case miop vindy

27
Laporan Kasus Kecil Pseudofakia dengan Astigmatisma Miopia Compositus dan Presbiopia Pembimbing : dr.Djoko Heru, pM Disusun !le" : #ind$ %%.&'%(.&%( Kepaniteraan Klinik )lmu Pen$akit Mata *akultas Kedokteran +ni ersitas Kristen Krida -acana Mardi a"a$u Kudus Periode &/ 0uni &'%1 2 % Agustus &'%3 1

Upload: vindychan

Post on 04-Nov-2015

46 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

miop

TRANSCRIPT

Laporan Kasus KecilPseudofakia dengan Astigmatisma Miopia Compositus dan Presbiopia

Pembimbing :

dr.Djoko Heru, SpM

Disusun Oleh :

Vindy

11.2013.213Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata

Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana

RS Mardi Rahayu Kudus

Periode 29 Juni 2014 1 Agustus 2015 Laporan Kasus Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataRumah Sakit Mardi Rahayu KudusNama : Vindy Tanda Tangan

NIM : 11.2013.213 ...

Dokter Pembimbing/ Penguji : dr. Djoko Heru S, Sp. M

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.HMMPendidikan : SMA

Umur : 63 tahunAgama : Islam

Jenis Kelamin : Laki lakiSuku Bangsa : Jawa

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil No. RM : 190775

Alamat : Ngaluran RT 005/ RW 004, Karanganyar

II. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

Autoanamnesis pada hari jumat tanggal 3 Juli 2015 Jam 13.50 WIB

Keluhan Utama : Penglihatan kabur pada kedua mata sejak 1 bulan lalu.Riwayat Penyakit Sekarang :

Os datang dengan keluhan mata kabur sejak 1 bulan ini. Os mengatakan muncul keluhan mata kabur sudah dirasakan sebelumnya tapi tidak dipedulikan oleh pasien. Penglihatan kabur terutama dirasakan bila melihat jauh. Selain itu, pasien juga kesulitan dalam membaca tulisan di koran. Tulisan terasa kabur dan berbayang. Pasien sering memicingkan mata dan memiringkan kepalanya supaya dapat melihat dengan jelas. Pasien juga mengeluh mata sering terasa pegal jika digunakan untuk membaca lama. Selain itu pasien juga mengeluh sering sakit kepala dan dirasakan membaik jika istirahat.Keluhan mata merah, nyeri, dan gatal disangkal os. Os juga menyangkal adanya riwayat kemasukan benda asing di mata, riwayat trauma, atau riwayat diabetes mellitus. Os tidak pernah memakai kacamata sebelumnya.Riwayat Penyakit Dahulu : Os tidak memiliki riwayat penyakit dengan kelainan sama sebelumnya. Hipertensi (-) Diabetes melitus (-) Penggunaan kacamata sebelumnya (-). Tidak pernah terkena trauma pada matanya. OS pernah melakukan operasi katarak mata kiri pada tahun 2015 dan operasi katarak mata kanan pada tahun 2012Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada yang pernah menderita sakit yang serupa seperti pasien. Riwayat hipertensi (-) Asma dan Alergi disangkalIII. PEMERIKSAAN FISIKStatus Generalis

Keadaan umum : BaikKesadaran

: Compos mentis

Status Gizi

: Cukup

Nadi

: 88 x/menit

Tekanan darah

: 130/80 mmHg

RR

: 20 x/menit

Suhu

: 36,5 oCKepala

: normocephali, deformitas (-), rambut hitam, distribusi merata.Mata

: konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-

Telinga : normotia, serumen (-), secret (-)Hidung

: deviasi septum (-), secret (-)

Tenggorokan

: tonsil T1/T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis.

Thorax

: Cor

: BJ I/II, regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo: SN vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-Abdomen

: datar, supel, BU (+) N

Ekstremitas

: akral hangat, oedem (-)Status Ophtalmologi

OD

OS

Oculi dextra (OD )PemeriksaanOculi sinistra (OS)

20/65, PH 20/45Visus3/60, PH 20/65

S -0,50 , C 1,00 Ax 120 (20/25KoreksiS - 0,75 , C 0,75 Ax 135, ADD S+2,75 ODS(20/25

Gerak bola mata normal, enophtalmus (-),

eksophtalmus (-),

strabismus (-)Bulbus oculiGerak bola mata normal,

enophtalmus (-),

eksophtalmus (-),

strabismus (-)

Odem (-),

hiperemis (-),

nyeri tekan (-),

blefarospasme (-),

lagophtalmus (-)PalpebraOdem (-),

hiperemis (-),

nyeri tekan (-),

blefarospasme (-),

lagophtalmus (-)

Odem (-),

injeksi konjungtiva (-),

injeksi siliar (-),

ConjungtivaOdem (-),

injeksi konjungtiva (-),

injeksi siliar (-),

NormalSkleraNormal

jernih, oedema (-), arcus senilis (-), sikatriks (-)Kornea jernih, oedema (-), arcus senilis (-), sikatriks (-)

Kedalaman : normal,

hipopion (-),

hifema (-)

COAKedalaman : normal,

hipopion (-),

hifema (-)

Kripta (+), Warna coklat,

Edema (-), sinekia (-), atrofi (-)IrisKripta (+),Warna coklat, edema(-), sinekia anterior (-)

bulat, diameter : 3mm,

letak sentral,

refleks pupil langsung (+),refleks pupil tak langsung (+)Pupilbulat, diameter : 3mm,

letak sentral,

refleks pupil langsung (+),refleks pupil tak langsung (+)

Jernih, tampak IOL anteriorLensaJernih, tampak IOL anterior

JernihVitreusJernih

Arteri vena : 2:3, CD rasio 0,3ablatio (-), eksudat (-),

perdarahan (-)FunduskopiArteri vena : 2:3, CD rasio 0,3ablatio (-), eksudat (-),

perdarahan (-)

Positif orangeFundus ReflekPositif orange

Tdg NormalTIOTdg Normal

Lakrimasi dalam batas normalSistem lakrimasiLakrimasi dalam batas normal

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGRefraktometriVOD : S -0,50 , C 1,00 Ax 120VOS : S -0,75 , C 0,75 Ax 135 Additional kanan dan kiri masing masing +2,75V. RESUME- Subyektif :Anamnesis :

Os, usia 63 tahun datang dengan keluhan mata kabur sejak 1 bulan ini. Os mengatakan muncul keluhan mata kabur sudah dirasakan sebelumnya tapi tidak dipedulikan oleh pasien. Penglihatan kabur terutama dirasakan bila melihat jauh. Selain itu, pasien juga kesulitan dalam membaca tulisan di koran. Tulisan terasa kabur dan berbayang. Pasien sering memicingkan mata dan memiringkan kepalanya supaya dapat melihat dengan jelas. Pasien juga mengeluh mata sering terasa pegal jika digunakan untuk membaca lama. Selain itu pasien juga mengeluh sering sakit kepala dan dirasakan membaik jika istirahat.

- Obyektif : Pada pemeriksaan ophtalmologis : Pada pemeriksaan fisik status generalis : Ku : Baik, tekanan darah 130/80 mmHg, status generalisata lainnya dalam batas normal. Pada pemeriksaan ophtalmologis : Visus OD: 20/65, PH 20/45 ( di koreksi S -0,50 , C 1,00 Ax 120 (20/25 Visus OS 3/60, PH 20/65 ( di koreksi S -0,75 , C - 0,75 Ax 135, ADD S+2,75 ODS(20/25Pada pemeriksaan penunjang : RefraktometriVOD : S -0,50 , C 1,00 Ax 120

VOS : S -0,75 , C - 0,75 Ax 135VI. DIFFERENT DIAGNOSISODS ODS Astigmat Miop Compositus dengan presbiopia ODS Astigmat Miop Simpleks dengan presbiopia ODS Astigmat Miop Mixtus dengan presbiopiaVII. DIAGNOSIS KERJAODS Astigmat Miop Compositus dengan presbiopiaDasar diagnosis :

Anamnesis :

Os datang dengan keluhan mata kabur sejak 1 bulan ini. Os mengatakan muncul keluhan mata kabur sudah dirasakan sebelumnya tapi tidak dipedulikan oleh pasien. Penglihatan kabur terutama dirasakan bila melihat jauh. Selain itu, pasien juga kesulitan dalam membaca tulisan di koran. Tulisan terasa kabur dan berbayang. Pasien sering memicingkan mata dan memiringkan kepalanya supaya dapat melihat dengan jelas. Pasien juga mengeluh mata sering terasa pegal jika digunakan untuk membaca lama. Selain itu pasien juga mengeluh sering sakit kepala dan dirasakan membaik jika istirahat.

Pemeriksaan Ophtalmologis : Pada pemeriksaan ophtalmologis : Visus OD: 20/65, PH 20/45 Visus OS: 3/60, PH 20/65 Pada pemeriksaan penunjang : Refraktometri : VOD : S -0,50 , C 1,00 Ax 120

VOS : S -0,75 , C - 0,75 Ax 135VIII. PENATALAKSANAAN Penggunaan kacamataResep untuk kacamata

VOD : S -0,50 , C 1,00 Ax 120

VOS : S -0,75 , C - 0,75 Ax 135, ADD S +2,75 ODS

IX. PROGNOSIS

OD

OS

Ad visam

dubia ad bonam

dubia ad bonam

Ad sanam

dubia ad bonam

dubia ad bonamAd vitam

dubia ad bonam

dubia ad bonamAd kosmeticam

dubia ad bonam dubia ad bonamX. Komplikasi

Ablasio retina KebutaanXI. Saran Edukasi pasien tentang penyakit mata yang diderita pasien dan menggunakan kacamata agar cahaya jatuh tepat di macula lutea Kontrol untuk evaluasi visus perkembangan visus.

Pemeriksaan rutin mata setiap 6 bulan.TINJAUAN PUSTAKAA. Anatomi dan Fisiologi Refraksi

1. AnatomiGambar 1. Anatomi bola mata.Bola mata bentuknya merupai kistik yang dipertahankan oleh adanya tekanan didalamnya. Walaupun secara umum bola mata dikatakan bentuknya bulat atau globe namun bentuknya tidak bulat sempurna. Orbita adalah tulang-tulang rongga mata yang didalamnya terdapat bola mata, otot-otot ekstraokular, nervus, lemak dan pembuluh darah. Tiap-tiap tulang orbita berbentuk menyerupai buah pear, yang bagian posteriornya meruncing pada daerah apeks dan optik kanal.2. Media RefraksiHasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca), dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola mata sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.3. Fisiologi Refraksi

Gambar 2. Fisiologi refraksi.

Berkas-berkas cahaya mencapai mata harus dibelokkan ke arah dalam untuk difokuskan kembali ke sebuah titik peka-cahaya di retina agar dihasilkan suatu bayangan yang akurat mengenai sumber cahaya. Pembelokan suatu berkas cahaya (refraksi) terjadi ketika berkas berpindah dari satu medium dengankepadatan (densitas) tertentu ke medium dengan kepadatan yang berbeda.Cahaya bergerak lebih cepat melalui udara daripada melalui media transparan lainnya misalnya : kaca, air. Ketika suatu berkascahaya masuk ke medium dengan densitas yang lebih tinggi, cahaya tersebut melambat (sebaliknya juga berlaku). Berkas cahaya mengubah arah perjalanannya jika mengenai medium baru pada tiap sudut selain tegak lurus. Dua faktor penting dalam refraksi : densitas komparatif antara 2 media (semakin besar perbedaan densitas, semakin besar derajat pembelokan) dan sudut jatuhnya berkas cahaya di medium kedua (semakin besar sudut, semakin besarpembiasan). Dua struktur yang paling penting dalam kemampuan refraktif mata adalah kornea dan lensa. Permukaan kornea, struktur pertama yang dilalui cahaya sewaktu masuk mata, yang melengkung berperan besar dalam reftraktif total karena perbedaan densitas pertemuan udara/kornea jauh lebih besar dari pada perbedaan densitas antara lensa dan cairan yang mengelilinginya. Kemampuan refraksi kornea seseorang tetap konstan karena kelengkungan kornea tidak pernah berubah. Sebaliknya kemampuan refraksi lensa dapat disesuaikan dengan mengubah kelengkungannya sesuai keperluan untuk melihat dekat/jauh.Struktur-struktur refraksi pada mata harus membawa bayangan cahaya terfokus diretina agara penglihatan jelas. Apabila bayangan sudah terfokus sebelum bayangan mencapai retina atau belum terfokus sebelum mencapai retina, bayangan tersebut tampak kabur. Berkas-berkas cahaya yang berasal dari benda dekat lebih divergen sewaktu mencapai mata daripada berkas-berkas dari sumber jauh. Berkas dari sumber cahaya yang terletak lebih dari 6 meter (20 kaki) dianggap sejajar saat mencapai mata. Untuk kekuatan refraktif mata tertentu, sumber cahaya dekat memerlukan jarak yang lebih besar di belakang lensa agar dapat memfokuskan daripada sumber cahaya jauh, karena berkas dari sumber cahaya dekat masih berdivergensi sewaktu mencapai mata. Untuk mata tertentu, jarak antara lensa dan retina selalu sama. Untuk membawa sumber cahaya jauhdan dekat terfokus di retina (dalam jarak yang sama), harus dipergunakan lensa yang lebih kuat untuk sumber dekat. Kekuatan lensa dapat disesuaikanmelalui proses akomodasi.B. Miopia1. DefinisiMiopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata jatuh di depan retina pada mata yang istirahat (tanpa akomodasi). Gambaran kelainan pemfokusan cahaya di retina pada miopia, dimana cahaya sejajar difokuskan di depan retina.

2. Klasifiksi MiopiaMiopia dibagi berdasarkan beberapa karakteristik sebagai berikut :

1. Menurut jenis kelainannya, Vaughan membagi miopia menjadi:

Miopia aksial, dimana diameter antero-posterior dari bola mata lebih panjang dari normal.

Miopia kurvatura, yaitu adanya peningkatan curvatura kornea atau lensa.

Miopia indeks, terjadi peningkatan indeks bias pada cairan mata.

2. Menurut bentuknya miopia dibedakan menjadi 2 yaitu :

Miopia refraktif

Bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti yang terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat.

Miopia aksial

Miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan lensa mata dan kornea yang normal.

3. Berdasarkan ukuran derajat miopia menurut klasifikasi PERDAMI tahun 2010 :-Miopia ringan

: 1-3 dioptri

-Miopia sedang : 3-6 dioptri

-Miopia berat

: 6-9 dioptri

-Miopia sangat berat: > 9 dioptri4. Menurut perjalanannya, miopia dikenal dalam bentuk :

- Miopia stasioner

: miopia yang menetap setelah dewasa.

- Miopia progresif : miopia yang bertambah terus menerus pada usia dewasa akibat bertambahnya panjang bola mata.

- Miopia maligna atau degeneratif: miopia yangdapat mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan atau ama dengan miopia pernisiosa yang ditemukan pada semua umur dan terjadi sejak lahir.

3. EtiologiEtiologi miopia belum diketahui secara pasti. Ada beberapa keadaan yang dapat menyebabkan timbulnya miopia seperti alergi, gangguan endokrin, kekurangan makanan, herediter, kerja dekat yang berlebihan dan kekurangan zat kimia (kekurangan kalsium, kekurangan vitamin)Pada mata miopia fokus sistem optik mata terletak di depan retina, sinar sejajar yang masuk ke dalam mata difokuskan di dalam badn kaca. Jika penderita miopia tanpa koreksi melihat ke objek yang jauh, sinar divergen lah yang akan mencapai retina sehingga bayangan menjadi kabur. Ada dua penyebabnya, yaitu : daya refraksi terlalu kuat atau sumbu mata terlalu panjang.Miopia yang sering dijumpai adalah miopia aksial. Miopia aksial merupakan bayangan jatuh di depan retina yang dapat terjadi jika bola mata terlalu panjang. Penyebab dari miopia aksial adalah perkembangan yang menyimpang dari normal yang didapat secara kongenital pada waktu awal kelahiran, yang disebut tipe herediter. Bila dikarenakan peningkatan kurvatura kornea atau lensa, kelainan ini disebut miopia kurvatura.Penyebab panjangnya bola mata dapat diakibatkan beberapa keadaan :1. Tekanan dari otot ekstra okuler selama konvergensi yang berlebihan.

2. Radang, pelunakan lapisan bola mata bersama-sama dengan peningkatan tekanan yang dihasilkan oleh pembuluh darah dari kepala sebagai akibat dari posisi tubuh yang membungkuk.

3. Bentuk dari lingkaran wajah yang lebar yang menyebabkan konvergensi yang berlebihan.

Peningkatan kurvatura kornea dapat ditemukan pada keratokonus yaitu kelainan pada bentuk kornea. Pada penderita katarak (kekeruhan lensa) terjadi miopia karena lensa bertambah cembung atau akibat bertambah padatnya inti lensa.Miopia dapat ditimbulkan oleh karena indeks bias yang tidak normal, misalnya akibat kadar gula yang tinggi dalam cairan mata (diabetes mellitus) atau kadar prrotein yang meninggi pada peradangan mata. Miopia bisa juga terjadi akibat spasme berkepanjangan dari otot siliaris (spasme akomodatif), misalnya akibat terlalu lama melihat objek yang dekat. Keadaan ini menimbulkan kelainan yang disebut pseudo miopia.4. Gambaran Klinik Miopia Sebagai kasus-kasus miopia dapat diketahui dengan adanya kelainan pada jarak pandang. Pada tingkat ringan, kelainan baru dapat diketahui bila penderita telah diperiksa.Gejala subjektif :

1. Akibat sinar dari suatu objek jauh difokuskan di depan retina, maka penderita miopia hanya dapat melihat jelas pada waktu melihat dekat, sedangkan penglihatan kabur bila melihat objek jauh.

2. Keluhan astenopia, seperti sakit kepala yang dengan sedikit koreksi dari miopianya dapat disembuhkan.

3. Kecenderungan penderita untuk menyipitkan mata waktu melihat jauh untuk mendapatkan efek pinhole agar dapat melihat dengan lebih jelas.

4. Penderita miopia biasanya suka membaca, sebab mudah melakukannya tanpa usaha akomodasi.

Gejala objektif :

1. Miopia simple :

Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar. Kadang-kadang bola mata ditemukan agak menonjol.

Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen miopia yang ringan desekitar papil saraf optik.

Miopia patologi : gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simple, sedangkan gambaran pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada corpus vitreum, papil saraf optik, makula, retina terutama pada bagian temporal, seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina.

5. Koreksi pada mata dengan miopiaMemakai lensa konkaf (cekung) atau minus/negatif ukurannya teringan yang sesuai untuk mengurangkan kekuatan daya pembiasan dalam mata, karena berkas cahaya yang melewati suatu lensa cekung akan menyebar. Lensa cekung yang akan men divergensikan berkas cahaya sebelum masuk ke mata, dengan demikian fokus bayangan dapat dimundurkan ke arah retina.a. Kaca mata Terdapat beberapa keuntungan dan kerugian memakai kacamata pada mata dengan miopia. Walaupun kacamata memberikan perbaikan penglihatan, ia akan bertambah berat bila ukuran bertambah, selain mengganggu kosmetik. Ukuran benda yang dilihat akan lebih kecil dari sesungguhnya, setiap -1.00 dioptri akan memberikan kesan pengecilan benda 2%. Tepi gagang kacamata disertai tebalnya lensa terkadang akan mengurangi lapang penglihatan tepi. Koreksi lebih pada ukuran kacamata pada miopia berguna untuk mengontrol eksotropia.

6. Penyulit miopiaPenyulit miopia adalah : Juling ke dalam (esotropia) akibat selamanya melihat dekat.

Glaukoma dapat terjadi akibat berdegenerasi anyaman trabekulum yang merupakan tempat pengeluaran cairan mata.

Degenerasi retina daerah perifer dan sentral.

Ablasi retina atau lepasnya retina.

7. Pengobatan miopiaBiasanya kelainan refraksi pada miopia dikoreksi dengan menggunakan kaca mata atau lensa kontak. Lensa kontak dari kaca atau plastik diletakkan di permukaan depan kornea. Lensa ini tetap di tempatnya karena adanya lapisan tipis air mata yang mengisi ruang antara lensa kontak dan permukaan depan mata. Sifat khusus lensa kontak adalah menghilangkan hampur semua pembiasan yang terjadi di permukaan anterior kornea, penyebabnya adalah air mata mempunyai indeks bias yang hampir sama dengan kornea sehingga permukaan anterior kornea tidak lagi berperan penting sebagai susunan optik mata. Lensa kontak dapat mengurangkan masalah kosmetik, namun memerlukan perawatan lensa yang benar dan bersih.Pada keadaan tertentu miopia dapat diatasi dengan pembedahan pada kornea. Pada saat ini telah terdapat berbagai cara pembedahan pada miopia, seperti : Keratotomi radial

Keratotomi radial bermanfaat untuk memperbaiki miopia -2.00 hingga -6.00 dioptri dan astigmat ringan.

Keratektomi fotorefraktif

Keratektomi fotorefraktif merupakan cara yang mempergunakan sinar eximer untuk membentuk permukaan kornea.

Laser asisted in situ interlamelar keratomilieusis (LASIK)

8. Prognosis miopiaPada tingkat ringan dan sedang dari miopia simple, prognosisnya baik nila penderita miopia memakai kacamata yang sesuai dan mengikuti petunjuk kesehatan. Bila progresif miopia, prognosisnya buruk terutama bila disertai oleh perubahan koroid dan vitreus, sedangkan pada miopia maligna prognosisnya sangat jelek.C. Astigmatisma1. DefinisiAstigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan garis pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik tetapi lebih dari satu titik.

2. EtiologiEtiologi kelainan astigmatisma adalah sebagai berikut: Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur. Media refrakta yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar adalah kornea, yaitu mencapai 80% s/d 90% dari astigmatismus, sedangkan media lainnya adalah lensa kristalin. Kesalahan pembiasan pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung kornea dengan tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter anterior posterior bolamata. Perubahan lengkung permukaan kornea ini terjadi karena kelainan kongenital, kecelakaan, luka atau parut di kornea, peradangan kornea serta akibat pembedahan kornea. Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa. Semakin bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin juga semakin berkurang dan lama kelamaan lensa kristalin akan mengalami kekeruhan yang dapat menyebabkan astigmatismus. Intoleransi lensa atau lensa kontak pada postkeratoplasty Trauma pada kornea Tumor3. Klasifikasi AstigmatismaBerdasarkan posisi garis fokus dalam retina Astigmatisme dibagi sebagai berikut: 1) Astigmatisme Reguler Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua bidang yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah satu bidang memiliki daya bias yang lebih kuat dari pada bidang yang lain. Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensa cylindris yang tepat, akan bisa menghasilkan tajam penglihatan normal. Tentunya jika tidak disertai dengan adanya kelainan penglihatan yang lain.Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme regular ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:i. Astigmatisme With the Rule Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada bidang horizontal.

ii. Astigmatisme Against the Rule Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada bidang vertikal.

2) Astigmatisme Irreguler Dimana titik bias didapatkan tidak teratur.Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, astigmatisme dibagi sebagai berikut:

i. Astigmatisme Miopia Simpleks Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada tepat pada retina (dimana titik A adalah titik fokus dari daya bias terkuat sedangkan titik B adalah titik fokus dari daya bias terlemah). Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki angka yang sama.

Gambar 3. Astigmatisme Miopia Simpleksii. Astigmatisme Hiperopia Simpleks Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B berada di belakang retina.

Gambar 4. Astigmatisme Hiperopia Simpleks

iii. Astigmatisme Miopia KompositusAstigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph -X Cyl -Y.

Gambar 5. Astigmatisme Miopia Kompositus

iv. Astigmatisme Hiperopia Kompositus Astigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A berada di antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl +Y.

Gambar 6. Astigmatisme Hiperopia Kompositusv. Astigmatisme Mixtus Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl -Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi hingga nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y menjadi sama - sama + atau -.

Gambar 7. Astigmatisme MixtusBerdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :i. Astigmatismus RendahAstigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya astigmatis-mus rendah tidak perlu menggunakan koreksi kacamata. Akan tetapi jika timbul keluhan pada penderita maka koreksi kacamata sangat perlu diberikan.ii. Astigmatismus SedangAstigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75 Dioptri. Pada astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.iii. Astigmatismus TinggiAstigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus ini sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.4. Tanda Dan Gejala AstigmatismaPada umumnya, seseorang yang menderita astigmatismus menyebabkan gejala-gejala sebagai berikut : Memiringkan kepala atau disebut dengan titling his head, pada umunya keluhan ini sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang tinggi.

Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.

Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan untuk mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita astigmatismus juga menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti membaca.

Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan mendekati mata, seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk memperbesar bayangan, meskipun bayangan di retina tampak buram. Sakit kepala pada bagian frontal.

Ada pengaburan sementara / sesaat pada penglihatan dekat, biasanya penderita akan mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau mengucek-ucek mata.5. Diagnosis Astigmatisma1) Pemeriksaan pin holeUji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya tajam penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada media penglihatan, atau kelainan retina lainnya. Bila ketajaman penglihatan bertambah setelah dilakukan pin hole berarti pada pasien tersebut terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. Bila ketajaman penglihatan berkurang berarti pada pasien terdapat kekeruhan media penglihatan atau pun retina yang menggangu penglihatan.2) Uji refraksi

i. SubjektifOptotipe dari Snellen & Trial lensMetode yang digunakan adalah dengan Metoda trial and error Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu dibiasakan mata kanan terlebih dahulu Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata. Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif, bila dengan lensa sferis positif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien dikatakan menderita hipermetropia, apabila dengan pemberian lensa sferis positif menambah kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis negatif memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien menderita miopia. Bila setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam penglihatan maksimal mungkin pasien mempunyai kelainan refraksi astigmat. Pada keadaan ini lakukan uji pengaburan (fogging technique).10ii. Objektif

AutorefraktometerYaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan menggunakan komputer. Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya dihasilkan oleh alat dan respon mata terhadap cahaya diukur. Alat ini mengukur berapa besar kelainan refraksi yang harus dikoreksi dan pengukurannya hanya memerlukan waktu beberapa detik. Keratometri Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius kelengkungan kornea.11 Keratometer dipakai klinis secara luas dan sangat berharga namun mempunyai keterbatasan.3) Uji pengaburanSetelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa spheris positif 3. Pasien diminta melihat kisi-kisi juring astigmat, dan ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila garis juring pada 90 yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan sumbu lensa silinder, atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180. Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi astigmat vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder ditentukan yang ditambahkan. Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai pasien melihat jelas.

Gambar. Kipas Astigmat.

4) KeratoskopKeratoskop atau Placido disk digunakan untuk pemeriksaan astigmatisme. Pemeriksa memerhatikan gambaran ring pada kornea pasien. Pada astigmatisme regular, ring tersebut berbentuk oval. Pada astigmatisme irregular, gambaran tersebut tidak terbentuk sempurna.

5) Javal ophtalmometerBoleh digunakan untuk mengukur kelengkungan sentral dari kornea, diaman akan menentukan kekuatan refraktif dari kornea.6. Terapi

1) Koreksi lensaAstigmatismus dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa silinder. Karena dengan koreksi lensa cylinder penderita astigmatismus akan dapat membiaskan sinar sejajar tepat diretina, sehingga penglihatan akan bertambah jelas.2) OrthokeratologyOrthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak, lebih dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan menurunkan myopia. Kekakuan lensa kontak yang digunakan sesuai dengan standar. Pada astigmatismus irregular dimana terjadi pemantulan dan pembiasan sinar yang tidak teratur pada dataran permukaan depan kornea maka dapat dikoreksi dengan memakai lensa kontak. Dengan memakai lensa kontak maka permukaan depan kornea tertutup rata dan terisi oleh film air mata.3) Bedah refraksiMethode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari: Radial keratotomy (RK)Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di parasentral. Bagian yang lemah dan curam pada permukaan kornea dibuat rata. Jumlah hasil perubahan tergantung pada ukuran zona optik, angka dan kedalaman dari insisi. Photorefractive keratectomy (PRK)Adalah prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser pada pusat kornea. Kornea yang keruh adalah keadaan yang biasa terjadi setelah photorefractive keratectomy dan setelah beberapa bulan akan kembali jernih. Pasien tanpa bantuan koreksi kadang-kadang menyatakan penglihatannya lebih baik pada waktu sebelum operasi.

D. Presbiopia1. Definisi

Presbiopi biasanya disebut sebagai penglihatan di usia lanjut. Presbiopia adalah perkembangan normal yang berhubungan dengan usia, dimana akomodasi yang diperlukan untuk melihat dekat perlahan-lahan berkurang.Pada usia diatas 40 tahun umumnya seseorang akan membutuhkan kaca mata baca. Keadaan ini akibat telah terjadinya presbiopia.

2. Sebab presbiopiaPada presbiopia terjadi gangguan akomodasi pada usia lanjut. Dengan bertambahnya usia maka semakin kurang kemampuan mata untuk melihat dekat. Presiopia terjadi akibat lensa makin keras, sehingga elastisitasnya berkurang. Demikian pula dengan otot akomodasinya, daya kontraksinya berkurang sehingga tidak terdapat pengenduran Zonula Zinn yang sempurna.Pada keadaan ini maka diperlukan kaca mata bifokus, yaitu kaca mata untuk melihat jauh dan dekat. Pada mata normal maka pada saat melihat jauh mata tidak melakukan akomodasi. Pada waktu melihat dekat, mata akan mengumpulkan sinarke daerah bintik kuning dengan melakukan akomodasi.3. Gejala dan keluhan penderita presbiopia Penderita miopia akan memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, mata terasa pegal, berair, dan sering terasa pedas bahkan sakit kepala setelah membaca dalam waktu yang agak lama. Membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca. Sukar mengerjakan pekerjaan dengan melihat dekat terutama pada malam hari. Sering memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca. Pasien dengan presbiopia juga sering merasa kesulitan membaca tulisan dengan cetakan huruf yang kecil.4. Alat bantu presbiopiaUntuk membantu kekurangan daya akomodasi pada presbiopia mata maka dapat dipergunakan lensa positif untuk menambah kekuatan lensa yang berkurang sesuai usia.Pada pasien presbiopia ini diperlukan kaca mata baca atau adisi untuk membaca dekat yang berkekuatan tertentu, sebagai berikut : 40 tahun: + 1.00 D

45 tahun: + 1.50 D

50 tahun: + 2.00 D

55 tahun: + 2.50 D

60 tahun: + 3.00 DKarena jarak membaca biasanya 33 cm, maka adisi +3.0 dioptri adalah lensa positif terkuat yang dapat diberikan pada seseorang. Pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi bila membaca pada jarak 33 cm, karena benda yang dibaca terletak pada titik api lensa + 3.00 dioptri sehingga sinar yang keluar akan sejajar.Pemeriksaan adisi untuk membaca perlu disesuaikan dengan kebutuhan jarak kerja pasien pada waktu membaca. Pemeriksaan sangat subjektif sehingga angka-angka diatas tidak merupakan angka yang tetap.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, Kelainan refraksi dan koreksi penglihatan. Kelainan refraksi dan kacamata glosari sinopsis. 2nd Ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2006; p. 1-2.2. James B, Chew C and Bron A, Lecture Notes on Ophtalmology. New York: Blackwell Publishing, 2003; p.20-26.

3. Whitcher J P and Eva P R, Low Vision. In Whitcher J P and Eva P R, Vaughan & Asburys General Ophtalmology. New York: Mc Graw Hill, 2007; chapter 22nd4. Ilyas S, Astigmatisma. Kelainan refraksi dan kacamata glosari sinopsis. 2nd Ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2006; p. 43-65. Ilyas S, Presbiopia mata tua. Kelainan refraksi dan kacamata glosari sinopsis. 2nd Ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2006; p. 47-86. PERDAMI, Kelainan refraksi. Accessed on February 27th 2014. Available at http://www.perdami.or.id/?page=news_seminat.detail&id=3.7. American Optometric Association. Care of the patient with miopia. Accessed on February 27th 2014. Available at http://www.aoa.org 8. Choi H. Y., Jung J. H. and Kim. M. N., 2010. The Effect of Epiblepharon Surgery on Visual Acuity and With-the-Rule Astigmatism in Children. Korean J Ophthalmol 2010; 24(6) : 325-330. Diunduh dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3016080/pdf/1545-6110_v108_p077.pdf??tool=pmcentrez9. Olver J and Cassidy L, Basic Optics and Refraction. In Olver J and Cassidy L, Ophtalmology at a Glance. New York: Blackwell Science, 2005; 22-23

10. Gerhard K. Lang, Ophthalmology A Short Textbook :Optics and Refractive Errors. New York: Thieme, 2007; p. 127-136

11. Roque M. Astigmatism, PRK. Accessed on February 28th 2014. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1220845-overview#a01018