astigmat miop simplex +presbiop+anoftalmos

39
Laporan Kasus OD Anopthalmos + OS Astigmatisme Miopia Simplex +Presbiopia Disusun oleh : Renny Hartanti / 406117036 Pembimbing : Dr. Djoko H., Sp.M KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RSUD KUDUS

Upload: renny-hartanti

Post on 26-Oct-2015

249 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

word mata

TRANSCRIPT

Page 1: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos

Laporan Kasus

OD Anopthalmos + OS Astigmatisme

Miopia Simplex +Presbiopia

Disusun oleh :

Renny Hartanti / 406117036

Pembimbing :

Dr. Djoko H., Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATARSUD KUDUS

2013

Page 2: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos

LAPORAN KASUS

I. Status penderita

Identitas pasien

• Nama : Tn. S

• Umur : 62 tahun

• Jenis kelamin : Laki-laki

• Agama : Islam

• Pekerjaan : Pensiunan

• Alamat : Kesambi 01/01 Mejobo

• Tanggal periksa : 11 Maret 2013

II. Anamnesis

Autoanamnesa dilakukan pada hari Senin, tanggal 11 Maret 2013 dan membaca pada catatan

medik.

Keluhan Utama :

Kontrol bulanan pandangan mata kiri kabur

Keluhan Tambahan :

Tidak ada

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poliklinik untuk kontrol mata bulanan dengan keluhan pandangan

mata kiri kabur. Kabur dirasakan saat pasien melihat jauh dan membaca. Pasien tidak

merasakan pusing. Pasien sudah menggunakan kacamata sejak kurang lebih 2 bulan

belakangan ini. Sejak menggunakan kacamata, penglihatan pasien menjadi lebih baik. Saat ini

kacamata masih dirasakan enak dipakai dan pasien tidak mau mengganti kacamata.

Mata kanan pasien sudah tidak bisa melihat sama sekali sejak pasien berumur 6

tahun. Hal ini terjadi setelah pasien mengalami trauma tertusuk.

Page 3: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos

Riwayat Penyakit Dahulu

• Pasien sudah menggunakan kacamata sejak 2 bulan yang lalu

• Riwayat trauma pada mata kananà anopthalmos sejak umur 6 thn àpasang

protesa

• alergi (-)

• Riwayat DM (-)

• Riwayat hipertensi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang merasakan keluhan yang sama, anggota keluarga

tidak ada yang menggunakan kacamata

Riwayat Sosial ekonomi

Pasien seorang pensiunan. Biaya ditanggung ASKES. Kesan ekonomi cukup.

III. Pemeriksaan fisik

Status Generalis

Tekanan Darah : 120/90 mmHg

Nadi : 80 x / menit

Respiratory Rate : 20 x / menit

Suhu : afebris

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Status Gizi : Baik

Status Ophtalmologi

Keterangan : Mata kanan anopthalmos, mata kiri dalam keadaan normal

Page 4: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos

OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)0 Visus S 6/9

- Koreksi C - 0,75 X 90 6/6 F1Add S+3,00

Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-)

eksoftalmus (-)

strabismus (-)

Bulbus okuli Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-),

eksoftalmus (-),

strabismus (-)

Edema (-)

hiperemis(-)

nyeri tekan (-)

hematom (-)

ptosis (-)

blefarospasme (-)

lagoftalmus (-)

ektropion (-)

entropion (-)

Palpebra Edema (-)

hiperemis(-)

nyeri tekan (-)

hematom (-)

ptosis (-)

blefarospasme (-)

lagoftalmus (-)

ektropion (-)

entropion (-)

Edema (-)

injeksi konjungtiva (-)

injeksi siliar (-)

infiltrat (-)

hiperemis (-)

Konjungtiva Edema (-),

injeksi konjungtiva (-)

injeksi siliar (-)

infiltrat (-)

hiperemis (-)

Putih Sklera Putihoedem (-)

infiltrat (-)

ulkus (-)

sikatriks (-)

Kornea Oedem (-)

Infiltrat (-)

Ulkus (-)

Sikatriks (-)

Jernih

kedalaman cukup

hipopion (-)

hifema (-)

Camera Oculi Anterior

(COA)

Jernih

kedalaman cukup

hipopion (-)

hifema (-)

Kripta(+)

edema(-)

Iris Kripta(+)

edema(-)

Page 5: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos

synekia (-) synekia (-)

Bulat diameter 3mm, reguler

refleks pupil L/TL (-/-)

Pupil Bulat diameter 3mm, reguler

refleks pupil L/TL (+/+)

Jernih Lensa Jernih - Retina Normal

Tidak dilakukan Fundus Refleks Tidak dilakukan- TIO N

Epifora (-)lakrimasi(-)

Sistem Lakrimasi Epifora (-)lakrimasi(-)

IV. Resume

Subyektif

OD tidak bisa melihat setelah trauma umur 6 tahun

OS pandangan sedikit kabur saat melihat jauh dan membaca

Pasien sudah menggunakan kacamata sejak kurang lebih 2 bulan belakangan inià

penglihatan membaik

Pusing tidak ada

Obyektif

OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)0 Visus S 6/9

- Koreksi C - 0,75 X 90 6/6 F1Add S+3,00

Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-)

eksoftalmus (-)

strabismus (-)

Bulbus okuli Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-),

eksoftalmus (-),

strabismus (-)

Edema (-)

hiperemis(-)

nyeri tekan (-)

hematom (-)

ptosis (-)

Palpebra Edema (-)

hiperemis(-)

nyeri tekan (-)

hematom (-)

ptosis (-)

Page 6: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos

blefarospasme (-)

lagoftalmus (-)

ektropion (-)

entropion (-)

blefarospasme (-)

lagoftalmus (-)

ektropion (-)

entropion (-)

Edema (-)

injeksi konjungtiva (-)

injeksi siliar (-)

infiltrat (-)

hiperemis (-)

Konjungtiva Edema (-),

injeksi konjungtiva (-)

injeksi siliar (-)

infiltrat (-)

hiperemis (-)

Putih Sklera Putihoedem (-)

infiltrat (-)

ulkus (-)

sikatriks (-)

Kornea Oedem (-)

Infiltrat (-)

Ulkus (-)

Sikatriks (-)

Jernih

kedalaman cukup

hipopion (-)

hifema (-)

Camera Oculi Anterior

(COA)

Jernih

kedalaman cukup

hipopion (-)

hifema (-)

Kripta(+)

edema(-)

synekia (-)

Iris Kripta(+)

edema(-)

synekia (-)

Bulat diameter 3mm, reguler

refleks pupil L/TL (-/-)

Pupil Bulat diameter 3mm, reguler

refleks pupil L/TL (+/+)

Jernih Lensa Jernih - Retina Normal

Tidak dilakukan Fundus Refleks Tidak dilakukan- TIO N

Epifora (-)lakrimasi(-)

Sistem Lakrimasi Epifora (-)lakrimasi(-)

V. Diagnosis banding

a. OD anopthalmos + OS Astigmatisme Miopia Simpleks + Presbiopia

b. OD anopthalmos + OS Miopia + Presbiopia

c. OD anopthalmos + OS Astigmatisme Miopia Kompositus + Presbiopia

Page 7: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos

d. OD anopthalmos + OS Hipermetropia + Presbiopia

e. OD anopthalmos + OS Astigmatisme Hipermetrop Simpleks + Presbiopia

f. OD anopthalmos + OS Astigmatisma Hipermetrop Kompositus + Presbiopia

VI. Diagnosis kerja

OD Astigmatisma Miopia Simplex + Presbiopia

VII. Dasar diagnosa

Pada anamnesa

OD tidak bisa melihat sepenuhnya setelah trauma umur 6 tahun

OS pandangan sedikit kabur saat melihat jauh dan membaca

 

Pada pemeriksaan fisik

OD

Visus 0 à anopthalmos (protesa +)

OS

Visus 6/9 koreksià C -0,75 X 90 à 6/6 F1

add S + 3,00

VIII. Terapi

OS Cendo Augentonic tetes mata 3 x 2 tetes sehari

IX. Prognosis

Okuli dekstra Okuli sinistra

Ad vitam Ad Bonam Ad Bonam

Ad sanam Ad Bonam Ad Bonam

Ad kosmetikam Ad Bonam Ad Bonam

Ad functionam Ad Malam Ad Bonam

Page 8: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos

X. Usul dan Saran

- Menggunakan kacamata yang sesuai dengan ukuran

- Kontrol mata setiap 6 bulan

- Membersihkan protesa mata rutin tiap 2 hari sekali dan selalu menjaga

higienitasnya.

Page 9: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos

Tinjauan Pustaka

I. Pendahuluan

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang

terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, badan kaca, dan panjangnya bola mata. Pada

orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata

demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan

dibiaskan tepat didaerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata

emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan

mata yang tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.

Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada

retina (macula lutea). Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optik

pada mata sehingga menghasilkan bayangan kabur.

II. Akomodasi

Pada keadaan normal cahaya tidak berhingga akan terfokus pada retina,

demikian pula bila benda jauh didekatkan, maka dengan adanya daya akomodasi benda dapat

difokuskan pada retina atau makula lutea. Dengan berakomodasi, maka benda pada

jarak yang berbeda-beda akan terfokus pada retina.

Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat

kontraksi otot siliar. Akibat akomodasi, daya pembiasan lensa bertambah kuat. Kekuatan

akomodasi akan meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin dekat benda makin kuat mata

harus berakomodasi (mencembung). Kekuatan akomodasi diatur oleh refleks

akomodasi. Refleks akomodasi akan bangkit bila mata melihat kabur dan pada waktu

konvergensi atau melihat dekat.

III. Emetropia

Pada mata ini daya bias mata adalah normal, di mana sinar jauh difokuskan

sempurna di makula lutea tanpa bantuan akomodasi. Bila sinar sejajar tidak

Page 10: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos

difokuskan pada makula lutea disebut ametropia. Mata emetropia akan mempunyai

penglihatan normal atau 6/6 atau 100%. Bila media penglihatan seperti kornea, lensa,

dan badan kaca keruh maka sinar tidak dapat diteruskan di makula lutea. Pada

keadaan media penglihatan keruh maka penglihatan tidak akan 100% atau 6/6.

kornea mempunyai daya pembiasan sinar terkuat dibanding bagian mata

lainnya. Lensa memegang peranan membiaskan sinar terutama pada saat melakukan

akomodasi atau bila melihat benda yang dekat.

Gambar Refraksi pada mata emetrop

IV. Ametropia

Panjang bola mata seseorang berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar

oleh kornea (mendatar atau mencembung) atau adanya perubahan panjang (lebih

panjang atau lebih pendek) bola mata maka sinar normal tidak akan terfokus pada

makula. Keadaan ini disebut ametropia (anomali refraksi) yang dapat berupa miopia,

hipermetropia, atau astigmatisme

V. Mopia

Pada myopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan

pembiasan media refraksi terlalu kuat. Dikenal beberapa bentuk myopia seperti :

a. Myopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan

b. Myopia aksial, myopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan

kelengkungan kornea dan lensa normal

Menurut derajat miopia dapat dikategorikan, yaitu :

- Miopia ringan (0,25 – 3,00D)

- Miopia sedang (3,00 – 6,00D)

- Miopia berat / tinggi (>6,00D

Menurut perjalanannya niopia dikenal bentuk :

Page 11: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos

- Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa

- Miopia progresif, yang bertambag terus pada usia dewasa akibat

bertambahnya panjang bola mata

- Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif yang dapat mengakibatkan

ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan miopia pernisiosa = miopia

maligna = miopia degenerative

Pasien dengan miopia akan menyatakan melihat jelas bila dekat malahan bila

melihat terlalu dekat, sedangkan melihat jauh kabur atau disebut pasien adalah rabun

jauh

Pasien dengan miopia akan menmberikan keluhan sakit kepala, sering disertai

dengan juling dan celah kelopak mata sempit. Seseorang miopia mempunyai

kebiasaan mengernyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk

mendapatkan efek pinhole

VI. Presbiopia

I. Definisi

Presbiopia merupakan keadaan refraksi mata dimana punctum proksimum

(titik terdekat yang dapat dilihat dengan akomodasi yang maksimal) telah

begitu jauh sehingga pekerjaan dekat yang halus seperti membaca, menjahit

sukar dilakukan.

Pada presbiopia terjadi gangguan akomodasi pada usia lanjut, biasanya mulai

muncul pada usia 40 tahun. Dengan bertambahnya usia maka semakin kurang

kemampuan mata untuk melihat dekat.

II. Etiologi

Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat:

Kelemahan otot akomodasi

Sklerosis mata àLensa mata yang tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya

III.Patofisiologi

Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi mata

karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul

Page 12: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos

sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur maka lensa menjadi

lebih keras(sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung, dengan

demikian kemampuan melihat dekat makin berkurang

IV. Tanda & Gejala

Keluhan muncul pada saat membaca dekat.

Semua pekerjaan dekat sukar dilakukan karena penglihatan kabur.

Bila dipaksakan akan muncul keluhan lain yaitu berupa mata lelah, berair, dan

sering terasa pedas.

Penderita presbiopia memposisikan membaca dengan menjauhkan kertas yang

dibaca

Sukar melakukan pekerjaan dengan melihat dekat terutama di malam hari

Sering memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca

V. Pemeriksaan

a. Alat

Kartu Snellen

Kartu baca dekat

Seuah set lensa coba

Bingkai percobaan

b. Teknik

Penderita yang akan diperiksa penglihatan sentral untuk jauh dan diberikan

kacamata jauh sesuai yang diperlukan (dapat positif, negatif / astigmatismat)

Ditaruh kartu baca dekat pada jarak 30-40 cm (jarak baca)

Penderita disuruh membaca huruf terkecil pada kartu baca dekat

Diberikan lensa positif mulai S +1 yang dinaikkan perlahan-lahan sampai

terbaca huruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini ditentukan

Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu

c. Nilai

Ukuran lensa yang memberikan ketajaman penglihatan sempurna merupakan

ukuran lensa yang diperlukan untuk adisi kacamata baca.

Hubungan lensa adisi dan umurbiasanya:

Page 13: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos

- 40 sampai 45 tahun – 1,0 dioptri

- 45 sampai 50 tahun – 1.5 dioptri

- 50 sampai 55 tahun – 2.0 dioptri

- 55 sampai 60 tahun – 2.5 dioptri

- 60 tahun – 3.0 dioptri

Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi + 3,0 dioptri adalah lensa positif terkuat yang dapat diberikan pada seseorang. Pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi bila membaca pada jarak 33 cm, karena benda yang dibaca terletak pada titik api lensa + 3,0 dioptri sehingga sinar yang keluar akan sejajar. Kekuatan lensa kacamata baca sering disesuaikan dengankebutuhannya.

VI. Penatalaksanaan

Diberikan penambahan lensa sferis positif sesuai pedoman umur yaitu umur 40

tahun(umur rata – rata) diberikan tambahan sferis + 1.00 dan setiap 5 tahun

diatasnya ditambahkan lagi sferis + 0.50

Lensa sferis (+) yang ditambahkan dapat diberikan dalam berbagai cara:

1. kacamata baca untuk melihat dekat saja

2. kacamata bifokal untuk sekaligus mengoreksi kelainan yang lain

3. kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh di segmen atas, penglihatan

sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di segmen bawah

4. kacamata progressive mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh, tetapi

5. dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan bertingkat.

VII. Astigmatisma

I. Definisi

Astigmatisma adalah keadaan dimana terdapat variasi pada kurvatur kornea

atau lensa pada meridian yang berbeda yang mengakibatkan berkas cahaya tidak

difokuskan pada satu titik.

Astigmat merupakan akibat bentuk kornea yang oval seperti telur, makin

lonjong bentuk kornea makin tinggi astigmat mata tersebut. Dan umumnya setiap

orang memiliki astigmat yang ringan.

II. Etiologi

Page 14: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos

Etiologi kelainan astigmatisma adalah sebagai berikut: 

1. Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur.

2. Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa.

3. Intoleransi lensa atau lensa kontak pada postkeratoplasty.

4. Trauma pada kornea

5. Tumor 

III.Klasifikasi

Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina Astigmatisme dibagi sbb:

1. Astigmatisme Reguler 

Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua

bidang yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada

salah satu bidang memiliki daya bias yang lebih kuat dari pada bidang

yang lain.

Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensa cylindris yang

tepat, akan bisa menghasilkan tajam penglihatan normal. Tentunya jika

tidak disertai dengan adanya kelainan penglihatan yang lain.

Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme

regular ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

a. Astigmatisme With the Rule

Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat dari

pada bidang horizontal.

b. Astigmatisme Against the Rule

Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat

dari pada bidang vertikal

2. Astigmatisme Irreguler 

Dimana titik bias didapatkan tidak teratur

Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, astigmatisme dibagi

sebagai berikut:

1. Astigmatisme Miopia Simpleks

Page 15: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos

Satu titik (A) di depan retina, satu titik (B) tepat di retina

Hasil refraksi: Plano cyl (-)

2. Astigmatisme Hiperopia Simpleks

Satu titik (A) tepat di retina, satu titik di belakang retina (B)

Hasil refraksi: cyl (+)

3. Astigmatisme Miopia Kompositus

Astigmatisme jenis ini, Kedua-dua titiknya di depan retina.

Hasil refraksi: sph (-), cyl (-)

Page 16: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos

4. Astigmatisme Hiperopia Kompositus

kedua-dua titiknya di belakang retina

Hasil refraksi: sph (+) cyl (+)

5. Astigmatisme Mixtus

Satu titik (A) di depan retina, satu titik lagi (B) di belakang retina .

Hasil refraksi : Sph (+) Cyl (-), atau Sph (-) Cyl (+)

Berdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :

1. Astigmatismus Rendah

Astigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya astigmatismus

rendah tidak perlu menggunakan koreksi kacamata. Akan tetapi jika timbul

keluhan pada penderita maka koreksi kacamata sangat perlu diberikan.

Page 17: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos

2. Astigmatismus Sedang

Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75

Dioptri.Pada astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata

koreksi

3. Astigmatismus Tinggi

Astigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus ini

sangat mutlak diberikan kacamata koreksi

IV. Tanda dan Gejala

Seseorang dengan astigmatisma akan memberikan keluhan:

- Penglihatan akan kabur untuk jauh atau pun dekat

- Melihat jauh kabur sedang melihat dekat lebih baik 

- Melihat ganda dengan satu atau kedua mata

- Bentuk benda yang dilihat berubah (distorsi)

- Mengecilkan celah kelopak jika ingin melihat

- Sakit kepala

- Mata tegang dan pegal

- Mata dan fisik lelah

- Astigmat tinggi (4-8 D) yang selalu melihat kabur sering mengakibatkan

ambliopia.

V. Diagnosa

1. Pemeriksaan pin hole

Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya

tajam penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada

media penglihatan, atau kelainan retina lainnya.

Setelah pin hole, ketajaman penglihatan :

o Bertambah à terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik.

o Berkurang à kekeruhan media penglihatan atau pun retina yang

menggangu penglihatan

Page 18: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos

2. Uji refraksi

Subjektif ( Optotipe dari Snellen & Trial lens)

Metode yang digunakan adalah dengan Metoda “trial and error”

Jarak  pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen

yang diletakkan setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu

dibiasakan mata kanan terlebih dahulu.

Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata. Bila visus tidak

6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif, biladengan lensa sferis positif

tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5,6/6, atau 20/20 maka pasien

dikatakan menderita hipermetropia, apabila dengan pemberian lensa sferis

positif menambah kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis

negatif memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien

menderita miopia.

Bila setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam

penglihatan maksimal mungkin pasien mempunyai kelainan refraksi

astigmat. Pada keadaan ini lakukan uji pengaburan (fogging technique)

Objektif 

Autorefraktometer 

Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan

menggunakan komputer.

Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya dihasilkan oleh alat dan

respon mata terhadap cahaya diukur. Alat ini mengukur berapa besar

kelainan refraksi yang harus dikoreksi dan pengukurannya hanya

memerlukan waktu beberapa detik.

 

Keratometri

Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius

kelengkungan kornea.

3. Uji pengaburan

Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka

tajam penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga

Page 19: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos

tajam penglihatan berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan

menambah lensa spheris positif 3.

Pasien diminta melihat kisi-kisi juring astigmat, dan ditanyakan garis mana

yang paling jelas terlihat. Bila garis juring pada 90° yang jelas, maka tegak

lurus padanya ditentukan sumbu lensa silinder, atau lensa silinder

ditempatkan dengan sumbu 180°.

Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai

garis juring kisi-kisi astigmat vertikal sama tegasnya atau kaburnya

dengan juring horizontal atau semua juring sama jelasnya bila dilihat

dengan lensa silinder ditentukan yang ditambahkan.

Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh

lensa negatif sampai pasien melihat jelas

4. Keratoskop

Keratoskop atau Placido disk digunakan untuk pemeriksaan astigmatisme.

Pemeriksa memerhatikan imej “ring´” pada kornea pasien. Pada astigmatisme

regular, “ring” tersebut berbentuk oval. Pada astigmatisme irregular, imej

tersebut tidak terbentuk sempurna

VI. Penatalaksanaan

1. Kacamata Silinder

Pada astigmatism againts the rule, koreksi dengan silender negatif dilakukan

dengan sumbu tegak lurus (60-120 derajat) atau dengan selinder positif dengan

sumbu horizontal (30 – 150 derajat).

Sedangkan pada astigmatism with the rule diperlukan koreksi silinder negative

dengan sumbu horizontal (30-150 derajat) atau bila dikoreksi dengan silinder

positif sumbu vertikal (60-120 derajat)

2. Lensa Kontak

Pada penderita astigmatisma diberikan lensa rigid , yang dapat menetralisasi

astigmat yang terjadi di permukaan kornea.

Page 20: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos

3. Pembedahan

Pembedahan Untuk mengoreksi astigmatisma yang berat, dapat digunakan pisau

khusus atau dengan laser untuk mengoreksi kornea yang irreguler atau anormal.

Ada beberapa prosedur pembedahan yang dapat dilakukan, diantaranya :

a) Photorefractife Keratectomy (PRK)

laser dipergunakan unutk membentuk kurvatur kornea.

b) Laser in Situ Keratomileusis (lasik)

laser digunakan untuk merubah kurvatur kornea dengan membuat flap

(potongan laser) pada kedua sisi kornea.

c) Radial keratotomy

Insisi kecil dibuat secara dalam di kornea

ANOFTALMOS

Defek congenital struktur mata digolongkan dalam 2 kategori utama

Anomali perkembangan, disini factor genetik adalah penyebab utama

Reaksi jaringan terhadap gangguan in utero (infeksi, obat, dll)

Kelainan congenital Bola mata

Kegagalan pembentukan vesikel optic menimbulkan anoftalmos.

Page 21: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos

Anoftalmos adalah istilah medis untuk tidak adanya satu atau kedua mata. Kedua

Globe (mata manusia) dan jaringan okular hilang dari orbit. Tidak adanya mata akan

menyebabkan orbit tulang kecil, soket mukosa terbatas, kelopak mata pendek, fisura

palpebra berkurang dan menonjol malar. mutasi genetik, kelainan kromosom, dan

lingkungan prenatal semua dapat menyebabkan anophthalmia. Anophthalmia adalah

penyakit yang sangat langka dan sebagian besar berakar pada kelainan genetik. Hal

ini juga dapat dikaitkan dengan sindrom lainnya

Penyebab yang paling berbasis genetik untuk anophthalmia disebabkan oleh gen

Sox2. Sox2 sindrom anophthalmia disebabkan oleh mutasi pada gen Sox2 yang tidak

memungkinkan untuk menghasilkan protein Sox2 yang mengatur aktivitas gen lain

dengan mengikat ke daerah tertentu DNA. Tanpa protein Sox2, aktivitas gen yang

penting untuk pengembangan mata terganggu. Sindrom anophthalmia Sox2 adalah

warisan autosomal dominan, namun sebagian besar pasien yang menderita

anophthalmia Sox2 adalah yang pertama dalam sejarah keluarga mereka untuk

memiliki mutasi ini. Dalam kasus-kasus tertentu, salah satu orang tua akan memiliki

gen bermutasi hanya dalam telur atau sel sperma dan keturunannya akan mewarisinya

melalui itu. Ini disebut mosaicism germline [8]. Setidaknya ada 33 mutasi pada gen

Sox2 yang telah diketahui menyebabkan anophthalmia.

Sox2 bukanlah satu-satunya gen yang dapat menyebabkan anophthalmia. Gen penting

lainnya termasuk OTX2, CHX10 dan Rax. Masing-masing gen adalah penting dalam

ekspresi retina. Mutasi pada gen ini dapat menyebabkan kegagalan diferensiasi retina,

OTX2 secara dominan diwariskan dan bervariasi dalam tingkat keparahan.

KlasifikasiAnophthalmia Primer adalah tidak adanya lengkap jaringan mata karena kegagalan

dari bagian dari otak yang membentuk mata.

     Anophthalmia sekunder mata mulai mengembangkan dan untuk beberapa alasan

berhenti, meninggalkan bayi dengan jaringan mata hanya residual atau mata sangat

kecil yang hanya dapat dilihat di bawah pemeriksaan dekat.

     Anophthalmia degeneratif mata mulai bentuk dan, untuk beberapa alasan, merosot.

Salah satu alasan untuk kejadian tersebut bisa menjadi kekurangan suplai darah ke

mata

Page 22: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos

Protesa Mata

Page 23: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos
Page 24: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos
Page 25: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos
Page 26: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos
Page 27: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos
Page 28: Astigmat Miop Simplex +Presbiop+Anoftalmos

Daftar Pustaka

1. Ilyas, H.S. 2008.Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3.Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta

2. Ilyas S. Kelainan refraksi dan kacamata. 2nd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.2006. 1-14, 35-48

3. Ilyas, Sidarta. Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI Jakarta 2000 : 52.

4. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/03.ok-Tinj.%20Pust.%20dr.%20Sutjipto.pdf