contoh ptk - aktivitas, hasil belajar

27
Contoh PTK Source : http://cicih1.blogspot.com/2013/10/upaya-meningkatkan-aktivitas-dan-hasil.html UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARANPASSING BAWAH MELALUI PENGGUNAAN METODE INKLUSI DALAM KELOMPOK (PTK pada Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis) A. Judul UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARANPASSING BAWAH MELALUI PENGGUNAAN METODE INKLUSI DALAM KELOMPOK (PTK pada Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis) B. Nama Penulis Cicih, S.Pd (Guru Penjasorkes SD Negeri 1 Mekarsari, Kec. Cimerak) C. Abstrak dan Kata Kunci Kata Kunci: Passing Bawah, Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa, dan Metode Inklusidalam Kelompok Abstrak Penelitian yang berfokus pada upaya guru meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran passing bawah dengan menggunakan metode inklusi ini dilakukan dalam rangka memperbaiki kinerja guru dan siswa secara inovatif dan kolaboratif.Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa yang sebelumnya diketahui kurang memenuhi harapan pembelajaran. Penelitian ini dilakukan pada siswa Kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Ajaran 2008/2009, yang dinyatakan kurang berhasil menguasai passing bawah yang berjumlah 16 orang.Penelitian ini dilaksanakan pada bulanFebruari 2008.Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian tindakan yang alurnya, yaitu membuat perencanaan tindakan, melaksanakan tindakan dalam pembelajaran, mengobservasi tindakan, dan merefleksi tindakan.Hasil refleksi tersebut digunakan untuk mengambil keputusan.Adapun data penelitian berupa catatan lapangan, catatan hasil pengamatan, dokumentasi perencanaan, dan hasil menulis.Instrumen pengumpulannya adalah pedoman observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi.Analisis data dengan teknik kualitatif pendekatan mengalir, meliputi tahap reduksi data, pemaparan data, verifikasi, dan penyimpulan data.Untuk menguji keabsahan data dilakukan

Upload: tugi-yono

Post on 26-Sep-2015

53 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

Contoh PTK

TRANSCRIPT

Contoh PTK

Source : http://cicih1.blogspot.com/2013/10/upaya-meningkatkan-aktivitas-dan-hasil.html

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARANPASSING BAWAH MELALUI PENGGUNAAN METODE INKLUSI DALAM KELOMPOK (PTK pada Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis)

A. Judul

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARANPASSING BAWAH MELALUI PENGGUNAAN METODE INKLUSI DALAM KELOMPOK (PTK pada Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis)

B. Nama Penulis

Cicih, S.Pd (Guru Penjasorkes SD Negeri 1 Mekarsari, Kec. Cimerak)

C. Abstrak dan Kata Kunci

Kata Kunci: Passing Bawah, Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa, dan Metode Inklusidalam Kelompok

Abstrak

Penelitian yang berfokus pada upaya guru meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran passing bawah dengan menggunakan metode inklusi ini dilakukan dalam rangka memperbaiki kinerja guru dan siswa secara inovatif dan kolaboratif.Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa yang sebelumnya diketahui kurang memenuhi harapan pembelajaran.

Penelitian ini dilakukan pada siswa Kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Ajaran 2008/2009, yang dinyatakan kurang berhasil menguasai passing bawah yang berjumlah 16 orang.Penelitian ini dilaksanakan pada bulanFebruari 2008.Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian tindakan yang alurnya, yaitu membuat perencanaan tindakan, melaksanakan tindakan dalam pembelajaran, mengobservasi tindakan, dan merefleksi tindakan.Hasil refleksi tersebut digunakan untuk mengambil keputusan.Adapun data penelitian berupa catatan lapangan, catatan hasil pengamatan, dokumentasi perencanaan, dan hasil menulis.Instrumen pengumpulannya adalah pedoman observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi.Analisis data dengan teknik kualitatif pendekatan mengalir, meliputi tahap reduksi data, pemaparan data, verifikasi, dan penyimpulan data.Untuk menguji keabsahan data dilakukan pengecekatan ulang (triangulasi) dengan kolabolator dan siswa.Setelah menyelesaikan penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut. Metode inklusi dalam kelompok dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis dalam pembelajaran passing bawah.Perolehan nilai rata-rata proses belajar siswa pada siklus I adalah 7,85. Adapun perolehan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I, yaitu 7,61. Perolehan nilai rata-rata proses belajar siswa pada siklus II adalah 8,5. Adapun perolehan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II, yaitu 8,92.

D. Pendahuluan

a. Latar Belakang Masalah

Dalam mencapai tujuan pendidikan jasmani, banyak faktor pendukung yang diperlukan antara lain, faktor guru sebagai penyampai informasi, siswa sebagai penerima informasi, sarana prasarana, dan juga metode.Metode yang dipilih dan digunakan dalam proses pembelajaran teori dan praktek, semata-mata untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat dikatakan efektif bila perubahan perilaku yang terjadi pada siswa setidak-tidaknya mencapai tingkat optimal. Sikap dan perilaku sehat pada siswa dapat terbentuk dengan meningkatkan partisipasi siswa secara aktif dalam segala bentuk aktivitas olahraga termasuk olahraga permainan, seperti permainan bolavoli.

Permainanan bolavoli merupakan permainan yang gerakannya cukup kompleks, yaitu gabungan dari jalan, lari, lompat, dan unsur kekuatan, kecepatan, kelenturan, dan unsur lainnya.Untuk melakukan gerakan-gerakan dalam permainan bolavoli secara baik diperlukan kemampuan fisik yang baik. Dengan kondisi fisik yang baik akan memudahkan melakukan gerakan-gerakan yang lebih kompleks dan memudahkan menguasai teknik-teknik dasar permainan bolavoli, seperti teknik dasar passing bawah . Oleh karena itu, perlu dilakukan pembinaan sejak usia dini. Salah satunya yaitu dapat dilakukan melalui pendidikan jasmani di sekolah-sekolah.

Dalam pembelajaran pendidikan jasmani terdapat beragam macam metode.Mosston (1994:5) mengemukakan bahwa Metode terdiri dari dua kelompok, yaitu metode langsung dan metode tak langsung. Dalam metode langsung peran guru lebih banyak (teacher centered) yang meliputi lima macam metode yaitu: metode komando, metode latihan, metode resiprokal, metodeself check, dan metodeinklusi. Metode tidak langsung meliputi: metode penemuan terpimpin, metode penemuan konvergen, metodeeksplorasi, dan metodedivergen production.

Metode yang dilakukan oleh guru dalam praktek pembelajaran pendidikan jasmani umumnya dan permainan bolavoli khususnya, cenderung tradisional.Model metode yang dipergunakan cenderung berpusat pada guru (teacher centered), di mana para siswa melakukan gerakan-gerakan atau latihan keterampilan berdasarkan intruksi guru.Latihan-latihan atau keterampilan berdasarkan inisiatif siswa hampir tidak pernah dilakukan. Pengalaman menunjukkan, menerapkan metode yang berpusat pada guru (teacher centered) dalam mengajarkan teknik dasar bermain bolavoli, siswa terlihat kurang merangsang semangat belajarnya, cepat bosan atau jenuh, menurunnya minat siswa untuk mengikuti pendidikan jasmani umumnya, bermain bolavoli khususnya dan bahkan dengan metode tersebut kurang meningkatkan kemampuan siswa dalam bermain bolavoli. Padahal dalam pembelajaran pendidikan jasmani hal yang esensial adalah mengutamakan unsur bermain, kegembiraan, pedagogis, membina kesehatan dan rasa percaya diri bagi siswa dalam bersosial supaya siswa-siswa tidak bosan.

Untuk memecahkan permasalahan tersebut di atas, sangat diperlukan inovasi dan kreativitas oleh guru, terutama dalam menentukan metode yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan.Peran guru pendidikan jasmani dalam upaya membina siswa dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai teknik-teknik dasar bermain bolavoli sangat tergantung pada kreativitas guru dalam memilih dan menentukan metode.

Berdasarkan hasil refleksi terhadap proses dan hasil kegiatan belajar mengajar teknik dasar passing bawah diperoleh gambaran, sebagai berikut.

1. Proses belajar siswa pada saat KBM teknik dasar passing bawah sedang berlangsung tampak kurang aktif dankurang inisiatif. Aktivitas lebih banyak didominasi oleh siswa yang punya kebiasaan rajin dan tekun dalam belajar.

2. Hasil belajar sebagian besar siswa kurang mencapai criteria ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran Penjas di sekolah.

3. Guru mendapatkan kesulitan dalam mengelola KBM teknik dasar passing bawah agar bermakna bagi siswa.

4. Antarsiswa tidak terjadi saling belajar, karena tidak ada kesempatan untuk itu.

Kondisi seperti ini tidak baik untuk dibiarkan, dan untuk itu guru serta siswa memiliki kewajiban yang sama agar memperbaikinya hingga diperoleh suatu perubahan yang optimal. Atas dasar itu yang telah mendorong melakukan penelitian tindakan kelas yang berfokus pada Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Teknik Dasar Passing Bawah Melalui Penggunaan Metode Inklusi pada Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.

b. Indentifikasi Masalah

Memperhatikan situasi pada latar belakang masalah di atas, kondisi yang ada pada saat ini adalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran teknik dasar passing bawah yang telah dan sedang berlangsung masih berjalan monoton.

2. Belum ditemukan metode pembelajaran yang tepat.

3. Belum ada kolaborasi antara guru dan siswa.

4. Metode yang digunakan bersifat konvensional.

5. Masih rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran teknik dasar passing bawah.

c. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan dua pokok persoalan untuk ditindaklanjuti melalui penelitian tindakan kelas ini, yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimana menerapkan metode inklusi agar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran teknik dasar passing bawah?

2. Apakah penggunaan metode inklusi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran teknik dasar passing bawah?

d. Cara Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah, baik yang berkaitan dengan masih rendahnya aktivitas maupun hasil belajar siswa dalam pembelajaran teknik dasar passing bawah , solusi yang diupayakan melalui adalah metode inklusi. Besar harapan melalui penerapan metode ini akan membawa perubahan ke arah yang diinginkan, baik yang berkaitan dengan masih rendahnya aktivitas maupun hasil belajar siswa dalam pembelajaran teknik dasar passing bawah .

e. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas ini, baik bagi guru maupun siswa, sebagai berikut.

1. Guru dapat meningkatkan kualitas pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran teknik dasar passing bawah .

2. Siswa merasa dirinya mendapatkan perhatian dan kesempatan untuk belajar lebih baik lagi dalam pembelajaran teknik dasar passing bawah .

3. Seluruh siswa menguasai materi dalam pembelajaran teknik dasar passing bawah secara tuntas.

f. Hipotesis Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam tiga siklus.Setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui ketiga siklus penelitian tindakan kelas tersebut dapat diamati peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran teknik dasar passing bawah .Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut.

1. Dengan diterapkan metode inklusi dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran teknik dasar passing bawah .

2. Dengan diterapkan metode inklusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran teknik dasar passing bawah .

E. Kajian Pustaka

a. MetodeInklusi

a) Hakikat Metode Inklusi

Pembelajaran pendidikan jasmani dengan menggunakan metodeinklusi memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan sesuai potensi masing-masing individu. Setiap individu diberi kebebasan menentukan kegiatan belajar dalam hal memulai pembelajaran, pelaksanaan melakukan tugas-tugas gerak, penilaian hingga menentukan target kegiatan belajar berikutnya, sehingga akan membangkitkan motivasi dan merangsang kreativitas siswa. Di samping itu peran guru tidak terlalu dominan, karena guru tidak langsung menuntun siswa.Siswa dilatih berbagai keterampilan tahap demi tahap atau bagian demi bagian (tidak langsung pada sasaran), sehingga peran guru di sini sangat dominan, karena harus memberi contoh, di samping itu suasana pembelajaran atau suasana berlatih juga monoton serta kurang variatif sehingga ada kecenderungan membosankan, sehingga pada akhirnya hasil belajarpendidikan jasmani yang diharapkan kurang maksimal.

Keterampilan siswa yang bervariasi dapat menggunakan suatu metode yang disesuaikan dengan keterampilan tiap siswa. Menurut Mulyasa (2006:32) Metode tersebut adalah metodeinklusi. Lebih lanjut Mulyasa (2006:33) mengemukakan sebagai berikut.

Dalam pelaksanaan mengajar dengan menggunakan metodeinklusi guru berperan dalam mengambil keputusan pada saat sebelum pelaksanaan (pre-impact), sedangkan pada saat pelaksanaan (impact) dan evaluasi (post-impact) diserahkan kepada siswa sepenuhnya. Sebelum pelaksanaan, siswa mempunyai kesiapan sebelum mendapat materi. Siswa dapat memilih level sesuai dengan keterampilan masing-masing dan melakukannya secara berulang-ulang untuk dapat meningkat ke level yang lebih sulit.

Keberhasilan dalam menerapkan metodeinklusi guna meningkatkan penguasaan keterampilan siswa dalam teknik dasar passing bawah sangat bergantung kepada guru. Tugas guru bukan saja merencanakan pembelajaran secara terprogram tetapi juga melaksanakan, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasil pembelajaran yang telah berlangsung agar diperoleh hasil yang lebih baik.

Hal-hal yang perlu direncanakan oleh guru pada tahap awal pembelajaran teknik dasar passing bawah adalah menentukan tujuan yang ingin dicapai dan cara mencapainya. Hal ini sangat penting seiring dengan adanya tuntutan dalam standar proses, bahwa proses pembelajaran meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi, serta tindak lanjut. Apabila setiap komponen penunjang sudah direncanakan dengan baik, barulah guru dan siswa melaksanakan pembelajaran keterampilan dasar passing bawah , sesuai dengan tahap-tahap yang telah ditentukan. Untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap keterampilan dasar passing bawah ini maka guru dan siswa harus melaksanakan evaluasi, sesuai dengan teknik yang telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (satuan pelajaran).

b) Konsep Dasar dan Karakteristik MetodeInklusi

Metode yang menonjolkan keaktifan siswa dalam melakukan sesuatu akan memberikan pengalaman belajar yang berharga dan bernuansa lain kepada siswa. Pernah guru melakukan kegiatan bersama siswa yang seolah siswa terbenam dan larut rasa keingintahuan yang lebih jauh. Belajar untuk tahu dan belajar untuk berbuat telah membuat siswa duduk pada tempat duduk yang tepat, setidaknya mereka menjalani belajar untuk menambah pengetahuan dan informasi ke otaknya. Mereka melakukan praktik dilanjutkan belajar menjadi suatu hal yang menyenangkan bagi siswa. Menurut Harefa dalam Saud (2008:162), Di antara teori dan praktik terdapat jembatan yang justeru amat penting untuk memanusiakan diri seseorang, yakni ia harus belajar menjadi. Sesungguhnya inilah inti dari seluruh pembelajaran apapun model atau strateginya dalam dunia pendidikan. Salah satu inovasi pembelajaran adalah inklusi, yang ditujukan untuk membelajarkan siswa menjadi seseorang yang akrab dengan lingkungan di mana, apa, dan siapa sebenarnya dirinya itu.

Menurut Sanjaya (2005: 43) Metode inklusi (InklusiLearning) adalah suatu metode yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.Pendapat lainnya dikemukakan Sukmadinata (2004: 63) bahwa Metode inklusi merupakan suatu sistem atau metode pembelajaran yang bersifat holistik (menyeluruh), terdiri dari berbagai komponen yang saling terkait, apabila dilaksanakan masing-masing memberikan dampak sesuai dengan peranannya.

Paparan pengertian metode inklusi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, metode inklusi menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi. Artinya, proses belajar berorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks metode inklusi tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

Kedua, pembelajan inklusi mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Artinya, siswa dapat dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata di masyarakat. Hal ini akan memperkuat dugaan bahwa materi yang telah dipelajari akan tetap tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

Ketiga, metode inklusi mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan. Artinya, metode inklusi tidak hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran di sini bukan ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi bahtera kehidupan nyata.

Berdasarkan pengertian metode inklusi, terdapat lima karakteristik penting dalam menggunakan metode inklusi, seperti dijelaskan Saud (2008:163) berikut ini.

1) Dalam metode inklusi pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada. Artinya, apa yang akan dipelajari tidak lepas dari pengetahuan yang dipelajari. Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh siswa, adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

2) Metode inklusi adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru, yang diperoleh dengan cara deduktif. Artinya, pembelajaran dimulai dengan cara mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.

3) Pemahaman pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.

4) Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut, artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.

5) Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

c) Prinsip MetodeInklusi

Banyak metode yang kita kenal dan digunakan dalam pembelajaran, dan tiap-tiap metode memiliki karateristik tersendiri. Karakteristik ini berhubungan dengan apa yang menjadi fokus dan mendapat tekanan dalam pembelajaran. Ada metode yang berfokus kepada siswa, kemampuan berpikir, aktivitas, pengalaman siswa, berfokus kepada guru, berfokus pada masalah (personal, lingkungan, sosial), berfokus pada teknologi seperti sistem instruksional, media dan sumber belajar.

Berkenaan dengan aspek kehidupan dan lingkungan, maka metode pembelajaran ada keterlibatan pada siswa, makna, aktivitas, pengalaman dan kemandirian, secara konteks kehidupan dan lingkungan. Pembelajaran dengan fokus-fokus tersebut secara komprehensif tercantum dalam metode inklusi.

Siswa dalam metode inklusi dipandang sebagai individu yang berkembang. Anak bukanlah orang dewasa, melainkan organisme yang sedang berada pada tahap-tahap perkembangan. Kemampuan belajar yang sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan demikian peran guru tidak lagi sebagai instruktur atau penguasa yang memaksakan kehendak melainkan sebagai pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan kemampuannya.

Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang bersifat aneh dan baru. Oleh karena itu, belajar bagi mereka mencoba memecahkan persoalan yang menantang. Guru berperan sebagai pemilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari oleh anak. Guru membantu agar setiap siswa mampu mengaitkan antara pengalaman baru dengan sebelumnya, memfasilitasi atau mempermudah agar siswa mampu melakukan proses asimilasi dan akomodasi.

Dengan demikian, metodemetode inklusi menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental. Metode inklusi memandang bahwa belajar bukan kegiatan menghafal, mengingat fakta-fakta, mendemonstrasikan latihan secara berulang-ulang akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. Dalam metode inklusi belajar di alam terbuka merupakan tempat untuk memperoleh informasi sehingga menguji data hasil temuannya dari lapangan tadi baru dikaji di kelas. Sebagai materi pelajaran siswa menemukan sendiri, bukan hasil pemberian apalagi dialas oleh guru.

Johnson (2002:165) mengklaim bahwa dalam metode inklusi, minimal ada tiga prinsip utama yang sering digunakan, yaitu: saling ketergantungan (interdepenedence), diferensiasi (differentiation), dan pengorganisasian (selforganization).

Kesatu, prinsip saling ketergantungan (interdependence), menurut hasil kajian para ilmuan adalah saling berhubungan dan tergantung. Segala yang ada baik manusia maupun makhluk hidup lainnya selalu saling berhubungan satu sama lainnya membentuk pola dan jaring sistem hubungan yang kokoh dan teratur.

Begitu pula dalam pendidikan dan pembelajaran, sekolah merupakan suatu sistem kehidupan, yang terkait dalam kehidupan di rumah, di tempat kerja, di masyarakat. Dalam kehidupan di sekolah siswa saling berhubungan dan bergantung kepada guru, kepala sekolah, tata usaha, orang tua siswa, dan nara sumber yang ada di sekitarnya. Dalam proses pembelajaran siswa berhubungan dengan bahan ajar, sumber belajar, media, sarana prasarana belajar, iklim sekolah, dan lingkungan.

Saling berhubungan ini bukan hanya sebatas pada memberikan hubungan, kemudahan, akan tetapi memberi makna tersendiri. Sebab makna ada jika ada hubungan yang berarti. Metode inklusi merupakan pembelajaran yang menekankan hubungan antara bahan pelajaran dengan bahan lainnya, antara teori dengan praktik, antara bahan yang bersifat konsep dengan penerapan dalam kehidupan nyata.

Kedua, prinsip diferensiasi (differentiation) yang menunjukkan pada sifat alam yang secara terus-menerus menimbulkan perbedaan, keseragaman dan keunikan. Alam tidak pernah mengulang dirinya, akan tetapi keberadaannya selalu berbeda. Prinsip ini menunjukkan kreativitas yang luar biasa dari alam semesta. Jika dari pandangan agama, kreativitas luar biasa tersebut bukan alam semestanya tetapi penciptanya. Diferensiasi bukan hanya menunjukkan perubahan tanpa batas, akan tetapi juga kesatuan-kesatuan yang berbeda tersebut berhubungan, saling tergantung dalam keterpaduan yang bersifat simbiosis atau saling menguntungkan. Apabila para pendidik memiliki keyakinan yang sama dengan para ilmuwan modern bahwa prinsip diferensiasi yang dinamis ini bukan hanya berlaku dan berpengaruh pada alam semesta, tetapi juga pada sistem pendidikan. Para pendidik juga dituntut untuk mendidik, mengajar, melatih, membimbing sejalan dengan prinsip diferensiasi dan harmoni alam semesta ini. Proses pendidikan dan pembelajaran hendaknya dilaksanakan dengan menekankan kreativitas, keunikan, variasi, dan kolaborasi. Konsep-konsep tersebut bisa dilaksanakan dalam metode inklusi. Metode inklusi berpusat pada siswa, menekankan aktivitas dan kreativitas siswa. Siswa berkolaborasi dengan terman-temannya untuk melakukan pengamatan, menghimpun dan mencatat fakta dan informasi, menemukan prinsip-prinsip dan pemecahanan masalah.

Ketiga prinsip pengorganisasian diri (selforganization), setiap individu atau kesatuan dalam alam semesta mempunyai potensi yang melekat, yaitu kesadaran sebagai kesatuan utuh yang berbeda dari yang lain. Setiap hal memiliki organisasi diri, keteraturan diri, kesadaran diri, pemeliharaan diri sendiri, suatu energi atau kekuatan hidup, yang memungkinkan mempertahankan dirinya secara khas, berbeda dengan yang lainnya.

Keempat prinsip organisasi diri, menuntut para pendidik dan pengajar di sekolah agar mendorong setiap siswanya untuk memahami dan merealisasikan semua potensi yang dimiliki dirinya seoptimal mungkin.Metode inklusi diarahkan untuk membantu siswa mencapai keunggulan akademik, penguasaan keterampilan standar, pengembangan sikap dan moral sesuai dengan harapan masyarakat.

Tabel 1

Perbedaan Inklusi dengan Konvensional

Konteks Pembelajaran

Metode

Inklusi

Metode

Konvensional

1

2

3

Hakikat belajar

Konten pembelajaran selalu dikaitkan dengan kehidupan nyata yang diperoleh sehari-hari pada lingkungannya.

Isi pelajaran terdiri dari konsep dan teori yang abstrak tanpa pertimbangan manfaat bagi siswa.

Model pembelajaran

Siswa belajar melalui kegiatan kelompok seperti kerja kelompok, berdiskusi, praktikum kelompok, saling bertukar pikiran, memberi dan menerima informasi.

Siswa melakukan kegiatan pembelajaran bersifat individual dan komunikasi satu arah, kegiatan dominan mencatat, menghafal, menerima instruksi guru.

Kegiatan pembelajaran

Siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran dan berusaha menggali dan menemukan sendiri materi pelajaran.

Siswa ditempatkan sebagai objek pembelajaran yang lebih berperan sebagai penerima informasi yang pas dan kaku.

Kebermaknaan belajar

Mengutamakan kemampuan yang didasarkan pada pengalaman yang diperoleh siswa dan kehidupan nyata.

Kemampuan yang didapat siswa berdasarkan pada latihan-latihan dan drill yang terus-menerus.

Tindakan dan perilaku siswa

Menumbuhkan kesadaran diri pada anak didik karena menyadari perilaku itu merugikan dan tidak memberikan manfaat bagi dirinya dan masyarakat.

Tindakan dan perilaku individu didasarkan oleh faktor luar dirinya, tidak melakukan sesuatu karena takut sangsi, kalau pun melakukan sekadar memperoleh nilai/ganjaran.

Tujuan hasil belajar

Pengetahuan yang dimiliki bersifat tentatif karena tujuan akhir belajar kepuasan diri.

Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pembelajaran bersifat final dan absolut karena bertujuan untuk nilai.

d) Langkah-langkah Pembelajaran Berdasarkan MetodeInklusi

Guru mengajak siswa untuk memecahkan masalah terkait dengan melakukan passing bawah yang baik dan benar. Guru mengajak memikirkan hal itu kepada siswa. Seluruh siswa berpikir secara serius dengan mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan guru. Dengan cara seperti ini siswa akan memperoleh pengalaman yang kurang dimiliki sebelumnya.

Ilustrasi di atas merupakan gambaran bagaimana siswa belajar cara mengatasi masalah yang dihadapinya. Selain itu dapat pula meningkatkan rasa kepedulian terhadap sesama dalam kehidupan sehari-hari. Bila kita menelusuri terhadap isu yang terjadi, sampai saat siswa menemukan pemecahan masalah yang terjadi, ada beberapa aspek yang dapat dipelajari seperti saat siswa mencari informasi atau teori yang berhubungan dengan masalah yang terjadi, proses saat siswa berpikir dan bekerja untuk mencoba mengetahui lebih lanjut masalah yang terjadi, saat siswa mengaplikasikan antara konsep dengan masalah serta ide untuk memecahkan masalah tersebut, serta sikap positif terhadap masalah yang dihadapi. Suatu ide yang baik apabila isu yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dijadikan topik dalam metode inklusi.

Menurut Saud (2008:173), tahapan metodemetode inklusi, meliputi empat tahapan, yaitu: invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi, dan pengambilan tindakan. Tahapan pembelajaran tersebut dapat dilihat pada diagram berikut.

Diagram 1

Tahapan Pembelajaran

Berdasarkan MetodeInklusi

INVITASI

EKSPLORASI

PENJELASAN DAN SOLUSI

PENGAMBILAN TINDAKAN

Tahap invitasi, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang dipelajari. Bila perlu guru memancing dengan memberikan pertanyaan yang problematik tentang fenomena kehidupan sehari-hari melalui kaitan konsep-konsep yang dibahas tadi dengan pendapat yang mereka miliki. Siswa diberi kesempatan untuk mengomunikasikan, mengikutsertakan pemahamannya tentang konsep tersebut.

Tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, penginterpretasian data dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang guru. Secara berkelompok siswa melakukan kegiatan dan berdiskusi tentang masalah yang dibahas. Secara keseluruhan, tahapan ini akan memenuhi rasa keingintahuan sista terhadap fenomena di lingkungan sekelilingnya.

Tahap penjelasan dan solusi, saat siswa memberikan penjelasan-penjelasan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan guru, maka siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model, membuat rangkuman dan atau ringkasan.

Tahapan pengambilan tindakan, siswa dapat membuat keputusan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran, baik secara individu maupun kelompok yang berhubungan dengan pemecahan masalah.

b. Passing Bawahdalam Permainan Olahraga BolaVoli

a) PengertianPassing

Passing danumpan/set-upseringkalisulitdipisahkan,danseringkali dianggapsama.Passing merupakancaramemainkanbolauntukdioperkanteman seregunya untuk dimainkan di lapangan sendiri, sedangkan umpan/set-up bertujuanmenyajikanbola kepada temanseregunya untukmelakukanserangan. Tidak menutup kemungkinan passing bawah pun dapat dijadikan sebagai umpan untuk melakukan serangan.

Passing dalampermainanbolavolipadadasarnyadapatdilakukandengan passing bawah danpassingatas.Perbedaandaripassing bawah danpassingatas terletak dari perkenaan bola yaitu, pada passingbawah menggunakan kedua lengan,sedangkanpassingatasmenggunakanjari-jarikedualengan.Berkaitan denganpassing,Yunus(1992:79)menyatakan,Passingadalahmengoperkan bola kepada temansendiridalamsaturegudengansuatutekniktertentu,sebagai langkahawaluntukmenyusunpola serangankepadaregulawan.Menurut Soedarwodkk,(2000:8)bahwa,Passingadalahusahaataupunupayaseorang pemainbolavolidengancaramenggunakantekniktertentuyang tujuannyaadalah untukmengoperkanbolayangdimainkannyaitukepadatemanseregunyauntuk dimainkan di lapangan sendiri.

Berdasarkandua pendapattersebutdapatdisimpulkanbahwa,passing merupakanupayaseorang pemainbolavoliuntuk memainkanboladenganteknik tertentubertujuanuntukmengoperkanbola kepada temanseregunyasebagai langkahawaluntukmelakukanserangan.Pelaksanaanpassing bolavolidapat dilakukandenganpassing bawah danpassingatas.Pelaksanaanpassing bawah danpassingatastersebutsangatbergantung padaketinggianbola.Untukpassing bawah ketinggian bola dari dada ke bawah, sedangkan passingatas dari ketinggian dadasampai ke atas.

b) Passing Bawah

Passing bawah merupakanteknikdasarmemainkanboladengan menggunakankedua tangan,yaituperkenaanbola padakedualenganbawah. Passing bawah merupakanteknikpassingyangsering digunakanuntuk menerima bolaservisatausmash.HalinisepertidikemukakanBarbara dan Bonnie(1996:19)bahwaUntukmenghadapibolaliaryangtakterkendalikan,seperti bola servis,atauspike,anda harusmenggunakanoperanlengandepan(passing bawah ),karenajaritanganyangterbukatidakakanmampumenahanbolayang dipukuldengansekuattenaga. SedangkanDurrwatcher (1990:52) berpendapat, Untukbola-bolaservisatausmash,teknikpassing bawah lebih aman, jika dibandingkan dengan teknik passingatas yang memerlukan sikap tangan dan jari khusus.

Berdasarkanduapendapattersebutbahwapassing bawah padadasarnya digunakanuntukmenerimabola-bolaliartakterkendalisepertiservis,smashatau bola memantuldari net.Ditinjaudaripermainanbola volipada umumnyapassing bawah biasanya menjadi teknik pertama yang digunakan tim yang menerima servis daritim lawan. Upayamelakukan passing bawah dengan baikdan benar harusmenguasaiteknikpassing bawah .Adapunprinsippokokpassing bawah menurut Sugiyanto,Soedarwo, dan Sunardi(1994:24)yaitu,Sentuhan bola denganpermukaankedualenganbawah(2/3bagianujung)yangbertautandi depanbadan. Sedangkan MamumdanSubroto(2001:56) berpendapat,Pada umumnya passingdaribawahbola menyentuhbagiandiatas pergelangan tangan, bisadilakukan dengan satuatau duatangan.

Berdasarkandua pendapattersebutdapatdisimpulkanbahwa,passing bawah merupakancara memainkanbola denganmenggunakankedua lenganyang saling bertautanataudengansatulengan.Perkenaanbolapadapssing bawahyaitu diataspergelangantangan. Kemampuanseorang pemainbolavolimelakukan passing bawah denganbaikdanbenarbanyakmanfaatyang diperolehnya dibandingkan denganpassingatas,terutamauntukmenerimabola-bolayang keras dantajamsepertiservisatausmash. Halinikarena,passing bawah merupakan teknikpassingyang sangatefektifuntukmenerimabola-bolakerassepertiservis atasdansmash.Untuk menerimabola-bolaservisatasdansmash,passing bawah lebihsederhana danlebihamandantidakmemerlukansikaptanganserta jari tangansecarakhusussepertipassingatas.Selainitujugapassing bawah jarang terjadi pukulanganda.

c) TeknikPassing Bawah

Menguasaiteknikpassing bawah denganbaikdanbenarmerupakankunci utamaagar dapatmelakukanpassing bawah denganbaikdanbenar. Teknik passing bawah merupakanrangkaiangerakanyangdikombinasikansecarabaik danharmonisdalamsaturangkaiangerakanyang utuh,luwesdanlancar.Barbara dan Bonnie (1996:20)berpendapat, Elemendasar bagipelaksanaan operanlengandepanyang baikadalah(1)gerakanmengambilbola,(2)mengatur posisibadan,(3)memukulbola,dan(4)mengarahkanbola ke sasaran.Menurut M. Yunus (1992:80)teknik passing bawah meliputi:

1) Sikap permulaan :

Ambil sikap siap normal dalam permainan bolavoliyaitu: kedualututditekukdenganbadansedikitdibongkokkankedepan, beratbadanmenumpupada telapakkakibagiandepanuntuk mendapatkansuatukeseimbanganlabil agar dapatlebihmudahdan lebihcepatbergerakkesegala arah.Keduatangansaling berpegangan yaitupunggung tangankanandiletakkandiatastalapaktangankiri, kemudian salingberpegangan.

2) Gerakan pelaksanaan:

Ayunkankedua lenganke arahbola,dengansumbugerakpada persendian bahu dan siku betul-betul dalam keadaan lurus.Perkenaan bola pada bagianprosimaldarilengan,diatasdaripergelangantangan danpadawaktulenganmembentuksudutsekitar 45derajatdengan badan, lengan diayunkandan diangkat hampirlurus.

3) Gerak lanjutan:

Setelahayunanlenganmengenaibola,kakibelakang melangkahke depan untuk mengambilposisisiap kembalidan ayunan lengan untuk passbawahkedepantidakmelebihisudut 90derajatdengan bahu/badan.

Gambar 2.1 Rangkaian Gerakan Passing bawah

(Yunus, 1992:84)

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, prinsip dari teknik passing bawah terdiridaritigabagianyaitusikappermulaan,gerakanpelaksanaan dangeraklanjut.Dariketigateknikpassing bawah tersebutsaling berkaitanantara satusama lainnyadanharusdikoordinasikan secara baikdanharmonistidak diputus-putuspelaksanaannya.Untukmendapatkanpassing bawah yangbaikdan benar,makateknik-teknikpassing bawah tersebutharusdikuasaidengan baikdan benar, untuk memperoleh kualitas passing bawah yangbaik dan sempurna.

d) Kesalahanyang Sering Terjadi pada Passing Bawah

Pada umumnya bagisiswa sekolah,seringkalidalammelakukanpassing bawah terjadikesalahan,sehinggakualitaspassingyang dihasilkantidaksesuai yangdiharapkan.Menurut Barbara danBonnie (1996: 21)kesalahan dalam melakukan passing bawah antaralain :

1. Lengan terlalu tinggi ketikamemukul bola.

2. Merendahkantubuhdenganmenekukpinggangbukanlutut,sehingga bolayangdioperkan terlalu rendah dan terlalu kencang.

3. Tidakmemindahkanberatbadankearahsasaran,sehinggabolatidak bergerak kemuka.

4. Lengan terpisahsebelum, pada saat atau sesaat sesudah menerima bola, sehinggaoperan salah.

5. Bolamendarat di lengan di daerah siku, atau menyentuh tubuh.

Kesalahan-kesalahantersebuthendaknya dicermatiolehguruataupelatih dansiswaagarkualitaspassinglebihbaik.Untukmemperolehpolagerakan passingbawah yang baik dan benar maka bila terjadi kesalahan segera dibetulkan.LebihlanjutBarbara dan Bonnie (1996:21) mengemukakan caramemperbaiki kesalahan padapassing bawah sebagai berikut :

1. Biarkan bolabergerak sampai sejajarpinggangsebelum memukulnya.

2. Tekuk lutut, jagapunggungtetap lurus padasaat beradadi bawah bola.

3. Pastikan beratbadanbertumpu pada kaki depan dan tubuh membungkuk kedepan.

4. Tetapsatukanlengandenganmenggenggamjariataumembungkus jemariyangsatu denganjemariyanglain dengan ibu jari sejajar.

5. Tahan lengan padaposisisejajarpahadan terimabolajauh dari dada.

Hal-halsepertidiatas harus diperhatikan olehguru atau pelatih. Pada umumnya siswa tidak mampu mengamati letak kesalahan yang dilakukan. Seorangguru harusmampumemcermatisetiapbentukgerakanyang dilakukan siswa, sehinggaakandiketahuiletak kesalahannya. Setiapkesalahanyang dilakukansiswa,gurusegeramungkinuntukmembentulkangerakanyangsalah tersebut. Kesalahanyang dibiarakanakanmembentukpolagerakyangsalah, sehinggakualitaskualitaspassing bawah yangdilakukanhasilnyatidaksesuai yangdiharapkan.

F. Metodologi Penelitian

a. Setting Penelitian

Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat dan waktu penelitian, serta siklus PTK.Lebih jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamisuntuk mata pelajaran Penjas.Sebagai subjeknya, yaitu kelas VI pada tahun pelajaran 2008/2009, yang terdiri atas 40 orang (19 orang siswa laki-laki dan 21 orang siswa perempuan).

Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di sekolah binaan.

2.Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada awal tahun ajaran baru 2008/2009, yaitu bulan Juli sampai dengan November 2008. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah. Hal ini karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar efektif di kelas.

3.Siklus PTK

PTK ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk melihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran teknik dasar passing bawah setelah menempuh langkah-langkah metode inklusi.

b. Persiapan PTK

Sebelum PTK dilaksanakan dibuat berbagai input instrumental yang akan digunakan untuk memberi perlakuan PTK, yaitu rencana pembelajaran yang akan dijadikan pedoman dalam pelaksanaan PTK.

Selain itu juga akan dibuat perangkat pembelajaran yang berupa: (1) Lembar Pengamatan; dan (2) Lembar Evaluasi.

c. Subjek Penelitian

Dalam PTK ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VISD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten CiamisTahun Pelajaran 2008/2009, yang berjumlah 35 orang siswa.

d. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah siswa, guru, teman sejawat dan kolabolator.

e. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah tes, observasi, wawancara, dan diskusi.

2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpul data penelitian ini meliputi lembar tes, lembar observasi, lembar wawancara, dan lembar diskusi.

f. Indikator Kinerja

Dalam PTK ini yang akan dilihat indikator kinerjanya selain siswa juga guru, karena guru merupakan fasilitator yang sangat berpengaruh terhadap kinerja siswa.

g. Analisis Data

Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.

1. Hasil belajar: dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.

2. Aktivitas siswa dalam PBM: dengan menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam PBM. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.

3. Implementasi dalam pembelajaran teknik dasar passing bawah berdasarkan langkah-langkah metode inklusidengan menganalisis tingkat keberhasilan, kemudian dikategorikan dalam klasifikasi berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil.

G. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Deskripsi hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan terhadap hasil penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran passing bawah melalui penggunaan metode inklusi diuraikan dalam tahapan-tahapan setiap siklus PTK.Adapun deskripsi mengenai hal itu, sebagai berikut.

a. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I

Siklus I terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi serta replanning, seperti berikut ini.

1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan (planning) tindakan siklus I, menempuh langkah-langkah sebagai berikut.

1) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa melalui penggunaan metode inklusi.

2) Membuat rencana pembelajaran passing bawah melalui penggunaan metode inklusi.

3) Membuat lembar kerja siswa.

4) Membuat instrumen yang digunakan dalam PTK siklus 1.

5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

2. Pelaksanaan (Acting)

Pada saat awal siklus 1, pelaksanaan tindakan belum sesuai dengan rencana.Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan berikut.

1) Sebagian kelompok belum terbiasa dengan kondisi belajar seperti itu.

2) Sebagian kelompok belum memahami langkah-langkah metode inklusi secara utuh dan menyeluruh.

Untuk mengatasi masalah di atas dilakukan upaya sebagai berikut.

1) Guru, secara intensif memberi pengertian kepada siswa mengenai kondisi pembelajaran berdasarkan langkah-langkah metode inklusi dalam kelompok.

2) Guru membantu kelompok yang belum memahami langkah-langkah pembelajaran berdasarkan media permainan kartu hitung.

Pada akhir siklus I dari hasil pengamatan guru dan kolaborasi dengan teman sejawat dapat disimpulkan sebagai berikut.

1) Siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar berdasarkan langkah-langkah metode inklusi dalam kelompok.

2) Siswa mampu menyimpulkan bahwa pembelajaran berdasarkan metode inklusi dalam kelompok.

3. Observasi dan Evaluasi (ObservingandEvaluation)

Hasil observasi dan evaluasi pada siklus 1 diperoleh gambaran sebagai berikut.

1) Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1

Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus I

Kelompok

Skor Perolehan

Skor Ideal

Persentase

Keterangan

Diponegoro

11

16

69

Hasanudin

12

16

75

Imam Bonjol

14

16

88

Tertinggi

Patimura

10

16

63

Cut Nyak Dien

8

16

50

Terendah

Teuku Umar

10

16

63

Kartini

11

16

69

Dewi Sartika

12

16

75

Rerata

11

16

69

2) Hasil observasi siklus 1 tentang aktivitas guru dalam PBM

Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I masih tergolong rendah dengan perolehan skor 27 atau 61,36%, sedangkan skor idealnya adalah 44. Hal ini terjadi karena lebih banyak berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada siswa bagaimana melakukan pembelajaran passing bawah melalui penggunaan metode inklusi dalam kelompok.

3) Hasil evaluasi siklus I, kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran

Selain aktivitas guru dalam PBM, penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pun masih tergolong kurang.Dari skor ideal 100, skor perolehan rata-rata hanya mencapai 62 atau 62%.

Grafik 1 Perolehan Skor Aktivitas Siswa

dalam PBM Siklus I

4. Refleksi dan Perencanaan Ulang (ReflectingandReplanning)

Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus 1, sebagai berikut.

1) Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran passing bawah melalui penggunaan metode inklusi dalam kelompok. Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam PBM hanya mencapai 61,36%.

2) Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar berdasarkan langkah-langkah metode inklusi dalam kelompok. Mereka merasa senang dan antusias dalam belajar. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam PBM hanya mencapai 69%.

3) Hasil evaluasi pada siklus I mencapai rata-rata 6,20.

4) Masih ada siswa dalam suatu kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas dalam waktu yang telah ditentukan. Hal ini karena anggota kelompok tersebut kurang serius dalam belajar.

5) Masih ada siswa dalam suatu kelompok yang kurang mampu dalam mempresentasikan hasil kegiatan kelompok.

Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I, maka pada pelaksanaan siklus II dapat dibuat perencanaan sebagai berikut.

1) Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.

2) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.

3) Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).

b. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus II

Seperti pada siklus I, siklus IIpun terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi dan replanning. Lebih jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan (planning) pada siklus II didasarkan pada replanning siklus I, yakni sebagai berikut.

1) Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.

2) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.

3) Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).

4) Membuat perangkat pembelajaran yang lebih mudah dipahami oleh siswa.

2. Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan tindakan siklus II didasarkan pada rencana sebagai konsekuensi hasil dari refleksi siklus I. Adapun langkah-langkah yang ditempuh, sebagai berikut.

1) Suasana pembelajaran passing bawah sudah mengarah pada proses belajar berdasarkan langkah-langkah metode inklusi dalam kelompok. Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan baik. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota.

2) Sebagian besar siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.

3) Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta.

3. Observasi dan Evaluasi (ObservingandEvaluation)

Hasil observasi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus II menunjukkan perubahan yang lebih baik daripada siklus I. Jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.

1) Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2

Aktivitas Siswa dalam Kelompok pada Siklus II

Kelompok

Skor Perolehan

Skor Ideal

Persentase

Keterangan

Diponegoro

12

16

75

Hasanudin

13

16

81

Imam Bonjol

14

16

88

Tertinggi

Patimura

11

16

69

Cut Nyak Dien

10

16

63

Terendah

Teuku Umar

11

16

69

Kartini

12

16

75

Dewi Sartika

13

16

75

Rerata

12

16

74

2) Hasil observasi aktivitas guru dalam PBM pada siklus 2 tergolong sedang. Hal ini berarti mengalami perbaikan dari siklus 1. Dari skor ideal 44, nilai yang diperoleh adalah 35 atau 80%.

Grafik 2 Perolehan Skor Aktivitas Siswa

dalam PBM Siklus II

3) Hasil evaluasi kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran pada siklus 2 juga tergolong sedang, yakni dari nilai skor ideal 100 nilai rerata skor perolehan adalah 70 atau 70%.

4) Hasil ulangan harian siklus 2 mengalami peningkatan yang sebelumnya 5,48 menjadi 6,53. Ini berarti naik 1,05.

4. Refleksi dan Perencanaan Ulang (ReflectingandReplanning)

Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus 2 ini, sebagai berikut.

1) Aktivitas siswa dalam pembelajaran passing bawah sudah mengarah pada langkah-langkah metode inklusi dalam kelompok. Selain itu, juga siswa sudah mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 69% pada siklus I menjadi 74% pada siklus II.

2) Meningkatnya aktivitas siswa dalamdalam pembelajaran passing bawah melalui penggunaan metode inklusi dalam kelompok didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran. Guru secara intensif membimbing siswa saat mengalami kesulitan dalam PBM. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 61,36% pada siklus I menjadi 80% pada siklus II.

3) Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan evaluasi berdampak pada meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 6,20 pada siklus I meningkat menjadi 7,00 pada siklus II.

4) Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian pada siklus II menjadi 6,53.

c. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus III

Sama halnya dengan siklus I dan siklus II, pada siklus IIIpun terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi.Lebih jelasnya mengenai hasil penelitian dan pembahasannya, sebagai berikut.

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan (planning) pada siklus III berdasarkan replanning siklus II, yaitu sebagai berikut.

1) Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.

2) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.

3) Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).

4) Membuat perangkat yang diperlukan agar pembelajaran passing bawah melalui penggunaan metode inklusi dalam kelompok pada siklus III makin mudah diikuti oleh siswa.

2. Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan tindakan siklus III didasarkan pada rencana sebagai konsekuensi hasil dari refleksi siklus II. Adapun kondisi yang berlangsung pada tahap ini, sebagai berikut.

1) Suasana pembelajaran passing bawah sudah lebih mengarah pada langkah-langkah yang diharapkan dalam metode inklusi dalam kelompok. Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan lebih baik lagi. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok. Siswa kelihatan lebih antusias mengikuti PBM.

2) Hampir semua siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.

3) Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah lebih tercipta.

3. Observasi dan Evaluasi (Observing and Evaluation)

Hasil observasi selama siklus III dapat dilihat seperti pada uraian berikut.

1) Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran passing bawah melalui penggunaan metode inklusi dalam kelompok pada siklus III tertuang pada tabel berikut.

Tabel 3

Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus III

Kelompok

Skor Perolehan

Skor Ideal

Persentase

Keterangan

Diponegoro

14

16

88

Hasanudin

14

16

88

Imam Bonjol

15

16

94

Tertinggi

Patimura

13

16

81

Cut Nyak Dien

12

16

75

Terendah

Teuku Umar

13

16

81

Kartini

14

16

88

Dewi Sartika

14

16

88

Rerata

12

16

85

Grafik 3 Perolehan Skor Aktivitas Siswa

dalam PBM Siklus III

2) Hasil observasi siklus III pada aktivitas guru dalam PBM mendapat rerata nilai perolehan 40 dari skor ideal 44 atau 91%. Hal ini berarti menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan.

3) Hasil evaluasi siklus III penguasaan siswa terhadap materi ajar dalam pembelajaran passing bawah memiliki nilai rerata 85 atau 85% dari skor ideal 100. Hal ini menunjukkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran tergolong tinggi.

4) Hasil ulangan harian ketiga mengalami peningkatan yang cukup berarti, yakni 7,60, sedangkan sebelumnya 5,48 pada siklus I dan pada siklus II 6,53.

4. Refleksi (Reflecting)

Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus III, sebagai berikut.

1) Aktivitas siswa pembelajaran passing bawah sudah mengarah pada langkah-langkah penggunaan metode inklusi dalam kelompok.Selain itu, siswa pun sudah mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 74% pada siklus II menjadi 85% pada siklus III.

2) Meningkatnya aktivitas siswa dalam pembelajaran passing didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah pada langkah-langkah penggunaan metode inklusi dalam kelompok. Guru secara intensif membimbing siswa, terutama saat siswa mengalami kesulitan dalam PBM dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 80% pada siklus II menjadi 91% pada siklus III.

3) Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan evaluasi berkontribusi terhadap meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Hal ini didasarkan pada hasil evaluasi 7,00 pada siklus II meningkat menjadi 8,50 pada siklus III.

4) Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian dari 5,48 (ulangan harian siklus I) menjadi 6,53 (ulangan harian siklus II) dan 7,33 (ulangan harian siklus III).

H. Simpulan dan Saran

a. Simpulan

Setelah membahas hasil penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran passing bawah melalui penggunaan metode inklusi dalam kelompok, akhirnya dapat diambil simpulan guna menjawab pokok masalah yang menjadi fokus kajian penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

1.

48

Langkah-langkah penggunaan metode inklusi untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran passing menempuh kegiatan: (1) menyusun perencanaan pembelajaran passing bawah berdasarkan langkah-langkah metode inklusi dalam kelompok; (2) melaksanakan pembelajaran passing bawah berdasarkan langkah-langkah metode inklusi dalam kelompok, sesuai dengan rencana; (3) mengevaluasi aktivitas dan hasil belajar siswa; dan (4) menindaklanjuti hasil refleksi terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa berdasarkan observasi dan evaluasi. Proses yang ditempuh dalam setiap tahapan ini, baik yang dilakukan guru maupun siswa tidak lepas dari ketentuan yang berlaku, demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Aktivitas belajar siswa bukan saja secara bertahap sesuai dengan norma pembelajaran ini, tetapi juga hasil yang didapat pun secara bertahap meningkat pula. Siswa menjadi aktif dan memahami perannya secara baik. Antarsiswa bukan saja tampak merasa senang dan antusias saat berbagi ide dan bertanya jawab, tetapi juga santun dalam melakukan hal itu.

2. Penggunaan metode inklusi dalam kelompok, terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran passing bawah. Selain aktivitas belajar siswa terkesan lebih bermakna (meaningfullearning), potensi aktifnya pun dalam menggali ide, saling berbagi dan menerima gagasan sehubungan dengan materi ajar, bertanya jawab dengan teman dan guru, kreatif dalam prakarsa dan tindakan dengan tidak melukai perasaan satu sama lain, hal ini terjadi pada saat proses pembelajaran ini berlangsung. Dengan sendirinya, hasil belajar masing-masing siswa setelah menempuh proses aktivitas belajar seperti itu, meningkat. Hal ini terbukti dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas yang pada siklus I hanya rata-rata 69% menjadi 74% pada siklus II, dan 85% pada siklus III. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata-rata hasil ulangan harian, yakni siklus I mencapai 5,48 menjadi 6,53 pada siklus II dan 7,33 pada siklus III.

b. Saran

Telah terbuktinya metode inklusi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran passing bawah, maka diajukan saran-saran sebagai berikut.

1. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru diharapkan menjadikan media ini sebagai suatu alternatif guna mencapai tujuan pembelajaran passing bawah, yaitu siswa aktif dalam belajar dan berhasil mencapai hasil belajar yang diinginkan. Setiap tahapan yang sudah ditempuh, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi dan tindak lanjut, akan menjadi lebih baik apabila direnungkan secara bijak agar diperoleh proses setiap tahapan yang akurat.

2. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan, baik dalam mengelola pembelajaran yang sama, maupun yang lain di dalam atau di luar mata pelajaran ini.

I. Daftar Pustaka

Asher. 2011. Manajemen Pengelolaan Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa. Ciamis: Perpustakaan Pribadi.

Arikunto, Suharsimi, (1996). Prosedur Penelitian :Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Amung, Toto, (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis Dalam Permainan Bola Voli. Direktorat Jenderal Olahraga, Depdiknas.

Depdiknas. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Dikmenum. Depdiknas.

Hidayat, Yusup, (2008).Psikologi Olahraga. Bandung:FPOK UPI.

Makmun, Abinsamsudin (2005).Psikologi Pendidikan. Bandung UPI.

Saputra, Yudha. dkk. (2007). Filsafat Penjas, Kesehatan, dan Rekreasi.Bandung : FPOK UPI.

Subroto, Toto. dkk. (2008). Teori Bermain. Bandung. FPOK UPI.

Subroto, Toto. (2001). Pembelajaran Keterampilan dan Konsep Olahraga di Sekolah Dasar : Sebuah Pendekatan Permainan Taktis. Depdiknas.Jakarta.

Sugiono. (2004). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Beltasar. (2009). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga. Bandung. FPOK UPI.

Diposkan oleh Cicih, S.Pd. Kang Aher di 04.46