chronic kidne diseasea
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
1/27
A. LATAR BELAKANG
Secara global terdapat 200 kasus gangguan ginjal per sejuta penduduk. 8 juta di antara
jumlah populasi yang mengalami gangguan ginjal berada dalam tahap gagal ginjal kronis.
Penelitian sebelumnya mengatakan terdapat hubungan antara mengalami gagal ginjal dengan
timbulnya gangguan psikiatri pada pasien (Cohen et al., 2004). Kondisi ini bisa terjadi padakasus gagal ginjal akut maupun yang kronis.
Penyakit apapun yang berlangsung dalam kehidupan manusia dipersepsikan sebagai suatu
penderitaan dan mempengaruhi kondisi psikologis dan sosial orang yang mengalaminya. Akan
tetapi petugas kesehatan sering kali cenderung memisahkan aspek biologis dari aspek psikososial
yang dialami pasien (Leung, 2002).
Aspek psikososial menjadi penting diperhatikan karena perjalanan penyakit yang kronis dan
sering membuat pasien tidak ada harapan. Pasien sering mengalami ketakutan, frustasi dan
timbul perasaan marah dalam dirinya. (Harvey S, 2007). Penelitian oleh para profesional di
bidang penyakit ginjal menemukan bahwa lingkungan psikososial tempat pasien gagal ginjal
tinggal mempengaruhi perjalanan penyakit dan kondisi fisik pasien (Leung, 2002).
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah yang dimaksud gagal ginjal kronis?
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada gagal ginjal kronis?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini diharapkan pembaca mampu mengidentifikasi
apakah yang dimaksud dengan gagal ginjal kronis dan bagaimanakah asuhan keperawatannya.
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
2/27
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap
(Doenges, 1999; 626) Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu
mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi
tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang
menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368) Gagal
ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen
lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya
berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)
B. ETIOLOGI
Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler (nefrosklerosis),
proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik), agen nefrotik (amino glikosida),
penyakit endokrin (diabetes). (Doenges, 1999; 626) Penyebab GGK menurut Price, 1992; 817,
dibagi menjadi delapan kelas, antara lain:
Infeksi misalnya pielonefritis kronik
Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis
arteria renalis
Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa,sklerosis sistemik progresif
Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus ginjal
Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbale
Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali
kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus)
diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh
hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
3/27
sampai dari nefronnefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada
yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik
dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke
dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala
uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448). Perjalanan umum gagal
ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan penderita
asimtomatik.
Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate besarnya 25%
dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar
kreatinin serum mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan
poliuri.
Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari normal,
kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar bloodureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992: 813-814)
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah
tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik
waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi
mungkin juga sangat parah.
2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat retensi cairan
dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin aldosteron), gagal jantung kongestif dan
udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan
perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang,
perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
3. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Sistem kardiovaskuler
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
4/27
Hipertensi
Pitting edema
Edema periorbital
Pembesaran vena leher
Friction sub pericardial
b. Sistem Pulmoner
Krekel
Nafas dangkal
Kusmaull
Sputum kental dan liat
c. Sistem gastrointestinal
Anoreksia, mual dan muntah
Perdarahan saluran GI
Ulserasi dan pardarahan mulut
Nafas berbau ammonia
d. Sistem musculoskeletal
Kram otot
Kehilangan kekuatan otot
Fraktur tulang
e. Sistem Integumen
Warna kulit abu-abu mengkilat
Pruritis
Kulit kering bersisik
Ekimosis
Kuku tipis dan rapuh Rambut tipis dan kasar
f. Sistem Reproduksi
Amenore
Atrofi testis
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
5/27
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Suyono (2001), untuk menentukan diagnosa pada CKD dapat dilakukan cara sebagai
berikut:
1. Pemeriksaan laboratorium
Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem dan membantu menetapkan
etiologi.
2. Pemeriksaan USG
3. Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa
pembesaran ginjal.
4. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia dan
gangguan elektrolit
F. PENCEGAHAN
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan sering kali tidak
menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan kejadian yang
sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap peningkatan kesehatan.
Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan urinalisis. Pemeriksaan kesehatan
umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi insufisiensi sampai menjadi kegagalan
ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan masalah medis dengan sempurna dan mengawasi
status kesehatan orang pada waktu mengalami stress (infeksi, kehamilan). (Barbara C Long,
2001)
G. PENATALAKSANAAN
1. Dialisis (cuci darah)
2. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemid
(membantu berkemih)
3. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
4. Transfusi darah
5. Transplantasi ginjal
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
- Nama : Tn. A
- Usia : 59
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Suku/ bangsa : Bali/Indonesia
- Agama : Hindu
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
6/27
- Pendidikan : S1
- Pekerjaan : PNS
- Alamat : Jl. Gelatik
2. Riwayat kesehatan sekarang
Disfungsi ginjal dapat menimbulkan serangkaian gejala yang kompleks dan tampak di seluruh
tubuh. Riwayat sakit harus mencakup informasi berikut yang berhubungan dengan fungsi renal
dan urinarius.
a. Keluhan utama pasien atau alasan utama mengapa ia datang ke rumah sakit.
b. Adanya rasa nyeri: kaji lokasi, karakter, durasi, dan hubungannya dengan urinasi; faktor-faktor
yang memicu rasa nyeri dan yang meringankannya.
c. Adanya gejala panas atau menggigil, sering lelah, perubahan berat badan, perubahan nafsu
makan, sering haus, retensi cairan, sakit kepala, pruritus, dan penglihatan kabur.
d. Pola eliminasi
1) Kaji frekuensi, urgensi, dan jumlah urine output.
2) Kaji perubahan warna urin.3) Kaji adanya darah dalam urin.
4) Disuria; kapan keluhan ini terjadi : pada saat urinasi, pada awal urinasi, atau akhir urinasi.
5) Hesitancy; mengejan : nyeri selama atau sesudah urinasi.
6) Inkontinensia (stress inkontinensia; urge incontinence; overflow incontinence; inkontinensia
fungsional). Adanya inkontinensia fekal menunjukkan tanda neurologik yang disebabkan oleh
gangguan kandungkemih.
7) Konstipasi dapat menyumbat sebagian urethra, menyebabkan tidak adekuatnya pengosongan
kandung kemih.
e. Pola nutrisi metabolik
1) Kaji jumlah dan jenis cairan yang biasa diminum pasien : kopi, alkohol, minuman berkarbonat.Minuman tersebut sering memperburuk keadaan inflamasi system perkemihan.
2) Kaji adanya dehidrasi ; dapat berkontribusi terjadinya infeksi saluran kemih, pembentukkan batu
ginjal, dan gagal ginjal.
3) Kaji jenis makanan yang sering dikonsumsi pasien. Makanan yang mengandung tinggi protein
dapat menyebabkan pembentukkan batu saluran kemih. Makanan pedas memperburuk keadaan
inflamasi system perkemihan.
4) Kaji adanya anoreksia, mual, dan muntah. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi status cairan.
5) Kaji kebiasaan mengkonsumsi suplemen vitamin, mineral, dan terapi herbal.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Riwayat infeksi traktur urinarius
1) Terapi atau perawatan rumah sakit yang pernah dialami untuk menanggani infeksi traktus
urinarius, berapa lama dirawat.
2) Adanya gejala panas atau menggigil.
3) Sistoskopi sebelumnya, riwayat penggunaan kateter urine dan hasil-hasil pemeriksaan
diagnostik renal atau urinarius
b. Riwayat keadaan berikut ini :
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
7/27
1) Hematuria, perubahan warna, atau volume urin.
2) Nokturia dan sejak kapan dimulainya.
3) Penyakit pada usia kanak-kanak (strep throat, impetigo, sindrom nefrotik).
4) Batu ginjal (kalkuli renal), ekskresi batu kemih ke dalam urin.
5) Kelainan yang mempengaruhi fungsi ginjal atau traktus urinarius (diabetes mellitus, hipertensi,
trauma abdomen, cedera medula spinalis, kelainan neurologi lain, lupus eritematosus sistemik,
scleroderma, infeksi streptococcus pada kulit dan saluran napas atas, tuberculosis, hepatitis virus,
gangguan kongenital, kanker, dan hyperplasia prostate jinak).
c. Untuk pasien wanita : kaji jumlah dan tipe persalinan (persalinan pervaginan, sectio caesarea);
persalinan dengan forseps; infeksi vagina, keputihan atau iritasi; penggunaan kontrasepsi.
d. Adanya atau riwayat lesi genital atau penyakit menular seksual.
e. Pernahkah mengalami pembedahan ; pelvis atau saluran perkemihan.
f. Pernahkah menjalani terapi radiasi atau kemoterapi.
g. Kaji riwayat merokok. Merokok dapat mengakibatkan risiko kanker kandung kemih. Angka
kejadian tumor kandung kemih empat kali lebih tinggi pada perokok daripada bukan perokok.
4. Riwayat kesehatan keluarga
a. Kaji adanya riwayat penyakit ginjal atau kandung kemih dalam keluarga (polisistik renal,
abnormalitas kongenital saluran kemih, sindrom Alports / nephritis herediter).
b. Kaji adanya masalah eliminasi yang dikaitkan dengan kebiasaan keluarga
5. Riwayat kesehatan social
a. Kaji riwayat pekerjaan, apakah terpapar oleh bahan-bahan kimia seperti phenol dan ethylene
glycol. Bau ammonia dan kimia organic dapat meningkatkan risiko kanker kandung kemih.
Pekerja tekstil, pelukis, peata rambut, dan pekerja industri mengalami risiko tinggi terkena
tumor kandung kemih. Seseorang yang lebih sering duduk cenderung mengalami statis urinsehingga dapat menimbulkan infeksi dan batu ginjal.
b. Seseorang yang mengalami demineralisasi tulang dengan keterbatasan aktivitas fisik
menyebabkan peningkatan kalsium dalam urin.
c. Laki-laki cenderung mengalami inflamasi prostat kronik atau epididimis setelah mengangkat
barang berat atau mengendarai mobil dengan jarak jauh.
d. Perlu juga informasi tempat tinggal pasien. Dataran tinggi lebih berisiko terjadi batu saluran
kemih karena kandungan mineral meningkat dalam tanah dan air di daerah dataran tinggi.
6. Pengobatan
a. Diuretik dapat mengubah kuantitas dan karakter output urin.
b. Phenazopyridine (pyridium) dan nitrofurantoin (macrodantin) dapat mengubah warna urin.
c. Anticoagulant dapat menyebabkan hematuria.
d. Antidepresant, antihistamin, dan obat-obatan untuk mengatasi gangguan neurology dan
musculoskeletal, dapat mempengaruhi kemampuan kandung kemih atau sphinter untuk
berkontraksi atau relaksasi secara normal.
7. Pola persepsi kognitif
a. Apakah gangguan eliminasi urin mempengaruhi perasaan dan kehidupan normal pasien.
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
8/27
b. Bagaimana perasaan pasien saat menggunakan kateter, kantung urin.
B. PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Fisik
a. Umum : Status kesehatan secara umum : lemah, letarghi
b. Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh
c. Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
Teknik pemeriksaan fisik Kemungkinan kelainan yang ditemukan
1. Inspeksi
a) Kulit dan membran mukosa. Catat warna, turgor, tekstur, dan pengeluaran keringat.
b) Mulut
c) Wajah
d) Abdomen
Pasien posisi terlentang, catat ukuran, kesimetrisan, adanya massa atau pembengkakan,
kembung, Kulit dan membran mukosa yang pucat, indikasi gangguan ginjal yang menyebabkan
anemia. Tampak ekskoriasi, memar, tekstur kulit kasar atau kering. Penurunan turgor kulit
merupakan indikasi dehidrasi. Edema, indikasi retensi dan penumpukkan cairan. Stomatitis,
napas bau amonia
Moon face Pembesaran atau tidak simetris, indikasi hernia atau adanya massa. Nyeri permukaan
indikasi disfungsi
renal. Distensi atau perut yang nyeri menetap, distensi, kulit mengkilap atau tegang.
e) Meatus urinary
Laki-laki posisi duduk atau berdiri, tekan ujung gland penis dengan memakai sarung tangan
untuk membuka meatus urinary. Pada wanita : posisi dorsal litotomi, buka labia dengan memakaisarung tangan. Perhatikan meatus urinary.
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
9/27
2. Palpasi
a) Ginjal
1) Ginjal kiri jarang dapat teraba, meskipun demikian usahakan untuk mempalpasi ginjal untuk
mengetahui ukuran dan sensasi. Jangan lakukan palpasi bila ragu karena dapat menimbulkan
kerusakan jaringan.
2) Posisi pasien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan.
3) Letakkan tangan kiri dibawah abdomen diantara tulang iga dan lengkung iliaka. Tangan kanan
dibagian atas. mengkilap dan tegang, indikasi retensi cairan atau ascites. Distensi kandung
kemih, pembesaran ginjal. Kemerahan, ulserasi, bengkak, atau adanya cairan, indikasi infeksi.
Pada laki-laki biasanya terdapat deviasi meatus urinary seperti defek kongenital. Jika terjadi
pembesaran ginjal, maka dapat mengarah ke neoplasma atau patologis renal yang serius.
Pembesaran kedua ginjal, indikasi polisistik ginjal. Tenderness/lembut pada palpasi ginjal maka
indikasi infeksi, gagal ginjal kronik. Ketidaksimetrisan ginjal indikasi hidronefrosis.4) Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan sementara tangan kiri mendorong ke
atas.
5) Lakukan hal yang sama untuk ginjal kanan
b) Kandung kemih
Secara normal, kandung kemih tidak dapat dipalpasi, kecuali terjadi distensi urin maka palpasi
dilakukan di daerah simphysis pubis dan umbilicus.
3. Perkusi
a) Ginjal
1) Atur posisi klien duduk membelakangi pemeriksa.
2) Letakkan telapak tangan tidak dominan diatas sudut kostovertebral (CVA), lakukan perkusi atau
tumbukan di atas telapak tangan dengan menggunakan kepalan tangan dominan.
3) Ulangi prosedur untuk ginjal kanan Jika kandung kemih penuh maka akan teraba lembut, bulat,
tegas, dan sensitif. Tenderness dan nyeri pada perkusi CVA merupakan indikasi
glomerulonefritis atau glomerulonefrosis.
b) Kandung kemih
1) Secara normal, kandung kemih tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin di atas 150 ml. Jika
terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi sampai setinggi umbilicus.
2) Sebelum melakukan perkusi kandung kemih, lakukan palpasi untuk mengetahui fundus kandung
kemih. Setelah itu lakukan perkusi di atas region suprapubic.
Jika kandung kemih penuh atau sedikitnya volume urin 500 ml, maka akan terdengar bunyi
dullness (redup) di atas simphysis pubis.
4. Auskultasi
Gunakan diafragma stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas sudut kostovertebral dan
kuadran atas abdomen. Jika terdengar bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen dan arteri renalis,
maka indikasi adanya gangguan aliran darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal).
2. Pemeriksaan Penunjang
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
10/27
Menurut Suyono (2001), untuk menentukan diagnosa pada CKD dapat dilakukan cara sebagai
berikut:
a. Pemeriksaan laboratorium
Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem dan membantu menetapkan
etiologi.
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
11/27
b. Pemeriksaan USG
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa
pembesaran ginjal.
c. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia dan
gangguan elektrolit.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
Faktor resiko meliputi:
Ketidakseimbangan cairan mempengarui volume sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan
vaskuler sistemik.
Gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia). Akumhulasi toksin (urea), klasifikasi jaringan lunak (deposit Ca+ fosfat).
2. Resiko tinggi terhadap cidera.
Faktor resiko meliputi:
Penekanan produksi/sekresi eritropoietin; penururnan produksi dan SDM hidupnya; gungguan
factor pembekuan, peningkatan kerapuhan kapiler.
3. Perubahan proses berpikir b/d perubahan fisiologis; akumulasi toksin (contoh urea, amonia),
asidosis metabolic, hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit, kalsifikasi metastatic pada otak.
4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit.
Factor resiko meliputi:
Ganguan status metabolic, sirkulasi (anemia dengan iskemia jaringan) dan sensasi(neuropati
perifer).
5. Resiko tinggi terhadap perubahan membram mukosa oral.
Factor resiko meliputi:
Kurang/penurunan salvias, pembatasan cairan.
Iritasi kimia, perubahan urea dalam saliva menjadi amonia.
6. Kurang pengetahuan [kebutuhan belajar], tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
b/d keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.
7. Ketidakpatuhan b/d Sistem nilai pasien: Keyakinan kesehatan, pengaruh budaya. Perubahan
mental; kurang/menolak sistem pendukung/sumber. Kompleksitas, biaya, efek samping terapi.
D. INTERVENSI DAN RASIONAL
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
Faktor resiko meliputi:
Ketidakseimbangan cairan mempengarui volume sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan
vaskuler sistemik.
Gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia).
Akumhulasi toksin (urea), klasifikasi jaringan lunak (deposit Ca+ fosfat).
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
12/27
Kriteria Hasil : mempertahankan curah jantung dengan TD dan frekuensi jantung dalam batas
normal; nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian.
Intervensi Rasional
Mandiri
Auskultasi bunyi jantung dan paru.
Evaluasi adanya edema perifer/kongesti
vaskular dan keluhan dispnea
S3/s4 dengan tonus muffled,
takikardia, frekuensi jantung tidak
teratur, takipnea, gemerisik, mengi,
dan edema/ distensi jugular
menunjukan ggk.
Kaji adanya/derajat hipertensi: awasi td:
perhatikan perubahan postural, contoh
duduk, berbaring, berdiri.
Hipertensi bermakna dapat terjadi
karena gangguan pada sistem
aldosteron renin-angiotensin
(disebabkan oleh disfungsi ginjal ).
Meskipun hipertensi umum,hipertensi
ortostatik dapat tejadi sehubungan
dengan defisit cairan, respons
terhadap obat anti hipertensi, atau
tamponade perikardial uremik.
Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan
lokasi, radiasi. Beratnya (skala 0-10) dan
apakah tidak menetap dengan inspirasi
dalam dan posisi terlentang.
Hipertensi dan gjk kronis dapat
menyebabkan im,kurang lebih pasien
ggk dengan dealisis mengalami
perikarditis, potensial resiko efusi
perikardial/tamponade.
Evaluasi bunyi jantung (perhatikan
friction rub), td, nadi perifer, pengisian
kapiler, kongesti vaskuler, suhu, dan
sensori/mental.
Adanya hipertensi tiba-tiba. Nadi
paradoksik, penyempitan tekanan
nadi, penurunan/tak adanya nadi
perifer. Distensi jugular nyata, pucat ,
dan penyimpangan mental cepat
menunjukan tanponade, yang
merupakan kedaruratan medik.
Tindakan/intervensi
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
13/27
Kaji tingkat aktivitas, respons
terhadap aktivitas.
Kaji tingkat aktivitas, respons terhadap
aktivitas.
Kelelahan dapat menyertai gjk juga
anemia.
Kolaborasi
Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh:
Elektrolit (kalium, natrium, kalsium,
magnesium), bun;
Ketidak seimbangan dapat
mengganggu konduksi elektrikal dan
fungsi jantung.
Foto dada Berguna dalam mengidentifikasi
terjadinya gagal jantung atau
kalsifikasi jaringan lunak.
Berikan obat anti hipertensi, contoh
prazozin (minipress), kaptopril (capoten),
klonodin (catapres), hidralazin
(apresoline).
Menurunkan tahanan vaskular
sistemik dan/atau pengeluaran renin
untuk menurunkan kerja miokardial
dan membantu mencegah GJK dan/
atau IM
Bantu dalam perikardiosentesis sesuai
indikasi.
Akumulasi cairan dalam kandung
perikardial dapat mempengaruhi
pengisian jantung dan kontraktilitas
miokardial mengganggu curah
jantung dan potensial reriko henti
jantung.
Siapkan dialisis Penurunan ureum toksik dan
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
14/27
memperbaiki ketidak seimbangan
elektrolit dan kelebihan cairan dapat
membatasi atau mencegah manifestasi
jantung, termasuk hipertensi dan efusi
perikardial.
2. Resiko tinggi terhadap cidera.
Faktor resiko meliputi:
Penekanan produksi/sekresi eritropoietin; penururnan produksi dan SDM hidupnya; gungguan
factor pembekuan, peningkatan kerapuhan kapiler.
Kriteria Hasil : tak akan mengalami tanda/gejala pendarahan, mempertahankan/menunjukkan
perbaikan nilai laboratorium.
Intervensi Rasional
Mandiri
Perhatikan keluhan peningkatan
kelelahan ,kelemahan. Observasi
takikardia, kulit/ membran mukosa pucat,
dispenia, dan nyeri dada. Rencanakan
aktifitas pasien untuk menghindari
kelelahan.
Dapat menunjukan anemia , dan
respos jantung untuk memper-
tahankan oksigenasi sel.
Awasi tingkat kesadaran dan prilaku Anemia dapat menyebabkan hipoksia
serebral dengan perubahan mental,
orientasi, dan respons prilaku.
Evaluasi respons terhadap aktivitas,
kemampuan untuk melakukan tugas .
Bantu sesuai kebutuahan dan buat jadwal
untuk istirahat.
Anemia menurunkan oksigenasi
jaringan dan meningkatkan
kelelahan , sehingga memerlukan
intervensi , perubahan aktivitas dan
istirahat.
Batasi contoh vaskular. Kombinasi tes
laboraturium bila mungkin
Pengambilan contoh darah
berulang/kelebihan dapat
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
15/27
memperburuk anemia.
Observasi pendarahan terus menerus dari
tempat penusuakan . Pendarahan/area
ekmosis karena trauma kecil. Peteke;
pembengkakan sendi atau membran
mukosa , contoh pendarahan
gusi, epitaksis berulang, hematemosis,
melena dan urin merah/berkabut.
Pendarahan daat terjadi dengan
mudah karena kerapuhan
kapiler/gangguan pembekuan dan
dapat memperburuk anemia.
Hematemesis sekresi gi/darah feses Stres dan abnormalitas hemostatik
dapat mengakibatkan perdarahan gi.
Berikan sikat gigi halus, pencukur
elektrik; gunakan jarum kecil bila
mungkin dan lakukan penekanan lebih
lama setelah menyuntikan/penusukan
vaskular.
Menurunkan resiko
pendarahan/pembentukan hematoma.
Kolaborasi
Awasi pemeriksaan laboratorium. Contoh: hitung darah lengkap: sdm, hb/ht:
Uremia (contoh peningkstsn smonis,ures, atau toksin lain) menurunkan
produksi eritropoetin dan menekan
produksi sdm dan waktu hidupnya.
Pada gagal jinjal kronis, hemoglobin
dan hematokrit biasanya rendah tetapi
diretensi; contoh pasien tidak
menunjukan gejala sampai hb
dibawah 7.
Jumlah trombosit, faktor pembekuan; Penekanan pembentukan trombosit
dan ketidakadekuatan kadar faktot III
dan VIII mengganggu pembekuan dan
potensial resiko
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
16/27
perdarahan. Catatan:pendarahan
dapat menjadi suli teratasi pada tahap
akhir penyakit.
Kadar PT Konsumsi protrombin abnormal
menurunkan kadar serum dan
mengganggu pembekuan.
Kolaborasi
Berikan darah segar, SDM kemasan
sesuai indikasi.Diperlukan bila pasien menunjukan
gejala anemia simtomatik, SDM
kemasan biasanya diberikan bila
pasien kelebihan cairan ataudilakukan dialisis. SDM washed
digunakan untuk mencegah
hiperkalemia sehubungan dengan
darah yang disimpan.
Berikan obat sesuai indikasi,contoh: Sediaan
besi, asam folat(Folvite); sianokobolamin(Betalin). Berguna untuk memperbaiki gejala
anemia sehubungan dengan
kekurangan nutrisi /karena
dialisis. Catatan : Besi tidak boleh
diberikan dengan ikatan fosfat karena
munurunkan absorpsi besi.
Simetidin (Tagamet); Ranitidin (Zantac);
antasida
Diberikan secara profilatik untuk
menurunkan/menetralkan asam
lambung dan menurunkan resikopendarahan GI.
Hemastitik/penghambat fibrinolisis,
contoh asam aminokaproik (Amicar);
Menghambat pendarahan yang tidak
reda secara spontan/berespons
terhadap pengobatan biasa.
Pelunak feses (Colace); Laksatif bulk
(Metamucil).
Mengejan terhadap feses bentuk keras
meningkatkan pendarahan
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
17/27
mukosa/rektal.
3. Perubahan proses berpikir b/d perubahan fisiologis; akumulasi toksin (contoh urea, amonia),
asidosis metabolic, hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit, kalsifikasi metastatic pada otak.
Kriteria Hasil : meningkatkan tingkat mental basanya, mengidentifikasi cara untukmengkompensasi gangguan kognitif/deficit memori.
Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji luasnya gangguan kemampuan
berpikir, memori, dan orientasi.
Perhatikan lapang perhatian.
Efek sindrom uremik dapat terjadi
dengan kekacauan/peka minor dan
berkembang perubahan kepribadian
atau ketidakmampuan untuk
mengamisilasi informasi danberpartisipasi dalam keperawatan.
Kewaspadaan terhadap perubahan
memberikan kesempatan untuk
evaluasi dan intervensi.
Pastikan dari orang terdekat, tingkat
mental pasien biasanya.
Memberikan perbandingan untuk
mengevaluasi perkembangan/
perbaikan gangguan.
Berikan orang terdekat informasi tentang
status pasien.
beberapa perbaikan dalam mental
mungkin diharapkan dengan
perbaikan kadar BUN, elektrolit, dan
pH serum yang lebih normal.
Berikan lingkungan tenang dan izinkan
menggunakan televisi, radio dan
kunjungan.
Meminimalkan rangsangan
lingkungan untuk menurunkan
kelebihan sensori/peningkatankekacauan saat mencegah devripasi
sensori.
Orientasikan kembali terhadap
lingkungan, orang, dan sebagainya.
Berikan kalender, jam, jendela keluar.
Memberikan petunjuk untuk
membantu dalam pengenalan
kenyataan.
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
18/27
Hindarkan kenyataan secara singkat,
ringkas, dan jangan menantang dengan
pemikiran yang tak logis
Konfrontsasi potensial membuatreaksi perlawanan dan dapat
meninbulkan ketidak percayaan
pasien dan meningkatkan penolakan
terhadap kenyataan.
Komunikasikan informasi/instruksi
dalam kalimat pendek dan sederhana.
Tanyakan pertanyaan ya/tidak. Ulangi
penjelasan sesuai keperluan.
Dapat membantu menurunkan
kekacauan dan meningkatkan
kemungkinan bahwa komunikasi akn
dipahami/diingat.
Buat jadwal teratur untuk aktivitas yang
diharapkan.
Membantu dalam memprtahankan
orientasi kenyataan dan dapat
menurunkan takut/kekacauan.
Tingkatkan istirahat adekuat dan tidak
mengganggu periode tidur.
Gangguan tidur dapat mengganggu
kemampuan kognitif lebih lanjut.
Kolaborasi
Awasi pemeriksaan laboratorium,contoh:
BUN/kreatinin,elektrolit serum, kadarglukosa,dan GDA (PO2,Ph).
Perbaikan peningkatkan/
ketidakseimbangan dapatmempengaruhi kognitif/mental.
Berikan tambahan O2 sesuai indikasi. Perbaikan hipoksia saja dapat
memperbaiki kognitif.
Hindari penggunaan barbiturat dan opiat. Obat-obatan secara normal
didetoksifikasi dalam ginjal akan
mengalami waktu paruh/efek
akumulasi, memperburuk kekacauan.
Siapkan untuk dialisis. Penyimpangan proses pikir nyata
dapat menunjukan memburuknya
azotemia dan kondisi umum,
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
19/27
memerlukan intervensi cepat untuk
meningkatkan homeostatis.
4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit.
Factor resiko meliputi:Ganguan status metabolic, sirkulasi (anemia dengan iskemia jaringan) dan sensasi(neuropati
perifer).
Kriteria Hasil : mempertahankan kulit utuh, menunjukkan prilaku atau teknik untuk mencegah
kerusakan/cidera kulit.
Intervensi Rasional
MandiriInsfeksi kulit terhadap perubahan warna,
torgor, vaskuler. Perhatikan kemerahan,
ekskoriasi. Observasi terhadap ekimosis,
purpura.
Menandakan area sirkulasiburuk/kerusakan yang dapat
menimbulkan pembentukan
dikubitus/infeksi.
Pantau masukan cairan dan hidrasi kulitdan membran mukosa.
Mendeteksi adanya dehidrasi atauhidrasi berlebihan yang
mempengaruhi sirkulasi dan integritas
jaringan pada tingkat seluler.
Inspeksi area tergantung terhadap edema. Jaringan edema lebih cenderungrusak/robek.
Ubah posisi dengan sering; gerakanpasien dengan perlahan; beri bantalan
pada tonjolan tulang dengan kulit domba,
pelindung siku/tumit.
Menurunkan tekanan pada edema,jaringan dengan perfusi buruk untuk
menurunkan iskemia. Peninggian
meningkatkan aliran balik statis venaterbatas/pembentukan edema.
Biarkan perawatan kulit. Batasi
penggunaan sabun. Berikan salep atau
krim (mis.,lanolin, Aquaphor).
Soda kue, mandi dengan tepung
menurunkan gatal dan mengurangi
pengeringan dari pada sabun. Losiondan salep mungkin diinginkan untuk
menghilangkan kerimg, robekan kulit.
Pertahankan linen kering, bebas keriput. Menurunkan iritasi dermal dan resiko
kerusakan kulit.
Selidiki keluhan gatal. Meskipun dialisis mengalami masalah
kulit yang berkenaan dengan uremik,gatal dapat terjadi karena kulit adalahrute ekskresi untuk produk sisa, mis.,
kristal fosfat (berkenaan
dengan hiperparatiroidisme padapenyakit tahap akhir).
Anjurkan pasien menggunakan kompres Menghilangkan ketidaknyamanan dan
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
20/27
lembab dan dingin untuk memberikantekanan (daripada garukan) pada area
pruritus. Pertahankan kuku pendek;
berikan sarung tengan selama tidur biladiperlukan.
menurunkan resiko cedera dermal.
Anjurkan menggunakan pakaian katunlonggar.
Mencegah iritasi dermal langsung danmeningkatkan evaporasi lembab pada
kulit.
Kolaborasi
Berikan matras busa/flotasi Menurunkan tekanan lama pada
jaringan, yang dapat membatasi
perfusi selular yang menyebabkaniskemia/nekrosis.
5. Resiko tinggi terhadap perubahan membram mukosa oral.Factor resiko meliputi:
Kurang/penurunan salvias, pembatasan cairan.
Iritasi kimia, perubahan urea dalam saliva menjadi amonia.
Kriteria Hasil : mempertahankan integritas membram mukosa, mengidentifikasi/melakukan
intervensi khusus untuk meningkatkan kesehatan mukosa oral.
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
21/27
Intervensi Rasional
Mandiri
Inspeksi rongga mulut; perhatikan
kelembaban, karakter saliva, adanyainflamasi, ulserasi, leukoplakia.
Memberikan kesempatan untuk
intervensi segera dan mencegahinfeksi.
Berikan cairan sepanjang 24 jam dalam
batas yang ditentukan.
Mencegah kekeringan mulut
berlebihan dari periode lama tanpa
masukan oral.
Berikan perawatan mulut sering/cuci
dengan larutan asam asetik 25%; berikanpermen karet, permen keras, mint
pernapasan antara makan.
Membran mukosa dapat menjadi
kering dan pecah-pecah. Perawatanmulut menyejukkan, melumasi, dan
membantu menyegarkan rasa mulut,
yang sering tak menyenangkan karenauremia dan keterbatasan masukan
oral. Pencucian dengan asam asetik
membantu menetralkan pembentukan
amonia dengan mengubah urea.
Anjurkan higiene gigi yang baik setelahmakan dan pada saat tidur. Anjurkan
menghindari floss gigi.
Menurunkan pertumbuhan bakteri danpotensial terhadap infeksi. Flos gigi
dapat melukai gusi, menimbulkan
perdarahan.
Anjurkan pasien menghentikan merokokdan menghindari produk/pencuci mulut
lemon/gliserin yang mengandungalkohol.
Bahan ini mengiritasi mukosa danmempunyai efek mengeringkan,
menimbulkan ketidaknyamanan.
Kolaborasi
Berikan obat-obatan sesuai indikasi, mis.,antihistamin: kiproheptadin (periaktin).
Dapat diberikan untuk menghilangkan
gatal.
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
22/27
6. Kurang pengetahuan [kebutuhan belajar], tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
b/d keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.
Kriteria Hasil : Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan. Melakukan
dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan alasan untuk tindakan.
Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup yang perlu. Berpartisipasi dalam program
pengobatan.
Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji ulang proses penyakit atau prognosis
dan kemungkinan yang akan dialami
Memberikan dasar pengetahuandimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informaasi.
Kaji ulang pembatasan askep diet,
termasuk fosfat (contoh produk susu,unggas, jagung, kacang) dan magnesium(contoh,produk gandum, polon-
polongan).
Pembatasan fosfat merangsang
kelenjar paratiroid untuk pergeserankalsium dari tulang (osteodistrofiginjal), dan akumulasi magnesium
dapat mengganggufungsi neurologis
dan mental.
Diskusikan masalah nutrisi lain, contohpengaturan masukan protein sesuai
dengan tingkat fungsi ginjal.
Metabolit yang terakumulasi dalamdarah menurunkan hampir secara
keseluruhan dari katabolisme protein,
bila fungsi ginjal menurun protein
mungkin di batasi proporsinya.
Dorong pemasukan kalori tinggi,khususnya dari karbohidrat.
Penyimpanan protein, mencegahpenggunaan dan memberikan energi.
Diskusikan terapi obat, termasuktambahan kalsium dan ikatan posfat,
contoh antasida aluminium hidroksida
( amfogel, basalgel) dan menghindariantasida magnesium
( milanta,maalox,gelusil).
Mencegah komplikasi serius, contohpenurunan absorbsi fosfat dari traktus
GI dan pengiriman kalsium untuk
mempertahankan kadar normal serum,menurunkan resiko fraktur, tetani.
Tekankan pentingnya membaca semua
label produk ( obat dan makanan) dantidak meminum obat tanpa menanyakanpada pemberi perawatan.
Ini sulit untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit bilapemasukan oksigenus bukan faktordalam pembatasan diet, contoh
hiperkalsemia dapat di akibatkan oleh
penggunaan suplemen rutin dalam
kombinasi dengan peningkatanpemasukan diet makanan yang di
perkaya kalsium dan obat
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
23/27
mengandung kalsium.
Kaji ulang tindakan untuk mencegahpendarahan, contoh penggunaan sikat
gigi halus, pencukur elektrik; hindari
konstipasi, menghirup hidung keras,
latihan keras/olah raga kontak.
Menurunkan resiko sehubungandengan perubahan faktor
pembekuan/penurunan jumlah
trombosit.
Instruksikan dalam observasi diri danpengawasan TD, termasuk jadwal
istirahat sebelum mengukur
TD, menggunakan lengan/posisi yangsama.
Insiden hipertensi meningkat padaGGK, sering memerlukan penanganan
dengan obat anti hipertensi, perlu
untuk observasi ketat terhadap efekpengobatan, contoh respon vaskular
terhadap obat.
Waspadakan tentang terpajan pada suhu
eksternal ekstrim, contoh bantalan
panas/salju.
Neuropati perifer dapat terjadi
khususnya pada ekstremitas bawah
( efek uremia, keseimbangan
elektrolit/asam-basa), menganggusensasi perifer dan potensial resiko
cedera jaringan.
Buat program latihan rutin, dalam
kemampuan individu; menyelingi periodeistirahat dengan aktivitas.
Membantu dalam mempertahankan
tonus otot dan kelenturan sendi.Menurunkan resiko sehubungan
dengan imobilisasi ( termasuk
demineralasasi tulang) dan mencegahkelemahan.
Perhatikan masalah seksual Efek pisiologis uremia/terafi antihipertensi dapat mengganggu
hasrat/penampilan seksual.
Identifikasi tanda/gejala yang
memerlukan evaluasi medik segera,contoh;
Demam derajat rendah, menggigil,
perubahab karakteristik urine/sputum,
pembengkakan jaringan/drainase, ulkusoral;
Depresi sistem imun, anemia,malnutrisi, semua meningkatkan
resiko infeksi.
Kebas/kesemutan pada jari,abdominal/kram otot, spasme karpopedal;
Uremia dan penurunan absorpsikalsium dapat menimbulkan neuropati
perifer.
Pembengkakan sendi/nyeri tekan,
penurunan ROM, penurunan kekuatanotot;
Hiperfosfatemia dengan pergeseran
kalsium dapat mengakibatkandeposisi kelebihan fosfat kalsium
sebagai klasifikasi dalam sendi dan
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
24/27
jaringan lunak. Gejala pada tulangrangka sering terlihat sebelum
gangguan pada fungsi organ
Sakit kepala, penglihatan kabur, edema
periorbital/sakral, mata merah.
Dugaan terjadinya/kontrol
hipertensiburuk,dan/atau perubahn
pada mata yang disebabkan olehkalsium.
Kaji ulang strategi untuk mencegah
kostipasi, termasuk pelunak feses
(Colace) dan laksatif bult (Metamuci)tetapi menghindari produk magnesium
(susu magnesia).
Menurunkan pemasukan cairan,
perubahan pada pola diet, dan
penggunaan produk ikatan fosfatsering mengakibatkan konstifasi yang
tidak responsif terhadap intervensi
non medikal. Penggunaan produkmengandung magnesium
meningkatkan resiko
hipermagnesemia.
7. Ketidakpatuhan b/d Sistem nilai pasien: Ansietas Keyakinan kesehatan, pengaruh budaya.
Perubahan mental; kurang/menolak sistem pendukung/sumber. Kompleksitas, biaya, efek
samping terapi.
Kriteria Hasil : Menyatakan pengetahuan akurat tentang penyakit dan pemahaman program,
Berpartisipasi dalam membuat tujuan dan rencana pengobatan, Membuat pilihan pada tingkat
kesepian berdasarkan informasi yang akurat, Mengidentifikasi/menggunakan sumber dengan
tepat.
Intervensi RasionalMandiri
Yakinkan persepsi/pemahaman
pasien/orang terdekat terhadap situasi dankonsekuensi perilaku.
Memberikan kesadaran bagaimanapasien memandang penyakitnya
sendiri dan program pengobatan dan
membantu dalam memahami masalahpasien.
Tentuksn sistem nilai (keyakinan
perawatn kesehatan dan nilai budaya).
Program terapi mungkin tidak sesuai
dengan pola hidup sosial/budaya, dan
rasa tanggung jawab/peran pasien.
Dengarkan/mendengar dengan aktif pda
keluhan/ pernyataan pasien.
Menyampaikan pesan masalah,
keyakinan pada kemampuan individudan mengatasi situasi dalam cara
positif.
Identifikasi perilaku yang
mengidikasikan kegagalan untuk
mengikuti program pengobatan.
Dapat memberikan informasi tentang
alasan kurangnya kerja sama dan
memperjelas area yang memerlukanpemecahan masalah.
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
25/27
Kaji tingkat ansietas, kemampuan
kontrol, perasaan tak berdaya.
Tingkat ansietas berat mempengaruhi
kemampuan pasien mengatsi situasi.Meskipun pasien secara internal
termotivasi ( rasa kontrol internal),
pasif cenderung menjadipasif/tergantung pada penyakit berat,jangka panjang.
Tentukan arti psikologis perilaku. Pasien dapat menolak kenyataan
kondisi fisik/proses penyakit kronis
takdapat pulih; tahap proses
berkabung dapat menunjukankemerahan, tingkat laku kasar atau
perilaku menolak.
Evaluasi pasien pendukung/sumber yang
digunakan oleh pasien. Anjurkan pilihanyang tepat.
Adanya sistem pendukung adekuat
membantu pasien untuk mengatasikesulitan penyakit lama.
Kaji perilaku memberikan perawatankesehatan pada pasien/perilaku.
Pendekatan yang menghakimi dapatmembuat barier/kekuatan yang
menjauhkan pasien, menurunkan
kemungkinan meningkatnyapengaruh.
Terima pilihan/titik pandangan pasien,seolah-olah hal ini tampak menjadi
merusak diri.
Pasien mempunyai hak untukmembuat keputusan /pilihan sendiri,
dan penerimaan dapat memberikan
rasa kontrol, yang akan membantupasien melihat lebih dengan jelas
konsekuensi pilihan.
Buat tujuan bertahap dengan pasien;
modifikasi program sesuai
keperluan/kemungkinan.
Bila pasien telah berpartisipasi dalam
menyusun tujuan, rasa
menguntungkan mendorong kerjasama dan minat untuk menyatu
dengan/bekerja dengan program
seperti yang dibuat.
Buat sistem pengawasan diri, contoh TD,
penimbangan; memberikan salinanlaporan laboratorium.
Memberikan rasa kontrol,
memampukan pasien untuk mengikutikemajuan sendiri dan membuat
pilihan informasi.
Berikan umpan balik positif untuk
upaya/keterlibatan dalam terapi.
Meningkatkan harga diri, mendorong
partisipasi dalam programselanjutnya.
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
26/27
-
7/23/2019 Chronic Kidne Diseasea
27/27
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes E. Mrylynn, dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC