dbd vika
TRANSCRIPT
-
8/12/2019 DBD VIKA
1/36
1 | P a g e
BAB I
STATUS PASIEN
IDENTITAS
Nama : Tn. B S
TTL : Medan, 21 januari 1973
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Jl. Cempaka III RT 05/04 No.A
Tgl dan jam masuk : 14 Mei 2013
No. Kamar : 0627/Matahari Dua
No. rekam medik : 00803074
Dokter yang merawat : dr.Ihsanil Husna, Sp.PD
ANAMNESIS
Keluhan utama
Os mengeluh demam sejak 5 hari SMRS
Keluhan tambahan
Mual,muntah, nafsu makan menurun, nyeri kepala,pegal-pegal,ngilu-ngilu pada sendi.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 5 hari SMRS, os mengeluh demam tinggi, demamdirasakan terusmenerus,
Demamkadang disertai menggigil,os mengaku berkeringat sesudah menggigil. OS juga
mengeluh nyeri kepala dirasakan hilang timbul.Os menyangkaladanya nyeri di belakang
bola mata, mimisan, gusi berdarah maupun bintik-bintik merah di badan.Os juga
mengeluh badan terasa lemas, pegal-pegaldan terasa pada sendi. batuk dan pilek
disangkal.OS merasakan mual , muntah, berisi makanan yang dimakan, frekuensi 5 x,
banyaknya gelas belimbing, nyeri pada ulu hati,tidak nafsu makan.BAB dan BAK
biasa.1 hari SMRS Os minum obat sakit magh namun keluhannya tidak membaik
-
8/12/2019 DBD VIKA
2/36
2 | P a g e
sehingga os dibawa ke Rumah Sakit. Riwayat berpergian keluar daerah (lampung dan
daerah timur) disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat asma, hipertensi dan diabetes melitus, Tb paru, malaria disangkal, sakit maag (+)
Riwayat Penyakit Keluarga
Dikeluarga ada yang mengalami hal yang sama, riwayat asma, diabetes mellitus dan Tb
paru
disangkal. Hipertensi+(ayah dan ibu)
Riwayat Pengobatan
Os sudah minum obat sakit maag (inpepsa) namun keluhannya tidak membaik sehingga
os
dibawa ke Rumah Sakit.
Riwayat Alergi
Os menyangkal adanya alergi obat,cuaca,debu maupun makanan.
Riwayat Psikososial
Os mengaku tidak merokok, makan 2x/hari dan tidak teratur, jarang olahraga. Riwayat
berpergian ke daerah endemis malaria disangkal. Os mengaku jarang
beristirahat.Merokok dan minum alkohol disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Status Gizi
BB sebelum sakit : 55 kg BB setelah sakit : 54 kg TB : 165 cm Kesimpulan :, gizi baik (IMT 18,73)
Tanda Vital
Suhu : 39,2oC
-
8/12/2019 DBD VIKA
3/36
-
8/12/2019 DBD VIKA
4/36
4 | P a g e
Inspeksi : datar, luka bekas operasi (-)
Auskultasi : bising usus normal
Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen
Ascites : (-)
Palpasi : nyeri epigastrium (+), tidak ada pembesaran hepar dan spleen.
Ekstremitas Atas
Petekie : -/-
Akral : hangat
RCT
-
8/12/2019 DBD VIKA
5/36
5 | P a g e
Hematokrit 44 % 4052
Imunoserologi
Anti salmonella IgM 2,0 (-)
-
8/12/2019 DBD VIKA
6/36
6 | P a g e
RESUME :Tn. B.S usia 40 tahun datang ke RS dengan keluhan demam sejak 5 hari
SMRS
demam timbul secara mendadak dan terus menerus, disertai menggigil.Malaise myalgia, badan terasa ngilu-ngilu pada sendi. cephalgia dirasakan
hilang timbul. OS merasakan nausea, vomitting berisi makanan yang
dimakan, frekuensi 5x, banyaknya gelas belimbing serta nyeri
epigastrium.1 hari SMRS Os minum obat skit maag (inpepsa),namun
keluhannya tidak membaik sehingga os dibawa ke Rumah Sakit.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Suhu : 39,2oC Nadi : 100 x/menit regular, kuat angkat, isi cukup Pernafasan : 20 x/menit Tekanan darah : 110/90 mmHg
Nyeri tekan epigastrium (+)
DAFTAR MASALAH :
1. Febris e.c Dengue fever2. Anemia3. Dyspepsia
ASSASSMENT :
1. Febris e.c dengue feverFebrisSejak 2 hari SMRS.Febris timbul secara mendadak dan terus menerus,
disertai menggigil.malaise(+) pegal-pegal(+), terasa ngilu-ngilu pada
sendi(+).cephalgia(+) dirasakan hilang timbul.OS merasakan nausea ,
vomitting(+), berisi makanan yang dimakan, frekuensi 5x, banyaknya gelas
belimbing, nafsu mkan menurun.
-
8/12/2019 DBD VIKA
7/36
7 | P a g e
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu : 39,1oC.
Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit H 2,76 ribu/l (Leukopenia)
Trombosit 108 ribu/l (trombositopenia)
Rdx :
Cek darah rutin / 24 jam Elektrolit pemeriksaan serologi IgM dan IgG NS1 Widal test
Rth : Non Farmakologis :
1. Istirahat2. Diet
Farmakologis :
1.infus RL 30 tpm
2.Parasetamol 3 x 500 mg
3. Vit B1,B6,danB12 1x1
2. Anemia
Os merasa lemas, chepalgia yang dirasakan hilang timbul.Mata berkunang kunang jika
saat pusing.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Nadi : 100 x/menit regular, kuat angkat, isi cukup Pernafasan : 20 x/menit Tekanan darah : 110/90 mmHg Konjungtiva anemis +/+
Pada pemeriksaan lab didapatkan :
Leukosit : 2,76 ribu/ lRdx :HHTL / 24 jam
-
8/12/2019 DBD VIKA
8/36
8 | P a g e
Rth : non farmakologis
Istirahat
Farmakologis :
Tablet Fe 1x1
3. Dyspepsia
Nyeri ulu hati, mual dan muntah sehari 5 kali berisi makanan.Os juga merasa lemas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Nadi : 100 x/menit regular, kuat angkat, isi cukup Pernafasan : 20 x/menit
Tekanan darah : 110/90 mmHg Nyeri tekan epigastrium (+)
Rencana terapi :
Inpepsa 3x1
Ranitidine inj 2 x 1
Follow-up
15 mei 2013
S O A P
Demam (+),mual
(+),Muntah(+) nafsu
makan menurun,
pusing (+) hilang
timbul BAB dan BAKlancar.
TD : 100/70 mmHg
RR : 18x/menit
Suhu : 40,1oC
Nadi : 76x/menit
Pem lab :Trombosit : 124
ribu/l
Leukosit : 2,5ribu/ l
Febris e.c
dengue fever
1.infus RL 20 tpm
2.Parasetamol 3 x 500 mg
3. Vit B1,B6,dan B12 1x1
Lemas (+) pusing
hilang timbul
TD : 100/70 mmHg
RR : 18x/menit
Anemia Tablet Fe 1x1
-
8/12/2019 DBD VIKA
9/36
9 | P a g e
Nadi : 76x/menit
Pem lab :
10,00 mg/dl
Nyeri ulu hati, mual,
muntah
TD : 140/90 mmHg
RR : 18x/menit
Suhu : 36,4oC
Nadi : 86x/menit
Nyeri tekan
epigastrium (+)
Dyspepsia Inpepsa 3x1
Ranitidine inj 2x1
16 Mei 2013
S O A P
Demam sudah tidakterlalu,mual
(+),Muntah(+) nafsu
makan menurun,
pusing (+) hilang
timbul BAB dan BAK
lancar.
TD : 110/70 mmHgRR : 18x/menit
Suhu : 40,1oC
Nadi : 76x/menit
Teraba pembesaran
hepar (hepatomegali)
3 jari dibawah arcus
costae
Pem lab :
Trombosit : 97 ribu/l
Leukosit : 3,6 ribu/ l
Dengue fever Rdx :
HHTL /12 jam
Rth :
1.infus RL 20 tpm
2.Parasetamol 3 x 500 mg
3. ceftriaxone 1x1
Lemas (+) pusing
hilang timbul
TD : 110/70 mmHg
RR : 18x/menit
Nadi : 76x/menit
Pem lab :
Hb 11,0 mg/dl
Anemia Tablet Fe 1x1
Nyeri ulu hati, mual,muntah
TD : 110/70 mmHgRR : 18x/menit
Suhu : 39,8oC
Nadi : 72x/menit
Nyeri tekan
epigastrium (+)
Dyspepsia Inpepsa 3x1Ranitidine inj 2x1
-
8/12/2019 DBD VIKA
10/36
-
8/12/2019 DBD VIKA
11/36
11 | P a g e
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Demam Dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (Dengue haemorrhagic
fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Manifestasi
klinisnya berupa demam, nyeri otot, nyeri sendi yang disertai leukopeni, ruam,
limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan
plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan
cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) merupakan
suatu derajat akhir dari demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia tenggara, Pasifik Barat dan
Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah
air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989 hingga
1995); dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000
-
8/12/2019 DBD VIKA
12/36
12 | P a g e
penduduk hingga tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga
mencapai 2% pada tahun 1999.
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes
(terutama A. Aegypti dan A. Albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan
dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betinayaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan air
lainnya).
Sejauh ini, belum ditemukan adanya terapi spesifik untuk pengobatan demam
dengue. Obat-obatan antiviral yang adekuat belum ada. Prinsip utama pengobatan bersifat
simptomatik dan suportif. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan
yang paling penting dalam penanganan kasus DBD.
-
8/12/2019 DBD VIKA
13/36
13 | P a g e
DEFINISI
Demam Berdarah Dengue (DBD)
Sebagaimana penyakit pada umumnya, diagnosis DBD juga bertolak dari manifestasi
klinis yang teramati maupun yang dikeluhkan oleh pasien dibantu oleh temuanlaboratoris (mulai dari hasil pemeriksaan laboratoris sederhana seperti pemeriksaan
hitung trombosit darah tepi sampai dengan pemeriksaan laboratoris khusus untuk infeksi
virus dengue).
Berdasarkan kriteria WHO 1997, pada kasus DBD harus ditemukan:
Demam atau riwayat demam akut yang berlangsung selama 2-7 hari, kadang-kadang memiliki pola bifasik.
Terdapat sekurang-kurangnya salah satu dari manifestasi berikut:- Tourniquet Testyang positif- petechiae, ecchymoses, atau purpura- perdarahan dari mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi), saluran
pencernaan makanan, atau perdarahan dari tempat lain
- hematemesis atau melenaTrombositopenia (jumlah trombosit 20% dibandingkan standar sesuai umur dan jeniskelamin
- Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkandengan nilai hematokrit sebelumnya- Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.
VIRUS DENGUE
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus
dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang
dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe,
yaitu ; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30
nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 106.
Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang
bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain
tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai
-
8/12/2019 DBD VIKA
14/36
14 | P a g e
daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun
1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan
bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan
diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat.
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus denguepenyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan
pembawa virus demam kuning (yellow fever)dan chikungunya. Penyebaran jenis ini
sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa
virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector)dan bersama
Aedes albopictusmenciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat
keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan
mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi
persebaran penyakit demam berdarah.
Scientific classification
Kingdom Animalia
Phylum Arthropoda
Class Insecta
Order Diptera
Family Culicidae
Genus Aedes
Subgenus Stegomyia
Species A. aegypti
Binomial name Aedes aegypti
(Linnaeus,1762)
http://en.wikipedia.org/wiki/Biological_classificationhttp://en.wikipedia.org/wiki/Animalhttp://en.wikipedia.org/wiki/Arthropodhttp://en.wikipedia.org/wiki/Insecthttp://en.wikipedia.org/wiki/Flyhttp://en.wikipedia.org/wiki/Mosquitohttp://en.wikipedia.org/wiki/Aedeshttp://en.wikipedia.org/wiki/Stegomyiahttp://en.wikipedia.org/wiki/Binomial_nomenclaturehttp://en.wikipedia.org/wiki/Carolus_Linnaeushttp://en.wikipedia.org/wiki/Carolus_Linnaeushttp://en.wikipedia.org/wiki/Binomial_nomenclaturehttp://en.wikipedia.org/wiki/Stegomyiahttp://en.wikipedia.org/wiki/Aedeshttp://en.wikipedia.org/wiki/Mosquitohttp://en.wikipedia.org/wiki/Flyhttp://en.wikipedia.org/wiki/Insecthttp://en.wikipedia.org/wiki/Arthropodhttp://en.wikipedia.org/wiki/Animalhttp://en.wikipedia.org/wiki/Biological_classification -
8/12/2019 DBD VIKA
15/36
15 | P a g e
Ciriciri nyamuk Aedes aegyptiadalah : Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris-garis putih Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak
mandi, WC, tempayan, drum, dan barang-barang yang menampung air
seperti kaleng, pot tanaman, tempat minum burung, dan lainlain.
Jarak terbang 100 meter Nyamuk betina bersifat multiple biters (mengigit beberapa orang karena
sebelum nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat)
Tahan dalam suhu panas dan kelembapan tinggiMasa Inkubasi
Demam berdarah umumnya berlangsung sekitar enam atau tujuh hari dengan
puncak demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Secara klinis, jumlah
platelet akan jatuh hingga pasien dianggap afebril.
Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 15 hari orang yang tertular dapat
mengalami / menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :
Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun. Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 7 hari, nyeri-
nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak
perdarahan di bawah kulit.
Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya samadengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung
(epistaksis/mimisan), mulut, dubur, dsb.
http://obatpropolis.com/penyakit-demam-berdarah-dengue-dbdhttp://en.wikipedia.org/wiki/File:Aedes_aegypti_E-A-Goeldi_1905.jpghttp://en.wikipedia.org/wiki/File:Aedes_aegypti_E-A-Goeldi_1905.jpghttp://obatpropolis.com/penyakit-demam-berdarah-dengue-dbd -
8/12/2019 DBD VIKA
16/36
16 | P a g e
Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok /presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian.
Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka
kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita
Penyakit Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa kedokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok /
kematian.
Penyebab demam berdarah menunjukkan demam yang lebih tinggi,
pendarahan, trombositopenia dan hemokonsentrasi. Sejumlah kasus kecil bisa
menyebabkan sindromshock dengueyang mempunyai tingkat kematian tinggi.
CARA PENULARAN
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus
dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes
polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun
merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung
virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian
virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic
incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan
berikutnya.
Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya
(transovanan transmission), namun perannya dalam penularan virus tidak penting. Sekali
virus dapat masuk dan berkembangbiak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan
dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Di tubuh manusia, virus memerlukan
waktu masa tunas 46 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit.
Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit
manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari
setelah demam timbul.
KLASIFIKASI
Untuk menentukan penatalaksanaan pasien infeksi virus dengue, perlu klasifikasi
derajat penyakit seperti tertera pada tabel.
Tabel 1.Klasifikasi derajat penyakit infeksi dengue :
http://obatpropolis.com/penyakit-demam-berdarah-dengue-dbdhttp://obatpropolis.com/penyakit-demam-berdarah-dengue-dbdhttp://obatpropolis.com/penyakit-demam-berdarah-dengue-dbdhttp://obatpropolis.com/penyakit-demam-berdarah-dengue-dbd -
8/12/2019 DBD VIKA
17/36
17 | P a g e
DD/DBD Derajat Gejala Lab
DD Demam disertasi 2
atau lebih tanda : sakit
kepala, nyeri retro-
orbital, mialgia,artralgia
LeukopeniaTrombositopenia,
tdk ada kebocoran
plasma
Serologidengue
(+)
DBD I Gejala diatas,
ditambah dgn uji
bendung (+)
Trombositopenia
(
-
8/12/2019 DBD VIKA
18/36
18 | P a g e
PATOGENESIS
Virus merupakan mikrooganisme yang hanya dapat hidup di dalam sel hidup.
Maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia sebagai
pejamu (host) terutama dalam mencukupi kebutuhan akan protein. Persaingan tersebut
sangat tergantung pada daya tahan pejamu, bila daya tahan baik maka akan terjadipenyembuhan dan timbul antibodi, namun bila daya tahan rendah maka perjalanan
penyakit menjadi makin berat dan bahkan dapat menimbulkan kematian.
Patogenesis DBD dan SSD (Sindrom syok dengue) masih merupakan masalah
yang kontroversial. Dua teori yang banyak dianut pada DBD dan SSD adalah hipotesis
infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) atau hipotesis immune
enhancement. Hipotesis ini menyatakan secara tidak langsung bahwa pasien yang
mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog
mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD/Berat.
Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang
akan menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks antigen antibodi yang kemudian
berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel leokosit terutama makrofag. Oleh karena
antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas
melakukan replikasi dalam sel makrofag. Dihipotesiskan juga mengenai antibodi
dependent enhancement (ADE), suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan
replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap infeksi
tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok.
Patogenesis terjadinya syok berdasarkan hipotesis the secondary heterologous
infection dapat dilihat pada Gambar 1 yang dirumuskan oleh Suvatte, tahun 1977.
Sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang
pasien, respons antibodi anamnestik yang akan terjadi dalam waktu beberapa hari
mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit dengan menghasilkan titer tinggi
antibodi IgG anti dengue. Disamping itu, replikasi virus dengue terjadi juga dalam
limfosit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal
ini akan mengakibatkan terbentuknya virus kompleks antigen-antibodi (virus antibody
complex) yang selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi sistem komplemen. Pelepasan
C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitas dindingpembuluh darah dan merembesnya plasma dari ruang intravaskular ke ruang
ekstravaskular. Pada pasien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai
lebih dari 30 % dan berlangsung selama 24-48 jam. Perembesan plasma ini terbukti
dengan adanya, peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar natrium, dan terdapatnya
cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura, asites).
-
8/12/2019 DBD VIKA
19/36
19 | P a g e
Syok yang tidak ditanggulangi secara adekuat, akan menyebabkan asidosis dan
anoksia, yang dapat berakhir fatal; oleh karena itu, pengobatan syok sangat penting guna
mencegah kematian. Hipotesis kedua, menyatakan bahwa virus dengue seperti juga virus
binatang lain dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu virus
mengadakan replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh nyamuk. Ekspresi
fenotipik dari perubahan genetik dalam genom virus dapat menyebabkan peningkatan
replikasi virus dan viremia, peningkatan virulensi dan mempunyai potensi untukmenimbulkan wabah. Selain itu beberapa strain virus mempunyai kemampuan untuk
menimbulkan wabah yang besar. Kedua hipotesis tersebut didukung oleh data
epidemiologis dan laboratoris.
Sebagai tanggapan terhadap infeksi virus dengue, kompleks antigen-antibodi
selain mengaktivasi sistem komplemen, juga menyebabkan agregasi trombosit dan
mengaktivitasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah (gambar
2). Kedua faktor tersebut akan menyebabkan perdarahan pada DBD. Agregasi trombosit
terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks antigen-antibodi pada membran trombosit
mengakibatkan pengeluaran ADP (adenosin di phosphat), sehingga trombosit melekatsatu sama iain. Hal ini akan menyebabkan trombosit dihancurkan oleh RES (reticulo
endothelial system) sehingga terjadi trombositopenia. Agregasi trombosit ini akan
menyebabkan pengeluaran platelet faktor III mengakibatkan terjadinya koagulopati
konsumtif (KID = koagulasi intravaskular deseminata), ditandai dengan peningkatan FDP
(fibrinogen degredation product) sehingga terjadi penurunan faktor pembekuan.
-
8/12/2019 DBD VIKA
20/36
20 | P a g e
Agregasi trombosit ini juga mengakibatkan gangguan fungsi trombosit,
sehingga walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi baik. Di sisi
lain, aktivasi koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor Hageman sehingga terjadi
aktivasi sistem kinin sehingga memacu peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat
mempercepat terjadinya syok. Jadi, perdarahan masif pada DBD diakibatkan oleh
trombositpenia, penurunan faktor pembekuan (akibat KID), kelainan fungsi trombosit,
dankerusakan dinding endotel kapiler. Akhirnya, perdarahan akan memperberat syok
yang terjadi.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik, atau dapat
berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue, atau sindrom
syok dengue (SSD).
Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti
oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan
tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika mendapat pengobatan tidak adekuat.2
Demam Dengue
Gejala klasik dari demam dengue ialah gejala demam tinggi mendadak, kadang-
kadang bifasik (saddle back fever), nyeri kepala berat, nyeri belakang bola mata, nyeri
otot, tulang, atau sendi, mual, muntah, dan timbulnya ruam. Ruam berbentuk
makulopapular yang bisa timbul pada awal penyakit (1-2 hari ) kemudian menghilangtanpa bekas dan selanjutnya timbul ruam merah halus pada hari ke-6 atau ke7 terutama di
daerah kaki, telapak kaki dan tangan. Selain itu, dapat juga ditemukan petekia. Hasil
pemeriksaan darah menunjukkan leukopeni kadang-kadang dijumpai trombositopeni.
Masa penyembuhan dapat disertai rasa lesu yang berkepanjangan, terutama
pada dewasa. Pada keadaan wabah telah dilaporkan adanya demam dengue yang disertai
dengan perdarahan seperti : epistaksis, perdarahan gusi, perdarahan saluran cerna,
hematuri, dan menoragi. Demam Dengue (DD). yang disertai dengan perdarahan harus
dibedakan dengan Demam Berdarah Dengue (DBD). Pada penderita Demam Dengue
tidak dijumpai kebocoran plasma sedangkan pada penderita DBD dijumpai kebocoranplasma yang dibuktikan dengan adanya hemokonsentrasi, pleural efusi dan asites.
Demam Berdarah Dengue (DBD)
Bentuk klasik dari DBD ditandai dengan demam tinggi, mendadak 2-7 hari,
disertai dengan muka kemerahan. Keluhan seperti anoreksia, sakit kepala, nyeri otot,
tulang, sendi, mual, dan muntah sering ditemukan. Beberapa penderita mengeluh nyeri
-
8/12/2019 DBD VIKA
21/36
21 | P a g e
menelan dengan farings hiperemis ditemukan pada pemeriksaan, namun jarang
ditemukan batuk pilek. Biasanya ditemukan juga nyeri perut dirasakan di epigastrium dan
dibawah tulang iga. Demam tinggi dapat menimbulkan kejang demam terutama pada
bayi.
Bentuk perdarahan yang paling sering adalah uji tourniquet (Rumple leede)positif, kulit mudah memar dan perdarahan pada bekas suntikan intravena atau pada
bekas pengambilan darah. Kebanyakan kasus, petekia halus ditemukan tersebar di daerah
ekstremitas, aksila, wajah, dan palatumole, yang biasanya ditemukan pada fase awal dari
demam. Epistaksis dan perdarahan gusi lebih jarang ditemukan, perdarahan saluran cerna
ringan dapat ditemukan pada fase demam.
Hati biasanya membesar dengan variasi dari just palpable sampai 2-4 cm di
bawah arcus costae kanan. Sekalipun pembesaran hati tidak berhubungan dengan berat
ringannya penyakit namun pembesar hati lebih sering ditemukan pada penderita dengan
syok. Masa kritis dari penyakit terjadi pada akhir fase demam, pada saat ini terjadipenurunan suhu yang tiba-tiba yang sering disertai dengan gangguan sirkulasi yang
bervariasi dalam berat-ringannya. Pada kasus dengan gangguan sirkulasi ringan
perubahan yang terjadi minimal dan sementara, pada kasus berat penderita dapat
mengalami syok.
Sindrom Syok Dengue (SSD)
Syok biasa terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun, antara hari ke 3
sampai hari sakit ke-7. Pasien mula-mula terlihat letargi atau gelisah kemudian jatuh ke
dalam syok yang ditandai dengan kulit dingin-lembab, sianosis sekitar mulut, nadi cepat-lemah, tekanan nadi < 20 mmHg dan hipotensi. Kebanyakan pasien masih tetap sadar
sekalipun sudah mendekati stadium akhir. Dengan diagnosis dini dan penggantian cairan
adekuat, syok biasanya teratasi dengan segera, namun bila terlambat diketahui atau
pengobatan tidak adekuat, syok dapat menjadi syok berat dengan berbagai penyulitnya
seperti asidosis metabolik, perdarahan hebat saluran cerna, sehingga memperburuk
prognosis. Pada masa penyembuhan yang biasanya terjadi dalam 2-3 hari, kadang-kadang
ditemukan sinus bradikardi atau aritmia, dan timbul ruam pada kulit. Tanda prognostik
baik apabila pengeluaran urin cukup dan kembalinya nafsu makan.
Penyulit SSD : penyulit lain dari SSD adalah infeksi (pneumonia, sepsis,flebitis) dan terlalu banyak cairan (over hidrasi), manifestasi klinik infeksi virus yang
tidak lazim seperti ensefalopati dan gagal hati.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
8/12/2019 DBD VIKA
22/36
22 | P a g e
- Laboratorium
LaboratoriumPemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka
demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit,
jumlah trombosit, dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosisrelative disertai gambaran limfosit plasma biru.
Diangnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture)
ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse
Transcriptase Polymerase Chain Reaction), namun karena teknik yang lebih
rumit, saat ini tes serologis yang mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap
dengue berupa antibody total, IgM maupun IgG lebih banyak.
Parameter laboratorium yang dapat diperiksa antara lain :
Leukosit : Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke 3 dapat ditemukanlimfositosis relative (>45% dari leukosit) disertai adanya lifosit
plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit pada fase
syok akan meningkat.
Trombosit : Umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8 Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan peningkatan hematokrin 20%
dari hematokrin awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam
Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan AP, APTT, Fibrinogen, D- Dimer atauFDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau
kelainan pembekuan darah. Protein/albumin: Dapat terjadi hipoalbuminemia akibat kebocoran plasma Elektrolit : Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan Serelogi : Dilakukan pemeriksaan serologi IgM dan IgG terhadap dengue.
-IgM muncul pada hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke 3,menghilang setelah 60-90 hari
-IgG terdeteksi mulai hari ke 14 (infeksi primer), hari ke 2(infeksi sekunder).
NS1 : Antigen NS1 dapat terdeteksi pada awal demam hari pertamasampai hari kedelapan. Sensitivitas sama tingginya dengan
spesitifitasgold standartkultur virus. Hasil negaif antigen NS1
tidak menyingkirkan adanya infeksi virus dengue.
Pemeriksaan RadiologisPada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hematoraks kanan
tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai kedua
hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral
-
8/12/2019 DBD VIKA
23/36
23 | P a g e
dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi
pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.
Masa inkubasi dalam tubuh mausia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14 hari),
timbuk gejala prodormal yag tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri tulang,
belakang dan perasaan lelah.
PENATALAKSANAAN
Tidak ada terapi yang spesifik untuk DD dan DBD, prinsip utama adalah terapi
suportif. Penanganan yang tepat oleh dokter dan perawat dapat menyelamatkan pasien
DBD. Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat diturunkan hingga
kurang dari 1%. Pemeliharaan volume sirkulasi merupakan tindakan yang paling penting
dalam penanganan kasus DBD. Asupan cairan pasien harus tetap dijaga, terutama cairan
oral.Jika asupan cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan
suplemen cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi.
Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue
Perbedaan patofisilogik utama antara DD/DBD/SSD dan penyakit lain adalah
adanya peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan perembesan plasma
dangangguan hemostasis. Gambaran klinis DBD/SSD sangat khas yaitu demam tinggi
mendadak, diastesis hemoragik, hepatomegali, dan kegagalan sirkulasi. Maka
keberhasilan tatalaksana DBD terletak pada bagian mendeteksi secara dini fase kritis
yaitu saat suhu turun (the time of defervescence) yang merupakan fase awal terjadinyakegagalan sirkulasi, dengan melakukan observasi klinis disertai pemantauan perembesan
plasma dan gangguan hemostasis.
Prognosis DBD terletak pada pengenalan awal terjadinya perembesan plasma,
yang dapat diketahui dari peningkatan kadar hematokrit. Fase kritis pada umumnya mulai
terjadi pada hari ketiga sakit. Penurunan jumlah trombosit sampai
-
8/12/2019 DBD VIKA
24/36
24 | P a g e
-
8/12/2019 DBD VIKA
25/36
25 | P a g e
Protokol penatalaksanaan DBD pada pasien dewasa, terbagi 5 kategori :
a. Protokol 1 : Penanganan tersangka (probable) DBD dewasa tanpa syok.
Seseorang yang tersangka menderita DBD, di ruang gawat darurat dilakukan
pemeriksaan hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht) dan trombosit. Bila didapatkan :
Gambar 4. Protokol 1 penanganan tersangka (probable)
DBD dewasa tanpa syok
Hb, Ht dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000-150.000,pasien dapat dipulangkan dengan anjuran kontrol atau berobat jalan ke poliklinik, dalam
waktu 24 jam berikutnya (dilakukan pemeriksaan Hb, Ht, leukosit dan trombosit tiap 24
jam). Bila keadaan pasien memburuk, segera kembali ke instalasi gawat darurat.
Hb, Ht normal tetapi trombosit < 100.000 dianjurkan dirawat. Hb, Ht meningkat dan trombosit normal atau turun, juga dianjurkan untuk
dirawat.
b. Protokol 2 : Pemberi an cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang
rawat.
Pasien yang tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan masif dan tanpa
syok, di ruang rawat diberi cairan infus kristaloid dengan jumlah seperti rumus berikut .
-
8/12/2019 DBD VIKA
26/36
26 | P a g e
Gambar 5. Protokol 2 Pemberian cairan pada tersangka DBD di ruang
rawat
Setelah pemberian cairan dilakukan pemeriksaan Hb, Ht tiap 24 jam :
Bila Hb, Ht meningkat 10-20% dan trombosit 20% dan trombosit 20%.
-
8/12/2019 DBD VIKA
27/36
27 | P a g e
c. Protokol 3 : Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan H t > 20%.
Meningkatnya Ht>20% menunjukkan tubuh mengalami defisit cairan sebanyak
5%. Pada keadaan ini, terapi awal pemberian cairan adalah dengan memberikan infus
cairan kristaloid 6-7 ml/kgBB/jam. Bila keadaan pasien terus membaik, bahkan setelah
jumlah cairan dapat dihentikan 3 ml/kgBB/jam, pemberian cairan dapat dihentikan 24-48jan kemudian. Namun, bila dalam perkembangannya kondisi pasien memburuk dan
didapatkan tanda-tanda syok, pasien ditangani sesuai protokol tatalaksana sindrom
renjatan dengue pada dewasa. Bila syok telah teratasi, pemberian cairan dimulai lagi
seperti terapi pemberian cairan awal.
Gambar 6. Protokol 3 Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan Ht >
20%
-
8/12/2019 DBD VIKA
28/36
28 | P a g e
d. Protokol 4 : Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada DBD dewasa.
Gambar 7. Protokol 4 Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada DBD
dewasa
Perdarahan spontan dan masif pada penderita DBD dewasa adalah : perdarahanhidung / epistaksis yang tidak terkendali walau telah diberikan tampon hidung,
pendarahan saluran cerna (hematemesis dan melena dan hematoskesia), pendarahan
saluran kencing (hematuria), pendarahan otak atau pendarahan tersembunyi, dengan
jumlah pendarahan sebanyak 4-5 cc/kgBB/jam. Pada keadaan seperti ini, jumlah dan
kecepatan pemberian cairan tetap seperti keadaan DBD tanpa syok lainnya. Pemeriksaan
tekanan darah, nadi, pernafasan, dan jumlah urin dilakukan sesering mungkin, dengan
kewaspadaan Hb, Ht dan trombosit sebaiknya diulang setiap 4-6 jam.
Heparin diberikan, bila secara klinis dan laboratories didapatkan tanda-tanda
KID. Transfusi komponen darah diberikan sesuai indikasi. FFP, diberikan bila didapatkandefisiensi faktor-faktor pembekuan (PT dan aPTT yang memanjang). PRC diberikan bila
nilai Hb < 10 g/dl. Transfusi trombosit hanya diberikan pada pasien DBD dengan
perdarahan spontan dan masif, dengan jumlah trombosit < 100.000 disertai atau tanpa
KID.
-
8/12/2019 DBD VIKA
29/36
-
8/12/2019 DBD VIKA
30/36
30 | P a g e
Pada fase awal, cairan kristaloid diguyur sebanyak 10-20ml/kgBB dan
evaluasi 15-30 menit. Bila renjatan telah teratasi ( ditandai dengan TD sistolik 100mmHg
dan tekanan nadi > 20mmHg, frekuensi nadi
-
8/12/2019 DBD VIKA
31/36
31 | P a g e
Kriteria Pasien Pulang
o Bebas panas sedikitnya 24 jam tanpa obat antipiretiko Nafsu makan membaiko Tampak perbaikan secara kliniso Output urin baiko Hematokrit stabilo Melewati 2 hari setelah syoko Tidak ada distress pernafasano Jumlah trombosit > 50.000/mm3
KOMPLIKASI
Komplikasi dari penyakit demam berdarah
1.
Ensefalopati denguePada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan
dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak disertai syok.
Ensefalopati dengue dapat menyebabkan kesadaran pasien menurun menjadi
apatis atau somnolen, dapat juga disertai kejang. Gangguan metabolik seperti
hipoksemia, hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi penyebab terjadinya
ensefalopati. Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara, maka kemungkinan
dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darah otak, sementara sebagai
akibat dari koagulasi intravaskular yang menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus
dengue dapat menembus sawar darah-otak. Dikatakan pula bahwa keadaan
ensefalopati berhubungan dengan kegagalan hati akut (Hadinegoro,1999).2. Kelainan ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari
syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik
walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan
menggantikan volume intravaskular, penting diperhatikan apakah benar syok
telah teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter yang penting dan
mudah dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah teratasi. Diuresis
diusahakan > 1 ml / kg berat badan/jam. Oleh karena bila syok belum teratasi
dengan baik, sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat terjadi syok
berulang. Pada keadaan syok berat sering kali dijumpai acute tubular necrosis,
ditandai penurunan jumlah urin dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin
(Hadinegoro,1990).
3. Oedem paruOedem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian
cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai kelima
sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan oedem paru
-
8/12/2019 DBD VIKA
32/36
32 | P a g e
oleh karena perembesan plasma masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi
plasma dari ruang ekstravaskuler, apabila cairan diberikan berlebih ( kesalahan
terjadi bila hanya melihat penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa
memperhatikan hari sakit), pasien akan mengalami distress pernafasan, disertai
sembab pada kelopak mata, dan ditunjang dengan gambaran oedem paru pada
foto rontgen dada.
PROGNOSIS
Kematian karena DBD hampir tidak ada. Pada DBD/DSS mortalitasnya cukup
tinggi.
PENCEGAHAN
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya,
yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
1. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain
dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat,
modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia,
dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh:
Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu. Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali. Menutup dengan rapat tempat penampungan air. Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah
dan lain sebagainya.
2. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan
jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).
3. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
-
8/12/2019 DBD VIKA
33/36
33 | P a g e
Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan
airseperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan (3M Plus), yaitu
menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti
memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada
waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan
repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan
kondisi setempat.
-
8/12/2019 DBD VIKA
34/36
34 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
1. Papadakis Maxine A, McPhee Stephen J. 2013. Current MedicalDiagnosis & Treatment. Mc Graw Hill.
2. Sudoyo Aru W, dkk. 2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam JilidIII. Jakarta: Interna Publishing.
3. Kresno SB. 2001. Respon Imun Terhadap Infeksi Virus. In:imunologiDiagnosis dan Prosedur. Jakarta : FKUI, pp: 178-181.
4. Soedarmo PS. 2002. Infeksi Virus Dengue. In: Soedarmo dkk (ed).Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Infeksi dan Penyakit Tropis Edisi
Pertama. Jakarta: IDAI, pp: 176-209.
-
8/12/2019 DBD VIKA
35/36
35 | P a g e
REFRESHING dan LAPORAN KASUS
DENGUE FEVER
DISUSUN OLEH :
Sepebrin Vica Auditia, S.Ked
2009730046
Pembimbing : dr. Pudji Rahardjo Sp.PD
STASE INTERNA
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2013
-
8/12/2019 DBD VIKA
36/36