chronic kidney dissease
DESCRIPTION
Bed Side Teaching Ilmu Penyakit DalamTRANSCRIPT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
BED SIDE TEACHING NO. RM: 652965A. IDENTITAS
Nama lengkap : Tn W.S
Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Status : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Alamat : Kepanjen RT 09, Banguntapan, Bantul
Masuk RS tanggal : 21 Maret 2015
Tanggal Pemeriksaan : 23 Maret 2015
Bangsal : Edelweiss
Pembimbing : dr. Endang Widiastuti, Sp.PD
Dokter yang merawat : dr. Endang Widiastuti, Sp.PD Ko-asisten: Dyah Nuriisa Arintadewi
B. SUBYEKTIF AUTOANAMNESA
A. Keluhan Utama : Sulit makan
B. Keluhan Tambahan :
Mual, muntah, lemas, batuk dan gatal-gatal
C. Riwayat Penyakit Sekarang:
HMRS
Pasien datang ke IGD RS Jogja dengan keluhan sulit makan selama kurang lebih 1
bulan terakhir. Pasien tidak mau makan karena sering merasa mual dan muntah terutama
jika makan. Pasien juga mengeluhkan lemas dan batuk sejak kurang lebih 1 bulan. Batuk
berdahak tapi dahak tidak dapat keluar. Pasien juga mengeluhkan sering gatal-gatal di
badannya. Tidak tentu lokasisnya, hanya terasa gatal di bawah kulit dan tidak ada warna
kemerahan pada bagian yang gatal.
Sesak nafas (-) penurunan berat bedan (+) BB sebelumnya 68 kg, sekarang 52 kg.
Keringat malam (-). BAK (+) jumlahnya sedikit dengan frekuensi jarang. Dalam satu hari
BAK < 3x, kira-kira 150-200 cc/ hari. Nyeri saat berkemih (-) anyang-anyangen (-) nyeri 1
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
BED SIDE TEACHING NO. RM: 652965punggung (-) BAK bercampur darah (-) Dalam sehari minum kurang lebih 6 gelas perhari.
BAB (+) normal. BAB cair (-), kesulitan BAB (-)
D. Anamnesis sistem :
Sistem Saraf Pusat : penurunan kesadaran (-), kejang (-), pusing (-), demam (-)
menggigil (-), nyeri kepala (-)
Sistem Kardiovaskuler : nyeri dada (-), berdebar-debar (-), pucat (-)
Sistem Respirasi : sesak nafas (-), batuk (+), pilek (-), mengi (-)
Sistem Pencernaan : mual (+), muntah (+), diare (-), nyeri perut bagian bawah (-),
BAB hitam (-), konstipasi (-)
Sistem Urogenital : sulit BAK (-), BAK sedikit (+), urin berwarna seperti air teh(-),
nyeri boyok (-), nyeri berkemih (-), anyang- anyangan (-), rasa
panas (-), BAK bercampur darah (-)
Sistem Muskuloskeletal : gerakan bebas (+), nyeri otot (-), nyeri sendi (-), nyeri tulang(-),
bengkak sendi (-), peradangan sendi (-)
Sistem Integumentum : biru (-), kuning (-), ruam kemerahan (-), gatal (+), pucat (-)
Sistem Hematologi : mimisan (-), gusi berdarah (-), bintik kemerahan (-)
Riwayat Penyakit dahulu
Riwayat penyakit darah tinggi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit paru : disangkal
Riwayat penyakit kencing manis : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat penyakit kuning : disangkal
Riwayat penyakit asma : disangkal
Riwayat penyakit kanker : disangkal
Riwayat penyakit alergi : disangkal
Riwayat penyakit operasi : disangkal
Riwayat penyakit serupa : disangkal
2
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
BED SIDE TEACHING NO. RM: 652965Riwayat Penyakit keluarga yang diturunkan
Riwayat penyakit darah tinggi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit paru : disangkal
Riwayat penyakit kencing manis : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat penyakit kuning : disangkal
Riwayat penyakit asma : disangkal
Riwayat penyakit kanker : disangkal
Riwayat penyakit alergi : disangkal
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Hubungan dengan keluarga harmonis, komunikasi dengan keluarga lancar dan hubungan
dengan teman dan tetangga baik. Ekonomi cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pasien sekarang tidak bekerja, hanya tinggal di rumah bersama istri, anak dan cucu-cunya.
Sebelumnya pasien bekerja serabutan. Pasien suka mengkonsumsi jamu pegal linu.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Kesan umum
KU : CM
Kesadaran : GCS → E4 V5 M6
Kesan Gizi :
Berat badan : 52 kg
Tinggi badan : 168 cm
BMI = BB (kg) = 52 = 23,33 kg/m2 ( NORMAL)
(TB)2 m (1,68)2
3
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
BED SIDE TEACHING NO. RM: 652965Status Gizi :
KLASIFIKASI BMI
Underweight < 18,5
Normal 18,5 – 24,9
Pre-obese 25 – 29,9
Obese I 30 – 34,9
Obese II 35 – 39,9
Obese III ≥ 40
Vital sign
Tekanan darah: 180/100 mmHg
Heart Rate : 100 x/ menit, isi tegangan cukup, reguler
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,80C, per aksiller
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan kulit : ikterik (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-), turgor elastisitas
kulit kembali cepat (+), ruam makulopapular (-), bintik merah (-), tanda peradangan (-)
2. Pemeriksaan kepala
- Bentuk kepala : mesocephal
- Rambut : hitam sebagian putih, distribusi merata
3. Pemeriksaan mata
- Palpebra : edema (-/-), ptosis (-/-)
- Konjungtiva : anemis (+/+), hiperemis (-/-)
- Sklera : ikterik (-/-)
- Pupil : reflek cahaya (+/+), isokor
4. Pemeriksaan telinga : nyeri tekan tragus (-/-), gangguan pendengaran (-/-), discharge (-/-),
serumen (-/-)
5. Pemeriksaan hidung : nafas cuping hidung (-/-), epistaksis (-/-), polip nasi (-/-)
6. Pemeriksaan mulut tenggorokan : mukosa bibir lembab (+), stomatitis (-), uvula simetris,
lidah, tonsil dan faring dalam batas normal, nyeri telan (-).
7. Pemeriksaan gigi : gigi lengkap(+), karies (-)4
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
BED SIDE TEACHING NO. RM: 6529658. Pemeriksaan leher
- Kelenjar tiroid : tidak membesar
- Kelenjar lnn : tidak membesar, nyeri (-)
- JVP : tidak meningkat
9. Pemeriksaan Dada : bentuk normochest
a. Paru Depan
Inspeksi :
Statis : Simetris, Ketertinggalan gerak (-)
Dinamis : Simetris, hemithoraks kanan = kiri, ketinggalan gerak (-), sela iga
tidak melebar, retraksi intercostal (-),subcostal (-), suprasternal (-)
Palpasi : vokal fremitus kanan sama dengan vokal fremitus kiri, pergerakan
hemithorak kanan dan kiri simetris
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi : suara dasar : vesikular (+/+), suara tambahan : RBK (-/-), RBB (-/-),
wheezing (-/-)
b. Paru Belakang
Inspeksi :
Statis : simetris, ketinggalan gerak (-)
Dinamis : hemithoraks kanan = kiri, ketinggalan gerak (-)
Palpasi : vokal fremitus kanan sama dengan vokal fremitus kiri
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi : suara dasar : vesikular (+/+), suara tambahan : RBK (-/-), RBB (-/-),
wheezing (-/-)
c. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis terlihat di SIC V linea midaxillaris sinistra
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC VI linea mid-klavikularis sinistra, tidak kuat
angkat.
Perkusi : Batas jantung :
Kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra
Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra
Kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra5
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
BED SIDE TEACHING NO. RM: 652965 Kiri bawah : SIC V linea midklavikula sinistra
Auskultasi : S1-S2 reguler, bising (-)
10. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : flat sejajar dengan dinding dada, sikatrik (-), tanda peradangan (-),
asites (-), pembesaran vena (-)
Auskultasi : peristaltik usus (+) normal.
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : supel, defans muskular (-), nyeri tekan (-) , hepar teraba 3 cm di bawah
arcus costa dan lien teraba membesar
11. Pemeriksaan extremitas : akral hangat (+), nadi kuat (+), perfusi jaringan baik CRT < 2”,
gerakan bebas (+), edema - -
- -
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Lab :
Tanggal, 21 Maret 2015
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN UNIT
HEMATOLOGY
Leukosit 6.0 4.6-10.6 10e3/ul
Eritrosit 2.38 L 4,2-5,4 10e3/ul
Hemoglobin 7.1 L 12.0-18.0 gr/dl
Hematokrit 20.4 L 37-47 %
MCV 85.7 81-99 Fl
MCH 29.8 27-31 Pg
MCHC 34.8 33-37 gr/dl
RDW-CV 12.8
Trombosit 129 L 150-450 10e3/ul
HITUNG JENIS
Neutrofil% 85.7 H 50-70 %
Lymfosit% 7.8 L 20-40 %
Monosit% 5.8 3-12 %
6
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
BED SIDE TEACHING NO. RM: 652965Eosinofil% 0.4 L 0.5-5.0 %
Basofil% 0.3 0-1 %
Neutrofil# 5.18 2-7 10ˆ3/ul
Lymfosit# 0.47 L 0.8-4 10ˆ3/ul
Monosit# 0.34 0.12-1.2 10ˆ3/ul
Eosinofil# 0.02 0.02-0.05 10ˆ3/ul
Basofil# 0.02 0-1 10ˆ3/ul
KIMIA
Gula Darah
Sewaktu
116 70-140 Mg/dL
Hati
SGOT
SGPT
19
19
<37
<42
Mg/dL
Mg/dL
Ginjal
Ureum
Creatinin
384
28.9
H
H
10-50
<0,9
Mg/dl
Mg/dl
LFG = (140 – usia) x BB
72 x Kreat.plasma (mg/dL)
= (140 – 64) x 52 = 3.952
72 x 28.9mg/dL 2.080,8
= 1,89 ( STAGE V )
7
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
BED SIDE TEACHING NO. RM: 65296522 Maret 2015
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
HEMATOLOGI
Masa Perdarahan (BT) 2’30” < 6 Menit
Masa Penjendalan (CT) 7’00” < 12 Menit
ELEKTROLIT
Natrium 131 L 135 – 148 Mmol/I
Kalium 5.6 H 3.7 – 5.3 Mmol/I
Chlorida 102 98 – 109 Mmol/I
IMUNO-SEROLOGI
HbsAg (Rapid) Non Reaktif (-) Non Reaktif
Pemeriksaan foto thorax ( 21 Maret 2015)
Kesan : Pulmo dan Cor dalam batas normal
E. ASSESMENT
Problem sementara :
No Problem Assesment
1 Sulit makan
CKD STAGE V
Anemia Normositik
Normokromik
2 Mual
3 Muntah
4 Gatal
5 Conjungtiva anemis
6
Ureum : 384 (meningkat)
Creatinin : 28.9 (meningkat)
7 LFG = 1,89
8
Hb : 7.1 (menurun)
MCV : 85.7 (normal)
9 Tekanan darah : 180/100 Hipertensi Stage II
10 Natrium : 131 (turun) Hiponatremia
11 Kalium : 5.6 (meningkat) Hiperkalemia
8
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
BED SIDE TEACHING NO. RM: 652965Problem Permanen :
Chronic Kidney Disease
F. PLANNING
1. CHRONIC KIDNEY DISEASE STAGE V
IP Diagnosis:
Pemeriksaan elektrolit Sudah dilakukan
Pemeriksaan fungsi ginjal Sudah dilakukan
Pemeriksaan Ro Thorax Sudah dilakukan
Pemeriksaan USG Abdomen Belum dilakukan
IP Terapi :
Terapi pada gagal ginjal disesuaikn dengan stagenya. Namun, pada umumnya terapi
CKD adalah sebagai berikut :
a. Kontrol tekanan darah dengan ACE Inhibitor dan ARB
b. Jika terdapat DM sebagai penyerta, pasien harus menghindari metformin dan obat-obat
sulfonilurea dengan masa kerja panjang. Target HbA1C pasien DM tipe II adalah 6%
c. Koreksi anemia dengan target 10-12g/dL
d. Koreksi hipofosfatemi dengan kalsium karbonat atau kalsium asetat
e. Kontrol osteodistrofi renal dengan kalsitriol
f. Koreksi asidosis metabolik dengan target HCO3 20-22 mEq/L
g. Koreksi hiperkalemia
h. Kontrol dislipidemia dengan target LDL<100 mg/dl, dianjurkan golongan statin
i. Teri pengganti ginjal
Pada kasus ini, pasien sudah berada di stage V (LFG = 1,89) , maka terapi yang dapat
diberikan berupa Terapi pengganti ginjal berupa hemodialisis atau dengan transplantasi
ginjal/cangkok ginjal.
9
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
BED SIDE TEACHING NO. RM: 652965Grad
e
Penjelasan GFR Rencana Tatalaksana
I Kerusakan ginjal dengan
GFR normal
≥ 90 Terapi penyakit dasar
Evaluasi perburukan fungsi ginjal
Perkecil resiko kardiovaskular
II Kerusakan ginjal dengan
GFR menurun ringan
60-89 Menghambat perburukan fungsi Ginjal
III Kerusakan ginjal dengan
GFR menurun sedang
30-59 Evaluasi dan terapi komplikasi
IV Kerusakan ginjal dengan
GFR menurun berat
15-29 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal
V Gagal ginjal <15 Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau
tranplantasi ginjal
Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal (TPG) yang digunakan kepada
penderita penurunan fungsi ginjal baik akut maupun kronik dengan metode pemisahan racun/
zat sisa yang masih terdapat di dalam darah melalui mesin hemodialisis.
Prinsip kerja hemodialisa adalah aliran darah yang penuh dengan toksin dialihkan dari
pasien ke dializer tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ke
tubuh pasien. Ada 3 prinsip yang mendasari kerja hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan
ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi dengan
cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi yang tinggi, ke cairan dialisat dengan
konsentrasi yang lebih rendah. Cairan dialisat terdiri dari semua elektrolit penting dengan
konsentrasi ekstraseluler yang ideal. Kelebihan cairan akan dikeluarkan dari tubuh dengan
proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan,
dimana air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan
yng lebih rendah (cairan dialisat). Gradien ini dapat ditngkatkan melalui penambahan
tekanan negative yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negative
diterapkan pada alat ini sebagai kekuatan penghisap pada membran dan memfasilitasi
pengeluaran air.
10
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
BED SIDE TEACHING NO. RM: 652965
Akses yang dapat digunakn pada sirkulasi darah pasien terdiri atas kateter subklavikula
dan femoralis, fistula dan Tandur. Untuk penggunaan segera (darurat) dan sementara dapat
digunakan kateter subklavikula dan femoralis. Penggunaan kateter fistula biasa digunakan
untuk yang lebih permanen. Perlu dilakukan tindakan pembedahan ( biasanya dibawah
lengan bawah) dengan cara menghubungkan atau menyambung (anastomosis) pembuluh
arteri dengan vena secara side to side. Dibutuhkan 4-6 minggu untuk menunggu
pematangannya. Sedangkan sistem tandur adalah cara yang digunakan jika pembuluh darah
pasien sendiri tidak cocok untuk dijadikan fistula.
Indikasi hemodialisa jika keadaan umum pasien buruk dan gejala klinis nyata, K serum
? 6 mEq/L, ureum darah > 200 mg/L, pH darah < 7,1, Anuria berkepanjangan(>5hari) dan
fluid overloaded. Sedangkan komplikasi dari terapi dialisis sendiri adalah terjadinya
hipotensi, emboli udara, nyeri dada, pruritus, kram otot, dan mual muntah.
Sedangkan untuk pasien dengan CKD tanpa indikasi hemodialisis kita dapat
memberikan terapi sebagai berikut :
Komplikasi
Kardiovaskular, gangguan keseimbangan asam basa, cairan danelektrolit, osteodistrofi renal
dan anemia.
Prognosis
Dubia11
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
BED SIDE TEACHING NO. RM: 652965
2. ANEMIA NORMOSITIK NORMOKROMIK
IP Diagnosis :
Pemeriksaan Darah rutin (Hb) : Sudah dilakukan, diulang setelah Hemodialisa
Pemeriksaan status besi : Belum dilakukan
IP Terapi :
Untuk kasus CKD, kita perlu melakukan koreksi anemia dengan target Hb 10-12 d/dl. Ada
beberapa variasi untuk pengobatan anemia pada kasus gagal ginjal, yaitu :
1. Suplementasi eritropoetin (EPO)
2. Pembuangan eritropoesis inhibitor endogen dan toksin hemolitik endogen dengan terapi
transplantasi ginjal ekstra korporeal atau peritoneal dialisis.
3. Pembuangan kelebihan aluminium dengan deferoxamine
4. Mengkoreksi hiperparatiroid
5. Terapi Androgen
6. Mengurangi iatrogenic blood loss
7. Suplementasi besi
8. Suplementasi asam folat
9. Transfusi darah
3. HIPERTENSI GRADE II
IP Diagnosis :
Berdasarkan JNC 8
Sistolik Diastolik
Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi Derajat I 140 – 159 90 – 99
Hipertensi Derajat II ≥ 160 ≥ 100
IP Terapi :12
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
BED SIDE TEACHING NO. RM: 652965Kontrol tekanan darah pada pasien dengan menggunakan obat anti hipertensi yang
sering digunakan dalam kasus CKD adalah golongan ACE Inhibitor, Antagonis Reseptor
AII dan diuretik. Pada penggunaan ACE-I kita perlu melakuan evaluasi kreatinin dan kalium
serum, bila terdapat peningkatan kreatinin >35% atau timbul hiperkalemi harus dihentikan.
Target penurunan tekanan darah pada pasien CKD menurut JNC 8 adalah sistole < 140
mmHg dan diastole < 90 mmHg
GOLONGAN NAMA OBAT Sediaan/Dosis Keterangan
ACE inhibitor -Captopril 3 x 12,5 mg
3 x 25 mg
50 mg
-Enapril 1 x 5 mg
1 x 10 mg
Untuk penderita kelainan
ginjal 2,5-5mg/hr
-Lisinopril 1-2x 5 mg
1 x 10 mg
CHF : awal 2,5 mg/hr,
efektif 5-20mg/hr
-Ramipril 1 x 2,5 mg
1x 5 mg
HT : awal 2,5 mg 1 x/hari,
pemeliharaan 2,5-5 mg/hr
-Quinapril 1-3 x 20 mg
ARB -Losartan 1-2 x 50 mg
-Valsartan 1-2 x 40 mg
1-2 x80 mg
1 x 160 mg
-Candesartan 1x 8 mg
1 x 16 mg
-Irbesartan ½ - 1 x 150 mg
300 mg
Pada pasien HD dapat
diberikan dosis 75 mg
CCB
Non dihidropiridin -Diltiazem 30 mg
-Verapamil 80 mg
-Amlodipine 5 mg
10 mg
Dihidropiridin -Felodipine 5 mg
13
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
BED SIDE TEACHING NO. RM: 652965-Nifedipine 30 mg
60 mg
Beta Blocker -propanolol 5 mg
10 mg
-Atenolol 50 mg
100 mg
-Bisoprolol 5 mg
-metaprolol 100 mg
Diuretik
Tiazid Hidrochlortiazid 25 mg
50 mg
Loop Diuretik -Furosemide 40 mg
Ampul 10 mg
Hemat Kalium -Torsemide 5 mg
10 mg
20 mg
-Spironolaktone 25 mg
100 mg
-triamteren 50 mg
100 mg
Edukasi
Modifikasi gaya hidup.
Komplikasi
Stroke, gagal jantung,proteiunuria, aterosklerosis, retinopati,angina pectoris, dan gagal
ginjal.
Prognosis
Dubia ad bonam
14
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
BED SIDE TEACHING NO. RM: 6529654. HIPONATREMIA
IP Diagnosis :
Pemeriksaan kadar elektrolit: sudah dilakukan
IP Terapi :
Untuk koreksi hiponatremia dapat diberikan NaCl hipertonis, sebagai berikut :
j. NaCl 3% : dapat diberikan jika kadar Natrium < 120 mEq/L atu dengan kondisi
klinis kejang, penurunan kesadaran dan gangguan neurologis.
k. NaCl 0,9% : dapat diberikan jika kadar Natrium > 125 mEq/L atau < 130 mEq/L.
5. HIPERKALEMIA
IP Dignosis :
Pemeriksaan kadar elektrolit : Sudah dilakukan ( evaluasi setiap 4 jam)
IP Terapi :
Pada hiperkalemia ringan (5-6 mEq/L), dapat digunakan :
1. Diuretik: furosemide 40 s.d 80 mg IV
2. Kalitake 1 x 5 mg oral
3. Resins: Kayexalate 15 s.d 30 g dalam 50 s.d 100 mL 20% sorbitol PO atau per rectum
Peningkatan sedang (6-7 mEq/L), dapat digunakan :
1. Glukosa + insulin: mix 25 g (50 mL D50) glukosa dan 10 U regular insulin diberikan
secara IV dalam 15 - 30 menit
Pemberian glukosa dengan 50 ml D50% setara dengan 10 IU insulin.
2. Sodium bicarbonate: 50 mEq IV dalam 5 menit
3. Nebulisasi albuterol: 10 s.d 20 mg nebulisasi selama 15 menit
15
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
BED SIDE TEACHING NO. RM: 652965G. TERAPI YANG SUDAH DIBERIKAN
Farmakologis :
1. Infus NaCl 0,9% mikro 12 tpm Koreksi Hiponatremia
2. Hemodialisa CKD
3. CaCO3 3x 1 CKD, preventif hipofosfatemi
4. Asam Folat 3 x 1 mg Anemia
5. Irbesartan 1 x 300 mg (pagi) Hipertensi stage II
6. Inj. Ranitidin IA/12 jam Mual, muntah
7. Inj. Ondansentron IA/8 jam mual, muntah
Non Farmakologis :
Diet BNPR (Bubur Nasi Protein Rendah)
Asupan protein : Pasien hemodialisi 1-1,2 gram/kgBB ideal/hari
Asupan kalori : 35 Kal/kg BB idel/hari
Karbohidrat : 50-60% dari kalori total
Edukasi
1. Jangan minum terlalu banyak, karena harus membatasi cairan yng masuk ke dalam tubuh
2. Hindari makanan yang mengandung Kalium tinggi seperti pisang, wortel, kentang, bayam,dll
3. Hentikan konsumsi jamu pengal linu
4. Modifikasi gaya hidup dan tidak merokok
Yogyakarta, 2 April 2015
dr. Endang Widiastuti, Sp.PD
16