cover ayu
DESCRIPTION
nnTRANSCRIPT
LAPORAN SKILLS LA
“DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN KONSERVASI”
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Blok Diagnosis dan Rencana Perawatan Penyakit Dentomaksilofasial
pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
Disusun oleh :
Ayu Nurfitria S
111610101058
Pembimbing : drg. Sri Lestari, M.kes
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Skills Lab Diagnosa dan Rencana
Perawatan Konservasi pada Blok Oral Diagnosa dan Rencana Perawatan
Penyakit Dentomaksilofasial.
Penyusunan laporan ini tidak lepas oleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. drg. Sri Lestari, M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan
membimbing, sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Kelompok Tutorial V yang telah melakukan skill lab Oral Diagnosis
Klinik Konservasi Gigi.
Dalam penulisan makalah ini mungkin masih ada beberapa bagian yang
tidaklah sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangatlah
diharapkan untuk perbaikan kesempurnaan laporan ini. Demikian, penulis
berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Jember, 13 April 2013
Penulis
PEMBAHASAN
Dalam menentukan diagnose klinik,rencana perawatan dan prognosa,kami terlebih
dahulu melakukan pemeriksaan subyektif,obyektif dan penunjang.Untuk
pemeriksaan penunjang,kami menggunakan pemeriksaan radiografis.Berikut ini
tahapan dalam Penegakan Diagnosa dan Rencana Perawatan:
1. Mempersiapkan Dental chair
2. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan pada table dental unit
meliputi:
- Satu set alat dasar
- Alkohol
- Petridish berisi cotton pellet
- Bunsen
- Chlorethyl
- Contra Angle handpiece
- Mata bur
- Guttap Point
- Cotton roll
- Alat irigasi
- Jarum Miller
- Tempat kotoran
3. Mempersilahkan pasien untuk masuk dan duduk di dental chair sampai
pasien merasa nyaman
4. Melakukan anamnesa kepada penderita,meliputi:
IDENTITAS PENDERITA
Nama :Ibu Nur Yasih
Jenis kelamin :Perempuan
Umur :65 tahun
Pekerjaan :Pensiunan guru SMP
Alamat :Jl.Kutai 167 Karangrejo,Jember
PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
Merupakan keluhan utama tentang penyakit/kelainan yang dirasakan saat
penderita datang.Dari hasil anamnesa didapatkan hasil pasien datang ke RSGM
FKG UNEJ dengan keluhan adanya lubang pada gigi depan.Pasien ingin giginya
ditambal.Pasien tidak pernah merasakan sakit pada giginya.
Perawatan yang pernah dilakukan sebelumnya ialah pasien pernah
memasang gigi tiruan kepada tukang gigi.Keadaan umum dan riwayat sistemik
penderita,penderita mempunyai riwayat penyakit jantung dan pernah menderita
sesak nafas.Pasien tidak mempunyai alergi terhadap bahan kedokteran gigi dan
obat yang terkait dengan penggunaan bahan dan obat dalam perawatan di bidang
kedokteran gigi.
Gejala subyektif,isian terdiri dari berbagai pertanyaan tentang rasa sakit
yang timbul untuk melengkapi anamnesa pada keluhan penderita.Berupa rasa
sakit akibat berbagai jenis rangsangan,sakit spontan dan penjalarannya.Karena
pasien tidak mengeluhkan rasa sakit pada gigi tersebut maka pada kartu status
dapat diisi 0 yang berarti diberikan pertanyaan dan penderita menjawab tidak.
PEMERIKSAAN OBYEKTIF
- Pada pemeriksaan obyektif didapatkan hasil:
1.Pemeriksaan Ekstraoral
Dilakukan untuk melihat apakah ada pembengkakan pada kelenjar limfe
submandibula dan submental.Pada pemeriksaan tidak didapatkan adanya
pembengkakan pada kelenjar limfe.
2.Pemeriksaan Intraoral
a.Pembengkakan intraoral : pada pemeriksaan, tidak ditemukan adanya
pembengkakan pada intraoral
b.Fistula : pada pemeriksaan,tidak ditemukan adanya fistula
c.Gigi karies : pada pemeriksaan gigi karies didapatkan hasil gigi 12 karies
profunda perforasi.Pada pemeriksaan kedalaman karies pada gigi 12
mencapai 5mm.
d.Perforasi :pemeriksaan perforasi menggunakan jarum miller yaitu
dengan cara memasukkan jarum miller kedalam kavitas.Tapi sebelum itu
dilakukan terlebih dahulu tes kavitas.Pada pemeriksaan
perforasi,didapatkan hasil gigi 12 perforasi karena karies.
e.Perkusi : Pemeriksaan perkusi dilakukan untuk mengetahui adanya
keradangan pada jaringan periapikal dan periodontal.Dilakukan dengan
cara mengetuk permukaan gigi (bisa dari
bukal,lingual,mesial/distal,oklusal)dengan menggunakan handle
instrument.Pada pemeriksaan didapatkan penderita tidak merasakan sakit
saat gigi 12 dan gigi 11 (gigi sebelahnya) diperkusi.
f.Tekanan : Pemeriksaan tekanan dilakukan untuk mengetahui adanya
keradangan pada jaringan periapikal dan periodontal.Dilakukan dengan
cara pada insisal/oklusal ditekan menggunakan tangkai hand instrument
dimulai dari gigi tetangga.Pada pemeriksaan didapatkan pasien tidak
merasa sakit saat melakukan pemeriksaan tekanan.
g.Palpasi : Pada pemeriksaan palpasi,dilakukan dengan cara perabaan pada
gingival yang bengkak dimulai dari tepi ke tepi dengan menggunakan
ujung jari telunjuk dan jari tengah.Pada pemeriksaan palpasi tidak
didapatkan adanya fluktuasi/pembengkakan.
h.Kegoyangan Gigi : Pemeriksaan kegoyangan gigi digunakan untuk
mengetahui derajat kerusakan jaringan periodontal.Dengan cara pegang
gigi yang bersangkutan dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari lalu
gerakkan gigi ke arah buko-lingual dan mesio-distal.Pada pemeriksaan
didapatkan tidak terdapat kegoyangan gigi.
i.Fraktur Mahkota : Pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya fraktur
mahkota pada gigi tersebut.
j.Gingiva Sekitar Gigi : Pada pemeriksaan menunjukkan resesi pada
gingival.
k.Polip : Pada pemeriksaan tidak didapatkan adanya polip pulpa maupun
polip gingival.
l. Tes Vitalitas : Tidak dilakukan tes termal panas dan dingin karena gigi
sudah menunjukkan karies profunda perforasi sehingga langsung
dilakukan tes jarum miller. Sebelum melakukan tes jarum miller dilakukan
terlebih dahulu tes kavitas.Yakni pengeburan sampai ditemukannya orifis
gigi.Pada pemeriksaan tes kavitas penderita tidak merasa sakit,
Setelah melakukan tes kavitas,dilanjutkan tes jarum miller.Dengan
cara masukan jarum miller ke dalam kavitas,menembus orifis,teruskan ke
saluran akar sampai timbul rasa sakit.Karena usia penderita yang sudah
tua,membuat ruang pulpa sangat sempit sehingga jarum miller tidak bisa
masuk.
m.Vitalitas Gigi : Penulisan vitalitas gigi berdasarkan hasil pemeriksaan
macam-macam tes vitalis yang dilakukan.Pada pemeriksaan vitalitas,gigi
tersebut didapatkan hasil non vital.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gambaran Radiografi
Diperoleh dari hasil foto rontgen pada gigi 12 dengan teknik periapikal.
Hasil menunjukkan bahwa :
a. Ruang pulpa atau saluran akar mengalami atrofi atau
pengecilan,pengecilan saluran akar ini terjadi karena faktor usia dari
penderita.Pengecilan ini bersifat fisiologis.Jadi dapat disimpulkan jika
ruang pulpa penderita normal.
b. Akar gigi,pada pemeriksaan radiografis didapatkan akar gigi 12 pada
penderita normal.
c. Resopsi eksternal,pada pemeriksaan radiografis didapatkan hasil tidak
terjadi resopsi eksternal.
d. Resopsi internal,pada pemeriksaan radiografis didapatkan hasil tidak
adanya resopsi internal.
e. Lamina Dura, pada pemeriksaan radiografis didapatkan hasil lamina
dura pada gigi 12 normal.
f. Membran periodontal pada pemeriksaan radiografis didapatkan hasil
membrane periodontal gigi 12 dalam keadaan normal.
g. Daerah periapikal, pada pemeriksaan radiografis didapatkan hasil
daerah periapikal gambaran radiopak.
DIAGNOSA KLINIK
Diagnosa klinik diperoleh dengan cara menganalisa hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan dimulai dari pemeriksaan subyektif,obyektif,tes vitalitas dan
tes penunjang.
Diagnosa klinik yang didapatkan pada gigi 12 yaitu nekrosis
pulpa.Nekrosis pada gigi 12 ini bisa parsialis maupun totalis,ini dikarenakan
jarum miller tidak bisa masuk ke dalam saluran akar karena terjadi penyempitan
sehingga tidak bisa di pastikan nekrosis pulpa parsialis maupun totalis.
RENCANA PERAWATAN
a.Jika nekrosis pulpa parsialis,rencana perawatan saluran akar yang digunakan
ialah pulpektomi.Pulpektomi ialah perawatan saluran akar vital dengan
mengeluarkan jaringan pulpa(sehat atau patologis) setelah gigi dianastesi.
INDIKASI PULPEKTOMI
-Gigi dengan infeksi yang melewati ruang kamar pulpa, baik pada gigi vital,
nekrosis sebagian maupun gigi sudah non vital.
-Saluran akar dapat dimasuki instrument.
KONTRA INDIKASI PULPEKTOMI
-Gigi tidak dapat direstorasi lagi
-Kondisi pasien buruk
-Jaringan penyangga kurang mampu untuk mempertahankan gigi
b.Jika nekrosis pulpa totalis,rencana perawatan saluran akar yang digunakan ialah
endo intra kanal.Yaitu perawatan saluran akar pada gigi yang nonvital.Yang perlu
diperhatikan dalam perawatan endo intrakanal ialah apakah gigi tersebut masih
diperlukan,letaknya pada lengkung rahang,keadaan sisa gigi post perawatan
saluran akar dan tidak ada kegoyangan derajat 2.
INDIKASI ENDO INTRA KANAL
1.Mahkota masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan prostetik (untuk
pilar restorasi jembatan).
2.Gigi tidak goyang dan periodontal normal..
3.Kondisi pasien baik serta ingin giginya dipertahankan dan bersedia untuk
memelihara kesehatan gigi dan mulutnya.
4.Keadaan ekonomi pasien memungkinkan.
KONTRA INDIKASI ENDO INTRA KANAL
1.Gigi tidak dapat direstorasi lagi
2.Penderita menolak
3.OH jelek
4.Tak mempunyai nilai estetik/fungsional
5.Fraktur dengan arah vertical
6.Mengganggu pertumbuhan gigi sebelahnya
7.Resorbsi interna/externa meliputi ½ akar
8.Jarak RA-RB terlalu dekat
9.Penderita usia >60 th untuk penderita pulpitis.
Setelah dilakukan pengisian saluran akar,pada kunjungan selanjutnya lakukan
perawatan restorasi yaitu Mahkota Pasak. Sesuai dengan klasifikasinya, retensi
pasak dan inti terbagi atas dua kategori, yaitu :
a. Pasak Tuang
Pasak tuang merupakan hasil reproduksi saluran akar yang telah
dipreparasi.
b. Pasak Buatan Pabrik
Retensi pasak yang dibuat oleh pabrik. Desainnya sangat bervariasi,
sehingga desain pasak jenis ini dapat dikembangkan
Preparasi pasak
Preparasi pasak dimulai dari pengambilan gutta percha dari saluran akar
sesuai dengan panjang yang diperlukan dilanjutkan dengan memperbesar dan
membentuk saluran akar untuk ditempati pasak. Pengambilan gutta percha harus
hati-hati. Pengambilan yang terlalu banyak akan mengakibatkan tendensi fraktur
akar. Perforasi akar juga bisa terjadi apabila preparasi saluran akar menyimpang
dari saluran akarnya. Radiograf tidak dapat menentukan secara pasti mengenai
lengkung dan diameter saluran akar. Radiograf mungkin tidak bisa menunjukkan
konkavitas dan lengkung labio-lingual. Sebagai patokan umum, diameter pasak
tidak boleh lebih dari sepertiga diameter akar. Preparasi pasak yang menyempit ke
arah apikal mencegah terjadinya step di daerah apeks; tidak adanya step
merupakan predisposisi terjadinya wedging (peregangan) dan fraktur akar.
Pengambilan gutta percha
Pengambilan gutta percha sebaiknya dilakukan pada saat obturasi karena
dokter gigi masih ingat betul bentuk, diameter, panjang dan lengkung saluran
akar.
Pengambilan gutta percha juga bisa dilakukan pada kunjungan berikutnya.
Pengambilan gutta percha lebih baik menggunakan alat yang panas sedikit demi
sedikit sampai panjang yang ditentukan. Gutta percha diambil sampai tersisa
sedikitnya 4 mm dari apeks. Semua alat bisa digunakan asal bisa dipanaskan.
Gunakan instrumen yang rotatif seperti pisau reamer. Namun penggunaannya
harus hati-hati karena kecenderungannya untuk menyimpang dan menimbulakan
perforasi atau paling sedikit mengakibatkan kerusakan yang berat pada saluran
akar. Alternatif lain yaitu menggunakan pelarut seperti kloroform, xylene atau
eucaliptol adalah kotor dan sulit mengambil gutta percha sampai panjang yang
dikehendaki..
RETENSI DAN SISTEM INTI
Gigi anterior
Gigi anterior harus dapat menahan gaya lateral dari pergerakan ekskursif
mandibula. Apabilagaya ini diteruskan oleh pasak, akan menyebabkan akar
terbelah. Untuk itu harus dipertimbangkan pada daerah oklusal gigi anterior,
sebaiknya dikurangi bebannya dengan mengalihkan pada gigi tetangganya dan
struktur gigi yang lebih baik..
Pasak jadi dengan inti yang dibuat langsung merupakan pilihan terakhir
bagi gigi anterior. Banyak jenis pasak yang dipasarkan dengan mengklain
kebihannya masing-masing. Bila menggunakan pasak jadi, sangat penting untuk
menggunakan jenis fiksasi pasif yang tidak menimbulkan efek peregangan. Selain
itu pasak pasif juga mudah diangkat bila perlu perawatan ulang. Pasak berulir
bukan fiksasi pasif sehingga tekanan yang berlanjut merupakan predisposisi
fraktur akar.
RESTORASI GIGI ANTERIOR
Tipe restorasi tergantung sisa jarinagn gigi yang tertinggal.
-restorasi di daerah lingual
jika gigi utuh sebaiknya hanya dipreparasi bagian kamar pulpa dan kavitasnya
saja. Jika gigi telah ditumpat pada daerah proksimal dan telah dirawat endodontik,
mahkota akan lebih mudah patah daripada gigi tanpa tumpatan. Untuk
pencegahannya pasak dan inti ditutup dengan veveer atau mahkota jaket.
-restorasi mahkota ( tanpa pasak dan inti)
perlu dipertanyakan apakah gigi setelah PSA dapat direstorasi tanpa pasak meski
sisa jaringan gigi masih kuat menahan kekuatan yang dapat mengakibatkan
fraktur.
-restorasi dengan pasak dan inti
untuk memberikan kekuatan pada gigi yang telah dirawat PSA dari fraktur,
diperlukan beberapa tipe stabilisasi yang melekatkan restorasi tersebut pada sisa
jaringan gigi. Ini didapat dengan memberi pasak dan inti dan mahkota sebgai
struktur penunjang sehingga didapatkan stabilisasi mahkota-akar.
PEMBUATAN MAHKOTA SEMENTARA UNTUK GIGI ANTERIOR
-pilih mahkota akrilik yang sudah jadi dengan ukuran,bentuk dan warna yang
sesuai dengan gigi aslinya dan dicobakan untuk mengecek ketepatan kontaknya di
daerah gingival.
-setelah selesai coba suatu endopost atau file terakhir untuk preparasi guna ruang
pasaknya. Ujung korona dipotong sehingga ada bagian yang dapat masuk ke
dalam mahkota buatan. Jika digunakan endopost harus ditakik untuk membuat
undercut dan terjadi ikatan mekanis dengan akrilik.
-sediakan adukan akrilik yang cepat mengeras, dimasukkan kedalam mahkota
buatan dan tekan ke dalam pasak dan gigi ditekan dengan tekanan ringan.
-pada waktu akrilik dalam proses setting, buang kelebihan akrilik selagi lunak
dengan sonde.
-jika telah setting, lepaskan mahkota dan pasaknya secara bersama-sama, dibentuk
dan mahkota dipoles
-coba mahkota dan pasak ke dalam gigi dan sesuaikan dengan oklusi gigi
antagonisnnya
-pasang mahkota sementara dengan semen sementara.
PROGNOSA
Prognosa penderita ialah diragukan mengingat usia penderita yang telah mencapai
65 tahun dan penyakit sistemik yang diderita pasien.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan subjektif, objektif dan penunjang
didapatkan diagnosa pasien bisa mengalami nekrosis pulpa partialis maupun
totalis.Ini dikarenakan sempitnya saluran akar karena faktor usia sehingga tidak
bisa dilakukan pengujian dengan jarum miller.Jika nekrosis pulpa partialis maka
rencana perawatan yang dilakukan ialah pulpektomi.Jika nekrosis pulpa
totalis,maka rencana perawatan yang dilakukan ialah endo intra kanal.Setelah
melakukan perawatan saluran akar,gigi 12 direstorasi dengan menggunakan bahan
mahkota pasak.