determinan pembiayaan perbankan syariah di...
TRANSCRIPT
DETERMINAN PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
PERIODE JANUARI 2011 – JUNI 2015
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Yanida Siti Hanifah
NIM: 1112085000010
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016 M
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yanida Siti Hanifah
NIM : 1112085000010
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Perbankan Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 10 Juni 2016
Yanida Siti Hanifah
NIM. 1112085000010
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
Data Pribadi
Nama : Yanida Siti Hanifah
Tempat & Tanggal Lahir : Banjarmasin, 02 Oktober 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Komplek Kedaung Rindang, No. 33 Jl. Bambu
Apus-Sasak Tinggi Pamulang, Tangerang Selatan
15415
No. Telepon : 085692562571
Email : [email protected]
Pendidikan Formal
2000 – 2006 : SD Islam Al-Azhar 15 Pamulang
2006 – 2009 : MTs. Pembangunan Jakarta
2009 – 2012 : SMA N 34 Jakarta
2012 – 2016 : Program Sarjana (S1) Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta
vi
ABSTRACT
This study analyze of Non-performing Finance, Finance to deposit
ratio, and Return On Assets that affect on Islamic banking financing.. The object of
this research is Islamic Banking enrolled in Islamic Banking of Statistics (SPS) in
the period January 2010 to June 2015. The method used in this study is a dynamic
model error correction model (ECM), popularized by Engle and Granger by using
software Eviews 9.0.
The results of this study indicate that in the short term, NPF variable has a
negative influence, ROA has a positive influence and significant impact on
financing, while FDR did not affect the financing. In the long term, NPF, FDR, and
ROA vaariable have influence in a positive and significant impact on financing. The
result of adjusted R-squared is 0,6625 or 66,25 %.
Keywords: Financing, Non Performing Finance (NPF), Finance to Deposit
Ratio (FDR), Return on Assets (ROA), ECM.
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Non Performing
Finance, Finance to Deposit Ratio, dan Return On Asset terhadap Pembiayaan
yang disalurkan oleh Perbankan Syariah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan
sampel Perbankan Syariah yang terdaftar di Statisik Perbankan Syariah (SPS)
periode Januari 2010 sampai dengan Juni 2015. Metode yang digunakan dalm
penelitian ini adalah model dinamis Error Corection Model (ECM) yang
dipopulerkan oleh Engle dan Granger dengan menggunakan software Eviews 9.0.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel NPF dalam jangka
pendek berpengaruh signifikan negatif dan dalam jangka panjang berpengaruh
signifikan positif terhadap pembiayan. Variabel FDR dalam jangka pendek tidak
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan dan dalam jangka panjang
berpengaruh signifikan positif. Variabel ROA dalam jangka pendek dan jangka
panjang berpemgaruh signifikan positif terhadap pembiayaan. Hasil adjusted R
squared sebesar 0,6625 atau 66,25%.
Kata Kunci: Pembiayaan, Non Performing Finance (NPF), Finance to Deposit
Ratio (FDR) dan Return On Asset (ROA), ECM.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah mellimpahkan rahmat, hidayah dan kasih saying-Nya yang tiada terkira
kepada hambanya. Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
sebaik-baiknya. Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagai syarat mencapai
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini memiliki judul “Determinan Pembiayaan Perbankan
Syariah di Indonesia Periode Januari 2011 – Juni 2015”. Semoga skripsi ini
memberikan manfaat kepada semua pihak dan menambah wawasan serta
pengetahuan bagi pembaca.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua, Bapak Agus Budiono dan Ibu Tri Muryani yang selalu
memberikan dukungan baik moril maupun materil, memberikan kasih sayang,
cinta, dan selalu mendoakan dengan penuh rasa kasih sayang.
2. Adikku Almira Rahmaida dan keluarga besar yang selalu memberikan
motivasi dan semangat selama ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen pembimbing I dan Ibu Aini
Masruroh, SE.I., M.M selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan bimbingan dan
pengaruh dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan FEB, Bapak Dr. Amilin,
SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP selaku Wakil Dekan I Bid. Akademik,
Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., M.H selaku Wakil Dekan II Bid.
Administrasi Umum dan Bapak Dr Desmadi Saharuddin, M.A selaku Wakil
Dekan III Bid. Kemahasiswaan yang telah memberikan jalan bagi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
ix
5. Bapak Adhitya Ginanjar, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah
dan Ibu Fitri Damayant, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Perbankan
Syariah.
6. Bapak Ade Suherlan, SE., MM., MBA selaku Pembimbing Akademik.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan ilmu
yang Bapak dan Ibu berikan kepada kami.
8. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja kerasnya
melayani mahasiswa dengan baik dan meningkatkan citra Fakultas Ekonomi
dan Bisnis.
9. Terimakasih kepada teman – teman HMJ Perbankan Syariah, dimana saya
mendapat pengalaman dan belajar berorganisasi.
10. Terimakasih kepada keluarga Dapur Seni dan Kamar Wina yang telah
memberikan kisah dan cerita disamping kehidupan akademis perkuliahan.
11. Terimakasih kepada Hafizhan Irawan atas dukungan yang diberikan dari awal
hingga akhir penelitian ini.
12. Terimakasih kepada geng skripsweet ka Reza, Leni, dan Eca.
13. Terimakasih kepada Chils Sari, Asma, Enny, Garin, Fizah, Mia, Fivi, dan
Putri yang telah memberikan warna warni semasa perkuliahan.
14. Terimakasih teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2012 dan adik-adik
Perbankan Syariah yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas semangat,
do’a dan dukungannya.
Jakarta, 10 Juni 2016
Penulis
(Yanida Siti Hanifah)
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
ABSTRACT ..................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .......................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 12
xi
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 12
E. Sistematika Penulisan ……............................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ................................................................................ 15
1. Pembiayaan ................................................................................. 15
a. Pengertian Pembiayaan ......................................................... 15
b. Jenis – Jenis Pembiayaan ..................................................... 16
c. Fungsi Pembiayaan .............................................................. 26
2. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Pembiayaan ........... 27
a. Non Performing Finance (NPF) .......................................... 27
b. Return On Asset (ROA) ....................................................... 28
c. Financing to Deposit Ratio (FDR) ...................................... 28
3. Perbankan Syariah ...................................................................... 30
a. Pengertian Perbankan Syariah ............................................ 30
b. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia ................. 31
B. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 34
C. Keterkaitan antar Variabel Independen dengan Dependen ............. 42
1. Pengaruh NPF terhadap Pembiayaan yang disalurkan ............... 42
2. Pengaruh ROA terhadap Pembiayaan yang disalurkan .............. 43
3. Pengaruh FDR terhadap Pembiayaan yang disalurkan ............... 44
D. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 45
E. Hipotetsis Penelitian ........................................................................ 47
xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 49
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................... 49
C. Metode Pengumpulan Data............................................................... 50
D. Metode Analisis ................................................................................ 51
1. Uji Stasioneritas data ................................................................. 52
a. Uji Akar – Akar Unit ......................................................... 52
b. Uji Derajat Integrasi ........................................................... 53
2. Uji Kausalitas Granger .............................................................. 54
3. Uji Kointegrasi ........................................................................... 55
4. Error Correction Model (ECM) ................................................ 55
E. OperasionalVariabel Penelitian ........................................................ 57
1. Variabel Dependen(Y) ................................................................ 57
Pembiayaan ................................................................................ 57
2. Variabel Independen (X) ........................................................... 58
a. Non Performing Finance (NPF) .......................................... 58
b. Return On Asset (ROA ......................................................... 59
c. Financing to Deposit Ratio (FDR) ....................................... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................. 61
B. Hasil Analisis Data ........................................................................... 68
1. Uji Stasioneritas data ................................................................. 68
xiii
c. Uji Akar – Akar Unit ......................................................... 68
d. Uji Derajat Integrasi ........................................................... 69
2. Uji Kausalitas Granger .............................................................. 69
3. Uji Kointegrasi ........................................................................... 70
4. Error Correction Model (ECM) ................................................ 72
C. Pembahasan ...................................................................................... 74
1. Non Performing Finance (NPF) Terhadap Pembiayaan ............ 74
a. Pada Jangka Pendek .............................................................. 74
b. Pada Jangka Panjang............................................................. 75
2. Finance to Deposit Ratio (FDR) Terhadap Pembiayaan ............ 75
a. Pada Jangka Pendek ............................................................. 75
b. Pada Jangka Panjang ............................................................ 75
3. Return On Assets (ROA) Terhadap Pembiayaan ........................ 75
a. Pada Jangka Pendek ............................................................. 76
b. Pada Jangka Panjang ............................................................ 76
D. Interpretasi Data................................................................................ 76
1. Non Performing Finance (NPF) Terhadap Pembiayaan ............ 76
a. Pada Jangka Pendek .............................................................. 76
b. Pada Jangka Panjang............................................................. 78
2. Finance to Deposit Ratio (FDR) Terhadap Pembiayaan ............ 79
a. Pada Jangka Pendek ............................................................. 79
b. Pada Jangka Panjang ............................................................ 80
3. Return On Assets (ROA) Terhadap Pembiayaan ........................ 82
xiv
a. Pada Jangka Pendek ............................................................. 82
b. Pada Jangka Panjang ............................................................ 83
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 85
B. Saran ................................................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 88
LAMPIRAN .................................................................................................... 90
xv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 38
4.1 Daftar Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) ....... 59
4.2 Data Pembiayaan Perbankan Syariah Tahun 2011 – 2015 ....................... 61
4.3 Data Non Performong Finance (NPF) Tahun 2011 – 2015 ...................... 62
4.4 Data Return On Asset (ROA) Tahun 2011 – 2015 .................................... 63
4.5 Data Finance to Deposit Ratio (FDR) Tahun 2011 – 2015 ...................... 64
4.6 Uji Akar Unit Phillips-Perron Pada Tingkat Level ................................... 66
4.7 Uji Akar Unit Phillips-Perron Pada First Difference ................................. 67
4.8 Uji Kausalitas ............................................................................................. 68
4.9 Uji Kointegrasi Johansen ........................................................................... 69
4.10 Hasil Regresi Error Corection Model (ECM) ........................................... 70
4.11 Hasil ECM dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang ............................. 72
xvi
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1.1 Penyaluran Dana Oleh Perbankan Syariah .................................................. 2
1.2 Perkembangan NPF Perbankan Syariah di Indonesia ................................. 4
1.3 Perkembangan ROA Perbankan Syariah di Indonesia ................................ 6
1.4 Perkembangan FDR Perbankan Syariah di Indonesia ................................ 7
2.1 Skema Pembiayaan Murabahah ............................................................... 18
2.2 Skema Pembiayaan Salam ........................................................................ 19
2.3 Skema Pembiayaan Istishna ...................................................................... 20
2.4 Skema Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik ...................................... 23
2.5 Skema Pembiayaan Musyarakah .............................................................. 24
2.6 Skema Pembiayaan Mudharabah ............................................................. 26
2.7 Diagram Kerangka Pemikiran .................................................................... 44
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Data Penelitian ........................................................................................... 87
2 Hasil Uji Akar Unit Phillips-Perron Pada Tingkat Level .......................... 89
3 Hasil Uji Akar Unit Phillips-Perron Pada First Difference ....................... 93
4 Uji Kausalitas ............................................................................................ 97
5 Uji Kointegrasi ........................................................................................... 98
6 Hasil Regresi Error Correction Model (ECM) .......................................... 99
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakanng
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai perkembangan bisnis perbankan
syariah pada 2015 sedang memasuki masa yang kurang baik. Pertumbuhan
aset yang sempat mencapai 49 persen pada 2013, tidak bisa terulang lagi pada
tahun 2015 dan harus puas dengan pertumbuhan di angka 7,98 persen pada
Juli 2015. Turunnya pertumbuhan perbankan syariah, menurut Mulya E.
Siregar selaku Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non Bank
OJK, tidak hanya terjadi dari sisi aset, namun juga pembiayaan dan dana
pihak ketiga (DPK). Bahkan pertumbuhan tersebut juga berada jauh di bawah
perbankan konvensional. Posisi Juli 2015, pembiayaan hanya tumbuh 5,55
persen, jauh lebih rendah dibanding konvensional yang tumbuh 8 persen.
(www.beritasatu.com).
Keadaan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan perbankan syariah belum
maksimal. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu dengan
memperhatikan fungsi pokok perbankan syariah sebgai lembaga perantara
(intermediary) antara pihak-pihak yang mengalami kelebihan dana (surplus
unit) dan pihak yang mengalami kekurangan dana (deficit unit). Melalui bank,
kelebihan dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang
memerlukan dan memberikan manfaat kepada kedua belah pihak. Dalam hal
ini hubungan antara bank dan nasabahnya adalah hubungan kemitraan antara
penyandang dana (shahibul-maal) dan pengelola dana (mudharib)
2
(Danupranata, 2013:35). Bank Syariah menyalurkan dana kepada
masyarakat dalam bentuk pembiayaan, penempatan pada Bank Indonesia,
penempatan pada bank lain, dan menyalurkan dalam bentuk Surat Berharga.
Berikut grafik porsi penyaluran dana Bank Syariah kepada masyarakat:
Gambar 1.1
Penyaluran Dana Oleh Perbankan Syariah
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Tahun 2015
Gambar 1.1 menunjukkan per Desember 2015, bank syariah
menyalurkan dana kepada masyarakat paling banyak dalam bentuk
pembiayaan, yaitu sebesar 75,03%. Selain dalam bentuk pembiayaan, bank
syariah juga menyalurkan dana dalam bentuk Penempatan pada BI yaitu
sebesar 14,39 % dan penempatan pada bank syariah lain sebesar 2,54%.
Sisanya, bank menyalurkan dalam Surat berharga, Tagihan lainnya, dan
Penyertaan, yang masing – masing sebesar 7,45 %, 0,56 %, dan 0,03 %.
(Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2015)
75.03
14.39
2.54
7.45
0.56 0.03
Pembiayaan Penempatan pada Bank Indonesia
Penempatan pada Bank Syariah Lain Surat Berharga
Tagihan Lainnya Penyertaan
3
Pembiayaan merupakan penyaluran dana yang paling banyak disalurkan
oleh bank kepada masyarakat dan merupakan fungsi utama dari perbankan
syariah sebagai lembaga intermediasi, sehingga perlu mendapat perhatian
khusus. Oleh karena itu, bank harus memperhatikan berbagai faktor dan
aspek apa saja yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan terhadap
masalah pembiayaan atau penyaluran dana pada masyarakat.
Pertumbuhan pembiayaan pada tahun 2014 hanya sebesar 12% dengan
rata-rata pembiayaan meningkat sebanyak Rp 21.697 miliar. Padahal tahun-
tahun sebelumnya, pertumbuhan pembiayaan selalu di atas 40%. Sebagai
contoh, pada periode 2010-2013 rata–rata pertumbuhan pembiayaan bank
syariah per tahun mencapai 44% atau meningkat sebanyak Rp 37.633 miliar.
Pertumbuhan yang melambat ini dikarenakan memburuknya kualitas
pembiayaan yang digambarkan oleh rasio pembiayaan bermasalah (non
performing financing/NPF). (Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia,
2014)
NPF merupakan rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total
pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah. Pembiayaan bermasalah
disebabkan oleh keterlambatan atau kegagalan nasabah dalam membayar
pembiayaan yang telah diberikan oleh bank. Semakin banyak pembiayaan
yang bermasalah yang tercermin pada rasio NPF menunjukkan semakin
rendahnya kemampuan bank dalam mengumpulkan dana yang disalurkan.
Jika tidak ditangani dengan baik maka pembiayaan bemasalah merupakan
sumber kerugian yang sangat potensial bagi bank karena diperlukan
4
penangann yang sistematis dan berkelanjutan. (Mahmoeddin, 2004:51).
Berikut grafik perkembangan NPF:
Gambar 1.2
Perkembangan NPF Perbankan Syariah di Indonesia
Periode Januari 2011 – Juni 2015
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Tahun 2011 - 2015
Gambar 1.2 menunjukkan bahwa Non Performing Finance (NPF) setiap
tahunnya mengalami kondisi yang fluktuatif. Hal ini dapat dilihat pada tahun
2011 rata – rata NPF sebesar 3,39% mengalami penurunan pada tahun 2012
yaitu sebesar 2,72%. Pada tahun 2013 – 2015 NPF mengalami peningkatan
dari 2,8% hingga 4,8%.
Kenaikan NPF terjadi karena sepanjang tahun 2014, dikarenakan industri
perbankan, termasuk syariah mengalami berbagai tekanan yaitu pertumbuhan
ekonomi yang melambat pada tahun 2013 dari 5,58% menjadi 5,1% di
penghujung 2014. Perlambatan ekonomi menyebabkan pembiayaan yang
disalurkan mengalami penurunan sebesar 28%. Di sisi lain, kualitas asset
pembiayaan terus mengalami pemburukan. Persentage (NPF) naik karena
3.39
2.72 2.8
4.04
4.8
0
1
2
3
4
5
6
2011 2012 2013 2014 2015
NPF
NPF
5
pembiayaan melambat, dan pembaginya menjadi besar. (Statistik Perbankan
Syariah, 2014)
Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan semakin
buruk. Bank syariah sebagai lembaga intermediasi perlu berhati-hati dan
fokus pada kualitas pembiayaan. Semakin sedikit dana pembiayaan yang
kembali ke bank akan menyebabkan dana bank yang tersedia untuk
disalurkan semakin berkurang dan dapat berpengaruh terhadap menurunnya
profit yang tercermin pada rasio Return on Asset (ROA).
Return On Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas untuk mengukur
kemampuan manajemen dalam meghasilkan pendapatan dari pengeloan.
ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan aset perusahaan untuk memperoleh laba. Rasio ini merupakan
perbandingan antara laba dengan rata-rata aset yang dimiliki oleh perusahaan.
(Kasmir, 2010:115). Semakin banyak keuntungan yang diperoleh akan
memudahkan Bank dalam menyalurkan dana kepada masyarakat, salah
satunya yaitu pembiayaan. Namun pembiayaan yang bermasalah akan
menghambat profit yang didapat. Hasil penelitian Ekarina Katmas (2014)
menunjukkan bahwa Return On Assets (ROA) berpengaruh signifikan positif
terhadap pembiayaan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Berikut
grafik perkembangan ROA:
6
Gambar 1.3
Perkembangan ROA Perbankan Syariah di Indonesia
Periode Januari 2011 – 2015
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Tahun 2011 - 2015
Gambar 1.3 menunjukkan bahwa Return On Asset setiap tahunnya
mengalami kondisi yang fluktuatif. Terlihat pada tahun 2011 - 2013 nilai
ROA mengalami peningkatan dari 1,87% hingga 2,13%. Namun pada tahun
2014 nilai ROA mengalami penurunan drastis sebesar 0,85%. Pada tahun
2015 ROA kembali stabil yaitu 1,06%.
Penurunan ROA pada tahun 2014 terjadi lantaran bank syariah tetap
ingin mempertahankan nasabah, meski biaya dana meningkat. Akibatnya,
margin yang diperoleh perbankan syariah menurun. Praktik ini umum
dilakukan oleh bank kecil dalam rangka menjaga loyalitas nasabah. Hal ini
juga disebabkan oleh kenaikan NPF yang terjadi akan membentuk biaya
pencadangan sehingga menyebabkan lana perbankan syariah menurun.
(Statistik Perbankan Syariah, 2014).
1.87 1.942.13
0.851.06
0
0.5
1
1.5
2
2.5
2011 2012 2013 2014 2015
ROA
ROA
7
Pembiayaan yang disalurkan oleh bank berasal dari simpanan masyarakat
atau deposit. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/15/PBI/2013
bahwa batas aman Loan to Deposit Ratio berkisar antara 78% sampai dengan
92%. Bank syariah tidak mengenal kredit (loan) dalam penyaluran dana yang
dihimpunnya namun lebih mengarah kepada pembiayaan atau (financing).
Oleh karena itu dalam perbankan syariah lebih dikenal dengan istilah
Financing to Deposir Ratio. LDR / FDR merupakan rasio untuk mengukur
komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana
masyarakat dan modal sendiri yang digunakan (Kasmir, 2012 : 319). Berikut
perkembangan FDR:
Gambar 1.4
Perkembangan FDR Perbankan Syariah di Indonesia
Periode Januari 2011 – Juni 2015
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Tahun 2011 - 2015
Gambar 1.3 menunjukkan bahwa Financing to Debt Ratio setiap
tahunnya mengalami kodisi yang fluktuatif. Hal ini dapat dilihat pada tahun
94.29
96.82
102.63
98.64
94.52
90
92
94
96
98
100
102
104
2011 2012 2013 2014 2015
FDR
FDR
8
2011 – 2013 FDR mengalami peningkatan dari 94,29% hingga 102,63%.
Pada tahun 2014 – 2015 FDR mengalami penurunan dari 98,64% ke 94,52%.
Pada tahun 2013 – 2014 nilai FDR selalu diatas 100%. Hal ini
menunjukkan bahwa Bank Syariah menyalurkan dana yang dihimpunnya
sebesar 100%. Penyaluran pembiayaan yang berlebihan mengandung resiko
pada manajemen bank. Resiko yang mungkin timbul adalah tersendatnya
pembayaran tagihan pembiayaan yang tercermin pada rasio NPF. Kondisi
ini akan mengakibatkan kinerja likuiditas terganggu dan mengakibatkan
bekunya operasional bank. Oleh karena itu bank harus menjaga kualitas
pembiayaan yang disalurkannya.
Memperhatikan fungsi pokok perbankan sebagai lembaga yang
mempunyai fungsi intermediasi keuangan/dana, dan manfaat yang besar bagi
masyarakat (sektor riil), pembiayaan merupakan indikator utama untuk
mengukur pertumbuhan pangsa pasar perbankan syariah nasional. Sehingga
perlu dikaji faktor apa saja yang bisa mempengaruhi jumlah pembiayaan yang
disalurkan ke masyarkat oleh sebuah lembaga keuangan (perbankan syariah).
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya berkaitan dengan faktor-
faktor yang mempengaruhi pembiayaan, faktor internal bank itu sendiri
merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi jumlah pembiayaan yang
disalurkan. Adapun beberapa rasio keuangan yang sering digunakan untuk
menilai kondisi internal perusahaan antara lain; rasio profitabilitas bank yang
diwakili oleh return on assets (ROA), dan rasio likuiditas bank yang diwakili
oleh financing to deposit ratio (FDR). Namun di samping rasio keunagan
9
bank adapun faktor internal perusahaan lain yang berpengaruh yaitu dari rasio
pemibiayaan bermasalah Non Performing Finance (NPF).
Dalam hal ini, peneliti mengambil data yang berhubungan dengan faktor
internal yaitu rasio keuangan bank dan Non Performing Finance (NPF)
dilandasi oleh beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan pembiayaan.
Salah satunya adalah penelitian Moussa dan Chedia (2016) tentang
determinan kredit yang disalurkan bank pada studi kasus di Tunisia. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa di antara faktor internal, hanya ROA, NIM
dan FDR yang mempunyai pengaruh signifikan. Kemudian penelitian yang
dilakukan Mwafag Rabab’ah (2015) tentang faktor – faktor yang
mempengaruhi kredit bank pada stuidi empirik di Bank Komersial Yordania.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di antara faktor internal, hanya NPF dan
FDR yang berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit.
Begitu pentingnya pembiayaan bagi bank syariah dan masyarakat,
sebagaimana kita ketahui manfaat dari pembiayaan syariah yaitu memberikan
pembiayaan dengan prinsip syariah yang menerapkan sistem bagi hasil yang
tidak memberatkan debitur; membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh
bank konvensional; membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu
dipermainkan oleh rentenir dengan membantu melalui pendanaan untuk usaha
yang dilakukan. Pembiayaan juga merupakan jenis penyaluran dana yang
paling banyak diberikan oleh bank syariah kepada masyarakat, serta
merupakan indikator utama untuk mengukur pertumbuhan pangsa pasar
perbankan syariah nasional.
10
Adanya ketidakseimbangan yang sering ditemui dalam perilaku ekonomi,
yang berarti bahwa apa yang diinginkan perilaku ekonomi belum tentu sama
dengan apa yang terjadi maka diperlukan adanya penyesuaian, hal ini bisa
dilihat pengaruhnya dalam jangka pendek dan jangka panjang. Maka dari itu
penulis termotivasi untuk melakukan penelitian faktor-faktor apa saja yang
dapat mempengaruhi pembiayaan syariah. Terdapat perbedaan hasil dari
penelitian terdahulu mengenai faktor yang dapat mempengaruhi pembiayaan
sehingga penulis ingin menguji kembali faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi pembiayaan pada perbankan syariah.
Penelitian ini menganalisis bagaimana keterkaitan dan pengaruh antar
variabel independen terhadap variabel dependen dalam jangka pendek dan
jangka panjang serta mengkaji konsisten atau tidaknya model empirik dengan
teori ekonomi. Berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu yang pada
umumnya hanya menganalisis ada tidaknya pengaruh variabel-variabel bebas
terhadap pembiayaan, seperti yang dilakukan oleh Aristantia (2015)
menganalisis pengaruh DPK, CAR, NPF dan ROA terhadap pembiayaan di
PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Periode 2007 – 2013 dengan analisis
regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa DPK dan ROA
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan namun variabel CAR dan NPF
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel pembiayaan.
Penelitian ini juga dapat melihat bagaimana fenomena ekonomi yang
terjadi di Indonesia dengan periode tahun terbaru, sehingga pembaca dapat
mengetahui perkembangan pembiayaan perbankan yang terupdate. Penelitian
11
ini menganalisis faktor yang mempengaruhi pembiayaan terhadap Perbankan
Syariah secara keseluruhan karena menggunakan data Perbankan Syariah di
Indonesia yang terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha
Syariah (UUS). Terkait variabel yang mungkin mempengaruhi besar kecilnya
pembiayaan, maka peneliti fokus menganalisis pada variabel Non Performing
Finance (NPF), Retturn on Asset (ROA), Finance to Deposit Ratio (FDR).
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dan mendalam serta menganalisis bagaimana
pengaruhnya dalam jangka pendek maupun jangka panjang, maka penelitian
ini mengangkat judul “Determinan Pembiayaan Perbankan Syariah di
Indonesia Periode Januari 2011 – Juni 2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh Non Performing Finance (NPF) terhadap
pembiayaan perbankan syariah di Indonesia periode Januari 2011 – Juni
2015 dalam jangka pendek dan jangka panjang?
2. Bagaimana pengaruh Finance to Deposit Ratio (FDR) terhadap
pembiayaan perbankan syariah di Indonesia periode Januari 2011 – Juni
2015 dalam jangka pendek dan jangka panjang?
3. Bagaimana pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap pembiayaan
perbankan syariah di Indonesia periode Januari 2011 – Juni 2015 dalam
jangka pendek dan jangka panjang?
12
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh Non Performing Finance
(NPF) terhadap pembiayaan perbankan syariah di Indonesia periode
Januari 2011 – Juni 2015 dalam jangka pendek dan jangka panjang.
2. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh Finance to Deposit Ratio
(FDR) terhadap pembiayaan perbankan syariah di Indonesia periode
Januari 2011 – Juni 2015 dalam jangka pendek dan jangka panjang.
3. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh Return On Asset (ROA)
terhadap pembiayaan perbankan syariah di Indonesia periode Januari
2011 – Juni 2015 dalam jangka pendek dan jangka panjang.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Akademisi
Memberikan wawasan atau pengetahuan mengenai pola hubungan antara
Non Performing Finance (NPF), Retturn on Asset (ROA), Finance to
Deposit Ratio (FDR) terhadap jumlah pembiayaan perbankan syariah di
Indonesia pada Januari 2011 – Juni 2015 dalam jangka pendek dan
jangka panjang.
2. Bagi Perbankan Syariah
a. Memberikan gambaran mengenai penyaluran pembiayaan dan faktir-
faktor yang mendukung/menghambat penyaluran pembiayaan
perbankan syariah.
13
b. Memberikan informasi kepada masyarakat terutama para pelaku
ekonomi mengenai peran serta lembaga keuangan dan kebijakan-
kebijakan yang dapat mengembangkan dunia usaha.
3. Bagi Pemerintah
Dapat dijadikan sebagai salah satu acuan pemerintah dalam
menentukan kebijakan pada perbankan syariah untuk
menumbuhkembangkan dunia usaha dan menggerakkan sektor riil yang
ada di Indonesia sehingga dapat meningkatkan perekonomian nasional.
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, identifikasi masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini merupakan kajian kepustakaan yg menjadi dasar pemikiran
dalam penelitian ini, tinjauan studi terdahulu, dan sistematika penulisan
Secara rinci bab ini menjelaskan tentang pengertian pembiayaan, jenis-jenis
pembiayaan, pengertian Non Performing Finance, pengertian Finance to
Deposit Ratio dan pengertian Return on Asset..
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan tentang metode penelitian, yang terdiri dari ruang
lingkup penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis, dan
penjelasan mengenai operasional variabel.
14
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang analisis dan pembahasan dari data yang
telah diolah, yang berisi data penelitian mengenai Determinan Pembiayaan
Perbankan Syariah di Indonesia Periode Januari 2011-Juni 2015
BAB V PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan
permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan saran.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pembiayaan
a. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan
uang/tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang/tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil”.
“Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam
antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan
sesuai syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh
keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan
adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa
dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)”. (Undang-Undang
Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 1)
Pembiayaan secara luas, yaitu pendanaan yang dikeluarkan
untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan
16
sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit,
pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang
dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank Syari’ah, kepada
nasabah. Bank Syariah dalam pelaksanaan pembiayaanya harus
memenuhi aspek syar’i dan aspek ekonomi. Aspek syari’ah, berarti
dalam setiap realisasi pembiayaan kepada para nasabah, bank
syari’ah harus tetap berpedoman pada syariat Islam (antara lain tidak
mengandung unsur maisir, gharar, dan riba serta bidang usahanya
harus halal). Aspek ekonomi, berarti di samping mempertimbangkan
hal-hal syari’ah bank syari’ah tetap mempertimbangkan perolehan
keuntungan baik bagi bank syari’ah maupun bagi nasabah bank
sayri’ah. (Muhammad, 2005:16)
b. Jenis-jenis Pembiayaan
Dalam menyalurkan dana pada nasabah, secara garis besar
produk pembiayaan syariah terbagi kedalam tiga kategori yang
dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya yaitu : (1) Transaksi
pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan
prinsip jual beli; (2) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk
mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa; (3) Transaksi
pembiayaan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna
mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.
Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank
ditentukan di depan dan menjadi bagian harta atas barang atau jasa
17
yang dijual. Produk yang termasuk dalam kelompok ini adalah
produk yang menggunakan prinsip jual-beli, seperti Murabahah,
Salam, dan Ishtishna serta produk yang menggunakan prinsip sewa
‘Ijarah. Pada kategori ketiga, tingkat keuntungan bank ditentukan
dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil.
Pada produk bagi hasil keuntungan ditentukan oeh nisbah bagi hasil
yang disepakati di muka. Produk perbankan yang termasuk ke dalam
kelompok ini adalah Musyarakah dan Midharabah. (Rodoni,
2009:126)
1) Prinsip Jual Beli (Ba’i)
Prinsip Jual-beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang atau benda (transferof
property). Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan
menjadi bagian harta atas barang yang dijual. Tramsaksi jual
beli dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu
penyerahan barang, seperti:
a) Pembiayaan Murabahah
Berdasarkan Fatwa DSN Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000,
berikut Dalil Al-Qur’an dan Hadis mengenai murabahah :
QS. Al-Baqarah [2] : 275 :
م البيع الله أحل با وحر الر
"Dan Allah telah menghalalkan jua beli dan mengharamkan
riba…”
18
Hadits mengenai murabahah sebagai berikut
“Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama
suka”. (HR Al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dinilai sahih oleh
Ibnu Hibban).
Murabahah bi tsaman ajil atau lebih dikenal sebagai
murabahah. Murabahah yang berasal dari kata ribhu
(keuntungan), adalah transaksi jual-beli di mana bank
menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai
penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual
adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan
(margin). Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan
jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam
akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah
selamanya akad. Dalam perbankan, murabahah selalu
dilakukan dengan cara pembayaran cicilan (bi tsaman ajil
atau muajjal). Dalam transaksi ini barang diserahkan segera
setelah akad, sementara pembayaran dilakukan secara
tangguh/cicilan. (Adiwarman, 2006:98)
Bank sebagai penjual, harus memberi tahu harga produk
yang dibeli dan menentukan suatu tingkat keuntungan
sebagai tambahannya. Ba’I al-murabahah dapat dilakukan
untuk pembelian secara pemesanan dan biasa disebut
sebagai murabahah kepada pemesanan pembelian (KPP).
Murabahah KPP umumnya dapat diterapkan pada produk
19
pembiayaan untuk pembelian barang-barang investasi, baik
domestic maupun luar negeri, seperti melalui letter of credit
(L/C). (Antonio, 2012:106)
Gambar 2.1
Skema Pembiayaan Murabahah
Sumber: Bank Syariah, dari Teori ke Praktik, Antonio (2001)
b) Salam
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang
diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan
tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah
sebagai penjual (Adiwarman Karim, 2006:99)
Bai’ as-salam diaplikasikan pada pembiayaan barang
industri, misalnya produk garmen (pakaian jadi) yang
ukuran barang tersebut sudah dikenal umum. Mekanisme
pembiayaan salam yaitu, saat nasabah mengajukan
pembiayaan untuk pembuatan garmen, bank memesan dari
pembuat garmen tersebut dan membayarnya pada waktu
pengikatan kontrak. Bank kemudian mencari pembeli
20
kedua. Pembeli tersebut bisa saja rekanan yang telah
direkomendasikan oleh produsen garmen tersebut. Bila
garmen itu telah selesai diproduksi, produk tersebut
diantarkan kepada rekanan tersebut. Rekanan kemudian
membayar kepada bank, baik secara mengangsur maupun
tunai. (Anotonio, 2012:112)
Gambar 2.2
Skema Pembiayaan Salam
Su
mber: Bank Syariah, dari Teori ke Praktik, Antonia (2001)
c) Istishna
Pembiayaan Istishna’ yaitu pembiayaan berupa talangan
dana yang dibutuhkan nasabah untuk membeli suatu
barang/jasa yang belum ada wujudnya, dan harus dibuat
sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan dengan kewajiban
mengembalikan talangan dana tersebut secara menyicil atau
dibayar sekaligus sampai lunas dalam jangka waktu tertentu
sesuai dengan kesepakatan. Bank memproleh margin
21
keuntungan dari transaksi jual-beli antara bank dengan
nasabah. (Perwataatmadja, 2007:28)
Produk istishna’ menyerupai produk salam, tapi dalam
istishna’ pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam
beberapa kali (termin) pembayaran. Skim istishna’ dalam
Bank Syariah uumnya diaplikasikan pada pembiayaan
manufaktur dan konstruksi. Ketentuan umum Pembiayaan
istishna’ adalah spesifikasi barang pesanan harus jelas
seperti jenis, macam ukuran, mutu dan jumlahnya. Harga
jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad istishna’
dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad. Jika
terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan terjadi
perubahan harga setelah akad ditandatangani, seluruh biaya
tambahan tetap ditanggung nasabah. (Adiwarman Karim,
2006:100).
Gambar 2.3
Skema Pembiayaan Istishna
Sumber: Bank Syariah, dari Teori ke Praktik, Antonio (2001)
Nasabah/
Pembeli
Produsen
Pembuat
Bank
1.pesan
3. Jual
22
2) Prinsip Sewa (Ijarah)
Berdasarkan Fatwa DSN Nomor 44/DSN-MUI/VIII/2004
tentang pembiayaan multijasa, berikut Dalil Al-Qur’an dan
Hadis mengenai ijarah sebagai berikut :
QS. Al-Baqarah [2] : 233 :
هم وإن عهوا أن أردت لدكهمأو تسترض ناح فل وف آتيتهم ما سل متهم إذا عليكهم جه بالمعره
وات قهوا وا الل أن واعلمه ير تعملهون بما الل بص
"Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut
yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan…”
Hadits mengenai ijarah sebagai berikut :
“Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering”. (HR
Ibn Majah dari Ibnu Umar)
Transaksi Ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat.
Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual
beli, namun perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila
pada jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada
ijarah objek transaksinya adalah jasa. Pada akhir masa sewa,
bank dapat saja menjual barang yang disewakannya kepada
nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal dengan
ijrah muntahiyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan
berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual
disepakati pada awal perjanjian. (Rodoni, 2009:129)
Menurut Muhammad (2005:156). Al-bai’ wal Ijarah
Muntahia Bittamlik (IMBT) merupakan rangkaian dua buah
23
akad, yakni akad ijarah muntahia bittamlik (IMBT). Al-Bai’
merupakan akad jual beli, sedangkan IMBT merupakan
kombinasi antara sewa-menyewa (ijarah) dan jual beli atau
hibah di akhir masa sewa. Dalam ijarah muntaia bittamlik,
pemindahan hak milik barang terjadi dengan salah satu dari
pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang
disewakan tersebut pada akhir masa sewa atau pihak yang
menyewakan berjanji akan menghibahkan barang yang
disewakan tersebut pad akhir masa sewa.
Berdasarkan Fatwa DSN Nomor 27/DSN-MUI/III/2002
tentang Al-Ijarah Al-Muntahiyah Bi Al-Tamlik, berikut Dalil
Al-Qur’an dan Hadis mengenai IMBT:
QS. Az-Zukhruf [43] : 32 :
ون ههم مه م قسمنا نحنه ربك رحمة يقس م بينهه يشتهه ورفعنا الدنيا الحياة في مع
م فوق بعضهه ذ درجات بعض يت خ م ل هه يا بعضا بعضه ا خير ربك ورحمةه سهخر م م
يجمعهون
"Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu?
Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka
dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian
mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat menggunakan sebagian yang lain. Dan
rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan…”
Hadits mengenai IMBT sebagai berikut :
“Kami pernah menyewakan tanah dengan (bayaran) hasil
tanaman yang tumbuh pada parit dan tempat yang teraliri air,
maka Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan
memerintahkan agar kami menyewakan tanah itu dengan emas
atau perak (uang)”. (HR Ahmad, Abu Daud, dan Nasa’i dari
Sa’d Ibn Abi Waqqash dengan teks Abu Daud)
24
Gambar 2.4
Skema Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik
Sumber: Bank Syariah, dari Teori ke Praktik, Antonio (2001)
3) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan pada prinsip
bagi hasil adalah :
a) Musyarakah
Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak
atau lebih untuk usaha tertentu di mana masing-masing
pihak memberikan kontribusi dana (atau amal / expertise )
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan. (Antonio, 2012:90)
Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja
sama dapat berupa dana, barang perdagangan (trading
asset), kewiraswastaan (entrepreneurship), keahlian (skill),
kepemilikan (property), peralatan (equipment), atau
25
intangible asset (seperti hak paten atau goodwill),
kepercayaan/reputasi (credit worthiness) dan barang-barang
lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Dengan
merangkum seluruh kombinasi dari bentuk kontribusi
masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu
menjadikan produk ini sangat fleksibel. (Rodoni, 2009:129)
Gambar 2.5
Skema Pembiayaan Musyarakah
Sumber: Bank Syariah, dari Teori ke Praktik, Antonio (2001)
b) Mudharabah
Berdasarkan Fatwa DSN Nomor 07/DSN-MUI/IV/2000
tentang pembiayaan mudharabah, berikut Dalil Al-Qur’an
dan Hadis mengenai mudharabah :
QS. Al-Baqarah [2] : 283 :
ن فإن كهم أم بعضا بعضه ن ال ذى فليهؤد رب هه للا وليت ق أمانتهه، اؤتهم
"Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang
lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya …”.
26
Hadits mengenai mudharabah :
“Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak
secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga,
bukan untuk dijual”. (HR Ibnu Majah dari Shuhaib)
Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja sama
usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (shahibul
maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan
pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh
pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si
pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena
kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus
bertanggung jawab atas kerugian tersebut (Antonio,
2012:95)
Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil
shahibul maal dalam manajemen proyek. Sebagai orang
kepercayaan, mudharib harus bertindak hati-hati dan
bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat
kelalaian. Sedangkan sebagai wakil shahibul maal dia
diharapka untuk mengelola modal denga cara tertentu untuk
menciptakan laba optimal. (Rodoni, 2009:130)
27
Gambar 2.6
Skema Pembiayaan Mudharabah
Sumber: Bank Syariah, dari Teori ke Praktik, Antonio (2001)
c. Fungsi Pembiayaan
Beberapa fungsi dari pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah
kepada masayarakat, diantaranya sebagai berikut: 1) Meningkatkan
daya guna uang, barang, dan peredaran uang; 2) Faktor stabilisasi
ekonomi; 3) Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan
nasional; 4) Sebagai alat hubungan ekonomi internasional.
2. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pembiayaan
a. Non Performing Finance (NPF)
Non Performing Finance (NPF) adalah suatu keadaan dimana
nasabah sudah tidak sanggup lagi membayar sebagian atau seluruh
kewajiban kepada bank seperti yang telah diperjanjikannya.
(Kuncoro dan Suharjono, 2002:155). Sebagai indikator yang
menunjukkan kerugian akibat risiko kredit adalah tercermin dari
besarnya non performing loan (NPL), dalam terminologi bank
syariah disebut non perfoming financing (NPF).
28
Non Performing Financing (NPF) adalah rasio antara
pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang
disalurkan oleh bank syariah. Berdasarkan kriteria yang sudah
ditetapkan oleh Bank Indonesia kategori yang termasuk dalam NPF
adalah pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet (Wuri
Arianti, 2012:7). Jika tidak ditangani dengan baik maka pembiayaan
bemasalah merupakan sumber kerugian yang sangat potensial bagi
bank karena diprlukan penangann yang sistematis dan berkelanjutan.
(Mahmoeddin, 2004:51).
Secara sistematis NPF dirumuskan sebagai berikut :
NPF = Pembiayaan bermasalah x 100%
Total Pembiayaan
b. Return on Assets (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan suatu pengukuran
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara
keseluruhan. Jika ROA suatu bank semakin besar, maka semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan
semakin baik posisi bank tersebut dari segi pengamanan asset. yang
diperhitungkan. (Dendawijaya, 2000 : 120).
Return On Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas untuk
mengukur kemampuan manajemen dalam meghasilkan pendapatan
dari pengeloan. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memanfaatkan aset perusahaan untuk memperoleh
29
laba. Rasio ini merupakan perbandingan antara laba dengan rata-rata
aset yang dimiliki oleh perusahaan. (Kasmir, 2010:115)
Secara sistematis ROA dirumuskan sebagai berikut:
ROA = Laba sebelum pajak x 100%
Total asset
c. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Bank syariah tidak mengenal kredit (loan) dalam penyaluran
dana yang dihimpunnya. Oleh karena itu aktivitas penyaluran dana
yang dilakukan bank syariah lebih mengarah kepada pembiayaan
atau (financing). FDR (Financing to Deposit Ratio) adalah
perbandingan antara jumlah pembiayaan yang disalurkan bank
syariah dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh
bank. FDR disebut juga sebagai rasio pembiayaan terhadap total
dana pihak ketiga yang digunakan dalam bentuk kredit. Penyaluran
pembiayaan merupakan kegiatan utama bank yang berasal dari
kegiatan ini. Deposit atau simpanan masyarakat pada suatu bank
membawa konsekuensi semakin besarnya resiko yang ditanggung
oleh bank yang bersangkutan. Tinggi rendahnya rasio ini merupakan
tingkat likuiditas tersebut. (Muhammad, 2005:5)
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/15/PBI/2013
bahwa batas aman Loan to Deposit Ratio berkisar antara 78%
sampai dengan 92%. Rasio yang tinggi menunjukan bahwa bank
meminjamkan seluruh dananya atau relative tidak likuid. Sebaliknya
30
rasio yang rendah menunjukan bank yang likuid dengan kelebihan
kapasitas dana yang siap dipinjamkan, oleh karena itu rasio ini juga
dapat memberi isyarat apakah suatu pinjaman masih dapat
mengalami ekspansi atau sebaliknya di batasi. Jika bank syariah
memiliki FDR yang terlalu kecil maka bank akan kesulitan untuk
menutup simpanan nasabah dengan jumlah pembiayaan yang ada.
Jika bank memiliki FDR yang sangat tinggi, maka bank akan
memiliki resiko akan tidak tertagihnya pinjaman yang tinggi pada
titik tertentu bank akan mengalami kerugian. (Susilo, 1999:24)
FDR dapat digunakan untuk menilai strategi manajemen suatu
bank. Manajemen bank konservatif biasanya cenderung memiliki
FDR yang cukup rendah. Sebaliknya bila FDR melebihi batas
toleransi dapat dikatakan manajemen bank bersangkutan sangat
ekspansif atau agresif. (Siamat, 2001:32) Berdasarkan pengertian di
atas, dapat disimpulkan bahwa rasio ini menggambarkan
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan yang
dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit sebagai
sumber likuiditasnya. Rasio ini memberikan indikasi mengenai
jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit.
Semakin tinggi rasio ini menggambarkan kurang baiknya likuiditas
bank. Secara sistematis FDR dirumuskan sebagai berikut:
FDR = Pembiayaan yang diberikan x100%
Total dana pihak ketiga
31
3. Perbankan Syariah
a. Pengertian Perbankan Syariah
Bank Syariah adalah Bank yangmenjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank
Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank Umum
Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. (Undang - Undang No. 21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah).
Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu-lintas pembayaran serta
peredaran uang yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah. Bank
syariah memiliki peran sebagai lembaga perantara (intermediary) antara
unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (surplus units)
dengan unit-unit lain yang mengalami kekurangan dana (deficit units).
Melalui bank, kelebihan tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak
yang memerlukan sehingga memberikan manfaat kepada kedua belah
pihak dalam bank syariah, hubungan antara bank dan nasabahnya bukan
hubungan debitur dengan kreditur, melainkan hubungan kemitraan
(partnership) antara penyandang dana (shohibul maal) dengan pengelola
dana (mudharib). (Sudarsono, 2008:63).
b. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia
Perkembangan bank-bank syariah di Indonesia sejak tahun 1991
hingga beberapa tahun terakhir ini secara kuantitatif belum
32
menggembirakan, namun secara kualitatif khususnya ketika Indonesia
menghadapi krisis moneter antara pertengahan tahun 1997 hingga
sekarang, terbukti telah menunjukkan ketangguhannya (Perwataatmadja,
2007 : 88).
Terbitnya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 memiliki hikmah
tersendiri bagi dunia perbankan nasional di mana pemeritah membuka
lebar kegiatan usaha perbankan dengan berdasarkan pada prinsip
syariah. Hal ini guna menampung aspirasi dan kebutuhan yang
berkembang di masyarakat. Masyarakat diberikan kesempatan seluas-
luasnya untuk mendirikan bank berdasarkan prinsip bank syariah ini,
termasuk juga kesempatan konversi dari bank umum yang kegiatan
usahanya berdasarkan pada pola konvensional menjadi pola syariah.
Selain itu dibolehkan pula bagi pengelola bank umum konvensional
untuk membuka kantor cabang atau mengganti kantor cabang yang
sudah ada menjadi kantor cabang khusus syariah dengan persyaratan
yang tentunya melarang pada percampuran modal kerja dan
akuntansinya (Syafi’i, 2004:22).
Pada pertengahan tahun 2008, pengaturan bank syariah dimuat
dalam undang-undang tersendiri, yaitu Undang-Undang No. 21 Tahun
2008 telah membentuk komite Perbankan Syariah yang bertugas
menyusun peraturan BI terkait fatwa yang telah dikeluarkan DSN.
Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka
33
pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki
landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya
secara lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang
impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65%
pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri
perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan
semakin signifikan (www.bi.go.id).
Bank umum pertama yang menggunakan sistem syariah di Indonesia
yaitu PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang mulai beroperasi pada
1992. Perkembangan bisnis bank syariah berlangsung lambat, sampai
dengan lima tahun kedepan belum ada pertambahan bank baru. BMI
masih menjadi satu-satunya bank syariah. Baru pada 1998 pasar bank
syariah mulai diramaikan dengan hadirnya PT. Bank Syariah Mandiri
(BSM) anak perusahaan Bank Mandiri, bank BUMN terbesar di
Indonesia. Selanjutnya menyusul kemunculan bank syariah lainnya.
Gambar 2.7
Perkembangan Bank Syariah Tahun 2009-2015
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Tahun 2010 - 2015
34
Dapat terlihat pada Gambar 2.7 di atas, bahwa dari tahun ke tahun,
perkembangan bank syariah pada jumlah bank mengalami peningkatan
selama periode penelitian. Pada tahun 2009 terdapat 5 jumlah bank,
terjadi peningkatan pada tahun 2010 sampai dengan 2014 menjadi 11
jumlah bank. Kemudian mengalami peningkatan kembali pada bulan
Juni 2015 yaitu terdapat 12 jumlah bank. Perkembangan bank syariah
pada jumlah kantor juga mengalami peningkatan selama periode
penelitian. Pada tahun 2009 terus mengalami peningkatan hingga
mencapai nilai tertinggi pada tahun 2014 sebesar 2.149 jumlah kantor
pada bank syariah.
Bank Indonesia, selaku regulator, memberikan perhatian yang serius
dan bersungguh-sungguh dalam mendorong perkembangan perbankan
syariah. Semangat ini dilandasi oleh keyakinan bahwa perbankan
syariah akan membawa ‘maslahat’ bagi peningkatan ekonomi dan
pemerataan kesejahteraan masyarakat. Pertama, bank syariah lebih
dekat dengan sektor riil karena produk yang ditawarkan, khususnya
dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying transaksi di
sektor riil sehingga dampaknya lebih nyata dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi. Kedua, tidak terdapat produk-produk yang
bersifat spekulatif (gharar) sehingga mempunyai daya tahan yang kuat
dan teruji ketangguhannya dari direct hit krisis keuangan global. Secara
makro, perbankan syariah dapat memberikan daya dukung terhadap
terciptanya stabilitas sistem keuangan dan perekonomian nasional.
35
Ketiga, sistem bagi hasil (profit-loss sharing) yang menjadi ruh
perbankan syariah akan membawa manfaat yang lebih adil bagi semua
pihak, baik bagi pemilik dana selaku deposan, pengusaha selaku debitur
maupun pihak bank selaku pengelola dana. (Halim, 2015:2).
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun
ruang lingkup hampir sama tetapi karena objek, periode, waktu dan alat
analisis yang digunakan berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak sama
sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi. Berikut
beberapa ringkasan penelitian terdahulu :
1. Mwafag Rabab’ah (2015) meneliti tentang faktor – faktor yang
mempengaruhi penyaluran kredit pada bank komersial pada studi empiris
di Yordania peiode 2005 -2013. Metode analisis yang digunakan adalah
regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NPL dan
rasio likuiditas memiliki hubungan negatif dan signifikan sementara size
bank dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan positif dan
signifikan pada kredit yang disalurkan oleh bank komersial di Yordania.
2. Mohamed Aymen Ben Moussa dan Hedfi Chedia (2016), meneliti tentang
determinant dari kredit yang disalurkan oleh bank komersial di Tunisia
dalam periode 2010 – 2013. Metode analisis yang digunakan adalah
regresi data panel dengan sampel dari 18 bank. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa di antara faktor internal, hanya return on asset, net
36
interest margin, likuiditas memiliki dampak yang signifikan dan di antara
faktor-faktor eksternal, hanya tingkat inflasi memiliki dampak yang
signifikan terhadap kredit yang disalurkan oleh bank.
3. Ghalih Fahrul Huda(2014), meneliti tentang pengauh DPK, CAR, NPL,
dan ROA terhadap penyaluran kredit (Studi pada bank umum yang
terdaftar di bursa efek Indonesia Periode 2009 – 2012). Metode analisis
yang digunakan adalah regresi data panel. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara parsial menunjukkan Dana Piha Ketiga dan Return On
Assets berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Non
Performing Loan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
penyaluran kredit. Sedangkan Capital Adequacy Ratio memiliki pengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit
4. Ekarina Katmas (2014) meneliti tentang pengaruh faktor eksternal dan
internal terhadap volume pembiayaan perbankan syariah di Indonesia
Periode januari 2009 sampai dengan desember 2013. Faktor internal
terdiri dari CAR, ROA, NPF, FDR, BOPO dan faktor eksternal Inflasi, Bi
Rate, Kurs. Alat analisis yang digunakan adalah model dinamis Error
Corection Model (ECM). Hasil penelitan ini menunjukan bahwa dalam
jangka pendek Inflasi, CAR, ROA, NPF, dan BOPO memiliki pengaruh
terhadap volume pembiayaan perbankan syariah. Dalam jangka panjang,
variabel Inflasi, Bi Rate, CAR, ROA, NPF, FDR, dan BOPO memiliki
pengaruh terhadap volume pembiayaan perbankan syariah di Indonesia.
37
Sedangkan variabel Kurs tidak berpengaruh terhadap volume pembiayaan
perbankan syariah di Indonesia.
5. Aristantia (2015), meneliti tentang Pengaruh DPK, CAR, NPF dan ROA
Terhadap Pembiayaan di PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Periode
2007 – 2013. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi
berganda. Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa DPK, CAR, NPF dan
ROA secara simultan mempengaruhi pembiayaan. Namun secara parsial,
DPK dan ROA berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan sementara
variabel CAR dan NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
pembiayaan.
6. Suci Arinda (2013), meneliti tentang Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penyaluran Kredit Pada Bank Persero.Metode analisis
data yang digunakan yaitu model ECM. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dalam jangka pendek, Deposito dan Nilai Tukar berpengaruh
signifikan positif trehadap penyaluran kredit. Sedangkan Suku Bunga
Kredit berpengaruh signifikan negatif, dan LDR tidak berpengaruh.
Dalam Jangka Panjang, Deposito, Nilai Tukar, dan Suku Bunga Kredit
berpengaruh signifikan negatif. Sedangkan LDR berpengaruh signifikan
positif terhadap penayulran kredit.
7. Hikmawan (2013) meneliti tentang Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Bank Umum Syariah di Indonesia.
Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR, NPF, DPK
38
berpengaruh positif terhadap pembiayaan bagi hasil, PDB berpengaruh
negatif, Suku Bunga Kredit Investasi dan Inflasi tidak berpengaruh
terhadap pembiayaan bagi hasil.
Berikut tabel penelitian terahulu:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Mwafag
Rabab’ah
(2015)
Factors
Affecting
the Bank
Credit: An
Empirical
Study on
the
Jordanian
Commercial
Banks
Variabel X
yang
digunakan
yaitu rasio
pembiayaan
bermasalah
yang
ditunjukkan
dengan
NPF, dan
rasio
likuiditas
yang
ditunjukkan
dengan
FDR.
Objek pada
penelitian
ini adalah
Perbankan
Syariah
yang ada di
Indonesia
dengan
menggunak
an periode
terbaru
yaitu pada
tahun 2010
– 2015.
Penelitian
ini dapat
menganalisi
s fenomena
ekonomi
yang terjadi
dalam
jangka
pendek dan
jangka
panjang
dengan
menggunak
an metode
ECM.
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa NPL dan
rasio likuiditas
memiliki
hubungan negatif
dan signifikan
sementara size
bank dan
pertumbuhan
ekonomi memiliki
hubungan positif
dan signifikan
pada kredit yang
disalurkan oleh
bank komersial di
Yordania
2. Mohamed
Aymen
Ben
Moussa
Determinant
s of Banks
Lending:
Case of
Variabel X
yang
digunakan
yaitu ROA
Penelitian
ini fokus
meganalisis
faktor
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa di antara
faktor internal,
39
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
and Hedfi
Chedia
(2016),
Tunisia dan FDR internal
yang
dianggap
mempunyai
pengaruh
yang besar
terhadap
pembiayaan
yang
disalurkan
oleh Bank
Syariah di
Indoesia.
Variabel
tersebut
adalah NPF,
FDR, ROA
hanya return on
asset, net interest
margin, likuiditas
memiliki dampak
yang signifikan
dan di antara
faktor-faktor
eksternal, hanya
tingkat inflasi
memiliki dampak
yang signifikan
terhadap kredit
yang disalurkan
oleh bank.
3. Ghalih
Fahrul
Huda
(2014)
Pengauh
DPK, CAR,
NPL, dan
ROA
Terhadap
Penyaluran
Kredit
(Studi pada
bank umum
yang
terdaftar di
bursa efek
Indonesia
Periode
2009 –
2012)
Variabel X
yang
digunakan
yaitu NPF
dan ROA
Penelitian
ini
menganalisi
s faktor
yang
mempengar
uhi
pembiayaan
yang
disalurkan
oleh
Perbankan
Syariah
secara
keseluruhan
yang
terdaftar di
Statistik
Perbankan
Syariah.
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa secara
parsial
menunjukkan
Dana Piha Ketiga
dan Return On
Assets
berpengaruh
positif dan
signifikan terhadap
penyaluran kredit.
Non Performing
Loan memiliki
pengaruh negatif
dan signifikan
terhadap
penyaluran kredit.
Sedangkan Capital
Adequacy Ratio
memiliki pengaruh
negatif dan tidak
signifikan terhadap
penyaluran kredit
4. Ekarina
Katmas
(2014)
Pengaruh
Faktor
Eksternal
Variabel X
yang
digunakan
Penelitian
ini fokus
meganalisis
Hasil penelitan ini
menunjukan
bahwa dalam
Lanjutan Tabel 2.1
40
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
dan Internal
Terhadap
volume
Pembiayaan
Perbankan
Syariah di
Indonesia
Periode
januari
2009
sampai
dengan
desember
2013.
yaitu NPF,
FDR dan
ROA.
Penelitian
juga
menggunak
an metode
ECM
faktor
internal
yang
berpengaruh
terhadap
pembiayaan
yang
disalurkan
oleh Bank
Syariah di
Indoesia.
Periode
yang diteliti
merupakan
periode
terbaru
yaitu pada
tahun 2010
– 2015.
jangka pendek
Inflasi, CAR,
ROA, NPF, dan
BOPO memiliki
pengaruh terhadap
volume
pembiayaan
perbankan syariah.
Dalam jangka
panjang, variabel
Inflasi, Bi Rate,
CAR, ROA, NPF,
FDR, dan BOPO
memiliki pengaruh
terhadap volume
pembiayaan
perbankan syariah
di Indonesia.
Sedangkan
variabel Kurs tidak
berpengaruh
terhadap volume
pembiayaan
perbankan syariah
di Indonesia
5. Aristantia
(2015)
Analisis
Pengaruh
DPK, CAR,
NPF dan
ROA
Terhadap
Pembiayaan
di PT. Bank
Muamalat
Indonesia
Tbk.
Periode
2007 – 2013
Variabel X
yang
digunakan
yaitu NPF
dan ROA
Penelitian
ini
menganalisi
s faktor
yang
mempengar
uhi
pembiayaan
secara
kesleuruhan
karena
objek
penelitian
ini adalah
Perbankan
Syariah di
Indonesia.
Penelitian
ini dapat
Dari hasil
penelitian,
diperoleh bahwa
DPK, CAR, NPF
dan ROA secara
simultan
mempengaruhi
pembiayaan.
Namun secara
parsial, DPK dan
ROA berpengaruh
signifikan terhadap
pembiayaan,
sementara variabel
CAR dan NPF
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
variabel
pembiayaan.
Lanjutan Tabel 2.1
41
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
melihat
bagaimana
fenomena
ekonomi
yang terjadi
pada
Perbankan
Syariah
secara
keseluruhan
6. Suci
Ramida
(2013)
Analisis
Faktor-
Faktor
Yang
Mempengar
uhi
Penyaluran
Kredit Pada
Bank
Persero
Variabel X
yang
digunakan
yaitu FDR
dan
penelitian
ini juga
menggunak
an metode
ECM
Objek
penelitian
ini yaitu
perbankan
syariah,
dimana
sistem
syariah
mulai
berkembang
di
Indonesia.
Periode
penelitian
terbaru pada
tahun 2015.
Dalam jangka
pendek, Deposito
dan Nilai Tukar
berpengaruh
signifikan positif
trehadap
penyaluran kredit.
Sedangkan Suku
Bunga Kredit
berpengaruh
signifikan negatif,
dan LDR tidak
berpengaruh.
Dalam Jangka
Panjang, Deposito,
Nilai Tukar, dan
Suku Bunga Kredit
berpengaruh
signifikan negatif.
Sedangkan LDR
berpengaruh
signifikan positif
terhadap
penayulran kredit.
7. Hikmawan
(2013)
Faktor –
Faktor
Yang
Mempengar
uhi
Pembiayaan
Berbasis
Bagi Hasil
Bank
Umum
Variabel X
yang
digunakan
yaitu NPF
Penelitian
ini menguji
terhadap
semua jenis
pembiyaaan
yang
disalurkan,
serta
menggunak
an metode
CAR, NPF, DPK
berpengaruh
positif terhadap
pembiayaan bagi
hasil, PDB
berpengaruh
negatif, Suku
Bunga Kredit
Investasi dan
Inflasi tidak
Lanjutan Tabel 2.1
Lanjutan Tabel 2.1
42
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Syariah di
Indonesia
ECM yang
dapat
menganalisi
s pengaruh
jangka
pendek dan
jangka
panjang.
berpengaruh
terhadap
pembiayaan bagi
hasil
C. Keterkaitan antar Variabel Independen dengan Variabel Dependen
1. Pengaruh NPF terhadap Pembiayaan yang disalurkan
Sebagai indikator yang menunjukkan kerugian akibat risiko kredit
adalah tercermin dari besarnya Non Performing Loan (NPL), dalam
terminologi bank syariah disebut Non Perfoming Financing (NPF). Non
Performing Financing (NPF) adalah rasio antara pembiayaan yang
bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah.
Berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia kategori
yang termasuk dalam NPF adalah pembiayaan kurang lancar, diragukan
dan macet
Pengendalian biaya mempunyai hubungan terhadap kinerja
lembaga perbankan, sehingga semakin rendah tingkat NPF (ketat
kebijakan kredit) maka akan semakin kecil jumlah pembiayaan yang
disalurkan oleh bank, dan sebaliknya. Semakin ketat kebijakan
kredit/analisis pembiayaan yang dilakukan bank (semakin ditekan tingkat
NPF) akan menyebabkan tingkat permintaan pembiayaan oleh
masyarakat turun. (Antonio, 2010). Hal ini disebabkan karena waktu
Lanjutan Tabel 2.1
43
proses pembiayaan yang cukup lama, analisis pembiayaan yang
mendalam, bahkan ada calon nasabah yang merasa privasi pribadinya
terganggu (merasa tidak dipercaya) karena adanya analisis karakter yang
mendalam, sehingga calon nasabah merasa lebih baik meminjam
(pindah) ke bank lain yang lebih lunak dalam melakukan analisis
pembiayaan/kebijakan kredit
Berbeda dengan penelitian Ekarina (2014) yang menunjukkan
bahwa NPF berpengaruh signifikan negatif terhadap pembiayaan yang
disalurkan bank syariah dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Penelitian Muhidah (2012) juga menunjukkan NPF berpengaruh
signifikan negatif. Semakin besar NPF menunjukkan bahwa semakin
tinggi pembiayaan bermasalah, pembiayaan bermasalah yang tinggi
menyebabkan bank lebih berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan
karena bank harus membentuk cadangan penyisihan penghapusan aktiva
produktif yang besar.
Hal ini sesuai dengan teori semakin tinggi rasio ini maka akan
semakin buruk kualitas pembiayaan bank yang menyebabkan jumlah
pembiayaan non lancar semakin besar, dan oleh karena itu bank harus
menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya sehingga
berpengaruh terhadap jumlah pembiayaan yang disalurkan. (Kasmir,
2006).
44
2. Pengaruh ROA terhadap Pembiayaan ynng disalurkan
Dalam penilaian kesehatan bank, BI akan mendapatkan skor
maksimum 100 apabila bank memiliki ROA sebesar 1,50%. Jika ROA
suatu bank semakin besar, maka semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai bank tersebut dan semakin baik posisi bank tersebut dari
segi pengamanan aset (Dendawijaya, 2000:120). Laba yang tinggi
membuat bank mendapat kepercayaan dari masyarakat yang
memungkinkan bank untuk menghimpun modal yang lebih banyak
sehingga bank memperoleh kesempatan melakukan pembiayaan dengan
lebih luas. (Simorangkir, 2004).
Peningkatan sejumlah laba akan meningkatkan sejumlah asset bank
dan akan memungkinkan bagi bank untuk meningkatkan pembiayaan
yang disalurkan. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Ekarina
(2014) terdapat hubungan positif signifikan Return on Asset (ROA)
terhadap pembiayaan bank syariah di Indonesia dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Penelitian Huda (2014) juga menunjukkan
bahwa ROA berpengaruh signifikan positif terhadap pembiayaan yang
disalurkan.
Sedangkan penelitian selanjutnya dilakukan oleh Aristantia (2015).
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Return on Asset (ROA)
memiliki pengaruh secara signifikan negatif. Hal ini disebabkan
tingginya nilai NPF berpengaruh terhadap menurunnya profit. Semakin
banyak pembiayaan yang bermasalah yang tercermin pada rasio NPF
45
menunjukkan semakin rendahnya kemampuan bank dalam
mengumpulkan dana yang disalurkan. Semakin sedikit dana pembiayaan
yang kembali ke bank akan menyebabkan dana bank yang tersedia untuk
disalurkan semakin berkurang.
3. Pengaruh FDR terhadap Pembiayaan ynng disalurkan
FDR (Financing to Deposit Ratio) merupakan perbandingan antara
jumlah pembiayaan yang disalurkan bank syariah dengan Dana Pihak
Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank. (Muhammad, 2005:55).
Penelitian yang berkaitan dengan pengaruh FDR terhadap penyaluran
pembiayaan bank syariah adalah Suci (2013) FDR tidak berpengaruh
signifikan dalam jangka pendek namun berpengaruh signifikan positif
dalam jangka panjang.
Hal ini menandakan bahwa semakin besar FDR maka semakin
besar pula jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank yang
bersangkutan sehingga dalam hal ini mengindikasikan bahwa semakin
membaiknya fungsi intermediasi perbankan. Sesuai dengan teori yang
ada bahwasanya FDR menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam
menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang
bersangkutan. (Slamet Riyadi, 2004:146)
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi dari serangkaian
46
masalah yang ditetapkan. (Hamid, 2012:25). Kerangka berpikir merupakan
model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai
faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka
pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1 sebagai
berikut.
Gambar 2.8
Diagram Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia menurun pada tahun 2015.
Penurunan terjadi pada sektor pembiayaan.
Determinan Pembiayaan Perbankan Syariah di
Indonesia (Periode Januari 2011 – Juni 2015)
Uji Stasioneritas
Uji Kausalitas Uji Derajat
Integrasi
Variabel Independen (X)
Non Performing Finance (NPF)
Finance to Deposit Ratio (FDR)
Return on Asset (ROA)
Variabel Dependen (Y)
Pembiayaan yang di
salurkan Perbankan
Syariah di Indonesia
Tidak Stasioner Stasioner
47
Lanjutan ….
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab akibat dari
kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya (Hamid, 2010:16).
Peneliti bukan hanya bertahan pada hipotesis yang telah disusun, melainkan
mengumpulkan data untuk mendukung atau justru menolak hipotesis tersebut.
Dengan kata lain, hipotesis merupakan jawaban sementara yang telah disusun
oleh peneliti, yang kemudian akan diuji kebenarannya melalui penelitian yang
dilakukan. Fungsi dari hipotesis adalah sebagai pedoman untuk dapat
mengarahkan penelitian agar sesuai dengan apa yang diharapkan. Adapun
hipotesis yang diajukan dalam penelitin ni adalah sebagai berikut:
1. H01 : Non Performing Finance (NPF) tidak berpengaruh terhadap
pembiayaan yang disalurkan Bank Syariah di Indonesia
Ha1 : Non Performing Finance (NPF) berpengaruh terhadap
pembiayaan yang disalurkan Bank Syariah di Indonesia.
Uji Kointegrasi
Uji Error Correction Model
Interpretasi Hasil
Kesimpulan dan Saran
48
2. H02 : Finance to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh terhadap
pembiayaan yang disalurkan Bank Syariah di Indonesia
Ha2 : Finance to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh terhadap
pembiayaan yang disalurkan Bank Syariah di Indonesia.
3. H03 : Return on Asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap pembiayaan
yang disalurkan Bank Syariah di Indonesia
Ha3 : Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap pembiayaan yang
disalurkan Bank Syariah di Indonesia.
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder, dimana sumber data
berasaldari Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia yang
mempublikasikan laporan keuangan Perbankan Syariah periode Januari 2011
– Juni 2015. Penelitian ini termasuk penelitian kausal komparatif yaitu
penelitian yang berusaha menentukan penyebab atau alasan, untuk
keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam kelompok individu.
(Gay dalam Emzir, 2010:119). Dengan kata lain, penelitian kausal komparatif
adalah penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat
antara dua variabel atau lebih.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel
independen Non Performing Finance (NPF), Retturn on Asset (ROA),
Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap variabel dependen jumlah
pembiayaan yang disalurkan dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah semua bagian atau anggota dari objek yang akan diamati,
populasi bisa berupa orang, benda, objek, peristiwa, atau apapun yang
menjadi objek dari survey (Eriyanto, 2007). Populasi pada penelitian ini
adalah Perbankan di Indonesia.Sedangkan Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009:116).
50
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
yaitupurposive sampling teknik pemilihan sampel berdasarkan pada kriteria-
kriteria tertentu. Siregar (2011:148).Sampel penelitian ini adalah Perbankan
Syariah, dimana terdiri dari 12Bank Umum Syariah dan 22 Unit Usaha
Syariah yang terdaftar di Statistik Perbankan Syariah. Adapun kriteria dalam
penelitian ini adalah:
1. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang diteliti terdaftar di
Bank Indonesia periodeJanuari 2011 – Juni 2015.
2. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah mempublikasikan laporan
keuangan secara konsisten sejak periode Januari 2011 – Juni 2015.
3. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah menyajikan secara lengkap
laporan keuangan dan rasio-rasio yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Field Research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat
sekunder yaitu data yang diperoleh melalui hasil pengolahan pihak kedua
(data eksternal) atau data yang sudah dipublikasi untuk menjelaskan gejala
dari suatu fenomena, seperti data Statistik Perbankan Syariah yang
mempublikasikan laporan keuangan Perbankan Syariah secara bulanan oleh
Bank Indonesia (BI) melalui website resmi ww.bi.go.id
2. Library Research
51
Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
membaca literature, buku, artikel, jurnal dan sejenisnya yang berhubungan
dengan aspek yang diteliti sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid.
3. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam di
perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadaluarsa.Karena ilmu
selalu berkembang, oleh karena itu untuk mnegantisipasi hal tersebut penulis
melakukan penelitian dengan teknologi yang juga berkembang yaitu internet
sehingga data yang diperoleh merupakan data yang sesuai dengan
perkembangan zaman.
D. Metode Analisis Data
Penulis dalam penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif dengan
menggunakan analisis statistik melaluipendekatan Error Correction Model
(ECM) untuk melihat adanya indikasi keseimbangan jangka pendek.
Pengujian ini baru dapat dilakukan bila terbukti adanya indikasi
keseimbangan jangka panjang antar variabel yang di uji. Indikasi adanya
keseimbangan jangka panjang ini dapat diketahui melalui uji kointergrasi.
Sementara itu, variabel-variabel yang diuji dapat dikatakan memiliki
hubungan atau terkointerasi apabila stasioner pada ordo yang sama. Oleh
karena itu, tahap pertama dalam pengujian ini adalah melakukan uji stasioner
untuk mengetahuipada orde berapa variabel-variabel yang diuji stsioner. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk logaritma
52
natural(ln). Analisis data akan dilakukan dengan bantuan aplikasi computer,
program Eviews 9.
1. Uji Stasioneritas
Sebelum menganalisis data, perlu diketahui apakah datanya bersifat
stasioner atau tidak. Data dikatakan stasioner bila rata-rata dan variannya
konstan sepanjang waktu.Masalah stasioneritas ini menjadi penting
mengingat regresi yang dilakukan dalam kondisi yang tidak stasioner akan
menghasilkan regresi lancung (spurious regression) (Nachrowi, 2006:340).
Regresi lancung terjadi apabila antra variabel independen dan variabel
dependen sebenarnya tidak memiliki hubungan ap-apa, sehingga tidak saling
mempengaruhi . Indikasi dari regresi lancung ini dapat dilihat dari nilai
R2dan nilai signifikansi (t) tinggi serta koefisien determinasi (nilai F) tinggi.
(Wing Wahyu, 2015:111). Dalam melakukan uji stasioneritas, ada dua tahap
analisis yaitu:
a. Uji Akar-akar Unit
Terdapat beberapa metode pengujianunit root, yaitu Dickey-Fuller,
Augmented Dickey-Fuller dan Phillips-Perronunitroot test. Pada penelitian
ini, metode pengujian yang digunakan adalah metode Philips-Perron.Metode
PP digunakan dalam uji stasioneritas data karena metode PP dapat
menangkap perubahan struktur data yang terjadi pada suatu variabel, dimana
dalam hal ini uji DF tidak dapat melakukannya. Perubahan struktur data
53
perlu diperhatikan karena hal itu dapat menyebabkan data terlihat seperti
tidak stasioner, sehingga kesimpulan yang diambil jika perubahan struktur
tidak dimasukan ke dalam perhitungan akan mengarah pada penerimaan
hipotesis yang salah. Selain itu, masalah penentuan panjang lag di dalam uji
ADF menjadi pertimbangan untuk lebih memilih menggunakan metode PP
dari pada metode ADF. (Isay, 2013:6)
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho : Data tersebut tidak stasioner pada derajat Nol
H1 : Data tersebut stasioner pada derajat Nol
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
Jika PP test statistic > PP tabel (critical value α = 5%) maka H0 ditolak, data
stasioner pada derajat Nol.
Jika PP test statistic < PP tabel (critical value α = 5%) maka H1 ditolak, data
stasioner pada derajat Nol.
b. Uji Derajat Integrasi
Apabila data yang diamati pada uji akar unit ternyata tidak stasioner,
maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji derajat integrasi. Uji
dilakukan untuk mengetahui pada derajat integrasi berapakah data yang
diamati stasioner. Uji integrase ini mirip dengan uji akar-akar unit. Seperti
akar-akar unit sebelumnya, keputusan pada derajat keberapa suatu data akan
stasioner dapat dilihat dengan membandingkan antara nilai statistik PP
dengan nilai kritis distribusi statistik. Jika nilai absolut dari statistic PP lebih
54
besar dari nilai kritisnya pada diferensi pertama, maka data dapat dikatakan
stasioner pada derajat satu. Akan tetapi, jika nilainya lebih kecil maka uji
derajat integrasi perlu dilanjutkan pada diferensi yang lebih tinggi sehingga
diperoleh data yang stasioner. (Shocrul ajija, 2011:147).
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho : Data tersebut tidak stasioner
H1 : Data tersebut stasioner
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
Jika PP test statistic > PP tabel (critical value α = 5%) maka Ho ditolak,
Jika PP test statistic < PP tabel (critical value α = 5%) maka H1 ditolak
2. Uji Kausalitas Granger
Uji kausalitas pada intinya dapat mengindikasikan apakah suatu variabel
mempunyai hubungan dua arah atau hanya satu arah. Pada uji kausalitas,
yang dilihat adalah pengaruh masa lalu terhadap kondisi sekarang sehingga
data yang digunakan adalah time series (Nahcrowi dan Usman, 2006:263).
Menurut Gujarati (1995) maupun Greene (2000) sebelum dilakukan analisis
kointegrasi, dan ECM perlu dilakukan pengujian kauslaitas antara variabel-
variabel penelitian
Langkah-langakh pengujian kausalitas granger sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho : Model tidak terdapat Kausalitas Granger
H1 : Model terdapat Kausalitas Granger
55
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 = Tidak signifikan, Ho diterima
Bila probabilitas Obs*R < 0.05 = Signifikan, Ho ditolak
3. Uji Kointegrasi
Jika data tidak stasioner pada tingkat level tetapi stasioner pada proses
diferensi data, maka kita harus menguji apakah data tersebut mempunyai
hubungan dalam jangka panjang atau tidak, dengan melakukan uji
kointegritasi. Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang atau
ekuilibrium antara variabel-variabel yang tidak stasioner, dengan kata lain
walaupun secara individual variabel-variabel tersebut tidak stasioner, namun
kombinasi linier antara varibel tersebut dapat menjadi stasioner. (Nachrowi,
2006:366).
Dari variabel yang tidak stasioner sebelum didiferensiasi namun stasioner
pada tingkat diferensi pertama, besar kemungkinan akan terjadinya
kointegrasi, yang berarti terdapat hubungan jangka panjang diantara
keduanya. Alternatif uji kointegrasi yang sekarang banyak digunakan adalah
uji kointegrasi yang dikembangkan oleh Johansen (Wing Wahyu, 2015:117).
Uji kointegrasi dalam penelitian ini akan dilakukan uji test kointegrasi
johansen pada derajat kepercayaan sebesar 5% dengan cara membandingkan
nilai trace statictic dengan Critical value dengan ketentuan, apabila trace
statistic lebih besar dari critical value maka terjadi kointegrasi dan
56
sebaliknya. Jika terdapat hubungan jangka panjang atau semua variabel
terkontegrasi maka uji dapat diuji ECM.
4. Error Correction Model (ECM)
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
pendekatan ECM (Error Eorrection Model). ECM juga sering disebut model
koreksi kesalahan. Model ECM pertamakali dikembangkan oleh Prof. dennis
Sargan(1978) dengan konsep the general to specific approach dan akhirnya
dipopulerkan oleh Engle-Granger. ECM digunakan karena mekanisme ECM
memiliki keunggulan salah satunya yaitu menghindari regresi lancung atau
regresi semu yang menghasilkan kesimpulan menyesatkan. (Agus Widorjono,
2009:315).
Adanya kointegrasi antara variabel nantinya akan menunjukkan adanya
hubungan ataupun keseimbabgan antara variabel-variabel tersebut. Dalam
jangka pendek mungkin saja ada ketidakseimbangan (disequilibirium).
Ketidakseimbangan inilah yang sering ditemui dalam perilaku ekonomi
artinya, bahwa apa yang diinginkan perilaku ekonomi belum tentu sama
dengan apayang terjadi sebenarnya. Adanya perbedaan apa yang diinginkan
pelakuekonomi dan apa yang terjadi maka diperlukan adanya
penyesuaian(adjustment). Model yang memasukkan penyesuaian untuk
melakukan koreksibagi ketidakseimbangan disebut model koreksi
kesalahan(error correctionmodel).
Berikut ini merupkan model ECM yang digunakan pada penelitian ini:
57
DLnPembiayaan t =β0+β1DLnNPF t+β2DLnROA t+β3DLnFDR
t+β4LnNPF(-1)+β5LnFDR (-1)+β6LnROA(-1)+ β7ECT (3.1)
Keterangan :
D(LnPembiayaan) =Perubahan Pembiayaan yang disalurkan Bank
Syariah pada periode t (logaritma natural)
D(LnNPF) = Perubahan Non Performing Finance (NPF) pada
periode t
D(LnROA) = Perubahan Return on Asset (ROA) pada periode t
D(LnFDR) = Perubahan Finance to Deposit Ratio (FDR) pada
periode t
LnNPF(-1) = Non Performing Finance (NPF) pada periode t – 1
LnROA(-1) = Return on Asset (ROA) pada periode t – 1
LnFDR (-1) = Finance to Deposit Ratio (FDR) pada periode t -1
β0 = Konstanta (constant)
β1 – β7 = Koefisien regresi
ECT =Error correction term (Angka yang menunjukkan
besarnya koreksi kesalahan)
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen (Y)
Pembiayaan
Dalam menyalurkan dana pada nasabah, secara garis besar produk
pembiayaan syariah terbagi kedalam tiga kategori yang dibedakan
berdasarkan tujuan penggunaannya yaitu : (1) Transaksi pembiayaan yang
58
ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli; (2)
Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan
dengan prinsip sewa; (3) Transaksi pembiayaan untuk usaha kerjasama
yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan
prinsip bagi hasil. Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan
bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harta atas barang atau jasa
yang dijual. Produk yang termasuk dalam kelompok ini adalah produk
yang menggunakan prinsip jual-beli, seperti Murabahah, Salam, dan
Ishtishna serta produk yang menggunakan prinsip sewa ‘Ijarah. Pada
kategori ketiga, tingkat keuntungan bank ditentukan dari besarnya
keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil. Pada produk bagi hasil
keuntungan ditentukan oeh nisbah bagi hasil yang disepakati di muka.
Produk perbankan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
Musyarakah dan Midharabah.
Data pembiayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah total
pembiayaan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia.
Data tersebut diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah pada situs
www.bi.go.id periode Januari 2011 – Juni 2015.
2. Variabel Independen (X)
a. Non Performing Finance (NPF)
Non Performing Financing (NPF) adalah rasio antara pembiayaan
yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank
syariah. Berdasarkan kriteriayang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia
59
kategori yang termasuk dalam NPF adalah pembiayaan kurang lancar,
diragukan dan macet. Menurut Antonio (2010) Pengendalian biaya
mempunyai hubungan terhadap kinerja lembaga perbankan, sehingga
semakin rendah tingkat NPL (ketat kebijakan kredit) maka akan semakin
kecil jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank, dan sebaliknya.
Data NPF yang digunakan dalam peelitian ini adalah data NPF
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah periode tahun Januari 2011 –
Juni 2015. Data tersebut diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah pada
situswww.bi.go.id.
b. Return On Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan suatu pengukuran kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Jika
ROA suatu bank semakin besar,maka semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baikposisi bank
tersebut dari segi pengamanan asset. yang diperhitungkan. (Dendawijaya,
2000 : 120).Peningkatan sejumlah laba akan meningkatkan sejumlah asset
bank dan akan memungkinkan bagi bank untuk meningkatkan pembiayaan
yang disalurkan.
Data ROA yang digunakan dalam peelitian ini adalah data ROA
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah periode Januari 2011 – Juni
2015. Data tersebut diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah pada
situswww.bi.go.id.
c. Finance to Deposit Ratio (FDR)
60
FDR (Financing to Deposit Ratio) adalah perbandingan antara
jumlah pembiayaan yang disalurkan bank syariah dengan Dana Pihak
Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank. FDR disebut juga sebagai
rasio pembiayaan terhadap total dana pihak ketiga yang digunakan dalam
bentuk kredit. Penyaluran pembiayaan merupakan kegiatan utama bank
yang berasal dari kegiatan ini. Deposit atau simpanan masyarakat pada
suatu bank membawa konsekuensi semakin besarnya resiko yang
ditanggung oleh bank yang bersangkutan. Tinggi rendahnya rasio ini
merupakan tingkat likuiditas tersebut. (Muhammad, 2005:5)
Data FDR yang digunakan dalam peelitian ini adalah data FDR
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah periode tahun Januari 2011 –
Juni 2015. Data tersebut diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah pada
situswww.bi.go.id
61
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Perbankan di Indonesia merupakan populasi dalam penelitian ini dan
penentuan sample menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan
metode tersebut diambil sample yaitu Perbankan Syariah, dimana terdiri dari
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang terdaftar di Statistik
Perbankan Syariah pada periode Januari 2011 – Juni 2015. Berikut tabel yang
menampilkan daftar Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah
(UUS) di Indonesia.
Tabel 4.1
Daftar Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS)
No. Kelompok Bank
Bank Umum Syariah
1 PT. Bank Muamalat Indonesia
2 PT. Bank Victoria Syariah
3 Bank BRI Syariah
4 B.P.D. Jawa Barat Banten Syariah
5 Bank BNI Syariah
6 Bank Syariah Mnadiri
7 Bank Syariah mMega Indonesia
8 Bank Panin Syariah
9 PT. Bank Bukopin Syariah
10 PT. BCA Syariah
11 PT. Maybank Syariah Indonesia
12 PT. Bank Tabungan Nasional Syariah
Unit Usaha Syariah
13 PT Bank Danamon Indonesia Tbk
14 PT Bank Permata Tbk
15 PT Bank Internasional Indonesia Tbk
16 PT Bank Cimb Niaga, Tbk
62
No. Kelompok Bank
Unit Usaha Syariah
17 PT Bank OCBC Nisp, Tbk
18 PT BPD DKI
19 BPD Yogyakarta
20 PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah
21 PT BPD Jawa Timur
22 PT BPD Jambi
23 PT Bank Bpd Aceh
24 PT Bpd Sumatera Utara
25 BPD Sumatera Barat
26 PT Bank Pembangunan Daerah Riau
27 PT BPD Sumatera Selatan Dan Bangka Belitung
28 PT BPD Kalimantan Selatan
29 PT BPD Kalimantan Barat
30 BPD Kalimantan Timur
31 PT BPD Sulawesi Selatan Dan Sulawesi Barat
32 PT BPD Nusa Tenggara Barat
33 PT Bank Sinarmas
34 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Sumber : Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Tahun 2015
Bank Syariah berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara pihak-pihak
yang mengalami kelebihan dana (surplusunit) dan pihak yang mengalami
kekurangan dana (deficitunit). Melalui bank, kelebihan dana tersebut dapat
disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat
kepada kedua belah pihak. Bank Syariah menyalurkan dana paling banyak
dalam bentuk pembiayaan. Berikut tabel data pembiayaan yng disalurkan
Bank Syariah dalam periode Januari 2011 – Juni 2015:
Lanjutan Tabel 4.1
63
Tabel 4.2
Data Pembiayaan Perbankan Syariah Tahun 2011-2015
Dalam Miliar Rp
Bulan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 69.724 101.689 149.672 181.398 197.279
Februari 71.449 103.713 154.072 181.772 197.543
Maret 74.253 104.239 161.081 184.964 200.712
April 75.726 108.767 163.407 187.885 201.526
Mei 78.619 112.844 167.259 189.690 203.894
Juni 82.616 117.592 171.227 193.136 203.894
Juli 84.556 120.910 174.486 194.079 197.279
Agustus 90.540 124.946 174.537 193.983
September 92.839 130.357 177.320 196.563
Oktober 96.805 135.581 179.284 196.491
November 99.427 140.318 180.833 198.376
Desember 102.655 147.505 184.122 199.330
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Tahun 2011-2015
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah pembiayaan yang disalurkan
bank syariah dari tahun 2011 – 2015 mengalami peningkatan. Besar
kecilnya jumlah pembiayaan, tak luput dari faktor – faktor yang
mempengaruhinya, salah satunya yaitu Non Performing Finance (NPF)
yang merupakan rasio dari pembiayaan bermasalah terhadap pembiayaan
yang disalurkan. Berikut tabel data NPF dalam periode Januari 2011 – Juni
2015:
64
Tabel 4.3
Data Non Performing Finance (NPF) Tahun 2011-2015
Dalam Persentase (%)
Bulan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 3,28 2,68 2,49 3,01 4,87
Februari 3,66 2,82 2,72 3,53 5,1
Maret 3,6 2,76 2,75 3,22 4,81
April 3,79 2,85 2,85 3,48 4,62
Mei 3,76 2,93 2,92 4,02 4,76
Juni 3,55 2,88 2,64 3,9 4,73
Juli 3,75 2,92 2,75 4,31
Agustus 3,53 2,78 3,01 4,58
September 3,5 2,74 2,8 4,67
Oktober 3,11 2,58 2,96 4,58
November 2,74 2,5 3,08 4,86
Desember 2,52 2,22 2,62 4,33
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Tahun 2011-2015
Tabel 4.2 menunjukkan nilai NPF mengalami penurunan dan
peningkatan. NPF tertinggi pada tahun 2011 terjadi pada bulan April
sebesar 3,79% dan terendah pada bulan Desember sebesar 2,52%. Pada
tahun 2012 NPF tertinggi terjadi pada bulan Mei sebesar 2,93% dan
terendah pada bulan Desember sebesar 2,22%. Pada tahun 2013 NPF
tertinggi terjadi pada bulan November sebesar 3,08% dan terendah pada
bulan Januari sebesar 2,49%. Pada tahun 2014 NPF tertinggi terjadi pada
bulan November sebesar 4,86% dan terendah pada bulan Januari sebesar
65
3,01% . Pada tahun 2015 NPF tertinggi terjadi pada bulan Februari sebesar
5,1% dan terendah pada bulan April sebesar 4,62%
Rasio pembiayan bermasalah yang semakin besar menunjukkan
semakin sedikit dana pembiayaan yang kembali ke bank, dan akan
menyebabkan dana bank yang tersedia untuk disalurkan semakin berkuran.
Hal ini dapat berpengaruh terhadap menurunnya profit yang tercermin
pada rasio Return on Asset (ROA). Berikut tabel data ROA dalam periode
Januari 2011 – Juni 2015:
Tabel 4.4
Data Return On Asset (ROA) Tahun 2011-2015
Dalam Persentase (%)
Bulan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 2,26 1,36 2,52 0,08 1,15
Februari 1,81 1,79 2,29 0,13 1,07
Maret 1,97 1,83 2,39 1,16 1,13
April 1,9 1,79 2,29 1,09 1,08
Mei 1,84 1,99 2,07 1,13 1,09
Juni 1,84 2,05 2,1 1,12 0,89
Juli 1,86 2,05 2,02 1,05
Agustus 1,81 2,04 2,01 0,93
September 1,8 2,07 2,04 0,97
Oktober 1,75 2,11 1,94 0,92
November 1,78 2,09 1,96 0,87
Desember 1,79 2,14 2 0,8
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Tahun 2011-2015
66
Tabel 4.3 menunjukkan nilai ROA tertinggi pada tahun 2011 terjadi
pada bulan Januari sebesar 2,26% dan terendah pada bulan Oktober
sebesar 1,75%. Pada tahun 2012 ROA tertinggi terjadi pada bulan
Desember sebesar 2,14% dan terendah pada bulan Januari sebesar 1,36%.
Pada tahun 2013 ROA tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 2,52%
dan terendah pada bulan Oktober sebesar 1,94%. Pada tahun 2014 ROA
tertinggi terjadi pada bulan Maret sebesar 1,16% dan terendah pada bulan
Januari sebesar 0,08% . Pada tahun 2015 ROA tertinggi terjadi pada bulan
Januari sebesar 1,15% dan terendah pada bulan Juni sebesar 0,89%
Pembiayaan yang disalurkan oleh bank berasal dari simpanan
masyarakat atau deposit. Dalam hal ini rasio pembiayaan yang disalurkan
terhadap dana pihak ketigadapatdilihat dari rasio FDR / LDR. Bank
Indonesia mengatur bahwa batas aman Loan to Deposit Ratio berkisar
antara 78% sampai dengan 92%. Bank Syariah tidak mengenal kata kredit
(loan) dalam penyaluran dana yang dihimpunnya namun lebih mengarah
kepada pembiayaan atau (financing). Berikut tabel data FDR dalam
periode Januari 2011 – Juni 2015:
Tabel 4.5
Data Finance to Deposit Ratio (FDR) Tahun 2011-2015
Dalam Persentase (%)
Bulan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 91,97 87,27 100,63 100,07 93,6
Februari 95,16 90,49 102,17 102,03 93,94
Maret 93,22 87,13 102,62 102,22 94,24
67
April 95,17 95,39 103,08 95,5 94,18
Mei 94,88 97,95 102,08 99,43 94,69
Juni 94,93 98,59 104,43 100,8 96,52
Juli 94,18 99,91 104,83 99,89
Agustus 98,39 101,03 102,53 98,99
September 94,97 102,1 103,27 99,71
Oktober 95,4 100,84 103,03 98,99
November 94,4 101,19 102,58 94,62
Desember 88,94 100 100,32 91,5
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Tahun 2011 - 2015
Tabel 4.4 menunjukkan nilai FDR mengalami peningkatan dan
penurunan. FDR tertinggi pada tahun 2011 terjadi pada bulan Agustus
sebesar 98,39% dan terendah pada bulan Desember sebesar 88,94%. Pada
tahun 2012 FDR tertinggi terjadi pada bulan September sebesar 102,1%
dan terendah pada bulan Januari sebesar 87,27%. Pada tahun 2013 FDR
tertinggi terjadi pada bulan Juli sebesar 104,83% dan terendah pada bulan
Desember sebesar 100,32%. Pada tahun 2014 FDR tertinggi terjadi pada
bulan Maret sebesar 102,22% dan terendah pada bulan Desember sebesar
91,5% . Pada tahun 2015 FDR tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar
96,52% dan terendah pada bulan Januari sebesar 93,6%.
68
B. Hasil Analisis Data
1. Uji Stasioneritas
a. Uji Akar Unit
Pengujian akar-akar unit dikatakan stasionr apabila nilai
Phillips-Perron test (Pp test) lebih besar dari nilai (Critical Value)
5%, sebaliknya jika nilai Phillips-Perron test (Pp test) lebih kecil
dari nilai (Critical Value) 5% maka variabel tersebut tidak
stasioner. Hasil dari pengujian akar-akar unit ini dapat dilihat pada
tabel 4.2berikut ini:
Tabel 4.6
Uji Akar Unit Phillips-Perron Pada Tingkat Level
No. Variabel Pptest CV 5% Keterangan
1 LnPembiayaan -4,340878 -2,917650 Stasioner
2 LnNPF -0,740230 -2,917650 Tidak Stasioner
3 LnFDR -3,502211 -2,917650 Stasioner
4 LnROA -2,322655 -2,917650 Tidak Stasioner
Sumber : Lampiran 2
Berdasarkan hasil uji akar unit pada tingkat level, tabel 4.1
menunjukkan variabel NPF dan ROA tidak stasioner. Hal ini
dibuktikan dengan nilai Phillips-Perron test lebih kecil dari
Mac.Konnon Critical Value 5% (PP test < CV 5%).
Kesimpulandari hasil data yang diolah adalah H0 diterima yaitu
data tidak stasioner pada tingkat level sehingga harus dilanjutkan
pada tingkat berikut sampai data menjadi stasioner yaitu dengan
menggunakan Uji Derajat Integrasi.
69
b. Uji Derajat Integrasi
Uji ini dilakukan untuk mengetahui pada derajat atau order
diferensi keberapa derajat data yang diteliti akan stasioner.
Pengujian ini dilakukan pada uji akar-akar unit, jika ternyata data
tersebut tidak stasioner pada tingkat level.
Tabel 4.7
Uji Akar Unit Phillips-Perron Pada First Difference
No. Variabel Pptest CV 5% Keterangan
1 LnPembiayaan -4.688629 -2,918778 Stasioner
2 LnNPF -7.904917 -2,918778 Stasioner
3 LnFDR -17.60356 -2,918778 Stasioner
4 LnROA -8.487061 -2,918778 Stasioner
Sumber ; Lampiran 3
Dari data yang diuji dapat dilihat bahwa semua variabel
stasioner pada first difference. Hal ini dapat dibuktikan dengan
nilai Phillips-Perron test lebih besar dari Mac.Kinnon Critical
Value 5% (PPtest > CV 5%). Sehingga tidak perlu dilanjutkan
dengan tingkat berikutnya (second difference).
2. Uji Kausalitas
Uji kausalitas pada intinya dapat mengindikasikan apakah suatu
variabel mempunyai hubungan dua arah, atau hanya satu arah saja.
Menurut Gujarati (1995) sebelum dilakukan uji kointegrasi dan ECM
perlu dilakukan pengujian kauslaitas antara variabel-variabel penelitian
dimana antar variabel diharapkan mempunyai hubungan satu aarah.
Berikut hasil uji kausalitas:
70
Tabel 4.8
Uji Kausalitas
Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.
LnNPF does not Granger Cause LnPEMBIAYAAN 51 4.22208 0.0104
LnPEMBIAYAAN does not Granger Cause LnNPF 1.80991 0.1593
LnFDR does not Granger Cause LnPEMBIAYAAN 51 0.42520 0.7359
LnPEMBIAYAAN does not Granger Cause LnFDR 1.17115 0.3316
LnROA does not Granger Cause LnPEMBIAYAAN 51 3.65073 0.0195
LnPEMBIAYAAN does not Granger Cause LnROA 0.99306 0.4049
Sumber : Lampiran 4
Hasil pengujian kausalitas Granger, tabel 4.4 menunjukkan bahwa
Variabel NPF dan ROA menunjukkan hubungan satu arahterhadap
pembiayaan karena probablitias berada dibawah 0,05. Berbeda dengan
variabel FDR yang tidak mempunyai hubungan kausalitas. Dengan
demikian, disimpulkan bahwa terjadi kausalitas searah antara variabel x
terhadap pembiyaan yang digambarkan oleh ROA dan NPF.
3. Uji Kointegrasi
Uji kointergrasi merupakan kelanjutan dari uji akar-akar unit dan
derajat Integrasi. Tujuan utama uji kointegrasi ini adalah untuk
mengetahui apakah variabel-variabel yang ada berkointegrasi. Variabel
yang terintegrasi menunjukkan adanya hubungan antar variabel atau
kestabilan dalam jangka panjang dan sebaliknya. Untuk menguji secara
empiris hubungan jangka panjang antara Pembiayaan perbankan Syariah
dengan variabel internal perbankan syariah, Maka Penelitian ini
71
menggunakan model pengujian yang oleh Johansen. Uji dapat digunakan
untuk menetukan kointegrasi sejumlah variabel (Vektor).
Uji kointegrasi dalam penelitian ini akan dilakukan dengan uji test
kointegrasi johansen pada derajat kepercayaan sebesar 5% dengan cara
membandingkan trace statistic dengan critical value yang apabila trace
statistik lebih besar dari critical value maka terjadi kointegrasi dan
sebaliknya.
Tabel 4.9
Uji Kointegrasi
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)
Hypothesized Trace 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None * 0.337783 49.82478 47.85613 0.0323
At most 1 0.229648 29.21670 29.79707 0.0582
At most 2 * 0.200979 16.17131 15.49471 0.0395
At most 3 * 0.094310 4.952926 3.841466 0.0260
Sumber : Lampiran 5
Hasil uji kointegrasi johansen diatas menunjukkan bahwa variabel
dependen pembiayaan perbankan syariah dengan variabel independen
lain memiliki kointegrasi yang dapat dibuktikan dengan hasil perhitungan
trace statistik sebesar 49,82478 yang lebih besar dari critical value
47,85613 dengan tingkat probabilitas yang lebih kecil dari α 5% sebesar
0,0323.
Berdasarkan uji kointegrasi variabel dapat dikatakan terintegrasi
(memiliki hubungan jangka panjang). Sehingga pengujian dapat
dilakukan ke uji Error Corection Model (ECM).
72
4. Uji Error Correction Model
Dengan ditemukannya fenomena hubungan jangka panjang pada
setiap variabel, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pendekatan
Error Correction Model (ECM) untuk melihat ada tidaknya hubungan
antar variabel dalam jangka pendek. ECM merupakan salah satu
pendekatan untuk menganalisis model time series yang digunakan untuk
melihat konsistensi antara hubungan jangka pendek dengan hubungan
jangka panjang dari variabel-variabel yang diuji.
Tabel 4.10
Hasil Regresi Error Corection Model (ECM)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.248747 0.164766 -1.509700 0.1381
D(LnNPF) -0.080961 0.020980 -3.858928 0.0004
D(LnFDR) 0.004822 0.003154 1.528776 0.1333
D(LnROA) 0.221252 0.059246 3.734438 0.0005
LnNPF(-1) -0.030797 0.007921 -3.887927 0.0003
LnFDR(-1) -0.028670 0.007492 -3.826679 0.0004
LnROA(-1) 0.109761 0.038789 2.829698 0.0069
ECT(-1) 0.032633 0.005835 5.593038 0.0000
R-squared 0.707963 Mean dependent var 0.020246
Adjusted R-squared 0.662535 S.D. dependent var 0.017342
S.E. of regression 0.010074 Akaike info criterion -6.219430
Sum squared resid 0.004567 Schwarz criterion -5.922028
Log likelihood 172.8149 Hannan-Quinn criter. -6.105064
F-statistic 15.58427 Durbin-Watson stat 2.206949
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : lampiran 6
Dari hasil olah data Uji Error Correction Model, pada tabel 4.13
menunjukkan bahwa nilai koefisien ECT signifikan dan positif pada
tingkat signifikansi 5% dengan probablitas 0,0028 yang terletak dibawah
0,05. Hal ini membuktikan ECT sudah signifikan pada tingkat
73
kepercayaan α = 5% secara statistik. Oleh karena itu model dari
pengujian ECM ini dapat dikatakan sahih atau valid.
Probabilitas (F-statistik) nilainya adalah 0,000, angka ini terletak
dibawah 0,05 yang berarti signifikan secara statistik. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel Independent yang ada pada model secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel Dependent. Terdapat
fenomena keseimbangan dalam jangka panjang maupun jangka pendek
dengan adjusted R2
sebesar 0,662535 atau sebesar 66,25% yang berarti
bahwa variabel-variabel independen tersebut mampu menjelaskan
pengaruhnya terhadap variabel dependen. Sedangkan 33,75% lainnya
dijelaskan oleh variabel lain diluar pengujian yang dilakukan oleh
peneliti.
Pada hasil estimasi regresi dengan pendekatan ECM, variabel
jangka pendek ditunjukkan oleh D(LnNPF), D(LnFDR), D(LnROA).
Namun dalam jangka panjang perlu dihitung dengan cara menjumlahkan
nilai koefisien tiap-tiap variabel jangka panjang LnNPF(-1), LnFDR(-1),
LnROA (-1) dijumlah dengan koefisien ECT kemudian dibagi dengan
koefisien ECT. Rumus koefiesn simulasi jangka panjang sebagai berikut:
LnNPF(-1) = C4 + C7 ……………………………..…. (4.1)
C7
LnFDR(-1) = C5 + C7 …….………………………….. (4.2)
C7
74
LnROA(-1) = C6 + C7 ……………………………....... (4.3)
C7
Tabel 4.11
Hasil ECM dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Variabel Koefisien
Prob Koefisien
Prob Jangka
Pendek
Jangka
Panjang
Non Performing Finance
(NPF) -0,0809 0,0004 0,0563 0,0003
Finance to Deposit Ratio
(FDR) 0,0048 0,1333 0,1214 0,0004
Return On Asset (ROA) 0,2212 0,0005 4,3635 0,0069
Sumber: Lampiran 7
Berdasarkan output data dari hasil regresi ECM sebagai berikut :
D(LnPembiayaan) = - 0,2487– 0,0809*D(LnNPF) +
0,0048*D(LnFDR)+0,2212*D(LnROA) + 0,0563*LnNPF(-1) + 0,1214*LnFDR
(-1) + 4,3635*LnROA(-1)–0.0326*ECT
C. Pembahasan
Berdasarkan uji analisis regresi ECM dalam jangka pendek dan jangka
panjang, berikut pembahasan hasil tersebut:
1. Non Performing Finance (NPF) terhadap Pembiayaan
a. Pada Jangka Pendek
Hasil pengujian variabel NPF pada tabel 4.7 dalam jangka pendek
mempunyai signifikansi 0,0004 (α <0,05) dan nilai koefisien -
0,0809. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis Ha1 terdukung sehingga
dapat dikatakan Non Performing Finance dalam jangka pendek
berpengaruh signifikan negatif terhadap pembiayaan pada tingkat
signifikansi 5%.
75
b. Pada Jangka Panjang
Hasil pengujian NPF pada Tabel 4.7 dalam jangka
panjangmempunyai signifikansi 0,0003(α < 0,05) dan nilai koefisien
0,0563. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis Ha1terdukung
sehingga dapat dikatakan Non Performing Finance dalam jangka
panjang berpengaruh signifikan positif terhadap pembiayaan pada
tingkat signifikansi 5%.
2. Pengaruh Finance to Deposit Ratio (FDR) terhadap pembiayaan
a. Pada Jangka Pendek
Hasil pengujian Finance to Deposit Ratio (FDR) dalam jangka
pendek mempunyai nilai signifikansi 0,1333(α >0,05) dan nilai
koefisien 0,0048. Hal ini menunjukkan hipotesis Ha2 tidak terdukung
sehingga dapat disimpulkan bahwa berapapun tingkat FDR yang ada
pada Perbankan Syariah tidak akan berpengaruh signifikan terhadap
pembiayaan dalam jangka pendek.
b. Pada Jangka Panjang
Hasil pengujian variabel Finance to Deposit Ratio (FDR) pada
tabel 4.7 menunjukkan signifikansi sebesar 0,0004 (α <0,05) dan
nilai koefisien 0,1214. Hal ini menunjukkan hipotesis Ha2 terdukung
sehingga dapat dikatakan Finance to Deposit Ratio (FDR) dalam
jangka panjang berpengaruh positif signifikan terhadap pembiayaan
pada tingkat signifikansi 5%.
3. Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap pembiayaan
76
a. Pada Jangka Pendek
Hasil pengujian Return On Asset (ROA) dalam jangka pendek
mempunyai nilai signifikansi 0,0005(α <0,05) dan nilai koefisien
yang dihasilkan sebesar0,2212. Hal ini menunjukkan hipotesis Ha3
terdukung sehingga dapat dikatakan bahwa Return On Assets (ROA)
dalam jangka pendek berpengaruh signifikan positif terhadap
manajemen laba akrual pada tingkat signifikansi 5%.
b. Pada Jangka Panjang
Hasil pengujian variabel Return On Asset (ROA) pada tabel 4.7
dalam jangka panjang menunjukkan signifikansi sebesar 0,0061 (α
<0,05) dannilai koefisien 42.302,47. Hal ini menunjukkan hipotesis
Ha3terdukung sehingga dapat dikatakan Return On total Asset (ROA)
dalam jangka panjang berpengaruh signifikan positif terhadap
pembiayaan pada tingkat signifikansi 5%.
D. Interpretasi Data
Interpretasi data dari hasil regresi ECM untuk masing – masing variabel
regresi adalah :
1. Non Performing Finance (NPF) terhadap Pembiayaan
a. Pada Jangka Pendek
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabelNPF dalam jangka
pendek berpengaruh signifikan negatif terhadap pembiayaan pada
tingkat signifikansi 5%, konsisten dengan hasil penelitian Ekarina
(2014) danHuda (2014).Menurut Ekarina (2014) ketika terjadi
77
banyak pembiayaan bermasalah, bank perlu berhati-hati dan selekstif
dalam menyalurkan pembiayaan sehingga pembiayaan yang
diberikan harus melalui proses seleksi yang panjang, dan berakibat
penyaluran pembiayaan menjadi sedikit.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori Kasmir (2006)
menyatakan bahwa semakin tinggi rasio ini maka akan semakin
buruk kualitas pembiayaan bank yang menyebabkan jumlah
pembiayaan non lancar semakin besar, dan oleh karena itu bank
harus menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya
sehingga berpengaruh terhadap jumlah pembiayaan yang disalurkan.
Non Performing Finance (NPF) merupakan rasio antara
pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayan yang
disalurkan oleh bank syariah. Menurut peneliti, semakin besar NPF
menunjukkan bahwa semakin tinggi pembiayaan bermasalah,
pembiayaan bermasalah yang tinggi menyebabkan bank lebih
berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan karena bank harus
membentuk cadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif yang
besar. Oleh karena itu rasio NPF yang tinggi akan menurunkan
tingkat pembiayaan dalam jangka pendek.
Besarnya rasio NPF yang diperbolehkan Bank Indonesia yaitu
maksimal sebesar 5%. Semakin kecil rasio NPF maka semakin baik
tingkat kesehatan suatu bank. Minimnya pembiayaan yang
bermasalah membuktikan bahwa bank syariah tersebut telah mampu
78
menjaga kestabilan dananya. Sedangkan NPF yang tinggi
menunjukkan semakin rendahnya kemampuan bank dalam
mengumpulkan kembali pembiayaan yang dikeluarkannya. Semakin
sedikit dana pinjaman yang kembali ke bank, akan menyebabkan
dana bank yang tersedia untuk disalurkan semakin berkurang.
Akibatnya, bank akan mengurangi jumlah dana yang akan disalurkan
ke masyarakat.
Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa besarnya nilai NPF dalam periode pengamatan
terus mengalami fluktuasi dengan pencapaian nilai terendah NPF
sebesar 2,22% sedangkan NPF tertinggi yang pernah terjadi yaitu
sebesar 4,86%. Nilai tersebut masih tergolong dalam posisi yang
aman karena tidak melebihi batas ketentuan BI sebesar 5%. Namun
demikian terjadinya pembiayaan bermasalah yang digambarkan
dalam rasio NPF ini tetap dapat mempengaruhi besarnya penyaluran
pembiayaan.
b. Pada Jangka Panjang
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel NPF dalam
jangka panjang berpengaruh signifikan positif terhadap pembiayaan
pada tingkat signifikansi 5%.Hasil ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Hikmawan (2013) setiap kenaikan pembiayaan yang
bermasalah, akan menambah jumlah pembiayaan yang
disalurkan.Berbeda dalam jangka pendek yang mempunyai pengaruh
79
negatif terhadap pembiayaan, hal ini dikarenakan NPF yang
menignkat akan menurunkan pembiayaan yang disalurkan dalam
jangka pendek. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis pembiayaan
untuk meminimalkan nilai NPF.
Sesuai dengan teori Antonio (2010) menyatakan bahwa semakin
ketat kebijakan kredit/ analisis pembiayaan yang
dilakukanmanajemen bank (semakin ditekan tingkat NPF) akan
menyebabkan tingkat permintaan pembiayaan oleh masyarakat
turun. Menurut peneliti, hal ini disebabkan karena waktu proses
pembiayaan yang cukup lama, analisis pembiayaan yangmendalam,
bahkan ada calon nasabah yang merasa privasi pribadinya terganggu
(merasa tidak dipercaya) karena adanya analisis karakter yang
mendalam, sehingga calon nasabah merasa lebih baik meminjam
(pindah) ke bank lain yang lebih lunak dalam melakukan analisis
pembiayaan/kebijakan kredit.
2. Pengaruh Finance to Deposit Ratio (FDR) terhadap pembiayaan
a. Pada Jangka Pendek
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel FDRdalam jangka
pendek tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa berapapun tingkat FDR yang ada pada
Perbankan Syariah tidak akan berpengaruh signifikan terhadap
pembiayaan yang disalurkan dalam jangka pendek
80
Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Suci (2013)
dimana hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Finance to
Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh terhadap pembiayaan dalam
jangka pendek. FDR merupakan rasio untuk menghitung jumlah
pembiayaan yang disalurkan terhadap dana pihak ketiga yang
dihimpum.
Sesuai dengan teori Slamet Riyadi (2004) bahwasanya semakin
besar FDR maka semakin besar pula jumlah pembiayaan yang
disalurkan oleh bank yang bersangkutan sehingga dalam hal ini
mengindikasikan bahwa semakin membaiknya fungsi intermediasi
perbankan. Namun menurut peneliti, hal ini belum terlihat
pengaruhnya dalam jangka pendek karena terbukti dari nilai koeisien
regresi antara FDR dengan pembiayaan sebesar 0,0048 (nilai
kofisien positif).
b. Pada Jangka Panjang
Hasil pengujian menunjukkan variabel FDR dalam jangka
panjang berpengaruh positif signifikan terhadap pembiayaan pada
tingkat signifikansi 5%,
Sesuai dengan teori Slamet Riyadi (2004) bahwasanyasemakin
besar FDR maka semakin besar pula jumlah pembiayaan yang
disalurkan oleh bank yang bersangkutan sehingga dalam hal ini
mengindikasikan bahwa semakin membaiknya fungsi intermediasi
perbankan. FDR menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam
81
menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang
bersangkutan.Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Suci (2013) bahwa pengaruh signifikan positif dari
FDR terhadap pembiyaaan yang disalurkan baru terlihat dalam
jangka panjang.
Menurut peneliti, perbankan syariah di Indonesia terus
membukukan pertumbuhan pembiayaan yang tinggi.Tingginya
penyaluran pembiayaan itu mendorong rasio pembiayaan terhadap
simpanan atau Finance to Deposit Ratio (FDR) meningkatsejak 2012
hingga pertengahan 2014, FDR mencapai 100% ke atas. Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) belum akan mengatur batas minimum FDR.
OJK menilai porsi pembiayaan syariah tergolong kecil. Khususnya
jika dibandingkan dengan bank konvensional. Oleh karena itu OJK
masih akan memberikan kelonggaran bank syariah untuk
berekspansi.
Bank Indonesia mendorong FDR perbankan syariah menjadi
lebih berkualitas yaitu dengan menaikkan Giro Wajib Minimum
(GWM). GWM sekunder merupakan cadangan likuiditas perbankan
dalam bentuk surat-surat berharga yang disimpan di Bank Indonesia.
Seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Negara
(SBN). Kini, besaran GWM itu dinaikkan menjadi 4% dari dana
pihak ketiga (DPK). Ketentuan ini dilakukan bertahap hingga 2
Desember 2013.
82
Dengan rincian, GWM sekunder yang awalnya sebesar 2,5%
dari DPK dalam rupiah, dinaikkan menjadi tiga persen mulai 1
Oktober hingga 31 Oktober 2013. Sementara GWM sebesar 3,5%
dari DPK dalam rupiah hanya boleh antara I November hingga 1
Desember 2013. Sementara jtu, ketentuan GWM sekunder sebesar 4
persen dari DPK dalam rupiah akan diberlakukan 2 Desember
2013. Kebijakan Bank Indonesia (BI) dengan menaikkan Giro Wajib
Minimum (GWM) sekunder secara bertahap, diharapkan dapat
membuat likuiditas perbankan syariah lebih mantap, sehingga
berdampak pada tahun 2014 FDR menurun dan kembali stabil.
3. Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap pembiayaan
a. Pada Jangka Pendek
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel ROA dalam
jangka pendek berpengaruh signifikan positif terhadap pembiayaan
pada tingkat signifikansi 5%, konsisten dengan teori Simrangkir
(2004) laba yang tinggi membuat bank mendapat kepercayaan dari
masyarakat yang memungkinkan bank untuk menghimpun modal
yang lebih banyak sehinggabank memperoleh kesempatan
melakukan pembiayaan dengan lebih luas.
Hasil penelitianQolby (2013) dan Ekarina (2014) juga
menunjukan kesesuaian hipotesis yavariabel Return On Assets
(ROA) berpengaruh signifikan positif terhadap pembiayaan yang
disalurkan. Hubungan posittif ini dikarenakan Return On Assets
83
(ROA) merupakan suatu pengukuran kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Jika Return On
Assets (ROA) suatu bank semakin besar, maka semakin besar pula
tingkat keuntungan yang diperoleh oleh bank tersebut dan semakin
baik pula posisi bank tersebut dari segi pengamanan aset.
Bagi bank syariah, sumber dana yang paling dominan bagi
pembiayaan asetnya adalah dana investasi, yang dapat dibedakan
menjadi investasi jangka panjang dari pemilik (core capital) dan
investasi jangka pendek dari nasabah (dana yang dihimpun dari
masyarakat). Menurut peneliti, semakin besar tingkat keuntungan
(ROA) yang didapat oleh bank, maka semakin besar pula upaya
manajemen dalam menginvestasikan keuntungannya tersebut dengan
berbagai kegiatan yang menguntungkan, terutama dengan
penyaluran pembiayaan.
Hal itu tercermin dari nilai rata – rata dari ROA perbankan
syariah di Indonesia selama periode 2010 – 2013 yang meningkat
sebesar 22%. Oleh karena itu, ketika ROA meningkat maka tingkat
profitabilitas bank juga meningkat. Profitabilitas yang tinggi
merupakan kesempatan bank untuk meningkatkan pembiayaan.
b. Pada Jangka Panjang
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel ROAdalam
jangka panjang berpengaruh signifikan positif terhadap pembiayaan
pada tingkat signifikansi 5% konsisten dengan teori Simrangkir
84
(2004) Laba yang tinggi membuat bank mendapat kepercayaan dari
masyarakat yang memungkinkan bank untuk menghimpun modal
yang lebih banyak sehinggabank memperoleh kesempatan
melakukan pembiayaan dengan lebih luas.
Hasil penelitian Qolby (2013) dan Ekarina (2014) juga
menunjukan kesesuaian hipotesis yavariabel Return On Assets
(ROA) berpengaruh signifikan positif terhadap pembiayaan yang
disalurkan. Menurut peneliti,hal ini menunjukan dalam jangka
panjang, perbankan syariah mampu mengelola pembiayaan yang
disalurkan secara efisien sehingga keuntungan yang diperoleh dari
hasil pembiayaan semakin besar seiring dengan meningkatnya
pembiaayan yang disalurkan.
Bank harus memperhatikan ROA dalam penyaluran pembiayaan
karena semakin besar tingkat keuntungan (ROA) yang diperoleh
oleh bank maka akan meningkat pula upaya manajemen bank dalam
menginvestasikan keuntungan tersebut. Upaya yang akan dilakukan
adalah dengan meningkatkan kegiatan yang menguntungkan
manajemen, terutama dengan penyaluran pembiayaan.
85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. NPF (Non Performing Finance) dalam jangka pendek mempunyai
signifikansi 0,0004 (α <0,05) dan nilai koefisien -0,0809 yang
menunjukkan bahwa NPF berpengaruh signifikannegatif terhadap
pembiayaan. Sedangkan dalam jangka panjang, NPFmempunyai
signifikansi 0,0003(α< 0,05) dannilai koefisien 0,0563 yang
menunjukkan NPFberpengaruhsignifikan positif terhadap
pembiayaan.Hal ini berimplikasi bahwa dalam jangka pendek dan jangka
panjang NPF merupakan indiaktor yang baik untuk memprediksi
pembiayaan pada Bank Syariah.
2. FDR (Finance to Deposit Ratio) dalam jangka pendekmempunyai
signifikansi 0,1333(α >0,05) dan nilai koefisien 0,0048 yang
menunjukkan FDR tidak berpegaruh signifikanterhadap
pembiayaan.Sedangkan dalam jangka panjang, FDR mempunyai
signifikansi sebesar 0,0004 (α <0,05) dan nilai koefisien0,1214 yang
menunjukkan FDR berpengaruh signifikan positifterhadap pembiayaan.
Hal ini berimplikasi bahwa dalam jangka panjang FDR merupakan
indiaktor yang baik untuk memprediksi penyaluran pembiayaan pada
Bank Syariah.
86
3. ROA (Return On AssetI) dalam jangka pendek mempunyai signifikansi
0,0005(α <0,05) dan nilai koefisien 0,2212 yang menunjukkan
ROAberpengaruh signifikan positif terhadap pembiayaan. Sedangkan
dalam jangka panjang,ROA mempunyai memilikisignifikansi sebesar
0,0061 (α <0,05) dannilai koefisien42.302,47 yang menunjukkan
ROAberpengaruh siginifikan positif terhadap pembiayaan. Hal ini
berimplikasi bahwa dalam jangka pendek dan jangka panjang ROA
merupakan indiaktor yang baik untuk memprediksi penyaluran
pembiayaan pada Bank Syariah.
B. Saran
Berkaitan dengan implikasi pada penelitian ini, peneiti menganalisis empat
variabel eksogen yaitu NPF, FDR, dan ROA terhadap variabel endogen yaitu
Pembiayaan yang disalurkan Bank Syariah tahun 2011 bulan Januari hingga
tahun 2015 bulan Juni. Agar dapat memperoleh gambaran yang lebih
komprehensif, maka penulis menyarankan beberapa hal antara lain sevagai
berikut :
1. Dalam kondisi internal perbankan seperti NPF, FDR, dan ROA terbukti
dapat mempengaruhi pembiayaan yang disalurkan Bank Syariah di
Indonesia. Oleh karena itu, sangat diperlukan sekali upaya peningkatan
kinerja dari perbankan tersebut untuk lebih meningkatkan kembali
jumlah pembiayaan yang disalurkannya sehingga fungsi dari perbankan
itu sendiri yakni sebagai lembaga intermedisi (perantara) antara pihak
surplus dengan pihak defisit dapat berjalan lebih baik lagi.
87
2. Dalam penelitian ini, hanya menggunakan lima tahun penelitian dengan
tiga variabel dependen dan satu variabel independen. Diharapkan
penelitian berikutnya dapat menggunakan waktu penelitian yang lebih
panjang lagi serta menambahkan jumlah sampel serta variabel agar lebih
bervariatif lagi dari penelitian sebelumnya.
3. Untuk lebih lanjut, diharapkan peneliti-peneliti lain menggunakan
metode lain seperti data panel pada studi kasus bank-bank umum syariah
di Indonesia secara keseluruhan, sehingga nantinya dapat diketahui
secara rinci pengaruh satu per satu bank tersebut terhadap penyaluran
pembiayaannya nanti.
88
DAFTAR PUSTAKA
Ajija, et. al. 2011. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Jakarta: Salemba Empat.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2012. Bank SyariahdariTeorikePraktek. Jakarta:
GemaInsani.
Danupranata, Gita. 2013. Manajemen Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba
Empat.
Emzir. 2010. MetodologiPenelitian: KuantitatifdanKualitatif. Jakarta: Rajawali
Pers.
Eriyanto. 2007. Teknik Sampling. Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara.
Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.
Karim, Adiwarman. 2006. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Edisi
Ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Cetakan Ketiga.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kuncoro dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan (Teori dan Aplikasi).
Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Lukman, Dendawijaya. 2000. Manajemen Perbankan. Jakarta: Gramedia.
Mahmoedin. 2004. Kredit Bermasalah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Moussa and Chedia. 2016. Determinants of Banks Lending: Case of Tunisia.
International Journal of Finance and Accounting 5(1): 27-36
Muhammad. 2005. Manajemen Pembiayaan Syariah. Yogyakarta: UPP AMP
YKP.
Nachrowi dan Usman. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometruka
untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit
Universitas Indonesia.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/15/PBI/2013
89
Perwataatmadja dan Tanjung. 2007. Bank Syariah: Teori, Praktek, dan
Peranannya. Jakarta: Celesial Publishing.
Qolby, Muhammad. 2013. Faktor - Faktor yang
MempngaruhiPembiayaanPadaPerbankanSyariah di Indonesia
PeriodeTahun 2007 – 2013. Economics Development Analysis Journal
2(4) ISSN 2252-6889.
Rabab’ah, Mwafag. 2015. Factors Affecting the Bank Credit: An Empirical Study
on the Jordanian Commercial Banks.
Riyadi, Slamet. 2004. Banking Assets and Liability Management. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Rodoni, Ahmad. 2009. Investasi Syariah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN.
Siamat, Dahlan. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Simorangkir. 2004. Pengantar Lembaga Keungan Bank dan Non Bank. Jakarta:
Ghalia Indonesia
Siregar, Sofyan. 2011. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sudarsono, Heri. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah. Cetakan ke-2.
Yogyakarta: Ekonisia.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
Susilo. 1999. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan (Pasal 1).
Undang - Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta:
Ekonisia.
Winarno, Wing Wahyu. 2015. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
www.beritasau.com/ekonomi/314843-pertumbuhan-bank-syariah-melambat-
drastis-ini-penyebabnya.html, diakses pada tanggal 24 April 2016.
90
Lampiran 1 – Data Penelitian
Bulan/Tahun
NPF
(%)
ROA
(%)
FDR
(%)
Pembiayaan
(Miliar Rp)
Jan-11 3.28 2.26 91.97 69724
Feb-11 3.66 1.81 95.16 71449
Mar-11 3.6 1.97 93.22 74253
Apr-11 3.79 1.9 95.17 75726
May-11 3.76 1.84 94.88 78619
Jun-11 3.55 1.84 94.93 82616
Jul-11 3.75 1.86 94.18 84556
Aug-11 3.53 1.81 98.39 90540
Sep-11 3.5 1.8 94.97 92839
Oct-11 3.11 1.75 95.24 96805
Nov-11 2.74 1.78 94.4 99427
Dec-11 2.52 1.79 88.94 102655
Jan-12 2.68 1.36 87.27 101689
Feb-12 2.82 1.79 90.49 103713
Mar-12 2.76 1.83 87.13 104239
Apr-12 2.85 1.79 95.39 108767
May-12 2.93 1.99 97.95 112844
Jun-12 2.88 2.05 98.59 117592
Jul-12 2.92 2.05 99.91 120910
Aug-12 2.78 2.04 101.03 124946
Sep-12 2.74 2.07 102.1 130357
Oct-12 2.58 2.11 100.84 135581
Nov-12 2.5 2.09 101.19 140318
Dec-12 2.22 2.14 100 147505
Jan-13 2.49 2.52 100.63 149672
Feb-13 2.72 2.29 102.17 154072
Mar-13 2.75 2.39 102.62 161081
Apr-13 2.85 2.29 103.08 163407
May-13 2.92 2.07 102.08 167259
Jun-13 2.64 2.1 104.43 171227
Jul-13 2.75 2.02 104.83 174486
Aug-13 3.01 2.01 102.53 174537
Sep-13 2.8 2.04 103.27 177320
Oct-13 2.96 1.94 103.03 179284
Nov-13 3.08 1.96 102.58 180833
Dec-13 2.62 2 100.32 184122
91
Bulan/Tahun
NPF
(%)
ROA
(%)
FDR
(%)
Pembiayaan
(Miliar Rp)
Jan-14 3.01 0.08 100.07 181398
Feb-14 3.53 0.13 102.03 181772
Mar-14 3.22 1.16 102.22 184964
Apr-14 3.48 1.09 95.5 187885
May-14 4.02 1.13 99.43 189690
Jun-14 3.9 1.12 100.8 193136
Jul-14 4.31 1.05 99.89 194079
Aug-14 4.58 0.93 98.99 193983
Sep-14 4.67 0.97 99.71 196563
Oct-14 4.58 0.92 98.99 196491
Nov-14 4.86 0.87 94.62 198376
Dec-14 4.33 0.8 91.5 199330
Jan-15 4.87 1.15 93.6 197279
Feb-15 5.1 1.07 93.94 197543
Mar-15 4.81 1.13 94.24 200712
Apr-15 4.62 1.08 94.18 201526
May-15 4.76 1.09 94.69 203894
Jun-15 4.73 0.89 96.52 203894
92
Lampiran 2 – Uji Akar Unit Phillips-Perron Pada Tingkat Level
Pembiayaan
Null Hypothesis: LnPEMBIAYAAN has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 4 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -4.340878 0.0010
Test critical values: 1% level -3.560019
5% level -2.917650
10% level -2.596689
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.000185
HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.000309
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(LnPEMBIAYAAN)
Method: Least Squares
Date: 06/05/16 Time: 21:43
Sample (adjusted): 2 54
Included observations: 53 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LnPEMBIAYAAN(-1) -0.031058 0.005627 -5.519916 0.0000
C 0.388189 0.066685 5.821281 0.0000
R-squared 0.373999 Mean dependent var 0.020246
Adjusted R-squared 0.361724 S.D. dependent var 0.017342
S.E. of regression 0.013855 Akaike info criterion -5.683374
Sum squared resid 0.009790 Schwarz criterion -5.609024
Log likelihood 152.6094 Hannan-Quinn criter. -5.654783
F-statistic 30.46947 Durbin-Watson stat 1.755023
Prob(F-statistic) 0.000001
93
Non Performing Finance (NPF)
Null Hypothesis: LnNPF has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 4 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -0.740230 0.8273
Test critical values: 1% level -3.560019
5% level -2.917650
10% level -2.596689
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.005660
HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.005745
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(LnNPF)
Method: Least Squares
Date: 06/05/16 Time: 21:44
Sample (adjusted): 2 54
Included observations: 53 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LnNPF(-1) -0.034974 0.048109 -0.726985 0.4706
C 0.048746 0.058507 0.833160 0.4086
R-squared 0.010257 Mean dependent var 0.006907
Adjusted R-squared -0.009150 S.D. dependent var 0.076344
S.E. of regression 0.076692 Akaike info criterion -2.261023
Sum squared resid 0.299968 Schwarz criterion -2.186673
Log likelihood 61.91712 Hannan-Quinn criter. -2.232432
F-statistic 0.528507 Durbin-Watson stat 2.103114
Prob(F-statistic) 0.470559
94
Finance to Deposit Ratio (FDR)
Null Hypothesis: LnFDR has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 2 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -3.502211 0.0117
Test critical values: 1% level -3.560019
5% level -2.917650
10% level -2.596689
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.240234
HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.230790
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(LnFDR)
Method: Least Squares
Date: 06/05/16 Time: 21:44
Sample (adjusted): 2 54
Included observations: 53 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LnFDR(-1) -0.396929 0.111904 -3.547039 0.0008
C 0.134565 0.080934 1.662635 0.1025
R-squared 0.197880 Mean dependent var -0.017583
Adjusted R-squared 0.182152 S.D. dependent var 0.552502
S.E. of regression 0.499655 Akaike info criterion 1.487209
Sum squared resid 12.73242 Schwarz criterion 1.561559
Log likelihood -37.41103 Hannan-Quinn criter. 1.515800
F-statistic 12.58149 Durbin-Watson stat 1.779125
Prob(F-statistic) 0.000846
95
Return On Asset(ROA)
Null Hypothesis: LnROA has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 3 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -2.322655 0.1688
Test critical values: 1% level -3.560019
5% level -2.917650
10% level -2.596689
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.000595
HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.000604
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(LnROA)
Method: Least Squares
Date: 06/05/16 Time: 21:45
Sample (adjusted): 2 54
Included observations: 53 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LnROA(-1) -0.172197 0.074559 -2.309551 0.0250
C 0.789761 0.341577 2.312103 0.0248
R-squared 0.094686 Mean dependent var 0.000911
Adjusted R-squared 0.076934 S.D. dependent var 0.025871
S.E. of regression 0.024856 Akaike info criterion -4.514405
Sum squared resid 0.031510 Schwarz criterion -4.440054
Log likelihood 121.6317 Hannan-Quinn criter. -4.485813
F-statistic 5.334028 Durbin-Watson stat 2.119685
Prob(F-statistic) 0.024998
96
Lampiran 3– Uji Akar Unit Phillips-Perron Pada First Difference
Pembiayaan
Null Hypothesis: D(LnPEMBIAYAAN) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 4 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -4.688629 0.0004
Test critical values: 1% level -3.562669
5% level -2.918778
10% level -2.597285
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.000246
HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.000314
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(LnPEMBIAYAAN,2)
Method: Least Squares
Date: 06/05/16 Time: 21:45
Sample (adjusted): 3 54
Included observations: 52 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(LnPEMBIAYAAN(-1)) -0.568387 0.129613 -4.385245 0.0001
C 0.011259 0.003474 3.240622 0.0021
R-squared 0.277774 Mean dependent var -0.000470
Adjusted R-squared 0.263329 S.D. dependent var 0.018631
S.E. of regression 0.015991 Akaike info criterion -5.395926
Sum squared resid 0.012785 Schwarz criterion -5.320879
Log likelihood 142.2941 Hannan-Quinn criter. -5.367155
F-statistic 19.23037 Durbin-Watson stat 2.370782
Prob(F-statistic) 0.000060
97
Non Performing Finance (NPF)
Null Hypothesis: D(LnNPF) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 4 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -7.904917 0.0000
Test critical values: 1% level -3.562669
5% level -2.918778
10% level -2.597285
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.005568
HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.005929
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(LnNPF,2)
Method: Least Squares
Date: 06/05/16 Time: 21:46
Sample (adjusted): 3 54
Included observations: 52 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(LnNPF(-1)) -1.096232 0.138263 -7.928617 0.0000
C 0.005621 0.010599 0.530358 0.5982
R-squared 0.556985 Mean dependent var -0.002230
Adjusted R-squared 0.548125 S.D. dependent var 0.113199
S.E. of regression 0.076094 Akaike info criterion -2.275980
Sum squared resid 0.289519 Schwarz criterion -2.200932
Log likelihood 61.17547 Hannan-Quinn criter. -2.247208
F-statistic 62.86297 Durbin-Watson stat 2.018430
Prob(F-statistic) 0.000000
98
Finance to Deposit Ratio (FDR)
Null Hypothesis: D(LnFDR) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 41 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -17.60356 0.0000
Test critical values: 1% level -3.562669
5% level -2.918778
10% level -2.597285
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.303502
HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.016224
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(LnFDR,2)
Method: Least Squares
Date: 06/05/16 Time: 21:46
Sample (adjusted): 3 54
Included observations: 52 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(LnFDR(-1)) -1.055484 0.141169 -7.476729 0.0000
C -0.014429 0.077936 -0.185143 0.8539
R-squared 0.527863 Mean dependent var 0.000372
Adjusted R-squared 0.518420 S.D. dependent var 0.809586
S.E. of regression 0.561820 Akaike info criterion 1.722432
Sum squared resid 15.78209 Schwarz criterion 1.797480
Log likelihood -42.78324 Hannan-Quinn criter. 1.751204
F-statistic 55.90148 Durbin-Watson stat 2.044629
Prob(F-statistic) 0.000000
99
Return On Asset (ROA)
Null Hypothesis: D(LnROA) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 2 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -8.487061 0.0000
Test critical values: 1% level -3.562669
5% level -2.918778
10% level -2.597285
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.000629
HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.000609
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(LnROA,2)
Method: Least Squares
Date: 06/05/16 Time: 21:47
Sample (adjusted): 3 54
Included observations: 52 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(LnROA(-1)) -1.166264 0.137813 -8.462678 0.0000
C 0.000366 0.003549 0.103156 0.9183
R-squared 0.588873 Mean dependent var -0.000288
Adjusted R-squared 0.580650 S.D. dependent var 0.039509
S.E. of regression 0.025585 Akaike info criterion -4.455910
Sum squared resid 0.032730 Schwarz criterion -4.380862
Log likelihood 117.8537 Hannan-Quinn criter. -4.427138
F-statistic 71.61691 Durbin-Watson stat 1.970707
Prob(F-statistic) 0.000000
100
Lampiran 4–Uji Kausalitas
Pairwise Granger Causality Tests
Date: 06/05/16 Time: 21:48
Sample: 1 54
Lags: 3
Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.
LnNPF does not Granger Cause LnPEMBIAYAAN 51 4.22208 0.0104
LnPEMBIAYAAN does not Granger Cause LnNPF 1.80991 0.1593
LnFDR does not Granger Cause LnPEMBIAYAAN 51 0.42520 0.7359
LnPEMBIAYAAN does not Granger Cause LnFDR 1.17115 0.3316
LnROA does not Granger Cause LnPEMBIAYAAN 51 3.65073 0.0195
LnPEMBIAYAAN does not Granger Cause LnROA 0.99306 0.4049
LnFDR does not Granger Cause LnNPF 51 4.84979 0.0053
LnNPF does not Granger Cause LnFDR 1.96732 0.1328
LnROA does not Granger Cause LnNPF 51 0.21790 0.8835
LnNPF does not Granger Cause LnROA 2.96217 0.0424
LnROA does not Granger Cause LnFDR 51 0.32618 0.8064
LnFDR does not Granger Cause LnROA 1.97774 0.1312
101
Lampiran 5 – Uji Kointegrasi
Date: 06/05/16 Time: 21:49
Sample (adjusted): 5 54
Included observations: 50 after adjustments
Trend assumption: Linear deterministic trend
Series: LnPEMBIAYAAN LnNPF LnFDR LnROA
Lags interval (in first differences): 1 to 3
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)
Hypothesized Trace 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None * 0.337783 49.82478 47.85613 0.0323
At most 1 0.229648 29.21670 29.79707 0.0582
At most 2 * 0.200979 16.17131 15.49471 0.0395
At most 3 * 0.094310 4.952926 3.841466 0.0260
Trace test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
102
Lampiran 6 - Hasil Regresi Error Corection Model (ECM)
Dependent Variable: D(LnPEMBIAYAAN)
Method: Least Squares
Date: 06/05/16 Time: 21:56
Sample (adjusted): 2 54
Included observations: 53 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.248747 0.164766 -1.509700 0.1381
D(LnNPF) -0.080961 0.020980 -3.858928 0.0004
D(LnFDR) 0.004822 0.003154 1.528776 0.1333
D(LnROA) 0.221252 0.059246 3.734438 0.0005
LnNPF(-1) -0.030797 0.007921 -3.887927 0.0003
LnFDR(-1) -0.028670 0.007492 -3.826679 0.0004
LnROA(-1) 0.109761 0.038789 2.829698 0.0069
ECT(-1) 0.032633 0.005835 5.593038 0.0000
R-squared 0.707963 Mean dependent var 0.020246
Adjusted R-squared 0.662535 S.D. dependent var 0.017342
S.E. of regression 0.010074 Akaike info criterion -6.219430
Sum squared resid 0.004567 Schwarz criterion -5.922028
Log likelihood 172.8149 Hannan-Quinn criter. -6.105064
F-statistic 15.58427 Durbin-Watson stat 2.206949
Prob(F-statistic) 0.000000