case+lbp+nathasha
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
1/27
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
- Nama : Ny. Y
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Usia : 55 tahun
- Alamat : Bogor
- Status Pernikahan : Menikah
- Suku : Jawa
- Pekerjaan : PNS
- Pendidikan Terakhir : D3
- Tanggal Masuk RS : 19 mei 2012
II. ANAMNESA
- Keluhan Utama:
Nyeri pinggang sejak 2 minggu SMRS
- Perjalanan Penyakit:
- Pasien merasakan nyeri pada pinggang sejak 2 minggu SMRS. Nyeri terasa seperti ditusuk-
tusuk, hilang timbul dan dirasakan terutama bila pasien mengangkat benda berat, tidur miring
ke arah kanan atau kiri, dan berkurang bila pasien duduk atau berbaring. Nyeri tidak menjalar
dan tidak terasa baal pada pinggangnya. Pagi hari setelah bangun tidur, terkadang pasien
mengalami kaku-kaku pada daerah pinggang dan hilang jika sudah beraktivitas. Pasien juga
mengeluh terasa panas pada punggung bagian atas yang dirasakan bila mengangkat beban
berat. Pasien mengatakan sering merasa kesemutan pada telapak kaki kanan dan kiri setelah
duduk lama. Kesemutan tidak disertai dengan baal. BAK pasien lancar, tidak nyeri dan
1
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
2/27
berwarna kuning jernih. BAB pasien lancar, tidak cair, 1x/hari. Pasien menyangkal pernah
jatuh atau cedera pada pinggangnya.
- Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien mengaku memiliki riwayat maag sejak 3 tahun yang lalu. Pasien menyangkal memiliki
penyakit darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, paru, ginjal, maupun alergi terhadap
makanan maupun obat.
- Riwayat Penyakit Keluarga:
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang memiliki gejala penyakit yang sama
sepertinya. Tidak ada riwayat darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, paru, ginjal
maupun alergi terhadap makanan atau obat.
III. STATUS INTERNA SINGKAT
1. Keadaan Umum: Tampak sakit ringan
2. Tanda Vital:
a. Kesadaran : GCS E4M6V5
b. Tekanan darah : 120/80 mmHg
c. Nadi : 80x/menit
d. Suhu : 360C
e. Pernapasan : 16x/menit
f. BB : 60 kg
g. TB : 162 cm
3. Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
4. Paru : Suara napas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
5. Abdomen : Datar, supel, bising usus (+) 4x/menit
6. Extremitas : Akral hangat (+/+/+/+), oedem (-/-/-/-)
2
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
3/27
IV. STATUS PSIKIATRI SINGKAT
- Emosi dan Afek : stabil, serasi
- Proses Berpikir : baik
- Kecerdasan : baik
V. STATUS NEUROLOGI
Kesan Umum
Kesadaran : compos mentis, GCS E4M6V5
Pembicaraan
Disartri: tidak
Monoton : tidak
Scanning : tidak
Afasia : tidak
Kepala
Besar : normocephali
Asimetris : tidak
Tortikolis : tidak
Mask (topeng) : tidak
Fullmoon : tidak
Lain-lain : tidak
Pemeriksaan Khusus
1. Rangsang selaput otak
Kaku kuduk : (-)
3
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
4/27
Kernig : 1350/1350
Brudzinski I : -/-
Brudzinski II : -/-
2. Saraf Otak
N I
Hyp/anosmia : (-)
N II
Visus : 6/60 6/60
Campus warna : tidak dilakukan
Melihat warna : baik
Funduscopi : tidak dilakukan
N III, IV, VI
Kedudukan bola mata: ortoforia/ortoforia
Pergerakan bola mata
Ke atas : (+)/(+)
Ke temporal : (+)/(+)
Ke bawah : (+)/(+)
Ke temporal bawah: (+)/(+)
Eksopthalmus : (-)/(-)
Celah mata (ptosis) : (-)/(-)
Pupil
Bentuk : bulat/bulat
Lebar : 3mm/3mm
Anisokoria : tidak
Reaksi cahaya langsung : +/+
4
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
5/27
Reaksi cahaya konsensuil :+/+
Reaksi akomodasi :+/+
Reaksi konvergensi :+/+
N V
Cabang motorik
Otot masseter : dalam batas normal
Otot temporal : dalam batas normal
Otot pterygoidus int./eks. : dalam batas normal
Cabang sensorik
I : baik
II : baik
III : baik
Refleks kornea langsung : +/+
Refleks kornea konsensuil : +/+
N VII
Waktu diam
Kerutan dahi : simetris
Tinggi alis : simetris
Sudut mata : simetris
Lipatan nasolabial : simetris
Sudut mulut : simetris
Waktu gerak
Mengerut dahi : simetris
Menutup mata : simetris
Bersiul : simetris
5
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
6/27
Memperlihatkan gigi : simetris
Pengecapan 2/3 depan lidah : tidak dilakukan
Hiperakusis : tidak dilakukan
Sekresi air mata : tidak dilakukan
N VIII
Vestibular
Vertigo : (-)
Nistagmus : (-)
Tinnitus aureum : tidak dapat dilakukan
Cochlear
Weber : tidak dilakukanRinne : tidak dilakukan
Schwabach : tidak dilakukan
N IX, X
Bagian motorik
Suara biasa/ parau/ tidak bersuara : biasa
Kedudukan arcus faring : simetris
Kedudukan uvula : di tengah
Pergerakan arcus faring/ uvula : simetris
Detak jantung : reguler, murmur (-), gallop (-)
Bising usus : (+)
Menelan : dapat
Bagian sensorik
Pengecapan 1/3 belakang lidah : tidak dilakukan
Refleks muntah : tidak dilakukan
Refleks palatum molle : tidak dilakukan
N XI
Mengangkat bahu : baik
Memalingkan kepala : baik
N XII
Kedudukan lidah waktu istirahat : di tengah
Atrofi : tidak
Fasikulasi/tremor : tidak
6
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
7/27
Kekuatan lidah menekan pada bagian dalam pipi: baik
3. Sistem motorik
Kekuatan otot
Tubuh
Otot perut : baik
Otot pinggang : baik
Kedudukan difragma :
Gerak : simetris
Istirahat : simetris
Lengan
M. deltoid (adduksi lengan atas) : 5/5
M. biceps (fleksi lengan atas) : 5/5
Fleksi sendi pergelangan tangan : 5/5
Ekstensi sendi pergelangan tangan : 5/5
Membuka jari-jari tangan : 5/5
Menutup jari-jari tangan : 5/5
Tungkai
Fleksi artic. Coxae : 5/5
Ekstensi artic. Coxae : 5/5
Fleksi sendi lutut : 5/5
Ekstensi sendi lutut : 5/5
Fleksi plantar kaki : 5/5
Ekstensi dorsal kaki : 5/5
Gerakan jari-jari : 5/5
Besar otot
Atrofi : (-)
Pseudoatrofi : (-)
Respon terhadap perkusi
Myoedema : (-)
Reaksi myotonik : (-)
Palpasi otot
Nyeri : (-)
7
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
8/27
Kontraktur : (-)
Konsistensi : baik
Tonus otot
Tonus otot Lengan Tungkai
Hipotoni (-) (-)
Spastik (-) (-)
Rigid (-) (-)
Rebound phenomen (-) (-)
Gerakan involunter
Tremor : (-)
Chorea : (-)
Athetose : (-)
Myokloni : (-)
Ballismus : (-)
Torsion spasme: (-)
Fasikulasi : (-)
Myokymia : (-)
Koordinasi
Jari tangan-jari tangan : baik
Jari tangan-hidung : baik Ibu jari kaki-jari tangan : tidak dilakukan
Tumit-lutut : baik
Pronasi-supinasi : baik
Tapping dengan jari-jari tangan: tidak dilakukan
Station
Romberg test: jatuh ke: tidak
4. Sistem sensorik
Rasa eksteroseptif
Rasa nyeri superfisial : baik
Rasa suhu (panas/dingin) : tidak dilakukan
Rasa raba ringan : baik
Rasa propioseptif
Rasa getar : tidak dilakukan
Rasa tekan : baik
8
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
9/27
Rasa nyeri tekan : baik
Rasa gerak dan posisi lengan tungkai: baik
Rasa enteroseptif
Referred pain : tidak dilakukan
5. Gangguan fungsi luhur
Apraksia : (-)
Alexia : (-)
Agraphia : (-)
Fingeranogsia : (-)
Membedakan kanan dan kiri : (-)
Acalculia : (-)
6. Refleks
Refleks tendon/periost
Refleks biceps : +/+
Refleks triceps : +/+
Refleks patella : +/+
Refleks achilles : +/+
Refleks patologik
Tungkai
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
Oppenheim : -/-
Rossolimo : -/-
Gonda : -/-
Gordon : -/-
Schaefer : -/-
Lengan
Hoffman-tromer : -/-
Leri : -/-
Mayer : -/-
7. SSO
9
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
10/27
Miksi : baik
Defekasi : baik
Sekresi keringat : baik
Salivasi : baik
Gangguan vasomotor : tidak ada
Gangguan tropic kulit, kuku, rambut : tidak ada
8. Columna vertebralis
Kelainan lokal
Skoliosis : (-)
Khyposis : (-)
Khyposkoliosis : (-)
Nyeri tekan/ketok lokal : (-)
Gerakan cervical vertebrae
Fleksi : baik
Ekstensi : baik
Lateral deviasi : baik
Rotasi : baik
Gerakan dari tubuh
Membungkuk : baik
Ekstensi : nyeri
Lateral deviasi : nyeri
9. Tes Provokasi
DS
- Tes Valsava : (-)
- Tes Distraksi : (-)
- Tes Kompresi : (-)
- Naffziger : (-)
- Tes Laseque : 700/700
- Tes Patrick : (-)
10
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
11/27
- Tes Contra Patrick : (-)
VI. RESUME
Pasien wanita usia 55 tahun datang dengan keluhan nyeri pada pinggang sejak 2 minggu
SMRS. Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, hilang timbul dan dirasakan terutama bila pasien
mengangkat benda berat, tidur miring ke arah kanan atau kiri, dan berkurang bila pasien
duduk atau berbaring. Pasien tidak memiliki halangan pada saat rukuk maupun sujud saat
shalat. Nyeri tidak menjalar, tidak terasa baal pada pinggang atau anggota badan lainnya.
Pasien juga mengeluh terasa panas pada punggung bagian atas yang dirasakan bila
mengangkat beban berat. Pasien mengatakan sering merasa kesemutan pada telapak kaki
kanan dan kiri setelah duduk lama. Kesemutan tidak disertai dengan baal. Pasien memiliki
riwayat sakit maag sejak 3 tahun yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan:
Keadaan Umum: Tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital:
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 360C
Pernapasan : 16x/menit
Status generalis : dalam batas normal.
Status neurologis : GCS E4M6V5
Tanda Rangsang Meningeal: dalam batas normal
Saraf kranialis : dalam batas normal
Sistem motorik : dalam batas normal
11
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
12/27
Sistem sensorik : dalam batas normal
Refleks fisiologis : dalam batas normal
Refleks patologis : (-)
Columna vertebralis:
Gerakan dari tubuh
Membungkuk : baik
Ekstensi : nyeri
Lateral deviasi : nyeri
Test provokasi: dalam batas normal
VII. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Low Back Pain
Diagnosis Topis : Vertebra lumbalis
Diagnosis Etiologi : Spondilosis lumbalis dan osteoporosis
12
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
13/27
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Foto rontgen lumbosakral AP-lateral
13
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
14/27
14
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
15/27
IX. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa:
Edukasi : hindari faktor resiko dan ubah kebiasaan hidup
Fisioterapi:
o TENS paralumbal kanan dan kiri
o Massage paralumbal kanan dan kiri
Medikamentosa:
Analgesik Asam mefenamat 3x500mg
Ranitidin 2x150 mg
X. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
15
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
16/27
TINJAUAN PUSTAKA
LOW BACK PAIN
I. DEFINISI
Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal
maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat
bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke
arah tungkai dan kaki. LBP yang lebih dari 6 bulan disebut kronik.
II. ETIOLOGI
Penyebab LBP dapat dibagi menjadi:
1. Diskogenik (sindroma spinal radikuler).
Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nukleus pulposus yang merusak saraf-
saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bisa dalam bentuk suatu protrusio atau prolaps dari nukleus
pulposus dan keduanya dapat menyebabkan kompresi pada radiks. Lokalisasinya paling sering di
daerah lumbal atau servikal dan jarang sekali pada daerah torakal. Nukleus terdiri dari
megamolekul proteoglikan yang dapat menyerap air sampai sekitar 250% dari beratnya. Sampai
dekade ke tiga, gel dari nukleus pulposus hanya mengandung 90% air, dan akan menyusut terus
sampai dekade ke empat menjadi kira-kira 65%. Nutrisi dari anulus fibrosis bagian dalam
tergantung dari difusi air dan molekul-molekul kecil yang melintasi tepian vertebra. Hanya bagian
luar dari anulus yang menerima suplai darah dari ruang epidural. Pada trauma yang berulang
menyebabkan robekan serat-serat anulus baik secara melingkar maupun radial. Beberapa robekan
anular dapat menyebabkan pemisahan lempengan, yang menyebabkan berkurangnya nutrisi dan
hidrasi nukleus. Perpaduan robekan secara melingkar dan radial menyebabkan massa nukleus
berpindah keluar dari anulus lingkaran ke ruang epidural dan menyebabkan iritasi ataupun
kompresi akar saraf.
2. Non-diskogenik
Biasanya penyebab LBP yang non-diskogenik adalah iritasi pada serabut sensorik saraf perifer,
yang membentuk n. iskiadikus dan bisa disebabkan oleh neoplasma, infeksi, proses toksik atau
imunologis, yang mengiritasi n. iskiadikus dalam perjalanannya dari pleksus lumbosakralis, daerah
16
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
17/27
pelvik, sendi sakro-iliaka, sendi pelvis sampai sepanjang jalannya n. iskiadikus (neuritis n.
iskiadikus).
III. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko terjadinya LBP adalah usia, kondisi kesehatan yang buruk, masalah psikologik dan
psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor (kurvatura >80o), obesitas, tinggi badan yang
berlebihan, hal yang berhubungan pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam waktu lama, duduk
atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh kerja yang statik), getaran, mengangkat, membawa beban,
menarik beban, membungkuk, memutar, dan kehamilan.
IV. ANAMNESIS
Harus dilakukan anamnesis yang teliti yang biasanya nantinya akan dilengkapi oleh pemeriksaan fisik,
disertai pemeriksaan radiologis dan elektrodiagnosis.
Nyeri pinggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:
1. Nyeri pinggang lokal
Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan radiasi ke kanan
dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian di bawahnya seperti fasia, otot-otot
paraspinal, korpus vertebra, sendi dan ligamen.
2. Iritasi pada radiks
Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada dermatom yang
bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadang dapat disertai hilangnya perasaan atau
gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh proses desak ruang pada foramen
vertebra atau di dalam kanalis vertebralis.
3. Nyeri rujukan somatis
Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam pada dermatom yang
bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam dapat dirasakan di bagian lebih
superfisial.
4. Nyeri rujukan viserosomatis
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalam ruangan panggul
dapat dirasakan di daerah pinggang.
5. Nyeri karena iskemia
17
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
18/27
Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang dapat dirasakan di
pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapat disebabkan oleh penyumbatan pada
percabangan aorta atau pada arteri iliaka komunis.
6. Nyeri psikogen
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom dengan
reaksi wajah yang sering berlebihan.
Harus dibedakan antara LBP dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan intensitas dari
masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler. Nyeri pada tungkai yang lebih
banyak dari pada LBP dengan rasio 80-20% menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin
memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri LBP lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya
tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga biasanya tidak memerlukan tindakan
operatif.
Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala merupakan gejala khas
dari suatu LBP yang terjadinya secara mekanis.
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang biasanya berhubungan dengan
pekerjaan, bisa menyebabkan suatu LBP, namun sebagian besar episode herniasi diskus terjadi setelah
suatu gerakan yang relatif sepele, seperti membungkuk atau memungut barang yang enteng.
Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan bertambahnya nyeri LBP, yaitu
duduk dan mengendarai mobil dan nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap
gerakan yang bisa menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat menambah nyeri,
juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi.
Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada malam hari bisa
merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung seperti
adanya suatu keganasan ataupun infeksi.
Faktor-faktor lain yang penting adalah gangguan pencernaan atau gangguan miksi-defekasi, karena
bisa merupakan tanda dari suatu lesi di kauda ekuina dimana harus dicari dengan teliti adanya hipestesi
peri-anal, retensio urin, overflow incontinence dan tidak adanya perasaan ingin miksi dan gejala-gejala
ini merupakan suatu keadaan emergensi yang absolut, yang memerlukan suatu diagnosis segera dan
dekompresi operatif segera, bila ditemukan kausa yang menyebabkan kompresi.
18
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
19/27
Suatu radikulopati tanpa nyeri menandakan kemungkinan adanya suatu penyakit metabolik seperti
polineuropati diabetik, namun juga harus diingat bahwa hilangnya nyeri tanpa terapi yang adekuat
dapat menandakan adanya suatu penyembuhan, namun dapat pula berarti bahwa serabut nyeri hancur
sehingga perasaan nyeri hilang, walaupun kompresi radiks masih ada.
Suatu nyeri yang berkepanjangan akan menyebabkan dan dapat diperberat dengan adanya depresi
sehingga harus diberi pengobatan yang sesuai. Terdapat 5 tanda depresi yang menyertai nyeri yang
hebat, yaitu anergi (tak ada energi), anhedonia (tak dapat menikmati diri sendiri), gangguan tidur,
menangis spontan dan perasaan depresi secara umum.
V. PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi :
Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan menolak
untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu herniasi diskus.
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri dan
juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang
sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot paravertebral.
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
o Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
o Ekstensi ke belakang(back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada tungkai bila
ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal, karena gerakan ini akan
menyebabkan penyempitan foramen sehingga menyebabkan suatu kompresi pada saraf
spinal.
o Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada tungkai
bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi diatas suatu diskus
protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan
meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).
o Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk ke depan
ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral yang meyebabkan
nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya HNP pada sisi yang sama.
o Nyeri LBP pada ekstensi ke belakangpada seorang dewasa muda menunjukkan
kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis, namun ini tidak
patognomonik.
19
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
20/27
Palpasi :
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan suatu keadaan
psikologis di bawahnya (psychological overlay).
Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan menekan padaruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus
sambil melihat respons pasien.
Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-off) pada palpasi di
tempat/level yang terkena.
Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur
pada vertebra.
Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis. Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna pada diagnosis
LBP dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level kelainan, kecuali pada sindroma
kauda ekuina atau adanya neuropati yang bersamaan.
Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang dari L2 dan
L3. Refleks tumit predominan dari S1.
Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia yang
menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa UMN atau LMN.
Pemeriksaan motoris : harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk
menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan memperhatikan miotom yang
mempersarafinya.
Pemeriksaan sensorik : Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan perhatian
dari penderita dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti diagnostiknya dalam membantu menentukan
lokalisasi lesi HNP sesuai dermatom yang terkena. Gangguan sensorik lebih bermakna dalam
menunjukkan informasi lokalisasi dibanding motoris.
Test Provokasi :
Tanda Laseque atau modifikasinya yang positif menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal
khususnya L5 atau S1.
20
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
21/27
Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu di panggul sampai
900 lalu dengan perlahan-lahan dan graduil dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan menghasilkan
nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif) dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam
keadaan fleksi. Terdapat modifikasi tes ini dengan mengangkat tungkai dengan lutut dalam keadaan
ekstensi (stright leg rising). Modifikasi-modifikasi tanda laseque yang lain semua dianggap positif bila
menyebabkan suatu nyeri radikuler. Cara laseque yang menimbulkan nyeri pada tungkai kontra lateral
merupakan tanda kemungkinan herniasi diskus.
Tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan nyeri makin besar kemungkinan
kompresi radiks sebagai penyebabnya. Demikian juga dengan tanda laseque kontralateral.
Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang terbaik untuk suatu HNP, yang terlihat pada 96,8% dari
2157 pasien yang secara operatif terbukti menderita HNP dan pada hernia yang besar dan lengkap
tanda ini malahan positif pada 96,8% pasien.
Adanya tanda Laseque lebih menandakan adanya lesi pada L4-5 atau L5-S1 daripada herniasi lain yang
lebih tinggi (L1-4), dimana tes ini hanya positif pada 73,3% penderita.
Harus diketahui bahwa tanda Laseque berhubungan dengan usia dan tidak begitu sering dijumpai pada
penderita yang tua dibandingkan dengan yang muda (
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
22/27
VI. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari LBP yang sering terjadi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Disease or
condition
Patient
age
(years)
Location of
pain Quality of pain
Aggravating or
relieving factors Signs
Back strain 20 to 40 Low back,
buttock,
posterior
thigh
Ache, spasm Increased with
activity or bending
Local tenderness,
limited spinal motion
Acute disc
herniation
30 to 50 Low back to
lower leg
Sharp, shooting
or burning pain,
paresthesia in
leg
Decreased with
standing; increased
with bending or
sitting
Positive straight leg
raise test, weakness,
asymmetric reflexes
Osteoarthritis or
spinal stenosis
>50 Low back to
lower leg;
often
bilateral
Ache, shooting
pain, "pins and
needles"
sensation
Increased with
walking, especially
up an incline;
decreased with
sitting
Mild decrease in
extension of spine;
may have weakness or
asymmetric reflexes
Spondylolisthesis Any age Back,
posterior
thigh
Ache Increased with
activity or bending
Exaggeration of the
lumbar curve, palpable
"step off" (defect
between spinous
processes), tight
hamstringsAnkylosing
spondylitis
15 to 40 Sacroiliac
joints,
lumbar spine
Ache Morning stiffness Decreased back
motion, tenderness
over sacroiliac joints
Infection Any age Lumbar
spine,
sacrum
Sharp pain,
ache
Varies Fever, percussive
tenderness; may have
neurologic
abnormalities or
decreased motion
Malignancy >50 Affected Dull ache, Increased with May have localized
22
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
23/27
bone(s) throbbing pain;
slowly
progressive
recumbency or
cough
tenderness, neurologic
signs or fever
VII. TES DIAGNOSTIK
Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah (LED), kadar Hb, jumlah
leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.
Pungsi Lumbal (LP) :
LP akan normal pada fase permulaan prolaps diskus, namun belakangan akan terjadi transudasi dari
low molecular weight albumin sehingga terlihat albumin yang sedikit meninggi sampai dua kali level
normal.
Pemeriksaan Radiologis :
Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai
penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan degeneratif, dan tumor spinal.
Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi
yang tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis telah jelas
dan kemungkinan karena kelainan tulang.
Mielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada pasien yang
sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau dengan alat fiksasi metal.
CT mielografi dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat dengan lebih jelas
ada atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada pasien yang menjalani operasi
vertebra multipel dan bila akan direncanakan tindakan operasi terhadap stenosis foraminal dan
kanal vertebralis.
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan berbagai
prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG
untuk menentukan diskus mana yang paling terkena.
MRI sangat berguna bila:
o vertebra dan level neurologis belum jelas
o kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak
o untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi
23
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
24/27
o kecurigaan karena infeksi atau neoplasma
Mielografi atau CT mielografi dan/atau MRI adalah alat diagnostik yang sangat
berharga pada diagnosis LBP dan diperlukan oleh ahli bedah saraf/ortopedi untuk menentukan
lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan adakah adanya sekwester diskus yang lepas danmengeksklusi adanya suatu tumor.
Diskografi dapat dilakukan dengan menyuntikkan suatu zat kontras ke dalam nukleus
pulposus untuk menentukan adanya suatu annulus fibrosus yang rusak, dimana kontras hanya
bisa penetrasi/menembus bila ada suatu lesi. Dengan adanya MRI maka pemeriksaan ini sudah
tidak begitu populer lagi karena invasif.
Elektromiografi (EMG) :
Pemeriksaan EMG dilakukan untuk :
o Menentukan level dari iritasi atau kompresi radiks
o Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer
o Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks
Elektroneurografi (ENG)
Pada elektroneurografi dilakukan stimulasi listrik pada suatu saraf perifer tertentu sehingga
kecepatan hantar saraf (KHS) motorik dan sensorik (Nerve Conduction Velocity/NCV) dapat
diukur, juga dapat dilakukan pengukuran dari refleks dengan masa laten panjang seperti F-
wave danH-reflex. Pada gangguan radiks, biasanya NCV normal, namun kadang-kadang bisa
menurun bila telah ada kerusakan akson dan juga bila ada neuropati secara bersamaan.
Potensial Cetusan Somatosensorik(Somato-Sensory Evoked Potentials/SSEP)
Kadang-kadang pemeriksaan SSEP diperlukan untuk membuat diagnosis lesi-lesi yang lebih
proksimal sepanjang jaras-jaras somatosensorik.
VIII. PENATALAKSANAAN
Penanganan konservatif
Tujuan penatalaksanaan secara konservatif adalah menghilangkan nyeri dan melakukan
restorasi fungsional. Harus diberikan penerangan yang jelas tentang perjalanan penyakitnya,
tes-tes diagnostik, cara-cara pencegahan, peran pembedahan sehingga pasien dapat menilai
keadaan dirinya dan mengerti tindakan yang diambil oleh dokter dengan konsekuensi dari
terapi yang dipilih. Dalam penanganan umum penderita diberikan informasi dan edukasi
tentang hal-hal seperti: sikap badan, tirah baring dan mobilisasi. Medikamentosa diberikan
terutama untuk mengurangi nyeri yaitu dengan analgetika. Cara pemberian analgetik mengacu
24
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
25/27
seperti pada petunjuk tiga jenjang terapi analgetik WHO. Sering obat yang sesuai untuk
penanganan dimulai dengan asetaminofen dan/atau nonsteroidal anti-inflammatory drug
(NSAID). Untuk LBP akut secara fakta didapatkan bahwa tidak terdapat NSAID spesifik yang
lebih efektif terhadap yang lainnya. Medikasi lain yang dapat diberikan sebagai tambahan
adalah relaksan otot, antidepresan trisiklik, dan antiepileptika seperti fenitoin, karbamazepin,
gabapentin, dan topiramat.
Dari segi rehabilitasi, modalitas penanganan penderita HNP tergantung dari stadium dampak
dari penyakit tersebut yang dibedakan atas:
o Stadium impairment; fisioterapi
o Stadium disabilitas; latihan penguatan otot
o Stadium handicap; analisa sifat pekerjaan dan diikuti penyesuaian cara bekerja/alih
pekerjaan.
Penanganan operatif
Tindakan operatif pada HNP harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa:
o Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih 4 minggu: nyeri berat/intractable/
menetap/ progresif.
o Defisit neurologik memburuk
o Sindroma kauda ekuina. Stenosis kanal; setelah terapi konservatif tak berhasil.
o Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik dan
radiologik.
IX. PROGNOSIS
Dengan operasi 90% perbaikan fungsi secara baik dalam 1 tahun. Perbaikan motoris biasanya
lebih cepat dari pada sensorik. Menurut Anderson, faktor-faktor yang mempengaruhi
penyembuhan/prognosis adalah: diagnosis etiologi spesifik, usia lanjut, pernah nyeri pinggang
sebelumnya dan gangguan psikososial. Sebagian besar pasien sembuh secara cepat dan tanpa
gangguan fungsional. Rata-rata 60-70% sembuh dalam 6 minggu, 80-90% dalam 12 minggu.
Penyembuhan setelah 12 minggu berjalan sangat lambat dan tak pasti. Diagnosis sangat
berkaitan dengan penyembuhan, penderita nyeri pinggang bawah dengan iskialgia
25
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
26/27
membutuhkan waktu lebih lama dibanding dengan tanpa iskialgia.Dari penelitian Weber, tahun
pertama terdapat perbaikan secara signifikan pada kelompok yang dioperasi dibanding tanpa
operasi, namun kedua kelompok baik dioperasi maupun tidak, pada observasi tahun ke 4-10
terlihat perbaikan yang ada tidak berbeda secara signifikan.
Alasan penanganan non operatif didukung oleh penelitian secara klinis dan otopsi yang
memperlihatkan protrusi dan ekstrusi dari material diskus dapat diabsorbsi dikemudian hari.
Dimana 90% dari pasien yang sudah diagnosis definitif herniasi diskus lumbal dan
radikulopati, adanya kriteria jelas untuk operasi, berhasil ditangani dengan cara rehabilitasi
secara agresif dan medikamentosa.
26
-
7/31/2019 Case+LBP+Nathasha
27/27
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri punggung bawah. Dalam: Nyeri Neuropatik, patofisiologi dan
penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS, Sadeli HA. Perdossi, 2001:145-167.
2. Anderson GBJ. Epidemiological features of chronic low back pain. Lancet 1999; 354:581-5.
3. Wheeler AH, Stubbart JR. Pathophysiology of Chronic Back Pain. (Cited Jan 2004) Available
from: URL http://www.emedicine.com/neuro/topic516.htm .
4. Sidharta P. Anamnesa kasus nyeri di ekstermitas dan pinggang. Sakit pinggang. In: Tata
pemeriksaan klinis dalam neurologi. Jakarta : Pustaka universitas, 1980: 64-75.
5. Fieldman DE, Rossignol M, Shrier I, Abenheim L. Smoking a risk factor for development oflow back pain in adolescents. Spine 1999: 24; 2492.
6. Feske SK, Greenberg SA. Degenerative and compressive structural disorders. In: Textbook of
Clinical Neurology. 2nd Ed., Ed. Goetz CG. Philadelphia: Saunders 2003; 583-600.