cr dr cahya.docx

Upload: nanang-hidayatulloh

Post on 02-Mar-2016

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

F25.1 SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESI(Case Report)

Oleh :Nanang Hidayatulloh, S.Ked (0918011122)

Pembimbing :dr. Cahyaningsih, Sp.KJ

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNGKEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU KESEHATAN JIWARUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG2014

LAPORAN KASUSF25.1 SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESI

I. IDENTITAS PASIENTn. S, laki-laki, 35 tahun, SMP, Islam, Jawa, pekerjaan Petani, tinggal di desa Sri Katon Kota Agung Tanggamus, datang dari poli klinik pada tanggal 12 Agustus 2014.

II. RIWAYAT PSIKIATRIDiperoleh dari rekam medik, autoanamnesis dan alloanamnesis dari pasien, sepupu pasien .

A. Keluhan UtamaMengamukB. Riwayat Penyakit SekarangPasien mengatakan bahwa ia dibawa ke RS jiwa setelah memecahkan kaca rumah temannya karena belum membayar hutang kepada dirinya sebesar tiga ratus ribu rupiah. Sehari sebelumnya pasien merasa mendapat bisikan yang terdengar dari kedua telinga untuk menggorok temannya tersebut namun pasien merasa tidak tega dan hanya mengamuk dengan memecahkan kaca rumahnya dengan melempar batu. Setelah itu pasien diamuk oleh orang orang yang tinggal disekitar rumah tersebut. Pasien mengatakan sangat merasa bersalah pada temannya dan ingin meminta maaf secara langsung.

Pasien merasa punya kekuatan yang didapatkan saat pasien sedang dipesantren selama lima tahun didaerah jawa dari gurunya. Kekuatan tersebut berupa amalan syeikh Abdul Qodir Jaelani untuk membela kebenaran yang diberikan oleh Allah SWT kepada dirinya. Pasien mengatakan tidak memiliki kekebalan saat dipukul atau dibacok. Pasien tidak merasakan kecurigaan pada lingkungan sekitar, tidak melihat adanya bayangan-bayangan tertentu dan tidak mencium bau-bau yang aneh. Pasien tidak merasa dirinya sakit dan ingin segera pulang.

Pasien merasa sedih karena sudah bercerai dengan istrinya sejak 3 bulan yang lalu. Namun pasien menganggap dirinya baru bercerai secara agama belum secara hukum. Pasien memiliki keinginan yang tinggi untuk rujuk kepada istrinya. Pasien merasa kasihan kepada anaknya yang baru berusia 2,5 tahun sehingga pasien ingin segera pulang. Saat ditanya tentang anaknya pasien mulai sedih dan menangis. Pasien sangat marah dengan mertuanya karena tidak diperbolehkan menemui anaknya. Hal ini membuat pasien sangat tertekan dan membuat pasien mudah marah dan mengamuk jika ada yang menyinggungnya. Menurut keluarga, pasien dibawa ke RSJ karena sering mengamuk, menyendiri dan berbicara sendiri sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya pasien memiliki masalah dengan mertua karena masalah hak asuh anak. Pasien ingin mengurus anaknya namun mertua pasien mengambil paksa anaknya kemudian emosi pasien menjadi terganggu. Pasien sering berbicara sendiri mengenai mertuanya, melamun, dan mengamuk dengan membanting barang-barang yang ada dirumah. Pasien sendiri mengalami konflik rumah tangga yaitu istri sudah tidak mau tinggal lagi dengan pasien karena mengalami gangguan jiwa.

C. Riwayat Penyakit Sebelumnya1. Riwayat Gangguan PsikiatriPasien mengatakan bahwa ia sudah pernah dirawat di RSJ, ia mengaku awalnya dirawat karena mengamuk setelah bertengkar dengan istri sekitar 2 tahun yang lalu. Menurut keluarga, pasien sering terlihat diam, melamun, menyendiri, suka berbicara sendiri, sulit untuk disuruh mandi, dan sulit tidur. Hal ini terjadi setelah pasien bertengkar dengan istrinya.Pasien kemudian dirawat di RSJ selama 1 bulan. Pasien rutin minum obat selama beberapa bulan kemudian tidak kontrol karena sudah merasa sembuh. Pasien kemudian kembali dirawat di RSJ untuk yang kedua kalinya pada bulan Juni karena mengamuk, sering berbicara sendiri, sulit tidur, dan emosi yang tidak stabil setelah mengalami masalah dengan mertua pasien mengenai hak asuh anaknya. Istri pasien juga sudah tidak mau bersama lagi meskipun pasien tidak mau bercerai dengan istrinya.Pasien kemudian pulang setelah 2 minggu dirawat dan 1 minggu SMRS pasien mengalami gejala yang sama setelah anaknya diambil paksa oleh mertua pasien. Pasien mulai marah-marah sendiri,membanting barang-barang dirumah dan sulit tidur. Kemudian pasien mulai mendengar bisikan bisikan untuk menggorok temannya yang urung membayar hutang sebesar 300 ribu. Pasien melempari rumahnya dengan batu. Keesokan harinya pasien kontrol di poli RSJ kemudian disarankan untuk dirawat.

2. Riwayat Penggunaan Zat PsikoaktifPasien dan keluarga menyangkal penggunaan zat psikoaktif, merokok, dan minuman beralkohol.

3. Riwayat Penyakit Medis UmumTidak didapatkan riwayat gangguan terkait kondisi medis umum.D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI1. Periode Prenatal dan PerinatalKeluarga pasien (sepupu pasien) tidak mengetahui riwayat kehamilan dan persalinan pada pasien.2. Periode Masa Kanak Awal (0-3 thn)Keluarga pasien (sepupu pasien) tidak mengetahui riwayat masa kanak awal pada pasien.3. Periode Masa Kanak Pertengahan (3-11 thn)Keluarga pasien (sepupu pasien) tidak mengetahui riwayat masa kanak pertengahan pada pasien.4. Periode Masa Kanak Akhir & RemajaKeluarga pasien (sepupu pasien) mengatakan pasien merupakan remaja yang biasa saja seperti halnya remaja lainnya. Periode Dewasaa. Riwayat PendidikanPasien lulusan SMP. Ia menempuh SD dalam kurun waktu 6 tahun, SMP dalam kurun waktu 3 tahun. Menurut keluarga, pasien sama seperti anak yang lain saat bersekolah meskipun tidak pernah juara kelar tapi tidak pernah tinggal kelas. Pasien bercita-cita menjadi guru agama sehingga setelah lulus SMP pasien melanjutkan pendidikan agama di pesantren selam kurang lebih lima tahun.b. Riwayat PekerjaanSetelah lima tahun dipesantren pasien mulai mengajar ngaji dan bekerja sebagai petani dikebun.c. Riwayat PerkawinanMenurut pasien, ia sudah menikah selama kurang lebih 15 tahun setelah pasien lulus dari pesantren. Menikah dengan orang pilihannya dan baru dikaruniai seorang anak perempuan yang berusia 2,5 tahun.Menurut keluarga, pasien sudah tidak tinggal satu rumah lagi dengan istri sejak 3 bulan yang lalu dengan alasan pasien mengalami gangguan jiwa dan sering bertengkar dengan istri. Pasien mempunyai satu orang anak berusia 2,5 tahun yang saat ini tinggal dengan istri bersama mertuanya.d. Riwayat Kehidupan beragamaPaisen pemeluk agama islam, menurut keluarga, pasien merupakan seseorang yang taat melaksanakan perintah agama seperti sholat 5 waktu dan terkadang mengajarkan anak mengaji.5. Riwayat KeluargaPasien merupakan anak ke 6 dari 6 bersaudara (bungsu). Sejak lahir, ia dirawat dan diasuh oleh kedua orang tuanya. Pasien memiliki hubungan yang baik dengan orang tua, adik, dan anaknya. Menurut keluarga, tidak ada yang memiliki penyakit seperti pasien.Skema Pohon Keluarga

Keterangan:

= Laki-Laki=bercerai= Pasien= Perempuan

6. Situasi Kehidupan SekarangPasien tinggal bersama orang tuanya (ibu dan bapak). Biaya hidup pasien ditanggung sendiri dari hasil bertani terkadang dibantu oleh kakak kandungnya.

7. Mimpi, fantasi dan nilai-nilaiPasien mempunyai cita-cita menjadi seorang guru agama sehingga pasien setelah lulus SMP melanjutkan ke pondok pesantren selama kurang lebih lima tahun.III. STATUS MENTALA. Deskripsi Umuma. PenampilanSeorang Laki-laki terlihat sesuai usianya memakai seragam RSJ Prov. Lampung, baju kaos kuning dan celana olahraga hijau, penampilan terkesan agak lusuh, perawakan tinggi dengan berat badan cukup, kulit coklat, rambut pendek dengan bagian samping tercukur rapih, kuku pendek, namun kurang bersih.b. Kesadaran :Jernih (compos mentis)c. Perilaku dan aktivitas psikomotorSelama wawancara pasien sesekali mengaji, bersalaman dengan orang sekitar, dan merasa bersalah. Pasien tidak dapat duduk dengan tenang, sesekali pasien berdiri kemudian meminta bersalaman. Kontak mata dengan pemeriksa cukup baik.d. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif

B. Keadaan Afektif 1. Mood: irritable2. Afek: depresif3. Keserasian: appropriate

C. PembicaraanSpontan, cepat, intonasi sedang, volume cukup, kualitas agak kurang, artikulasi kurang jelas, kuantitas banyak.

D. Gangguan Persepsi :a. Halusinasi: halusinasi auditorik (pasien mendengar suara-suara bisikan orang).b. Ilusi: tidak adac. Depersonalisasi: tidak adad. Derealisasi: tidak ada

E. Proses Berpikir :a. Arus pikiran :1. Produktivitas: banyak2. Kontinuitas: asosiasi longgar3. Relevansi: relevan4. Hendaya berbahasa: tidak ditemukan

b. Isi pikiran Waham (+) : waham kebesaran ( pasien memiliki keyaninan bahwa ia memiliki kekuatan dari gurunya saat dipesantren berupa amalan syeikh Abul Qodir Jaelani yang diberikan Allah kepadanya untuk membela kebenaran)F. Kesadaran dan Kognisia. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : sesuai dengan taraf pendidikan pasienb. Daya konsentrasi : kurangc. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) : baikd. Daya ingat : jangka panjang, jangka menengah, jangka pendek, dan jangka segera baik.e. Pikiran abstrak : baik

G. Daya Nilaia. Norma sosial: baikb. Uji daya nilai: tergangguc. Penilaian realitas: baikH. TilikanTilikan 1. Penyangkalan penuh terhadap gangguan yang dialaminya.

I. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT a. Status internusKeadaan umum baik. Fungsi pernafasan, kardiovaskular dan gastrointerstinal dalam batas normal. Berat badan = 65 kg dan Tinggi badan = 168 cmb. Tanda-tanda vital: TD= 120/70 mmHg N= 80 x/menit P= 20 x/menit S= 36,4Cc. Pemeriksaan Fisik Mata: Tidak ditemukan kelainan Hidung: Tidak ditemukan kelainan Telinga: Tidak ditemukan kelainan Paru: Tidak ditemukan kelainan Jantung: Tidak ditemukan kelainan Abdomen: Tidak ditemukan kelainand. Status Neurologis Sistem sensorik: dalam batas normal Sistem motorik: dalam batas normal Fungsi luhur: dalam batas normale. Pemeriksaan LaboratoriumTanggal 14 Agustus 2014Hemoglobin: 14,8 g/dlHematokrit: 41%Leukosit: 6400 sel/mmTrombosit: 311.000 sel/mmSGPT/SGOT: 56/31 U/lUreum: -Creatinin: -V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNATn. S, laki-laki, 35 tahun, SMP, Islam, suku Jawa, beralamat di Sri katon, Kota Agung, telah dilakukan autoanamnesa pada tanggal 18 Agustus 2014 dan alloanamnesa kepada kakak pertamanya, JK pada tanggal 19 Agustus 2014.

Pasien dibawa ke RS jiwa setelah memecahkan kaca rumah temannya karena belum membayar hutang kepada dirinya sebesar tiga ratus ribu rupiah. Sehari sebelumnya pasien merasa mendapat bisikan yang terdengar dari kedua telinga untuk menggorok temannya tersebut namun pasien merasa tidak tega dan hanya mengamuk dengan memecahkan kaca rumahnya dengan melempar batu. Setelah itu pasien diamuk oleh orang orang yang tinggal disekitar rumah tersebut. Pasien mengatakan sangat merasa bersalah pada temannya dan ingin meminta maaf secara langsung. Pasien merasa punya kekuatan yang didapatkan saat pasien sedang dipesantren selama lima tahun didaerah jawa dari gurunya. Kekuatan tersebut berupa amalan syeikh Abdul Qodir Jaelani untuk membela kebenaran yang diberikan oleh Allah SWT kepada dirinya. Pasien tidak merasa dirinya sakit dan ingin segera pulang.

Pasien merasa sedih karena sudah bercerai dengan istrinya sejak 3 bulan yang lalu. Pasien memiliki keinginan yang tinggi untuk rujuk kepada istrinya. Pasien merasa kasihan kepada anaknya yang baru berusia 2,5 tahun sehingga pasien ingin segera pulang. Saat ditanya tentang anaknya pasien mulai sedih dan menangis. Pasien sangat marah dengan mertuanya karena tidak diperbolehkan menemui anaknya. Menurut keluarga, pasien dibawa ke RSJ karena sering mengamuk, menyendiri dan berbicara sendiri sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya pasien memiliki masalah dengan mertua karena masalah hak asuh anak. Pasien ingin mengurus anaknya namun mertua pasien mengambil paksa anaknya kemudian emosi pasien menjadi terganggu. Pasien sering berbicara sendiri mengenai mertuanya, melamun, dan mengamuk dengan membanting barang-barang yang ada dirumah. Pasien sendiri mengalami konflik rumah tangga yaitu istri sudah tidak mau tinggal lagi dengan pasien karena mengalami gangguan jiwa.

Selama wawancara pasien sesekali mengaji, bersalaman dengan orang sekitar, dan merasa bersalah. Pasien tidak dapat duduk dengan tenang, sesekali pasien berdiri kemudian meminta bersalaman. Kontak mata dengan pemeriksa cukup baik.Kontak mata dengan pemeriksa baik dan pasien kooperatif selama di wawancara. Pembicaraan pasien spontan, lancar cepat, intonasi sedang, volume cukup, kualitas agak kurang, artikulasi kurang jelas, dan kuantitas banyak.

Pasien menjalani pendidikan hingga tamat SMP kemudian melanjutkan ke pesantren selama 5 tahun karena mempunyai cita-cita sebagai guru agama. Pada pasien daya konsentrasi kurang, hal ini terlihat bila ada orang yang lewat langsung meminta bersalaman dan perhatian terhadap pertanyaan wawancara sering teralihkan. Memori segera, jangka pendek, menengah dan panjang baik. Orientasi tempat, waktu dan orang baik.

VI. FORMULASI DIAGNOSISPada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi dan isi pikir yang bermakna serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa.a. Aksis IBerdasarkan data-data yang didapat melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan rekam medik, tidak ditemukan riwayat trauma kepala, demam tinggi atau kejang sebelumnya ataupun kelainan organik. Tidak pernah ada riwayat penggunaan zat psikoaktif. Hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F.0) dan penggunaan zat psikoaktif (F.1).

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dengan pasien dan keluarga (sepupu pasien). Pada pasien didapatkan riwayat halusinasi auditorik dan waham kebesaran ( pasien memiliki keyaninan bahwa ia memiliki kekuatan dari gurunya saat dipesantren berupa amalan syeikh Abul Qodir Jaelani yang diberikan Allah kepadanya untuk membela kebenaran. Pada pasien kadang timbul gejala-gejala negatif seperti mengamuk,penarikan diri dari sosial, sering berbicara sendiri dan menyendiri juga dialami pasien sejak 2 tahun yang lalu. Pasien saat disinggung mengenai anak dan istrinya merasa sedih dan menangis, kehilangan gairah saat bekerja,pasien menjadi pesimis akan kehidupannya, ingin kembali kepada istrinya namun ditolak, menjadi kurang konsentrasi, tidur terganggu, dan merasa bersalah dengan temannya.Dari data ini menjadi dasar untuk mendiagnosis bahwa pasien menderita skizoafektif tipe depresi (F25.1)

b. Aksis IIAksis II tidak ada diagnosis dikarenakan pada pasien mampu menyelesaikan pendidikan hingga tamat SMP, selain itu pasien tidak memiliki masalah selama bersekolah. Hal ini menyingkirkan diagnosis retardasi mental (F.70). c. Aksis IIIPada anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan riwayat penyakit fisik. Oleh karena itu aksis III tidak ada diagnosis.d. Aksis IVPada pasien memiliki masalah perceraian dengan istrinya. Pasien sangat mencintai istrinya dan ingin rujuk kembali namun mantan istri menolak untuk rujuk. Pasien juga memiliki satu orang anak yang masih berusia 2,5 tahun namun tidak diperbolehkan tinggal bersamanya oleh mertua pasien.Sehingga hal ini yang memunculkan stressor dalam diri pasien hingga akhirnya membuat pasien mudah marah dan gampang tersinggung (masalah keluarga). e. Aksis VPenilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam kehidupannya menggunakan skala GAF (Global Assessment of Functioning). Pada saat dilakukan wawancara, skor GAF 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang).

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL Aksis I: F 25.1 Skizoafektif tipe Depresi Aksis II: Tidak ada diagnosis Aksis III: Tidak ada diagnosis Aksis IV: Perceraian dengan istri dan masalah dengan hak asuh anak Aksis V: GAF 60 51 (saat ini)

VIII. DAFTAR PROBLEM a. Organobiologik: Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna, tetapi diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter.b. Psikologik: Ditemukan hendaya dalam menilai realita berupa halusinasi auditorik dan waham kebesaran, sehingga pasien membutuhkan psikoterapi.c. Sosiologik: Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, sehingga pasien butuh sosioterapi.

IX. PROGNOSISa. Quo ad vitam: Dubia ad bonamb. Quo ad functionam: Dubia ad bonamc. Quo ad sanationam: Dubia ad bonamKondisi yang meringankan: Tidak ada riwayat keluarga menderita skizofrenia Adanya faktor pencetus

Kondisi yang memberatkan: Duda (bercerai) dan pasien ingin kembali rujuk Anak pasien masih kecil

X. RENCANA TERAPIa. Psikofarmaka :Antipsikosis atipikalResperidone 2x2 mg (dosis pemeliharaan 2-4 mg/hari)Antidepresan SSRISertraline 1x50 mg (pagi hari)b. Psikoterapi Supportif Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan keluhan dan isi hati sehingga pasien menjadi lega. Konseling memberikan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya dan memahami kondisinya lebih baik dan menganjurkan untuk berobat teratur. Sosioterapi : memberikan penjelasan pada keluarga pasien dan orang sekitar pasien untuk memberikan dorongan dan menciptakan lingkungan yang kondusif.c. Perawatan dirumah sakit ( hospitalization)

Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia.Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup

XI. DISKUSIa. Apakah diagnosa sudah tepat?Diagnosa pada kasus ini sudah tepat karena:Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi dan isi pikir yang bermakna serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa.Aksis IBerdasarkan data-data yang didapat melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan rekam medik, tidak ditemukan riwayat trauma kepala, demam tinggi atau kejang sebelumnya ataupun kelainan organik. Tidak pernah ada riwayat penggunaan zat psikoaktif. Hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F.0) dan penggunaan zat psikoaktif (F.1). Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dengan pasien dan keluarga (sepupu pasien). Pada pasien didapatkan riwayat halusinasi auditorik dan waham kebesaran ( pasien memiliki keyaninan bahwa ia memiliki kekuatan dari gurunya saat dipesantren berupa amalan syeikh Abul Qodir Jaelani yang diberikan Allah kepadanya untuk membela kebenaran. Pada pasien kadang timbul gejala-gejala negatif seperti mengamuk,penarikan diri dari sosial, sering berbicara sendiri dan menyendiri juga dialami pasien sejak 2 tahun yang lalu. Hal ini sesuai dengan kriteria diagnostik Skizofrenia (F20).Kriteria diagnostic skizofrenia-F20 (PPDGJ III)Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):a. thought echo= isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan; walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau thought insertion or withdrawal= isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); danthought broadcasting= isi pikitannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;b.delusion of control= waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; ataudelusion of influence= waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; ataudelusion of passivity= waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar (tentang dirinya= secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);delusion perception= penglman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;c. Halusinasi auditorik:-Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau-Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau-Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dansesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asingdari dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:a.Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afekif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan;b.Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengaami sisipn (interpolation) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;c.Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor;d.Gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal);

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

Pasien saat disinggung mengenai anak dan istrinya merasa sedih dan menangis, kehilangan gairah saat bekerja,pasien menjadi pesimis akan kehidupannya, ingin kembali kepada istrinya namun ditolak, menjadi kurang konsentrasi, tidur terganggu, dan merasa bersalah dengan temannya. Hal ini sesuai dengan kriteria diagnostik gangguan afektif episode depresi (F32).

Berdasarkan PPDGJ III :F25 Gangguan SkizoafektifDiagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneuosly) atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.F25. 1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif-Kategori ini digunakan baik untuk episode skizofrenia tipe depresif yang tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe depresif.-Afek depreeif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala khas, baik depreesif maupun kelainan perilaku terkait seperti tercantum dalam uraian untuk episode depresif.-Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi dua, gejala skizorenia yang khas.

Dari data ini menjadi dasar untuk mendiagnosis bahwa pasien menderita skizoafektif tipe depresi (F25.1)

Aksis IIAksis II tidak ada diagnosis dikarenakan pada pasien mampu menyelesaikan pendidikan hingga tamat SMP, selain itu pasien tidak memiliki masalah selama bersekolah. Hal ini menyingkirkan diagnosis retardasi mental (F.70).

Aksis IIIPada anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan riwayat penyakit fisik. Oleh karena itu aksis III tidak ada diagnosis.Aksis IVPada pasien memiliki masalah perceraian dengan istrinya. Pasien sangat mencintai istrinya dan ingin rujuk kembali namun mantan istri menolak untuk rujuk. Pasien juga memiliki satu orang anak yang masih berusia 2,5 tahun namun tidak diperbolehkan tinggal bersamanya oleh mertua pasien.Sehingga hal ini yang memunculkan stressor dalam diri pasien hingga akhirnya membuat pasien mudah marah dan gampang tersinggung (masalah keluarga).Aksis VPenilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam kehidupannya menggunakan skala GAF (Global Assessment of Functioning). Pada saat dilakukan wawancara, skor GAF 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang). Hal ini ditandai dengan pasien yang mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, namun sesekali ia butuh bantuan dari orang lain yag disertai gejala psikotik yang cukup sedang.

GAF SCALEGlobal Assessment of Functioning(G.A.F) adalah skala penentuan dalam menilai derajat kemampuan seseorang (overall level) yang sudah diakui secara luas. Dengan skala GAF ini kita dapat mengukur derajat kemampuan fungsi sosial, pekerjaan(peran) dan psikologik. Maka dengan skala itu kita dapat mengetahui: 1) angka tertinggi yang dapat dicapai oleh seseorang penderita dalam waktu tertentu dan 2) angka terendah dari seseorang yang tidak mempunyai disfungsi (angka normal terendah). Dengan rumusan tertentu kita dapat menghitung disfungsi seseorang dengan gangguan skizofrenia dalam skala numerik.Aksis V adalah skala penilaian global terhadap fungsi yang sering disebut sebagaiGlobal assesment of functioning(GAF). Pemeriksa mempertimbangkan keseluruhan tingkat fungsional pasien selama periode waktu tertentu (misalnya saat pemeriksaan, tingkat fungsional pasien tertinggi untuk sekurangnya 1 bulan selama 1 tahun terakhir). Fungsional diartikan sebagai kesatuan dari 3 bidang utama yaitu fungsi sosial, fungsi pekerjaan, fungsi psikologis.Fungsi berupa skala dengan 100 poin dengan 100 mencerminkan tingkat fungsi tertinggi dalam semua bidang.Aksis VPenilaian Fungsi Secara Global (Global Assesment of Functioning = GAF Scale)100-91 gejala tidak ada, fungsi max, tidak ada masalah yang tidak tertanggulangi90-81 gejala min, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalh harian biasa80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam social70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum baik60-51 gejala dan disabilitas sedang50-41 gejala dan disabilitas berat40-31beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi,disabilitas berat dalam beberapa fungsi30-21 disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi dalam hampir semua bidang20-11 bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri10-01 persisten dan lebih serius0 informasi tidak adekuat

b. Apakah rencana terapi sudah tepat?Rencana terapi pada kasus ini sudah tepat yakni dengan pemberian antipsikosis generasi kedua (atipikal) yakni risperidone sesuai dengan dosis pemeliharaan. Pasien juga diberikan obat anti depresan golongan SSRI Sertraline.Berdasarkan buku ajar psikiatri FK UI, standar emas pengobatan skizofren dengan menggunakan terapi APG II (antipsikotik atipikal) yang bermanfaat baik untuk gejala positif dan gejala negative dengan efek samping yang lebih ringan serta dapat digunakan secara aman tanpa memerlukan pemantauan jumlah sel darah putih setiap minggu. Pada pasien lanjut usia, obat antipsikotik diberikan dalam dosis kecil dan minimal efek samping otonomik dan sedasinya.Pasien diberikan obat antidepressan karena masih menunjukkan gejala-gejala depresi dan dikhawatirkan akan memperburuk kondisi pasien apabila tidak ditatalaksana dengan baik. Obat yang diberikan adalah golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI's). Dibandingkan dengan antidepresan trisiklik, tidak terlihat efek kenaikan berat badan, beberapa pasien mengalami penurunan berat badan pada pemakaian sertraline. Sertraline tidak memperlihatkan efek ketergantungan fisik atau psikis.Pada pemberian dosis tunggal antara 50 200 mg, maka didapatkan kadar puncak plasma 4,5 8,4 jam setelah pemberian peroral. Waktu paruh plasma berkisar antara 26 jam. Ikatan protein plasma adalah 98%. Sertraline mengalami metabolisme pertama di hati. Hasil dari metabolismenya adalah N-desmethylsertraline yang mempunyai efek klinis minimal. Pada pemeriksaan secara radioaktif dari 40 45 % pemberian didapatkan sisa dari metabolisme dapat ditemukan dalam urine dan feses (termasuk 12 14 % Sertraline dalam bentuk utuh) setelah 9 hari pemberian.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis edisi 7 jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara.2010.2. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran jiwa FK Unika Atmajaya. 2007.3. Amir, Nurmiati. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Jakarta. FKUI. 20134. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klini Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran jiwa FK Unika Atmajaya. 2007.5. Feist, Jess & Feist, G. J. (2006).Theories of Personality, Sixth ed.Boston: Mc-Graw