contoh ptk

20
CONTOH PROPOSAL PTK 1 IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 09 TARAKAN OLEH JERO BUDI DARMAYASA (1 1 1 6 0 4 8 4 0 1) JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 1 Disusun dalam rangka pelatihan PTK, MGMP Seni Budaya SMP se-Kota Tarakan 1

Upload: adhemulyana

Post on 29-Dec-2015

19 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Penelitian TIndakan Kelas

TRANSCRIPT

Page 1: Contoh PTK

CONTOH PROPOSAL PTK 1

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN PROBLEM-BASED LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

SISWA KELAS VIIIA SMP NEGERI 09 TARAKAN

OLEH

JERO BUDI DARMAYASA

(1 1 1 6 0 4 8 4 0 1)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKA

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

TARAKAN

2011

1 Disusun dalam rangka pelatihan PTK, MGMP Seni Budaya SMP se-Kota Tarakan

1

Page 2: Contoh PTK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peraturan Menteri (Permen) nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi

Lulusan secara jelas menyiratkan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta

didik setelah mempelajari matematika yaitu kemampuan pemecahan masalah yang

meliputi kemampuan untuk memahami masalah, merancang model matematika,

menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Kompetensi lain yang

diharapkan dimiliki oleh peserta didik yaitu memiliki sikap menghargai kegunaan

matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam

mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Kedua kompetensi tersebut memberikan makna bahwa dalam proses belajar

mengajar matematika, guru dan siswa harus menyadari bahwa sasaran dari belajar

matematika adalah kemampuan untuk memecahkan masalah serta menggunakannya

dalam kehidupan sehari-hari. Dalam NCTM (1989) dinyatakan bahwa “… problem solving

should become the focus of mathematics in school”. Ini berarti bahwa fokus dari

pembelajaran matematika di sekolah adalah kemampuan siswa untuk memecahkan

masalah. Masalah yang diberikan kepada siswa mencakup masalah tertutup yaitu

masalah dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan

masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Katagori masalah tersebut dikenal sebagai

problem solving question. Dengan diberikannya soal pemecahan masalah kepada siswa,

maka kemampuannya dalam menyelesaiakan dengan langkah-langkah yang tepat

merupakan indikator ketercapaian kompetensi tersebut. Langkah-langkah yang

seharusnya dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah penyelesaian masalah menurut

Polya, yaitu: a) Memahami masalahnya. Dalam hal ini, pemecah masalah harus

mengetahui apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan; b) Merencanakan cara

penyelesaian; c) Memecahkan masalah sesuai dengan rencana; dan d) Melakukan

pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan.

Namun, dari hasil observasi proses belajar mengajar di kelas VIIIA SMP Negeri 09

Tarakan serta diskusi dengan guru mata pelajaran Matematika terindikasi beberapa

permasalahan dalam proses belajar menganjar, diantaranya:

a) Kemampuan siswa, khususnya dalam pemecahan masalah matematika masih

memerlukan perhatian khusus.

2

Page 3: Contoh PTK

b) Motivasi siswa untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah masih kurang

c) Siswa lebih berorientasi untuk memecahkan soal-soal yang dapat diselesaikan

dengan prosedur rutin dan kurang memperhatikan bahwa kompetensi yang

dituntut adalah kemampuan dalam pemecahan masalah

d) Siswa kurang terbiasa untuk memecahkan masalah. Ini yang merupakan

indikasi minimnya kesempatan berlatih dalam proses belajar mengajar di kelas.

e) Sebagian besar siswa belum mampu mengkomunikasikan gagasannya

dengan menggunakan simbul-simbul matematika, tabel dan grafik

f) Terdapat kesalahan prosedur (algoritma) dalam proses penyelesaian masalah

g) Masih terdapat kecendrungan terjadi kesalahan penulisan notasi ataupun

langkah dalam pemecahan masalah

Sebagian dari permasalahan yang dihadapi peserta didik di atas memerlukan

penangan secara cepat dan inovatif tentu oleh guru sebagai fasilitator dan mediator

pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, terdapat indikasi bahwa kesenjangan yang terjadi

disebabkan karena implementasi pendekatan pembelajaran yang belum mendukung

secara maksimal kesempatan siswa untuk berlatih memecahkan masalah. Padahal, jika

dikaji secara rinci sasaran yang ingin dicapai dalam belajar matematika dan karakteristik

masing-masing pendekatan pembelajaran, terdapat beragam model, strategi,

pendekatan, ataupun metode pembelajaran yang bisa diterapkan diantaranya model

kooperatif (STAD, JIGSAW, TAI, TGT, NHT, GI, dan sebagainya), pembelajaran

kontekstual, inkuiri, dicovery learning, problem based learning, project based learning,

problem possing, dan masih banya pendekatan lainnya. Namun, dengan memperhatikan

muara dari pembelajaran matematika serta karakteristik masalah yang dialami oleh siswa

kelas VIIIA SMP N 9 Tarakan, pendekatan Problem-Based Learning merupakan salah

satu pendekatan yang relevan.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang ingin disediki dalam pelaksanaan penelitian ini adalah

Bagaimana pendekatan problem based learning mampu meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa kelas VIIA Negeri 09 Tarakan?

C. Tujuan Penelitian

3

Page 4: Contoh PTK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa kelas VIIIA SMP Negeri 09 Tarakan melalui

implementasi pendekatan Problem based Learning.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

a) Peneliti, dengan penelitian ini dapat menambah khasanah dan wawasan dalam

melaksanakan penelitian terutama penelitian dalam bidang pendidikan

matematika.

b) Guru, guru sebagai partner dalam penelitian ini setidaknya mengetahui secara

langsung pengaruh implementasi Problem-Based Learning terhadap kemampuan

siswa kelas VIII SMP Negeri 09 Tarakan dalam pemecahan masalah matematika.

c) Siswa, mendapatkan pengalaman belajar yang lebih bervariasi sehingga

mengurangi kebosanan dengan kegiatan belajar yang monoton

4

Page 5: Contoh PTK

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pendekatan Pembelajaran Problem-Based Learning

Pada dasarnya matematika adalah metode berpikir, metode untuk memecahkan

masalah (Murtiyasa, 2001). Sehingga pendekatan dalam pembelajaran matematika

seyogyanya memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih memecahkan masalah

yang diawali dengan pemecahan soal-soal matematika yang berbasis masalah. Sesuai

dengan hal ini, Clarke (1997) dalam Murtiyasa (2001) menyatakan bahwa guru sebagai

tenaga pendidik harus mampu mengembangkan materi pelajarannya sehingga memenuhi

unsur-unsur abstraksi, konteksualitas, dan keterhubungan. Disamping itu, penyampaian

materi matematika juga harus transferable, artinya harus bisa digunakan oleh siswa untuk

memecahkan persoalan-persoalan yang ada di masyarakat.

Abstraksi dimaksudkan bahwa materi pelajaran matematika dapat dikembangkan dari

situasi serta mengenali ide-ide matematika yang ada pada situasi tersebut. Termasuk

kemampuan untuk membawa persoalan-persoalan yang ada ke dalam model-model

matematika. Di samping itu, kemampuan tentang problem solving, demontrasi, dan juga

menunjukkan (mencari) bukti-bukti juga termasuk dalam kawasan abstraksi.

Kontekstualisasi adalah upaya untuk membuat para siswa lebih familiar dengan obyek-

obyek matematika atau prosedur matematika dalam berbagai cara dan bentuk. Dengan

demikian para siswa diharapkan akan terbiasa dengan transfer dan aplikasi matematika.

Termasuk dalam kawasan kontekstualisasi ini adalah kemampuan untuk menerapkan

(memakai) ide-ide matematika untuk menjelaskan problema sehari-hari, kemampuan

untuk menggunakan rumus-rumus atau formula matematika untuk bidang yang lain

(bidang studi yang lain dan problema di masyarakat). Sedangkan keterhubungan

dimaksudkan adalah kemampuan guru menyiapkan materi pelajarannya sedemikian

hingga merangsang kemampuan siswa untuk merubah suatu pola yang telah

direpresentasikan dengan mengenali bentuk-bentuk similaritasnya. generalisasi dalam

matematika, metode-metode sejenis untuk menyajikan suatu informasi, kemampuan

membuat sintesa dari suatu obyek permasalahan yang ada, serta kemampuan untuk

menganalisis dan mengevaluasi dari suatu obyek permasalahan adalah juga merupakan

aspek dari keterhubungan.

Pendekatan pembelajaran yang memungkinkan keempat unsur tersebut dapat

dikembangkan secara maksimal adalah pendekatan Problem-Based Learning (PBL). PBL

5

Page 6: Contoh PTK

dalam pembelajaran di Indonesia lebih familiar dengan istilah pembelajaran berbasis

masalah. Sejalan dengan peran PBL dalam pembelajaran matematika, kyeong (2003)

menyatakan bahwa ” Since PBL starts with a problem to be solved, students working in a

PBL environment must become skilled in problem solving, creative thinking, and critical

thinking” dan lebih lanjut dikatakan “The effectiveness of PBL depends on student

characteristics and classroom culture as well as the problem tasks. Proponents of PBL

believe that when students develop methods for constructing their own procedures, they

are integrating their conceptual knowledge with their procedural skill”. Ini memberikan

indikasi bahwa dengan penerapan PBL dalam pembelajaran matematika menjadikan

siswa memiliki ketrampilan dalam pemecahan masalah, berpikir kreatif, dan berpikir kritis.

Serta dengan PBL, karakteristik siswa dan budaya siswa dalam kelas merupakan suatu

tugas. Pendukung PBL percaya bahwa mengembangkan metode untuk mengkonstruksi

prosedurnya, itu merupakan integrasi antara pengetahuan konseptual dan keterampilan

prosedural.

B. Pemecahan Masalah Matematika

Seiring dengan perkembangan jaman, literasi matematika di era modern ini

menuntut penambahan kompetensi dari literasi matematika di era lampau. Kompetensi

yang ditambahkan dalam literasi matematika modern yaitu kemampuan bernalar dan

bekerja dengan matematika (Gunawan, 2006). Kemampuan bernalar (Reasoning) dan

kemampuan berpikir tingkat tinggi sangat menentukan kesuksesan di era global ini, oleh

karena itu pembelajaran matematika setidaknya harus melatih dan mengembangkan

kemampuan peserta didik untuk bernalar. Bahkan, Murtiyasa pada salah satu

makalahnya menuliskan “Pada hakekatnya matematika adalah metode berpikir, metode

untuk memecahkan masalah”. Terkait dengan proses pembelajarannya, Sawyer (dalam

Shadiq, 2004) menyatakan bahwa pengetahuan yang diberikan atau ditransformasikan

langsung kepada para siswa akan kurang meningkatkan kemampuan bernalar mereka.

Sehingga, pengintegrasian pemecahan masalah (problem solving)-lah yang menjadi

keharusan selama pembelajaran matematika berlangsung (Shadiq, 2004).

Pemecahan masalah secara umum disetujui sebagai cara untuk mempercepat

keterampilan berpikir. Sebagai contoh, NCTM (2000) dalam Pehkonen menyatakan

bahwa ” ”Solving problems is not only a goal of learning mathematics but also a major

means of doing so. … In everyday life and in the workplace, being a good problem solver

can lead to great advantages. … Problem solving is an integral part of all mathematics

6

Page 7: Contoh PTK

learning.”. Ini memberikan makna bahwa menyelesaikan masalh bukan hanya tujuan

dalam belajar matematika tetapi merupakan cara utama untuk mengerjakannya. Dalam

kehidupan sehari-hari dan di tempat kerja, menjadi pemecah masalah yang baik akan

memberikan manfaat yang luar biasa. Oleh karena itu, pemecahan masalah merupakan

bagian integral dari setiap pembelajaran matematika.

Dalam proses pemecahan masalah, terdapat beberapa strategi yang sering

digunakan. Strategi-dtrategi yang sering digunakan tersebut dinamakan strategi

pemecahan masalah (Krismanto, 2003). Adapun strategi yang sering digunakan dalam

proses pemecahan masalah, yaitu:

a) Mem

buat diagram

b) Men

cobakan pada soal yang lebih

sederhana

c) Mem

buat tabel

d) Men

emukan pola

e) Mem

ecah tujuan

f) Memperhitungkan setiap kemungkinan

g) Berpikir logis

h) Bergerak dari belakang

i) Mengabaikan hal yang tidak mungkin

j) Mencoba-coba

C. Kerangka Berpikir

Dengan memperhatikan tuntutan standar kompetensi lulusan yang diharapkan dimiliki

oleh siswa setelah mempelajari matematika, mak dapat dikatakan bahwa secara umum

siswa diharapkan mampu untuk menyelesaikan masalah dalam aktivitas sehari-hari

dengan menggunakan pola pikir yang dilatih selama belajar matemtika. Untuk mencapai

standar tersebut setidaknya proses belajar mengajar matetika seyogyanya memberikan

kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan tersebut. Oleh karena itu, perlu

diperhatikan kembali proses pembelajaran PBL yang diawali dengan memberikan

masalah matematika yang illstructure merupakan suatu tantangan bagi siswa. Hal ini

membutuhkan kemampuan siswa untuk mengenali informasi yang ada dan informasi

yang belum ada, sehingga siswa dapat menambahkan informasi sesuai dengan konteks

permasalah serta menyusun rencana penyelsaian dan melaksanakannya. Pengalaman

seperti ini tentunya akan lebih dekat dengan masalah sehari-hari yang dihadapai oleh

7

Page 8: Contoh PTK

siswa sehingga siswa terbiasa menyelesaikan suatu masalah matematika yang bermuara

pada kemampuan pemecahan masalah riil nantinya. Dengan adanya anggapan tersebut,

maka peneliti ingin mengkaji lebih lanjut tentang pengaruh pembelajaran PBL terhadap

kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan

hipotesis penelitian, yaitu: Implementasi pendekatan pembelajaran Problem Based

Learning mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

kelas VIIIA SMP Negeri 9 Tarakan.

8

Page 9: Contoh PTK

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) partisipan, dimana

peneliti berperan aktif sejak penyusunan proposal penelitian, pelaksanaan penelitian,

hingga penyusunan laporan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian rencananya akan dilaksanakan di kelas VIIIA SMP Negeri 9 Tarakan

pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012 yaitu pada bulan Agustus sampai

September tahun 2011

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Tarakan dengan banyak

siswa ... orang. ....orang laki-laki dan ....orang perempuan.

D. Prosedur Kerja

Sesuai dengan karakteristik dari PTK, penelitian ini akan dilaksanakan dalam

beberapa siklus. Dalam setiap siklus terdapat empat tahapan kegiatan, diantaranya:

1) perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) Pengamatan (observasi), dan Refleksi. Secara

lebih detail, prosedur kerja penelitian disajikan dalam diagram alur berikut:

(Dimodifikasi dari Panduan PTK Rayon 45)

Adapun kegiatan yang dilakukan pada setiap siklus dan setiap tahapan adalah

sebagai berikut:

9

SiklusI

Perenca-naanPerenca-naan

Pelaksanan

Pelaksanan

ObservasiObservasi

RefleksiRefleksi

SiklusI

Perenca-naanPerenca-naan

Pelaksanan

Pelaksanan

ObservasiObservasi

RefleksiRefleksi

Page 10: Contoh PTK

Siklus I

1. Perencanaan

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan, yaitu:

a. Menyusun Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan

pembelajaran Problem Based Learning

b. Menyusun kisi-kisi dan instrumen penelitian berupa tes kemampuan awal serta

instrumen postes siklus I

c. Menyusun lembar observasi kegiatan siswa dan guru

d. Menyusun dan mengembangkan bahan ajar (materi ajar)

2. Pelaksanaan

a. Melaksanakan tes awal (pre test)

b. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telas disusun (RPP

terlampir)

3. Observasi

Untuk bisa mendapatkan sejumlah informasi yang akan digunakan sebagai bahan

evaluasi dan refleksi maka selama pelaksanaan pembelajaran juga dilakukan

pengamatan (observasi) terhadap aktivitas siswa serta interaksi yang terjadi

antara siswa dengan siswa, siswa dengan media yang digunakan, serta siswa

dengan guru.

4. Refleksi

Catatan yang diperoleh dari hasil observasi selanjutnya dianalisis. Begitu juga

dengan data hasil tes akhir siklus I. Kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada

proses pelaksanaan siklus I dikumpulkan untuk kemudian diperbaiki sehingga

siklus II bisa lebih baik.

Siklus II

1. Perencanaan

Hasil refleksi pada siklus I dijadikan dasar untuk melaksanakan perbaikan

pelaksanaan siklus II. Oleh karena itu, kegiatan yang akan dilakukan pada

perencanaan siklus II merupakan perbaikan-perbaikan dari kelemahan yang

ditemukan sebelumnya. Perbaikan yang dilakukan bisa saja dalam bentuk

kegiatan berikut:

10

Page 11: Contoh PTK

a. Menyusun Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan

pembelajaran Problem Based Learning untuk siklus II

b. Menyusun kisi-kisi dan instrumen penelitian berupa soal postes siklus II

c. Menyusun lembar observasi kegiatan siswa dan guru

d. Menyusun dan mengembangkan bahan ajar (materi ajar)

2. Pelaksanaan

a. Melaksanakan tes awal (pre test)

b. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telas disusun (RPP

terlampir)

c. Melaksanakan tes akhir (postet) siklus II

3. Observasi

Untuk bisa mendapatkan sejumlah informasi yang akan digunakan sebagai bahan

evaluasi dan refleksi maka selama pelaksanaan pembelajaran juga dilakukan

pengamatan (observasi) terhadap aktivitas siswa serta interaksi yang terjadi

antara siswa dengan siswa, siswa dengan media yang digunakan, serta siswa

dengan guru.

4. Refleksi

Catatan yang diperoleh dari hasil observasi selanjutnya dianalisis. Begitu juga

dengan data hasil tes akhir siklus I. Kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada

proses pelaksanaan siklus I dikumpulkan untuk kemudian diperbaiki sehingga

siklus II bisa lebih baik.

E. Tekhnik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Sesuai dengan variabel dependen/terikat dari penelitian ini yaitu kemampuan

pemecahan masalah matematika, maka data yang akan dikumpulkan adalah data

kuantitatif berupa kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika yang

berkaitan dengan materi Kesebangunan

Oleh karena itu, tekhnik pengumpulan data yaitu dengan melaksanakan tes

tertulis. Dilihat dari jenis data yang akan dikumpulkan, maka instrumen yang

digunakan berupa tes. Tes merupakan instrumen atau prosedur sistematik untuk

mengukur sampel tingkah laku yang dimiliki individu (Groulund & Linn, 1990: 5; Allen

& Yen, 1979:1). Tes juga dapat didefinisikan sebagai prosedur sistematik untuk

membandingkan tingkah laku dari dua atau lebih individu (Cronbach, 1949:11).

11

Page 12: Contoh PTK

Tes yang digunakan berupa tes uraian. Penggunaan tes uraian cukup beralasan

karena memberikan indikasi yang baik untuk mengungkap prestasi yang nyata dalam

belajar (Ebel & Frisbie, 1986:127) dan mengetahui sejauh mana siswa mendalami

suatu masalah yang disajikan (Slameto, 1988:36). Disamping itu, Gorman (1974:316)

menyatakan bahwa tes bentuk uraian layak dipergunakan untuk mengevaluasi

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah untuk bidang tertentu dan juga untuk

mengevaluasi aspek tertentu dari proses pemecahan masalah. Tes uraian harus

dijawab dengan langkah-langkah tertentu, baik yang mengikuti langkah-langkah orang

lain, mengembangkan langkah sendiri, mengevaluasi, ataupun mengurangi langkah-

langkah tertentu.

F. Tekhnik Analisis Data

Data hasil tes siswa dinyatakan dalam nilai kemampuan pemecahan masalah

matematika dalam rentang 0 – 100. Dari sejumlah siswa yang mengikuti tes, maka

akan ditentukan rata-rata kemampuan pemecahan masalahnya dengan

menggunakan formula berikut:

dengan,

: Rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIIIA

: Jumlah seluruh nilai hasil tes siswa kelas VIIIA

: Banyaknya siswa yang mengikuti tes

G. Indikator Keberhasilan Penelitian

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila minimal 85% dari seluruh siswa yang

mengikuti tes, kemampuan pemecahan masalahnya sudah memenuhi KKM KD yang

ditentukan yaitu 75.

12

Page 13: Contoh PTK

Daftar Pustaka

Depdiknas. (2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Kurikulum.

Ebel, R.L., & Frisbie, D.A. (1986). Essenstial of educational measurement (4th). New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Gorman, R.M. (1974). The psychology of classroom learning: an inductive approach. Columbus, Ohio: Meril Publisjing Company.

Gronbach, L. J., (1949). Essentials of psychological testing. New York: Harper & Brother Publisher

Gronlound, N.E., & Lian, R.L. (1990). Measurement and evaluation in teaching (6 th ed). New York: Macmillan Publisher.

Murtiyasa, Budi. 2001. Strategi Pengembangan Pembelajaran Matematika Pada Abad XXI. Makalah disampaikan pada diskusi dosen-dosen Jurusan Pend. Matematika FKIP UMS pada tanggal 12 Desember 2001.

National Council of Teachers of Mathematics. (1989). Curriculum and evaluation standards for school mathematics. Reston, VA: Author.

Kerlinger, F. N (1986). Foundation of Behavioral Research. New York: Halth, Renehar and Wiston, Inc.

Shadiq, Fajar. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Makalah disajikan dalam diklat instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar di PPPG Matematika Yogyakarta.

Gunawan, Hendra dkk. 2006. Kemampuan Matematika Siswa Usia 15 Tahun di Indonesia. Puspendik.

Murtiyasa, Budi. Strategi pengembangan pembelajaran matematika Pada abad XXI. http://bdmurtiyasa.350.com/publiksi/strmat21UMS02.pdf (diakses 31 Nop 2008).

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Bandung: Penerbit Alfabeta.

Krismanto, Al. (2003). Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Makalah disajikan dalam pelatihan instruktur/pengembang SMU.

Pehkonen, Erki. Problem Solving in Mathematics Education in Finland. University of Helsinki, Finland.

Roh & Kyeong Ha. 2003). Problem-Based Learning in Mathematics. ERIC Digest. ERIC Clearinghouse for Science Mathematics and Environmental Education Columbus OH.

Mora, miguel angel., moriyón, roberto.,& saiz , francisco. Mathematics problem-based learning through spreadsheet-like documents. School of computer science universidad autónoma de madrid cantoblanco, 28049, madrid, spain.

13

Page 14: Contoh PTK

JADWAL PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran

No Kegiatan Des Agustus September1 2 3 3 4 1 2

1 Pelatihan Penyusunan ProposalKonsultasi

X

2 Penyusunan Perangkat Pembelajaran

X X

3 Pelaksanaan Penelitian X X X X4 Penyususan Laporan X

14