analisis determinan pendapatan asli daerah sektor...

101
ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR PARIWISATA (Studi Kasus: Kota/Kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011-2018) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Disusun Oleh : Ivan Erya Novandre NIM: 11150840000072 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019 M

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

15 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

SEKTOR PARIWISATA

(Studi Kasus: Kota/Kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta Tahun 2011-2018)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh :

Ivan Erya Novandre

NIM: 11150840000072

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2019 M

Page 2: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Page 3: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Page 4: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Page 5: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Page 6: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

1. Nama : Ivan Erya Novandre

2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 5 November 1997

3. Alamat : Perumahan Bukit Sawangan Indah Blok D

29 No.6 Kecamatan Bojongsari - Kota

Depok

4. Telepon : 085782683699

5. Email : [email protected]

II. Riwayat Pendidikan

1. SDN Bojongsari 01 2003-2009

2. SMPN 14 Depok 2009-2012

3. SMA Al-Hasra 2012-2015

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015-2019

III. Pengalaman Organisasi

1. Menteri Komunikasi dan Informasi Ikatan Mahasiswa Ekonomi

Pembangunan Indonesia (IMEPI) Rayon Jawa bagian barat 2017-2019

2. Kepala Bidang 3 yang membawahi Pengembangan Sumber Daya Manusia

dan Hubungan Luar Publik HMJ Ekonomi Pembangunan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2018

3. Sekretaris Departemen Minat dan Bakat HMJ Ekonomi Pembangunan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta 2017

4. Staff Departemen Sosial Keislaman HMJ Ekonomi Pembangunan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta 2016

5. Staff Ahli Divisi Musik OPK Dapur Seni UIN Jakarta 2018

IV. Seminar

1. Seminar “Peran Generasi Muda Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0

dan Ekonomi Digital” diselenggarakan oleh HMJ EP.

Page 7: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

vi

2. Seminar Nasional “Menjawab Peluang dan Tantangan Perkembangan

Financial Technology di Indonesia” diselenggarakan oleh HMJ Ekonomi

Pembangunan.

3. Seminar “Fungsi Pengawasan Keuangan Negara sebagai Katalisator

Tercapainya Tujuan Memajukan Kesejahteraan Umum” diselenggarakan

oleh HMJ Ekonomi Pembangunan bekerjasama dengan BPK RI.

4. Seminar Nasional “Perpajakan Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0”

diselenggarakan oleh HMJ Ekonomi Pembangunan bersama Kementerian

Keuangan.

5. Seminar “Tantangan Milenial di Era Industri Keuangan 4.0” diselenggarakan

oleh HMJ Ekonomi Pembagunan bersama Lembaga Pinjaman Simpanan.

Page 8: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

vii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi peningkatan Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata pada

Kota/Kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011-2018.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dan menggunakan analisis data panel

dengan pendekatan Random Effect Model (REM). Variabel independen yang

digunakan yakni Jumlah Kunjungan Objek Wisata (X1), Jumlah Hotel (X2), dan

Pendapatan Perkapita (X3), sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah

PAD Sektor Pariwisata.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Jumlah Kunjungan Objek

Wisata (X1) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap PAD Sektor

pariwisata di Provinsi DIY tahun 2011-2018. Selanjutnya untuk variabel Jumlah

Hotel (X2) memiliki pengaruh positif dan signifikan. Serta Pendapatan Perkapita

(X3) yang juga memilki pengaruh positif dan signifikan. Secara simultan, Jumlah

Kunjungan Objek Wisata, Jumlah Hotel, dan Pendapatan Perkapita berpengaruh

secara signifikan terhadap PAD Sektor pariwisata di Provinsi DIY tahun 2011-

2018.

Page 9: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

viii

ABSTRACT

This research aims to determine the factors that effects Original Local

Government Revenue of tourism sector in the City/Regency in Special District of

Yogyakarta. This research uses secondary data and using panel data analysis with

Random Effect Model as an approach. The independent variables are Number of

Visiting Tourism (X1), Number of Hotels (X2), and Income Per Capita (X3, while

the dependent variable is Original Local Government Revenue of Tourism Sector.

The results of this research shows Number of Visiting Tourism (X1) has a

positive and significant effect on the Original Local Government Revenue of the

tourism sector in the Special District of Yogyakarta in 2011-2018. Number of

Hotels (X2) has a positive and significant effect. As well as income per capita (X3)

which also has a positive and significant effects. Simultaneously, the Number of

Tourist Atractions, Number of Hotels, and Income Per Capita significantly effects

the Original Local Government Revenue of the tourism sector in the Special

District of Yogykarta in 2011-2018.

Page 10: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala

yang telah memberikan rahmat dan ridha-Nya sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Determinan Pendapatan Asli

Daerah Sektor Pariwisata (Studi Kasus: Kota/Kabupaten di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta Tahun 2011-2018) dengan lancar. Shalawat dan salam

semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa

Sallam, yang telah mengantarkan umatnya dari zaman yang gelap gulita menuju

zaman yang terang benderang seperti saat ini.

Skripsi ini disusun untuk syarat penulis meraih gelar Sarjana Ekonomi pada

Program Studi Ekonomi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis

mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan

selama penyusunan skripsi, antara lain:

1. Orang tua penulis, Ayah Endri Wardi dan Ibu Detri Erna yang selalu

memberikan dukungan, semangat, dan doa tiada hentinya kepada penulis

selama mengerjakan skripsi.

2. Kakak penulis, Restiara Meiriani yang telah memberikan dukungan,

semangat, dan doa kepada penulis selama mengerjakan skripsi.

3. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP., selaku

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

beserta jajaran.

4. Bapak Dr. M. Hartana I. Putra dan Bapak Deni Pandu Nugraha, M.Sc.,

selaku Kepala Prodi dan Sekretaris Prodi Ekonomi Pembangunan yang

telah memberikan arahan yang membantu penulis dalam perkuliahan dan

pengerjaan skripsi.

5. Bapak Dr. Lukman selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

waktu, arahan, dan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama proses

pengerjaan skripsi

Page 11: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

x

6. Ibu Utami Baroroh M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis semenjak semester 1

hingga dapat menyelesaikan skripsi.

7. Teman-teman “Entropy” (Alwan, Azam, Desti, Farras, Farith, Hady, Harits,

Hilal, Ipeh, Ipul, Isma, Khaidar, Putri, Satria, Sya’ban, Wahyu, dan

Zulfikar) yang menjadi “konco kentel” selama mengarungi hiruk-pikuk

kehidupan di Ciputat. See you on top!

8. Teman-teman “Espada Boys” (Adhim, Ananda, Choerul, Kahfi, Rezza,

Tegar, dan Wildan,) sahaabar sejak masa SMA yang memberikan semangat

dan selalu menemani ketika sudah letih dengan kehidupan perkuliahan.

9. Amelia Nur, Dovi Cristyanti, dan Sita Rabiah yang selalu sedia untuk

berbagi cerita walaupun terpisah oleh jarak yang jauh.

10. Teman-teman Konsentrasi Otonomi dan Keuangan daerah dan Teman-

teman Prodi Ekonomi Pembangunan Angkatan 2015 yang sudah seperti

keluarga di kampus selama perkuliahan.

11. Teman-teman HMJ Ekonomi Pembangunan yang telah membimbing,

bekerjasama, dan berproses selama di kampus.

12. Teman-teman OPK Dapur Seni yang telah menjadi wadah bagi penulis

untuk berorganisasi dan menyalurkan hobi di kampus.

13. Teman-teman IMEPI Jabagbar terkhusus untuk Kak Trian, Jop, dan Kashay

yang sangat ramah serta menjadi teman lintas kampus penulis.

14. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan, terima kasih kepada semua yang

telah memberikan dukungan selama pengerjaan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, maka

penulis meminta maaf serta penulis sangat menerima dengan terbuka jika ada kritik

dan saran, terima kasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, Desember 2019

Ivan Erya Novandre

Page 12: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ...................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................ v

ABSTRAK ............................................................................................................vii

ABSTRACT ........................................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv

DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. xvi

BAB I ...................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 10

C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 11

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 12

BAB II ................................................................................................................... 13

A. Landasan Teori ............................................................................................. 13

1. Pendapatan Asli Daerah ............................................................................. 13

2. Teori Terkait Pariwisata ........................................................................... 19

3. Pendapatan Pariwisata ............................................................................... 26

4. Jumlah Kunjungan Objek Wisata ............................................................. 29

5. Hotel .......................................................................................................... 30

6. Pendapatan Perkapita ................................................................................. 31

7. Keterkaitan Antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen ...... 32

Page 13: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

xii

B. Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 33

C. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 42

BAB III ................................................................................................................. 45

A. Ruang Lingkup-Penelitian ............................................................................ 45

B. Metode Penentuan Sampel ........................................................................... 45

C. Jenis dan Sumber Data ................................................................................. 45

D. Operasional Variabel Penelitian ................................................................... 46

E. Teknik Analisis Data .................................................................................... 48

1. Model Regresi Data Panel ......................................................................... 48

2. Estimasi Model Data Panel ........................................................................ 49

3. Pemilihan Model Data Panel ..................................................................... 50

4. Uji Asumsi Klasik ..................................................................................... 51

5. Uji Signifikansi ......................................................................................... 52

BAB IV ................................................................................................................. 54

A. Gambaran Umum Penelitian ........................................................................ 54

B. Perkembangan Industri Pariwisata di Provinsi DIY .................................. 55

1. Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata................................................ 56

2. Jumlah Kunjungan Objek Wisata .............................................................. 57

3. Hotel .......................................................................................................... 58

4. Pendapatan Perkapita ................................................................................. 59

C. Permodelan dan Pengolahan Data ................................................................ 60

1. Uji Chow .................................................................................................... 61

2. Uji Hausman .............................................................................................. 61

3. Uji Lagrange Multiplier ............................................................................. 62

4. Random Effect Model................................................................................ 62

5. Uji Asumsi Klasik ..................................................................................... 68

D. Analisis Ekonomi ......................................................................................... 69

Page 14: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

xiii

BAB V .................................................................................................................. 72

A. Kesimpulan ................................................................................................... 72

B. Saran ............................................................................................................. 72

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 74

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................... 77

Page 15: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Kedatangan Wisatawan Domestik dan Mancanegara di Bandara

Adisucipto Provinsi DIY Tahun 2010-2017 ....................................................... 4

Tabel 1.2 PAD Sektor Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun

2014-2018 ........................................................................................................... 6

Tabel 1.3 Jumlah Kunjungan Objek Wisata Tahun Provinsi DIY Tahun 2014-2018

............................................................................................................................. 7

Tabel 1.4 Pendapatan Per Kapita di Provinsi DIY Tahun 2014-2018 .............. 8

Tabel 2.1 Jenis-Jenis Retribusi ......................................................................... 9

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 17

Tabel 3.1 Penjelasan Variabel ........................................................................... 38

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kota/Kabupaten di Provinsi DIY .............................. 47

Tabel 4.2 Uji Chow ........................................................................................... 55

Tabel 4.3 Uji Hausman ..................................................................................... 61

Tabel 4.4 Uji Koefisien Determinasi ................................................................ 62

Tabel 4.5 Tabel Interpretasi Hasil Regresi Data Panel ..................................... 63

Tabel 4.6 Uji t-Statistik ..................................................................................... 64

Tabel 4.7 Uji F .................................................................................................. 65

Tabel 4.8 Uji Koefisien Determinasi R2 ........................................................... 66

Tabel 4.9 Tabel Interpretasi Random Effect Model .......................................... 66

Tabel 4.10 Uji Multikolinearitas ........................................................................ 67

Page 16: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 42

Gambar 4.1 Peta Provinsi DIY ........................................................................... 54

Page 17: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

xvi

DAFTAR GRAFIK

Gambar 4.1 Perkembangan PAD Sektor Pariwisata Kota/Kabupaten di Provinsi

DIY Tahun 2011-2018 ........................................................................................ 57

Gambar 4.2 Perkembangan Jumlah Kunjungan Objek Wisata Kota/Kabupaten di

ProvinsI DIY Tahun 2011-2018 ......................................................................... 58

Gambar 4.3 Perkembangan Jumlah Hotel Pada Kota/Kabupaten di Provinsi DIY

Tahun 2011-2018 ................................................................................................ 59

Gambar 4.4 Perkembangan Pendapatan Perkapita Pada Kota/Kabupaten di

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011-2018 ................................. 60

Page 18: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Otonomi daerah merupakan sistem di Indonesia yang telah berjalan

selama kurang lebih 20 tahun, lebih tepatnya dimulai sejak 1 Januari 2001

sebagaimana yang diatur dalam UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan

keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Otonomi berasal dari

bahasa yunani yaitu autos yang berarti sendiri dan namos yang berarti undang-

undang. Dari kata tersebut dapat diartikan bahwa otonomi adalah suatu

kewenangan untuk mengatur sendiri atau memiliki kewenangan sendiri dalam

urusan rumah tangga. Menurut UU No. 32 Tahun 2004 otonomi daerah

didefinisikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Salah satu alasan otonomi daerah tepat dilaksanakan di Indonesia adalah

karena Indonesia merupakan negara yang sangat beragam. Ragam dalam artian

ini adalah kaya akan sumber daya dan potensi yang ada. Terbagi menjadi 34

provinsi, Indonesia memiliki keunikan pada masing-masing daerahnya. Menurut

Widjaja, otonomi daerah adalah bentuk dari desentralisasi pemerintahan yang

dasarnya ditujukan guna memenuhi kepentingan bangsa secara menyeluruh.

Otonomi daerah adalah hak penduduk yang tinggal dalam suatu daerah untuk

mengatur, mengurus, mengendalikan dan mengembangkan urusannya sendiri

dengan menghormati peraturan perundangan yang berlaku (Nurcholis, 2007).

Jadi, dapat dilihat bahwasanya otonomi daerah merupakan salah satu cara agar

masing-masing daerah mendapatkan kesejahteraan langsung yakni dengan

mengurus urusan rumah tangga masing-masing atau biasa dikenal sebagai

desentralisasi. Hal ini jauh lebih efektif dibandingkan sistem terdahulu yang

sifatnya terpusat pada pemerintah pusat.

Page 19: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

2

Dengan adanya otonomi daerah, maka masing-masing daerah dapat

mengembangkan potensinya. Apabila suatu daerah unggul dalam suatu bidang

misalnya bidang pertambangan, maka pemerintah setempat dapat

mengembangkan sektor-sektor yang mampu menambah pemasukan daerahnya

melalui hal-hal tersebut. Begitu juga apabila di suatu daerah unggul dalam

bidang perkebunan, maka pemerintah setempat akan menggiatkan segala hal

yang nantinya akan meningkatkan pemasukan atau pendapat daerah tersebut dari

bidang pertanian. Hal inilah yang disebut keunggulan komparatif tiap daerah.

Salah satu sektor yang saat ini menjadi primadona adalah sektor pariwisata.

Di Indonesia, sektor pariwisata sudah menjadi agenda pemerintah untuk

meningkatkan pendapatan. Salah satu buktinya adalah dengan adanya rencana

yang tertuang dalam program prioritas pemerintah yakni nawa cita. Salah satu

isi dari program yang tertulis di nawa cita adalah “mewujudkan kemandirian

ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi dan domestik”.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah menginginkan sektor-sektor dalam

negeri yang mampu tumbuh secara mandiri sehingga dapat berkontribusi dalam

kemajuan Negara yang dalam hal ini adalah perekonomian nasional. Lebih jauh

lagi, kepariwisataan adalah suatu modal bagi sebuah Negara maupun daerah

untuk menambah pendapatan yang dalam hal ini menjadi penggerak

perekonomiannya. Menurut IUOTO (International Union of Travel

Organzation) dalam Spillane (1993) yang dikutip oleh Utama (2011)

menyatakan bahwasanya ada delapan alasan mengapa pariwisata harus

dikembangkan di suatu Negara, yaitu sebagai pemicu perkembangan ekonomi

nasional dan internasional, sarana pemicu kemakmuran melalui perkembangan

komunikasi, transportasi, akomodasi, dan jasa-jasa lainnya, sebagai bentuk

pelestarian budaya, nilai sosial agar bernilai ekonomi. Dengan adanya wisatawan

akan menimbulkan pemerataan kesejahteraan pada daerah destinasi,

menghasilkan devisa, sebagai pemicu perdagangan internasional, sebagai

pemicu berkembangnya lembaga pendidikan profesi bidang pariwisata, menjadi

pangsa pasar dengan adanya produk yang beraneka ragam.

Page 20: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

3

Di masa yang akan datang, sektor pariwisata dianggap sebagai salah satu

sektor yang potensial. World Bank (2016) dan World Travel and Tourism

Council (WTCC) (2016) membubuhkan data bahwa industri pariwisata di

Indonesia telah menyumbang 10% dari total Produk Domestik Bruto (PDB),

penyumbang devisa nasional sebesar 9,3% dan membuka 9,8 juta lapangan

kerja. Angka tersebut bisa saja makin meningkat untuk tahun-tahun selanjutnya

dikarenakan sistem otonomi daerah yang nantinya semakin baik dan mampu

memanfaatkan sektor pariwisata secara maksimal.

Pariwisata menurut UU No. 9 Tahun 1990 merupakan segala sesuatu

yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan, daya tarik wisata, serta

usaha-usaha yang berhubungan dengan perjalanan wisata. Sektor Pariwisata

merupakan salah satu sektor yang berperan dalam pembangunan ekonomi di

suatu wilayah yakni meningkatkan pendapatan daerah atau pendapatan

masyarakat. Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010

Tentang Rencana Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014

menyatakan bahwa pariwisata mempunyai peranan penting dalam mendorong

kegiatan ekonomi, meningkatkan citra Indonesia, meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, dan memperluas kesempatan kerja. Dalam hal ini dapat diartikan

sektor pariwisata dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

kesejahteraan masyarakat.

Salah satu provinsi di Indonesia dengan sektor wisata yang sangat

populer dikalangan para wisatawan adalah Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY). Provinsi ini merupakan provinsi yang memiliki beragam

objek wisata baik itu wisata alam, wisata religi, wisata budaya, dan lain lain.

Menurut Indeks Pariwisata Indonesia tahun 2017, dua kabupaten yang berada

di dalam Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Kabupaten Sleman dan

Kabupaten Bantul menempati posisi keempat dan kesepuluh dalam 10 peringkat

kepariwisataan terbaik di Indonesia. Indeks tersebut juga menunjukkan bahwa

Daerah Istimewa Yogyakarta tidak kalah saing dengan Provinsi Bali dan

Provinsi Jawa Tengah yang juga menempatkan masing-masing dua

kota/kabupatennya. Selain itu, pada tahun 2011 Badan Pusat Statistik

Page 21: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

4

membubuhkan data bahwa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berada di

urutan ke-3 dengan jumlah wisatawan terbanyak setelah Provinsi Bali dan

Provinsi DKI Jakarta. Hal ini menunjukkan Provinsi DIY mampu bersaing

dengan Provinsi Bali yang mana telah terkenal dengan keelokan pariwisatanya,

serta dengan DKI Jakarta yang merupakan Ibu Kota Republik Indonesia.

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang dinilai memiliki

pariwisata yang bagus ternyata juga memiliki beberapa masalah, Syakdiah

(2017) mengatakan bahwa terdapat dampak yang ditimbulkan dari aktivitas

pariwisata di Provinsi DIY antara lain munculnya kemacetan dan kepadatan lalu

lintas, keterbatasan akses udara, degradasi kualitas streetscape, SDM

kepariwisataan yang belum optimal, dan organisasi dan tata kelola pariwisata

yang masih belum optimal. Apabila hal ini tidak diperbaiki oleh pemerintah

setempat, bisa saja kedepannya Provinsi DIY akan terkena lebih banyak masalah

yang berakibat menurunnya kualitas kepariwisataan dan minat wisatawan untuk

berkunjung akan rendah.

Arah pembangunan sektor pariwisata di Provinsi DIY tertulis dalam

Peraturan Daerah DIY No.1 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan (RIPPARDA) DIY. Perda ini menjabarkan rencana

kepariwisataan DIY tahun 2012-2025 terkait dengan pembangunan destinasi

pariwisata, pemasaran pariwisata, industri pariwisata, dan pembangunan

kelembagaan pariwisata. Dengan adanya perda ini dapat dikatakan bahwa

pemerintah daerah menyadari akan potensi pariwisata yang dimiliki.

Tabel 1. 1

Jumlah Kedatangan Wisatawan Domestik dan Wisatawan Mancanegara

di Bandara Adisucipto Provinsi DIY Tahun 2010-2017

Tahun Wisatawan Domestik Wisatawan Mancanegara

2012 2.392.929 jiwa 111.544 jiwa

2013 2.737.255 jiwa 166.690 jiwa

2014 2.933.337 jiwa 187.464 jiwa

2015 3.019.951 jiwa 189.503 jiwa

Page 22: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

5

2016 3.339.506 jiwa 213.812 jiwa

2017 3.682.483 jiwa 244.433 jiwa

Sumber: Buku Statistik Kepariwisataan Provinsi DIY (berbagai tahun)

Berdasarkan data pada tabel 1.1, jumlah wisatawan yang mendatangi

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sejak tahun 2012 sampai 2017 yang

datang melalui bandara di Provinsi DIY selalu mengalami peningkatan yang

berarti minat wisatawan untuk mendatangi Provinsi DIY setiap tahunnya makin

tinggi. Menurut United Nation World Trade Organization (UNWTO) dikutip

dari Badan Pusat Statistik (BPS), wisatawan adalah setiap orang yang melakukan

perjalanan ke suatu daerah di luar tempat tinggalnya kurang dari satu tahun

didorong oleh suatu tujuan utama (bisnis, berlibur, atau tujuan pribadi lainnya)

selain untuk bekerja. Wisatawan juga berarti setiap orang yang datang ke suatu

tujuan destinasi yang tinggal paling sedikit 24 jam dan menginap di suatu

akomodasi yang tersedia.

Perkembangan sektor pariwisata akan memengaruhi penerimaan daerah

yang dalam hal ini terdapat pada adalah Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan

Asli Daerah dapat menunjukkan indikator kemandirian suatu daerah yakni

apabila Pendapatan Asli Daerah (PAD) tinggi, maka kemandirian daerah

tersebut juga dikatakan tinggi dan juga sebaliknya apabila PAD suatu daerah

rendah, maka daerah tersebut memiliki tingkat kemandirian yang rendah pula.

Hal tersebut dikarenakan PAD berasal dari dalam daerah itu sendiri, tidak

seperti Dana Perimbangan yang terdapat campur tangan pemerintah pusat di

dalamnya.

Page 23: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

6

Tabel 1.2

Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2014-2018

Tahun Total

2014 236.955.587.690

2015 266.993.359.315

2016 353.913.365.540

2017 423.146.610.814

2018 475.224.670.046

Sumber: Statistik Kepariwisataan Provinsi DIY (berbagai tahun)

Pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir sejak

tahun 2014 sampai tahun 2018, Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor

pariwisata di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta selalu mengalami

peningkatan. Selisih angka peningkatan tertinggi terjadi di tahun 2016 dan

selisih angka peningkatan terendah terjadi di tahun 2015. Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai provinsi yang memiliki budaya sangat

kuat, hal tersebut merupakan salah satu alasan bagi para wisatawan baik

wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara untuk berkunjung.

Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwasanya faktor kebudayaan merupakan

keunggulan komparatif yang dimiliki Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

terutama dalam bidang pariwisata. Alasan lain banyaknya wisatawan domestik

maupun wisatawan mancanegara di Provinsi DIY adalah daerah ini aman dan

nyaman serta masyarakat sekitar yang ramah (Syakdiah, 2017). Kedatangan

wisatawan ke Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentunya akan

meningkatkan kegiatan perekonomian. Kegiatan ekonomi yang akan

menambah pemasukan daerah setempat antara lain dengan adanya pajak dan

retribusi. Kedua komponen tersebut merupakan komponen Pendapatan Asli

Daerah.

Salah satu indikator yang mempengaruhi peningkatan Pendapatan Asli

Daerah di sektor pariwisata adalah kunjungan wisatawan. Kedatangan

Page 24: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

7

wisatawan ke daya tarik wisata tentunya akan meningkatkan pemasukan dari

objek wisata itu sendiri, yang mana akan mempengaruhi besaran retribusi yang

dibayar kepada pemerintah. Daya tarik wisata terdiri dari objek wisata, desa

wisata, Berikut adalah data perkembangan jumlah kunjungan daya tarik wisata

di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tabel 1.3

Perkembangan Jumlah Kunjungan Daya Tarik Wisata Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta (DIY) Tahun 2014-2018

Tahun Total (jiwa)

2014 16.784.253

2015 18.251.848

2016 21.445.343

2017 26.151.516

2018 26.516.508

Sumber: Statistik Kepariwisataan DIY (berbagai tahun)

Pada tabel 1.2 menunjukkan bahwa jumlah kunjungan daya tarik wisata di

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan yang cukup

signifikan dalam lima tahun terakhir. Kenaikan terbesar terjadi di tahun 2018

yakni meningkat sekitar 26 juta jiwa. Angka ini menunjukkan bahwa

perkembangan daya tarik wisata di Provinsi DIY bisa dikatakan baik karena

mampu menarik banyak wisatawan untuk berkunjung.

Dalam pengembangan kepariwisataan, pemerintah daerah dapat melakukan

beberapa hal terutama untuk menarik kunjungan wisatawan, diantaranya

dengan menyajikan objek wisata yang beraneka ragam, aksesibilitas atau

kemudahan untuk mencapai objek wisata yang dituju, lalu amenitas yaitu

tersedianya fasilitas-fasilitas di obyek wisata, serta adanya organisasi yakni

lembaga atau badan yang mengelola obyek wisata.

Indikator lainnya yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah di sektor

pariwisata adalah infrastruktur pariwisata yakni hotel. Menurut Pendit (1983)

Hotel termasuk dalam sarana pokok pariwisata yakni perusahaan yang

Page 25: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

8

menyediakan layanan kepada wisatawan yang mendatangi daerah tujuan

wisata. Adanya hotel di suatu daerah bisa disebabkan karena permintaan atas

jasa hotel tersebut bertambah yang berimplikasi kepada peningkatan PAD

melalui pajak hotel maupun retribusi pembangunan dan jasa usaha. Berikut

adalah perkembangan jumlah hotel di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

lima tahun terakhir:

Tabel 1.4

Perkembangan Jumlah Hotel di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

Tahun 2014-2018

Tahun Total (Unit)

2014 1138

2015 1166

2016 1188

2017 1139

2018 1575

Sumber: Publikasi Badan Pusat Statistik DIY (berbagai tahun)

Perkembangan jumlah hotel di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

mengalami kecenderungan fluktuatif, dengan angka tertinggi terdapat pada

tahun 2018, sedangkan jumlah hotel terendah terdapat pada tahun 2014.

Pendapatan Asli Daerah di sektor pariwisata tidak hanya dipengaruhi oleh

wisatawan dari luar daerah itu saja, namun bisa juga dipengaruhi oleh

masyarakat sekitar. Keputusan masyarakat sekitar untuk menghabiskan

uangnya pada bidang pariwisata dapat dilihat dari pendapatan yang mereka

terima, dalam hal ini untuk mengukurnya adalah dengan pendapatan perkapita

yaitu rata-rata pendapatan masyarakat di suatu daerah.berikut adalah data

pendapatan perkapita Provinsi DIY:

Page 26: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

9

Tabel 1.5

Perkembangan Pendapatan Perkapita di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY) Tahun 2014-2018

Tahun Total (Juta Rupiah)

2014 21.87

2015 22.69

2016 23.57

2017 24.80

2018 25.70

Sumber: Badan Pusat Statistik (Data diolah)

Dari data diatas menunjukkan pendapatan perkapita di Provinsi DIY

menunjukkan angka yang selalu mengalami peningkatan. Apabila pendapatan

perkapita meningkat, dapat diasumsikan masyarakat akan memutuskan pergi ke

objek wisata, ataupun ke restoran maupun sarana hiburan yang akan

berpengaruh pada penerimaan pajak maupun retribusi di sektor pariwisata.

Pendapatan perkapita di Provinsi Daerah IstimewaYogyakarta termasuk salah

satu yang terendah dibandingkan dengan provinsi di pulau jawa lainnya seperti

DKI Jakarta atau Banten. Namun rendahnya pendapatan perkapita di DIY juga

disebabkan harga barang dan jasanya yang juga murah.

Gambaran dari pendapatan sektor pariwisata jumlah kunjungan objek

wisata, jumlah hotel, dan pendapatan perkapita di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta dalam waktu lima tahun terakhir memiliki kecenderungan yang

berbeda-beda. PAD sektor pariwisata dan pendapatan perkapita selalu

mengalami peningkatan, adapun jumlah hotel dan jumlah kunjungan wisatawan

mengalami kecenderungan yang berbeda yaitu pada jumlah hotel fluktuatif

sedangkan pada jumlah kunjungan objek wisata mengalami penurunan pada

tahun 2018 Angka kenaikannya yang bervariasi menggambarkan bahwa

masing-masing sektor sedang berkembang dan bukan tidak mungkin

kedepannya akan terus meningkat.

Page 27: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

10

Peneliti mengambil judul “Analisis Determinan Pendapatan Asli

Daerah Sektor Pariwisata Pada Kota dan Kabupaten di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta Tahun 2011-2018” karena menurut peneliti pendapatan

asli daerah sektor pariwisata merupakan salah satu indikator penting di Provinsi

DIY yang notabene merupakan salah satu daerah yang dikenal dengan

kepariwisatannya, dibuktikan dengan hasil Indeks Pariwisata Indonesia yang

menunjukkan dua kabupaten di Provinsi DIY ada di 10 besar kepariwisataan

terbaik dan data Badan Pusat Statistik tahun 2011 yang menempatkan Provinsi

DIY merupakan daerah yang paling banyak dikunjungi setelah Provinsi Bali

dan Provinsi DKI Jakarta. Dengan mengetahui faktor-faktor apa yang

mempengaruhi pendapatan asli daerah sektor pariwisata, maka nantinya

pemerintah dapat mengetahui apabila faktor-faktor tersebut memilki andil,

maka kedepannya dapat lebih dikembangkan sehingga mampu berkontribusi

lebih tinggi.

B. Rumusan Masalah

Penerimaan daerah tentu saja memiliki andil yang besar dalam memajukan

dan menyejahterakan daerah itu sendiri. Dalam hal ini, pendapatan asli daerah

yang merupakan bentuk penerimaan dari dalam daerah akan memberikan

gambaran potensi fiskal daerah tersebut. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

sebagai provinsi yang mempunyai sektor pariwisata yang melimpah harus

memanfaatkannya dengan baik. Pendapatan asli daerah sektor pariwisata secara

langsung bersumber dari beberapa penerimaan, yakni terdapat pajak hotel dan

restoran yang mana merupakan sarana pokok pariwisata (main tourism

superstructures), pajak hiburan yang bersumber dari berbagai sarana hiburan

dan merupakan sarana penunjang pariwisata (supporting tourism

superstructures), retribusi objek wisata, retribusi asset milik pemda, dan

rertribusi izin mendirikan bangunan. Peneliti dalam hal ini menggunakan

variabel dependen Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata dan variabel

independen Jumlah kunjungan objek wisata, jumlah hotel, dan pendapatan

perkapita. Ketiga variabel independen tersebut merupakan variabel yang

Page 28: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

11

penting dalam memajukan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga

Rencana Induk Pariwisata Daerah (RIPPARDA) Provinsi DIY akan berhasil.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah yang

dapat disusun adalah:

1. Bagaimana Pengaruh jumlah kunjungan objek wisata terhadap pendapatan

asli daerah sektor pariwisata pada kota/kabupaten di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta secara parsial tahun 2011-2018?

2. Bagaimana pengaruh jumlah hotel terhadap pendapatan asli daerah sektor

pariwisata pada kota/kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

tahun 2011-2018?

3. Bagaimana pengaruh pemdapatan perkapita terhadap pendapatan asli

daerah sektor pariwisata pada kota/kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta secara parsial tahun 2011-2018?

4. Bagaimana pengaruh jumlah pengunjung objek wisata, jumlah hotel, dan

pendapatan perkapita terhadap pendapatan asli daerah sektor pariwisata

pada kota/kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta secara

simultan tahun 2011-2018?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah kunjungan objek wisata terhadap

pendapatan asli daerah sektor pariwisata pada kota/kabupaten di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta secara parsial tahun 2011-2018

2. Untuk mengetahui pengaruh jumlah hotel terhadap pendapatan asli daerah

sektor pariwisata pada kota/kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta scara parsial tahun 2011-2018

3. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan perkapita terhadap pendapatan asli

daerah sektor pariwisata pada kota/kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta secara parsial tahun 2011-2018

4. Untuk mengetahui pengaruh jumlah pengunjung objek wisata, jumlah

hotel, dan pendapatan perkapita terhadap pendapatan asli daerah sektor

Page 29: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

12

pariwisata pada kota/kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

secara bersama-sama tahun 2011-2018

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang bermanfaat bagi banyak orang dan nantinya dapat dijadikan

sebagai rujukan merupakan penelitian yang baik. Adapun manfaat penelitian

mengenai topic yang dibahas adalah sebagai berikut:

1. Bagi Akademisi

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan peneliti selanjutnya mendapat

informasi terkait yang dapat memudahkan.

2. Bagi Pemerintah

Dengan adanya penelitian ini, pemerintah dapat menjadikan tolak ukur dalam

kebijakan terutama di bidang industri pariwisata dalam rangka meningkatkan

pendapatan daerah setempat.

Page 30: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah merupakan bagian dari pendapatan daerah.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan

Daerah, pendapatan daerah diartikan sebagai hak pemerintah sebagai

penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran bersangkutan.

Hak tersebut meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum

daerah, yang menambah ekuitas dana dan tidak perlu dibayar kembali oleh

daerah. Sumber pendapatan daerah terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD)

yaitu pendapatan yang bersumber dari dalam daerah itu sendiri lalu sumber

pendapatan daerah lainnya adalah Dana Perimbangan yakni dana yang

bersumber dari pemerintah pusat. Dana ini merupakan salah satu pemicu agar

kemandirian daerah dapat terlaksana.

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pusat dan Daerah, Pendapatan Asli Daerah adalah

pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan

daerah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan

menurut Rahman (2005:38) Pendapatan asli daerah Merupakan pendapatan

daerah yang diterima dari hasil pajak daerah, hasil distribusi pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang

sah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai

perwujudan asas desentralisasi.

Menurut Mardiasmo (2002:146) Pendapatan Asli Daerah adalah

penerimaanhhasil setoran pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang telah dipisahkan dan lain-lainipendapatan yang sah.

Hal yang serupa juga diutarakan oleh Warsito (2001:128) yaitu Pendapatan

Asli Daerah adalah pendapatan daerah yang diperolah dari pajak daerah,

retribusi daerah, laba dari badan usaha atau hasil kekayaan daerah yang

Page 31: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

14

dipisahkan, dan pendapatan daerah lainnya yang sah. Jadi, PAD adalah

pendapatan yang bersumber dari daerah itu sendiri atau apabila dirumuskan

menjadi:

PAD = Pajak Daerah + Retribusi Daerah + Hasil Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan + Pendapatan Lainnya yang Sah

A. Pajak Daerah

1) Definisi Pajak Daerah

MenurutuUndang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada

daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

a) Definisi pajak menurut Prof. RochmatuSoemitro S.H

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan

undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa

timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan..

b) Definisi pajak menurut S.I Djajaningrat

Pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian atas

kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian,

danpperbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan

sebagai hukuman. Menurut peraturanpyang ditetapkan pemerintah

dapat memaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara

secara langsung.

2) Fungsi Pajak Daerah

Pajak Daerah memiliki dua fungsi yakni fungsi budgetair dan fungsi

reguleerend. Pajak dengan fungsi budgetair adalah pajak dengan yang

menghasilkan penerimaan yang besar, sedangkan pajak dengan

fungsioreguleerend adalah pajak yang tidak memperhatikan hasilnya

memadai atau tidak.

Page 32: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

15

Pajak dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu:

a) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus ditanggung sendiri oleh wajib

pajakpdan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya

adalah pajak kendaraan bermotor.

b) Pajak tidak langsung, yaituppajak yang dapat dilimpahkan kepada

pihak ketiga, contohnya adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang

tidak termasuk kedalam pajak daerah.

3) Ciri-Ciri Pajak Daerah

a) Pajak daerah berasalodari pajak asli daerah atau pajak pusat yang

diserahkan ke daerah sebagai pajak daerah.

b) Pajak daerahpdipungut di wilayah administrasi yang dikuasainya.

c) .Pajak daerah digunakan untuk membiayai urusan/pengeluaran untuk

pembangunan dan pemerintahan daerah.

d) Pajak daerah dipungut berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) dan

Undang-undang sehingga pajaknya dapat dipaksakan kepada subjek

pajaknya.

4) Jenis-Jenis Pajak Daerah

Pajak daerah dibedakan menjadi dua bagian yakni Pajak Provinsi

dan Pajak Kabupaten/Kota. Berikut adalah pajak daerah dan tarif

maksimal yang dikenakan:

1. Pajak Provinsi

a) Pajak-Kendaraan-Bermotor dan Kendaraan-di-Atas-Air

b) Pajak-Bea-Balik-Nama-Kendaraan-Bermotor-(BBNKB)

(20%)

c) Pajak-Bahan-Bakar-Kendaraan-Bermotor (PBB-KB)

d) Pajak-Pengambilan-dan Pemanfaatan-Air Bawah-Tanah

e) Pajak Rokok (10%)

2. Pajak Kabupaten/Kota

a) Pajak-Hotel (10%)

b) Pajak-Restoran (10%)

c) Pajak-Hiburan (35%)

Page 33: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

16

d) Pajak-Reklame (25%)

e) Pajak-Penerangan Jalan (10%)

f) Pajak-Mineral Bukan Logam dan Batuan (25%)

g) Pajak-Parkir (30%)

h) Pajak-Air-Tanah (20%)

i) Pajak-Sarang-Burung Walet (10%)

j) Pajak-Bumi-dan-Bangunan-Perdesaan-dan-Perkotaan

(0,3%)

k) Pajak-Perolehan-Hak-atas-Tanah-dan/atau Bangunan (5%)

B. Retribusi Daerah

1) Definisi Retribusi Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 retribusi adalah

pungutan daerah sebagai pembayaran atas barang dan jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh

pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. Menurut

Boediono dalam (Nusa, dkk: 2017) retribusi merupakan pembayaran

yang dilakukan oleh mereka yang menikmati jasa Negara secara

langsung. Menurut Kemenkeu, yang membedakan pajak dengan

retribusi adalah bentuk pelayanan yang diberikan yakni retribusi

retribusi hanya dapat dikenakan apabila pemerintah daerah memberikan

pelayanan secara langsung kepada masyarakat atau pemerintah daerah

memberikan izin untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

2) Ciri-Ciri Retribusi Daerah

Beberapa ciri-ciri retribusi daerah yang saat ini dipungut di

Indonesia menurut (M.P. Siahaan, 2010:6) antara lain:

a) Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan

Undang-undang dan peraturan daerah yang berkenaan.

b) Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah.

c) Pihak yang membayar retribusi mendapat kontraprestasi. (balas

jasa) secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang

dilakukannya.

Page 34: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

17

d) Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh

pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang atau badan.

3) Objek Retribusi Daerah

Objek retribusi daerah dibagi menjadi tiga jenis, yaitu retribusi jasa

umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan tertentu. Objek

retribusi jasa umum adalah tempat-tempat umum yang dinikmati atau

dimanfaatkan oleh pribadi maupun badan, sedangkan retribusi jasa

usaha adalah tempat-tempat komersial yang dikelola oleh pihak swasta,

lalu retribusi perizinan adalah kegiatan tertentu pemerintah daerah

dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang

dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan

pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan SDA,

barang, sarana dan prasarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi

kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

4) Jenis-jenis Retribusi Daerah

Jenis-jenis retribusi daerah ditetapkan melalui UU No. 28 Tahun

2009. Terdapat 30 jenis retribusi daerah yang dipungut Kabupaten /

Kota, namun setelah diterbitkannya PP No. 27 Tahun 2012 jumlah

tersebut bertambah menjadi 32 jenis. Adapun jenis-jenis retribusi daerah

tersebut adalah sebagai berikut:

Page 35: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

18

Tabel 2. 1

Jenis-jenis Retribusi

Retribusi Jasa Umum Retribusi Jasa Usaha Retribusi Perizinan

Tertentu

a) Retribusi-Pelayanan-

Kesehatan

b) Retribusi

Persampahan/Kebersihan

c) Retribusi-KTP-dan Akte

Capil

d) Retribusi Pemakaman-

dan Pengabuan-Mayat

e) Retribusi-Parkir-di Tepi-

Jalan-Umum

f) Retribusi-Pelayanan-

Pasar

g) Retribusi-Pengujian

Kendaraan-Bermotor

h) Retribusi-Pemeriksaan-

Alat Pemadam-

Kebakaran

i) Retribusi Penggantian-

Biaya Cetak Peta

j) Retribusi-Pelayanan Tera

/ Tera Ulang

k) Retribusi Penyedotan

Kakus\

l) Retribusi Pengolahan

Limbah Cair

m) Retribusi Pelayanan

Pendidikan

a) Retribusi Pemakaian

Kekayaan Daerah

b) Retribusi Pasar Grosir

/ Pertokoan

c) Retribusi-Tempat

Pelelangan

d) Retribusi Terminal

e) Retribusi-Tempat

Khusus-Parkir

f) Retribusi Tempat

Penginapan

g) Retribusi Rumah

Potong Hewan

h) Retribusi Pelayanan

Kepelabuhan

i) Retribusi Tempat

Rekreasi dan Olahraga

j) Retribusi

Penyeberangan di Air

k) Retribusi Penjualan

Produksi Usaha

Daerah

a) Izin Tempat Penjualan

Minuman Beralkohol

b) Retribusi Izin

Mendirikan Bangunan

c) Retribusi Izin

Gangguan

d) Retribusi Izin Trayek

e) Retribusi Izin

Perikanan

f) Retribusi

Perpanjangan IMTA

Page 36: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

19

n) Retribusi Pengendalian

Menara Komunikasi

o) Retribusi Pengendalian

Lalu Lintas

Sumber: DJPK Kemenkeu

C. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Pendapatan ini didapat oleh pemerintah daerah dari investasi yang telah

dilakukan terhadap badan usaha, baik itu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

maupun investasi terhadap Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Investasi ini

diharapkan mampu meningkatkan APBD

D. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Pendapatan ini terdiri dari hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak

dipisahkan; jasa giro; pendapatan bunga; dan keuntungan selisih nilai tukar

rupiah terhadap mata uang asing, komisi, potongan, ataupun bentuk lain

sebagai akibat penjualan barang & jasa oleh daerah.

2. Teori Terkait Pariwisata

A. Definisi Pariwisata

Pariwisata berasal dari bahasa sansekerta, yakni Pari yang berari

“berulang-ulang” dan Wisata yang berarti perjalanan. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI), pariwisata berarti sesuatu yang berhubungan

dengan perjalanan untuk rekreasi. Secara lebih luas, menurut UU Nomor 10

Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, definisi pariwisata yakni berbagai

macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang

diberikan oleh masyarakat, pengusaha, dan Pemerintah Daerah.

World Tourist Organization (WTO) mendefinisikan pariwisata yaitu

aktivitas manusia yang melakukan perjalanan dan tinggal di daerah tujuan

perjalanan di luar lingkungan kesehariannya. Serupa dengan pendapat

tersebut, Koen Meyers (2009) dikutip dari Handayani (2015), mengatakan

bahwa pariwisatahadalah aktivitas perjalanan yang dilakukan sementara

Page 37: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

20

waktu dari tempat tinggal semula menuju daerah tujuan dengan alasan untuk

memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau untuk liburan

dan bukan untuk mencari nafkah ataupun menetap. Sinaga (2010)

mengatakan bahwa tujuan dari pariwisata adalah untuk mencari kesenangan

semata. Selanjutnya, secara teknis pariwisata adalah kegiatan yang dilakukan

secara perorangan maupun berkelompok di wilayah Negara sendiri maupun

Negara lain dengan menggunakan jasa dan faktor penunjang lainnya yang

disediakan atau diadakan oleh pemerintah, masyarakat, dan badan usaha.

Keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat

multideimensi dan multidisipin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap

orang dan Negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha disebut dengan

kepariwisataan. Beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan pariwisata

adalah perjalanan mengunjungi suatu tempat dengan tujuan untuk rekreasi.

B. Fungsi dan Tujuan Pariwisata

Menurut UU Nomor 10 Tahun 2009 Pasal 3 Tentang Kepariwisataan,

fungsi kepariwisataan adalah untuk memenuhi kebutuhan jasmani, rohani

dan intelektual wisatawan dengan rekreasi serta meningkatkan pendapatan

Negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat; sedangkan tujuan dari

kepariwisataan terdapat pada Pasal 4 yaitu meningkatkan pertumbuhan

ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan,

mengatasi pengangguran, melestarikan lingkungan, memajukan

kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa cinta tanah air,

memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, dan mempererat persahabatan

antar bangsa.

C. Kondisi Pariwisata Setelah Otonomi Daerah

Suwena & Widyatmaja mengatakan ada beberapa isu yang berkaitan

dengan pariwisata setelah adanya otonomi daerah, isu-isu tersebut terdapat

pada politik, ekonomi, dan sosial budaya. Kepariwisataan dapat

menimbulkan persaingan antar daerah yang bukan mengarah pada

peningkatan komplementaritas dan alternatif berwisata, hal ini disebabkan

oleh beberapa faktor yakni lemahnya pemahaman tentang pariwisata,

Page 38: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

21

lemahnya kebijakan pariwisata antar daerah, tidak adanya pedoman dari

pemerintah pusat ataupun provinsi. Banyak daerah ketika menjalankan

pariwisata hanya mementingkan keuntungannya secara parsial dan tidak

melihat dan menghubungkan pengembangan daerah di sekitarnya.

C. Wisatawan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wisatawan adalah

orang yang melakukan wisata. Menurut G.A Schmoll dalam Subaintini

(2013), wisatawan adalah individu atau kelompok yang

mempertimbangkan tenaga beli yang dmilikinya untuk perjalanan rekreasi,

menambah pengtahuan. P.W Ogilve berpendapat bahwa wisatawan adalah

semua orang yang memiliki dua syarat, yang pertama yaitu meninggalkan

rumah kediamannya untuk jangka waktu kurang dari setahun dan kedua

yakni sementara mereka pergi,, mereka mengeluarkan uang di tempat yang

dikunjungi , tidak mencari nafkah.

Menurut Badan Pusat Statistik, wisatawan (tourist) adalah setiap

pengunjung yang tinggal paling sedikit 24 jam, akan tetapi tidak lebih dari

12 bulan di tempat yang dikunjungi dengan maksud kunjungan antara lain:

1) Personal; yaitu berlibur, rekreasi, mengunjungi teman atau keluarga,

belajar atau pelatihan, olah raga, keagamaan dan belanja.

2) Bisnis dan professional; yakni menghadiri pertemuan, konferensi atau

kongres, pameran atau konser, pertunjukan dan lain-lain.

Wisatawan terbagi menjadi dua, yaitu wisatawan domestik dan

wisatawan mancanegara. Wisatawan domestik adalah wisatawan yang

berasal dari Negara yang sama namun datang dari kota lain, sedangkan

wisatawan mancanegara adalah pengunjung yang berasal dari luar negeri

D. Jenis Pariwisata

Menurut James J. Spillane (1987), membedakan jenis pariwisata

sebagai berikut:

1) Pariwisata untuk menikmati perjalanan; yakni perjalanan wisata yang

dilakukan dengan tujuan berlibur, mencari udara segar, memenuhi

Page 39: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

22

keingintahuan, mengendorkan ketegangan saraf, melihat sesuatu yang

baru, menikmati alam, dan mendapatkan kedamaian.

2) Pariwisata untuk rekreasi; yaitu perjalanan wisata yang dilakukan

sebagai pemanfaatan hari libur untuk beristirahat, memulihkan kesegaran

jasmani dan rohani.

3) Pariwisata untuk kebudayaan; yaitu kunjungan wisata dengan maksud

mempelajari adat-istiadat, melakukan riset budaya.

4) Pariwisata untuk olahraga; terbagi menjadi dua yaitu pariwisata olahraga

besar seperti ASIAN Games, SEA Games, dan Olimpiade serta untuk

mereka yang ingin berlatih sendiri seperti mendaki gunung, panjat

tebing, berkuda, berburu, dan memancing.

5) Pariwisata untuk urusan usaha dagang; yakni pariwisata yang dilakukan

para pengusaha antara lain mencakup kunjungan ke pameran dan

instalasi teknis.

6) Pariwisata untuk berkonvensi, yaitu yang berhubungan dengan

konferensi, simposium, sidang, dan seminar internasional.

Menurut Pendit (2006), jenis wisata dibagi menjadi 14 yaitu:

1) Wisata Budaya

Perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan memperluas pandangan

hidup, mempelajari keadaan rakyat, mempelajari adat istiadat

masyarakat setempat yakni gaya hidup, budaya, dan seni.

2) Wisata Kesehatan

Perjalanan yang dilakukan wisatawan dengan tujuan untuk menukar

keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari demi kepentingan jasmani

dan rohaninya.

3) Wisata Olahraga

Perjalanan wisata yang dimaksudkan dengan tujuan untuk berolahraga

seperti Olimpiade

4) Wisata Komersial

Page 40: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

23

Perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk mengunjungi pameran atau

23egat raya yang bersifat komersial seperti pameran dagang dan pameran

industri

5) Wisata Industri

Perjalanan wisata yang dilakukan oleh rombongan pelajar dengan tujuan

ke tempat-tempat industri seperti pabrik atau bengkel. Hal ini biasanya

merupakan penelitian atau peninjauan.

6) Wisata Politik

Perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian

dalam peristiwa politik seperti perayaan ulang tahun kemerdekaan RI.

7) Wisata Konvensi

Wisata yang mendekati wisata politik. Wisata ini memiliki keterkaitan

dengan konferensi, musyawarah, atau bentuk pertemuan lainnya yang

bersifat nasional dan internasional.

8) Wisata Sosial

Wisata sosial adalah pengorganisasian suatu perjalanan wisata yang

ditujukan golongan masyarakat ekonomi lemah atau tidak mampu

membayar segala sesuatu yang bersifat luks.

9) Wisata Pertanian

Wisata pertanian adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke

proyek-proyek pertanian dan perkebunan, dimana wisatawan rombongan

dapat mengadakan pkunjungan atau peninjauan.

10) Wisata Maritim

Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan olahraga air, seperti

memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretam,

berselancar, dan berkeliling melihat taman laut. Wisata ini biasanya

terdapat pada Negara-negara maritim.

11) Wisata Cagar Alam

Wisata jenis ini biasanya bertujuan ke taman lindung atau daerah-daerah

cagar alam lainnya.

12) Wisata Buru

Page 41: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

24

Wisata ini lebih banyak berada di daerah-daerah yang memiliki hutan

tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakkan oleh

berbagai agen atau biro perjalanan.

13) Wisata Pilgrim

Wisata jenis ini banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke

tempat-tempat suci, makam-makam pemimpin atau tokoh yang

diagungkan, seperti bukit atau gunung yang dianggap keramat.

14) Wisata Bulan Madu

Wisata bulan madu adalah jenis wisata yang dilakukan oleh sepasang

pengantin baru dengan fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi

kenikmatan perjalanan kunjungannya.

E. Objek Wisata

Menurut UU Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Pasal 1 Ayat

5, Objek wisata atau daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang

memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman

kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran

atau tujuan kunjungan wisatawan. Objek wisata merupakan destinasi dari

wisatawan ketika berwisata ke suatu tempat.

Menurut Charles E. Gearing (1983), faktor pembentuk daya tarik

wisata terdiri dari:

1) Atraksi; yakni sifatnya alamiah atau buatan seperti alam, budaya,

sejarah dan lainnya.

2) Fasilitas; meliputi kemudahan akomodasi dan kemudahan rekreasi atau

hiburan.

3) Aksesibilitas; berupa sarana transportasi. .

F. Restoran

Menurut Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 11

Tahun 2014 Tentang Standar Usaha Restoran, yang dimaksud dengan usaha

restoran adalah usaha penyedia jasa makanan dan minuman dilengkapi

dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan,

Page 42: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

25

dan penyajian di suatu tempat tetap yang tidak berpindah-pindah dengan

tujuan meraih keuntungan/laba. Usaha restoran terdiri dari restoran

berbintang dan restoran non-bintang. Restoran menurut Siahaan (2009) dalam

Sulastiyowati (2017) terdiri dari rumah makan, café, kantin, warung, bar dan

sejenisnya yaitu fasilitas penyedia makanan dan minuman yang dipungut

bayaran.

G. Sarana Hiburan

Hiburan adalah segala jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau

keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. Sarana hiburan

dikategorikan sebagai sarana penunjang pariwisata (supporting tourism

superstructures) dan sarana pelengkap pariwisata (supplementing tourism

superstructures). Menurut Pendit Sarana hiburan ini berfungsi untuk

membuat wisatawan yang berkunjung lebih betah berlama-lama di daerah

tujuan wisata dan mengeluarkan atau membelanjakan uangnya di sana.

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 13 Tahun 2013, sarana

hiburan dikelompokkan sebagai berikut:

a) Tontonan film

b) Pagelaran kesenian, musik, dan tari modern

c) Kesenian rakyat tradisional

d) Pagelaran busana, kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya

e) Pameran

f) Diskotik, karaoke, dank klab malam

g) Sirkus, akrobat, dan sulap

h) Permainan bilyar dan bowling

i) Pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan

j) Panti pijat, refleksi, mandi uap, dan pusat kebugaran

k) Pertandingan olahraga

Page 43: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

26

3. Pendapatan Pariwisata

Menurut Yoeti dalam Sulistiyowati (2017), pendapatan pariwisata

merupakan bagian dari pendapatan asli daerah yang berasal dari kegiatan

kepariwisataan, seperti pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, dan lainnya

dengan satuan rupiah pertahun. Menurut Cohen (1984) sektor pariwisata

memiliki beberapa dampak, yaitu dampak terhadap pendapatan pemerintah,

dampak terhadap pembangunan pada umumnya dan dampak terhadap

penerimaan devisa. Hewson (2014) memaparkan bahwasanya untuk

pemerintah daerah dalam mengelola kepariwisataan agar mampu

meningkatkan PAD dapat terfokus kepada beberapa hal, antara lain

infrastruktur, fasilitas, dan daya tarik wisata. Adapun untuk penjelasannya

adalah sebagai berikut

A. Pajak Hotel

Pajak hotel merupakan pajak yang dibayarkan oleh pihak hotel

kepada pemerintah kabupaten/kota. Pajak hotel diatur dalam Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001

Tentang Pajak Daerah, dan Peraturan Daerah Kabupaten atau Kota yang

mengatur tentang pajak daerah. Dalam Perda Nomor 1 Pasal 11 Kota

Yogyakarta, pajak hotel adalah setiap pelayanan yang disediakan hotel

dengan pembayaran dipungut pajak. Subjek pajak hotel adalah orang

pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi

atau Badan yang mengusahakan hotel, sedangkan wajib pajak hotel adalah

Badan yang mengusahakan hotel. Tarif pengenaan pajak hotel menurut

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 sebesar 10%

B. Pajak Restoran

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 22 dan 23

menyatakan pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan

oleh restoran. Restoran menurut Siahaan (2009) dalam Sulastiyowati

Page 44: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

27

(2017) terdiri dari rumah makan, café, kantin, warung, bar dan sejenisnya

yaitu fasilitas penyedia makanan dan minuman yang dipungut bayaran.

Dasar 27egat mengenai pajak restoran terdapat pada Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang

Pajak Daerah, dan Peraturan Daerah yang mengatur tentang pajak daerah

seperti Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 10 Tahun 2015,

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 12 Tahun 2018, dan Peraturan

Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 6 Tahun 2017. Subjek pajak

restoran adalah pribadi atau badan yang berkunjung ke restoran untuk

makan dan minum, sedangkan wajib pajak restoran adalah badan atau

pribadi pelaku usaha restoran. Tarif pengenaan pajak restoran berbeda-

beda, namun maksimal pengenaan tarif sebesar 10%. Pajak restoran

berbeda dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), walaupun memiliki

besaran tarif yang sama. Pajak restoran dipungut oleh Pemerintah Daerah

sedangkan PPN dipungut oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Cara

perhitungan pajak restoran adalah sebagai berikut:

Pajak Restoran = Dasar Pengenaan Pajak × Tarif Pajak

Keterangan:

Dasar Pengenaan Pajak : Nominal pembayaran

Tarif pajak :10%

Dalam pemungutan pajak restoran, tidak semua pelayanan yang

diberikan restoran/rumah makan dikenakan pajak. Menurut Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah pasal 2 ayat 2, ada beberapa pengecualian tidak dikenakan pajak

restoran, yaitu pelayanan jasa usaha boga atau catering dan pelayanan yang

disediakan oleh rumah makan yang peredaran usahanya tidak melebihi

Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) per bulan

Page 45: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

28

C. Pajak Hiburan

Pajak hiburan adalah pajak yang dikenakan pada setiap kegiatan tontonan,

pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian. Sarana hiburan

dikategorikan sebagai sarana penunjang pariwisata (supporting tourism

superstructures) dan sarana pelengkap pariwisata (supplementing tourism

superstructures). Pajak hiburan diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten

Sleman Nomor 3 Tahun 2011, Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor

26 Tahun 2017, dan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 3

Tahun 2011. Besaran pajak hiburan adalah sebagai berikut

a. Tontonan film (10%)

b. Pagelaran kesenian, musik, tari modern (15%)

c. Kesenian rakyat/tradisional (10%)

d. Pagelaran busana, kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya (10%)

e. Pameran (10%)

f. Diskotik, karaoke, klab malam (45%)

g. Sirkus, akrobat, dan sulap (10%)

h. Permainan bilyar & bowling (10%)

i. Pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan (10%)

j. Refleksi, panti pijat, mandi uap, dan pusat kebugaran (10%)

k. Pertandingan olahraga (10%)

Cara perhitungan pajak hiburan adalah sebagai berikut:

Pajak Hiburan = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak

Keterangan:

Dasar Pengenaan Pajak : Nominal pembayaran

Tarif pajak :10%

D. Retribusi Obyek Wisata

Retribusi Obyek Wisata merupakan bagian dari Retribusi Rekreasi

dan Olahraga yaitu retribusi atas pelayanan tempat rekreasi, pariwisata

dan olahraga yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah

Page 46: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

29

Daerah. Objek retribusi tempat rekreasi dan olahraga adalah pelayanan

tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki

dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah. Dikecualikan dari objek

retribusi tempat rekreasi dan olahraga adalah pelayanan tempat rekreasi,

pariwisata dan olahraga yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh

Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

Subjek retribusi tempat rekreasi dan olahraga adalah orang pribadi

atau badan yang memanfaatkan jasa pelayanan tempat rekreasi, pariwisata

dan olahraga yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah

Daerah. Wajib retribusi tempat rekreasi dan olahraga adalah orang pribadi

atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi tempat

rekreasi dan olahraga, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tempat

rekreasi dan olahraga. Tingkat penggunaan jasa retribusi tempat rekreasi

dan olahraga diukur berdasarkan pada biaya administrasi, penyediaan

fasilitas dan jenis pelayanan obyek pariwisata. Prinsip dan sasaran dalam

penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi tempat rekreasi dan

olahraga dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagai

pengganti investasi, biaya pembinaan, biaya operasional dan biaya

administrasi umum.

E. Retribusi Perijinan Usaha Pariwisata

Retribusi ini termasuk ke dalam Retribusi Perizinan Tertentu, yakni

retribusi yang diberikan oleh pemerintah daerah baik kepada pribadi atau

kepada suatu badan, yang ditujukan untuk pengaturan dan pengawasan

aktivitas, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,

prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna kepentingan umum

4. Jumlah Kunjungan Objek Wisata

Salah satu hal yang mampu mempengaruhi pendapatan daerah adalah

kunjungan wisatawan, khusunya wisatawan yang berkunjung ke objek wisata.

Page 47: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

30

Menurut Wiyata (2015), ada beberapa faktor yang menjadi alasan wisatawan

mengunjungi suatu objek wisata, antara lain atraksi wisata, jarak, dan

aksesibilitas.

Faktor Kunjungan Wisata = Jumlah Atraksi Wisata + Jarak +

Aksesibilitas

5. Hotel

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), hotel dikategorikan dalam usaha

akomodasi yang berarti suatu usaha yang menggunakan bangunan yang

disediakan secara khusus, dan setiap orang dapat menginap, makan, serta

memperoleh pelayanan dan fasilitias lainnya dengan pembayaran. Menurut

SK MenHub RI PM10/PW.391/PHB-77, hotel adalah suatu bentuk

akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk

memperoleh pelayanan berupa penginapan beserta makan dan minum.

Menurut Siahaan (2011), hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan /

peristirahatan yang dipungut biaya termasuk motel, losmen, wisma

pariwisata, pesanggarahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta jumlah

kamar kos dengan kamar lebih dari 10. Hotel terbagi menjadi dua jenis yaitu

hotel berbintang dan hotel non bintang/ hotel melati, yang membedakan

antara kedua jenis hotel ini adalah pelayanan yang diberikan.

Menurut American Hotel and Motel Assosications (AHMA), hotel

adaalah suatu tempat dimana disediakan penginapan, makanan, minuman,

serta pelayanan lainnya untuk disewakan bagi para tamunya untuk sementara

waktu. Menurut Sulistiyono (2011), hotel adalah suatu perusahaan yang

dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan,

minuman, dan fasilitas kamar tidur kepada orang-orang yang melakukan

perjalanan dan mampu membayar sesuai dengan pelayanan yang diterima

tanpa adanya perjanjian khusus.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan hotel adalah suatu

bangunan yang dikelola untuk memberikan pelayanan kepada pengunjungnya

Page 48: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

31

berupa kamar tidur, makan, minum kepada pengunjungnya untuk semetara

waktu dengan biaya yang sudah disepakati.

6. Pendapatan Perkapita

Pendapatan per kapitaymerupakanypendapatanyrata-rata penduduk di

suatu negara dalam periodeytertentu. Menurut (Sukirno:2004) pendapatan

per kapita diartikanysebagaiyjumlah dari nilai barang dan jasa rata-rata yang

tersedia bagiypenduduk suatu negara pada suatu periode tertentu. Jadi

pendapatanyper kapitaymerupakan rata-rataypendapatan masyarakat di

suatu negara dalam tahun tertentu. Pendapatan per kapita dapat menjadi

salah satu indikatoryuntuk melihatytingkat kesejahteraan penduduk di suatu

negara. Negarayyang memilikiypendapatan yang tinggi belum tentu lebih

sejahtera dengan negara yang memiliki pendapatanyyang lebih rendah,

karena jumlah penduduk dapat menentukan tingkat kesejahteraan dari

negaraytersebut. Maka, mestiysuatu negarapmemiliki pendapatan yang

tinggi namun memiliki penduduk yang cukup banyak belum tentu negara

tersebut dapat dikatakan sejahtera.

Pendapatanpper kapitapdidapatkan darippendapatan nasional pada

tahun tertentu dibagi-dengan jumlahupenduduk di suatu negara pada tahun

tersebut. Menurut-Badan Pusat-Statistik, pendapatan nasional atau biasa

disebut Produk Domestik-Bruto (PDB) adalah jumlah nilai tambah yang

dihasilkan oleh seluruhpunit usaha dalam suatu negara-tertentu atau jumlah-

nilai barang-dan jasa akhir-yang-dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

Dengan demikian pendapatan perkapita dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

PDB Per Kapita= PDB

Jumlah Penduduk

Untuk mengetahui pendapatan-per kapita suatu wilayah dapat

dilihat dari dua cara yaitu dilihat dari PDRB atas-dasar harga-berlaku-dan

PDB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku

Page 49: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

32

menggambarkan nilai tambah baramg dan jasa yang dihitung menggunakan

harga yang berlaku pada setiap tahun. Jika menghitung dengan

menggunakan PDB atas dasar-harga-berlaku maka yang didapatkan adalah

pendapatan per kapita nominal. Dalam pendapatan per kapita nominal

tingkat kenaikan harga atau inflasi tidak diperhitungkan. PDRB per kapita

atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu

orang penduduk. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan

nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga

yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. Jika menghitung-

dengan menggunakan PDB atas dasar harga konstan maka yang didapatkan

adalah pendapatan per kapita riil. Dalam pendapatan perkapita riil-tingkat-

kenaikan harga atau inflasi diperhitungkan.

Terdapat manfaat-dari perhitungan-pendapatan per kapita antara

lain (Alam:2007) :

a. Untuk melihat tingkat-perbandingan kesejahteraan-masyarakat suatu

negara dari tahun ke tahun.

b. Sebagai-data-perbandingan-tingkat kesejahteraan-suatu negara-dengan

negara lain.

c. Sebagai perbandingan-tingkat standar-hidup suatu negara dengan negara

lainnya.

d. Sebagai data untuk-mengambil kebijakan di bidang-ekonomi.

7. Keterkaitan Antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen

Menurut Cohen (1984) salah satu dampak-positif dari sektor pariwisata

adalah-meningkatnya-pendapatan Pemerintah. Pramono (1993) juga

berpendapat serupa yakni sektor pariwisata memiliki dampak terhadap

pembangunan-regional. Salah satu factor-terpenting dalam penunjang

pariwisata di-suatu daerah-adalah ketersediaan-objek wisata atau daya tarik

wisata. Daya tarik wisata yang banyak dan beranekaragam akan mengundang

wisatawan baik wisatawan asal domestik maupun wisatawan asing untuk

berkunjung ke suatu daerah. Kedatangan pengunjung ke objek wisata akan

Page 50: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

33

menggerakkan perekonomian karena akan memberikan pendapatan terhadap

objek wisata tersebut yang nantinya akan berpengaruh pada penerimaan

sektor pariwisata.

Sektor yang tak kalah penting dalam peningkatan PAD-terutama pada

bidang pariwisata adalah hotel. Hotel -merupakan-sarana pokok-pariwisata

(main tourism superstructures) yang-berfungsi-memberikan-pelayanan

kepada wisatawan. Wisatawanyang datang ke suatu daerah membutuhkan

tempat singgah untuk sementara dan-butuh fasilitas-yang menyediakan

makanan dan minuman. Kunjungan wisatawan ke hotel akan dikenakan biaya

akan menambah pemasukan pribadi atau badan yang mengusahakan sarana

tersebut. Nantinya, mereka akan membayar pajak kepada pemerintah daerah

yang akan turut meningkatkan pendapatan daerah. Selain itu, biasanya adanya

hotel di suatu daerah dikarenakan permintaan atas hotel yang tinggi. Semakin

banyak hotel yang dibangun, maka akan semakin besar pula retribusi yang

diberikan kepada pemerintah melalui retribusi mendirikan usaha

Salah satu faktor lainnya yang mempengaruhi peningkatan PAD di

bidang pariwisata adalah pendapatan masyarakat yang dalam hal ini

diwakilkan oleh pendapatan perkapita. Dengan pendapatan yang lebih tinggi,

maka masyarakat sekitar-dapat mempunyai pilihan untuk mengunjungi

restoran-restoran, tempat hiburan seperti menonton-bioskop, mengunjungi

pameran atau mengunjungi pagelaran kesenian. Kepariwisataan di suatu

daerah tidak hanya-ditentukan oleh wisatawan luar daerah, tetapi juga dari

dalam daerah itu sendiri. Melalui hal itulah pendapatan perkapita akan

berpengaruh terhadap PAD sektor pariwisata.

B. Penelitian Terdahulu

Sejumlah penelitian telah dilakukan oleh beberapa kalangan terkait dengan

pengaruh pajak dan-retribusi sektor pariwisata terhadap penerimaan sektor

pariwisata atau dengan pendapatan asli-daerah dengan data, variabel, dan bentuk

Page 51: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

34

analisis yang berbeda-beda. Berikut ini adalah penelitian-penelitian terdahulu

yang menjadi acuan penulis dalam membuat penelitian ini:

1. Siti Yumsinah (2016) dalam penelitiannya berjudul “Pengaruh Jumlah

Wisatawan Terhadap Pendapatan-Asli-Daerah di Kabupaten-Pandeglang

Tahun 2005-2015” menggunakan-variabel independen jumlah-wisatawan

dan variabel-dependen PAD Kabupaten Pandeglan. Penelitian ini

menggunakan data sekunder dengan analisis-regresi-sederhana. Data ini

dianalisis-dengan uji asumsi-klasik, uji T, koefisiesn-relasi, dan koefisien

determinasi. Hasil dari-penelitian ini-menunjukkan bahwa tingkat

hubungan yang dimiliki antar variabel bebas dan terikat sebesar 0,851

dengan nilai R-squared sebesar 72,3%.

2. I Gede Yoga Suastika dan I Nyoman Mahendra Mahesa (2017) dalam

penelitiannya berjudul “Pengaruh Jumlah-Wisatawan, Lama-Tinggal, dan

Tingkat Hunian Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah dan Kesejahteraan

Masyarakat Provinsi Bali. Variabel-independen yang digunakan adalah

jumlah-wisatawan, lama tinggal-wisatawan, dan tingkat hunian hotel,

sedangkan-variabel-dependennya adalah PAD Provinsi Bali dan

kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini menggunakan data sekunder

dengan metode analisis path. Hasil-dari penelitian ini menunjukkan bahwa

jumlah wisatawan dan tingkat hunian hotel-berpengaruh positif terhadap

PAD, sedangkan lama tinggal tidak memiliki pengaruh terhadap PAD.

Selanjutnya, variabel jumlah wisatawan, lama tinggal, dan tingkat hunian

hotel berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat, sedangkan

PAD tidak memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat.

3. I Kadek Budi Praga Suwantara dan Ida Bagus Darsana dalam penelitiannya

yang berjudul “Pengaruh Kunjungan Wisatawan, Pendapatan PHR, dan

Penerimaan Retribusi Obyek Wisata Terhadap PAD Kabupaten Gianyar”

Page 52: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

35

menggunakan data sekunder dengan metode analisis path. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kunjungan wisatawan dan

penerimaan retribusi obyek wisata tidak berpengaruh terhadap PAD,

sedangkan pendapatan PHR mempengaruhi PAD. Selain itu, pengaruh tidak

langsung jumlah kunjungan wisatawan dan pendapatan PHR melalui

retribusi obyek wisata atau dengan kata lain retribusi obyek wisata

merupakan variabel mediasi.

4. Ahmad Akhbary (2017) dalam penelitiannya berjudul Pengaruh Jumlah

Kunjungan Wisatawan dan Jumlah Hotel terhadap Pendapatan Asli

Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2016. Penelitian ini

menggunakan variabel bebas jumlah hotel dan jumlah wisatawan,

sedangkan variabel terikatnya adalah PAD Provinsi Jawa Barat. penelitian

ini menggunakan model data panel dengan hasil jumlah kunjungan

wisatawan dan jumlah hotel memiliki pengaruh positif dan signifikan baik

secara simultan maupun secara parsial.

5. Pengaruh Jumlah Hotel, Jumlah Wisatawan, Pendapatan Perkapita, dan

Produk Domestik Bruto Terhadap Penerimaan Pajak Daerah di Jawa

Timur Tahun 2012-2016 merupakan penelitian dari Evi Yuniartiningih

(2017). Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan model regresi

data panel. Hasil dari penelitian ini menunjukkan jumlah wisatawan

memiliki pengaruh signifikan positif, pendapatan perkapita memiliki

pengaruh signifikan positif, sedangkan jumlah hotel berpengaruh negative

signifikan dan PDB berpengaruh positif tidak signifikan terhadap

Pendapatan Asli Daerah di Jawa Timur

6. Ni Nyoman Suartini dan Made Suyana Utama melakukan penelitian dalam

jurnal berjudul Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan, Pajak Hiburan,

Pajak Hotel dan Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

Gianyar. Dalam penelitian ini, jumlah kunjungan wisatawan, pajak hiburan

Page 53: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

36

dan pajak hotel dan restoran digunakan sebagai variabel independen,

sedangkan variabel dependen penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Gianyar. penelitian ini menggunakan data sekunder dengan

metode analisis regresi linier berganda pada tahun 1991-2010. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan secara parsial jumlah kunjungan wisatawan

memberikan pengaruh signifikan dan positif terhadap PAD Kabupaten

Gianyar, Pajak Hotel dan Restoran (PHR) juga memberikan pengaruh

positif dan signifikan terhadap PAD Kabupaten Gianyar. Hal serupa juga

ada pada variabel pajak hiburan yang berpengaruh signifikan terhadap PAD

Kabupaten Gianyar. Dari ketiga variabel independen tersebut, Pajak Hotel

dan Restoran (PHR) merupakan variabel yang paling dominan dilihat dari

koefisien regresi terstandar. Dari penelitian ini, dapat diketahui sektor

pariwisata di Kabupaten Gianyar sudah cukup baik, diharapkan kedepannya

pemerintah setempat mengadakan program-program yang berkaitan dengan

promosi pariwisata, lalu memperbaharui mekanisme pemungutan pajak,

pendataan ulang jumlah hotel dan restoran serta menambah jumlah tempat

hiburan yang nantinya akan berdampak pada peningkatan pajak hiburan.

7. Pidelis Murib, Debby C.Rotinsulu, dan Krest Solonsang (2013) dalam

penelitiannya berjudul “Pengaruh Pendapatan Perkapita, Jumlah

Perusahaan, dan Jumlah Penduduk Terhadap Pendapatan Asli Daerah di

Kabupaten Nabire Papua”. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan

dengan model regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan

pendapatan perkapita berpengaruh positif dan signifikan, jumlah penduduk

memiliki pengaruh negatif dan signifikan, sementara variabel jumlah

perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan

Tabel 2.2

Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Metode Variabel Hasil

Page 54: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

37

1 Siti Yumsinah

(2016)

Pengaruh Jumlah

Wisatawan

Terhadap

Pendapatan Asli

Daerah di

Kabupaten

Pandeglang Tahun

2005-2015

Analisis

Regresi

Sederhana

Y = Pendapatan

Asli Daerah

Kabupaten

Pandeglang

X = Jumlah

Kunjungan

Wisatawan

Hasil dari

penelitian ini

menunjukkan

bahwa tingkat

hubungan yang

dimiliki antar

variabel bebas

dan terikat

sebesar 0,851

dengan nilai R-

squared sebesar

72,3%

2 I Gede Yoga

Suastika dan I

Nyoman

Mahendra

Mahesa (2017)

Pengaruh Jumlah

Wisatawan, Lama

Tinggal, dan

Tingkat Hunian

Hotel Terhadap

Pendapatan Asli

Daerah dan

Kesejahteraan

Masyarakat

Provinsi Bali.

Analisis Path

Y = Pendapatam

Asli Daerah

Provinsi Bali

X = Jumlah

Wisatawan,

Lama Tinggal,

Tingkat Hunian

Hotel

Z =

Kesejahteraan

Masyarakat

jumlah

wisatawan dan

tingkat hunian

hotel

berpengaruh

positif terhadap

PAD, sedangkan

lama tinggal

tidak memiliki

pengaruh

terhadap PAD.

Selanjutnya,

variabel jumlah

wisatawan, lama

tinggal, dan

tingkat hunian

hotel

berpengaruh

signifikan

terhadap

Page 55: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

38

kesejahteraan

masyarakat,

sedangkan PAD

tidak memiliki

pengaruh

terhadap

kesejahteraan

masyarakat.

3 I Kadek Budi

Praga

Suwantara dan

Ida Bagus

Darsana

Pengaruh

Kunjungan

Wisatawan,

Pendapatan PHR,

dan Penerimaann

Retribusi Obyek

Wisata Terhadap

PAD Kabupaten

Gianyar

Time Series Y = PAD

Kabupaten

Gianyar

X = Jumlah

Kunjungan

Wisatawan,

PHR, Retribusi

Obyek Wisata

variabel

kunjungan

wisatawan dan

penerimaan

retribusi obyek

wisata tidak

berpengaruh

terhadap PAD,

sedangkan

pendapatan PHR

mempengaruhi

PAD. Selain itu,

pengaruh tidak

langsung jumlah

kunjungan

wisatawan dan

pendapatan PHR

melalui retribusi

obyek wisata

atau dengan kata

lain retribusi

obyek wisata

merupakan

variabel mediasi.

Page 56: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

39

4 Ahmad

Akhbary

(2017)

Pengaruh Jumlah

Kunjungan

Wisatawan dan

Jumlah Hotel

terhadap

Pendapatan Asli

Daerah Provinsi

Jawa Barat Tahun

2012-2016

Data panel Y = PAD Jawa

Barat

X = Jumlah

Hotel, Jumlah

Kunjungan

Wisatawan

jumlah

kunjungan

wisatawan dan

jumlah hotel

memiliki

pengaruh positif

dan signifikan

baik secara

simultan

maupun secara

parsial.

5. Ni Nyoman

Suartini dan

Made Suyana

Utama

Pengaruh Jumlah

Kunjungan

Wisatawan, Pajak

Hiburan, Pajak

Hotel dan Restoran

terhadap

Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten

Gianyar

(Jurnal)

Analisis

regresi linier

berganda

Time series

Y = PAD

Kabupaten

Gianyar

X = Jumlah

Kunjungan

Wisatawan,

Pajak Hiburan,

Pajak Hotel dan

Restoran

Hasil dari uji

menunjukkan

jumlah

kunjungan

wisatawan

memberikan

pengaruh

signifikan dan

positif terhadap

PAD Kabupaten

Gianyar, Pajak

Hotel dan

Restoran (PHR)

juga

memberikan

pengaruh positif

dan signifikan

terhadap PAD

Kabupaten

Gianyar. Hal

serupa juga ada

Page 57: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

40

pada variabel

pajak hiburan

yang

berpengaruh

signifikan

terhadap PAD

Kabupaten

Gianyar

6 Pidelis Murib,

Debby

C.Rotinsulu,

dan Krest

Solonsang

Pengaruh

Pendapatan

Perkapita, Jumlah

Perusahaan, dan

Jumlah Penduduk

Terhadap

Pendapatan Asli

Daerah di

Kabupaten Nabire

Papua

Analisis

Regresi

Linier

Berganda

Y= PAD

Kabupaten

Nabire

X= Pendapatan

perkapita,

jumlah

perusahaan,

jumlah

penduduk

Hasil penelitian

menunjukkan

pendapatan

perkapita

berpengaruh

positif dan

signifikan,

jumlah

penduduk

memiliki

pengaruh negatif

dan signifikan,

sementara

variabel jumlah

perusahaan

berpengaruh

positif tidak

signifikan

7. Evi

Yuniartiningih

(2017)

Pengaruh Jumlah

Hotel, Jumlah

Wisatawan,

Pendapatan

Perkapita, dan

Produk Domestik

Analisis

regresi data

panel

Y = Pajak

Daerah di Jawa

Timur

X = Jumlah

Hotel, Jumlah

jumlah

wisatawan

memiliki

pengaruh

signifikan

positif,

Page 58: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

41

Bruto Terhadap

Penerimaan Pajak

Daerah di Jawa

Timur Tahun

2012-2016

Wisatawan,

Pendapatan

Perkapita

pendapatan

perkapita

memiliki

pengaruh

signifikan

positif,

sedangkan

jumlah hotel

berpengaruh

negative

signifikan dan

PDB

berpengaruh

positif tidak

signifikan

terhadap

Pendapatan Asli

Daerah di Jawa

Timur

Page 59: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

42

C. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Analisis Determinan Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata Pada

Kota/Kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011-2018

Variabel Independen (X)

1. Jumlah Kunjunga Objek

Wisata

2. Jumlah Hotel

3. Pendapatan Perkapita

Variabel Dependen (Y)

Pendapatan Asli Daerah Sektor

Pariwisata

Alat Analisis

Data Panel

Pemilihan Model

1. Uji Chow

2. Uji Hausman

3. Uji Lagrange Multiplier

Random Effect Model

Uji Hipotesis

1. Uji t

2. Uji F

3. Uji Adjusted R2

Kesimpulan dan Saran

Page 60: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

43

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka penelitian yang ada, maka penulis

dapat membuat hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. H0 : Diduga tidak ada pengaruh signifikan jumlah kunjungan objek

wisata secara parsial terhadap pendapatan asli daerah sektor

pariwisata pada beberapa kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta pada tahun 2011 – 2018.

H1 : Diduga ada pengaruh signifikan signifikan jumlah kunjungan objek

wisata secara parsial terhadap pendapatan asli daerah sektor

pariwisata pada beberapa kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta pada tahun 2011 – 2018.

2. H0 : Diduga tidak ada pengaruh signifikan jumlah hotel secara parsial

terhadap pendapatan asli daerah sektor pariwisata pada beberapa

kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2011

– 2018.

H1 : Diduga ada pengaruh signifikan jumlah hotel secara parsial terhadap

pendapatan asli daerah sektor pariwisata pada beberapa kabupaten

di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2011 – 2018.

3. H0 : Diduga tidak ada pengaruh signifikan pendapatan perkapita secara

parsial terhadap pendapatan asli daerah sektor pariwisata pada

beberapa kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada

tahun 2007 – 2017

H1 : Diduga ada pengaruh signifikan pendapatan perkapita secara parsial

terhadap pendapatan asli daerah sektor pariwisata pada beberapa

kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2011

– 2018.

4. H0 : Diduga tidak ada pengaruh signifikan jumlah kunjungan objek

wisata, jumlah hotel, dan pendapatan perkapita secara simultan

terhadap pendapatan asli daerah sektor pariwisata pada beberapa

Page 61: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

44

kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2007

– 2017.

H1 : Diduga ada pengaruh signifikan jumlah kunjungan objek wisata,

jumlah hotel, dan pendapatan perkapita secara parsial terhadap

pendapatan asli daerah sektor pariwisata pada beberapa kabupaten

di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2011 – 2018.

Page 62: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup-Penelitian

Penelitian ini berfokus kepada lima kabupaten dan kota yang berada di

Provini Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten

Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, dan Kabupaten

Kulonprogo yaitu dengan menganalisa variabel apa saja yang mempengaruhi

pendapatan asli-daerah sektor pariwisata. Dalam penelitian-ini menggunakan

satu variabel-dependen dan tiga variabel independen. Variabel dependen-yang

digunakan adalah-pendapatan asli daerah sektor pariwisata, sedangkan variabel

independen yang digunakan adalah-jumlah kunjungan-objek wisata, jumlah

hotel, dan pendapatan-perkapita

Periode yang digunakan dalam penelitian-ini adalah 11 tahun yaitu 2007 –

2017 dengan menggunakan data-panel. Jenis data yang digunakan-adalah data

sekunder, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian

kuantitatif..

B. Metode Penentuan Sampel

Menurut Sugiyono (2011:81), sampel-adalah bagian-dari jumlah

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pada penelitian ini, sampel-yang

digunakan adalah lima-Kota dan Kabupaten di-Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, dan

Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Kulonprogo tahun 2007 – 2017.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan-dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Menurut Sugiyono dalam Muliasari (2018), Data-sekunder adalah-data yang

diperoleh melalui perantara-seperti lembaga, orang-lain, atau dokumen

yang-dipublikasikan oleh pihak lain. Peneliti dalam hal ini memperoleh data

dari buku yang dipublikasikan di internet.

Page 63: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

46

2. Sumber Data

Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari Buku Statistik

Kepariwisitaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang dipublikasikan

oleh Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Direktori Hotel

dan Akomodasi Lain Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang

dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi DIY, dan Publikasi dalam

angka Provinsi DIY.

D. Operasional Variabel Penelitian

Data yang diteliti dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua

variabel yaitu variabel dependen dan independen. Variabel dependen adalah

variabel yang terikat oleh variabel independen. Variabel independen atau

variabel bebas adalah variabel yang mempnegaruhi atau menjadi penyebab

timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2007:30).

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendapatan asli daerah sektor pariwisata. Pendapatan pariwisata adalah segala

bentuk pendapatan asli daerah yang diterima dari berbagai kegiatan

kepariwisataan.

Variabel Dependen : Y = Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata

Menurut Mardiasmo (2002:146) Pendapatan Asli Daerah adalah

penerimaan hasil setoran pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang telah dipisahkan dan lain-lain pendapatan yang sah. PAD

adalah pendapatan yang bersumber dari daerah itu sendiri atau apabila

dirumuskan menjadi:

PAD = Pajak Daerah + Retribusi Daerah + Hasil Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan + Pendapatan Lainnya yang Sah

Variabel independen atau variabel bebas yang digunakan oleh penulis

adalah jumlah kunjungan objek wisata, jumlah hotel, dan pendapatan perkapita.

Berikut adalah penjelasan menganai variabel independen yang digunakan:

1. Jumlah Kunjungan Objek Wisata

Page 64: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

47

Jumlah kunjungan objek wisata adalah total kedatangan wisatawan

yang berkunjung ke objek wisata yang ada. Objek wisata merupakan destinasi

dari wisatawan ketika berwisata ke suatu tempat. Data yang digunakan yaitu

periode 2011-2018, yang dinyatakan dalam satuan jiwa

2. Jumlah Hotel

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), hotel dikategorikan dalam

usaha akomodasi yang berarti suatu usaha yang menggunakan bangunan yang

disediakan secara khusus, dan setiap orang dapat menginap, makan, serta

memperoleh pelayanan dan fasilitias lainnya dengan pembayaran. Menurut

SK MenHub RI PM10/PW.391/PHB-77, hotel adalah suatu bentuk

akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk

memperoleh pelayanan berupa penginapan beserta makan dan minum..

3. Pendapatan Perkapita

Pendapatan per kapita merupakan pendapatan rata-rata penduduk di

suatu negara dalam periode tertentu. Menurut (Sukirno:2004) pendapatan per

kapita diartikan sebagai jumlah dari nilai barang dan jasa rata-rata yang

tersedia bagi penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu.

Tabel 3. 1

Penjelasan Variabel

Variabel Simbol Sumber Singkatan

Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Sektor

Pariwisata

Y

Buku Statistik

Kepariwisataan

Provinsi DIY

PAD

Jumlah Kunjungan

Objek Wisata X1

Buku Statistik

Kepariwisataan

Provinsi DIY

JKW

Jumlah Hotel X2

Publikasi Dalam

Angka

Kota/Kabupaten

Provinsi DIY dan

Direktori Hotel dan

JH

Page 65: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

48

Akomodasi Lain

Provinsi DIY

Pendapatan Perkapita X3 Badan Pusat Statistik

Provinsi DIY PPK

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini mengguanakan alat analisis Eviews 9.0 sebagai pengolah data.

Jenis data yang digunakan adalah data panel. Data panel-adalah gabungan dari

data time series dan data cross section. Basuki (2016) mengatakan-regresi data

panel adalah teknik regresi yang menggabungkan data runtut waktu dan data

silang.

1. Model Regresi Data Panel

Berdasarkan teori-teori yang telah dimuat dalam keterkaitan antar variabel

dan menghasilkan fungsi Y = f(X1 + X2 + X3), maka model yang akan

diregresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

PADit = 𝛼 + β1PHRit + β2PHBit + β3POWit + eit

Keterangan:

PADit : PAD-Sektor Pariwisata di provinsi i pada periode t

JKWit : Jumlah-Kunjungan Objek-Wisata di provinsi i pada periode

t

JHit : Jumlah Hotel di-provinsi i pada periode t

PPKit : Pendapatan Perkapita Objek Wisata-di provinsi i pada

periode t

α : Konstanta

𝛽1 , 𝛽2 , 𝛽3 : Koefisien-regresi

eit : error term di kabupaten/kota i periode t

Page 66: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

49

2. Estimasi Model Data Panel

Menurut Basuki (2016), dalam metode estimasi regresi dengan

menggunakan data panel dapat dilakukan tiga pendekatan

A). Common Effect Model

Metode ini dikenal juga dengan koefiseien tetap antar waktu dan

individu. Pendekatan ini adalah yang paling sederhana yaitu hanya

menggabungkan kombinasi data time series dan cross section. Model ini

diasumsikan bahwa setiap unit individu memiliki intersep dan slope yang

sama atau dengan kata lain tidak diperhatikannya dimensi waktu maupun

individu, sehingga diasumsikan data memiliki kesamaan dari waktu ke

waktu. Metode ini bisa menggunakan ordinary least square atau metode

teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel, dengan

model sebagai berikut:

𝒀𝒊𝒕 = 𝜶 + 𝑿𝟏𝒊𝒕𝜷𝒊𝒕 + 𝜺𝒊𝒕

Y : Variabel dependen

𝛼 : Konstanta

𝑋1 : Variabel independen 1

𝛽 : Koefisien regresi

𝜀 : Error terms

t : periode tahun

i : cross sections

B) Fixed Effect Model

Pada metode FEM, intersep pada regresi dapat dibedakan antar

individu karena setiap individu dianggap mempunyai karakteristik

tersendiri atau dengan kata lain model ini mengasumsikan bahwa perbedaan

antar individu dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Untuk

mengestimasi data panel model Fixed Effect dapat menggunakan teknik

variabel dummy untuk menangkap intersep antar perusahaan. Namun

demikian, slopenya akan sama. Teknik ini biasa disebut Least Square

Dummy Variabel (LSDV). Model dari persamaan untuk fixed effect adalah:

Page 67: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

50

Yit = α + iα1 + X1 it βit + εit

C) Random Effect Model

Model ini adalah model data panel yang mengestimasi dimana

gangguan yang mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar

individu. Pada model random effect perbedaan intersep diakomodasi oleh

error terms masing-masing individu. Nama lain model ini adalah Error

Component Model (ECM) atau teknik Generalized Least Square (GLS).

Menurut Munandar (2017), Dalam pendekatan Random Effect Model,

perbedaan antar individu dan waktu dapat dilihat melalu error, berbeda

dengan Fixed Effect Model yang dilihat melalui intercept. Keuntungan

model ini adalah menghilangkan heteroskedastisitas

Yit = X1 it βit + vit

Dimana : vit =ci + dt + εit

3. Pemilihan Model Data Panel

Menurut Basuki (2016) untuk memilih model yang tepat dalam mengelola

data panel, terdapat beberapa pengujian, yaitu:

A) Uji Chow

Uji Chow merupakan uji untuk menentukan model fixed effect atau

common effect yang paling tepat digunakan pada data panel. Apabila

probabilitas Redundant Fixed Effect < 0.05, maka model terbaik yang

digunakan adalah fixed effect atau H0 ditolak. Sedangkan apabila

Redundant Fixed Effect > 0.05 maka H0 diterima atau model yang

digunakan adalah common effect.

H0 : Common Effect Model

H1 : Fixed Effect Model

B) Uji Hausman

Page 68: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

51

Uji Hausman yaitu pengujian statistic untuk menentukan model

manakah yang terbaik antara random effect atau fixed effect dalam estimasi

data panel. Apabila probabilitas dari Correlated Random Effect < 0.05,

maka model yang terbaik adalah Fixed Effect atau H0 ditolak. Sedangkan

bila probabilitas dari Correlated Random Effect > 0.05, maka model yang

terbaik adalah random effect atau H1 ditolak

H0 : Random Effect Model

H1 : Fixed Effect Model

C) Uji Lagrange Multiplier

Uji ini digunakan untuk menentukan model mana yang lebih tepat

antara common effect atau random effect untuk mengestimasi data panel.

Apabila probabilitas dari Breusch-Pagan < 0.05, maka model yang terbaik

adalah Random Effect atau H0 ditolak, sedangkan apabila probabilitas dari

Breusch-Pagan > 0.05, maka H1 ditolak atau model yang paling baik

adalah common effect.

H0 : Common Effect Model

H1 : Random Effect Model

4. Uji Asumsi Klasik

Menurut Basuki (2016), uji asumsi klasik yang digunakan dalam

regresi linier dapat diuji dengan pendekatan OLS yaitu Uji Linieritas, Uji

Autokorelasi, Uji Heteroskedastisitas, Uji Multikolinearitas. Dalam data panel

dengan metode Random Effect Model, yang diuji adalah uji multikolinearitas,

karena Uji Linieritas tidak perlu diuji, lalu Uji Autokorelasi hanya digunakan

pada time series dan Uji Normalitas tidak merupakan syarat BLUE (Best Linier

Unbias Estimator) dan tidak perlu melakukan uji heteroskedastisitas karena

dalam random effect sudah diasumsikan terbebas dari permasalahan

heteroskedastisitas

Page 69: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

52

A. Uji Multikolinearitas

Uji ini merupakan uji untuk membuktikan apakah antar variabel bebas

memiliki hubungan yang kuat. Menurut Chatterjee Prince dalam Nachrowi

(2002), adanya korelasi antara variabel bebas menjadikan interpretasi

koefisien regresi tidak benar lagi. Apabila kolinear bersifat tidak sempurna,

maka bisa dikatakan tidak melanggar asumsi sedangkan apabila kolinear

bersifat sempurna, maka dapat dikatakan melanggar asumsi

multikolinearitas. Uji multikolinearitas pada Eviews dapat dilihat dari

Variance Inflation Factors (VIF), apabila nilai Uncentered VIF kurang dari

10, maka tidak terdapat permasalahan multikolinearitas. Namun, apabila

nilainya diatas 10, maka terjadi permasalahan yaitu multikolinearitas.

5. Uji Signifikansi

A. Uji-t

Uji-t bertujuan untuk mengetahui besar koefisien regres secara

individu. Dengan kata lain, uji ini digunakan untuk melihat apakah variabel

independen menjelaskan variabel dependen secara parsial. Uji ini juga dapat

mencari tahu apakah variabel independen memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen. Apabila nilai t-Prob < 0.05, maka

dapat dikatakan variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan.

Sedangkan apabila nilai t-Prob > 0.05, variabel tersebut tidak memiliki

pengaruh yang signifikan. Hipotesis pada uji ini sebagai berikut:

𝐻0: Tidak berpengaruh signifikan antara variabel independen terhadap

variabel dependen.

𝐻1 : Berpengaruh signifikan antara variabel independen terhadap variabel

dependen.

B. Uji F

Uji F bertujuan untuk mengetahui besaran koefisien regres secara

bersamaan (simultan). Uji F ini dilakukan dengan melihat nilai signifikansi.

Adapun cara membacanya adalah ketika tingkat signifikansi > 0.05%, maka

variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel independen,

Page 70: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

53

sedangkan apabila tingkat signifikansi < 0.05%, maka terdapat pengaruh

antara variabel independen dengan dependen secara simultan. Hipotesis

pada uji ini sebagai berikut:

𝐻0 : Tidak ada pengaruh signifikan antara variabel independen

terhadap variabel dependen secara simultan

𝐻1 : Ada pengaruh signifikan antara variabel independen terhadap

variabel dependen secara simultan.

C. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Menurut Ghazali (2013), koefisien determinasi (R2) mengukur

seberapa jauh model dalam menerangkan variasi variabel independen.

Apabila nilai R2 kecil berarti kemampuan variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Sedangkan nilai

yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir

semua informais yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen.

Page 71: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

54

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki luas wilayah

3.185,80 km2. Ibukota Provinsi DIY adalah Kota Yogyakarta. Provinsi ini

memiliki 1 kota dan 4 kabupaten di dalamnya yaitu Kota Yogyakarta,

Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, dan

Kabupaten Kulonprogo.

Gambar 4. 1

Peta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Sumber: BPS Provinsi D.I. Yogyakarta

Secara geografis, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak pada 8º 30’

– 7º 20’ Lintang Selatan, dan 109º 40’ – 111º 0’ Bujur Timur. Berdasarkan

benteng alam, provinsi DIY dapatan dikelompokkan menjadi empat satuan

fisiografi, yaitu Gunungapi Merapi, Pegunungan Sewu, Pegunungan

Kulonprogo, dan satuan Dataran Rendah. Adapun batasan-batasan dalam

Provinsi DIY adalah sebagai berikut:

Page 72: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

55

a. Sebelah Utara : Kabupaten Magelang

b. Sebelah Timur : Kabupaten Klaten

c. Sebelah Barat : Kabupaten Purworejo

d. Sebelah Selatan : Samudera Hindia

Tabel 4. 1

Luas Wilayah Kota / Kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Sumber: Kementerian Dalam Negeri

B. Perkembangan Industri Pariwisata di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta

Mengacu pada Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah

(RIPPARDA) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2025 arah

perkembangan industri pariwisata akan mengedepankan pariwisata yang

berbasis kreatif dan inovatif dan meningkatkan kualitas dan kuantitas daya tarik

wisata yang mampu mendorong jumlah kunjungan wisatawan, lama tinggal, dan

pembelanjaan wisatawan yang nantinya akan meningkatkan produk 55omestic

bruto, produk 55omestic regional bruto, dan pendapatan asli daerah.

Media Tempo di tahun 2017 membuat sebuah penghargaan bagi kota,

provinsi, dan kabupaten terbaik dalam sektor infrastruktur, investasi, dan

pariwisata bernama Indonesa’s Atractiveness Award. Pada penghargaan tersebut

Provinsi DIY menduduki peringkat tiga terbaik, sedangkan Kabupaten Sleman

ada di peringkat dua sebagai kabupaten terbaik di bidang pariwisata. Hal ini

menunjukkan bahwa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memang menjadi

Kota / Kabupaten Pusat Pemerintahan Luas Wilayah

(km2)

Yogyakarta Yogyakarta 32,50

Sleman Sleman 574,82

Bantul Bantul 506,86

Gunungkidul Wonosari 1.485,36

Kulonprogo Wates 586,27

Page 73: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

56

bagian dari salah satu daerah dengan kepariwisataan terbaik di Indonesia. Selain

itu, pada tahun 2011 BPS merilis data jumlah wisatawan terbanyak di Indonesia

dan yang menempati peringkat teratas adalah Provinsi Bali, Provinsi DKI

Jakarta, dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Menurut Pendit dalam Adi (2008), strategi pengembangan pariwisata

dapat dilakukan dalam mengategorikan industri pariwisata kedalam sarana

pariwisata. Sarana pariwisata terbagi dalam dua kategori, yaitu sarana pokok

pariwisata dan sarana pelengkap pariwisata. Sarana pokok pariwisata adalah

industri yang sangat bergantung pada kegiatan pariwisata seperti hotel dan

restoran, sedangkan sarana pelengkap pariwisata atau perusahaan pariwisata

sekunder adalah perusahaan yang berfungsi untuk membuat wisatawan lebih

lama menetap di suatu daerah.

1. Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata

Pada penelitian ini, PAD sektor pariwisata digunakan sebagai

variabel dependen. Data yang digunakan merupakan data Kota/Kabupaten di

Provinsi DIY tahun 2011-2018. Menurut Dinas Pariwisata Provinsi DIY,

PAD Sektor Pariwisata diperoleh dari pajak hotel, pajak restoran, retribusi

objek wisata, retribusi perijinan usaha, dan retribusi asset milik pemda.

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang

memiliki rencana jangka panjang dalam pembangunan kepariwisataan.

Rencana tersebut ada dalam Rencana Induk Pariwisata Daerah (RIPPARDA)

tahun 2012-2025. Dalam rencana tersebut, pemerintah setempat

menargetkan di tahun 2025 Provinsi DIY menjadi daerah dengan pariwisata

berkelas internasional. Salah satu cara untuk melihat apakah suatu daerah

baik dalam kepariwisataan dapat dilihat dari pendapatan daerahnya, yakni

sumbangan dari pajak dan retribusi di bidang pariwisata, yang tergabung

dalam Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata

Page 74: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

57

Grafik 4.1

Perkembangan PAD Sektor Pariwisata Kota/Kabupaten di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011-2018

Sumber: Statistik Kepariwisataan Provinsi DIY (berbagai tahun)

Data diatas menunjukkan PAD sektor pariwisata di Kabupaten/Kota

Provinsi DIY mengalami perbedaan yang sangat jauh. Kota Yogyakarta dan

Kabupaten Sleman memiliki PAD pariwisata tertinggi dikarenakan Kota

Yogyakarta yang merupakan Ibukota provinsi yang notabene adalah pusat

kegiatan. Kabupaten Sleman berada di peringkat kedua dan selalu

mengalami kenaikan dengan salah satu alasannya adalah letak geografisnya

yang dekat dengan Kota Yogyakarta, sehingga banyak wisatawan yang

memilih untuk menuju Kabupaten Sleman setelah berwisata di Kota

Yogyakarta.

2. Jumlah Kunjungan Objek Wisata

Dalam penelitian ini jumlah wisatawan diwakilkan oleh variabel

jumlah kunjungan objek wisata kota/kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta Tahun 2011-2018. Hubungan-jumlah-kunjungan objek wisata

terhadap PAD Sektor Pariwisata terdapat pada hasil retribusi yang diberikan

pada pemerintah dari objek wisata itu sendiri, semakin banyak kunjungan

maka retribusinya akan turut meningkat.

Rp0

Rp50,000,000,000

Rp100,000,000,000

Rp150,000,000,000

Rp200,000,000,000

Rp250,000,000,000

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

Page 75: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

58

Grafik 4.2

Perkembangan Jumlah Kunjungan Objek Wisata Kota/Kabupaten di

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011-2018

Sumber: Statistik Kepariwisataan Provinsi DIY (berbagai tahun)

Perkembangan Jumlah Kunjungan Objek Wisata di Kota/Kabupaten

Provinsi DIY Tahun 2018 mengalami kecenderungan fluktuatif di seluruh

kabupaten/kota. Keputusan wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu banyaknya objek wisata yang

tersedia di daerah tersebut dan aksesibilitas. Daerah dengan perkembangan

jumlah kunjungan objek wisata terbaik adalah Sleman dan Bantul yang

dalam beberapa tahun terakhir selalu mengalami kenaikan.

3. Hotel

Dalam-Penelitian ini, infrastruktur hotel-diwakili oleh jumlah-hotel

di Kota/Kabupaten pada Provinsi DIY Tahun 2011-2018. Hubungan jumlah

hotel dengan PAD Sektor Pariwisata adalah ketika hotel bertambah, maka

terdapat retribusi izin mendirikan bangunan yang akan berdampak pada PAD

Pariwisata.

0

1000000

2000000

3000000

4000000

5000000

6000000

7000000

8000000

9000000

Yogyakarta Sleman Bantul Gunungkidul Kulonprogo

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

Page 76: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

59

Grafik 4.3

Perkembangan Jumlah Hotel Kota/Kabupaten di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta Tahun 2011-2018

Sumber: Direktrori Hotel dan Akomodasi Lain DIY (Berbagai tahun)

Data diatas menunjukkan jumlah hotel di Kota Yogyakarta dan

Kabupaten Sleman adalah yang tertinggi dibandingkan daerah lain.

Permintaan atas jasa hotel yang tinggi adalah salah satu alasan dibangunnya

hotel di suatu daerah. Jika melihat dari data tersebut, dapat diketahui

bahwasanya banyaknya hotel di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman

dikarenakan banyaknya wisatawan yang ada. Oleh karena itu Kabupaten

Gunungkidul dan Kulonprogo hanya ada sedikit hotel, selain karena

pariwisata yang tidak kuat di sana.

4. Pendapatan Perkapita

Dalam penelitian ini data Pendapatan Perkapita menggunakan data

seluruh kota/kabupaten di Provinsi DIY tahun 2011-2018. Adapun data

pendapatan perkapita adalah sebagai berikut:

0

100

200

300

400

500

600

700

Yogyakarta Sleman Bantul Gunungkidul Kulonprogo

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

Page 77: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

60

Grafik 4.3

Perkembangan Pendapatan Perkapita Kota/Kabupaten di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta Tahun 2011-2018 (juta rupiah)

Sumber: Badan Pusat Statistik DIY (berbagai tahun)

Pada data yang tertera diatas menunjukkan pendapatan perkapita di

Kota/Kabupaten di Provinsi DIY selalu mengalami peningkatan tiap

tahunnya. Daerah yang memiliki pendapatan perkapita terbesar adalah Kota

Yogyakarta yang mencapai 61 juta rupiah, sedangkan yang paling rendah

adalah Kabupaten Kulonprogo di tahun 2011 dengan angka 13.3 juta rupiah

C. Permodelan dan Pengolahan Data

Dalam menentukan model estimasi, dapat dilakukan beberapa pengujian

yaitu uji chow, uji hausman dan uji lagrange multiplier. Uji chow digunakan

untuk menentukan model yang lebih baik digunakan yaitu Fixed Effect Model

(FEM) atau Common Effect Model (CEM). Langkah selanjutnya adalah uji

hausman yakni untuk menguji model mana yang lebih baik digunakan antara

Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model (REM). Langkah terakhir

yaitu uji lagrange multiplier untuk menguji model mana yang lebih baik antara

Random Effect Model (REM) atau Common Effect Model (CEM)

0

10

20

30

40

50

60

70

Yogyakarta Sleman Bantul Gunungkidul Kulonprogo

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

Page 78: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

61

1. Uji Chow

Uji Chow dilakukan untuk mengetahui model regresi data panel

yang digunakan dengan melihat nilai probabilitas F-statistic dalam pengujian

F-Restricted. Uji ini dilakukan untuk melihat model manakah yang lebih baik

antara common effect atau fixed effect. Dalam tersebut dapat dilihat tingkat

signifikansinya, yakni α = 5%. Sebelum melakukan uji Chow, dapat dibuat

hipotesis yaitu:

H0 : common effect model

H1 : fixed effect model

Berikut adalah tampilan hasil uji chow dengan menggunakan redundant

Fixed Effects – Likelihood Ratio:

Tabel 4.2

Uji Chow (Redundant Fixed Effects Tests)

Effect Test Statistic d.f Prob.

Cross-Section F 29.315543 (4,32) 0.0000

Sumber: Hasil olah data dengan Eviews 9

Hasil uji Chow menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.0000 yang

artinya lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5% (0.0000 < 0.05). Melalui

hasil tersebut dapat diketahui bahwa H0 ditolak, jadi model yang lebih baik

adalah Fixed Effect Model (FEM).

2. Uji Hausman

Langkah selanjutnya setelah melakukan uji Chow dan didapatkan

hasil model yang lebih baik yaitu fixed effect, maka pengujiaN yang harus

dilakukan adalah dengan melakukan uji Hausman. Uji ini bertujuan untuk

mengetahui model mana yang lebih baik antara fixed effect atau random

effect. Untuk mengetahui hasilnya, terlebih dahulu membuat hipotesisnya

yaitu:

Page 79: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

62

H0 : Fixed Effect Model

H1 : Random Effect Model

Berikut adalah tampilan hasil uji Hausman dengan menggunakan Correlated

Random Effects – Hausman Test:

Tabel 4.3

Uji Hausman (Correlated Random Effects – Hausman Test)

Test Summary Chi-Sq

Statistic

Chi-Sq d.f Prob.

Cross-Section

Random

12.6028 3 0.0056

Sumber: Hasil olah data mengggunakan Eviews 9

Hasil uji Hausman menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.8494

yang artinya lebih besar dari tingkat signifikansi α = 5% (0.056 > 0.05) dan

dapat disimpulkan melalui uji ini bahwa H0 ditolak atau menerima H1. jadi

model yang lebih baik digunakan adalah random effect.

3. Uji Lagrange Multiplier

Langkah setelah melakukan uji Hausman dan hasil yang didapatkan

lebih baik yaitu meggunakan random effect, maka tidak perlu dilakukan uji

Lagrange Multiplier. Alasan tersebut dikarenakan hasil yang akan muncul

adalah model random effect

4. Random Effect Model

Berdasarkan uji yang telah dilakukan yakni uji Chow dan uji

Hausman menunjukkan bahwa model data panel yang paling tepat pada

Kota/Kabupaten di Provinsi DIY adalah model random effect. Persamaan

yang didapat dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:

PAD = 4.942695 + 0.2824025 JKW + 0.542934 JH + 2.689433 PPK + ε

Page 80: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

63

Tabel 4. 2

Tabel Estimasi Hasil Regresi Data Panel

Variabel Coefficient Prob.

C 4.942695 0.0013

JKW 0.537714 0.0001

JH 0.542934 0.0452

PPK 2.689433 0.0000

R2 0.830871

Adj R2 0.816777

F-Stat 58.95182 0.0000

Sumber: Hasil olah data menggunakan Eviews 9

Berdasarkan persamaan di atas, dapat dilihat bahwa koefiseien

variabel Jumlah Kunjungan Objek Wisata sebesar 0.537714 yang

berarti setiap kenaikan JKW sebesar 1 jiwa, maka akan meningkatkan

PAD sektor pariwisata sebesar 0.53 satuan. Selanjutnya pada variabel

Jumlah Hotel sebesar 0.174322 yang berarti setiap kenaikan 1 unit pada

JH akan meningkatkan PAD sektor pariwisata sebesar 0.17 satuan.

Variabel Pendapatan Perkapita yakni sebesar 2.689433 yang berarti

setiap pertambahan 1 satuan akan meningkatkan PAD sektor pariwisata

sebesar 2.68 satuan.

a. Uji Signifikansi Parsial

Uji t dilakukan untuk melihat apakah variabel independen (jumlah

kunjungan objek wisata, jumlah hotel, dan pendapatan perkapita)

berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen (PAD sektor

pariwisata). Uji t dilakukan yakni dengan membandingkan nilai

probabilitas t-statistik terhadap tingkat signifikan α = 5%. Oleh karena

itu, sebelum dilakukan pengujian terdapat hipotesis yaitu:

1. H0 : Tidak ada pengaruh signifikan jumlah kunjungan objek wisata

secara parsial terhadap PAD sektor pariwisata di Kota/Kabupaten

Provinsi DIY tahun 2011-2018.

Page 81: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

64

H1 : Terdapat pengaruh signifikan jumlah kunjungan objek wisata

secara parsial terhadap PAD sektor pariwisata di Kota/Kabupaten

Provinsi DIY tahun 2011-2018.

2. H0 : Tidak ada pengaruh signifikan jumlah hotel secara parsial

terhadap PAD sektor pariwisata di Kota/Kabupaten Provinsi DIY

tahun 2011-2018.

H1 : Terdapat pengaruh signifikan jumlah hotel secara parsial

terhadap PAD sektor pariwisata di Kota/Kabupaten Provinsi DIY

tahun 2011-2018.

3. H0 : Tidak ada pengaruh signifikan pendapatan perkapita secara

parsial terhadap PAD sektor pariwisata di Kota/Kabupaten Provinsi

DIY tahun 2011-2018.

H1 : Terdapat pengaruh signifikan pendapatan perkapita secara

parsial terhadap PAD sektor pariwisata di Kota/Kabupaten Provinsi

DIY tahun 2011-2018.

4. H0 : Tidak ada pengaruh jumlah kunjungan objek wisata, jumlah

hotel, dan pendapatan perkapita secara simultan terhadap PAD

sektor pariwisata di Kota/Kabupaten Provinsi DIY tahun 2011-

2018.

H1 : Terdapat pengaruh jumlah kunjungan objek wisata, jumlah

hotel, dan pendapatan perkapita secara simultan terhadap PAD

sektor pariwisata di Kota/Kabupaten Provinsi DIY tahun 2011-

2018.

Tabel 4. 3

Hasil Uji t-Statistik

Variabel Coefficient Prob.

C 4.942695 0.0013

PHR 0.537714 0.0001

PHB 0.542934 0.0452

POW 2.689433 0.0000

Sumber: Hasil olah data menggunakan Eviews 9

Page 82: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

65

Berdasarkan hipotesis tersebut, maka didapatkan hasil sebagai

berikut:

a) Nilai probabilitas t-statistik pada variabel Jumlah Kunjungan Objek

Wisata (JKW) sebesar 0.0013 dimana 0.0013 < 0.05 (α = 5%) yang

berarti H0 ditolak dan H1 diterima.

b) Nilai probabilitas t-statistik pada variabel Jumlah Hotel (JH)

sebesar 0.0001 dimana 0.0001 < 0.05 (α = 5%) yang berarti H0

ditolak dan H1 diterima.

c) Nilai probabilitas t-statistik pada variabel Pendapatan Perkapita

(PPK) adalah 0.0000 dimana 0.0000 < 0.05 (α = 5%) yang berarti

H0 ditolak dan H1 diterima.

Dari hasil yang tertera di atas, dapat disimpulkan semua

variabel yakni jumlah kunjungan objek wisata, jumlah hotel, dan

pendapatan per kapita masing-masing memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap PAD sektor pariwisata.

b. Uji Simultan

Tabel 4. 4

Uji F-statistik

Variabel Coefficient Prob.

F-Stat 58.95182 0.0000

Sumber: Hasil olah data menggunakan Eviews 9

Uji F atau uji simultan merupakan uji yang bertujuan untuk

mengetahui apakah variabel independen memiliki pengaruh yang

signifikan secara bersama-sama terhadap variabel dependennya. Uji F

dilakukan dengan melihat nilai probabilitas dari F-statisitik yaitu F-

statistik > 0.05 maka dapat diartikan bahwa semua variabel independen

tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen, sedangkan apabila

F-statistik < 0.05 artinya semua variabel independen memiliki pengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

Page 83: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

66

Berdasarkan tabel 4.8, setelah menggunakan regresi model random

effect ̧ diperoleh nilai prob F-statistik sebesar 58.95182 dengan nilai

probabilitas sebesar 0.0000 pada tingkat signifikansi 5%.. jika dilihat dari

nilai probabilitas F-statistik (0.0000 < 0.05), maka dapat diperoleh hasil

bahwa semua variabel independen memiliki pengaruh signifikan

terhadap variabel dependen.

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Tabel 4.4

Uji Koefiseien Determinasi (R2)

R2 0.830871

Adjusted R2 0.816777

Sumber: Hasil olah data menggunakan Eviews 9

Uji koefisien determinasi adalah uji untuk mengetahui seberapa

besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel

dependen. Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai koefisien

determinasi sebesar 0.83 yang artinya 83% dari variasi PAD sektor

pariwisata di Kota/Kabupaten Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

pada tahun 2011-2018 mampu dijelaskan oleh variabel independen.

Sedangkan 17% persen dijelaskan oleh variabel di luar penelitian ini.

Tabel 4.5

Tabel Interpretasi Random Effect Model

Variable Coefficient Ind. Effect Prob

C 4.942695 0.0013

JKW? 0.537714 0.0001

JH? 0.542934 0.0452

PPK? 2.689433 0.0000

Random Effects (Cross)

Bantul_C -0.002408 4.940287

Gunungkidul_C -1.692881 3.249814

Kulonprogo_C 0.478631 5.421326

Page 84: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

67

Sleman_C 0.280284 5.222979

Yogyakarta_C 0.936374 5.879069

Sumber: Hasil olah data menggunakan Eviews 9

Dalam penelitian menggunakan Random Effect Model dilihat dari

hasil Individual Effect, Kota Yogyakarta merupakan daerah dengan hasil

terbesar dibandingkan dengan empat daerah lainnya. Hal ini dikarenakan

Kota Yogyakarta merupakan pusat kota dari Provinsi DIY di mana

kegiatan pariwisata berjalan sangat baik.

a. Model Persamaan Bantul

YPAD = 4.940287 + 0.537714 JKW + 0.542934 JH + 2.689433

PPK + ε

Bila terjadi perubahan sebesar 1 jiwa pada jumlah kunjungan objek

wisata. 1 unit pada jumlah hotel, dan 1 satuan pada pendapatan

perkapita, maka Kabupaten Bantul akan mendapat pengaruh individu

sebesar 4.940 satuan.

b. Model Persamaan Gunungkidul

YPAD = 3.249814 + 0.537714 JKW 0.542934 PH JH + + 2.689433

PPK + ε

Bila terjadi perubahan sebesar1 jiwa pada jumlah kunjungan objek

wisata. 1 unit pada jumlah hotel, dan 1 satuan pada pendapatan

perkapita, maka Kabupaten Gunungkidul akan mendapat pengaruh

individu sebesar 3.249 satuan.

c. Model Persamaan Kulonprogo

YPAD = 5.421326 + 0.537714 JKW + 0.542934 JH + 2.689433

PPK + ε

Bila terjadi perubahan sebesar 1 jiwa pada jumlah kunjungan

objek wisata. 1 unit pada jumlah hotel, dan 1 satuan pada pendapatan

perkapita, maka Kabupaten Kulonprogo akan mendapat pengaruh

individu sebesar 5.421 satuan.

d. Model Persamaan Sleman

YPAD = 5.222979 + 0.537714 JKW + 0.542934 JH + 2.689433

PPK + ε

Page 85: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

68

Bila terjadi perubahan sebesar 1 jiwa pada jumlah kunjungan

objek wisata. 1 unit pada jumlah hotel, dan 1 satuan pada pendapatan

perkapita, maka Kabupaten Sleman akan mendapat pengaruh

individu sebesar 5.222 satuan.

e. Model Persamaan Yogyakarta

YPAD = 5.879069 + 0.537714 JKW + 0.542934 JH + 2.689433

PPK + ε

Bila terjadi perubahan sebesar 1 jiwa pada jumlah kunjungan

objek wisata. 1 unit pada jumlah hotel, dan 1 satuan pada pendapatan

perkapita, maka Kota Yogyakarta akan mendapat pengaruh individu

sebesar 5.879 satuan. Kota Yogyakarta memiliki pengaruh paling

besar karena kota ini merupakan pusat kegiatan di provinsi ini,

terutama di bidang pariwisata dan budaya.

5. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui dan menguji kelayakan

atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Pada penelitian ini

uji asumsi klasik yang digunakan hanya uji multikolinearitas. Dalam

penelitian ini tidak menggunakan uji heteroskedastisitas karena model yang

terbaik untuk digunakan dalam penelitian ini yaitu Random Effect Model,

dimana metode REM dapat menghilangkan masalah heteroskedastisitas.

a. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas betujuan untuk mengetahui apakah ada

keterkaitan antara hubungan yang sempurna antara variabel-variabel

independen. Jika di dalam pengujian ternyata didapatkan sebuah

kesimpulan bahwa antara variabel independen saling terikat maka model

regresi yang digunakan tidak baik. Dikatakan terdapat multikolinearitas

antara variabel-variabel independen jika nilainya melebihi 0.8. Berikut

merupakan hasil dari uji multikolineritas pada penelitian ini.

Tabel 4. 5

Uji Multikolinearitas

Page 86: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

69

JKW JH PPK

JKW 1.000000 0.738841 0.561395

JH 0.738841 1.000000 0.640056

PPK 0.561395 0.640056 1.000000

Sumber: Hasil olah data dengan Eviews 9

Hasil dari uji multikolinearitas diatas menunjukkan bahwa nilai

koefisien masing-masing dari variabel independen (Jumlah Kunjungan

Objek Wisata, Jumlah Hotel, dan Pendapatan Per Kapita) dalam

penelitian ini yaitu berada di bawah 0.8 maka berarti dapat disimpulkan

bahwa tidak ada masalah multikolinearitas pada model yang digunakan

dalam penelitian ini.

D. Analisis Ekonomi

1. Jumlah Kunjungan Objek Wisata Terhadap PAD Sektor Pariwisata

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Jumlah Kunjungan

Objek Wisata memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap PAD

sektor pariwisata di seluruh Provinsi di Daerah Istimewa Yogyakarta.. hal ini

dapat dilihat dari nilai koefisien variabel JKW (Jumlah Kunjungan Objek

Wisata) sebesar 0.537714. hal ini dapat diartikan setiap peningkatan

kunjungan objek wisata maka akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

Sektor Pariwisata pada seluruh Kota/Kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

(Yumsinah:2016) yang menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan objek

wsiata memiliki pengaruh terhadap PAD. Penlitian selanjutnya dari

(Akhbary:2017) juga menunjukkan hal yang sama, yakni jumlah kunjungan

wisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap PAD Pariwisata

Kedatangan wisatawan ke obyek wisata akan mengahsilkan

penerimaan bagi obyek wisatai. Obyek wisata akan membayar kepada

pemerintah berupa retribusi. Banyaknya obyek wisata belum tentu

berpengaruh terhadap penerimaan daerah. Namun, dengan banyaknya

Page 87: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

70

kunjungan wisatawan ke obyek wisata akan memberikan dampak yang baik

bagi perekonomian sekitar serta terhadap pemerintah melalui retribusi obyek

wisata. Badan Pusat Statistik (2011), memberikan data bahwasanya Provinsi

DIY merupakan provinsi dengan urutan tiga sebagai daerah dengan

wisatawan terbanyak, setelah Provinsi Bali dan Provinsi DKI Jakarta. Apabila

melihat jumlah kunjungan obyek wisata, kedatangan wisatawan hanya

berpusat pada tiga daerah yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan

Kabupaten Bantul. Hal tersebut sebaiknya bisa diperbaiki kedepannya agar

seluruh kota/kabupaten memiliki angka yang tinggi sebagai daerah tujuan

wisata.

2. Jumlah Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Jumlah Hotel

memberikan pengaruh postif dan signifikan terhadap PAD sektor pariwisata

di seluruh Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal tersebut ditunjukkan

oleh koefisien Jumlah Hotel (JH) sebesar 0.542934 yang mana dapat diartikan

setiap peningkatan 1 unit hotel akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

sektor pariwisata pada seluruh Kota/Kabupaten di Provinsi DIY.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Akhbary (2017) yang

menunjukkan bahwa jumlah hotel di suatu daerah akan meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah. Hotel merupakan infrastruktur pendukung

pariwisata yang pasti dibutuhkan. Daerah dengan wisatawan yang ramai pasti

membutuhkan hotel yang banyak. Dengan dibangunnya hotel, maka aka nada

retribusi yang dikenakan yaitu retribusi izin mendirikan usaha. Retribusi

inilah yang akan memberikan dampak terhadap Pendapatan Asli Daerah,

utamanya pada bidang pariwisata.

3. Pendapatan Perkapita Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Pendapatan Perkapita

memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap PAD Sektor Pariwisata

di seluruh Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal tersebut ditunjukkan

oleh koefisien Pendapatan Perkapita (PPK) sebesar 2.689433. Hal ini dapat

Page 88: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

71

juga diartikan setiap peningkatan pendapatan perkapita maka akan

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sektor pariwisata.

Argumen dari penelitian ini sesuai dengan penelitian milik Murib dkk

(2013) dan Yuniartininingsih (2017) yang sama-sama menunjukkan

pendapatan perkapita akan mempengaruhi peningkatan pada Pendapatan Asli

Daerah secara positif dansignifikan

Pariwisata tidak selamanya tentang berkunjung dari suatu daerah ke

daerah lain. Namun menikmati suguhan yang disajikan sebagai hiburan juga

merupakan bagian dari wisata yaitu menikmati sarana hiburan. dalam hal ini,

masyarakat sekitar juga memiliki andil dalam meningkatkan penerimaan

daerah. Menonton film, menikmati pameran, menonton pagelaran kesenian,

atau makan di restoan merupakan bagian dari bentuk sarana wisata yang bisa

dinikmati oleh masyarakat sekitar karena sarana-sarana tersebut akan

memberikan pajak terhadap pemerintah. Keputusan masyarakat untuk

menikmati hiburan-hiburan tentunya dipengaruhi oleh pendapatan yang

mereka terima, dalam hal ini variabel yang menggambarkan adalah

pendapatan perkapita yakni rata-rata pendapatan per kepala keluarga di suatu

daerah. Semakin tinggi pendapatan perkapita, maka semakin besar peluang

untuk mengeluarkan uang di bidang pariwisata, yang nantinya akan

berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah sektor pariwisata

Page 89: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah pada Kota/Kabupaten di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta. Kurun waktu yang digunakan adalah dalam 8

tahun, yakni tahun 2011-2018. Berdasarkan data yang sudah diuji, maka penulis

dapat mengambil kesimpulan berupa:

1. Jumlah Kunjungan Objek Wisata sebagai X1 berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata pada

Kota/Kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta periode 2011-2018.

2. Infrastruktur Hotel yang diwakili oleh Jumlah Hotel sebagai X2 berpengaruh

positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata

pada Kota/Kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta periode 2011-

2018.

3. Pendapatan Perkapita sebagai X3 berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata pada Kota/Kabupaten di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta periode 2011-2018.

4. Jumlah Kunjungan Objek Wisata, Jumlah Hotel, dan Pendapatan Perkapita

secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap PAD Sektor Pariwisata

pada Kota/Kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta periode 2011-

2018 sebesar 0.83 atau 83%.

B. Saran

1. Bagi Akademisi

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan peneliti selanjutnya yang

ingin mengambil variabel terikat Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor

pariwisata mampu mencari variabel independen lain yang memiliki

keterkaitan.

Page 90: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

73

2. Bagi Pemerintah

Hasil dari penelitian ini menunjukan seluruh variabel independen

(Jumlah Kunjungan Objek Wisata, Jumlah Hotel, dan Pendapatan Perkapita)

memberikan pengaruh positif dan signifikan, adapun variabel pendapatan

perkapita memiliki koefisien tertinggi. Pemerintah sebaiknya memfokuskan

pembangunan pada bidang-bidang tersebut agar Pendapatan Asli Daerah

pada sektor pariwisata mampu terus mengalami peningkatan.

Page 91: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

74

Daftar Pustaka

Basuki, A. T. (2016). Analisis Regresi dalam Penlitian Ekonomi dan Bisnis:

Dilengkapi Aplikasi SPSS dan Eviews. Jakarta: Rajawali Press.

Bird, R. M. (1992). Taxing Tourism in Developing Countries. World Development,

Vol.20 No.8.

Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng. (2016, Desember 16). Sekilas Wawasan

Tentang Pengertian Pariwisata dan Pengertiannya. Dipetik Juli 9, 2019,

dari dispar.bulelengkab.go.id:

https://dispar.bulelengkab.go.id/artikel/sekilas-wawasan-tentang-

pengertian-pariwisata-dan-wisata-wisatanya-66

Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta . (2012). Statistik

Kepariwisataan D.I Yogyakarta 2011. Yogyakarta: Dinas Pariwisata

Provinsi DIY.

Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. (2011). Statistik

Kepariwisataan D.I Yogyakarta 2010. Yogyakarta: Dinas Pariwisata

Provinsi DIY.

Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. (2013). Statistik

Kepariwisataan D.I Yogyakarta 2012. Yogyakarta: Dinas Pariwisata

Provinsi DIY.

Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. (2014). Statistik

Kepariwisataan D.I Yogyakarta 2013. Yogyakarta: Dinas Pariwisata

Provinsi DIY.

Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. (2015). Statistik

Kepariwisataan D.I Yogyakarta 2014. Yogyakarta: Dinas Pariwisata

Provinsi DIY.

Page 92: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

75

Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. (2016). Statistik

Kepariwisataan D.I Yogyakarta 2015. Yogyakarta: Dinas Pariwisata

Provinsi DIY'.

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. (2017). Retribusi Daerah. Dipetik

Agustus 8, 2019, dari DJPK Kemenkeu: http://www.djpk.kemenkeu.go.id

Goorochurn, N., & Sinclair, M. T. (2005). Economics of Tourism Taxation:

Evidence from Mauritius. Annals of Tourism Research.

Handayani, D. (2015). Strategi Bauran Komunikasi Pemasaran Untuk Menarik

Minat Kunjungan Wisatawan Lokal dan Mancanegara Pada Pariwisata

Saung Angklung Udjo Bandung. 2.

Herlina, R. (2005). Pendapatan Asli Daerah. Jakarta: Arifgosita.

Hewson, N. (2014). Local Government and Tourism Discussion Paper. West

Leederville: WALGA.

Incera, A. C., & Fernandez, M. F. (2015). Tourism and Income Distribution:

Evidence From A Developed Regional Country. Tourism Management.

Juanda, B., & Junaidi. (2012). Ekonometrika Deret Waktu. Bogor: PT Penerbit IPB

Press.

Kementerian Keuangan RI. (t.thn.). APBD, Realisasi APBD, dan Neraca. Dipetik

September 7, 2019, dari Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal

Perimbangan Keuangan: http://www.djpk.kemenkeu.go.id

Klikpajak. (t.thn.). Golongan Retribusi Daerah Serta Penjelasannya. Dipetik

November 2, 2019, dari klikpajak.id

Nurcholis, H. (2007). Teori dan Praktik Pemerintahan Otonomi Daerah. Jakarta:

Grasindo.

Online Pajak. (2018, September 6). Pajak Daerah: Pengertian, Ciri-ciri, Jenis, dan

lainnya. Dipetik Juni 10, 2019, dari Aplikasi Online Pajak: online-

pajak.com/pajak-daerah

Page 93: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

76

Pemerintah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. (n.d.). Peraturan

Daerah DIY No.1 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan (RIPPARDA) DIY. Yogyakarta.

Pemerintah Kabupaten Kendal. (t.thn.). Portal Informasi Kuangan. Dipetik

Oktober 3, 2019, dari Website Pemerintah Kabupaten Kendal:

keungan.kendalkab.go.id

Pendit, N. S. (2006). Ilmu Pariwisata (Sebuah Pengantar Perdana). Bandung:

Pradnya Pramita.

Pramono, H. (1993). Dampak Pembangunan Pariwisata Terhadap Ekonomi, Sosial,

dan Budaya. Cakrawala Pendidikan No.1.

Putri, R. B., Kumadji, S., & Darono, A. (2014). Analisis Penerimaan Pajak Hotel,

Pajak Restoran, Pajak Hiburan Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah

(Studi Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang. Jurnal Perpajakan

Vol.3 Nomor 1.

Suartini, N. N., & Utama, M. S. (t.thn.). Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan,

Pajak Hiburan, Pajak Hotel dan Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah

di Kabupaten Gianyar.

Sulistiyowati, C. (2017). Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan, Retribusi Obyek

Wisata, Pajak Hotel dan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Karanganyar.

Suwena, I. K., & Widyatmaja, I. G. (2017). Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata.

Denpasar: Pustaka Larasan.

Swantara, K. B., & Darsana, I. B. (2017). Pengaruh Kunjungan Wisatawan,

Pendapatan PHR, dan Penerimaan Retribusi Obyek Wisata Terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Gianyar. E-Jurnal EP UNUD, Vol.6.

Yumsinah, S. (2016). Pengaruh Jumlah Wisatawan Terhadap Pendapatan Asli

Daerah di Kabupaten Pandeglang Tahun 2005-2015.

Page 94: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

77

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Data Penelitian

Nomor Kota/Kabupaten PAD JKW JH PPK

1 Yogyakarta 56368254594 3463661 360 46.38

2 Yogyakarta 76842342512 4084303 386 48.26

3 Yogyakarta 94840264727 4641005 401 50.26

4 Yogyakarta 116146936925 5251352 399 52.26

5 Yogyakarta 116146936925 5619231 419 54.25

6 Yogyakarta 162390765921 5520952 420 56.34

7 Yogyakarta 186241789463 5547626 400 58.59

8 Yogyakarta 177219549020 4752351 577 61.11

9 Sleman 38943756254 4275574 394 20.28

10 Sleman 53194912852 3169450 394 21.22

11 Sleman 68632185594 3654145 400 22.21

12 Sleman 84780228453 4233958 392 23.1

13 Sleman 104985102620 4950934 389 24.06

14 Sleman 137152075928 5942468 392 25.04

15 Sleman 180915056183 6814558 388 26.09

16 Sleman 218475244777 7898808 610 27.46

17 Bantul 7399158783 2521303 271 13.8

18 Bantul 12529648331 2378209 285 14.34

19 Bantul 14533814042 2037874 279 14.92

20 Bantul 16046012057 2708816 249 15.47

21 Bantul 18281328042 4519199 262 16.04

22 Bantul 21901264614 5148633 262 16.64

23 Bantul 17774915394 9141550 251 17.29

24 Bantul 47172656857 8840442 285 18.03

25 Gunungkidul 2309007231 688405 53 13.05

26 Gunungkidul 8478767503 1279065 63 13.99

27 Gunungkidul 8168857392 1822251 62 14.53

28 Gunungkidul 17415255577 3685137 71 15.03

29 Gunungkidul 24107812555 2642759 70 15.59

30 Gunungkidul 28375385566 3479890 88 16.18

31 Gunungkidul 32758748570 3246996 73 16.83

32 Gunungkidul 25786324803 3055284 77 17.54

33 Kulonprogo 1177811000 545743 20 13.3

34 Kulonprogo 2110851769 596529 26 13.73

35 Kulonprogo 2646017079 603878 26 14.24

36 Kulonprogo 2544115778 904972 27 14.72

Page 95: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

78

37 Kulonprogo 3420774733 519725 26 15.23

38 Kulonprogo 4004044791 1353400 26 15.79

39 Kulonprogo 5323777984 1400786 26 16.55

No Kota/Kabupaten PAD JKW JH PPK

40 Kulonprogo 6570894589 1969623 26 18.15

2. Data Penelitian (Dalam LN)

Nomor Tahun Kota/Kabupaten PAD JKW JH PPK

1 2011 Yogyakarta 24.75517 15.05784 5.886104 3.836868

2 2012 Yogyakarta 25.06502 15.22266 5.955837 3.876603

3 2013 Yogyakarta 25.27546 15.35044 5.993961 3.91721

4 2014 Yogyakarta 25.47812 15.474 5.988961 3.956231

5 2015 Yogyakarta 25.47812 15.54171 6.037871 3.993603

6 2016 Yogyakarta 25.81327 15.52406 6.040255 4.031405

7 2017 Yogyakarta 25.95031 15.52888 5.991465 4.070564

8 2018 Yogyakarta 25.90066 15.37415 6.357842 4.112676

9 2011 Sleman 24.38538 15.26843 5.976351 3.009635

10 2012 Sleman 24.69723 14.96907 5.976351 3.054944

11 2013 Sleman 24.95203 15.11137 5.991465 3.100543

12 2014 Sleman 25.16333 15.25865 5.971262 3.139833

13 2015 Sleman 25.37708 15.41509 5.963579 3.180551

14 2016 Sleman 25.64436 15.59764 5.971262 3.220475

15 2017 Sleman 25.92129 15.73457 5.961005 3.261552

16 2018 Sleman 26.10994 15.88222 6.413459 3.31273

17 2011 Bantul 22.72463 14.74029 5.602119 2.624669

18 2012 Bantul 23.25136 14.68186 5.652489 2.663053

19 2013 Bantul 23.39974 14.52742 5.631212 2.702703

20 2014 Bantul 23.49873 14.81202 5.517453 2.738903

21 2015 Bantul 23.62915 15.32385 5.568345 2.775086

22 2016 Bantul 23.80981 15.45424 5.568345 2.811809

23 2017 Bantul 23.60105 16.02834 5.525453 2.850128

24 2018 Bantul 24.57708 15.99485 5.652489 2.892037

25 2011 Gunungkidul 21.56008 13.44213 3.970292 2.568788

26 2012 Gunungkidul 22.86083 14.06164 4.143135 2.638343

27 2013 Gunungkidul 22.82359 14.41558 4.127134 2.676215

28 2014 Gunungkidul 23.58061 15.11982 4.26268 2.710048

29 2015 Gunungkidul 23.9058 14.78733 4.248495 2.74663

30 2016 Gunungkidul 24.06879 15.06251 4.477337 2.783776

31 2017 Gunungkidul 24.21244 14.99324 4.290459 2.823163

32 2018 Gunungkidul 23.97311 14.93238 4.343805 2.864484

33 2011 Kulonprogo 20.88692 13.2099 2.995732 2.587764

Page 96: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

79

34 2012 Kulonprogo 21.47036 13.29888 3.258097 2.619583

35 2013 Kulonprogo 21.69632 13.31113 3.258097 2.656055

36 2014 Kulonprogo 21.65705 13.71566 3.295837 2.689207

No Tahun Kota/Kabupaten PAD JKW JH PPK

37 2015 Kulonprogo 21.95313 13.16106 3.258097 2.723267

38 2016 Kulonprogo 22.11057 14.11813 3.258097 2.759377

39 2017 Kulonprogo 22.39545 14.15254 3.258097 2.806386

40 2018 Kulonprogo 22.60592 14.49335 3.258097 2.898671

3. Common Effect Model

Dependent Variable: PAD

Method: Panel Least Squares

Date: 01/09/20 Time: 17:19

Sample: 2011 2018

Periods included: 8

Cross-sections included: 5

Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 5.901421 2.101119 2.808703 0.0080

JKW 0.887725 0.173799 5.107758 0.0000

JH 0.310764 0.131679 2.360022 0.0238

PPK 1.061978 0.197095 5.388169 0.0000 R-squared 0.906619 Mean dependent var 23.90548

Adjusted R-squared 0.898838 S.D. dependent var 1.477912

S.E. of regression 0.470065 Akaike info criterion 1.422747

Sum squared resid 7.954594 Schwarz criterion 1.591635

Log likelihood -24.45494 Hannan-Quinn criter. 1.483812

F-statistic 116.5064 Durbin-Watson stat 0.695719

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 97: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

80

4. Fixed Effect Model

Dependent Variable: PAD

Method: Panel Least Squares

Date: 01/09/20 Time: 17:20

Sample: 2011 2018

Periods included: 8

Cross-sections included: 5

Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.798319 1.683514 1.662190 0.1062

JKW 0.312674 0.143343 2.181303 0.0366

JH 0.912788 0.379528 2.405062 0.0221

PPK 3.872779 0.752236 5.148356 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.979980 Mean dependent var 23.90548

Adjusted R-squared 0.975601 S.D. dependent var 1.477912

S.E. of regression 0.230852 Akaike info criterion 0.082779

Sum squared resid 1.705368 Schwarz criterion 0.420555

Log likelihood 6.344424 Hannan-Quinn criter. 0.204908

F-statistic 223.7755 Durbin-Watson stat 1.945860

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 98: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

81

5. Random Effect Model

Dependent Variable: PAD

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date: 01/09/20 Time: 17:21

Sample: 2011 2018

Periods included: 8

Cross-sections included: 5

Total panel (balanced) observations: 40

Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 4.942695 1.413443 3.496918 0.0013

JKW 0.537714 0.122406 4.392888 0.0001

JH 0.542934 0.261711 2.074558 0.0452

PPK 2.689433 0.569469 4.722707 0.0000 Effects Specification

S.D. Rho Cross-section random 0.729265 0.9089

Idiosyncratic random 0.230852 0.0911 Weighted Statistics R-squared 0.830871 Mean dependent var 2.658877

Adjusted R-squared 0.816777 S.D. dependent var 0.607000

S.E. of regression 0.259824 Sum squared resid 2.430303

F-statistic 58.95182 Durbin-Watson stat 1.584439

Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.586328 Mean dependent var 23.90548

Sum squared resid 35.23853 Durbin-Watson stat 0.109274

Page 99: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

82

6. Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: EQ

Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 29.315543 (4,32) 0.0000

Cross-section Chi-square 61.598736 4 0.0000

Cross-section fixed effects test equation:

Dependent Variable: PAD

Method: Panel Least Squares

Date: 01/09/20 Time: 17:20

Sample: 2011 2018

Periods included: 8

Cross-sections included: 5

Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 5.901421 2.101119 2.808703 0.0080

JKW 0.887725 0.173799 5.107758 0.0000

JH 0.310764 0.131679 2.360022 0.0238

PPK 1.061978 0.197095 5.388169 0.0000 R-squared 0.906619 Mean dependent var 23.90548

Adjusted R-squared 0.898838 S.D. dependent var 1.477912

S.E. of regression 0.470065 Akaike info criterion 1.422747

Sum squared resid 7.954594 Schwarz criterion 1.591635

Log likelihood -24.45494 Hannan-Quinn criter. 1.483812

F-statistic 116.5064 Durbin-Watson stat 0.695719

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 100: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

83

7. Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation: EQ

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 12.602864 3 0.0056

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. JKW 0.312674 0.537714 0.005564 0.0026

JH 0.912788 0.542934 0.075549 0.1784

PPK 3.872779 2.689433 0.241564 0.0161

Cross-section random effects test equation:

Dependent Variable: PAD

Method: Panel Least Squares

Date: 01/09/20 Time: 17:21

Sample: 2011 2018

Periods included: 8

Cross-sections included: 5

Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.798319 1.683514 1.662190 0.1062

JKW 0.312674 0.143343 2.181303 0.0366

JH 0.912788 0.379528 2.405062 0.0221

PPK 3.872779 0.752236 5.148356 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.979980 Mean dependent var 23.90548

Adjusted R-squared 0.975601 S.D. dependent var 1.477912

S.E. of regression 0.230852 Akaike info criterion 0.082779

Sum squared resid 1.705368 Schwarz criterion 0.420555

Log likelihood 6.344424 Hannan-Quinn criter. 0.204908

F-statistic 223.7755 Durbin-Watson stat 1.945860

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 101: ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

84

8. Random Effect Model (Individual Effect)

Dependent Variable: PAD?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)

Date: 01/09/20 Time: 18:10

Sample: 1 8

Included observations: 8

Cross-sections included: 5

Total pool (balanced) observations: 40

Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 4.942695 1.413443 3.496918 0.0013

JKW? 0.537714 0.122406 4.392888 0.0001

JH? 0.542934 0.261711 2.074558 0.0452

PPK? 2.689433 0.569469 4.722707 0.0000

Random Effects (Cross)

BANTUL--C -0.002408

GUNUNGKIDUL--C -1.692881

KULONPROGO--C 0.478631

SLEMAN--C 0.280284

YOGYAKARTA--C 0.936374 Effects Specification

S.D. Rho Cross-section random 0.729265 0.9089

Idiosyncratic random 0.230852 0.0911 Weighted Statistics R-squared 0.830871 Mean dependent var 2.658877

Adjusted R-squared 0.816777 S.D. dependent var 0.607000

S.E. of regression 0.259824 Sum squared resid 2.430303

F-statistic 58.95182 Durbin-Watson stat 1.584439

Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.586328 Mean dependent var 23.90548

Sum squared resid 35.23853 Durbin-Watson stat 0.109274