contoh ptk - aktivitas dan hasil belajar

26
Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Menulis Melalui Penggunaan Strategi Pembelajaran Heuristik Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri 4 Karangbenda Kecamatan Parigi Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2008/2009 Contoh PTK Source : http://yuyumh.blogspot.com/2013/10/peningkatan-aktivitas- dan-hasil-belajar.html A. Judul PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENULIS MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN HEURISTIK PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 KARANGBENDA KECAMATAN PARIGI KABUPATEN CIAMIS TAHUN PELAJARAN 2008/2009 B. Nama Penulis YUYUM HARYANI, S.Pd C. Abstrak dan Kata Kunci Kata Kunci: Menulis, Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa, dan Strategi Pembelajaran Heuristik Abstrak Penelitian ini bermula dari adanya kesenjangan yang terjadi dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis pengalaman pribadi yang telah dilakukan guru dan siswa kelas IV SD Negeri 4 Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis. Kesenjangan dimaksud, yakni aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas ini, masih jauh dari yang diharapkan.Hal ini disebabkan oleh penggunaan strategi yang kurang tepat.Untuk mengatasi masalah tersebut, digunakan strategi pembelajaran heuristik. Adapun pokok masalah yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu: (1) bagaimana langkah-langkah menggunakan strategi pembelajaran heuristik untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis pengalaman pribadi?, dan (2) apakah penggunaan strategi pembelajaran heuristik dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis pengalaman pribadi? Prosedur yang akan ditempuh untuk membuktikan tepat tidaknya solusi tersebut, adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tersebut, dilaksanakan dalam dua siklus.Setiap siklusnya menempuh tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Setelah melakukan

Upload: tugi-yono

Post on 26-Sep-2015

17 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Contoh PTK

TRANSCRIPT

Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Menulis Melalui Penggunaan Strategi Pembelajaran Heuristik Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri 4 Karangbenda Kecamatan Parigi Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2008/2009

Contoh PTK

Source : http://yuyumh.blogspot.com/2013/10/peningkatan-aktivitas-dan-hasil-belajar.html

A. JudulPENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENULIS MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN HEURISTIK PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 KARANGBENDA KECAMATAN PARIGI KABUPATEN CIAMIS TAHUN PELAJARAN 2008/2009

B. Nama Penulis YUYUM HARYANI, S.Pd

C. Abstrak dan Kata KunciKata Kunci: Menulis, Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa, dan Strategi Pembelajaran Heuristik

Abstrak Penelitian ini bermula dari adanya kesenjangan yang terjadi dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis pengalaman pribadi yang telah dilakukan guru dan siswa kelas IV SD Negeri 4 Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis. Kesenjangan dimaksud, yakni aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas ini, masih jauh dari yang diharapkan.Hal ini disebabkan oleh penggunaan strategi yang kurang tepat.Untuk mengatasi masalah tersebut, digunakan strategi pembelajaran heuristik. Adapun pokok masalah yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu: (1) bagaimana langkah-langkah menggunakan strategi pembelajaran heuristik untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis pengalaman pribadi?, dan (2) apakah penggunaan strategi pembelajaran heuristik dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis pengalaman pribadi? Prosedur yang akan ditempuh untuk membuktikan tepat tidaknya solusi tersebut, adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tersebut, dilaksanakan dalam dua siklus.Setiap siklusnya menempuh tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Setelah melakukan penelitian ini dapat diambil simpulan bahwa penggunaan strategi pembelajaran heuristik dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis pengalaman pribadi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis, Tahun Pelajaran 2008/2009. Adanya peningkatan tersebut, tidak lepas dari upaya sekemampuan guru, baik dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi kemampuan siswa dalam pembelajaran, dan menindaklanjuti hasilnya agar diperoleh peningkatan yang lebih baik.

D. Pendahuluana. Latar Belakang MasalahUpaya meningkatkan kemampuan siswa dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia, khusus pada keterampilan menulis, sangatlah penting. Ada beberapa alasan yang menjadi dasar pertimbangan seruan ini, tentunya ditujukan kepada guru, antara lain: (1) setiap siswa memiliki potensi tersendiri untuk melakukan berbagai kegiatan kreatif secara aktif dan inovatif dalam memenuhi tuntutan pembelajaran menulis; (2) potensi yang berbeda antarsiswa, menuntut adanya upaya strategis, agar berlangsung proses belajar yang menyenangkan, yang diharapkan hal ini akan berdampak pada berkembangkannya kemampuan mereka dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran menulis; (3) setiap tuntutan dalam pembelajaran menulis menghendaki kemampuan tertentu, yang satu sama lain memiliki tingkat kesulitan berbeda, dan ini tentunya memerlukan upaya profesional, agar setiap siswa bisa terlepas dari kesulitannya; dan (4) hasil pembelajaran menulis menunjukkan sebagian besar siswa kurang mampu mencapai tujuan yang diinginkan.Kondisi tersebut, terbukti dalam pembelajaran menulis berdasarkan pengalaman yang paling menarik yang telah diselenggarakan guru dan siswa kelas IV SD Negeri 4 Karangbenda, mayoritas siswa diketahui kurang mampu memenuhi tuntutan pembelajaran ini, seperti: (1) mampu menuliskan pokok-pokok pengalaman pribadi yang terjadi pada suatu hari; dan (2) mampu menulis pengalaman pribadi dengan memperhatikan cara pengungkapan dan bahasa yang ekspresif.

Pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis. Siswa pada jenjang pendidikan ini, sedikit banyaknya sudah memiliki kemampuan dasar yang diperolehnya melalui proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, tepatnya di BAB V mengenai Standar Kompetensi Lulusan, Pasal 25 Ayat (3) dijelaskan bahwa Kompetensi lulusan untuk mata pelajaran bahasa (termasuk Bahasa Indonesia) menekankan pada kemampuan membaca dan menulis yang sesuai dengan jenjang pendidikan. Penjelasan ini ditujukan kepada setiap guru yang mengampu Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP, agar mengelola pembelajaran dengan menitikberatkan pada membaca dan menulis, tentunya dengan tata cara penyajian yang bermakna bagi siswa.

Upaya menuju ke arah itu, telah dan sedang diupayakan, termasuk oleh guru kelas IV SD Negeri 4 Karangbenda.Tidak sedikit dari upayanya itu, berhasil mencapai tujuan yang diharapkan.Namun, upaya yang kurang berhasil pun demikian banyak, seperti saat mengantarkan siswa kelas ini ke tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi. Tujuan dimaksud, tertulis berikut, siswa (1) mampu menuliskan pokok-pokok pengalaman pribadi yang terjadi pada suatu hari; dan (2) mampu menulis pengalaman pribadi dengan memperhatikan cara pengungkapan dan bahasa yang ekspresif (BSNP, 2006: 30).

Kondisi tersebut, dapat diketahui dari hasil unjuk kerja siswa kelas ini. Dari 28 orang siswa di kelas ini, yang dinyatakan cukup mampu ada 6 orang siswa (17,64%). Sementara itu, selebihnya dari mereka, yakni 28 orang siswa (82,36%), dinyatakan kurang mampu. Apa yang menjadi faktor penyebabnya, diduga kuat karena faktor strategi yang digunakan dalam pembelajaran, kurang tepat. Menurut Asher (2010: 18), Dampak dari penggunaan strategi yang kurang tepat, bukan hanya proses belajar siswa saja yang akan menjadi kurang bermakna tetapi juga hasil belajarnya pun kurang mencapai harapan. Sehubungan dengan arti dan pentingnya suatu strategi dalam pembelajaran, dijelaskan Iskandarwassid dan Sunendar (2010: 40), seperti dikutip berikut.

Strategi adalah sebuah prosedur untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Di dalam pengajaran bahasa, strategi digunakan untuk menyatakan kerangka yang menyeluruh tentang proses pembelajaran. Proses itu tersusun dalam rangkaian kegiatan yang sistematis, tumbuh dari strategi yang digunakan sebagai landasan. Adapun sifat sebuah strategi adalah prosedural.

Dari penjelasan ahli di atas, diperoleh gambaran bahwa suatu strategi yang digunakan akan dalam pembelajaran akan berdampak sistemik, baik pada cara kerja guru maupun siswa, dan bahkan pada hasil yang diinginkan sekali pun. Jika strategi yang digunakan itu tepat, paling tidak proses dan hasil yang diinginkan akan tercapai, meski tidak dalam waktu yang sudah ditentukan, karena proses tidak berlangsung dalam satu kali melainkan secara berulang, hingga hasil yang dicapai dinyatakan optimal. Demikian pun dalam proses pembelajaran menulis pengalaman pribadi, kerangka pemikiran ini pun berlaku pula. Tidak ada satu pun strategi yang sempurna, kecuali strategi yang memiliki keunggulan dan kelemahan tertentu pasti adanya. Istilah strategi yang tepat, seperti dalam pernyataan di atas merujuk pada konteks telah menyebabkan proses dan hasil mendekati harapan yang diinginkan. Apabila ternyata hal itu tidak terjadi dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang telah diselenggarakan guru mata pelajaran Bahasa Indoensia dan siswa kelas IV SD Negeri 4 Karangbenda, Kabupaten Ciamis, hal ini berarti karena strategi yang digunakan kurang konteks dengan tuntutan. Itu sebabnya, perlu dilakukan rekayasa ulang dengan menggunakan strategi yang dipandak konteks dengan tuntutan.Salah satu dari strategi yang ada dan dipandang lebih mengenai sasaran adalah strategi pembelajaran heuristik. Cara kerja strategi ini akan memperbaiki kinerja guru dan siswa dari yang sebelumnya kurang aktif menjadi aktif karena masing-masing memiliki peran strategis dalam upaya mencapai tujuan yang diinginkan. Atas dasar itu pula yang telah mendorong kepada penulis untuk mengadakan penelitian tindakan kelas yang berfokus pada peningkatan kemampuan siswa dalam menulis pengalaman pribadi dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik.

b. Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, dan Pemecahan Masalaha) Identifikasi MasalahBerdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, terdapat permasalahan yang menunjukkan adanya perbedaan antara harapan dan kenyataan dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang telah diselenggarakan oleh guru dan siswa kelas IV SD Negeri 4 Karangbenda.Permasalahan dimaksud sebagai berikut.

1. Langkah-langkah belajar siswa ketika sedang mempelajari materi ajaran menulis pengalaman pribadi, kurang tepat, sebagai dampak dari salah satu komponen penting dalam pembelajaran kurang menunjang, yaitu penggunaan strategi yang tepat.

2. Kemampuan sebagian besar siswa di kelas ini, kurang mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran bahasa Indonesia.

b) Perumusan MasalahBertolak dari identifikasi masalah di atas, pokok masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana langkah-langkah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik?

2. Apakah penggunaan strategi pembelajaran heuristik dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi?

c) Pemecahan MasalahPada uraian latar belakang masalah di atas, telah disebutkan bahwa untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh guru dan siswa kelas IV SD Negeri 4Karangbenda guna mencapai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi adalah strategi pembelajaran heuristik.

c. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan melalui penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

1. Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4Karangbenda dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis pengalaman pribadi melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik.

2. Untuk mendapatkan strategi yang tepat guna meningkatkan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4Karangbenda dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis pengalaman pribadi.

3. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang tengah berlangsung di kelas IV SD Negeri 4 Karangbenda, khusus dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran penentu keberhasilan siswa, baik dalam kenaikan kelas maupun kelulusan.

E. Kajian Teoria. Menulis Pengalaman Pribadia) Konsep Menulis PengalamanMemulai menulis bagi penulis pemula sebaiknya dimulai dengan pengalaman sendiri atau setidaknya menulis hal-hal ying diketahui. Menulis pengalaman maksudnya menulis apa yang dialami, dirasakan, dikerjakan dalam berbagai kegiatan atau aktivitas di mana saja kita berada (Hasnun, 2006: 191).

Apa sajakah yang dapat ditulis dalam pengalaman? Banyak.Pengalaman di rumah, pengalaman bergaul dengan teman yang keras kepala, pengalaman menunggu bus di terminal, pengalaman di atas pesawat, dan sebagainya. Lalu, pengalaman yang bagaimana yang akan ditulis?

Yang namanya pengalaman pastilah bervariasi.Pengalaman si Ahmad, tentu berbeda dengan pengalaman si Badu.Apa yang si Badu rasakan tentu berbeda pula dengan apa yang Ahmad rasakan. Semua kejadian ini sifatnya khas dan tidak sama untuk setiap orang.

Oleh karena itu, penting ditekankan di sini bahwa pengalaman yang dimaksud bukan saja pengalaman yang menyenangkan dan membahagiakan, melainkan juga pengalaman yang menyedihkan dan mengharukan.Semua itu tetap bagus untuk ditulis.

Jadi, menulis pengalaman tidaklah sebatas pada menulis pengalaman-pengalaman yang menyenangkan atau membahagiakan saja.Oleh sebab itu, memaparkan pengalaman dalam bentuk tulisan harus disertai dengan kejujuran. Pengalaman yang ditulis itu bukan saja kelak dapat bermanfaat untuk diri penulis, tetapi pembaca yang lain akan memetik manfaatnya. Bukankah pengalaman adalah guru yang baik?

Pengalaman yang menarik dan mengesankan dapat dijadikan tulisan yang berbentuk puisi, cerpen, artikel, ataupun novel. Masing-masing tulisan ini memiliki gaya dan pola penuturan yang berbeda.

Cara pengalaman pribadi ditulis dalam cerpen atau novel melalui tokoh cerita.Atau bisa melalui tokoh aku.Apabila pengalaman diungkapkan melalui puisi melalui pemilihan dan penempatan kata-kata.Tentunya kata yang dipergunakan dalam cerpen berbeda dengan kata yang dipergunakan dalam puisi.

Menulis pengalaman dalam bentuk puisi atau cerpen kadang terasa lebih sukar bila dibandingkan dengan pengalaman biasa yang uraiannya bersifat deskriptif. Artinya, menggambarkan apa yang dialami. Namun yang perlu diperhatikan bahasa yang dipergunakan dengan pengolahan atau menggambarkan situasi perlu kejelian dan kecermatan sehingga menarik untuk dibaca.

Misalnya pengalaman bergaul dengan seorang seniman besar yang sudah berskala nasional.Selama beberapa hari kita berkesempatan mengikuti hidup kesehariannya.Maka untuk menggambarkan bagaimana pengalaman itu, kita harus menyampaikan segala hal yang kita lihat.Mulai dari caranya dia berbicara, mengeluarkan pendapat, dan hal-hal lain yang kita jumpai.

Pengalaman berada di sebuah desa terpencil, pengalaman menjadi ketua atau pengurus OSIS di sekolah, pengalaman selama berada di tempat wisata, atau pengalaman berkunjung di kebun binatang, itu pun merupakan tambang emas inspirasi yang tak akan habis digali.

b) Langkah-langkah Menulis PengalamanLangkah-langkah menulis pengalaman tidaklah jauh berbeda dengan langkah-langkah penulisan karangan.Sehubungan dengan itu, Hasnun (2006: 193) mengemukakan beberapa langkah yang harus ditempuh dalam menulis pengalaman, yang intinya dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Memilah dan menentukan pengalaman yang menarik. Apakah yang dialami dalam perjalanan, ketika berada di kebun binatang, atau di tempat lain yang dikunjungi.

2. Menyusun urutan peristiwa dalam bentuk kerangka. Misalnya, pengalaman selama perjalanan dari Cilacap ke Bandung. Kerangkanya adalah:

1) mulai berangkat dari Cilacap;

2) persiapan-persiapan yang dibawa seperlunya;

3) di dalam bus;

4) hal-hal yang aneh selama di dalam bus;

5) panorama alam dalam perjalanan;

6) di sebuah warung makan;

7) memasuki kota Bandung.

b. Strategi Pembelajaran Heuristika) Pengertian Strategi Pembelajaran HeuristikPeran guru dalam suatu pembelajaran, yaitu membelajarkan siswa supaya terarah pada proses pencapaian tujuan yang diharapkan. Tujuan dimaksud, yakni siswa: (1) mampu menuliskan pokok-pokok pesan yang akan ditulis; dan (2) mampu menulis pesan singkat sesuai dengan konteks.

Membelajarkan siswa supaya terarah pada proses pencapaian tujuan di atas, didasarkan pada langkah-langkah strategi pembelajaran heuristik. Mengenai tujuan penggunaan strategi ini dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 30) sebagai berikut Strategi pembelajaran heuristik merupakan strategi untuk menyiasati agar aspek-aspek komponen pembentuk sistem instruksional mengarah pada pengaktifan peserta didik untuk mencarai dan menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang mereka butuhkan.Adapun tugas guru dalam rangka itu, seperti dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 30), yang dikutip berikut.

Dalam strategi heuristik, pengajar mengarahkan peserta didik pada data-data terpilih, selanjutnya peserta didik merumuskan kesimpulan berdasarkan data-data tersebut. Bila kesimpulan tepat, tercapailah tujuan strategi ini dan proses berakhir. Sebaliknya, bila kesimpulan salah, pengajar bisa memberikan data baru sampai peserta didik memperoleh kesimpulan yang tepat.Dalam strategi ini, pengajar hanya mengarahkan dan menuntun sampai peserta didik bisa menemukan sendiri.

Sejalan dengan pendapat ahli di atas dikemukakan Sagala (2009: 71) bahwa Melalui strategi pembelajaran heuristik bahan atau materi pelajaran diolah oleh siswa.Siswa yang aktif mencari dan mengolah bahan pelajaran. Guru sebagai fasilitator memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan.Lebih lanjut dikemukakan Sagala (2009: 72), seperti dikutip berikut.Strategi pembelajaran heuristik dapat digunakan untuk mengajarkan berbagai materi pelajaran termasuk pemecahan masalah. Dengan strategi pembelajaran heuristik diharapkan siswa bukan hanya paham dan mampu melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, akan tetapi juga akan terbentuk sikap-sikap positif, seperti: kritis, kreatif, inovatif, mandiri, terbuka. Strategi Heuristik terbagai atas diskoveri dan inkuiri.Agar peran strategis di atas dapat dipenuhi dengan baik, guru perlu lebih dulu menyusun suatu perencanaan untuk dijadikan pedoman pada saat melaksanakan tugasnya itu.

b) Dasar Pertimbangan Penggunaan Strategi Pembelajaran Heuristik dalam Pembelajaran Menulis Pesan Singkat Pembelajaran menulis pesan singkat dengan menggunakan strategi heuristik merupakan satu bagian penting dalam proses berpikir, maka penekanan pada teknik pengajaran yang membolehkan pelajar menguasai konsep dalam suatu tulisan adalah wajar dilakukan oleh para guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Justru, penggunaan strategi pembelajaran heuristik dalam maempelajari materi ajar menulis pesan singkat adalah suatu siasat yang baik dan sesuai. Hal ini kerana penggunaan strategi tersebut akan membantu pelajar lebih fokus, boleh membuat intepretasi dan lebih mudah memahami topik yang dipelajari. Pendapat ini selaras dengan pandangan Rahim (2000) yang mengemukakan sebagai berikut.Penggunaan peta konsep yang dilihat dapat memudahkan pemikiran pelajar, membantu mengukuhkan daya ingatan, dan pelajar dapat mengingat fakta-fakta penting yang kemudian diuraikan dengan baik. Oleh karena itu, penggunaan strategi pembelajaran heuristik sebagai suatu cara untuk menyiasai siswa agar lebih kreatif, inspiratif, dan produktif dalam menghasilkan sesuatu yang diinginkan. Ada beberapa teori yang mendukung penggunaan strategi pembelajaran heuristik sebagai strategi pembelajaran bermakna, yakni teori pembelajaran bermakna Ausubel.Dalam teori ini, ide dibangun bersama. Ide yang dipelajari melalui cara yang lebih bermakna dapat diasimilasikan ke dalam struktur kognitif yang sudah ada pada siswa. Struktur kognitif ini merupakan pengetahuan terdiri atas fakta, konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari oleh siswa. Ausubel menekankan bahwa ide yang dipelajari secara bermakna dapat diingat lebih lama dibanding dengan apa yang dipelajari secara hafalan. Selain itu strategi pembelajaran heuristik pun sebagai suatu proses belajar bermakna sangat erat kaitannya dengan strategi pembelajaran heuristik. Strategi pembelajaran heuristik merupakan pengembangan dari proses belajar kogninif. Menurut Saud (2008:168) Heuristik adalah proses membangun atau menyusun penegtahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Piaget (dalam Sanjaya, 2005:78) menganggap bahwa Pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek semata, akan tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya. Heuristik memandang bahwa pengetahuan itu berasal dari luar akan tetapi dikonstruksi dari dalam diri sesorang. Karena itu pengetahuan terbentuk oleh objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut. Lebih jauh Piaget (dalam Saud, 2008:169) mengatakan hakikat pengetahuan sebagai berikut. 1. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia nyata, akan tetapi merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.2. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan.3. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang, struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang. Strategi heuristik merupakan salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses memperoleh pengetahuan diawali dengan terjadinya konflik kognitif, yang hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri. Menurut Bell (dalam Saud, 2008:169), Pada akhir proses belajar, pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak didik melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Sehubungan dengan konflik kognitif, Saud (2008:169) mengemukakan sebagai berikut.Konflik kognitif tersebut terjadi saat interaksi antara konsepsi awal yang telah dimiliki siswa dengan fenomena baru yang dapat diintegrasikan begitu saja, sehingga diperlukan perubahan/modifikasi struktur kognitif untuk mencapai keseimbangan. Peristiwa ini akan terjadi secara berkelanjutan selama siswa menerima pengetahuan baru. Selain itu diperoleh suatu penjelasan bahwa strategi dari heuristik adalah meaningfullearning. Menurut Ausubel (dalam Mulyasa, 2003:237), Hanya meaningfullearning -lah yang sesungguhnya pembelajaran. Lebih lanjut Ausubel (dalam Mulyasa, 2003:237) mengemukakan bahwa,

Pembentukan pengetahuan melibatkan interpretasi kita atas peristiwa tersebut.Sebelum peristiwa tersebut menjadi pengetahuan kita, dia harus melewati lapisan yang disebut interpretasi.Inilah yang disebut meaningfullearning. Interpretasi ini adalah suatu proses berpikir yang singkat dan cepat yang terjadi dalam otak kita.

Interpretasi berada di antara peristiwa yang dilihat dari pemahaman kita tentang peristiwa itu. Interpretasi ini dipengaruhi oleh pengalaman pada masa lampau, oleh teori, nilai, dan kepercayaan yang yang dimiliki sebelumnya. Karena itu, seorang ahli ilmu sosial tidak pernah bisa mengatakan bahwa seseorang punya pengetahuan yang exact tentang sesuatu realitas. Pengetahuan merupakan bukan satu foto dari suatu peristiwa sosial, tapi seperti sebuah lukisan impresionistik dari seorang seniman tentang peristiwa tersebut. Pengetahuan bukan merupakan suatu duplikat yang persis sebagaimana bentuk peristiwa itu sebenarnya, tapi hasil satu interpretasi terhadap peristiwa itu.Pernyataan, bahwa pengetahuan dikonstruksi (dibangun dalam pikiran) dari hasil interpretasi atas suatu peristiwa, membawa sebagian orang pada kesimpulan bahwa semua pengetahuan adalah bersifat subjektif. Pengetahuan sangat dipengaruhi oleh pola pikir orang tersebut. Sementara itu, sebagian orang lain namun, yang pasti semua pengetahuan dapat bersifat salah, yaitu kesalahan yang terjadi karena salah persepsi dan salah interpretasi atas suatu peristiwa.Menurut Mulyasa (2003:238) Semua pengetahuan dapat salah (tidak selalu benar), karena hakekat pengetahuan adalah kurang exactitude dan kurang comprehensiveness. Prinsip ini disebut epistemologicalfallibism. Inilah dasar filsafat dari strategi pembelajaran heuristik. Pada puncaknya, siapa pun tidak pernah yakin berapa diikat jarak antara pengetahuan yang dibangun tentang suatu peristiwa sosial dengan realitas yang sesungguhnya dari peristiwa sosial tersebut. Pengetahuan adalah hasil dari meaningfulinterpretation (interpretasi penuh makna) terhadap pengalaman seseorang dengan suatu peristiwa sosial.Jika penemuan awal dari suatu pengetahuan adalah melalui meaningfulinterpretation, maka pembelajaran terhadap pengetahuan tersebut pada tingkat selanjutnya seharusnya melibatkan meaningfulinterpretation. Jadi, tidak ada yang belajar melalui transmisi. Pada dasarnya tidak ada perbedaan antara penemuan awal sebuah pengetahuan ilmiah tersebut oleh seorang murid dalam kelas. Persoalan ini memerlukan tindakan interpretasi.Dengan demikian tidak ada orang yang belajar seperti mengopi satu file komputer dari floppydisk ke harddisk. Orang selalu belajar dengan cara membuat apa yang dialaminya masuk akal (makesenses). Seseorang baru dikatakan telah belajar tentang sesuatu ketika sesuatu itu adalah masuk akal baginya. Pembelajaran adalah proses aktif mengonstruksi (membangun sesuatu dalam pikiran), atau merangkum saru kerangka konsep. Dengan strategi konstruksi dan pembelajaran meaningful maka peristiwa-peristiwa yang dialami manusia menjadi masuk akal (makesenses) bagi diri mereka.Strategi pembelajaran heuristik memperlihatkan bahwa pembelajaran merupakan proses aktif dalam membuat sebuah pengalaman menjadi masuk akal, dan proses ini sangat dipengaruhi oleh apa yang sudah diketahui orang sebelumnya. Karena itu, dalam setiap kegiatan pembelajaran guru harus memperoleh, atau sampai pada, persamaan pemahaman dengan peserta didik. Dalam strategi pembelajaran heuristik, pembelajaran melibatkan negosiasi (pertukaran pikiran) dan interpretasi. Wacana penyesuaian pikiran ini dapat dilakukan antara murid dengan guru, antara sesama murid. Karena itu strategi pembelajaran kooperatif (kerjasama) adalah sangat ideal. Dalam strategi heuristik harus tercipta hubungan kerjasama antara guru dengan murid, dan antara sesama murid.Strategi pokok dari strategi pembelajaran heuristik adalah strategi pembelajaran heuristik yang mengajak peserta didik berpikir dan memahami materi pelajaran, bukan sekadar mendengar, menerima, dan mengingat-ingat. Setiap unsur materi pelajaran darus diiolah dan diinterpretasikan sedmikan rupa sehingga masuk akal. Pengetahuan baru terbentuk dari sesuatu yang masuk akal. Sesuatu yang tidak masuk akal tidak akan menempel lama dalam pikiran. Strategi ini berbeda dari metode menghafal. Dalam metode menghafal, pserta didiknya mendengar dan menerima, kemudian menginat-ingat materi pelajaran yang diterima tersebut. Kadang-kadang terdapat materi yang kurang dipahami peserta didik, bukan tidak masuk akal peserta didik. Namun, karena materi tersebut sudah ada dalam paket pelajaran, dan ada keharusan bagi peserta didik untuk menghafalnya, maka peserta didik diam saja menerima. Metode ini disebut chalkandtalk. Dalam metode ini, pihak yang lebih aktif adalah guru.Sementara itu peserta didik lebih bersifat pasif.Metode ini juga dikenal dengan istilah receptivelearning.Dalam metode ini, pembelajaran terjadi dalam situasi rutin dan membosankan.Materi pelajaran, meskipun diterima dan dihafal, namun mudah terlupakan, karena materi tersebut tidak diterima melalui pemahaman yang masuk akal, tetapi melalui instruksi transmisi.

Dalam strategi meaningfullearning, peserta didik digalakan untuk aktif.Peserta didik adalah pusat dari kegiatan belajar mengajar. Peserta didik harus dilibatkan dalam tanya jawab yang terarah. Peserta didik digalakan untuk bertanya dan mencari problemsolving. Peserta didik harus didorong untuk menaksirkan informasi yang diberikan oleh guru, hingga informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat mereka. Strategi seperti ini memerlukan pertukaran pikiran, diskusi, dan perdebatan, dalam rangka mencapai pengertian yang sama atas setiap materi pelajaran. Sehubungan dengan itu, Mulyasa (2003: 241) mengemukakan sebagai berikut.

Kadang-kadang dalam mencapai pemahaman tersebut, mungkin diperlukan roleplaying, activeplaying (belajar aktif), interpretation (penafsiran), makesense (masuk akal), negotiation (pertukaran pikiran), cooperative (kerjasama), dan inquiry (menyelidiki) adalah beberapa kata kunci dalam strategi pembelajaran heuristik.

Dengan strategi pembelajaran seperti ini, pengetahuan dapat diterima dan tersimpan lebih baik, karena pengetahuan tersebut masuk otak setelah melalui proses masuk akal. Yang tidak masuk akal dikesampingkan.Karena tersimpan secara mendalam, meski pernah lupa, pengetahuan tersebut mudah untuk dipelajari kembali.Lagi pula, karena materi tersebut dipahami dengan baik, maka materi tersebut sewaktu-waktu dapat digunakan dalam situasi baru yang berlainan dari situasi waktu belajar mengajar.

Dalam metode activelearning, setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya.Materi pelajaran yang baru disesuaikan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada.Karena itulah, dalam strategi pembelajaran heuristik, kegiatan belajar mengajar harus dimulai dengan hal yang sudah dikenal dan dipahami peserta didik.Barulah setelah itu guru menambahkan unsur-unsur pelajaran yang baru yang disesuaikan dengan pengetahuan yang ada tersebut secara aktif.

Agar peserta didik belajar secara aktif, guru perlu menciptakan strategi yang tepat, sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. Motivasi yang seperti ini akan dapat tercipta kalau guru dapat meyakinkan peserta didik akan kegunaan materi pelajaran bagi kehidupan nyata mereka. Demikian juga, guru harus dapat menciptakan situasi sehingga materi pelajaran selalu tampak menarik, tidak membosankan. Guru harus punya sensitivitas yang tinggi untuk segera mengetahui apakah kegiatan pembelajaran sudah membosankan siswa. Jika hal ini terjadi, guru harus segera mencari metodologi pembelajaran baru yang lebih tepat guna dan tepat sasaran.

Dari uraian di atas, diperoleh beberapa butir yang perlu selalu diingat guru dalam mengimplementasikan strategi pembelajaran heuristik sebagai landasan dalam membelajarkan siswa menulis pesan singkat, yakni sebagai berikut.

1. Pusat kegiatan belajar mengajar adalah peserta didik yang aktif.2. Pembelajaran dimulai dari yang sudah diketahui dan dipahami peserta didik.3. Bangkitkan motivasi belajar peserta didik dengan membuat materi pelajaran sebagai hal yang menarik dan berguna bagi kehidupannya.4. Guru harus segera mengenali materi pelajaran dan metode pembelajaran yang membuat peserta didik bosan. Ini harus segera ditanggulangi.Dari beberapa pendapat di atas diperoleh butir-butir khusus tentang hakekat pembelajaran berlandaskan heuristik, sebagaimana dikemukakan Mulyasa (2003:239), yang berikut ini.1. Siswa harus selalu aktif selama pembelajaran. 2. Proses aktif ini tidak terjadi melalui transmisi, tapi melalui interpretasi.3. Interpretasi selalu dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya.4. Interpretasi dibangun oleh metode instruksi yang memungkinkan negosiasi pemikiran (bertukar pikiran), melalui diskusi, tanya jawab, dan sebagainya.5. Tanya jawab didorong oleh kegiatan inkuiri (ingin tahu) para siswa. Jadi kalau siswa tidak bertanya/tidak bicara berarti dia tidak belajar secara optimal.6. Kegiatan belajar mengajar tidak hanya merupakan suatu proses pengalihan pengetahuan, tapi juga pengalihan keterampilan dan kemampuan.c) Langkah-langkah Konkret Strategi Pembelajaran Heuristik Adapun sebagai tolok ukur dari langkah-langkah yang sebaiknya ditempuh oleh guru pada saat melaksanakan tugasnya membelajarkan siswa berdasarkan ketentuan strategis pembelajaran heuristik, seperti dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 30), yakni,

langkah awal pengajar dalam strategi pembelajaran heuristik, yakni mengarahkan peserta didik pada data-data terpilih. Selanjutnya pserta didik merumuskan kesimpulan berdasarkan data-data tersebut. Bila kesimpulan tepat, tercapailah tujuan strategi ini dan proses berakhir. Sebaliknya, bila kesimpulan salah, pengajar bisa memberikan data baru hingga peserta didik memperoleh kesimpulan yang tepat.Dalam strategi ini, pengajar hanya mengarahkan dan menuntun sampai peserta didik bisa menemukan sendiri.

Dengan demikian, menjadi jelaslah bahwa strategi pembelajaran heuristik adalah sebuah strategi yang menyiasati agar aspek-aspek dari komponen-komponen pembentuk sistem instruksional mengarah kepada pengaktifan siswa, mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang dibutuhkannya. Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 30), Ada beberapa teknik penyajian yang pararel dengan strategi pembelajaran heuristik, yakni inkuiri (inquiry), pemecahan masalah (problem solving), eksperimen, penemuan (discovery), teknik nondirektif, penyajian secara kasus, dan teknik penyajian kerja lapangan.

Ada beberapa langkah konkret yang harus diupayakan guru dalam mengelola proses belajar siswa bila menggunakan strategi pembelajaran heuristik. Beberapa langkah dimaksud dijelaskan Mulyasa (2003:243) dalam rangkaian tahapan berikut.1. Tahap pemanasan-apersepsi selama lebih kurang 5 s.d. 10 menit, dengan langkah-langkah berikut: (1) pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami peserta didik; (2) motivasi peserta didik dengan bahan ajar yang menarik dan berguna baginya; (3) peserta didik didorong agar tertraik untuk mengetahui hal-hal yang baru. 2. Tahap eksplorasi selama lebih kurang 25 s.d. 30 menit, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) materi/keterampilan baru diperkenalkan; (2) libatkan siswa secara aktif dalam problemsolving; (3) letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi ajar yang baru dengan berbagai aspek kehidupan di dalam lingkungan; dan (4) cari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan peserta didik.3. Tahap konsolidasi pembelajaran, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) melibatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi ajaran baru; (2) libatkan siswa secara aktif dalam problem solving; (3) letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi ajar yang baru dengan berbagai aspek kegiatan/kehidupan di dalam lingkungan; dan (4) cari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan peserta didik.4. Tahap pembentukan sikap dan perilaku selama lebih kurang 10 menit, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) peserta didik didorong untuk menerapkan konsep/pengertian yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari; (2) peserta didik membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari; dan (3) cari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan pada sikap dan perilaku peserta didik. 5. Tahap penilaian formatif selama lebih kurang 10 menit, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik; (2) gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru; dan (3) cari metodologi yang paling tepat yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Menurut pendapat Rahim (2000), dalam melaksanakan pembelajaran berdasarkan strategi pembelajaran heuristik ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan guru. Beberapa langkah dimaksud, sebagai berikut.1. Guru mengemukakan pokok bahasan yang akan dipelajari dengan menggunakan peta konsep.2. Guru memperkenalkan secara umum bahan pembelajaran dan ide-ide utama dalam topik yang akan diajarkan. Guru mengajukan pertanyaan untuk mengingatkan siswa dalam rangka membangun kesadarannya. Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok yang sesuai dengan kriteria.3. Para siswa dalam kelompoknya diminta menyiapkan peta konsep mengikuti topik yang diberikan oleh guru. Guru membimbing dan memantau para siswa selama proses menghasilkan peta konsep.4. Pemaparan peta konsep yang dihasilkan oleh para siswa dan memberikan penilaian.F. Metodologi Penelitiana. Subjek PenelitianSubjek dalam penelitian ini, yaitu siswa kelas IV SD Negeri 4Karangbenda Tahun Pelajaran 2008/2009, yang berjumlah 28 orang, yang sedang menempuh semester 1 dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

b. Setting PenelitianSetting dalam penelitian ini meliputi: tempat dan waktu penelitian, serta siklus PTK.

c. Waktu PenelitianPenelitian ini akan dilaksanakan pada awal tahun pelajaran 2008/2009, yaitu bulan Januarisampai dengan Maret2008. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar efektif di kelas.

d. Siklus PTKPTK ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis pengalaman pribadi melalui penggunaan strategi kontekstual.e. Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, dan Instrumen Pengumpulan Dataa) Sumber DataSumber data penelitian ini adalah siswa, guru, teman sejawat dan kolabolator.

b) Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data penelitian ini adalah tes, observasi, wawancara, dan diskusi.

c) Instrumen Pengumpulan DataAlat pengumpul data penelitian ini meliputi lembar tes, lembar observasi, lembar wawancara, dan lembar diskusi.

f. Teknik Analisis DataData yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.

1. Hasil belajar: dengan menganalisis nilai rata-rata hasil evaluasi pada setiap siklus. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.

2. Aktivitas siswa dalam PBM: dengan menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam PBM. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.

3. Implementasi pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis pengalaman pribadi yang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik, dengan cara menganalisis tingkat keberhasilan, kemudian dikategorikan dalam klasifikasi berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil.

g. Prosedur Penelitian Alur penelitian ini menempuh prosedur penelitian tindakan kelas, yang berupa siklus perbaikan pembelajaran yang dilakukan secara kolaborasi antara guru pelaksana tindakan, teman sejawat dan kolabolator, serta siswa. Dalam setiap siklusnya, terdapat empat tahapan, antara lain: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Penelitian ini akan menempuh tiga siklus, seperti tampak pada gambar berikut.

G. Hasil Penelitian dan Pembahasana. Hasil Penelitian a) Siklus I Pelaksanaan pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik pada siklus I, sudah dilaksanakan oleh guru dan siswa kelas IV SD Negeri 4Karangbenda.Tidak setiap tahapan yang direncanakan dapat dilaksanakan oleh guru dan siswa.Namun, cukup membawa perubahan pada aktivitas dan hasil belajar siswa.Berdasarkan catatan hasil pengamatan yang telah dilakukan teman sejawat, diperoleh gambaran sebagai berikut.

1. Aktivitas belajar siswa masih kurang sesuai dengan tahapan-tahapan belajar yang sudah direncanakan. Hal ini disebabkan oleh guru belum terbiasa mengelola pembelajaran berdasarkan pola strategi heuristik. Untuk mengatasi masalah tersebut, guru tidak dapat berbuat banyak. Perolehan nilai aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik pada siklus I, yakni 9 orang siswa (32,15%) mendapat nilai 75, dan 18 orang siswa lainnya (67,85%) mendapat nilai 81. Lebih jelasnya pada pada tabel berikut ini disertakan nilai aktivitas belajar untuk masing-masing siswa.

Tabel 1Perolehan Nilai Aktivitas Belajar Siswadalam Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi pada Siklus INoNama Siswa

Nilai Aktivitas Belajar

1Subjek 0181

2Subjek 0275

3Subjek 0381

4Subjek 0481

5Subjek 0581

6Subjek 0681

7Subjek 0775

8Subjek 0881

9Subjek 0981

10Subjek 1075

11Subjek 1181

12Subjek 1275

13Subjek 1381

14Subjek 1475

15Subjek 1575

16Subjek 1675

17Subjek 1781

18Subjek 1875

19Subjek 1981

20Subjek 2081

21Subjek 2181

22Subjek 2281

23Subjek 2375

24Subjek 2481

25Subjek 2581

26Subjek 2675

27Subjek 2781

28Subjek 2875

2. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik pada siklus I, cukup mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan, yakni 60. Namun hasil belajar pada siklus I ini masih dirasa kurang memuaskan. Perolehan nilai terkecil, yaitu 66. Siswa yang mendapat nilai tersebut ada 8 orang (28,57%). Perolehan nilai tertinggi, yaitu 83, yang diberikan kepada 8 orang siswa (28,57%). Selain itu, ada 12 orang siswa (42,85%) yang memperoleh nilai 75. Adapun perolehan nilai hasil belajar masing-masing siswa tersebut, seperti tertuang pada tabel berikut.

Tabel 2 Perolehan Nilai Hasil Belajar Siswadalam Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi pada Siklus INoNama SiswaNilai Hasil Belajar

1Subjek 0115

2Subjek 0275

3Subjek 0383

4Subjek 0466

5Subjek 0566

6Subjek 0683

7Subjek 0775

8Subjek 0875

9Subjek 0975

10Subjek 1066

11Subjek 1183

12Subjek 1283

13Subjek 1366

14Subjek 1483

15Subjek 1566

16Subjek 1675

17Subjek 1775

18Subjek 1875

19Subjek 1983

20Subjek 2066

21Subjek 2166

22Subjek 2283

23Subjek 2375

24Subjek 2475

25Subjek 2575

26Subjek 2666

27Subjek 2783

28Subjek 2883

3. Kekurangaktifan sebagian besar siswa dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik pada siklus I, disebabkan oleh aktivitas guru dalam membelajarkan mereka. Dengan demikian, guru dinilai kurang mampu mengelola pembelajaran menulis berdasarkan langkah-langkah strategi pada siklus I. Tidak ada upaya yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi kekakuannya itu.

b) Siklus II Proses pembelajaran menulis pengalaman pribadi dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik pada siklus II sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Berdasarkan pengamatan dan penilaian serta catatan para pengamat, aktivitas dan hasil belajar siswa pada siklus II menunjukkan lebih baik dari siklus I. Lebih jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.

1. Siswa tampak lebih aktif, baik pada saat belajar mengonstruksi materi ajar, belajar menemukan kesalahan penulisan dalam menulis pengalaman, belajar bertanya sehubungan dengan hal-hal yang kurang dipahaminya kepada guru, belajar meniru model sehubungan dengan menulis pengalaman, belajar bekerja sama dalam kelompok saat menyelesaikan bahan penugasan, belajar merefleksi hasil pekerjaan, maupun pada saat belajar dinilai kemampuannya secara nyata. Aktivitas belajar siswa bisa seperti ini karena adanya bimbingan dan arahan secara intensif dari guru. Guru tidak lagi merasa kaku, karena sebelumnya telah mempersiapkan segala sesuatunya, agar proses pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik pada siklus II dapat berlangsung dengan baik. Atas dasar itu pengamat memberikan penilaian seperti itu terhadap aktivitas belajar siswa. Perolehan nilai aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik pada siklus II, yakni 5 orang siswa (17,85%) mendapat nilai 81, dan 23 orang siswa lainnya (82,15%) mendapat nilai 87. Lebih jelasnya mengenai penilaian aktivitas belajar masing-masing tersebut tertuang pada pada tabel berikut.

Tabel 3Perolehan Nilai Aktivitas Belajar Siswadalam Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi pada Siklus IINoNama Siswa

Nilai Aktivitas Belajar

1Subjek 0187

2Subjek 0281

3Subjek 0387

4Subjek 0487

5Subjek 0587

6Subjek 0687

7Subjek 0781

8Subjek 0887

9Subjek 0987

10Subjek 1087

11Subjek 1187

12Subjek 1287

13Subjek 1387

14Subjek 1487

15Subjek 1587

16Subjek 1687

17Subjek 1787

18Subjek 1881

19Subjek 1987

20Subjek 2087

21Subjek 2187

22Subjek 2287

23Subjek 2381

24Subjek 2481

25Subjek 2587

26Subjek 2687

27Subjek 2787

28Subjek 2887

2. Hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik pada siklus II mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari nilai evaluasi yang diperoleh keseluruhan siswa lebih darikriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan, yakni 60. Nilai terendah hasil belajar siswa pada siklus II, yaitu 75, sedangkan nilai tertinggi yang dicapai oleh siswa, yaitu 91. Nilai terendah dan nilai tertinggi tersebut berada di atas nilai KKM mata pelajaran bahasa Indonesia yang telah ditetapkan sekolah. Siswa yang memperoleh nilai 75 hasil belajarnya sebanyak 6 orang (21,42%). Siswa yang meperoleh nilai 83 hasil belajarnya sebanyak 11 orang (39,28%). Siswa yang memperoleh nilai 91 sebanyak 1 orang (39,28%). Lebih jelasnya mengenai nilai perolehan hasil belajar masing-masing siswa tersebut, seperti tertuang pada tabel berikut.

Tabel 4Perolehan Nilai Hasil Belajar Siswadalam Menulis Pengalaman Pribadi pada Siklus IINo.Nama SiswaNilai Hasil Belajar

1Subjek 0191

2Subjek 0291

3Subjek 0375

4Subjek 0491

5Subjek 0583

6Subjek 0675

7Subjek 0783

8Subjek 0883

9Subjek 0983

10Subjek 1083

11Subjek 1191

12Subjek 1291

13Subjek 1375

14Subjek 1491

15Subjek 1583

16Subjek 1675

17Subjek 1791

18Subjek 1891

19Subjek 1975

20Subjek 2091

21Subjek 2183

22Subjek 2275

23Subjek 2383

24Subjek 2483

25Subjek 2583

26Subjek 2683

27Subjek 2791

28Subjek 2891

3. Keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik pada siklus II, disebabkan oleh aktivitas guru dalam mengelola setiap tahapan meningkat ke arah yang diharapkan. Oleh karena itu, pada siklus II tidak lagi ditemukan adanya siswa yang merasa kaku dalam menempuh setiap tahapan pembelajaran. Dengan demikian, menjadi jelaslah bahwa adanya peningkatan aktivitas guru dalam mengelola proses pembelajaran bukan saja telah membawa dampak positif pada aktivitas belajar siswa tetapi juga terhadap hasil belajarnya pun telah memberi dampak yang positif.

b. PembahasanPembahasan terhadap hasil penelitian ini sangat penting. Dengan membahas hasil penelitian ini akan diperoleh suatu gambaran untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Selain itu, efektivitas perlakuan (treatement) yang diterapkan pun dapat diketahui.Perlakuan dimaksud, yaitu strategi kontekstual.Penerapan strategi ini diupayakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi.

Pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik dilaksanakan dalam dua siklus.Sebelum guru dan siswa melaksanakan pembelajaran menulis pengalaman pribadidengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik, mereka tidak berhasil mencapai tujuan yang diharapkan, baik dilihat dari sisi aktivitas maupun hasil belajar siswa.Sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari materi ajar menulis pengalaman pribadi.Hal ini disebabkan oleh strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadipada saat itu, kurang tepat.Akibatnya, hasil belajar sebagian besar siswa kurang memenuhi tuntutan kriteria ketuntasan minimal (KKM), yakni 60. Siswa yang berhasil memenuhi tuntutan ini hanya 8 orang (19,51%). Sementara itu selebihnya dari mereka, yakni 33 orang siswa (80,49%) dinyatakan kurang berhasil mencapainya.

Berbeda dengan aktivitas dan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik, yang telah dilaksanakan dalam dua siklus.Pada siklus I, aktivitas belajar siswa lebih bermakna.Kebermaknaan aktivitas belajar siswa pada siklus I disebabkan oleh langkah-langkah strategi pembelajaran heuristik, seperti belajar mengonstruksi (constructivism), belajar berinkuiri (inquiry), belajar bertanya (questioning), belajar bekerja sama (community learning), belajar melalui model (modeling), belajar merefleksi (reflecting), dan belajar dinilai yang sebenarnya (authenticassessment). Dampak dari aktivitas belajarnya itu, pada siklus I seluruh siswa mengalami peningkatan hasil belajar dan mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan, meski peningkatannya tidak begitu tinggi.Oleh karena itu, untuk lebih mengoftimalkan aktivitas dan hasil belajarnya maka dilakukan siklus II.

Pada siklus II pembelajaran menulis pengalaman pribadiyang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik terjadi lagi perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya, baik dilihat dari aktivitas maupun hasil belajarnya.Aktivitas belajar pada siklus II dirasakan siswa lebih menyenangkan, baik saat mengonstruksi maupun saat menempuh langkah-langkah kontekstual lainnya.Itu sebabnya, hasil belajar seluruh siswa pada siklus II lebih baik daripada siklus I. Bahkan pada siklus II ini hasil belajar seluruh siswa melebihi nilai KKM yang telah ditetapkan.Peningkatan tersebut dapat ditunjukkan melalui grafik berikut.

Grafik 1NilaiAktivitas dan Hasil Belajar Siswa

Terjadinya peningkatan ke arah yang lebih baik pada aktivitas dan

hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik, tidak lepas dari dukungan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Dengan meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada dua siklus tersebut berarti pula kemampuan guru pun meningkat, baik dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi kemampuan siswa dalam pembelajaran, dan menindaklanjuti hasilnya agar diperoleh peningkatan yang lebih baik.

H. Simpulan dan Saran a. Simpulan Setelah menyelesaikan penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut. Penggunaan strategi pembelajaran heuristik dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis pengalaman pribadi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis, Tahun Pelajaran 2008/2009. Adanya peningkatan tersebut, tidak lepas dari upaya sekemampuan guru, baik dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi kemampuan siswa dalam pembelajaran, dan menindaklanjuti hasilnya agar diperoleh peningkatan yang lebih baik.

b. SaranDengan telah terbuktinya strategi pembelajaran heuristik dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis pengalaman pribadi, maka diajukan saran dan upaya tindak lanjut sebagai berikut.

1. Penggunaan strategi pembelajaran heuristik sebaiknya mempertimbangkan konteks permasalahan yang menjadi kesulitan siswa dalam memenuhi suatu tuntutan pembelajaran tertentu. Hal ini perlu dilakukan agar terhindar dari proses pembelajaran yang tidak diharapkan. Penggunaan strategi pembelajaran heuristik untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini, dinilai cocok, tetapi belum tentu pada siswa yang lain. Meski demikian, masih terdapat beberapa hal yang perlu ditingkatkan terkait dengan aktivitas belajar siswa untuk bertanya jawab dengan sesama maupun dengan guru. Demikian pun dalam belajar bekerjasama dalam kelompok dan belajar merefleksi hasil pekerjaan, pada beberapa orang siswa di kelas ini dinilai masih kurang.

2. Untuk itu ke depan perlu dilakukan suatu upaya tindak lanjut yang tepat, agar mereka keluar dari permasalahan ini. Kepada guru dan siswa, baik yang ada di SD Negeri 4Karangbenda maupun di luar yang ingin mencoba menerapkan strategi ini disilakan, karena sudah terbukti kesulitan yang dihadapi penulis dan siswa binaan dapat di atasi melalui strategi ini.

I. Daftar PustakaAkhadiah, Sabarti. 1999. Pembinaan Kemampuan Menulis. Jakarta:Rineka Cipta.

Darma, dkk. 2007. Manajemen Prestasi Belajar. Jakarta:Rajawali Press.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta:Depdiknas.

Hasnun, Anwar. 2006. Pedoman Menulis untuk SD, SMP, dan SMA. Yogyakarta: Pioner.

Hermawan, Asep. 2010. Laporan Penelitian terhadap Proses dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (Studi Kasus di SD di Wilayah Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya). Tidak Dipublikasikan.

Heryadi, Dedi. 2008. Metode Penelitian Tindakan Bahasa. Tasikmalaya: Universitas Siliwangi.

Kunandar. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Press.

Mulyasa, E. 2004. Menjadi Guru Profesional dalam Menciptakan Pembelajaran. Bandung:Rosda.

Mulyasa, E. 2006.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Teori dan Implementasi). Bandung: Rosda.

Nasrulloh.2007. Otonomi Pendidikan dari Sentralisasi Menuju Desentralisasi. Jakarta:Rajawali Press.

Nurhadi. 2003. Strategi Contextual Teaching and Learning. Malang:IKIP Malang.

Rusyana, Yus. 1995. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan. Bandung:Algensindo.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung:Prenada.

Sanjaya, Wina. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Prenada.

Saud, S. U. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung:Alfabeta.

Suherli. 2010. Menyusun Karya Ilmiah. Bandung:Yrama Widya.

Sukidin. 2007. Prosedur dan Implementasi Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta:Depdiknas.

Suryatmaja. 2007. Belajar Berbahasa. Jakarta:Gramedia.

Tarigan, H.G. 2002. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:Angkasa.

Trianto. 2007. Model-strategi Berorientasi Konstruktivisme. Bandung: Algensindo.

Diposkan oleh Yuyum Haryani, S.Pd. Kang Aher di 05.24