case tinea korporis zamir

Upload: septian88cahyo

Post on 03-Apr-2018

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Case Tinea Korporis Zamir

    1/12

    0

    LAPORAN KASUS

    TINEA KORPORIS

    Pembimbing :

    dr. Sri Primawati Indraswari, SpKK

    Disusun oleh :

    Arief Zamir

    030.06.034

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMINRUMAH SAKIT UMUM KARDINAH TEGAL

    PERIODE 25 FEBRUARI30 MARET 2013

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

    JAKARTA

  • 7/28/2019 Case Tinea Korporis Zamir

    2/12

    1

    PENDAHULUAN

    Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk ( pada

    stratum korneum kulit, rambut, dan kuku) yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita.

    Golongan jamur ini bersifat mencerna keratin. Dermatofita termasuk kelas Fungi imperfecti,

    yang terbagi dalam 3 genus, yaituMicrosporum, Trichophyton, danEpidermophyton.

    Jamur superficial harus melewati beberapa pertahanan agar dapat membuat koloni pada

    jaringan keratin. Jamur tersebut harus menahan efek sinar ultraviolet, variasi temperatur, dan

    kelembaban, kompetisi dengan flora normal serta produksi asam lemak dan sfingosin oleh

    keratinosit. Setelah menempel, spora harus tumbuh dan menembus stratum korneum lebih cepat

    daripada deskuamasi. Lebih ke dalam lagi harus bersaing dengan transferin tidak jenuh untuk Fe

    serta adanya inhibisi pertumbuhan jamur oleh progesteron.

    Pasien yang mengalami gangguan sistem imun lebih rentan terhadap dermatofitosis berat

    atau refrakter. Penggunaan kemoterapi dan transplantasi meningkatkan infeksi oportunistik oleh

    dermatofita non patogen. Faktor epidemiologi yang penting mencakup usia, jenis kelamin, dan

    ras. Infeksi dermatofita 5 kali lebih sering pada pria dibandingkan wanita.

    Penderita merasa gatal dan kelainan berbatas tegas terdiri atas bermacam-macam

    efloresensi kulit. Bagian tepi lesi lebih aktif (lebih jelas tanda-tanda peradangan) daripada bagian

    tengah. Setelah masa inkubasi 1-3 minggu, dermatophytes menyerang dalam pola sentrifugal.

    Sebagai tanggapan terhadap infeksi, perbatasan aktif memiliki peningkatan proliferasi sel

    epidermis dengan dihasilkannya scaling. Ini menciptakan pertahanan parsial dengan cara

    menumpahkan kulit yang terinfeksi dan meninggalkan baru, kulit yang sehat penting bagi lesi

    maju.

    Tinea corporis adalah dermatofitosis pada daerah kulit tak berambut pada wajah, badan,

    lengan, dan tungkai. Biasanya disebabkan Epidermophyton floccosum atau Tinea rubrum.

    Terdapat pada semua umur tetapi lebih sering menyerang orang dewasa. Tinea corporis bisa

    ditularkan langsung dari manusia ke binatang, melalui autoinokulasi dari reservoir seperti

    kolonisasi Tinea rubrum pada kaki. Anakanak lebih sering melalui patogen zoofilik. Pakaian

    yang terlalu tertutup, kontak kulit yang sering dan trauma minor menciptakan lingkungan yang

    subur untuk dermatofita.

  • 7/28/2019 Case Tinea Korporis Zamir

    3/12

    2

    Tinea korporis dapat disebabkan oleh berbagai spesies trichophyton, Microsporum, dan

    epidermophyton. Variasi penyebab dapat ditemukan berdasar spesies yang endemis di daerah

    tertentu. Spesies yang tersering adalahE. floccosum atau T. rubrum.

    Jamur dapat melepaskan keratinases dan enzim lain untuk menyerang lebih dalam ke

    stratum corneum, walaupun biasanya kedalaman infeksi terbatas pada epidermis dan, kadang-

    kadang, dengan pelengkap.. Mereka umumnya tidak menyerang secara mendalam, karena

    mekanisme pertahanan nonspesifik inang yang dapat mencakup serum penghambatan aktivasi

    faktor, komplemen, dan leukosit polymorphonuclear.

    Gejala subjektif berupa keluhan gatal terutama jika berkeringat. Kelainan yang dilihat

    dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama,

    kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi. Daerah tengahnya biasanya lebih tenang.

    Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada umumnya merupakan

    bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain. Kelainan kulit dapat pula terlihat sebagai lesi-lesi

    dengan pinggir yang polisiklik. Pada tinea corporis yang menahun, tanda radang akut biasanya

    tidak terlihat lagi.

    Bentuk khas tinea corporis yang disebabkan oleh Tricophyton concentricum disebut tinea

    imbrikata. Dimulai dengan bentuk papul berwarna coklat yang perlahan menjadi besar. Stratum

    korneum terlepas dari dasarnya dan melebar. Proses ini setelah beberapa waktu mulai lagi dari

    bagian tengah sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran skuama yang konsentris. Bentuk lain yang

    disertai kelainan pada rambut adalah tinea favosa. Penyakit ini biasanya dimulai di kepala

    sebagai titik kecil dibawah kulit yang berwarna merah kuning dan berkembang menjadi krusta

    berbentuk cawan dengan berbagai ukuran. Krusta tersebut biasanya ditembus oleh satu atau dua

    rambut dan bila krusta diangkat terlihat dasar yang cekung merah dan membasah. Rambut

    kemudian tidak berkilat lagi dan akhirnya terlepas.

    Berikut ini dilaporkan sebuah kasus Tinea cruris et corporis pada seorang laki-laki

    berusia 60 tahun.

  • 7/28/2019 Case Tinea Korporis Zamir

    4/12

    3

    LAPORAN KASUS

    Seorang laki-laki berusia 60 tahun, beragama islam, pekerjaan sebagai petani, status

    menikah, datang ke IGD RSUD Kardinah Tegal dengan keluhan utama sesak dan keluhan

    tambahan berupa gatal-gatal di beberapa bagian tubuh sejak 2 minggu sebelum masuk rumah

    sakit.

    ANAMNESIS KHUSUS

    Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 19 Maret 2013 pukul 13.00 WIB di Bangsal

    Rawat Inap Nusa Indah RSUD Kardinah Tegal )

    Os mengeluh gatal yang dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya OS mengeluh

    bercak kemerahan bersisik di tangan kanan sebesar uang logam dan disertai gatal. Kemudian

    bercak kemerahan tersebut meluas dan menyebar ke lengan kanan dan kiri kemudian ke daerah

    paha dan lutut dan gatal yang bertambah berat terutama saat .OS menyangkal adanya bruntus-

    bruntus pada ketiga area tersebut. Os Mengakui gatal yang dirasakan makin lama makin berat

    dan sering menggaruk tempat gatal tersebut.

    Os belum pernah mengalami keluhan yang sama seperti ini sebelumnya.Os mempunyai

    riwayat Asma sejak 5 tahun yang lalu. Riwayat darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung

    disangkal oleh pasien.

    Os sering pergi ke dokter umum dekat rumahnya jika merasa sesak dan sering diberi obat

    untuk menghilangkan sesaknya. Os juga punya kebiasaan merokok sejak lama. Riwayat

    konsumsi alkohol disangkal pasien.

    Menurut keterangan pasien, pasien sering berkeringat dan tidak ganti baju bila

    berkeringat. Pasien mandi sebanyak 2x/hari dan memakai sabun, berganti pakaian dan pakaian

    dalam sebanyak 2 kali dalam sehari. Handuk dipakai sendirian dan diganti 1 bulan sekali.

    Pakaian yang sering digunakan adalah kaos berbahan katun dan tidak ketat.Sumber air mandi

    dari air sumur.

    Keluarga pasien maupun lingkungan sekitar pasien tidak ada yang menderita keluhan

    yang sama. Tidak ada riwayat demam, batuk pilek, maupun nyeri menelan. Tidak ada stress

    psikis yang bermakna, tidak ada riwayat konsumsi rokok dan alkohol, tidak ada riwayat iritasi

    bila terkena sabun /wol. Os mengaku tidak memelihara hewan di dalam rumah.

  • 7/28/2019 Case Tinea Korporis Zamir

    5/12

    4

    PEMERIKSAAN FISIK

    Status generalis

    Keadaan umum : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Compos mentis

    Tanda vital

    Tekanan darah : 160/90 mmHg

    Nadi : 92 x/menit

    Suhu : 36,6 C

    Pernapasan : 28 x/menit

    Tinggi badan : 174 cm

    Berat badan : 68 kg

    Status gizi : 22,46 gizi baik

    KEPALA : alopesia (-)

    Wajah : fasia leonina (-), kulit (lihat status dermatologikus)

    Mata : lagoftalmus (-/-), konjungtiva pucat (-/-), sklera kuning (-/-),

    ektropion (-/-)

    Hidung : Saddle nose (-), septum deviasi (-), sekret (-)

    Bibir : Kering (-), karies gigi (-), tonsil tenang, bentuk mulut normal

    Telinga : Normotia, tidak terdapat kelainan

    Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tiroid

    THORAKS

    Inspeksi : Bentuk normal, gerak nafas simetris, ginekomastia (-/-)

    Palpasi : Tidak dilakukan

    Perkusi : Tidak dilakukan

    Auskultasi : Jantung : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

    Paru : Sn vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

  • 7/28/2019 Case Tinea Korporis Zamir

    6/12

    5

    ABDOMEN

    Inspeksi : Datar

    Palpasi : Tidak dilakukan

    Perkusi : Tidak dilakukan

    Auskultasi : Bising usus(+) normal

    EKSTREMITAS

    Ekstremitas superior :

    Kelainan gerak (-), atrofi otot (-), oedem (-)

    Kuku : onikodistrofi (-), pitting nail (-),onikolisis (-);

    Sendi : nyeri (-), deformitas (-), kontraktur jari tangan (-);

    Kulit : lihat status dermatologikus

    Ekstremitas inferior :

    Kelainan gerak (-), atrofi otot (-), oedem (-);

    Kuku : onikodistrofi (-), pitting nail (-),onikolisis (-);

    Sendi : nyeri (-), deformitas (-), kontraktur jari tangan (-);

    Kulit : lihat status dermatologikus

    Status Dermatologikus

    Distribusi : Regional

    Ad regio : lengan kanan dan kiri, dan kaki kanan dan kiri

    Lesi : jumlah multipel, penyebaran konfluens dan unilateral, sirkumskripta, bentuk

    bulat/oval, ukuran plakat.

    Efloresensi: eritema, skuama, erosi

  • 7/28/2019 Case Tinea Korporis Zamir

    7/12

    6

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan kerokan kulit lesi dengan KOH 10 % didapatkan adanya hifa panjang dan

    bercabang.

  • 7/28/2019 Case Tinea Korporis Zamir

    8/12

    7

    RESUME

    Seorang laki-laki berusia 60 tahun, beragama islam, pekerjaan sebagai petani, status

    menikah, datang ke IGD RSUD Kardinah Tegal dengan keluhan utama sesak dan keluhan

    tambahan berupa gatal-gatal di beberapa bagian tubuh sejak 2 minggu sebelum masuk rumah

    sakit.

    Os mengeluh gatal yang dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya OS mengeluh

    bercak kemerahan bersisik di tangan kanan sebesar uang logam dan disertai gatal. Kemudian

    bercak kemerahan tersebut meluas dan menyebar ke lengan kanan dan kiri kemudian ke daerah

    paha dan lutut dan gatal yang bertambah berat terutama saat .OS menyangkal adanya bruntus-

    bruntus pada ketiga area tersebut. Os Mengakui gatal yang dirasakan makin lama makin berat

    dan sering menggaruk tempat gatal tersebut.

    Os mempunyai riwayat Asma sejak 5 tahun yang lalu. Os sering pergi ke dokter umum

    dekat rumahnya jika merasa sesak dan sering diberi obat untuk menghilangkan sesaknya. Os juga

    punya kebiasaan merokok sejak lama.

    Pada pemeriksaan fisik, status generalis didapatkan dalam batas normal. Pada status

    dermatologikus didapatkan distribusi regional pada kedua tangan dan kaki, lesi berjumlah

    multipel, penyebaran konfluens dan unilateral, berbatas tegas, bentuk bulat dan oval dan sususan

    tidak teratur, ukuran plakat. Efloresensi terdapat eritema, skuama, dan erosi.

    Pada pemeriksaan kerokan kulit lesi dengan KOH 10 % didapatkan adanya hifa

    panjangdan bercabang.

    DIAGNOSA BANDING

    Tinea corporis Kandidiasis Dermatitis kontak alergik psoriasis

    DIAGNOSIS KERJA

    Tinea korporis

  • 7/28/2019 Case Tinea Korporis Zamir

    9/12

    8

    USULAN PEMERIKSAAN TAMBAHAN

    Lampu wood, pembiakan dengan medium agar dekstrosa Sabouraud.

    Pemeriksaan Liver Function Test

    PENATALAKSANAAN

    1. Umum Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya dan pengobatannya Menyarankan agar pasien sering mencuci handuk, segera mandi dan berganti

    baju dan pakaian dalam setelah pulang mengaji atau setelah berkeringat banyak

    Menyarankan agar kulit tidak digaruk-garuk2. Khusus

    o Sistemik:o Ketokonazol dosis 1 x 200 mg selama 14 hari

    o Topicalo Mikonazol Cream (Anti jamur golongan imidazol) 2x /hari selama 14 hari

    dioleskan tipis pada lesi

    PROGNOSIS

    Quo ad vitam : ad bonam Quo ad funcionam : ad bonam Quo ad sanationam : ad bonam Quo ad kosmetikam : ad bonam

  • 7/28/2019 Case Tinea Korporis Zamir

    10/12

    9

    PEMBAHASAN

    Seorang pria usia 60 tahun datang dengan keluhan bercak kemerahan bersisik dan

    sangat gatal pada kedua tangan dan kakinya. Ketika menemukan keluhan bercak kemerahan

    yang terasa sangat gatal, maka harus dipikirkan diagnosa banding dari kelainan kulit yaitu eritro

    skuamosa misalnya tinea, psoriasis, pitriasis rosea, dermatitis seboroik, dan juga dermatitis

    numularis. Pada kasus ini, terdapat keluhan yang sangat dominan yaitu rasa gatal yang hebat,

    maka, yang paling memungkinkan untuk menjadi diagnosa kerja adalah tinea. Diagnosa ini juga

    didukung dengan adanya faktor resiko yang dimiliki oleh pasien yaitu riwayat sering keringatan.

    Seperti yang kita ketahui bahwa predileksi suatu UKK menjadi hal yang sangat penting untuk

    mendiagnosa suatu kelainan kulit, bahkan bisa diandalkan untuk menyingkirkan diagnosa

    banding. Tinea merupakan suatu kelainan kulit yang dapat terjadi di bagian tubuh mana

    saja,oleh karenanya, pada kasus ini, jenis tinea yang paling sesuai adalah tinea korporis, yaitu

    tinea yang terjadi di bagian kulit yang tidak berambut, tidak termasuk pada lipat paha, kaki,

    tangan, dan kepala.

    Selain itu juga perlu dipikirkan kemungkinan penggunaan steroid untuk jangka waktu

    yang lama, karena salah satu akibatnya dapat menurunkan daya tahan tubuh pasien, sehingga

    infeksi lebih mudah terjadi pada pasien-pasien tersebut. Pada pasien ini, Os mempunyai riwayat

    asma dan os sering berobat ke dokter dekat rumah untuk mengurangi gejala sesaknya, yang ada

    kemungkinan pasien diberi obat golongan steroid.

    Dari anamnesis, kita dapat mulai menyingkirkan diagnosa banding. Misalnya saja dari

    predileksi masing-masing penyakit, contoh, dermatitis seboroik biasanya juga terdapat lesi pada

    kulit kepala, sedangkan pada psoriasis sering pada daerah-daerah ekstensor seperti siku, lutut.

    Sedangkan pitriasis rosea lesinya biasanya simetris. Untuk menyingkirkan diagnosa banding

    dermatitis numularis, maka yang perlu ditanyakan yaitu ada tidaknya riwayat infeksi, maka itu

    ditanyakan apakah ada riwayat demam, batuk pilek, nyeri tenggorokan, maupun nyeri menelan.

    Selain itu juga ditanyakan adanya riwayat alergi terhadp makanan, obat-obat, wol maupun besi-

    besi. Untuk membedakan psoriasis dengan tinea yaitu ditanyakan ada riwayat keluarga pernah

    menderita keluhan yang sama. Sedangkan pitriasis rosea sulit dibedakan dengan tinea korporis

    pada kasus ini. Menurut teori terdapat lesi inisial yang muncul lebih dulu dengan interval waktu

    4-10 hari dengan timbulnya lesi berikutnya dengan ukuran yang lebih kecil sejajar kosta

  • 7/28/2019 Case Tinea Korporis Zamir

    11/12

    10

    sehingga membentuk gambaran pohon cemara terbalik, sedangkan pada kasus ini, kemunculan

    lesi kedua sejajar kosta sehingga tidak terbentuk pula gambaran pohon cemara terbalik. Selain

    itu, pada pitriasis rosea lesinya simetris, sedangkan pada kasus ini asimetris. Perlu diperhatikan

    untuk anamnese penyakit kuning pada pasien. Hal ini sebagai langkah awal untuk menscreening

    adanya riwayat penyakit hati pada pasien. Seperti yang kita ketahui bahwa karena diagnosa kerja

    kasus ini adalah tinea korporis, maka kemungkinan penatalaksanaan pada pasien adalah

    pemberian obat ketokonazol (golongan imidazol) dimana secara teori, pemberian dalam 10-14

    hari akan berefek hepatotoksik.

    Pemeriksaan fisik pada kasus kulit kelamin terbagi dalam 2 kelompok yaitu pemeriksaan

    fisik generalis dan pemeriksaan fisik khusus (status dermatologik). Pada tinea korporis, tidak ada

    kelainan yang khas yang dapat mendukung diagnosa pada pemeriksaan status generalis. Namun,

    pemeriksaan sklera berhubungan dengan screening penyakit hati yang telah dibahas pada

    paragraf sebelumnya. Selain mendukung diagnosa kerja, maka pemeriksaan status generalis

    dapat dimaksudkan untu menyingkirkan diagnosa banding melalui kelainan-kelainan khas dari

    diagnosa-diagnosa banding pasien. Dalam kasus ini, kita dapat memeriksakan ada tidaknya

    gambaran geographic tounge dan pitting nail. Dan pada kasus ini tidak ditemukan, maka

    psoriasis dapat semakin tersingkir.

    Pemeriksaan status dermatologik merupakan pemeriksaan yang paling penting dalam

    bidang kulit kelamin. Masing-masing penyakit umumnya memiliki gambaran khas sehingga

    dapat dibedakan satu dengan yang lainnya. Pada kasus ini, status dermatologis yaitu didapatkan

    distribusi regional ad region kedua tangan dan kedua kaki. Lesi multipel, berbatas tegas,bentuk

    bulat- lonjong,konfluens dengan tepi polisiklik, ukuran plakat. Lesi kering. Efloresensi makula

    eritema, tepi aktif dengan penyembuhan sentral, skuama halus berwarna putih dan erosi pada

    lesi bagian tepi. Nampak makula hiperpigmentasi sebagai bekas lesi 1 bulan yang lalu. Kelainan

    yang ada pada pasien mendukung diagnosa tinea korporis pada pasien.

    Pemeriksaan penunjang pada pasien terutama pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH

    10%. Hasil pemeriksaan yaitu ditemukan hifa bersepta. Hifa bersepta merupakan hifa pada

    jamur golongan ascomycotina penyebab penyakit kulit termasuk didalamnya tinea. Pemeriksaan

    kerokan kulit sulit untuk membedakan spesies jamur secara spesifik. Untuk itu diperlukan

    pemeriksaan biakan yang ditanam pada agar sabaroud untuk menentukan spesies jamur sehingga

    memudahkan terapi. Dengan ditemukannya hifa bersepta pada pemeriksaan kerokan kulit di

  • 7/28/2019 Case Tinea Korporis Zamir

    12/12

    11

    bawah mikroskop, maka didapatkan diagnosa pada pasien ini yaitu tinea korporis. Dan secara

    otomatis, semua diagnosa banding dapat langsung disingkirkan. Selain itu pemeriksaan yang

    perlu dilakukan adalah pemeriksaan faal hati yaitu SGPT dan SGOT untuk menscreening

    penyakit hati pada pasien.

    Penatalaksanaan pada pasien dibagi secara non medika mentosa maupun medika

    mentosa. Non medika mentosa misalnya menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan

    cara pengobatannya, menjaga kebersihan diri dan lingkungannya , dan jangan menggaruk terlalu

    keras karena dapat menyebabkan luka dan infeksi sekunder. Medika mentosa yaitu SISTEMIK

    dengan Ketokonazol (golongan imidazol) 1x200mg selama 14 hari . Pemberian 14 hari

    merupakan pemberian maksimal obat ketokonazol karena didapatkan laporan terjadinya

    kerusakan hati pada kelompok wanita usia diatas 50 tahun akibat konsumsi ketokonazol dalam

    waktu 10-14 hari. TOPIKAL yaitu dengan Mikonazol (Anti jamur golongan imidazol) krim

    2x/hari selama 14 hari dioleskan tipis pada lesi. Sifat obat jamur golongan imidazol ini yaitu

    untuk menghentikan aktivitas jamur.