cover

35
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN TUGAS PEJABAT SEMENTARA (PJS) KEPALA DESA DALAM PEMBANGUNAN DESA (Studi Kasus di Desa Tambang Emas A1 Kec. Pamenang Selatan Kab. Merangin Tahun 2014-2015) PROPOSAL SKRIPSI Disusun Oleh : RONI HILMAN FARID 121016165201069 Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Pada Jurusan Ilmu Pemerintahan

Upload: dios-widodo

Post on 14-Feb-2016

215 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Cover

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN TUGAS PEJABAT SEMENTARA (PJS) KEPALA DESA DALAM

PEMBANGUNAN DESA

(Studi Kasus di Desa Tambang Emas A1 Kec. Pamenang Selatan Kab. Merangin Tahun 2014-2015)

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh :

RONI HILMAN FARID121016165201069

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna MemperolehGelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Pada Jurusan Ilmu Pemerintahan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKPROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS MUARA BUNGO2016

Page 2: Cover

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi sudah maju pesat, hal ini terlihat dari kemajuan transportasi dan alat

teknologi di beberapa negara di dunia ini. Perkembangan tersebut tentu akan

membuat persaingan disegala bidang yang semakin ketat. Kecanggihan alat-

alat teknologi yang diimbangi dengan mutu dan kualitas sumber daya manusia

yang cukup memadai, maka tingkat produktivitas kerja tentu akan semakin

meningkat pula.

Indonesia sebagai negara sedang berkembang masih belum siap untuk

menghadapi persaingan global tersebut diatas, terutama dalam hal mutu

sumber daya manusia sehingga menuntut kepada pemerintah yang

bersangkutan untuk lebih memperhatikan peningkatan kualitas sumber daya

manusia ini di masa mendatang.

Tuntutan ini merupakan beban yang sangat berat, apalagi dimasa

keadaan sekarang ini dimana Indonesia dalam keadaan krisis ekonomi dan

krisis moneter yang nyaris mengakibatkan terjadinya disintegrasi bangsa,

sehingga pemerintah belum konsen kearah sumber daya tersebut .

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahnya menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan. Pemeberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

Page 3: Cover

pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Disamping itu melalui

otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan

memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan

kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan

efektifitas penyelenggaraan pemerintah daerah, perlu memperhatikan

kekhususan dan keragaman daerah.

Dalam rangka untuk efektifitas pelaksanaan tugas pemerintah daerah

maka dikeluarkanlah UU.No. 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

Dimana Dalam UU. No.32 tahun 2004 tersebut pemerintah desa sebagai

ujung tombak pemerintah yang merupakan akronim dari pemerintah pusat

dimana beraviliasi langsung dengan masyarakat diharapkan dapat secara

efektif dalam menjalankan tugas-tugas pemerintah sebagai pemerintah yang

berada di desa guna terwujudnya pembangunan disegala bidang.

Desa dimaknai sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

batas-batas wilayah yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat

setempat yang diakui dan/atau dibentuk dalam sistem pemerintah nasional dan

berada di kabupaten/kota, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. ( UU.No. 32 tahun

2004:139 :Visimedia).

Pemerintah desa adalah kepala desa beserta perangkat desa, dan Badan

Pemusyawaratan Desa (BPD). Dimana kedua lembaga desa tersebut

Page 4: Cover

diharapkan dapat bekerjasama dalam mewujudkan pemerintah desa yang

efektif.

Efetifitas pelaksanaan tugas pemerintah desa sangat diharapkan dalam

rangka mewujudkan pelaksanaan pemerintah sesuai dengan yang diharapkan

oleh pemerintah dalam UU No. 32 tahun 2004, yakni pemerintah desa

diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus daearahnya masing-

masing demi kesejahteraan rakyat yang berimbas kepada terwujudnya

pembangunan nasional.

Dalam lingkungan pemerintah desa kepala desa dan seluruh perangkat

desa sebagai pelaksana tugas pemerintah di desa diharapkan dapat

melaksanakan tugas pemerintah desa dengan efektif demi terciptanya

kesejahteraan dan pembangunan rakyat pedesaan.

Efektifitas adalah merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa

jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen,

yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. (Prasetyo Budi

Saksono 1984).

Pemerintah Desa Kambowa Kecamatan Kambowa adalah suatu

lembaga dan organisasi pemerintah yang berupaya melakukan pelaksanaan

tugas pemerintah desa secara efektif demi terciptanya pembangunan disegala

bidang agar masyarakat dapat merasakan esensi dari otonomi daerah yang

berimbas kepada otonomi desa. Maka demi terlaksananya pelaksaan tugas

pemerintah desa secara efektif diperlukan adanya perangkat pemerintah desa

dari kepala desa sampai pada Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) sebagai

Page 5: Cover

unsur pemerintah desa yang memiliki kwalitas dan pengetahun yang cukup

memadai.

Salah satu sasaran utama dari efektifitas pelaksaan tugas pemerintah

desa yakni terciptanya pelayanan yang baik kepada masyarakat, adanya

pembangunan yang dihasilkan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan

tugas dan fungsi pemerintah desa.

Pembangunan merupakan upaya yang sistematik dan

berkesinambungan/berkelanjutan untuk menciptakan keadaan yang dapat

menyediakan berbagai alternative yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap

warga yang paling humanistik (Anwar, 2005).

Namun pada kenyataannya efektifitas pelaksaan tugas pemerintah desa

di Desa Kambowa tersebut masih belum efektif, antara lain perangkat desa

termasuk kepala desa tidak berkantor sesuai dengan jam kantor, proses

pelayanan yang cenderung berbelit-belit, serta tidak adanya program

pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah desa. Fakta di atas sesuai

dengan penuturan salah seorang tokoh masyarakat Desa Kambowa yang

bernama La Harumu pada tanggal 20 September 2009.

Rendanya tingkat efektifitas pelaksanaan tugas pemerintah desa di Desa

Kambowa Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara seperti yang

diuraikan di atas, didasarkan pada pengamatan dan hasil wawancara awal

penulis menunjukkan bahwa kurangnya pembangunan yang ada di Desa

Kambowa.

Hal ini juga di perkuat pada pola kehidupan masyarakat yang tidak

mengalami perubahan dari segi perekonomian rakyat, serta kondisi lingkungan

Page 6: Cover

desa yang tidak mengalami perubahan yang signifikan, ditambah lagi dengan

pelayanan pemerintah desa terhadap masyarakat yang menurut warga sangat

masih jauh dari harapan mereka

Efektifitas pelaksanaan tugas pemerintah desa di Desa Kambowa

Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara tersebut, sesuai dengan hasil

wawancara penulis dengan seorang tokoh agama yakni Bapak Suleman pada

tanggal 18 September tahun 2009, yakni dimana terungkap

bawha,”Pemerintah Desa Kambowa dalam melaksanakan tugasnya menurut

saya masih belum efektif atau boleh dikatan kurang efektif, hal ini ditandai

dengan kurangnya program pemerintaha desa , kemudian tidak berkantornya

Kepala Desa bersama perangkat desa sesuai jam kantor, dan anggota Badan

Pemusyawaratan Desa. Sehingga masyarakat kesulitan melakukan

komunikasi yang berhubungan dengan urusan pemerintah desa, atau minimal

bisa ditemui dirumahnya kalau warga ada keperluannya dengan mereka”.

Kurang efektifnya pelaksanaan tugas pemerintah desa di Desa

Kambowa Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara berimbas kepada

tidak adanya pembangunan yang dihasilkan, diduga disebabkan oleh

rendahnya kualitas sumber daya manusia, sehingga berdampak kepada

efektifitas pelaksanaan tugas pemerintah.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian dan pengkajian dengan mengangkat judul sebagai

berikut: Efektifitas Pelaksanaan Tugas Pemerintah Desa Terhadap

Pembangunan (Studi di Desa Kambowa Kecamatan Kambowa Kabupaten

Buton Utara).

Page 7: Cover

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka batasan permasalahan

yang dirumuskan dalam penelitian ini yakni:

Bagaimana tingkat efektifitas (kualitas, kuantitas dan waktu) pelaksanaan

tugas pemerintah desa, di Desa Kambowa Kecamatan Kambowa Kabupaten

Buton Utara terhadap pembangunan?.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana tingkat efektifitas

pelaksanaan tugas pemerintah desa di Desa Kambowa Kecamatan Kambowa

Kabupaten Buton Utara terhadap pembangunan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai sarana pembanding bagi dunia ilmu pengetahuan dalam

memperkaya informasi tentang efektifitas pemerintah desa.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Daerah di

Kabupaten Buton Utara Propinsi Sulawesi Tenggara dalam upaya

efektifitas kinerja aparat pemerintah di masa mendatang.

b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah desa khususnya

para kepala desa di Kabupaten Buton Utara Propinsi Sulawesi

Tenggara dalam upaya peningkatan efektifitas kinerjanya di masa

datang.

Page 8: Cover

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Efektifitas

Efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya

suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan

pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan

bahwa :“Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase

target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya”.

Adapun pengertian efektifitas menurut Prasetyo Budi Saksono (1984)

adalah: “Efektifitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang

dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input“.

Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan

bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana

target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut

maka untuk mencari tingkat efektifitas dapat digunakan rumus: “Efektifitas =

Ouput Aktual/Output Target= 1, jika output aktual berbanding output yang

ditargetkan lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka akan tercapai

efektifitas. Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang

daripada 1 (satu), maka efektifitas tidak tercapai”.

B. Konsep Pemerintah Desa

Pemerintah desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah desa dimakani sebagai kesatuan masyarakat

Page 9: Cover

hukum yang memiliki batas-batas wilayah yurisdiksi, berwenang untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-

usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan/atau dibentuk dalam sistem

pemerintahan nasional dan berada di kabupaten/kota, sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa

adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan

pemberdayaan masyarakat.

Undang-Undang nomor 32 tahun 2004, megakui otonomi yang

dimiliki oleh pemerintah desa ataupun dengan sebutan lainnya dan kepada

desa melalui pemerintah desa dapat diberikan penugasan ataupun

pendelegasian dari pemerintah ataupun pemerintah daerah untuk

melaksanakan urusan pemerintahan tertentu.

Sebagai perwujudan demokrasi sesuai dalam ketentuan UU No. 32

Tahun 2004 maka pemerintahan dalam tatanan pemerintah desa dibentuk

Badan Pesmusyawaratan Desa (BPD) atau sebutan lain yang disesuaikan

dengan budaya yang berkembang di desa bersangkutan, yang berfungsi

sebagai lembaga pengatur dan pengontrol dalam penyelenggaraan pemerintah

desa, seperti dalam pembuatan dan pelaksanaan Peratuan Desa, Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa, dan Keputusan Kepala Desa. Di desa dibentuk

lembaga kemasyarakatan yang berkedudukan sebagai mitra kerja pemerintah

desa dalam memberdayakan masyarakat desa.

Dengan demikian pemerintah desa adalah kepala desa beserta

perangkat desa dan anggota BPD. Kepala desa pada sasarnya bertanggung

Page 10: Cover

jawab kepada rakyat desa yang dalam tata cara dan prosedur

pertanggungjawabannya disampaikan kepada bupati atau walikota melalui

camat. Kepada Badan Permusyawaratan Desa, Kepala Desa wajib

memberikan keterangan laporan pertanggungjawabannya dan kepada rakyat

menyampaikan informasi pokok-pokok pertanggungjawabannya namun tetap

harus memberi peluang kepada masyarakat melalui Badan Permusyawaratan

Desa untuk menanyakan dan/atau meminta keterangan lebih lanjut terhadap

hal-hal yang bertalian dengan pertanggungjawaban dimaksud. Dan sesuai

dengan Peraturan Pemerintahan Nomor 72 Tahun 2005 Bab IV pasal 11

pemerintah desa terdiri dari Pemerintah Desa dan BPD.

Kemudian sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 72 Tahun 2005 tentang definisi Desa yaitu kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan

adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa adalah penyelenggara

urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa

dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan

asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem

Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Oleh karena ini Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain

adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara

pemerintah desa. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan

nama lain, selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan

Page 11: Cover

perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah desa sebagai unsur

penyelenggara pemerintah desa.

Alokasi Dana Desa adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah

Kabupaten/Kota untuk desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan

keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APB

Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintah desa yang dibahas dan

disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD, yang ditetapkan dengan

Peraturan Desa. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang

dibuat oleh BPD bersama Kepala Desa.

C. Tugas Pemerintah Desa

Berdasarlam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72

Tahun 2005 tentang Desa, yang terdapat pada Bab III mengenai Tugas Dan

Kewenangan Desa sesuai Pasal 7 yakni mencakup urusan pemerintahan yang

sudah ada berdasarkan hak asal usul desa, kemudian urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya

kepada desa, dimana tugas pembantuan dari Pemerintah, dalam hal ini

Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan urusan pemerintahan

lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa.

Selain dari pada itu, Tugas dan Wewenang, Kewajiban serta Hak

Kepala Desa Pasal 14 selaku Kepala Pemerintah desa yaitu (1) Kepala Desa

mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahaan, pembangunan,

dan kemasyarakatan. (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) Kepala Desa mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :

Page 12: Cover

a. memimpin penyelenggaraan pemerintah desa berdasarkan kebijakan

yang ditetapkan bersama BPD;

b. mengajukan rancangan peraturan desa;

c. menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama

BPD;

d. menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa

untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD;

e. membina kehidupan masyarakat desa;

f. membina perekonomian desa;

g. mengkoordinasikan pembangunan secara partisipatif;

h. h. mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk

kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-

undangan; dan

i. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan.

Sesuai dengan Pasal 15 ayat (1) Dalam melaksanakan tugas dan

wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, Kepala Desa sebagai

kepala pemerintahan di desa, mempunyai kewajiban memegang teguh dan

mengamalkan Pancasila, serta melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, mempertahankan dan memelihara keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selain dari pada itu, pemerintah desa juga memiliki tugas dan

wewenang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memelihara

ketentraman dan ketertiban masyarakat, melaksanakan kehidupan demokrasi,

Page 13: Cover

melaksanakan prinsip tata pemerintah desa yang bersih dan bebas dari Kolusi,

Korupsi dan Nepotisme, menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja

pemerintah desa, menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-

undangan.

Kemudian pemerintah desa menyelenggarakan administrasi

pemerintah desa yang baik, melaksanakan dan mempertanggungjawabkan

pengelolaan keuangan desa, melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan

desa, mendamaikan perselisihan masyarakat di desa, mengembangkan

pendapatan masyarakat dan desa, membina, mengayomi dan melestarikan

nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat; memberdayakan masyarakat dan

kelembagaan di desa dan mengembangkan potensi sumber daya alam serta

melestarikan lingkungan hidup

Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Desa

mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan

pemerintah desa kepada Bupati/Walikota, memberikan laporan keterangan

pertanggungjawaban kepada BPD, serta menginformasikan laporan

penyelenggaraan pemerintah desa kepada masyarakat. Laporan

penyelenggaraan pemerintah desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui Camat 1 (satu) kali dalam satu

tahun. Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) disampaikan 1 (satu) kali dalam satu tahun dalam

musyawarah BPD.

Selanjutya Kepala Desa Menginformasikan laporan penyelenggaraan

pemerintah desa kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

Page 14: Cover

dapat berupa selebaran yang ditempelkan pada papan pengumuman atau

diinformasikan secara lisan dalam berbagai pertemuan masyarakat desa, radio

komunitas atau media lainnya. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

digunakan oleh Bupati/Walikota sebagai dasar melakukan evaluasi

penyelenggaraan pemerintah desa dan sebagai bahan pembinaan lebih lanjut.

Laporan akhir masa jabatan Kepala Desa disampaikan kepada

Bupati/Walikota melalui Camat dan kepada BPD.

D. Konsep Pembangunan

Definisi pembangunan merupakan upaya yang sistematik dan

berkesinambungan/berkelanjutan untuk menciptakan keadaan yang dapat

menyediakan berbagai alternative yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap

warga yang paling humanistik (Anwar 2005, Dalam Hubungan Dengan

Konsep Pembangunan Daerah).

Salah satu titik berat bagi pembangunan nasional adalah wilayah

pedesaan dengan berbagai kenyamanan dan daya tarik tersendiri Kemiskinan

dan ketidak mampuan masyarakat pedesaan merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dengan kehidupan mereka. Hal ini merupakan salah satu

kegagalan kebijakan pemerintah dimasa lalu karena seringkali kebijakan yang

ditempuh tidak sesuai dengan kondisi ekosistim wilayah, keinginan serta nilai-

nilai kehidupan yang dianut oleh masyarakat.

Kebijakan pemerintah tersebut hanya didasarkan kepada tujuan

meningkatkan kapital dan kepentingan segolongan tertentu saja yang

merugikan golongan masyarakat yang lain, tidak memperhatikan keberagaman

wilayah yang ada serta tidak sesuai dengan kebutuhan daerah. Seharusnya

Page 15: Cover

keberagaman potensi wilayah baik kondisi biofisik wilayah, kemampuan

sumberdaya alam, pertumbuhan penduduk, dan akses ke pasar yang berbeda

menghendaki perlakuan ataupun kebijakan yang berbeda pula yang sesuai

dengan karakteristik yang dimilikinya. Kesalahan dalam pengaturan dan

perancangan program-program pembangunan menyebabkan kegagalan proses

pembangunan itu sendiri.

Keragaman wilayah pedesaan di Indonesia tergantung kepada

tipologinya yang bervariasi, yang oleh Anwar (2005), kebijakan pertanian dan

pedesaan tidak dapat dilakukan secara seragam untuk semua keadaan wilayah

yang masing-masing memiliki kekhasan dan sifat-sifat khusus yang berbeda

satu dengan yang lain, sehingga setiap kebijakan harus memperhatikan kondisi

perkembangan dari wilayah yang bersangkutan yang secara konseptual

tergantung kepada akses pasar dan biaya-biaya transaksi.

Kesenjangan spasial yang terjadi antar wilayah perkotaan yang

bercorak industri dan jasa dengan wilayah pedesaan yang di dominasi oleh

sektor pertanian. Maka diperlukan terobosan dalam menyeimbangkan

pembangunan yang berdapampak pada pembangunan infrastruktur (fisik)

desa, dan perekonomian rakyat pedesaan (non fisik).

Untuk itu Wresniwiro 2007, mengemukakana suatu konsep

pembangunan untuk mengurangi ketimpangan spasial tersebut dengan

menyeimbangkan pembangunan-kota yang dilakukan secara terpadu.

Keseimbangan spasial tersebut dapat tercapai apabila dalam perencanaan

pembangunan pedesaan memperhatikan berbagai faktor yang terkait dan

pembangunan diarahkan untuk mencapai tujuan: (1) pemerataan, (2)

Page 16: Cover

pertumbuhan, (3) keterkaitan, (4) keberimbangan, (5) kemandirian, dan (6)

keberlanjutan.

Keterpaduan tujuan pembangunan tersebut dalam perencanaan dan

proses pembangunan akan meningkatkan produktifitas daerah pedesaan

dengan berpegang pada prinsip pembangunan yang berkelanjutan dan tetap

menjunjung tinggi nilai-nilai keutamaan yang dianut masyarakat.

Pembangunan bukanlah kegiatan pada ruang kosong tetapi kegiatan

yang dilakukan pada tempat dimana sejumlah penduduk yang memiliki nilai-

nilai tertentu menjadi obyek dan sekaligus sebagai subyek pembangunan.

Sehingga nilai-nilai keutamaan yang dianut masyarakat, organisasi

swadaya dan pengelolaan sumberdaya yang bersifat swadaya hendaknya

menjadi landasan penyelenggaraan pembangunan.

Pendekatan pembangunan ke wilayah pedesaan harus dilakukan tidak

hanya kegiatan fisik saja (infrastruktur), melainkan yang lebih penting

sebagai entry point-nya adalah kegiatan ekonomi (non fisik) berdasarkan

pada potensi unggulan dimasing-masing wilayah, sehingga kesejahteraan

rakyat pedesaan dapat segera terwujud.

Sebab kunci dari pembangunan yaitu kurangnya masyarakat yang

masih tergolong kurang sejahtera dibidang perekonomian, dimana hal itu

dikategorikan sebagai rakyat miskin. Dikarenakan prekenomian rakyat yang

tidak memenuhi kebutuhan hidup dari segi sandang, pangan, papan. Dimana

sebagaian orang terkadang pembangunan diartikan adanya gedung megah.

Padahal pembangunan itu ada dua segi yaitu pembangunan fisik dan non

fisik. (Wresniwiro, 2007).

Page 17: Cover

E. Kerangka Pikir

Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase

target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya. Hidayat (1986).

Jadi fektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh

target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen,

yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.

Sedangkan pembangunan adalah upaya yang sistematik dan

berkesinambungan/berkelanjutan untuk menciptakan keadaan yang dapat

menyediakan berbagai alternative yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap

warga yang paling humanistik (Anwar 2005, Dalam Hubungan Dengan

Konsep Pembangunan Daerah).

Pembangunan terdiri dari pembangunan fisik berupa infrastruktur

bangunan fasilitas umum dan non fisik berupa peningkatan perekonomian

rakyat desa (Wresniwiro, 2007).

Untuk itu maka tabel berikut ini merupakan penjabaran dari

Efektifitas dan pembangunan sebagai tujuan dari pelaksaan tugas pemerintah

desa.

Evektifitas Pelaksanaan Tugas

Pemerintah desa

Kualitas tugas pemerintah desa. Kuantitas/jumlah program yang

dihasilkan pemerintah desa. Waktu/ kedisiplinan

pelaksanaan tugas pemerintah desa.

(Hidayat, 1986)

Pembangunan

Pembangunan Fisik.

Pembangunan non fisik.

Page 18: Cover

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Kambowa Kecamatan Kambowa

Kabupaten Buton Utara yang merupakan salah satu desa yang terdapat di

wilayah Kabupaten Buton Utara Provinsi Sulawesi Tenggara.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berada di

Desa Kambowa Kecamatan Kambowa yang berjumlah 150 KK.

2. Sampel

Mengingat besarnnya populasi maka perlu penentuan obyek

penelitian dalam bentuk sampel yang ditentukan dengan teknik purposive

sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan pertimbangan peneliti yang

dianggap dapat mewakili populasi yang ada. Menurut Cohen dalam

Arikunto 1996 menyatakan bahwa populasi yang jumlahnya diatas 100

dapat ditetapkan besaran sampelnya dengan persentase yaitu antara 10% -

20%.

3. Perhitungan besar sampel:

Jumlah sampel dalam penelitian ini dapat dihitung sebagai berikut :

Adapun yang menjadi kriteria responden dalam penelitian ini adalah:

10

N = x 150 = 15 (Cohen dalam Arikunto,1996)

100

Page 19: Cover

a. Kriteria inklusif:

1) Unsur tokoh masyarakat,

2) Kepala BPD dan anggotanya

3) Kepala Desa dan perangkatnya

4) Warga masyarakat yang mempunyai pengetahuan tentang konsep

pemerintahan dengan pendidikan terakhir minimal tamatan SMA atau

sederajat.

b. Kriteria ekslusif:

1) Warga masyarakat yang tidak mempunyai kemampuan membaca dan

menulis.

2) Warga masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan tentang

pemerintahan.

3) Warga masyarakat yang tidak tamat SMA atau sederajat.

4) Warga masyarakat yang tidak menduduk pemerintah desa.

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk upaya data Primer dan Data Sekunder dilakukan dua macam

taknik pengumpulan data yaitu:

1. Studi kepustakaan yaitu (Library Study) yaitu mengkaji berbagai literatur

yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini.

2. Studi Lapangan (Field Study) yaitu:

a. Observasi yaitu pengamatan langsung dilokasi penelitian dengan

menggunakan lembar observasi.

Page 20: Cover

b. Wawancara yaitu pengumpulan data melalui tanya jawab langsung

dengan responden yang berhubungan dengan penelitian ini yang

dilakukan secara terpimpin.

D. Analisis Data

Untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini

digunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu memberikan gambaran seluruh

tentang permasalahan penelitian sehingga dapat digeneralisasikan menjadi

suatu kesimpulan umum untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

E. Pengolahan Data

Data yang terkumpul diolah secara manual dengan menggunakan

kalkulator melalui rumus :

Keterangan : P = Nilai yang dicari

I = Jumlah item yang efektif dan yang kurang efektif

n = Total jumlah item

Sehingga dapat dimengerti dan memberikan gambaran tentang efektifitas

pelaksanaan tugas pemerintah desa terhadap pembangunan serta dapat ditarik

suatu kesimpulan sebagai hasil penelitian yang ditampilkan dalam bentuk

persentase.

F. Penyajian Data

Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai dengan

narasi untuk memberikan gambaran tentang efektifitas yang meliputi kualitas,

kuantitas/jumlah dan waktu/kedisiplinan program pelaksanaan tugas

I

P = x 100 (Sudjana, 1996)

n

Page 21: Cover

pemerintah desa terhadap pembangunan di Desa Kambowa Kec. Kambowa

Kab. Buuton Utara.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi dalam

bentuk daftar isian dan kuesioner dalam bentuk pertanyaan tertutup yang

digunakan dalam wawancara untuk mendapatkan informasi mengenai semua

variabel yang diteliti.

H. Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas

Variabel bebas (variabel independent) adalah merupakan variabel yang

mempengaruhi. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adala efektifitas

yang terdari 3 sub variabel yang diteliti yaitu kualitas tugas pemerintahan

desa, waktu/kedisiplinan pelaksanaan tugas pemerintah desa dan kuantitas/

Jumlah program yang dihasilkan dalam pelaksanaan tugas pemerintahan

desa.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat (variabel dependent) adalah variabel akibat atau variabel

yang terpengaruh yaitu pembangunan (Notoatmodjo, 2005).

I. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif

1. Efektifitas diartikan sebagai suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh

target yang telah dicapai sesui dengan target yang ditentukan telebih

dahulu, yang meliputi 3 (tiga) aspek yaitu kualitas/kemampuan dalam

melakukan pekerjaan. Kuantitas/Jumlah dalam hal ini sebarapa banyak

hasil yang telah dicapai. Kemudian yang terakhir yaitu waktu/ Kedisiplinan

Page 22: Cover

dalam masalah ketepatan waktu dalam penyelasaian program yang telah

ditetapkan.

Efektifitas dalam penelitian ini meliputi:

a. Kualitas tugas pemerintah desa adalah apabila menyelenggarakan

urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan yang

berpihak kepada masayarakat desa secara menyeluruah. (PP.RI.No 72

Tahun 2005).

b. Kuantitas atau sebarapa banyak hasil yang telah dicapai dalam hal ini

pencapaian program pelaksanaan tugas pemerintah desayaitu program

pemerintah desadalam pembangunan yang lansung dirasakan oleh

masayarakat baik dalam bentuk pembangunan fisik seperti pengadaan

fasilitas air bersih/PAM, perbaikan jalan, Pengadaan bangunan pasar

sertalainnya dan program pembangunan dalam bentuk non fisik

pembentukan remaja mesjid, kelompok pengajian dan lainnya.

c. Waktu/Kedisiplinan pelaksanaan tugas pemerintah desayaitu semua

aparatur pemerintah desa selalu melaksanakan tugas setiap hari

terutama kepala desa sehingga setiap warga masyarakat yang

berurusan selalu selesai tepat waktu dengan program pembangunan

yang dilaksanakan selalu tepat waktu seperti pembangun rumah

peribadatan atau masjid.

2. Pembangunan diartikan sebagai upaya yang sistematik dan

berkesinambungan/berkelanjutan dalam untuk menciptakan keadaan yang

dapat menyediakan berbagai alternatif yang meliputi tiga aspek yaitu:

Page 23: Cover

perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, tersedianya fasilitas sebagai

bukti dari kegiatan .

Skala pengukuran untuk tiga variabel sub variabel diatas adalah

dengan mengguanakan skala Guttman yang didasarkan pada dua jawaban

informan yang bersifat dikotomi yaitu jawaban ”ya” dan jawaban ”tidak”.

Dimana berdasarkan ketentuan diatas maka dapat ditarik

kesimpulan efektif apabila jawaban dari responden yang telah ditentukan

sebanyak 15 responden sebanyak 50% ke atas menyatakan efektif.

Kemudian dapat ditarik kesimpulan tidak efektif apabila 50%

kebawah dari total 15 responden menyatakan tidak efektif (Dahlam 2007

dalam Sugiyono, 2006).

Sehingga berdasarkan ketentuan tersebut dapat ditarik suatu

kesimpulan tentang efektif atau tidaknya pelaksanaan tugas pemerintah di

Desa Kambowa Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara.