang kalau kita akan sebutkan satu per satu. Memang di dalam beberapa undang-undang sebetulnya kalimat menyatakan “seperti” misalnya itu juga ada di beberapa undang-undang. Sebetulnya juga itu di dalam penjelasan tidak ada masalah, sama juga disini seperti tadi kita katakan kepala pemerintahan dalam kurung seperti tadi ada dalam kurungnya, kami juga tidak keberatan kalau misalnya empat pejabat itu misalnya kalau disebutkan setelah DPR kami menghormati, kami setuju lah DPR itu jangan sampai di belakang, di depan. Sama Pak, kami menghormati itu. Kalau mau ditempatkan pejabat setingkat menteri itu setelah DPR, tidak masalah, nanti juga empat ini kita sebutkan tapi dalam penjelasan nanti kita juga akan tambahkan bahwa pejabat setingkat menteri itu juga sesuai dengan perkembangan Peraturan Perundang-Undangan. Jadi kalaupun ada yang berkembang nanti sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan, jadi kami tidak berkeberatan DPR nya dikedepankan, begitu Pak.

WAKIL KETUA PANSUS/F- PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD): Terima kasih Pak Menteri.

Page 26: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

81

Jadi memang ini suatu pembahasan yang cukup dinamis waktu itu bahwa ketika itu yang coba kita rumuskan setelah menteri kemudian Anggota DPR, kemudian pejabat setingkat menteri antara lain, jadi masuk “antara lain” dikatakan disitu sehingga tambah penjelasan lagi. Dengan “antara

lain” dia sangat terbuka artinya kalau ada pejabat atas perintah undang-undang misalnya muncul lagi dia sudah terbuka, ini usulan waktu itu. Tapi sekali lagi kami sampaikan kepada pimpinan dan anggota Pansus dan Pemerintah. Kembali ke Pak Ketua. Terima kasih.

WAKIL KETUA PANSUS/F- PG (DRS. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si): Terima kasih. Saya menambahkan sedikit tentang masalah KPU Pak Menteri. Memang di dalam konstitusi tidak menyebut suatu nama lembaga tentang nama KPU ini, demikian juga dengan Bank Indonesia itu juga tidak disebut secara spesifik di dalam konsitutsi tetapi keberadaannya tetap kita akomodir di dalam keprotokolan ini. Mengenai KPU dalam hubungannya dengan BAWASLU, merujuk pada undang-undang penyelenggara Pemilu yang masih berlaku sekarang ini, itu tidak ada kesejajaran karena bahwa sudah dibentuk oleh KPU itu. Jadi kalau menginginkan ada kesejajaran disini maka harus dikembangkan secara sama-sama independen. BAWASLU adalah institusi yang dibentuk oleh KPU. Jadi posisi KPU dalam hal ini adalah lebih tinggi dari BAWASLU berdasarkan pada Undang-undang penyelenggara Pemilu yang sekarang ini berlaku. Jadi penyebutan KPU disini tanpa disertai lembaga penyelenggara Pemilu lainnya dengan satu perspektif bahwa posisi lembaga KPU itu lebih tinggi dari BAWASLU. Dan posisi ini adalah untuk menyebut pimpinan dari lembaga itu, bukan pada anggota itu. Demikian, terima kasih Pak Menteri

KETUA RAPAT: Dengan penjelasan yang disampaikan oleh rekan kami ini khusus mengenai pejabat penyelenggara Pemilu tadi seperti yang disampaikan oleh pihak Pemerintah dengan referensi yang akan disampaikan apakah ada masukan kembali dari pihak Pemerintah, sampaikan.

PEMERINTAH/MENPAN (EE. MANGINDAAN): Terima kasih.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Tambahan penjelasan saja Pak, kebetulan saya tahu sekali tentang KPU dan BAWASLU, hanya koreksi saja tadi katakan bahwa BAWASLU dibentuk oleh KPU, tidak. KPU itu sendiri, BAWASLU itu sendiri dan dia ditentukan pejabatnya oleh DPR dalam hal ini waktu itu Komisi II, berarti bukan dibentuk oleh KPU. Tapi bahwa urutannya saya kira sudahlah tidak terlalu kita persoalkan, mereka juga saya kira bisa mengerti ada sejajar atau siapa duluan, itu bukan problem. Itu saja tambahan dari saya. Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT: Baik, pada prinsipnya dari dua substansi yang menjadi pembicaraan pada siang hari ini khusus mengenai tata tempat bagi pejabat Kapolri dan seterusnya plus penyelenggara Pemilu kami

Page 27: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

82

rasa kami sudah sejalan kemudian kita sudah bersepakat dan kami rasa nanti tinggal secara redaksional diposisikan pada posisi yang telah kita sepakati, demikian Pak. Baik, kita setujui? Ada mungkin masukan dari rekan sekalian? Silakan.

F- PKB (DRS. H. IBNU MULTAZAM): Jadi bagaimana kesimpulan terhadap Ketua Komisi Pemilihan Umum dalam pasal ini, kami tadi mengusulkan untuk diganti ketua penyelenggara Pemilu atau Ketua Penyelenggara Pemilihan Umum. Terima kasih Ketua.

KETUA RAPAT: Baik kalau begitu Pak, kami minta kepada forum untuk supaya nanti pada draft yang kita inginkan agar bulat, maka sidang kami skors untuk lima menit demikian.

(RAPAT DISKORS PUKUL 15.25 WIB) (SKORS RAPAT DICABUT PUKUL 15.35 WIB)

Dari penjelasan-penjelasan yang telah disampaikan berdasarkan undang-undang dan dari ahli bahasa dan kesepakatan bersama telah didapat satu bentuk yang termuat di dalam Pasal 9 huruf “n” dengan redaksionalnya sesuai kesepakatan adalah seperti yang tertera di dalam layar tayangan. Kemudian yang berkait dengan masalah m yaitu penyelenggara Pemilu telah dijelaskan secara jelas di dalam m dan selanjutnya di dalam penjelasan itu sendiri yang dimaksud dengan penyelenggara Pemilu adalah unsurnya seperti yang terkait disini. Oleh karena itu dari timbal balik masukan baik dari Pemerintah maupun Dewan telah didapat satu kesepakatan demikian Pak. Baik kalau begitu.

PEMERINTAH/MENHUKUM DAN HAM (PATRIALIS AKBAR, SH): Sebentar, iya Pak ini ada satu lagi untuk menyempurnakan lagi Pak, Pasal 11 ayat (2) terakhir Pak, kalimatnya saja yang kurang sedikit supaya nyambung ada yang ketinggalan kalimatnya Pak. Pasal 11 ayat (2), ”Dalam hal penyelenggaraan negara, perwakilan negara asing dan atau organisasi internasional serta tokoh masyarakat tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)..……(suara tidak jelas) hadir dalam acara resmi di kabupaten/kota, ada kalimat Pak, para pejabat tersebut menempati tempat sesuai urutan tata tempat terlebih dahulu.” Jadi supaya nyambung saja Pak, jadi dari segi bahasa tadi ada yang kita minta untuk disempurnakan. Jadi setelah kabupaten/kota ditambah dengan kalimat “para pejabat tersebut menempati tempat sesuai”, begitu saja Pak, cukup.

KETUA RAPAT: Baik, dari tambahan supaya lebih mantik, kemudian sesuai dengan mantik dan estetika yang berlaku tambahan tadi justru memberikan muatan yang lebih afdol. Oleh karena itu tambahan dalam Pasal 11 dua gandul kita sepakat Pak.

Terima kasih. Baik, setelah kita mendengarkan Pendapat Akhir dari Mini Fraksi dan masukan dari pihak

Pemerintah, apakah Rancangan Undang-Undang Keprotokolan dapat kita setujui dalam Pembahasan Tingkat I pada Rapat Kerja ini? Mohon jawab, setuju.

Page 28: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

83

(RAPAT: SETUJU) Terima kasih. Selanjutnya persetujuan ini akan kita bawa pada pembicaraan tingkat II pengambilan keputusan dalam Rapat Paripurna XI pada hari Selasa tanggal 26 Oktober 2010.

Saudara Pimpinan dan Anggota Pansus yang kami hormati, Saudara Menteri beserta jajarannya yang kami hormati, Serta hadirin sekalian yang berbahagia,

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa serta berkat ridho-Nya kita telah dapat menyelesaikan tugas pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Keprotokolan ini dengan baik. Selanjutnya pimpinan mengundang kepada yang mewakili pihak Pemerintah dan satu orang perwakilan dari Fraksi-fraksi untuk menandatangani naskah RUU Protokol yang telah kita selesaikan sebagai bagian dari dokumen negara.

Waktu dan tempat kami persilakan, sambil menunggu proses ini kami skors satu menit dalam rangka persiapan tindak lanjut.

(RAPAT DISKORS PUKUL 15.40 WIB) Kita masuk kepada acara berikutnya.

(SKORS RAPAT DICABUT PUKUL 15.50 WIB) Baik untuk yang memberikan rekomendasi untuk maju ke depan kami sebutkan untuk masing-masing pimpinan Pansus, kemudian dari pihak yang mewakili Pemerintah dari Kementerian Luar Negeri, kemudian Kementerian Dalam Negeri, Humham, sampai dengan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, kemudian jubir dari masing fraksi. Demikian. Waktu kami persilakan.

Saudara Pimpinan dan Anggota Pansus yang kami hormati, Saudara Menteri beserta jajarannya yang kami hormati, Serta hadirin sekalian yang berbahagia,

Dengan demikian selesailah sudah rangkaian acara rapat kerja Pansus pada hari ini. sebelum kami tutup maka kami mempersilakan kepada Saudara Menteri selaku yang mewakili pihak Pemerintah untuk memberikan sambutannya. Waktu dan tempat, kami persilakan.

PEMERINTAH/MENHUKUM DAN HAM (PATRIALIS AKBAR, SH): Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Pimpinan dan Anggota Pansus yang kami hormati, Bapak-Bapak para Menteri, Bapak Menpan dan Reformasi Birokrasi, Wakil Menlu, dari Menteri Dalam Negeri semua, Hadirin sekalian yang kami hormati,

Penjelasan singkat Presiden atas penyelesaian pembahasan terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Keprotokolan dalam Pembicaraan Tingkat I. Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa dipersembahkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat

Page 29: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

84

karunia-Nya kita masih diberi kesempatan di dalam melanjutkan ibadah-ibadah kita. Demikian juga karya dan pengabdian kita kepada bangsa dan negara tercinta ini. Pada hari yang berbahagia ini, ijinkan kami mewakili Presiden untuk menyampaikan sambutan mini atas selesainya Pembicaraan Tingkat I terhadap pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Keprotokolan. Baru saja kita sama-sama mendengarkan fraksi-fraksi melalui juru bicaranya masing-masing telah memberikan pernyataan persetujuan terhadap penyelesaian pembahasan materi RUU tentang Keprotokolan untuk diteruskan dalam Pembicaraan Tingkat II. Kita semua berharap agar dalam Pembicaraan Tingkat II nanti dapat terselenggara dengan baik sejalan dengan makna dan maksud yang terkandung dalam pernyataan kita mengakhiri Pembicaraan Tingkat I atas Rancangan Undang-Undang Keprotokolan.

Pimpinan dan Anggota Pansus yang kami hormati, Selain melalui proses diskusi yang demokratis pada akhirnya kita dapat memperoleh solusi pengaturan antaralain satu mengenai tata tempat yang meliputi pejabat negara, pejabat pemerintahan, perwakilan negara asing dan atau organisasi internasional serta tokoh masyarakat tertentu dalam acara kenegaraan atau acara resmi. Khusus mengenai pejabat negara ini kami merasa bahagia sekali karena di dalam rancangan undang-undang ini telah menempatkan Dewan Perwakilan Rakyat, yang dikatakan oleh Pak Taufik Hidayat tadi, satu klaster dengan menteri. Sebetulnya bukan satu klaster bahkan sejajar itu Pak Taufik. Tadi Menpan sudah mengancam saya, kata Menpan mantan Ketua Komisi II ini kalau DPR tidak ditempatkan sejajar beliau yang akan ngotot dan juga ngajak saya sekaligus, sebagai satu alumni harus bangga kata Beliau. Tahun depan mungkin DPR lagi. Yang kedua, tata upacara, yang meliputi tata urutan dalam tata upacara bendera, tata bendera negara dalam upacara bendera, tata lagu kebangsaan dalam upacara bendera, dan tata pakaian dalam upacara bendera. Yang ketiga, tata penghormatan, yang meliputi penghormatan dengan bendera negara, penghormatan dengan lagu kebangsaan, dan atau bentuk penghormatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Solusi pengaturan mengenai hal tersebut di atas menjadi sangat penting demi terselenggaranya acara kenegaraan atau acara resmi yang tertib, rapi, lancar dan teratur sesuai dengan ketentuan dan kebiasaan yang berlaku baik secara nasional maupun internasional.

Pimpinan dan Anggota Pansus yang kami hormati, Pada akhirnya kami mewakili Presiden menyetujui dan menyambut baik dan menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas diselesaikannya pembahasan Rancang Undang-Undang tentang Keprotokolan pada pembicaraan tingkat I. Melalui kesempatan ini pula perkenankan kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pimpinan dan Anggota Pansus, panitia kerja, tim perumus serta tim sinkronisasi yang penuh dedikasi dan kerja keras telah merampung tugas mulia negara ini sesuai alokasi yang ditentukan.

Page 30: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-031531...2017/05/08  · Yang saya hormati Saudara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

85

Atas segala perhatian Pimpinan dan Anggota Pansus sekali lagi kami mengucapkan terima kasih, semoga Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa senanatiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua dan semoga apa yang sudah kita lakukan ini merupakan bagian dari amal ibadah kita kepada-Nya.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT: Terima kasih kepada Saudara Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang telah menyampaikan sambutannya sebagai pihak yang mewakili Pemerintah. Selanjutnya perkenankanlah kami selaku pimpinan rapat untuk menyampaikan terima kasih kepada yang kami hormati saudara Menteri Luar Negeri atau yang dalam hal ini diwakili oleh Wamen, kemudian Menteri Dalam Negeri, Saudara Menteri Hukum dan Ham serta Saudara Menteri PAN dan Birokrasi Reformasi beserta jajarannya masing-masing yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu serta para Pimpinan dan Anggota Pansus atas kebersamaan, kesabaran serta ketekunannya mengikuti rangkaian rapat yang cukup melelahkan ini pada hari ini dan semoga jerih payah Saudara kiranya mendapat ganjaran nikmat dari Tuhan Yang Maha besar. Dengan ini maka rapat kami nyatakan ditutup dengan mengucapkan Alhamdulillahirabilallamin.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. (RAPAT DITUTUP PUKUL 16.15 WIB)

Jakarta, 25 Oktober 2010

a.n. KETUA PANSUS RUU TENTANG PROTOKOL

SEKRETARIS RAPAT, ttd

DRS. BUDI KUNTARYO NIP. 19630122 199103 1 001