dewan perwakilan rakyat republik...

16
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT KERJA DENGAN MENTER! HUKUM DAN HAM, MENTER! KEUANGAN, DAN MENTER! PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis Rapat Deng an Sifat Rapat Hari, tanggal Pukul Tempat Ketua Rapat Sekretaris Acara Hadir ANGGOTA DPR RI : PIMPINAN: 1. Ignatius Mulyono RABU, 1SEPTEMBER2010 2010- 2011 I Rapat Kerja Menhukham, Menkeu dan Menpan Terbuka Rabu, 1 September 2010 13.30WIB Ruang Rapat Badan Legislasi DPR RI, Gd. Nusantara I Lantai 1 Ignatius Drs. Djaka Dwi Winarko, M.Si Pengesahan jadwal acara rapat Pembahasan RUU tentang Bantuan Hukum, dan RUU tentang Perubahan atas UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi 37 orang dari 50 Anggota Badan Legislasi 2. H.A. Dimyati Natakusumah, S.H.,M.H., M.Si 3. Ora. Hj. Ida Fauziyah 4. H. Sunardi Ayub, S.H. PARTAI DEMOKRAT: 10 dari 12 orang Anggota 1. H. Harry Witjaksono, S.H. 2. Ruhut Sitompul, S.H. 3. Didi lrawadi Syamsuddin, S.H., LLM 4. Edi Ramli Sitanggang, S.H. 5. Ors. Umar Arsal 6. DR. Subyakto, S.H., M.H., M.M. 7. Hj. Himmatul Alyah Setiawaty, S.H.,M.H. 8. DR. Pieter C Zulkifli Simabuea, M.H. 9. Rusminiati, S.H. 10. Dhiana Anwar, S.H. PART Al GOLONGAN KARY A: 5 dari 10 orang Anggota 1. Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M. 2. Ors. Agun Gunandjar Sudarsa, M.Si 3. Ir. H. Eko Sarjono Putro, M.M. 4. Ors. Taufiq Hidayat, M.Si 5. Aditya Anugrah Moha, S.Ked

Upload: others

Post on 29-Oct-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200417-065053-4336.… · DENGAN MENTER! HUKUM DAN HAM, MENTER! KEUANGAN, DAN MENTER! PENDAYAGUNAAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT KERJA DENGAN MENTER! HUKUM DAN HAM, MENTER! KEUANGAN,

DAN MENTER! PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis Rapat Deng an Sifat Rapat Hari, tanggal Pukul Tempat Ketua Rapat Sekretaris Acara

Hadir

ANGGOTA DPR RI : PIMPINAN: 1. Ignatius Mulyono

RABU, 1SEPTEMBER2010

2010- 2011 I

Rapat Kerja Menhukham, Menkeu dan Menpan Terbuka Rabu, 1 September 2010 13.30WIB Ruang Rapat Badan Legislasi DPR RI, Gd. Nusantara I Lantai 1 Ignatius Mu~yono Drs. Djaka Dwi Winarko, M.Si Pengesahan jadwal acara rapat Pembahasan RUU tentang Bantuan Hukum, dan RUU tentang Perubahan atas UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi 37 orang dari 50 Anggota Badan Legislasi

~.

2. H.A. Dimyati Natakusumah, S.H.,M.H., M.Si 3. Ora. Hj. Ida Fauziyah 4. H. Sunardi Ayub, S.H.

PARTAI DEMOKRAT: 10 dari 12 orang Anggota 1. H. Harry Witjaksono, S.H. 2. Ruhut Sitompul, S.H. 3. Didi lrawadi Syamsuddin, S.H., LLM 4. Edi Ramli Sitanggang, S.H. 5. Ors. Umar Arsal 6. DR. Subyakto, S.H., M.H., M.M. 7. Hj. Himmatul Alyah Setiawaty, S.H.,M.H. 8. DR. Pieter C Zulkifli Simabuea, M.H. 9. Rusminiati, S.H. 10. Dhiana Anwar, S.H.

PART Al GOLONGAN KARY A: 5 dari 10 orang Anggota 1. Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M. 2. Ors. Agun Gunandjar Sudarsa, M.Si 3. Ir. H. Eko Sarjono Putro, M.M. 4. Ors. Taufiq Hidayat, M.Si 5. Aditya Anugrah Moha, S.Ked

Page 2: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200417-065053-4336.… · DENGAN MENTER! HUKUM DAN HAM, MENTER! KEUANGAN, DAN MENTER! PENDAYAGUNAAN

PARTAIPDIPERJUANGAN: 7 dari 8 orang Anggota 1. Arif Wibowo 2. Eddy Mihati 3. Honing Sanny 4. lrvansyah 5. Rahadi Zakaria 6. Ora. Sri Rahayu 7. Hendrawan Supratikno

PARTAI AMANAT NASIONAL: 3 dari 4 orang Anggota 1. Indira Chunda Thita Syahrul, S.E., M.M. 2. Ors. H. Rusli Ridwan, M.Si 3. Jamaluddin Jafar, S.H.

PARTAI KEBANGKITAN BANGSA: 2 dari 2 orang Anggota 1. Ors. H. lbnu Multazam 2. Ors. Otong Abdurahman

FRAKSIPARTAIHANURA 0 dari 1 orang Anggota

KETUA RAPAT:

PARTAI KEADILAN SEJAHTERA: 3 dari 5 orang Anggota 1. Agus Purnomo 2. Ir. Memed Sosiawan 3. H. TB. Soenmandjaja

PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN: 1 dari 2 orang Anggota 1. Ors. H. Zainut Tauhid Sa'adi

FRAKSI PARTAI GERINDRA: 2 dari 2 orang Anggota 1. Nur lswanto, S.H., M.H. 2. Rindoko Dahono Wingit, S.H., M.Hum

Assa/ammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

Bapak-lbu yang kami hormati, Khususnya Bapak Menteri Hukum dan HAM yang terhormat, Bapak Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi yang kami hormati dan Yang mewakili Bapak Menteri Keuangan yang terhormat, Serta rombongan dari Bapak-bapak Menteri yang kami hormati, Para Rekan-rekan dari Badan Legislasi yang terhormat serta Para Tenaga Ahli serta Hadirin yang saya hormati.

Puja dan puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena pada hari ini kita telah diperkenankan berjumpa dalam keadaan sehat wal-afiat untuk melaksanakan Rapat Kerja antara Badan Legislasi dengan Kementerian Hukum dan HAM dan Kementerian Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi serta dari Kementerian Keuangan yang terkait dengan masalah pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Bantuan Hukum dan Mahkamah Konstitusi.

Bapak Menteri dan Hadirin yang kami hormati,

Bahwa kami laporkan bahwa saat ini yang sudah hadir dari Anggota Sadan Legislasi berjumlah 26 orang dari 50 Anggota Sadan Legislasi dan dari 8 Fraksi, oleh sebab itu Rapat kali ini kita tentukan bahwa Rapat sudah memenuhi kuorum dan menyatakan Rapat terbuka untuk umum.

{RAPAT DIBUKA PUKUL 13.35 WIB)

2

Page 3: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200417-065053-4336.… · DENGAN MENTER! HUKUM DAN HAM, MENTER! KEUANGAN, DAN MENTER! PENDAYAGUNAAN

Pertama-tama, kami ucapkan terima kasih pada Bapak-bapak Menteri dan yang mewakili Bapak Menteri Keuangan beserta rombongan yang telah bersedia memenuhi undangan Badan Legislasi pada rapat siang hari ini.

Sebagai tindak lanjut penanganan Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-undang No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi dan Rancangan Undang-Undang tentang Bantuan Hukum, Dewan melalui Badan Musyawarah menugaskan Badan Legislasi untuk melakukan pembahasan dalam Pembicaraan Tingkat I dengan Presiden yang dalam hal ini telah ditunjuk dan diwakili oleh Bapak Menteri Hukum dan HAM dan Bapak Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi dan Bapak Menteri Keuangan yang terkait dengan pembahasan untuk pembahasan terhadap Rancangan Undang-Undang Mahkamah Konstitusi yaitu Bapak Menteri Hukum dan HAM dan Bapak Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi dan sedangkan untuk yang terkait dengan Bantuan Hukum, Bapak Presiden sudah menugaskan pada ketiga Bapak Menteri yang kami sebutkan tadi.

Perlu kami sampaikan disini, bahwa Anggota Legislasi Badan Legislasi berjumlah 50 orang Anggota dengan Pimpinan sebagai berikut: Ketua, kami sendiri Ignatius Mulyono dari Fraksi Demokrat, kemudian Wakil Ketua Bapak H. Dimyati Natakusumah, SH, MH, M.Si dari PPP, sebelah kiri kami dan lbu Hj. Ida Fauziah karena kebetulan Beliau masih ada kegiatan yang sangat tidak bisa ditinggalkan, maka minta ijin mungkin terlambat dan yang dari PKB dan Bapak H. Sunardi Ayub, SH yaitu dari Hanura sebelah kanan saya.

Dari Ketentuan Pasal 136 ayat (1) Tatib DPR menyatakan bahwa pembahasan Rancangan Undang-Undang dalam Pembicaraan Tingkat I ini dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut, yaitu penyampaian pengantar musyawarah, kemudian pembahasan DIM, penyampaian pendapat mini sebagai sikap akhir dan pengambilan keputusan.

Dalam pengantar musyawarah, kami mohon ijin menyampaikan bahwa DPR memberikan penjelasan dan Bapak Presiden menyampaikan pandangan apabila Rancangan Undang-Undang berasal dari DPR. Karena Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-undang No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi dan Rancangan Undang-Undang tentang Bantuan Hukum berasal dari DPR, maka ijinkanlah pada kesempatan ini, kami dari DPR akan menyampaikan penjelasan atas pengajuan kedua Rancangan Undang-Undang tersebut.

Yang pertama, yaitu sebagai latar belakang pengajuan Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-undang No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu pelaku kekuasaan kehakiman sebagaimana diamanatkan oleh Ketentuan Pasal 24a ayat (2) Pasal 24c Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, keberadaannya sangat diperlukan dalam menegakkan konsitutusi. Oleh sebab itu, Mahkamah Konstitusi memerlukan pengaturan secara lengkap, jelas dan komprehensif. Undang-undang No.24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang berlaku saat ini dalam implementasinya masih memerlukan perbaikan. Hal krusial yang harus mendapatkan perhatian dalam melakukan perubahan Undang-undang No. 24 Tahun 2003 ada terkait dengan pengawasan Hakim Konstitusi. Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi No.005PUU-4.2006, Hakim Konstitusi tidak lagi menjadi Ruang Lingkup pengawasan Komisi Yudisial. Oleh sebab itu, perlu dicari format baru terkait dengan pengawasan Hakim Konstitusi.

Secara garis besar, perubahan terhadap Undang-undang No. 24 Tahun 2003 dapat disampaikan sebagai berikut:

Yang pertama, penambahan definisi Hakim Konstitusi dan Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi.

Yang kedua, perubahan masa jabatan Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi yang semula 3 tahun menjadi 2 tahun 6 bulan.

Yang ketiga, Negara memberikan jaminan keamanan Hakim Konstitusi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai Penyelenggara Kekusaan Kehakiman.

Yang keempat, perlu dipisahkan antara tugas administrasi yang dilakukan Setjen dan tugas fungsional yang dilakukan oleh Kepaniteraan.

3

Page 4: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200417-065053-4336.… · DENGAN MENTER! HUKUM DAN HAM, MENTER! KEUANGAN, DAN MENTER! PENDAYAGUNAAN

Yang kelima, syarat pendidikan Hakim Konstitusi berpendidikan S3 di bidang Hukum untuk Hakim Konstitusi yang diajukan oleh DPR dan Pemerintah, sedangkan yang diajukan oleh Mahkamah Agung paling rendah S2 di bidang Hukum.

Yang keenam, syarat mininal umur Hakim Konstitusi pada saat pengangkatan adalah 50 tahun dan maksimal 65 tahun, sedangkan usia pensiun Hakim Konstitusi 70 tahun.

Tujuh, perlunya pengaturan kode etik dan pedoman prilaku Hakim Konstitusi. Yang kedelapan, perlunya pengaturan mengenai Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi yang

berjumlah 5 orang dengan komposisi 2 orang Hakim Konstitusi, 2 orang dari unsur Akademisi dan satu orang Ketua Komisi Yudisial.

Dan yang terakhir yang kesembilan, pengaturan mengenai Putusan Mahkamah Konstitusi yang tidak boleh memuat putusan yang tidak diminta oleh pemohon atau melebihi permohonan pemohon. lni adalah hal-hal yang dicantumkan didalam Draft Rancangan Undang-Undang Perubahan Undang-undang tentang Mahkamah Konstitusi. Mohan ijin selanjutnya kami akan membacakan sebagai latar belakang pengajuan Rancangan Undang-Undang tentang Bantuan Hukum.

Indonesia sebagai negara hukum secara tegas diatur dalam Ketentuan Pasal 1 ayat (3) UUD Republik Indonesia Tahun 1945. oleh sebab itu, negara harus menjamin terselenggaranya persamaan kedudukan dalam hukum yang antara lain ditandai dengan terciptanya suatu keadaan dimana hak setiap orang untuk mendapatkan perlakuan yang sama di depan hukum dan jaminan mendapatkan akses keadilan untuk setiap orang. Terkait dengan hal tersebut, negara selalu dihadapkan pada kenyataan adanya kelompok masyarakat yang miskin atau tidak mampu, sehingga sering tidak dapat mewujudkan haknya untuk mendapatkan keadilan yang semestinya terselenggara dalam kaitannya dengan konsep negara hukum. Untuk mewujudkan terselenggaranya gagasan negara hukum sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945, maka negara perlu campur tangan, karena hal itu menjadi kewajiban negara untuk menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan keadilan. Oleh karenanya, negara harus menjamin terselenggaranya bantuan hukum kepada orang miskin atau orang yang tidak mampu sehingga tidak ada yang luput dari akses keadilan sebagai amanat konstitusi.

Dewasa ini harus diakui bahwa Pemerintah belum memfasilitasi secara komprehensif penyelenggaraan bantuan hukum. Fakta empiris menunjukkan bahwa dalam masyarakat telah terdapat berbagai lembaga bantuan hukum, baik berupa lembaga swadaya masyarakat , maupun yang dikelola oleh Fakultas Hukum di Perguruan Tinggi yang telah memberikan bukti konkrit dan kontribusi luar biasa terhadap WNI yang miskin atau tidak mampu untuk mendapatkan akses keadilan. Selain itu, terdapat juga ribuan Advokat yang menurut Undang-undang No.18 Tahun 2003 tentang Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma bagi orang yang tidak mampu. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai kurang lebih 220 Juta Jiwa dimana masih terdapat banyak penduduk miskin yang saat ini diperkirakan kurang lebih 32 Jua jiwa, maka akses keadilan bagi mereka yang miskin atau tidak mampu masih jauh dari ideal. Secara kuantitatif, rasio untuk Advokat dan jumlah penduduk Indonesia saat ini masih sangat timpang. Menurut Catatan Resmi dari Mahkamah Agung Republik Indonesia, jumlah Advokat sampai dengan Tahun 65 , berjumlah kurang lbih dari 30.000 orang, bandingkan dendan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 220 juta jiwa.

Berdasarkan kenyataan tersebut diatas, jelas penyelenggara bantuan hukum bagi orang miskin atau orang tidak mampu sbagai perwujudan akses terhadap keadilan belum terpenuhi secara optimal. Selain itu, pemberian bantuan hukum dan jaminan penyelenggara bantuan hukum cuma­cuma bagi orang miskin, perlu diatur secara komprensif dalalm Undang-undang. Oleh sebab itu, negara perlu menyelenggarakan bantunan hukum secara cuma-cuma bagi orang miksin atau orang tidak mampu.

4

Page 5: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200417-065053-4336.… · DENGAN MENTER! HUKUM DAN HAM, MENTER! KEUANGAN, DAN MENTER! PENDAYAGUNAAN

Untuk mewujudkan hal tesebut, perlu ada alasan, perlu ada landasan hukum dalam bentuk Undang-undang yang mengatur mengenai Bantuan Hukum. Adapun beberapa materi yang akan diatur dalam Rancangan Undang-Undang tentang Bantuan Hukum mencakup sebagai berikut. 1. Tujuan penyelenggaraan Bantuan Hukum yaitu menjamin dan memenuhi hak bagi orang miskin

untuk mendapatkan akses keadilan. a. Mewujudkan hak konstitusional warga negara sesuai dengan prinsip persamaan di hadapan

hukum. b. Menjamin kepastian penyelengaraan bantuan hukum dilaksanakan secara merata di seluruh

wilayah negara Republik Indonesia dan c. Mewujudkan peradilan yang efektif, efisien dan dapat dipertanggungjawabkan.

2. Bantuan hukum diberikan pada orang miskin, orang atau kelompok orang yang ter-marjinalkan karena suatu kebijakan publik atau orang atau kelompok orang yang hak-hak sipil dan politiknya terabaikan. Komunitas masyarakat Adat dan orang yang dianggap patut dan memenuhi persyaratan.

Bantuan hukum diberikan bagi orang miskin yang menghadapi masalah hukum yaitu perkara perdata, pidana, perburuhan dan tata usaha negara.

3. Bantuan hukum yang diberikan meliputi menjalankan kuasa, mendampingi, mewakili, membela dan atau mefakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum penerima bantuan hukum.

4. Pemberi Bantuan Hukum meliputi Advokat, para Legal, Dasen dan Mahasiswa Fakultas Hukum. 5. Advokat dan Dasen memberikan bantuan hukum dalam semua masalah hukum. Advokat dapat

melibatkan para Legal dan Mahasiswa Fakultas Hukum dalam memberikan Bantuan Hukum. Para Legal dan Mahasiswa Bantuan Hukum memberikan Bantuan Hukum dalam bentuk

Konsultasi Hukum dan penyelesaian sengketa diluar Pengadilan. Dasen memberikan bantuan hukum hanya berdasarkan Undang-undang ini.

6. Penerima Bantuan Hukum harus memenuhi syarat-syarat agar dapat memperoleh Bantuan Hukum yakni : a. Mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya identitas

pemohon dan uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimohonkan Bantuan Hukum. b. Menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara dan c. Melampirkan Surat Keterangan Miskin dari Lurah, Kepala Desa atau Pejabat yang setingkat

di tempat tinggal pemohon Bantuan Hukum. 7. Bantuan Hukum dilaksanakan oleh Komisi Nasional Bantuan Hukum atau KOMNAS BANKUM

yaitu lembaga mandiri yang bertanggung jawab pada Presiden dan memiliki tugas serta kewenangan.

8. KOMNAS BANKUM bertugas : a. Menyusun dan menetapkan kebijakan penyelenggaraan Bantuan Hukum. b. Menyusun dan merumuskan strategi serta kebijakan umum pemberian Bantuan Hukum. c. Menyusun rencana menetapkan dan mengelola penggunaan anggaran Bantuan Hukum. d. Menyusun pedoman pemberian Bantuan Hukum. e. Menerapkan standar atau prinsip-prinsip tata kelola pemberian Bantuan Hukum yang baik. f. Menerapkan prinsip efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan anggaran Bantuan Hukum

dan sumber daya manusia dan yang terakhir. g. Menyampaikan laporan kegiatan dan keuangan kepada Presiden, DPR dan BPK.

9. Untuk menjalankan tugas dimaksud, KOMNAS BANKUM berwenang, a. Membentuk KOMNAS BANKUM daerah di tingkat Provinsi dan Kabupaten Kata. b. Mengkoordinasikan penyelenggaraan Bantuan Hukum dengan instansi dan lembaga terkait. c. Mengawasi dan memastikan penyelengaraan Bantuan Hukum dan pemberian Bantuan

Hukum dijalankan sesuai Azas dan Tujuan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini, dan d. Menunjuk Advokat dan para Legal untuk melaksanakan pemberian Bantuan Hukum sesuai

ketentuan dalam Undang-undang ini.

5

Page 6: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200417-065053-4336.… · DENGAN MENTER! HUKUM DAN HAM, MENTER! KEUANGAN, DAN MENTER! PENDAYAGUNAAN

10.Pembiayaan Bantuan Hukum yang diselenggarakan menurut Undang-undang ini dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Sumber Pembiayaan lainnya yaitu Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, Hibah atau Sumbangan dan atau sumber pembiayaan lain yang sah dan tidak mengikat.

11.Pemberi Bantuan Hukum dikenakan Pidana apabila terbukti menerima atau meminta sesuatu dari penerima Bantuan Hukum dan melalaikan kewajibannya sebagai pemberi Bantuan Hukum.

12.Penerima Bantuan Hukum dikenakan Pidana dalam hal yang bersangkutan terbukti bukan orang yang berhak menerima Bantuan Hukum dan menerima sesuatu apapun dari pihak lain yang terkait dengan perkara yang sedang ditangani.

13.Ketua atau Anggota KOMNAS BANKUM yang menolak memberikan bantuan hukum tanpa alasan yang sah sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini juga dikenakan Pidana.

Demikian penjelasan dari Sadan Legislasi atas kedua Rancangan Undang-Undang tersebut, selanjutnya kami mempersilakan kepada Pemerintah untuk menyampaikan pandangannya terhadap kedua Rancangan Undang-Undang kami tersebut yang telah kami ajukan tersebut dan oleh sebab itu, waktu dan tempat pada Bapak Menteri yang mewakili Pemerintah kami persilakan untuk menyampaikan pandangan dari Pemerintah.

Kami persilakan Pak.

PATRIALIS AKBAR, S.H (MENKUMHAM):

Bismillahirrahmanirraahiim. Assa/ammu'alaikum Warahmatu/lahi Wabarakatuh. Selamat siang Saudara seka/ian,

Bapak Ketua Pimpinan dan Wakil Ketua Badan Legislasi yang kami hormati, Bapak-bapak dan lbu Anggota Badan Legislasi DPR-RI yang kami hormati.

Sebelumnya, kami juga ingin memperkenalkan yang mewakili Pemerintah pada kesempatan ini, Bapak dan lbu sekalian.

Pertama, kami dari Kementerian Hukum dan HAM, kemudian dari Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi, kemudian dari Kementerian Keuangan, kemudian juga dari Komisi Yudisial serta dari Mahkamah Agung. Kemudian ada beberapa lembaga-lembaga non pemerintahan yang juga hadir bersama kita, antara lain Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, kemudian ada LBH APIK dan lain sebagainya yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu.

Berdasarkan kesepakatan saya dengan Pak Menpan, saya diminta untuk membacakan Pandangan dan Pendapat Presiden.

PANDANGAN DAN PENDAPAT PRESIDEN TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENT ANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG N0.24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

DALAM RAPAT KERJA PADA TANGGAL 1SEPTEMBER2010 DI BADAN LEGISLASI DPR-RI

Pimpinan dan para anggota Dewan yang kami hormati,

Tentunya sebagai umat yang beragama, sewajarnya kita tetap dan senantiasa mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, apalagi pada hari dan bulan suci Ramadhan ini, A!hamdulilah kita senantiasa dilimpahkan nikmat iman dan kesehatan

6

Page 7: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200417-065053-4336.… · DENGAN MENTER! HUKUM DAN HAM, MENTER! KEUANGAN, DAN MENTER! PENDAYAGUNAAN

sehingga pada hari ini kita dapat bertemu guna menunaikan salah satu tugas mulia kenegaraan kita, yakni membahas 2 (dua) Rancangan Undang-Undang sekaligus yaitu Rancangan Undang-Undang atas Perubahan Undang-undang No. 24/2003 tentang Mahkamah Konstitusi serta Rancangan Undang-Undang tentang Bantuan Hukum.

ljinkan kami menyampaikan Pandangan dan Pendapat Presiden Republik Indonesia atas Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-undang No. 24/2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang telah disampaikan oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia kepada Presiden dengan Surat No.LG.01.01/4467/DPR-Rl/Vl/2010 Tanggal 9 Juni 2010.

Selanjutnya Presiden melalui Surat No.R50/Pres/06/2010 menugaskan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk mewakili dalam membahas Rancangan Undang-Undang perubahan terhadap Undang-undang Mahkamah Konstitusi.

Pandangan dan Pendapat Presiden atas Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-undang No. 24/2003 tentang Mahkamah Konstitusi ini dimaksudkan sebagai upaya dalam memenuhi rangkaian dan tahapan pembahasan suatu Undang-undang sesuai mekanisme yang diatur dalam Undang-undang No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang­undangan Undang-undang No. 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia No.1DPR-Rl/1/20092010 tentang Tata Tertib.

Pimpinan dan para anggota Dewan yang kami hormati,

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu substansi penting perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah terbentuknya Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu pelaku kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Selain itu Mahkamah Konstitusi juga mempunyai peran yang signifikan dalam upaya penegakan konstitusi dan perwujudan suatu negara hukum di Indonesia sesuai dengan tugas dan wewenangnya yang ditentukan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain beberapa substansi terkait dengan Mahkamah Konstitusi yang telah diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 khususnya Pasal 24c ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara tegas mengatur bahwa pengangkatan dan pemberhentian Hakim Konstitusi, Hukum Acara serta ketentuan lainnya tentang Mahkamah Konstitusi diatur dengan Undang-undang. lni harus ada Undang-undang tersendiri yang mengatur tentang Mahkamah Konstitusi dilihat dari kalimat diatur dengan Undang­undang, jadi bukan diatur dalam Undang-undang. Sehingga sangat tepat hari ini kita bicara tentang masalah Undang-undang Khusus, bicara tentang masalah Mahkamah Konstitusi termasuk adalah perubahan Undang-undang No. 24 Tahun 2003.

Penyempurnaan tersebut ternyata tidak cukup dilakukan dengan peraturan teknis setingkat Peraturan Mahkamah Konstitusi sehingga dipandang perlu untuk melakukan perubahan atas Undang-undang No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.

Pimpinan dan anggota Dewan yang terhormat,

Salah satu dinamika hukum yang menjadi latar belakang diperlukannya perubahan atas Undang-undang No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi adalah Putusan Mahkamah Konstitusi No.005/PUU/4 2006 yang membatalkan beberapa pasal Undang-undang No. 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial terkait dengan pengawasan Hakim, meskipun seperti kita pahami bahwa sesungguhnya Mahkamah Konstitusi tidak boleh mengadili dirinya sendiri, apalagi dalam kasus haqul tidaklah ada permintaan untuk membatalkan kewenangan Komisi Yudisial kepada Mahkamah Konstitusi. Namun fakta yang kita rasakan, yang kita lihat adalah bahwa ternyata

7

Page 8: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200417-065053-4336.… · DENGAN MENTER! HUKUM DAN HAM, MENTER! KEUANGAN, DAN MENTER! PENDAYAGUNAAN

Mahkamah Konstitusi mengadili terhadap dirinya sendiri, apa boleh buat karena memang ini sudah merupakan Putusan Mahkamah Konstitusi yang harus kita hormati.

Dalam Putusan tersebut, Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Hakim Konstitusi tidaklah termasuk Objek Pengawasan Hakim oleh Komisi Yudisial, dengan demikian terjadi kekosongan hukum terkait dengan pengawasan Hakim Konstitusi, meskipun menurut Pak Agun Gunanjar dalam Pasal 25 Undang-Undang Dasar kita tidaklah membedakan Hakim itu apa, apakah itu Hakim Agung ataukah itu Hakim Konstitusi.

Pemerintah berpendapat bahwa pengawasan terhadap Hakim Konstitusi harus dilakukan dengan tetap menjaga independensi dari Mahkamah Konstitusi, sehingga memang diperlukan adanya suatu mekanisme khusus terkait dengan pengawasan Hakim Konstitusi. Selain ketentuan mengenai pengawasan terhadap Hakim Konstitusi, Pemerintah juga memandang bahwa beberapa substansi yang terkait dengan penguatan fungsi dan peran Mahkamah Konstitusi perlu dibahas secara cermat dan mendalam agar sesuai dengan prinsip negara hukum serta menghindari adanya Absolutisme fungsii peran Mahkamah Konstitusi dalam struktur ketatanegaraan Republik Indonesia.

Pimpinan dan para anggota Dewan yang kami hormati,

Berkaitan dengan materi yang diatur dalam Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-undang No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi pada prinsipnya Pemerintah dapat menerima dan bersedia melakukan pembahasan bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Namun dalam kesempatan yang berbahagia ini, kami masih merasa perlu untuk menyampaikan beberapa materi Rancangan Undang-Undang yang memerlukan pembahasan yang lebih cermat dan mendalam dari Dewan yang terhormat, antara lain mengenai: 1. Mekanisme pengawasan yang ideal terhadap Hakim Konstitusi. 2. Mekanisme perselisihan hasil pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Provinsi Kabupaten Kata. Untuk itu, kami ingin membahas sedikit, Bapak Ketua terhadap yang kedua. Berdasarkan

Pasal 22e Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa khusus dalam Pasal 22, Pemilihan Umum diselenggarakan untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakifan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Oleh karena itu, sudah sangat jelas kategori Pemilihan Umum berada dalam Pasal 22e. kalau kita kaitkan dengan keberadaan Mahkamah Konstitusi, berada dalam Pasal 24c, salah satu kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum.

Jadi sangat jelas korelasi antara Pasal 22c dengan Pasal 22e ayat (2), bahwa salah satu kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum, bukan hasil Pemilihan Kepala Daerah. Oleh karena itu, Pasal 22e ini secara tegas kami nyatakan tadi tidak satupun bicara tentang masalah hasil Pemilihan Kepala Daerah. Ketika kita bicara masalah Kepala Daerah, maka kita bisa mengangkat keberadaan Pasal 18 Undang-Undang Dasar kita khususnya didalam ayat (4), Pasal 18 ayat (4) mengatakan, Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi Kabupaten dan Kata dipilih secara demokrat. Artinya, disini tidaklah ditegaskan bahwa Kepala Daerah itu masuk dalam kategori Pemilihan Umum. Oleh karena itu, kalau kita kaitkan dengan fungsi kewenangan Mahkamah Konstitusi menurut hemat kami perlu kita perdalam dengan sungguh-sungguh dan seksama apakah saatnya ataukah memang tidak bisa sama sekali memuat secara eksplisit kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk mengadili sengketa hasil pemilihan Kepala Daerah. lni kita harus sangat hati-hati kalau terjadi persoalan-persoalan baru dan kami khawatir semangat hadirnya pasal Pemilihan Umum, Pasal Kepala Daerah, Pasal mengenai Mahkamah Konstitusi jangan sampai tidak sejalan dengan semangat konstitusi kita, apalagi kita merasakan betul betapa dahsyatnya sekarang dengan tidak mengurangi rasa hormat kita kepada Mahkamah Konstitusi, ternyata Mahkamah Konstitusi

&

Page 9: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200417-065053-4336.… · DENGAN MENTER! HUKUM DAN HAM, MENTER! KEUANGAN, DAN MENTER! PENDAYAGUNAAN

didalam mengadili perkara-perkara Pilkada justeru sudah terlalu jauh masuk pada ranah-ranah penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah itu sendiri. Padahal konstitusi hanya memberikan aba­aba, itupun ketika Pemilihan Umum hanya bicara tentang masalah hasil Pemilihan Umum.

Ketika kita bicara proses kita sudah memiliki Komisi Pemilihan Umum, kita sudah memiliki Panitia Pengawas. Oleh karena itu patut kita pikirkan untuk masuk atau tidaknya Pilkada di dalam Undang-undang Mahkamah Konstitusi ini. 8ementara ini pemerintah berpendapat seyogyanya untuk pemilihan Kepala Daerah ini kita akan bentuk satu lembaga khusus, lembaga peradilan khusus, tetapi tetap berada dibawah naungan peradilan umum yang berada di seluruh Kabupaten/Kota Provinsi di Indonesia ini, untuk mengadili secara tersendiri. 8elain dari pada persoalan efektifitas juga tidak melanggar ketentuan konstitusi. Kita bayangkan pemilihan Kepala Daerah, seorang Bupati Walikota sekarang bisa menghadirkan ratusan saksi dari daerah ujung sana, dibawa ke Jakarta untuk sebagai saksi, luar biasa. Kecuali itu juga membuat suasana Mahkamah Konstitusi tidaklah berada pada posisi semula dalam Pasal 22 ini.

Oleh karena itu sebelum kita terlalu jauh membahas apakah peradilan untuk Pilkada ini masuk dalam Mahkamah Konstitusi atau tidak, kiranya kami berharap terlebih dahulu kita bisa meminta pendapat dari para ahli, khususnya kawan-kawan, bapak-bapak dari forum konstitusi yang membuat Undang-Undang Dasar kita ini, sehingga kedepan kita berharap tidak lagi ada Undang­undang kita ini yang mefanggar Undang-Undang Dasar. Tentu keprihatinan kita yang mendalam adalah sangat banyak sekali peraturan pak, Undang-undang bukan peraturan perundangan, Undang-undang kita yang dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi disebabkan oleh karena kita tidak hati-hati didalam membahas satu Undang-undang, sehingga bertentangan dengan konstitusi. ltu contoh penting yang tidak ada disini bapak Ketua.

Jadi catatan tadi bisa nanti dibuat di dalam risalah rapat, mohon tidak termasuk disini, karena kami mohon maaf tadi juga mengikuti pendapat dari bapak Ketua Baleg juga mencantumkan kemungkinan dimasukkannya kewenangan Mahkamah Konstitusi di dalam melakukan pemeriksaan ketersisaan hasil Pilkada.

Yang ketiga adalah usul Mahkamah Konstitusi terkait dengan ketentuan mengenai susunan organisasi, fungsi tugas dan wewenang Sekjen dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden. Kemudian hal lain yang tidak masuk didalam catatan ini, tapi kami tambahkan bapak Ketua yaitu mengenai gelar akademis yang dikatakan oleh bapak Ketua tadi. Fakta menunjukkan sekarang ini adalah bahwa ternyata kasus-kasus yang masuk ke Mahkamah Konstitusi terhadap hak uji materiil, yudisial review bukanlah semata-mata persoalan-persoalan hukum tetapi juga berkaitan dengan persoalan-persoalan sosial lainnya. Oleh karena itu perlu kita pikirkan gelar akademisi ini, mungkin persyaratan sebagai seorang 8arja Hukum itu pada level 81, tetapi juga tidak diwajibkan pada level 82 maupun 83 kalaupun 82 dan 83 kita setujui menjadi pra syarat. Dan pemerintah memberikan persetujuan seyogyanya maka untuk menjadi seorang Hakim Konstitusi sebaiknya memperoleh gelar Doktor, karena begitu penting posisi Mahkamah Konstitusi di negara kita ini.

Yang ketiga, yang selanjutnya adalah persoalan masa jabatan. Tadi bapak Ketua mengatakan bahwa masa jabatan akan diubah, khususnya jabatan Ketua MK dari 2 tahun menjadi 2 Y2 tahun. Kami berpendapat bapak Pimpinan, karena orang-orang yang duduk di Mahkamah Konsitusi itu adalah seorang negarawan, apalagi nanti pra syaratnya adalah sampai 83 maka asumsinya adalah semuanya memiliki kemampuan untuk memimpin Mahkamah Konstitusi.

Agar Mahkamah Konstitusi tidak dijadikan sebagai satu lembaga politik ke depan, dan juga agak sulit anggota-anggota untuk melakukan pengawasan terhadap Ketua Mahkamah Konstitusi, bahkan DPR pun juga tidak punya kepanjangan tangan untuk melakukan pengawasan secara langsung, karena Mahkamah Konstitusi adalah suatu lembaga negara yang independen, kekuasaan yudikatif, bagian dari proses yudikatif, kami menyarankan agar masa jabatan Pimpinan Mahkamah Konstitusi ini cukup digilir tiap 1 tahun sekali, jadi bukan 2 Y2 tahun. Sehingga tentu perjalanan Mahkamah Konstitusi kita berharap tidak lagi didominasi oleh Pimpinan tetapi betul-betut secara

9

Page 10: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200417-065053-4336.… · DENGAN MENTER! HUKUM DAN HAM, MENTER! KEUANGAN, DAN MENTER! PENDAYAGUNAAN

kebersamaan, apalagi masa kepemimpinan di Mahkamah Konstitusi itu adalah masa kepemimpinan yang be rs if at kolektif.

Pimpinan, dan Anggota Dewan yang kami hormati.

Demikianlah pandangan dan pendapat Pemerintah terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-undang No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.

Segera menjadikan bahan masukan dan pertimbangan dalam pembahasannya, hal-hal lain yang belum kami sampaikan pada kesempatan ini, begitu juga yang belum disampaikan oleh bapak ibu para Anggota Dewan yang terhormat, tentu akan kita perdalam ketika kita membahas lebih rinci terhadap substansi Rancangan Undang-Undang ini.

Demikianlah pendapat kami sampaikan kembali dan prinsipnya kami dapat menerima dan siap membahas usul inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat atas Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Undang-undang No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konsitusi dengan harapan anggota Dewan yang terhormat dapat mengadakan pembahasan UU ini dalam waktu yang tidak terlalu lama. Dan kami perlu informasikan juga bapak Ketua, bahwa di ruangan ini juga ada anggota forum konstitusi yang ikut terlibat langsung di dalam merumuskan perubahan Undang-Undang Dasar, antara lain saya lihat ada Saudara Agun Gunandjar.

Selanjutnya bapak Ketua, pimpinan dan ibu Anggota Dewan yang kami hormati, Pandangan dan Pendapat Presiden terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Bantuan Hukum. Dalam kesempatan ini ijinkan kami menyampaikan Pandangan dan Pendapat Presiden atas Rancangan Undang-Undang tentang Bantuan Hukum yang telah disampaikan oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat kepada Presiden dengan surat No. LG.0101/4466/DPR Rl/Vl/2010, tanggal 9 Juni 2010. Selanjutnya Presiden melaui surat No. R.51/PRES/06/2010 menugaskan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia, Menteri Keuangan serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi disingkat dengan Menteri PAB, secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk mewakili Presiden dalam RUU ini.

Pimpinan dan Anggota Dewan yang kami hormati.

Pada pandangan pendapat Presiden atas RUU tentang Bantuan Hukum ini disampaikan sebagai upaya dalam memenuhi rangkaian dan tahapan pembahasan Rancangan Undang-Undang sebagaimana juga yang sudah kami sebutkan di dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang mengenai perubahan tentang Undang-undang RUU Mahkamah Konstitusi.

Kemudian sebagaimana kita ketahui bahwa setelah perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, terjadi pemuatan konsep atau gagasan mengenai konsep negara hukum rechstaat di Indonesia. Hal ini terlihat jelas dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menegaskan bahwa negara Indonesia adalah Negara Hukum. Pasal tersebut menunjukkan adanya keinginan kuat dari negara untuk menjamin terselenggaranya persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan atau equality be for the law, yang salah satu tolok ukurnya adalah terciptanya suatu keadaan terjaminnya hak setiap orang untuk mendapatkan perlakukan yang sama di depan hukum serta jaminan kepada setiap orang untuk mendapatkan azas keadilan atau justice for all sebagai salah satu program unggulan dari pemerintahan Kabinet lndoenesia Bersatu II, sekarang yang dipimpin oleh Bapak Susilo Bambang Yudhoyono.

Hal ini secara lebih konkrit tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 24d ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Bapak Pimpinan, Bapak dan lbu Anggota Dewan yang kami hormati.

10

Page 11: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200417-065053-4336.… · DENGAN MENTER! HUKUM DAN HAM, MENTER! KEUANGAN, DAN MENTER! PENDAYAGUNAAN

lndoensia adalah memiliki Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 43 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum secara cuma-cuma untuk melaksanakan ketentuan Pasal 22 Undang-undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat.

Namun implementasi dari konsep negara hukum dan hak universal setiap orang untuk mendapatkan kedudukan dan perlakuan yang sama di dalam hukum serta hak untuk mendapatkan azas keadilan itu ternyata tidaklah mudah, karena negara selalu dihadapkan pada kenyataan bahwa terdapat sekelompok masyarakat yang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya secara layak dan mandiri, khususnya hak untuk mendapatkan kedudukan dan perlakukan yang sama di dalam hukum serta hak untuk mendapatkan azas keadilan.

Oleh karena itu dalam RUU ini diharapkan negara menjamin terselenggaranya bantuan hukum kepada orang miskin atau orang yang tidak mampu, sesuai jiwa dan semangat yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dengan adanya beberapa peraturan perundang-undangan yang sudah ada dan terkait dengan bantuan hukum maka diperlukan kecermatan dan kehati-hatian kita untuk melakukan pengharmonisasian, pembulatan dan pemantapan konsepsi Rancangan Undang-Undang tentang Bantuan Hukum. Peraturan mengenai Bantuan Hukum yang diselenggarakan oleh negara juga harus berorientasi pada terwujudnya perubahan sosial yang berkeadilan dan bukan sekedar menawarkan jasa bantuan hukum kepada orang miskin, kelompok marjinal, komunitas masyarakat adat atau orang kelompok yang hak-hak sipil politiknya terabaikan selama ini, bahkan juga orang yang dianggap patut dan memenuhi persyaratan tertentu. Adapun mengenai pembiayaan dan format kelembagaan bantuan hukum juga perlu mendapatkan perhatian dan kajian yang mendalam dan bijaksana agar dapat mewujudkan suatu mekanisme bantuan hukum yang efektif dan efisiensi serta sesuai dengan struktur ketatanegaraan Republik Indonesia. Maka bantuan hukum itu bapak Ketua tidak lagi hanya pada proses peradilan saja, tetapi juga setelah proses peradilan meskipun sudah mempunyai kekuatan hukum tetap ternyata juga tidak jarang adanya putusan peradilan yang salah. Dan menurut pengffiaman kami beberapa kali peninjauan kembali dilakukan oleh warga binaan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, yang tidak paham terhadap hak-haknya, ternyata tidak sedikit diantara mereka juga memperoleh putusan bebas murni yang dilakukan oleh Mahkamah Agung sendiri.

Jadi Bantuan Hukum ini akan kita upayakan baik pada proses maupun setelah proses, selama itu memuingkinkan itu dapat kita berikan bantuan.

Bapak Ketua dan lbu Pimpinan serta Bapak lbu Anggota yang kami hormati.

Berkaitan dengan materi yang diatur dalam urutan tentang Bantuan Hukum pada prinsipnya pemerintah dapat menerima dan bersedia melakukan pembahasa bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Namun dalam kesempatan yang berbahagia ini, kami masih merasa perlu untuk menyampaikan beberapa materi Rancangan Undang-Undang tentang Bantuan Hukum yang memerlukan pembahasan yang lebih cermat dan mendalam. Adapun materi yang dimaksud adalah antara lain mengenai satu pengaturan kriteria orang miskin yang dapat diberikan bantuan hukum.

Pihak-pihak yang dapat memberikan bantuan hukum dan ketentuan mengenai syarat dan tata cara pemberian bantuan hukum, kedudukan, kelembagaan dan pembiayaan Komisi Nasional Bantuan Hukum dibahas secara lebih cermat dan mendalam, sebab hal ini berkaitan erat dengan prioritas anggaran dan struktur ketatanegaraan Republik Indonesia setelah perubahan Undang­Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Demikianlah pandangan dan pendapat Presiden Republik Indonesia terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Bantuan Hukum, semoga dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan di dalam pembahasannya. Dengan harapan Anggota Dewan yang terhormat dapat mengagendakan pembahasan RUU tersebut dalam waktu yang tidak terlalu lama. Hal-hal lain yang belum disampaikan pada kesempatan ini dapat kita sampaikan secara rinci di dalam DIM yang akan

11

Page 12: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200417-065053-4336.… · DENGAN MENTER! HUKUM DAN HAM, MENTER! KEUANGAN, DAN MENTER! PENDAYAGUNAAN

dia}ukan oleh pemerintah dan tentu juga pada saat pembahasan materi Rancangan Undang­Undang Santuan Hukum. Dengan demikian dapat kami sampaikan kembali bahwa pada prinsipnya kami dapat menerima dan siap membahas RUU usul inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat dalam rapat­rapat berikutnya.

Atas perhatian pimpinan dan para anggota Sadan Legislasi DPR RI yang terhormat kami mengucapkan terima kasih, semoga Allah SWT senantiasa meridhoi usaha kita dalam melaksanakan tugas-tugas konstitusional ini. Amin ya Robal Alamin.

Hastabiqul Khairat. Wassalammu'alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh

KETUA RAPAT:

Terima kasih Sapak Menteri, yang telah mewakili pemerintah. Dengan menyampaikan pandangan pemerintah terhadap 2 Rancangan Undang-Undang

yang akan kita bahas bersama, dan pada kita semua kita sudah bersama-sama bisa mendengarkan penjelasan yang telah kami sampaikan tadi dari Saleg, dan juga sudah menyimak dengan sebaik­baiknya apa yang telah disampaikan sebagai pandangan Pemerintah, dimana kita bersama sudah bisa menangkap hal-hal yang barangkali bisa menjadikan produk Undang-undang kita nanti betul-betul Undang-undang yang benar-benar bisa bermanfaat, berkualitas karena saling mengisi yang tadi secara bisa kita tangkap apa yang disampaikan oleh pemerintah terhadap Rancangan Undang-Undang yang sudah kita sampaikan sebagai penjelasan dari Sadan Legislasi, bapak/ibu sekalian disini kami. Silahkan.

H. TB. SOENMANDJAJA, SD (F-PKS):

Boleh interupsi ketua sedikit, mau pindah ketempat lain boleh pak, terimakasih pak.

Assa/ammua/aikum Warahmatulahi Wabarakatuh,

Anggota Baleg serta pemerintah yang terhormat,

Saya menyimak betul pandangan bapak presiden yang dibacakan oleh Pak Menteri tadi, dan beberapa yang beliau sampaikan, ada yang sifatnya penjelasan lisan karena ini merupakan pandangan dari Pak Presiden melalui Pak Menteri HUKUM dan HAM kami menyarankan agar naskah ini diperbaiki dan penjelasan lisan tadi menjadi bagian yang tidak terpisahkan, karena dia sudah menyentuh masalah-masalah substansial, baek pandangan yang berkenaan undang-undang MK, maupun tentang bantuan hukum, saya kira harapan ini bisa dikabulkan terima kasih ketua.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, ini satu hal yang barangkali lebih memberikan penyempurnaan pak terhadap muatan dari seluruh pandangan dari pemerintah tadi, sehingga akan menjadi bahan juga bagi kami yang dari Saleg ini untuk secara lebih komprehensif terhadap pandangan-pandangan tersebut meskipun nanti akan disampaikan pemerintah dalam bentuk DIM yang akan disampaikan, jadi kami kira hal ini sebagai suatu yang akan menjadikan semakin lebih mudahnya pembahasan lebih lanjut terhadap pembahasan rancangan undang-undang tersebut.

12

Page 13: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200417-065053-4336.… · DENGAN MENTER! HUKUM DAN HAM, MENTER! KEUANGAN, DAN MENTER! PENDAYAGUNAAN

Bapak-lbu sekalian,

Berdasarkan ketentuan Pasal 139 Tata Tertib dalam Rapat Kerja antara Komisi atau Antar Komisi, Panja Khusus atau Badan Legislasi atau Badan Anggaran dengan Pihak Pemerintah maka Pembahasan tersebut akan dimulai dengan tentunya pengesahan jadwal dari rapat-rapat yang akan kita selenggarakan, dan yang kedua adalah kesepakatan kita bersama terhadap rancangan mekanisme pembahasan rancangan undang-undang, dua hal ini barangkali setelah kita sama-sama mendengarkan baik penjelasan ataupun pandangan pemerintah tadi, akan tentunya untuk bisa kita sepakati bersama, apakah kita setujui apakah kita kira-kira akan melanjutkan dengan pengesahan jadwal dan pengesahan mekanisme pembahasan undang-undang, dapat disetujui ya. Terimakasih.

(RAPAT: SETUJU)

Bapak-lbu Sekalian,

Khususnya Pak Menteri, Sekjen Departemen Keuangan yang kami hormati, dan Seluruh hadirin yang terhormat,

Tetapi sebelumnya ijinkan kami menyampaikan karena tadi saya tidak menyinggung pasukan yang demikan lengkap yang dibawa Pak Menteri Hukum dan HAM, jadi mohon maaf kepada LBH APIK yang sudah ikut hadir pada saat ini, kepada Bapak Profesor Ahmad Ramli yang selama ini kita berdua, tapi saya pikir tadi langsung jadi pasukannya Pak Menteri jadi belum saya sebut secara khusus, dan kemudian dari YLBHI terima kasih atas kehadirannya, terus dari Komisi Yudisial terima kasih kami ucapkan atas kehadirannya, dan khususnya, ini kawan perjuangan lama ini, Pak Ghani, Profesor Gani yang sama-sama dulu selalu membahas Undang-undang disini bersama Beliau, memang Pakarnya Undang-undang yang mewakili Mahkamah Agung, selamat, terima kasih Pak atas kehadirannya. Mohan maaf tadi tidak kita singgung satu per satu langsung kita sampaikan secara umum.

Bapak-bapak dan lbu sekalian,

Kita akan menginjak kepada masalah jadwal rapat, jadi kami laporkan kepada Sidang, bahwa pembahasan terhadap Rancangan Undang-Undang berkait dengan masalah tentang Bantuan Hukum dan Perubahan terhadap Undang-undang tentang Mahkamah Konstitusi ini, akan dibahas secara simultan, Pak, bersama-sama. Jadi mohon dari Pemerintah juga disiapkan 2 (dua) tim. Mohan maaf kalau dari Badan Legislasi, Bapak lihat sebelah kiri betapa kami sudah siapnya 2 (dua) tim juga, apalagi Mas Agun ada disana nanti, baru keluar sebentar. Tadi kami sudah siap juga Pak 2 (dua) tim. Jadi nanti akan dibahas secara simultan Pak, mudah-mudahan lebih bisa cepat 2 (dua) Rancangan Undang-Undang ini bisa kita selesaikan.

Pembahasan akan dimulai pada hari ini Rabu, tanggal 1 September ini kita melakukan Rapat Kerja dengan Bapak Menteri Hukum dan HAM, Pak Menteri PAN, Pak Sekjen Depkeu dan Bapak-lbu sekalian yang hadir saat ini. Didalam menyampaikan penjelasan, pendapat atau pandangan dari Pemerintah dan tentunya nanti akan dilanjutkan penjadwalan ini.

Dan selanjutnya, bahwa diharapkan pada tanggal 16 nanti, 16 September, DIM dari Pemerintah yang berkait terhadap 2 Rancangan Undang-Undang itu mohon sudah bisa tanggal 15-nya diserahkan dan kami tanggal 16 akan mulai mempelajari. Jadi mohon ijin 15 hari pada Pemerintah kami mohonkan sudah menyiapkan terhadap yang kita harapkan.

Kemudian kita akan ketemu lagi tanggal 22 dalam kaitan Rapat Kerja yang pagi hari jam 10 sampai jam 12, kita akan membahas masalah Bantuan Hukum dan 13 sampai 15 kita akan bicara masafah yang terkait perubahan Undang-undang No.24/2003 tentang Mahkamah Konstitusi.

13

Page 14: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200417-065053-4336.… · DENGAN MENTER! HUKUM DAN HAM, MENTER! KEUANGAN, DAN MENTER! PENDAYAGUNAAN

Memang kami mencoba untuk Rapat Kerja dengan Bapak Menteri karena kami sangat paham betul betapa kesibukan Bapak Menteri yang terkait dengan penugasan dari Presiden untuk pembahasan ini, maka kita harapkan masalah-masalah pokok saja yang 1 hari itu kalau bisa sudah kita sampaikan pendapat bersama untuk kita bisa kita dekatkan kesimpulan penyaman dari fokus permasalahan yang pokok, sedangkan detailnya nanti akan lebih banyak dibahas oleh pada pembahasan Tingkat Panja yang tentunya Pemerintah akan diwakili oleh Eselon I dan kami akan diwakili dengan dipimpin oleh salah satu dari Pimpinan Panja dari kami yang ada disini. lni oleh sebab itu, tentunya pada waktu Rapat Kerja tanggal 22 itu, kita sekaligus akan menetapkan pembentukan Panja, Pak. Jadi Pemerintah juga menyiapkan siapa-siapa yang akan disiapkan dan kami pun juga akan kita siapkan dari Sadan Legislasi. lni pada tanggal 22 dan selanjutnya pada tanggal 5 kami langsung akan memasuki masa Konsinyering dengan pembahasan Panja. Konsinyering diteruskan sampai dengan tanggal 7 dan tentunya setelah itu karena mendekati Masa Reses, kita Masa Sidang I kita akhiri nanti kita akan rumuskan berikutnya jadwal untuk Masa Sidang I dan kami mengharapkan seperti apa yang disampaikan oleh Pak Menteri tadi, keinginan dari Pak Menteri atau Pemerintah dalam hal ini bahwa pembahasan ini bisa diselesaikan dalam waktu tidak terlalu lama. Oleh sebab itu, tentunya beberapa hal-hal yang sangat kita lihat mungkin menjadikan suatu pembahasan lebih intensif kita juga menyediakan waktu-waktu untuk dilaksanakan suatu Lobby supaya pendekatan-pendekatan dan segera tercapainya suatu fokus kesepakatan. lni yang kita harapkan, maka pada kesempatan selanjutnya kami mohon pendapat dari Pemerintah dan mungkin ada saran dari yang lain terhadap Rancangan Jadwal yang sudah kami sampaikan tadi, apakah dapat disetujui ini.

PATRIALIS AKBAR, S.H (MENKUMHAM):

Terima kasih Bapak Pimpinan.

Pertama mengenai jadwal, kami dapat menyetujui sepenuhnya. Kemudian tata cara pembahasan yang sudah disampaikan oleh Bapak Ketua tadi sangat

brilliant sekali dan kami enggak berani menolaknya, Pak. Jadi kami menyetujui sepenuhnya, Pak.

KETUA RAPAT:

Terima kasih. Jadi untuk jadwal bisa kita setujui ini ya? Oke, terima kasih.

(RAPAT: SETUJU)

Bapak·lbu sekalian,

Kita menginjak kepada yang kedua, yang berkait pada mekanisme pembahasan. Mekanisme pembahasan Rancangan Undang-Undang antara Pemerintah dengan DPR ini sebetulnya sudah format yang sudah memang ya begitulah susunannya, jadi kalau mau ada perbaikan yang baru itu mestinya melalui kajian yang lebih panjang dulu, karena ini sudah, apa yang sudah disusun ini, mekanisme pembahasan yang kami sampaikan ini sebenarnya sudah merupakan kegiatan yang sudah memang demikian dikerjakan setiap pembahasan Rancangan Undang­Undang antara Pemerintah dan DPR. Oleh sebab itu, kami kira enggak perlu kami bacakan satu­satu bagaimana itu Pansus, bagaimana itu Panja dan sebagainya dan begitu juga Tim Perumus dan sebagainya, kami kira ini sudah oke punya.

14

Page 15: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200417-065053-4336.… · DENGAN MENTER! HUKUM DAN HAM, MENTER! KEUANGAN, DAN MENTER! PENDAYAGUNAAN

Apakah langsung bisa kami ambil keputusan dapat disetujui? Oke terima kasih.

(RAPAT: SETUJU)

Kalau rapat sejak dulu begini cepatnya, kami kira negara ini enggak usah susah-susah, usulnya dari Mas Soemanjaya pun juga sesuatu yang sangat konstruktif.

Bapak-lbu sekalian,

Kami juga paham mungkin perjalanan panjang untuk memenuhi undangan Buka Puasa, ini kan sudah 14.30 WIB ini perjalanan kalau panjang diundang ke Cianjur masih bisa sampai ini. Harapan kami, oleh sebab itu Bapak Menteri dan Bapak-lbu sekalian yang kami hormati, kiranya setelah disepakatinya ini semua, kita akan mendengarkan hal-hal yang barangkali untuk menyempurnakan kesiapan itu. Tentunya kami mohon dari Bapak Menteri PAN dan Bapak Sekjen dari Depkeu atau mungkin dari Pemerintah yang lain dari Mahkamah Agung dan sebagainya silakan, kalau ada pokok-pokok yang bisa menjadikan kecepatan dari kinerja kami serta hasil yang lebih oke pun ya.

Pada Pak Menteri PAN kami persilahkan. Kalau mau ditutup sampai 17.30 WIB juga enggak apa-apa, Pak.

E.E MANGINDAAN (MENPAN DAN REFORMASI BIROKRASI):

Terima kasih.

Assa/ammu'alaikum Warahmatul/ahi Wabarakatuh.

Sebenarnya saya ingin bicara hanya selamat menjalankan ibadah Puasa di bulan suci Ramadhan, semoga lbadah ini dikabulkan oleh Allah S.W.T, Amien.

Yang kedua, karena saya juga bekas disini dulu, apapun Pak Ketua bilang, oke-oke saja, saya juga suka bikin pendek-pendek acara itu Pak, dengar begitu, saya korek langsung sebelah kiri saya. lni kan biasa, setuju sajalah, hanya satu saja saya kira apa yang disampaikan Pak Syumanjaya tadi, jangan kita lupakan dimasukkan didalam substansi DIM nanti supaya terjawab yang lisan tadi menjadi tertulis, harapan kami.

T erima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Menteri PAN dan kami pun enggak berani mengomentari, karena selain Beliau Senior kami, Beliau adalah mantan Ketua kami Komisi kami, jadi termasuk di Dewan Pembina kami, sudahlah selesai masalahnya, karena apapun juga enggak bisa.

Silakan Pak Sekjen Departemen Keuangan. Sudah cukup Pak? Lah ini baru pada Suhu kami, Prof. silakan kalau akan menyampaikan,

Prof. Ghani. Agaknya kalau sudah ditutup dan disampaikan oleh Bapak Menteri PAN yang lain langsung

ikut semua. Ya.

15

Page 16: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200417-065053-4336.… · DENGAN MENTER! HUKUM DAN HAM, MENTER! KEUANGAN, DAN MENTER! PENDAYAGUNAAN

Bapak·lbu sekalian,

Terima kasih atas segala yang sudah kita sampaikan dan mudah-mudahan dengan kelancaran yang sudah kita tampilkan sore hari ini juga merupakan kelancaran didalam pembahasan kita bersama dan nanti kami laporkan bahwa setiap pembahasan kita akan didampingi dari Forum Konstitusi, Pak.

Demikian terima kasih. Kami tutup.

Wassalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Mohan maaf kalau ada kekurangannya. T erima kasih Pak.

(RAPAT DITUTUP PUKUL 14.35 WIB)

Jakarta, 1 September 2010

Sekretaris Rapat,

Ors. Djaka Dwi Winarko, M.Si

16