cha ispa 2

Download CHA ISPA 2

If you can't read please download the document

Upload: devianita-anggraeni

Post on 25-Jun-2015

746 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

LAPORAN AKHIR COMMUNITY HEALTH ANALYSIS HUBUNGAN ANTARA FAKTOR RESIKO DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA

Disusun oleh: Nur Pudyastuti P. Devianita Anggraeni Bara Pradiansyah P G1A209093 G1A209152 G1A209146

Pembimbing Fakultas : dr. H.M. Mambodyanto SP., SH, MMR Pembimbing Lapangan : dr. Wahyu Mustadi

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT JURUSAN KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO September 2010

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KEMAJUAN AKHIR COMMUNITY HEALTH ANALYSIS HUBUNGAN ANTARA FAKTOR RESIKO DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dari Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kesehatan Masyarakat Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

Disusun oleh: Nur Pudyastuti P. Devianita Anggraeni Bara Pradiansyah P G1A209093 G1A209152 G1A209146

Telah dipresentasikan dan disetujui Tanggal, Oktober 2010

Preseptor Lapangan

Preseptor Fakultas

dr. Wahyu Mustadi NIP. 197606102009031005

dr. H.M. Mambodyanto SP., SH, MMR NIP.

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, kami kelompok Puskesmas Pekuncen dapat menyelesaikan Laporan Kemajuan Comunity Health Analysis dengan lancar. Tidak lupa shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, dan kepada para umatnya sampai akhir zaman. Laporan Kemajuan Comunity Health Analysis ini berisi gambaran secara umum tentang puskesmas Pekuncen, serta kami cantumkan hasil survei lapangan pada masyarakat di Kecamatan Pekuncen. Judul yang kami angkat untuk laporan ini adalah INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS PADA BALITA. Laporan ini kami dedikasikan untuk pihak Fakultas Kedokteran Dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman, Puskesmas Pekuncen, dan masyarakat Desa Tumiyang. Laporan ini dapat bermanfaat bagi masa depan Puskesmas Pekuncen khususnya untuk perbaikan kesehatan di Kecamatan Pekuncen. Pertama-tama kami sampaikan terima kasih kepada dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan, dr. Hj. Retno Widiastuti, MS dan Ketua Program Pendidikan Dokter, dr. Joko Setyono, MSc atas dukungan dan perizinan kepada pihak puskesmas Pekuncen. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing fakultas, dr. H.M. Mambodyanto SP., SH, MMR yang telah memberikan banyak masukan, dukungan, serta bimbingan kepada kami. Selain itu, kepada pihak Puskesmas Pekuncen, dr. Sri Setyati Yulia selaku kepala Puskesmas Pekuncen, dr. Wahyu Mustadi selaku pembimbing lapangan sekaligus dokter puskesmas, seluruh staf dan pihak-pihak lain di puskesmas yang mungkin tidak dapat kami sebutkan satu-persatu, atas bimbingan, dan penerimaan yang baik sehingga kami tidak mengalami kesulitan dalam melakukan praktek lapangan. Tidak lupa kami mengharapkan saran, masukan, kritik yang membangun sehingga kami akan berbuat lebih baik dalam proses pembelajaran di kesempatan yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi pada saluran pernafasan yang mencakup saluran pernafasan atas, bawah beserta adneksanya yang terjadi secara akut (bukan merupakan proses kronik). Kasus ISPA sebagian besar terjadi pada usia balita. Setiap anak balita diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. ISPA menyebabkan 4 dari 15 juta kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun pada setiap tahunnya (WHO, 2003). ISPA masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas balita di Indonesia, yaitu sebesar 28%. Angka tersebut sebagian besar terjadi pada ISPA bawah, khususnya akibat pneumonia. Kematian akibat pneumonia sebagai penyebab utama ISPA di Indonesia pada akhir tahun 2000 sebanyak lima kasus diantara 1.000 balita (Depkes RI, 2003). Sebagai kelompok penyakit, ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan. Sebanyak 40%-60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15%-30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA (Dirjen P2MPLP RI, 1996). Puskesmas Pekuncen merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten Banyumas dengan angka kejadian ISPA yang masih cukup tinggi. Pada Juli 2009 - Juli 2010, angka kejadian ISPA mencapai 3.372 dari 65.679 jumlah penduduk, dan 957 atau 28% yang terjadi pada balita. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian penyakit ISPA adalah faktor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor ekstrinsik terdiri dari ventilasi, kepadatan hunian, jenis lantai, luas jendela, letak dapur, penggunanaan jenis bahan bakar dan kepemilikan lubang asap. Sedangkan faktor intrinsik terdiri dari umur, jenis kelamin, status gizi, status imunisasi, dan pemberian ASI (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2001).

B. Tujuan 1. Mengenali faktor-faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan ISPA pada balita 2. Mengetahui hubungan antara faktor resiko dengan angka kejadian ISPA pada balita 3. Mengendalikan ISPA pada balita dengan upaya pencegahan penyakit

C. Manfaat 1. Bagi Mahasiswa Menambah pengetahuan mengenai penyakit ISPA dan faktor-faktor risiko serta pengendaliannya di masyarakat. 2. Bagi Masyarakat Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan ISPA dan cara pencegahannya 3. Bagi Puskesmas Dengan mengenali sedini mungkin faktor risiko ISPA di masyarakat diharapkan bisa mengurangi angka kejadian ISPA pada balita khususnya di Kecamatan Pekuncen

BAB II ANALISIS SITUASI

A. Gambaran Umum Kecamatan Pekuncen 1. Keadaan Geografi Kecamatan Pekuncen merupakan salah satu bagian wilayah Kabupaten Banyumas dengan luas wilayah 130 Km2. Terbagi dalam 16 desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Pekuncen. Desa Cikawung merupakan desa yang mempunyai wilayah paling luas yaitu sekitar ; 39,3 Km2. Sedangkan desa Pasiraman Kidul merupakan desa yang paling sempit wilayahnya yaitu : 0,79Km2. Letak geografis Kecamatan Pekuncen memiliki batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes b. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas Luas penggunaan lahan di Kecamatan Pekuncen dapat dirinci sebagai berikut: a. Tanah sawah b. Tanah pekarangan c. Tanah hutan d. Tanah Perkebunan e. Lain-lain : 1.858,29 Ha : 919,74 Ha

: 38.434,7 Ha : 1.743,7 : 224,8 Ha Ha

2. Keadaan Demografi a. Pertumbuhan penduduk Berdasarkan BPS Kecamatan Pekuncen hasil registrasi penduduk akhir tahun 2009 jumlah penduduk Kecamatan Pekuncen adalah 65.527 jiwa terdiri dari 32.696 jiwa lali-laki (49,9%) dan 32.831 jiwa perempuan (50,1%) tergabung dalam 20.547 rumah tangga/KK. Jumlah penduduk tahun 2009 yang tertinggi di desa Pekuncen sebanyak 5944 jiwa sedangkan terendah di desa Pasiraman Kidul yaitu 1736 jiwa. Kepadatan penduduk untuk Kecamatan Pekuncen adalah 505 jiwa/km b. Jumlah penduduk menurut golongan umur Jumlah penduduk menurut golongan umur di Kecamatan Pekuncen tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini :

Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur di Kecamatan Pekuncen Tahun 2009 NO KELOMPOK JUMLAH PENDUDUK UMUR/TAHUN LAKI- PEREMPUAN LAKILAKI LAKI+PEREMPUAN 65 1.673 1.873 3.546

1 2 3 4 5 6

JUMLAH 32.766 Sumber : BPS Kecamatan Pekuncen

32.913

65.679

Jika dilihat jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur. Penduduk berumur 15-44 tahun adalah kelompok umur terbanyak yaitu sebesar 30.800 jiwa (46,80%) maka penduduk Kecamatan Pekuncen

tergolong pada penduduk usia produktif. Sedangkan jumlah penduduk berumur 500 (5)

Besarnya Masalah per 10.000 penduduk Nilai99-50 (3) 49-10 (2) 9-5 (1) 3 dari 5 pertanyaaan kuesioner yang diberikan. Lingkungan dianggap buruk bila skor kuesioner < 3 dari 5 pertanyaan yang diberikan. 2. Faktor individu anak Faktor individu anak yang dinilai pada penelitian ini meliputi umur anak, berat badan lahir, status gizi, vitamin A, dan status imunisasi. Perilaku jajan anak adalah kebiasaan anak dalam mengkonsusmsi makanan ataupun minuman yang tidak higienis dan kurang bersih. Perilaku jajan ini dapat mempengaruhi kejadian sakit anak tanpa anak itu sendiri menyadarinya. Dalam penelitian perilaku jajan dikatakan baik bila skor 2 dan buruk bila skor < 2.

3. Hygiene anak Hygiene anak yang buruk berkaitan dengan kebersihan pribadi anak itu sendiri sehari-hari. Dalam penelitian hygiene dikatakan baik bila skor kuesioner > 2 dan buruk bila skor < 1.

E. Pengumpulan Data Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari data kuesioner. Pengisian kuesioner dilakukan oleh responden sendiri.

F. Instrumen pengambilan data Kuesioner yang terdiri dari pertanyaan close ended yaitu pertanyaan tentang faktor lingkungan, faktor individu anak, dan faktor perilaku yang mempengaruhi angka kejadian ISPA.

G. Rencana Analisis Data 1. Analisis Deskriptif Dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi tentang higienitas perorangan dan kebersihan lingkungan.

2. Analisis Hubungan Dilakukan menggunakan analisis bivariat untuk melihat hubungan antar variabel. Uji yang digunakan adalah uji Chi Square. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan dan berhubungan dengan perilaku hidup sehat digunakan uji Regresi Logistik Multivariat. Tingkat signifikansi ditentukan dengan batas : 0,05 2.1 Bila nilai p < 0,05 : yang berarti ada hubungan antar variabel. 2.2 Bila nilai p > 0,05 : yang berarti tidak ada hubungan antar variabel

H. Waktu dan lokasi

Kegiatan dilaksanakan pada bulan Mei 2010, lokasi di 4 SD yang telah ditentukan pada penentuan sampel.