deputi bidang investigasi - bpkp.go.id 2014 full.pdf · d. struktur organisasi 4 e. sistematika...

96
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI DEPUTI BIDANG INVESTIGASI Nomor: LAP-2/D6/02/2015 Tanggal 28 Januari 2015

Upload: leminh

Post on 30-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DEPUTI BIDANG INVESTIGASIDEPUTI BIDANG INVESTIGASI

Nomor: LAP-2/D6/02/2015Tanggal 28 Januari 2015

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi i

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas perkenanNya Deputi

Bidang Investigasi dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

Tahun 2014.

Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 berpedoman pada

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB)

Nomor 53 Tahun 2014 tanggal 1 Desember 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,

Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan

Kinerja ini merupakan media pertanggungjawaban Deputi Bidang Investigasi dalam

mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 memberikan gambaran mengenai

pertanggungjawaban atas pemanfaatan sumber daya yang dikelola Deputi Bidang

Investigasi beserta seluruh Direktorat yang berada dalam struktur di bawahnya dalam

rangka menjalankan tugas pokok dan fungsinya.

Pada tahun 2014 sebagian besar kegiatan dalam rangka mencapai sasaran program

terealisasi melebihi target yang telah ditetapkan. Namun demikian, masih ada beberapa

kegiatan yang belum memenuhi target kinerja dan dengan penuh kesadaran hal tersebut

akan menjadi perhatian bagi seluruh jajaran di lingkungan Deputi Bidang Investigasi untuk

meningkatkan kinerja dengan lebih baik dan profesional pada tahun-tahun mendatang.

Deputi Kepala BPKPBidang Investigasi

Iswan ElmiNIP 19600127 198102 1 001

Kata Pengantar

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi ii

Sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tanggal 28 Agustus

2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan dalam rangka membantu

pemerintah mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, BPKP telah merumuskan visi:

Auditor Presiden yang responsif, interaktif, dan terpercaya untuk mewujudkan

akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas

Berdasarkan visi BPKP tersebut telah dirumuskan 4 (empat) misi. Misi BPKP yang

terkait dengan Deputi Bidang Investigasi adalah misi 1:

Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara

yang mendukung tata kelola kepemerintahan yang baik dan bebas KKN

Penjabaran atau implementasi dari misi yang akan dicapai dituangkan dalam tujuan

dan sasaran strategis. Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan,

dengan memperhatikan sumber daya organisasi dan kondisi lingkungan, Deputi Bidang

Investigasi menetapkan program dan kegiatan dalam Renstra yang dinyatakan dalam suatu

indikator kinerja yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berjangka waktu.

Keberhasilan program diukur dengan indikator hasil (outcome), sedangkan keberhasilan

kegiatan diukur dengan menggunakan indikator keluaran (output).

Pada tahun 2014, rata-rata capaian kinerja outcome adalah sebesar 101,09% yang

dihitung berdasarkan indikator :

1) Persentase tingkat pemahaman dan kepedulian publik atas permasalahan korupsi

sebesar 86,50% atau 108,13% dari target 80%.

2) IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yang mengimplementasikan Fraud Control

Plan sebanyak 17 instansi atau 120% dari target 14 instansi.

3) IPP/IPD/BUMN/BUMD yang membuat/mengoreksi kebijakan sebanyak 6 instansi

atau 120% dari target 5 instansi.

4) Persentase terselesaikannya kasus Hambatan Kelancaran Pembangunan, Klaim, dan

Eskalasi sebesar 84,21% atau 100,25% dari target 84%.

Ringkasan Pimpinan

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi iii

5) Target persentase penyerahan kasus pada Instansi Penegak Hukum terealisasi

99,50% atau 117,06% dari target 85%.

6) Hasil audit investigatif yang ditindaklanjuti oleh instansi berwenang terealisasi

21,34% atau 42,68% dari target 50%.

7) Persentase telaahan terhadap laporan penugasan investigasi yang memenuhi

standar terealisasi 97,15% atau 107,95% dari target 90%.

8) Reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat yang ditindaklanjuti tercapai

9,26% atau 92,59% dari target 10%.

Pencapaian sasaran outcome tersebut didukung dengan peningkatan kapasitas SDM,

sarana prasarana pelaksanaan tugas, dan tersedianya anggaran pelaksanaan kegiatan.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi iv

Halaman

Kata Pengantar i

Ringkasan Pimpinan ii

Daftar Isi iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Tugas, Fungsi, dan Wewenang Organisasi 1

B. Aspek Strategis Organisasi 2

C. Kegiatan dan Layanan Produk Organisasi 3

D. Struktur Organisasi 4

E. Sistematika Penyajian 8

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

A. Rencana Strategis 2010-2014 10

B. Perjanjian Kinerja Tahun 2014 19

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja 22

B. Analisis Capaian Kinerja 25

C. Akuntabilitas Keuangan 75

D. Lain-lain 76

BAB IV PENUTUP 85

Lampiran

Daftar Isi

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 1

PENDAHULUAN

A. Tugas, Fungsi, dan Wewenang Organisasi

erdasarkan Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor: KEP-06.00.00-080/K/2001

tanggal 20 Februari 2001 Deputi Bidang Investigasi mempunyai tugas

melaksanakan perumusan kebijakan di bidang investigasi. Dalam melaksanakan

tugas tersebut, Deputi Bidang Investigasi menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan kebijakan teknis investigasi dan penyusunan rencana investigasi.

2. Penyusunan pedoman teknis dan pemberian bimbingan teknis investigasi.

3. Koordinasi dan pelaksanaan investigasi terhadap kasus penyimpangan yang

berindikasi merugikan negara dan terhadap hambatan kelancaran pembangunan

pada instansi pemerintah pusat dan daerah, badan usaha milik negara, badan-

badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, dan badan

usaha milik daerah.

4. Pemberian bantuan investigasi terhadap kasus penyimpangan yang berindikasi

merugikan negara dan terhadap hambatan kelancaran pembangunan pada

instansi pemerintah pusat dan daerah, badan usaha milik negara, badan-badan

lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik

daerah atas permintaan pihak yang berwenang, instansi atau badan usaha yang

bersangkutan, instansi penyidik dan/atau instansi/lembaga yang berwenang

lainnya.

5. Pemantauan tindak lanjut hasil investigasi.

6. Evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan investigasi.

7. Analisis, evaluasi, dan penyusunan laporan hasil investigasi.

B

BAB I

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 2

B. Aspek Strategis Organisasi

Sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008 tanggal 28 Agustus 2008 tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), BPKP memiliki mandat sebagai pengawas intern

akuntabilitas keuangan negara dan pembina penyelenggaraan SPIP. Terbitnya PP No. 60

Tahun 2008 menjadi pemicu terjadinya perubahan visi BPKP karena cakupan penugasan

BPKP yang semakin luas, dan adanya perubahan paradigma yang lebih mengedepankan

pencegahan dengan pembangunan suatu system yang mampu mencegah kecurangan/

penyimpangan atau memudahkan pendeteksian adanya kecurangan/ penyimpangan.

Selain itu, terdapat ekspektasi dari stakeholder agar BPKP mendorong pengelolaan

pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance) dan meningkatkan

upaya-upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. Prinsip-prinsip tata pemerintahan

yang baik dan bersih tersebut menuntut Deputi Bidang Investigasi mempertajam strategi

pengawasan yang berorientasi pada pemberian bantuan dalam rangka mencegah

terjadinya tindak pidana korupsi. Korupsi di negara Republik Indonesia telah merusak

sendi-sendi ekonomi kehidupan bangsa. Pembangunan bangsa dan negara menjadi

terhambat karena penggunaan sumber daya yang dimiliki negara tidak teralokasikan

secara baik untuk kepentingan bangsa dan negara, tetapi hanya dinikmati segelintir

orang. Berdasarkan pemikiran tersebut, Deputi Bidang Investigasi menerapkan tiga pilar

strategi pemberantasan korupsi yang bersifat komprehensif yang meliputi upaya

represif, upaya preventif, dan upaya edukatif/pre-emptif, yang saling terkait satu dengan

yang lainnya.

Ketiga pilar tersebut merupakan langkah-langkah strategis dalam memerangi

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), yang dilakukan secara bertahap, yang ditujukan

untuk menciptakan sistem dan iklim yang mencegah dan memudahkan pengungkapan

kejadian KKN. Upaya untuk memerangi KKN tersebut mempertimbangkan berbagai

aspek kejadian KKN yang antara lain penyebabnya berasal dari institusi/administrasi,

manusia, dan sosial budaya. Disamping optimalisasi pilar investigatif yang dilaksanakan

dengan berbagai kesulitan dan kendala yang dihadapi oleh aparat penegak hukum, maka

pilar pre-emptif dan preventif merupakan strategi yang tepat diintensifkan

pelaksanaannya karena strategi ini mempunyai daya tangkal yang kuat untuk mencegah

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 3

agar korupsi tidak terjadi dimasa yang akan datang. Strategi memerangi KKN melalui

program ini, secara bertahap pada akhirnya ditujukan untuk terciptanya iklim yang

mencegah dan memudahkan pengungkapan kejadian KKN.

C. Kegiatan dan Layanan Produk Organisasi

Sesuai dengan Peraturan Kepala BPKP Nomor: PER-1314/K/D6/2012 tanggal 16

Oktober 2012 tentang Pedoman Penugasan Bidang Investigasi (PPBI), Deputi Bidang

Investigasi melaksanakan kegiatan/penugasan bidang investigasi untuk memenuhi

akuntabilitas yang menjadi perhatian para stakeholder. Kegiatan/penugasan tersebut

meliputi:

1. Audit Investigatif

2. Audit dalam rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara

3. Pemberian Keterangan Ahli

4. Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan

5. Audit Penyesuaian Harga

6. Audit Klaim

7. Fraud Control Plan (FCP)

8. Kajian Peraturan yang membuka peluang terjadinya tindak pidana korupsi

9. Penugasan investigasi lainnya yang berkaitan dengan upaya pencegahan

korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)

Penugasan bidang investigasi harus didasarkan pada alasan yang cukup, yaitu:

1. Adanya indikasi penyimpangan yang menimbulkan kerugian keuangan negara

dari pengembangan hasil audit operasional.

2. Pengembangan informasi laporan/pengaduan masyarakat yang layak untuk

ditindaklanjuti.

3. Permintaan instansi penyidik atau penetapan pengadilan.

4. Permintaan dari pimpinan/atasan pimpinan Objek Penugasan.

Seiring dengan perkembangan teknologi, Deputi Bidang Investigasi melaksanakan

penugasan forensik komputer. Untuk menunjang pelaksanaan penugasan tersebut, pada

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 4

tahun 2012 dibangun Laboratorium Forensik Komputer dan dibentuk Satuan Tugas

(Satgas) Forensik Komputer.

D. Struktur Organisasi

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-06.00.00-080/K/2001

tanggal 20 Pebruari 2001, struktur organisasi Deputi Bidang Investigasi terdiri dari 3

(tiga) Direktorat. Masing-masing Direktorat mempunyai Sub Direktorat dan Kelompok

Pejabat Fungsional. Untuk urusan Tata Usaha, Deputi Bidang Investigasi memperoleh

staf perbantuan dari Sekretariat Utama.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 5

BAGAN 1.1STRUKTUR ORGANISASI

DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

Deputi Bidang InvestigasiIswan Elmi

Direktur Investigasi InstansiPemerintah

Samono

Kasubdit InvestigasiInstansi Pemerintah

Pusat IIrham

Kasubdit InvestigasiInstansi Pemerintah

Pusat IISugiharto

Kasubdit InvestigasiInstansi Pemerintah

DaerahPiping Effrianto

Kelompok JabatanFungsional

Direktur Investigasi BUMNdan BUMD

Alexander Rubi Satyoadi

Kasubdit InvestigasiBUMN

Nasrul Wathon

Kasubdit InvestigasiBUMD

Joko Supriyanto

Kelompok JabatanFungsional

Direktur InvestigasiHambatan Kelancaran

PembangunanJuliver Sinaga

Kasubdit Investigasi HKPInstansi Pemerintah

Hieronymus Saktyo P

Kasubdit Investigasi HKPBUMN dan BUMD

Togar Sidabutar

Kelompok JabatanFungsional

Kasubbag Tata UsahaRendra Irawan

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 6

1. Direktorat Investigasi Instansi Pemerintah

Tugas pokok dan fungsi:

Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan

pedoman, pemberian bimbingan teknis investigasi, penyiapan bahan koordinasi,

penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi, penyusunan

rencana dan pengendalian pelaksanaan pemberian bantuan investigasi,

pemantauan tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan, analisis,

evaluasi dan penyusunan laporan hasil investigasi pada instansi pemerintah

pusat dan daerah.

2. Direktorat Investigasi Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah

Tugas pokok dan fungsi:

Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan

pedoman, pemberian bimbingan teknis investigasi, penyiapan bahan koordinasi,

penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi, penyusunan

rencana dan pengendalian pelaksanaan pemberian bantuan investigasi,

pemantauan tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan, analisis,

evaluasi dan penyusunan laporan hasil investigasi terhadap kasus penyimpangan

yang berindikasi merugikan keuangan negara pada Badan Usaha Milik Negara,

badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, dan

Badan Usaha Milik Daerah.

3. Direktorat Investigasi Hambatan Kelancaran Pembangunan

Tugas pokok dan fungsi :

Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan

pedoman, pemberian bimbingan teknis investigasi, penyiapan bahan koordinasi,

penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi, penyusunan

rencana dan pengendalian pelaksanaan pemberian bantuan investigasi,

pemantauan tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan, analisis,

evaluasi dan penyusunan laporan hasil investigasi terhadap hambatan

kelancaran pembangunan pada instansi pemerintah pusat dan daerah, Badan

Usaha Milik Negara, badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan

pemerintah, dan Badan Usaha Milik Daerah.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 7

4. Kepala Sub Bagian Tata Usaha Perbantuan VI

Mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha pengawasan, kepegawaian,

keuangan, perlengkapan dan administrasi Jabatan Fungsional di Deputi Bidang

Investigasi.

Jumlah pegawai Deputi Bidang Investigasi per 1 Januari 2014 sebanyak 101

orang. Jika dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2014 sebanyak 107 orang,

maka secara total terjadi penambahan jumlah pegawai sebanyak 6 orang. Jumlah

pegawai tersebut dapat klasifikasi sebagai berikut :

TABEL 1.1JUMLAH DAN KLASIFIKASI PEGAWAI TAHUN 2014

BERDASARKAN GOLONGAN

GOLONGANRUANG

TOTALa b c d e

IV 6 14 7 - 1 28

III 23 8 7 31 - 69

II - - 6 4 - 10

I - - - - - -

TOTAL 29 22 20 35 1 107

Jumlah dan klasifikasi berdasarkan golongan tersebut dapat digambarkan dengangrafik berikut:

II a

II b

II c

II d

III a

III b

III c

III d

IV a

IV b

IV c

IV d

IV e

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 8

TABEL 1.2JUMLAH DAN KLASIFIKASI PEGAWAI TAHUN 2014

BERDASARKAN JABATAN

UraianPosisi

01-01-2014

Mutasi Posisi

31-12-2014Tambah Kurang

Struktural

a. Eselon I 1 1 1 1

b. Eselon II 3 - - 3

c. Eselon III 7 3 3 7

d. Eselon IV - - - -

Fungsional Auditor

a. Auditor Madya 16 1 - 17

b. Auditor Muda 31 1 8 24

c. Auditor Pratama 1 - 1 -

d. Auditor Penyelia 8 2 3 7

e. Auditor PelaksanaLanjutan 1 - 1 -

f. Auditor Pelaksana 9 - 4 5

g. Calon Auditor Pratama - 20 - 20

Fungsional Lainnya 24 - 1 23

Jumlah 101 28 22 107

E. Sistematika Penyajian

Laporan Kinerja menginformasikan pencapaian kinerja Deputi Bidang Investigasi

selama tahun 2014 dibandingkan dengan Penetapan Kinerja (Tapkin) Tahun 2014 yang

merupakan komitmen Deputi Bidang Investigasi untuk mencapai kinerja sebaik-baiknya

sebagai upaya memenuhi misi organisasi. Melalui pembandingan tersebut akan

diperoleh celah kinerja (Performance Gap) untuk disempurnakan kembali dalam rencana

kinerja berikutnya.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 9

Sistematika penyajian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014, adalah

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi uraian umum mengenai tugas, fungsi dan wewenang Deputi

Bidang Investigasi, aspek strategis, kegiatan dan layanan produk,

struktur organisasi serta sistematika penyajian.

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Berisi uraian singkat mengenai Rencana Strategis (Renstra) 2010–

2014 yang menggambarkan visi, misi, tujuan, sasaran strategis,

Indikator Kinerja Utama (IKU), serta program dan kegiatan Deputi

Bidang Investigasi. Bab ini juga menguraikan mengenai Penetapan

Kinerja (Tapkin) yang menggambarkan kegiatan-kegiatan dalam

rangka mencapai target program serta pencapaian indikator

keberhasilannya tahun anggaran 2014.

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Berisi uraian mengenai capaian dan analisis masing-masing indikator

kinerja utama dan penjelasan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan

dalam mendukung capaian IKU.

BAB IV PENUTUP

Berisi uraian singkat mengenai keberhasilan dan kegagalan,

permasalahan dan kendala utama yang berkaitan dengan kinerja

kedeputian, serta langkah-langkah perbaikan kinerja yang akan

dilaksanakan pada tahun mendatang.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 10

PERENCANAANDAN PERJANJIAN KINERJA

A. Rencana Strategis Tahun 2010-2014

encana Strategis (Renstra) merupakan suatu bentuk perencanaan yang

berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 tahun, bersifat

taktis strategis yang menjabarkan strategis pelaksanaan tugas dan fungsi yang

akan dilaksanakan oleh Deputi Bidang Investigasi. Rencana Strategis Deputi Bidang

Investigasi Tahun 2010-2014 tidak terlepas dari Rencana Strategis Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan yang disusun dengan mengacu pada Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010–2014 yang telah ditetapkan

dengan Peraturan Presiden No.5 Tahun 2010 pada tanggal 15 Maret 2010.

Rencana Strategis memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program, dan

kegiatan dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Rencana Strategis

Tahun 2010-2014 diselaraskan dengan restrukturisasi program yang dilakukan oleh

Bappenas dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada tanggal 28 Agustus 2008.

1. Pernyataan Visi

Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bebas dari KKN, kepada

pemerintah diamanatkan untuk mengimplementasikan dan menegakkan kebijakan

dan program anti korupsi secara bertahap dan sistematis, mengembangkan

lingkungan sosial yang anti korupsi, memperluas dan mengembangkan partisipasi

warga negara, mengembangkan infrastruktur anti korupsi, meningkatkan

R

BAB II

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 11

pembaharuan administrasi pada bidang-bidang rawan korupsi dalam rangka

membangun good governance dalam pengelolaan pemerintahan dan pembangunan

di Indonesia.

Semangat reformasi tersebut menjadi inspirasi bagi BPKP sebagai pengawas

internal pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden untuk

mereposisi dan meredefinisi perannya agar dapat mendorong terwujudnya sistem

pengawasan nasional yang efektif. Reposisi dan redefinisi peran BPKP ini diharapkan

mampu meningkatkan efektivitas sistem pengawasan nasional dalam memberantas

KKN dan mendorong terwujudnya good governance baik dalam sektor pemerintahan

maupun sektor publik.

Deputi Bidang Investigasi sebagai bagian integral dari BPKP, harus ikut

mereposisi dan meredefinisi perannya untuk mendukung visi BPKP demi

terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN serta tercapainya

kelancaran pembangunan yang berkesinambungan.

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Deputi Bidang Investigasi telah

menetapkan visi yang menjadi arah perkembangan organisasi di masa mendatang.

Visi tersebut mengacu pada kebijakan pengawasan nasional dan visi BPKP yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Visi Deputi Bidang Investigasi sebagaimana dinyatakan dalam rencana

strategis adalah sebagai berikut:

VISIMenjadi investigator yang profesional, berintegritas dan berperan

aktif dalam pemberantasan KKN dan penanggulangan hambatan

kelancaran pembangunan dalam mewujudkan Good Governance

Demi terwujudnya visi yang telah disepakati tersebut, Deputi Bidang Investigasi dan

seluruh jajarannya mempunyai komitmen yang kuat bahwa dalam pelaksanaan tugas

audit investigatif mendatang harus berani menampilkan dirinya sebagai auditor

investigatif dengan mengembangkan kapabilitas, berdisiplin pada pelaksanaan tugas,

menghargai waktu, berorientasi pada pencapaian hasil yang berkualitas, serta

memiliki integritas moral dan etika yang lebih baik. Dengan integritas yang tinggi,

Deputi Bidang Investigasi membantu pemerintah untuk mengungkap kasus-kasus

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 12

yang berindikasi KKN, penanggulangan hambatan kelancaran pembangunan, dan

bekerja sama dengan aparat penegak hukum dalam rangka pemberantasan KKN.

Deputi Bidang Investigasi menanggapi tuntutan masyarakat terhadap

pemerintah untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintah yang baik sejalan

dengan meningkatnya tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat dari

pengaruh globalisasi.

2. Pernyataan Misi

Visi yang telah ditetapkan merupakan kesepakatan yang harus dilaksanakan

oleh seluruh jajaran Deputi Bidang Investigasi. Untuk mencapai visi yang telah

ditetapkan, Deputi Bidang Investigasi menetapkan misi sebagai berikut:

P

e

Penetapan misi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Misi kesatu, yaitu:

Misi ini dilatarbelakangi suatu tekad bahwa untuk mengakomodasi aspirasi

masyarakat yang sangat cepat berubah, dipersyaratkan suatu manajemen

pemerintahan yang responsif, antisipatif, dan mampu mengarahkan masyarakat

menjalani perubahan dan melakukan perbaikan–perbaikan. Melalui manajemen

pemerintahan yang demikian, diharapkan pemerintah dapat bekerja dengan lebih

efisien, efektif, responsif dan aspiratif terhadap perubahan. Hal ini menimbulkan

MISI 1Membantu terwujudnya aparatur pemerintah yang bersih dan

terselenggaranya manajemen pelaksanaan pembangunan

yang baik

MISI 2Meningkatkan kualitas hasil investigasi di bidang

pemberantasan KKN dan penanggulangan Hambatan

Kelancaran Pembangunan

“Membantu terwujudnya aparatur pemerintah yang bersih danterselenggaranya manajemen pelaksanaan pembangunan yang baik”

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 13

inspirasi bagi administrasi pemerintahan yang baik, meliputi transparansi,

partisipatif, dan akuntabel.

Misi kedua, yaitu:

BPKP sebagai lembaga yang memiliki tugas utama melakukan pengawasan

pembangunan, tidak terlepas dari kegiatan pemeriksaan yang menjadi bagian dari

kegiatan pengawasan. dalam melakukan pemeriksaan, termasuk yang dilakukan atas

permintaan kejaksaan atau kepolisian. BPKP melalui Deputi Bidang Investigasi harus

dapat berperan aktif membantu manajemen pemerintah di dalam mewujudkan

pemerintahan yang baik, yang salah satu tugasnya adalah melakukan pemeriksaan

terhadap kasus-kasus penyimpangan yang merugikan negara dan berindikasi tindak

pidana korupsi. Hal ini sejalan dengan salah satu butir misi sebagaimana

diamanatkan dalam TAP MPR No.IV/MPR/1999 yang menyatakan antara lain, bahwa

untuk mewujudkan visi bangsa indonesia di masa depan perlu diwujudkan “Aparatur

negara yang berfungsi melayani masyarakat, profesional, berdaya guna, produktif,

transparan dan bebas dari KKN”.

Dengan peran yang sangat strategis, diharapkan Deputi Bidang Investigasi

akan mampu memenuhi aspirasi atau harapan bangsa dan negara untuk

mewujudkan instansi pemerintah yang akuntabel dan aparatur negara yang bersih.

Dengan adanya instansi pemerintah yang akuntabel akan tumbuh budaya

berakuntabilitas di seluruh jajaran pemerintahan dan juga masyarakat secara luas,

yang merupakan salah satu pilar dari ciri-ciri kepemerintahan yang baik (good

governance), sehingga harapan masyarakat Indonesia untuk terwujudnya

pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN dapat segera direalisasikan.

“Meningkatkan kualitas hasil investigasi di bidang pemberantasanKKN dan penanggulangan Hambatan Kelancaran Pembangunan”

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 14

3. Tujuan Strategis

Penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai dalam

jangka waktu satu sampai lima tahun dituangkan dalam tujuan strategis Deputi

Bidang Investigasi. Tujuan akan menjadi arah perjalanan Deputi Bidang Investigasi

dan perbaikan-perbaikan yang diinginkan sesuai dengan tugas dan fungsi Deputi

Bidang Investigasi.

Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya, Deputi Bidang Investigasi

telah menetapkan tujuan:

1) Meningkatkan pemahaman mengenai praktek-praktek penyelenggaraan

Good Governance.

2) Perbaikan penyelenggaraan manajemen pelaksanaan pembangunan.

3) Terakomodasinya beberapa upaya strategi pemberantasan KKN dalam

peraturan perundang-undangan.

4) Meningkatkan hasil audit investigatif sesuai dengan persyaratan hukum

untuk diproses selanjutnya dan tindak lanjut atas rekomendasi evaluasi

Hambatan Kelancaran Pembangunan (HKP).

5) Meningkatkan kapasitas Sarana dan Prasarana penunjang kegiatan

penanganan kasus KKN dan Hambatan Kelancaran Pembangunan (HKP).

4. Sasaran Strategis

Berdasarkan tujuan tersebut diatas, Deputi Bidang Investigasi menetapkan

sasaran strategis yang merupakan ukuran pencapaian dari tujuan dan mencerminkan

berfungsinya outcome dari semua program yang telah ditetapkan. Sasaran strategis

yang ditetapkan Deputi Bidang Investigasi untuk Tahun 2010-2014 beserta targetnya

adalah sebagai berikut:

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 15

Tabel 2.1SASARAN STRATEGIS

No. Sasaran Strategis Indikator KinerjaTarget

2010 2014

1.Meningkatnya kualitas 1LKPP, 90% LKKL, dan 90%LKPD

Persentase masukan yangdimanfaatkan Presiden 70% 70%

2.

Meningkatnya kesadarandan keterlibatan K/L,Pemda, BUMN/BUMDdalam upaya pencegahandan pemberantasankorupsi

Persentase pemahaman dankepedulian atas permasalahankorupsi

70% 80%

IPP/IPD/BUMN/ BUMD berisikofraud yang mengimplementasikanFCP

10instansi

14instansi

IPP/IPD/BUMN/BUMD yangmembuat/ mengoreksi kebijakan

10instansi

5instansi

Persentase terselesaikannyakasus HKP, klaim, danpenyesuaian harga

80% 84%

Persentase penyerahan kasuskepada instansi penegakhukum

85% 85%

Hasil audit investigasi yangditindaklanjuti oleh InstansiBerwenang

20% 50%

Persentase telaahan terhadaplaporan penugasan investigasi yangmemenuhi standar

80% 90%

Reviu terhadap laporan danpengaduan masyarakatditindaklanjuti

10% 10%

5. Indikator Kinerja Utama

Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dengan

memperhatikan sumber daya organisasi dan kondisi lingkungan, Deputi Bidang

Investigasi menetapkan program dan kegiatan dalam Renstra yang dinyatakan dalam

suatu indikator kinerja yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berjangka

waktu. Keberhasilan program diukur dengan indikator hasil (outcome), sedangkan

keberhasilan kegiatan diukur dengan menggunakan indikator keluaran (output).

Indikator Kinerja Utama (IKU) Deputi Bidang Investigasi adalah sebagai

berikut:

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 16

Tabel 2.2TARGET INDIKATOR OUTCOME TAHUN 2010-2014

No. Program Utama

Indikator Outcome

Uraian SatuanTarget

2010 2011 2012 2013 2014

1.

ProgramPengawasan InternAkuntabilitasKeuangan Negaradan PembinaanPenyelenggaraanSistemPengendalianIntern PemerintahSasaran OutcomeMeningkatnyakualitas 1 LKPP,90% LKKL, dan 90%LKPD

Persentase masukanyang dimanfaatkanPresiden

% 70 70 70 70 70

2.

ProgramPengawasan InternAkuntabilitasKeuangan Negaradan PembinaanPenyelenggaraanSistemPengendalianIntern Pemerintah

Sasaran OutcomeMeningkatnyakesadaran danketerlibatan K/L,Pemda,BUMN/BUMDdalam upayapencegahan danpemberantasankorupsi menjadi77%

Persentase pemahamandan kepedulian ataspermasalahan korupsi

% 70 73 75 77 80

IPP/IPD/ BUMN/ BUMDberisiko fraud yangmengimplementasikanFCP

Instansi 10 11 12 13 14

IPP/IPD/ BUMN/ BUMDyang membuat/mengoreksi kebijakan

Instansi 10 8 6 6 5

Persentaseterselesaikannyakasus HKP, klaim,dan penyesuaianharga

% 80 82 84 84 84

Persentasepenyerahan kasuskepada instansipenegak hukum

% 85 85 85 85 85

Hasil audit investigasiyang ditindaklanjuti olehInstansi Berwenang

% 20 25 30 40 50

Persentase telaahanterhadap laporanpenugasan investigasiyang memenuhi standar

% 80 82 85 87 90

Reviu terhadap laporandan pengaduanmasyarakatditindaklanjuti

% 10 10 10 10 10

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 17

Tabel 2.3INDIKATOR KINERJA OUTPUT TAHUN 2010-2014

No. OutcomeIndikatorOutput

SatuanTarget

2010 2011 2012 2013 2014

1.

Persentasepemahaman dankepedulian atasPermasalahan Korupsi

Laporan HasilSosialisasiProgram AntiKorupsi

Laporan 247 169 259 346 341

2.

IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yangmengimplementasikan Fraud Control Plan(FCP)

Laporan HasilBimtek/Asistensi/Implementasi FCP

Laporan 110 109 103 142 141

3.

IPP/IPD/BUMN/BUMD yangmembuat/mengoreksikebijakan

Laporan HasilKajianPengawasan

Laporan 55 35 29 26 26

4.

Persentaseterselesaikannyakasus HKP, Klaim danPenyesuaian Harga

Laporan Hasilaudit. Investigatifatas HKP,PenyesuaianHarga dan Klaim

Laporan 176 190 153 146 159

5.

PersentasePenyerahan kasuspada Instansi PenegakHukum

Laporan HasilAudit Investigatif,PKKN, PKA ataspermintaaninstansi penyidik

Laporan 1.134 1.389 1.618 1.673 1.735

6.

Hasil Audit Investigatifyang ditindaklanjutioleh InstansiBerwenang

Laporan HasilAudit Investigatifatas permintaaninstansi lainnya

Laporan 51 23 9 122 126

7.

Persentase TelaahanTerhadap LaporanPenugasan Investigasiyang memenuhistandar

Laporan hasilPeer Reviu atasLaporanPenugasanInvestigasi

Laporan 65 36 906 24 30

8.

Reviu terhadaplaporan danpengaduanmasyarakatditindaklanjuti

Laporan HasilReviu laporan danpengaduanmasyarakat

Laporan 15 15 138 4 93

9.Persentase masukanyang diresponPresiden

Laporan HasilPengawasan atasPermintaanPresiden

Laporan 2 2 4 1 -

Total 1.855 1.968 3.219 2.484 2.651

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 18

Pada Tahun 2012 target laporan hasi peer reviu atas laporan penugasan

investigasi ditetapkan berdasarkan jumlah laporan hasil audit yang diterima dari

Perwakilan BPKP. Sedangkan target laporan hasil reviu laporan dan pengaduan

masyarakat ditetapkan berdasarkan jumlah pengaduan masyarakat yang diterima

oleh Deputi Bidang Investigasi. Target laporan hasil reviu laporan dan pengaduan

masyarakat pada tahun 2014 merupakan jumlah pengaduan masyarakat yang

diterima oleh Deputi Bidang Investigasi dan Perwakilan BPKP.

6. Program dan Kegiatan

Dengan mempertimbangkan restrukturisasi program yang dirancang oleh

Bappenas, Deputi Bidang Investigasi melaksanakan Program Pengawasan Intern

Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dengan outcome meningkatnya kualitas

pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan

SPIP terkait kegiatan investigasi dan kegiatan teknis sebagai berikut:

1) Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan

Penyelenggaraan SPIP terkait keinvestigasian pada Kementrian/ Lembaga.

2) Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan

Penyelenggaraan SPIP terkait keinvestigasian pada BUMN/BUMD.

3) Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan

Penyelenggaraan SPIP terkait Hambatan Kelancaran Pembangunan.

Program dan kegiatan tersebut dinyatakan dalam suatu indikator kinerja yang

spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berjangka waktu. Keberhasilan

program diukur dengan indikator hasil (outcome), sedangkan keberhasilan kegiatan

diukur dengan menggunakan indikator keluaran (output). Indikator Kinerja Utama

Deputi Bidang Investigasi mempunyai tujuan:

Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan danmemudahkan pengungkapan kasus yang merugikan

keuangan negara

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 19

dengan indikator hasil (outcome) sebagai berikut:

1) Persentase pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi.

2) IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yang mengimplementasikan Fraud

Control Plan (FCP).

3) IPP/IPD/BUMN/BUMD yang membuat/mengoreksi kebijakan.

4) Persentase terselesaikannya kasus Hambatan Kelancaran Pembangunan

(HKP), klaim, dan Penyesuaian Harga.

5) Persentase penyerahan kasus kepada Instansi Penegak Hukum.

6) Hasil audit investigatif yang ditindaklanjuti oleh Instansi Berwenang.

7) Persentase telaahan terhadap laporan penugasan investigatif yang

memenuhi standar.

8) Reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat ditindaklanjuti.

9) Persentase masukan yang dimanfaatkan Presiden.

B. Perjanjian Kinerja Tahun 2014

Dokumen Penetapan Kinerja merupakan suatu dokumen pernyataan

kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk

mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki.

Dokumen ini berisi sasaran strategis, indikator kinerja utama, target kinerja, dan

anggaran.

Renstra Deputi Bidang Investigasi Tahun 2010-2014 dijabarkan setiap tahun ke

dalam Rencana Kinerja yang berisi kegiatan-kegiatan yang terkait dengan target program

yang telah ditetapkan. Rencana Kinerja dikaitkan dengan Kebijakan Pengawasan

dijabarkan ke dalam usulan PKP2T (Program Kerja Pembinaan dan Pengawasan

Tahunan) dan PKAU (Program Kerja Administrasi Umum). Usulan-usulan PKP2T dan

PKAU yang mendapat alokasi anggaran selanjutnya digabungkan menjadi suatu Rencana

Kerja Tahunan (RKT). Target dari indikator kinerja program masing-masing program

ditetapkan dalam bentuk satuan yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik masing-

masing indikator yang digunakan. Satuan ditetapkan dalam bentuk kuantitatif yang

dapat dihitung dan diukur, sehingga dapat dinilai untuk menentukan tingkat

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 20

keberhasilan dari masing-masing program. Program yang disertai dengan indikator hasil

program dan indikator hasil kegiatan dituangkan dalam satu dokumen Penetapan

Kinerja (Tapkin).

Dalam dokumen Penetapan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2014

ditetapkan program dengan kegiatan yang akan dilaksanakan. Rincian Program berikut

indikator kinerja, satuan, dan target dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.4PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

Meningkatnya kualitas 1LKPP, 90% LKKL, dan 90%LKPD

Outcome 70%

Persentase masukan yang dimanfaatkan Presiden

Output -

Laporan Hasil Pengawasan atas permintaanPresiden

Meningkatkan Kesadarandan Keterlibatan K/L,Pemda, BUMN/BUMDdalam Upaya Pencegahandan Pemberantasan Korupsimenjadi 80%

Outcome 80%

Pemahaman dan kepedulian atas permasalahankorupsi

Output 342 Laporan

Laporan Hasil Sosialisasi Masalah Korupsi

Outcome 15 Instansi

IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yangmengimplementasikan FCP

Output 141 Laporan

Laporan Hasil Bimtek/Asistensi Implementasi FCP

Outcome

IPP/IPD/BUMN/BUMD yangmembuat/mengoreksi kebijakan 5 Instansi

Output 26 Laporan

Laporan Hasil Kajian Pengawasan

Outcome 84%

Persentase terselesaikannya kasus HKP, eskalasi,dan klaim

Output 159 Laporan

Laporan Hasil Audit Investigasi atas HKP, Eskalasi,dan Klaim

Outcome 85%

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 21

Persentase penyerahan kasus kepada InstansiPenegak Hukum

Output 1.735 Laporan

Laporan Hasil Audit Investigasi, PenghitunganKerugian Keuangan Negara, dan PemberianKeterangan Ahli

Outcome 50%

Hasil audit investigasi yang ditindaklanjuti olehInstansi Berwenang

Output 126 Laporan

Laporan Hasil Audit Investigasi atas permintaanInstansi Lainnya

Outcome 90%

Persentase telaahan terhadap laporan penugasaninvestigasi yang memenuhi standar

Output 30 Laporan

Laporan Hasil Peer Review atas LaporanPenugasan Investigasi

Outcome 10%

Reviu terhadap laporan dan pengaduanmasyarakat

Output 93 Laporan

Laporan Hasil Reviu terhadap laporan danpengaduan masyarakat

Jumlah Anggaran Kegiatan Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan InternAkuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan SPIP 5.159.600.000,00

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 22

AKUNTABILITAS KINERJA

kuntabilitas Kinerja ini merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja Deputi

Bidang Investigasi dalam tahun anggaran 2014 yang ditujukan untuk

memenuhi target rencana kinerja yang telah ditetapkan. Dalam uraian berikut

disajikan akuntabilitas Deputi Bidang Investigasi dari aspek keuangan, Sumber Daya

Manusia dan sarana prasarana sebagai unsur penunjang pencapaian sasaran yang telah

ditetapkan. Evaluasi kinerja dimulai dengan pengukuran kinerja yang mencakup

penetapan indikator kinerja dan penetapan capaian indikator kinerja untuk menilai

keberhasilan atau kegagalan pencapaian sasaran dalam rangka mewujudkan misi yang

telah ditetapkan.

A. Capaian Kinerja

Untuk menilai tingkat pencapaian sasaran ditetapkan indikator kinerja sebagai

dasar penilaian capaian sasaran. Indikator tersebut ditetapkan berdasarkan input dan

output dari setiap kegiatan yang dilakukan dalam rangka pencapaian sasaran tersebut.

Input dari setiap kegiatan meliputi satuan Sumber Daya Manusia dan Dana yang

digunakan, sedangkan output diukur dengan satuan jumlah kegiatan, laporan dan obyek

yang dihasilkan. Outcome diukur berdasarkan manfaat hasil output dari satu atau

beberapa kegiatan dikaitkan dengan sasaran yang hendak dicapai.

Sesuai dengan Rencana Kerja tahun 2014, Deputi Bidang Investigasi

merencanakan pencapaian 1 (satu) program utama melalui 8 (delapan) indikator

outcome. Secara keseluruhan, rata-rata capaian kinerja Deputi Bidang Investigasi dari 8

(delapan) indikator outcome mencapai 101,08% sebagaimana diikhtisarkan dalam tabel

3.1.

A

BAB III

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 23

Rincian capaian kinerja per indikator adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1Capaian Kinerja Outcome Tahun 2014

No. Uraian Satuan TargetRealisasi Capaian

Tahun2014(%)

Tahun2013

Tahun2014

1.Persentase pemahaman dankepedulian atas permasalahankorupsi

% 80 96,15 86,50 108,13

2.IPP/IPD/BUMN/BUMD berisikofraud yang mengimplementasikanFCP

Instansi 14 13 17 120,00

3. IPP/IPD/BUMN/BUMD yangmembuat/mengoreksi kebijakan

Instansi 5 6 6 120,00

4. Persentase terselesaikannya kasusHKP, klaim dan ekskalasi

% 84 92,45 84,21 100,25

5. Persentase penyerahan kasuskepada instansi penegak hukum

% 85 96,78 99,50 117,06

6.Hasil Audit Investigatif yangditindaklanjuti oleh InstansiBerwenang

% 50 17,47 21,34 42,68

7.Persentase telaahan terhadaplaporan penugasan investigasi yangmemenuhi standar

% 90 94,41 97,15 107,95

8.Reviu terhadap laporan danpengaduan masyarakatditindaklanjuti

% 10 10,20 9,26 92,59

Rata-Rata Capaian Kinerja 101,08

Rata-rata capaian kinerja tahun 2014 sebesar 101,08% turun sebesar 4,01%

dibandingkan dengan rata-rata capaian kinerja tahun 2013 sebesar 105,09%.

Perkembangan capaian IKU tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 disajikan pada tabel

dibawah ini:

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 24

Tabel 3.2Capaian Kinerja Outcome Tahun 2010 s.d 2014

No. Uraian SatuanCapaian Outcome (%)

2010 2011 2012 2013 2014

1.Persentase pemahaman dankepedulian atas permasalahankorupsi

% 139,03 130,93 127,73 124,87 108,13

2.IPP/IPD/BUMN/BUMDberisiko fraud yangmengimplementasikan FCP

Instansi 110,00 118,18 100,00 100,00 120,00

3.IPP/IPD/BUMN/BUMD yangmembuat/mengoreksikebijakan

Instansi 110,00 100,00 133,33 100,00 120,00

4. Persentase terselesaikannyakasus HKP, klaim dan ekskalasi

% 122,40 106,07 119,05 110,06 100,25

5.Persentase penyerahan kasuskepada instansi penegakhukum

% 106,31 98,15 115,25 113,86 117,06

6.Hasil Audit Investigatif yangditindaklanjuti oleh InstansiBerwenang

% 150,00 86,32 133,20 43,68 42,68

7.Persentase telaahan terhadaplaporan penugasan investigasiyang memenuhi standar

% 108,90 118,85 114,56 108,52 107,95

8.Reviu terhadap laporan danpengaduan masyarakatditindaklanjuti

% 137,90 241,00 93,80 102,00 92,60

9. Persentase masukan yangdirespon Presiden

% 142,86 142,86 107,14 142,86 0

Rata-Rata Capaian Kinerja 125,27 126,93 116,01 105,09 101,08

Rata-rata capaian outcome tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 menurun

tetapi selalu melampaui 100%.

Indikator kinerja outcome tahun 2014 dicapai melalui kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan oleh Deputi Bidang Investigasi dan Perwakilan BPKP, dengan indikator

kinerja output sebagaimana terdapat pada tabel 3.3

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 25

Tabel 3.3Capaian Kinerja Output Tahun 2014

No. Uraian SatuanTargetTahun2014

Realisasi CapaianTahun

2014 (%)Tahun2013

Tahun2014

1. Laporan Hasil SosialisasiProgram Anti Korupsi Laporan 144 236 164 113,89

2.Laporan HasilBimtek/Asistensi/Evaluasi atasImplementasi FCP

Laporan 3 4 6 120,00

3. Laporan Hasil KajianPengawasan Laporan 1 1 8 120,00

4.

Laporan Hasil AuditInvestigatif Hambatankelancaran pembangunan,Penyesuaian Harga, dan Klaim

Laporan 16 16 21 120,00

5.

Laporan hasil AuditInvestigatif, PenghitunganKerugian Keuangan Negara,dan Pemberian KeteranganAhli

Laporan 113 115 160 120,00

6. Hasil Audit Investigatif ataspermintaan Instansi Lain Laporan 3 2 7 120,00

7.Laporan Hasil Peer Reviu atasLaporan PenugasanInvestigasi

Laporan 30 17 30 100,00

8. Laporan Hasil Reviu atasPengaduan Masyarakat Laporan 24 5 20 83,33

9. Laporan Hasil Pengawasanatas Permintaan Presiden Laporan - 1 - -

Jumlah 334 397 416 112,15

B. Analisis Capaian Kinerja

Tujuan Strategis 1

Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara.

Sasaran Strategis

Meningkatnya kualitas 1 LKPP, 95% LKKL, dan 95% LKPD.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 26

Tujuan ini dicapai melalui penugasan pengawasan atas permintaan Presiden.

Outcome yang diharapkan adalah persentase masukan yang dimanfaatkan

Presiden.

Latar belakang dilaksanakannya penugasan pengawasan atas permintaan

Presiden adalah adanya perubahan arah kebijakan pemerintah untuk melakukan

reformasi total tata pemerintahan menuju good governance dan clean goverment.

Sehubungan dengan hal tersebut, Deputi Bidang Investigasi merespon tuntutan

stakeholders khususnya Presiden dengan memberi masukan atas kasus hukum

pejabat publik dan menyampaikan hasil pengawasannya kepada Presiden. Pada

tahun 2014 Deputi Bidang Investigasi tidak melaksanakan penugasan pengawasan

atas permintaan Presiden. Target dan realisasi persentase masukan yang

dimanfaatkan Presiden dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut.

Tabel 3.4Target dan Realisasi IKU Persentase masukan yang dimanfaatkan Presiden

Tahun 2010 s.d 2013

No. TahunLaporan Hasil Pengawasan atas Permintaan

Presiden

Target Realisasi Capaian (%)

1. 2010 70,00 100,00 142,86

2. 2011 70,00 100,00 142,86

3. 2012 70,00 75,00 107,14

4. 2013 70,00 100,00 142,86

Grafik 3.1Target dan Realisasi IKU Persentase masukan yang dimanfaatkan Presiden

Tahun 2010 s.d 2013

2010 2011 2012 2013TARGET 70,00 70,00 70,00 70,00REALISASI 100,00 100,00 75,00 100,00

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 27

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa realisasi tahun 2010 sampai dengan tahun 2013

selalu melampaui target yang telah ditetapkan.

Grafik 3.2Capaian IKU Persentase masukan yang dimanfaatkan Presiden

Tahun 2010 s.d 2013

Dari grafik tersebut terlihat capaian outcome tahun 2010 sampai dengan tahun

2013 cenderung stabil. Pada tahun 2012 capaian outcome rendah dibandingkan dengan

tahun 2010, 2011, dan 2013 tetapi realisasi outcome diatas 100%.

Realisasi outcome tersebut didukung kegiatan pengawasan atas permintaan

Presiden. Target dan realisasi penugasan pengawasan atas permintaan Presiden dari

tahun 2010 s.d 2013 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5Target dan Realisasi output Laporan Hasil Pengawasan atas Permintaan Presiden

Tahun 2010 s.d 2013

No. TahunLaporan Hasil Pengawasan atas Permintaan

Presiden

Target Realisasi Capaian (%)

1. 2010 2 2 100

2. 2011 2 2 100

3. 2012 4 3 75

4. 2013 1 1 100

Penugasan pengawasan atas permintaan Presiden yang dilaksanakan oleh

Deputi Bidang Investigasi diantaranya adalah Melakukan Stock Opname Paket LPG

2010 2011 2012 2013Capaian 142,86 142,86 107,14 142,86

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

160,00

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 28

Tabung 3 kg di Gudang PT Pertamina Regional II dan Regional IV, Pemeriksaan dan

Penghitungan Kerugian pada Pendapatan Negara a.n terdakwa Suwir Laut alias Liu Che

Sui (Tax Manager Asian Agri Group), dan Uji petik pendistribusian paket perdana LPG 3

kg.

Tujuan Strategis 2

Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan

kasus yang merugikan keuangan negara.

Sasaran Strategis

Meningkatkan Kesadaran dan Keterlibatan K/L, Pemda, BUMN/BUMD dalam

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi menjadi 80%.

Indikator Kinerja Utama (IKU) yang tetapkan untuk menilai capaian sasaran

strategis ini adalah:

1. Persentase pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi.

2. IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yang mengimplementasikan FCP.

3. IPP/IPD/BUMN/BUMD yang membuat/mengoreksi kebijakan.

4. Persentase terselesaikannya kasus HKP, klaim, dan penyesuaian harga.

5. Persentase penyerahan kasus kepada Instansi Penegak Hukum.

6. Hasil audit investigatif yang ditindaklanjuti oleh Instansi Berwenang.

7. Persentase telaahan terhadap laporan penugasan investigasi yang

memenuhi standar.

8. Reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat ditindaklanjuti.

Uraian masing-masing capaian indikator tersebut adalah sebagai berikut:

1. Persentase pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi

Dalam rangka pencapaian tujuan meningkatkan pemahaman mengenai

praktek-praktek penyelenggaraan good governance, Deputi Bidang Investigasi

menetapkan suatu sasaran berupa peningkatan pemahaman publik terhadap

permasalahan korupsi. Penetapan sasaran tersebut, diharapkan akan meningkatkan

kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi.

Indikator outcome berupa persentase pemahaman dan kepedulian atas

permasalahan korupsi ditetapkan untuk mengukur tingkat pemahaman publik atas

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 29

permasalahan korupsi. Tingkat pemahaman publik atas permasalahan korupsi

tersebut dihitung berdasarkan rata-rata tingkat pemahaman dan tingkat kepedulian

peserta sosialisasi Program Anti Korupsi (SosPAK). Pada tahun 2014 indikator kinerja

outcome ditetapkan sebesar 80%. Capaian outcome diukur dari rata-rata tingkat

pemahaman dan tingkat kepedulian dari peserta SosPAK terhadap permasalahan

korupsi. Pada tahun 2014 tingkat pemahaman peserta sebesar 5,18 atau 86,33% dari

skala 6 dan tingkat kepedulian sebesar 5,20 atau 86,67% dari skala 6. Realisasi

persentase pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi adalah rata-rata

dari 86,33% ditambah 86,67% yaitu sebesar 86,50% atau mencapai 108,13% dari

target 80%.

Faktor pendukung tercapainya outcome adalah adanya kerjasama yang baik

antara BPKP dengan Aparat Penegak Hukum (APH) dan Instansi Lain sebagai

narasumber kegiatan SosPAK, serta perguruan tinggi yang menginginkan mencetak

akademisi-akademisi cerdas yang berbudi luhur yang ikut berperan aktif dalam usaha

pemberantasan korupsi.

Realisasi sebesar 86,50% mengalami penurunan sebesar 9,65% dari realisasi

tahun 2013 sebesar 96,15%. Capaian sebesar 108,13% lebih rendah sebesar 16,74%

dibandingkan dengan capaian tahun 2013 sebesar 124,87%.

Keberhasilan indikator persentase pemahaman dan kepedulian atas

permasalahan korupsi dalam periode Renstra 2010-2014 dinilai dengan cara

membandingkan capaian akhir periode Renstra 2010-2014 dengan capaian pada

akhir periode Renstra sebelumnya atau membandingkan capaian tahun 2014 dengan

capaian 2009. Capaian pada tahun 2014 sebesar 108,13% dibandingkan dengan

capaian pada tahun 2009 sebesar 129,26% mengalami penurunan, namun nilai

capaian tersebut masih diatas 100%.

Target dan realisasi persentase pemahaman dan kepedulian atas

permasalahan korupsi dari tahun 2010 s.d 2014 adalah sebagai berikut:

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 30

Tabel 3.6Target dan Realisasi IKU Persentase Pemahaman dan Kepedulian atas

Permasalah KorupsiTahun 2010-2014

No. Tahun Persentase Pemahaman dan Kepedulian atasPermasalahan Korupsi

Target (%) Realisasi (%) Capaian (%)

1. 2010 70,00 97,32 139,03

2. 2011 73,00 95,58 130,93

3. 2012 75,00 95,80 127,73

4. 2013 77,00 96,15 124,87

5. 2014 80,00 86,50 108,13

Target dan realisasi tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dapat digambarkan

dengan grafik berikut:

Grafik 3.3Target dan Realisasi IKU Persentase pemahaman dan kepedulian atas

permasalahan korupsiTahun 2010 s.d 2014

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa selama periode tahun 2010 sampai dengan

tahun 2014 realisasi IKU selalu melampaui target yang telah ditetapkan.

Perkembangan capaian dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 terlihat

pada grafik berikut:

2010 2011 2012 2013 2014TARGET 70,00 73,00 75,00 77,00 80,00REALISASI 97,32 95,58 95,80 96,15 86,50

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 31

Grafik 3.4Perkembangan Capaian IKU Persentase pemahaman dan kepedulian atas

permasalahan korupsiTahun 2010 s.d 2014

Dari grafik tersebut terlihat bahwa tingkat pemahaman dan kepedulian atas

permasalahan korupsi selama periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2014

menurun dari tahun ke tahun tetapi selalu melebihi target yang telah ditetapkan.

Capaian outcome tahun 2014 sebesar 108,13% menyerap dana sebesar

Rp1.011.132.000,00 atau 49,66% dari anggaran sebesar Rp2.035.994.000,00 dan

menggunakan SDM sebesar 1.972 OH atau 68,19% dari target sebesar 2.892 OH.

Dilihat dari sisi penggunaan dana dan OH, pencapaian outcome tersebut dapat

dikatakan efisien karena penggunaan dana 49,66% dan OH sebesar 68,19% lebih

rendah dibandingkan dengan capaian outcome sebesar 108,13%.

Capaian outcome persentase pemahaman dan kepedulian atas permasalahan

korupsi didukung oleh kegiatan dibawah ini:

Tabel 3.7Target dan Realisasi output Laporan Hasil Sosialisasi Program Anti Korupsi

Tahun 2014

NO URAIANOUTPUT

TARGET REALISASI %

1. Sosialisasi Program AntiKorupsi (SosPAK) 35 35 100,00

2. Forum Investigasi 35 35 100,00

3. Koordinasi Hasil Pengawasn 134 133 99,25

4. Penyamaan Persepsi 95 114 120

5. Pembinaan/Quality Assurance 43 45 104,65

JUMLAH 342 362 105,85

2010 2011 2012 2013 2014Capaian 139,03 130,93 127,73 124,87 108,13

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00120,00140,00160,00

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 32

Uraian masing-masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Sosialisasi Program Anti Korupsi (SosPAK)

Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pasal

6, Ayat 1 menyatakan bahwa Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang

kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan

pemerintahan. Dengan demikian, Presiden sebagai Pemegang Kekuasaan

Pengelolaan Keuangan Negara bertanggung jawab untuk mencegah terjadinya

korupsi pada pengelolaan keuangan Negara.

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) selaku auditor

internal pemerintah, yang bertanggung jawab kepada Presiden, mempunyai

tugas untuk menjaga agar keuangan negara terselamatkan dari bahaya laten

korupsi dengan mengembangkan strategi pemberantasan korupsi melalui

pendekatan tiga pilar yaitu, preventif, investigatif dan edukatif.

Strategi preventif merupakan upaya pemberantasan korupsi yang

dilakukan dengan cara mencegah terjadinya korupsi. Strategi investigatif

dilakukan untuk mendeteksi kejadian korupsi atau dilakukan setelah tindakan

korupsi terjadi. Sedangkan, strategi pre-emtif/edukatif merupakan strategi

yang bertujuan untuk menumbuhkan peran serta masyarakat dalam

memerangi korupsi sesuai dengan kapasitasnya masing-masing sehingga

masyarakat mengetahui, memahami, dan peduli terhadap tindakan

penyimpangan yang mengarah pada perbuatan korupsi.

Strategi edukatif dilandasi suatu pemikiran bahwa kejadian korupsi

dapat dimulai, difasilitasi, didorong, dilaksanakan, dipengaruhi, dihambat,

dicegah, dan diketahui oleh individu di luar organisasi (anggota masyarakat).

Oleh karena itu, kepedulian individu/publik (public awareness) perlu

ditingkatkan agar dapat berperan dalam menyelesaikan permasalahan korupsi

sesuai dengan fungsinya masing-masing. Melalui strategi edukatif ini, BPKP

khususnya Deputi Bidang Investigasi mengajak masyarakat untuk bersama-

sama memerangi korupsi, yaitu mengajak untuk tidak menjadi pelaku korupsi,

mengajak agar terhindar dari korban pelaku korupsi, maupun mengajak untuk

berpartisipasi mencegah dan mendeteksi korupsi.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 33

Implementasi strategi edukatif ini, melalui Sosialisasi Program Anti

Korupsi (SosPAK). SosPAK dilakukan setiap tahun melalui kerjasama antara

Deputi Bidang Investigasi dengan Perwakilan BPKP. Peserta Sosialisasi Program

Anti Korupsi dibagi berdasarkan kelompok sasaran (focus group) yang

ditetapkan oleh Deputi Bidang Investigasi BPKP.

Kriteria pemilihan focus group sebagai berikut:

1) Sebagai individu tidak langsung berkaitan dengan pengelolaan

keuangan negara;

2) Jumlah anggotanya relatif besar dan tersebar di Indonesia;

3) Relatif terorganisasi;

4) Memiliki peran prospektif;

5) Memiliki pengaruh di masyarakat;

6) Memiliki latar belakang pendidikan relatif tinggi.

Setelah kegiatan pemilihan focus group sebagai target sosialisasi dan

penyusunan bahan sosialisasi kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan sosialisasi

secara langsung maupun tidak langsung.

Focus group sosialisasi pada tahun 2014 adalah calon penerima

Bansos/Hibah, mahasiwa baru, pelajar, kepala sekolah, bendaharawan, dan

budayawan. Jumlah peserta mahasiswa baru sangat tinggi yaitu 21.637 orang.

Hal ini terjadi karena sosialisasi dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan

orientasi mahasiswa baru di kampus. SosPAK kepada pelajar dan mahasiswa

bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada para pelajar dan mahasiswa

mengenai hal-hal terkait korupsi dan membangun kepedulian agar para pelajar

dan mahasiswa baru tersebut berperan aktif dalam upaya pemberantasan

korupsi di Indonesia.

Realisasi focus group yang mengikuti SosPAK tahun 2014 adalah sebagai

berikut:

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 34

Tabel 3.8Focus Group Sosialisasi Program Anti Korupsi

Tahun 2014

No Focus GroupJumlah

KegiatanJumlah Peserta

(orang)

1. Pelajar 25 5.191

2. Mahasiswa 24 21.637

Jumlah 49 26.828

Selain kedua focus group yang sudah ditetapkan tersebut, terdapat

perwakilan BPKP yang melaksanakan sosialisasi atas permintaan masyarakat

dengan tambahan focus group atau focus group yang berbeda, yaitu focus

group aparatur pemerintah dan penyalur/penerima dana Bansos/Hibah,

dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.9Focus Group Sosialisasi Program Anti Korupsi

Tahun 2014

No Focus GroupJumlah

KegiatanJumlah Peserta

(orang)

1. Aparatur pemerintah 2 420

2. Penyalur/penerima danaBansos/Hibah 1 58

Jumlah 3 478

Narasumber SosPAK tahun 2014 berasal dari internal BPKP, yaitu

perwakilan BPKP dan Deputi Bidang Investigasi BPKP dan eksternal yaitu

kampus, kepolisian, kejaksaan, dan KPK.

Materi Sosialisasi Program Anti Korupsi tahun 2014 adalah sebagai

berikut:

1) Materi Sosialisasi Program Anti Korupsi untuk focus group pelajar dan

mahasiswa bertema “Peran Pelajar/Mahasiswa dalam Memerangi

Korupsi”.

2) Materi tersebut membahas mengenai:

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 35

a. Latar Belakang pemilihan focus group calon penerima bansos/

hibah

b. Definisi korupsi

c. Bentuk-bentuk korupsi

d. Penyebab korupsi

e. Dampak terjadinya korupsi

f. Peta area rawan terjadinya korupsi bansos/ hibah

g. Upaya pemberantasan korupsi

h. Peran mahasiswa dalam memerangi korupsi

Target indikator outcome persentase pemahaman dan kepedulian atas

permasalahan korupsi tahun 2014 adalah sebesar 80%. Hal tersebut berarti

dari hasil kegiatan SosPAK tahun 2014 diharapkan sekurang-kurangnya 80%

dari peserta sosialisasi mempunyai pemahaman dan kepedulian terhadap

permasalahan korupsi. Rata-rata skor pemahaman dan kepedulian terhadap

pemberantasan korupsi berdasarkan wilayah adalah sebagai berikut:

Tabel 3.10 Tingkat Pemahaman dan Kepedulian Peserta Sosialisasi Program Anti Korupsi

Tahun 2014

No Perwakilan BPKP Pemahaman Kepedulian Pemahaman Kepedulian

1 Aceh 4,82 5,15 Baik Sangat Baik

2 Sumatera Utara 5,55 5,34 Sangat Baik Sangat Baik

3 Riau 5,31 5,25 Sangat Baik Sangat Baik

4 Sumatera Barat 5,32 5,32 Sangat Baik Sangat Baik

5 Jambi 3,07 4,84 Sedang/Cukup Baik

6 Bengkulu 5,28 4,98 Sangat Baik Baik

7 Lampung 5,24 5,09 Sangat Baik Sangat Baik

8 Sumatera Selatan 5,29 5,28 Sangat Baik Sangat Baik

9 DKI Jakarta 5,51 5,24 Sangat Baik Sangat Baik

10 Banten 5,48 5,35 Sangat Baik Sangat Baik

11 Jawa Barat 5,43 5,17 Sangat Baik Sangat Baik

12 Jawa Tengah 5,66 5,47 Sangat Baik Sangat Baik

13 DI. Yogyakarta 5,41 5,60 Sangat Baik Sangat Baik

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 36

No Perwakilan BPKP Pemahaman Kepedulian Pemahaman Kepedulian

14 Jawa Timur 5,41 5,25 Sangat Baik Sangat Baik

15 Bali 5,36 5,33 Sangat Baik Sangat Baik

16 NTT 5,27 5,21 Sangat Baik Sangat Baik

17 Kalimantan Barat 5,42 5,29 Sangat Baik Sangat Baik

18 Kalimantan Selatan 5,30 5,18 Sangat Baik Sangat Baik

19 Kalimantan Timur 5,32 5,04 Sangat Baik Sangat Baik

20 Kalimantan tengah 4,63 4,79 Baik Baik

21 Sulawesi Utara 4,78 5,11 Baik Sangat Baik

22 Sulawesi Tengah 5,02 5,23 Sangat Baik Sangat Baik

23 Sulawesi Tenggara 5,65 5,38 Sangat Baik Sangat Baik

24 Sulawesi Selatan 5,45 5,39 Sangat Baik Sangat Baik

25 Sulawesi Barat 4,97 5,04 Baik Sangat Baik

26 Maluku 4,99 5,24 Baik Sangat Baik

27 Papua 5,02 5,23 Sangat Baik Sangat Baik

28 Gorontalo 4,80 4,87 Baik Baik

29 Papua Barat 4,26 4,30 Baik Baik

30 NTB 5,07 5,20 Sangat Baik Sangat Baik

31 Kepulauan Riau 5,34 5,21 Sangat Baik Sangat Baik

32 Maluku Utara 4,91 5,08 Baik Sangat Baik

Rata-rata 5,18 5,20 Sangat Baik Sangat Baik

Capaian indikator pemahaman berada pada kisaran 3,07 hingga 5,66

dengan capaian rata-rata keseluruhan adalah 5,18 (sangat baik). Capaian

tersebut menunjukkan bahwa pemahaman masing-masing wilayah setelah

diadakan sosialisasi adalah tergolong sangat baik. Capaian indikator kepedulian

berada pada kisaran 4,3 hingga 5,60 dengan capaian rata-rata keseluruhan

adalah 5,20 (sangat baik). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman

mempunyai korelasi positif dengan tingkat kepedulian, yaitu semakin

seseorang memahami korupsi, maka semakin peduli terhadap upaya

pemberantasan korupsi.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 37

Gambar 3.1SosPAK di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) diikuti oleh 5.000 peserta

b. Forum Investigasi/Rapat Kerja (Raker) Bidang Investigasi

Pada tahun 2014 Raker Bidang Investigasi dilaksanakan sebanyak 2

(dua) kali. Raker Bidang Investigasi yang pertama dilaksanakan tanggal 7 s.d 9

Mei 2014 di Hotel Savoy Homan, Bandung. Tema Raker adalah “Bersama Kita

Bisa....! Meningkatkan Kapabilitas Organisasi dan Kualitas Hasil Penugasan

Keinvestigasian”. Raker diikuti oleh Kepala dan Koordinator Bidang Investigasi

seluruh Perwakilan BPKP, Pejabat Struktural dan Pejabat Fungsional Auditor di

Lingkungan Deputi Bidang Investigasi.

Tujuan dilaksanakannya Raker adalah:

a. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap pelaksanaan

kegiatan di bidang keinvestigasian, serta mendapatkan masukan dari

para pihak yang berkompeten dalam bidang hukum, sehingga dapat

mengurangi risiko yang mungkin timbul dari penugasan

keinvestigasian.

b. Memberikan pembekalan dan pemahaman penanganan kasus-kasus

gugatan/tuntutan terhadap BPKP.

Materi yang dibahas pada Raker adalah:

a. Penugasan Bidang Investigasi

b. Landasan Pelaksanaan Kegiatan FCP

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 38

c. STRANAS PPKJP 2012-2025 dan STRANAS PPKJM 2012-2014

d. Aksi Korporasi

e. Ultimatum dan Primium Remedium

Raker Bidang Investigasi kedua dilaksanakan tanggal 6 s.d 7 November

2014 di Hotel Mercure Ancol, Jakarta. Raker tersebut mengambil tema

“Peningkatan Kompetensi Sumber Daya Manusia dalam rangka Meningkatkan

Profesionalisme dan Integritas Auditor Investigasi”. Raker diikuti oleh Kepala

dan Koordinator Bidang Investigasi seluruh Perwakilan BPKP, Pejabat Struktural

dan Pejabat Fungsional Auditor di Lingkungan Deputi Bidang Investigasi. Pada

raker ini Tumpak Hatorangan Panggabean (Pimpinan KPK Periode 2004 s.d

2007) memberikan pembekalan terkait penugasan investigasi yang

dilaksanakan oleh BPKP. Raker ini juga membahas Pedoman Penugasan Bidang

Investigasi (PPBI), Renstra Tahun 2015-2019, dan Fraud Control Plan (FCP).

Gambar 3.2Tumpak Hatorangan Panggabean pada Raker Bidang Investigasi

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 39

Gambar 3.3Pengarahan Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi pada Raker Bidang Investigasi

c. Penyamaan Persepsi dan Koordinasi Hasil Pengawasan

Salah satu tahapan dalam penugasan bidang investigasi adalah kegiatan

penyamaan persepsi atas kasus yang ditangani. Kegiatan tersebut dimaksudkan

untuk mendapatkan pemahaman yang sama atas kasus yang sedang ditangani

dan untuk meningkatkan mutu audit investigatif. Dalam pelaksanaan kegiatan

ini, Deputi Bidang Investigasi dapat melibatkan Biro Hukum BPKP sebagai

narasumber di bidang hukum untuk memberikan masukan atas kasus yang

sedang ditangani.

Pada tahun 2014 telah dilakasanakan kegiatan penyamaan persepsi

sebanyak 114 kali atau 120% dari target yang telah ditetapkan sebanyak 95

kali.

Kegiatan penyamaan persepsi yang dilaksanakan oleh Perwakilan BPKP

dilaporkan kepada Deputi Bidang Investigasi setiap triwulan dalam Laporan

Koordinasi Hasil Pengawasan.

d. Pembinaan/Quality Assurance

Pelaksanaan pembinaan/Quality Assurance, dilaksanakan oleh Deputi

Bidang Investigasi selaku rendal atas pelaksanaan penugasan bidang investigasi

di Perwakilan BPKP. Selama tahun 2014, telah dilaksanakan pembinaan/Quality

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 40

Assurance sebanyak 45 penugasan atau mencapai 104,65% dari target yang

telah ditetapkan sebanyak 43 kali.

Gambar 3.4Pembinaan Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi di

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Barat

2. IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yang mengimplementasikan Fraud Control

Plan (FCP)

Pencegahan korupsi meliputi dua langkah fundamental, pertama adalah

penciptaan dan pemeliharaan kejujuran dan integritas, dan yang kedua adalah

pengkajian risiko korupsi serta membangun sikap yang konkrit guna meminimalkan

risiko serta menghilangkan kesempatan terjadinya korupsi. Korupsi tidak akan terjadi

apabila tidak ada kesempatan, oleh karena itu organisasi dapat menghilangkan atau

mengurangi kesempatan terjadinya korupsi melalui langkah berikut:

1) Mengidentifikasi sumber serta mengukur risiko korupsi.

2) Mengimplementasikan pengendalian pencegahan dan pendeteksian.

3) Menciptakan pemantauan secara luas melalui peran serta pegawai,

pelanggan dan masyarakat.

4) Memfungsikan pengecekan independen, termasuk fungsi audit dan standar

investigasi.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 41

Dalam mengelola organisasi, hal-hal yang diperlukan untuk mencegah korupsi

seperti tersebut di atas dikenal dengan Program Anti Korupsi atau Fraud Control Plan

(FCP). FCP merupakan suatu pengendalian yang dirancang secara spesifik, teratur,

dan terukur oleh suatu organisasi, untuk mencegah, menangkal, dan memudahkan

pendeteksian, jumlah, serta frekuensi kemungkinan terjadinya korupsi/kecurangan

yang ditandai dengan eksistensi dan implementasi beberapa atribut dalam kerangka

upaya mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan.

Terkait dengan FCP, BPKP melaksanakan penugasan:

1) Sosialisasi FCP, adalah kegiatan penyebaran informasi FCP oleh tim kerja

FCP kepada organisasi atau pihak lain yang berkepentingan.

2) Diagnostic Assesment (DA) FCP, dilaksanakan setelah dilakukan sosialisasi

yang bertujuan untuk menentukan eksistensi dan implementasi FCP yang

dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan organisasi dalam mencegah

dan mendeteksi fraud.

3) Bimbingan teknis FCP, meliputi transfer pengetahuan mengenai FCP dan

membantu penyusunan pedoman praktis FCP.

4) Evaluasi atas Implementasi FCP, bertujuan untuk menilai sejauh mana

organisasi telah mengembangkan dan mengimplementasikan FCP dan apa

hambatannya.

5) Monitoring dan Tindak Lanjut FCP, dilakukan terhadap setiap tahapan FCP

yang telah dilaksanakan oleh organisasi. Tujuannya adalah untuk mengkaji

apakah kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, mengidentifikasi

masalah yang muncul agar dapat diatasi, mengetahui kaitan antara kegiatan

implementasi FCP dengan tujuan untuk memperoleh ukuran kemajuan.

Untuk mengukur manfaat pengawasan Deputi Bidang Investigasi yang

bersifat pencegahan, maka ditetapkan indikator kinerja IPP/IPD/BUMN/BUMD

berisiko fraud yang mengimplementasikan FCP. Capaian indikator ini diukur dari

jumlah instansi yang telah menerapkan FCP. Pada tahun 2014 Deputi Bidang

Investigasi dan Perwakilan BPKP Bidang Investigasi melaksanakan penugasan FCP

sebanyak 120 kegiatan yang terdiri dari sosialisasi FCP, diagnostic assesment FCP,

bimbingan teknis FCP, dan evaluasi atas implementasi FCP. IPP/IPD/BUMN/BUMD

yang mengimplementasikan FCP sebanyak 17 instansi.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 42

Realisasi outcome tahun 2014 sebanyak 17 instansi atau mencapai 120% dari

target sebanyak 14 instansi. Faktor pendukung tercapainya indikator tersebut adalah

Deputi Bidang Investigasi terus melakukan pendekatan ke Instansi Pemerintah

maupun BUMN/BUMD dengan melakukan sosialisasi FCP. Untuk Instansi Pemerintah

atau BUMN/BUMD yang telah melakukan sosialisasi disarankan untuk melakukan

diagnostic assesment FCP dan megimplementasikan FCP. Deputi Bidang Investigasi

juga selalu menekankan dan menyampaikan kepada instansi bahwa korupsi perlu

dicegah dan ditangkal sebelum terjadi agar tidak menimbulkan kerugian keuangan

negara dan akibat negatif lain bagi keuangan/perekonomian negara.

Realisasi IPP/IPD/BUMN/BUMD yang mengimplementasikan FCP tahun 2014

sebanyak 17 instansi mengalami peningkatan sebanyak 4 instansi dibandingkan

dengan realisasi tahun 2013 sebanyak 13 instansi. Capaian outcome tahun 2014

sebesar 120% meningkat 20% dibandingkan capaian tahun 2013 sebesar 100%.

Realisasi outcome akhir periode Renstra 2010-2014 sebanyak 14 instansi

apabila dibandingkan dengan capaian outcome pada akhir periode Renstra 2005-

2009 sebanyak 10 instansi, maka capaian tersebut naik sebanyak 4 instansi.

Target dan realisasi IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yang

mengimplementasikan FCP dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.11Target dan Realisasi IKU IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yang

mengimplementasikan FCP

No. TahunIPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yang

mengimplementasikan FCP

Target Realisasi Capaian (%)

1. 2010 10 11 110,00

2. 2011 11 13 118,18

3. 2012 12 12 100,00

4. 2013 13 13 100,00

5. 2014 14 17 120,00

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 43

Target dan realisasi tersebut dapat digambarkan dengan grafik berikut:

Grafik 3.5Target dan Realisasi IKU IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yang

mengimplemantasikan FCP

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa selama periode tahun 2010 sampai dengan

tahun 2014 target yang telah ditetapkan selalu tercapai.

Perkembangan capaian outcome dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dapat

digambarkan dengan grafik berikut:

Grafik 3.6Perkembangan Capaian IKU IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yang

mengimplementasikan FCP

Dari grafik tersebut terlihat bahwa capaian IPP/IPD/BUMN/BUMD yang

mengimplementasikan FCP cenderung naik dan selalu melampaiui 100%. FCP

merupakan produk unggulan Deputi Bidang Investigasi, oleh karena itu FCP terus

dikembangkan, diantaranya dengan melakukan revisi Pedoman Bimbingan Teknis

FCP pada tahun 2013.

2010 2011 2012 2013 2014TARGET 10 11 12 13 14REALISASI 11 13 12 13 17

-2468

1012141618

2010 2011 2012 2013 2014Capaian 110,00 118,18 100,00 100,00 121,43

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 44

Penugasan bimtek FCP pada tahun 2014 menggunakan SDM sebesar 824 OH

dari target 51 OH dan dana sebesar Rp3.280.000,00 atau 11,01% Rp29.790.000,00.

Realisasi penggunaan SDM sangat tinggi, hal ini terjadi karena pada saat penyusunan

perencanaan penugasan bimtek FCP diutamakan untuk melakukan sosialisasi FCP

yang membutuhkan SDM atau OH tidak terlalu banyak. Pada kenyataannya pada

tahun 2014 instansi yang telah melaksanakan sosialisasi meminta BPKP untuk

melaksanakan penugasan diagnostic assesment dan bimtek FCP. Penugasan tersebut

menggunakan SDM atau OH banyak sehingga realisasi penggunaan SDM sangat

tinggi.

Pada tahun 2014 IPP/IPD/BUMN/BUMD yang mengimplementasikan FCP

sebanyak 17 instansi yaitu:

1) Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Muaro Jambi

2) Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan, Kalimantan Utara

3) Dinas Kesehatan Kabupaten Buru

4) PDAM Gunung Kidul Yogyakarta

5) Rumah Sakit Umum Kalabahi Nusa Tenggara Timur

6) Dinas Kesehatan Kota Binjai

7) Kantor Imigrasi Kelas II Sorong

8) PDAM Pontianak Kalimantan Barat

9) Kantor Pertanahan Kota Ambon

10) Rumah Sakit Daerah Mardi Waluyo Kota Blitar

11) BPJS Ketenagakerjaan

12) Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Binjai

13) Rumah Sakit Umum Daerah DR Doris Sylvanus Palangkaraya

14) Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Kampar

15) PDAM Binangun Kulon Progo

16) Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Tebing Tinggi

17) Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Kepulauan Riau

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 45

3. IPP/IPD/BUMN/BUMD yang membuat/mengoreksi kebijakan

Sebagai implementasi dari strategi pemberantasan KKN, khususnya dalam

rangka pencegahan tindak pidana korupsi, Deputi Bidang Investigasi berupaya

berperan mengurangi kesempatan kejadian korupsi dengan cara membuat

masukan/usulan penyempurnaan terhadap peraturan perundangan-undangan yang

berpotensi menjadi penyebab terjadinya KKN. Hal ini menjadi pertimbangan Deputi

Bidang Investigasi menetapkan indikator IPP/IPD/BUMN/BUMD yang membuat/

mengoreksi kebijakan. Keberhasilan pencapaian indikator ini diukur dari jumlah

instansi yang membuat/mengoreksi kebijakan atas usulan penyempurnaan terhadap

kelemahan peraturan perundang-undangan yang berindikasi menjadi penyebab

terjadinya KKN.

Pada tahun 2014 instansi yang membuat/ mengoreksi kebijakan sesuai

dengan saran yang diberikan sebanyak 6 instansi atau atau 120% dari target

sebanyak 5 instansi. Faktor yang mendukung tercapainya outcome, apabila dalam

pelaksanaan penugasan bidang investigasi ditemukan adanya peraturan perundang-

undangan yang berindikasi KKN, Deputi Bidang Investigasi menindaklanjuti dengan

melakukan kajian atas peraturan tersebut dan memberikan masukan atau saran

perbaikan kepada IPP/IPD atau BUMN/BUMD yang membuat peraturan.

Realisasi outcome tahun 2014 sebanyak 6 instansi yang membuat/mengoreksi

kebijakan sama dengan realisasi outcome tahun 2013. Capaian outcome tahun 2014

sebesar 120% naik 20% dibandingkan dengan capaian tahun 2013 sebesar 100%.

Keberhasilan kinerja IKU dalam satu periode Renstra dinilai dengan cara

membandingkan capaian akhir periode Renstra 2010-2014 dengan capaian akhir

periode sebelumnya. Capaian tahun 2014 sebesar 120% naik 70% dibandingkan

dengan capaian tahun 2009 sebesar 50%. Hal ini menunjukkan bahwa instansi yang

menindaklanjuti hasil kajian pengawasan yang dilaksanakan oleh Deputi Bidang

Investigasi terus meningkat.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 46

Target dan realisasi IPP/IPD/BUMN/BUMD yang membuat/ mengoreksi kebijakan

dari tahun 2010 s.d 2014 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.12Target dan Realisasi IKU IPP/IPD/BUMN/BUMD Yang Membuat/Mengoreksi

KebijakanTahun 2010-2014

No. TahunIPP/IPD/BUMN/BUMD yang

membuat/mengoreksi kebijakan

Target Realisasi Capaian (%)

1. 2010 10 11 110,00

2. 2011 8 8 100,00

3. 2012 6 8 133,33

4. 2013 6 6 100,00

5. 2014 5 6 120,00

Target dan realisasi IPP/IPD/BUMN/BUMD yang membuat/mengoreksi kebijakan

selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dapat digambarkan dengan grafik

berikut:

Grafik 3.7Target Dan Realisasi IKU IPP/IPD/BUMN/BUMD Yang Membuat/Mengoreksi

KebijakanTahun 2010 s.d 2014

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa selama periode 2010 sampai dengan 2014

target yang ditetapkan selalu terealisasi.

2010 2011 2012 2013 2014TARGET 10 8 6 6 5REALISASI 11 8 8 6 6

-

2

4

6

8

10

12

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 47

Perkembangan capaian tersebut dapat digambarkan dengan grafik dibawah ini:

Grafik 3.8Perkembangan Capaian IKU IPP/IPD/BUMN/BUMD Yang Membuat/Mengoreksi

KebijakanTahun 2010 s.d 2014

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa capaian IKU dari tahun 2010 sampai

dengan tahun 2014 sama dengan atau melampaui 100%.

Capaian outcome tahun 2014 didukung SDM sebanyak 465 OH atau 620% dari

target 75 OH. Sedangkan dana yang digunakan adalah sebesar Rp122.331.000,00

atau Rp122.331.000,00 atau 517,26% dari anggaran sebesar Rp23.650.00,00.

Penggunaan SDM dan dana sangat tinggi dibandingkan dengan target OH dan

anggaran. Hal ini akan menjadi perhatian dalam menetapkan target OH dan

anggaran pada tahun yang akan datang.

Instansi yang membuat/mengoreksi kebijakan atas masukan/saran yang

disampaikan oleh Deputi Bidang Investigasi pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:

1) Badan Layanan Umum Daerah RSUD Puri Husada Tembilahan

2) Pemerintah Kabupaten Bengkulu Tengah

3) Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur

4) Pemerintah Kotamadya Ambon

5) Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan

6) Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul

2010 2011 2012 2013 2014Capaian 110,00 100,00 133,33 100,00 120,00

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 48

4. Persentase Terselesaikannya Kasus HKP, Klaim, dan Eskalasi

Proses pembangunan seringkali terhambat dan tidak terlaksana sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Hal ini terjadi karena

instansi yang terlibat dalam pembangunan tidak melaksanakan pekerjaan

sebagaimana mestinya. Terkait dengan hal tersebut, BPKP berupaya mengidentifikasi

kejadian Hambatan Kelancaran Pembangunan (HKP) serta mengupayakan

penyelesaiannya melalui fungsi intermediasi. BPKP juga berupaya mengidentifikasi

permasalahan yang mempengaruhi eskalasi dan klaim serta mengupayakan

penyamaan persepsi dengan auditan agar hasil audit dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan penyelesaian eskalasi dan klaim oleh auditan. Melalui audit eskalasi

dan klaim, BPKP berperan dalam mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran

keuangan negara. Hal tersebut menjadi pertimbangan Deputi Bidang Investigasi

menetapkan IKU persentase terselesaikannya kasus HKP, klaim, dan eskalasi.

Persentase terselesaikannya kasus HKP, klaim, dan eskalasi adalah tingkat

pemanfaatan Laporan Hasil Evaluasi HKP (LHE HKP), Laporan Hasil Audit (LHA) Klaim,

dan Laporan Hasil Audit (LHA) Penyesuaian Harga oleh auditan sebagai dasar

penyelesaian kasus HKP dengan pihak terkait, serta dalam penyelesaian pengelolaan

eskalasi dan klaim. Capaian IKU diukur dari persentase jumlah LHE HKP ditambah

dengan LHA Klaim dan LHA Penyesuaian Harga yang ditindaklanjuti/dimanfaatkan

dibagi dengan jumlah LHE HKP, ditambah dengan LHA Klaim dan LHA Penyesuaian

Harga yang diterbitkan.

Pada tahun 2014 target IKU Persentase terselesaikannya kasus HKP, klaim,

dan eskalasi ditetapkan sebesar 84% terealisasi 84,21% atau mencapai 100,25%.

Capaian ini diukur dari persentase jumlah laporan yang ditindaklanjuti sebanyak 96

laporan dibagi dengan jumlah laporan yang diterbitkan sebanyak 114 laporan

dikalikan 100%. Rincian jumlah laporan yang ditindaklanjuti dan laporan yang

diterbitkan pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 3.13.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 49

Tabel 3.13Laporan Evaluasi HPK, Audit Penyesuaian Harga, dan Audit Klaim

Tahun 2014

No. Uraian Laporan Terbit LaporanDitindaklanjuti

1 Laporan Evaluasi HKP 42 26

2 Laporan Audit PenyesuaianHarga

65 63

3 Laporan Audit Klaim 7 7

Jumlah 114 96

Faktor yang mendukung tercapainya IKU tersebut adalah peran aktif auditan

dalam menyelesaikan hambatan/kendala terhadap peningkatan kualitas

penyelenggaraan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara.

Realisasi kinerja tahun 2014 sebesar 84,21% turun 8,24% dari realisasi tahun

2013 sebesar 92,45%. Capaian outcome sebesar 100,25% mengalami penurunan

9,81% dari capaian tahun 2013 sebesar 100,06%.

Keberhasilan kinerja IKU selama periode Renstra 2010-2014 dinilai dengan

membandingkan capaian pada akhir tahun periode Renstra sebelumnya. Capaian

tahun 2014 sebesar 100,25% apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2009

sebesar 122,78% menunjukkan adanya penurunan sebesar 22,53%. Namun demikian

capaian selama periode Renstra 2010-2014 masih diatas 100%, hal ini menunjukkan

bahwa penugasan evaluasi HKP, audit penyesuaian harga, dan audit klaim terlaksana

dengan baik dan efektif.

Target dan realisasi IKU persentase terselesaikannya kasus HKP, klaim, dan

eskalasi selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 3.14.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 50

Tabel 3.14Target dan Realisasi IKU Persentase Terselesaikannya Kasus HKP, Klaim, Dan

EskalasiTahun 2010 s.d 2014

No. Tahun Persentase terselesaikannya kasus HKP,Klaim, dan Eskalasi

Target Realisasi Capaian (%)

1. 2010 80 95,83 119,79

2. 2011 82 94,90 115,73

3. 2012 84 100,00 119,05

4. 2013 84 92,45 110,06

5. 2014 84 84,21 100,25

Target dan realisasi tersebut dapat digambarkan dengan grafik berikut:

Grafik 3.9Target dan Realisasi IKU Persentase Terselesaikannya Kasus HKP, Klaim, Dan

EskalasiTahun 2010 s.d 2014

Dari grafik diatas terlihat realisasi selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2014

selalu melebihi target yang telah ditetapkan.

Perkembangan capaian kinerja selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dapat

dilihat pada grafik berikut:

2010 2011 2012 2013 2014TARGET 80,00 82,00 84,00 84,00 84,00REALISASI 97,92 86,98 100,00 92,45 84,21

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 51

Grafik 3.10Perkembangan Capaian IKU Persentase Terselesaikannya Kasus HKP, Klaim, dan

EskalasiTahun 2010 s.d 2014

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan capaian IKU persentase

terselesaikannya kasus HKP, klaim, dan eskalasi dari tahun ke tahun cenderung

menurun tetapi masih diatas 100%.

Capaian outcome pada tahun 2014 sebesar 100,25% menggunakan SDM

sebanyak 1.379 OH atau 67,43% dari rencana 2.045 OH dan menggunakan dana

sebesar Rp404.721.000,00 atau 75,61% dari anggaran sebesar Rp535.290.000,00.

IKU persentase terselesaikannya kasus HKP, klaim, dan eskalasi dicapai secara

efisien. Hal ini terlihat dari penggunaan OH dan dana yang lebih kecil dibandingkan

dengan capaian IKU sebesar 100,25%.

Tercapaianya IKU persentase terselesaikannya kasus HKP, klaim, dan

eskalasi pada tahun 2014 didukung kegiatan berikut:

2010 2011 2012 2013 2014Capaian 122,40 106,07 119,05 110,06 100,25

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 52

Tabel 3.15Target dan Realisasi Penugasan Evaluasi HKP, Audit Penyesuaian Harga, dan Audit

KlaimTahun 2014

No. UraianOUTPUT

Target Realisasi %

1 Evaluasi HKP 50 48 96,00

2 Audit Penyesuaian Harga 74 79 106,76

3 Audit Klaim 31 7 22,58

4 Pemantauan Tindak Lanjut 4 9 225,00

JUMLAH 159 143 89,94

Penugasan Evaluasi HKP yang dilaksanakan pada tahun 2014 diantaranya:

1) Evaluasi HKP atas penyelesaian masalah Lapter II Manna Kabupaten

Bengkulu Selatan

2) Evaluasi HKP atas ganti rugi tanah sengketa Rumah Sakit Khusus Daerah

Duren Sawit Jakarta

3) Evaluasi HKP atas perbedaan pendapat dalam pelaksanaan pekerjaan

pengerukan di wilayah Provinsi DKI Jakarta TA 2013

Penugasan Audit Penyesuaian Harga yang dilaksanakan pada tahun 2014

diantaranya:

1) Audit Penyelesaian Harga atas pembangunan jembatan Batu Rusa II (Paket

01) Periode 10 Mei 2010 s.d 31 Desember 2012

2) Audit Penyesuaian Harga atas usulan penyesuaian harga satuan dan nilai

kontrak Pekrejaan Pembangunan Gedung DPRD dan Pembangunan Balai

Kota Periode tahun 2010 s.d 2012

3) Audit Penyesuaian Harga atas Paket Peningkatan Struktur Jalan Pasuruan-

Pilang (SRIP) Kontrak Nomor 03-28/15-WP.I/A7786(4834)/03-10 tanggal 30

Maret 2010 periode Maret 2010 s.d Desember 2012

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 53

Penugasan Audit Klaim yang dilaksanakan pada tahun 2014 diantaranya:

1) Audit atas penghitungan klaim gaji, pensiun, dan honor tertunggak periode

September 2009 s.d April 2012 pada PT Djakarta Lloyd (Persero)

2) Audit Klaim atas kegiatan penanggulangan bencana alam sungai Cipunagara

di Blok Makam Panjang dan Blok Sukamanah Kabupaten Subang pada SNVT

Pelaksana Jaringan Sumber Air (PJSA) Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)

Citarum Tahun 2014

5. Persentase Penyerahan Kasus Kepada Instansi Penegak Hukum

Adanya pengaduan masyarakat dan hasil audit reguler APIP yang

menginformasikan dugaan Tindak Pidana Korupsi (TPK) pada instansi pemerintah,

BUMN, dan BUMD, merupakan informasi awal bagi Aparat Penegak Hukum (APH).

Untuk menindaklanjuti informasi awal tersebut, APH memerlukan keahlian di bidang

akuntansi dan auditing baik dalam tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan,

maupun pemeriksaan perkara TPK di sidang pengadilan. BPKP memiliki SDM yang

mempunyai keahlian di bidang akuntansi dan auditing ingin berperan aktif dalam

pemberantasan TPK, karena itu permintaan dari APH untuk melaksanakan kegiatan

audit investigatif, audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara, dan

pemberian keterangan ahli akan direspon dengan maksimal. Hal tersebut menjadi

pertimbangan Deputi Bidang Investigasi dalam menetapkan IKU persentase

penyerahan kasus kepada Instansi Penegak Hukum.

IKU persentase penyerahan kasus kepada Instansi Penegak Hukum ditetapkan

untuk mengukur tingkat penyelesaian penugasan audit investigatif, audit dalam

rangka penghitungan kerugian keuangan negara, dan pemberian keterangan ahli

atas permintaan APH yang dapat ditindaklanjuti dan dimanfaatkan oleh APH sesuai

perundang-undangan yang berlaku. Pada tahun 2014 ditetapkan target IKU sebesar

85%.

Capaian IKU diukur dari jumlah penyerahan Laporan Hasil Audit Investigatif

(LHAI) ditambah Laporan Hasil Audit dalam rangka Penghitungan Kerugian Keuangan

Negara (LHPKKN) dan Laporan Pemberian Keterangan Ahli (LPKA) kepada APH yang

dapat ditindaklanjuti dan dimanfaatkan sesuai perundang-undangan yang berlaku,

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 54

dibagi dengan jumlah LHAI ditambah LHPKKN dan LPKA yang diselesaikan dikalikan

100%.

Realisasi IKU pada tahun 2014 sebesar 99,50% atau mencapai 117,06%.

Capaian IKU dihitung dari jumlah laporan yang diserahkan ke APH sebanyak 2.205

laporan dibagi dengan jumlah laporan yang diterbitkan sebanyak 2.222 laporan

dikalikan 100%. Rincian laporan yang diserahkan ke APH dan laporan yang

diterbitkan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.16Rincian Laporan Terbit dan Laporan diserahkan ke APH

Tahun 2014

No. Jenis LaporanLaporan

Terbit

Laporandiserahkan

ke APH%

1 Laporan Hasil Audit Investigatif 175 164 93,71

2 Laporan Hasil PenghitunganKerugian Keuangan Negara 748 748 100,00

3 Laporan PemberianKeterangan Ahli 1.293 1.293 100,00

Jumlah 2.222 2.205 99,50

Faktor pendukung tercapaianya IKU sebesar 117,06% adalah adanya komunikasi dan

kerjasama yang baik dengan APH.

Realisasi kinerja tahun 2014 sebesar 99,50% mengalami peningkatan sebesar

2,72% dibandingkan dengan realisasi tahun 2013 sebesar 96,78%. Capaian sebesar

117,06% turun 3,2% dibandingkan dengan capaian tahun 2013 sebesar 113,86%.

Keberhasilan kinerja IKU dalam periode Renstra 2010-2014 dinilai dengan

membandingkan capaian tahun 2014 dengan capaian tahun terakhir periode Renstra

sebelumnya. Capaian IKU persentase penyerahan kasus kepada Instansi Penegak

Hukum tahun 2014 sebesar 117,06% tidak dapat dibandingkan dengan capaian

tahun 2009 sebesar 277,70% karena pada periode Renstra sebelumnya capaian

diukur dari persentase peningkatan jumlah penyerahan kasus kepada Instansi

Penegak Hukum dari tahun sebelumnya.

Target dan realisasi IKU persentase penyerahan kasus kepada Instansi

Penegak Hukum selama periode Renstra 2010-2014 dapat dilihat pada tabel 3.17.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 55

Tabel 3.17Target dan Realisasi IKU Persentase Penyerahan Kasus kepada Instansi Penegak

HukumTahun 2010 s.d 2014

No. TahunPersentase Penyerahan kasus kepada Instansi

Penegak Hukum

Target Realisasi Capaian (%)

1. 2010 85 90,30 106,24

2. 2011 85 93,64 110,16

3. 2012 85 97,96 115,25

4. 2013 85 96,78 113,86

5. 2014 85 99,50 117,06

Target dan realisasi tersebut dapat digambarkan dengan grafik berikut:

Grafik 3.11Target dan Realisasi IKU Persentase penyerahan kasus kepada Instansi Penegak

HukumTahun 2010 s.d 2014

Dari grafik diatas dapat dilihat selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 target

yang ditetapkan selalu terealisasi.

Perkembangan capaian IKU selama periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2014

dapat dilihat pada grafik 3.12

2010 2011 2012 2013 2014TARGET 85,00 85,00 85,00 85,00 85,00REALISASI 90,36 83,43 97,96 96,78 99,50

75,00

80,00

85,00

90,00

95,00

100,00

105,00

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 56

Grafik 3.12Perkembangan Capaian IKU Persentase penyerahan kasus kepada Instansi Penegak

HukumTahun 2010 s.d 2014

Dari grafik diatas terlihat capaian IKU cenderung naik dari tahun ke tahun.

Capaian tahun 2011 dibawah 100%, hal ini terjadi karena penugasan pada tahun

2011 belum seluruhnya diselesaikan, beberapa laporan hasil audit tahun 2011

diterbitkan dan diserahkan ke Instansi Penegak Hukum pada tahun 2012.

Capaian IKU pada tahun 2014 sebesar 117,06% didukung SDM sebanyak

4.810 OH atau 94,80% dari rencana 5.074 OH dan menggunakan dana

Rp1.056.751.000,00 atau 52,31% dari Rp2.020.210.000,00. IKU persentase

penyerahan kasus kepada Instansi Penegak Hukum dicapai secara efisien, hal ini

terlihat dari capaian sebesar 117,06% lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan

SDM dan dana.

Rincian penugasan yang mendukung capaian IKU tahun 2014 dapat dilihat

pada tabel 3.18

2010 2011 2012 2013 2014Capaian 106,31 98,15 115,25 113,86 117,06

85,00

90,00

95,00

100,00

105,00

110,00

115,00

120,00

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 57

Tabel 3.18Capaian Kinerja Output Laporan Hasil Audit Investigatif, Penghitungan Kerugian

Keuangan Negara dan Pemberian Keterangan AhliTahun 2014

No UraianOutput

Target Realisasi %

1 Audit Investigatif atas kasusberindikasi TPK 187 175 93,58

2Audit dalam rangkaPenghitungan KerugianKeuangan Negara

528 748 141,67

3 Pemberian Keterangan Ahli 1.012 1.293 127,77

4 Pemantauan Tindak Lanjut 8 8 100,00

Jumlah 1.735 2.224 128,18

Uraian masing-masing penugasan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Audit Investigatif atas kasus berindikasi TPK

Audit investigatif adalah proses mencari, menemukan, dan mengumpulkan

bukti secara sistematis yang bertujuan mengungkapkan terjadi atau

tidaknya suatu perbuatan dan pelakunya guna dilakukan tindakan hukum

selanjutnya. Pelaksanaan audit investigatif sebagian besar untuk memenuhi

permintaan Aparat Penegak Hukum (APH) Kejaksaan RI (Kejaksaan Agung RI,

Kejaksaan Tinggi di Provinsi dan Kejaksaan Negeri di Kabupaten dan Kota),

Kepolisian Negara RI (Mabes Polri, Kepolisian Daerah di Provinsi, Kepolisian

Wilayah dan Sektor di Kabupaten dan Kota), dan Komisi Pemberantasan

Korupsi. Audit investigatif dilaksanakan oleh Direktorat di lingkungan Deputi

Bidang Investigasi dan Bidang Investigasi Perwakilan BPKP seluruh

Indonesia.

Dalam pelaksanaan audit investigatif, auditor BPKP dengan menggunakan

teknik audit investigatif melakukan pengumpulan bukti yang cukup dan

relevan, evaluasi bukti-bukti, wawancara dan prosedur lainnya yang terkait

dalam rangka mengidentifikasi:

a. Jenis penyimpangan yang terjadi

b. Fakta dan proses kejadian

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 58

c. Penyebab terjadinya penyimpangan

d. Dampak penyimpangan

e. Pihak-pihak yang terkait

Sebelum audit investigatif dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan

penelaahan dan/atau ekspose mengenai materi audit untuk memperoleh

informasi masalah yang akan ditangani. Memperhatikan hasil ekspose tersebut,

Pimpinan menyimpulkan kelayakan pemenuhan permintaan audit. Pemenuhan

permintaan audit diprioritaskan terhadap hal-hal yang strategis, material, dan

menjadi sorotan publik.

Sebelum laporan diterbitkan, hasil audit dibahas dengan Aparat

Penegak Hukum (APH) untuk memperoleh masukan dari penyidik dalam rangka

memperkuat unsur-unsur tindak pidana korupsi khususnya yang terkait dengan

unsur melawan hukum yang dilakukan oleh pihak yang diduga melakukan

tindak pidana korupsi. Apabila memenuhi unsur-unsur tindak pidana korupsi,

dibuat Berita Acara Kesepakatan dengan Aparat Penegak Hukum (APH) bahwa

Aparat Penegak Hukum (APH) akan menindaklanjuti kasus tersebut sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pada tahun 2014 Deputi Bidang Investigasi melaksanakan audit

investigatif atas kasus yang berindikasi TPK sebanyak 187 penugasan, dari

jumlah tersebut telah dapat diselesaikan sebanyak 175 laporan, dan

diserahkan kepada APH sebanyak 152 laporan atau mencapai 86,85%.

Rincian Laporan Hasil Audit Investigatif (LHAI) yang diserahkan kepada

APH pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 59

Tabel 3.19Laporan Hasil Audit Investigatif yang diserahkan ke APH

Tahun 2014

No. Aparat PenegakHukum

JumlahKasus %

Nilai KerugianKeuangan Negara

1 Kejaksaan 48 31,58 Rp.58.806.077.979,22

2 Kepolisian 104 68,42Rp.68.982.821.596,70

USD156.12

Jumlah 152 100,00Rp.127.788.899.575,92

USD156.12

Status kasus dari LHAI yang diserahkan ke APH tampak pada tabel berikut:

Tabel 3.20Perkembangan Kasus LHAI yang diserahkan ke APH

Tahun 2014

No. PerkembanganKasus

JumlahKasus %

Nilai KerugianKeuangan Negara

1 Penyelidikan 76 50,00Rp.54.026.263.163,47

USD156.12

2 DihentikanPenyelidikan 1 0,66 Rp.338.138.315,00

3 Penyidikan 56 36,84 Rp.56.635.682.117,85

4 Dilimpahkan kePengadilan 4 2,63 Rp.522.475.686,00

5 Penuntutan 14 9,21 Rp.11.733.000.997,10

6 Diputus 1 0,66 Rp.4.533.339.296,50

Jumlah 152 100,00Rp.127.788.899.575,92

USD156.12

Audit Investigatif yang dilaksanakan pada Tahun 2014 antara lain:

a. Audit Investigatif atas Pengadaan Bantuan Sarana Light Trap untuk

Pengamatan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman Padi

Peket 3 Wilayah Jawa Tengah dan DIY pada Dirjen Tanaman Pangan

Kementerian Pertanian RI TA 2012 dengan nilai kerugian keuangan

negara sebesar Rp7.932.133.836,00

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 60

b. Audit Investigatif atas Pengadaan Bantuan Sarana Light Trap untuk

Pengamatan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman Padi

Peket 2 Wilayah Jawa Barat dan Banten pada Dirjen Tanaman Pangan

Kementerian Pertanian RI TA 2012 dengan nilai kerugian keuangan

negara sebesar Rp7.832.766.265,00

c. Audit Investigatif atas Pengadaan Bantuan Sarana Light Trap untuk

Pengamatan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman Padi

Peket 4 Wilayah Jawa Timur pada Dirjen Tanaman Pangan

Kementerian Pertanian RI TA 2012 dengan nilai kerugian keuangan

negara sebesar Rp6.927.384.204,00

Laporan Hasil Audit Investigatif (LHAI) yang diserahkan ke Aparat Penegak

Hukum (APH) sebanyak 164 laporan. Dari jumlah tersebut yang terdapat

unsur TPK sebanyak 152 laporan dan yang tidak terdapat unsur TPK

sebanyak 12 laporan.

2) Audit dalam rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara

Audit dalam rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (PKKN) adalah

audit dengan tujuan tertentu yang dimaksudkan untuk menyatakan

pendapat mengenai nilai kerugian keuangan negara yang timbul dari suatu

kasus penyimpangan dan digunakan untuk mendukung tindakan litigasi.

Untuk audit dalam rangka PKKN berlaku ketentuan sebagai berikut:

a. Atas satu kasus yang telah dilakukan audit investigatif dan telah

diterbitkan LHAI, kemudian kasus tersebut ditingkatkan ke

penyidikan oleh Penyidik maka atas kasus tersebut dapat dilakukan

audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara

apabila diminta secara tertulis oleh Instansi Penyidik.

b. Penugasan harus didahului dengan ekspose oleh Penyidik dan

dapat menghasilkan simpulan bahwa permintaan audit dalam

rangka penghitungan kerugian keuangan negara dipenuhi, belum

dapat dipenuhi, dan tidak dapat dipenuhi.

c. Permintaan audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan

negara dapat dipenuhi apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 61

Ø Penyimpangan yang menimbulkan kerugian keuangan negara

telah cukup jelas berdasarkan pendapat Penyidik.

Ø Indikasi kerugian keuangan negara dapat diperkirakan.

Ø Badan Pemeriksa Keuangan atau Inspektorat Jenderal

Kementerian/Inspektorat LPNK/Inspektorat Pemda belum

melakukan audit investigatif atas perkara yang sama.

Ø Bukti-bukti yang diperlukan untuk menghitung kerugian

keuangan negara sudah diperoleh oleh penyidik secara relatif

relevan, kompeten dan cukup.

Dalam audit dalam rangka PKKN, bukti dikumpulkan melalui Penyidik dan

permintaan data/bukti dilakukan melalui surat tertulis. Dalam hal auditor

memerlukan klarifikasi atau konfirmasi kepada pihak-pihak terkait,

pelaksanaan klarifikasi atau konfirmasi didampingi oleh Penyidik. Apabila

diperlukan, auditor dapat melakukan pengumpulan bukti tambahan

bersama Penyidik, dibawah koordinasi Penyidik.

Pada tahun 2014 dilakukan penugasan audit dalam rangka PKKN sebanyak

748 penugasan. Jumlah Laporan Hasil Audit Dalam Rangka PKKN yang

diserahkan ke APH sebanyak 748 laporan atau mencapai 100%.

Rincian Laporan Hasil Audit Dalam Rangka PKKN (LHPKKN) yang diserahkan

ke APH adalah sebagai berikut:

Tabel 3.21LHPKKN yang diserahkan ke APH

Tahun 2014

No Aparat PenegakHukum

JumlahKasus %

Nilai Kerugian KeuanganNegara

1 Kejaksaan 323 44,67Rp.3.081.687.014.815,19

USD69,270,716.40

2 Kepolisian 400 55,33 Rp.672.413.376.594,41

Jumlah 723 100,00Rp.3.754.100.391.409,60

USD69,270,716.40

Status kasus dari LHPKKN yang diserahkan ke APH tampak pada tabel 3.22

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 62

Tabel 3.22Perkembangan Kasus LHPKK yang diserahkan ke APH

Tahun2014

NoPerkembangan

KasusJumlahKasus

%Nilai Kerugian Keuangan

Negara

1 Penyidikan 432 59,75Rp.893.658.465.379,28

USD69,270,716.40

2 Dilimpahkan kePengadilan 21 2,90 Rp.40.759.952.000,71

3 Penuntutan 239 33,06 Rp2.795.123.314.003,03

4 Diputus 31 4,29 Rp.24.558.660.026,58

Jumlah 723 100,00Rp.3.754.100.391.409,60

USD69,270,716.40

Audit Dalam Rangka PKKN yang dilaksanakan pada tahun 2014 diantaranya:

a. Audit Dalam Rangka PKKN atas kasus dugaan TPK pada Pekerjaan

Pengadaan Barang/Jasa Life Time Extention (LTE) Gas Turbine (GT)

2.1 dan 2.2 PLTGU Belawan dengan nilai kerugian keuangan negara

sebesar Rp2.344.777.441.537,00

b. Audit Dalam Rangka PKKN atas kasus dugaan TPK dan TPPU yang

dilakukan tersangka Pejabat Pengawas Penerimaan dan

Penimbunan pada Terminal BBM SEI SIAK Riau dengan nilai

kerugian keuangan negara sebesar Rp149.760.938.624,00

c. Audit Dalam Rangka PKKN atas Dana Kelompok Kerja Kredit Mikro

Kelurahan Kampung Olo Kecamatan Nanggolo Kota Padang dengan

nilai kerugian keuangan negara sebesar Rp111.526.680.000,00

3) Pemberian Keterangan Ahli

Pemberian keterangan ahli adalah pemberian pendapat berdasarkan

keahlian profesi auditor BPKP dalam suatu kasus TPK dan/atau perdata

untuk membuat terang suatu kasus bagi Penyidik dan/atau Hakim.

Penugasan pemberian keterangan ahli dapat berasal:

a. Permintaan Penyidik

b. Permintaan Jaksa Penuntut Umum

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 63

c. Penetapan Hakim

d. Permintaan pihak yang bertindak untuk kepentingan negara dalam

perkara perdata

Pelaksanaan penugasan pemberian keterangan ahli dapat dilakukan pada

tahap penyidikan dan/atau dalam persidangan di pengadilan.

Pada tahun 2014 telah dilaksanakan penugasan pemberian keterangan ahli

sebanyak 1.293 penugasan atau mencapai 127,77% dari target sebanyak

1.012 penugasan. Rincian penugasan pemberian keterangan ahli adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.23Pemberian Keterangan Ahli

Tahun 2014

No Instansi Penyidik/Pengadilan Jumlah Kasus

1 Keterangan Ahli Kejaksaan 125

2 Keterangan Ahli Kepolisian 198

3 Keterangan Ahli Pengadilan 970

Jumlah 1.293

Penugasan pemberian keterangan ahli yang dilaksanakan pada tahun 2014

diantaranya:

a. PKA pada Pengadilan Tipikor di PN Medan a.n terdakwa

Muhammad Bahalwan.

b. PKA pada Pengadilan Tipikor di PN Surabaya a.n terdakwa Yudi

Setiawan.

c. PKA di Persidangan dalam perkara perdata di PN Tanjung Karang

antara LPS terhadap tergugat Sugiarto Wiharjo alias Alay eks

Pemegang Saham, Podijono Wiyanto eks Direktur Utama, dan RE

Sudarman eks Direktur di BPR Tripanca.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 64

4) Pemantauan Tindak Lanjut

Deputi Bidang Investigasi melaksanakan pemantauan tindak lanjut hasil

penugasan bidang investigasi secara berkala. Pemantauan tindak lanjut LHAI

dan LHPKKN yang diserahkan ke APH dilaksanakan monimal 3 (tiga) bulan

sekali. Hasil pemantauan tindak lanjut atas LHAI yang diserahkan ke APH

untuk periode 2010 s.d 2014 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.24Perkembangan kasus LHAI yang diserakan ke APH

Tahun 2010 s.d 2014

No PerkembanganKasus

JumlahKasus

Nilai Kerugian Keuangan Negara

(Rp) (USD)1 Penyelidikan 204 302.712.135.763,55 26,349.07

2 DihentikanPenyelidikan 11 8.716.729.925,08 0

3 Penyidikan 181 171.809.530.729,01 0

4 DihentikanPenyidikan 6 5.451.485.465,00 0

5 Dilimpahkan kePengadilan 27 19.527.843.006,36 0

6 Penuntutan 117 176.308.175.981,28 9,400,000.00

7 DihentikanPenuntutan 3 559.301.600,00 0

8 Diputus 135 315.068.683.098,41 2,500.00

Jumlah 684 1.000.153.885.568,69 9,428,849.07

Hasil pemantauan tindak lanjut atas LHPKKN yang diserahkan ke APH untuk

periode 2010 s.d 2014 adalah sebagai berikut:

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 65

Tabel 3.25Perkembangan kasus LHPKKN yang diserakan ke APH

Tahun 2010 s.d 2014

No.Perkembangan

KasusJumlahKasus

Nilai Kerugian Keuangan Negara

(Rp) (USD) (Baht)1 Penyidikan 912 2.459.123.015.496,75 69,273,201.40 5,249,157.94

2 DihentikanPenyidikan

32 14.264.850.721,34 0 0

3 Dilimpahkan kePengadilan

107 106.645.859.608,95 0 0

4 Penuntutan 810 6.117.198.511.563,20 32.059.922,02 0

5 DihentikanPenuntutan

4 1.222.253.366,08 0 0

6 Diputus 712 2.822.098.157.382,80 10.573.212.51 0

Jumlah 2.577 11.520.552.648.139,10 111.906.335,93 5,249,157.94

6. Hasil Audit Investigasi yang ditindaklanjuti oleh Instansi Berwenang

Adanya pengaduan masyarakat dan atau temuan hasil audit reguler APIP

yang menginformasikan adanya dugaan TPK pada Instansi Pemerintah, BUMN, dan

BUMD merupakan informasi awal untuk dilakukan audit investigatif. Manajemen

yang memiliki kesadaran atau kepedulian terhadap korupsi akan menindaklanjuti

pengaduan atau temuan tersebut dengan melakukan audit investigatif sendiri atau

meminta BPKP untuk melakukan audit investigatif. Jika audit investigatif dilakukan

oleh BPKP, maka LHAI disampaikan kepada manajemen untuk ditindaklanjuti sesuai

dengan rekomendasi yang diberikan. BPKP wajib memantau dan mengevaluasi

pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi yang telah diberikan. Hal tersebut

menjadi pemikiran Deputi Bidang Investigasi dalam menetapkan IKU hasil audit

investigatif yang ditindaklanjuti oleh Instansi Berwenang.

IKU hasil audit investigatif yang ditindaklanjuti oleh Instansi Berwenang

ditetapkan untuk mengukur manfaat hasil pengawasan BPKP oleh Instansi Non APH.

Pada tahun 2014 target IKU ditetapkan sebesar 50%. Capaian IKU diukur dari

persentase rekomendasi atas temuan hasil audit investigatif permintaan Non APH

yang ditindaklanjuti oleh Instansi Berwenang. Realisasi tahun 2014 sebesar 21,34%

atau mencapai 42,68% dari target sebesar 50%. Capaian IKU sebesar 21,34% dihitung

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 66

dari jumlah tindak lanjut yang dilakukan oleh Instansi Berwenang sebanyak 86,

dibagi dengan jumlah rekomendasi atas temuan audit investigatif yang belum

ditindaklanjuti sebanyak 403, dikalikan 100%.

Rincian perhitungan realisasi dan capain IKU pada tahun 2014 dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 3.26Perhitungan IKU Hasil Audit Investigatif yang ditindaklanjuti oleh Instansi

BerwenangTahun 2014

No. Uraian kegiatan Jumlah

1 Saldo temuan belum ditindaklanjuti s.d. 31-12-2013 382

2 Temuan tahun 2014 21

3 Jumlah temuan yang belum ditindaklanjuti tahun 2014 403

4 Tindak Lanjut Tahun 2014 86

5 Sisa Temuan yang belum ditindak lanjuti per 31-12-2014 317

6 Target Outcome 50%

7 Realisasi Outcome (86/403 x 100%) 21,34%

8 Capaian Kinerja Outcome (21,34/50 X 100%) 42,68%

Target dan Realisasi IKU hasil audit investigasi yang ditindaklanjuti oleh Instansi

Berwenang dari tahun 2010 sampai dengan 2014 dapat dilihat pada tabel 3.27

Tabel 3.27Target dan Realisasi IKU Hasil Audit Investigatif yang ditindaklanjuti oleh Instansi

BerwenangTahun 2010 s.d 2014

No. Tahun Hasil audit investigasi yang ditindaklanjuti olehInstansi Berwenang

Target Realisasi Capaian (%)

1. 2010 20 29,41 147,05

2. 2011 25 23,30 93,20

3. 2012 30 39,30 131,00

4. 2013 40 17,47 43,68

5. 2014 50 21,34 42,68

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 67

Target dan realisasi tersebut dapat digambarkan dengan grafik berikut:

Grafik 3.13Target dan Realisasi IKU Hasil Audit Investigatif yang ditindaklanjuti oleh Instansi

BerwenangTahun 2010 s.d 2014

Dari grafik dapat dilihat target tahun 2010 dan 2012 terealisasi, tetapi target tahun

2011, 2013, dan 2014 tidak terealisasi.

Perkembangan capaian IKU dari tahun 2010 sampai dengan 2014 terlihat pada grafik

berikut:

Grafik 3.14Perkembangan Capaian IKU Hasil Audit Investigatif yang ditindaklanjuti oleh

Instansi BerwenangTahun 2010 s.d 2014

Capaian outcome dari tahun ke tahun cenderung menurun, bahkan pada

tahun 2011, 2013, dan 2014 capaian dibawah 100%.

2010 2011 2012 2013 2014TARGET 20,00 25,00 30,00 40,00 50,00REALISASI 30,00 21,58 39,96 17,47 21,34

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

2010 2011 2012 2013 2014Capaian 150,00 86,32 133,20 43,68 42,68

0,0020,00

40,0060,0080,00

100,00120,00

140,00160,00

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 68

Capaian IKU tahun 2014 sebesar 42,68% didukung 1.810 OH atau 274,24%

dari rencana 660 OH dan menggunakan dana sebesar Rp192.608.000,00 atau

173,49% dari anggaran sebesar Rp111.018.000,00. Capaian IKU dibandingkan

dengan penggunaan OH dan dana terlihat belum efisien. Audit investigatif

dilaksanakan atas kasus yang terjadi pada beberapa tahun yang lalu sehingga

mengalami hambatan pada saat pengumpulan data dan klarifikasi kepada pihak

terkait. Hambatan ini menyebabkan penyelesaian audit menggunakan OH yang lebih

banyak dan dana yang besar.

Audit investigatif atas permintaan Instansi Lain yang dilaksanakan pada tahun

2014 diantaranya:

1) Audit Investigatif atas Pelaksanaan Proyek Indonesia Deepwater

Development (IDD)

2) Audit Investigatif atas Kegiatan Tender Pengadaan Jasa Distribusi Pupuk

Tahun 2012 s.d. 2013 dan Tender Pengadaan Kantong Plastik tahun 2012

7. Persentase telaahan terhadap laporan penugasan investigasi yang memenuhi

standar

Dalam rangka pelaksanaan fungsi Perencanaan dan Pengendalian (RENDAL)

penugasan keinvestigasian, setiap hasil audit investigasi yang dilakukan oleh

Perwakilan BPKP dilakukan penelaahan oleh Deputi Bidang Investigasi untuk

memperoleh keseragaman format laporan dan mutu kualitas hasil audit. Hal

tersebut menjadi dasar menetapkan IKU persentase telaahan terhadap laporan

penugasan investigasi yang memenuhi standar.

Capaian IKU diukur dari persentase jumlah laporan yang memenuhi standar

dibagi dengan jumlah laporan yang ditelaah. Realisasi IKU tahun 2014 sebesar

97,15% diukur dari jumlah laporan yang memenuhi standar sebanyak 989 laporan

dibagi dengan jumlah laporan yang ditelaah sebanyak 1.018 laporan dikalikan 100%.

Capaian IKU sebesar 107,95% dari target yang ditetapkan sebesar 90%.

Rincian jumlah laporan yang ditelaah dan laporan yang memenuhi standar

adalah sebagai berikut:

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 69

Jumlah LHAI yang diterima : 175 Laporan

Jumlah LHAI yang telah ditelaah dengan hasil

- Diteruskan ke Aparat Penegak Hukum(APH) : 152 laporan

- Tidak terbukti TPK dan diserahkan ke APH : 12 laporan

Jumlah 164 Laporan

Laporan dalam proses penelaahanPer 31 Desember 2014 11 Laporan

Sama halnya dengan kegiatan audit investigatif, setiap LHPKKN yang diterima

Deputi Bidang Investigasi dilakukan penelaahan untuk menyamakan persepsi dan

metode perhitungan kerugian negara.

Jumlah LHPKKN yang diterima : 729 Laporan

Jumlah LHAI yang telah ditelaah dengan hasil :

- Diteruskan ke Aparat Penegak Hukum(APH) : 723 laporan

- Tidak terdapat Kerugian Negara : 6 laporan

Jumlah : 729 Laporan

Tidak ada laporan dalam proses penelaahanper 31 Desember 2014 : 0 Laporan

Jumlah Laporan Evaluasi HKP, Audit Penyesuaian Harga, dan Audit Klaim yang

diterima Deputi Bidang Investigasi dan dilakukan penelaahan sebagai berikut:

LHP Evaluasi HKP : 42 Laporan

LHP Audit Penyesuaian Harga : 65 Laporan

LHP Audit Klaim : 7 Laporan

Jumlah 114 Laporan

Jumlah Laporan Evaluasi HKP, Audit Penyesuaian Harga, dan Audit Klaim yang

ditindaklanjuti sebanyak 96 laporan dengan rincian:

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 70

LHP Evaluasi HKP : 26 Laporan

LHP Audit Penyesuaian Harga : 63 Laporan

LHP Audit Klaim : 7 Laporan

Jumlah 96 Laporan

Laporan dalam proses penelaahanper 31 Desember 2014

18 Laporan

Faktor yang mendukung tercapainya IKU adalah penyusunan laporan telah

sesuai dengan Pedoman Penugasan Bidang Investigasi (PPBI) dan sebelum laporan

tersebut disusun telah dilaksanakan pembahasan hasil audit baik dengan Direktorat

di lingkungan Deputi Bidang Investigasi maupun dengan APH untuk memperoleh

kesamaan persepsi atas kasus yang ditangani.

Realisasi IKU pada tahun 2014 sebesar 97,15% naik sebesar 2,74% dari

realisasi tahun 2013 sebesar 94,41%. Capaian kinerja tahun 2014 sebesar 107,95%

lebih rendah 0,57% dibandingkan dengan capaian tahun 2013 sebesar 108,52%.

Target dan realisasi IKU persentase telaahan terhadap laporan penugasan investigasi

yang memenuhi standar tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.28Target dan Realisasi IKU Persentase telaahan terhadap laporan penugasan

investigasi yang memenuhi standarTahun 2010 s.d 2014

No. Tahun Persentase telaahan terhadap laporanpenugasan investigasi yang memenuhi standar

Target Realisasi Capaian (%)

1. 2010 80 90,37 112,96

2. 2011 82 96,04 117,12

3. 2012 85 97,38 114,56

4. 2013 87 90,41 103,92

5. 2014 90 97,15 107,95

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 71

Target dan realisasi tersebut digambarkan dengan grafik dibawah ini:

Grafik 3.15Target dan Realisasi IKU Persentase telaahan terhadap laporan penugasan

investigasi yang memenuhi standarTahun 2010 s.d 2014

Dari grafik diatas dapat dilihat realisasi dari tahun 2010 sampai dengan 2014 selalu

melampaui target yang telah ditetapkan.

Perkembangan capaian IKU tahun 2010 sampai dengan 2014 dapat digambarkan

dengan grafik berikut:

Grafik 3.16Perkembangan IKU Persentase telaahan terhadap laporan penugasan investigasi

yang memenuhi standarTahun 2010 s.d 2014

Dari grafik terlihat capaian IKU selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 selalu

melampaui 100%.

2010 2011 2012 2013 2014TARGET 80,00 82,00 85,00 87,00 90,00REALISASI 87,12 97,46 97,38 94,41 97,15

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

2010 2011 2012 2013 2014Capaian 108,90 118,85 114,56 108,52 107,95

102,00104,00106,00108,00110,00112,00114,00116,00118,00120,00

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 72

Realisasi IKU 97,15% didukung SDM sebesar 243 OH atau 11,91% dari target

2.040 OH dan menggunakan dana sebesar Rp149.967.000,00 atau 43,96% dari

anggaran Rp341.172.000,00. Dilihat dari penggunaan SDM dan dana, dapat

dikatakan kegiatan penelaahan laporan penugasan bidang investigasi dilaksanakan

secara efisien.

8. Reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat ditindaklanjuti

Kejadian TPK terus meningkat, karena itu peran serta masyarakat dalam

upaya pemberantasan korupsi sangat diharapkan, terutama sebagai kelanjutan telah

dilaksanakannya SosPAK. Setelah mengikuti SosPAK diharapkan masyarakat

berperan aktif melaporkan kejadian berindikasi TPK di lingkungannya. BPKP sebagai

salah satu instansi yang menjadi tempat tujuan pengaduan TPK sudah seharusnya

merespon pengaduan yang diterima, dengan melakukan reviu atas setiap pengaduan

yang diterima untuk meyakini apakah pengaduan tersebut memenuhi syarat untuk

ditindaklanjuti dengan audit investigatif. Hal ini menjadi dasar pemikiran Deputi

Bidang Investigasi untuk menetapkan IKU reviu terhadap laporan dan pengaduan

masyarakat ditindaklanjuti. Memperhatikan kemungkinan pemahaman masyarakat

yang belum optimal tentang kelengkapan informasi yang perlu disampaikan, maka

target persentase pengaduan masyarakat yang ditindaklanjuti dengan audit

investigatif ditetapkan tidak terlalu tinggi.

IKU reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat ditindaklanjuti yang

terealisasi ditetapkan untuk mengukur jumlah pengaduan masyarakat terkait dugaan

TPK yang ditindaklanjuti dengan audit investigatif. Target tahun 2014 ditetapkan

sebesar 10%.

Capaian IKU diukur dari persentase jumlah pengaduan masyarakat yang

ditindaklanjuti dibagi dengan jumlah pengaduan masyarakat yang ditujukan langsung

kepada BPKP yang terkait dengan dugaan TPK. Realisasi IKU tahun 2014 sebesar

9,26% merupakan jumlah surat pengaduan yang ditindaklanjuti dengan penugasan

dibandingkan dengan jumlah surat pengaduan yang ditujukan langsung ke BPKP atau

mencapai 92,60% dari target 10%.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 73

Faktor yang menjadi penghambat tercapainya IKU adalah informasi kejadian

berindikasi yang disampaikan oleh masyarakat tidak lengkap dan tidak memenuhi

syarat untuk ditindaklanjuti dengan audit investigatif.

Realisasi kinerja tahun 2014 sebesar 9,26% turun 0,94% dari realisasi tahun

2013. Capaian IKU sebesar 92,60% lebih rendah 9,4% dibandingkan dengan capaian

tahun 2013.

Realisasi IKU selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.29Target dan Realisasi IKU Reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat

ditindaklanjutiTahun 2010 s.d 2014

No. TahunReviu terhadap laporan dan pengaduan

masyarakat ditindaklanjuti

Target Realisasi Capaian (%)

1. 2010 10 13,79 137,90

2. 2011 10 12,16 121,60

3. 2012 10 9,38 93,80

4. 2013 10 10,20 102,00

5. 2014 10 9,26 92,60

Target dan realisasi tersebut tergambar pada grafik berikut:

Grafik 3.17Target dan Realisasi IKU Reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat

ditindaklanjutiTahun 2010 s.d 2014

2010 2011 2012 2013 2014TARGET 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00REALISASI 13,79 24,10 9,38 10,20 9,26

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 74

Dari grafik terlihat realisasi tahun 2014 paling rendah dibandingkan dengan realisasi

tahun-tahun sebelumnya. Capaian outcome tahun 2010 sampai dengan 2014

tersebut dapat digambarkan dengan grafik berikut:

Grafik 3.18Perkembangan IKU Reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat

ditindaklanjutiTahun 2010 s.d 2014

Dari grafik diatas dapat dilihat capaian tahun 2014 paling rendah

dibandingkan dengan capaian tahun-tahun sebelumnya.

Realisasi kinerja sebesar 9,26% menggunakan SDM sebanyak 164 OH atau

31,78% dari rencana sebanyak 516 OH tetapi tidak menggunakan dana karena

kegiatan reviu atas pengaduan yang diterima dilaksanakan di kantor. Dilihat dari

penggunaan SDM, kegiatan reviu pengaduan masyarakat dilaksanakan secara efisien

karena capaian IKU sebesar 92,60% lebih tinggi dibandingkan dengan capaian OH

sebesar 31,78%.

Dalam tahun 2014, surat pengaduan yang diterima Deputi Bidang Investigasi

dan Perwakilan BPKP sebanyak 163 surat pengaduan. Dari jumlah tersebut telah

dilakukan penelaahan sebanyak 159 surat pengaduan dengan rincian:

1) Jumlah Surat Pengaduan yang diterima 163 surat pengaduan, sebanyak 108

pengaduan ditujukan langsung ke BPKP dan sebanyak 55 berupa surat

tembusan.

2) Dari Deputi Bidang Investigasi diteruskan ke Perwakilan BPKP untuk

dilakukan audit sebanyak 3 surat pengaduan.

2010 2011 2012 2013 2014Capaian 137,90 241,00 93,80 102,00 92,60

0,00

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

300,00

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 75

3) Diterima Perwakilan BPKP dan ditindaklanjuti dengan penugasan sebanyak 6

surat pengaduan.

4) Surat Pengaduan dalam proses penelaahan sebanyak 4 surat.

5) Surat Pengaduan diarsipkan sebanyak 150 surat.

C. Akuntabilitas Keuangan

Untuk dapat mendukung pelaksanaan kegiatan-kegiatannya pada tahun 2014,

Deputi Bidang Investigasi memperoleh pendanaan dari DIPA sebagai berikut:

Tabel 3.30Anggaran dan Realisasi

Tahun 2014

NO. INDIKATOR KINERJA OUTPUTANGGARAN

(Rp)REALISASI

(Rp)CAPAIAN

(%)

1.Laporan Hasil Sosialisasi ProgramAnti Korupsi

2.036.144.000 2.014.335.107 98,93

2.Laporan Hasil

Bimtek/Asistensi/Evaluasi atasImplementasi FCP

29.790.000 28.943.125 97,16

3. Laporan Hasil Kajian Pengawasan 30540.000 30.540.000 100,00

4.Laporan Hasil Audit InvestigatifHambatan kelancaran pembangunan,Penyesuaian Harga, dan Klaim

528.250.000 455.522.244 86,23

5.

Laporan hasil Audit Investigatif,Penghitungan Kerugian KeuanganNegara, dan Pemberian KeteranganAhli

2.020.210.000 1.790.672.229 88,64

6.Hasil Audit Investigatif ataspermintaan Instansi Lain

111.018.000 106.356.400 95,80

7.Laporan Hasil Peer Reviu atasLaporan Penugasan Investigasi

341.172.000 320.571.412 93,96

8.Laporan Hasil Reviu atas PengaduanMasyarakat

62.476.000 0 0

Jumlah 5.159.600.000 4.746.940.517 92,00

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 76

Realisasi anggaran sebesar Rp4.746.940.517,00 termasuk penggunaan dana

untuk membiayai penugasan bidang investigasi Perwakilan BPKP sebesar

Rp412.962.241,00 dengan rincian:

1. Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Tengah sebesar Rp39.869.600,00

2. Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Tengah sebesar Rp46.689.000,00

3. Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan sebesar Rp72.175.000,00

4. Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Barat sebesar Rp41.220.000,00

5. Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur sebesar Rp67.637.800,00

6. Perwakilan BPKP Provinsi Lampung sebesar Rp56.250.000,00

7. Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan sebesar Rp89.120.841,00

D. Lain-Lain

1. Forensik Komputer

Dengan adanya perkembangan teknologi, kemampuan seorang auditor

forensik untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti/dokumen elektronik

merupakan suatu keharusan. Auditor akan menghadapi kesulitan yang sangat besar

dalam membuktikan ada/tidaknya fraud (kecurangan) kalau hanya mengandalkan

teknik pengumpulan dan evaluasi bukti secara manual/tradisional. Menghadapi hal

tersebut, Deputi Bidang Investigasi membentuk Satuan Tugas (Satgas) Forensik

Komputer untuk menunjang pelaksanaan tugas-tugas keinvestigasian terutama

audit investigatif dan audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara.

Forensik komputer adalah suatu aktifitas/kegiatan yang bertujuan untuk:

1) Pengumpulan data/fakta dari sistem komputer (harddisk, usb-stick, log,

memory-dump, internet, dll) – termasuk di dalamnya data yang sudah

terhapus.

2) Mendokumentasikan fakta-fakta yang ditemukan dan menjaga

integritas data selama proses forensik dan hukum dengan proteksi fisik,

penanganan khusus, pembuatan image, dan menggunakan algoritma

HASH untuk pembuktian / verifikasi.

3) Merunut kejadian (chain of events) berdasarkan waktu kejadian.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 77

4) Memvalidasi kejadian-kejadian tersebut dengan metode “sebab-

akibat”.

5) Mendokumentasikan hasil yang diperoleh dan menyusun laporan.

6) Proses hukum (pengajuan delik, proses persidangan, saksi ahli, dll.

Untuk menunjang kegiatan forensik komputer, pada tahun 2012 telah

dibangun Laboratoriun Forensik Komputer. Pada tahun 2013 disusun Petunjuk

Teknis Pengumpulan dan Pengevaluasian Bukti Dokumen Elektronik dan

diselenggarakan Workshop Forensik Komputer di Perwakilan BPKP Sumatera Utara,

Riau, Kalimantan Barat, DIY, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan DKI Jakarta.

Pada tahun 2013 telah dilaksanakan penugasan Pengumpulan dan Pengevaluasian

Bukti Dokumen Elektronik (PPBDE) sebanyak 4 penugasan. PPBDE adalah suatu

proses untuk memperoleh dan menganalisis dokumen elektronik dalam rangka

memperoleh petunjuk atau bukti digital untuk kepentingan penanganan kasus yang

berindikasi tindak pidana.

Penugasan PPBDE yang dilaksanakan pada tahun 2013 diantaranya:

1) Bantuan PPBDE atas 1 (satu) CPU HP Pavilion g3635d dan 1 (satu) unit

Laptop Thosiba Satelite Pro Model No. PSK01L-01D026 serial

8A224861Q yang digunakan oleh Panitia Lelang pada Kasus Dugaan TPK

Pembangunan Gedung PUSTEKDATA dan Pusfatja LAPAN Tahun 2011.

2) Bantuan PPBDE atas beberapa perangkat komputer yang diduga

berhubungan dengan kasus Dugaan TPK Pengadaan dan Penyaluran

Benih oleh PT Sang Hyang Seri (Persero) Tahun 2008-2011.

Pada tahun 2014 dilaksanakan penugasan PPBDE sebanyak 8 penugasan,

diantaranya:

1) PPBDE 4 Buah Perangkat komputer yang diduga berhubungan dengan

Kasus Dugaan TPK Pengadaan Alat Kesehatan RSUD dr. Hi. Zainal Sadiki

pada Dinkes Kab. Gorontalo Utara TA 2011.

2) PPBDE atas 1 perangkat komputer dari PT Mekar Armada Jaya terkait

kasus dugaan TPK Pengadaan Armada Busway pada Dinas Perhubungan

Provinsi DKI Jakarta TA 2013.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 78

Gambar 3.5Alat akuisisi

Gambar 3.6Proses eksaminasi

Pada tahun 2014 dilaksanakan workshop komputer forensik:

1) Workshop Komputer Forensik e-Procurement di Perwakilan BPKP Sulawesi

Selatan

2) Workshop E-Audit dan Komputer Forensik di Perwakilan BPKP Provinsi

Lampung

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 79

3) Workshop Forensik Komputer di Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan

Timur

4) Workshop Forensik Komputer di Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu

Gambar 3.7Workshop komputer forensik di Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu

Selain FCP, forensik komputer juga merupakan produk unggulan Deputi

Bidang Investigasi. Karena itu forensik komputer terus dikembangkan dan menjadi

produk unggulan selain FCP, diantaranya dengan mengikutsertakan Tim Satgas

Forensik Komputer pada pelatihan Computer Forensic I dan Computer Forensic II

dan menawarkan kepada APH mengenai penugasan PPBDE ini.

2. Fraud Control Plan and Detecting Fraud Training Program

Dalam upaya untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan program fraud

control plan dan kompetensi pegawai BPKP dalam menerapkan Fraud Control Plan,

pada tanggal 25 s.d 29 Agustus 2014, BPKP melakukan pelatihan “Fraud Control

Plan and Detecting Fraud” yang dilaksanakan di Sydney Australia bekerja sama

dengan Institute of Internal Auditor Australia. Metode Pelatihan adalah studi dalam

kelas yang dilanjutkan dengan benchmarking/visiting ke dua institusi yang terkait

dengan implementasi fraud control plan yaitu Audit Office of New South Wales dan

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 80

Willoughby City Council di New South Wales, Australia. Dalam training di kelas,

Barry Davidow, sebagai instruktur pelatihan menjelaskan beberapa faktor

mendasar penyebab terjadinya fraud dan langkah pengendalian yang perlu

dibangun. Metode pelatihan selain penyampaian materi juga dilakukan analisis

kasus, diskusi dan presentasi yang diikuti oleh seluruh peserta secara aktif. Hasil

benchmarking antara FCP yang dikembangkan oleh BPKP dengan yang

dikembangkan oleh Australian National Audit Office (ANAO) Australia menunjukkan

bahwa ada perbedaan yang mendasar. Framework yang dikembangkan oleh

pemerintah Australia atau ANAO lebih bersifat dinamis dan tidak terpaku pada

pembentukan suatu struktur dalam organisasi, sehingga dapat diterapkan pada

organisasi secara generik dan tidak tergantung pada kompleksitas struktur

organisasi. Atas kondisi tersebut, perlu dipertimbangkan untuk melakukan

perbaikan atas Pedoman Penerapan Fraud Control Plan yang selama ini

dipergunakan oleh BPKP, sehingga bisa lebih fleksibel dan aplikabel. Peserta

pelatihan sebanyak 20 orang yang berasal dari BPKP sebanyak 1 orang,

Kementerian Luar Negeri, KPK, Kejaksaan Agung RI dan Kepolisian Negara RI

masing-masing sebanyak satu orang.

Gambar 3.8Pelatihan “Fraud Control Plan and Detecting Fraud”

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 81

3. Semiloka Kewenangan BPKP dalam Audit Penghitungan Kerugian Keuangan

Negara

Pada tanggal 23 Desember 2014 dilaksanakan Semiloka Kewenangan BPKP

dalam Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara bertempat di Aula Gandhi

BPKP Pusat. Tujuan diselenggarakannya semiloka tersebut adalah untuk

memperoleh solusi yang sistematis dalam menghadapi gugatan hukum atas

Laporan Hasil Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (LHPKKN) yang diterbitkan

oleh BPKP dan memperoleh cara untuk meminimalkan dampak Putusan Kasasi

Nomor: 263K/TUN/2014 tanggal 21 Juli 2014 terhadap penanganan kasus tindak

pidana korupsi lainnya.

Semiloka diselenggarakan dalam bentuk diskusi panel yang dipandu oleh

seorang moderator, yaitu Triyono Haryanto, S.H., M.H. (Kepala Biro Hukum BPKP).

Materi semiloka berupa paparan tentang kewenangan BPKP dalam Audit

Penghitungan Kerugian Keuangan Negara yang disampaikan oleh panelis yang

sekaligus bertindak selaku narasumber. Secara berurutan, panelis yang menyajikan

paparan adalah Komjen Suhardi Alius (Kepala Bareskrim Kepolisian RI), Zulkarnain,

S.H., M.H. (Pimpinan KPK), Prof. Dr. Eddy Mulyadi Soepardi (Anggota III BPK RI), dan

Asri Agung, S.H., M.H. (mewakili Jampidsus Kejaksaan Agung RI). Berikut ini

ringkasan paparan yang disampaikan oleh panelis.

Dari hasil paparan yang disampaikan oleh para Panelis, dapat disimpulkan

1) Dalam melakukan penugasan audit PKKN, auditor BPKP tidak perlu

meragukan tentang kewenangan BPKP dalam melakukan audit PKKN

tersebut. Kewenangan ini diatur dalam Keppres Nomor 103 Tahun 2001

yang menyatakan bahwa BPKP mempunyai tugas melaksanakan tugas

pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan,

termasuk melakukan audit investigatif dalam rangka penghitungan

kerugian keuangan negara. Di samping itu, Pengitungan Kerugian

Keuangan Negara adalah ranah kepakaran dan bukan ranah

kewenangan.

2) BPKP melakukan audit PKKN didasarkan atas permintaan Penyidik dan

sebagaimana diatur dalam KUHAP pasal 7 ayat (1), Penyidik memiliki

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 82

kewenangan untuk mendatangkan Ahli yang diperlukan dalam

hubungannya dengan pemeriksaan perkara.

3) Terkait dengan permasalahan yang dihadapi dalam kasus IM2, hal ini

hanyalah merupakan suatu tantangan sebab dalam upaya

pemberantasan korupsi selalu ada resistensi. Bahkan, hal ini

menunjukkan bahwa BPKP semakin diakui eksistensinya dalam upaya

pemberantasan korupsi.

4) Kerjasama dan persamaan persepsi antara Aparat Penegak Hukum

(APH) dan auditor sangat penting dalam membangun komitmen untuk

melakukan pemberantasan korupsi.

Gambar 3.9Semiloka “Kewenangan BPKP dalam Audit PKKN”

4. Kegiatan Deputi Bidang Investigasi

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Deputi Bidang Investigasi diantaranya:

1) Narasumber Rapat Koordinasi Nasional II Asosiasi Pemerintah Kabupaten

Seluruh Indonesia (APKASI) dan Asosiasi Pemerintah Kota Seuruh

Ondonesia (APEKSI) di Manado pada tanggal 10 dan 11 Januari 2014.

2) Pembicara pada acara Monthly Discussion yang dilaksanakan oleh

Pengurus Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) Riau Region,

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 83

bertempat di Aula Perwakilan BPKP Provinsi Riau pada tanggal 17 Januari

2014.

3) Pidato dalam Forum Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Udayana dengan

judul “Peranan BUMD dalam Pembangunan di Daerah” di Bukit Jimbaran,

Bali pada tanggal 16 dan 17 Maret 2014.

4) Narasumber dalam pelaksanaan pelatihan bersama Peningkatan Kapasitas

Aparat Penegak Hukum dalam penanganan perkara Tindak Pidana Korupsi

di Provinsi Nusa Tenggara Timur tanggal 5 s.d 7 Mei 2014.

5) Narasumber dalam pelaksanaan pelatihan bersama Peningkatan Kapasitas

Aparat Penegak Hukum dalam penanganan perkara Tindak Pidana Korupsi

di Provinsi Maluku Utara tanggal 8 s.d 11 Juni 2014.

6) Narasumber pelaksanaan pelatihan bersama peningkatan kapasitas aparat

penegak hukum dalam penanganan perkara Tindak Pidana Korupsi di

Provinsi Kalimantan Selatan tanggal 8 dan 9 September 2014.

7) Narasumber pada Rapat Kerja Kejaksaan se Jawa Tengah Tahun 2014 di

Provinsi Jawa Tengah tanggal 29 dan 30 Oktober 2014.

8) Rapat Koordinasi Supervisi atas Pengelolaan Pertambangan Mineral dan

Batubara bersama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Bali

tanggal 2 s.d 4 Desember 2014.

Gambar 3.10Deputi Bidang Investigasi sebagai pembicara pada Monthly Discussion ACFE di Riau

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 84

Gambar 3.11Deputi Bidang Investigasi sebagai narasumber pada Raker Kejaksaan Se-Jawa Tengah

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 85

PENUTUP

aporan Kinerja Instansi Pemerintah merupakan media pertanggungjawaban

Deputi Bidang Investigasi dalam pelaksanaan program dan kegiatan yang

telah dilakukan. Berdasarkan visi, misi, tujuan, sasaran yang telah dirumuskan

dan strategi atau cara-cara untuk pencapaiannya serta penetapan indikator

kinerja sebagai media pengukuran kinerja yang jelas dan tepat, maka dapat ditetapkan

tingkat pencapaian kinerja untuk suatu periode tertentu.

Pada tahun 2014, capaian kinerja outcome program menunjukkan rata-rata

sebesar 101,09% sedangkan capaian kinerja output menunjukkan rata-rata sebesar

112,15%. Dana yang digunakan oleh Deputi Bidang Investigasi melaksanakan seluruh

kegiatannya adalah sebesar Rp4.746.940.517,00 atau 92% dari anggaran sebesar

Rp5.159.000.000,00. Program dan kegiatan yang dilakukan oleh Deputi Bidang

Investigasi tahun 2014 terfokus pada investigasi praktek-praktek KKN dan hambatan

kelancaran pembangunan. Investigasi terhadap kasus indikasi praktek-praktek KKN

menekankan kepada kualitas dan kuantitas hasil investigasi dengan indikator

terpenuhinya persyaratan hukum untuk dapat diproses lebih lanjut oleh Instansi

Penyidik. Investigasi terhadap hambatan kelancaran pembangunan mempunyai tiga

dimensi, yaitu: (i) mengatasi hambatan pembangunan yang terjadi; (ii) memperbaiki

manajemen pelaksanaan pembangunan khususnya proyek-proyek; dan (iii)

memperdalam dan meneruskan kasus hambatan pembangunan yang berindikasi KKN

kepada tahap investigasi praktek KKN.

Target kinerja outcome maupun output yang telah ditetapkan pada Renstra

2010-2014 secara keseluruhan dapat disimpulkan tercapai. Rata-rata capaian kinerja

tahun 2010 s.d 2014 diatas 100%. Pembinaan dan peningkatan kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM) sebagai aset utama dalam mencapai keberhasilan untuk mewujudkan

L

BAB IV

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Deputi Bidang Investigasi 86

visi, dan misi terus ditingkatkan baik intensitas maupun kualitasnya. Diharapkan dalam

masa yang akan datang ada perbaikan dan penambahan sarana pendukung kerja

mengingat sarana yang dimiliki saat ini belum cukup memadai dalam jumlahnya.

Akhirnya, tanpa mengabaikan berbagai kendala dan keterbatasan yang ada,

Deputi Bidang Investigasi bertekad untuk terus meningkatkan kinerja sebagai

perwujudan dari pertanggungjawaban amanah yang diemban.

Lampiran 1 / 1 - 1

Pagu Realisasi % Target Realisasi %

1 2 3 4 5 6=5/4 7 8 9 10=9/8 11 12 13=12/11

Meningkatnya Kualitas 1

LKPP, 95% LKKL, dan 95%

LKPD

Persentase masukan yang dimanfaatkan

Presiden

% - - 0,00 - - - - - -

Persentase pemahaman dan kepedulian

atas permasalahan korupsi

% 80 86,50 108,13 2.036.144.000 2.014.335.107 0,99 2.892 1.987 0,69

IPP/IPD/ BUMN/ BUMD berisiko fraud

yang mengimplementasikan FCP

Instansi 14 17 120,00 29.790.000 28.943.125 0,97 51 824 16,16

IPP/IPD/ BUMN/ BUMD yang membuat/

mengoreksi kebijakan

Instansi 5 6 120,00 30.540.000 30.540.000 1,00 75 465 6,20

Persentase terselesaikannya kasus HKP,

klaim, dan penyesuaian harga

% 84 84,21 100,25 528.250.000 455.522.244 0,86 2.045 1.379 0,67

Persentase penyerahan kasus kepada

instansi penegak hukum

% 85 99,50 117,06 2.020.210.000 1.790.672.229 0,89 5.074 4.810 0,95

Hasil audit investigasi yang

ditindaklanjuti oleh Instansi Berwenang

% 50 21,34 42,68 111.018.000 106.356.400 0,96 660 1.810 2,74

Persentase telaahan terhadap laporan

penugasan investigasi yang memenuhi

standar

% 90 97,15 107,94 341.172.000 320.571.412 0,94 2.040 243 0,12

Reviu terhadap laporan dan pengaduan

masyarakat ditindaklanjuti

% 10 9,26 92,60 62.476.000 - 0,00 516 164 0,32

101,08 5.159.600.000 4.746.940.517 0,92 13.353 11.682 87,49

Pengawasan Intern

Akuntabilitas

Keuangan Negara

dan Pembinaan

Penyelenggaraan

Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah

Meningkatnya Kesadaran

dan Keterlibatan

K/L,Pemda,BUMN/BUMD

Dalam Upaya Pencegahan

dan Pemberantasan Korupsi

Menjadi 80%

RealisasiCapaian Kinerja

(%)

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

Sasaran StrategisIndikator Kinerja Utama Satuan Target

TAHUN 2014

SDM (OH)Dana (Rp)Program

Lampiran 2 / 1 - 1

1 2 3 4 5 6=5-4 7 8=5/7 9

Meningkatnya Kualitas 1

LKPP, 95% LKKL, dan 95%

LKPD

Persentase masukan yang dimanfaatkan Presiden % 100,00 - (100,00) - -

Persentase pemahaman dan kepedulian atas

permasalahan korupsi

% 96,15 86,50 (9,65) 80,00 108,13

IPP/IPD/ BUMN/ BUMD berisiko fraud yang

mengimplementasikan FCP

Instansi 13 17 4 14 121,43

IPP/IPD/ BUMN/ BUMD yang membuat/

mengoreksi kebijakan

Instansi 6 6 0 5 120,00

Persentase terselesaikannya kasus HKP, klaim, dan

penyesuaian harga

% 92,45 84,21 (8,24) 84,00 100,25

Persentase penyerahan kasus kepada instansi

penegak hukum

% 95,78 99,50 3,72 85,00 117,06

Hasil audit investigasi yang ditindaklanjuti oleh

Instansi Berwenang

% 17,47 21,34 3,87 50,00 42,68

Persentase telaahan terhadap laporan penugasan

investigasi yang memenuhi standar

% 94,41 97,15 2,74 90,00 107,94

Reviu terhadap laporan dan pengaduan

masyarakat ditindaklanjuti

% 10,20 9,26 (0,94) 10,00 92,60

Pengawasan Intern

Akuntabilitas

Keuangan Negara

dan Pembinaan

Penyelenggaraan

Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah

PERBANDINGAN REALISASI IKU TAHUN 2014 DENGAN REALISASI TAHUN 2013 DAN TARGET TAHUN 2014

DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

Meningkatnya Kesadaran

dan Keterlibatan

K/L,Pemda,BUMN/BUMD

Dalam Upaya Pencegahan

dan Pemberantasan

Korupsi Menjadi 80%

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Satuan Realisasi

2013

Realisasi

2014

Kenaikan

(Penurunan)

Realisasi

Target

2014

Realisasi

2014

dibanding

Target

2014

Program

Lampiran 3 / 1 - 1

2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15=10/5 16=11/6 17=12/7 18=13/8 19=14/9 20

1 Meningkatnya

Kualitas 1 LKPP, 95%

LKKL, dan 95% LKPD

Persentase masukan yang

dimanfaatkan Presiden

% 70,00 70,00 70,00 70,00 70,00 100,00 100,00 75,00 100,00 - 142,86 142,86 107,14 142,86 -

Persentase pemahaman dan

kepedulian atas permasalahan

korupsi

% 70,00 73,00 75,00 77,00 80,00 97,32 95,98 95,80 96,15 86,50 139,03 131,48 127,73 124,87 108,13

IPP/IPD/ BUMN/ BUMD

berisiko fraud yang

mengimplementasikan FCP

Instansi 10 11 12 13 14 11 13 12 13 17 110,00 118,18 100,00 100,00 120,00

IPP/IPD/ BUMN/ BUMD yang

membuat/ mengoreksi

kebijakan

Instansi 10 8 6 6 5 11 8 8 6 6 110,00 100,00 133,33 100,00 120,00

Persentase terselesaikannya

kasus HKP, klaim, dan

penyesuaian harga

% 80,00 82,00 84,00 84,00 84,00 97,92 86,98 100,00 92,45 84,21 122,40 106,07 119,05 110,06 100,25

Persentase penyerahan kasus

kepada instansi penegak

hukum

% 85,00 85,00 85,00 85,00 85,00 90,30 83,43 97,96 96,78 99,50 106,24 98,15 115,25 113,86 117,06

Hasil audit investigasi yang

ditindaklanjuti oleh Instansi

Berwenang

% 20,00 25,00 30,00 40,00 50,00 30,00 21,58 39,96 17,47 21,34 150,00 86,32 133,20 43,68 42,68

Persentase telaahan terhadap

laporan penugasan investigasi

yang memenuhi standar

% 80,00 82,00 85,00 87,00 90,00 87,12 97,46 97,38 94,41 97,15 108,90 118,85 114,56 108,52 107,94

Reviu terhadap laporan dan

pengaduan masyarakat

ditindaklanjuti

% 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 13,79 24,10 9,38 10,20 9,26 137,90 241,00 93,80 102,00 92,60

Petunjuk Pengisian:Kolom 1 : Nomor Urut

Kolom 2

Kolom 3

Kolom 4

Kolom 5 - 9

Kolom 10-14

Kolom 15-19

Kolom 20 : Program BPKP sesuai RKA

: Indikator Kinerja Utama (IKU) yang terkait Unit Kerja

Meningkatnya

Kesadaran dan

Keterlibatan

K/L,Pemda,BUMN/B

UMD Dalam Upaya

Pencegahan dan

Pemberantasan

Korupsi Menjadi 80%

2

Pengawasan

Intern

Akuntabilitas

Keuangan

Negara dan

Pembinaan

Penyelenggar

aan Sistem

Pengendalian

Intern

Pemerintah

: Capaian IKU 2010 s.d 2014

: Realisasi IKU 2010 s.d 2014

: Satuan IKU

: Target IKU 2010 s.d 2014

: Sasaran Strategis yang terkait dengan Unit Kerja

PERKEMBANGAN TARGET, REALISASI DAN CAPAIAN IKU DARI TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN TAHUN 2014DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama SATUAN Program REALISASI TARGET CAPAIAN

No.

Lampiran 4/1 - 1

Pagu Realisasi % Target Realisasi %

1 3 4 5 6 7 8=7/6 9 10 11=10/9 12 13 14=13/12 15

Meningkatnya Kualitas 1

LKPP, 95% LKKL, dan 95%

LKPD

1 Persentase masukan yang

dimanfaatkan Presiden

Pengendalian/Pelaksanaan

Pengawasan Intern

Akuntabilitas Keuangan

Negara dan Pembinaan

Penyelenggaraan SPIP

Laporan Hasil Pengawasan

atas Permintaan Presiden

Laporan - - - - - - - - -

1 Persentase pemahaman

dan kepedulian atas

permasalahan korupsi

Laporan hasil sosialisasi

masalah korupsi

Laporan 342 362 105,85 2.035.994.000 1.011.132.000 49,66 2.892 1.987 68,71

2 IPP/IPD/ BUMN/ BUMD

berisiko fraud yang

mengimplementasikan FCP

Laporan hasil

bimtek/asistensi

implementasi FCP

Laporan 141 102 72,34 29.790.000 3.280.000 11,01 51 824 1.615,69

3 IPP/IPD/ BUMN/ BUMD

yang membuat/

mengoreksi kebijakan

Laporan hasil kajian

pengawasan

Laporan 26 21 80,77 23.650.000 122.331.000 517,26 75 465 620,00

4 Persentase

terselesaikannya kasus

HKP, klaim, dan

penyesuaian harga

Laporan hasil audit

investigasi atas HKP, Klaim,

dan Penyesuaian Harga

Laporan 159 130 81,76 535.290.000 404.721.000 75,61 2.045 1.379 67,43

5 Persentase penyerahan

kasus kepada instansi

penegak hukum

Laporan hasil audit

investigasi, perhitungan

kerugian negara, dan

pemberian keterangan ahli

atas permintaan Instansi

Penyidik

Laporan 1735 2230 128,53 2.020.210.000 1.056.751.000 52,31 5.074 4.810 94,80

6 Hasil audit investigasi yang

ditindaklanjuti oleh Instansi

Berwenang

Laporan hasil audit

investigasi atas permintaan

Instansi lainnya

Laporan 126 20 15,87 111.018.000 192.608.000 173,49 660 1.810 274,24

7 Persentase telaahan

terhadap laporan

penugasan investigasi yang

memenuhi standar

Laporan hasil peer review

atas laporan penugasan

investigasi

Laporan 30 24 80,00 341.172.000 149.967.000 43,96 2.040 243 11,91

8 Reviu terhadap laporan dan

pengaduan masyarakat

ditindaklanjuti

Laporan hasil reviu terhadap

laporan dan pengaduan

masyarakat

Laporan 93 20 21,51 62.476.000 0 0,00 516 164 31,78

5.159.600.000 2.940.790.000 57,00 13.353 11.682 87,49

5.159.600.000 2.940.790.000 57,00 13.353 11.682 87,49JUMLAH

Meningkatnya Kesadaran

dan Keterlibatan

K/L,Pemda,BUMN/BUMD

Dalam Upaya Pencegahan

dan Pemberantasan

Korupsi Menjadi 80%

Jumlah IKU 1

CAPAIAN KINERJA OUTPUT

DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

Dana (Rp) SDM (OH)Sasaran Strategis Indikator Kinerja Output Satuan Target Realisasi

TAHUN 2014

Pengawasan

Intern

Akuntabilitas

Keuangan

Negara dan

Pembinaan

Penyelenggara

an Sistem

Pengendalian

Intern

Pemerintah

2

ProgramIndikator Kinerja Utama %

Pengendalian/Pelaksanaan

Pengawasan Intern

Akuntabilitas Keuangan

Negara dan Pembinaan

Penyelenggaraan SPIP

Jumlah IKU 2

Kegiatan Prioritas

Lampiran 5 / 1 - 1

1 3 4 5 6 7 = 6-5 8 9=5/8 10

Meningkatnya Kualitas 1 LKPP,

95% LKKL, dan 95% LKPD

1 Persentase masukan yang

dimanfaatkan PresidenLaporan Hasil Pengawasan atas

Permintaan Presiden

Laporan 1 0 (1) - -

1 Persentase pemahaman dan

kepedulian atas permasalahan

korupsi

Laporan hasil sosialisasi

masalah korupsi

Laporan 236 164 (72) 144 163,89

2 IPP/IPD/ BUMN/ BUMD

berisiko fraud yang

mengimplementasikan FCP

Laporan hasil bimtek/asistensi

implementasi FCP

Laporan 4 6 2 3 133,33

3 IPP/IPD/ BUMN/ BUMD yang

membuat/ mengoreksi

kebijakan

Laporan hasil kajian

pengawasan

Laporan 1 8 7 1 100,00

4 Persentase terselesaikannya

kasus HKP, klaim, dan

penyesuaian harga

Laporan hasil audit investigasi

atas HKP, Klaim, dan

Penyesuaian Harga

Laporan 16 21 5 16 100,00

5 Persentase penyerahan kasus

kepada instansi penegak

hukum

Laporan hasil audit investigasi,

perhitungan kerugian negara,

dan pemberian keterangan ahli

atas permintaan Instansi

Penyidik

Laporan 115 160 45 113 101,77

6 Hasil audit investigasi yang

ditindaklanjuti oleh Instansi

Berwenang

Laporan hasil audit investigasi

atas permintaan Instansi

lainnya

Laporan 2 7 5 3 66,67

7 Persentase telaahan terhadap

laporan penugasan investigasi

yang memenuhi standar

Laporan hasil peer review atas

laporan penugasan investigasi

Laporan 17 30 13 30 56,67

8 Reviu terhadap laporan dan

pengaduan masyarakat

ditindaklanjuti

Laporan hasil reviu terhadap

laporan dan pengaduan

masyarakat

Laporan 5 20 15 24 20,83

PERBANDINGAN REALISASI OUTPUT TAHUN 2014 DENGAN REALISASI TAHUN 2013 DAN TARGET TAHUN 2014

DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

2

Pengawasan Intern

Akuntabilitas

Keuangan Negara

dan Pembinaan

Penyelenggaraan

Sistem

Pengendalian Intern

Pemerintah

Meningkatnya Kesadaran dan

Keterlibatan

K/L,Pemda,BUMN/BUMD Dalam

Upaya Pencegahan dan

Pemberantasan Korupsi Menjadi

80%

Indikator Kinerja Output Realisasi

2014

Kenaikan

(Penurunan)

Realisasi

Target

2014

Realisasi 2014

dibandingkan

Target 2014

ProgramSasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Satuan Realisasi

2013